55
LAMPIRAN
56 Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian Kegiatan Pengambilan contoh
Alat Alat aerasi hipolimnion Generator System GPS Van Dorn water sampler Tali berskala pH meter Botol BOD Pipet Gelas ukur Erlenmeyer Syringe Botol sampel Cool Box
Bahan Contoh air Akuades Es batu Reagen yang digunakan untuk pereaksi
Analisis contoh
Beaker glass Tabung reaksi Bulb Kertas saring Pipet Parafilm Vibrofix Hotplate Spektrofotometer Erlenmeyer Buret
Contoh air Akuades Reagen yang digunakan untuk pereaksi
57 Lampiran 1. (lanjutan)
Alat aerasi hipolimnion
Generator System
Van Dorn water sampler
DO meter
pH meter
Cool box
Botol sampel
Spektrofotometer
Botol COD
Gelas piala
Buret
Tabung reaksi
Parafilm
Erlenmeyer
Bulb
Pipet
Gelas ukur
58 Lampiran 2. Gambaran kondisi Danau Lido selama penelitian
Petak KJA (Keramba Jaring Apung) Danau Lido
Ikan nila merah yang dibudidayakan di KJA Danau Lido
Eceng gondok banyak dijumpai di lokasi budidaya ikan KJA
59 Lampiran 2. (lanjutan)
Aktivitas pemberian pakan ikan berupa pelet ke KJA
Dermaga perahu wisata di dekat KJA Danau Lido
Rumah makan terapung di Danau Lido
Aktivitas masyarakat di sekitar Danau Lido
60 Lampiran 3. Proses aerasi hipolimnion
1
2
3
Keterangan Gambar: 1. Air dari kedalaman hipolimnion (4 m) dipompa dan dialirkan ke talang aerasi. 2. Air akan mengalami sirkulasi di talang aerasi yang bersekat-sekat dan bertingkat (16 m selama 5 menit). 3. Air yang telah mengalami sirkulasi dikembalikan ke kedalaman lapisan hipolimnion (4 m) melalui ember.
61 Lampiran 4. Spesifikasi alat aerasi hipolimnion 1) Talang aerasi disusun bertingkat
Jumlah talang Panjang 1 talang Lebar 1 talang Tinggi 1 talang Tinggi air di talang Sudut kemiringan Waktu tempuh air Debit air (flow rate)
: 4 buah :4m : 15 cm : 10 cm : 5 cm : 20-25° : 5 menit : 24 liter/menit
4) Gasoline Generator System Sebagai sumber listrik
Merk : Hatsudenki AC 220 V, DC 12 V Bahan bakar: bensin Daya tampung bensin : 3 liter 5) Pipa kucuran air
2) Permukaan talang aerasi bersekat-sekat
Sumber air dari lapisan hipolimnion dialirkan ke talang aerasi agar proses difusi oksigen dapat berlangsung efektif 3) Pompa untuk mengangkat air dari lapisan hipolimnion ke talang aerasi
(6)
Panasonic GP-29JXY (220 V, 50 Hz, 125 Watt) Debit air maksimum: 30 L/menit Ukuran : 200 x 156 x 214 mm Berat : 6 kg
(7)
6) Ember (volume = 20 liter) Untuk menampung air yang telah mengalami sirkulasi di talang aerasi. Bagian bawah ember mengecil untuk memberi tekanan pada air yang akan dikembalikan ke lapisan hipolimnion. 7) Pipa di bawah ember memiliki 5 lubang agar air dapat terdistribusi ke segala arah
62 Lampiran 5. Perhitungan flow rate air yang diaerasi Laju aliran (flow rate) air yang diaerasi dapat ditentukan dengan mengetahui volume air dan lamanya air mengalir di talang aerasi Volume air 1 talang = Ptalang × Ltalang × Tair yang = 4 m × 0,15 m × 0,05 m = 0,03 m3 atau 30 liter Volume air 4 talang = 4 × 30 liter = 120 liter flow rate =
