LAPORAN AKHIR KEGIATAN TAHUN 2016 TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI KOMODITAS LAINNYA
JUDUL KEGIATAN
KAJIAN PENGEMBANGAN AYAM KAMPUNG UNGGUL BADAN LITBANG (KUB) DI PROVINSI BANTEN
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BANTEN
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 1
LAPORAN AKHIR KEGIATAN TAHUN 2016 TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI KOMODITAS LAINNYA
JUDUL KEGIATAN
KAJIAN PENGEMBANGAN AYAM KAMPUNG UNGGUL BADANLITBANG (KUB) DI PROVINSI BANTEN
Tim Penyusun : Ivam Mambaul Munir,SPt Dewi Haryani, SPi,MSi Nofri Amin,SST Drh. Eko Kardiyanto Ahmad Muchtami, A.Md Ahmad Makmur Septi Kusumawati,SP
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BANTEN
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 2
KATA PENGANTAR Dalam rangka menunjang program pemerintah untuk memperbaiki peternakan rakyat diperlukan bibit ayam lokal berkualitas. Namun untuk menyediakan bibit ayam lokal berkualitas dalam jumlah banyak dan berkesinambungan masih menjadi kendala. Oleh karena itu, dalam rangka menghasilkan bibit unggul ayam lokal Badan Litbang Pertanian sudah mengantisipasi hal tersebut dengan melakukan program pemuliaan yaitu melakukan seleksi ayam kampung untuk menghasilkan Ayam kampung unggul yang diberi nama Ayam kampung Unggul Balitnak (KUB). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten sebagai unit kerja di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian memiliki komitmen mengembangkan ayam kampung tersebut melalui diseminasi produk unggulan badan litbang pertanian yaitu ayam kampung unggul balitbangtan (KUB) dengan wujud kegiatan kajian pengembangan ayam KUB di provinsi Banten. Semoga laporan ini bermanfaat bagi para pembaca, dan kami mohon masukan konstruktif dalam upaya perbaikan dan penyempurnaan dimasa yang akan datang.
Serang, Desember 2016
Tim Penyusun
3
RINGKASAN EKSEKUTIF Dalam rangka menunjang program pemerintah untuk memperbaiki peternakan rakyat diperlukan bibit ayam lokal berkualitas. Namun untuk menyediakan bibit ayam lokal berkualitas dalam jumlah banyak dan berkesinambungan masih menjadi kendala. Oleh karena itu, dalam rangka menghasilkan bibit unggul ayam lokal Badan Litbang Pertanian sudah mengantisipasi hal tersebut dengan melakukan program pemuliaan yaitu melakukan seleksi ayam kampung untuk menghasilkan Ayam kampung unggul yang diberi nama Ayam kampung Unggul Balitnak (KUB). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten sebagai unit kerja di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian memiliki komitmen mengembangkan ayam kampung tersebut melalui diseminasi produk unggulan badan litbang pertanian yaitu ayam kampung unggul balitbangtan (KUB) dengan wujud kegiatan kajian pengembangan ayam KUB di provinsi Banten. Pengembangan ayam KUB di Banten dimulai sejak tahun 2012, dimulai dari kegiatan diseminasi badan litbang pertanian dengan melibatkan beberapa kelompok ternak di Banten diantaranya kelompok ternak Inti Tani yang berada di Pabuaran, Kabupaten Serang. Kelompok ini memperoleh bantuan berupa indukan ayam KUB sejumlah 300 ekor. Hingga saat ini pengembangan ayam KUB di banten masih terkendala penyediaan Bibit. Sehingga pada tahun 2013 – 2016 BPTP Banten membuat kegiatan kajian pengembangan ayam KUB, dengan terlebih dahulu diawalai kegiatan introduksi Ayam KUB pada tahun 2012 – 2014 dengan melibatkan Balitnak sebagai Pembina, Selanjutnya pada tahun 2014-2016 BPTP Banten sebagai Team leader pengembangan ayam KUB di Banten. Tercatat permintaan ayam KUB di Banten mencapai 2000 ekor per minggu (data diolah-red). Keluaran kegiatan ini adalah 1. Tersusunnya Database usaha ternak ayam KUB di Provinsi Banten (1 Set), 2. Diperolehnya Data Penyebaran dan Distribusi Ayam KUB di Provinsi Banten (1 set), 3. Model Kelembagaan Ternak berbasis pakan lokal di Provinsi Banten (1 model), 4. Menghasilkan karya tulis ilmiah 2 – 3 judul. Metodologi yang digunakan dalam kegiatan ini adalah : 1. Inventarisasi dan Menganalisis data usahatani ayam KUB yang tersebar di Provinsi Banten.Inventarisasi dilakukan melalui FGD dan dilanjutkan dengan survey lokasi peternak ayam KUB dimasing-masing lokasi sampel ; 2. Pemeliharaan DOC ayam KUB selama 10 minggu melalui sistem usaha tani di kabupaten Tangerang ; 3. Pemeliharaan Indukan penghasil telur dan DOC untuk bisa menjamin suplai kebutuhan peternak pedaging. Hasil yang diperoleh dalam kegiatan ini adalah Analisa usaha tani ayam KUB di tingkat peternak yang menguntungkan dengan tingkat R/C = 1.16 dengan titik impas harga sebesar Rp. 27.130.000/ekor dengan populasi 500 ekor. Faktor yang mempengaruhi usaha tani ayam KUB tingkat peternak adalah : ketersediaan pakan yang selalu ada dengan kualitas baik dan terpenuhi secara berkesinambungan, Akses penjualan ke pasar, dan jaminan harga di pasar, Pemeliharaan ayam KUB selama 10 minggu menghasilkan rataan bobot 0,817 kg/ekor, Pemeliharaan indukan penghasil telur dengan menggunakan tambahan temulawak sebesar 2% dari konsumsi harian ayam (90 gram/ekor/hari) mampu meningkatkan produksi telur sebesar 9,9% (henday), Daya tetas telur ayam KUB di kelompok ternak Ciliwulung Batu sebesar 70% dengan populasi 250 ekor indukan ayam mampu menghasilkan 557 ekor per minggu (selama masa produksi) dengan R/C = 2.41. Kesimpulan kegiatan ini adalah : Penggunaan 4
pakan lokal sebagai subtitusi pakan pada usaha tani ayam KUB mampu menghemat pengeluaran pembelian pakan sebesar Rp. 1.505.000 pada campuran pakan pabrik dengan tambahan 25% jagung giling dan 25% dedak. Penggunaan pakan lokal sebagai subtitusi pakan pabrik untuk usaha tani pembesaran ayam KUB dapat meningkatkan kemampuan kelompok tani dalam mensiasati mahalnya pakan pabrik. Hasil analisa finansial menunjukkan bahwa penggunaan pakan lokal memberikan keuntungan sebesar Rp. 2.145.625 dengan pakan pabrik yang ditambah jagung giling dan dedak. Hasil analisis usaha pembibitan penghasil DOC ayam KUB per siklus produksi dapat menguntungkan dengan nilai R/C = 2.41 selama 12 bulan (satu siklus produksi. Hasil pengamatan lapang menunjukkan bahwa usaha pembibitan DOC ayam KUB memiliki peluang pasar yang besar, namun suplai induk dan hasil produksi DOC belum mampu memenuhi permintaan pasar. Diharapkan kelompok peternak ayam KUB mendapat dukungan pendampingan pengembangan usaha pembibitan ayam KUB yaitu manajemen penetasan dan manajemen pemeliharaan induk ayam KUB serta manajemen penanganan biologis (biosecurity) agar usaha tani kelompok ternak mampu berkembang.
5
DARTAR ISI
JUDUL……………………………………………………………………………………………………….. KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………… RINGKASAN EKSEKUTIF……………………………………………………………………………… DAFTAR ISI…………………………………………………………………………........................ DAFTAR TABEL………………………………………………………………………………………….. I. PENDAHULUAN..………………… …………………………………………………………………. 1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………………… 1.2 Dasar Pertimbangan……………………………………………………………………………… 1.3. Tujuan dan Perkiraan Luaran……………………………………………………………….. 1.4. Manfaat dan Dampak Kegiatan……………………………………………………………… II. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………………………… 2.1. Ayam Kampung Unggul Balitnak……………………………………………………………. III. METODOLOGI………………………………………………………………………………………. 3.1. Kerangka Pemikiran…………………………………………………………………………….. 3.2. Ruang Lingkup Kegiatan………………………………………………………………………. 3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan……………………………………………… 3.4. Evaluasi Penentuan Calon Petani Calon Lokasi……………………..................... 3.5. Analisis Data……………………………………………………………………………………….. 3.6. Distribusi dan Penyebaran Ayam KUB………………………………….................... 3.7. Model Kelembagaan Ternak Ayam KUB………………………………………………….. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………………………………… 4.1. Distribusi dan Penyebaran Ayam KUB…………………………………………………….. 4.1.1. Distribusi dan Penyebaran Ayam KUB di Indonesia……………………………… 4.1.2. Distribusi dan Penyebaran Ayam KUB di Banten…………………………………. 4.2. Sistem Usaha Ternak Ayam KUB di Provinsi Banten……………….................... 4.2.1. Keragaan Usaha Ternak Ayam KUB di Kabupaten Serang……………………… 4.2.2. Keragaan Usaha Ternak Ayam KUB di Kabupaten Tangerang………………… 4.3. Pembentukan Kelembagaan Ternak Ayam KUB………………………………………. 4.4. Kualitas Telur Ayam KUB dengan Perlakuan pakan yang berbeda……………… 4.5. Keragaan Bobot Ayam KUB pedaging di 2 Kabupaten……………………………… 4.6. Kelayakan Usaha Ayam KUB ………………………………………………………………… 4.6.1. Kelayakan Usaha Ayam KUB Pedaging………………………………………………… 4.6.2. Kelayakan Usaha Ayam KUB Pembibitan…………………………...................... V. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………………………………….. 5.1. Kesimpulan…………………………………………………………………………………………. 5.2. Saran………………………………………………………………………............................. DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………. LAMPIRAN…………………………………………………………………………………………………..
