l58o UMO ...
LAPORAN AKHIR PENELITIAN
Potensi Ekstrak Etanolik Ternu Kunci
(Boesenbergia pandurata)
sebagai Agen Kernoprevensi Karsinogenesis Kulit Terinduksi UV-B
Penyusun Laporan : 1.
Shanti Listyawati, S.Si., M.Si.
2.
Muthi' lkawati, M.Sc. Apt.
Program Studi Bioteknologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2011
LAPORAN AKHIR PENELITIAN
Potensi Ekstrak Etanolik Temu Kunci (Boesenbergia pandurata) sebagai Agen Kemoprevensi Karsinogenesis Kulit Terinduksi UV-B
Penyusun Laporan: 1. 2.
Shanti Listyawati, S.Si., M.Si. Muthi' lkawati, M.Sc. Apt.
Program Studi Bioteknologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2011
�--�.---- --
----·
HAL�PENGESAHAN I. Judul penelitian
Potensi Ekstrak Etanolik Temu Kunci (Boesenhergia pandurata) sebagai Agen Kemoprevensi Karsinogehesis Kulit Terinduksi UV-B
2. Fokus Penelitian
Penyakit Tidak Menular
3.
Ilmu Pengetahuan Dasar
.Ienis Penelitian
4. Peneliti Utama
a. Nama Lengkap
Shanti Listyawati, M.Si.
b. NIP
196906081997022001
c. Pangkat/golongan
Pembina/ IVa
d. Instansi Penanggung jawab
Program Studi Bioteknologi UGM
e. Alamat
Jl. Teknika Utara, Barek Yogyakarta
f.
shanti listy@yahoo .com
E-mail
Jumlah Tim Peneliti
2 orang
a. Nama anggota
Muthi' lkawati, M.Sc. Apt.
6.
Lokasi penelitian
Laboratorium Farmakologi dan LPPT UGM
7.
Masa Penelitian
6
5.
8. Pembiayaan yang diperlukan
bulan
Rp 124.180.000,-
Telah selesai dilaksanakan sesuai Surat Keputusan Kepala Balitbangkes No. HK.03.05/1/393/2011 Tentang Pelaksanaan Riset Pembinaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran Tahun 2011. Yogyakarta, � Ketua peneliti ·
teknologi UGM
Shanti List awati, M.Si. NITP.l9 690608199702200l
II
KATAPENGANTAR Laporan "Potensi
ini disusun sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan penelitian yang berjudul Ekstrak
Etanolik Temu
Kemoprevensi Karsinogenesis"
Kunci
(Boesenbergia pandurata) sebagai Agen
pada program RJSBIN IPTEKDOK Tahun Anggaran
2011. Dengan selesainya penyusunan laporan ini, tim peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1 . Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan yang telah membiayai penelitian ini melalui program RlSBlN IPTEKDOK 2011
2. Seluruh anggota tim panel pakar dan reviewer RJSBIN IPTEKDOK 2011 yang telah membina dan memberikan saran serta bimbingan untuk keberlangsungan penelitian ini.
3.
Pengelola Program Studi Bioteknologi UGM yang telah memberikan IJm dan kemudahan rnengikuti program RISBIN IPTEKDOK.
4. Pimpinan Fakutas Kedokteran UGM yang telah rnengijinkan untuk berafiliasi dala.qt program penelitian ini.
5. Prof. Dr. Sismindari, SU., Apt. sebagai supervisor riset 6.
Dr.rer.nat Yosi Bayu Murti, M.Si., Apt., Prof.dr.Sofia Mubarika, M. Med.Sc. Ph.D., dan Drh. Sitarina Widyarini, M.Sc. Ph.D. yang telah memberikan
saran,
masukan, dan diskusi untuk kelancaran penelitian ini. 7.
Staf LPPT UGM dan Laboratorium Farmakologi UGM yang telah membantu teknis pcnelitian.
8. Seluruh pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.
Tim penyusun berharap laporan penelitian ini dapat menambah khasanah penelitian dan bermanfaat terutama untuk kemajuan peneli6an di bidang kesehatan.
Y ogyakarta,
Desember
2011
Ketua tim penyusun
Shanti Listyawati
iii
RJNGKASAN EKSEKUTIF
(Boesenbergia pandurata) sebagai Agen (Shanfi Listyawati, RISBIN IPTEKDOK 2011, Program Studi Bioteknologi UGM) Potensi Ekstrak Etanolik Temu Kunci
Kemo prevensi Karsino genesis Kulit Terinduksi UV-B
Indonesia sebagai negara tropis mendapatkan paparan sinar matahari yang cukup tinggi sepanjang tahun. Sinar matahari bermanfaat pada berbagai aspek kehidupan, namun di sisi lain juga mempunyai efek negatif. Paparan radiasi sinar ultraviolet (UV) yang mengenai kulit dapat menyebabkan terbentuknya radikal bebas dan reactive oxygen species (ROS), yang apabila jumlahnya berlebihan menyebabkan sistem antioksidan alami dalam tubuh tidak dapat meredamnya, sehingga terjadi stres oksidatif. Manifcstasi stres oksidatif ini muncul dalam bentuk gangguan pada kulit, yaitu sunburn, inflamasi, kerusakan DNA dan supresi sistem imun, yang selanjutnya dapat menyebabkan terjadinya penuaan dini dan kanker kulit. Tingginya resiko terkena kerusakan kulit tersebut perlu segera dilakukan pencegahan, diantaranya dengan penggunaan pelindung dan kemoprevensi yang efektif, dengan demikian perlu ditingkatkan eksplorasi agen kemoprevensi yang efektif. Salah satu kekayaan biodiversitas tanaman Indonesia yang potensial dikembangkan sebagai agen kemoprevensi adalah temu kunci (Boesenbergia pandurata). Rimpang temu kunci dilaporkan mengandung senyawa aktif yang dapat beke�ja sebagai antioksidan, antiinflamasi, antimutagenik, sitotoksik, antiproliferatif, induktor apoptosis, dan
antiangiogenesis. Penelitian ini bertujuan mengkaji potensi ekstrak etanolik temu
kunci sebagai agen kemoprevensi karsinogenesis. Untuk membuktikan temu kunci yang digunakan dalam pcnelitian ini mempunyai aktivitas antikanker maka dilakukan uji sitotoksik, anti proliferasi dan pacuan apoptosis pada sel kanker. Uji aktivitas kemoprevensi karsinogenesis kulit difokuskan pada kemampuan ekstrak
dalam
melindungi stres oksidatifpada mencit Balb/c terinduksi UV-B dengan mempelajari pada tingkat produksi malondialdehid (MDA) dan ekspresi Cu, Zn-Superoksid Dismutase (Cu, Zn-SOD).
iv
Rimpang temu kunci diekstraksi dengan metode maserasi dalam etanol, selanjutnya diujikan secara in vitro pada sel kanker untuk mengkaji aktivitas sitotoksis, penghambatan proliferasi, dan pacuan apoptosis. Set kanker yang digunakan adalah sel kanker serviks HeLa dan pembanding digunakan set normal Vero. Kajian untuk melihat kemampuan ekstrak temu kunci dalam memproteksi stres oksidatif dilakukan pada hewan uji mencit BaJb/c yang dipapar UV-B. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak temu kunci mampu menghambat viabilitas sel kanker rahim HeLa dengan nilai Vero sebesar
IC5o sebesar 56J.Lg/rnl dan pada sel normal
IC50 sebesar 125J.Lg/rnl. Pada uji penghambatan proliferasi, ekstrak temu
kunci dosis (3,75 - 30)J.Lg/rnl mampu menghambat proliferasi pada sel HeLa pada jam ke24, 48, dan 72. Semakin tinggi dosis, efek penghambatan semakin besar. Ekstrak temu kunci mampu menghambat 14-87%, sedangkan efek penghambatan proliferasi pada sel Vero hanya mencapai 23%. Pada uji apoptosis yang dilakukan dengan metode
double
staining (etidium bromide-akridin oranye) pada sel HeLa menunjukk.an sel-sel yang berfluoresen oranye dan badan-badan apoptosis yang lebih banyak daripada yang tampak pada sel-sel Vero. Hal ini menunjukkan terjadi pacuan apoptosis pada sel HeLa. Hasil uji in vivo untuk mengkaji kemampuan ekstrak temu kunci dalam melindungi stres oksidatif pada mencit Balb/c terinduksi UV-B menunjukkan bahwa ekstrak temu kunci mampu menurunkan produksi malondialdehid. Penurunan optimal terjadi pada 48 jam pasca paparan UV-B pad a kelompok yang mendapat perlakuan ekstrak temu kunci 16mg/hari. Ekspresi Cu, Zn-SOD pada kulit tidak menunjukkan perbedaan yang si-gnifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ekstrak temu kunci, baik pada distribusi
maupun
kemoprevensi
perlu
pengamatan penelitian
kuantitatif. lanjutan
Untuk
untuk
mengetahui
mengetahui
potensi
kemampuannya
sebagai dalam
melindungi dari inflamasi, supresi imun, dan kerusakan DNA.
v
ABSTRAK Rimpang ternu kunci
(Boesenbergia pandurata)
mengam.tung senyawa-senyawa
aktif yang bcrpotensi dikembangkan sebagai agen kemoprevensi kanker. Penelitian ini bertujuan mengkaji potensi ekstrak etanolik temu kunci sebagai agen kemoprevensi karsinogenesis kulit.
