Ke Daftar Isi Prosiding Seminar Tekn%gi serta Fasililas Nuklir
dan Keseiamatan
Serpong, 9-10 Februari 1993 PRSG, PPTKR - BATAN
PLTN
LANGKAH-LANGKAH DAN PERSIAPAN PEMBANGUNAN PLTN Oleh: Daryono Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS)
ABSTRAK Pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia semakin tidak dapat dihindarkan lagi, mengingat kebutuhan industri yang makin besarserta kebutuhan listrik rakyat untuk pemerataan yang harus segera dilaksanakan pada era pembangunanjangka panjang tahap II (PIPT II). Hal ini harus segera diantisipasi dengan melakukan persiapan-persiapan dibidang teknologi nuklir serta teknologi pendukungnya baik dari sisi sumberdaya manusia, sumberdaya alam maupun prasarana dan sarananya. Pengelolaan PLTN harus dilakukan dengan penguasaan bidang ilmunya secara mendasar baik untuk perawatan, rancang baflgun dan rekayasa maupun untuk pengamanan apabila terjadi gangguan. Hal ini perlu agar dapat memperkecil ketergantungan dari negara lain, karena sifat ketergantu-ngan ini akan menyebabkan tidak ekonomisnya PLTN. Ukuran dari ketergantungan dapat dimanifestasikan dalam bentuk besamya isian lokal yang terkandung dari suatu produk. Idealnya perbandingan isian lokal dan peralatan import adalah 80 : 20 dalam arti bahwa llpabila yang 20% dilokalkan biaya investasinya akan semakin tinggi dan mengakibatkan harga listrik yang dihasilICan menjadi mahal. Pada dasamya PLTN mempunyai proses yang sarna dengan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Perbedaan utamanya adalah bagian pembuat uap (boiler) dalam PLTU yang menggunakan bahan bakar minyak, gas, atau batubara digantikan dengan pembuat uap dengan bahan bakar radioaktif (uranium, plutonium, dII.) yang dikenal dengan reaktor nuklir. Oleh karena itu untuk penguasaan teknologi PL TN ini, harus dimulai dengan penguasaan teknologi PL TU secara mendasar yang saat ini masih menggunakan rancang bangun dari luar. Sejalan dengan itu penguasaan ilmu tentang reaktor nuklimya sendiri juga harus dikembangkan dengan rencana yang terpadu dengan program pembangunan PLTN. Dengan dikuasainya teknologi PLTU akan lebih mudah untuk menguasai teknologi PL TN dengan menyesuaikan rancang bangun dan material yang dibutuhkan. Permasalahan diatas adalah merupakan pemlasalahan nasional sehingga diperlukan komitmen pemerintah dalam hal dukungan dana untuk mengerahkan sumber daya manusia dan penyediaan prasarana dan sarana yang diperlukan. Untuk itu perlu ditentukan target waktu kapan PLTN akan dibangun sehingga dapat segera dilakukan pengerahan tenaga baik tenaga pcneliti, tcnaga rancang bangun maupun tcnaga manufaktur serta fasilitas yang tersedia secara terpadu.
\
ABSTRACT The electric power generation plant wiII be necessary and important to support the industrial growth for the next periode of the national development in Indonesia and to grow the Indonesian people welfare. The preparation on technology to build, operation, fabrication and maintenance has to be hold seriously to anticipate man power and facilities requirements. The development of the elcetric power plant has to do basically on science and technology for design engineering in order to do ourself for the maintenance to avoid the radiation hazardous if we have to face and accident with ournuclearpowerplant. It is very important to make as small as possible dependency with the foreign expert because the dependency with them will make the operation cost . of nuclear power plant is not cheap. The measure of the dependency can be manifested on the local content ofthe product. The ideal local content is 80 % of the local product. It means ifthe 20 % wiII be produced inhouse the cost wiII become higher than if import them and consequently the electrical cost wiII expensive. BasicaIIy, the nuclear power plant process technology is similar with the steam power plant. The difference is on the steam generator known by boiler in the steam power plant, replaced by nuclear reactor in nuclear power plant, we have to start to enhance the steam power plant technology especiaIIy on design engineering and production technology. Those problem need priority support by the govemment, because to enhance the technology, we need a high fund to provide man power and facilities. The development of the nuclear power plant has to be ralated with the steam of gas power plant either on science and..technology development or on the nuclear power plant project.
196
Prosidings Seminar Teknologi dan Keselama/an ser/a Fasilitas Nuklir
PLTN
ABILITY
Serpong, 9-10 Februari 1993 PRSG, PPTKR - BATAN
TO INFLUENCE
FINAL COST 100
OVER PROJECT LIFE
':r.