volume air waktu tempuh air
120 liter 5 menit = 24 liter menit =
mengalir di talang
63 Lampiran 6. Baku mutu kualitas air berdasarkan PP RI No.82 Tahun 2001
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Parameter
Satuan
Kelas
Keterangan
I
II
III
IV
deviasi 3
deviasi 3
deviasi 3
deviasi 5
Deviasi temperatur dari keadaan alamiah Apabila secara alamiah di luar rentang tersebut, maka ditentukan berdasarkan kondisi alamiah
FISIKA Temperatur
0
C
KIMIA
pH
COD DO NO3 sebagai N
6-9
6-9
6-9
6-9
mg/l mg/l
10 6
25 4
50 3
100 0
mg/l
10
10
20
20
NH3-N
mg/l
0,5
(-)
(-)
(-)
Nitrit sebagai N
mg/l
0,06
0,06
0,06
(-)
Angka batas minimum
Bagi perikanan, kandungan amonia bebas untuk ikan yang peka ≤ 0,02 mg/l sebagai NH3 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, NO2-N ≤ 1 mg/l
Keterangan : Kelas I: air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas II: air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas III: air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas IV: air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
64 Lampiran 7. Penentuan kedalaman aerasi hipolimnion (penelitian pendahuluan) Lapisan hipolimnion ditentukan dengan melihat distribusi suhu perairan secara vertikal pada kedalaman 0 m hingga 7 m, pada waktu pagi, siang, dan sore hari. Kedalaman (m) 0 1 2 3 4 5 6 7
Pagi (06.00 wib) 26,8 26,9 26,6 25,6 25,4 25,3 25,3 25,3
Suhu (°C) Siang (12.00 wib) 27,7 27,7 27 26 25,9 25,8 25,6 25,5
Sore (17.00 wib) 28,3 27,6 26,6 25,6 25,4 25,3 25,3 25,2
Lapisan Hipolimnion (perbedaan suhu relatif kecil)
Selain suhu, rata-rata konsentrasi oksigen (mg/l) secara vertikal juga turut diamati selama 24 jam. Kedalaman (m) 0 0,6 1,6 3,15 4,25
06.00 6,52 6,33 5,37 1,92 0,65
Waktu Pengamatan (WIB) 10.00 14.00 18.00 22.00 6,62 7,10 6,91 7,29 6,33 6,72 6,52 6,62 4,22 6,14 5,37 5,76 1,92 2,49 2,30 2,49 1,11 1,29 1,11 1,24
02.00 4,53 3,96 3,10 2,06 1,24
[O2] rendah, yaitu < 3 mg/l
Analisis ragam (α = 5%) untuk melihat pengaruh perlakuan waktu pengamatan terhadap konsentrasi oksigen terlarut di kedalaman 4,25 m Sumber Keragaman Perlakuan (Waktu Pengamatan) Sisa Total
SS
df
MS
0,550
5
0,110
1,320 1,870
6 11
0,220
F hitung P-value 0,500
0,768
F tabel 4,387
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai F hitung < F crit Gagal tolak Ho. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi oksigen terlarut pada kedalaman 4,25 m tidak dipengaruhi oleh perbedaan waktu pengamatan. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, ditetapkan bahwa aerasi hipolimnion di KJA Danau Lido dilakukan pada kedalaman 4 m.
65 Lampiiran 8. Analisis data penelitian dengan uji t berpasangan Taraf Nyata α = 5% Hipotesis
H0: µD = d0 H1: µD ≠ d0
(nilai parameter sebelum dan sesudah aerasi sama). (nilai parameter sebelum dan sesudah aerasi berbeda).
