BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Evaluasi 2.1.1 Pengertian Evaluasi Menurut Anonim (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008, p. 384), evaluasi adalah penilaian yang hasilnya hingga saat ini belum diperoleh, upaya penilaian secara teknis dan ekonomis. Menurut Vincent (2006, p. 16), evaluasi merupakan fungsi manajemen yang dilakukan setelah kurun waktu tertentu dan setelah suatu kegiatan telah berlalu. Selain itu, evaluasi merupakan salah satu fungsi dari manajemen program. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh atau sebagian unsur-unsur program serta terhadap pelaksanaan program. Evaluasi program harus dan dapat diselenggarakan secara terus-menerus, berkala, dan atau sewaktu-waktu. Kegiatan evaluasi ini dapat dilakukan pada saat sebelum, sedang, atau setelah program dilaksanakan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai, apakah program sesuai dengan rencana, dan atau dampak apa yang terjadi setelah program dilaksanakan. Evaluasi program berguna bagi pengambil keputusan untuk menetapkan apakah program akan dihentikan, diperbaiki, dimodifikasi, diperluas, atau ditingkatkan. (Vincent, 2006, p. 28) Jadi, evaluasi merupakan suatu penilaian yang berguna dalam pengambilan keputusan yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu mengenai kesesuaian atas suatu kegiatan.
8
9 2.1.2 Ruang Lingkup Evaluasi Menurut Vincent (2006, p. 23), ruang lingkup evaluasi meliputi: 1. Penilaian atas dampak kolektif baik positif maupun negatif dari semua atau sebagian besar kegiatan yang telah dilakukan pada lokasi dan atau kelompok sasaran yang berbeda. 2. Deskriptif keluaran dan hasil atau manfaat sebagaimana dilihat dari sudut pandang penerima manfaat.
2.2
Enterprise Resource Planning(ERP) 2.2.1 Pengertian ERP MenurutDewanto & Falahah(2007, p. 2), ERPmerupakan singkatan dari tiga elemen kata yaitu Enterprise (perusahaan organisasi), resource (sumber daya) dan planning (perencanaan). Tiga kata ini mencerminkan sebuah konsep yang berujung kepada kata kerja, yaitu“planning” yang berarti bahwa ERP menekankan kepada aspek perencanaan. MenurutO'Brien (2006, p. 320), Enterprise Resource Planning (ERP) adalah suatu tulang punggung lintas fungsi perusahaan yang mengintegrasikan dan mengotomatisasi banyak proses internal dan sistem informasi dalam hal fungsi produksi, logistik, distribusi, akuntansi, keuangan, dan sumber daya manusia perusahaan. Menurut Wijaya & Darudiato(2009, p. 27), ERP merupakan konsep untuk merencanakan dan mengelola sumber daya perusahaan, yaitu berupa paket aplikasi program terintegrasi dan multi modul yang dirancang untuk melayani dan mendukung berbagai fungsi dalam perusahaan, sehingga pekerjaan menjadi lebih
10 efisien dan dapat memberikan pelayan lebih bagi konsumen, yang akhirnya dapat menghasilkan nilai tambah dan memberikan keuntungan maksimal bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholder)atas perusahaan. Berdasarkan pernyataan di atas, ERP adalah sebuah kumpulan software yang terintegrasi, yang memiliki modul yang saling berhubungan yang digunakan untuk mendukung berbagai fungsi di dalam perusahaan.
2.2.2 Konsep Dasar dan Arsitektur ERP Menurut Wijaya & Darudiato(2009, p. 26),ERP terdiri dari kata Enterprise, Resource dan Planning yang merupakan sebuah konsep yang berujung pada kata kerja yaitu planning. Integrasi dalam konsep sistem ERP berhubungan dengan interprestasi sebagai berikut: a.
Menghubungkan antara berbagai aliran proses bisnis
b.
Metode dan teknik berkomunikasi
c.
Keselarasan dan sinkronisasi operasi bisnis
d.
Koordinasi operasi bisnis Konsep dasar ERP dapat diterjemahkan sebagai berikut:
1.
ERP terdiri atas paket software komersial yang menjamin integrasi yang mulus atas semua aliran informasi di perusahaan, yang meliputi keuangan, akuntansi, sumber daya manusia, rantai pasok, dan informasi konsumen.
2.
Sistem ERP adalah paket sistem informasi yang dapat dikonfigurasi, yang mengintegrasikan informasi dan proses yang berbasis informasi di dalam dan melintas area fungsional dalam sebuah organisasi.
11 3.
ERP merupakan satu basis data, satu aplikasi dan satu kesatuan antarmuka di seluruh enterprise. (Wijaya & Darudiato, 2006, p. 28).
