SEMINAR NASIONAL SDM TEKNOLOGI NUKLIR VII YOGYAKARTA, 16 NOVEMBER 2011 ISSN 1978-0176
KONTRIBUSI MANAJEMEN PROYEK DALAM PROYEK PEMBANGUNAN PLTN Sudaryo STTN-BATAN Jl Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB 55281 Yogyakarta
INTISARI : KONTRIBUSI MANAJEMEN PROYEK DALAM PROYEK PEMBANGUNAN PLTN. Telah dilakukan kajian kontribusi manajemen proyek dalam proyek pembangunan PLTN. Dalam rangka untuk menjamin tersedianya energi nasional, maka pemerintah telah mengeluarkan kebijakan pemakaian energi mix di Indonesia melalui Peraturan Presiden No.5 tahun 2006. Dalam Perpres tersebut pemerintah telah menetapkan bahwa energi nuklir termasuk bagian energi mix sebanyak 2 %. Sehubungan dengan itu, maka sudah waktunya untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir ( PLTN ) . Untuk membangun PLTN diperlukan persiapan yang serius. Persiapan SDM dilakukan dengan pendidikan formal, pendidikan dan pelatihan, serta on the job training di luar negeri yang sudah berpengalaman dalam membangun dan mengoperasikan PLTN. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir ( STTN ) telah melakukan pendidikan formal, dalam kurikulumnya memberi bekal tentang manajemen proyek yang sangat berguna untuk perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanan serta evaluasi proyek pembangunan PLTN. Makalah ini akan membahas manajemen proyek berkaitan dengan rencana pembangunan PLTN. Kajian dilakukan dengan menganalisis silabus dan kurikulum yang ada. Kata kunci : energi mix, proyek pembangunan PLTN, manajemen proyek.
ABSTRACT : THE ROLE OF PROJECT MANAGEMENT IN ATTAINING FOR NUCLEAR POWER PLAN. The role of project management in attaining for nuclear power plan has been observed and carried out. In order to support national energy resources, President had announced the 5 decree of 2006 (Perpres No. 5 tahun 2006) in which nuclear energy is include in those President Decree. According to those decree, it is time to build nuclear power plan and to attain human resources for NPP. The human resources must be prepared well. Polytechnique Institute Of Nuclear Technology as the education body for providing the human resources has given the project management in it’s curriculum. The know how of project management related to NPP will be given briefly in this paper. The observation empasizing is to look the syllabus and curriculum. Keywords : Mix energy, project for NPP, project management.
1.
PENDAHULUAN.
1.1. Latar belakang. Undang-undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi, yang disyahkan tanggal 10 Agustus 2007, menjadi landasan hukum yang utama bagi pelaksanaan program energi yang tujuannya untuk menjamin keamanan energi nasional dan terjaganya kelestarian fungsi lingkungan hidup. Terjaminnya energi nasional berarti kepastian tersedianya pasokan energi yang cukup bagi suatu Negara. Hal ini sangat penting, terlebih lagi bagi Negara kita Indonesia yang saat ini sedang melaksanakan pembangunan berkelanjutan sebagai Negara berkembang.
Sudaryo
Konsumsi energi terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan ekonomi masyarakatnya. Untuk mencapai tujuan menjamin keamanan energi nasional tersebut maka diperlukan dukungan dan partisipasi aktif dari semua pihak seperti kalangan akademisi, industri, teknologi, lingkungan hidup, konsumen dan termasuk perguruan tinggi. Perguruan tinggi mempunyai andil dalam menyelenggarakan pendidikan dalam rangka menyiapkan sunber daya manusia untuk persiapan, pembangunan dan pengoperasian suatu pembangkit energi. Menjaga kepastian tersedianya energi nasional harus diperhatikan sungguh-sungguh
195
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN
karena saat ini sumber energi yang dipakai terutama berasal dari bahan bakar fosil minyak, batubara dan gas, sedangkan persediaan bahan bakar fosil terbatas dan sudah mulai menipis. Apabila pengelolaan energi tidak dilakukan dengan sebaik-baiknya maka tidak tertutup kemungkinan Indonesia suatu saat akan kehabisan energi, sehingga kita akan menjadi negara pengimport energi. Mengingat akan hal tersebut maka salah satu upaya untuk mengatasi masalah kekurangan energi maka pemerintah dengan Perpres No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional mencanangkan penggunaan ” Energi Mix ” di Indonesia yang terdiri dari minyak ( 20 % ), batubara ( 33 % ), gas bumi ( 30 % ) dan lain-lain ( 17 % ). Lain-lain disini merupakan energi baru terbarukan ( EBT ) yang terdiri dari antara lain : bahan bakar nabati, panas bumi, biomasa, air, matahari, angin dan nuklir termasuk di dalamnya melalui pembangunan Pembangkit ListrikTenaga Nuklir( PLTN) Untuk dapat memanfaatkan PLTN dengan baik, diperlukan penyiapan Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang sebaik-baiknya. Penyiapan SDM dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan ( diklat ) maupun dengan pendidikan formal seperti yang dilakukan oleh UGM, UI, ITB dan Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir ( STTN ) yang di dalam kurikulumnya memberikan salah satu bekal kepada mahasiswa mata kuliah manajemen proyek yang sangat erat hubungannya dengan proyek pembangunan PLTN di Indonesia.