Untuk membuktikan
temu kunci yang digunakan dalam penelitian
ini mempunyai aktivitas antikanker maka dilakukan uji sitotoksik, anti proliferasi dan pacuan apoptosis pada sel kanker. Uji difokuskan pada kemampuan ekstrak
aktivitas kemoprevensi karsinogenesis kulit
dalam
melindungi stres oksidatif pada mencit
Balb/c terinduksi UV-B dengan mempelajari pada tingkat produksi malondialdehid (MDA) dan ekspresi Cu, Zn-Superoksid Dismutase (Cu, Zn-SOD). Rimpang temu kunci diekstraksi dengan metode maserasi dalam etanol 96%. Penghambatan proliferasi dipelajari dengan metode MIT, pengamatan apoptosis dilakukan dengan
double staining etidium bromide dan akridin oranye. Produksi MDA diukur dengan
TBARs kit dan ekspresi Cu, Zn-SOD diamati dari hasil pewamaan imunohistokimia pada jaringan kulit punggung. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
ekstrak
etanolik
temu
kunci
mampu
menghambat proliferasi dan memacu apoptosis pada set HeLa serta selektif terhadap sel normal Vero.
Ekstrak uji juga mampu menurunkan produksi malondialdehid
mencit
Balb/c pasca paparan akut UV-B, tetapi tidak menunjukkan pengaruh pada ekspresi Cu, Zn-Superoksid Dismutase pada kulit.
Kata kunci: Boesenbergia pandurata, kemoprevensi, malondialdehid, Cu,Zn-superoksid dismutase.
vi
DAFTAR ANGGOTA TIM PENELITI
No.
Nama
Tugas Dalam Kegiatan
AJokasi Waktu
Unit Kerja lembaga
1
Shanti listyawati, M.Si.
Ketua peneliti
20 jam/minggu
Bioteknologi UGM
2
Muthi Ikawati, M.Sc. Apt.
Peneliti-1
20 jam/minggu
Fak. Farmasi UGM
3
Sismindari, Prof, Dr, SU, Apt.
Supervisor
20 jam/minggu
Fak. Farmasi UGM
4
Widi Hartanto
Administrasi
3 bulan
LPPTUGM
vii
DAFTAR
lSI
1.
Judul
2. 3. 4.
Halaman Pengesahan
II
Kata Pengantar
iii
Ringkasan Eksekutif
IV
5.
Abstrak
VI
6. 7.
Daftar Anggota Tim Peneliti
vii
Daftar Isi
viii
8.
Daftar Tabel
X
9.
Daftar Gam bar
X
10. 11.
Daftar Lampiran
X
L
PENDA HUL UAN A. Latar Belakang B. Permasalahan C. Tujuan
12.
ll.
TINJAUAN P USTAKA A. Karsinogenesis B. Karsinogenesis Kulit C. Reactive Oxygen Species (ROS) dan Kanker Kulit D. Kanker Kulit E. Temu Kunci
13.
[Boesenbergia pandurata (Roxb.) Scheltr]
III. METODE
5 5 6 8 11
12
a.
Uji Sitotoksik
b.
Uji Penghambatan Proliferasi
14 14 14 14 14 14 15
c.
Uji Apoptosis
15
A . Bahan dan Alat B. Cara Kerja
1. Pembuatan Ekstrak Etanolik temu Kunci 2. Uji in vitro Aktivitas Antikanker Ekstrak Etanolik Temu Kunci
3. Uji in vivo Efek Proteksi terhadap Stres Oksidasi a.
14.
I I 3 4
Pcngelompokan Hcwan Uji
15 15
b.
Perlakuan Hewan Uji
16
c.
Metode Pengukuran Produksi Malondialdehid (MDA)
16
d.
Metode deteksi ekspresi Ci, Zn-SOD
17
IV. HASIL A. Ekstraksi Rimpang Temu Kunci B. Uji Aktivitas Sitotoksik
18 18 18
C. Uji Penghambatan Proliferasi
20
D. Uji Apoptosis
21
E. Uji Proteksi terhadap Stres Oksidatif
22 22
J.
Uji Produksi Malondialdehid (MDA)
2. Uji Ekspresi Cu, Zn-Superoksid Dismutase (Cu, Zn-SOD)
22
viii
15.
PEMBAHASAN A. Uji Sitotoksik B. Uji Penghambatan Proliferasi C. Uji Pacuan Apoptosis D. Uji Proteksi terhadap Stres Oksidatif 1. Produkdi Malondialdehid (MDA) 2. Ekspresi Cu, Zn-Superoksid Dismutase (Cu, Zn-SOD) 16. VI. KESIMPULAN DAN SARAN 17. UCAPAN TERIMA KASIH 18. DAFTAR PUSTAKA 19. LAMPlRAN V.
24 24 25 26 28 28 29 31 31 32 39
ix
DAFTAR TABEL
. ... ... 23 1. Tabel l . Distribusi Cu, Zn-SOD pada jaringan Kulit.. 2. Tabel 2. Rata-rata jumlah seJ jaringan kulit pada berbagai timgkat kandungan Cu, Zn-SOD .. . . .. :.......................23 . . . . . . .
. . . . . . . . .....
. . . . . . ...... . . . . . . . . . . . .
.
. . . .
... .....
. . . .
. . . . . ..
. . . . . . ... . . . . .
DAFTAR GAMBAR
.. .. 12 1 . Gambar 1. Habitus dan rimpang tanaman temu kunci. 2. Gam bar 2. Desain perlakuan hewan uji.. .................................................. 16 3. Gambar 3. Efek berbagai kadar EETK terhadap pertumbuhan set HeLa............ l8 . . . . . . . .
. . . . . . .
. . .. . . . . . .....
19 4. Gam bar 4. Efek berbagai kadar EETK terhadap pertumbuhan sel Vero 20 5. Gambar 5. Efek EETK terhadap pertumbhan sel HeLa dan pada set Vero . 6. Gambar 6. Hasil double staining etidium bromide-akridin oranye pada sel HeLa . . . . . . . .. . . . .
..
dan Vero
21
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . ......
7. Gambar 7. Kadar MDA plasma darah setelah paparan radiasi UV-B akut 8.
. . . . . ..
Gambar 8. Ekspresi Cu, Zn-SOD pada jaringan kulit
. . . . . . . . ..
22
.
DAFT AR LAMPIRAN
1. SK Tim Peneliti 2.
Ethical Clearance
X
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara tropis mendapatkan paparan sinar matahari yang cukup tinggi sepanjang tahun. Sinar matahari bermanfaat pada berbagai aspek kehidupan, namun
di sisi lain juga mempunyai efek negatif. Paparan radiasi sinar ultraviolet
yang mengenai kulit dapat menyebabkan terbentuknya radikal bebas dan
(UV)
reactive
oxygen species (ROS) (Norins, 1962 cit Lee et al., 2007). Apabila jumlah radikal bebas dan ROS berlebihan sehingga sistem antioksidan alami dalam tubuh tidak dapat meredamnya, maka dapat mengakibatkan stres oksidatif. Manifestasi stres oksidatif ini muncul dalam bentuk gangguan pada kulit, yaitu
sunburn, inflamasi, kerusakan DNA
dan supresi sistem imun, yang selanjutnya dapat menyebabkan terjadinya penuaan dini,
basal cell carcinoma, squama cell carcinoma, dan melanoma (K.atiyar et al., 2007; Lee et al., 2007; Timares et.al., 2008). Insidensi kanker kulit meningkat dalam
Report menyatakan bahwa
10 tahun terakhlr ini.
World Cancer
radiasi UV dari matahari merupakan penyebab
insidensi kanker kulit di USA (Timares
90%
et al., 2008). Di Indonesia, insidensi kanker
kulit menempati urutan ketiga terbanyak setelah kanker leher rahim (17%), kanker payudara
(1 1%), dan kanker kulit (7%) (Soehartati, 2011). Meningkatnya intensitas
paparan radiasi UV ke permukaan bumi salah satunya dipicu oleh semakin menipisnya lapisan ozon yang berfungsi sebagai penyaring radiasi UV, hal ini dapat berdampak cukup serius terhadap kehidupan organisme di permukaan bumi. Perubahan gaya hidup juga merupakan faktor yang mendukung peningkatan insidensi kanker kulit, polusi, diet yang tidak menyehatkan, serta kecenderungan untuk memiliki kulit putih dengan cara mengurangi melanin yang secara fisiologis juga mengurangi
barrier paparan UV pada
kulit, menyebabkan peningkatan kerusakan yang ditimbukan paparan UV matahari
(Erni, 2010). Radiasi ultraviolet matahari
dibagi dalam tiga kelompok yaitu:
(UV -A) merniliki panjang gelombang gelombang
ultraviolet-A
320 - 400 lllTl, ultraviolet-B (UV-B) panjang
290-320 nm, dan ultraviolet-C (UV -C) panjang gelombang 200-290
Sinar UV-A yang mencapai permukaan bumi sebesar sedangkan UV -C
nm.