HIGH
• COST
.
EXPENDITURE
ENGINEERING
A8IUT'( TO INfLUE.4CE COST
PROCUREMENT
,
..
I
. 'CONSTRUCTION
I
I I
T STARTUP
LOW STAH DATE
TIME
Gambar 4
195
~
NEED DATE
I
Prosiding Seminar Teknologi dan Keselamatan serta Fasilitas NukUr
Serpong, 9-10 Februari 1993 PRSG, PPTKR - BATAN
PLTN
PENDAHULUAN Energiadalah salah satu W1sur dari infra struktur industri yang harus disediakan untuk mendukung tercapainya cita-cita industrialisasi yang akan tinggal landas pada PELIT A VI. Disamping itu, jumlah energi listrik yang tersedia juga merupakan indikator tingkat kesejahteraan rakyat. Hal ini yang menjadikan alasan Pemerintah dalam memprioritaskan pembangW1an sarana dan prasarana perlistrikan. Kontroversi tentang perlu atau tidaknya pembangW1an PLTN akan selalu terjadi, karena sudut pandang dari masing-masing pihak mempW1yai perbedaan yang sangat bervariasi. Permasalahan utama dalam hal perlW1ya pembangW1an PL TN di Indonesia adalah masalah berapa besar kebutuhan akan energi yang diperlukan dalam mendukW1g kebutuhan Industri dan rumah tangga. Disamping itu berapa besar kemampuan dana, teknologi, sumberdaya manusia (SDM), sumber daya alam (SDA) dan sumber daya buatan (SDB) serta sarana dan prasarana yang tersedia. Pokok dari kesulitan untuk menentukan kapan PLTN akan dilaksanakan adalah tergantW1g dari kemampuan kita seperti tersebut diatas. Beberapa hal pokok yang terlebih dahulu harus dikaji W1tuk menentukan layak tidaknya PL TN dibangW1 adalah : - partisipasi pelaksanaan pembangW1an - pendanaan - pengoperasian - penguasaan keamanan dan pengamanan - penguasaan pemeliharaan - penanggulangan kecelakaan - nilai ekonomis Hal-hal diatas menunjukkan bahwa banyak hal yang harus dipersiapkan sejak dini. Kita yakin dan sadar bahwa tidakmW1gkin dapatmenghindardari penggW1aan PL TN dimasa mendatang, akan tetapi tidak berarti bahwa pembangunan PLTN bisa dilaksanakan hanya dengan kemauan politik dan kekuasaan dalam pemerintahan, karena telah terbukti didunia bahwa adanya PLTN di negara-negara maju tidak terlepas dari konsekuensi kebocoran radiasi dan pencemaran lingkungan. Kesadaran tentang posisi kemampuan kita saat ini yang dimiliki merupakan permulaan dari persiapanpersiapan yang harus terus menerus dilaksanakan dengan konsisten. Pemerintah telah menyediakanlmembangW1 reaktor-reaktor penelitian dan percobaan dimaksudkan agar pendalaman dalam bidang reaktor nuklir dapat dilaksanakan secara terus menerus dan bcrkesinambungan. Permasalahan PLTN bukan hanya permasalahan rcaktor nuklir scmata, akan tetapi juga permasalahan peralatan penyalur energi dan pembangkitan listriknya, yangsaat ini bclum diarahkan untukmenujuPLTN. Pola pikir kita saat ini masih menitik beratkan bahwa PLTN akan dibeli dari negara lain dengan harapan negara tersebut akan mangalihkan teknologinya. Hal ini sangat diragukan bisa berjalan Ian car, karena pemakaian teknologi nuklir mempunyai batas yang sangat tipis
197
sekali antara penggW1aan W1tuk kepentingan militer dan non militer, sedangkan penggunaan nuklir W1tuk militer sangatdibatasi dan diskriminatif.Negara G-7 (AS, Jerman, Perancis, Jepang, Italia, Canada dan Inggris) mengadakan pembatasan melalui "Missile Technology Control Regime (MTCR)" W1tuk membatasi resiko penyebaran senjata nuklirdengan cara mengendalikan alih teknologi. Dengan demikian alih teknologi dibidang teknologi nuklir dengan cara pembelian° PLTN secara utuh sulit W1tuk dapat diyakini. Seandainya pembelian PL TN secara utuh terjadi, dan apabila nantinya terjadi kecelakaan, maka biaya operasi yang semula diperhitlli1gkan lebih murah dibanding pembangkit listrik non nuklir, akan menjadi sangat mahal karena penanggulangannya masih harns mendatangkan ahli dari negara asalriya, dim ana biaya jam orangnya sangat tinggi seperti halnya ahli pemadam kebakaran minyak dari Amerika Serikat, belum lagi biaya evakuasi dan rehabilitasi. Disamping itu teknologi nuklir yang dikembangkan di dW1ia sa at ini menuju teknologi yang sangat kompak antara reaktor ("nuclear island") dan "turbine island"nya sehingga tidak mW1gkin lagi kita dapat melakukan alih teknologi secara bertahap. Jalan satu-satW1ya ialah kita harns membuat konsep pengembangan sendiri secara transparan dan sistematis yang harus mendapat dukW1gan dari calon pengguna, pemerintah, lembaga penelitian dan perguruan tinggi serta industri-industri pendukW1gnya. Konsep tersebut harus mengandung langkah-langkah serta tahapan pencapaian yang dapat diterima bagi semua pihak dengan filosofi yang mendasar dan sistematis.