SEMINAR NASIONAL SDM TEKNOLOGI NUKLIR VII YOGYAKARTA, 16 NOVEMBER 2011 ISSN 1978-0176 Kualifikasi yang diperlukan tidak dengan sendirinya langsung tersedia, akan tetapi harus disiapkan sebelumnya. Penyiapan SDM ini harus dilakukan secara cermat dan sistematis, agar setiap tahapan persiapan, pembangunan dan pengoperasian PLTN, yang dimaksud dapat dipenuhi dengan baik, sehingga keberadaan PLTN dapat diandalkan sebagai pembangkit energi baru terbarukan yang mendampingi energi konvensional yang pada saat ini sudah berada dalam keadaan yang mengkhawatirkan. ” Cadangan Daya PLN Tinggal 20 % ”, padahal pertumbuhan konsumsi 6,8-7 %, sedangkan cadangan normal 35-45 %. ( sumber dari pernyataan Direktur PLN Jawa-Bali, Murtaqi Syamsuddin ). Penyiapan SDM dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan ( DIKLAT ) dan pendidikan formal seperti yang dilakukan Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir ( STTN ) dengan kurikulum yang sesuai. 2.
PROYEK PEMBANGUNAN PLTN. Sudah kita ketahui bersama bahwa pembangunan berkelanjutan akan menyebabkan pertumbuhan permintaan energi nasional akan terus naik dan bertambah, hal ini menjadi tantangan bagi penyediaan energi di Indonesia. Dengan kata lain harus ada jaminan kepastian ketersediaan energi di Indonesia. Mengingat cadangan energi konvensional yang memakai bahan bakar fosil semakin berkurang dan tinggal sedikit, maka strategi penyediaan energi harus menggunakan kebijakan energi mix seperti yang tercantum pada Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006. Kebijakan energi mix yang dilakukan saat ini, tidak jauh berbeda dengan kebijakan energi mix yang dilakukan tahun-tahun sebelumnya Kebijakan energi mix yang sudah dilakukan seperti terlihat pada tabel 1,sebagai berikut :
1.2. Pokok permasalahan. Permasalahan yang timbul berkaitan dengan proyek pembangunan PLTN adalah penyiapan Sumber Daya Manusia yang mampu mengelola Proyek Pembangunan PLTN sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan mulai dari persiapan pembangunan , pengoperasian dan evaluasi PLTN. Tabel 1 : Energi mix di Indonesia ( 2002 ) No I
II
III
Jenis energi Energi fosil 1. Batubara 2. Gas alam 3. Minyak bumi 4. Lain-lain Energi baru terbarukan 1. Hidropower 2. Geothermal 3. Lain-lain Energi baru ( energi nuklir ) Total (%)
% per jenis 34,67 32,73 16,79 1,83
13,98 10,35 3,13 0,50 100
Dari tabel 1 tersebut tampak bahwa pemakaian energi mix di Indonesia, energi nuklir samasekali belum diperhitungkan pemakaiannya.