Hal i iii iv vi vii 8 8 9 10 10 11 11 13 13 13 14 15 17 19 19 20 20 20 22 25 26 27 29 36 37 37 37 37 39 39 39 41 43
6
DAFTAR TABEL
Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
1. Penyebaran ayam KUB Balitbangtan dan PT AKI Sampai 2015 2. Data Keragaan ternak ayam KUB di Kabupaten Serang 3. Kelompok Tani Tunas alam, malang nengah, kabupaten Tangerang 4. Data Keragaan ternak ayam KUB di Kabupaten Tangerang 5. Aspek persyaratan petani kooperator 6. Karakteristik kelompok Tani 7. Keragaan bobot badan ayam KUB 8. Analisa pakan ternak ayam KUB Kabupaten Tengerang 9. Analisa Usaha Pembesaran Ayam KUB 10. Analisa Usaha Pembibitan Ayam KUB
Hal 22 27 29 30 30 31 38 48 51 52
7
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan pangan nasional memerlukan berbagai sumber
dan jenis pangan,
dan salah satu sumber protein hewani dapat diperoleh dari ternak unggas. Rataan konsumsi
protein
penduduk
indonesia
5.8
gram/kapita/hari,
menempatkan
penyediaan pangan hewani bagi masyarakat bergantung pada komoditas ternak. Bagi masyarakat indonesia, ayam kampung cocok dibudidayakan sebagai komoditas pensuplay protein hewani Dalam menunjang program pemerintah untuk memperbaiki peternakan rakyat diperlukan bibit berkualitas.Namun untuk menyediakan bibit ayam lokal berkualitas dalam
jumlah
banyak
dan
berkesinambungan
masih
menjadi
kendala.Permasalahannya adalah sangat sulit untuk memperoleh bibit ayam lokal dan terbatasnya pengusaha atau kelompok peternak yang bergerak dalam usaha pembibitan. Dalam rangka menghasilkan bibit unggul ayam local,Badan Litbang Pertanian sudah mengantisipasi dengan melakukan program pemuliaan yaitu seleksi ayam kampung untuk menghasilkan ayam kampung unggul yang diberi nama Ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB) . Ayam KUB ini sudah dilepas sebagai ayam unggulan Balitnak sejak tahun 2009 dan
merupakan hasil seleksi galur betina (female line)
selama 6 generasi dengan keunggulan produksi telur tinggi (henday 45-50%), Puncak produksi 65%, produksi telur 160-180butir/tahun, konsumsi pakan 80-85 gram, sifat mengeram 10% dari total populasi, umur pertama bertelur 22-24 minggu, bobot telur 35-45 gram dan konversi pakan 3,8. (Sartika et al., 2009) Melalui Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi BPTP Banten tahun 2015 telah menghasilkan formulasi pakan untuk pembesaran ayam KUB dengan peningkatan bobot badan 800 -1.000 gram selama 10 minggupemeliharaan, dan teknologi pakan untuk induk ayam KUB dengan kualitas telur yang lebih baik dibandingkan pakan petani. Seiring dengan peningkatan kesejahteraan, pendapatan dan pendidikan masyarakat, maka kebutuhan pangan yang berkualitas, bergizi, aman dan halal dikonsumsi terus menjadi tuntutan. Hal ini sejalan dengan deklarasi FAO dan WHO, (Conference on Nutrition tahun 1992, dalam American Meat Institut Foundation,1996) bahwa untuk mendapatkan pangan yang bergizi, bersih dan aman dikonsumsi adalah hak setiap orang. Pangan yang dimaksud dapat berupa hasil tanaman pangan/hasil ternak. 8
Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan berupa hasil ternak, sampai saat ini sebagian besar dipenuhi oleh usaha peternakan rakyat. Oleh karena itu diperlukan teknologi tepat guna pada setiap rantai praproduksi, produksi dan pascapanen. Hingga saat ini peternakan rakyat belum memiliki akses yang baik terhadap komponen bisnis, yaitu sarana produksi, teknologi, dan informasi harga. Kondisi ini mendorong pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden No.22 / 1990 yang bertujuan untuk memberdayakan peternakan rakyat sebagai pelaku utama budidaya dan sekaligus mewujudkan perunggasan yang tangguh memasuki era pasar global (Poultry Indonesia, 1995). Untuk meningkatkan mutu dan keamanan karkas ayam dapat diupayakan melalui penerapan inovasi teknologi pascapanen dan Hazard Analysis Critical Control
Point (HACCP) mulai penyembelihan, hingga transportasi (Tompkin, 1990; Bauman, 1990 ;Abubakar, 2003). Teknologi Pascapanen merupakan cabang/ bagian dari ilmu produksi mulai dari pemanenan, penanganan hasil, pengolahan hingga transportasi, sedangkan HACCP adalah suatu piranti untuk menilai suatu bahaya spesifik dan menetapkan sistem pengendalian yang difokuskan pada pencegahan daripada pengujian produk akhir (American Meat Institut Foundation,1994).
1.2 Dasar Pertimbangan Dalam upaya merespon kebutuhan teknologi pembibitan ayam kampung unggul,
Balai
Penelitian
Ternak
telah
dilakukan
berbagai
kegiatan
penelitian/kajian.Hasil penelitian menunjukkan, melalui teknologi seleksi disertai sistem pemeliharaan yang intensif, produktivitasnya dapat ditingkatkan.Dari Hasil seleksi dihasilkan ayam kampung unggul yang disebut dengan Ayam Kampung Unggul Balitnak (Ayam KUB). Di Provinsi Banten ternak ini mulai diusahakan sejak tahun 2012 dan adaptasi yang sangat baik dengan kondisi lingkungan setempat. Dari sisi penjualan, harga ayam KUB dan telurnya masih lebih mahal jika dibandingkan dengan ayam ras. Pada posisi normal harga ayam jantan dewasa Rp 80.000 –Rp 100.000 dan harga ayam betina dewasa50.000 – 60.000 sedangkan harga telur Rp 2.000 – 2.500/butir. Harga-harga tersebut bisa beranjak naik jika bertepatan dengan hari–hari besar agama,seperti lebaran Idul Fitri, muludan dan lebaran haji Pemeliharaan ayam KUB akan lebih nyata dalam menambah pendapatan petani apabila diikuti perbaikan teknologi dan manajemen secara berkesinambungan. 9
Perbaikan difokuskan pada breeding, feeding dan management yang merupakan tiga faktor utama peningkatan produktivitas ternak. Pakan merupakan faktor yang sangat menentukan karena porsinya mencapai 70 % dalam usaha peternakan modern. Oleh karena itu, perbaikan teknologi ayam KUB dengan menggunakan sumber daya lokal menjadi kajian utama untuk meningkatkan produktivitas dan diharapkan meningkatkan pendapatan petani/peternak, sehingga usaha ternak tidak lagi menjadi usaha sambilan tapi dapat dijadikan usaha utama untuk menopang pendapatan keluarga. Produktivitas yang belum optimal sebetulnya masih bisa ditingkatkan dengan perbaikan manajemen. Pada kondisi pedesaan yang rawan pakan (kualitas dan kuantitas pakan), Berbagai hasil penelitian terbukti dengan sentuhan teknologi, produksi daging dan telur ayam KUB dapat meningkat secara nyata. Rukmana (2003), melaporkan bahwa pada kondisi pedesaan dengan
penerapan system Intensifikasi
bobot ayam KUB pada umur 20 minggudapat ditingkatkan dafri 1.0 kg menjadi 1.5 kg. Demikian pula produksi telur dari 30 – 72 butir menjadi 150 butir/ekor/tahun 1.3. Tujuan dan Perkiraan Luaran Tujuan penelitian ini adalah: 1. Memperoleh data sebaran dan distribusi Ayam KUB di Provinsi Banten 2. Menginventarisasi usaha ternak ayam KUB di Provinsi Banten 3. Menghasilkan model Kelembagaan Ternak ayam KUB di Provinsi Banten 4. Menghasilkan karya tulis ilmiah 2 – 3 judul Perkiraan luaran penelitian ini adalah: 1. Diperolehnya data Penyebaran dan Distribusi ayam KUB di Provinsi Banten (1 set) 2. Tersusunnya Database usaha ternak ayam KUB di Provinsi Banten (1 Set) 3. Terbangunnya Model Kelembagaan Ternak ayam KUB di Provinsi Banten (1 model) 4. Dihasilkannya karya tulis ilmiah 2 – 3 judul 1.4. Manfaat dan Dampak Kegiatan Dari kegiatan ini diharapkan terwujudnya pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat Provinsi Banten dan dapat dijadikan alternatif usaha yang menunjang peningkatan pendapatan keluarga.
10
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ayam Kampung Unggul Balitbangtan Ayam Kampung Unggul Balitbangtan (Ayam KUB) merupakan hasil seleksi Balai Penelitian Ternak. Ayam Kampung Unggul ini merupakan salah satu jawaban untuk mengatasi permasalahan peternak ayam kampung. Dilatarbelakangi oleh semangat menjadikan Indonesia sebagaituan rumah di negeri sendiri terhadap pemenuhan bahan pangan, ayam Kampung Unggul sebenarnya sangat memungkinkan karena Indonesia memiliki banyak sumber daya genetik ternak ayam namun, hingga saat ini peternak masih menghadapi kendala dalam pembibitan, baik dalam kuantitas maupun kualitasnya. Didukung oleh pengalaman PT. AKI selama 40 tahun dalam masalah pembibitan ras, Ayam Kampung Unggul menjadi salah satu solusi bagi peternak ayam kampung di Indonesia. Dalam menjalankan usaha pembibitan (breeding farm) yang berlokasi di Sukabumi, AKI bekerjasama dengan lembaga penelitian dan perguruan tinggi, serta bermitra dengan pemerintahan daerah. Pada tahun 2011, ayam KUB telah dilisensikan non-ekslusif ke PT AKI (Ayam Kampung Indonesia), sebuah perusahaan perbanyakan bibit ayam lokal yang cukup besar.PT AKI mengembangkan menjadi produk-produk parent stock ayam kampung petelur unggul, final stock pedaging dan petelur.Populasi ayam KUB di Balitnak Ciawi, Bogor setiap tahun tidak lebih dari 300 ekor induk dan 150 ekor jago, dimana perkawinan dilakukan dengan inseminasi buatan.Telur-telur fertile diinkubasi dan ditetaskan di komplek laboratorium ayam di Balitnak. DOC yang menetas, kemudian di tampung dalam kandang-kandang kawat koloni menunggu pembeli yang sudah terdaftar. Penyediaan bibit ayam KUB dengan jumlah yang relatif banyak dilakukan oleh PT AKI. Nama komersial ayam KUB di PT AKI adalah AKI-1 untuk parent stock, TK-1 untuk final stock petelur dan DK-1 untuk final stock pedaging.Bobot hidup ayam, konsumsi kumulatif ransum, dan efisiensi penggunaan ransum (FCR) per ekor meningkat dari minggu per minggu.Bobot induk ayam KUB berkisar 1200 – 1400 g/ekor pada umur pertama bertelur yaitu 160-180 hari atau 5,5 – 6 bulan. Sementara itu ayam jago dewasa mempunyai bobot 1300 – 2000 g/ekor.Daya tetas (fertilitas) mencapai tingkat 80 – 90% dengan perkawinan alam dan daya tetas mencapai 72%. Hal ini berarti bahwa ayam KUB masih mempunyai daya tetas sama seperti ayam kampung nenek moyangnya.Seleksi terhadap sifat mengeram dan produksi telur 11
sampai generasi keenam tidak mempengaruhi tingkat fertilitas.Sesuai dengan perkembangan, pasar daging ayam kampung menempati permintaan lebih tinggi ketimbang produk telur.Oleh karena itu, permintaan akan anak-anak ayam umur satu hari (DOC = day old chick) sebagai bibit untuk dibesarkan menjadi ayam potong, semakin meningkat. Pembesaran ayam KUB untuk potong/pedaging umumnya dilakukan selama umur 10 – 12 minggu dengan bobot potong 0,8 – 1,0 kg/ekor.