PROYEKSI KEBUTUHAN LISTRIK NASIONAL Berdasarkan studi yang telah dilakukan, perkiraan kebutuhan tenaga listrik di Indonesia pada tahW1 1993 ± 34.783 GWh/tahW1. Perkiraan kebutuhan tenaga listrik pada tahW11998 adalah 53.590 GWh/tahW1 dan perkiraan kebutuhan tenaga listriktahun2003 adalah 82.120 GWh/ tahun, lihat tabell (lampiran 1). Proyeksi perkembangan produksi energi listrik di Indonesia diperkirakan pada tahW1 1993 adalah 47.559 GWh. Pada tahim 1998 jumlah produksi energi listrik di Indonesia diperkirakan akan mencapai 72.980 GWh dan pada tahW1 2003 adalah 111.381 GWh. Lihat tabel 2 (lampiran 2).
TEKNOLOGI DAN KAPASITAS PEMBANGKIT PL TN seperti yang kita ketahui tidak lain adalah hasil pengembangan dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PL TU), dimana "boiler" atau "steam generator" yang semula menggW1akan bahan bakar minyak atau batubara, digantikan oleh sebuah reaktor yang menggunakan bahan bakar zat radio aktif yaitu Uranium atau Plutonium. Dari kenyataan ini, W1tukmenuju pembangunan PL TN yang mandiri, teknologi PL TU harus dikuasai.
Prolldlng Sen/lnar Teknologl dall Kele/amalan lerla Fasilitas Nuklir
PLTN
Scrpong. 9-10 Februarl 1993 PRSG. PPTKR -BATAN
--------) TURBINE
GENERATOR
STEAM
c
••••
o N D
----)
E N
S E
FIRE
(----
R
FUEL
<.
BOILER
<------
DIAGRAM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PL TO)
\
--------) GENERATOR
----) (----
DIAGRAM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR
198
Prosiding Seminar Teknologi dan Keselamalan serla Fasililas Nuklir
Serpong. 9-10 Februari 1993 PRSG. PPTKR - BATAN
PLTN
Kedua diagram yang digambarkan secara garis besar diatas menunjukkan perbedaan mendasar yang tidak begitu banyak perubahan secara sistem, akan tetapi dibalik sistem dasar terse but banyak perubahan pada material yang harns disesuaikan dengan adanya zat radio aktif. Material-material tersebut memerlukan penanganan pabrikasi secara khusus sehingga diperlukan pendidikan khusus dan hal ini memerlukan pembiayaan yang cukup besar. Pembiayaan dari penguasaan teknologi tersebut tidak mungkin dibebankan sepenuhnya kepada para "manufacturer", akan tetapi harus ditanggung bersama melalui lembaga-Iembaga Pemerintah, "manufacturer" dan pengguna. Pelaksanaan program-program tersebut melalui rancang bangun PL TU dapat dilakukan apakah melalui kerjasama teknik dengan negara lain ataupun dikembangkan sendiri melalui keterpaduan antarinstitusi yang berkompeten, karena teknologi ini bebas dialihkan oleh siapa saja dan kemana saja sepanjang menguntungkan semua pihak. Industri-industri yang bergerakdalam bidang energi di Indonesia, sa at ini baru menguasai teknologi pabrikasi beberapa komponen PLTU, seperti pressure vessel, heat exchanger,dan lain-lain. Pcnguasaan sistcm keseluruhan masih berada ditangan kontraktorasing yang berdasarkan peraturan pemerintah dalam pembangunan pembangkit listrik diwajibkan untuk berpartner dengan perusahaan dalam negeri. Untuk pcnguasaan teknologi PLTU ini, perlu disadari oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) selaku pengguna, agar sistem yang digunakan tidak terlalu bervariasi, supaya pendalaman dari teknologi ini dapat dilaksanakan secara berkesinambungan oleh "manufacturer" sehingga baik kualitas maupun efisiensinya dapat ditingkatkan secara optimal yang akhirnya dapat menurunkan biaya produksi dan ketepatan "deli-very time" akan lebih terjamin. Apabila hal ini dapat dilaksanakan, maka penguasaan teknologi PLTU dapat dijadwalkan secara tepat, kemudian perancangan dan pembangunan PLTN dapat dilakukan dengan kerjasama antara negara yang telah berpengalaman dengan sistem yang kita tentukan sendiri (bukan ditentukan oleh pemasok/investor), sehingga baik pemeliharaan, pengamanan maupun penanggulangan kecelakaan dapat diperhitungkan dan dipersiapkan secara baik. Pembangkit listrik yang dibangun di Indonesia