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN
Total % 86,02
0,0 100
Padahal kalau saja energi nuklir dapat dimasukkan pada kebijakan energi mix, maka akan banyak energi fosil yang terdiri dari batubara, gas, minyak
196
Sudaryo
SEMINAR NASIONAL SDM TEKNOLOGI NUKLIR VII YOGYAKARTA, 16 NOVEMBER 2011 ISSN 1978-0176 yang dapat dihemat, sehingga import minyak dapat dikurangi. Kita semua tahu bahwa Indonesia saat ini sudah sebagai negara pengimport minyak. Untunglah pemerintah sudah mulai menyadari hal itu, sehingga melalui Peraturan Presiden No.5 Tahun 2006, Indonesia sudah memasukkan pemakaian energi nuklir pada pemakaian energi mix di Indonesia dengan akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir ( PLTN ). Pemakaian energi nuklir dengan
membangun PLTN berarti akan menghemat pemakaian energi fosil, sehingga kita bisa memperpanjang umur pemakaian energi fosil sambil mempersiapkan energi baru yang lain. Dengan persiapan yang matang tersebut kita tidak akan menjadi negara pengimport energi dan ketersediaan energi nasional terjamin. Pemakaian energi nuklir sudah ada seperti tertuang pada tabel 2 sebagai berikut :
Tabel 2 : Energi mix berdasar Perpres 2006 No I
II
III
Jenis energi Energi fosil 1. Batubara 2. Gas alam 3. Minyak bumi 4. Lain-lain Energi baru terbarukan 1. Hidropower,angin, matahari 2. Geothermal 3. Bahan bakar nabati 4. Batubara cair Energi baru ( energi nuklir ) Total (%)
Bahkan menurut visi Kementerian ESDM yang dikenal dengan Visi 25/25, pada tahun 2025 pemakaian Energi Baru Terbarukan termasuk nuklir
% per jenis
Total % 83,0
33,0 30,0 20,0 0,0 15,0 3,0 5,0 5,0 2,0 100
2,0 100
di dalamnya ( EBT ) meningkat menjadi 25 % seperti terlihat pada tabel 3 sebagai berikut :
Tabel 3 : Energi mix berdasar Visi 25/25 Kementerian ESDM No Jenis energi 1 Batubara 2 Minyak bumi 3 Gas alam 4 EBT ( termasuk nuklir ) Sumber dari Kementerian ESDM, 2010 2.1. Kegiatan Proyek Pembangunan PLTN. Penyiapan sumber daya manusia berkualitas yang mampu menangani suatu proyek PLTN , sangat diperlukan bagi negara yang akan memulai kegiatan proyek pembangunan PLTN. Penyiapan untuk proyek pembangunan PLTN memerlukan waktu yang lama yaitu sekitar 14 tahun sebelum proyek PLTN mulai beroperasi, bahkan bagi negara yang baru pertama kali membangun PLTN seperti Indonesia bisa memakan waktu yang lebih lama. Tahapan kegiatan proyek pembangunan PLTN sebagai berikut : 1. Pre Project activities ( Kegiatan Pra Proyek ), yaitu perencanaan proyek ( Project planning ) yang meliputi perencanaan masalah dukungan energi terutama dukungan energi primer, masalah dukungan dana, dukungan politik,
Sudaryo
% per jenis 32 23 20 25
2.
3.
197
Total %
25
keamanan, kepastian hukum dan perundangundangan, studi tapak dan studi kelayakan ( STSK ). Project managemet ( Manajemen Proyek ), meliputi a. Utility, yaitu melengkapi persyaratan dokumen yang diperlukan, misalnya mengenahi implementasi proyek ( project implementation ), meliputi penyiapan persyaratan teknis dan dokumen lelang atau “ bid invitation specification ” ( BIS ). b. Main contractor, yaitu memilih calon kontraktor utama yang akan diikutkan dalam pekerjaan pembangunan PLTN. Project engineering ( Keteknikan Proyek ), antara lain meliputi penyiapan peran serta industri dalam negeri bidang ” manufacturing
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN
of equipment and components ”, meliputi penyiapan kelengkapan code, standard dan regulasi nasional untuk mendukung produksi dalam negeri, serta memicu kehidupan dan perkembangan industri dalam negeri. Procurement ( Pengadaan ), yaitu memilih dan menyiapkan kemampuan industri dalam negeri yang dapat memasok kebutuhan componen PLTN. Quality assurance / Quality control ( QA / QC Activity ), atau Jaminan dan Kendali Mutu yaitu menyiapkan dokumen yang menyangkut jaminan teknis yang berkaitan dengan izin tapak, kelengkapan dokumen amdal, izin konstruksi. Semua persyaratan disusun dalam bentuk suatu laporan yang disebut “ preliminary safety análisis report “ ( PSAR ). Apabila kajian terhadap PSAR telah cukup, maka disusunlah “ final safety analysis report “ ( FSAR ). Plant Contruction ( Konstruksi Lapangan ), yaitu melaksanakan pekerjaan pembangunan PLTN. Pelaksanaan konstruksi dikerjakan sesuai dengan perjanjian kontrak yang telah disepakati. Commissioning ( Komisioning ), yaitu pelaksanaan ” plant commissioning “ yang berarti semua komponen dan peralatan telah terpasang dan telah disusun dokumen rencana komisioning ( DRK ) dan sudah mendapat izin komisioning. Setelah itu baru dilakukan komisioning yaitu pekerjaan mencoba menjalankan semua peralatan yang mendukung beroperasinya PLTN sampai menghasilkan tenaga listrik sesuai daya yang ditentukan. Komisioning dilakukan oleh Tim Ahli yang ditunjuk dan disiapkan oleh Pemasok peralatan
4.
5.
6.
7.
No 1 2
3 4 5 6 7 8 9
8.
9.