12
IV. 4.1.
METODOLOGI
Kerangka Pemikiran Hambatan pengembangan ayam lokal diantaranya kurangnya ketersediaan
bibit berkualitas secara kontinyu.Kondisi ini lebih banyak dipengaruhi pola produksi dilapangan.Selain itu kendala pakan juga menjadi masalah yang sangat sulit untuk dipecahkan karena struktur biaya pada peternakan menyedot hampir 70%.Tingginya biaya pakan ini harus dicarikan jalan keluarnya. Untuk itu dalam kajian ini akan dilakukan 2 sub kegiatan yaitu kegiatan pembibitan ayam KUB untuk menghasilkan DOC yang berkualitas dan kegiatan pembesaran melalui pakan lokal yang lebih efesien. 4.2. Ruang Lingkup Kegiatan Penelitian dilaksanakan Januari - Desember 2016 di 2 kabupaten yaitu Kabupaten Serang dan Kabupaten Tangerang.Pemilihan lokasi berdasarkan jumlah populasi dan jumlah peternak ayam kampung di calon lokasi lebih dominan dibandingkan Kabupaten lainnya. Adapun teknologi yang akan dikembangkan dalam kegiatan ini adalah : 1. Pakan Rekomendasi untuk induk ayam KUB 2. Manajemen Kandang (Baterai dan Portal) Untuk mendukung keberhasilan introduksi teknologi yang dikembangkan diperlukan beberapa persyaratan diantaranya : A. Persyaratan Kandang
Suhu dan kelembaban berkisar 25-28°C dan 60-70%.
Sistem ventilasi udara yang baik akan menjaga kualitas udara tetap optimal bagi ayam. Udara kotor yang bercampur dengan amonia dan CO2 akan bisa terbuang keluar kandang digantikan dengan oksigen
Kepadatan Kandang 12-14 ekor /per m2.
Kebersihan kandang dengan melakukan penyemprotan seminggu sekali menggunakan desinfektan/antisep sedangkan untuk peralatan kandng (tempat pakan, tempat minum dll) dibersihkan setiap hari
Lokasi kandang diupayakan jauh dari pemukiman pemukiman penduduk, namun memiliki akses transportasi yang lancar.
Idealnya kandang sebaiknya membujur ke arah Barat – Timur sehingga intensitas sinar matahari tidak berlebih. 13
Topografi lahan harus diperhatikan sehingga bisa mendukung sistem sirkulasi udara di dalam kandang.
Ketersediaan sumber air menjadi hal vital yang perlu diperhatikan, terlebih lagi air menjadi kebutuhan utama bagi ayam serta menjadi sarana untuk pembersihan dan desinfeksi kandang.
B. Persyaratan Indukan ayam KUB Ayam KUB yang dipersyaratkan untuk dijadikan induk adalah dengan criteria sebagai berikut :
Badan atau tubuh ayam besar, tegap,
Kaki kekar dan sisiknya rapi
Bulu sering dijadikan sarana daya tarik ketika masih hidup
Tingkah Laku lincah dan gesit
Umur berkisar 6 -12 bulan
Berasal dari keturunan yang unggul (Asal usulnya diketahui)
Memiliki Produktifitas tinggi
C. Makanan/Ransum dan Air Minum Ransum yang digunakan selama proses pembibitan adalah pakan/ransum Rekomendasi teknologi yang diperoleh pada tahun 2015dengan pemberian per hari 80-90 gram/ekor. Ketersediaan air diberikan secara adlibitum D. Sedangkan untuk persyaratan lokasinya adalah sebagai berikut : • •
Ketersediaan lahan yang luas untuk dijadikan pusat pembibitan Tersedia sumber bahan pakan utama , seperti jagung dan dedak
yang
menyebar di beberapa lokasi •
Adanya poultry shop yang menyediakan sarana dan prasarana untuk pengembangan ayam.
•
Pemasaran daging ayam kampung maupun telurnya tidak menjadi masalah.
•
Pemerintah
daerah
wajib
memiliki
komitment
pengembangan
dalam
pengembangan ayam KUB. •
Kondisi infrastruktur cukup baik, terkait distribusi sarana produksi dan pemasaran serta monitoring.
4.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan Bahan dan alat-alat yang digunakan meliputi: Kandang, DOC, induk ayam KUB bahan pakan lokal, tempat minum dan pakan, bambu, timbangan, mesin tetas 14
kapasitas 1.200 butir vaksin, jamu herbal, alat tulis kantor (ATK) dan pendukung Komputer, Printer, Software SAS. 4.4. Evaluasi Penentuan Calon Petani Calon Lokasi A. Persiapan kandang Persiapan kandang dilakukan untuk memberikan kesiapan proses pemeliharaan ternak ayam KUB. Adapun persiapan kandang yang perlu diperhatikan adalah :
1. syarat2 kandang (postal maupun panggung) Kelayakan kandang : a. ukuran kandang Ukuran kandang harus disesuaikan dengan fase pertumbuhan ayam, agar ayam bisa bergerak bebas tidak terhambat pergerakannya, selain itu kandang harus diperhatikan ventilasinya, oleh karena itu penentuan ukuran kandang harus direncanakan.Rata- rata kandang di peternak memiliki ukuran kecil sehingga ayam terasa kurang nyaman untuk hidup.Namun idealnya ukuran kandang harus memeperhatikan kepadatannya.Kepadatan kandang harus disesuaikan dengan kondisi dan fase pertumbuhan ayam (Gustira, et al, 2015).Menurut Fadilah dan fatkhuroji (2013) standar kepadatan kandang ayam adalah 15 kg/m2. Kandang yang terlalu padat akan meningkatkan kompetisi dalam mendapatkan pakan, air minum dan oksigen. Sehingga hai ini harus dicegah oleh peternak agar ayam mampu bertumbuh dan berkembang dnegan baik. b. Letak dan arah kandang Letak kandang diusahakan harus jauh dari pemukiman sekitar radius 10 meter, hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya akses penularan penyakit dari ayam (zoonosis).Arah kandang sebaiknya membujur dari arah timur ke barat, agar terkena sinar matahari langsung. Karena sinar matahari berfungsi membantu proses metabolisme tubuh ayam agar kesehatan ayam terjaga.
2. konstruksi kandang Konstruksi kandang bisa dibuat dari bahan yang sederhana seperti bamboo atau dari bahan bekas sisa produksi pabrik (setereo foam, bekas kayu pallet dll).Konstruksi kandang harus kokoh dan tidak rapuh sehingga kuat dari gangguan luar lingkungan
seperti
angina
atau
hewan
buas.Diupayakan
bangunan
mampu
menampung ayam sesuai dengan populasinya yaitu dengan kepadatan kandang 15 kg/m2 dan berusia lama kurang lebih 5 tahun. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain : 15
a. atap kandang. Atap kandang adalah bagian kandang yang berada di paling atas, atap kandang bisa terbuat dari terpal, asbes, ijuk, seng, dan genteng.Atap untuk kandang ayam diupayakan dapat melindungi ayam dari panas matahari dan hujan, Oleh karena itu atap tidaklah perlu bagus namun perlu dipastikan keamanannya dan bisa dari bahan bekas. b. Dinding kandang. Dinding kandang adalah bagian kandang yang berada di samping mengelilingi kandang, sehingga diupayakan bahan dinding kandang bisa berupa material yang kuat namun juga bisa dari bahan bekas seperti triplek, bamboo, jarring kain, ram kawat, bekas pallet industri dan triplek. Dinding kandang dibuat dengan konstruksi yang kokoh agar mampu menopang bangunan dan juga melindungi ayam dari gangguan luar seperti serangan hewan buas dan cuaca buruk (hujan dan panas yang ekstrim).Dinding kandang harus kompak dan memperhatikan desain aliran angina yang berhembus, karena bagaian kandang ini adalah pendukung aliran udara untuk sirkulasi kandang. c. Lantai kandang.Lantai kandnag adlah bagian kandang yang berhubungan langsung dengan ayam.Bagian ini adalah bagian dasar kandang yang berfungsi sebagai tempat menampung kotoran ayam dan sebagai media dekompuses pengahancur kotoran. Lantai kandang biasanya terbuat dari ram kawat, bamboo, atau sisa pabrik (sisa pallet) yang digunakan dalam kandang panggung. Lantai kandang bisa dilapisi terpal, plastic, kertas bekas, atau koran sebagai litter nya untuk mempermudah saat membersihkan kotoran. Ketinggian litter hingga 5 cm dengan menggunakan sekam padi atau serbuk gergaji yang terlebih dahulu disemprot desinvektan agar steril dari kuman. Litter dibuat tebal agar mampu menyerap air dari kotoran ayam sehingga lantai kandang tetap kering, tidak becek dan bebas dari tumbuhnya jamur. Secara umum kondisi lingkungan internal kandang harus memperhatikan kondisi dibawah ini (broiler handbook, 2014) : Temperature kandang 22-28 C. Temperatur kandang sebagai indikasi kondisi kandang dan bisa menjadi peringatan dini peternak mendeteksi kondisi kenyamatan dalam kandang.Temperature kandang diupayakan pada rentang 22-28 C agar ayam mampu nyaman berkembang karena sesuai dengan suhu induk ayam. Kelembaban kandang minimum RH 50%.Kelembaban kandang minimal adalah 50% agar ayam mampu bernafas dengan baik dan mengurangi pertumbuhan jamur di dalam kandang. 16
Sirkulasi udara 0.71 m3/min (25 cfm) per 1000 ekor.Sirkulasi udara dalam kandang harus diperhatikan karena berfungsi sebagai pengubah udara kotor menjadi udara bersih yang masuk ke dalam kandang.