Gambar 2.1 Konsep Sistem ERP
2.2.3 Manfaat dan Kendala ERP Berikut ini adalah manfaat dan kendala pemakaian ERP dalam perusahaan menurut Dhewanto & Falahah (2007, p. 11): Tabel 2.1 Manfaat ERP Manfaat Akses informasi yang andal Menghindari duplikasi data dan operasi
Mempercepat waktu pemrosesan data Mengurangi biaya
Kemudahan adaptasi Meningkatkan skalabilitas Kemudahan
Cara Mendapatkan DBMS yang fleksibel, data yang konsisten dan akurat, sistem pelapor yang lebih baik Modul-modul yang mengakses data dari satu database terpusat, sehingga menghindari prose pemasukan dan modifikasi data dari berbagai titik yang berbeda dan menyebabkan duplikasi Meminimalkan waktu pengambilan data dan pembuatan laporan Menghemat waktu, meningkatkan kontrol dnegan melakukan analisis menyeluruh terhadap leputusan organisasi Perubahan pada proses bisnis dapat diadaptasi dengan mudah Struktur sistemyang bersifat modular dan mudah di kostumisasi Dukungan purnajual sistem yang berjangka panjang
12 pemeliharaan Pengembangan global E-commerce
Ekstansi modul hingga meliputi SCMdanCRM Bisnis internet, kultur kolaboratif
Tabel 2.2 Kendala ERP Kendala Memakan waktu Mahal Kesesuaian modul
Kebergantungan pada vendor Fitur dan kompleksitas Skalalitas dan kompatibilitas global Pengembangan dan kemampuan
2.3
Cara mendapatkan Minimalisasikan isu sensitif, politik internal dan ciptakan konsensus umum. Memilih paket dan strategi ERP yang sesuai dengan kemampuan keuangan perusahaan. Arsitektur dan komponen dari sistem yang dipilih sesuai dengan proses bisnis, kultur dan sasaran strategis organisasi. Pertimbangan pilihan single vs multivendor, petimbangan kriteria pemilihan kombinasi terbaik dan komitmen dukungan dalam jangka waktu yang cukup panjang. Pilih modul dan fitur yang benar-benar diperlukan organisasi. Perhatikan investasi vendor di bidang riset dan pengembangan, komitmen jangka panjang atas produk dan layanan, dan pertimbangkan sistem yang dapat berjalan di internet. Pertimbangan aplikasi perantara (middleware) dan pengembangan modul, misalnya SCM,CRM.
SAP 2.3.1 Pengertian SAP Menurut (Dewanto & Falahah, 2007, p. 171), SAP adalah software ERP yang sangat terintegrasi antara berbagia modul seperti SalesDistribution, MaterialManagement,
FinacialandControlling,
HumanResource dan
masih
banyak lagi. Karena keintegrasian dan sifatnya yang sangat generik membuat software ini banyak digunakan oleh perusahaan besar di seluruh dunia dan menjadikan segala sesuatu yang berhubungan dengan SAP software menjadi sangat mahal, mulai dari license, training, humanresource dan hardware.
13 SAP dalam hal data processing merupakan singkatan dari Systems Application and Products. SAP merupakan salah satu vendor pendahulu yang terkemuka di bidang sistem informasi terintegrasi. SAP menyediakan suatu informasi yang sifatnya terintegrasi mulai dari bidang akunting hingga manufaktur, dan dari awal penjualan hingga proses layanan. Apapun data yang dimasukkan dalam satu area fungsional untuk satu transaksi per bagian, data ini secara otomatis tercermin dalam semua bidang fungsional terkait. Sistem SAP mendukung dan mengintegrasikan ribuan proses bisnis. Sebagai sebuah sistem, SAP memiliki beberapa karakteristik kunci. Pertama dan terutama, SAP adalah suatu paket lengkap software solution. Kedua, SAP itu memiliki banyak modul, dan organisasi memiliki kebebasan untuk memilih modul yang mereka butuhkan. Beberapa modul tergantung pada keberadaan modul lain. Oleh karena itu, ada batas tertentu mengenai pengaturan prasyarat antar modul. Untuk sebagian besar, proses yang didukung oleh SAP telah mencakup sebagian besar transaksi yang terjadi di organisasi. (Portougal & Sundara, 2006, p. 130)
Gambar 2.2 SAP R/3 client-server architectures
14 2.3.2 Produk-Produk SAP Produk yang ditawarkan oleh SAP menurut Dewanto & Falahah (2007, p. 173)antara lain: 1.
mySAP Business Suite: biasanya digunakan untuk perusahaan yang sangat besar dan modul-modul didalamnya sudah sangat komplit.
2.
mySAP All in One: biasanya digunakan untuk perusahaan menengah keatas, untuk kelengkapan modulnya biasanya menyesuaikan dengan perusahaan.
3.
SAP Business One: biasanya untuk perusahaan kecil dan modul yang ada di dalamnya hanyalah berupa modul dasar saja, biasanya HR dan FI saja.
2.3.3 Modul-Modul dalam SAP Menurut Dhewanto& Falahah (2007, p. 172), modul-modul yang tersedia dalam SAP R/3 antara lain: Tabel 2.3 Modul-Modul dalam SAP Financial 1. FinancialAccounting (FI) 2. Controlling (CO) 3. FixedAssetsManagement (AM) 4. InvestmentManagement (IM) 5. ProjectSystem (PS) 6. Enterprise Controlling (EC) 7. Real Estate Management
Logistic 1.Sales and Distribution (SD) 2.Materials Management (MM) 3.Quality Management (QM) 4.Plant Maintenance (PM) 5.Customer Service (CS) 6.Production Planning and Control (PP) 7.SAP Retail
Human Resource 1. Personnel Management (PA) 2. Personnel Time Management (PT) 3. Payroll (PY) 4. Training and Event Managament (PE)
Berbagai modul dari SAP yang lengkap dan menyeluruh ini dapat mendukung bisnis proses pada perusahaan umumnya (manufacturing, retail,
15 oilandgas,
electricity,
healthcare,
pharmaceutical,
banking,
insurance,
telecommunications, transport, automotive, chemical dan masih banyak lagi). Modul-modul tersebut tidak harus diimplementasikan semua, melainkan sesuai dengan kebutuhan bisnis proses dari perusahaan tersebut. Selain itu, modul dan setting yang diimplementasikan juga berbeda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya. Ini disebabkan karena adanya perbedaan bisnis proses antar perusahaan meskipun bergerak di bidang usaha yang sejenis.