SEMINAR NASIONAL SDM TEKNOLOGI NUKLIR VII YOGYAKARTA, 16 NOVEMBER 2011 ISSN 1978-0176 ( equipment vendors ) atau oleh Kontraktor PLTN. Plant Operation & Maintenance ( Pelaksanaan Operasi dan Perawatan ), yaitu pekerjaan yang dilakukan setelah pekerjaan komisioning berhasil dengan baik. Sebelum melaksanakan, harus dibuat dulu Dokumen Rencana Operasi ( DRO ). Pekerjaan ini meliputi menjalankan atau mengoperasikan PLTN sesuai prosedur dan melakukan perawatan semua peralatan yang ada. Licensing & Regulation ( Perizinan dan Peraturan Perundangan ), yaitu menyiapkan kemudahan untuk mendapatkan izin lanjutan serta menyiapkan peraturan perundangan yang akan disampaikan kepada Pemerintah kaitannya dengan Proyek Pembangunan PLTN berikutnya.
2.2. Tahapan Kebutuhan Manajemen Pada Proyek Pembangunan PLTN. Pada setiap tahap pembangunan PLTN akan diperlukan SDM dengan jumlah dan kualifikasi tertentu, oleh sebab itu maka perlu disiapkan dengan sebaik-baiknya. Negara kita Indonesia belum mempunyai PLTN dan belum berpengalaman dalam menyiapkan SDM, sehingga aktivitas penyiapan SDM akan membutuhkan waktu yang lama dan dana yang tidak sedikit. Oleh karena itu maka penyiapan SDM akan mengacu pada negara lain, yang sudah berpengalaman mempunyai ” Nuclear Power Plant ” ( NPP ). Untung kita sudah berpengalaman membangun dan mengoperasikan pembangkit listrik konvensional dan reaktor riset, sehingga kita tidak terlalu sulit untuk menyesuaikan dengan kebutuhan. Kebutuhan SDM untuk satu buah Proyek Pembangunan PLTN ( 600 MW ), terlihat pada tabel 4, sebagai berikut :
Tabel 4 : Kebutuhan SDM untuk Proyek Pembangunan sebuah PLTN (600 MW) Tahapan Profesional Teknisi Tukang Ahli Jumlah Pre Project 36-53 1-2 37-55 Project Management - Utility 48-63 8-11 56-74 - Main Contractor 27-36 3-4 30-40 Project Engineering 180-240 130-190 310-430 Procurement 17-28 8-12 25-40 QA / QC Activity 30-50 50-70 80-120 Plant Construction 70-100 280-400 2000-2700 2350-3200 Pekerja Kasar + 2000 + 2000 Commissioning 38-50 40-60 80-120 158-230 Operation&Maintenance 40-55 110-180 20-35 170-270 Licensing&Regulation 45-65 45-65
Dari Tabel 4 tampak bahwa dari setiap tahapan Proyek diperlukan kualifikasi SDM yang berbeda dari tingkat Profesional, Teknisi dan Tukang Ahli ( Craftsman ).
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN
3.
KAJIAN KONTRIBUSI MANAJEMEN PROYEK Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir ( STTN ) sebagai institusi pendidikan yang menghasilkan tenaga yang mampu melaksanakan pekerjaan atau
198
Sudaryo
SEMINAR NASIONAL SDM TEKNOLOGI NUKLIR VII YOGYAKARTA, 16 NOVEMBER 2011 ISSN 1978-0176 tugas dalam bidang penelitian, industri, kesehatan maupun energi yang berkaitan dengan teknologi nuklir harus bisa menyiapkan SDM yang mampu berkarya secara profesional dalam bidang kompetensi yang sesuai. Sesuai dengan tujuan pendidikan di STTN adalah menghasilkan lulusan yang mempunyai kualifikasi sebagai berikut : 1. Mempunyai kemampuan akademik dan atau profesional di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi ( IPTEK ) nuklir ; 2. Siap kerja ( memiliki lisensi ) serta mandiri ; 3. Mampu memecahkan masalah, baik dalam bidangnya maupun yang bersifat interdisipliner ; 4. Tanggap terhadap perkembangan ilmu dan perkembangan masyarakat ;
5.