3.5. Analisis Data Analisis yang dilakukan dalam kegiatan penelitian ini meliputi analisis statistic, biofisik dan sosial. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap masing-masing untuk pembesaran : 3 perlakuan pakan enam ulangan danuntuk pembibitan 3 perlakuan pakan dengan 8 ulangan. Untuk mengetahui pengaruh formulasi pakan yang diberikan terhadap pertumbuhan bobot ayam yang dipelihara dilakukan analisis statistic. Data dianalisis dengan menggunakan analisis variansi dari Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah dan dilanjutkan dengan uji beda mean DMRT (Duncan’s
New Multiple Range Test) jika perlakuan menunjukkan perbedaan yang signifikan (Astuti, 2007), dengan bantuan Software personal komputer Stastical Product and
Service Solution (SPSS) versi 15.0. Selain itu juga akan dilakukan analisis Ekonomis dan financial terhadap perlakuan untuk membandingkan diantara perlakuan pakan yang lebih menguntungkan dari segi ekonomisnya. Parameter yang diamati dalam penelitian pembesaran ayam KUB antara lain : 1. Bobot badan awal dan akhir (gram/ekor) 2. Pertambahan bobot badan (gram/ekor) 3. Konsumsi pakan (gram/ekor) 4. Laju Pertumbuhan Harian (LPH) 5. Ratio Konversi pakan (FCR) 6. Bobor Karkas (gram/ekor) 7. Mortalitas (%) 8. Fertilitas telur (%) 9. Daya Tetas /Haching rate (%) 10. Berat DOC (gram) 11. Jumlah telur (butir) Peubah
yang
diukur
dalam
pertambahan
panjang
dan
berat
ayam
menggunakan rumus Effendi (1979) Wt = Lt – Lo Dimana :Wt
= Pertambahan bobot ayam 17
Lt
= Berat akhir ayam penelitian
L0
= Berat awal ayam penelitian
Laju pertumbuhan harian (LPH) ayam dihitung berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Hiusman (1976) yaitu : In Wt – InWo LPH -------------------- x 100% t Dimana : LPH
= laju pertumbuhan harian
Wt
= Bobot ayam rata-rata pada waktu t (gram)
Wo
= Bobot ayam rata – rata pada waktu to (gram)
t
= waktu pengamatan (hari) Konversi pakan dapat diketahui dengan menggunakan rumus NCR (1993) F K = --------------(Wt + D) – Wo
Dimana : K
= Konversi pakan
F
= Jumlah total pakan yang diberikan (gram)
Wt
= Bobot total ayam pada akhir penelitian (gram)
Wo
= Bobot awal ayam pada waktu penelitian (gram)
D
= Bobot total ayam yang mati pada waktu penelitian (gram)
Untuk mengetahui pertumbuhan bobot ayam yang diteliti maka pengukuran dilakukan dengan menggunakan metode random. Data pertumbuhan ayam diukur/diamati setiap 1 minggu (7 hari) sekali. Sedangkan untuk mengetahui pola pemeliharan terbaik untuk kegiatan pembibitan parameter yang diamati/diukur adalah : 1. Jumlah telur yang dihasilkan (butir) 2. Fertilitas (%) 3. Daya Tetas (%) 4. Mortalitas (ekor) 5. Pakan 18
3.6. Distribusi dan Penyebaran Ayam KUB Untuk memperoleh data distribusi dan penyebaran ayam KUB dilakukan dengan metode survey dan wawancara pada sumber yang memiliki akses terhadap ayam KUB.Baik akses pasar, akses penyediaan bibit maupun akses pemeliharaan. Survey dilakukan setelah diperoleh informasi awal terkait keberadaan ayam KUB yang ada di Provinsi Banten melalui peternak dan pemegang lisensi ayam KUB yaitu PT. AKI .Data yang diperoleh ditabulasi dan disusun berdasarkan distribusi dan penyebarannya pada masing-masing kabupaten. 3.7. Model Kelembagaan Ternak Ayam KUB Penguatan kelembagaan petani/peternak direncanakan dengan membentuk kelompok inti sebagai pemasok sarana produksi (Petani Pembibit binaan BPTP). Bila memungkinkan, kelompok inti diarahkan dalam bentuk Koperasi. Hal ini ditujukan untuk memudahkan kelompok, terkait dengan akses permodalan dari Perbankan. Sarana produksi yang dipasok oleh kelompok inti berupa pakan, bibit, obat-obatan dan juga tata laksana pemeliharaan. Selain itu kelompok inti juga bertugas untuk mengumpulkan dan memasarkan hasil panen dari kelompok anggotanya. Kelompok lain yang menjadi anggota dari kelompok inti tersebut dapat berperan sebagai pemasok bahan sarana produksi misalnya kelompok penghasil pakan ataupun kelompok penghasil bibit sedangkan kelompok lainnya berperan sebagai kelompok produksi yang melaksanakan pemeliharaan. Terkait dengan input teknologi dalam tata laksana pemeliharaan, kelompok inti dapat melibatkan instansi terkait seperti BPTP ataupun instansi terkait lainnya. Peran Pemerintah Daerah setempat juga tetap diperlukan terkait dengan kebijakan dan dukungan sarana produksi lainnya. Diharapkan dengan sistem yang terpadu ini, pengembangan Ayam KUB dimasingmasing kabupaten dapat berhasil dengan baik.
19
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Distribusi dan Penyebaran Ayam KUB
5.1.1.Distribusi dan Penyebaran Ayam KUB di Indonesia Ayam KUB-1 telah dilisensi oleh PT.AKI (Ayam Kampung Indonesia) untuk dikembangkan lebih lanjut
menjadi komersialisasi agro industry.
Pada awal
penyebarannya setelah dilakukan penelitian di Balitnak Ciawi, sebelum disebarluaskan kemasyarakat dilakukan uji lokasi di beberapa tempat yaitu : 1. UPTD Bambu Apus Jakarta Timur (2006 – 2008) 2. UPTD Jatiwang – Jawa Barat ( 2007 – 2008) 3. Kelompok Peternak Ayam Kampung Barokah Ciamis Jawa Barat (2007 – 2009) 4. Kelompomk Peternakan Rakyat Ayam Kampung Sukabumi (KEPRAKS)
Jawa
Barat (2008) 5. Taman Wisata matahari Cisarua, Jawa Barat (2010) 6. Dedi Farm – Sukabumi Jawa Barat ( 2011) Penyebaran DOC ayam KUB-1 pada tahun 2009 dan 2010 berturut-turut sebanyak 4.461 ekor dan 12.529 ekor yang meliputi wilayah Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara, Bangka Belitung dan Papua. Pada tahun 2011 Balitnak juga merintis kerjasama dengan
mitra-mitra perbanyakan bibit di kelompok peternak Jawa barat dan
Jogyakarta. Hasil uji coba dibeberapa lokasi ini memberikan informasi yang cukup bagus sehingga pada tahun 2011 – 2012 dilakukan penyebaran pertama ayam KUB di 10 Provinsi yaitu 1.Banten (300 ekor), 2. Jawa Tengah (400 ekor), 3. Sumatera Selatan (200 ekor), 4. Sumatera Barat (1.000 ekor), 5. Jawa Timur (1.200 ekor), 6. Nusa Tenggara Barat (400 ekor), 7. Kalimantan Barat (400 ekoor), 8. Kalimantar Timur (300 ekor) 9. Sulawesi Selatan (1.000 ekor) 10.Gorontalo (2.000 ekor) Hasil yang diperoleh pada 10 wilayah penyebaran dilaporkan kondisi ayam KUB cukup Baik, partumbuhan dan produktivitas maksimal dengan system budidaya seswuai SOP pemeliharaan ayam KUB secara intensif.Tingkat kematian cukup rendah. 20
Sebaran ayam KUB-1 sampai tahun 2015, telah terdistribusi sebanyak 1.5juta ekor parent stock, final stock, pullet). Ke 26 provinsi yang ada di Indonesia.Sebaran dan distribusi ayam KUB di 26 Provinsi dapat dilihat pada tabel 2 berikut : Tabel 1. Penyebaran ayam KUB Balitbangtan dan PT AKI Sampai 2015 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25 26
Provinsi Sumatera Utara Sumatera Barat Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Riau Kepulauan Riau Banten Jawa Tengah Jawa Barat Jawa Timur Bali NTT NTB Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Utara Sulawesi Utara Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Gorontalo Papua Total
DOC Parent Stock (PS) 5.000 820 2.200 2.200 1.700 1.700 100 300 15.715 100 1.100 1.100 2.100 200
2.890 2.450 1.700 33.775
2015 DOC Final Stock (FS) 2.000 48.350 48.350 40.700 5.000 5.000 12.400
Pullet (PS)
1.000
2.200 1.800 326.485 2.800
200
2.400 47.100 8.700 1.600 2.000 23.200 6.000 3.000 14.500 3.600 20.100 43.675 400 652.110
5.200
Salah satu kelompok yang mendukung keberhasilan peternak disektor budidaya terutama kepastian untuk mendapatkan DOC berkualitas adalah Gabungan Pembibit Ayam Lokal Indonesia (GAPALI).Indukan ayam KUB yang diperoleh dari PT.AKI oleh GAPALI turunannya dijadikan final stock ayam KUB pedaging.Sampai saat ini (September 2016) harga DOC berkisar 650.000/box berisi 102 ekor DOC.
21
Gambar 1.Peta Sebaran Ayam KUB periode 2009-2015
4.1.2. Distribusi dan Penyebaran Ayam KUB di Banten. Distribusi sebaran ayam kampung unggul balitbangtan (KUB) dimulai sejak inisiasi uji multi lokasi yang dilakukan oleh badan litbang pertanian.Bermula pada awal 2012 badan litbang pertanian melakukan uji coba pengembangan ayam KUB sebagai produk unggulan badan litbang pertanian.Terpilih sebagai petani kooperator yaitu di kelompok tani inti tani, desa pabuaran, kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang.Bapak fahrudin sebagai ketua kelompok Inti Tani tersebut memiliki 20 orang anggota kelompok yang berlokasi disekitar desa pabuaran.Kelompok tani ini memperoleh bantuan ayam KUB pullet sejumlah 300 ekor betina indukan dan 50 ekor ayam jantan.Hingga saat ini kelompok ternak Inti Tani mampu mengembangkan usahanya dengan skala populasi hingga 2000 ekor. Selain itu kelompok ternak Inti tani juga diberi mesin tetas 2 unit dengan kapasitas 1200 butir, dengan kemampuan tetas 65% dan kemmapuan produksi sebesar 3000 DOC per minggu yang melayani di beberapa lokasi di provinsi Banten. di tahun 2012 ini respon masyarakat, khususnya peternak ayam KUB terhadap keunggulan ayam tersebut sangat baik, oleh karena itu, Balai pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten, sebagai unit kerja dibawah badan litbang,
kementerian
Pertanian,
berupaya
mendukung
pengembangan
produk
unggulan tersebut (ayam KUB) di Provinsi Banten dengan membuata sebuah kegiata kajian Pengembangan ayam KUB di provinsi Banten dengan jenjang waktu 2013 – 22
2016 dengan tujuan menyebarluaskan produk badan litbang pertanian sekaligus melaksanakan tujuan pokok dan fungsi BPTP Banten yaitu melakuakan diseminasi produk badan litbang pertanian. Pada tahun 2013 pengembangan ayam KUB difokuskan pada inisiasi pembentukan kelompok ternak atau pengeuatan kelembagaan kelompok ternak yaitu kelompok ternak kecil yang berada di daerah tangerang, serang, pandeglang dan lebak.Beberapa kelompok ternak yang berada di Tangerang dan serang berperan sebagai kelompok ternak pembibit dan beberapa kelompok ternak di serang sebagai kelompok ternak pembudidaya. Pada tahun 2014, kegiatan kajian pengembangan ayam KUB dilakukan dengan focus pada perbaokan muti pakan peternak, dengan cara melakukan uji coba pakan dari petani, yang telah diperbaiki dengan memanfaatkan bahan pakan lokal yang berada di sekitar peternakan. Pada tahun 2015, kegiatan kajian pengembangan ayam KUB difokuskan pada pembangunan unit – unit produksi dalam kelompok ternak, agar kelompok ternak mampu mandiri menyuplai kebutuhan sarana produksi peternakannya. Adapun kegiatan lain adalah uji coba berbagai formulasi pakan yang diperoleh dari peternak ayam di rovinsi Banten dengan memperbaiki kandungan gizinya, sehingga pakan ayam dapat memenuhi standar kebutuhan gizi ayam pada fasenya. Pada tahun 2016, kegiatan kajian pengembangan ayam KUB ini diarahkan ke pembentukan model pengembangan sentra produksi ayam KUB di provinsi Banten, dimana terpilih kabupaten/kota serang dan kabupaten tangerang sebagai contoh kelompok ternak yang dijadikan model pengembangan.Terpilihnya kab/kota serang sebagai lokasi kegiatan karena adanya dukungan data sebaran populasi terbanyak di provinsi Banten terletak di 2 kabupaten tersebut (gambar 2.) 30,000 25,000 20,000 2014
15,000
2015 10,000 5,000 Serang
Pandeglang
Lebak
cilegon
Tangerang
Gambar 2. Jumlah Sebaran Ayam KUB di Provinsi Banten 23
Adapun beberapa titik lokasi yang kita tuju adalah sebagai berikut : 1. bapak sri winarno mempunyai populasi 500-600 ekor ayam KUB berlokasi di https://goo.gl/maps/f5UzJquBHSx
2. bapak Charles mempunyai populasi 2000 ekor ayam KUB berlokasi di https://goo.gl/maps/jB8HEh4n5xr
3. bapak jamhari mempunyai populasi 100 ekor ayam KUB berlokasi di https://goo.gl/maps/aiZMgZ3TdHB2
24
4.