Hasil uji t 1)
Amonia Variabel Uji
t Stat
t Critical one-tail
SA dan 5A SA dan 10A 10A dan 5 PA 10 A dan 10 PA 10 A dan 15 PA SA dan 5 PA SA dan 10 PA SA dan 15 PA
0,286 3,682 -2,761 -2,615 -2,996 -0,044 -0,680 -0,754
2,132 2,132 2,132 2,132 2,132 2,132 2,132 2,132
Variabel Uji
t Stat
t Critical one-tail
SA dan 5A SA dan 10A 10A dan 5 PA 10 A dan 10 PA 10 A dan 15 PA SA dan 5 PA SA dan 10 PA SA dan 15 PA
1,156 2,489 1,437 0,485 0,956 5,925 8,698 4,602
2,132 2,132 2,132 2,132 2,132 2,132 2,132 2,132
Variabel Uji
t Stat
t Critical one-tail
SA dan 5A SA dan 10A 10A dan 5 PA 10 A dan 10 PA 10 A dan 15 PA SA dan 5 PA SA dan 10 PA SA dan 15 PA
0,319 -0,142 2,278 -1,398 0,028 1,929 -1,304 -0,040
2,132 2,132 2,132 2,132 2,132 2,132 2,132 2,132
2)
3)
P (T<=t) one-tail 0,395 0,011 0,025 0,030 0,020 0,484 0,267 0,246
Keputusan Gagal Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho Gagal Tolak Ho Gagal Tolak Ho Gagal Tolak Ho
Nitrit P (T<=t) one-tail 0,156 0,034 0,112 0,326 0,197 0,002 4,809 E-04 0,005
Keputusan Gagal Tolak Ho Tolak Ho Gagal Tolak Ho Gagal Tolak Ho Gagal Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho
Nitrat P (T<=t) one-tail 0,383 0,447 0,042 0,117 0,489 0,063 0,131 0,485
Keputusan Gagal Tolak Ho Gagal Tolak Ho Tolak Ho Gagal Tolak Ho Gagal Tolak Ho Gagal Tolak Ho Gagal Tolak Ho Gagal Tolak Ho
66 Lampiran 8. (lanjutan) 4)
Oksigen Variabel Uji
t Stat
t Critical one-tail
SA dan 5A SA dan 10A 10A dan 5 PA 10 A dan 10 PA 10 A dan 15 PA SA dan 5 PA SA dan 10 PA SA dan 15 PA
-1,200 -2,079 1,725 1,055 1,230 -1,668 -2,753 -3,651
2,132 2,132 2,132 2,132 2,132 2,132 2,132 2,132
Variabel Uji
t Stat
t Critical one-tail
SA dan 5A SA dan 10A 10A dan 5 PA 10 A dan 10 PA 10 A dan 15 PA SA dan 5 PA SA dan 10 PA SA dan 15 PA
1,304 2,900 -1,956 -1,897 -5,563 0,322 -0,230 -0,892
2,132 2,132 2,132 2,132 2,132 2,132 2,132 2,132
5)
P (T<=t) one-tail 0,148 0,053 0,080 0,175 0,143 0,085 0,026 0,011
Keputusan Gagal Tolak Ho Gagal Tolak Ho Gagal Tolak Ho Gagal Tolak Ho Gagal Tolak Ho Gagal Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho
COD
Keterangan: SA
=
Sebelum aerasi
5A
=
Aerasi 5 jam
10A
=
Aerasi 10 jam
5PA
=
Pascaaerasi (5 jam)
10PA
=
Pascaaerasi (10 jam)
15PA
=
Pascaaerasi (15 jam)
P (T<=t) one-tail 0,131 0,022 0,061 0,065 0,003 0,382 0,415 0,211
Keputusan Gagal Tolak Ho Tolak Ho Gagal Tolak Ho Gagal Tolak Ho Tolak Ho Gagal Tolak Ho Gagal Tolak Ho Gagal Tolak Ho
67 Lampiran 9. Analisis data penelitian dengan rancangan acak kelompok (RAK) 1.
Amonia (mg/l)
Jarak Horizontal
0 jam
5 jam
0m 1,5 m 3m 4,5 m 8m Rata-rata
0,507 0,336 0,224 0,308 0,284 0,332
0,323 0,208 0,356 0,354 0,334 0,315
Waktu Pengamatan Pasca Pasca 10 jam (5 jam) (10 jam) 0,365 0,494 0,286 0,131 0,380 0,298 0,173 0,333 0,437 0,164 0,197 0,445 0,247 0,264 0,472 0,216 0,333 0,388
Pasca (15 jam) 0,377 0,427 0,242 0,368 0,414 0,366
Rata-rata 0,392 0,296 0,294 0,306 0,336
Tabel sidik ragam pada α = 0,05 Sumber Keragaman Jarak horizontal Waktu Pengamatan Sisa Total
-
-
JK
dB
KT
Fhitung
P-value
F tabel
0,05 0,06 0,05 0,16
4 3 12 19
0,01 0,02 4,E-03
2,64 4,65
0,09 0,02
3,26 3,49
Kesimpulan: Berdasarkan tabel sidik ragam di atas dapat diketahui bahwa pada perlakukan waktu pengamatan diperoleh nilai F hitung > F tabel tolak H0. Hal ini menunjukkan bahwa minimal ada satu perlakuan waktu pengamatan yang memberikan pengaruh terhadap perubahan konsentrasi amonia pada selang kepercayaan 95%. Untuk mengetahui perlakuan waktu pengamatan mana yang memberikan pengaruh berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil). Uji BNT bagi perlakuan waktu pengamatan tα/2 = 2,179 BNT = 0,091 5 jam 10 jam 15 jam 0 jam 0,017 0,116 * 0,002 5 jam 0,099* 0,019 10 jam 0,118 * 15 jam 20 jam *beda nyata
20 jam 0,056 0,073 0,172 * 0,054
25 jam 0,034 0,051 0,150 * 0,032 0,022
68 Lampiran 9. (lanjutan)
2.