2.4
Material Management 2.4.1 Siklus Procurement Siklus Procurement yang ada pada SAP R/3 adalah sebagai berikut (Anonim, SCM 500 Procurement (Material Management), 2006, p. 56):
Gambar 2.3 Procurement Cycle
2.4.1.1 Requirement Determination Pada tahap requirement determination, user yang ada di departemen dapat secara manual melewatkan tahap ini dengan membuat PurchaseRequisition.
16 Jika telah menentukan suatu prosedur MRP untuk material tersebut dalam material master, maka sistem SAP R/3 akan membuat purchase requisition secara otomatis.
Gambar 2.4 Purchase Requisition
2.4.1.2 Determination of Source of Supply Tahap determination of source of supply merupakan tahap penentuan calon–calon vendor yang akan diajak kerja sama. Sebagai seorang pembeli, didukung dengan fasilitas pemilihan source of supply. Pembeli dapat menggunakan pembeda source of supply untuk membuat Request for Quotation (RFQs) dan kemudian memasukkan Quotation. Untuk pembuatan RFQs dapat saja merujuk pada Purchase Requisition dan kondisi yang telah ada pada sistem.
Gambar 2.5 Determination of Source of Supply
17 2.4.1.3 Vendor Selection Vendor Selection merupakan tahap pemilihan vendor yang akan diajak kerja sama. Sistem mempermudah pemilihan dari vendor dengan membuat price comparison antara beberapa quotation. Secara otomatis surat penolakan akan dikirim kepada vendor yang tidak terpilih berdasarkan price comparison.
2.4.1.4 Purchase Order Processing Pada tahap purchase order processing, suatu purchase order (PO) dapat dibuat secara manual ataupun otomatis oleh sistem. Pemrosesan PO dapat dilakukan pengkopian data dari dokumen lainnya seperti purchase requisition atau quotations, untuk mengurangi jumlah usaha kerja yang dilakukan. Pembuatannya dapat juga merujuk pada outline agreement.
Gambar 2.6 Purchase Order
2.4.1.5 Purchase Order Monitoring Purchase Order Monitoring merupakan kegiatan pemantauan status purchase order di dalam sistem yang dilakukan oleh pembeli. Contohnya apakah delivery atau invoice untuk PO tersebut telah dilakukan ataupun belum dilakukan.
18 Dapat dilakukan notifikasi kepada vendoruntukoutstanding deliveries (pengiriman yang batas waktunya telah dekat).
2.4.1.6 Goods Receipt Goods Receipt merupakan tahap penerimaan barang. Ketika memasukkan pengiriman yang telah datang ke dalam sistem, maka dapat dirujuk pada PO yang relevan. Jumlah usaha kerja dapat diminimalisir dan dapat dicekapakah pengiriman barang, beserta jumlah barang sesuai dengan PO. Sistem akan langsung memperbaharui purchase order history dari PO.
Gambar 2.7 Goods Receipt
2.4.1.7 Invoice Verification Invoice
Verification
merupakan
tahap
pemeriksaaninvoice.Ketika
memasukkan invoice merujuk pada PO yang lalu atau pengiriman lalu sehingga dapat diperiksa kalkulasi dan ketepatan invoice secara umum. Ketersediaan data dari purchase order dan good receipt memungkinkan pembeli untuk merujuk pada perbedaan kuantitas dan harga.
19
Gambar 2.8 Invoice Verification 2.4.1.8 Payment Processing Program pembayaran mengizinkan pembayaran kepada kewajiban kreditor. Financial accounting mengeksekusi program ini secara reguler.
2.4.2 Master Data Master data membuat rekaman data yang disimpan dalam database pada periode waktu yang cukup lama. Rekaman data ini disimpan secara terpusat, dan digunakan serta diproses pada cross application basis. 2.4.2.1 Vendor Master Vendor Master adalah kumpulan data dari vendor yang menjelaskan secara utuh hubungan vendor dengan perusahaan. Vendor secara normal akan mempunyai hubungan dengan purchasing department. Pembelian akan menunjuk vendor untuk melakukan RFQ atau karena adanya penunjukan vendor atas material tertentu secara langsung. (Martin, 2006, p. 137)
20 Vendor master berisikan informasi tentang vendor perusahaan. Informasi ini disimpan dalam master record tersendiri. Sebagai tambahan, untuk nama dan alamat vendor, vendor master memiliki data sebagai berikut: a.
Mata uang yang akan digunakan untuk bertransaksi dengan vendor
b.
ToP (Term of Payment)
c.