bapak
robi
mempunyai
populasi
200
ekor
ayam
KUB
berlokasi
di
https://goo.gl/maps/cb3YPbkhN9w
5. bapak maman mempunyai populasi 500 – 600 ekor ayam KUB berlokasi di https://goo.gl/maps/kesQpQoMDnw
Total populasi di kabupaten serang tercatat 4000 an ekor dari jejak pengembang ayam KUB 4.2. Sistem Usaha Ternak Ayam KUB di Provinsi Banten Berbagai keunggulan ayam KUB yang dimiliki seperti :produksi telur tinggi (50%),sifat mengeram rendah 10%, performa dan rasa sama dengan ayam kampung pada umumnya, dapat dijadikan parent stock untuk disilangkan dengan pejantan unggul lainnya, konsumsi pakan rendah (80 – 85 gr/ekor/hari) dengan konversi pakan 3.8, mortalitas rendah dengan system pemeliharaan intensif, dan pertumbuhan lebih cepat bisa mencapai bobot 800 gr – 1.000gr dengan masa pemeliharaan 10 – 12 minggu.Hal ini menyebabkan ayam KUB cepat diterima dan mudah berkembang dimasyarakat. Hasil survey diperoleh data usaha ternak pada masing-masing peternak ayam KUB di 2 kabupaten sentra ayam KUB sangat beragam. Data keragaan usaha ternak ayam KUB pada masing-masing Kabupaten adalah sebagai berikut : 25
4.2.1. Keragaan Usaha Ternak Ayam KUB di Kabupaten Serang Usaha ternak ayam KUB di kabupaten serang dimulai tahun 2013.Diawali dari hobi penggemar ayam di Serang, yang sering melakukan kumpul untuk membahas terkait hobi ayam hias yang ada di Banten.Sehingga dengan kesungguhan mengembangkan ayam lokal banten, maka terbentuklah kelompok ternak ungags Ciliwulung Batu. Kelompok ternak ini berdiri resmi sejak tahun 2016 berdasarkan SK Kemenkumham
no.AHU-0060148.AH.01.07.Tahun
2016.
Dengan
diresmikannya
kelompok ternak ungags ini menjadi badan hokum maka pengelolaannya menjadi lebih baik dan focus dalam pengembangan ayam KUB di provinsi Banten. Pada awalnya kelompok ternak ini hanya memiliki ratusan ekor ayam kampung lokal yang dipelihara di lahan pekarangan, Selanjutnya pada tahun 2013, kelompok ternak ungags Ciliwulung btau mengenal ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KUB) melalui program yang telah diinisiasi oleh badan litbang pertanian pada kelompok ternak Inti tani di desa Pabuaran, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang. Bermula dari kunjungan biasa ke kelompok ternak inti tani, maka kelompok ternak ciliwulung batu memiliki kesungguhan untuk mengembangkan ayam KUB ini di provinsi Banten karena keunggulannya yaitu memiliki masa panen yang singkat 12 minggu bisa mencapai bobot lebih kurang 1 kg. Serta dorongan motivasi kelompokt ternak ciliwulung batu untuk mengembangkan ayam lokal asli banten maka hingga saat ini kelompok ternak ciliwulung batu mampu mengembangkan pemeliharaan ayam KUB di kota serang dengan populasi 6000 an ekor. Dengan memiliki unit pembibitan dengan kemampuan produksi 2000 ekor per minggu yang mampu disebarkan (dijual) ke seluruh Provinsi Banten hingga ke beberapa provinsi di Indonesia. Tabel 2 Data Keragaan ternak ayam KUB di Kabupaten Serang Jumlah ayam KUB yang dimiliki (Ekor) DOC Final Calon Pullet Pullet Stock (FS) 1. Sri Winarno 600 2. Charles 2.000 3. Jamhari 100 4. Robi 200 5. Maman 500 6. Eka Syahputra 3.500 7. Sigit 200 8. Asep 400 9. Bandiyono 200 100 200 Ket : PB=Pembesaran, PP=Pascapanen, PT=Pembibitan No
Peternak
Ket PB dan PP PB PB PB PB PB PB PB PB dan PT
26
4.2.2. Keragaan Usaha Ternak Ayam KUB di Kabupaten Tangerang Pengembangan ayam KUB di kabupaten tangerang dimulai sejak tahun 2014, yaitu dimulai dengan pengembangan unit produksi pakan yang dilakukan di salah satu peternak
di
tangerang,
dilanjutkan
pada tahun
2015
dengan
pembelajaran
pembesaran ayam KUB di kecamatan tigaraksa (ihwan) dan di kecamatan kronjo (H. Juhdi). Selanjutnya pada tahun 2016, pengembangan ayam KUB dilakukan di kelompok Tunas alam, kecamatan balaraja, Kabupaten tangerang.Dengan skala popilasi pengembangan sejumlah 300 ekor. Yang terbagi ke dalam 3 petani kooperator, yaitu bapak rojali (ketua kelompok) dengan populasi 100 ekor , bapak sarjoni dengan populasi 100 ekor dan bapak sudarsih dengan populasi 100 ekor. Kelompok ternak Tunas alam sudah terbiasa melakukan pemeliharaan ternak khususnya ternak ungags yang dimulai secara turun temurun. Tercatat aggota kelompok ternak tersebut memiliki pemeliharaan ayam hampir di masing-masing anggota kelompok (table 3).
27
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Tabel 3 Kelompok Tani Tunas alam, malang nengah, kabupaten Tangerang Nama Jabatan Luas Lahan Keterangan Sawah Darat Rojali Rokayah Nurhasan Hasan Anhar Sarjoni Hendriyawan Dadang S Tisna Sutrisna Anita Asmat A Sumanta
Ketua Bendahara Sekretaris Sek. Pelaksanaan Sek. Perencanaan Sek. Pengawasan Anggota Anggota
1 0 0 1 0.3 0 0 0
0.3 0.2 0.3 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1
Anggota Anggota Anggota Anggota
0 0 0.3 0
0.1 0.1 0.1 0.1
Ahyadi Nurul Pajri Sarmili Muslim Suminar Ocid Sudarsid Yati Minaroh Asman Ejen Atim Mudin Adih Suparman Utar Endang O Aden Ojak Aban Marta H.Arman Nasan Aruman Endang Edeh Asmat B
Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
0 0 0 0.5 0
0.1 0.1 0.2 0.1 0.1
Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
0.4 0.1 0.8 0 0 0.5 0.5 0.4 0.3 0 0.3 0.5 1 5 0.2 2
0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.5 0.1 0.1 0.1 0.5 0.1 0.5 2 0.2 1
Anggota Anggota
0 1
0.1 0.7
Asura Jumlah
Anggota
2 18.1
1 9.8
Mempunyai bebek 30 Mempunyai bebek 200 Mempunya bebek 30, Burung
Ayam 10 ekor Entok 10 ekor Ayam kampung 50 ekor Ayam kampung 15 ekor Kambing 4 ekor dan bebek 10 ekor Ayam bangkok 8 ekor Kerbau 3 ekor
Bebek petelor 40 ekor Ayam kampung 30 ekor Ayam kampung 5 ekor Bebek 20 ekor Ayam kampung 5 ekor Kambing dan Angsa 7
Kambing 6 ekor 100 ekor Bebek 30 ekor
Kerbau 3 ekor
Kambing 4 ekor Bebek 15 dan Ayam 10 ekor
28
Tabel 4 Data Keragaan ternak ayam KUB di Kabupaten Tangerang No
Peternak
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Karim Arif Zakaria Iwan Djali Edi Rojali Sarjoni Sudarsih Sumber unggas
Jumlah ayam KUB yang dimiliki DOC Final Calon Pullet Pullet Stock (FS) 4.000 500 300 1.000 300 200 500 400 100 100 100 1000
Ket PB dan PT PB PB PB PB PB PT PB PB PT
4.3. Pembentukan Kelembagaan Ternak Ayam KUB Berdasarkan hasil survey yang dilakukan maka diperoleh lokasi dan petani kooperator yang berada di 2 kabupaten yaitu Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Serang. Beberapa criteria yang dievaluasi dalam penentuan calon petani Kooperator/ Kelompok tani terpilih adalah sebagai berikut (Tabel 5.): Tabel 5. Aspek persyaratan petani kooperator Aspek Persyaratan a. Memiliki kelompok tani yang berbadan hukum b. Memiliki anggota kelompok yang aktif sekurangkurangnya separo dari jumlah anggota kelompok c. kelompok tani sudah beroperasi aktif (ada pertemuan bulanan, rapat anggota dll) d. terjangkau dengan akses jalan dan dukungan lembaga pemerintah di daerah e. memiliki rekomendasi dari BP3K setempat f. memiliki persyaratan baik administrasi dan saranan dan prasarana yang memadai utnuk menjalankan aktivitas kelompok tani
Kabupaten Tangerang Serang V V V V V
V
V
V
V V
V V
29
Tabel 6. Karakteristik kelompok Tani No
Karakteristik kelompok Tani
Kelompok Tani Ciliwulung Batu Tunas Alam
1. Ciri Kelompoktani a. Saling mengenal, akrab dan saling V Seluruh anggota percaya di antara sesama anggota; kelompok telah saling mengenal, karena memiliki kesamaan hobi dan pekerjaan yang relative sama b. Mempunyai pandangan dan V kepentingan serta tujuan yang sama Telah terbentuk dalam berusaha tani; kelompok tani yang memiliki visi dan misi bersama, sebagai pandangan ke depan dari kepentingan dan tujuan bersama
c. Memiliki kesamaan dalam tradisi dan/atau pemukiman, hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi dan sosial, budaya/kultur, adat istiadat, bahasa serta ekologi.