Menjunjung tinggi etika profesi, berbudi luhur, beriman, dan penuh tanggung jawab dalam mengemban tugas dan kewajibannya sebagai pribadi, warga masyarakat, maupun aparatur pemerintah. Lulusan STTN diharapkan mampu melaksanakan pekerjaan yang kompleks dengan kemampuan kompetensi, baik ” hard competence” maupun ”soft competence”, serta mampu menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk mendapatkan kompetensi seperti tersebut, maka di STTN diberikan mata kuliah yang sesuai. Mata kuliah yang diajarkan bisa dikelompokkan seperti terlihat pada tabel 5 sebagai berikut :
Tabel 5 : Pengelompokan Mata Kuliah No 1
Kelompok MPK ( Mata kuliah Pengembangan Kepribadian )
2
MKK ( Mata kuliah Keilmuan dan Ketrampilan ) MKB ( Mata kuliah Keahlian Berkarya ) MPB ( Mata kuliah Perilaku Berkarya ) MBB ( Mata kuliah Berkehidupan Bersama )
3 4 5
Deskripsi - Manusia beriman dan bertaqwa - Berbudi pekerti luhur - Berkepribadian mantap - Mandiri - Tanggung jawab - Bermasyarakat, berbangsa - Memberi landasan penguasaan ilmu dan ketrampilan - Membentuk tenaga ahli dengan kekaryaan berdasar ilmunya - Membentuk sikap dan perilaku dalam berkarya - Memahami kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya
Sebagai institusi pendidikan yang menghasilkan tenaga yang mampu melaksanakan pekerjaan atau tugas dalam bidang penelitian, industri, kesehatan maupun energi yang berkaitan dengan teknologi nuklir, STTN harus mampu menyiapkan SDM yang mampu berkarya secara profesional dalam kompetensi seperti tersebut dalam tabel 5. Salah satu mata kuliah yang diberikan adalah : Manajemen Proyek, yang termasuk dalam kelompok MPB, mata kuliah perilaku berkarya yaitu membentuk sikap dan perilaku dalam berkarya. Mata kuliah ini penting karena menyangkut sikap dan perilaku dalam mengelola suatu proyek. Tujuan instruksional umum dari Manajemen Proyek adalah meningkatkan kemampuan Mahasiswa dalam merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan mengevaluasi sehingga mampu mengelola proyek dengan baik. Menurut silabus, mata kuliah manajemen proyek meliputi materi sebagai berikut :
Sudaryo
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
199
Catatan Memberikan natural effect
Diajarkan di semua jurusan > 50 %
Konsep dan definisi Pendekatan sistem dalam manajemen proyek Planning, organizing, staffing, controlling, directing Ruang lingkup proyek Alat-alat manajemen proyek Metode penjadwalan kegiatan, Critical Path Method Aplikasi “ project managemen “ dalam “ engineering constryction “ Ekonomi teknik, investasi modal, modal tetap, modal kerja Biaya manufaktur : biaya langsung, tak langsung, pajak, asuransi Pengaruh kondisi terhadap biaya dan keuntungan Konsep nilai uang dan waktu Pembandingan rencana investasi Prinsip-prinsip manajemen Network planning atau perencanaan usaha dan jaring kerja
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN
SEMINAR NASIONAL SDM TEKNOLOGI NUKLIR VII YOGYAKARTA, 16 NOVEMBER 2011 ISSN 1978-0176 misalnya : proyek swadana, proyek campuran atau proyek leasing. Proyek swadana ( self financing project ) : biaya disediakan sendiri oleh investor dari sumber internal investor itu sendiri. Proyek patungan ( joint-venture project ) : biaya bersama oleh investor dan perusahaan mitranya. Proyek leasing ( leasing project ) : modal atau peralatan operasi disewa dari lembaga leasing ( lessor ). Sedangkan asal pembiayaan bisa berasal dari : proyek PMDN atau proyek PMA. Proyek PMDN : biaya diakumulasikan dari sumber dana dalam negeri. Proyek PMA : biaya dari pemerintah negara asing, lembaga keuangan asing, pelaksanaan oleh investor asing yang bersangkutan. Kelancaran pelaksanaan proyek ini akan sangat tergantung dari bentuk organisasi proyek yang dipilih. Ada tiga betuk organisasi yaitu : 1. Organisasi fungsional 2. Organisasi matriks 3. Organisasi khusus proyek. Organisasi fungsional apabila proyek menjadi satu dengan organisasi yang telah ada. Organisasi matriks apabila ada koordinasi lintas garis fungsional, disini ada koordinator proyek. Organisasi khusus proyek apabila organisasi proyek berdiri sendiri . Cara memilih bentuk organisasi proyek ditinjau dari beberapa pertimbangan yaitu teknologi, jangka waktu, ukuran dan kerumitan dari proyek tersebut seperti terlihat pada tabel 6 sebagai berikut :