Nitrit (mg/l)
Jarak Horizontal
0 jam
5 jam
0m 1,5 m 3m 4,5 m 8m Rata-rata
0,039 0,043 0,043 0,039 0,043 0,041
0,025 0,032 0,019 0,053 0,041 0,034
Waktu Pengamatan Pasca Pasca 10 jam (5 jam) (10 jam) 0,018 0,001 0,022 0,018 0,001 0,015 0,053 0,013 0,017 0,017 0,025 0,023 0,015 0,019 0,024 0,024 0,012 0,020
Pasca (15 jam) 0,001 0,008 0,022 0,013 0,036 0,016
Rata-rata 0,018 0,019 0,028 0,028 0,030
Tabel sidik ragam pada α = 0,05 Sumber Keragaman Jarak horizontal Waktu Pengamatan Sisa Total
-
-
JK
dB
KT
Fhitung
P-value
F tabel
3,E-04 2,E-03 2,E-03 4,E-03
4,00 3,00 12,00 19,00
9,E-05 6,E-04 1,E-04
0,62 4,52
0,65 0,02
3,26 3,49
Kesimpulan: Berdasarkan tabel sidik ragam di atas dapat diketahui bahwa pada perlakukan waktu pengamatan diperoleh nilai F hitung > F tabel tolak H0. Hal ini menunjukkan bahwa minimal ada satu perlakuan waktu pengamatan yang memberikan pengaruh terhadap perubahan konsentrasi nitrit pada selang kepercayaan 95%. Untuk mengetahui perlakuan waktu pengamatan mana yang memberikan pengaruh berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil). Uji BNT bagi perlakuan waktu pengamatan tα/2 = 2,179 BNT = 0,016 5 jam 10 jam 15 jam 0 jam 0,017 0,116 * 0,002 5 jam 0,099 * 0,019 10 jam 0,118 * 15 jam 20 jam *beda nyata
20 jam 0,056 0,073 0,172 * 0,054
25 jam 0,034 0,051 0,150 * 0,032 0,022
69 Lampiran 9. (lanjutan)
3.
Nitrat (mg/l)
Jarak Horizontal
0 jam
5 jam
0m 1,5 m 3m 4,5 m 8m Rata-rata
0,161 0,073 0,066 0,110 0,048 0,092
0,065 0,069 0,031 0,118 0,129 0,082
Waktu Pengamatan Pasca Pasca 10 jam (5 jam) (10 jam) 0,164 0,001 0,127 0,075 0,001 0,087 0,078 0,065 0,112 0,063 0,030 0,127 0,088 0,061 0,139 0,094 0,032 0,119
Pasca (15 jam) 0,053 0,085 0,123 0,105 0,098 0,093
Rata-rata 0,095 0,065 0,079 0,092 0,094 0,085
Tabel sidik ragam pada α = 0,05 Sumber JK Keragaman Jarak horizontal 4,E-03 Waktu Pengamatan 0,02 Sisa 0,03 Total 0,05
-
-
dB
KT
Fhitung
P-value
F tabel
4,00 5,00 20,00 29,00
1,E-03 4,E-03 1,E-03
0,80 3,28
0,54 0,03
2,87 2,71
Kesimpulan: Berdasarkan tabel sidik ragam di atas dapat diketahui bahwa pada perlakukan waktu pengamatan diperoleh nilai F hitung > F tabel tolak H0. Hal ini menunjukkan bahwa minimal ada satu perlakuan waktu pengamatan yang memberikan pengaruh terhadap perubahan konsentrasi nitrat pada selang kepercayaan 95%. Untuk mengetahui perlakuan waktu pengamatan mana yang memberikan pengaruh berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil). Uji BNT bagi perlakuan waktu pengamatan tα/2 = 2,086 BNT = 0,047 5 jam 10 jam 15 jam 20 jam 0 jam 0,009 0,002 0,060 * 0,027 5 jam 0,011 0,051 * 0,036 10 jam 0,062 * 0,025 15 jam 0,087 * 20 jam *beda nyata