2.Unsur Pengikat Kelompoktani
V Kesamaan dalam tradisi dimunculkan dari kegiatan yang dipelopori oleh seluruh anggota kelompok dan didukung pendanaan dari masing – masing anggota kelompok secara sukarela
a. Adanya kawasan usahatani yang V menjadi tanggungjawab bersama di Kawasan usaha tani antara para anggotanya; masih di lahan milik ketua kelompok tani, masih dalam tahap musyawarah utnuk pengembangan kawsan usaha tani yang terintegrasi dan dapat dijangkau oleh
V Adalah himpunan beberapa orang yang bekerja sama dalam satu wadah kelompok tani
V Terbentuk karena keinginan memiliki ternak dan berusaha untuk membudidayakan ternak ayam untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari - hari V Berlokasi di desa yang masih terjangkau (berdekatan) sehingga memiliki tradisi yang sama
V Belum memiliki kawasan usaha tani, namun hanya memiliki saung usaha tani yang berfungsi sebagai pengembangan dan pelatihan anggota kelompok
30
anggota kelompok tani b. Adanya kader tani yang berdedikasi tinggi untuk menggerakkan para petani dengan kepemimpinan yang diterima oleh sesama petani lainnya;
V Kader tani yang ada adalah ketua kelompok yang aktif merancang target kemajuan kelompok tani
V c. Adanya kegiatan yang Kegiatan berbagi manfaatnya dapat dirasakan oleh pengalaman yang sebagian besar anggotanya; dilakukan disaat pertemuan bulanan anggota kelompok, terkait manajemen dan budidaya ayam KUB
V Kader tani, yang dipegang oleh ketua kelompok, yang senantiasa mendistribusikan pekerjaan dengan baik, ketua kelompok adalah tokoh masyarakat setempat V
Kegiatan pembuatan pakan diinisiasi oleh ketua kelompok, sebagai usaha bersama, dan diberikan sebagian besar manfaatnya untuk kelompok (mirip lembaga koperasi yang non formal)
d. Adanya dorongan atau motivasi V dari tokoh masyarakat setempat Motivasi untuk menunjang program yang diwujudkan dalam telah ditetapkan. mempermudah rekomendasi pengurusan sertifikat kelompok tani dari perangkat desa setempat
V Dukungan tokoh masyarakat setempat berupa pemberian izin adanya usaha pembuatan pakan (self mixing) milik kelompok tani
e. Adanya pembagian tugas dan V tanggungjawab sesama anggota Distribusi tugas berdasarkan kesepakatan bersama yang diemban oleh ketua kelompok telah didistribusikan ke anggota kelompok sesuai dengan kemampuan masing – masing kelompok
V Distribusi tugas yang diemban oleh ketua kelompok telah didistribusikan ke anggota kelompok sesuai dengan kemampuan masing – masing kelompok
31
3. Fungsi Kelompoktani a. Kelas Belajar
b. Wahana Kerjasama
c. Unit Produksi
V Sering melaksanakan berbagi ilmu di saung miliki kelompok tani ciliwulung batu di taktakan, serang
V Kelas belajar dilaksanakan apabila ada penyuluhan dari penyuluh setempat (pembinaan)
V Kerjasama dilaksanakan dengan penggemar hewan ungags di kota serang, yang dilaksanakan setiap minggu pagi di alun- alun serang
V Wahana kerjasama dibentuk oleh ketua kelompok dalam memproduksi pakan sendiri
V Unit produksi, breeding farm (penetasan telur ayam KUB) yang dijual murah ke kelompoknya, Rp. 1000 per butir
V Unit produksi berupa pabrik pakan kecil yang dibuat oleh ketua kelompok dalam upaya menghidupkan penyelenggaraan kelompok
Berdasarkan Permentan No. 82/permentan/OT.140/8/2013 tentang pedoman pembinaan keompok tani kelompok tani harus memiliki unsur-unsur sebagai berikut : 1. Ciri Kelompoktani a. Saling mengenal, akrab dan saling percaya di antara sesama anggota; b. Mempunyai pandangan dan kepentingan serta tujuan yang sama dalam berusaha tani; c. Memiliki kesamaan dalam tradisi dan/atau pemukiman, hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi dan sosial, budaya/kultur, adat istiadat, bahasa serta ekologi. 2. Unsur Pengikat Kelompok tani a. Adanya kawasan usahatani yang menjadi tanggungjawab bersama di antara para anggotanya; 32
b. Adanya kader tani yang berdedikasi tinggi untuk menggerakkan para petani dengan kepemimpinan yang diterima oleh sesama petani lainnya; c. Adanya kegiatan yang manfaatnya dapat dirasakan oleh sebagian besar anggotanya; d. Adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk menunjang program yang telah ditetapkan. e. Adanya pembagian tugas dan tanggungjawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama 3. Fungsi Kelompoktani a. Kelas Belajar: Kelompoktani merupakan wadah belajar mengajar bagi anggota guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap agar tumbuh dan berkembang menjadi usahatani yang mandiri sehingga dapat meningkatkan produktivitas, pendapatan serta kehidupan yang lebih baik. b. Wahana Kerjasama: Kelompoktani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama baik di antara sesama petani dalam poktan dan antar poktan maupun dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usahatani lebih efisien dan lebih mampu menghadapi
ancaman,
tantangan,
hambatan,
gangguan
serta
lebih
menguntungkan; c. Unit Produksi: Usahatani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota poktan secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomis usaha, dengan menjaga kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.
33
Model Pengembangan Ayam KUB
Pasar / marketing Unit pasca panen Pj. Sriwinarno SKPD Prov Banten Unit Pembesaran Pj. Eka A Populasi 6000 ekor
Kelompok Ternak Ciliwulung Batu, Serang BPTP Banten
Kandang Kandang peternak Kandang peternak peternak
Unit Pembibitan Pj. Bandiyono Daya produksi 2000/minggu Pengembangan ayam KUB di serang adalah pengembangan ayam KUB berbasis pembibitan ayam KUB, yang dikelola oleh kelompok ciliwulung batu, Kelompok ini memiliki beberapa unit-unit produksi diantaranya ; unit pembibitan, unit pembesaran dan unit pasca panen. Unit Pembibitan. Unit ini dikelola oleh bapak Bandiyono sebagai penanggung jawab Unit pembibitan ayam KUB, dengan memiliki mesin tetas kapasitas 2000 ekor dengan kemampuan produksi per minggu nya 2000 ekor yang seharusnya per minggu bisa mencapai produksi 10.000 ekor (DOC). Adapun kendala yang dihadapi adalah kecilnya skala usaha pembibitan yaitu skala 250 ekor ( 45 ekor indukan dari BPTP Banten) dan kelemahan pada mesin tetas nya yaitu distribusi panas di dalam mesin tetas yang kurang merata sehingga mengakibatkan death in cell (mati dalam cangkang). Unit pembibitan ini menyuplai ke anggota kelompok melalui unit pembesaran.
Pemberian
harga
DOC
untuk
kelompok
disetting
lebih
murah
dibandingkan jika di jual ke pasar langsung, yaitu hanya Rp. 6.000/ekor DOC yang seharusnya Rp. 6.500/ekor DOC. Bentuk subsidi tersebut dilakukan karena adanya distribusi sederhana terkait arus bantuan yang diterima oleh kelompok Ciliwulung Batu.
34
Unit Pembesaran.Unit pembesaran dikelola oleh Bapak Eka A, yang memiliki kapasitas kandang paling besar diantara anggota kelompok ternak lain yaitu kapasitas 2000 ekor. Anggota kelompok mendistribusikan hasil pemeliharaan ternak ayam KUB ke unit pembesaran ini, dengan tujuan manajemen yang lebih baik dan terekap oleh kelompok ternak ciliwulung batu. Total populasi yang dikelola oleh kelompok ternak ini berjumlah +6000 ekor dengan kemampian jual mencakup hampir seluruh area di banten. Unit pasca panen.Unit pascapanen dikelola oleh bapak Sri winarno, yang memiliki kemampuan mengolah karkas ayam KUB menjadi karkas setengah jadi, dan telah dilakukan pembungkusan dengan sealer. Karkas yang dijadikan karkas setengah jadi diperoleh dari kiriman anggota kelompok lain dengan harga Rp. 55.000/ekor dan diolah menjadi karkas menjadi Rp. 75.000/ekor. Dukungan BPTP Banten terhadap unit pasca panen ini berupa bibit ayam KUB (DOC) sejumlah 100 ekor. DOC tersebut dipelihara dan dibesarkan di kandang bapak Sri Winarno selama 12 minggu dengan berat panen + 871 gram/ekor sebagai raw material yang dijadikan karkas setengah jadi. Karkas setengah jadi tersebut dibungkus dengan plastic wraping.Sehingga mempermudah kemasan dan menarik bagi pelanggan.Adapun pemasaran yang dilakukan oleh unit pascapanen ini melalui kelompok ciliwulung batu. Sehingga
Kelompok Peternak Ciliwulung Batu, Serang
Pasar / marketing
Unit Pembuatan Pakan PJ. Rojali
Pakan
Peternak mandiri
Kandang Kandang Kandang peternak peternak peternak SKPD Prov Banten
BPTP Banten
35
Model pengembangan ayam KUB yang dilakukan di Tangerang berfokus pada pembesaran ayam KUB dan pengembangan unit pembuatan pakan yang berbasis bahan baku lokal. Adapaun hubungan yang terjalin antara kelompok Tunas Alam yang berada di Tangerang dengan kelompok Ciliwulung Batu , Serang adalah hubungan distribusi pakan atau pun bahan pakan yang diperoleh dari unit pembuatan pakan kelompok ternak tunas alam yang disalurkan ke sebagian kelompok ternak ciliwulung batu, berupa bahan baku pakan seperti jagung dan dedak. Selanjutnya Unit pembuatan pakan yang dimiliki kelompok ternak Tunas alam memberikan suplai pakan kepada anggota kelompok sebagai mitra dengan kontrak bagi hasil yaitu Inti (ketua kelompok) sebagai penyandang modal awal berupa suplai pakan selama pemeliharaan dan anggota kelompok bertugas memelihara ayam KUB hingga umur 5-6 bulan. Kemudian panen dilakukan bersama dengan inti (unit pembuatan pakan, Kelompok peternak Tunas alam) yang kemudian dijual langsung ke pasar dan sebagian dijadikan display data pameran dengan melibatkan dukungan dari SKPD provinsi Banten, dalam hal ini, BP3K Cisauk, Kabupaten Tangerang sebagai coordinator lapangannya. 4.4. Kualitas Telur Ayam KUB dengan Perlakuan pakan yang berbeda Kajian kualitas telur ayam KUB dilakukan di kota serang, dengan menggandeng kelompok tani ciliwulung batu sebagai petani kooperatornya. Adapaun perlakuaanya adalah sebgai berikut : Pakan A, pakan kontrol yang terdiri dari 3 pakan peternak kooperator yang tidak diberi tambahan pakan. Pakan B, pakan dari 3 peternak kooperator yang diberi tambahan jamu AI sebesar 2% dari feed intake Pakan C, pakan dari 3 peternak kooperator yang diberi tambahan temulawak sebesar 2% dari feed intake Masing-masing perlakuan pakan diulang kepada 3 paka peternak kooperator dan masing – masing pakan diberikan ke 8 ekor ayam Pullet KUB, sehingga total nya menjadi 72 satuan unit percobaan Dari kajian tersbut diperoleh hasil sebagai berikut : Pada pakan A diperoleh warna kuning telur yang agak pucat, jika dibandingkan dengan Yolk Colour fan, maka warna kuning telur mendapat skor 5. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan kuning telur memiliki beta karoten yang rendah dibawah normal jika dibandingkan dengan warna kuning telur standar yaitu 7 (SNI telur, 2014) 36
Pada pakan B diperoleh warna kuning telur dengan skor 7, hal ini menunjukkan bahwa, pengaruh penambahan jamu AI tidak mengubah kandungan kuning telur (beta karoten) sehingga telur yang diberi jamu AI 2% tidak mengubah warna kuning yolk. Pada pakan C diperoleh warna kuning telur denga skor 8, hal ini menunjukkan bahwa pemberian temulawak 2% ke dalam pakan mampu meningkatkan kadar beta karoten telur, sehingga kuning telur menjadi lebih menarik dan memiliki nilai tambah gizi dibandingkan perlakuan pakan lain. 4.5. Keragaan Bobot Ayam KUB pedaging di 2 Kabupaten Keragaan bobot ayam KUB di kabupaten serang dan tangerang diperoleh hasil sebgaia berikut (Tabel 7) : Tabel 7. Keragaan bobot badan ayam KUB No Kabupaten Tangerang 1. Rojali 2. Sarjoni 3. Sudarsih
Rataan Bobot Kab. Serang Panen (6 bulan) 1,771 kg Sri winarno 1,263 kg Asep 0,870 kg
Bobot Panen (4 bulan) 0,980 kg 0,9 kg
4.6. Kelayakan Usaha Ayam KUB 4.6.1. Kelayakan Usaha Ayam KUB Pedaging Kelayakan
usaha
ayam
KUB
pedaging
di
provinsi
Banten
memiliki
kecenderungan untuk memanen keuntungan. Hal ini terbukti dengan adanya ketersediaan bahan baku pakan yang melimpah di provinsi Banten serta dukungan stake holder dan semangat membangun yang dimilki oleh masyarakat Banten. tercatat terdapat 12 pabrik pakan ternak yang berdiri di Banten, Hal ini membuktikan bahwa provinsi Banten memiliki potensi penyedia pakan ke seluruh Indonesia dengan dukungan ketersediaan bahan baku pakan. Analisa finansial pemeliharaan ayam KUB secara semi intensif diperoleh B/C 1.19 dengan titik impas harga Rp.27.130,-/ekor 4.6.2. Kelayakan Usaha Ayam KUB Pembibitan Kelayakan usaha pembibitan ayam KUB di provinsi Banten layak diusahakan karena usaha pembibitan DOC ayam KUB memiliki peluang pasar yang besar, namun suplai induk dan hasil produksi DOC belum mampu memenuhi permintaan pasar.Diharapkan kelompok peternak ayam KUB mendapat dukungan pendampingan pengembangan usaha pembibitan ayam KUB yaitu manajemen penetasan dan manajemen pemeliharaan induk ayam KUB serta manajemen penanganan biologis 37
(biosecurity) agar usaha tani kelompok ternak mampu berkembang.Hasil analisis usaha pembibitan penghasil DOC ayam KUB per siklus produksi dapat menguntungkan dengan nilai R/C = 2.41 selama 12 bulan (satu siklus produksi).