15. Evaluasi Proyek Pada mata kuliah manajemen proyek, disini ada kata kunci yang perlu difahami yaitu manajemen dan proyek. Manajemen artinya : mengelola suatu kegiatan untuk mencapai suatu tujuan dengan cara yang telah digariskan. Sedangkan proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan yang diadakan untuk mencapai suatu harapan dalam waktu tertentu. Rangkaian kegiatan tersebut akan terlihat pada siklus proyek yaitu gambaran tentang sesuatu yang terdiri dari tiga tahapan yang berkesinambungan yaitu : perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta evaluasi. Tujuan fungsional proyek : dengan dihasilkannya keluaran, diharapkan ada perubahan pada diri manusia atau organisasi yang dianggap perlu, untuk memberikan manfaat sosial atau ekonomi bagi sekelompok sasaran. Dalam melakukan perencanaan suatu proyek, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Temukan obyek investasi 2. Rumuskan 3. Estimasi pendahuluan 4. Revisi atas estimasi 5. Evaluasi aspek ekonomi 6. Lengkapi dengan aspek lain 7. Laporan studi kelayakan pendahuluan 8. Rencana anggaran proyek Setelah melakukan perencanaan dengan 8 langkah tersebut, tinggal dilanjutkan dengan proses pelaksanaan yaitu mencari pembiayaan pelaksanaan proyek dengan beberapa cara yang bisa dipilih
Tabel 6 : Bentuk organisasi proyek Teknologi proyek Jangka waktu proyek Ukuran proyek Kerumitan proyek Bentuk organisasi
baku pendek kecil rendah fungsional
Jelas tampak disini bahwa untuk proyek pembangunan PLTN, teknologinya termasuk baru karena kita belum pernah membangun PLTN, jangka waktunya panjang untuk pembangunan sampai comissioning memerlukan waktu sekitar 15 tahun ukuran proyek besar, kerumitan proyek termasuk tinggi, oleh sebab itu maka bentuk organisasi proyek yang sesuai adalah organisasi khusus proyek. Tidak mungkin untuk disatukan dengan organisasi yang sudah ada misalnya BATAN atau BAPETEN. Alat-alat manajemen proyek yaitu kegiatankegiatan yang harus dilakukan dalam mengelola kegiatan proyek, biasanya bersifat universal artinya berlaku di negara manapun, tetapi ada sebagian
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN
rumit sedang sedang sedang matriks
baru panjang besar tinggi khusus proyek
yang khas ( sesuai hukum di Indonesia ). Yang bersifat universal adalah melakukan kegiatan menyusun : 1. Pohon masalah ( Problem Tree ) 2. Pohon harapan ( Objectives Tree ) 3. Pohon alternatif ( Alternatives Tree ) 4. Bagan kerangka logis ( Logical Framework ) 5. Anggaran pendapatan belanja ( Performance Budget ) 6. Rencana kegiatan ( Aktivity Plan ) 7. Jaring kerja ( Network Planning ) 8. Monitoring dan laporan. Analisis pohon ini merupakan instrumen atau alat untuk mengenal masalah dan menentukan harapan proyek. Kegunaannya untuk membantu perencanaan
200
Sudaryo
SEMINAR NASIONAL SDM TEKNOLOGI NUKLIR VII YOGYAKARTA, 16 NOVEMBER 2011 ISSN 1978-0176 proyek dalam menganalisis keadaan sebagai berikut : 1. Merumuskan masalah-masalah proyek dan mempelajari faktor-faktor yang berkaitan dengan masalah tersebut dalam satu hubungan sebab akibat dalam lingkungan proyek ( pohon masalah ). 2. Menentukan harapan-harapan yang dapat atau harus dicapai guna memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan yang dikenal ( pohon harapan ) 3. Menyusun penyelesaian atau rencana cadangan untuk mencapai harapan-harapan . ( pohon alternatif ). Antara masalah dan harapan disini merupakan dua hal yang bisa disusun secara bertentangan, misalnya : persediaan energi nasional yang kurang ( masalah ), harapannya adalah terjaminnya penyediaan energi nasional. Dari analisis pohon ini dapat disusun suatu proyek yang ingin dilaksanakan, misalnya :
1.
Terjaminnya energi nasional ( sebagai puncak pohon ) 2. Sebagai cabang pohonnya : a. Energi minyak b. Energi batubara c. Energi gas d. Energi baru terbarukan 3. Sebagai ranting pohon adalah : a. Biofuels b. Panas bumi c. Air, matahari d. Batubara cair e. Nuklir ( PLTN ) 4. Sebagai anak ranting pohon PLTN adalah : a. SDM Nuklir b. Biaya c. Peralatan d. Dukungan masyarakat Hubungan analisis pohon tersebut bisa digambarkan seperti pada gambar 1 sebagai berikut :
Terjaminnya energi nasional
Energi minyak
Energi Biofuel
SDM nuklir
Energi batubara
Energi panas bumi
Energi gas
Energi air, matahari
Biaya
Energi b.bara cair
Peralatan
Energi baru terbarukan
Energi PLTN
Dukungan masyarakat
Gambar 1 : Analisis Pohon Harapan Dengan analisis pohon ini diharapkan ada hubungan sebab akibat yang logis antara kotakkotak sehingga membentuk seperti pohon, dan mengkristal pada satu tujuan atau harapan yang diinginkan.