94-96%, UV-B sebesar 3-6%,
hampir tidak ada yang mencapai permukaan bumi karena semua
diserap oleh lapisan ozon (Timares
et al., 2008). Ultraviolet-B berperan penting dalam
menyebabkan karsinogenesis kulit.
Radiasi UV -B dapat menyebabkan kerusakan pada
molekul DNA, protein dan lipid, serta menjadi karsinogen yang berpengaruh pada inisiasi karsinogenesis (Soehnge
et al., 1997).
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi dan mencegah timbulnya kerusakan seluler akibat radiasi UV, diantaranya pema.kaian pelindung kimiawi yang diaplikasikan secara topikal. Akhir-akhir ini banyak dikembangkan upaya pencegahan melalui bahan atau senyawa suplemen yang dikonsumsi melalui diet. Senyawa bahan alam atau sintetis yang diaplikasikan secara
oral atau topical untuk mencegah,
mengurangi dan menghentikan karsinogenesis ini disebut agen kemoprevensi kanker (Surh,
2003 dan Wright et al., 2006). Aktivitas kemoprevensi
dapat melalui
mekanisme antioksidan, penetralan dan ekskresi senyawa karsinoge� peningkatan kemampuan
atau melalui
DNA repair (Beliveau and Gingras, 2007; Katiyar et al.,
2007, Surh andNa, 2008; Walaszek et al., 2004). Indonesia memiliki biodiversitas tanaman yang sangat melimpah. Dalam hal kekayaan biodiversitas tanaman, Indonesia menduduki peringkat nomer dua setelah Brazil, dengan demikian eksplorasi senyawa bioaktif
dari tanaman
yang berpotensi
2
sebagai agen kemoprevensi kanker sangat potensial untuk dikembangkan. Salah satu tanarnan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai agen kemoprevensi kanker kulit adalah temu kunci (Boesenbergia pandurata, (Roxb.) Schelter). Tanaman anggota familia Zingiberaceae ini tumbuh melimpah di
Asia termasuk Indonesia (Heyne,
1978). Rimpang temu kunci yang dikenal dengan namafinger root (Inggris) atau kra chai (Thailand) dimanfaatkan sebagai pemberi aroma dan rasa masakan, secara empiris juga digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati demam, bengkak, dan perut kembung (Hasnah et al., 1995). Rimpang temu kunci mengandung senyawa aktif yang dapat beketja sebagai antioksidan,
antiinflamasi,
antimutagenik,
sitotoksik,
antiproliferatif,
induktor
apoptosis, dan antiangiogenesis (Kirana et a/., 2007; Morikawa et al., 2008; Shindo et al., 2006; Tewtrakul et al., 2009; Tuchinda et al., 2002; Yun et al., 2006), sehingga temu kunci berpotensi untuk
dikembangkan sebagai agen kemoprevensi kanker.
Penelitian ini untuk mengk:aji potensi ekstrak temu kunci sebagai agen kemoprevensi khususnya pada kanker kulit.
B. Permasalahan Agen kemoprevensi kanker merupakan senyawa yang didapat atau sintetis
yang
dapat mencegah,
dari
baban alam
menunda, dan menghambat karsinogenesis
Karsinogenesis terdiri dari tahapan inisiasi, promosi, dan progresi (Surh, 2003). Adanya karsinogen yang mengenai tubuh akan memicu timbulnya perubahan-perubahan seluler, dapat berupa meningkatnya ROS
(Reactive
oxygen species) dan radikal
bebas,
timbulnya respon inflamasi, supresi imun, dan kerusakan DNA. Apabila sistem homeostasis tubuh tidak dapat mengatasi kerusakan seluler akibat paparan karsinogen tersebut, maka dapat menginisiasi karsinogenesis (Browning and Horton, 2004).
3
Agen kemoprevensi kanker diperuntukkan bagi orang normal terutama bagi yang berisiko tinggi terkena kanker (Tsao
et al., 2004). Populasi yang beresiko tinggi
menderita kanker kulit adalah mereka yang banyak menerima paparan radiasi UV, misalnya mereka yang memiliki aktivitas tinggi di luar ruangan. Pada penelitian ini akan dikaji potensi temu kunci sebagai agen kemoprevensi kanker kulit
dengan
memfokuskan pada:
1. Apakah ekstrak etanolik temu kunci (Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schelter) memiliki aktivitas antikanker ?
2.
Apakah ekstrak etanolik temu kunci mampu memberikan perlindungan terhadap kerusakan oksidatif pada kulit setelah paparan radiasi UV-B, khususnya pengaruh pada produksi malondialdehid (MDA) ?
3.
Apakah ekstrak etanolik temu kunci mampu memberikan perlindungan terhadap kerusakan oksidatif pada kulit setelah
paparan radiasi UV-B, khususnya
pengaruh pada ekspresi superoksid dismutase?
C. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah: 1.
Mengkaji aktivitas antikanker ekstrak etanolik temu kunci secara
in vitro pada
cell line kanker HeLa dan Vero. 2.
Mengkaji
kemampuan
perlindungan
terhadap
mempelajari secara
ekstrak stres
etanolik oksidatif
temu akibat
kunci
dalam
paparan
memberikan
UV-B,
dengan
in vivo pengaruhnya pada produksi malondialdehid (MDA).
3. Mengkaji kemampuan ekstrak etanolik temu kunci dalam
memberikan
perlindungan terhadap stress oksidatif akibat paparan radiasi UV -B, dengan mempelajari secara
in vivo pengaruhnya pada ekspresi superoksid dismutase.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karsinogenesis Karsinogenesis
merupakan
proses
terbentuknya
kanker.
Penyakit
kanker
ditandai oleh adanya pertumbuhan dan penyebaran sel yang t.idak terkontrol akibat terganggunya mekanisme regulasi pada proliferasi dan diferensiasi sel (Weinberg, 2007). Gangguan mekanisme regulasi ini melibatkan perubahan genomik sehingga te:tjadi mutasi yang menyebabkan meningkatnya ekspresi dan aktivitas on.kogen serta menurunnya ekspresi dan aktivitas
tumor supressor genes (Soehnge et al., 1997; Tsao
et al., 2004; Weinberg, 2007). Onkogen berfungsi mengatur proliferasi dan deferensiasi sel, sedangkan (Soehnge
tumor supressor genes merupakan regulator negatif untuk pertumbuhan
et al., 1997).
Karsinogenesis mencakup rangkaian perubahan seluler dan molekuler yang terdiri dari tiga tahapan yaitu inisiasi, promosi dan progresi (Sur� 2003; Tsao 2004; Walaszek
et al.,
et al., 2004). Tahap inisiasi berlangsung cepat, mencakup paparan agen
karsinogenik, distribusi dan penyebarannya ke jaringan atau organ tempat teljadinya aktivasi metabolisme dan detoksifi.kasi, serta ke DNA target sehingga menimbulkan kerusakan genotoksik (Surb, 2003; Tsao
et al., 2004). Inisiasi juga mencakup mutasi
DNA sehingga dapat menyebabkan aktivasi onkogen dan inaktivasi
tumor suppressor
genes (Walaszek et al., 2004). Apabila tidak diikuti paparan karsinogen berikutnya, sel yang terinisiasi tidak akan berkembang menjadi kanker, tetapi perubaban selulemya bersifat Tsao
irreversible karena akan menetap selama kebidupan sel (Soehnge et al., 1997;
et al., 2004; Weinberg, 2007). Kecenderungan teljadi inisiasi meningkat seiring
bertambahnya umur, intensitas paparan karsinogen, dan predeposisi genetik ( Dlugoz
and Yusfa, 1993).
5
Tahap promosi berlangsung lebih lama dan reversible (Surh, 2003; Tsao et al., 2004; Walaszek et al., 2004). Tahap promosi melibatkan mekanisme epigenetik (Tsao
et a/., 2004) dicirikan dengan proliferasi sel preneoplastik yang sangat cepat dan terakumulasi membentuk benign tumor, untuk: mencapai pembentukan benign tumor diperlukan promoting agent yang cukup (Muhtar and Elmets, 1996
cit Vaid and
Katiyar, 2010; Surh, 2003; Walaszek et al., 2004). Tahap terakhir karsinogenesjs adalah progresi, yang mencakup kerusakan genetik yang menghasilkan perubahan benign tumors menjadi malignant neoplasms yang dapat berinvasi dan metastasis ke tempat jauh (Walaszek, 2004). Progresi umumnya bersifat irreversible (Tsao et al., 2004) Radiasi UV khususnya UV-B merupakan karsinogen yang dapat berperan
sebagai inisiator maupun promotor
karsinogenesis (Soehnge et al., 1997).
B. Karsinogenesis Kulit Karsinogenesis kulit dapat dipicu oleh agen kimiawi maupWl agen fisik. Radiasi UV khususnya UV-B merupakan karsinogen fisik yang dapat berperan maupun promotor
sebagai inisiator
karsinogenesis (Soehnge et al., 1997). Radiasi UV diterima oleh
reseptor biologis (kromofor) yang akan langsm1g mengabsorbsi energi radiasi UV dan menimbulkan perubaban konformasi atau struktur. Perubahan molekul ini merupakan penanda terjadinya inisiasi respon
kerusakan seluler. Respon seluler dapat terlihat
berupa erythema, sunburn dan supresi imun (Katiyar et al., 2010). Molekul reseptor penerima radiasi UV berupa trans-uronic acid
(trans-UCA)
dan DNA. Trans-UCA banyak terdapat pada stratum corneum dan mengabsorbsi gelombang pendek UV-B untuk mengurangi penetrasi ke lapisan kulit yang lebih dalarn.