saat ini pada umumnya berkapasitas kurang 1ebih 400 MW. Kapasitas scbesar ini terscdia juga untuk jcnis PLTN, sehingga perlu ditentukan kapasitas standar yang akan . dibangun oleh PLN yang dapat juga disediakan oleh teknologi PLTN sesuai dengan kebutuhan Energi listrik nasional. Sebagai contoh adalah proyek-proyek pembangunan peinbangkit listrik Paiton dan Gresik. Kapasitas standar ini harns dikembangkan untuk menjadi acuan dalam rangka mencapai tahap penguasaan rancang bangun sistem pembangkit listrik yang sejak dini telah berorientasi kepada pembangunan PLTN. Dengan demikian apabila kebijakan telah diambil oleh Pemerintah diharapkan agar mendapat dukungan oleh senma pihak
199
dalam bentukapapun dengan acuan yangtelah ditentukan. Kapasitas PL TN yang pernah ditawarkan ke Indonesia sangat bervariasi mulaidari 100 MW sampai dengan 1450 MW. Apabila tambahan kebutuhan listrik sampai dengan tahun 1998 ± 20.000 GWh atau pembangkit listrikyang diperlukan± 80.000 MW, maka diperlukan 160 buah pembangkit tenaga listrik rata-rata berkapasitas 500 MW, atau 80 buah dengan kapasitas 1000 MW selama Pelita VI. Kenyataan bahwa masih banyaknya pembangkit tenaga Iistrik yang harus dibangun, merupakan peluang untuk mendorong pelaksanaan rancang bangun PL TU sendiri yang kemudian disesuaikan untuk membuat rancang ban~ PL TN. Kapasitas yang mungkin ditetapkan untukmenjadi standar sebagai acuan akan berkisar antara 500 MW hingga 1000 MW. LANGKAH-LANGKAHMENUJU ANPLTN
PEMBANGUN-
Pelaksanaan pembangunan PL TN di Indonesia memerlukan langkah-Iangkah penguasaan teknologi sebagai berikut: 1. Penguasaan teknologi rancang bangun PL TU 2. Penguasaan teknologi pabrikasi komponen PL TU, melalui pembangunan proyek-proyek perlistrikan 3. Penguasaan teknologi reaktor nuklir termasuk "steam generator" 4. Penguasaan teknologi pabrikasi material khusus 5. Penguasaan teknologi keselamatan PLTN 6. Penguasaan teknologi penanggulangan pencemaran lingkungan Penguasaan teknologi-teknologi tersebut tidak bisa dilakukan hanya oleh satu institusi saja, melainkan harus dilakukan secara bersama-sama antar institusi dengan memanfaatkan laboratorium yang ada dan fasilitas produksi dari Industri yang tersedia sehingga diperoleh sinergisme dan dapat mempertegas program pembangunan PL TN serta mengurangi kontroversikontroversi yang timbu1. Dengan demikian perlu diambil langkah-langkah pelaksanaan sebagai berikut: 1. Koordinasi antar institusi dan industri 2. Penentuan standar kapasitas sebagai acuan penguasaan teknologi 3. Pembuatan konsep dan program pengembangan secara terpadu Terlaksananya langkah-langkah diatas, diharapkan akan memantapkan realisasi pembangunan PLTN yang dapat memberikan sumbangan dalam penyediaan tenaga listrik yang dibutuhkan dalam mendukung proses industrialisasi yang sedang berjalan. KESIMPULAN
DAN SARAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut : l.Persiapan yang telah dilaksanakan selama ini kurang . terorganisir secara terpadu antar institusi, baik itu institusi pemerintah, swasta maupun industri milik
Prosidillg Semillar Tekllo!ogi dan Kese!amalall PLTN serla Fasililas Nllklir
Serpollg, 9-10 Febrllari 1993 PRSG. PPTKR - BArAN
negara. 2. Hal ini terbukti belum adanya persia pan-persia pan penguasaan teknologi produksi dari industri yang ada dalam mendukung pelaksanaan produksi dan pemeliharaan PL TN. 3. Pentahapan program penguasaan teknologi PLTN belum tercermin secara utuh dan terarah. Hal ini terasa
dihasilkan dan siapa yang sanggup memberikan bantuan pembiayaan dalam pembangunannya. Dari kesimpulan diatas, disarankan untuk dibuat konsep secara utuh dan terintegrasi dengan melibatkan berbagai institusi baik itu institusi pemerintah, industri pemerintah maupun swasta. Konsep tersebut setelah mendapat persetujuan Menneg Ristek hendaknya dijadikan pegangan bagi semua institusi yang terkait.
bahwa selama ini evaluasi yang dilakukan dalam menanggapi penawaran pembangunan PL TN hanya berkisar antara besamya investasi, harga listrik yang
DAFfAR
ACUAN
1. "CAREM 25 Technical Description",
INV AP, Rio Negro, Argentina 1991.
2. F. RUESS, "General Design Features of the Common German-French PWR" ,Joint Seminaron the German-French Pressurized Water Reactor Technology, Jakarta 1991. 3. G. Hagen, "The German PWR Technology", Technology, Jakarta 1991.
Joint Seminar on the German-French
Pressurized Water Reactor
4. G. LEBRETON, "The French-Gennan Cooperation in the field of PWR Technology", German-French Pressurized Water Reactor Technology, Jakarta 1991.
Joint Seminar on the
5. John V. Winter; David A. Conner, "Power Plant Siting", Van Nostrand Reinhold Company, New York 1978. 6. S. LAAN, 'The French PWR Technology", Technology, Jakarta 1991. 7. Zuhal, "Optimalisasi MultiObjectif Doktor Universitas Indonesia 1985.
Joint Seminar on the German-French
Pengembangan
Pressurized Water Reactor
Sistem Pembangkit Tenaga Listrik", Disertasi untuk gelar
200
Prosiding Seminar Teknologi dan Keselamalan serla Fasililas Nuklir
Serpong, 9-10 Februari 1993 PRSG, PPTKR - BATAN
PLTN
lampiran 1 TABEL 1 PROYEKSI PERMINTAAN ENERGI LISTRIK DI SETIAP SEKTOR UNTUK SELURUH INDONESIA
2003 1993 1988 1998 1983 21663,3 15658,9 6,6 6,9 7,2 7,1 11161,4 21473,8 9779,9 37930,9 8028,6 38983,4 13210,1 15593,0 14604,5 9,9 10,1 9,7 9,0 8,9 7870,7 8,6 5463,0 4824,6 6186,2 23621,6 9037,8 10,4 . 82120,5 53589,8 34783,0 9,1 9,7 2851,6 22475,2 14500,8 (78,6) (70,8) (68,0) (65,0) (26,4) (29,2) (32,0) (35,0) (62,3) (37,7) 60457,2 (100) (100) Sektor Permintaan Total GWh/tahun GWh/tahun Industri Berat Total GWh/tahun l.Rumah tangga,dll Industri Ringan
Sumber: 7)
201
Prosiding Seminar Teknologi dan Keselamatan serta Fasililas Nllklir
PLTN
Serpong, 9-10 Febroari 1993 PRSG, PPTKR - BATAN
lampiran 2 TABEL2 PROYEKSI PERKEMBANGAN
PRODUKSI ENERGI LISTRIK, PENDUDUK DAN PDB (1983-2003)
2003 1998 1993 1988 31083,7 111381,0 244,5 214,82 177,1 194,57 175,54 469,6 237,18 127,4 20642,1 15870,0 26979,7 2,20 1,94 1,92 1,91 72980,3 47559,6 20054,9 399,7 157,44 35261,4 (11,0) (12,8) 12375,6 (10,7) (10,6) (10,5) (5,5) (5,0) (5,5) (2,0)2,32 (2,2) (2,2) 1983 1973 Pertumbuhan Listrik thd. (KWh) PDB per Kapita Penduduk Uuta) Pertumbuhan (%) PDB (X Rp. 10~
Sumber: 7)
202
Ke Daftar Isi