25 jam 0,001 0,010 0,001 0,061 * 0,026
70 Lampiran 9. (lanjutan) 4.
Oksigen terlarut (mg/l)
Jarak Horizontal
0 jam
5 jam
0m 1,5 m 3m 4,5 m 8m Rata-rata
0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
0,7 0,2 0,1 0,1 0,1 0,24
Waktu Pengamatan Pasca Pasca 10 jam (5 jam) (10 jam) 1 0,8 0,6 0,8 0,4 0,4 0,4 0,1 0,2 0,1 0,2 0,4 0,1 0,1 0,1 0,48 0,32 0,34
Pasca (15 jam) 0,5 0,3 0,2 0,3 0,2 0,3
Rata-rata 0,60 0,37 0,20 0,10 0,10
Tabel sidik ragam pada α = 0,05 Sumber Keragaman Jarak horizontal Waktu Pengamatan Sisa Total
-
-
JK
dB
KT
Fhitung
P-value
F tabel
0,68 0,38 0,42 1,48
4,00 3,00 12,00 19,00
0,17 0,13 0,04
4,82 3,58
0,01 0,05
3,26 3,49
Kesimpulan: Berdasarkan tabel sidik ragam di atas dapat diketahui bahwa pada perlakukan waktu pengamatan dan kelompok jarak horizontal diperoleh nilai F hitung > F tabel tolak H0. Hal ini menunjukkan bahwa minimal ada satu perlakuan waktu pengamatan dan kelompok jarak horizontal yang memberikan pengaruh terhadap perubahan konsentrasi oksigen terlarut pada selang kepercayaan 95%. Untuk mengetahui perlakuan waktu pengamatan mana yang memberikan pengaruh berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil). Uji BNT bagi perlakuan waktu pengamatan tα/2 = 2,179 BNT = 0,258 5 jam 10 jam 15 jam 20 jam 0 jam 0,14 0,38 * 0,22 0,24 5 jam 0,24 0,08 0,10 10 jam 0,16 0,14 15 jam 0,02 20 jam *beda nyata
25 jam 0,20 0,06 0,18 0,02 0,04
71 Lampiran 9. (lanjutan)
Uji BNT bagi kelompok jarak horizontal tα/2 = 2,179 BNT = 0,289 1,5 m 3m 4,5 m 8m 0m 0,24 0,41 * 0,45 * 0,5 * 1,5 m 0,17 0,21 0,25 3m 0,04 0,08 4,5 m 0,04 *beda nyata
72 Lampiran 9. (lanjutan)
5.
COD (Chemical Oxygen Demand) (mg/l)
Jarak Horizontal
0 jam
5 jam
0m 1,5 m 3m 4,5 m 8m Rata-rata
34,63 73,76 52,69 55,70 39,14 51,18
43,66 31,62 28,61 28,61 52,69 37,03
Waktu Pengamatan Pasca Pasca 10 jam (5 jam) (10 jam) 28,61 31,62 48,17 28,61 31,62 60,21 33,12 78,27 31,62 42,15 48,17 42,15 25,60 48,17 88,81 31,62 47,57 54,19
Pasca (15 jam) 58,71 46,67 49,68 81,28 67,74 60,81
Rata-rata 40,90 45,41 45,66 49,68 53,69
Tabel sidik ragam pada α = 0,05 Sumber JK dB KT Fhitung P-value Keragaman Jarak horizontal 186,66 4,00 46,67 0,32 0,86 Waktu Pengamatan 1781,67 3,00 593,89 4,12 0,03 Sisa 1728,74 12,00 144,06 Total 3697,07 19,00
-
-
F tabel 3,26 3,49
Kesimpulan: Berdasarkan tabel sidik ragam di atas dapat diketahui bahwa pada perlakukan waktu pengamatan diperoleh nilai F hitung > F tabel tolak H0. Hal ini menunjukkan bahwa minimal ada satu perlakuan waktu pengamatan yang memberikan pengaruh terhadap perubahan konsentrasi COD pada selang kepercayaan 95%. Untuk mengetahui perlakuan waktu pengamatan mana yang memberikan pengaruh berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil). Uji BNT bagi perlakuan waktu pengamatan tα/2 = 2,179 BNT = 16,540 5 jam 10 jam 15 jam 0 jam 14,147 19,565 * 3,612 5 jam 5,418 10,535 10 jam 15,953 15 jam 20 jam *beda nyata