Radiasi UV
mengisomerisasi
trans-UCA menjadi cis-UCA, isomer ini
6
berpotensi menekan sistem imun (Timares
et al., 2008). Molekul penerima radiasi
cahaya selain trans-UCA ada1ah DNA. DNA mengandung kromofor yang dapat mengabsorbsi
UV-B
dengan
kuat.
K.romofor
tersebut
berupa
cincin
aromatik
heterosiklik pada basa nitrogen. Interaksi antara UV -B denga.R DNA menghasilkan senyawa yang disebut fotoproduk. Fotoproduk tersebut adalah
cyclobutane pyrimidine
dimers (CPDs) dan pyrimidine 6-4 pyrimidones (Ravana et al., 2001). Cyclobutane pyrimidine dimmers dibentuk
4 cincin siklobutil, sehingga menghasilkan mutasi C�T dan CC�Tf
et al., 2001). Senyawa 6,4-photoproduct bukan merupakan cyclobutane
dipyrimidine, molekul ini dibentuk dari ikatan kovalen antara C- 6 dari suatu pirimidin dengan
C-4 dari pirimidin tetangganya.
Adanya dimer ini mengganggu proses
replikasi dan transkripsi DNA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa T-T
dimer yang berada pada sekuen promoter merupakan inhibitor transkripsi (Tommasi
cyclobutane
pengikatan faktor
et al., 1996 cit Soehnge et al., 1997) dan penelitian Donahue et
al. 1994 melaporkan bahwa pirimidin dimer
dalam rantai DNA
yang ditranskripsi
dapat menyebabkan pemanjangan pada transkripsi DNA terhenti, akibat lebih lanjut adanya CPDs dapat mempengaruhi siklus sel (Soehnge
et al., 1997).
Jika kerusakan DNA akibat paparan sinar UV
tidak diperbaiki, maka dapat
menjadi mutasi permanen pada sekuen DNA, jika tetjadi pada DNA gen-gen yang berperan dalam pengaturan pertumbuhan dan perkembangan sel dapat menyebabkan karsinogenesis (Soehnge
et a/., 1997).
Penelitian kanker kulit pada rnanusia dan
mencit, menunjukkan adanya mutasi p53 khususnya pada posisi pirimidin, tetjadi substitusi basa CT atau CCTT dengan frekuensi yang tinggi. Mutasi akibat paparan UV
7
ini berupa CT dan CCTT dan ini dikenal sebagai penanda mutasi akibat paparan sinar UV
( UV signature mutations), bentuk mutasi ini tidak dijumpai pada mutasi yang
diinduksi karsinogen kimia Lesi T-T juga berperan dalam pembentukan mutasi N-ras ditemukan pada tumor imbas UV pada rodensia (Ravanat et a/., 2001). Mutasi p53 merupakan respon terbadap stres seluler termasuk kerusakan DNA, bipoksia, ketidakseimbangan nukleotida, stress oksidatif dan kerusakan spindel. Photodamage akibat paparan UV-B dapat diperbaiki melalui proses nucleotide excision repair (NER) yang dapat cepat memperbaiki transcription-coupled untuk mengaktifkan ekspresi bagian genomik (Soebnge et al., 1997). Gen p53 ikut dalam perbaikan DNA melalui berbagai mekanisme termasuk kontrol checkpoint siklus sel yang mengatur komponen sistem DNA repair, sebingga memungkinkan perbaikan DNA yang rusak. Jika kerusakan DNA sangat banyak dan tidak dapat. diperbaiki, sel akan mengalami apoptosis.
Racliasi
UV-B
dapat
menghambat
pengikatan
p53
dan
aktivitas
transkripsional yang mengakibatkan penurunan fungsi p53 (Soebnge, 1997). Penurunan fungsi p53 dan lambatnya perbaikan photoproduct pada kodon tertentu akan menyebabkan induksi dan akumulasi mutasi p53, terutama mutasi karena transisi C7T atau CC7TT. Pada paparan sinar UV yang berulang dan kronis, keratinosit yang mengandung gen p53 yang telab bermutasi menjadi resisten terhadap apoptosis. Pada kondisi normal, keratinosit yang rusak oleh paparan sinar UV-B akan dieliminasi oleh interaksi
Fas/Fas-ligand.
Pada
kanker
kulit,
regulasi
jalur
ini
terganggu
(Ananthaswamy, 2004). Peningkatan ekspresi gen p53 akan menginduksi gen-gen target, diantaranya adalah GADD45. Protein GADD45
berperan dalam cell cycle,
stabilitas genomi� perbaikan nucleotide excisio� asesibilitas kromatin dan apoptosis (Sakamoto et al., 2009).
8
C. Reactive Oxygen Species (ROS) dan Kanker Kulit Paparan radiasi UV yang mengenai kulit dapat mengakibatkan terbentuknya radikal bebas dan reactive oxygen species (ROS) (Norins, 1962 cit Lee et al., 2007). Radikal bebas dan ROS merupakan metabolit yang -sangat reaktif, terdiri dari hidrogen peroksida (H202), radikal hidroksil (OH-) dan radikal superoksida (0 2-). Secara alami radikal bebas dan ROS juga dihasilkan tubuh dari metabolisme asam lemak oleh peroksidase, metabolisme senyawa xenobiotik oleh mikrosom sitokrom 450, stimulasi fagositosis oleh patogen, metabolisme arginin, lipopolisakarida, dan aktivitas enzim pada jaringan spesiflk. Pada kondisi normal, radikal bebas dan ROS akan dibersihkan oleh
sistem
antioksidan
alami
superoksidismutase, katalase,
dan
dalam
tubuh
glutation
yaitu
dengan
aktivitas
peroksidase� juga oleh
enzirn
penangkap
antioksidan non enzimatik yaitu vitamin dan flavonoid (Lee, et al., 2007). Apabila kondisi keseimbangan radikal bebas dan ROS dengan sistem antioksidan terganggu dengan adanya kondisi yang tidak normal misalnya akibat paparan polutan, radiasi UV, asap
rokok, � stres, maka dapat menimbulkan stres oksidatif sehingga menimbulkan
kerusakan pada makrornolekul seluler (Browning and Horton, 2004).
Radikal bebas
dan ROS dapat berinteraksi dengan membran sel dan menyebabkan peroksidasi lipid, kerusakan protein dan mutasi DNA (Lee, et al., 2007, Rowe et al., 2008), selain itu ROS yang berlebihan juga dapat menyebabkan ketidakstabilan genetik dan resisten terhadap apoptosis (Junkins-Hopkins, 2010). Radikal bebas dan ROS merupakan molekul yang memiliki half-life dan hanya
menimbulkan efek lokal, tetapi ROS mudah
pendek
berikatan dengan
polyunsaturatedfatty acids (PUFAs) pada membran sel (Browning and Horton, 2004). lkatan antara ROS dengan PUFA-s akan menginisiasi oksidasi lipid. Oksidasi lipid ini
9
dapat berlangsung secara non enzimatis dan enzimatis. Secara non enzimatis melalui peroksidasi lipid yang menghasilkan senyawa aldehid, yaitu malondialdehid (MDA). Malondialdehid memiliki halff?fe yang lebih panjang daripada ROS, bersifat sitotoksik dan mampu berdifusi menuju molekul target intraseluler maupun ekstraseluler yang jauh dari lokasi terbentuknya MDA, dengan cara ini MDA meningkatkan efek stres oksidatif
dari ROS
(Bochkov
et
al., 2010; Browning and Horton,
Malondialdehid apabila berinteraksi dengan
2004).
DNA dapat membentuk: DNA adduct,
selain itu ROS dan MDA mampu menginduksi inflamasi melalui produksi sitokin proinflamasi dan kemotaksis sel neutrofil (Browning and Horton, 2004). Antioksidan adalah senyawa bioaktif yang dapat mencegah, menurunkan reaksi-reaksi oksidasi, memutus, menghambat, menghentik� atau menstabilkan radikal bebas {Sunarno, 2009). Antioksidan enzimatis intraseluler yang banyak ditemukan pada berbagai jaringan adalah superoksjd dismutase, katalase, dan gluthation reduktase. Antioksidan enzimatis ini bekerja mengkatalisis dismutase anion superoksida yang merupakan oksigen reaktif menjadi oksigen. Antioksidan ini bekerja mencegah kerusakan sel yang diakibatkan oleh metabolisme oksigen dengan menggunakan oksigen. Dalam tubuh mamalia, superosid dismutase (SOD) terdiri dari berbagai jenis, antara lain Mn-SOD dalam mitokondria, SOD ekstraseluler Cu, Zn-SOD dan Fe-SOD dalam sitosol (Sunarno, 2009). Cu, Zn-SOD merupakan protein enzim yang terlarut dan berasosiasi dengan sitoplasma dalam inti sel. Protein im tersusun dari dua sub unit identik yang mengandung ion tembaga (Cu) dan seng (Zn) yang diperantarai oleh residu histamine (Ames
et al.,
1993) Cu, Zn-SOD juga diketahui sebagai SOD yang paling stabil karena
setiap subunit tergabung oleh ikatan non-kovalen dan terangkai oleh ikatan disulfida.