Nama dari orang yang penting sebagai contact person (Contoh: Salesperson) Untuk tujuan akuntansi vendor juga merupakan kreditor dari perusahaan,
vendor master record juga memiliki accounting data seperti reconciliation account dari buku besar. Vendor master record diatur dalam purchasing info record dan accounting. Data dalam vendor master record dibagi menjadi beberapa kategori: a.
General Data Data ini berlaku untuk seluruh Client. termasuk alamat vendordan detail bank.
b.
Accounting Data Accounting data diatur dalam level company code. Memuat data seperti nomor reconciliation account dan metode pembayaran untuk transaksi pembayaran secara otomatis.
c.
Purchasing Data Data diatur dalam setiap Purchasing Organization. Termasuk mata uang dalam purchase order, incoterm dan berbagai control pertaining data untuk vendor. Dapat juga dilakukan pengaturan data yang berbeda untuk plant tertentu atau untuk vendor subranges.
21 2.4.2.1.1 Account Group Ketika membuat vendor master record, harus diputuskan pada account group mana vendor tersebut akan di-assign. Account group mempunyai fungsi kontrol. Account group membedakan hal-hal di bawah ini: a.
Tipe dari number assignment (internal dan eksternal) dan number area dari setiap account number yang digunakan sistem untuk mengidentifikasi vendor yang akan di-assign.
b.
Pemilihan field- field mana yang siap untuk diinput oleh user, field mana yang harus di-maintain ataupun field mana yang tidak ditampilkan.
c.
Partner schemas yang valid.
d.
Status,
apakah
vendor
merupakan
one-time
vendor
atau
tidak.(Anonim, SCM 500 Procurement (Material Management), 2006, p. 134)
2.4.2.1.2 Reconciliation Account Ketika membuat vendor master record, dibutuhkan number untuk vendor (creditor) yang sifatnya unik. Nomor ini dapat ditentukan langsung oleh sistem secara otomatis, atau secara manual oleh petugas, tergantung pada account group. Vendor (creditor) number selalu digunakan sebagai nomor subsidiary ledger pada financial accounting. (Anonim, SCM 500 Procurement (Material Management), 2006, p. 134) Ketika membuat vendor master record, reconciliation account harus dimaintain. Reconciliation account merupakan G/L account dalam G/L accounting.
22 Reconciliation
menyatakan
kewajiban/utang
perusahaan
pada
beberapa
vendordalam G/L accounting. (Anonim, SCM 500 Procurement (Material Management), 2006, p. 135)
2.4.2.1.3 Partner Roles Business partner (vendor)dapat diasumsikan memiliki peran yang bervariasi jika berhubungan dengan perusahaan. Contohnya selama transaksi procurement, pada awalnya vendor berperan sebagai order recipient, kemudian sebagai supplier dari barang dan akhirnya sebagai invoicing party (invoice presenter). (Anonim, SCM 500 Procurement (Material Management), 2006, p. 135)
2.4.2.2 Material Master Material master record merupakan sumber utama dari data spesifik material. Digunakan oleh seluruh area dari logistic pada sistem SAP R/3. Data disimpan dalam material master record dibutuhkan untuk berbagai tujuan termasuk: a.
Purchasing Data dibutuhkan untuk tujuan pemesanan.
b.
Inventory management data dibutuhkan untuk postinggoods movement dan membawa physical inventory.
c.
Data accounting dibutuhkan untuk material valuation.
d.
Materials planning data dibutuhkan untuk Material Requirement Planning. Layar untuk memproses material master record dapat dibedakan menjadi
tipe berikut ini:
23
a.
Main Data Main data merupakan layar untuk setiap individu user di departemen, seperti basic data, materials planning dan sebagainya.
b.
Additional Data Merupakan layar dimana dapat ditemukan informasi tambahan, seperti unit of measure alternative, material short descriptions dan consumption values.
c.
Data at Client level General master data valid untuk seluruh perusahaan disimpan pada level Client. ContohnyaMaterial number, material short text, material group, base dan unit of measure alternatif.
d.
Data at Plant level Semua data yang valid dalam suatu plant dan untuk kepunyaan semua storage location disimpan dalam level plant. Contoh: Purchasing data, MRP data, forecasting data, work scheduling data.
e.
Data at storage location level Semua data yang valid dalam bagian dari storage location disimpan pada level storage location.
2.4.2.3 Material Requirement Planning (MRP) MRP adalah sistem yang mengontrol levelpersediaan, perencanaan produksi, membantu supply management dengan informasi yang penting dan
24 membantu dengan sistem kontrol untuk manufaktur pada produksi. Langkah dasar untuk MRP adalah : a.
Mengidentifikasi syarat untuk item yang harus diikutkan dalam pemrosesan MRP.
b.
Menjalankan MRP dan membuat saran untuk aksi
c.
Membentuk saran untuk release pesanan manufaktur dan purchase order.
2.4.3 Enterprise Structure (Tingkatan Organisasi) pada SAP Tingkatan organisasi dalam SAP R/3 merupakan replikasi dari struktur organisasi pada perusahaan. Penentuan tingkatan organisasi dalam SAP R/3 merupakan suatu langkah kerja yang penting dalam proyek implementasi SAP. Pertama kali perlu dilakukan analisa terhadap struktur organisasi perusahaan, lalu menerjemahkannya ke dalam struktur SAP. Tingkatan organisasi pada SAP R/3, terdiri atas: ‐
Client
‐
Company Code
‐
Plant
‐
Storage Location
‐
Purchasing Organization
‐
Purchasing Group Tingkatan organisasi ini didefinisikan dan di-assign dalam Customizing
untuk Enterprise Structure. (Anonim, SCM 500 Procurement (Material Management), 2006, p. 45)
25
2.4.3.1 Client Client merupakan suatu unit di dalam sistem SAP R/3 yang bersifat resmi dan memiliki syarat organisasi dalam hal data, terdiri atas master record dan kumpulan tabel yang independen. Dari sudut pandang bisnis, Client merupakan representatif dari suatu kelompok korporasi (corporate group). (Anonim, SCM 500 Procurement (Material Management), 2006, p. 45) Client merupakan tingkatan hierarki tertinggi dalam sistem SAP R/3. Spesifikasi atau data yang dimasukkan pada tingkatan ini, berlaku untuk semua company code dan unit organisasi lainnya di bawah Client tersebut. Client didefinisikan secara unik di dalam sistem dengan tiga digit angka. (Anonim, SCM 500 Procurement (Material Management), 2006, p. 45)
2.4.3.2 Company Code Company code merepresentasikan suatu unit independen yang memiliki laporan keuangan legal sendiri, contohnya: suatu perusahaan dalam Corporate Group (Client). Company Code didefinisikan dalam sistem dengan menggunakan 4 karakter alfanumerik yang bersifat unik dalam Client. (Anonim, SCM 500 Procurement (Material Management), 2006, p. 45)
2.4.3.3 Plant Plant merupakan suatu unit organisasi dalam logistik yang memisahkan perusahaan dari sudut pandang produksi, procurement, dan perencanaan material.
26 Plant didefinisikan dalam sistem dengan empat karakter alfanumerik yang unik dalam Client. (Anonim, SAP01 Fundamentals, 2006, p. 33) 2.4.3.4 Storage Location Storage
location
adalah
unit
organisasi sebagai
tempat
untuk
membedakan material dalam suatu Plant. Manajemen Persediaan (Inventory Management) dan persediaan secara fisik (Physical Inventory) perbedaanya ada pada tingkat Storage Location. Storage Location didefinisikan dengan empat karakter alfanumerik yang unik dalam Plant. (Anonim, SCM 500 Procurement (Material Management), 2006, p. 47) Suatu Client dapat memiliki beberapa Company Code. Suatu Company Code dapat memiliki beberapa Plant. Sedangkan suatu Plant hanya dimiliki oleh satu Company Code dalam SAP R/3. Plant dapat memiliki beberapa Storage Location, tetapi suatu Storage Location tertentu hanya dapat dimiliki oleh satu Plant saja. (Anonim, SCM 500 Procurement (Material Management), 2006, p. 47)
2.4.3.5 Purchasing Organization Purchasing Organization merupakan unit organisasi dalam logistik yang membagi perusahaan berdasarkan kebutuhan pembelian. Purchasing Organization bertugas membeli material atau jasa, melakukan negosiasi atas kondisi pembelian dengan vendor, dan bertanggung jawab atas transaksi pembelian. (Anonim, SCM 500 Procurement (Material Management), 2006, p. 48) Purchasing bisa dimasukkan ke dalam struktur perusahaan dengan mengalokasikan Purchasing Organization ke dalam suatu Company Code atau ke beberapa Plant. Beberapa Purchasing Organization dapat di-assign ke satu
27 Company Code. Suatu Purchasing Organization tertentu hanya dimiliki oleh satu Company Code. Purchasing Organization juga bisa tidak di-assign ke Company Code (pembelian lintas Company Code). Beberapa Plant dapat di-assign ke suatu Purchasing
Organizationdan
juga
satu
Plant
ke
beberapa
Purchasing
Organization. (Anonim, SCM 500 Procurement (Material Management), 2006, p. 48)
2.4.3.6 Purchasing Group Purchasing Group merupakan buyer atau sekumpulan buyer yang bertanggung jawab dalam kegiatan pembelian tertentu. Secara internal, Purchasing Group bertanggung jawab dalam perolehan material atau class of material. Secara eksternal, purchasingmerupakan suatu bagian perusahaan yang bertugas melakukan kesepakatan dengan vendor. Purchasing Group tidak di-assign ke unit lain dalam Enterprise Structure pada SAP/R3. (Anonim, SCM 500 Procurement (Material Management), 2006, p. 48)
2.5
IT Governance 2.5.1 Pengertian IT Governance MenurutGelinas & Dull(2008, p. 245), ITGovernance merupakan tanggung jawab dari para eksekutif dan dewan direksi, dan terdiri dari kepemimpinan, struktur orgnisasi dan proses yang menjamin bahwa teknologi informasi di dalam perusahaan dapat menopang dan memperluas strategi dan sasaran organisasi. Menurut Yanti (2008, p. 119), IT Governancemerupakan sebuah struktur hubungan dan proses yang digunakan untuk mengarahkan dan mengontrol
28 perusahaan ke arah tercapainya tujuan perusahaan dengan menambahkan nilai sambil menyeimbangkan resiko terhadap TI dan prosesnya. Menurut Mosweu(2009, p. 22), ITGovernance adalah kerangka kerja untuk kepemimpinan, struktur organisasi dan proses bisnis, standar dan pemenuhan untuk standar tertentu, yang menjamin sistem informasi organisasi dan memungkinkan tercapainya strategi dan tujuan. Berdasarkan kesimpulan di atas ITGovernance adalah kerangka kerja untuk untuk para pemimpin atau yang menjamin sistem informasi dan teknologi informasi di dalam perusahaan dapat menopang perusahaan untuk mencapai tujuan bisnisnya.
2.5.2 Tujuan IT Governance Tujuan IT Governance menurut Selig (2008, p9), yaitu: a.
Menyelaraskan investasi dalam TI dan memprioritaskan bisnis lebih dekat lagi.
b. Mengatur, mengevaluasi, memproritaskan, mendanai, mengukur, dan memonitor permintaan untuk IT services dan hasil dari pekerjaan dengan lebih konsisten dan lebih mudah untuk diulang sehingga memberikan hasil yang baik untuk bisnis. c. Mempertahankan utilisasi sumber daya dan aset yang bertanggung jawab. d. Menetapkan dan mengklarifikasikan akuntabilitas dan pembuatan keputusan (definisi peran dan otoritas harus jelas).
29 e. Memastikan TI dapat menghasilkan hasil sesuai dengan rencana, budget, dan komitmen. f. Mengelola
resiko-resiko,
ancaman-ancaman,
perubahan
dan
ketidaktentuan yang besar secara proaktif. g. Meningkatkan performa, pemenuhan, maturity, staffdevelopment dan inisiatif outsourcing dari IT organizational. h. Meningkatkan voice of customer, demand management dan kepuasan customer secara keseluruhan. i. Mengelola dan berpikir secara global tapi bertindak secara local. j. Menyukai inovasi dalam fungsi-fungsi TI dan dalam bisnis.
2.5.3 IT Governance Focus Area Menurut ITGI(2007, p. 6), Fokus Area dari IT Governance adalah sebagai berikut: •
Strategic Alignment: memastikan hubunganTI dan perencanaan bisnis; memelihara dan memvalidasi proposisi nilai TI; dan menyelaraskanIT operation dengan enterprise operation.
•
Value Delivery: melaksanakan proposi nilai seluruh siklus pengiriman, memastikan bahwa TI menghasilkan manfaat yang dijanjikan terhadap strategi, berkonsentrasi pada mengoptimalkan biaya dan membuktikan nilai intrinsik TI.
•
Resource Management:mengenai investasi yang optimal, manajemen yang sesuai, sumber daya TIyang penting: aplikasi, informasi, orang dan
30 infrastruktur, Hal-Hal penting yang berhubungan dengan optimisasi infrastruktur dan pengetahuan. •
Risk Management: memerlukan kesadaranpegawai perusahaan senior terhadapresiko,
suatu
pemahaman
yang
jelas
menyangkut
resiko
perusahaan,memahami pemenuhan kebutuhan, keterbukaan mengenai resikoyang signifikan bagi perusahaan, dan menjalankan tangggung jawab manajemen resiko di dalam organisasi. •
Performance
Measurement:mencatat dan mengawasi implementasi
strategi, penyelesaian proyek, pemakaian sumber daya, performa proses dan peyampaian jasa, penggunaan, sebagai contoh, balance scorecards yang menerjemahkan strategi ke dalam tindakan untuk mencapai tujuan yang bisa sudah diperkirakanselangkah lebih maju dibanding akuntansi konvensional.
Gambar 2.9 Focus Area IT Governance
31
2.6
COBIT 2.6.1 Pengertian COBIT Menurut Gondodiyoto (2007, p. 276), COBIT adalah sekumpulan dokumentasi best practice untuk IT governance yang dapat membantu auditor, pengguna (user) dan manajemen, untuk menjebatani gap antara risiko bisnis, kebutuhan control dan masalah-masalah teknis TI. COBIT bermanfaat bagi auditor karena merupakan teknik yang dapat membantu dalam identifikasi IT control issues. COBIT berguna bagi pengguna karena memperoleh keyakinan atas kehandalan sistem aplikasi yang dipergunakan. Sedangkan para manajer memperoleh
manfaat
infrastrukturnya,
dalam
menyusun
keputusan strategic
IT
investasi Plan,
di
bidang
menentukan
TI
serta
information
architecture,dan keputusan atas procurement mesin. Menurut ITGI(2007, p. 8), dikatakan “COBIT is a framework and supporting tool set that allow managers to bridge the gap with respect to control requirements, technical issues, and business risks, and communicate that level of stakeholders”, yang berarti COBIT merupakan sebuah kerangka kerja (framework) dan sebagai alat pembantu para manajer untuk menjembatani gap dengan tanggung jawab dalam mengontrol kebutuhan, permasalahan teknis dan resiko-resiko bisnis, serta menyampaikan tingkatan-tingkatan dari pengendalian kepada para pemegang saham. Orientasi bisnis adalah tema utama COBIT. Hal ini dirancang tidak hanya untuk dipekerjakan oleh penyedia layanan IT, pengguna dan auditor, tetapi juga,
32 dan lebih penting, untuk memberikan petunjuk yang komprehensif untuk manajemen dan pemilik proses bisnis. Kerangka COBIT didasarkan pada prinsip berikut:
Gambar 2.10 Basic COBIT Principle
Kerangka COBIT didasarkan pada prinsip berikut: “Untuk memberikan informasi yang perusahaan butuhkan untuk mencapai tujuannya,
perusahaan
perlu
berinvestasi
dalam
dan
mengelola
dan
mengendalikan sumber daya dengan serangkaian proses terstruktur untuk memberikan layanan yang memberikan informasi yang diperlukan perusahaan.” Pengelolaan dan pengendalian informasi berada di inti kerangka COBIT dan membantu memastikan keselarasan kebutuhan bisnis.
2.6.2 Kerangka Kerja CobiT Menurut Gondodiyoto (2007,p. 277), kerangka kerja COBIT terdiri dari beberapa arahan, yakni:
33
a. Control Objectives Terdiri atas empat tujuan pengendalian tingkat tinggi (High level control obejctives)yang tercermin dalam empat domain, yaitu Planning and Organise, Acquire and Implement, Delivery and Support, dan Montior and Evaluate. b. Audit Guidelines Berisi sebanyak 318 tujuan pengendalian rinci (detailed control objectives)untuk membantu para auditor dalam memberikan management assurance atau saran perbaikan. c. Management Guidelines Berisi arahan, baik secara umum atau spesifik mengenai apa saja yang harus dilakukan. Kerangka kerja COBIT memasukkan hal-hal berikut ini : 1. Maturity Models Untuk memetakan status maturity proses-proses TI (dalam skala 0-5) dibandingkan dengan “the best in the class in the industry” dan juga International best practices. 2. Critical Success Factors (CSFs) Arahan implementasi bagi manajemen agar dapat melakukan control atas proses TI. 3. Key Goal Indicator (KGIs) Kinerja proses-proses TI sehubungan dengan business requirements. 4. Key Performance Indicators (KPIs)
34 Kinerja proses-proses TI sehubungan dengan process goals. 2.6.3 Kriteria Kerja COBIT Menurut Gondodiyoto (2007,p. 277), kriteria kerja CobiT meliputi: 1. Effectiveness: Untuk memperoleh informasi yang relevan dan berhubungan dengan proses bisnis seperti penyampaian informasi dengan benar, konsisten, dapat dipercaya dan tepat waktu. 2. Efficiency: memfokuskan pada ketentuan informasi melalui pengguna sumber daya yang optimal. 3. Confidentiality: memfokuskan proteksi terhadap informasi yang penting dari orang yang tidak memiliki hak otorisasi. 4. Integrity: berhubungan dengan keakuratan dan kelengkapan informasi sebagai kebenaran yang sesuai dengan harapan dan nilai bisnis. 5. Availability:
berhubungan
dengan
informasi
yang
tersedia
ketika
diperlukan dalam proses bisnis sekarang dan yang akan datang. 6. Compliance: sesuai menurut hukum, peraturan dan rencana perjanjian untuk proses bisnis. 7. Reliability: berhubungan dengan ketentuan kecocokan informasi untuk manajemen mengoperasikan entitas dan mengatur pelatihan keuangan dan kelengkapan laporan pertanggungjawaban.
2.6.4 DomainCOBIT Menurut Gondodiyoto (2007,p. 281) COBIT merupakan panduan yang paling lengkap dari praktik-praktik terbaik untuk manajemen TI yang mencakup 4 (empat) domain, yaitu:
35
1. Planning and Organization Yaitu mencakup pembahasan tentang identifikasi dan strategi investasi TI yang dapat memberikan yang terbaik untuk mendukung pencapaian tujuan bisnis. Selanjutnya identifikasi dan visi strategis perlu direncanakan, dikomunikasikan, dan diatur pelaksanaannya. 2. Acquisition and Implementation Yaitu untuk merealisasikan strategi TI, perlu diatur kebutuhan TI, diidentifikasi, dikembangkan, atau diimplementasikan secara terpadu dalam proses bisnis perusahaan. 3. Delivery and Support Domain ini lebih dipusatkan pada ukuran tentang aspek dukungan TI terhadap kegiatan operasional bisnis dan aspek urutan. 4. Monitoring Yaitu semua proses TI yang perlu dinilai secara berkala agar kualitas dan tujuan dukungan TI tercapai, dan kelengkapannya berdasarkan pada syarat control internal yang baik. Menurut ITGI (2007, p.26 ), empatdomainpada COBIT kemudian dirinci menjadi 34 high level control objectives: Tabel 2.4 Domain & High Level Control COBIT COBITdomain 1
Plan
High Level Objectives
and PO 1. Define a strategic IT plan
Organize
PO 2. Define the information architecture PO 3. Determine tecnhonolgical direction
36 PO 4. Define the IT processes, organization and relationship PO 5. Manage the IT investment PO 6. Communicate management aims and direction PO 7. Manage IT human resources PO 8. Manage quality PO 9. Assess and manage IT Risks PO 10. Manage Projects 2
Acquire
AI 1. Identify automated solutions
and
AI 2. Acquire and maintain applications software
Implement
AI 3. Acquire and maintain technology infrastructure AI 4. Enable operation and use AI 5. Procure IT resources AI 6. Manage changes AI 7. Install and accredit solutions and changes
3
Deliver
DS 1. Define and manage service levels
and
DS 2. Manage third-party services
Support
DS 3. Manage performance and capacity DS 4. Ensure continuous service DS 5. Ensure system security DS 6. Identify and allocate costs DS 7. Educate and train user DS 8. Manage service desk and incidents DS 9. Manage the configuration DS 10. Manage problem DS 11. Manage data DS 12. Manage the physical environment DS 13. Manage operations
4
Monitor
ME 1. Monitor and evaluate IT performance
and
ME 2. Monitor and evaluate internal control
Evaluate
ME 3. Ensure compliance with external requirements
37 ME 4. Provide IT governance Dalam bentuk gambar, hubungan antara Business Objective, IT Governance, Information, IT Resources, 4 Domains and 34 High Level Control Objectives adalah sebagai berikut:
Gambar 2.11 COBIT Process Defined Within the Four Domains Sumber: COBIT4.1– ITGI (2007, p. 26)
38 Domain-domain itu juga menyangkut dengan seluruh sumber daya TI, yang menurut COBIT 4.1 – ITGI (2007, p. 12)didefinisikan sebagai berikut: 1.
Aplikasi adalah otomatisasi sistem dan prosedur manual dalam proses informasi.
2.
Informasi adalah data yang telah diolah, dimana terdiri dari formulirformulir, proses input dan output dari sistem informasi yang digunakan dalam proses bisnis.
3.
Infrastruktur adalah teknologi dan fasilitas yang digunakan dalam proses aplikasi.
4.
Sumber Daya Manusia adalah personil yang menggunakan sistem informasi.
39
2.6.5 Control COBIT
Gambar 2.12 Mapping IT Processes to IT Governance Areas, COSO, COBIT IT Resources and COBIT Information Criteria Sumber: COBIT 4.1 – ITGI(2007, p. 183)
40 2.6.6 Maturity Model Menurut ITGI (2007, p. 17), Maturity Model adalah manajemen dan kontrol atas proses TI yang didasarkan pada metode untuk mengevaluasi organisasi, sehingga dapat dinilai tingkat kematangan dari TI di dalam perusahaan dari level 0 (Non-exsitent)sampai level 5 (Optimised). Manajemen TI terus menerus mencari untuk perbandingan dan alat penilaian dalam menanggapi kebutuhan yang harus dilakukan dengan efisien. Dengan menggunakan maturity models yang dikembangkan untuk setiap 34 subdomainCOBIT proses TI, manajemen dapat mengidentifikasi: a. Kinerja yang sebenarnya di dalam organisasi, untuk melihat porses organisasi saat ini. b. Status dari industri saat ini, sebagai bahan pertimbangan. c. Target perusahaan untuk perbaikan, perusahaan ingin mencapai level berapa. d. Pertumbuhan yang diperlukan perusaahaan saat ini dan yang akan datang. Gambaran dari enam level Maturity Models:
Gambar 2.12 Maturity Model dalam COBIT Sumber: COBIT 4.1 – ITGI(2007,p. 18)
41 Level di dalam Maturity ModelCOBIT di dalam ITGI (2007,p. 19): a. Level 0 – Non Existent Tidak ada proses yang diidentifikasi di dalam perusahaan. Perusahaan bahkan tidak menyadari bahwa ada masalah yang harus ditangani. b. Level 1 – Initial/Ad Hoc Terdapat bukti bahwa perusahaan telah mengakui bahwa terdapat masalah dan perlu ditangani. Tetapi masih belum terdapatnya proses yang standar, melainkan terdapat pendekatan yang ad hoc yang cenderung diterapkan pada individu atau penanganan kasus yang muncul. Secara umum, manajemen belum terorganisir. c. Level 2 – Repeatable but Intuitive Proses telah dikembangkan ke tahap dimana prosedur yang sejenis untuk kegiatan yang sama. Tetapi masih belum terdapat prosedur standar dan pelatihan formal yang diterapkan dan tanggung jawab merupakan tanggung jawab individu dan terdapatnya ketergantungan kepada pengetahuan individu, oleh karena itu, kesalahan dapat sering terjadi. d. Level 3 – Defined Process Prosedur
telah
terstandarisasi
dan
didokumentasikan,
serta
dikomunikasikan melalui pelatihan. Hal ini diamanatkan bahwa proses harus diikuti, namun sulit untuk mendeteksi penyimpangan. Masih belum ada prosedur standar yang ditetapkan dan tanggung jawab masih merupakan tanggung jawab individu.
42 e. Level 4 – Managed and Measurable Manajemen mengawasi dan mengukur kesesuaian dengan prosedur dan mengambil tindakan dimana proses tampaknya tidak dapat bekerja secara efektif. Proses berada di bawah pengembangan yang konstan dan memberikan praktek yang baik. Alat-alat yang terotomatisasi digunakan tetapi masih pada tahap terbatas. f. Level 5 – Optimised Proses telah disempurnakan ke dalam level praktek yang baik, yang berdasarkan hasil perbaikan terus-menerus dan adanya perbandingan dengan perusahaan lain. TI digunakan sebagai alat yang terintegrasi untuk mengotomatisasi alur kerja dan merupakan alat untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas dan perusahaan mampu beradaptasi dengan cepat.