20 jam 3,010 17,157 * 22,575 * 6,622
25 jam 9,632 23,779 * 29,197 * 13,244 6,622
73 Lampiran 10. Hubungan antara ketersediaan oksigen terlarut (DO) dengan keberadaan amonia selama dilakukan aerasi hipolimnion Lokasi dekat outlet aerasi (A) Oksigen (mg/l) 0,1 0,45 0,9
Lokasi jauh dari outlet aerasi (B)
Amonia (mg/l) 0,421 0,265 0,248
Oksigen (mg/l) 0,1 0,1 0,2
Amonia (mg/l) 0,272 0,348 0,195
Berikut ini adalah diagram pencar dan garis dugaan regresi dari data di atas: 0,6
A
0,5 0,4
Konsentrasi Amonia (mg/l)
0,3 NH3 = -0,179(DO) + 0,505 R² = 0,727
0,2 0,1 0 0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
0,6
B
0,5 0,4 0,3 0,2 NH3 = -1,154(DO) + 0,425 R² = 0,756
0,1 0 0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
Konsentrasi Oksigen (mg/L)
Persamaan regresi R2
Lokasi dekat dari outlet aerasi (A) 𝑁𝐻3 = −0,179 𝐷𝑂 + 0,505 72,7%
Lokasi jauh dari outlet aerasi (B) 𝑁𝐻3 = −1,154 𝐷𝑂 + 0,425 75,6%
r * Oksigen (mg/l)
0,85 2,71
0,87 0,35
Keterangan : * Konsentrasi oksigen yang teramati agar konsentrasi amonia memenuhi baku mutu kualitas perairan untuk kegiatan perikanan (PP RI No. 82 Tahun 2001)
74 Lampiran 10. (lanjutan) Contoh Perhitungan: Pada lokasi dekat outlet aerasi, untuk mencapai konsentrasi amonia yang memenuhi baku mutu perairan untuk kegiatan perikanan, yaitu sebesar 0,02 mg/l dibutuhkan oksigen sebesar: 𝑁𝐻3 = −0,179 𝐷𝑂 + 0,505 0,02 = −0,179 𝐷𝑂 + 0,505 0,179 𝐷𝑂 = 0,505 − 0,02 𝐷𝑂 =
0,505 − 0,02 0,179
= 2,71 𝑚𝑔/𝐿
75 Lampiran 11. Hubungan antara keberadaan bahan organik (COD) dengan keberadaan amonia selama dilakukan aerasi hipolimnion COD (mg/l) 51,18 37,03 31,62 47,57 54,19 60,81
Amonia (mg/l) 0,332 0,315 0,216 0,333 0,388 0,366
Konsentrasi amonia (mg/L)
Berikut ini adalah diagram pencar dan garis dugaan regresi dari data di atas: 0,45 0,4 0,35 0,3 0,25 0,2 0,15 0,1 0,05 0
NH3 = 0,004(COD) + 0,101 R² = 0,755 r = 0,85
0
10
20
30
40
50
Konsentrasi COD (mg/L)
60
70
76 Lampiran 12. Data parameter kualitas perairan Danau Lido pada lokasi KJA dan non KJA (Amalia 2010) Kedalaman (m) Lapisan non KJA
Permukaan (P)
0
0
Secchi disk (Sd)
1,59-2,75
1,8-2,2
Kompensasi (K)
4,3-7,44
4,87-5,95
Konsentrasi (mg/l) Amonia Nitrit
Oksigen
Lapisan P Sd K
KJA
Non KJA
KJA
Non KJA
KJA
Non KJA
KJA
Non KJA
KJA
7,94 6,7 5,51
4,19 4,37 2,06
0,182 0,189 0,235
0,354 0,325 0,706
0,025 0,018 0,031
0,032 0,037 0,021
0,423 0,37 0,438
0,317 0,305 0,155
Konsentrasi Amonia (mg/l)
Konsentrasi Oksigen Terlarut (mg/l) 2
4
6
8
10
0 1 2 3 4 5 6 7
0 Kedalaman (m)
Kedalaman (m)
0
Lokasi non KJA
Lokasi KJA
0,02
0,03
0 1 2 3 4 5 6 7 Non KJA
KJA
0,4
0,6
Non KJA
0,8
KJA
Konsentrasi Nitrat (mg/l) 0,04
0 Kedalaman (m)
Kedalaman (m)
0,01
0,2
0 1 2 3 4 5 6 7
Konsentrasi Nitrit (mg/l) 0
Nitrat
0,1
0,2
0,3
0,4
0 1 2 3 4 5 6 7 Non KJA
KJA
0,5