38
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Distribusi ayam KUB di Provinsi Banten sudah mencapai 17.500 ekor, 7.600 Ekor di Kabupaten Serang dan 8.100 ekor di Kabupaten Tangerang dengan sebaran terbanyak di Kabupaten Serang 2. Usaha ternak ayam KUB yang paling banyak diusahakan di 2 lokasi Kajian adalah usaha ternak ayam KUB pedaging yaitu sebanyak 9 orang (Kabupaten Serang) dan 10 orang (Kabupaten Tangerang) 3. Model Kelembagaan peternak ayam KUB di Kabupaten Serang memiliki model yang seimbang yang meilputi permintaan dan penawaran bisa bersinergi dan mampu mengakses pasar dengan baik. dan Kabupaten Tangerang memiliki model sederhana dengan memiliki unit produksi pakan yang mampu menyuplai ke mitra peternak sekitar 5.2. Saran Kajian
pengembangan
ayam
KUB
diupayakan
untuk
mendukung
pengembangan ayam KUB di provinsi banten serta pendukung percepatan diseminasi produk unggulan badan litbang pertanian. Harapannya ke depan pengembangan ayam KUB
mampu
memenuhi
kebutuhan
pangan
khususnya
ungags
lokal
untuk
meningkatkan konsumsi protein hewani nasional. Penggunaan pakan lokal sebagai subtitusi pakan pada usaha tani ayam KUB mampu menghemat pengeluaran pembelian pakan sebesar Rp. 1.505.000 pada campuran pakan pabrik dengan tambahan 25% jagung giling dan 25% dedak. Penggunaan pakan lokal sebagai subtitusi pakan pabrik untuk usaha tani pembesaran ayam KUB dapat meningkatkan kemampuan kelompok tani dalam mensiasati mahalnya pakan pabrik.Hasil analisa finansial menunjukkan bahwa penggunaan pakan lokal memberikan keuntungan sebesar Rp. 2.145.625 dengan pakan pabrik yang ditambah jagung giling dan dedak. Hasil analisis usaha pembibitan penghasil DOC ayam KUB per siklus produksi dapat menguntungkan dengan nilai R/C = 2.41 selama 12 bulan (satu siklus produksi. Hasil pengamatan lapang menunjukkan bahwa usaha pembibitan DOC ayam KUB 39
memiliki peluang pasar yang besar, namun suplai induk dan hasil produksi DOC belum mampu memenuhi permintaan pasar.Diharapkan kelompok peternak ayam KUB mendapat dukungan pendampingan pengembangan usaha pembibitan ayam KUB yaitu manajemen penetasan dan manajemen pemeliharaan induk ayam KUB serta manajemen penanganan biologis (biosecurity) agar usaha tani kelompok ternak mampu berkembang.
40
DAFTAR PUSTAKA Fadilah, R dan fatkhuroji. 2013. Memaksimalkan produksi ayam ras petelur. PT. Agromedia pustaka. Jakarta Gustira, DE.,Riyanti, Kurtini, T. 2015 Pengaruh kepadatan kandang terhadap performa produksi ayam petelur fase awal grower. Jurnal Ilmiah Peternakan terpadu Vol. 3(1): 87-92, fakultas Peternakan, Universitas lampung. lampung Kemenkumham. 2016. SK Kemenkumham tentang pengesahan pendirian badan hukum pekumpulan kelompok ternak ungags ciliwulung batu. Jakarta Maeda 2005. Polymorphism of Mx Gene in Asian Indigenous chicken poplation.Makalah Dipresentasikan pada Seminar Nasional Tentang Unggas Lokal III, Universitas Diponegoro, 25 Agustus 2005. Permentan. 2013. Permentan Pertanian. Jakarta.
No.
82/permentan/OT.140/8/2013.
Kementerian
Sartika, T. 2005. Peningkatan mutu bibit ayam Kampung melalui seleksi dan penggunaan penanda genetik promotor prolaktin dalam MAS (Marker Assisted Selection) untuk mempercepat seleksi. Disertasi, Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor. Sartika, T., D. Zainuddin, S. Iskandar, H. Resnawati, B. Gunawan, E. Juarini, A.Udjianto, Gunadi, Yulianti, E. Baso, M. Gumay, IP. Alam, R. Setiadi, D. Sartika dan N.Fasyani. 2007. Pengembangan sistem pembibitan “open nucleus” ayam kampung unggul petelur. Laporan Penelitian Balitnak, No: UAT/BRE/J-01/APBN 2006. Sartika, T dan S. Iskandar. 2007. Mengenal Plasma Nutfah ayam Indonesia dan Pemanfaatannya. Buku. Edisi pertama. Balai Penelitian Ternak. Sartika, T., D. Zainuddin, S. Iskandar, H. Resnawati, E. Juarini, T. Herawati, A. Udjianto, Gunadi dan Yulianti. 2008. Pengembangan ayam kampung unggul petelur, melalui sistem pembibitan “open nucleus”. Laporan penelitian no: UAT/BRE/L-01/ APBN 2007. 42 hal. Sartika, T., S. Iskandar, D. Zainuddin, S. Iskandar, B. Wibowo dan A. Udjianto. 2009. Seleksi dan “open nucleus” ayam KUB (Kampung Unggul Balitnak). Lap. Penelitian No: NR/G-01/Breed/APBN 2009. Sartika, T., S. Sulandari and M.SA Zein. 2011. Selection of Mx Gene genotype as genetic marker for avian Influenza resistance in Indonesian native chicken. Biomed Central (BMC). Open Acces: http://www.biomedcentral.com/17536561/5/S4/S37 Sulandari, S., MSA, Zein and T.Sartika, 2008. Analysis of Genetic Relationship among Indonesian Native chicken breeds. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner Vol 13(4): 295-307
41
Sulandari,S., MSA, Zein and T.Sartika, 2008. Molecular characterization of Indonesian Indigenous chickens based on Mitochondrial DNA Displacement (D)-loop Sequences. HAYATI, Journal of Biosciences vol 15 (4): 145-154. Sulandari, S., MSA Zein, D. Astuti dan T. Sartika. 2009. Genetic polymorphisms of the chicken antiviral Mx gene in a variety of Indonesian Indigenous chicken breed. Jurnal Veteriner , Jurnal Kedokteran Hewan Indonesia 10 (2): 50-56.
42
LAMPIRAN Kabupaten tangerang : 1. lokasi yang berada di desa malang nengah, kecamatan tigaraksa, adalah lokasi yang bagus, karena sesuai Rencana tata ruang dan tata wilayah, kawasan tersebut dijadikan sebagai kawasan industry, didukung dengan akses yang mudah dengan jalan besar dan jarak yang dekat dengan sumber-sumber pakan yaitu pabrik pakan. 2. Akses terhadap pasar yang luas dan mudah, sehingga diharapkan berdirinya kandang di kelompok Tania malang negah, kecamatan tiga raksa ini dapat memperlancar arus penjualan ayam KUB di sekitar tangerang. 3. Jaminan ketersediaan pakan dan bahan pakan. 4.adanya institusi pendukung untuk pengembangan ayam KUB Kabupaten Serang : 1.lokasi berada di taktakan, kota serang. Kelompok ternak ini sebagai kelompok pembibit ayam KUB, Sehingga diharapkan dapat meningkatkan penyediaan bibit ayam KUB di Kota Serang khususnya dan provinsi Banten pada umumnya. 2. Akses pasar yang mudah. Lokasi kandang berada di radius kurang dari 10 KM dari pusat kota, hal ini adalah keuntungan posisi yang dimiliki kelompok ternak ini, yang diharapkan dapat merambah perluasan penjualan bibit ayam KUB yang dihasilkan. 3. Jaminan ketersediaan pakan dan bahan pakan. Kelompok ternak ciliwulung batu, juga berperan sebagai penghasil pakan ayam KUB yang dikelola oleh ketua kelompoknya.Hal ini adalah unsur pendukung keberlangsungan usaha ayam KUB ke depannya. 4.dukungan dari satuan kerja pemerintah daerah setempat. Dukungan yang baik diberikan oleh dinas pertanian kota serang melalui pendampingan program kegiatan diantaranya pendampingan promosi produk ayam KUB pada pecan daerah. Kondisi kandang tersebut di atas adalah kandang milik petani kooperator yang telah melalui proses mendapatkan saran dan masukan dari BPTP Banten selaku Pelaksana Kegiatan.