Sudaryo
Dengan memahami analisis pohon harapan tersebut dengan baik berarti sudah ada kontribusi manajemen proyek terhadap perencanaan proyek pembangunan PLTN dalam rangka penganeka ragaman energi baru terbarukan untuk mendukung terjaminnya persediaan energi nasional. Hal ini
201
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN
sesuai dengan urutan 1 dan 2 pada tahapan proyek pembangunan PLTN pada Bab.II. 5. Perencanaan Jaring Kerja ( Network Planning ) Perencanaan jaring kerja merupakan suatu teknis ataupun alat pengelolaan di bidang perencanaan, pelaksanaan suatu proyek. Hal ini banyak membantu terutama dalam mengelola dan mengendalikan suatu program, proyek dan kegiatan sehingga akan lebih terjamin adanya urutan kegiatan yang logis dari suatu program kegiatan dan lebih seksama perhitungan ketergantungan waktu pelaksanaannya. Ada dua metode penyusunan perencanaan jaring kerja yang telah dikembangkan yaitu : 1. Metode Lintasan Kritis ( Critical Path Method disingkat CPM ) Mula-mula metode ini disebut sistem penjadwalan dan perencanaan proyek Metode ini banyak dipakai dalam bidang industri. 2. Teknik Pemeriksaan dan Evaluasi Program ( Program Evaluation and Review Technique, disingkat PERT ) Mula-mula dikembangkan oleh Booz-Allen and Hamilton, suatu perusahaan konsultan di Amerika untuk mengawasi pelaksanaan proyek. Perencanaan jaring kerja merupakan alat yang dapat membantu dalam kegiatan manajemen. Pada pengelolaan suatu proyek yang menggunakan perencanaan jaring kerja, maka proyek dibagi-bagi dalam banyak kejadian ( events ) dan kegiatan ( activities ) yaitu bagian-bagian kecil dari pekerjaan. Untuk setiap kegiatan ditentukan lama waktu yang digunakan, juga kaitan antar kegiatan tersebut, sehingga seluruh pekerjaan dapat direncanakan waktu penyelesaiannya dengan teliti. Penggunaan perencanaan jaring kerja pada pengelolaan program atau proyek dapat membantu para pelaksana, khususnya pimpinan, untuk memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah atau kegiatan-kegiatan khusus yang sangat mempengaruhi jadual penyelesaian program atau proyek tersebut. Secara singkat dapat disimpulkan kegunaan perencanaan jaring kerja sebagai berikut : 1. Untuk melukiskan urutan kegiatan yang benar dan logis 2. Untuk menentukan ketergantungan waktu pelaksanaan antara kegiatan yang satu dengan yang lain 3. Untuk menentukan lintasan kritis kegiatankegiatan dan menetapkan penyelesaian paling dini dari keseluruhan kegiatan 4. Untuk menstimulasikan perubahan-perubahan, baik direncanakan maupun tidak, terhadap waktu penyelesaian agar dapat merevisi atau
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN
6.
SEMINAR NASIONAL SDM TEKNOLOGI NUKLIR VII YOGYAKARTA, 16 NOVEMBER 2011 ISSN 1978-0176 memperbaiki waktu mulai dan penyelesaian kegiatan-kegiatan Untuk menguji kaitan yang akan terjadi dan timbul atas pengurangan ataupun penambahan kegiatan terhadap seluruh program atau rencana tersebut Secara umum, perencanaan jaring kerja berguna untuk melancarkan monitoring dan pengawasan ( pengendalian ) program atau proyek.