77 Lampiran 13. Pendugaan lamanya waktu aerasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan oksigen terlarut 3 mg/l hingga jarak 3 m Lamanya Aerasi (jam) 0 5 10
Oksigen (mg/l) 0,1 0,1 0,4
Konsentrasi Oksigen (mg/L)
Berikut ini adalah diagram pencar dan garis dugaan regresi dari data di atas: 0,5 0,4 0,3 0,2
DO = 0,03 t-aerasi + 0,05 R² = 0,75 r = 0,86
0,1 0 0
2
4
6
8
10
12
Lamanya Aerasi (jam)
Contoh Perhitungan: Untuk mencapai konsentrasi oksigen yang memenuhi baku mutu perairan untuk kegiatan perikanan, yaitu sebesar 3 mg/l akan dilakukan pendugaan terhadap lamanya aerasi yang paling ideal dalam meningkatkan konsentrasi oksigen. 𝐷𝑂 = 0,03 𝑡𝑎𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 + 0,05 0,03 𝑡𝑎𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 = 3 − 0,05 𝑡𝑎𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 =
3 − 0,05 0,03
= 98,33 𝑗𝑎𝑚 𝑎𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 Dalam kurun waktu 98,33 jam, volume air yang diaerasi sebesar: 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 × 𝑓𝑙𝑜𝑤 𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 = 98,33 × 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 × 24 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 141.595 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
78 Lampiran 14. Pendugaan peningkatan flow rate saat aerasi diterapkan selama 24 jam
Jika perairan ingin diaerasi selama 24 jam, maka volume air yang diaerasi harus sama dengan volume air yang diaerasi selama 98,33 jam untuk mencapai konsentrasi oksigen terlarut 3 mg/l. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan flow rate air yang diaerasi sebesar: 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 141.595 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 = (24 × 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
𝑓𝑙𝑜𝑤 𝑟𝑎𝑡𝑒 =
= 98,33
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
79 Lampiran 15. Biaya pembuatan dan operasional alat aerasi hipolimnion Biaya pembuatan alat aerasi hipolimnion No 1
Jenis Barang Pompa air Panasonic
Jumlah Barang
Harga
1 buah
Rp
480.000
GP-29 JXY
2
Pipa paralon ¾ inch
10 buah
Rp
200.000
3
Talang air
5 buah
Rp
20.000
4
Lem paralon
2 buah
Rp
20.000
5
Selotip
2 buah
Rp
10.000
6
Klep pompa
1 buah
Rp
25.000
7
Ember cat 20 liter
1 buah
Rp
30.000
8
Keni
20 buah
Rp
50.000
9
Kayu reng
5 buah
Rp
50.000
10
Lem aibon
2 buah
Rp
20.000
11
Paku
¼ kg
Rp
10.000
12
Tali rafia
1 gulung
Rp
15.000
13
Tali karet
10 buah
Rp
20.000
Rp
1.130.000
Total biaya pembuatan alat aerasi
Biaya operasional alat aerasi hipolimnion Biaya yang dibutuhkan dalam penerapan aerasi hipolimnion adalah biaya listrik untuk menjalankan pompa air. Dalam penelitian ini listrik yang digunakan bersumber dari generator system berbahan bakar bensin. Aerasi selama 10 jam membutuhkan bensin sebanyak 4 liter dengan harga bensin Rp 5.000,00/liter. Dengan demikian, biaya yang dibutuhkan adalah Rp 2.000,00/jam.