43
Photo kandang Petani Kooperator :
Tampak depan , kandang Pak Rojali
Tampak Depan kandang Pak…
Tampak samping Kandang Pak….
Tampak Depan kandang pak… Serang
Peternakan ayam KUB Indukan Persiapan kandang indukan
44
Pemeliharaan Masa Broodiness Pemeliharaan masa Broodiness dilakukakan di Kebun Percobaan Singamerta milik BPTP Banten, Tujuan pemeliharaan Broodines dilakukan di kantor adalah untuk mengoptimalkan kemampuan ayam umur sehari sebelum didistribusiakan ke peternak, karena sebelum didistribusikan ayam harus dikondisikan dan dibekali kekebalan tubuh, sehingga pada saat lepas 14 hari, ayam sudah memiliki kekebalan antibody mathernal yang sudah baik. Sehingga masa broodiness kita persiapakan sedeminkian rupa agar pada saat diberikan ayam lebih survive terhadap serangan penyakit baik dari dalam maupun dari luar dan keberlangsungan hidup ayam di lapangan lebih bisa tahan lama. Berikut foto perlakuan selama masa broodiness di KP Singamerta
Penerapan masa broodiness di KP. Singamerta menerapkan 1 brooder untuk 500 ekor anak ayam, indukan/brooder menggunakan indukan dari medion yang dinyalakan sesuai dnegan kondisi ayam, apabila anak ayam yang menyebar maka indukan ayam tidak perlu dinyalakan, biasanya ini terjadi pada siang hari. Karena suhu lingkungan sekitar yang panas.Selanjutnya Apabila ayam masih merasa kepanasan maka tirai disekeliling kandang harus diangkat/dinaikkan agar bisa menyegarkan udara di didalam kandang. Pada umumnya lama penggunaaan indukan ayam (brooder) dilakukan 12-14 jam an per hari yang dimulai dinyalakan pada pukul 17.00 WIB dan dimatikan pada pukul 06.00 WIB. Pemberian pemanas disesuaikan dengan kondisi ayam, biasanya dilakukan pengurangan lama penggunaan indukan setiap 3 hari sekali dikurangi perharinya 1 jam, sehingga tiba pada umur ke 14 hari, ayam sudah bisa lepas dari penggunaan indukan ayam (brooder).
45
Distribusi Ayam Kegiatan distribusi ayam telah dilaksanakan di beberapa tempat di Serang dan tangerang, Dengan rincian pendistribusian sebagai berikut : Serang Peternakan ayam KUB Indukan
Tangerang Peternakan ayam KUB Pedaging
Monitoring Ayam
Ayam di control bagian tembolok sesuai yang ada di gambar, dengan memperhatikan target kekenyangan pada tembolok.Berikut table indicator kekenyangan pada tembolok ayam.
46
Kualitas DOC dilihat dari tampilan fisik dan tampilan dalamnya, untuk tampilan fisik bisa dilihat dari luar diantaranya kakinya yang tidak kering, matanya yang jernih, bulu nya yang lembut tidak acak – acakan, lubang kloaka yang bersih, dan tingkah laku yang lincah. Selanjutnya utnuk tampilan dalam bisa menggunakan teknik sampling, cek kesehatan DOC melalui bedah bangkai, diharapkan bedah bangkai dipakai oleh peternak setiap pertama kali melakukan Chick in. agar dapat mencegah terjadinya kerugian yang tidak diinginkan. Kulaitas DOC secara cepat bisa dilihat dari berat badannya, karena DOC yang jauh lebih kecil berat badannya daripada berat telur, hal ini mengindikasikan DOC tersebut kurak baik untuk dipelihara. Hasil Analisa Pakan Tabel 8. Analisa pakan ternak ayam KUB Kabupaten Tengerang
Hasil analisa pakan milik kelompok ternak di tangerang menunjukkan bahwa pakan ternak tersebut memiliki kandungan energy yang cukup namun kekurangan kandungan proteinnya hanya sekitar 12%, sehingga perlu didukung pakan tambahan berupa pakan penguat yang mendukung penambahan protein agar kebutuhan ayam terpenuhi sesuai dengan standar kebutuhannya. Hasil analisa pakan yang di kelompok Ciliwulung Batu : memiliki kandungan protein 20,76%, kandungan lemak 2,78% dan kadar abu 6,76%. Dapat disimpulkan bahwa kandungan pakan di kelompok ternak ciliwulung batu memiliki kelebihan protein, sehingga dapat dikurangi bahan pakan yang mengandung unsur N dalam membuat ransumnya.
47
Pelatihan petani Pelatihan ayam KUB di Tangerang (11 Agustus 2016) Acara bertempat di aula BPP Kecamatan Cisauk acara ini dihadiri oleh Kepala BPP Cisauk Bpk. Empud Mahpudin, A.Md dan diikuti oleh sekitar 25 orang peternak. Acara pertama diisi oleh sambutan dari Kepala BPP Cisauk Bp. Empud Mahpudin, A.Md, beliau menyampaikan ucapan terimakasih kepada BPTP Banten yang telah bekerjasama untuk membangun peternakan di kecamatan cisauk dan diharapkan kerjasama ini terus berlanjut hingga tahun-tahun mendatang. Mudah-mudahan dengan adanya acara pelatihan ini akan memajukan kondisi peternakan di Kecamatan Cisauk dan berpesan kepada peserta pelatihan supaya mengikuti acara ini dengan baik dan menyimak apa yang akan disampaikan oleh narasumber. Acara kedua langsung diisi oleh narasumber dari BPTP Banten yaitu Ibu Dewi Haryani yang menyampaikan tentang Budidaya Ternak Ayam Kampung. Narasumber menyampaikan tentang ciri-ciri ayam KUB, cara pemeliharaannya,kesehatan ayam KUB dan juga kelebihan yang dimiliki oleh ayam KUB dibandingkan ayam kampong biasa. Selama ini peternak tradisional tidak memperhatikan keefesienan penggunaan pakan. Padahal tiap periode umur ternak sudah ada angka kebutuhan pakannya. Sehingga apabila melebihi angka kebutuhan tersebut ternak tetap saja pertambahan berat badannya justru petani yang rugi karena harus mengeluarkan biaya pakan ekstra. Sesi Tanya Jawab : Penanya 1 (Pak Jamal) : a) Apakah perlu ayam kampung di vaksin AI? Jawaban Narasumber : ayam kampung tidak tidak wajib divaksin AI, asalkan kita tetap menjaga kesehatan ternak kita supaya tetap sehat . b) Bagaiamana menghilangkan sifat mengeram telur pada ayam kampung Jawaban Narasumber : Apabila ayam bertelur segera ambil telurnya supaya mencegah induk tersebut untuk mengeram. Penaya 2 Sejak kapan ayam KUB dibudidayakan di Banten? Jawaban Narasumber : Sejak tahun 2012 mulai dibudidayakan di Serang.
48
49
Analisa Usaha tani ayam KUB Table 9. Analisa Usaha Pembesaran Ayam KUB Uraian
Pakan Pabrik + 25% Jagung giling + 25% dedak Volume
satuan
Harga satuan (Rp)
Investasi tanah
Jumlah (Rp.) 43,500,000
500
m2
75,000
37,500,000
Kandang
50
m2
75,000
3,750,000
Tempat pakan
35
unit
30,000
1,050,000
Tempat Minum
35
unit
20,000
700,000
1
unit
500,000
500,000
Alat Injeksi Biaya tetap
600,000 -
penyusutan Kandang
50
m2
7,500
375,000
Tempat pakan
35
unit
3,000
105,000
Tempat Minum
35
unit
2,000
70,000
1
unit
50,000
50,000
Alat Injeksi Biaya Per ekor
5,880
biaya investasi + biaya tetap
2,940,000 -
Biaya tidak tetap
10,625,000
Bibit ayam
500
ekor
6,500
3,250,000
Pakan pabrik
700
kg
7,600
5,320,000
jagung giling
175
kg
3,600
630,000
dedak
175
kg
3,000
525,000
Obat-obatan
500
ekor
250
125,000
vaksin
500
ekor
750
375,000
pakan fermentasi pakan rekomendasi
Tenaga kerja Listrik dan air
500 1
ekor periode
500
250,000
150,000
150,000
Biaya Per ekor
21,250.00 -
Penerimaan Daging
15,710,625 449
kg
35,000
Pendapatan per periode
15,710,625 2,145,625
R/C RASIO
1.16
B/C RASIO
0.73
titik impas produk titik impas harga
387.57 27,130.00
50
Tabel 10. Analisa Usaha Pembibitan Ayam KUB Asumsi teknis dan harga Skala usaha
=
250
Tingkat produksi telur
=
65%
Fertilitas
=
70%
Daya teteas
=
70%
Mortalitas DOC
=
5%
Siklus produksi
=
Kebutuhan pakan jantan dan betina
=
Harga pakan
= Rp.
Harga bibit
= Rp.
Harga jual DOC jantan dan betina
= Rp.
Harga jual telur konsumsi
= Rp.
Harga jual ayam afkir
= Rp.
Ukuran kandang
= Rp.
12 100 5,500
ekor
bulan/siklus g/ekor/hari /kg
90,000
/ekor
6,500
/ekor
2,000
/butir
45,000 166,000
/m2
Modal awal yang diperlukan Bibit (250 ekor x Rp. 90.000)
= Rp.
Pakan (9000 kg x Rp. 5.500)
= Rp.
obat dan vaksin sekam (Rp. 1000/ekor/bulan)
= Rp.
sapronak (Rp. 400/ekor/bulan)
= Rp.
Daya tahan kandang (60 bulan)
= Rp.
Mesin tetas (daya tahan 5 tahun) 2 unit, @ kapasitas 1000 telur
= Rp.
Total modal awal
= Rp.
22,500,000 12,375,000 375,000 300,000 9,960,000 5,000,000 50,510,000
Pengeluaran per siklus (12 bulan) Pembelian induk bibit
= Rp.
Biaya pakan
= Rp.
Air dan listrik
= Rp.
Obat
= Rp.
Vaksin
= Rp.
Sekam
= Rp.
Peralatan
= Rp.
22,500,000 12,375,000 600,000 1,500,000 1,200,000 800,000 1,200,000
51
Perawatan kandang
= Rp.
Tenaga kerja
= Rp.
Penyusutan mesin dan kandang
= Rp.
Total pengeluaran per siklus
Rp.
Keuntungan per siklus produksi (12 bulan) Produksi telur per minggu = 65% x 250 = 163 butir per hari x 7 hari Produksi DOC per minggu= 1138 ekor x 70% x 70% Kematian DOC = 5% x 557 ekor DOC yang dijual perminggu = 529 ekor – (20%*529 ekor) Masa produksi Produksi DOC per siklus
1,992,000 1,500,000 1,496,000 45,163,000
=
1138
=
557
=
28
=
424 12
= =
22027 = Rp.
Jual ayam afkir
=
238 = Rp.
pupuk
=
Penerimaan per siklus
=
R/C
=
ekor ekor ekor Bulan ekor/siklus 143,178,490 ekor 10,687,500
20 = Rp.
butir
karung 200,000 108,902,990 2.41
52