Dengan mempelajari dan menguasai Perencanaan Jaring Kerja ( Network Planning ), berarti mahasiswa akan mampu mengetahui dan memahami cara merencanakan, mengorganisasikan , melaksanakan, dan mengontrol suatu proyek, seperti proyek pembangunan PLTN yang akan datang, mengenahi jadual dan waktu yang dibutuhkan serta urutan pelaksanaan untuk proyek Pembangunan PLTN tersebut. Disini tampak kontribusi Manajemen Proyek terhadap pelaksanaan Proyek Pembangunan PLTN. Evaluasi ekonomi. Masalah yang tidak kalah penting adalah cara perhitungan biaya atau evaluasi ekonomi, dalam manajemen proyek ini merupakan rangkaian kegiatan perencanaan dan pelaksanaan serta menyangkut pula pada evaluasi. Perhitungan biaya meliputi beberapa hal terutama untuk kelayakan pelaksanaan proyek sebagai berikut : 1. Perhitungan modal tetap ( Fixed Capital Invesment ) 2. Perhitungan biaya produksi ( Manufacturing Cost ) 3. Modal kerja ( Working Capital ) 4. Perhitungan keuntungan, dengan cara menghitung : a. Break even point ( BEP ) b. Shut down point ( SDP ) c. Profitability, dengan cara perhitungan percent return on invesment sebelum pajak dan sesudah pajak. d. Profitability, dengan cara menghitung Pay out time, yaitu menghitung waktu teoritis minimum yang diperlukan untuk kembalinya modal. Untuk kepentingan evaluasi suatu proyek biasanya dipakai metode tingkat balikan internal atau internal rate of return method ( IRR ), yaitu metode evaluasi kelayakan investasi dengan menghitung rasio laba dari penanaman modal dalam jumlah tertentu dan dalam waktu tertentu ! biasanya satu tahun dinyatakan dalam prosen ( % ). Ada tiga metode untuk menghitung harga IRR yaitu : 1. Metode trial and error 2. Metode interpolasi
202
Sudaryo
SEMINAR NASIONAL SDM TEKNOLOGI NUKLIR VII YOGYAKARTA, 16 NOVEMBER 2011 ISSN 1978-0176 3. Metode program Lotus -5 atau Excel. Kalau hasil perhitungan harga IRR dalam % ketemu harga lebih besar dari tingkat bunga di Bank ( 14 % ), maka proyek tersebut layak ! Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap pekerjaan suatu proyek dituntut untuk dilaksanakan secara efektif dan efisien. Agar efektif dan efisien pelaksanaan pekerjaan proyek tersebut, ditandai oleh beberapa kualitas pada hasilnya yaitu : a. Tepat jumlah b. Tepat mutu c. Tepat biaya d. Tepat waktu pengerjaan Untuk sampai pada kualitas yang demikian, pelaksanaan sebuah pekerjaan proyek menghendaki perencanaan yang baik, serta pengendalian kegiatan yang tepat guna. Di satu pihak, suatu perencanaan berfungsi sebagai pedoman melaksanakan tugas menuju perwujudan tujuan, sedangkan di pihak lain, perencanaan tersebut sekaligus berperan sebagai alat pengendalian. Perencanaan berguna sebagai pola atau acuan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan proyek secara tepat waktu, dan kemudian dipakai sebagai alat pengendalian. Pada dasarnya proyek merupakan himpunan dari aneka macam tugas pekerjaan yang saling berhubungan yang bermaksud untuk menghasilkan keluaran tertentu yang dikehendaki untuk diselesaikan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Sebuah proyek hanya mungkin dilaksanakan dalam waktu yang paling singkat apabila semua pekerjaan yang ada disusun secara sistematis dan tidak tumpang tindih. Dengan menguasai dan memahami serta menerapkan evaluasi ekonomi dengan baik maka tampak jelas kontribusi manajemen proyek terhadap evaluasi proyek pembangunan PLTN. 4.
5.
pelaksanaan dan pengendalian proyek pembangunan PLTN Evaluasi ekonomi berkontribusi pada evaluasi proyek pembangunan PLTN.
DAFTAR PUSTAKA Technical Reports Series No, 279 :” Nuclear Power Project Management ”, A Guidebook, International Atomic Energy Agency, Vienna, 1988. 2. Technical Reports Series No, 200 :” Manpower Development for Nuclear Power ”, A Guide Book, IAEA, Vienna, 1980. 3. IAEA-Tecdoc-525 :”Guide Book On Training To Establish And Maintain The Qualification And Competence Of Nuclear Power Plant Operations Personnel, IAEA, Vienna, 1989. 4. Harold Kezner, “ Project Management: System Approach To Planning Scheduling”, JohnWiley & Sons, 2001 5. Badan Tenaga Nuklir Nasional, SK Ketua STTN Nomor 125 / STTN / IX / 2010 : ” Pedoman Akademik STTN- BATAN ”, 2010. 6. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional 7. Perencanaan Jaring Kerja ( Network Planning ), Ir. Sutrisno, Balai Pembinaan Administrasi AAN, Yogyakarta , Buletin No. 3 / 1986. 8. Kualifikasi Personil Proyek Pembangunan PLTN, Pusdiklat BATAN, 2008 9. Studi Kelayakan Investasi Proyek & Bisnis, Murdifin Haming,M.Si dan Salim Basalamah M.Si, Penerbit PPM, Jakarta, 2003. 10. Visi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2010. 1.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian makalah berjudul : “ Kontribusi manajemen proyek dalam proyek pembangunan PLTN “, pada pendahuluan, proyek pembangunan PLTN dan kajian manajemen proyek, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pemerintah sudah menyetujui adanya pemanfaatan energi mix termasuk energi nuklir di dalamnya, sesuai dengan Perpres No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. 2. Untuk menjamin tersedianya energi nasional, perlu segera dilaksanakan proyek pembangunan PLTN. 3. Kontribusi manajemen proyek tampak pada perencanaan dan pengorganisasian proyek pembangunan PLTN dengan menguasai analisis pohon harapan 4. Dengan menguasai perencanaan jaring kerja tampak kontribusi manajemen proyek pada
Sudaryo
203
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN