137
Lampiran
Lampiran 1. Peraturan perundang-undangan terkait Pemberantasan IL di Indonesia Peraturan Perundangundangan A. Lex specialis 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan No
Pasal
Sanksi Pidana
Pasal 50
(1) Setiap orang dilarang merusak prasarana dan sarana perlindungan hutan.
(1)
Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) atau Pasal 50 ayat (2), diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). (6) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf h, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah). (7) Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf i, diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) bulan dan denda paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). (8) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf j, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
138
No
2
Peraturan Perundangundangan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Pasal
Sanksi Pidana
(2) Setiap orang yang diberikan izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu, serta izin pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu, dilarang melakukan kegiatan yang menimbulkan kerusakan hutan. a. melakukan kegiatan penyelidikan umum atau eksplorasi atau eksploitasi bahan tambang di dalam kawasan hutan, tanpa izin Menteri; b. mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan yang tidak dilengkapi bersama-sama dengan surat keterangan sahnya hasil hutan; c. menggembalakan ternak di dalam kawasan hutan yang tidak ditunjuk secara khusus untuk maksud tersebut oleh pejabat yang berwenang; d. membawa alat-alat berat dan atau alat-alat lainnya yang lazim atau patut diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan di dalam kawasan hutan, tanpa izin pejabat yang berwenang; e. membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang, memotong, atau membelah pohon di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang; f. membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran dan kerusakan serta membahayakan keberadaan atau kelangsungan fungsi hutan ke dalam kawasan hutan; dan g. mengeluarkan, membawa, dan mengangkut tumbuh-tumbuhan dan satwa liar yang tidak dilindungi undang-undang yang berasal dari kawasan hutan tanpa izin dari pejabat yang berwenang.
(9)
Pasal 19 (1) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan
(1)
(10)
(11)
(12)
(13)
Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf k, diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf l, diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf m, diancam dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6), ayat (7), ayat (9), ayat (10), dan ayat (11) adalah kejahatan, dan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dan ayat (12) adalah pelanggaran.(14) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila dilakukan oleh dan atau atas nama badan hukum atau badan usaha, tuntutan dan sanksi pidananya dijatuhkan terhadap pengurusnya, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama, dikenakan pidana sesuai dengan ancaman pidana masing-masing ditambah dengan 1/3 (sepertiga) dari pidana yang dijatuhkan. Semua hasil hutan dari hasil kejahatan dan pelanggaran dan atau alat-alat termasuk alat angkutnya yang dipergunakan untuk melakukan kejahatan dan atau pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam pasal ini dirampas untuk Negara.
Barangsiapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud
139
No
Peraturan Perundangundangan Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya
Pasal
Sanksi Pidana
perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak termasuk kegiatan pembinaan habitat untuk kepentingan satwa di dalam suaka margasatwa. (3) Perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas kawasan suaka alam, serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli.
dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). (2) Barangsiapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00(seratus juta rupiah).
Pasal 21 (1) Setiap orang dilarang untuk: a. mengambil, menebang, memiliki, merusak, memusnahkan, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau mati; b. mengeluarkan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau mati dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia. (2) Setiap orang dilarang untuk: a.menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup; b.menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati; c. mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia; d.memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh atau bagianbagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian satwa tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia; e. mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan atau memiliki telur dan/atau sarang satwa yang dilindungi.
(3) Barangsiapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (4) Barangsiapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). (5) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) adalah kejahatan dan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4) adalah pelanggaran.
140
No
Peraturan Perundangundangan
Pasal
Sanksi Pidana
Pasal 33 (1) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional. (2) Perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas zona inti taman nasional, serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli. (3) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.
3
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan
Pasal 9 (2) Setiap orang dilarang melakukan penebangan pohon-pohon dalam hutan tanpa izin dari pejabat yang berwenang. Pasal 6 (1) Kawasan hutan dan hutan cadangan dilarang dikerjakan atau diduduki tanpa izin Menteri. Pasal 5 (1) Penggunaan kawasan hutan harus sesuai dengan fungsi dan peruntukannya sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 3 dan Pasal 4 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967. (2) Penggunaan kawasan hutan yang menyimpang dari ketentuan ayat (1) harus mendapat persetujuan Menteri.
Pasal 18 (1) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan Pasal 6 ayat (1)atau Pasal 9 ayat (2) dalam hutan yang telah ditetapkan sebagai hutan lindung dan Pasal 10 ayat (1) dihukum dengan pidana penjara selama-lamanya 10 (sepuluh) tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah). (2) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan Pasal 6 ayat (1) atau Pasal 9 ayat (2) di dalam hutan yang bukan hutan lindung, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 5 (lima) tahun atau denda sebanyak-banyak Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah).
141
No
Peraturan Perundangundangan
Pasal Pasal 7 (1) Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang bertujuan untuk mengambil bahan-bahan galian yang dilakukan di dalam kawasan hutan atau hutan cadangan, diberikan oleh instansi yang berwenang setelah mendapat persetujuan Menteri. (2) Dalam hal penetapan areal yang bersangkutan sebagai kawasan hutan dilakukan setelah pemberian izin eksplorasi dan eksploitasi, maka pelaksanaan lebih lanjut kegiatan eksplorasi dan eksploitasi tersebut harus sesuai dengan petunjuk Menteri. (3) Di dalam kawasan hutan dan hutan cadangan dilarang melakukan pemungutan hasil hutan dengan menggunakan alat-alat yang tidak sesuai dengan kondisi tanah dan lapangan atau melakukan perbuatan lain yang dapat menimbulkan kerusakan tanah dan tegakan. Pasal 8 (1) Kelestarian sumber air di dalam kawasan hutan, hutan cadangan, dan hutan lainnya harus dipertahankan. (2) Siapapun dilarang melakukan penebangan pohon dalam radius/ jarak tertentu dari mata air, tepi jurang, waduk, sungai, dan anak sungai yang terletak di dalam kawasan hutan, hutan cadangan dan hutan lainnya.
Sanksi Pidana (3)
Barang siapa : a. melanggar ketentuan Pasal 5 ayat (2), atau Pasal 7 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) atau Pasal 8 ayat (2); atau b. karena kelalaiannya menimbulkan kebakaran hutan; dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 (satu) tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah).
(4) Barang siapa dengan sengaja :a. melanggar ketentuan Pasal 4 ayat (2); b. melanggar ketentuan Pasal 9 ayat (3); c. melanggar ketentuan Pasal 11 ayat (1); d. memiliki dan/atau menguasai dan/atau mengangkut hasil hutan tanpa disertai surat keterangan sahnya hasil hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1), sedang hasil hutan yang berbentuk bahan mentah tersebut sudah dipindahkan dari tempat pemungutannya; dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 (satu) tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah). (5) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan Pasal 6 ayat (2) atau Pasal 9 ayat (1), dipidana dengan pidana kurungan selamalamanya 6 (enam) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah). (6) Perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) adalah kejahatan, sedangkan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) dan ayat (5) adalah pelanggaran.
142
No
Peraturan Perundangundangan
Pasal
Sanksi Pidana
Pasal 4 ayat (2); Pasal 4 (1) Penataan batas dilakukan terhadap setiap areal hutan yang telah ditunjuk sebagai kawasan hutan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. (2) Kecuali dengan kewenangan yang sah menurut peraturan perundangundangan yang berlaku setiap orang dilarang memotong, memindahkan, merusak atau menghilangkan tanda batas kawasan hutan.
(7) Semua benda yang diperoleh dari dan semua alat atau benda yang dipergunakan untuk melakukan perbuatan pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal ini dapat dirampas untuk Negara.
Pasal 9 ayat (3); Pasal 9 (1) Selain dari petugas-petugas kehutanan atau orang-orang yang karena tugasnya atau kepentingannya dibenarkan berada di dalam kawasan hutan, siapapun dilarang membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk memotong, menebang, dan membelah pohon di dalam kawasan hutan. (2) Setiap orang dilarang melakukan penebangan pohon-pohon dalam hutan tanpa izin dari pejabat yang berwenang. (3) Setiap orang dilarang mengambil/memungut hasil hutan lainnya tanpa izin dari pejabat yang berwenang. Pasal 11 ayat (1) Pasal 11 (1) Penggembalaan ternak dalam hutan, pengambilan rumput, dan makanan ternak lainnya serta serasah dari dalam hutan hanya dapat dilakukan di tempat-tempat yang ditunjuk khusus untuk keperluan tersebut oleh pejabat yang berwenang.
143
No
Peraturan Perundangundangan
Pasal
Sanksi Pidana
Pasal 14 ayat (1) Pasal 14 (1) Untuk membuktikan sahnya hasil hutan dan telah dipenuhinya kewajiban-kewajiban pungutan Negara yang dikenakan terhadapnya hingga dapat digunakan atau diangkut, maka hasil hutan tersebut harus mempunyai surat keterangan sahnya hasil hutan.
4
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan
Pasal 12 (1) Setiap orang yang mengangkut, menguasai atau memiliki hasil hutan wajib dilengkapi bersama-sama dengan surat keterangan sahnya hasil hutan. (2) Termasuk dalam pengertian hasil hutan yang tidak dilengkapi bersama-sama dengan surat keterangan sahnya hasil hutan adalah : a. asal usul hasil hutan dan tempat tujuan pengangkutan tidak sesuai dengan yang tercantum dalam surat keterangan sahnya hasil hutan; b. apabila keadaan fisik, baik jenis, jumlah maupun volume hasil hutan yang diangkut, dikuasai atau dimiliki sebagian atau seluruhnya tidak sama dengan isi yang tercantum dalam surat keterangan sahnya hasil hutan; c. pada waktu dan tempat yang sama tidak disertai dan dilengkapi surat-surat yang sah sebagai bukti; d. Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan masa berlakunya telah habis; e. hasil hutan tidak mempunyai tanda sahnya hasil hutan.
Pasal 42 Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat (2), diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) sebagaimana dimaksud pada Pasal 78 ayat (7) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
Pasal 14 (1) Pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan hanya dapat dilakukan apabila telah memiliki izin dari pejabat yang berwenang. (2) Termasuk dalam kegiatan
(3)
Pasal 43 Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 ayat (2), diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) sebagaimana dimaksud pada Pasal 78 ayat (2) Undangundang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Selain sanksi pidana, bagi pelaku diwajibkan untuk memberikan ganti rugi Pasal 45 (1) Setiap perbuatan melanggar hukum yang diatur dalam Undang-undang Kehutanan, dengan tidak mengurangi sanksi pidana, mewajibkan kepada penanggung jawab perbuatan untuk membayar ganti rugi. (2) Pembayaran ganti rugi sebagaimana dimaksud pda ayat (1) disetor oleh penanggung jawab ke Kas Negara.
Uang ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan untuk biaya rehabiliasi, pemulihan kondisi hutan atau tindakan yang diperlukan. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai
144
No
Peraturan Perundangundangan
Pasal pemanfaatan hutan tanpa izin ialah : a. pemegang izin melakukan pemanfaatan hutan di luar areal yang diberikan izin; b. pemegang izin melakukan pemanfaatan hutan melebihi target volume yang diizinkan; c. pemegang izin melakukan penangkapan/pengumpulan flora fauna melebihi target/ quota yang telah ditetapkan; d. pemegang izin melakukan pemanfaatan hutan dalam radius dari lokasi tertentu yang dilarang undang-undang.
5
Inpres Nomor 4 Tahun 2005 Tentang Pemberantasan Penebangan Kayu Secara Ilegal Di KawasanHutan Dan Peredarannya Di Seluruh Wilayah Republik Indonesia
1.Melakukan percepatan pemberantasan penebangan kayu secara ilegal di kawasan hutan dan peredarannya di seluruh wilayah Republik Indonesia, melalui penindakan terhadap setiap orang atau badan yang melakukan kegiatan:
Sanksi Pidana pengelolaan dan penggunaan biaya ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur bersama antara Menteri dan Menteri yang bertanggung jawab di bidang kehutanan. Pasal 46 (1) Pengenaan pembayaran dan besarnya ganti rugi oleh penanggung jawab perbuatan sebagaimana dimaksud pada Pasal 45 ayat (1) ditetapkan oleh Menteri. (2) Penetapan besarnya ganti rugi yang harus dibayar oleh penanggung jawab perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada tingkat kerusakan hutan atau akibat yang ditimbulkan kepada negara. (3) Tingkat kerusakan hutan atau akibat yang ditimbulkan kepada negara sebagaimana dimaksud pada ayat (2), didasarkan pada perubahan fisik, sifat fisik, atau hayatinya. (4) Ketentuan lebih lanjut tentang tingkat kerusakan hutan atau akibat yang ditimbulkan kepada Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur oleh Menteri.
145
No
Peraturan Perundangundangan
Pasal a.Menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan kayu yang berasal dari kawasan hutan tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat yang berwenang. b.Menerima, membeli atau menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan, atau memiliki dan menggunakan hasil hutan kayu yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah. c.Mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan kayu yang tidak dilengkapi bersama-sama dengan surat keterangan sahnya hasil hutan kayu. d.Membawa alat-alat berat dan atau alat-alat lainnya yang lazim atau patut diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang. e.Membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang, memotong atau membelah pohon di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang. 2.Menindak tegas dan memberikan sanksi terhadap oknum petugas dilingkup instansinya yang terlibat dengan kegiatan penebangan kayu secara ilegal di dalam kawasan hutan dan peredarannya. 3.Melakukan kerjasama dan saling berkoordinasi untuk melaksanakan pemberantasan penebangan kayu secara ilegal di kawasan hutan dan peredarannya di seluruh wilayah Republik Indonesia. 4.Memanfaatkan informasi dari masyarakat yang berkaitan dengan adanya kegiatan penebangan kayu secara ilegal dan peredarannya.
Sanksi Pidana
146
No
Peraturan Perundangundangan
Pasal
Sanksi Pidana
5.Melakukan penanganan sesegera mungkin terhadap barang bukti hasil operasi pemberantasan penebangan kayu secara ilegal di kawasan hutan dan peredarannya di seluruh wilayah Republik Indonesia dan atau alat-alat bukti lain yang digunakan dalam kejahatan dan atau alat angkutnya untuk penyelamatan nilai ekonomisnya.
B. Lex generalis 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
BAB IX KETENTUAN PIDANA Pasal 41 (1) Barang siapa yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000.00 (lima ratus juta rupiah)., (2) Jika tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang mati atau luka berat, pelaku tindak pidana diancam dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp. 750.000.000,(tujuh ratus lima puluh juta rupiah). Pasal 42 (1) Barang siapa yang karena kealpaannya melakukan perbuatan yang mengakibalkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibat kan orang mati atau luka berat, pelaku tindak pidana diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima.) tahun dan, denda paling banyak Rp Rp. 150.000.000,00 (seralus lima puluh juta rupiah). Pasal 43 (1) Barang siapa dengan melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku, sengaja melepaskan atau membuang zat. energi dan/atau komponen lain yang berbahaya atau beracun masuk di atas atau ke dalam tanah. ke dalam udara atau ke dalam air permukaan, melakukan impor, ekspor, memperdagangkan, mengangkut, menyimpan bahan tersebut menjalankan instalasi yang berbahaya, padahal mengetahui atau sangat beralasan,untuk menduga bahwa perbuatan tersebut dapat menimbulkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan umum atau nyawa orang lain. diancam dengan pidana penjara. paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
147
No
Peraturan Perundangundangan
Pasal
Sanksi Pidana
(2) Diancam dengan pidana yang sama dengan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) barangsiapa yang dengan sengaja memberikan informasi palsu atau menghilang kan atau menyembunyikan atau merusak informasi yang diperlukan dalam kaitannya dengan perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), padahal mengetahui atau sangat beralasan untuk menduga bahwa perbuatan tersebut dapat menimbulkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup atau rnembahayakan kesehatan umum atau nyawa orang lain. (3) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) mengakibatkan orang mati atau luka berat pelaku tindak pidana diancam dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun dan denda paling banyak Rp. 450.000.000,00 (empat ratus lima puluh juta rupiah) Pasal 44 (1) Barangsiapa yang dengan melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku, karena kealpaannya melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43, diancam dengan Pidana penjana paling lama 3 (tiga ratus juta rupiah) tahun dan denda paling panyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang mati atau luka berat pelaku tindak pidana diancam dengan pidana penjara paling lama 5 ratus lima puluh juta rupiah) tahun dan denda paling banyak Rp.150.000.000,00 (seratus ratus lima puluh juta rupiah) Pasal 45 Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab ini dilakukan oleh atau atas nama suatu badan hukum perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain. ancaman pidana denda diperberat dengan sepertiga. Pasal 46 Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab ini dilakukan oleh atau atas nama badan hukum perseroan. perserikatan, yayasan atau organisas i tuntutan pidana dilakukan dan sanksi pidana serta tindakan tata tertib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 dijatuhkan baik terhadap badan hukum perseroan, perserikatan, yayasa.,) atau organisasi lain tersebut maupun terhadap mereka yang memberi perintah untuk melakukan tindak nirinna tersebut atau yang bertindak sebagai pemimpin itu atau terhadap kedua-duanya. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab ini. dilakukan oleh atau atas nama badan hukum, perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain dan dilakukan oleh orang-orang. baik berdasar hubungan kerja maupun berdasar hubungan lain. yang bertindak dalam lingkungan badan hukum perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain, tuntutan pidana dilakukan dan sanksi pidana dijatuhkan terhadap mereka yang memberi perintah atau yang bertindak sebagai pemimpin tanpa mengingat adakah orang-orang tersebut baik berdasar hubungan kerja maupun berdasar hubungan lain melakukan tindak pidana secara sendiri atau bersamasama. Jika tuntutan dilakukan terhadap badan
148
No
Peraturan Perundangundangan
Pasal
Sanksi Pidana
hukum, perseroan, perserikatan atau organisasi lain panggilan untuk menghadap dan penyerahan surat-surat panggilan itu ditujukan kepada pengurus di tempat tinggal mereka. atau di tempat pengurus melakukan pekerjaan yang tetap. Jika tuntutan dilakukan terhadap badan hukum. perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain. yang pada saat penuntutan diwakili oleh bukan pengurus, hakim dapat memerintahkan supaya pengurus menghadap sendin di pengadilan. Pasal 47 Selain ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Undang-undang ini, terhadap pelaku tindak pidana lingkungan hidup dapat pula dikenakan tindakan tata tertib berupa: a. perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana, dan/atau b. penutupan seluruhnya atau sebagian perusahaan-, dan/atau c. perbaikan akibat tindak pidana; dan/atau d. mewajibkan mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa hak dan/atau e. meniadakan apa yang dilalaikan tanpa hak; dan/atau f. menempatkan perusahaan di bawah pengampuan paling lama (3) tiga lahun. Pasal 48 Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab ini adalah kejahatan
2
Kitab UndangUndang Hukum Pidana
Pasal 406 s.d. 412 (pengrusakan) Pasal 406 (1)Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan, merusakkan, membikin tak dapat dipakai atau menghilangkan barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah (2) Dijatuhkan pidana yang sama terhadap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum membunuh, merusakkan, membikin tak dapat dipakai atau menghilangkan barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain. Pasal 407 (1)Perbuatan-perbuatan yang dirumuskan dalam pasal 406, jika harga kerugian tidak lebih dari dua puluh lima rupiah diancam dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak dua ratus lima puluh rupiah. (2) Jika perbuatan yang dirumuskan dalam pasal 406 ayat kedua itu dilakukan dengan memasukkan bahan-bahan yang merusakkan nyawa atau kesehatan, atau jika hewan itu termasuk dalam pasal 101, maka ketentuan ayat pertama tidak berlaku. Pasal 408 Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan, merusakkan, membikin tak dapat dipakai bangunan-bangunan kereta api trem, telegrap, telepon atau listrik, atau bangunan-bangunan untuk membendung, membagi atau menyalurkan air, saluran gas, air, atau saluran yang digunakan untuk kepentingan umum, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
149
No
Peraturan Perundangundangan
Pasal
Sanksi Pidana
Pasal 409 Barang siapa yang karena kesalahan (alpa) menyebabkan bangunan-bangunan tersebut dalam pasal di atas dihancurkan, dirusakkan atau dibikin tak dapat dipakai, diancam dengan pidana kurungan paling lama satu bulan atau pidana denda paling banyak seribu lima ratus rupiah. Pasal 410 Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan atau membikin tak dapat dipakai suatu gedung atau kapal yang seluruhnya milik orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun. Pasal 411 Ketentuan pasal 367 diterapkan bagi kejahatan yang dirumuskan dalam bab ini Pasal 412 Jika salah satu kejahatan yang dirumuskan dalalm bab ini dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu, maka pidana ditambah sepertiga, kecuali dalam hal yang dirumuskan pasal 407 ayat pertama Pasal 363 (pencurian) Pasal 363 (1) Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun: 1. pencurian ternak; 2. pencurian pada waktu ada kebakaran, letusan, banjir gempa bumi, atau gempa laut, gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru-hara, pemberontakan atau bahaya perang; 3. pencurian di waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada di situ tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak; 4. pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih: 5. pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan, atau untuk sampai pada barang yang diambil, dilakukan dengan merusak, memotong atau memanjat, atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu. (2)Jika pencurian yang diterangkan dalam butir 3 disertai dengan salah satu hal dalam butir 4 dan 5, maka diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. Pasal 263-276 (pemalsuan surat-surat) Pasal 263 (1) Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan hutang, atau yang diperuntukkan sebagai bukti daripada sesuatu hal dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak dipalsu, diancam jika pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian, karena pemalsuan surat, dengan pidana penjara paling lama enam tahun. (2)Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja memakai surat palsu atau yang dipalsukan seolah-olah sejati, jika pemakaian surat itu dapat menimbulkan kerugian.
150
No
Peraturan Perundangundangan
Pasal
Sanksi Pidana
Pasal 264 (1)Pemalsuan surat diancam dengan pidana penjara paling lama delapan tahun, jika dilakukan terhadap: l. akta-akta otentik; 2. surat hutang atau sertifikat hutang dari sesuatu negara atau bagiannya ataupun dari suatu lembaga umum; 3. surat sero atau hutang atau sertifikat sero atau hutang dari suatu perkumpulan, yayasan, perseroan atau maskapai: 4. talon, tanda bukti dividen atau bunga dari salah satu surat yang diterangkan dalam 2 dan 3, atau tanda bukti yang dikeluarkan sebagai pengganti surat-surat itu; 5. surat kredit atau surat dagang yang diperuntukkan untuk diedarkan. (2) Diancam dengan pidana yang sama barang siapa dengan sengaja memakai surat tersebut dalam ayat pertama, yang isinya tidak sejati atau yang dipalsukan seolah-olah benar dan tidak dipalsu, jika pemalsuan surat itu dapat menimbulkan kerugian. Pasal 265 Ditiadakan berdasarkan Stbl. 1926. No. 359 jo. No. 429. Pasal 266 (1) Barang siapa menyuruh memasukkan keterangan palsu ke dalam suatu akta otentik mengenai sesuatu hal yang kebenarannya harus dinyatakan oleh akta itu, dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai akta itu seolah-olah keterangannya sesuai dengan kebenaran, diancam, jika pemakaian itu dapat menimbulkan kerugian, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun; (2)Diancam dengan pidana yang sama barang siapa dengan sengaja memakai surat tersebut dalam ayat pertama, yang isinya tidak sejati atau yang dipalsukan seolah-olah benar dan tidak dipalsu, jika pemalsuan surat itu dapat menimbulkan kerugian. Pasal 267 (1)Seorang dokter yang dengan sengaja memberikan surat keterangan palsu tentang ada atau tidaknya penyakit, kelemahan atau cacat, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun (2)Jika keterangan diberikan dengan maksud untuk memasukkan seseorang ke dalam rumah sakit jiwa atau untuk menahannya di situ, dijatuhkan pidana penjara paling lama delapan tahun enam bulan. (3)Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja memakai surat keterangan palsu itu seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran. Pasal 268 (1)Barang siapa membuat secara palsu atau memalsu surat keterangan dokter tentang ada atau tidak adanya penyakit, kelemahan atau cacat, dengan maksud untuk menyesatkan penguasa umum atau penanggung, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun. (2)Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan maksud yang sama memakai surat keterangan yang tidak benar atau yang dipalsu, seolah-olah surat itu benar dan tidak dipalsu.
151
No
Peraturan Perundangundangan
Pasal
Sanksi Pidana
Pasal 269 (1) Barang siapa membuat surat palsu atau memalsu surat keterangan tanda kelakuan baik, kecakapan, kemiskinan, kecacatan atau keadaan lain, dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat itu supaya diterima dalam pekerjaan atau supaya menimbulkan kemurahan hati dan pertolongan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan. (2)Diancam dengan pidana yang sama barang siapa dengan sengaja memakai surat keterangan yang palsu atau yang dipalsukan tersebut dalam ayat pertama, seolah-olah surat itu sejati dan tidak dipalsukan. Pasal 270 (1)Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan pas jalan atau surat penggantinya, kartu keamanan, surat perintah jalan atau surat yang diberikan menurut ketentuan undang-undang tentang pemberian izin kepada orang asing untuk masuk dan menetap di Indonesia, ataupun barang siapa menyuruh beri surat serupa itu atas nama palsu atau nama kecil yang palsu atau dengan menunjuk pada keadaan palsu, dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat itu seolah-olah sejati dan tidak dipalsukan atau seolaholah isinya sesuai dengan kebenaran, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan. (2) Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja memakai surat yang tidak benar atau yang dipalsu tersebut dalam ayat pertama, seolah-olah benar dan tidak dipalsu atau seolaholah isinya sesuai dengan kebenaran. Pasal 271 (1)Barang siapa membuat palsu atau memalsukan surat pengantar bagi kerbau atau sapi, atau menyuruh beri surat serupa itu atas nama palsu atau dengan menunjuk pada keadaan palsu, dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat itu seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan. (2)Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja memakai surat yang palsu atau yang dipalsukan tersebut dalam ayat pertama, seolah-olah sejati dan tidak dipalsu atau seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran. Pasal 272 Ditiadakan berdasarkan S. 1926 No. 359 jo. No. 429. Pasal 273 Ditiadakan berdasarkan S. 1926 No. 359 jo. No. 429. Pasal 274 (1)Barang siapa membuat palsu atau memalsukan surat keterangan seorang pejabat selaku penguasa yang sah, tentang hak milik atau hak lainnya atas sesuatu barang, dengan maksud untuk memudahkan penjualan atau penggadaiannya atau untuk menyesatkan pejabat kehakiman atau kepolisian tentang asalnya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun. (2)Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan maksud tersebut, memakai surat keterangan itu seolah-olah sejati dan tidak dipalsukan. Pasal 275 (1)Barang siapa menyimpan bahan atau benda yang diketahuinya bahwa diperuntukkan untuk melakukan salah satu kejahatan berdasarkan pasal 264 No. 2 - 5, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (2) Bahan-bahan dan benda-benda itu dirampas. Pasal 276 Dalam hal pemidanaan berdasarkan salah satu kejahatan dalam pasal 263 - 268, dapat dijatuhkan pencabutan hak berdasarkan pasal 35 No. 1 - 4.
152
No
Peraturan Perundangundangan
Pasal
Sanksi Pidana
Pasal 372 – 373 (Penggelapan) Pasal 372 Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam karena penggelapan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah. Pasal 373 Perbuatan yang dirumuskan dalam pasal 372 apabila yang digelapkan bukan ternak dan harganya tidak lebih dari dua puluh lima rupiah, diancam sebagai penggelapan ringan dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak dua ratus lima puluh rupiah. 3
Undang-undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
Pasal 5 ayat 4 Setiap Penyelenggara Negara berkewajiban untuk: tidak melakukan perbuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme
Pasal 21 Setiap Penyelenggara Negara atau Anggota Komisi Pemeriksa yang melakukan kolusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 angka 4 dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,(dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah). Pasal 22 Setiap Penyelenggara Negara atau Anggota Komisi Pemeriksa yang melakukan nepotisme sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 angka 4 dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).
4
Undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang selanjutnya disempurnakan dengan UndangUndang No. 20 tahun 2001.
Pasal 2 (1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). Pasal 3 Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
153
No 5
Peraturan Perundangundangan Undang-undang No. 20 tahun 2001 Tentang Perubahan atas Undangundang No.31 tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal
Sanksi Pidana
Pasal 5 (1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang: a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya; atau b. memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya. (2) Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau huruf b, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Pasal 6 (1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang: mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili; atau b. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili. (2) Bagi hakim yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau advokat yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Pasal 7 (1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah): a. pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang, atau keselamatan negara dalam keadaan perang; b. setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf a; c. setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang; atau d. setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf c. (2) Bagi orang yang menerima penyerahan bahan bangunan atau orang yang menerima penyerahan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dan membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau huruf c, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
154
No
Peraturan Perundangundangan
Pasal
Sanksi Pidana
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk Pasal 8 Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah), pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut. Pasal 9 Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi. Pasal 10 Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja: a. menggelapkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan di muka pejabat yang berwenang, yang dikuasai karena jabatannya; atau b. membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan,atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut; atau c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut. Pasal 11 Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya. Pasal 12 Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah): a. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya;
155
No
Peraturan Perundangundangan
Pasal
Sanksi Pidana
b. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya; c. hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili; d. seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan, menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan, berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili; e. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri; f.pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta, menerima, atau memotong pembayaran kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kas umum tersebut mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang; g. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta atau menerima pekerjaan, atau penyerahan barang, seolaholah merupakan utang kepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang; h. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, telah menggunakan tanah negara yang di atasnya terdapat hak pakai, seolah-olah sesuai dengan peraturan perundangundangan, telah merugikan orang yang berhak, padahal diketahuinya bahwa perbuatan tersebut bertentangan dengan peraturan perundangundangan; atau i. pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan,pengadaan, atau persewaan, yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya. Di antara Pasal 12 dan Pasal 13 disisipkan 3 (tiga) pasal baru yakni Pasal 12 A, Pasal 12 B, dan Pasal 12 C, yang berbunyi sebagai berikut: Pasal 12 A (1) Ketentuan mengenai pidana penjara dan pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11 dan Pasal 12 tidak berlaku bagi tindak pidana korupsi yang nilainya kurang dari Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah). (2) Bagi pelaku tindak pidana korupsi yang nilainya kurang dari Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Pasal 12 B (1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut:
156
No
Peraturan Perundangundangan
Pasal
Sanksi Pidana
a. yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi; b. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut umum. (2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 6
Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
Pasal 2 Hasil tindak pidana adalah Harta Kekayaan yang berjumlah Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) atau lebih atau nilai yang setara, yang diperoleh secara langsung atau tidak langsung dari kejahatan: a. korupsi; b. penyuapan; c. penyelundupan barang; d. penyelundupan tenaga kerja; e. penyelundupan imigran; f. perbankan; g. narkotika; h. psikotropika; i. perdagangan budak, wanita, dan anak; j. perdagangan senjata gelap; k. penculikan; l. terorisme; m. pencurian; n. penggelapan; o. penipuan, yang dilakukan di wilayah Negara Republik Indonesia atau di luar wilayah Negara Republik Indonesia dan kejahatan tersebut juga merupakan tindak pidana menurut hukum Indonesia. Pasal 3 1. Setiap orang yang dengan sengaja: a. menempatkan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana ke dalam Penyedia Jasa Keuangan, baik atas nama sendiri atau atas nama pihak lain; b. mentransfer Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana dari suatu Penyedia Jasa Keuangan ke Penyedia Jasa Keuangan yang lain, baik atas nama sendiri maupun atas nama pihak lain; c. membayarkan atau membelanjakan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, baik perbuatan itu atas namanya sendiri maupun atas nama pihak lain; d. menghibahkan atau menyumbangkan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, baik atas namanya sendiri maupun atas nama pihak lain; e. menitipkan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, baik atas namanya sendiri maupun atas nama pihak lain; f. membawa ke luar negeri Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana; g. menukarkan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana dengan mata uang atau surat berharga lainnya; atau
157
No
Peraturan Perundangundangan
Pasal
Sanksi Pidana
h. menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, dipidana karena tindak pidana pencucian uang dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) dan paling banyak Rp 15.000.000.000,00 (lima belas milyar rupiah). 2. Setiap orang yang melakukan percobaan, pembantuan, atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana pencucian uang dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Pasal 4 1. Apabila tindak pidana dilakukan oleh pengurus dan/atau kuasa pengurus atas nama korporasi, maka penjatuhan pidana dilakukan baik terhadap pengurus dan/atau kuasa pengurus maupun terhadap korporasi. 2. Pertanggungjawaban pidana bagi pengurus korporasi dibatasi sepanjang pengurus mempunyai kedudukan fungsional dalam struktur organisasi korporasi. 3. Korporasi tidak dapat dipertanggungjawabkan secara pidana terhadap suatu tindak pidana pencucian uang yang dilakukan oleh pengurus yang mengatasnamakan korporasi, apabila perbuatan tersebut dilakukan melalui kegiatan yang tidak termasuk dalam lingkup usahanya sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar atau ketentuan lain yang berlaku bagi korporasi yang bersangkutan. 4. Hakim dapat memerintahkan supaya pengurus korporasi menghadap sendiri di sidang pengadilan dan dapat pula memerintahkan supaya pengurus tersebut dibawa ke sidang pengadilan. 5. Dalam hal tindak pidana dilakukan oleh korporasi, maka panggilan untuk menghadap dan penyerahan surat panggilan tersebut disampaikan kepada pengurus di tempat tinggal pengurus atau di tempat pengurus berkantor. Pasal 5 1. Pidana pokok yang dijatuhkan terhadap korporasi adalah pidana denda, dengan ketentuan maksimum pidana denda ditambah 1/3 (satu per tiga). 2. Selain pidana denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terhadap korporasi juga dapat dijatuhkan pidana tambahan berupa pencabutan izin usaha dan/atau pembubaran korporasi yang diikuti dengan likuidasi. Pasal 6 1. Setiap orang yang menerima atau menguasai: a. penempatan; b. pentransferan; c. pembayaran; d. hibah; e. sumbangan; f. penitipan; g. penukaran, Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) dan paling banyak Rp 15.000.000.000,00 (lima belas milyar rupiah). 2.
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi Penyedia Jasa Keuangan yang melaksanakan kewajiban pelaporan transaksi keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.
158
No
Peraturan Perundangundangan
Pasal
Sanksi Pidana
Pasal 7 Setiap Warga Negara Indonesia dan/atau korporasi Indonesia yang berada di luar wilayah Negara Republik Indonesia yang memberikan bantuan, kesempatan, sarana, atau keterangan untuk terjadinya tindak pidana pencucian uang dipidana dengan pidana yang sama sebagai pelaku tindak pidana pencucian uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal Pasal 8 Penyedia Jasa Keuangan yang dengan sengaja tidak menyampaikan laporan kepada PPATK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1), dipidana dengan pidana denda paling sedikit Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). Pasal 9 Setiap orang yang tidak melaporkan uang tunai berupa rupiah sejumlah Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau lebih yang dibawa ke dalam atau ke luar wilayah Negara Republik Indonesia dipidana dengan pidana denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). 7
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
Ketentuan Pasal 2 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 2 berbunyi sebagai berikut: “Pasal 2 (1) Hasil tindak pidana adalah Harta Kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana: a. korupsi; b. penyuapan; c. penyelundupan barang; d. penyelundupan tenaga kerja; e. penyelundupan imigran; f. di bidang perbankan; g. di bidang pasar modal; h. di bidang asuransi; i. narkotika; j. psikotropika; k. perdagangan manusia; l. perdagangan senjata gelap; m. penculikan; n. terorisme; o. pencurian; p. penggelapan; q. penipuan; r. pemalsuan uang; s. perjudian; t. prostitusi; u. di bidang perpajakan; v. di bidang kehutanan; w. di bidang lingkungan hidup; x. di bidang kelautan; atau y. tindak pidana lainnya yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat) tahun atau lebih, yang dilakukan di wilayah Negara Republik Indonesia atau di luar wilayah Negara Republik Indonesia dan tindak pidana tersebut juga merupakan tindak pidana menurut hukum Indonesia.
159
No
Peraturan Perundangundangan
Pasal
Sanksi Pidana
(2) Harta Kekayaan yang dipergunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan terorisme dipersamakan sebagai hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf n.” “Pasal 3 (1) Setiap orang yang dengan sengaja: a. menempatkan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana ke dalam Penyedia Jasa Keuangan, baik atas nama sendiri atau atas nama pihak lain; b. mentransfer Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana dari suatu Penyedia Jasa Keuangan ke Penyedia Jasa Keuangan yang lain, baik atas nama sendiri maupun atas nama pihak lain; c. membayarkan atau membelanjakan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, baik perbuatan itu atas namanya sendiri maupun atas nama pihak lain; d. menghibahkan atau menyumbangkan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, baik atas namanya sendiri maupun atas nama pihak lain; e. menitipkan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, baik atas namanya sendiri maupun atas nama pihak lain; f. membawa ke luar negeri Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana; atau g. menukarkan atau perbuatan lainnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana dengan mata uang atau surat berharga lainnya, dengan maksud menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, dipidana karena tindak pidana pencucian uang dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 15.000.000.000,00 (lima belas milyar rupiah).” Ketentuan Pasal 6 ayat (1) diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: “Pasal 6 (1) Setiap orang yang menerima atau menguasai: a. penempatan; b. pentransferan;s c. pembayaran; d. hibah; e. sumbangan; f. penitipan; atau g. penukaran, Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 15.000.000.000,00 (lima belas milyar rupiah).” Ketentuan Pasal 9 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 9 Setiap orang yang tidak melaporkan uang tunai berupa rupiah sejumlah Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau lebih atau mata uang asing yang nilainya setara dengan itu yang dibawa ke dalam atau ke luar wilayah Negara Republik Indonesia, dipidana dengan pidana denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).” 8
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 127 Tahun 1999 tentang Pembentukan Komisi Pemeriksaan Kekayaan Penyelenggara Negara dan Sekretariat Jenderal Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara
160
Lampiran 2. Identitas Responden Identitas Responden Kebijakan Pemberantasan Illegal Logging untuk Perlindungan Sumberdaya Hutan di Indonesia. Nomor Responden 1
Nama Lengkap
Christina M Rantetana, MPH
Umur (Tahun) 53
Instansi/Lembaga
Staf Ahli Bidang Ideologi dan Konstitusi
Jl Merdeka Barat 15 Jakpus Jl Medan Merdeka Barat No 15 Jakarta pusat
Jl. Toor BIII No 27 Tugu Utara Jkt Utara
Jl Trunojoyo
RT05/06 No 2 batuampar, Kramatjati Jaktim
DR Andi Amir Husry, SE,MB
59
KEMENKO POLHUKAM
3
Kuriyanto, S.Si
43
POLRI
Penyidik Madya
4
Ir. Stepi Hakim, MEMD
36
EC-Indonesia Flegt Sp
Institutional Expert
5
Ir. Happy Tarumadevyanto, MSc
36
EC-Indonesia Flegt Sp
NGO Forestry Sector Partnership Specialist
7 8 9 10 11 12 13
Zainal abidin Nixon Silalahi, Sh. LLM Teguh Irawan, SH Ari Subasri Suharyono, SH, Msi Ir. Edy Purwanto, MM
54
44 39 37 39 41 50
Ir Siswoyo
Rumah
KEMENKO POLHUKAM
2
Ir Tigor Sinaga, MCP
Kantor
Nomor Telepon
Permata Harapan Baru Blok A1/P Kel. Pejuang, Kec. Medan satria, Bekasi
Staf Ahli Bidang SDA dan Ekonomi
6
Alamat
Jabatan
DEPNAKER TRANS
KLH
Staf ahli Menteri Hubungan antar Lembaga dan Internasional DEPNAKER TRANS Kasub Bid Pemberdayaan Penyediaan LH
Manggala Wanabakti Blok VII Lantai VI Jakarta Manggala Wanabakti Blok VII Lantai VI Jakarta
Komp. PD Karya Suryakencana Blok C/14, Bogor
Jl Dr. Semeru Bogor
JL D.I Panjaitan Kav 24
Jl. Melur Blok Z No 10 Durensawit Jaktim
KLH
JL D.I Panjaitan Kav 24
Vila Bogor Indah Blok AA 11/10 Bogor
KNLH
GD OTORITA BARAT Lt V Jl. DI Panjaitan
Taman Kenari, Jagorawi Blok VI C Citeureup
KLH
DEPHUT DEPHUT
Dit. PPH Ditjen PHKA FUNGSIONAL
Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan
Kasubdit Penyidikan dan Perlindungan Wilayah II Kasi Illegal Logging
14
Noor Rakhmat Danumiharja, S.Hut
51
Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT
15
Ir Rudi Syaf
41
KKI WARSI
16
Daryono
52
Swasta
Manager Program Direktur SL USAHA MANDIRI
Manggala Wanabakti Blok VII Lantai 12 Jakarta Manggala Wanabakti Blok VII Lantai 12 Jakarta Manggala Wanabakti Blok VII Lantai 12 Jakarta Manggala Wanabakti Blok VII Lantai 12 Jakarta Jl Inu Kertadati No 12 SDA
34833687
Vila Bintaro Indah, Blok C 16/13 PRIM KOPTI Blok C4, No 19, Cipayung Jakarta Timur
HP
081387235155
021-34833687 021-7218612
Bogor
JL D.I Panjaitan Kav 24
Kasub Bid Ratifikasi Perjanjian Internasional
Kantor
081574648899 0811110864
021-57951501
08170901560
7970277
0816715726
021-85904926
08128448035
8517185
0813193531
021-85906676 8518138
081215934567
5700242 021-5700242 5700242
Jl. Gandaria VIII No. 10 Jaksel Puri Cemara 1 C No 7 SDA
081573736033 94166678
08127402546
161
Lampiran 2. (Lanjutan) Nomor Responden
Nama Lengkap
Umur (Tahun)
FAK. Pertanian Universitas Jambi
Jabatan
17
Dr Bambang Irawan
18
Drs. H. Hasip Kalimuddin Syam, MM
70
Lembaga Adat Jambi
19
H. Busra
58
Tokoh masyarakat
20
Bambang Hermanto
35
POLRI
Kanit 2 Sat 3 ditraskrim
21
Slamet Widodo, SIK
35
POLRI
Kanit 1 Sat III DITRESKRIM POLDA JAMBI
22 23 24 25
Ir. Adriano, MBA. Dr. Dedi Mulyadi, MSi. Ir. Hasan Sudrajat Dr. Masrudin Nainggolan, SH. MH.
39
Instansi/Lembaga
57 54 50 47
26
Drs. Deddy Ramli
51
27
DR. Sahala Gultom, SH.
56
28
DR. Ir. Sunaryo
29
Andar Santario, G.
47
Staf Pengajar
Alamat Kantor Jl. Raya Jambi Ma. Bulian Km 15 Mandala Darat Jambi
Nomor Telepon Rumah
Jl Harapan Kal, Buluran Kenadi Rt 11 No 241 Jambi
Ketua LA Sejinjang Jl. Jendral Sudirman no 45 Jambi
Barau-Barau V
Jl. Jendral Sudirman no 45 Jambi
Komplek Air Panas Ma Pulan Jambi
Jl. Gatot Subroto Kav. 56 Jakarta (12950)
Jl. Teratai 2/21-Larangan Indah Kec. LaranganTangerang (1514)
Departemen Perindustrian
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Perindustrian
Jl. Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta
Graha Indah 18/19 Jatiasih- Bekasi
Kepala Seksi
Jl. Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta
Jl. Bawean B10/142, Jati Asih – Bekasi
Pengadilan Negeri Kuala Kapuas
Hakim/Ketua Pengadilan Negeri
Jl. Tambun Bungai No.55 Kuala KapuasKalteng
Jl. Melati No. 5 Kuala Kapuas-Kalteng
Departemen Perdagangan
Kasubag Direktorat bina Pasar dan Distribusi
Jl. M. I. Ridwan Rais No. 5
-
Departemen Kehutanan
Ditjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial
Jl. Gatot Subroto
30
Ir. Auriya Ibrahim
48
Departemen Kehutanan
31
Buhari Sirait, SE, MA.
37
Bea Cukai
32
Drs. Gatot Priyo Waspodo, MSi.
45
Ditjen Bea dan Cukai
Kabid. Produksi dan Distribusi Perkebunan dan Hortikultura Direktur Perlindungan Hutan Kabag Umum dan Kepatuhan Internal
Max Rori, ST.
30
Ditjen Bea dan Cukai
Ks Nautika
34
Zaky Firmansyah, SE., MM.
32
Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu
Kasi Intelijen
0741 32250
0742 21020
0811747273 08121356155
021525432
0816966390
0215253260
0818790750
051321276
08129660130
3858210
08128064901
3521857
085692407777
077721055
081918541836
Bukit Dua Manggala Wanabakti Jl. A. Yani – Tanjung Balai Karimun
Kepala Bidang
33
081366147471
Aspolda Jambi
Advisor
Menko Perekonomian
HP
Jl Letjen Suprapto 09C Telanaipura Jambi
PT. Surveyor Indonesia
Departemen Perindustrian
Kantor
Meal – Tanjung Balai Karimun Jl. A. Yani, Meral – Tanjung Balai Karimun
Teluk Air BC 1305 – Tanjung Balai Karimun Jl. Sentosa Raya E/2 Perumahan Bukit Kencana Pondok Gede-Bekasi Komp. BC Teluk Air BC 1101 Jl. Teluk air BC 1301
08165439269 077721010
081219203456
077731800
08159129396
162
Lampiran 2. (Lanjutan) Nomor Responden
Nama Lengkap
35
Achmad Fatori, SE
36
Sandy Darmosumarto
37
Ir. Tika Wihanasari, MSi., MPP.
Umur (Tahun)
33
Instansi/Lembaga Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau
Jabatan
Kasi. Barang Bukti
Alamat Kantor Meral - Tanjung Balai Karimun
Nomor Telepon Rumah
Kantor
HP
Teluk Air - Tanjung Balai Karimun 077731833
38 39 40 41 42
43
44 45 46
Winarko Dian Subayo, SE. Iwan Hermawan, SH., MA. Sad Wibowo Erdijanto, SE Dadang Hidayat, SS., MSi.
Departemen Luar Negeri 39
Departemen Luar Negeri
37
Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau
39 37 37
Fatoni Hatam
Deris Andriani, SH.
Damly Rowelcis, SH. Rohayatie Eka Kurnia Sukmasari
Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI
31
45 43
Kejaksaan Agung RI
Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
Ka. Sie Pertanian
Jl. Taman Pejambon GA
Jl. Penggilingan Baru No.33
Kasi Penyidikan I
Jl. A. Yani, Meral Tanjung Balai Karimun
Komplek Bekasi Permai Blok AD No. 1
Kabid. Penyidikan dan Barang Hasil Penindakan
Jl. A. Yani - By Pass Jakarta Timur
Jl. Ngesrer Barat I No. 41 Semarang 50252 - Jawa Tengah
Kasie. Penyidikan II
Jl. A. Yani - Meral, Tanjung Balai Karimun
Jl. Teluk Air TBK
Kepala Seksi
Jl. Taman Pejambon No. 6 - Jakarta Pusat
Griya Bintara Blok BB 3/10 - Bekasi Barat
Kasi Wilayah I. TPUL Dir. Penuntutan
Jl. Hasanudin No.1 Kebayoran Baru-Jakarta Selatan
Serang - Banten
Jl. Hasanudin No.1 Kebayoran Baru-Jakarta Selatan
Kebagusan IV RT/RW:07/010 Ragunan Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Jaksa Fungsional Kasi Wilayah II. Subdit Kamtibum Dit. Tut. Pidum Jaksa Fungsional Jaksa Fungsional
Jl. Hasanudin No.1 Kebayoran Baru-Jakarta Selatan Jl. Hasanudin No.1 Kebayoran Baru-Jakarta Selatan Jl. Hasanudin No.1 Kebayoran Baru-Jakarta Selatan
3812133
08121057724
0777325006
087877226455 08143237104
0777325006 3441508 ext. 5601
081510226484 08125159356
Perumahan Taman Cengkareng Indah Jl. Saco No. 12 Ragunan, Pasar Minggu-Jakarta Selatan 12550
085214210520 08159833333 0817729629
Gria Jakarta, Pamulang 081386660241
163
Hasil Kuesioner 4Rs Perumusan Kebijakan Pemberantasan Illegal Logging Di Indonesia A. Peraturan Pemberantasan Illegal Logging di Indonesia Lampiran 3.
Peraturan-peraturan atau Kebijakan yang Terkait dengan Kegiatan Pemberantasan Illegal Loggging di Indonesia.
IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden
PERATURAN
Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2005
1
KEMENKO POLHUKAM
Keputusan Menko Polhukam No. Kep 30/Menko/Polhukam/6/2005 yang telah diubah dengan Keputusam Nomor : Kep 27/Menko/Polhukan/2/2007
Surat Menko Polhukam No. SKep 76/Menko/Polhukam/9/2007 UU tentang Kehutanan (UU No 41/1999) PP No 6/2007 2
KEMENKO POLHUKAM PP No 45/2004 tentang perlindungan hutan PP No 44/2004 tentang perencanaan hutan Inpres 4 Th 2005 tentang pemberantasan illegal logging KUHP 263 266 KUHP, UU KEHUTANAN 78 40 Pasal 50
3
DIGUNAKAN UNTUK
Instansi/Lembaga
POLRI
UU No 590 tentang Konservasi SDA Hayati dan Ekosistemnya Pasal 40,19,33
Melakukan percepatan pemberantasan illegal logging di Indonesia melalui penindak terhadap setiap pelanggaran badan yang melakukan kegiatan terkait dengan ilegal loging pembentukan kelompok kerja pemberantasan Illegal Logging dalam rangka mengelola, mengkoordinasikan, memadukan dan menyelaraskan pembangunan permasalahanpermasalahan terkait ilegal logging, rancangan kebijakan, monitoring, dan evaluasi Pembentukan tim koordinasi, monitoring, dan evaluasi pemberantasan Ilegal Logging di seluruh Indonesia pengelolaan hutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat Pengelolaan hutan untuk ekonomi nasional dan masyarakat sekitar hutan dengan prinsip good governance Mencegah dan membatasi kerusakan hutan Pengurusan hutan lestari Pemberantasan penebangan liat dalam kawasan hutan Proses Pidana Apabila Illegal Logging di hutan kawasan konservasi Suaka alam (cagar alam dan pelestarian alam suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan kayu, taman wisata alam)
UU Lingkungan Hidup Pasal 41 tentang perusakan lingkungan hidup
4
EC-Indonesia Flegt Sp
UU No 41 1999
Tentang kehutanan
PP No 6 2007
Perencanaan dan pemanfaatan hutan
PP No 3 2008
Amandemen PP No 6/2007 Peredaran/Penatausahaan hasil hutan kayu di negara Peredaran/Penatausahaan hasil hutan kayu di hutan hak
PERMENHUT P55/2006 PERMENHUT P51/2006 UU No 41 1999
5
EC-Indonesia Flegt Sp
PP No 45 th 2004
Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan Percepatan pemberantasan penebangan kayu secara ilegal di kawasan hutan dan peredarannya Perlindungan hutan
Tidak ada
Karena hanya pelengkap penderita
UU 23/97
Perusakan lingkungan
UU 41/99
Kehutanan
PP No 34 2002 Inpres 4 Th 2005
6 7
DEPNAKER TRANS KLH
Upaya perlindungan hutan, dalam rangka mempertahankan fungsi hutan lestari
164
Lampiran 3. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden
PERATURAN
UU 23/97
Pengelolaan Lingkungan Hidup
PP 27/99 tentang Amdal
Pembukaan HPH/HTI
KLH
UU No 23/1997
Peraturan/kebijakan untuk menjerat pelaku perusakan lingkungan
KNLH
UU No 23/1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup
8
KLH
9 10
11
DEPHUT
UU 5/th 1990
Landasan hukum pencemaran dan atau perusakan lingkungan akibat kegiatan illegal logging Penegakan hukum konservasi
UU 41/99
Penegakan hukum kehutanan
PP 7, PP 8, PP 68
Hukum konservasi
PP 45, PP 6
Illegal Logging
Peraturan Menteri terkait
Operasional Penegakan Hukum Sebagai payung hukum untuk pembinaan, pencegahan dan pemberantasan illegal logging Sebagai payung hukum untuk pencegahan dan pemberantasan illegal logging dalam kawasan konservasi Dasar dalam pelaksanaan perlindungan hutan
UU No 41 1999
12
DEPHUT
UU No 5 Th 1990 PP No 45 Th PP No 6 UU No 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya UU No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan
13
Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan
Dasar hukum bagi pemberantasan illegal logging di seluruh wilayah Indonesia
PP no 6 tahun 2007 dan PP no. 3 tahun 2008
Dasar hukum dalam bidang perencanaan pengelolaan dan pemanfaatan hutan
UU No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT
PP No P.55/Menhut-II/2006 dan PP No. P63/Menhut-II/2006 tentang tata usaha kayu
Dasar hukum dalam bidang perencanaan pengelolaan dan pemanfaatan hutan
Peraturan Menhut No 48/Menhut-II/2006
Acuan dalam pelelangan hasil hutan temuan,sitaan, dan rampasan
KKI WARSI UU No 25 tahun 2003 tentang Tindak Pidana pencucian uang Swasta
Dasar hukum pelaksanaan proses yustisi (penyidikan) Dasar hukum penanganan tindak pidana kehutanan terutama dalam bidang tumbuhan dan satwa liar Dasar hukum penanganan tindak pidana kehutanan selain bidang tumbuhan dan satwa liar Dasar hukum bagi pemberantasan illegal logging di seluruh wilayah Indonesia
UU No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan
16
Dasar hukum dalam penanganan kasus yang terkait dengan tata usaha hasil hutan
PP no 6 tahun 2007 dan PP no. 3 tahun 2008
Inpres No 4 Th 2004
15
Dasar hukum pelaksanaan proses yustisi (penyidikan) Dasar hukum penanganan tindak pidana kehutanan terutama dalam bidang tumbuhan dan satwa liar Dasar hukum penanganan tindak pidana kehutanan selain bidang tumbuhan dan satwa liar
Inpres no 4 Th 2005 tentang pemberantasan penebangan kayu secara illegal di kawasan hutan dan peredarannya di seluruh wilayah Indonesia
Permenhut No P 55/Menhut-II/2006 dan Peraturan 63/Menhut-II/2006 tentang tata usaha kayu UU No 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
14
DIGUNAKAN UNTUK
Instansi/Lembaga
-
Dasar penanganan illegal logging Menjerat pelaku pembalakan, menjerat oerjabat yang diberi kewenangan dalam masalah kehutanan Untuk menelusuri aliran dana dari kegiatan illegal logging
165
Lampiran 3. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden
PERATURAN
DIGUNAKAN UNTUK
Instansi/Lembaga
17
FAK. Pertanian Universitas Jambi
-
-
18
Lembaga Adat Jambi
Perda Propinsi Jambi No 5 tahun 2007 tentang Lembaga Adat Melayu Pasal 2
Lembaga adat berasaskan Pancasila dan UUD 1945 dan nilai-nilai keagamaan
19
Tokoh masyarakat
20
POLRI UU No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan
21
POLRI
Melestarikan hutan Menghukum pelaku tindak pidana kehutanan
UU No 25 tahun 2003 tentang Tindak Pidana pencucian uang
Menindaklanjuti aliran dana dan disita
UU No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan
Penegakan hukum illegal logging
PP No P.55/Menhut-II/2006
Penatausahaan hasil hutan
22
PT. Surveyor Indonesia
-
-
23
Departemen Perindustrian
INPRES No. 4 Tahun 2005
Pemberantasan kayu illegal dan peredarannya di seluruh Indonesia
SKB Menteri Kehutanan dan Deperindag
Badan Revitalisasi Industri Kehutanan
24
Departemen Perindustrian
-
-
UU No. 41 Tahun 1999
Penyelesaian dalam kasus Illegal Logging
UU No. 5 Tahun 1990
Penyelesaian dalam kasus Illegal Logging
PP No. 28 Tahun 1985
Penyelesaian dalam kasus Illegal Logging
PP No. 45 Tahun 2004
Penyelesaian dalam kasus Illegal Logging
Inpres No.4 Tahun 2005
Penyelesaian dalam kasus Illegal Logging
UU No. 23 Tahun 1997
Penyelesaian dalam kasus Illegal Logging
KUHP PP No. 6 Tahun 2007 tentang Tata Cara Hutan dan Penyusunan Rencana pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan
Penyelesaian dalam kasus Illegal Logging
25
26
Pengadilan Negeri Kepala Kapuas
Departemen Perdagangan
Pemberantasan illegal logging dan penyelundukan kayu
27 Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL/Gerhan) 28
29
30
31
Departemen Kehutanan
Menko Perekonomian
Departemen Kehutanan
Bea Cukai
Perpres No. 89 Tahun 2007
Inpres No. 5 Tahun 2001 tanggal 19 April 2001
Yakni sistem penganggaran tidak lagi berdasarkan tahun takwim yang bisa terputus di jalan, tapi multiyears yang menjamin bibit ditanam dapat dipelihara hingga tumbuh besar Pemberantasan penebangan liar kayu dan peredaran hasil hutan ilegal, khususnya di Taman Nasional Gunung Leuseur dan Tanjung Puting
Keppres No.80 Tahun 2000
5 prioritas atas illegal logging Tim Wanaloya - Tim Wanabhari
Keputusan Menteri Kehutanan No. 315/KPTS-II/1999
Tentang Tata Cara Pengenaan, Penetapan, dan Pelaksanaan Sanksi atau Pelanggaran di Bidang Pengesahan Hutan dan Pemungutan Hasil Hutan. 3 jenis sanksi: 1) Sanksi pencabutan izin HPH atau izin PHH, bila tidak membayar; 2) Sanksi administrasi beerupa denda dari mulai 10-30 kali PSDH bila kayu yang ditebang diragukan keabsahannya;3) Sanksi pengurangan areal bila tidak melaksanakan pembayaran dan pelaporan sesual PSAK 32.
Peraturan Menteri Perdagangan tentang Larangan Ekspor Logging
Membatasi perdagangan log kayu ke luar negeri dan penebangan kayu
Peraturan Menteri Perdagangan tentang Jenis Kayu Olahan yang dapat Diekspor
Membatasi konsumsi kayu
166
Lampiran 3. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden
PERATURAN
DIGUNAKAN UNTUK
Instansi/Lembaga
32
Ditjen Bea dan Cukai
33
Ditjen Bea dan Cukai
34
Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu
Dilarang mengekspor kayu tanpa dokumen Kepres No. 4 Tahun 2005 UU No. 19 Tahun 2004 UU No. 17 Tahun 2006
35
Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau
36
Departemen Luar Negeri
UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, sebagaimana telah diubah dengan UU No. 17 Tahun 2006 UU Lingkunga Hidup UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
Pengawasan ekspor dan impor kayu-kayu legal asal, tujuan, dan tahun pengangkutan antar pulau terhadap kayu illegal Memberantas penyelundupan kayu illegal Percepatan pemberantasan illegal logging di Indonesia Tentang Kehutanan Kepabeanan, untuk ekspor dan impor kayu illegal Penegakan hukum tindak pidana pabean, khusus penyelundupan ekspor
Pengelolaan hutan secara berkelanjutan
Inpres No. 4 Tahun 2005
37
Departemen Luar Negeri
Kebijakan: memperkuat diplomasi di forum mulilateral, seperti ITTO
UU No. 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan 38
39
40
Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau
UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
Ditjen Bea dan Cukai
Peraturan Menteri Perdagangan No. 02/Permendag/2006 UU No. 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan
Ditjen Bea dan Cukai
UU No. 41 Tahun 1999
Dibidang kehutanan, proses administrasi pengangkutan kayu
INPRES No. 4 Tahun 2005 KUHP KUHAP
42
Kejaksaan Agung RI
UU No. 41 Tahun 1999
Berita Acara Pidana atas kasus illegal logging Pemberantasan sanksi pidana pada penadah, pemberi bantuan, pemberi kesempatan, dan pemberat (pasal 55/56/64 KUHP) Memberantas penebangan kayu ilegal di kawasan hutan dan peredarannya di seluruh wilayah RI Melengkapi peraturan Kehutanan yang ada. Pasal 50, 65 Untuk mengetahui cara, lid, dik dan persidangan Pemberantasan menjerat pelaku illegal logging
INPRES No. 4 Tahun 2005
Menjerat pelaku dan percepatan pemberantasan illegal logging
Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
Memberantas praktek illegal logging
INPRES No. 4 Tahun 2005 43
Ekspor illegal logging Koordinasi antar instansi tentang penanganan illegal logging
KUHP Departemen Luar Negeri
Penawaran pengangkutan kayu antar pulau Larangan ekspor kayu bulat dan kayu gergajian -
Keppres No. 4 Tahun 2005
KUHAP
41
- Untuk memeperketat pengawasan terhadap perdagangan kayu illegal di tingkat internasional - Memperjuangkan pengetatan: a) disiplin dan pelaporan ekspor, impor, dan produksi kayu dari negara anggota; dan b) program sertifikasi legal logging dalam perdagangan (impor) kayu di negara konsumen Penindakan terhadap penyelundupan illegal logging ke luar negeri
Kejaksaan Agung RI KUHAP KUHP
Tuntutan berat terhadap pelaku illegal logging serta percepatan penyelesaian perkara illegal logging Tentang tata cara dari Lid sampai ke penuntutan Ketentuan UU tentang Kehutanan sebagai pelengkap
167
Lampiran 3. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden
PERATURAN
UU No. 41 Tahun 1999 44
Kejaksaan Agung RI
KUHAP
Pemberantasan praktek illegal logging - Tunutan Berat terhadap pelaku illegal logging - Percepatan penyelesaian perkara illegal logging Pemberantasan tentang perkara/kehutanan/illegal logging Hukum acaranya
INPRES No. 4 Tahun 2005
- Tuntutan bagi para pelaku illegal logging
KUHP
- Penyelesaian perkara illegal logging Kelengkapan penyertaan untuk perkara pidananya Perkara-perkara Kehutanan termasuk illegal logging
INPRES No. 4 Tahun 2005
UU No. 41 Tahun 1999
45
Kejaksaan Agung RI
UU No. 41 Tahun 1999 KUHAP 46
DIGUNAKAN UNTUK
Instansi/Lembaga
Kejaksaan Agung RI
KUHP INPRES No. 4 Tahun 2005
Tata cara Lid, Dik, Tut, dan Pemeriksaan perkara illegal logging Pelengkap ketentuan UU tentang Kehutanan Tuntutan bagi pelaku illegal logging dan percepatan penyelesaian perkara illegal logging
168
Lampiran 4. Efektifitas dan atau Kebijakan yang Terkait dengan Kegiatan Pemberantasan Illegal Logging di Indonesia. IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden
Sudah
Belum
Komentar
Instansi/Lembaga
1
KEMENKO POLHUKAM
1
Karena melibatkan berbagai pihak/institusi terkait yang sudah memilki dasar pengaturan tugas pokok dan tugas masing-masing sehingga sangat sulit dalam hal menyamakan perspektif, keterpaduan dalam bertindak, dan masih meninjilkan arigansi sektoral masing-masing
2
KEMENKO POLHUKAM
1
Pemahaman tentang peraturan-peraturan yang ada belum seragam dan kesiapan aparat dalam pelaksanaan aturan belum memadai
3
POLRI
4
EC-Indonesia Flegt Sp
Pengawasan dari intansi kehutanan masih kurang (secara umum) baik fisik di lapangan maupun pengawasan administrasi (SKSHH tak pernah di cross check), mengeluarkan izin tapi tidak pernah di cek.
1
1
Pengawasan terhadap implementasi peraturanperaturan tersebutt masih kurang
1
Efek jera yang belum memberikan penyadaran terhadap pentingya fungsi hutan. Masih belum tingginya kesadaran hakekat penerapan undangundang tersebut untuk kepentingan penyelamatan hutan, kebutuhan ekonomi
5
EC-Indonesia Flegt Sp
6
DEPNAKER TRANS
7
KLH
1
Belum adanya pemahaman yang sama antar aparat penegak hukum dan lemahnya pengawasan di lapangan
8
KLH
1
Pemerintah, masyarakat, dan pengushaa belum optimal menggunakan UU dan PP tersebut
9
10
KLH
KNLH
1
Sudah dilaksanakan, namun sulit untu menentukan siapa tersangkanya, apakah perorangan( perambah hutan)/ badan hukum. Kesulitan pembuktian
1
Jika UU tsb dijalankan menyebabkan penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan berfikir 2x untuk melakukan kegiatan illegal logging, khususnya jika dijerat dengan pasal 43 UU 23/1997
1 11
DEPHUT
Pemahaman dari multi stakeholder belum sama, hambatan interest sektoral Peraturan terlalu sering sering berubah/partial
12
13
DEPHUT
Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan
1
Karena semua penegak hukum belum mempunyai komitmen yang sama
1
Sebagian kasus telah dapat diselesaikan berdasarkan peraturan perundangan tersebut pada poin 2.1, akan tetapi dalam beberapa kasus lain masih dirasakan ketentuan yang ada kurang "greget" dan memerlukan revisi atau tambahan
169
Lampiran 4. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden
14
Sudah
Belum
Komentar
Instansi/Lembaga
Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT
1
15
KKI WARSI
16
Swasta
1
17
FAK. Pertanian Universitas Jambi
-
18
Lembaga Adat Jambi
19 20
Tokoh masyarakat POLRI
21
POLRI
22
PT. Surveyor Indonesia
23
Departemen Perindustrian
24
Departemen Perindustrian
25
Pengadilan Negeri Kuala Kapuas
26
Departemen Perdagangan
Banyak kasis yang sudah diselesaikan dengan berdasarkan pada peraturan eprundangan tersebut, dan ada berupa catatan/usulan untuk UU anti illegal logging Revisi perturan 48 yang sudah disahkan
1
Karena ditangkapnya pelaku tebang tanpa izin -
-
1
Karena harus ada aturan-aturan/undang-undang pelaksana lainnya yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi dengan pertimbanganpertimbangan yang sangat matang
1
-
-
Karena pelaku illegal logging merupakan tindak pidana yang sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup di bumi. Tetapi pelakunya cenderung dijerat hannya dengan satu UUU saja, Padahal bisa dijerat juga dengan pasal berlapis, misalnya dengan mengaktifkan pemakaian UU 25 tahun 2003
Masih dalam pembenahan di lapangan 1
Karena selalu masih ada kendla di lapangan yang belum ada dasar hukumnya
-
-
1
Tidak dilakukan secara holistik dan masih parsial, dan kurang tegasnya sangsi terhadap pelanggaran illegal logging serta rendahnya
-
-
etika berakreasi terhadap penanganan illegal logging
Kegagalannya belum ada SOP yang jelas di dalam pelaksanaan masing-masing yang disebutkan dalam Inpres No. 4 Tahun 2005. sudah dilaksanakan dan tergantung kepada: 1. Pemahaman; 2. Penerapan dan pengawasan oleh aparat yang bersangkutan
1
1
Yang bukan pedagang kayu antar pulau terdaftar di beberapa pelabuhan/daerah dapat melaksanakan pengapalan hanya untuk diantarpulaukan
27 28
29
Departemen Kehutanan
Menko Perekonomian
1
Sedang mengupayakan subsidi silang untuk pendanaan rehabilitasi, maksudnya penghuni di sekitar DAS harus memberikan pendanaan untuk membangun hulu DAS
1
Untuk efektifnya sudah dilaksanakan, akan tetapi masalah yang belum tuntas yang berada di perbatasan, sehingga perlu pengawasan terintegrasi dengan masyarakat setempat di perbatasan
170
Lampiran 4. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden
30
Sudah
Belum
Komentar
Instansi/Lembaga
Departemen Kehutanan
1
Harus dilihat pola kerja link illegal logging yang dilaksanakan. Biasanya dimodali satu cukong, sehingga perlu mata-mata untuk mengungkap cukong tersebut
31
Bea Cukai
1
Karena kondisi masyarakat yang masih miskin/kurang sejahtera dan lapangan pekerjaan kurang serta kurangnya pemahaman pengusaha, jug lemahnya pengawasan aparat yang berwenang, membuat peraturan-peraturan tersebut tidak berjalan sesuai harapan
32
Ditjen Bea dan Cukai
1
karena masih rendahnya koordinasi informasi antar instansi
33
Ditjen Bea dan Cukai
1
Karena masih ada juga yang lolos akibat kurangnya informais dan koordinasi dengan instansi terkait
34
Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu
1
Sudah jauh lebih baik akan tetapi perlu kesungguhan dari instansi penegak hukum
35
Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau
1
Bahwa peraturan yang kami miliki, cukup efektif dalam rangka pemberantasan penyelundupan ekspor kayu
36
Departemen Luar Negeri
37
Departemen Luar Negeri
38
Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau
39
Ditjen Bea dan Cukai
1
Karena tidak adanya sineergi antara Pemda dan Pusat (Pemerintah), secara koordinasi yang efektif dengan penegak hukum, dimana aktor penegak hukum yang terlibat dalam sindikat pembalakan liar Sudah efektif dilaksanakan karena kegiatan illegal logging saat ini sudah menurun drastris
1
- Perlu dilakukan komitmen bersama antara instansi dalam penanganan illegal logging 40
Ditjen Bea dan Cukai
41
Departemen Luar Negeri
1
- Perlu penanganan yang lebih koordinasi antar instasi dalam proses penagnanan tangkapan kayu Pada kenyataannya masih terdapat kasus-kasus
42 43 44
1
Masih banyak aturan yang tidak jelas terutama UU Kehutanan
Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
1 1
Kejaksaan Agung RI
1
Hanya UU No. 41 Tahun 1999 yang mengatur tentang sanksi pidana terhadap pelaku
Kejaksaan Agung RI
1
Karena hanya UU No. 41 Tahun 1999 saja yang mengatur tentang sanksi pidana terhadap tersangka
Kejaksaan Agung RI
1
45 46
illegal loggingyang belum diproses sesuai ketentuan yang berlaku meskipun memang sudah dilakukan upaya-upaya ke arah itu
Dalam pelaksanaannya belum maksimal
Tetapi dalam pelaksanaanya belum maksimal
171
B. Aksi Pemberantasan Illegal Logging di Indonesia. Lampiran 5. Kepentingan Parapihak Terhadap Pentingnya Pemberantasan Illegal Logging di Indonesia. IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
a. Aparat Penegak Hukum
Kepolisian
Penting
Nomor Responden
Instansi/Lembaga
1
KEMENKO POLHUKAM
1
2
KEMENKO POLHUKAM
1
3
POLRI
1
4
EC-Indonesia Flegt Sp
1
5
EC-Indonesia Flegt Sp
1
6
DEPNAKER TRANS
7
KLH
1
8
KLH
1
9
KLH
1
10
KNLH
1
11
DEPHUT
1
12
DEPHUT
1
13 14
Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT
15
KKI WARSI
1
16
Swasta
1
17
FAK. Pertanian Universitas Jambi
1
18
Lembaga Adat Jambi
1
19
Tokoh masyarakat
1
20
POLRI
1
21
POLRI
1
22
PT. Surveyor Indonesia
1
23
Departemen Perindustrian
1
24
1
25
Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas
26
Departemen Perdagangan
1
Tidak Penting
1 1
1 1
27 28
Departemen Kehutanan
1
29
Menko Perekonomian
1
30
Departemen Kehutanan
1
31
Bea Cukai
1
32
Ditjen Bea dan Cukai
33
Ditjen Bea dan Cukai
1
34
Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu
1
1
36
Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri
37
Departemen Luar Negeri
1
38
Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau
1
39
Ditjen Bea dan Cukai
1
40
1
41
Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri
42
Kejaksaan Agung RI
1
43
Kejaksaan Agung RI
1
44
Kejaksaan Agung RI
1
45
Kejaksaan Agung RI
1
46
Kejaksaan Agung RI
1
35
Kurang Penting
1 1
1
172
Lampiran 5. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
a. Aparat Penegak Hukum
Kejaksaan
Penting
Nomor Responden
Instansi/Lembaga
1
KEMENKO POLHUKAM
1
2
KEMENKO POLHUKAM
1
3
POLRI
1
4
EC-Indonesia Flegt Sp
1
5
EC-Indonesia Flegt Sp
1
6
DEPNAKER TRANS
7
KLH
1
8
KLH
1
9
KLH
1
10
KNLH
1
11
DEPHUT
12
DEPHUT
1 1
13 14
Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT
15
KKI WARSI
1
16
Swasta
1
17
FAK. Pertanian Universitas Jambi
1
18
Lembaga Adat Jambi
1
19
Tokoh masyarakat
1
20
POLRI
1
21
POLRI
1
22
PT. Surveyor Indonesia
1
23
Departemen Perindustrian
1
24
1
25
Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas
26
Departemen Perdagangan
1
Tidak Penting
1 1
1 1
27 28
Departemen Kehutanan
1
29
Menko Perekonomian
1
30
Departemen Kehutanan
1
31
Bea Cukai
1
32
Ditjen Bea dan Cukai
33
Ditjen Bea dan Cukai
1
34
Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu
1
1
36
Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri
37
Departemen Luar Negeri
38
Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau
1
39
Ditjen Bea dan Cukai
1
40
1
41
Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri
42
Kejaksaan Agung RI
1
43
Kejaksaan Agung RI
1
44
Kejaksaan Agung RI
1
45
Kejaksaan Agung RI
1
46
Kejaksaan Agung RI
1
35
Kurang Penting
1 1 1
1
173
Lampiran 5. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
a. Aparat Penegak Hukum
Pengadilan
Penting
Nomor Responden
Instansi/Lembaga
1
KEMENKO POLHUKAM
2
KEMENKO POLHUKAM
3
POLRI
1
4
EC-Indonesia Flegt Sp
1
5
EC-Indonesia Flegt Sp
1
6
DEPNAKER TRANS
7
KLH
1
8
KLH
1
9
KLH
1
10
KNLH
1
11
DEPHUT
12
DEPHUT
1 1
13 14
Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT
15
KKI WARSI
16
Swasta
1 1
17
FAK. Pertanian Universitas Jambi
1
18
Lembaga Adat Jambi
1
19
Tokoh masyarakat
1
20
POLRI
1
21
POLRI
1
22
PT. Surveyor Indonesia
1
23
Departemen Perindustrian
1
24
1
25
Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas
26
Departemen Perdagangan
1
Tidak Penting
1 1
1 1
1 1
27 28
Departemen Kehutanan
1
29
Menko Perekonomian
1
30
Departemen Kehutanan
1
31
Bea Cukai
1
32
Ditjen Bea dan Cukai
33
Ditjen Bea dan Cukai
1
34
Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu
1
1
36
Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri
37
Departemen Luar Negeri
38
Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau
1
39
Ditjen Bea dan Cukai
1
40
1
41
Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri
42
Kejaksaan Agung RI
1
43
Kejaksaan Agung RI
1
44
Kejaksaan Agung RI
1
45
Kejaksaan Agung RI
1
46
Kejaksaan Agung RI
1
35
Kurang Penting
1 1 1
1
174
Lampiran 5. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
b. Pemerintah Pusat
Kantor Menkopolkam
Penting
Nomor Responden
Instansi/Lembaga
1
KEMENKO POLHUKAM
1
2
KEMENKO POLHUKAM
1
3
POLRI
1
4
EC-Indonesia Flegt Sp
5
EC-Indonesia Flegt Sp
Kurang Penting
1 1
6
DEPNAKER TRANS
7
KLH
8
KLH
1
9
KLH
1
10
KNLH
1
11
DEPHUT
12
DEPHUT
1 1
13 14
Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT
15
KKI WARSI
1
16
Swasta
1
17
FAK. Pertanian Universitas Jambi
1
18
Lembaga Adat Jambi
1
19
Tokoh masyarakat
1
20
POLRI
1
21
POLRI
1
22
PT. Surveyor Indonesia
23
Departemen Perindustrian
24
1
25
Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas
26
Departemen Perdagangan
1
28
Departemen Kehutanan
1
29
Menko Perekonomian
1
30
Departemen Kehutanan
31
Bea Cukai
32
Ditjen Bea dan Cukai
1
33
Ditjen Bea dan Cukai
1
34
Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu
35 36
Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri
37
Departemen Luar Negeri
38
Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau
1
39
Ditjen Bea dan Cukai
1
40 41
Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri
1
42
Kejaksaan Agung RI
1
43
Kejaksaan Agung RI
1
44
Kejaksaan Agung RI
1
45
Kejaksaan Agung RI
1
46
Kejaksaan Agung RI
1
1
1 1
1 1 1
27
1
1 1
1 1 1 1
1
Tidak Penting
175
Lampiran 5. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
b. Pemerintah Pusat
Departemen Kehutanan
Penting
Nomor Responden
Instansi/Lembaga
1
KEMENKO POLHUKAM
2
KEMENKO POLHUKAM
3
POLRI
1
4
EC-Indonesia Flegt Sp
1
5
EC-Indonesia Flegt Sp
1
6
DEPNAKER TRANS
7
KLH
1
8
KLH
1
9
KLH
1
10
KNLH
1
11
DEPHUT
12
DEPHUT
1 1
13 14
Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT
15
KKI WARSI
1
16
Swasta
1
17
FAK. Pertanian Universitas Jambi
1
18
Lembaga Adat Jambi
1
19
Tokoh masyarakat
1
20
POLRI
1
21
POLRI
1
22
PT. Surveyor Indonesia
1
23
Departemen Perindustrian
1
24
1
25
Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas
26
Departemen Perdagangan
1
Kurang Penting
1 1
1 1
1 1
27 28
Departemen Kehutanan
1
29
Menko Perekonomian
1
30
Departemen Kehutanan
1
31
Bea Cukai
32
Ditjen Bea dan Cukai
33
Ditjen Bea dan Cukai
34
Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu
35 36
Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri
37
Departemen Luar Negeri
1
38
Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau
1
39
Ditjen Bea dan Cukai
1
40
1
41
Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri
42
Kejaksaan Agung RI
1
43
Kejaksaan Agung RI
1
44
Kejaksaan Agung RI
1
45
Kejaksaan Agung RI
1
46
Kejaksaan Agung RI
1
1 1 1 1 1 1
1
Tidak Penting
176
Lampiran 5. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
b. Pemerintah Pusat
Departemen Keuangan
Penting
Nomor Responden
Instansi/Lembaga
1
KEMENKO POLHUKAM
2
KEMENKO POLHUKAM
3
POLRI
1
4
EC-Indonesia Flegt Sp
1
5
EC-Indonesia Flegt Sp
1
6
DEPNAKER TRANS
7
KLH
8
KLH
9
KLH
10
KNLH
11
DEPHUT
12
DEPHUT
1
13 14
Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT
1
15
KKI WARSI
1
16
Swasta
1
17
FAK. Pertanian Universitas Jambi
1
18
Lembaga Adat Jambi
1
19
Tokoh masyarakat
1
20
POLRI
1
21
POLRI
1
22
PT. Surveyor Indonesia
1
23
Departemen Perindustrian
1
24
1
25
Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas
26
Departemen Perdagangan
1
28
Departemen Kehutanan
1
29
Menko Perekonomian
1
30
Departemen Kehutanan
1
31
Bea Cukai
1
32
Ditjen Bea dan Cukai
1
33
Ditjen Bea dan Cukai
1
34
Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu
1
35 36
Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri
37
Departemen Luar Negeri
38
Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau
39
Ditjen Bea dan Cukai
40
1
41
Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri
42
Kejaksaan Agung RI
1
43
Kejaksaan Agung RI
1
44
Kejaksaan Agung RI
1
45
Kejaksaan Agung RI
1
46
Kejaksaan Agung RI
1
Kurang Penting
Tidak Penting
1 1
1 1 1 1 1
1
1
27
1
1 1 1 1 1 1
177
Lampiran 5. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
b. Pemerintah Pusat
Departemen Dalam Negeri
Penting
Nomor Responden
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Instansi/Lembaga
KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia
Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian
Kurang Penting
Tidak Penting
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1
Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan
1 1 1
Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan
1 1 1
1
Bea Cukai
1 1 1
Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu
1
Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau
1
Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau
1
1 1
1
Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai
Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
1 1 1 1 1 1 1
178
Lampiran 5. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
b. Pemerintah Pusat
Departemen Hukum dan HAM
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Penting Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
Kurang Penting
Tidak Penting
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
179
Lampiran 5. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
b. Pemerintah Pusat
Departemen Pertahanan
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Penting Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan
1
Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
1
Kurang Penting
Tidak Penting
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
180
Lampiran 5. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
b. Pemerintah Pusat
Departemen Perdagangan
Penting
Nomor Responden
Instansi/Lembaga
1
KEMENKO POLHUKAM
2
KEMENKO POLHUKAM
3
POLRI
1
4
EC-Indonesia Flegt Sp
1
5
EC-Indonesia Flegt Sp
1
6
DEPNAKER TRANS
7
KLH
8
KLH
1
9
KLH
1
10
KNLH
11
DEPHUT
12
DEPHUT
1 1
13 14
Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT
1
15
KKI WARSI
1
16
Swasta
17
FAK. Pertanian Universitas Jambi
1
18
Lembaga Adat Jambi
1
19
Tokoh masyarakat
1
20
POLRI
1
21
POLRI
1
22
PT. Surveyor Indonesia
1
23
Departemen Perindustrian
24 25
Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas
1
26
Departemen Perdagangan
1
Kurang Penting
1 1
1
1
1
1
1 1 1
1
27 28
Departemen Kehutanan
1
29
Menko Perekonomian
1
30
Departemen Kehutanan
1
31
Bea Cukai
1
32
Ditjen Bea dan Cukai
1
33
Ditjen Bea dan Cukai
34
Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu
35 36
Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri
37
Departemen Luar Negeri
38
Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau
39
Ditjen Bea dan Cukai
40
1
41
Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri
42
Kejaksaan Agung RI
1
43
Kejaksaan Agung RI
1
44
Kejaksaan Agung RI
1
45
Kejaksaan Agung RI
1
46
Kejaksaan Agung RI
1
1 1 1 1 1 1 1
Tidak Penting
181
Lampiran 5. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
b. Pemerintah Pusat
Departemen Perindustrian
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Penting Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
Kurang Penting
Tidak Penting
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
182
Lampiran 5. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
b. Pemerintah Pusat
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Penting Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
Kurang Penting
Tidak Penting
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
183
Lampiran 5. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
b. Pemerintah Pusat
Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Penting Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
Kurang Penting
Tidak Penting
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
184
Lampiran 5. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
b. Pemerintah Pusat
Badan Intelijen Negara
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Penting Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
Kurang Penting
Tidak Penting
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
185
Lampiran 5. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
c. Pemerintah Daerah
Gubernur
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Penting Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
Kurang Penting
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Tidak Penting
186
Lampiran 5. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
c. Pemerintah Daerah
Bupati
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Penting Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
Kurang Penting
Tidak Penting
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
187
Lampiran 5. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
c. Pemerintah Daerah
DPRD Tingkat Provinsi
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Penting Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
Kurang Penting
Tidak Penting
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
188
Lampiran 5. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
c. Pemerintah Daerah
DPRD Tingkat Kabupaten
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Penting Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
Kurang Penting
Tidak Penting
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
189
Lampiran 5. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
d. Masyarakat
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Penting Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
Kurang Penting
Tidak Penting 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
190
Lampiran 5. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
e. Dunia Usaha
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Penting Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
Kurang Penting
Tidak Penting 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
191
Lampiran 5. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
f. LSM
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Penting Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan
1 1
Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
1
Kurang Penting
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Tidak Penting
192
Lampiran 5. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
g. Dunia Internasional
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Penting Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan
1
Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
1
Kurang Penting
Tidak Penting
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
193
Lampiran 6. Tingkat Pemahaman Parapihak Terhadap Pemberantasan Illegal Logging di Indonesia IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
a. Aparat Penegak Hukum
Kepolisian
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Baik Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
Kurang Baik
Tidak Baik
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
194
Lampiran 6. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
a. Aparat Penegak Hukum
Kejaksaan
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Baik Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan
Kurang Baik
Tidak Baik
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
195
Lampiran 6. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
a. Aparat Penegak Hukum
Pengadilan
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Baik Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan
Kurang Baik
Tidak Baik
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
196
Lampiran 6. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
b. Pemerintah Pusat
Kantor Menkopolkam
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Baik Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
Kurang Baik
Tidak Baik
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
197
Lampiran 6. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
b. Pemerintah Pusat
Departemen Kehutanan
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Baik Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
Kurang Baik
Tidak Baik
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
198
Lampiran 6. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
b. Pemerintah Pusat
Departemen Keuangan
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Baik Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
Kurang Baik
Tidak Baik
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
199
Lampiran 6. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
b. Pemerintah Pusat
Departemen Dalam Negeri
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Baik Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
Kurang Baik
Tidak Baik
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
200
Lampiran 6. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
b. Pemerintah Pusat
Departemen Hukum dan HAM
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Baik Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
Kurang Baik
Tidak Baik
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
201
Lampiran 6. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
b. Pemerintah Pusat
Departemen Pertahanan
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Baik Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
Kurang Baik
Tidak Baik
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
202
Lampiran 6. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
b. Pemerintah Pusat
Departemen Perdagangan
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Baik Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
Kurang Baik
Tidak Baik
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
203
Lampiran 6. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
b. Pemerintah Pusat
Departemen Perindustrian
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Baik Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
Kurang Baik
Tidak Baik
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
204
Lampiran 6. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
b. Pemerintah Pusat
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Baik Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
Kurang Baik
Tidak Baik 1
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
205
Lampiran 6. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
b. Pemerintah Pusat
Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Baik Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
Kurang Baik
Tidak Baik
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
206
Lampiran 6. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
b. Pemerintah Pusat
Badan Intelijen Negara
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Baik Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
Kurang Baik
Tidak Baik
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
207
Lampiran 6. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
c. Pemerintah Daerah
Gubernur
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Baik Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan
Kurang Baik
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
Tidak Baik
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
208
Lampiran 6. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
c. Pemerintah Daerah
Bupati
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Baik Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan
Kurang Baik
Tidak Baik
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
209
Lampiran 6. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
c. Pemerintah Daerah
DPRD Tingkat Provinsi
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Baik Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan
Kurang Baik
Tidak Baik
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
210
Lampiran 6. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
Nomor Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
c. Pemerintah Daerah
DPRD Tingkat Kabupaten
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Baik Instansi/Lembaga
KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia
Kurang Baik
Tidak Baik
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1
Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian
1 1
1
Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan
1 1
Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau
Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai
1
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1
1
Ditjen Bea dan Cukai
Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
1 1 1 1 1 1
211
Lampiran 6. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
d. Masyarakat
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Baik Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan
Kurang Baik
Tidak Baik
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
212
Lampiran 6. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
e. Dunia Usaha
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Baik Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan
Kurang Baik
Tidak Baik
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
213
Lampiran 6. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
f. LSM
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan
Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
214
Lampiran 6. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Stakeholders
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
g. Dunia Internasional
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM KEMENKO POLHUKAM POLRI EC-Indonesia Flegt Sp EC-Indonesia Flegt Sp DEPNAKER TRANS KLH KLH KLH KNLH DEPHUT DEPHUT Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi Tokoh masyarakat POLRI POLRI PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian Departemen Perindustrian Pengadilan Negeri Kuala Kapuas Departemen Perdagangan Departemen Kehutanan Menko Perekonomian Departemen Kehutanan Bea Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri Departemen Luar Negeri Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Departemen Luar Negeri Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI Kejaksaan Agung RI
Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
215
Lampiran 7. Bentuk Tanggung-jawab dari Instansi/Lembaga Responden Terhadap Pemeberantasan Illegal Logging. IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden 1
Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM
BENTUK TANGGUNG JAWAB LANGSUNG
Mengoordinasikan segala upaya pemberantasan ilegal loggging dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam percepatan perlaksanaannya Penegakan hukum
BENTUK TANGGUNG JAWAB TIDAK LANGSUNG
Langkah preventif
Pemberantasan illegal logging dalam kaitan dengan keamanan dan kedaulatan negara dalam kaitan dengan batas-batas negara dan illegal logging oleh negara tetangga 2
KEMENKO POLHUKAM
Koordinasi pemberantasan
Memantau di lapangan
Rapat dan Evaluasi pemberantasan
Supervisi dan sosialisasi
Pelaporan ke presiden Masukan perbaikan ke presiden 3
POLRI
Menindak tegas kasus-kasus illegal logging yang terjadi di seluruh Indonesia sesuai fungsi yaitu penyidikan secara tuntas ke tingkat pengadilan
Memberikan pelatihan pendidikan kejuruan terhadap anggota polisi Memberikan masikan kepada intansi kehutanan tentang peraturan dan pelaksanaannya di lapangan dalam menangani kasus illegal logging
4
EC-Indonesia Flegt Sp
Informasikan kegiatan ilegal Mendukung Dephut (PPNS/SPORC) dalam peningkatan kapasitas melalui training
5
EC-Indonesia Flegt Sp
Mengurangi dampak pembalakan liar Menciptakan lingkungan yang harmonis Mendorong proses pemberantasan yang tepat guna
Mendukung LSM yang Proaktif anti Illegal Logging Mendukung seminar dan lokakarya terkait Illegal Logging Meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat Mendorong tata kelola negara yang baik Membantu departemen kehutanan mencapai target sasaran pembangunan kehutanan
Menyempurnakan hukum kehutanan dan penguatan Menyempurnakan tata kelola melalui peratan akuntabilitas dan transparansi Mengurangi perdangangan ilegal dan mempromosikan perdagangan legal 6
DEPNAKER TRANS
Dari segi tenaga kerja lakukan pembinaan terhadap para penganggur akibat illegal logging
Melarang kontraktor Penyiapan pemukiman untuk menggunakan kayu secara illegal
7
8
KLH
KLH
Pengawasan Dephut
Kinerja aparatnya
Pengawasan POLRI
Kinerja aparatnya
Pengawasan masyarakat
Bentuk keperdulian
Pengawasan LSM
Bentuk keperdulian
Pengawasan LH
Jika ada indikasi perusakan lingkungan
Pencegahan terhadap dampak lingkungan
Pemberian pendapat hukum
Pinalti/hukuman
sosialisasi
9
KLH
Penindakan melalui pengeakan hukum
Pembinaan, sosialisasi
10
KNLH
Jika sudah terjadi kerusakan lingkungan hidup KLH dapat melakukan pemulihan terhadap kualitas lingkungan hidup
Koordinasi dengan intitusi terkait dan kepolisian dalam rangkan melakukan pencegahan terhadap perusakan lingkungan hidup
216
Lampiran 7. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden 11
BENTUK TANGGUNG JAWAB LANGSUNG
Instansi/Lembaga DEPHUT
Penegakan hukum
BENTUK TANGGUNG JAWAB TIDAK LANGSUNG
Pembinaan ekonomi alternatif
Sosialisasi PerUUan 12
DEPHUT
13
Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan
Perencanaan, pelaksanaan operasi, penegakan hukum Menyusun data/register penata terkait dengan tindak pidana kehutanan yang terjadi di daerah batu di UPT Dephut dan Dishut Meningkatkan kemampuan SDM baik Polhut maupun PPMS
Pembinaan dan penyuluhan Menyusun draft peraturan/perundangan kehutanan bidang PPH Menyiapkan bahan laporan Menhut dalam bidang perlindungan hutan
Melengkapi sarana dan prasarana perlindungan hutan Melaksanakan supervisi dan fasilitasi ke daerah dalam bidang perlindungan hutan 14
Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT
Mempersiapkan perangkat lunak.peraturan perundangan
Memfasilitasi UPT (BKSDA dan BTN) di daerah dalam pemberantasan illegal logging
Menyusun data tindak pidana kehutanan Meningkatkan kemampuan SDM baik Polhut maupun PPMS Melengkapi sarana dan prasarana perlindungan hutan Melaksanakan supervis dan fasilitasi ke daerah dalam bidang perlindungan hutan 15
KKI WARSI
-
Advokasi perlindungan kawasan hutan Orang Rimba dan TNBD Advokasi rasionalisasi TNBT Mendorong pengelolaan hutan dan DAS di sejumlah tempat Mendorong pengelolaan hutan adat di sejumlah tempat Mendorong pengembangan ekonomi masyarakat desa sekitar hutan Mendorong pembuatan Hompongan di kawasan hidup orang rimba
16
Swasta
-
17
FAK. Pertanian Universitas Jambi
-
Melalui pendidikan lingkungan bagi para mahasiswa Melaksanakan kegiatan/temu ilmiah yang terkait illegal logging
18
Lembaga Adat Jambi
Menerapkan aturan adat dan sanksisanksinya Memberikan penyuluhan / pembinaanpembinaan
Masyarakat mendapat persamaan jaminan hukum Bertindak tidak sewenang-wenang yang merugikan kepentingan umum
19
Tokoh masyarakat
Kekuatan hukum
20
POLRI
21
POLRI
Menangkap dan memproses sampai ke pengadilan Penegakan hukum terhadap pelaku illegal logging
Mensosialisasikan UU No 41 tentang kehutanan Mengamankan kawasan hutan agar tidak punak demi anak cucu
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang arti pentingnya menjaga kawasan hutan -
-
22
PT. Surveyor Indonesia
217
Lampiran 7. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden
Instansi/Lembaga
BENTUK TANGGUNG JAWAB LANGSUNG
BENTUK TANGGUNG JAWAB TIDAK LANGSUNG
23
Departemen Perindustrian
Pemenuhan terhadap suplai bahan baku untuk industri barang kayu termasuk rotan
Peningkatan daya saing industri berbasi kayu
24
Departemen Perindustrian
Penyiapan bahan baku industri seperti furniture dan barang lain
Pemanfaatan tenaga kerja produktif yang berbasis teknologi terapan
25
Pengadilan Negeri Kuala Kapuas
Mengadili TP Illegal Logging
Ikut berpartisipasi di dalam hal melakukan pelestarian hutan untuk sustainabilitas. Peningkatan pengetahuan dari aparat baik formal maupun informal di dalam penanggulangan bencana Perusahaan yang melaksanakan antar pulau kayu menyampaikan ilustrasinya ke Departemen Kehutanan
Penyerapan tenaga kerja
Penyuluhan hukum masalah lingkungan hidup 26
Departemen Perdagangan
Pengangkutan kayu bulat/olahan yang diantarpulaukan hendaknya dilindungi dengan Surat Izin Pengangkutan Kayu (SIPAP-K) yang diterbitkan oleh dinas yang abupaten perdagangan -
28
Departemen Kehutanan
Melaksanakan gerakan penanaman dengan 79 juta batang pohon melalui konferensi perubahan iklim di Bali bulan Desember tahun 2007
Menyebarluaskan bibit-bibit pohon sebagai dampak illegal logging
29
Menko Perekonomian
Sepakat untuk tidak menebang pohon
30
Departemen Kehutanan
Memberitahukan ke saudara lingkungan Meninta data ke abupaten dan provinsi tentang pelaksanaan reboisasi penerapan gerakan penghijauan sesuai COP 13, misal: untuk proses menangkap
27
Melakukan pengawasan langsung ke lapangan Menyiapkan bahan-bahan kerja semua antar negara untuk mengawasi pelakupalaku illegal logging Bea cukai mengawasi perdagangan barang logging export
31
Bea Cukai
32
Ditjen Bea dan Cukai
Tidak ada
33
Ditjen Bea dan Cukai
Memberantas penyelundupan kayu illegal
34
Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu
Penanganan/penangkapan ekspor kayu illegal ke luar negeri
35
36
Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau
Departemen Luar Negeri
Kegiatan intelijen di luar dan dalam negeri tentang pemasukan dan pengeluaran kai illegal - Penyelundupan ekspor komoditi kayu
-
Aparat bea cukai jangan menggunakan barang-barang illegal logging untuk kepentingan seperti membangun rumah Melaksanakan aturan-aturan titipan dari instransi terkait terhadap pengawasan illegal logging yang diekspor maupun untuk dipakai di dalam negeri Mengamankan hak penerimaan negara dari ekspor kayu Sosialisasi ke pegawai
Sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya/dampak terhadap illegal logging
- Pencegahan penebangan liar log - Pencegahan pengangkutan kayu hasil illegal logging - Menyamakan persepsi internasional re definisi “illegal logging” - Memperjuangkan konsep illegal logging agar dicantumkan dalam konvensi-konvensi multilateral
- Menghimbau negara-negara agar tidak mendukung perdagangan kayu illegal yang merupakan bagian dari rantai proses illegal logging - Secara tidak langsung mengikat negara-negara lain untuk mematuhi konvensi. Oleh karena itu, benkontribusi pada pengentasan illegal logging
218
Lampiran 7. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden
BENTUK TANGGUNG JAWAB LANGSUNG
Instansi/Lembaga
37
Departemen Luar Negeri
38
Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau
Meningkatkan perhatian dunai internasional terhdapa pencegahan illegal logging dan peningkatan kerjasama internasioan di bidang perlindungan perdagangan kayu legal - Pengawasan pengangkutan kayu di laut dengan patroli laut
BENTUK TANGGUNG JAWAB TIDAK LANGSUNG
Perlindungan/konservasi hutan
- Pengawasan kegiatan penyelundupan kayu yang dilarang ekspor
Membuat regulasi berupa kelengkapan dokumen ekspor kayu/produk kayu, sehingga dapat diyakini kayu/produk kayu yang diekspor tersebut bukan berasal dari illegal logging
39
Ditjen Bea dan Cukai
Verifikasi dokumen ekspor
Pengangkutan kayu berindikasi ekspor
40
Ditjen Bea dan Cukai
41
Departemen Luar Negeri
-
42
Kejaksaan Agung RI
Mendukung upaya-upaya yang dilakukan berbagai instansi teknis terkait dalam rangka pemberantasan penebangan kayu illegal di dalam kawasan hutan dan peredarannya Hasil lelang dan denda masuk dalam pendapatan negara
43
Kejaksaan Agung RI
Penegakan Hukum Tuntutan pidana bagi pelaku illegal logging 44
Kejaksaan Agung RI
45
Kejaksaan Agung RI
46
Kejaksaan Agung RI
Penegakan Hukum Dalam hal penanganan perkara baik dalam Pra Penuntutan dan Penuntutan dapat dilaksanakan baik dan maksimal Penanganan perkara illegal logging terutam menyangkut tuntutan pidana bagi pelaku illegal logging
- Berupa denda dan lelang untuk pemasukan negara - Tuntutan tinggi dan denda yang tinggi bisa juga mencegah timbulnya illegal logging Pemasukan keuangan negara yang berasal dari pidana denda Pemasukan keuangan Negara yang berasal dari: 1. Pidana denda 2. Hasil lelang kayu - Denda dan lelang sebagai pemasukan negara - TUT pidana tinggi dan denda tinggi dapat mencegah timbulnya peningkatan illegal logging
219
Lampiran 8. Bentuk Hak dan Kewajiban Instansi/Lembaga Responden dalam Pemberantasan Illegal Logging di Indonesia IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden 1
Hak dalam Pemberantasan Illegal Logging di Indonesia
Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM
-
Kewajiban dalam Pemberantasan Illegal Logging di Indonesia
Mengkoordiansikan seluruh intansi terkait Mengambil langkah-langkan yang diperlukan untuk perceaptan pemberantasan Memonitor dan mengevaluasi pelaksanan kegiatan Melaporkan kepada presiden tentang langkahlangkah yang diambil
2 3
KEMENKO POLHUKAM POLRI
4
EC-Indonesia Flegt Sp
5
EC-Indonesia Flegt Sp
6 7
DEPNAKER TRANS KLH
8
KLH
9
KLH
10
KNLH
11
DEPHUT
12
DEPHUT
13
Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan
14
Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT
15 16 17 18
KKI WARSI Swasta FAK. Pertanian Universitas Jambi Lembaga Adat Jambi
19 20 21
Tokoh masyarakat POLRI POLRI
Hanya fungsi koordinasi tidak operasional Memperoleh informasi atau data yang diperlukan dalam rangka penyidikan dan penyelidikan contoh apabila ingin mengetahui tentang info kawasan hutan Memperoleh informasi atau data yang diperlukan dalam rangka penyidikan dan penyelidikan contoh apabila ingin mengetahui tentang info kawasan hutan Memberikan pemahaman bentuk-bentuk peraturan yang berlaku Merekomendasikan aturan tahap pemberantasan Capcity building Dialog antar pihak Dep. Kehutanan Kepolisian Mengatasi kerusakan lingkungan akibat illegal logging Menjerat pelaku dengan pasal 43 UU 27/1997 yaitu dengan menghukum pelaku 6 tahun penjara operasional intelegen, represif, yustisi (penyidikan) Didukung dana yang memadai
melakukan penyidikan terhadap illegal logging yang ditemukan sendiri atas menindaklanjuti pengaduan masyarakat -
Memfasilitasi intansi terkait memberantas pembalakan liar
sesuai UU 41/99 Penyidikan tindak pidana Menangkap/menghukum pelaku perusak lingkungan hidup Penegakan hukum Melakukan pengawasan terhadap perusakan.pencemaran lingkungan hidup akibat kegiatan ilegal logging Menindak pelanggaran Melindungi pemegang hak yang sah Penegakan hukum sesuai perundangan yang berlaku Menindaklanjuti laporan dari daerah
Mendapat laporan dari daerah (UPT dan Dinas) tentang kegiatan perlindungan hutan secara benar dan akurat Mendapat laporan dari daerah yang benar Menindaklanjuti laporan dari daerah dan akurat -
-
Berhak untuk menerapkan aturan-aturan Menjalankan aturan-aturan/undang-undang adat itu sendiri Ikut campur dalam pembuatan aturan-aturan/undang-undang Kehutanan hukum Mendapatkan anggaran dalam rangka kegiatan pemberantasan illegal logging Mendapatkan bantuan teknis berupa saksi ahli dari departemen kehutanan dan ahli terkait lainnya
Menjaga Hutan Melaksanakan pengamanan kawasan hutan Melakukan penegakan hukum terhadap pelaku illegal logging
220
Lampiran 8. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden
Hak dalam Pemberantasan Illegal Logging di Indonesia
Instansi/Lembaga
Kewajiban dalam Pemberantasan Illegal Logging di Indonesia
22 23
PT. Surveyor Indonesia Departemen Perindustrian
Meningkatnya kinerja industri berbasi hasil hutan (kayu dan rotan)
24
Departemen Perindustrian
25
Pengadilan Negeri Kuala Kapuas
Memperoleh bahan baku industri perkayuan Menanam hutan tanaman industri oleh BUMN/BUMD yang berada di bawah binaan Departemen Perindustrian Dalam hal penyelamatan hutan, maka menegakkan UU yang berkaitan dengan Hakim mendapat insentif dari hasil illegal logging dan lingkungan hidup pelelangan kayu yang selama ini tidak jelas
26 27 28
Departemen Perdagangan Departemen Kehutanan Mendenda mereka yang melakukan pengrusakan hutan melalui penyitaan seluruh aset-asetnya Menko Perekonomian Melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk menangai pihak-pihak yang sulit diatasi sehingga ada action plan untuk menindaknya Departemen Kehutanan Melakukan administrasi manajemen untuk perusahaan yang mendukung pekerjaan illegal logging Bea Cukai -
29
30 31
32
33 34
Ditjen Bea dan Cukai
Ditjen Bea dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu
- Hak tidak ada - Kewajiban adalah mengawasi dan mengamankan penerimaan negara dari jalur keluar masuk ke dan dari Indonesia
Memfasilitasi kesinambungan industri hasil hutan sepanjang rantai nilai (kelembagaan, nilai tambah produksi, pemasaran)
Melaksanakan kerja sama dengan aparat Kepolisian seluruh Indonesia Menganjurkan agar terus pihak TNI, dan Kepolisian bekerjasama dengan masyarakat untuk manangkap pelaku yang membiayai illegal logging Bekerjasama dengan tim Kepolisian pusat dan daerah, untuk mengungkap pelaku illegal logging Menangkap setiap tindakan ekspor illegal logging, dan memprosesnya sampai ke pengadilan Mengawasi ekspor leggal loggging, baik persyaratannya maupun jenis dan jumlah barangnya -
Memeriksa pengangkutan kayu antar pulau Memahami perbedaan kayu legal dan illegal - Melakukan pemerikasaan kayu antar - Apabila kayu antar pulau tidak ada dokumen pulau diserahkan ke Dinas Kehutanan - Melakukan pmeriksaaan kayu tujuan ke luar negeri
- Apabila kayu tujuan luar negeri tidak ada manifest dan illegal, maka dilakukan penegakan untuk penyidikan tindak pidana
- Penegakan hukujm dibidang penyelundupan kayu ekspor
Melakukan pencegahan/penangkapan terhadap penyelundupan kayu
36
Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau Departemen Luar Negeri
-
37
Departemen Luar Negeri
-
38
Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau
- Memeriksa kapal yang mengangkut kayu di laut
Kewajiban secara tidak langsung: Pendekatan kepada negara lain termasuk undangan untuk bekerjasama (secara langsung atau tidak langsung) dalam hal penegakan hukum; penegakan kapasitas aktor-aktor; pengelolaan hutan secara berkelanjutan Secara tidak langsung mengupayakan kerjasama internasional dalam peberantasa illegal logging - Mencegah kapal bermuatan kayu yang tidak dilengkapi dokumen pengangkutan
Ditjen Bea dan Cukai
- Melakukan pengawasan dan pemeriksaan - Mengenal barang ekspor yang berupa kayu terhadap kayu dan produk non kayu yang yang dilarang ekspor diekspor Pertukaran informasi dan bantuan mendukung sesuai tugas pokok dan fungsi
35
39
221
Lampiran 8. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden 40
Instansi/Lembaga Ditjen Bea dan Cukai
Hak dalam Pemberantasan Illegal Logging di Indonesia
- Pemeriksaan surat pendukung atas kayu antar pulau - Pelelangan atas kayu tangkapan - Huibah atas kayu tangkapan
Kewajiban dalam Pemberantasan Illegal Logging di Indonesia
- Penegakan/penangkapan atas kapal yang menghambat kayu tujuan ekspor tapi dokumen - Penyidikan atas tindak pidana ekspor illegal logging - Pemeriksaan atas dokumen kapal ekspor kayu
- Pemusnahan atas kayu tangkapan -
41
Departemen Luar Negeri
42
Kejaksaan Agung RI
43
Kejaksaan Agung RI
Hak untuk mendapatkan data-data dan informasi terhadap perkara-perkara illegal loggingdari instansi terkait
Dalah hal menangani perkara illegal logging seharusnya sesuai dengan peraturan UU yang berlaku
44
Kejaksaan Agung RI
Hak untuk mendapatkan informasi tentang keadaan, temuan di TKP
Wajib menyelesaikan perkara kehutanan, apabila unsur TP telah terpenuhi
Mendapatkan laporan/informasi dari para pihak, seperti Penyidik:
Penanganan perkara secara maksimal dengan meemberika petunjuk-petunjuk kepada penyidik apabila dalam berkas perkara tersbut masih banyak kekurangan yang belum memenuhi unsur-unsur pasal
45
46
Kejaksaan Agung RI
Kejaksaan Agung RI
Selain mendukung upaya yang dilakukan berbagai instansi domestik, Deplu juga berupaya untuk menggalang kerjasama dan dukungan internasional dalam rangka pemberantasan illegal logging Mendapatkan informasi yang sejelasMenangani perkara yang sebaik-baiknya jelasnya dalam mendukung penegakan dalam rangka memerangi TP illegal logging hukum dari instansi terkait dan masyarakat sesuai dengan peraturan yang ada
- KLH - Kepolisian - dll Dalam hal temuannya di TKP Hak mendapatkan data yang selengkap- Menangani perkara illegal logging sebaliklengkapnya terhadap perkara-perkara illegal baiknya sesuai dengan peraturan UU yang logging yang sedang ditangani baik dari ada instansi terkait dan masyarakat setempat - Memberikan penyuluhan terhadap masyarakat dan pelaku usaha mengenai ketentuan peraturan perundang-undangan
222
Lampiran 9. Manfaat Apabila Dampak Negatif Illegal Logging di Indonesia Dapat Dikendalikan. IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden 1
Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM
Manfaat Langsung Meringankan beban tanggung jawab dalam kaitan dengan tugas pemberantasan illegal logging
Manfaat Tidak Langsung
Lingkungan yang lestari Terlindung dari bencana akibat illegal logging Menikmati udara segar dan iklim yang bersih
2
KEMENKO POLHUKAM
Penegakan hukum baik Konflik kepentingan berkurang Program pemerintah berjalan dengan baik
3
POLRI
Intruksi presiden dijalankan Data kegiatan menurun, tugas POLRI semakin ringan
Pengkayaan informasi pelaksanaan pembangunan
Bencana alam tidak terjadi Pemasukan negara meningkat maka kesjahteraan rakyat akan meningkat
4
EC-Indonesia Flegt Sp
Harga kayu tropis tinggi
Biodiversity tinggi
Kredibilitas negara membaik
Menyerap tenaga kerja
Tututpan hutan terpelihara
Ekonomi masyarakat terangkat
Kondisi pasar kayu stabil 5
EC-Indonesia Flegt Sp
6
DEPNAKER TRANS
7
KLH
Sumber daya hutan terjaga
Tata ekosistem air, tanah, terjaga
Paru-paru dunia, suplai oksigen
Tempat rekreasi
Sumber non kayu untuk kebutuhan masyarakat sekitar hutan
Keanekaragaman hayati
Hutan tetap utuh
Kalau diatur dengan baik dan menghasilkan devisa bisa menciptakan tenaga kerja aturannya benar, kita tidak sulit mencari kayu karena ada di pasar Udara segar
Terpeliharanya flora dan fauna
Tidak banjir/longsor
Tidak ada
Tercipta kelangsungan hidup sehat 8
KLH
9
KLH
10
KNLH
11
DEPHUT
Lingkungan hidup tidak rusak Terjaganya dan lestarinya kawasan hutan
Udara, air, dan tanah terlindungi
Berkurangnya keruaskan lingkugnan akibat kegiatan ilegal logging
Penghijauan lingkungan hidup
Kelestarian kemanfaatan
Kualitas lingkungan terjaga
Terpeliharanya ekosistem
Pembangunan berkelanjutan 12
DEPHUT
Kelestarian hutan
Menjamin nilai kehidupan masyarakat
Pengendali banjir Sebagai paru-paru dunia 13
14
Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan
Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT
Kerusakan hutan berkurang sehingga fungsi hutan optimal Pemanfaatan hutan dan hasil hutan tertib
Bencana banjir dan longsor berkurang
Devisa negara meningkat Fungsi hutan optimal sesuai peruntukannya Pemanfaatan hutan dan hasil hutan tertib
Perdagangan karbon dapat berjalan
Devisa negara meningkat Kerusakan hutan berkurang
Kebakaran hutan dapat dikendalikan
223
Lampiran 9. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden 15
Instansi/Lembaga
Manfaat Langsung
KKI WARSI Terhindar dari banjir dan kekeringan
Manfaat Tidak Langsung Terhindar dari dampak pemanasan global
Dapat menikmati udara bersih 16
Swasta
17
FAK. Pertanian Universitas Jambi
18
Lembaga Adat Jambi
Bencana alam terutama kebakaran,banjir, dan tanah longsor dapat ditekan Menambah PAD daerah
Kekayaan sumber daya genetik hutan dapat dijaga Membantu menjaga keseimbangan lingkungan hidup
Hasil hutan bisa dikelola secara profesional untuk masyarakat adat Tercipta keseimbangan kosistem hutan 19
Tokoh masyarakat
Mencegah banjir
Udara baik
20
POLRI
Terhindar banjir
Menghindari panas global
21
POLRI
Kemudahan dalam penanganan berkas perkara illegal logging Tidak ada kendala di lapangan pada saat pemindahan
Pemberantasan illegal logging dapat tercapai
22
23
PT. Surveyor Indonesia
Departemen Perindustrian
24
Departemen Perindustrian
25
Pengadilan Negeri Kuala Kapuas
26
Departemen Perdangangan
27 28
Departemen Kehutanan
29
Menko Perekonomian
30
Departemen Kehutanan
31
Bea Cukai
Hutan tidak rusak Kayu sebagai bahan baku industri terjamin supply-nya Binatang hutan tidak kehilangan habitatnya Terpenuhinya kebutuhan bahan baku tuntuk industri berbasis hasil hutan Memiliki daya saing yang semakin baik dibandingkan negara lain
Kesediaan bahan baku industri Selaku warga masyarakat dapat menikmati lingkungan yang lestari
Meningkatkan devisa negara dari sektor kehutanan Mencegah Global Warming Mencegah Banjir
Menumbuhkan ekonomi daerah Penyerapan tenaga kerja dan mengurangi pengangguran Meningkatnya pangsa ekspor industri hasil hutan Peresapan air, sehingga tidak terjadi banjir Tidak terjadi bencana alam
Tercegahnya illegal logging, maka akan mendapatkan manfaat dari tercegahnya illegal logging
Perubahan dampak global climate change
Diketahui dengan tepat jumlah kayu yang diantar-pulaukan
Dapat mengurangi jumlah pohon yang ditebang di suatu pulau
Jumllah dan jenis kayu yang dibutuhkan di suatu pulau Melalui masyarakat kota yang telah memanfaatkan serapan karbon yang dihasilkan oleh hutan di hulu
Terkendalinya supply dan demand di masing-masing pulau
Pola ekosistem kembali berfungsi Gerakan penghijauan akan berjalan dengan baik Tentu saja pemanfaatan hasil hutan non kayu akan terus kita dorong agar semakin mensejahterakan masyarakat Lingkungan hidup akan lebih baik, yaitu dapat mengurangi timbulnya bencana banjir, tanah longsor dan perubahan iklim (global warming dapat ditekan)
Model ini akan ditiru dan akan ditiru dan akan mendapat pendanaan dari luar negeri, karena manfaat dari rehabilitasi hutan, seperti kemampuan menyerap karbon Adanya perubahan dalam bentuk bencana alam Irigasi agar berfungsi Yakni pendapatan yang bisa diperoleh dari jasa Karbon sangat tinggi. Kedepan sedang dirancang untuk dibentuk bursa kayu dan bursa Karbon
224
Lampiran 9. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden
Instansi/Lembaga
Manfaat Langsung
Manfaat Tidak Langsung
32
Ditjen Bea dan Cukai
Lingkungan dan manusia aman dari bencana alam
33
Ditjen Bea dan Cukai
Banjir berkurang
Suhu bumi tak makin panas
Air bersih lebih tersedia
Masyarakat lebih sejahtera
Tidak ada erosi/banjir
Kayu illegal Indonesia tidak dijumpai log di luar negeri terutama negara tetangga
Terganggunya kelestarian hutan Hilangnya kegiatan penyelundupan ekspor
Kesadaran masyarakat pelaku penebangan liar tinggi
34 35
36
Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau
Departemen Luar Negeri
Ketersediaan sumber air bersih - Peningkatan forest cover akan memitigasi dampak ekosistem perubahan iklim - Peningkatan kerjasama pengelolaan hutan bersama dengan negeranegara tetangga - Perkembagnan eko-wisata hutan sebagai devisa negara
- Nilai ekonomis hutan yang meningkat - hutan untuk generasi-generasi mendatang - hutan yang sehat dan good governance dalam kehutanan sebagai nilai jual Republik Indonesi dalam posisi persidangan forum-forum internasional
- Konservasi keanekaragaman hayati yang terkandung di dalam hutan 37
Departemen Luar Negeri
- Peningkatan pendapatan negara - Peningkatan volume ekspor - Peningkatan pendapatan/industri perkayuan - Terjaganya harag kayu yang baik
38
- Terlindungnya hutan dan lingkungan hidup
Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau
- Suhu udara tidak panas
39
Ditjen Bea dan Cukai
Kelangsungan sumberdaya hutan
Kualitas lingkungan hidup
40
Ditjen Bea dan Cukai
- Lingkungan yang sehat dan lestari
- Pengelolaan yang baik dapat meningkatkan pendapatan negara
- Musibah tanah longsor akan berkurang - Kualitas air tanah lebih baik
- Bangga sebagai warga negara yang mampu menjaga lingkungannya
- Kebutuhan kayu tercukupi - Kebutuhan kertas tercukupi
- Menaikkan income perkapita
- Udara yang lebih bersih - Mengurangi efek rumah kaca 41
Departemen Luar Negeri
- Kerusakan lingkungan dapat diminimalkan - Marga kayu hasil hutan yang legal dapat dinaikkan
42
Kejaksaan Agung RI
- Menagatasi banjir - Global Warming
43
Kejaksaan Agung RI
44
Kejaksaan Agung RI
Berdampak tidak terjadi adanya bencana banjir, dan terjadinya global warming. - Hutan menjadi lestari - Lingkungan hidup menjadi tertata kembali - Dampak bencana alam berupa banjir/longsor dapat dikurangi
- Citra Indonesia dapat dinaikkan sebagai negara yang peduli dengan masalah lingkungan - Meningkatnya kepercayaan internasional akan enegakan aturan hukum di Indonesia Tersedianya ekosistem lingkungan hidup yang baik untuk generasi mendatang Tetap terjaga adanya kelestarian dan keanekaragaman di lingkungan hidup
225
Lampiran 9. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden 45
Instansi/Lembaga Kejaksaan Agung RI
Manfaat Langsung - Dunia terasa lebih sejuk seperti dahulu kala - Agar tidak banjir - Tidak gersang
Manfaat Tidak Langsung
- Demi anak cucu kita - Generasi/manusia berikutnya - Sebagai amanah
- Tidak panas 46
Kejaksaan Agung RI
Tidak terjadinya Banjir, global warming
Tetap tersedianya keanekaragaman hayati, baik flora dan fauna, sera lingkungan yang tetap terjaga untuk generasi penerus
226
Lampiran 10. Tingkat Interaksi antar stakeholders dalam Pemberantasan Ilegal Logging di Indonesia selama ini. Inte ra k s i a nta r Sta k e holde rs
Kepolisian - Kejaksaan Kepolisian - Pengadilan Kepolisian - Kantor Menkopolkam Kepolisian - Dept. Kehutanan Kepolisian - Dept. Keuangan Kepolisian - Dept. Dalam Negeri Kepolisian - Dept. Hukum dan Ham Kepolisian - Dept. Pertahanan Kepolisian - Dept. Perdagangan Kepolisian - Dept. Perindustrian Kepolisian - Dept. Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kepolisian - Kantor Meneg. Lingkungan Hidup Kepolisian - Badan Intelijen Negara (BIN) Kepolisian - Gubernur Kepolisian - Bupati Kepolisian - DPRD Tingkat Provinsi Kepolisian - DPRD Tingkat Kabupaten Kepolisian - Masyarakat Kepolisian - Dunia Usaha Kepolisian - LSM Kepolisian - Dunia Internasional Kejaksaan - Pengadilan Kejaksaan - Kantor Menkopolkam Kejaksaan - Dept. Kehutanan Kejaksaan - Dept. Keuangan Kejaksaan - Dept. Dalam Negeri Kejaksaan - Dept. Hukum dan Ham Kejaksaan - Dept. Pertahanan Kejaksaan - Dept. Perdagangan Kejaksaan - Dept. Perindustrian Kejaksaan - Dept. Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kejaksaan - Kantor Meneg. Lingkungan Hidup Kejaksaan - Badan Intelijen Negara (BIN) Kejaksaan - Gubernur Kejaksaan - Bupati Kejaksaan - DPRD Tingkat Provinsi Kejaksaan - DPRD Tingkat Kabupaten Kejaksaan - Masyarakat Kejaksaan - Dunia Usaha Kejaksaan - LSM Kejaksaan - Dunia Internasional Pengadilan - Kantor Menkopolkam Pengadilan - Dept. Kehutanan Pengadilan - Dept. Keuangan Pengadilan - Dept. Dalam Negeri
Nom or Re s ponde n 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
3
1
3
2
2
3
0
1
1
2
3
2
3
2
2
0
0
1
1
3
3
3
2
2
0
0
1
2
1
3
1
2
0
0
1
3
3
3
2
1
0
0
3
2
3
2
1
0
2
2
3
2
1
0
1
3
2
2
1
2
2
3
2
2
2
2
2
1
3
2
3
2
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
40
41
42
43
44
45
46
2
2
2
2
3
0
1
3
0
3
3
3
3
3
3
0
1
3
0
3
3
2
3
3
3
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
3 3
2 1
3 3
2
3
3 2
3
2
3 2
3
2
3 3
2
1
3 3
3
2
3 3
1
2
1
2
2
2
2
0
1
2
0
3
2
2
2
2
1
2
3
2
1
2
1
2
2
2
2
2
3
0
1
3
0
3
2
1
3
3
2
2
2
3
1
3
1
1
2
1
2
2
2
2
0
1
2
0
3
2
2
2
1
2
0
1
1
2
2
2
2
2
1
0
1
2
0
1
2
2
2
1
2
3 2
3 3
1 3
1 2
2 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
2 2 2 2
1 1 1 1
3 2 3 2
1 3 2 2
2 3 2 2
0
1
1
2
2
2
2
2
1
0
1
3
0
1
2
2
3
1
2
3
3
2
1
1
0
0
1
2
2
2
2
2
2
1
0
1
2
0
1
2
2
2
1
2
2
0
0
1
1
2
2
2
2
2
2
0
1
3
0
2
2
3
2
1
2
2
2
0
0
1
1
2
1
1
2
2
2
0
1
3
0
2
2
3
2
3
2
3 2 1
2 3 2
1 3 2
1 2 2
3 3 3
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
2 2 2 2
1 1 1 1
2 2 2 2
2 1 2 2
2 2 2 2
2
2
0
0
1
1
2
2
1
2
2
1
0
1
3
0
1
2
3
1
2
2
2
1
1
1
3
1
1
1
2
1
2
1
2
3
2
2
0
0
1
1
2
2
2
2
2
2
0
1
3
0
2
2
3
3
3
2
2
3
2
2
2
1
1
1
2
1
2
2
3
3
2
2
2
0
0
1
2
3
2
1
2
2
2
0
1
3
0
2
2
2
3
2
2
1
3
2
2
2
2
2
3
3
2
0
0
1
1
2
1
1
2
2
3
0
1
3
0
3
2
2
3
1
2
2
1
3
3
2
0
0
1
1
2
1
1
2
2
3
0
1
3
0
2
2
2
3
1
2
2 1
3 0
1 3
2 2
2 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
2 1 1
1 1 1
2 2 2
1 1 1
2 3 3
2
2
2
2
2
0
0
1
1
2
1
2
2
2
2
0
1
3
0
2
2
2
1
1
2
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
2
2
2
2
2
0
0
1
1
2
1
1
2
2
2
0
1
3
0
2
2
2
1
1
2
1
1
2
1
2
1 2 1 2 1
2 2 2 3 2
2 2 2 2 0
3 2 2 2 1
1 1 1 1 2
0
0
1
1
2
1
3
0
2
2
2
2
0
1
3
0
2
2
0
0
1
2
2
0
1
3
0
2
0
0
1
1
2
2
3
0
1
3
0
2
2
0
0
1
1
2
2
2
0
1
0
0
2
3
2
1 1 1 1 2
2
2
3 3 2 2 2
3
1
2 2 2 2 3
0
1
1 2 1 2 1
2
0
2 2 2 2 1
2
0
2
3 2 2 1 2
2 3 2 1 2
1 1 2 1 3
3 2 3 2 2
1 3 2 3 3
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
1 2 2 2 2 1
1 1 1 1 1 1
2 2 2 3 2 3
1 1 2 2 1 1
2 2 1 1 1 3
3
2
0
2
1
0
0
1
2
2
1
1
2
2
2
0
1
0
0
2
2
2
2
3
3
2
2
3
2
1
3 2 2
1 2 2
0 0 0
2 2 2
1 2 2
0
0
1
0
0
2
2
0
1
0
0
3
0
1
2
2
0
1
0
0
1
2 2 2
3 3 3
3
2
3 2 1
1
0
2 1 1
0
1
1 1 2
2
0
2 1 1
2
0
1 1 1
2
3 2 1
2 2 2
1 3 2
3 3 1
3 2 1
2 1 1
2 2 2
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
3 2 3 2
2 2 2 2
3 3 2 2
2
3
0
2
2
0
0
1
1
1
2
2
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
3
1
2
2
2
1
2
2
2 2 2
2 3 2
0 0 0
2 2 2
1 1 1
0
0
1
0
0
1
2
0
1
0
0
1
0
1
2
2
0
1
0
0
1
2 2 2
2 3 3
2
2
1 1 1
1
0
2 1 2
0
1
2 2 1
2
0
1 1 1
2
0
1 1 1
2
3 1 1
2 2 2
3 2 1
1 1 3
3 2 1
1 2 2
2 2 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
2 2 2 2
2 2 2 2
3 2 2 2
2
1
0
2
1
0
0
1
1
1
1
1
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
1
1
2
3
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
3
0
2
1
0
0
1
1
1
2
2
2
2
2
0
1
0
0
2
2
3
2
1
2
2
3
3
3
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
3
0
2
1
0
0
1
1
1
2
1
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
3
1
2
1
3
3
1
3
2 2
2 2
0 0
2 2
1 2
0
0
1
1 1
1 2
1
0
0
3
2
0
1
0
0
1
2 2
2 2
3
2
3 3
0
1
1 1
2
0
1 1
2
0
3
1 1
2 2
1 1
3 3
2 2
1 1
2 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
2 2 2
2 2 2
3 3 3
2
2
0
2
2
0
0
1
1
1
1
1
2
2
2
0
1
0
0
2
2
2
1
1
2
2
2
1
1
3
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
0
2
1
0
0
1
1
1
1
2
2
2
2
0
1
0
0
2
2
2
1
1
2
2
3
2
1
2
1 1 1 2
1 2 1 2
0 0 0 0
2 2 2 2
2 1 2 2
0
0
1
0
0
2
1
0
0
2
1
2
2
0
1
0
0
2
0
1
2
2
0
1
0
0
3
2 2 2 2
2 3 2 1
2
0
0
2 2 2 2
1
2
0
2 1 1 1
2
0
2 2 1 1
0
1
1 1 1 1
2
0
1 1 1 1
2
0
1
1 1 1 1
2 2 2 2
1 2 2 1
3 2 3 2
2 1 2 2
3 2 2 2
2 2 1 2
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
2 2 2 3 2
2 2 2 1 2
2 1 2 1 1
2
2
0
2
2
0
0
2
1
1
1
2
2
2
2
0
1
0
0
3
2
2
2
2
2
1
3
3
2
2
2 2
1 2
0 0
2 2
2 2
0
0
1 1
1 1
2 2
2
1
0
0
3
2
0
1
0
0
3
2 2
2 2
3
2
2 2
0
0
1 1
2
0
2 2
3
2 1
2 2
1 1
2 2
3 2
3 2
3 2
1 1 1
2 1 2
1 1 1
1 1 1
1 1 1
3 2 3
2 2 2
2 2 2
2
2
0
2
1
0
0
2
1
1
1
2
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
2
1
2
1
1
1
2
1
1
2
1
1
1
2
2
2
1
2
11
1
3 3 1
3
2
2 2
2 2 2
36
37
38
39
2
2
3
3
2
1
2
3
2
3 3
227
Lampiran 10. (Lanjutan) Inte ra k s i a nta r Sta k e holde rs
Pengadilan - Dept. Hukum dan Ham Pengadilan - Dept. Pertahanan Pengadilan - Dept. Perdagangan Pengadilan - Dept. Perindustrian Pengadilan - Dept. Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pengadilan - Kantor Meneg. Lingkungan Hidup Pengadilan - Badan Intelijen Negara (BIN) Pengadilan - Gubernur Pengadilan - Bupati
Nom or Re s ponde n 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
2
2
0
2
1
0
0
2
1
1
2
2
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
2
1
2
3
3
2
2
1
31
32
33
34
35
2
3
0
2
1
0
0
2
1
1
1
2
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
2
1
2
3
2
2
2
2 2
2 2
0 0
2 2
2 2
0
0
1 1
2 1
2 2
2
1
0
0
1
2
0
1
0
0
1
2 2
2 2
2
2
1 1
0
0
1 1
2
0
2 2
2
1 1
2 2
1 2
3 3
1 3
2 2
2
1 1
2 1
1 1
1 1
1 1
3 3
1 1
2 2
1 1
1 1
1 1
2
3
0
2
2
0
0
2
1
1
1
2
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
1
1
2
2
2
2
1
3
0
2
1
1
2
2
2
2
2
0
1
0
0
2
2
2
2
1
2
3
1
3
3
2
1
2
1
1
1
1
1
2 2 2
1 1 1
36
37
38
39
40
41
2 2
2 2
3 2
2 2
2 2
2 2
1
2
2
2
1
1
2
2
2
1 1 1
1 1 1
2 2 2
2 2 2
3 3 3
1
3
0
2
1
0
2
3
0
2
1
0
0
2
1
1
1
1
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
2
1
2
2
3
1
2
1
2 2
2 1
0 0
2 2
2 2
0
0
1 1
1 1
1 1
2 1
2
1
0
0
2
2
0
1
0
0
2
2 2
2 2
2
2
3 3
0
0
2 2
2
0
2
1 1
2 2
1 3
2 1
1 2
2 1
1 1
1 1 1
2
2
0
2
2
0
0
2
1
1
1
1
2
2
2
0
1
0
0
2
2
2
1
1
2
2
1
3
1
3
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
0
2
2
0
0
2
1
1
1
2
2
2
2
0
1
0
0
2
2
2
1
1
2
1
1
3
1
3
1 1 1
1 1 1
0 0 0
2 2 2
2 1 2
0
0
2 2 1
2 1 1
1
0
0
1
0
0
2
0
1
0
0
2 2 2
2 2 2
2 2 2
2
0
2
2 2 2
0
2
0
1 1 1
2
0
1 1 1
2
0
2 2 2
2
0
2
1 1 1
2 2 2
2 3 1
3 3 2
1 2 2
2 3 3
2 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
2 2 2 3
2 2 2 1
1 2 2 2
1
2
0
2
2
0
0
2
1
1
2
2
2
2
2
0
1
0
0
2
2
2
1
1
2
2
2
2
3
1
1
1
1
1
1
2
2
2
3
2
0
2
3
0
0
2
1
2
1
1
2
2
2
0
1
0
0
2
2
3
3
1
2
3
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
2
3
3
3
0
2
2
0
0
2
1
2
1
2
2
2
2
0
1
0
0
3
2
3
3
1
2
3
3
2
1
2
1
2
1
2
1
3
2
2
3
2
0
2
1
0
0
2
1
2
2
1
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
3
1
2
2
2
2
1
1
1
2
1
2
1
2
2
2
3
3
0
2
3
0
0
2
1
2
1
2
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
3
2
2
2
3
1
1
3
1
2
1
2
1
2
2
2
3
3
0
2
3
0
0
2
1
2
2
1
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
3
2
2
3
2
3
1
3
1
2
1
2
1
2
2
3
3
3
0
2
2
0
0
2
1
2
2
2
2
2
1
0
1
0
0
1
2
3
2
1
2
2
3
2
1
2
1
2
1
2
1
2
2
2
3
2
0
2
2
0
0
2
1
2
1
2
2
2
1
0
1
0
0
1
2
3
2
1
2
1
1
3
2
2
1
2
1
2
1
2
2
2
2
2
0
2
2
0
0
2
1
2
1
2
2
2
1
0
1
0
0
1
2
3
1
1
2
2
3
1
2
2
1
2
1
2
1
2
2
2
3
3
0
2
1
0
0
2
1
2
2
1
2
2
2
0
1
0
0
1
2
3
2
1
2
3
2
1
3
3
1
2
1
2
1
2
2
3
2
3
0
2
1
0
0
2
1
2
2
1
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
2
1
2
2
1
3
1
1
1
2
1
2
1
2
2
3
2
2
0
2
3
0
0
2
1
2
2
2
2
2
3
0
1
0
0
2
2
3
2
1
2
3
3
3
1
2
2
2
0
3
2
0
0
2
1
2
2
2
2
2
3
0
1
0
0
2
2
3
2
1
2
2
2
2
1
3
1 1
2 2
1 1
1 1
1 1
2 2
2 2
2 2
Kantor Menkopolkam - DPRD Tingkat Provinsi
2
2
0
2
1
0
0
2
1
2
1
2
2
2
1
0
1
0
0
1
2
3
1
1
2
3
2
3
1
3
1
1
1
1
1
2
2
1
Kantor Menkopolkam - DPRD Tingkat Kabupaten Kantor Menkopolkam -
2
2
0
2
1
0
0
2
1
2
1
1
2
2
1
0
1
0
0
2
2
3
1
1
2
1
2
1
1
2
1
1
1
1
1
2
2
1
2
1
0
3
2
0
0
2
1
2
2
1
2
2
2
0
1
0
0
2
2
3
2
1
2
2
2
2
2
1
1
1
1
2
1
2
2
2
2
2
0
2
1
0
0
2
1
2
2
2
2
2
2
0
1
0
0
2
2
3
2
1
2
1
3
1
3
1
2
3
0
2
3
0
0
2
1
2
1
1
2
2
2
0
1
0
0
2
2
2
2
1
2
2
2
3
2
1
1 1
1 1
1 1
2 2
1 1
2 2
2 1
1 1
3
3
0
2
3
0
0
2
1
2
1
1
2
2
2
0
1
0
0
3
2
2
1
1
2
1
1
1
3
2
1
1
1
2
1
3
2
2
2
2
0
2
3
0
0
1
1
1
1
2
2
2
2
0
1
0
0
3
2
3
3
2
2
1
2
2
2
3
1
2
1
2
1
2
2
2
2
2
0
3
2
0
0
1
1
1
1
1
2
2
2
0
1
0
0
1
2
3
3
1
2
2
3
2
3
1
1
1
1
2
1
2
2
2
Pengadilan - DPRD Tingkat Provinsi Pengadilan - DPRD Tingkat Kabupaten Pengadilan - Masyarakat Pengadilan - Dunia Usaha Pengadilan - LSM Pengadilan - Dunia Internasional Kantor Menkopolkam - Dept. Kehutanan Kantor Menkopolkam - Dept. Keuangan Kantor Menkopolkam - Dept. Dalam Negeri Kantor Menkopolkam - Dept. Hukum dan Ham Kantor Menkopolkam - Dept. Pertahanan Kantor Menkopolkam - Dept. Perdagangan Kantor Menkopolkam - Dept. Perindustrian Kantor Menkopolkam - Dept. Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kantor Menkopolkam - Kantor Meneg. Lingkungan Hidup Kantor Menkopolkam - Badan Intelijen Negara (BIN) Kantor Menkopolkam - Gubernur Kantor Menkopolkam - Bupati
Masyarakat Kantor Menkopolkam - Dunia Usaha Kantor Menkopolkam - LSM Kantor Menkopolkam - Dunia Internasional Dept. Kehutanan - Dept. Keuangan Dept. Kehutanan - Dept. Dalam Negeri
2
42
43
44
45
46
3
2
2
2
2
2
2
2
228
Lampiran 10. (Lanjutan) Inte ra k s i a nta r Sta k e holde rs
Nom or Re s ponde n 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
2
3
0
2
2
0
0
1
1
1
1
1
2
2
2
0
1
0
0
1
2
2
3
1
2
2
2
2
2
3
2
3
0
3
2
0
0
1
1
1
2
1
2
2
2
0
1
0
0
1
2
2
3
1
2
2
3
2
1
3
2
2
0
2
2
0
0
1
1
1
2
2
2
2
2
0
1
0
0
1
2
3
3
1
2
2
2
3
2
1
2
2
0
2
3
0
0
1
1
1
1
1
2
2
2
0
1
0
0
1
2
3
3
3
2
2
1
3
2
1
1
3
0
2
2
0
0
1
1
1
2
1
2
2
2
0
1
0
0
1
2
3
2
2
2
2
2
1
2
3
2
2
0
3
2
0
0
1
1
1
2
2
2
2
2
0
1
0
0
1
2
3
3
1
2
3
3
2
2
1
2
2
0
2
1
0
0
1
1
1
2
2
2
2
2
0
1
0
0
2
2
3
2
1
1
1
3
1
1
2 2
1 2
0 0
3 2
3 2
0
0
1 1
1 1
1 1
1 1
2
1
0
0
2
0
1
0
0
2 1
2 2
3 3
3
2
2 2
0
0
1 1
2
0
3
1 1
2 1
2 1
2 2
1 1
3 2
2
2
0
2
2
0
0
1
1
1
1
1
2
2
2
0
1
0
0
1
2
3
2
1
3
3
3
1
1
2
2
0
2
2
0
0
1
1
1
1
2
2
2
2
0
1
0
0
2
2
3
2
1
2
1
3
1
3
2 2 1
1 3 1
0 0 0
3 2 3
2 3 3
0
0
1 1 1
0
0
2
0
1
0
0
2
2
0
1
0
0
2 2 2
2 2 2
2 3 2
2
2
2 2 2
1
0
2 2 2
0
0
1 1 1
2
0
1 1 1
2
0
1 1 1
2
1 1 1
2 3 3
3 3 2
2 2 3
2 1 1
2 1 3
2
2
0
3
2
0
0
1
1
1
2
2
2
2
2
0
1
0
0
2
2
3
1
1
1
1
1
1
1
2
2
0
3
2
0
0
2
1
1
1
2
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
2
2
3
3
2
2
3
2
2
0
3
2
0
0
2
1
1
1
2
2
2
1
0
1
0
0
2
2
2
2
1
1
3
1
1
2
2
2
0
2
2
0
0
2
1
1
1
1
2
2
1
0
1
0
0
2
2
2
2
1
1
3
2
1
1
2
2
0
2
3
0
0
2
1
1
1
2
2
2
1
0
1
0
0
2
2
2
3
1
2
2
2
1
1
2
2
0
2
2
0
0
2
1
1
1
2
2
2
1
0
1
0
0
2
2
2
3
2
2
3
1
1
2
2
2
0
3
2
0
0
2
1
1
1
2
2
2
1
0
1
0
0
2
2
2
2
1
3
3
3
1
2
Dept. Keuangan - Kantor Meneg. Lingkungan Hidup
2
2
0
3
1
0
0
2
1
1
1
1
2
2
1
0
1
0
0
2
2
2
2
1
3
2
3
1
1
Dept. Keuangan - Badan Intelijen Negara (BIN)
2
2
0
3
2
0
0
2
1
1
2
2
2
2
1
0
1
0
0
2
2
2
1
1
2
2
1
1
3
2 2
2 2
0 0
2 3
2 3
0
0
1 1
1 1
1 1
2 1
2
1
0
0
2
0
1
0
0
2 2
2 2
2 2
2
2
2 2
0
0
2 2
2
0
2
1 1
2 3
2 1
2 2
2 2
2 2
2
2
0
2
3
0
0
2
1
1
1
1
2
2
2
0
1
0
0
3
2
2
1
1
2
3
1
1
1
2
2
0
3
2
0
0
2
1
1
1
2
2
2
1
0
1
0
0
2
2
2
2
1
1
2
2
1
2
2
0
2
1
0
0
1 1 1
1 1 1
2 2 1
2 1 1
2
2
1
0
0
2
0
1
0
0
2
2
0
1
0
0
2 2 2
2 2 2
2 2 2
1
2
1 1 1
0
0
1
1 1 1
2 2 1
1 3 2
3 3 2
1 1 1
2 2
Dept. Kehutanan - Dept. Hukum dan Ham Dept. Kehutanan - Dept. Pertahanan Dept. Kehutanan - Dept. Perdagangan Dept. Kehutanan - Dept. Perindustrian Dept. Kehutanan - Dept. Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dept. Kehutanan - Kantor Meneg. Lingkungan Hidup Dept. Kehutanan - Badan Intelijen Negara (BIN) Dept. Kehutanan - Gubernur Dept. Kehutanan - Bupati Dept. Kehutanan - DPRD Tingkat Provinsi Dept. Kehutanan - DPRD Tingkat Kabupaten Dept. Kehutanan - Masyarakat Dept. Kehutanan - Dunia Usaha Dept. Kehutanan - LSM Dept. Kehutanan - Dunia Internasional Dept. Keuangan - Dept. Dalam Negeri Dept. Keuangan - Dept. Hukum dan Ham Dept. Keuangan - Dept. Pertahanan Dept. Keuangan - Dept. Perdagangan Dept. Keuangan - Dept. Perindustrian Dept. Keuangan - Dept. Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Dept. Keuangan - Gubernur Dept. Keuangan - Bupati Dept. Keuangan - DPRD Tingkat Provinsi Dept. Keuangan - DPRD Tingkat Kabupaten Dept. Keuangan - Masyarakat Dept. Keuangan - Dunia Usaha Dept. Keuangan - LSM Dept. Keuangan - Dunia Internasional Dept. Dalam Negeri- Dept. Hukum dan Ham Dept. Dalam Negeri- Dept. Pertahanan
2
2 2
2 2
0 0
3 3
3 3
0 0
0
2 2 2
2
2
0
2
3
0
0
2
1
1
1
1
2
2
1
0
1
0
0
2
2
2
1
1
1
3
2
2
3
2
2
0
3
0
0
0
1
1
1
1
1
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
2
2
2
3
1
2
2
2
2
0
2
0
0
0
1
1
1
1
1
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
2
1
2
3
3
2
3
2
31
32
33
40
41
1
2
1
1
1
1
2
1
2
2
2
2
2
1
1
1
2
2
1
2
2
2
1
2
1
1
2
1
2
1
2
2
3
2
1
2
2
2
1
2
1 1 1
2 2 2
1
2
1
2
2
3
1 1 1
2 1 1
1 1 1
2 2 2
2 2 2
3 2 1
1 1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
2
2
1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
2 2 2
1 1 1
2 2 2
2 2 1
3 2 2
1
1
1
2
1
2
2
2
1
2
1
2
1
2
3
2
2
1
2
1
2
1
2
3
3
2
1
2
1
2
1
2
3
3
2
1
2
1
2
1
2
3
3
2
1
2
1
2
1
2
3
3
3
1
2
1
2
1
2
3
2
2
1
2
1
2
1
2
3
2
3
1 1 1
2 2 2
1 1 1
2 2 2
1 1 1
2 2 2
3 3 3
3 2 2
2 2 2
1
1
1
2
1
2
3
2
1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
2 2 2 2
1 1 1 1
2 2 2 2
3 3 3 3
2 2 2 1
1 1 1 2
1
1
1
2
1
2
3
2
2
1
1
1
2
1
2
2
2
1
2
1
2
1
2
2
2
1
34
35
36
37
38
39
42
43
44
45
46
3
1
2
2
3
2
2
2
229
Lampiran 10. (Lanjutan) Inte ra k s i a nta r Sta k e holde rs
Dept. Dalam Negeri- Dept. Perdagangan Dept. Dalam Negeri- Dept. Perindustrian Dept. Dalam Negeri- Dept. Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dept. Dalam Negeri- Kantor Meneg. Lingkungan Hidup Dept. Dalam Negeri- Badan Intelijen Negara (BIN) Dept. Dalam Negeri- Gubernur Dept. Dalam Negeri- Bupati Dept. Dalam Negeri- DPRD Tingkat Provinsi Dept. Dalam Negeri- DPRD Tingkat Kabupaten
Nom or Re s ponde n 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
26
27
28
29
30
2
2
0
3
0
0
0
1
1
1
1
2
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
3
1
1
1
2
1
3
2
2
0
2
0
0
0
1
1
1
1
2
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
2
1
2
1
1
1
1
2
2
0
2
0
0
0
1
1
1
2
1
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
1
3
3
3
1
1
2
2
0
3
0
0
0
1
2
1
2
1
2
2
1
0
1
0
0
1
2
3
2
1
2
3
3
2
1
2
2
0
3
0
0
0
1
1
1
2
2
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
2
1
1
3
3
2
1
2 2
2 2
0 0
3 2
0 0
0
0
1 1
1 1
3 3
2 1
2
1
0
0
2
0
1
0
0
1 2
2 2
3 3
3
2
1 1
0
0
1 1
2
0
3
1 1
1 3
2 1
3 3
3 2
2 2
2
2
0
3
0
0
0
1
1
1
1
2
2
2
1
0
1
0
0
1
2
3
2
1
2
3
3
1
2
0
1
1
1
1
2
2
2
1
0
1
0
0
1
2
3
2
1
1
2
2
1
1
2
25
2
2
0
3
0
0
2
2
0
3
0
0
0
1
1
1
2
1
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
2
1
1
2
1
2
1
2
2
0
2
0
0
0
1
1
1
2
1
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
2
1
2
3
3
1
3
2
2
0
2
0
0
0
1
1
1
1
1
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
2
1
2
2
2
2
1
2
2
0
3
0
0
0
1
1
1
2
2
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
1
1
1
2
2
2
3
2
2
0
3
0
0
0
1
1
1
1
2
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
2
3
3
2
1
2
3
2
2
0
2
0
0
0
1
1
1
1
1
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
2
1
2
3
3
2
2
2
2
0
2
0
0
0
1
1
1
1
2
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
2
1
2
2
2
3
2
2
0
3
0
0
0
1
1
1
1
2
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
2
2
3
2
1
2
3
2
2
0
3
0
0
0
1
1
1
2
1
2
2
1
0
1
0
0
1
2
3
2
1
2
2
3
2
1
2
2
0
3
0
0
0
1
1
1
2
1
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
2
2
1
1
3
1
2
Dept. Hukum dan Ham - Gubernur
2
2
0
2
0
0
0
1
1
1
2
2
2
2
1
0
1
0
0
1
2
3
2
1
3
2
3
2
3
Dept. Hukum dan Ham - Bupati Dept. Hukum dan Ham - DPRD Tingkat Provinsi Dept. Hukum dan Ham - DPRD Tingkat Kabupaten Dept. Hukum dan Ham Masyarakat Dept. Hukum dan Ham - Dunia Usaha Dept. Hukum dan Ham - LSM Dept. Hukum dan Ham - Dunia Internasional Dept. Pertahanan - Dept. Perdagangan
2
2
0
3
0
0
0
1
1
1
1
1
2
2
1
0
1
0
0
1
2
3
2
1
2
3
3
2
2
0
2
1
0
0
Dept. Dalam Negeri- Masyarakat Dept. Dalam Negeri- Dunia Usaha Dept. Dalam Negeri- LSM Dept. Dalam Negeri- Dunia Internasional Dept. Hukum dan Ham - Dept. Pertahanan Dept. Hukum dan Ham - Dept. Perdagangan Dept. Hukum dan Ham - Dept. Perindustrian Dept. Hukum dan Ham - Dept. Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dept. Hukum dan Ham - Kantor Meneg. Lingkungan Hidup Dept. Hukum dan Ham - Badan Intelijen Negara (BIN)
Dept. Pertahanan - Dept. Perindustrian Dept. Pertahanan - Dept. Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dept. Pertahanan - Kantor Meneg. Lingkungan Hidup
2
2
0
2
0
0
1
1
1
1
1
2
1
0
1
2
3
1
1
1
2
3
1
2
2
2
0
2
0
0
0
1
1
1
1
2
2
2
1
0
1
0
0
1
2
3
1
1
3
3
3
1
2
2
2
0
2
0
0
0
1
1
1
2
1
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
2
1
2
2
1
2
2
2
2
0
2
0
0
0
1
1
1
1
1
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
2
1
1
2
2
1
2
1
3
0
3
0
0
0
1
1
1
1
1
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
2
1
3
2
2
2
2
2
3
0
2
0
0
0
1
1
1
2
2
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
1
1
2
1
2
3
3
3
2
0
2
0
0
0
1
1
1
1
2
2
2
1
0
1
0
0
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
2
2
0
3
0
0
0
1
1
1
1
1
2
2
1
0
1
0
0
2
2
3
2
2
2
3
3
1
1
2
2
0
2
0
0
0
1
1
1
2
1
2
2
1
0
1
0
0
1
2
3
1
1
1
1
2
2
2
2
2
0
3
0
0
0
1
1
1
2
1
2
2
1
0
1
0
0
1
2
3
1
1
1
1
3
3
31
32
33
34
35
1
2
1
2
1
1
2
1
2
1
1
2
1
2
1
2
1
1 1 1
2 1 2
1 1 1
1
1
1 1
36
37
38
39
40
41
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
1
2
2
3
2 2 2
1 1 1
2 2 2
2 2 2
2 3 3
1
2
1
2
2
2
1
1
2
1
2
2
2
1
1
2
1
2
2
2
1 1
1 1
1 1
2 2
1 1
2 2
2 1
1 1
1
1
1
2
1
2
2
2
1
2
1
2
1
2
2
2
1
1
1
2
1
2
2
2
1
1
1
2
1
2
2
2
1
2
1
2
1
2
2
2
1
2
1
2
1
2
2
2
1
2
1
2
1
2
2
3
1 1
1 1
1 1
2 2
1 1
2 2
2 2
3 3
1
1
1
2
1
2
2
1
1
1
1
2
1
2
2
1
1
1
1
2
1
2
2
2
1 1
1 1
1 1
2 2
1 1
2 2
2 1
2 2
1
1
1
2
1
2
2
2
1
2
1
2
1
2
2
3
1
2
1
2
1
2
2
2
1
2
1
2
1
2
2
3
1
1
1
2
1
2
2
2
42
43
44
45
46
1
1
2
3
3
3
2
2
230
Lampiran 10. (Lanjutan) Inte ra k s i a nta r Sta k e holde rs
Dept. Pertahanan - Badan Intelijen Negara (BIN) Dept. Pertahanan - Gubernur Dept. Pertahanan - Bupati Dept. Pertahanan - DPRD Tingkat Provinsi Dept. Pertahanan - DPRD Tingkat Kabupaten Dept. Pertahanan - Masyarakat Dept. Pertahanan - Dunia Usaha Dept. Pertahanan - LSM
Nom or Re s ponde n 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
2
2
0
3
0
0
0
1
1
1
2
1
2
2
1
0
1
0
0
1
2
3
1
1
25
26
27
28
29
30
2
2
3
1
2
2
0
3
0
0
0
1
1
1
1
2
2
2
1
0
1
0
0
1
2
3
2
1
2
2
0
2
0
0
0
1
1
1
1
2
2
2
1
0
1
0
0
1
2
3
2
1
2
2
2
0
3
0
0
0
1
1
1
1
1
2
2
1
0
1
0
0
1
2
3
1
1
2
2
0
3
0
0
0
1
1
1
1
1
2
2
1
0
1
0
0
2
2
3
1
1 1
2 2
0 0
3 2
0 0
0
0
1 1
1 1
2 1
2 1
2
1
0
0
2
0
1
0
0
1 1
2 2
2 2
2
2
1 1
0
0
1 1
2
0
31
32
33
34
35
3
1
3
2
2
3
1
1 1
2 2
1 1
2 2
1 1
3
1
2
1
2
1
1
2
2
1
2
1
1
1
2
1
3
3
2
1
2
2
1 1
2 1
3 2
3 3
2 2
1 2
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1
1
1
1
1 1
2
2
0
2
0
0
0
1
1
1
1
1
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
2
1
3
2
1
1
1
Dept. Pertahanan - Dunia Internasional
2
2
0
3
0
0
0
1
1
1
1
2
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
1
2
2
2
2
2
2
Dept. Perdagangan - Dept. Perindustrian
2
2
0
2
0
0
0
2
1
2
1
2
2
2
2
0
1
0
0
1
2
3
3
2
3
3
1
1
3
2
2
0
3
0
0
0
2
1
2
1
1
2
2
2
0
1
0
0
1
2
3
1
2
3
2
3
1
1
2
2
0
2
0
0
0
2
1
2
1
1
2
2
2
0
1
0
0
2
2
3
1
2
1
2
2
1
1
2
2
0
3
0
0
0
2
1
2
2
2
2
2
2
0
1
0
0
1
2
2
1
2
2
3
2
1
2
2 2
2 2
0 0
3 2
0 0
0
0
1 1
2 2
1 1
2 1
2
1
0
0
0
1
0
0
2 2
3 3
2
1 1
1
2
1 1
2
2
2 2
0
0
2 2
2
0
2 3
1 1
2 2
1 2
2
2
0
2
0
0
0
2
1
2
1
1
2
2
2
0
1
0
0
1
2
2
1
1
1
2
1
1
1
0
2
1
2
1
2
2
2
2
0
1
0
0
2
2
2
1
1
3
2
3
1
3
Dept. Perdagangan - Dept. Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dept. Perdagangan - Kantor Meneg. Lingkungan Hidup Dept. Perdagangan - Badan Intelijen Negara (BIN) Dept. Perdagangan - Gubernur Dept. Perdagangan - Bupati Dept. Perdagangan - DPRD Tingkat Provinsi Dept. Perdagangan - DPRD Tingkat Kabupaten Dept. Perdagangan - Masyarakat Dept. Perdagangan - Dunia Usaha Dept. Perdagangan - LSM Dept. Perdagangan - Dunia Internasional Dept. Perindustrian - Dept. Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dept. Perindustrian - Kantor Meneg. Lingkungan Hidup Dept. Perindustrian - Badan Intelijen Negara (BIN) Dept. Perindustrian - Gubernur Dept. Perindustrian - Bupati Dept. Perindustrian - DPRD Tingkat Provinsi Dept. Perindustrian - DPRD Tingkat Kabupaten Dept. Perindustrian - Masyarakat
2
2
0
3
0
0
2
2
0
3
0
0
0
2
1
2
2
2
2
2
2
0
1
0
0
1
2
3
2
1
3
2
3
2
2
3
2
0
3
0
0
0
2
1
2
2
1
2
2
2
0
1
0
0
2
2
3
3
1
2
2
2
3
1
2
2
0
3
0
0
0
2
1
2
1
1
2
2
2
0
1
0
0
2
1
2
2
1
2
2
1
2
1
3
2
0
2
0
0
0
2
1
2
1
1
2
2
2
0
1
0
0
1
2
3
3
3
1
2
1
2
1
3
2
0
3
0
0
0
2
1
1
1
2
2
2
2
0
1
0
0
1
2
3
3
3
3
3
1
1
2
2
2
0
3
0
0
0
2
1
1
1
2
2
2
2
0
1
0
0
1
2
3
3
3
1
3
2
2
1
36
37
38
39
40
41
2 2
2 2
2 2
2
2
1
1
2
2
1
2 2 2
1 1 1
2 2 2
2 2 1
2 3 2
1
2
1
2
2
2
1
2
1
2
2
2
1
1
2
1
2
2
2
1
1
2
1
2
2
2
1
2
1
2
1
2
2
2
1 1 1
2 2 2
1 1 1
2 2 2
1 1 1
2 2 2
2 2 2
3 2 2
1
1
1
2
1
2
2
2
1
1
1
2
1
2
2
2
1
1
1
2
1
2
2
2
1 1
1 1
1 1
2 2
1 1
2 2
2 1
3 1
1
1
1
2
1
2
2
2
1
2
1
2
1
2
2
3
1
1
1
2
1
2
2
2
2
2
0
3
0
0
0
2
1
1
2
1
2
2
2
0
1
0
0
2
2
3
1
3
2
2
3
1
1
2
2
0
2
0
0
0
2
1
1
1
1
2
2
2
0
1
0
0
2
2
3
3
1
2
3
3
2
1
1 1
1 2
1 1
2 2
1 1
2 2
2 2
2 1
2
2
0
3
0
0
0
2
1
1
1
2
2
2
2
0
1
0
0
2
2
3
3
2
2
1
2
2
1
1
2
1
2
1
2
2
1
2
2
0
3
0
0
0
2
1
1
1
2
2
2
2
0
1
0
0
2
2
2
1
1
1
3
2
1
3
1
1
1
2
1
2
2
2
2
2
0
2
0
0
0
2
1
1
1
1
2
2
2
0
1
0
0
2
2
2
1
1
2
3
3
1
2
1
1
1
2
1
2
2
2
2
2
0
2
0
0
0
2
1
1
2
1
2
2
2
0
1
0
0
2
2
2
3
1
1
1
3
1
1
1
1
1
2
1
2
2
2
2
2
0
2
0
0
0
2
1
1
2
2
2
2
2
0
1
0
0
2
1
3
3
3
3
2
2
3
1
1
2
0
3
0
0
0
2
1
1
1
1
2
2
2
0
1
0
0
2
2
2
2
1
3
1
2
3
1
1 1
1 1
1 1
2 2
1 1
2 2
2 1
3 2
Dept. Perindustrian - Dunia Internasional
3
2
0
3
0
0
0
2
1
1
1
2
2
2
2
0
1
0
0
2
2
3
3
3
1
2
1
1
2
1
1
1
2
1
2
2
2
Dept. Tenaga Kerja dan Transmigrasi- Kantor Meneg. Lingkungan Hidup
2
2
0
2
0
0
0
1
1
2
2
1
2
2
1
0
1
0
0
2
2
3
2
2
2
3
2
1
3 1
1
1
2
1
2
2
3
Dept. Perindustrian - Dunia Usaha Dept. Perindustrian - LSM
42
43
44
45
46
3
3
2
3
3
2
2
2
2
2
2
2
231
Lampiran 10. (Lanjutan) Inte ra k s i a nta r Sta k e holde rs
Dept. Tenaga Kerja dan Transmigrasi- Badan Intelijen Negara (BIN) Dept. Tenaga Kerja dan Transmigrasi- Gubernur Dept. Tenaga Kerja dan Transmigrasi- Bupati Dept. Tenaga Kerja dan Transmigrasi- DPRD Tingkat Provinsi Dept. Tenaga Kerja dan Transmigrasi- DPRD Tingkat Kabupaten
Nom or Re s ponde n 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
2
2
0
2
0
0
0
1
1
2
1
2
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
2
2
2
0
2
0
0
0
1
1
2
1
2
2
2
1
0
1
0
0
2
2
3
2
2
0
3
0
0
0
1
1
2
1
1
2
2
1
0
1
0
0
1
2
0
0
0
1
2
2
1
0
1
0
0
0
1
1
2
1
2
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
0
2
1
1
2
1
2
26
27
28
29
30
1
3
1
1
2
1
3
1
3
2
3
3
2
3
3
1
3
2
1
3
3
2
1
1
2
1
1
2
1
2
2
1
1
2
2
2
1
2
2
25
31
32
33
34
35
1
1
1
2
1
1
2
1
2
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1 1
36
37
38
39
40
41
2
2
2
1
2
2
2
1
2
2
1
2
1
2
2
1
1
2
1
2
2
2
1
1
2
1
2
2
2
1
1
2
1
2
2
2
1
1
1
2
1
2
1
3
1
1
1
2
1
2
2
2
2
2
0
3
0
0
2
2
0
2
0
0
0
1
1
2
2
2
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
2
1
1
1
2
1
2
1
2
0
3
0
0
0
1
1
2
2
1
2
2
1
0
1
0
0
1
2
3
2
2
3
1
1
1
3
2
2
0
2
0
0
0
1
1
2
1
1
2
2
1
0
1
0
0
1
1
2
2
1
1
2
2
2
2
Dept. Tenaga Kerja dan Transmigrasi- Dunia Internasional
3
2
0
3
0
0
0
1
1
2
1
1
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
1
2
1
2
1
3
3
Kantor Meneg. Lingkungan Hidup Badan Intelijen Negara (BIN)
2
2
0
2
0
0
0
2
1
1
2
1
2
2
2
0
1
0
0
1
2
2
1
2
1
2
2
2
2 1
1
1
2
1
2
2
3
2
2
0
3
0
0
0
2
2
1
1
2
2
2
2
0
1
0
0
2
2
3
2
1
2
3
1
2
3
1
2
1
2
1
2
2
2
2
2
0
2
0
0
0
2
2
1
1
2
2
2
2
0
1
0
0
2
2
3
2
1
2
2
2
2
3
1
2
1
2
1
2
2
2
2
2
0
3
0
0
0
2
1
1
1
2
2
2
2
0
1
0
0
1
2
3
1
1
3
2
3
2
3
1
1
1
2
1
2
2
1
0
2
2
1
1
1
2
2
2
0
1
0
0
2
2
2
1
1
1
3
1
1
3 1
1
1
2
1
2
2
1
1
1
1
2
1
2
2
2
1
1
1
2
1
2
2
2
2
1
1
2
1
2
1
2
1
1
1
2
1
2
2
2
1
2
1
1
1
2
2
2
1
2
1
1
1
2
2
2
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
2
2
3
1
1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
1
1
2
1
3
1 1
1 2
1 1
1 1
1 1
2 2
2
2 3
1
1
1
1
1
2
2
3
1
1
1
1
1
2
1
2
Dept. Tenaga Kerja dan Transmigrasi- Masyarakat Dept. Tenaga Kerja dan Transmigrasi- Dunia Usaha Dept. Tenaga Kerja dan Transmigrasi- LSM
Kantor Meneg. Lingkungan Hidup Gubernur Kantor Meneg. Lingkungan Hidup Bupati Kantor Meneg. Lingkungan Hidup DPRD Tingkat Provinsi Kantor Meneg. Lingkungan Hidup DPRD Tingkat Kabupaten
2
2
0
2
0
0
Kantor Meneg. Lingkungan Hidup Masyarakat Kantor Meneg. Lingkungan Hidup -
2
2
0
3
0
0
0
2
2
1
2
2
2
2
2
0
1
0
0
1
2
2
3
1
3
2
3
1
2
1
2
0
3
0
0
0
2
2
1
1
1
2
2
2
0
1
0
0
2
2
2
2
1
2
1
1
2
3
2
2
0
2
0
0
0
2
2
1
1
1
2
2
2
0
1
0
0
2
2
2
2
1
1
3
1
1
1
3
2
0
3
0
0
0
2
2
1
2
2
2
2
2
0
1
0
0
3
1
2
1
2
1
1
2
1
2
2
3
0
3
0
0
0
1
1
1
1
1
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
1
2
2
1
3
2
2
2
3
0
3
0
0
0
1
1
1
1
2
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
1
2
1
2
3
1
2
2
3
0
2
0
0
0
1
1
1
1
2
2
2
1
0
1
0
0
2
2
2
1
1
3
3
1
1
3
2
2
0
3
0
0
0
1
1
1
1
1
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
1
1
3
1
2
2
2
1
2
0
3
0
0
0
1
1
1
2
2
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
1
1
2
3
2
2
1
3
0
3
0
0
0
1
1
1
1
1
2
2
1
0
1
0
0
1
2
2
1
1
1
1
1
1
2
1
3
0
3
0
0
0
1
1
1
1
1
2
2
1
0
1
0
0
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
2
2
0
2
0
0
0
1
1
1
1
2
2
2
1
0
1
0
0
1
1
2
1
1
2
3
2
1
1
2
2
0
2
0
0
0
2
1
2
1
1
2
2
2
0
1
0
0
2
2
3
3
1
1
1
2
2
3
2
2
0
3
0
0
0
2
1
2
1
2
2
2
2
0
1
0
0
2
2
3
3
2
3
1
2
1
3
2
2
0
2
0
0
0
2
1
2
1
2
2
2
2
0
1
0
0
2
2
2
3
1
3
2
3
1
1
Dunia Usaha Kantor Meneg. Lingkungan Hidup LSM Kantor Meneg. Lingkungan Hidup Dunia Internasional Badan Intelijen Negara (BIN) Gubernur Badan Intelijen Negara (BIN) Bupati Badan Intelijen Negara (BIN) DPRD Tingkat Provinsi Badan Intelijen Negara (BIN) DPRD Tingkat Kabupaten Badan Intelijen Negara (BIN) Masyarakat Badan Intelijen Negara (BIN) Dunia Usaha Badan Intelijen Negara (BIN) LSM Badan Intelijen Negara (BIN) Dunia Internasional Gubernur - Bupati Gubernur - DPRD Tingkat Provinsi Gubernur - DPRD Tingkat Kabupaten
42
43
44
45
46
2
2
3
2
2
2
2
2
2
1
2
2
232
Lampiran 10. (Lanjutan) Inte ra k s i a nta r Sta k e holde rs
Gubernur - Masyarakat Gubernur - Dunia Usaha Gubernur - LSM Gubernur - Dunia Internasional Bupati- DPRD Tingkat Provinsi Bupati- DPRD Tingkat Kabupaten Bupati- Masyarakat Bupati- Dunia Usaha Bupati- LSM Bupati- Dunia Internasional DPRD Tingkat Provinsi- DPRD Tingkat Kabupaten DPRD Tingkat ProvinsiMasyarakat DPRD Tingkat Provinsi- Dunia Usaha DPRD Tingkat Provinsi- LSM DPRD Tingkat Provinsi- Dunia Internasional DPRD Tingkat Kabupaten Masyarakat DPRD Tingkat Kabupaten- Dunia Usaha DPRD Tingkat Kabupaten - LSM DPRD Tingkat Kabupaten - Dunia Internasional Masyarakat - Dunia Usaha Masyarakat - LSM Masyarakat - Dunia Internasional Dunia Usaha - LSM Dunia Usaha - Dunia Internasional LSM - Dunia Internasional
Nom or Re s ponde n 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
40
41
2 2 1 2 2
2 2 2 2 2
0 0 0 0 0
3 2 3 3 2
0 0 0 0 0
0
0
0
2
2
0
1
0
0
2
2
0
1
0
0
2
2
0
1
0
0
2 2 1 1
0
0
2
2
0
1
0
0
2 2 2 1 2
3 3 3 2 2
3
0
2 2 2 2 2
0
0
1 1 1 2 1
1
0
2 2 2 2 1
0
0
2 2 2 2 2
2
0
1 1 1 1 1
2
0
2 2 2 2 2
3
1 1 1 1 1
1 2 2 1 1
2 3 3 3 2
2 3 2 2 1
2 2 1 1 1
3 1 1 2 3
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
2 2 2 2 2
2 2 2 1 2
3 2 2 3 3
2
2
0
3
0
0
0
2
1
2
1
1
2
2
2
0
1
0
0
2
2
3
3
1
1
3
1
2
3
2 2 1 2
2 2 2 2
0 0 0 0
2 3 2 2
0 0 0 0
0
0
2 2 1 2
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
2
2
0
1
0
0
2 2 2 1
2 3 2 2
3 3 2 2
3
0
2
2 2 2 2
0
2
0
2 2 2 2
2
0
2 2 2 2
2
0
1 1 1 1
2
0
0
2 2 2 2
2
0
2
1 1 1 1
2 2 3 2
3 3 3 2
3 2 1 3
2 2 1 1
1 1 2 3
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
2 2 2 2 2
2 1 2 1 1
3 3 3 2 2
2
2
0
2
0
0
0
2
1
2
1
2
2
2
2
0
1
0
0
2
1
2
3
1
1
3
1
2
3
1
1
1
1
1
2
2
3
2
2
0
3
0
0
0
2
1
2
2
1
2
2
2
0
1
0
0
2
3
2
3
1
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
2
2
3
2
2
0
2
0
0
0
2
1
2
2
2
2
2
2
0
1
0
0
2
2
2
2
1
2
1
1
3
1
1
2
0
2
0
0
0
2
1
2
1
1
2
2
2
0
1
0
0
2
2
3
2
1
3
2
1
1
2
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
2 2
2 1
3 2
2
2
0
3
0
0
0
2
1
2
1
2
2
2
2
0
1
0
0
3
2
2
1
1
1
1
3
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
2
2
0
3
0
0
0
2
1
2
2
1
2
2
2
0
1
0
0
2
1
3
3
1
1
1
3
1
2
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
0
2
0
0
0
2
1
2
2
2
2
2
2
0
1
0
0
2
1
3
2
1
3
1
2
2
2
1
2
0
3
0
0
0
2
1
2
1
1
2
2
2
0
1
0
0
2
1
3
2
1
3
1
3
1
1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
2 2
2 1
3 2
2
2
0
2
0
0
0
2
1
2
1
2
2
2
2
0
1
0
0
1
1
2
1
1
2
2
2
1
1
2 2
3 3
0 0
3 2
0 0
0
0
1 1
2 2
1 1
1 1
2
0
0
0
0
1 2
2 2
2 2
3
2
1 2
0
2
2 2
0
0
2 2
2
0
3
1 1
1 1
1 3
2 2
2 2
3 1
1 3 1
1 1 1
1 1 1
1 2 2
1 1 1
2 2 2
2 2 3
1 2 2
2
3
0
3
0
0
0
2
1
2
1
1
2
2
2
0
1
0
0
2
2
2
1
1
3
1
1
2
1
2
3
0
3
0
0
0
2
1
2
1
1
2
2
2
0
2
0
0
2
2
3
2
1
1
3
2
1
2
1 1
1 1
1 1
2 1
1 1
2 2
2 1
2
3
0
3
0
0
0
2
1
2
1
1
2
2
2
0
1
0
0
2
2
2
1
1
2
1
1
3
3
2
0
2
0
0
0
2
1
2
1
2
2
2
2
0
2
0
0
2
2
2
1
1
2
2
1
2
3
1 2
1 1
1 1
1 1
1 1
2 2
3 3
3 3 2 1
= Baik = Cukup = Tidak/Kurang Baik
3 2 2
3 2
25
36
37
38
39
42
43
44
45
46
2
2
2
2
1
2
2
2
3
2
2
1
1
3
2
1
2 2
2
3
1
2
2 3
3
2
3
3
233
Lampiran 11. Kendala-kendala yang Telah dan Mungkin Terjadi dalam Pemberantasan Illegal Logging di Indonesia IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden 1
Instansi/Lembaga KEMENKO POLHUKAM
Bentuk Kendala Koordinasi Antar Lembaga
Teknis
Kebijakan
Sosial
Perlunya sarana dan prasarana,dana untuk melaksanakan tugas sangat kurang memadai
Kurang sinkron satu dengan lainnya, kadangkadang partial, tidak komprehensif
Adanya hak ulayat masyarakat atas areal hutan/hutan adat Kesulitan ekonomi masyarakat di sekitar hutan yang sering mendorong perilaku untuk memotong kayu sesuai kebutuhan cukong masyarakat yang belum terlibat secara memadai dalam pengelolaan hutan Ketergantungan masyarakat sekitar hutan sangat tergantung pada kayu ilegal
Kurang maksimal dan efektif
Taraf hidup masyarakat sekitar hutan yang rendah Distribusi manfaat yang tidak merata pada masyarakat Peran serta masyarakat, dukungan infrastruktur sosial dalam menghadapi penebangan liar belum tertangani dengan sempurna
Koordinasi kurang
2
KEMENKO POLHUKAM
Penataan ruang hutan di lapangan
PP yang overlap dan tidak customer oriented
3
POLRI
Pengawasan barang bukti kayu dan alat berat memerlukan biaya relatif tinggi
Aturan teknis kehutanan sering berubah ubah, contoh penata usulan hasil hutan
4
EC-Indonesia Flegt Sp
Hanya pada pengawasan yang lemah
Harmonisasi peraturan perundangan antara pusat versus daerah
5
EC-Indonesia Flegt Sp
Kurang tenaga jagawana, pemahaman tentang tata batas hutan
Peraturan, definisi legalitas kurang konsisten
6
DEPNAKER TRANS
Non teknis, berapa tidak buat tenaga kerja oleh daerah tanggung jawab ada di pusat
sudah baik
cukup, pengangguran akan diapakan
Lainnya Sikap mental aparatur terkait baik di pusat maupun di daerah
arogansi sektoral
egoisme sektoral yang masih menonjol
komitmen pemberantasan Illegal Logging yang belum merata
Tidak ada
Faktor geografis TKP illegal logging sangat sulit untuk dijangkau, biaya tinggi dan perlu peralatan canggih -
Superior antar lembaga Kepentingan sektoral (ego sektoral) Belum ada koordinasi menyeluruhm karena pemahaman dan tujaun amsingmasing lembaga masih tumpang tindih 50% baik dan 50% kurang baik
-
100% baik di tingkat rapat di pusat
234
Lampiran 11. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden 7
Instansi/Lembaga KLH
8
KLH
9
KLH
10
KNLH
11
DEPHUT
12
DEPHUT
13
Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan
Bentuk Kendala Teknis
Kebijakan
Kurang pemahaman aparat di lapangan
Perlu adanya sanksi yang tegas terhadap pelaku maupun aparat yang tidak disiplin
Perlu adanya peran serta dan keikutsertaan LSM dalam illegal logging
Masih rendahnya moral Moral, teknologi subtitusi penggunaan kayu -
-
-
tidak tegas hukuman dan kebijakan
lemahnya koordinasi, rendahnya pengawasan dan kurangnya pengetahuan institusi dalam penanganan kasus illegal logging Kondisi geogrsfid, sarana dan prasarana kurang, SDM lemah, kesadaran para pihak Sering peraturan tentang pengaturan teknis sering berubah Jumlah dan kemampuan SDM (Polhut dan PPNS) masih terbatas
Koordinasi Antar Lembaga
Sosial
Lainnya
Kurangnya kesinambunga n antar lembaga dalam pemberantasa n illegal logging -
-
kehidupan ekonomi masyarakat
koordinasi
akhlak
Kebijakan yang ada pada tataran operasionalnya tidak dilaksanakan/dib uat sehingga memperlemah fungsi pengawasan baik di tingkat pusat dan pemerintah daerah Kurangnya implementasi kebijakan yang sudah ada oleh pelaku illegal logging di Indonesia
-
-
-
Rendahnya perhatian pemerrintah terhadap masyarakat yang tinggal dekat hutan, sehingga pengawasan kurang berjalan
Kurangnya koordinasi diantara institusi adat rangka penanganan kasus illegal logging
-
Peraturan tidak harmonis, terlalu sering berubah
Ekonomi dan pendidikan masyarakat di sekitar kawasan hutan
Ego sektoral, kepemtingan pragmatis oknum
Dana terbatas, hubungan internasional yang kurang mendukung pemberantasan illegal logging (Malaysia/Cina)
Belum sinergisnya pusat dan daerah
Masih banyak benturan kepentingan kawasan hutan
Banyak peraturan pemerintah daerah yang bertentangan dengan peraturan dan perundangan bidang kehutanan
Kemiskinan masyarakat di sekitar hutan, dimanfaatkan oleh para cukong untuk melakukan illegal logging
Belum memiliki komitmen yang sama antar lembaga perlindungan hutan Koordinasi PPNS dengan aparat penegak hukum lainnya (Korwas dan JPU) masih lemah
-
Sarana dan prasarana pengematan belum memadai
235
Lampiran 11. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden
Bentuk Kendala
Instansi/Lembaga
Teknis
Kebijakan
Koordinasi Antar Lembaga
Sosial
14
Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT
Masih terjadi perbedaan pemahaman persepsi dalam menerapkan definisi illegal logging
15
KKI WARSI
Tata usaha kayu yang tidak jelas
Masih banyak peraturan daerah yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah pusat dalam hal pemberantasan illegal logging Kebijakan yang tidak konsisten
16
Swasta
-
-
17
FAK. Pertanian Universitas Jambi
Luasnya areal hutan dan akses yang terbatasm keterbatasan personil intansi teknis dalam pengamanan hutan
Political will aparat pemerintah dalam pemberantasan illegal logging masih dipertanyakan, penegakan hukum yang lemah
18
Lembaga Adat Jambi
Telah dilakukan bertahun-tahun lamanya/ merupakan mata pencaharian, adat kebiasaan suatu daerah, penghapusan kebiasaan secara bertahap
Memperhatijan ekonomi kerakyatan, memperhatikan hukum, aturanaturan adat yang berlaku, bukan bermanfaat sesaat, tapi untuk ke masa depan
19
Tokoh masyarakat
-
-
-
Tidak saling menonjolkan diri yang lebih berperan, bukan kesempatan untuk mengeruk keuntungan, bukan saling menyalahkan atau yang bertanggung jawab, lebih mempertimba ngkan kepentingan masyarakat bukan interfensi asing -
20
POLRI
Pebgeluaran fako dari kehutanan ke erusahaan banyak disalahgunakan
Tidak ada ampun dalam pemberantasan illegal logging
Benturan dengan TNI
Tidak berjalan lancar
Lainnya
Dampak sosial dalam jangka pendek pemberantasan illegal logging menimbulkan PHK, sehingga menimbulkan friksi
koordinasi antara PPNS Dephut dengan aparat penegak hukum lainnya (POLRI dan JPU) masih lemah
Dukungan sarana dan prasarana belum memenuhi
Sistem yang tidak mengakomodir masyarakat di dalam dan sekitar hutan -
Tidak jelas dan cenderung berjalan sendiri-sendiri
-
-
Anggapan bahwa hutan merupakan sumberdaya yang secara bebas dapat dimanfaatkan, sanksi sosial pelaku illegal logging mulai lemah karena rusaknya pranata sosial dalam masyarakat Menghilangkan mata pencaharian masyarakat kecil, adanya kesenjangan antara pengusaha bermodal besar dengan erusahaa bermodal kecil, hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah
Lemahnya koordinasi diantara hampir semua lembaga pemerintah LSM dan masyarakat
Daerah penebangan liar sulit dijangkau dengan menggunakan transportasi Adanya keinginan pemerintah daerah untuk menjadikan hutan sebagai sumber utama PAD
-
Kurangnya penyuluhan
236
Lampiran 11. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden
Instansi/Lembaga
Bentuk Kendala Teknis
Kebijakan
Sosial
21
POLRI
Pemahaman yang belum dimiliki oleh seluruh personil yang mengawali operasi illegal logging terhadap peraturanperaturan yang ada
peraturan pelaksanaan yang mengatur tentang tata kelola hutan yang selalu berubah-ubah (Kepmenhut)
Berhadapan dengan nsekelompok masyarakat desa sekitar hutan yang pekerjannya menebang huran dengan alasan hanya untuk mencari makan
22
PT. Surveyor Indonesia
Kepulauan Indonesia yang sangat luas dengan garis pantai yang panjang, sehingga susah untuk memantaunya
Turunnya nilai sosial masyarakat secara keseluruhan, sehingga menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan
23
Departemen Perindustrian
Implementasi dari setiap atasan tidak dilaksanakan dengan baik dan tidak dibarengi dengan sangsi yang keras sehingga pelaku jera
Perbedaan harga antara luar negeri dan dalam negeri yang cukup tinggi, sehingga merangsang orang untuk menyelundupkan ke luar negeri (illegal) Perumusan kebijakan pemberantasan illegal logging yang nsta, keras dengan sangsi yang berat bagi pelaku
24
Departemen Perindustrian
Luar areal yang sangat besar
Sanksi yang tidak tegas. Pilihpilih bulu.
Masyarakat tidak dilibatkan
25
Pengadilan Negeri Kuala Kapuas
Karena luasnya wilayah Kalimantan, maka transportasi tidak terjangkau karena medannya sulit, maka dananya tidak ada/kurang/tidak cukup
Kebijakan Pemda dan penegakan hukum terkadang bertentangan/tid ak sejalan
- Masyarkat menggantungka n hidup dari hutan, maka susah untuk melepaskan kebutuhan masyarakat dari hutan (kayu hasil hutan)
Perilaku masyarakat dan dunia usaha yang kurang baik (Moral Hazard) termasuk birokrasi
Bahwa di Kalteng tidak ada batu, maka untuk membangun rumah dari kayu
Koordinasi Antar Lembaga
Lainnya
Adanya persepsi yang berbeda terhadap pemahaman UU kehutanan maupun peraturan Men-Hut yang mengatur dengan kehutanan Sangat minim koordinasi antar lembaga; utamanya 3 bidang di atas (Teknis, Kebijakan, dan Sosial)
Anggaran yang kurang memadai dalam rangka pemberantasan illegal logging (pembalakan liar)
Kesulitan di lapangan dalam melakukan koordinasi yang baik karena memiliki berbagai nstansi ss yang berbeda dan pejabatpejabat memiliki waktu yang terbatatas (sibuk dengan Tupoksi-nya) Tidak jalan dengan efektif
Terdapat upaya yang memadai dan terencana dengan baik terhadap strategi pengembangan industri hasil hutan (utamanya di pasar internasional)
Koordinasi antar nstansi kepolisian dengan kehutanan dan lingkungan hidup kurang, contohnya: berapa polisi banyak tangkap kayu? Polisi tidak ada?
-
Willingnes to pay dan nstansi ss to productive, belum berjalan dengan baik Birokrasi yang terlalu panjang untuk daerah operasional maupun ke lokasi
Personilnya kurang, masyarakatnya kurang
237
Lampiran 11. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden 26
Instansi/Lembaga Departemen Perdagangan
27
28
Departemen Kehutanan
Bentuk Kendala Teknis
Kebijakan
Sosial
Kurang sepakat antara pimpinan departemen untuk illegal logging
Kebijakan yang saling tumpang tindih
Mengalihkan mata pencaharian masyarakat di sekitar hutan
Terjadinya benturan kepada masyarakat tempat penghasil kayu karena pendapatan mereka tergantung akan pekerjaan memotong dan menjual kayu terutama di perbatasan
Belum adanya keseriusan untuk melaksanakan keberadaan Inpres, Perpres, PP, dll. Terkait.
Dana untuk gerakan sosial untuk menanam kembali sangat terbatas
Adanya kepentingan politik praktis, untuk dana partai
Dalam membuat regulasi atau aturan yang handal selalu ada yang intervensi untuk supaya aturan tersebut dibuat supaya kelompok tertentu bisa terhindar dalam praktek illegal logging mengeluarkan Inpres untuk dapat pendanaan kerjasama dengan negara kelompok ASEAN, dan APEC dalam memerangi pelaku illegal logging
Dana reboisasi tidak pernah dipublikasikan, sehingga untuk memberantas illegal embera cukup sulit
Kurangnya alat canggih untuk memonitor pelaku illegal logging
Memberi insentif kepada masyarakat yang mau menanam dan memelihara bibit tanaman sampai besar
Koordinasi Antar Lembaga Koordinasi antar lembaga cukup baik, tapi dalam pelaksanaann ya, sehingga berjalan sendiri-sendiri Kerjasama polisi, kejaksaan, Kehutanan cukup terkoordinasi tapi ada kendala. Bilamana mencakup cukong besar/utama sulit menangkapny a, karena Badan Intelejen Nasional sulit memberi bantuan/terlal u birokrasi Perlu dukungan kerjasama antar lembaga tanpa batas
Kendalanya masih memerlukan gerakan bersama, yang tentunya ada kesepahaman tentang pelarangan illegal logging tujuannya untuk mendatangka n investor untuk mendanai penanaman pohon
Lainnya Pihak luar negeri menerima dengan tangan terbuka barang illegal yang berbentuk kayu Teknis, kebijakan, sosial, koordinasi antar lembaga, dan kerjasama Intelijen perlu diikat jadi satu, untuk memerangi para pelaku, pemodal illegal logging
Hasil perundingan kesepakatan di APEC hendaknya Indonesia terus membuktikan kalau kita sanggup menghilangkan kendala-kendala yang menghalangi emberantasan illegal logging
238
Lampiran 11. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden 29
Instansi/Lembaga Menko Perekonomian
30
Departemen Kehutanan
31
Bea Cukai
32
Ditjen Bea dan Cukai
Bentuk Kendala Teknis
Kebijakan
Public Relation Pemerintah (Purelpem) antar pejabat birokrasi akan mencoba menghalangi
Sulit untuk diterapkan karena ada kepentigna golongan partai atau yang lain
Terbongkarnya kasus pajak yang tidak dibayar ke pemerintah, sehingga terjadi perang pendapat dan masyarakat jadi korban Pendanaan untuk melakukan operasi ke pedalaman dan melihat batas sekitar masyarakat perbatasan
Timbul politik saling mengkoreksi, sehingga pemikiran untuk memberantas illegal logging tertunda
Wilayah yang sangat luas, sehingga pengawasan relatif sulit. Butuh lahan untuk perkebunan dan pertanian - Rendahnnya pemahaman akan aturan hukum menyebabkan penegak hukum sulit melaksanakan tindakan tegas - Illegal Logging yang masih akan terjadi selam tidak tindakan tegas terhadap pemodal/cukong nya
Banyak instansi yang mengeluarkan kebijakan dan tidak sinkron
Belum adanya kebijakan beberapa Perpres untuk mengejar pelaku illegal logging baik domestik maupun internasional
- Harus ditentukan kebijakan yang tegas dalam koridor pelestarian SDA, ekosistem
- Rusaknya hutan untuk kekbutuhan jangka pendek karena kebijakan yang sempit amdalnya
Sosial
Koordinasi Antar Lembaga
Lainnya
Adanya masalah interest di masyarakat seakan-akan kayu hutan merupakan income mereka
Timbul ide-ide yang mencoba menggagalka n, walaupun ada halangan yang mencoba elak melaksanakan trik-trik baru agar pemberontaka n illegal logging dapat diperlambat jalur hukumnya
Kendala yang berat bila DPR selalu intervensi untuk mengambil kesepakatan UU elaku dan pendulang illegal logging
Seringnya pelaku illegal logging berlindung di belakang para masyarakat yang ekonominya lemah, sehingga seakan-akan cukong itu tidak tersentuh Masyarakat masih menaruh harapan pada illegal logging sebagai sumber mata pencaharian
Adanya lembagalembaga prohijau hutan, tapi mekanismeny a hanya untuk mendapatkan proyek untuk pengawasan
Sulitnya dana untuk membeli pesawat heli, sehingga selalu kalah cepat dengan pelaku illegal logging
Masingmasing kepentingan sendiri
-
Merosotnya kepercayaan masyarakat terhadap lingkungannya akan menyebabkan bencana alam
Tidak adanya sinkroniksasi yang searah antar instansi pemerintah
-
-
239
Lampiran 11. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden
Instansi/Lembaga
Bentuk Kendala Teknis
Kebijakan
Sosial
33
Ditjen Bea dan Cukai
Kurangnya koordinasi antar instansi
Kebijakan yang tidak seragam
Kurang pedulinya masyarakat sekitar
34
Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu
Pemahaman izin perusahaan/Hak: berberda antara Departemen Kehutanan dan Kepolisisan
Kebijakan tumpah tindih antar instansi
Bampk penduduk lokal yang mata pencaharian penebang kayu yang menjadi penyelundup kayu ke luar negeri
35
36
Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau
Departemen Luar Negeri
Integritas pegawai dalam kawasan law enforcement.
Peraturan tentang illegal logging Kapasitas intelijen dalam menyidik prosesproses serta sindikat pembalakan liar
Ketidakseragam an kebijakan yang dikeluarkan instansi terkait, pemegang HPH, dll.
Kesadaran masyarakat yang rendah akan bahaya dari larangan illegal logging
Non-sinergi antara instrumen daerah, naional, dan internasional
Perlu terlebih dahulu mengentas kemiskinan bagi masyarakat pedalaman hutan agar idak tergulir ke dalam sindikat pembalakan liar dengan cara memberikan sumber alternatif penghasilan
Perbedaan Patokan batasbatas wilayah hutan antara provisni dan di tingkat Pusat
Koordinasi Antar Lembaga
Lainnya
Tidak adanya tim khusus yang lengkap dan berpengaruh -Polisi dengan Dinas Kehutanan buruk
-
- Lembaga peradilan kadang kala menjatuhkan pidana dan denda yang rendah tidak ada efek jera Koordinasi antar lembaga: Ditjen Bea dan Cukai, Dinas Kehutanan, Kepolisian belum solid
-
antara Dephut, Depdagri, dan Pemda dalam hal sinergi seluruh peraturanperaturan terkait perlu ditingkatkan. Sedangkan upaya Deplu untuk menegosiasik an kesepakatan di forum internasional tidak berarti bila dilaksanakan di tingkat nasional tidak tercermin positif (perihal penegakan hukum)
-
-
-
240
Lampiran 11. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden 37
Bentuk Kendala
Instansi/Lembaga
Teknis
Kebijakan
Koordinasi Antar Lembaga
Sosial
Departemen Luar Negeri
38
Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau
39
Ditjen Bea dan Cukai
40
Ditjen Bea dan Cukai
-
-
-
-
Daerah hutan rata-rata di daerah terpencil, sehingga menyulitkan pihak-pihak berwenang untuk memberantas illegal logging dan perlu penyediaan saran/prasarana untuk pihakpihak berwenang
Belum ada kebijakan pemerintah yang memanfaatkan masyarakat sekitar hutan untuk mengelola hutan dan belum adanya lapangan kerja yang cukup di daerah sekitar hutan (terutama di luar Pulau Jawa)
Lapangan kerja di daerah hutan sangat kurang, sehingga masyarakat setermpat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan melakukan illegal logging (pembalakan liar)
Kesamaan treatment/perlak uan atas pelaku illegal logging yang berbeda di lokasi yang berbeda
Kebutuhan ekonomi masyarakat yang masih memungkinkan illegal logging sebagai cara pemenuhan yang termudah
Belum intensifnya koordinasi antar lembaga dalam memberantas illegal logging.Hal ini dapat dibuktikan masih adanya pejabat negara yang seharusnaya mencegah/me mberantas illegal logging, namun ebaliknya pejabat tersebut menjadi tersangka kasus illegal logging Perlu diperjelas mekanisme koordinasi dan tanggung jawab masingmasing lembaga yang terlibat
- Peraturan sudah cukup lengkap yang diperlukan hanya integritas dan komitmen petugas
- Rendahnya pengetahuan penduduk atas pentingnya lingkungan
- Peningkatan penyebaran petugas
Sistem/penentua n kayu yang masuk kategori sebagai hasil illegal logging dan yang legal
- Pendapatan yang kecil
Persepsi yang tidak sama dalam penanganan tindak pidana illegal logging antara penyidik, penuntut umum dan pengadilan
Lainnya Kendala dalam upaya menginternasion alisasi masalah pemberantasan illegal logging, misalnya pihak negara Malaysia yang selalu enggan untuk melaporkan sumber-sumber impor kayunya dari Indonesia -
Dissemninasi kebijakan pemberantasan illegal logging kepada masyarakat masih rendah frekuensi dan belum menyeluruh -
241
Lampiran 11. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden 41
Instansi/Lembaga Departemen Luar Negeri
Bentuk Kendala Teknis
Kebijakan
Sosial
lemahnya penegakan hukum akibat kurangnya kapasitas maupun integritas aparat penegak hukum
Adanya kelebihan kapasitas dari industri pengolahan kayu di Indonesia
- Adanya kebutuhan akan kayu ilegal baik domestik maupun internasional
Aturan hukum `yang belum dapat menjerat para pelaku dan banyak kolusi antara aparat dan pelaku utama bahwa peraturan hukum belum bisa menjerat para pelaku yang melakukan pmbalakan hutan secara liar, sehingga terjadi illegal logging
Dibuat aturan yang khusus untuk illegal logging
42
Kejaksaan Agung RI
43
Kejaksaan Agung RI
44
Kejaksaan Agung RI
Aturan hukum yang jelas dapat menjerat para oknum yang melakukan "pembiaran" terjadinya illegal logging
Dibuat aturan yang khusus mengenai hal tersebut
45
Kejaksaan Agung RI
Adanya aturan khusus
46
Kejaksaan Agung RI
Belum dibuatnya aturan hukum bagi para oknum yang melakukan pembiaran terjadinya illegal logging Masih banyak aturan yang dibuat tumpang tindih dan tidak jelas
Harus dibuat peraturan yang khusus
Dibuat aturan yang jelas dan tegas tidak tumpang tindih antara aturan Pusat dan Daerah
- Perilaku masyarakat sekitar hutan yang diuntungkan oleh illegal logging Belum adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemberantasan illegal logging Dengan adanya para pelaku yang dalam tingkat sosilanya rendah/miskin dimanfaatkan pihak yang mempunyai status ekonominya lebih untuk menebang/mem balak hutan secara liar Adanya pelaku yang tingkat sosialnya rendah, oleh pihak yag mempunyai status ekonomi yang kuat (pengusaha) untuk melakukan penebangan liar Penebangan kayu yang seenaknya tanpa pemikiran akibatnya hanya demi materi Masih banyak masyarakat dan pelaku usaha yang belum mengerti dengan ketentuan peraturan dibidang Kehutanan dan LH
Koordinasi Antar Lembaga
Lainnya
Munculnya ketidakpastian /ketidakjelasa n wewenang dan otoritas dan kekuasaan terkait desentralisasi
Perlu ditingkatkan, jangan sampai ada kebijakan yang bertentangan antara Pusat dan Daerah Diperlukan untuk meningkatkan dari lembaga satu dengan instansi yang lainnya
-
-
Perlu ditingkatkan
-
Masih perlu ditingkatkan
Adanya vonis hakim yang terlalu rencah dalam setiap putusan perkara illegal logging
Perlu ditingkatkan terutama instansi yang mengeluarkan ijin pembukaan lahan untuk usaha, agar disesuaikan dengan kebijakan diatasnya.
-
242
Lampiran 12. Bentuk kelembagaan yang dianggap efektif dalam Pemberantasan Illegal Logging di Indonesia. IDENTITAS RESPONDEN Bentuk Kelembagaan
Nomor Responden
Instansi/Lembaga
1
KEMENKO POLHUKAM
Perlu dibentuk lembaga seperti KPK sehingga benar-benar efektif, atau paling tidak dibentuk pengadilan Ad Hoc untuk kasus Illegal Logging
2
KEMENKO POLHUKAM
Perlu dibentuk badan pengendalian dan pengelolaan hutan nasional
3
POLRI
Tidak perlu tergantung pada manusianya
4
EC-Indonesia Flegt Sp
Lembaga yang ada sudah cukup hanya perannya lebih diperkuat misalnya peningkatan anggaran untuk pengawasan di lapangan
5
EC-Indonesia Flegt Sp
Kelembagaan yang simpel, sederhana tapi efektif dan memahami perspektif pengelolaan sumber daya alam.
6
DEPNAKER TRANS
Untuk ditangani secara sentralisasi di daerah
7
KLH
Kehutanan, kepolisisan, KPK, Kejaksaan, Pengadilan
8
KLH
Departemen yang peduli atas lingkungan hidup dan kesejahteraan sosial
9
KLH
Meningkatkan status BKSDA di daerah menjdai suatu kelembagaan yang mempunyai tugas dan fungsi yang lebih luas lagi
10
KNLH
Dewan koordinasi pemberantasan kasus illegal logging
11
DEPHUT
Optimalkan lembaga yang sudah ada dan peningkatan koordinasi antar lembaga
12
DEPHUT
Badan Pengendali Pembinaan dan Penegakan/pemberantasan pembalakan liar
13
Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan
Perlu segera dibentuk lembaga kesatuan pemangkuan hutan pada tiap kawasan hutan sehingga setiap jengkal kawasan hutan jelas pengelolaannya
14
Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT
Dengan pembentukan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) untuk setiap fungsi kawasan hutan (produksi, lindung, dan konservasi) diharapkan pengelolaan hutan dapat lebih efektif, karena seluruh kawasan hutan akan terbagi dalam satuan hak yang jelas penanggungjawabnya
15
KKI WARSI
Adanya kelembagaan yang beranggotakan multi pihak
16
Swasta
17
FAK. Pertanian Universitas Jambi
Bentuk kelembagaan yang melibatkan multistakeholder terutama masyarakat di sekitar kawasan hutan. Banyak penelitian membuktikan bahwa hanya masyarakat yang mampu menjaga kelestarian sumber daya hutan
18
Lembaga Adat Jambi
Yaitu aparat penegak hukum karena lembaga ini yang membuat efek jera untuk tidak membuat perbuatan yang sama di samping tidak melepaskan aturan-aturan adat setempat
19
Tokoh masyarakat
Dinas kepolisian dan kehutanan
20
POLRI
Dibentuk satgas yang terdiri dari berbagai unsur antara lain : TNI, POLRi, kejaksaan, PEMDA Tk I dan II, tokoh masyarakat, LSM sehingga dari berbagai segi sudah terlibat, hal ini akan berdampak adanya ketegasan dan kemampuan dari berbagai sumber ilmu sehingga kendala-kendala akan dapat diatasi masih pada saat tindakan di lapangan
21
POLRI
-
22
PT. Surveyor Indonesia
Tidak perlu dibentuk lembaga untuk pemberantasan illegal logging ini, sudah cukup "KUHP" asal dilaksanakan secara benar, tegas dan tidak ada diskriminasi
243
Lampiran 12. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden
Bentuk Kelembagaan Instansi/Lembaga
23
Departemen Perindustrian
Kelembagaan terdiri dari organisasi dan aturan: 1) Dibuat organisasi dengan struktur matrik, dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan dalam menangani pemberantasan illegal logging dengan kewenangan yang jelas dan tegas, daan didukung oleh staf yang profesional. Disamping itu juga, SOP perlu didukung oleh mekanisme dan koordinasi yang disepakati oleh seluruh masyarakat serta dijalanakan secara berkesinambungan 2) Dibuat aturan (atau PP) dengan sangsi yang lebih teas dan jelas terhadap perlaku illegal logging
24
Departemen Perindustrian
Sektor yang terkait (Angkatan Darat, Laut dan Kepolisian) harus menjadi satu barisan dalam "illegal logging watch" masyarakat harus berperan aktif dalam wadah kelembagaan yang sama
25
Pengadilan Negeri Kuala Kapuas
Dibuat seperti lembaga KPK terutama masalah dana
26
Departemen Perdagangan
Adanya suatu lembaga/badan yang dibentuk dari instansi-instansi yang terkait baik di tingkat Pusat, Pemda Provinsi, Pemda Kabupaten/Kota yang bertugas : 1. Menata perhutanan di daerah masing-masing; 2. Memberikan informasi kepada masyarakat secara luas.
27
Seperti kerja Manajemen Administrasi KPK perlu ditiru dan didukung Kapolri, Kepala Intelijen dan Sekretariat Negara serta Departemen Keuangan untuk kembali 15 tahun ke belakang diperiksa kembali, baik pelaku di luar negeri dan dalam negeri
28
Departemen Kehutanan
Hendaknya Deplu aktif menyuarakan di forum internasionl kalau Indonesia sudah siap dengan program pengurangan gas Karbon dengan penanaman pohon-pohon yang didanai baik secara voluntary maupun secara Kyoto Protocol
29
Menko Perekonomian
Kerjasama terintegrasi: 1. Kelembagaan Masyarakat; 2. Membentuk program Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH)
30
Departemen Kehutanan
1. Lembaga /kelompok masyarakat di daerah dekat kawasan hutan 2. Adanya istilah hutan industri, hutan lindung, hutan konservasi yang perlu mempunyai batas-batas alam hutan yang jelas
31
Bea Cukai
Buat special task force,misal: Komisi Pemberantasan Illegal Logging, yang permanen bukan ad hoc
32
Ditjen Bea dan Cukai
Harus dibentuk suatu lembaga yang lembaga yang berdiri sendiri atau gabungan dari beberapa instansi pemerintah dan masyarakat yang mempunyai kewenangan mulai dari pengaturan, pengawasan, penindakan sampai penyelesaian sampai tuntas habis secara hukum
33
Ditjen Bea dan Cukai
Tim khusus yang beranggotakan semua pemangku kepentingan dan mempunyai kemauan serta mempunyai pengaruh di instansinya yang langsung ditempatkan dibawah Presiden RI
34
Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu
Sudah cukup seperti ini tidak perlu lembaga khusus. Asalkan setiap instansi melakukan tugas dan fungsi dengan benar dan memberikan sanksi maksimal apabila ada pelanggaran
35
Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau
Tim terpdu pemberantasan illegal logging yang terdiri dari instansi terkait (Dinas Kehutanan, Ditjen Bea dan Cukai. POLRI, AL, AD, dll.)
36
Departemen Luar Negeri
Efektifitas dapat tercapai bukan dengan pembentukan lembaga baru, tapi dengan peningkatan koordinasi antar departemen, agar memiliki visi yang sama dan mengesampingkan kepentingan-kepentingan sektoral. Kunci dari perumusan peraturan yang efektif selain dikoordinasi antar instansi pemerintah juga terletak pada DPR-RI dan DPRD yang sudah terbukti (dari kasus-kasus) berkepentingan untuk tidak meng-"goal"-kan peraturan efektif, karena beberapa kepentingan dari anggotanya yang terlibat dalam sindikat pembalakan liar
244
Lampiran 12. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden
Bentuk Kelembagaan Instansi/Lembaga
37
Departemen Luar Negeri
Mungkin semacam komisi khusus pemberantasan illegal logging yang memiliki otoritas penuh dalam menyidik kasus-kasus illegal logging
38
Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau
Perlu dibuat yang khusus menangani hal pemberantasan illegal logging yang beranggotakan: Departemen Kehutanan, POLRI, TNI, Bea Cukai, Kejaksaan, dan masyarakat. Tim Tastipikor, misalnya.
39
Ditjen Bea dan Cukai
Departemen kehutanan, yang ditingkatkan segala kemampuan (kualitas) maupun kuantitas, dalam hal SDM, legalitas sarana prasarana maupun persebarannya di seluruh pelosok wilayah Republik Indonesia
40
Ditjen Bea dan Cukai
Peningkatan kemampuan atas lembaga yang sudah ada terutama Departemen Kehutanan, Kepolisian, Bea dan cukai, Kejaksaaan dan Pengadilan
41
Departemen Luar Negeri
Format kelembagaan bisa disesuaikan, namun yang lebih esensial adalah bahwa lembaga tersebut: 1) Memiliki unsur personil yang berkomitmen dan berintegritas tinggi dalam memberantas illegal logging; 2) Otoritas lembaga tersebut harus sangat besar dan bila perlu dapat diatur dengan undangundang; 3) Harus benar-benar independen dan sama sekali tidak memiliki "vested interest" baik secara kelembagaan maupun personil dengan permasalahan illegal logging
42
Kejaksaan Agung RI
Dibentuk tim khusus antara aparat penegak hukum dan Pemda setempat serta KLH dan Kehutanan
43
Kejaksaan Agung RI
Dibentuk adanya satu tim yang terdiri dari gabungan penegak hukum, yaitu: Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan untuk menangani perkara illegal logging
44
Kejaksaan Agung RI
Ada satu tim yang terdiri dari gabungan penegak hukum dan departemen teknis yang menangani kasus illegal logging
45
Kejaksaan Agung RI
Dibentuknya tim gabungan/terpadu antara aparat terkait (Kepolisian, Kejaksaan, KLH, LSM, Masyarakat, Dephut dan Pengadilan) dalam hal penggunaan dan pemberantasan pelaku illegal logging
46
Kejaksaan Agung RI
Ada lembaga khusus yang menangani illegal logging, yaitu antara aparat penegak hukum, Kehutanan, dan lingkunagan dan Pemerintah Daerah setempat
245
Lampiran 13. Apakah Pemerintah Perlu Mengeluarkan Kebijakan yang Bersifat Insentif atau Disinsentif untuk Mendorong Kesadaran Semua Pihak dalam Memberantas Praktek Illegal Logging di Indonesia? IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden
Instansi/Lembaga
Kebijakan Insentif dalam Pengendalian Lingkungan di KPB Batam
Kebijakan Disnsentif dalam Pengendalian Lingkungan di KPB Batam
1
KEMENKO POLHUKAM
Reward bagi aparat yang berhasil mengungkap dan menuntaskan kasus illegal logging sesuai harapan masyarakat berupa presentase dari nilai uang yang dapat diselamatkan
tindakan hukum yang tegas dan keras bagi aparat yang terlibat dengan kegiatan illegal logging
2
KEMENKO POLHUKAM
Pengembangan social forestry
Pencabutan izin sementara atau permanen bagi HPH
3
POLRI
Khusus untuk lelang kayu POLRi sudah ada insentif (yang berjasa)
Tidak perlu
Sudah cukup
Cabut izin terbang, sanksi berat buat illegal loggers, diskriminasi pasar terhadap pemilik kayu
4
EC-Indonesia Flegt Sp
Reward bagi penegak hukum, reward bagi pelaksanan ilegal logging, anggaran pengawasan ditingkatkan
Pelaku (cukong) illegal logging berkeliaran
5
EC-Indonesia Flegt Sp
Kenaikan pangkat bagi pemberantas
kasus kecil disidang, kasus besar tidak disidang
Peningkatan satuan pengaman Melibatkan masyarakat lokal dalam pemberantasan illegal logging 6
DEPNAKER TRANS
Kalau perlu ya, harus diberikan insentif
Harus diberikan hukuman jika melanggar
Atau yang mencegah dapat bagian 7
KLH
Diberi hadiah bagi aparat yang berhasil memecahkan kasus
Diberi sarana dan prasarana yang memadai
8
KLH
Diberi tunjangan yang cukup
Pengawasan yang ketat terhadap aparat
tidak
9
KLH
Kebijakan hilir bayar hulu
tidak
10
KNLH
Perlu, bagi masyarakat yang melakukan pengawasan terhadap adanya kegiatan illegal logging perlu melaporkan kepada pemerintah dan pemerintah berkewajiban untuk memberikan bantuan teknis
11
DEPHUT
Reward dan perlindungan terhadap saksi/pelapor
Sanksi yang tegas pada pelakum oknum aparat
Insentif terhadap penegak hukum ilegal logging Reward unit kerja yang berhasil 12
DEPHUT
13
Direktorat Penyidikan dan Perlindungan Hutan
14
Direktorat PPH, Ditjen PHKA, DEPHUT
Pengaturan hasil lelang perlu ditetapkan yang jelas dalam PP (siapa, berapa, dan bagaimana)
Penerapan sanksi yang tegas terhadap oknum yang terbukti melanggar aturan dan kolusi dengan pihak tersangka
246
Lampiran 13. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden 15
Kebijakan Insentif dalam Pengendalian Lingkungan di KPB Batam
Instansi/Lembaga KKI WARSI
Kebijakan Disnsentif dalam Pengendalian Lingkungan di KPB Batam
Pemberian penghargaan kepada pihak-pihak yang sungguh-sungguh memberantas illegal logging
Kab yang peduli dengan illegal logging diberi pengurangan DAK DR
Diberikan DAK dari dari yang lebih kepada daerah yang konsisten memberantas Illegal Logging
Pejabat/ aparat yang terlibat dipecat
16
Swasta
17
FAK. Pertanian Universitas Jambi
18
Lembaga Adat Jambi
19
Tokoh masyarakat
20
POLRI
21
POLRI
Tidak perlu
Tidak perlu
22
PT. Surveyor Indonesia
-
-
23
Departemen Perindustrian
-
Illegal Logging sesuatu yang salah dan kewajiban seluruh masyarakat untuk memeberantas, sehingga tidak perlu insentif
1. Insentive bagi penanaman (reboisasi)
1. Yang melanggar diberikan sanksi bayar yang tinggi
2. Tax holiday bagi industri yang reboisasi
2. Pelaku industri berbahan baku kayu yang melanggar aturan harus dikenakan “punishment” yang tinggi
3. Pemerintah ambil alih sebagian penguasaan HPH
3. Pemakaian kayu yang berlebih dikenakan sanksi yang berat
24
4. Industri pengguna kayu diberi alternatif untuk menggunakan bahan lainnya, seperti plastik, aluminium, dll. 25
Pengadilan Negeri Kuala Kapuas
Perlu diberikan Insentif
Perlu juga diberikan Disinsentif
Peningkatan SDM, sarana dan prasarana, culture/budaya masyarakat Peningkatan Penegakan Hukum 26
27
Departemen Perdagangan
Untuk masyarakat yang berhasil menangkap illegal logging, maka diberikan jaminan pada keluarganya beberapa fasilitas usaha dan pendidikan untuk anak-anaknya
Diberikan sanksi yang berat kepada para masyarakat yang membantu pengrusakan hutan. Sama halnya mereka yang dulu menikmati hasil hutan, maka sekara mereka wajib membayar melalui pajak yang besar untuk rumahrumah mereka
Kembali kepada UU Tata Ruang No. 26 Tahun 2007 bulan Maret yang mengatur Tata Ruang Nusantara supaya sebanding 40:60. 40% untuk kepentingan alam semesta dan 60% untuk penduduk. Tentunya supaya mendukung program ini diberikan insentif berupa kemerdekaan PBB, dll.
Dibidang disinsentif melakukan pembebanan pajak untuk lahan yang tidak efektif dan lahan subur pemerintah berhak untuk menanami kembali agar memenuhi pemiliknya kena UU Lahan Abadi Pertanian
247
Lampiran 13. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden
Instansi/Lembaga
Kebijakan Insentif dalam Pengendalian Lingkungan di KPB Batam
Kebijakan Disnsentif dalam Pengendalian Lingkungan di KPB Batam
28
Departemen Kehutanan
Memberikan lahan untuk dihijaukan melalui penanaman pohon hingga 1020 tahun dan masyarakat mendapat perpaikan konomi melalui dana rehabilitasi hutan melalui perjanjian internasional
Tidak akan dilakukan penjaminan akan tetapi akan terisolir kampungnya karena dianggap sebagai masyarakat perusak hutan
29
Menko Perekonomian
Dibutuhkan instrumen fiskal berupa: subsidi, keringanan/pembebasan pajak, bantuan modal usaha/fasilitas kredit, jaminan (asuransi) harga, pengadaan input/output/pendapatan
Dibutuhkan instrumen fiskal: Pajak Progresif, denda, tarif
Insentif untuk Pemda: a. DAK; b. Program Strategis Nasional (sarana, prasarana) dll. 30
Departemen Kehutanan
Memberikan bibit tanaman kepada masyarakat dan uang sekolah anakanaknya disubsidi
Membayar kewajiban yang tinggi untuk kesalahannya
31
Bea Cukai
Yang menangkap illegal logging, diberikan insetif ¾ dari nilai lelang barang tersebut
Setiap pelaku illegal logging diproses sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku
32
Ditjen Bea dan Cukai
Perlu kebijakan insentif untuk mendorong pengawasan secara terus menerus dan berkesinambungan
Perlu dalam hal masalah aturan main dan ketentuan yang jelas dan tegas secara hukum
33
Ditjen Bea dan Cukai
Pengurangan biaya-biaya yang dibebankan kepada pengusaha HPH
- Denda yang sebesar-besarnya
34
Ditjen Bea dan Cukai, Depkeu
Memberi rewardi terhadap penegak hukum untuk kasus illegal loggig
- Hukuman yang seberat-beratnya - Membuat peraturan dengan sanksi yang tegas dan keras (tidak karet/fleksibel) - Mencabut peraturan yang tidak sejalan dengan asas pemberantasan illegal logging termasuk peraturan daerah yang bertentangan 35
Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Khusus Kepulauan Riau
- Pemberian insentif terhadap pemegang HPH
Penyadaran kepada masyarakat di lingkungan hutan/pelaku penebangan liar
- Pemberian insentif kepada masyarakat - Regulasi pengelolaan hutan - Reward kepaa penegak hukum 36
Departemen Luar Negeri
Keringanan pembayaran pajak
- Pencabutan izin seterusnya - Denda nilai besar - Bila terkait dengan tindakan kriinal lainnya, seperti money loundry, maka hukuman penjara
248
Lampiran 13. (Lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden 37
Instansi/Lembaga Departemen Luar Negeri
Kebijakan Insentif dalam Pengendalian Lingkungan di KPB Batam Pemberian "Reward" bagi masyarakat yang melaporkan adanya kegiatan illegal logging
Kebijakan Disnsentif dalam Pengendalian Lingkungan di KPB Batam - Pemberian hukuman yang setinggitingginya untuk para pelaku illegal logging - Penuruna pangkat/habatan bagi oknum yang terbukti terlibat dalam illegal logging - Pencabutan izin dan tuntutan pidana bagi pengusaha yang terlibat illegal logging
38
Kanwil Ditjen Bea Cukai Kepulauan Riau
39
Ditjen Bea dan Cukai
40
Pemberian premi atas hasil tangkapan
41
Departemen Luar Negeri
- Perlu diberikan insentif berupa uang ganjaran dari persentase uang hasil lelang kayu tangkapa kepada pihak penangkap, penyidik, kejaksaan, pengadilan, dan informan
- Menurunkan pajak ekspor bagi perusahaan yang dapat membuktikan kayunya adalah legal
Perlu peningkatan kadar hukuman untuk kejahatan illegal logging agar timbul efek jera
- Mendorong pemberian kemudahan kredit modal usaha bagi penduduk di sekitar hutan yang terbukti lestari 42
Kejaksaan Agung RI
Memberikan modal bagi masyarakat yang melaporkan adanya illegal logging, aparat penegak hukum yang berhasil menindak
43
Kejaksaan Agung RI
Memberikan penghargaan bagi pihak yang melaporkan adanya praktek illegal logging dan memberikan biaya opreasional untuk meningkatkan kinerja para penegak hukum
44
Kejaksaan Agung RI
Memberikan hadiah terhadap pihak yng melaporkan adanya praktek illegal logging
45
Kejaksaan Agung RI
Memberikan penghargaan bagi semua pihak dan membantu penyediaan dana operasional agar dapat terlaksana dengan baik dan lancar, sehingga diperoleh hasil yang memuaskan
Mencegah terjadinya kolusi dari masyarakatnya dan tingkat daerah setempat
46
Kejaksaan Agung RI
- Memberikan reward bagi Pemerintah Daerah yang berhasil mencegah adanya illegal logging hutan karena adanya kerjasama antara parat Pemda dan Pelaku Usaha dalam pemberian ijin membuka lahan dan masyarakat yang melaporkan
Penegakan hukum yang benar-benar dilaksanakan secara baik sesuai perundang-undangan yang berlaku
249
Hasil Quisioner Analitical Hierarchy Process (AHP) Kebijakan Pemberantasan Illegal Logging untuk Perlindungan Sumberdaya Hutan di Indonesia Lampiran 14. Data Responden Perbandingan Tingkat Kepentingan Antar Faktor Terhadap Fokus Kebijakan Pemberantasan Illegal Logging untuk Perlindungan Sumberdaya Hutan di Indonesia. RESPONDEN
F AKT OR
Rata-rata Geo m etris
12
13
15
16
29
30
32
33
39
40
Pen eg akan Hu ku m - Eko n o m i Rakyat Pen eg akan Hu ku m - Sistem Pen g elo laan Hu tan
1 1 1
2 3 3
3 5 5
4 5 3
5 3 1
6 7 1
7 3 1
8 1 1
9 1 1
10 1 1
11 1 1
5 7
7 1
14 3 3
3 3
3 3
17 3 7
18 3 3
19 3 3
20 3 3
21 1 1
22 9 9
23
24
25 3 3
26 7 7
27 9 7
28
7 9
7 7
31 9 1
1 1
7 5
34 7 1
35 7 5
36 3 7
37 1 1
38 3 1
7 5
1 5
41
42 1 1
43 1 1
44 1 1
45 1 1
46 1 1
3 2
Pen eg akan Hu ku m - Pen d ap atan Nasio n al d an Daerah Eko n o m i Rakyat - Sistem Pen g elo laan Hu tan
1 1
7 3
3 1
1 1
5 1
1 1
3 1
1 1
1 3
1 3
3 1
3 3
7 1
5 1
5 1
3 3
5 1
3 3
5 1
3 3
1 1
9 1
3 3
7 5
8 7
8 3
9 7
7 1
3 1
3 3
7 4
7 3
7 7
7 1
1 1
7 3
3 7
2 5
1 1
2 5
1 1
1 5
3 2
Eko n o m i Rakyat - Pen d ap atan Nasio n al d an Daerah Sistem Pen g elo laan Hu tan - Pen d ap atan Nasio n al d an Daerah
1 1
7 7
1 1
3 1
7 5
1 1
1 1
1 3
5 5
5 1
3 3
1 3
1 3
1 1
1 3
3 3
7 1
5 3
1 5
5 3
3 3
1 7
1 1
5 7
8 9
6 7
9 5
1 7
3 5
5 1
1 7
1 3
7 5
5 5
3 1
3 7
5 3
9 7
1 1
9 7
1 1
9 1
3 3
250
Lampiran 15. Hasil Pengolahan HIPRE 3+ Perbandingan Tingkat Kepentingan Antar Faktor terhadap Fokus Kebijakan Pemberantasan Illegal Logging untuk Perlindungan Sumberdaya Hutan di Indonesia Penegakan Hukum
Ekonomi Rakyat
Sistem Pengelolaan Hutan
Pendapatan Nasional dan Daerah
3
2
3
2
3 3
Penegakan Hukum Ekonomi Rakyat Sistem Pengelolaan Hutan Pendapatan Nasional dan Daerah
BOBOT
Faktor Penegakan Hukum Ekonomi Rakyat Sistem Pengelolaan Hutan Pendapatan Nasional dan Daerah
0.500 0.450 0.400 0.350 0.300 0.250 0.200 0.150 0.100 0.050 0.000
Bobot 0.451 0.257 0.198 0.093
CR = 0,079
0.451
0.257 0.198 0.093
Penegakan Hukum
Ekonomi Rakyat
Sistem Pengelolaan Hutan FAKTOR
Pendapatan Nasional dan Daerah
251
Lampiran 16. Data Responden Perbandingan Tingkat Kepentingan Antar Aktor dalam Mempengaruhi Faktor Penegakan Hukum AKTOR Pemerintah - Pemerintah Daerah Pemerintah - Aparat Penegak Hukum Pemerintah - Masyarakat Pemerintah - LSM Pemerintah Daerah - Aparat Penegak Hukum Pemerintah Daerah - Masyarakat Pemerintah Daerah - LSM Aparat Penegak Hukum - Masyarakat Aparat Penegak Hukum - LSM Masyarakat - LSM
1 5 5 1 7 5 5 7 5 7 1
2 7 1 1 9 1 7 7 9 9 9
3 4 5 6 7 1 1 1 1 1 1 5 1 1 3 7 3 1 1 3 7 5 1 1 3 1 5 1 1 3 7 3 1 1 3 7 5 1 1 3 7 5 1 1 9 7 3 1 1 7 3 5 1 1 5
8 1 3 3 3 3 3 3 9 7 5
RESPONDEN 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 1 1 1 1 1 7 3 1 1 1 3 1 1 3 3 1 9 8 9 9 1 1 3 7 7 3 3 3 9 5 2 2 1 1 7 2 1 1 7 1 1 1 3 9 3 1 8 9 7 7 1 1 3 1 7 3 1 1 9 7 1 1 1 5 1 5 5 1 3 9 5 9 3 7 3 7 9 7 8 8 1 3 1 1 5 1 3 7 9 3 1 1 1 5 1 6 5 1 3 9 5 9 2 7 3 3 6 6 5 5 1 5 1 1 9 1 1 1 9 2 1 1 1 1 1 2 1 1 7 1 1 1 1 9 3 1 7 8 7 1 1 1 1 5 1 1 3 5 7 1 1 1 5 1 5 3 1 3 5 1 5 1 7 3 7 8 9 5 9 1 3 1 3 5 1 3 3 5 7 1 1 1 5 1 6 3 1 3 5 3 5 2 7 3 3 7 7 3 6 1 5 1 3 7 1 1 3 5 5 3 3 1 3 1 7 9 3 7 3 9 3 1 9 3 9 7 7 7 7 9 5 1 1 7 9 1 3 1 1 7 7 1 3 1 7 9 1 7 7 9 7 2 9 3 7 8 5 3 9 9 7 1 1 7 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 2 1 2 2 3 1 1 7 8 4 6 1 1 1 2 3 7 1 9 3
42 1 7 3 5 9 5 3 7 9 1
Rata-rata 43 44 45 46 Geometris 1 1 1 1 2 1 3 1 1 2 1 2 1 1 3 3 1 1 1 1 1 3 7 2 3 1 2 9 1 2 1 3 1 2 5 9 4 1 2 1 5 3 1 8 1 2
252
Lampiran 17. Hasil Pengolahan HIPRE 3+ Perbandingan Tingkat Kepentingan Antar Aktor dalam Mempengaruhi Faktor Penegakan Hukum Pemerintah Daerah
Pemerintah
2
Pemerintah Pemerintah Daerah Aparat Penegak Hukum Masyarakat LSM Aktor Pemerintah Pemerintah Daerah Aparat Penegak Hukum Masyarakat LSM
0.4 0.35
Masyarakat
LSM
3 3
3 3
4
3 2
Bobot 0.347 0.264 0.216 0.096 0.076
CR = 0,056
0.347 0.264
0.3
BOBOT
Aparat Penegak Hukum 2 2
0.216
0.25 0.2 0.15
0.096
0.1
0.076
0.05 0
Pemerintah
Pemerintah Daerah
Aparat Penegak Hukum
AKTOR
Masyarakat
LSM
253
Lampiran 18. Data Responden Perbandingan Tingkat Kepentingan Antar Aktor dalam Mempengaruhi Faktor Ekonomi Masyarakat AKTOR Pemerintah - Pemerintah Daerah Pemerintah - Aparat Penegak Hukum Pemerintah - Masyarakat Pemerintah - LSM Pemerintah Daerah - Aparat Penegak Hukum Pemerintah Daerah - Masyarakat Pemerintah Daerah - LSM Aparat Penegak Hukum - Masyarakat Aparat Penegak Hukum - LSM Masyarakat - LSM
1 5 5 5 5 5 5 3 5 3 3
2 9 9 3 9 9 9 9 3 9 3
3 1 3 1 5 3 1 5 1 3 1
4 5 3 7 1 1 5 3 5 5 7
5 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1
RESPONDEN 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 1 3 3 1 1 2 1 3 2 3 1 1 1 3 1 1 3 3 1 8 7 9 7 1 1 3 1 1 7 3 3 9 3 1 3 3 1 1 1 1 1 5 1 1 7 1 1 1 3 3 1 3 8 9 7 9 9 5 3 3 3 7 1 1 9 3 1 3 3 1 1 2 3 3 1 5 1 1 5 5 5 5 7 3 1 8 8 8 8 9 3 1 5 1 7 1 3 9 1 1 3 3 1 1 2 5 1 2 5 1 5 5 5 5 2 7 3 2 4 5 5 5 9 1 1 5 5 7 1 1 9 1 1 3 3 1 1 3 1 1 4 1 1 7 1 1 1 3 3 3 3 7 8 9 7 9 5 1 5 1 3 1 3 9 3 1 3 3 1 1 1 1 2 4 3 1 1 3 3 3 5 7 1 7 7 8 8 9 3 1 5 1 5 1 1 9 1 1 3 3 1 1 1 5 1 3 3 1 5 3 1 3 4 7 2 3 7 7 7 3 1 7 3 9 1 3 9 1 1 3 3 1 1 2 5 1 2 5 3 5 5 5 5 3 3 3 1 6 7 4 7 1 5 1 3 3 1 3 3 3 3 1 3 3 1 1 1 5 1 2 5 3 1 5 5 5 6 3 1 1 5 7 3 8 1 5 1 2 3 7 1 1 3 3 1 3 3 1 1 3 5 1 1 1 1 1 1 3 1 8 1 1 2 8 5 6 1 1 1 3 3 9 1 1 3 5
Rata-rata 42 43 44 45 46 Geometris 1 9 1 9 9 2 3 1 1 1 1 2 5 7 2 7 7 3 2 1 1 1 1 1 1 1 3 9 3 2 3 1 7 4 4 5 1 1 5 2 1 3 7 7 2 2 5 3 1 1 7 1 3 2 1 1 7 1 2
254
Lampiran 19. Hasil Pengolahan HIPRE 3+ Perbandingan Tingkat Kepentingan Antar Aktor dalam Mempengaruhi Faktor Ekonomi Masyarakat Pemerintah Daerah
Pemerintah
2
Pemerintah Pemerintah Daerah Aparat Penegak Hukum Masyarakat LSM Aktor Pemerintah Pemerintah Daerah Aparat Penegak Hukum Masyarakat LSM
0.4 0.35
Masyarakat
LSM
3 3
2 3
3
2 2
Bobot 0.336 0.271 0.191 0.107 0.075
CR = 0,060
0.336 0.271
0.3
BOBOT
Aparat Penegak Hukum 2 2
0.25
0.191
0.2 0.15
0.107
0.1
0.075
0.05 0
Pemerintah
Pemerintah Daerah
Aparat Penegak Hukum
AKTOR
Masyarakat
LSM
255
Lampiran 20. Data Responden Perbandingan Tingkat Kepentingan Antar Aktor dalam Mempengaruhi Faktor Sistem Pengelolaan Hutan AKTOR Pemerintah - Pemerintah Daerah Pemerintah - Aparat Penegak Hukum Pemerintah - Masyarakat Pemerintah - LSM Pemerintah Daerah - Aparat Penegak Hukum Pemerintah Daerah - Masyarakat Pemerintah Daerah - LSM Aparat Penegak Hukum - Masyarakat Aparat Penegak Hukum - LSM Masyarakat - LSM
1 1 1 3 3 1 3 3 1 3 3
2 9 9 9 9 9 9 9 9 9 3
3 1 3 5 5 3 5 5 3 3 1
4 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
RESPONDEN 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 1 1 1 1 1 7 1 1 4 3 1 1 1 3 1 1 1 1 1 7 9 9 8 1 1 3 3 1 3 1 1 9 3 1 3 3 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 3 3 9 8 8 7 9 9 7 5 5 1 3 5 1 9 3 1 3 3 1 1 7 1 1 3 5 1 1 5 5 5 1 1 1 1 6 7 8 7 7 3 7 7 1 7 1 3 9 1 1 3 3 1 1 2 5 1 5 5 1 1 5 5 5 1 1 1 1 5 6 8 8 1 5 9 5 1 9 1 1 9 1 1 3 3 1 1 2 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 3 9 7 7 7 7 9 7 3 1 1 1 5 3 3 3 1 3 3 1 1 1 1 3 3 3 3 1 3 3 3 1 1 1 1 7 7 8 8 7 3 5 1 1 7 5 3 3 1 1 3 3 1 1 1 5 3 3 3 3 1 1 3 1 1 1 1 4 7 7 6 1 5 7 3 1 9 1 3 3 1 1 5 5 1 1 7 5 1 4 3 3 3 1 3 1 1 3 3 1 8 7 8 8 9 7 3 2 1 5 1 7 3 3 1 5 5 1 1 7 5 1 2 5 3 3 3 5 3 1 3 3 1 2 5 5 4 9 7 5 2 1 9 1 1 3 5 1 3 3 1 1 1 5 3 2 1 1 1 1 1 1 3 1 3 1 3 6 8 7 1 3 3 2 1 9 1 3 1
Rata-rata 42 43 44 45 46 Geometris 1 9 2 9 9 2 1 1 1 1 1 2 7 9 3 9 9 3 2 9 1 7 1 1 7 1 9 1 2 3 9 5 8 9 3 1 2 1 2 1 9 5 5 1 3 3 1 1 4 1 3 1 9 9 9 2
256
Lampiran 21. Hasil Pengolahan HIPRE 3+ Perbandingan Tingkat Kepentingan Antar Aktor dalam Mempengaruhi Faktor Pengelolaan Hutan Pemerintah
Pemerintah Daerah 2
Pemerintah Pemerintah Daerah Aparat Penegak Hukum Masyarakat LSM
BOBOT
Aktor Pemerintah Pemerintah Daerah Aparat Penegak Hukum Masyarakat LSM
0.400 0.350 0.300 0.250 0.200 0.150 0.100 0.050 0.000
Aparat Penegak Hukum 2 2
Masyarakat
LSM
3 3
2 2
3
3 2
Bobot 0.334 0.254 0.209 0.106 0.096
CR = 0,070
0.334 0.254 0.209
Pemerintah
Pemerintah Daerah
Aparat Penegak Hukum
AKTOR
0.106
0.096
Masyarakat
LSM
257
Lampiran 22. Data Responden Perbandingan Tingkat Kepentingan Antar Aktor dalam Mempengaruhi Faktor Sumber Pendapatan Nasional dan Daerah AKTOR Pemerintah - Pemerintah Daerah Pemerintah - Aparat Penegak Hukum Pemerintah - Masyarakat Pemerintah - LSM Pemerintah Daerah - Aparat Penegak Hukum Pemerintah Daerah - Masyarakat Pemerintah Daerah - LSM Aparat Penegak Hukum - Masyarakat Aparat Penegak Hukum - LSM Masyarakat - LSM
1 7 5 7 5 7 7 5 1 5 1
2 3 4 5 3 1 1 5 9 3 5 1 9 5 1 1 9 7 5 1 9 3 5 3 9 5 1 3 9 7 5 3 3 3 5 3 9 3 5 1 3 3 5 1
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7 3 3 1 1 3 1 3 3 1 1
8 3 3 1 1 3 1 3 3 1 1
RESPONDEN 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 1 1 2 1 1 3 1 1 1 1 3 1 3 1 3 1 7 9 9 9 1 1 1 1 1 1 1 1 9 3 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 3 7 3 7 8 8 8 8 1 5 3 3 3 3 7 1 9 3 1 1 1 1 1 2 1 1 7 5 1 1 5 7 1 1 4 7 7 7 1 3 5 5 5 7 5 7 9 1 1 1 1 5 1 4 1 1 7 5 1 5 9 7 3 7 7 5 1 5 1 5 7 7 3 9 3 1 9 3 1 1 1 1 3 3 1 1 1 3 1 1 3 7 9 7 7 6 7 1 5 1 3 5 1 7 3 9 3 1 1 1 1 3 2 1 1 7 3 3 3 5 7 3 1 5 8 8 8 1 3 3 3 3 7 5 3 9 1 1 1 1 5 2 4 1 1 7 3 1 3 7 7 3 1 6 6 5 4 1 5 5 7 1 9 3 1 9 3 1 1 7 5 1 6 1 1 7 1 1 1 1 1 3 7 7 9 9 1 3 1 4 1 7 1 3 3 3 1 1 7 5 1 4 1 1 7 1 1 1 1 1 3 3 5 8 5 6 1 1 3 5 3 9 1 1 3 5 1 1 1 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 6 7 3 8 1 3 1 3 3 3 1 1 5 1
Rata-rata 42 43 44 45 46 Geometris 1 9 2 9 9 2 1 1 5 1 1 2 7 9 4 9 9 3 3 9 1 3 1 1 9 1 2 4 5 3 3 1 9 1 9 2 5 1 4 1 7 3 7 1 7 9 3 3 1 1 9 2 5 2 6 5 4 1 2
258
Lampiran 23. Hasil Pengolahan HIPRE 3+ Perbandingan Tingkat Kepentingan Antar Aktor dalam Mempengaruhi Faktor Sumber Pendapatan Nasional dan Daerah Pemerintah Daerah
Pemerintah
2
Pemerintah Pemerintah Daerah Aparat Penegak Hukum Masyarakat LSM Aktor Pemerintah Pemerintah Daerah Aparat Penegak Hukum Masyarakat LSM
0.4
Masyarakat
LSM
3 3
3 3
3
2 2
Bobot 0.348 0.293 0.174 0.102 0.082
CR = 0,060
0.348
0.35 BOBOT
Aparat Penegak Hukum 2 3
0.293
0.3 0.25
0.174
0.2 0.15
0.102
0.1 0.05
0.082
0
Pemerintah
Pemerintah Daerah
Aparat Penegak Hukum
AKTOR
Masyarakat
LSM
259
Lampiran 24. Data Responden Perbandingan Tingkat Kepentingan Antar Tujuan Bagi Pemerintah dalam Kebijakan Pemberantasan Illegal Logging untuk Perlindungan Sumberdaya Hutan di Indonesia RESPONDEN TUJUAN
Pemulihan Ekosistem - Peningkatan Nilai Ekonomi Hutan Pemulihan Ekosistem - Peningkatan Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekonomi Peningkatan Nilai Ekonomi Hutan - Peningkatan Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekonomi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15 16
17
18
19
20
21 22
1
9
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
4
1
1
1
1
1
1
1
1
9
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
1
9
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
1
1
1
23
24 25
26
27
28
29
30
31
32 33
34
35
36
37
38
39
40
7
3
1
7
8
9
7
9
5
3
4
2
3
1
1
9
1
7
1
1
7
7
8
8
9
3
3
2
4
7
1
3
5
1
1
7
7
6
7
8
1
3
3
1
6
1
1
3
41
Rata-rata Geometris
42
43
44
45
46
3
1
1
4
1
1
2
9
3
7
7
7
1
1
2
7
1
9
9
5
3
1
2
260
Lampiran 25. Hasil Pengolahan HIPRE 3+ Perbandingan Tingkat Kepentingan Antar Tujuan Bagi Pemerintah dalam Kebijakan Pemberantasan Illegal Logging untuk Perlindungan Sumberdaya Hutan di Indonesia
Peningkatan Ekosistem
Pemulihan Ekosistem
Peningkatan Nilai Ekonomi Hutan
Peningkatan Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekonomi
2
2
Peningkatan Ekonomi Hutan
2
Peningkatan Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekomomi Tujuan
Bobot
Pemulihan Ekosistem
0.493
Peningkatan Ekonomi Hutan
0.311
Peningkatan Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekonomi
0.196
0.600
BOBOT
0.500
0.493
0.400
0.311
0.300 0.196
0.200 0.100 0.000 Pem ulihan Ekosistem
Peningkatan Ekonom i Hutan
TUJUAN
Peningkatan Kesejahteraan dan Pertum buhan Ekonom i
CR = 0,046
261
Lampiran 26. Data Responden Perbandingan Tingkat Kepentingan Antar Tujuan Bagi Pemerintah Daerah dalam Kebijakan Pemberantasan Illegal Logging untuk Perlindungan Sumberdaya Hutan di Indonesia RESPONDEN TUJUAN
Pemulihan Ekosistem - Peningkatan Nilai Ekonomi Hutan Pemulihan Ekosistem - Peningkatan Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekonomi Peningkatan Nilai Ekonomi Hutan - Peningkatan Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekonomi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15 16
17
18
19
20
21 22
1
9
1
1
1
1
1
1
1
1
7
1
3
4
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
1
1
1
1
1
7
1
3
2
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
3
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
23
24 25
26
27
28
29
30
31
32 33
34
35
36
37
38
39
40
7
3
8
9
9
9
7
9
5
3
4
1
7
1
1
9
3
7
1
6
8
8
7
8
9
3
5
2
3
7
1
3
5
1
1
5
8
7
8
7
1
3
3
1
5
1
1
3
41
Rata-rata Geometris
42
43
44
45
46
3
1
9
4
1
3
2
9
3
5
7
5
3
1
2
7
1
9
3
3
5
5
2
262
Lampiran 27. Hasil Pengolahan HIPRE 3+ Perbandingan Tingkat Kepentingan Antar Tujuan Bagi Pemerintah Daerah dalam Kebijakan Pemberantasan Illegal Logging untuk Perlindungan Sumberdaya Hutan di Indonesia Peningkatan Ekosistem Pemulihan Ekosistem
Peningkatan Nilai Ekonomi Hutan
Peningkatan Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekonomi
2
2
Peningkatan Ekonomi Hutan
2
Peningkatan Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekomomi Tujuan
Bobot 0.493
Pemulihan Ekosistem Peningkatan Ekonomi Hutan
0.311
Peningkatan Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekonomi
0.196
0.600 0.500
0.493
BOBOT
0.400 0.311 0.300 0.196
0.200 0.100 0.000 Pem ulihan Ekosistem
Peningkatan Ekonom i Hutan
TUJUAN
Peningkatan Kesejahteraan dan Pertum buhan Ekonom i
CR = 0,046
263
Lampiran 28. Data Responden Perbandingan Tingkat Kepentingan Antar Tujuan Bagi Aparat Penegak Hukum dalam Kebijakan Pemberantasan Illegal Logging untuk Perlindungan Sumberdaya Hutan di Indonesia RESPONDEN TUJUAN
Pemulihan Ekosistem - Peningkatan Nilai Ekonomi Hutan Pemulihan Ekosistem - Peningkatan Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekonomi Peningkatan Nilai Ekonomi Hutan - Peningkatan Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekonomi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15 16
17
18
19
20
21 22
6
9
3
1
1
1
5
5
1
1
7
1
3
3
1
1
3
1
1
1
3
6
9
3
1
1
1
3
3
1
1
1
1
3
3
1
1
3
1
1
1
6
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
23
24 25
26
27
28
29
30
31
32 33
34
35
36
37
38
39
40
7
3
7
7
9
7
7
9
3
3
2
1
3
1
1
9
5
7
1
6
7
9
9
8
9
5
5
2
2
7
1
1
3
3
1
7
7
8
7
9
1
3
3
1
3
5
1
1
41
Rata-rata Geometris
42
43
44
45
46
1
7
1
1
1
5
3
9
1
9
5
5
2
3
3
7
5
1
7
3
7
5
2
264
Lampiran 29. Hasil Pengolahan HIPRE 3+ Perbandingan Tingkat Kepentingan Antar Tujuan Bagi Aparat Penegak Hukum dalam Kebijakan Pemberantasan Illegal Logging untuk Perlindungan Sumberdaya Hutan di Indonesia Peningkatan Ekosistem Pemulihan Ekosistem
Peningkatan Nilai Ekonomi Hutan
Peningkatan Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekonomi
3
3
Peningkatan Ekonomi Hutan
2
Peningkatan Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekomomi Tujuan
Bobot 0.594
Pemulihan Ekosistem Peningkatan Ekonomi Hutan
0.249
Peningkatan Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekonomi
0.157
0.700 0.600
0.594
BOBOT
0.500 0.400 0.249
0.300
0.157
0.200 0.100 0.000 Pem ulihan Ekosistem
Peningkatan Ekonom i Hutan
TUJUAN
Peningkatan Kesejahteraan dan Pertum buhan Ekonom i
CR = 0,046
265
Lampiran 30. Data Responden Perbandingan Tingkat Kepentingan Antar Tujuan Bagi Masyarakat dalam Kebijakan Pemberantasan Illegal Logging untuk Perlindungan Sumberdaya Hutan di Indonesia RESPONDEN TUJUAN
Pemulihan Ekosistem - Peningkatan Nilai Ekonomi Hutan Pemulihan Ekosistem - Peningkatan Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekonomi Peningkatan Nilai Ekonomi Hutan - Peningkatan Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekonomi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15 16
17
18
19
20
21 22
5
3
1
1
1
1
1
1
1
1
7
3
3
3
3
1
3
5
3
5
1
5
3
1
1
1
1
5
5
1
1
7
3
1
1
3
1
3
3
5
3
5
3
1
1
1
1
3
3
1
1
1
3
1
1
5
1
1
5
3
5
23
24 25
26
27
28
29
30
31
32 33
34
35
36
37
38
39
40
1
7
7
9
7
7
1
5
3
4
3
7
1
1
9
1
5
6
7
8
9
8
1
5
5
4
7
9
1
3
1
5
7
7
8
7
4
1
5
3
2
6
7
1
3
41
Rata-rata Geometris
42
43
44
45
46
5
3
1
1
1
3
2
9
5
5
1
2
7
5
3
7
1
9
7
3
5
3
3
266
Lampiran 31. Hasil Pengolahan HIPRE 3+ Perbandingan Tingkat Kepentingan Antar Tujuan Bagi Masyarakat dalam Kebijakan Pemberantasan Illegal Logging untuk Perlindungan Sumberdaya Hutan di Indonesia Peningkatan Ekosistem Pemulihan Ekosistem
Peningkatan Nilai Ekonomi Hutan
Peningkatan Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekonomi
2
3
Peningkatan Ekonomi Hutan
3
Peningkatan Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekomomi Tujuan
Bobot 0.528
Pemulihan Ekosistem Peningkatan Ekonomi Hutan
0.333
Peningkatan Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekonomi
0.140
0.600
0.528
BOBOT
0.500 0.400
0.333
0.300 0.200
0.140
0.100 0.000 Pem ulihan Ekosistem
Peningkatan Ekonom i Hutan
TUJUAN
Peningkatan Kesejahteraan dan Pertum buhan Ekonom i
CR = 0,046
267
Lampiran 32. Data Responden Perbandingan Tingkat Kepentingan Antar Tujuan Bagi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam Kebijakan Pemberantasan Illegal Logging untuk Perlindungan Sumberdaya Hutan di Indonesia RESPONDEN TUJUAN
Pemulihan Ekosistem - Peningkatan Nilai Ekonomi Hutan Pemulihan Ekosistem - Peningkatan Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekonomi Peningkatan Nilai Ekonomi Hutan - Peningkatan Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekonomi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15 16
17
18
19
20
21 22
5
9
5
5
1
1
1
1
1
1
2
1
2
2
3
3
3
3
3
3
1
5
9
5
5
1
1
5
5
1
1
2
1
2
2
5
3
3
5
5
5
5
9
3
5
1
1
3
3
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
23
24 25
26
27
28
29
30
31
32 33
34
35
36
37
38
39
40
5
3
4
9
9
8
8
9
5
3
3
3
7
1
1
9
1
5
3
8
7
8
7
8
9
3
5
3
5
3
1
1
1
1
3
9
8
7
5
7
1
3
3
3
6
1
1
1
41
Rata-rata Geometris
42
43
44
45
46
5
7
1
4
1
9
3
9
5
1
5
5
2
5
3
7
1
9
1
7
7
9
2
268
Lampiran 33. Hasil Pengolahan HIPRE 3+ Perbandingan Tingkat Kepentingan Antar Tujuan Bagi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam Kebijakan Pemberantasan Illegal Logging untuk Perlindungan Sumberdaya Hutan di Indonesia Peningkatan Ekosistem Pemulihan Ekosistem
Peningkatan Nilai Ekonomi Hutan
Peningkatan Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekonomi
3
3
Peningkatan Ekonomi Hutan
2
Peningkatan Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekomomi Tujuan
Bobot
Pemulihan Ekosistem
0.594
Peningkatan Ekonomi Hutan
0.249
Peningkatan Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekonomi
0.157
0.700 0.600
0.594
BOBOT
0.500 0.400 0.249
0.300
0.157
0.200 0.100 0.000 Pem ulihan Ekosistem
Peningkatan Ekonom i Hutan
TUJUAN
Peningkatan Kesejahteraan dan Pertum buhan Ekonom i
CR = 0,046
269
Lampiran 34. Data Responden Perbandingan Tingkat Kepentingan dari Tiga Alternatif Kebijakan dalam Kebijakan Pemberantasan Illegal Logging untuk Perlindungan Sumberdaya Hutan di Indonesia untuk Menjamin Tujuan: Pemulihan Ekosistem RESPONDEN AL T ERNAT IF
Keb ijakan Pem b eran tasan Illo g Bersifat an d Co n tro l - Keb ijakan Pem b eran tasan Bersifat In cen tives an d Disin sen tives
Co m m an d Illo g
Keb ijakan Pem b eran tasan Illo g Bersifat Co m m an d an d Co n tro l - Gab u n g an Keb ijakan Pem b eran tasan Illo g Bersifat Co m m an d an d Co n tro l In cen tives an d Disin sen tives Keb ijakan Pem b eran tasan Illo g Bersifat
d en g an
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
1
9
3
5
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
3
1
3
1
1
1
5
1
1
1
3
2
2
1
7
1
1
1/9
1/9
1
3
1
5
5
1
3
3
1
1
2
3
2
2
1
5
3
1
1/9
1
23
24
Rata-rata
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
9
1
7
7
9
9
8
1
5
3
3
1
1
1
3
9
3
9
1
8
8
8
7
7
1
3
3
1
3
5
1
3
3
3
1
9
9
9
8
6
1
3
3
3
2
3
1
3
41
Geo m etris
42
43
44
45
46
7
1
1
4
1
1
2
9
3
5
7
3
3
1
2
3
3
7
9
2
4
1
2
In cen tives
an d Disin sen tives - Gab u n g an Keb ijakan Pem b eran tasan Illo g Bersifat Co m m an d an d Co n tro l d en g an In cen tives an d Disin sen tives
270
Lampiran 35. Hasil Pengolahan HIPRE 3+ Perbandingan Tingkat Kepentingan dari Tiga Alternatif Kebijakan dalam Kebijakan Pemberantasan Illegal Logging untuk Perlindungan Sumberdaya Hutan di Indonesia untuk Menjamin Tujuan: Pemulihan Ekosistem Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Command and Control
Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Incentives and Disinsentives
Gabungan Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Command and Control dengan Incentives and Disinsentives
2
2
Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Command and Control Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Incentives and Disinsentives
2
Gabungan Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Command and Control dengan Incentives and Disinsentives
Alternatif
Bobot
Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Command and Control
0.493
Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Incentives and Disinsentives
0.311
Gabungan Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Command and Control dengan Incentives and Disinsentives
0.196
CR = 0,046
271
Lampiran 35. (Lanjutan) 0.600 0.500
0.493
BOBOT
0.400 0.311 0.300 0.196
0.200 0.100 0.000
Kebijakan Pem berantasan Illog Kebijakan Pem berantasan Illog Gabungan Kebijakan Bersifat Com m and and Control Bersifat Incentives and Pem berantasan Illog Bersifat Disinsentives Com m and and Control dengan Incentives and Disinsentives
ALTERNATIF KEBIJAKAN
272
Lampiran 36. Data Responden Perbandingan Tingkat Kepentingan dari Tiga Alternatif Kebijakan dalam Kebijakan Pemberantasan Illegal Logging untuk Perlindungan Sumberdaya Hutan di Indonesia untuk Menjamin Tujuan: Peningkatan Nilai Ekonomi Hutan RESPONDEN ALTERNATIF
Kebijakan Pem berantasan
Illog
Bersifat
Com m and
and Control - Kebijakan Pem berantasan Bersifat Incentives and Disinsentives
Illog
Kebijakan Pem berantasan
Com m and
Illog
Bersifat
and Control - Gabungan Kebijakan Pem berantasan Illog Bersifat Com m and and Control dengan Incentives and Disinsentives
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
7
9
3
5
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
5
1
1/5
1/3
9
5
3
1
5
1
1
5
5
1
1
1
1
2
2
1
3
7
1
1/9
1/9
5
3
1
5
5
1
3
3
1
1
1
1
2
2
1
3
5
1
1/9
1/3
23
24
Rata-rata
25
26 27
28
29
30
31 32
33
34
35
36
37
38
39
40
3
1
7
8
9
7
7
1
5
3
1
1
5
1
3
9
7
9
1
8
7
9
8
7
1
3
3
2
2
3
1
3
3
9
1
7
7
9
7
8
1
3
5
2
3
5
1
3
41
Geom etris
42
43
44
45
46
3
1
1
1
1
1
2
9
3
5
3
2
2
1
2
5
1
7
7
3
4
3
2
Kebijakan Pem berantasan Illog Bersifat and Disinsentives Pem berantasan dengan
Incentives - Gabungan Kebijakan Illog Bersifat Com m and and Control
Incentives and Disinsentives
273
Lampiran 37. Hasil Pengolahan HIPRE 3+ Perbandingan Tingkat Kepentingan dari Tiga Alternatif Kebijakan dalam Kebijakan Pemberantasan Illegal Logging untuk Perlindungan Sumberdaya Hutan di Indonesia untuk Menjamin Tujuan: Peningkatan Nilai Ekonomi Hutan Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Command and Control
Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Incentives and Disinsentives
Gabungan Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Command and Control dengan Incentives and Disinsentives
2
2
Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Command and Control Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Incentives and Disinsentives
2
Gabungan Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Command and Control dengan Incentives and Disinsentives
Alternatif
Bobot
Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Command and Control
0.493
Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Incentives and Disinsentives
0.311 CR = 0,046
Gabungan Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Command and Control dengan Incentives and Disinsentives
0.196
274
Lampiran 37. (Lanjutan)
0.600
BOBOT
0.500
0.493
0.400
0.311
0.300
0.196
0.200 0.100 0.000 Kebijakan Pem berantasan Illog Bersifat Com m and and Control
Kebijakan Pem berantasan Illog Bersifat Incentives and Disinsentives
ALTERNATIF KEBIJAKAN
Gabungan Kebijakan Pem berantasan Illog Bersifat Com m and and Control dengan Incentives and Disinsentives
275
Lampiran 38. Data Responden Perbandingan Tingkat Kepentingan dari Tiga Alternatif Kebijakan dalam Kebijakan Pemberantasan Illegal Logging untuk Perlindungan Sumberdaya Hutan di Indonesia untuk Menjamin Tujuan: Peningkatan Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekonomi RESPONDEN ALTERNATIF
Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Command and Control - Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Incentives and Disinsentives Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Command and Control - Gabungan Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Command and Control dengan Incentives and Disinsentives Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Incentives and Disinsentives - Gabungan Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Command and Control dengan Incentives and Disinsentives
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11
12
13
14
15
16
17
18 19
7
9
1
5
1
1
1
1
1
1
5
3
1
3
1
1
3
3
1
5
3
1
3
3
1
9
9
1
20
21
1
3
1
1
3
1
5
3
3
3
5
1
1
3
2
2
5
1
7
5
5
5
1
1
3
2
2
5
1
3
3
3
3
22 23
24
25
26
27 28
29
30
31
32
33
34
35 36
3
1
9
9
3
9
1
9
3
9
1
3
37
38
39
40
8
7
7
1
3
3
1
4
3
1
3
9
8
9
8
7
1
5
3
2
3
5
1
3
5
4
5
4
1
3
3
2
1
1
1
3
41
Rata-rata Geometris
42
43
44
45
46
7
1
1
4
1
1
2
9
7
3
7
3
3
1
3
3
3
9
1
9
7
1
3
276
Lampiran 39. Hasil Pengolahan HIPRE 3+ Perbandingan Tingkat Kepentingan dari Tiga Alternatif Kebijakan dalam Kebijakan Pemberantasan Illegal Logging untuk Perlindungan Sumberdaya Hutan di Indonesia untuk Menjamin Tujuan: Peningkatan Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekonomi Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Command and Control
Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Incentives and Disinsentives
Gabungan Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Command and Control dengan Incentives and Disinsentives
2
3
Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Command and Control Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Incentives and Disinsentives
3
Gabungan Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Command and Control dengan Incentives and Disinsentives
Alternatif
Bobot
Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Command and Control
0.528
Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Incentives and Disinsentives
0.333 CR = 0,046
Gabungan Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Command and Control dengan Incentives and Disinsentives
0.140
277
Lampiran 39. (Lanjutan)
0.600
0.528
BOBOT
0.500 0.400
0.333
0.300 0.200
0.140
0.100 0.000 Kebijakan Pem berantasan Illog Kebijakan Pem berantasan Illog Gabungan Kebijakan Bersifat Com m and and Control Bersifat Incentives and Pem berantasan Illog Bersifat Disinsentives Com m and and Control dengan Incentives and Disinsentives
ALTERNATIF KEBIJAKAN
278
Hasil Analisis AHP Kebijakan Pemberantasan Illegal Logging untuk Perlindungan Sumberdaya Hutan di Indonesia Lampiran 40. Nilai (Bobot) Setiap Elemen dalam Hirarki Kebijakan Pemberantasan Illegal Logging untuk Perlindungan Sumberdaya Hutan di Indonesia.
279
Lampiran 41. Hasil Pengolahan HIPRE 3+ Nilai (Bobot) Setiap Faktor terhadap Fokus Kebijakan Pemberantasan Illegal Logging untuk Perlindungan Sumberdaya Hutan di Indonesia.
Faktor
Bobot 0.451
Ekonomi Masyarakat
0.257
Sistem Pengelolaan Hutan Berkelanjutan
0.198
Pendapatan Nasional dan Daerah
0.093
BOBOT
Penegakan Hukum
0.5 0.45 0.4 0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0
0.451
0.257 0.198 0.093
Penegakan Hukum
Ekonomi Masyarakat
Sistem Pengelolaan Hutan Berkelanjutan FAKTOR
Pendapatan Nasional dan Daerah
280
Lampiran 42. Hasil Pengolahan HIPRE 3+ Nilai (Bobot) Setiap Aktor terhadap Faktor dalam Kebijakan Pemberantasan Illegal Logging untuk Perlindungan Sumberdaya Hutan di Indonesia
Aktor
Bobot
Pemerintah
0.342
Pemerintah Daerah
0.267
Aparat Penegak Hukum
0.204
Masyarakat
0.102
LSM
0.085
0.4 0.35
0.342
BOBOT
0.3
0.267
0.25
0.204
0.2 0.15
0.102
0.1
0.085
0.05 0 Pem erintah
Pem erintah Daerah
Aparat Penegak Hukum
AKTOR
M asyarakat
LSM
281
Lampiran 43. Hasil Pengolahan HIPRE 3+ Nilai (Bobot) Setiap Tujuan bagi Aktor dalam Kebijakan Pemberantasan Illegal Logging untuk Perlindungan Sumberdaya Hutan di Indonesia.
Tujuan
Bobot
Pemulihan Ekosistem Hutan
0.526
Peningkatan Nilai Ekonomi Hutan
0.295
Peningkatan Kesejahteraan dan Pertumbuhan Ekonomi
0.179
0.600
0.526
0.500
BOBOT
0.400 0.295
0.300
0.179
0.200 0.100 0.000 Pem ulihan Ekosistem Hutan
Peningkatan Nilai Ekonom i Hutan
TUJUAN
Peningkatan Kesejahteraan dan Pertum buhan Ekonom i
282
Lampiran 44. Hasil Pengolahan HIPRE 3+ Nilai (Bobot) Setiap Alternatif Kebijakan untuk Menjamin setiap Tujuan dalam Kebijakan Pemberantasan Illegal Logging untuk Perlindungan Sumberdaya Hutan di Indonesia. Alternatif
Bobot
Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Command and Control
0.500
Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Incentives and Disinsentives
0.315
Gabungan Kebijakan Pemberantasan Illog Bersifat Command and Control dengan Incentives and Disinsentives
0.186
0.600 0.500 0.500
BOBOT
0.400
0.315
0.300 0.186
0.200 0.100 0.000 Kebijakan Pem berantasan Illog Bersifat Com m and and Control
Kebijakan Pem berantasan Illog Bersifat Incentives and Disinsentives
ALTERNATIF KEBIJAKAN
Gabungan Kebijakan Pem berantasan Illog Bersifat Com m and and Control dengan Incentives and Disinsentives