10
Enzim ini berperan dalam pertahanan tubuh melawan radikal-radikal bebas anion superoksida atau yang merupakan produk parsial oksigen (Wresdiyati dan Astawan, 2004). Paparan radiasi UVB yang mengenai kulit akan diabsorbsi kromofor yang merupakan komponen
seluler (protein,
DNA) pada kulit. Efek langsung
yang
disebabkan oleh radiasi UVB adalah berkurangnya antioksidan seluler sehingga terbentuk
reactive oxygen species (ROS) seperti hidrogen peroksida, radikal hidroksil,
radikal peroksil,
singlet oxygen dan mediator inflamasi (Pillai et a/., 2005 dalam Iran et
al., 2008) yang menginduksi kerusakan lipid, protein dan DNA. Epidermis kulit juga mengandung
antioksidan sebagai pelindung yang meliputi
superoksid dismutase,
gluthation peroksidase, dan katalase yang akan menetralisis ROS pada kulit. Paparan radiasi UV menyebabkan aktivitas enzim-enzim tersebut berkurang (Podda dalam Iran
et al., 1998
et al., 2008 ). D. Kanker Kulit
Kanker kulit merupakan
jenis kanker yang angka insidensinya cenderung
meningkat dalam lima tahun terakhir, hal ini diakibatkan paparan radiasi UV yang semakin meningkat di permukaan bumi akibat menipisnya lapisan ozon stratosfer (Bunawas, 1999), penyebab utamanya adalah paparan sinar UV -B. Sinar UV -B merupakan karsinogen yang paling berpengaruh terhadap kanker kulit terutama kanker kulit non melanoma (Kanoko
et al., 2000).
Kanker kulit dibedakan menjadi
Cutaneous Malignant melanoma (CMM) dan
Malignant Non Melanoma yang terdiri dari Basal Cell Carcinoma (BCC) dan Squamous Cell Carcinoma (SCC). Melanoma malignan merupakan kanker kulit terganas dan penyebab kematian terbanyak. Kanker ini berasal dari melanosit pada
11
epidermis kulit dan sebagian kecil berasaJ dari tahi lalat berubah menjadi ganas dan menyebar dengan cepat.
(naeus pigmentosus) yang
Basal Cell Carcinoma merupak:an
tumor dengan pertumbuhan lambat, timbul dari lapisan sel basal kulit, sedangk:an
sec
merupakan tumor ganas yang bisa tumbuh di kulit maupun selaput lendir dengan epitel squamosa. Tumor yang timbul bisa sangat agresif dan kadang bermetastasis (Andrianto dan Sukardi,
1988). Tipe kanker SCC timbul akibat sering terpapar UV, sedangkan
CMM dan BCC lebih sering disebabkan oleh paparan
UV ak:ut (Yaid and Katiyar,
2010). Kank:er kulit akjbat induksi radiasi UV pada mencit merupakan model yang dapat digunak:an
mempelajari mekanisme
molekuler
dari
karsinogenesis, karena
kemiripan dengan proses pembentukan kank.er pada manusia (Philpott Walaszek
et al., 2007;
et al., 2004). Pengetahuan tentang mekanisme karsinogenesis akibat radiasi
UV sangat berguna untuk mengembangkan metode
pengobatan dan pencegahan
kanker kulit.
E. Temu kunci (Boesenbergia pandurata (Roxb.) ScheUer] Temu kunci
[Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schelter, syn. Kaemferia
pandurata Roxb., syn. Boesenbergia rotunda] merupakan tanaman edible yang tergolong
familia zingiberaceae (Shindo,
et al., 2006; Morikawa et al., 2008).
Tanaman ini banyak tumbuh di Asia termasuk Indonesia Temu kunci seperti anggota Zingiberaceae lainnya, yang paling banyak: dimanfaatkan dari bagian tanaman ini adalah rimpangnya (Heyne,
1978). Morfologis rimpang temu kuncj menyerupai
beberapa anak kunci yang disatukan (Gambar 1 ), terdiri dari rimpang induk berbentuk membulat, kemudian
dari
bagian
ini
keluar rimpang-rimpang kecil
memanjang
12
-----. .,._---
--
menyerupai anak kunci atau jari, sehingga dalam bahasa lnggris tanaman ini disebut
finger root, di Thailand dikenal dengan nama Kra-chai.
Gambar l. Habitus (A) dan rimpang (B) tanaman temu kunci (Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schelter)
Senyawa aktif yang berhasil diisolasi dari atsiri;
pinostrobin; cardamonin;
boesenbergin;
rimpang temu kunci yaitu minyak 5,7-dimetoksiflavon; 1,8-cineol;
panduratin (Pancharoen, et al., 1978) 5-hidroksi-7 metoksif lavanon; panduratin-A; 5,7 dihidroksiflavanon;
2'6' -dihidroksi-4metoksichalchon;
(Shindo et al., 2006).
Kiat et al. (2006),
4-hidroksipanduratin
A
menambahkan adanya pinocembrin dan
alpinetin. Morikaw a et al. (2008) berhasil mengidentifikasi prenylchalchone dalam rimpang temu kunci yaitu krachaizin A dan krachaizin B, selain itu juga ditemukan
prenyljlavanone dan rotundaflavon. Senyawa-senyawa yang berhasil diisolasi dari rimpang temu kunci tersebut dilaporkan menunjukkan berbagai aktivitas biologis. Ekstrak metanol
B. pandurata
menunjukkan efek penghambatan TNF -a dan menginduksi sitotoksisitas pada sel L292 (Morikawa et al., 2008). Ekstrak temu kunci juga menunjukkan aktivitas antiproliferasi pada sel kanker ovarium (CaOV3), sel kanker payudara MDA-MB-231 dan MCF-7, sel kanker
cerviks HeLa,
sel kanker
colon HT-29 (Jing et a/.,
2010). Aktivitas
antiproliferasi ekstrak temu kunci juga teijadi pada sel kanker laryngeal Hep2
13
(Kamkaen et a/., 2006). Ekstrak etanolik rimpang B. pandurata dapat memberikan efek proteksi terhadap timbulnya kanker colon pada tik:us Sprague-Dawle yang diinduksi karsinogen azoxymethane (Kirana et al., 2006).
Kandungan senyawa fenolik dan
flavonoid rimpang tersebut juga menunjukkan aktivitas antioksid.an (Jing et al., 2010). Pinostrobin,
cardamonin,
alpinetin,
pinocembrin,
panduratin
A
dan
4-
hidroksipanduratin A dilaporkan dapat menghambat aktivitas protease pada virus dengue (Kiat et al., 2006).
14
III. METODE PENELITIAN A. Bahan dan Alat 1.
Bahan Penelitian Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah rimpang temu kunci (dari
Kalibawang, Kulonprogo, DIY), sel HeLa, sel Vero, mencit Balb/c dari LPPT UGM. Medium kultur RPMI, etanol, TBARs kit (Cayman), antibody Cu,Zn-SOD (Sigma), LSAB universal (Dako). 2.
Alat Penelitian Alat yang dibutuhkan adalah rotary evaporator, inkubator C02, ELISA reader,
laminar airflow, spektrofotometer, mikoroskop. B. Cara Kerja 1.
Pembuatan Ekstrak Etanolik Rimpang Temu Kunci (EETK)
Ekstraksi menggunakan metode maserasi dalam pelarut etanol 96% selama 2 2.
Uji in vitro Aktivitas Antikanker Ekstrak Etanolik Temu Kunci
a.
Uji Sitotoksik Sel HeLa dan sel Vero dalam medium RPMI 1640 ditambah
x 24 jam.
10% fetal bovine
serum (FBS), 100 mg/ml streptomisin, 100 unit/ml penisilin dan 2 mM glutamin. 4 Sebanyak (2xl 0 ) sel/ml
didistribusikan ke dalam sumuran microplate 96 wells dan
diinkubasi dengan ekstrak uji berbagai seri kadar (1,952 - 1000 p,g/ml) selama 24 jam. Pada akhir inkubasi, masing-masing sumuran ditambahkan 15ul MTT 0,3% dalam PBS. Reaksi dihentikan dengan penambahan SDS l 0% (setelah 6 jam). Intensitas warna ungu yang terbentuk diukur dengan ELISA reader pada panjang gelombang 550 nm
(Doyle and Griffiths, 2000).
15
b.
Uji Penghambatan proliferasi Sel Hela dan sel Vero masing-masing sejumlah (2x104) seUml dipuasakan
dalam
media kultur yang mengandung 0,5%
FBS
selama 24 j�
kemudian
diturnbuhkan dalam sumuran yang mengandung ekstrak uj i kadac 3,75; 7,5 ; 1 5 dan 30 J.Lg/ml. Populasi sel viabil setiap seri percobaan dihitung pada jam ke 24, 48, dan 72 kemudian dibuat kurva jumlah sel viabil vs waktu inkubasi (Doyle
c.
and Griffiths, 2000).
Uji Apoptosis. Sebanyak 50.000 seUsumuran ditanam pada
cover
slip, dan diinkubasi 24 jam,
kemudian ditambahkan ekstrak dan diinkubasi selama 24 jam. Pada akhir inkubasi sel dicuci PBS selanjutnya ditambahkan 10 f..Ll pereaksi etidiumbromida-akridin oranye (masing-masing 5 J.Lg/ml dalam PBS). Sel diamati dengan mikroskop fluoresen perbesaran 400x. Sel berfluoresen hijau menunjukkan sel hidup, sedangkan oranye menunjukkan sel mati. Sel apoptosis tahap awal akan mengalami fragmentasi nukleus dan masih berfluoresensi hijau dan pada tahap akhir tetjadi fragmentasi sel dan berfluoresensi merah oranye. 3.
Uji in vivo Efek Proteksi terhadap Stres Oksidasi
a. Pengelompokan Hewan Uji Hewan uji yang digunakan adalah mencit Balb/c betina umur 2 1 hari dengan berat badan 30 ± 0,15 g, sejumlah 75 ekor dibagi dalam lima kelompok. Kelompok A : tanpa paparan UV-B (0,93 mJ/cm2) dan tanpa pemberian EETK Kelompok B : diberi paparan UV-8(0,93 mJ/cm2), tanpa pemberian EETK Kelompok C :
diberi
paparan
UV-B(0,93
mJ/cm2)
dan
perlakuan
EETK
8
mg/hari/mencit
16
Kelompok D :
diberi
paparan
UV-B (0,93 mJ/cm2) dan perlakuan EETK 16
diberi
paparan
UV-B (0,93 mJ/cm2) dan perlakuan EETK 24
mglhari/mencit Kelompok E : mglhari/mencit
b. Perlakuan hewan uji Ekstrak etanolik temu kunci diberikan setiap hari secara oral sesuai dosis kelompok perlakuan selama 14 hari sebelum paparan akut
UV -B sampai terminasi. Paparan
2 UVB dosis tunggal 0,93 mJ/cm diberikan pada hari ke-14 pemberian EETK.
Terminasi dilakukan pada jam ke-2, 24, 48, dan 72 pasca paparan
UV-B. Pada waktu
terminasi setiap kelompok dikorbankan 3 hewan uji, diambil jaringan kulit punggung dan darah dari .sinus preorbitalis. Desain perlakuan hewan uji seperti pada Gambar 2.
UV-B I Pemberian � · · · · · · · · · · ·· · ····· EETK
••••.••
•
Hari ke-0
......................................
Hari ke-14
Jam ke-2
I
Jam ke-24
I
Jam ke-48
I
I
Jam ke-72
I
Terminasi hewan uji Gambar 2. Desain perlakuan hewan uji c.
Metode pengukuran produksi Malondealdehid (MDA) Produksi MDA diukur dari kadar MDA plasma darah menggunakan TBARS
Assay Kit (Cayman). Sampel darah ditambah antikoagulan EDTA kemudian disentrifus 1 OOOxg selama 10 menit pada 4°C� ambil dengan pipet lapisan atas yang berwarna kuning, dsimpan dalam freezer -80°C sampai saat dianalisis. Sebanyak
100 ul
sampel atau standar dimasukkan ke dalam
tambahkan 100 ul larutan SDS ke dalam
vial 5 ml,
vial dan kocok sampai bercampur, kemudian
17
ditambahkan 4 ml color reagent. Vial yang berisi sampeVstandar ditutup selanjutnya didihkan selama satu jam. Setetah satu jam vial diambil dan dimasukkan ke dalam es untuk menghentikan reaksi, inkubasi dalam es selama 10 menit. Selanjutnya vial disentrifus dengan kecepatan 1600 x g pada 4°C selarna
10 menit, kemudian distabilkan pada suhu
ruangan selama 30 menit. Larutan dalam masing-masing vial distribusikan ke dalam sumuran plate sebanyak 150 ul/ml (dibuat ulangan/duplo) pada 532
nm .
dan dibaca absorbansinya
Selanjutnya dihitung rerata absorbansi larutan standar dan sampel, dibuat
kurva standar untuk menentukan kadar MDA sampel
d.
Metode deteksi ekspresi Cu, Zn-SOD Jaringan kulit punggung diflksasi dengan buffer formalin dan selanjutnya
diproses dengan metode standar menggunakan parafm. Pewarnaan imunohistokimia dilakukan .sesuai metode yang digunakan Wresdiati et a/.(2006). Irisan jaringan dideparafinasi dalam larutan xilol kemudian dilakukan rehidrasi dan dilanjutkan inaktivasi terhadap peroksidase endogen dengan cara merendam irisan jaringan dalam metanol yang ditambahkan dengan hidrogen peroksida selama 1 5 menit. Selanjutnya dilakukan perncucian dalam Phosphate Buffer Saline (PBS) dan diinkubasi dalam serum normal untuk menutupi antigen nonspesifik, selanjutnya dilakukan pencucian kembali dalam PBS 3xl 0menit. Tahap selanjutnya adalah inkubasi dalam antibodi 3x1 0menit. Tahap selanjutnya adalah inkubasi dalam antibodi monoklonal Cu,Zn-SOD (1 :200) pada suhu 4°C selama 2 malam, dicuci dengan PBS 3x5 menit dilanjutkan inkubasi dalam antibodi sekunder Dako Envision Peroxiase (Dako K 1491) dalam ruang gelap selama 60 menit. Hasil reaksi antigen dan antibodi divisualisasi dengan menggunakan DAB (Diamino Benzidine) dalam tris buffer yang telah diberi tambahan
18
HzOz selama 25 menit dalam gelap, kemudian diberi counterstain hematoksilin. Setelah itu dilakuk:an
dehidrasi, clearing dan mounting. Ekspresi SOD diamati berdasarkan
distribusi dan frekuensi antioksidan terse but pada jaringan kulit.
19
IV. BASIL A. Ekstraksi Rimpang Temu Kunci Rimpang temu kunci kering yang sudah diserbuk, diekstraksi dengan metode maserasi dalam etanol 96% selama 2
x
24 jam, kemudian dipekatkan dengan rotary
evaporator, didapatk:an hasil ekstrak etanolik temu kunci pekat (EETK) sebesar 1 4%.
B. Uji Aktivitas Sitotoksik Pada
uji
sitotoksis
digunakan
sel
kanker
serviks
HeLa,
pembanding aktivitas EETK pada sel normal digunakan sel Vero. memperlihatkan bahwa kenaikan kadar (Gambar 3 dan 4). HeLa dengan
dan
sebagai
Hasil uji
EETK menyebabkan penurunan viabilitas sel
Ekstrak etanolik temu kunci mampu menghambat pertumbuhan set
ICso sebesar 56�-tg/ml dan untuk sel Vero sebesar 125 r.tg/rnl.
�-�=�
IC50 Hela = 56,..,g/ml
l -
1 �
v •
80.0
.� ::.0
60.0
·�
40.0
ro
y = -Q.803x + 94.83
R2
=
0.935
-+-Hela --
linear (Hela)
20.0 0.0 +------""---, 0.00
250.00
Gambar 3. Efek berbagai kadar EETK terhadap pertumbuhan sel HeLa.
20
IC 50 Vero=
125p.tg/ml
@-20.0 �00.0 VI ttl
� 80.0 ;Q
y = -0.44lx + 105.1
ttl
Rz = 0.933
·:; 60.0
-t-Vero
-- Linear (Vero)
40.0 20.0 0.0
+------,...---....., 0.00
Kadar EETK (ug/ml)
500.00
Gambar 3 . Efek berbagai kadar EETK terhadap pertumbuhan sel Vero
21
C. Uji Penghambatan Proliferasi Uji pengaruh EETK terhadap penghambatan proliferasi sel Hela dan sel Vero, clilakukan dengan uji doubling time.
100 "ii lb
80
�
60
I!
40
�e
20
i � r::: •
&
--+-ETK 30 ug/ml --- ETK 15 ug/ml
ETK 7,5 ug/ml
�ETK 3,75 ug/ml -
kontrol
0 24
48 jam ke-
72
120 e: 100 lit "' s 80 :a "' 60 '> c
�
Gl D.
! t
[TI --+-ETK 30 ug/ml --- ETK 15 ug/ml ETK 7,5 ug/ml
40
- kontrol
20 24
48
72
jam ke-
Gambar 5. Efek EETK terhadap pertumbuhan sel HeLa sebesar 14 -87% (A) dan pada sel Vero maksimal 23% (B). Ekstrak etanolik temu kunci yang digunakan pada uji doubling time pada HeLa adalah EETK pada kadar d.i bawah ICso yaitu: 3,75; 7,5; 1 5 ; dan 30 Jlg/mL Hasil uji menunjukkan bahwa EETK mampu menghambat proliferasi pada sel HeLa pada jam ke-24, 48, dan 72 yang menunjukkan perbedaan signifikan dengan kontrol. Penurunan viabilitas sebesar 14 - 87 %. Semakin tinggi kadar EETK yang d.iberikan, kemampuan penghambatan juga semakin besar (Gambar SA).
22
Pada sel Vero, perlakuan EETK kadar 7,5; 15 dan 30ug/ml menyebabkan penurunan viabilitas terbanyak sebesar 16%. Viabilitas sel akibat perlakuan EETK tidak berbeda signifikan dibandingkan kontrol.
D. Uji Apoptosis
Uj i efek EETK terhadap apoptosis dilakukan dengan pewarnaan double staining (etidium bromid- akridin oranye) Hasil pewarnaan menunjukkan bahwa pada beberapa .
sel berwarna oranye dan tampak adanya badan-badan apoptosis yang terbentuk dari hasil fragmentasi sel.
Sel Hela + EETK 30ug/ml
Sel Vero + EETK 60ug/ml
Sel Vero {Kontrol) Gambar 5. Hasil double staining etidium bromide-ak.ridin oranye pada sel HeLa dan
Vero.
Pada perlakuan EETK kadar setengah dari IC50 memperlihatkan lebih
banyak sel berfluoresensi oranye yang menandakan tetjadinya apoptosis
23
E. Uji Proteksi terhadap Stres Oksidatif Uji aktivitas EETK dalam melindungi dari stres oksidatif dilakuan secara in vivo pada mencit
Balb/c
terinduksi
UV -B,
dengan
mengkaji
pada
tingkat
produksi
malondialdehid dan ekspresi Cu, Zn-Dismutase kulit.
1.
Uji Produksi Malondialdehid (MDA) Hasil pengukuran MDA pada darah menunjukkan produksi MDA meningkat pasca paparan UV-B. Produksi MDA ini menurun pada kelompok hewan uj i yang mendapat perlakuan EETK. Penurunan optimal terjadi pada 48 jam pasca paparan UV-B pada kelompok yang mendapat perlakuan EETK 16mg!hari.
-
6 •
kontrol
4
•
uvb
3
•
uvb+eetk 8mg
e
5
:E �
g
-
:E
2 1 j 0 .. ftl "D
0
2
24
48
• uvb+eetk
16mg
• uvb+eetk
24mg
72
jam kepasca radlasi Gambar 6. Kadar MDA plasma darah setelah paparan radiasi UV-B akut.
2.
Uji Ekspresi Cu, Zn-Superoksid Dismutase (Cu, Zn-SOD) Hasil pewarnaan imunohistokimia pada jaringan kulit mencit, Cu, Zn-SOD
terdistribusi pada dermis maupun epidermis (Gambar 7). Kandungan Cu, Zn-SOD lebih banyak terdapat pada epidermis, hal tersebut tampak dengan munculnya warna coklai yang lebih kuat dan banyak pada bagian epidermis kulit (Tabel 1 ).
24
Gambar 7. Ekspresi Cu, Zn-SOD pada jaringan kulit, 48 jam pasca paparan UV, ditunjukkan dengan inti berwarna coklat Pengamatan menunj ukkan bahwa
lcuantitatif
dan
kualitatif
terhadap
ekspresi
Cu,Zn-SOD
tidak ada perbedaan yang signifikan pada kandungan atau
distribusi Cu, Zn-SOD pada kulit mencit kontrol dengan kelompok perlakuan dengan EETK (Tabel 2 dan gambar 7). Tabel 1 . Distribusi Cu, Zn-SOD pada Jaringan Kulit
Kontrol
Perlakuan
+
Dermis ++
B
UVB
+
++
c
UVB + EETK 8 m(J
+
++
D
UVB + EETK 1 6 mg
+
+++
E
UVB + EETK 24 mg
+
++
A
Keterangan: +++
=
positif kuat, ++
Eeidermis
=
positif sedang, += positif lemah
- =
negatif.
25
Tabel 2a. Rata-rata jumlah sel jaringan kulit pada berbagai tingkat kandungan Cu, Zn SOD
Jumlah sel kulit pada berbagai tingkat kandungan Cu, Zn-SOD, 24 jam pasea paparan UVB erbesaran 4002'.) per lapangpandang(p +++
A
Kontrol
B
UVB
C
UVB + EETK 8 mg
D
UVB + EETK 16 mg
E
UVB + EETK 24 mg
0,00 0.00 0.00 0.00 0.00
+
++
23.07 29.80 30.60 42.00 18.60
42.73 36.73 37.20 24.00 37.00
32.87 33.47 32.20 30.20 44.40
Keterangan: +++ = positif kuat; ++ = positifsedang; += positif lemah, - =negatif
Tabel 2b. Rata-rata jumlah sel jaringan kulit pada berbagai tingkat kandungan Cu, Zn SOD
Jumlah sel kulit pada berbagai ti ngkat kandungan Cu, Zn-SOD,
48 jam pasca paparan UVB
per lapangpandang( p erbesaran 400x)
A
Kontrol
B
UVB
C
UVB + EETK 8 mg
D
tJVB + EETK 16 mg
E
UVB + EETK
24 mg
+++ 0.00 0.00 0.00 3 .50 0.00
++ 54.00 9.00 78.00 35.00 24.00
+ 23.00 45.00 6.00 6.00 45.00
23.00 46.00 16.00 59.00 31.00
Keterangan: +++ = positifkuat; ++ - positifsedang; += positiflemah, - =negative
Tabel 2c. Rata-rata jumlah sel jaringan kulit pada berbagai tingkat kandungan Cu, Zn SOD
Jumlah sel kulit pada berbagai tingkat kandung-.m Cu, Zn-SOD, 72 jam pasca paparan UVB per lapangpandang( pe r b esaran +++
A
Kontrol
B
UVB
C
UVB + EETK 8 mg
D
UVB + EETK 16 mg
E
U V B + EETK
24 mg
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
400x)
++
45.00 12.00 34.00 33.00 36.73
+
34.00 46.00 36.00 19.00 29.80
21.00 42.00 30.00 48.00 33.47
Keterangan: +++ = positif kuat; ++ = positif sedang; += positif lemah, - =negatif
26
V. PEMBAHASAN
Ekstrak etanolik temu kunci (EETK) yang dignnalrnn seDagai bahan uji merupakan hasil ekstraksi rimpang temu kunci
yang diperoleh dari Kalibawang,
Kulonprogo, DIY. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi dalam emnol 96%. Di dalam EETK terdapat senyawa fenolik dan flavonoid yang menunjuk:kan aktivitas biologis dan berpotensi dikembangkan sebagai agen kemoprevensi karsinogenesis (Jing et al., 2010, Kamkaen et al., 2006, Kirana et al. 2007). Agen kemoprevensi kan.ker adalah senyawa bahan alam atau sintetis yang dapat mencegah, menunda, atau menghambat karsinogenesis (Suhr, 2003). Untuk. membuktikan bahwa temu kunci
(Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schelter) yang digunakan sebagai bahan ekstrak uji dalam
penelitian ini mempunyai aktivitas antikanker seperti temu kunci yang
dilaporkan peneliti-peneliti sebelumnya, maka dilakukan uji aktivitas antikanker yang meliputi uji sitotoksis, antiproliferasi, dan pacuan apoptosis secara
in vitro pada sel
kanker. Hasil uji in vitro yang menunjuk adanya aktivitas antikanker dilanjutkan dengan uji in vivo pada mencit Balb/c untuk mengkaji kemampuan EETK dalan1 melindungi stres oksidatif akibat paparan UV-B, dengan mengkaj i pada produksi malondialdehid dan ekspresi Cu, Zn-superoksid dismutase.
A. Uji Sitotoksik Uji sitotoksik dilakukan untuk mengetahui potensi penghambatan pertumbuhan sel akibat perlakuan ekstrak etanolik temu kunci (EETK) terhadap sel kanker. Pada uji ini digunakan sel kanker serviks HeLa dan sebagai pembanding aktivitas EETK pada sci normal digunakan sel Vero. Uji ini untuk menentukan kadar bahan uji yang dapat menyebabkan
penghambatan
pertumbuhan
memperlihatkan bahwa kenaikan kadar
sel
sebesar
50%
(IC50).
Hasil
uji
EETK menyebabkan penurunan viabilitas sel
27
(Gambar 3 dan 4). Kemampuan EETK untuk menghambat pertumbuhan sel HeLa ditunjukkan dengan nilai
ICso sebesar 56J.!g/ml. Nilai ICso ini tidak berbeda jauh
dengan basil penelitian Jing et al. (2010) yang menggunakan rimpang temu kunci [Boesenbergia rotunda (sin. B. pandurata)] asal Malaysia untuk menguji sitotoksisitas pada sel HeLa, yaitu sebesar 65,50 J.!g/ml.Hal ini menunjukkan bahwa rimpang temu kunci sebagai bahan dasar yang digunakan sebagai ekstrak uji dalam penelitian ini juga memiliki aktivitas sitotoksik seperti yang di�ukkan oleh
temu kunci dalam
penelitian-penelitian
dan
yang
sudah
dipublikasi
sebelumnya,
layak
untuk
dikembangkan sebagai kandidat agen kemoprevensi kanker. Bahan uji dengan nilai IC50 di bawah 100 J.!g/ml berpotensi sebagai kemoprevensi kanker (Meiyanto, et al., 2008). Perlakuan dengan EETK pada sel normal Vero menunjukkan aktivitas sitotoksik yang lebih rendah dibandingkan pada sel kanker HeLa Nilai ICso untuk sel Vero sebesar 125 J.!g/ml, ini .memperlihatkan bahwa EETK selektif dalam mempengaruhi viabilitas sel. Efek sitotoksik EETK terhadap sel kanker ini dapat dikaitkan dengan kemampuan EETK memacu cell cycle arrest
atau memacu apoptosis, untuk itu dilanjutkan uj i
doubling time dan pengecata DNA.
B. Uji Penghambatan Proliferasi Untuk melihat efek EETK terhadap proliferasi sel Hela dan seJ Vero, dilakukan uji doubling time. Ekstrak etanolik temu kunci yang digunakan pada uj i doubling time adalah EETK pada kadar 3,75; 7,5; 1 5 ; dan 30 J.!g/ml yang merupakan kadar di bawah nilai ICso. Hasil uji menunjukkan bahwa EETK mampu menghambat proliferasi pada sel HcLa
pada jam ke-24, 48, dan 72. Semakin tinggi dosis EETK yang diberikan,
efek penghambatan terhadap proliferasi semakin besar. EETK mampu menghambat 14-
28
87%, sedangkan efek penghambatan proliferasi pada sel normal Vero hanya mencapai 16% (Gambar 5A dan B). Hal ini menunjukkan bahwa EETK lebih aktif dalam menghambat proliferasi pada sel kanker HeLa daripada sel normal Vero, sehingga berpotensi dikembangkan sebagai agen kemoprevensi kanker. J.ing et a/. (20 1 0) juga melaporkan
bahwa
ekstrak
temu
kunci
(B.rotunda syn. B.pandurata) mampu
mengbambat proliferasi pada sel kanker payudara (MCF-7 dan MDA-MB 231), sel kanker ovarium (CaOV3), sel kanker serviks (HeLa), dan sel kanker colon (HT-29), tetapi tidak menunjukkan efek sitotoksik pada sel normal yang dijadikan kontrol yaitu sel 3T3 (sel fibroblast mencit). Penyakit kanker ditandai oleh adanya pertumbuhan dan penyebaran sel yang tidak terkontrol akibat terganggunya mekanisme regulasi pada proliferasi dan diferensiasi sel (Weinberg, 2007). Gangguan mekanisme regulasi ini melibatkan
perubahan
genomik
sehingga
terjadi
mutasi
yang
menyebabkan
meningkatnya ekspresi dan aktivitas onkogen yang berfungsi mengatur proliferasi dan deferensiasi, serta aktivitas tumor supressor genes yang merupakan regulator negative untuk pertumbuhan (Soehnge et al., 1997; Tsao et at., 2004; Weinberg, 2007). Panduratin A yang terkandung dalam temu kunci dilaporkan dapat menghambat proliferasi sel kanker HT-29 dengan cara menghambat pada fase GO/G l (K.irana et al., 2007). Pada sel PC3 dan DU145, panduratin A dapat meningkatkan ekspresi p27Kipl dan
p21 WAF/Cip 1, yang
merupakan
menghambat kompleks cyclin-CDK
protein-protein inhibitor, yang dapat
(Yun et a/.,
2006).
Adanya penghambatan
kompleks cyclin-CDK, menyebabkan sel tidak dapat menyelesaikan daur sel sehingga pertumbuhannyajuga akan terhenti (King, 2000). Protein cyclin dan CDK membentuk kompleks yang memacu fosforilasi pRb sehingga menyebabkan pelepasan HDACs (Histone Deacetylase). Pelepasan HDACs
29
ini melepas ikatan elektrostatik histon-DNA sehingga E2F, salah satu fak:tor transkripsi, dapat menempati posisi aktifnya untuk mentranskripsi gen-gen yang diperlukan dalam pe:rjalanan daur sel. Akibat dari terhambatnya aktivitas dan ekspresi protein cyclin D dan E serta CDK 4 dan 6 adalah siklus sel akan kembali pada.fase GO karena tidak dapat melampaui
restriction point. Penelitian yang lain menunjukkan bahwa salah satu
efek dari penghambatan aktivitas cyclin B 1-cdc2 oleh panduratin A mengakibatkan terhentinya transisi fase G2/M. Dengan penghambatan aktivitas daur sel pada berbagai fase,
maka
panduratin
A
memiliki
pertumbuhan sel kanker (Lodish
sifat
antiproliferatif yang
dapat menekan
et a!., 2000). C. Uji
Pacuan Apoptosis
Salah satu target dari agen kemoprevensi adalah memacu apoptosis set kanker. Apoptosis merupakan kematian sel yang terprogram sehingga induksi apoptosis melibatkan .
jalur aktivasi tertentu yang akan meningkatkan selektivitas agen
kemoprevensi pada sel kanker. Protein-protein penting yang berperan dalam regulasi apoptosis antara lain p53, keluarga protein Bcl-2, dan protein -caspase. Protein-protein proapoptosis dapat diak:tivasi karena suatu sinyal intrinsik melalui kerusakan DNA maupun ekstrinsik karena aktivasi reseptor kematian Fas oleh suatu ligan. Agen kemopreventif dapat menginduksi terjadinya apoptosis baik melalui jalur intrinsik maupun ekstrinsik (Chang and Kinghorn, 2001). Uji efek EETK terhadap apoptosis dilakukan dengan pewamaan double
staining
(etidium bromid- akridin oranye). Akridin oranye akan berinterkalasi dengan DNA menyebabkan sel normal ataupun badan-badan apoptosis berfluoresensi hijau. Hasil
double staining, perlakuan EETK 30f..lg/ml pada sel HeLa memperlihatkan lebih banyak sel berfluoresen oranye dibandingkan
pada sel Vero. Hal ini menunjukkan bahwa
30
telah terjadi kerusakan permeabilitas membran sel ak:ibat perlakuan EETK , sehingga etidium bromida dapat masuk ke dalam sel dan menyebabkan fluorensi oranye yang menandakan terjadinya kematian sel. Pada beberapa sel tampak adanya badan-badan apoptosis dan kondensasi kromatin, seperti yang dilaporkan pada sel perlakuan panduratin A
HT-29 akibat
(Yun et al., 2006). Hal ini menunjukkan bahwa kematian sel
terjadi melalui mekanisme apoptosis. Panduratin A dapat memacu apoptosis dengan cara menghambat protein procaspase 9 sehingga
8, 3,dan 6. Kondisi tersebut yang dapat meningkatkan rasio Bax:Bcl-2,
meningkatkan apoptosis melalui jalur mitokondrialintrinsik (Yun et
al.,
2006). Protein caspase selanjutnya akan mengaktivasi DNase untuk mem:fragmentasi DNA serta mcngaktivasi protease-protease lain sehingga makromolekul sel tidak berfungsi
lagi.
Pacuan
apoptosis
ini
sangat
menguntungkan
karena
tidak
mengak:ibatkan respon patologis seperti halnya jika terjadi nekrosis. Selain itu, induksi apoptosis pada sel kanker bersifat selektif sehingga toksisitas pada sel normal relatif lebih rendah. Dengan demikian temu kunci berpotensi dikembangkan sebagai agen kemoprevensi kanker.
D. Uji Proteksi terhadap Stres Oksidatif Dalam pencegahan inisiasi tumor, aktivitas antioksidan memiliki peran penting dalam meredam radikal-radikal bebas. Senyawa radikal bebas juga merupakan senyawa elektrofilik
reaktif
yang
dapat
bereaksi
membentuk
ikatan
kovalen
dengan
makromolekul sel termasuk protein-protein dan asam nukleat. Reaksi dengan asam nukleat dapat menyebabkan terjadinya mutasi yang merupakan inisiasi munculnya tumor (Sohn
et
al., 2006). Aktivitas antioksidan rimpang temu kunci
dilaporkan oleh Pratiwi et
secara in vitro
a/.(2009) yang mengukur dengan metode spektrofotometri
31
penangkapan radikal bebas DPPH (2,2' -difenil-1-pikrilhidrazil), yang mendapatkan hasil lC
50
untuk ekstrak temu kunci sebesar 100 ppm. Nilai ini lebih besar dibandingkan
dengan BHT (butylated hidroxytoluene) sebagai kontrol positifyang hanya sebesar 6,46 .
ppm. Pada penelitian aktivitas antioksidan EETK diuji secara in vivo dengan mengkaji kemampuan EETK melindungi mencit Balb/C dari stress oksidatif akibat paparan ah.'Ut UV-B dengan mempelajari pada tingkat produksi malondialdehid dan ekspresi Cu, Zn Superoksid dismutase. Radiasi UV-B yang mengenai kulit akan meningkatkan jumJah radikal
bebas.
Kemampuan
memberikan
perlindungan
terhadap
stres
oksidatif
merupakan salah satu mekanisme kerja agen kemoprevensi kanker (Nishigori et al.,
2006; Suhr, 2003). 1.
Produksi Malondialdehid (MDA) Malondialdehid merupakan produk akhir dari oksidasi lipid. Tingginya kadar
MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid, yang secara tidak langsung juga menunjukkan tingginya jurnlah radikal bebas. Paparan radiasi UV-B yang mengenai kulit akan menginduksi peningkatan jumlah radikal bebas. Perlakuan EETK diberikan 14 hari sebelum paparan UV-B akut (0,93mJ/cm2) dengan
tujuan
senyawa-senyawa
aktif dalam
EETK
dapat
memberikan
efek
pencegahan kerusakan akibat stres oksidatif dari paparan UV-B. Hasil pengukuran MDA plasma menunjukkan bahwa kadar MDA tertinggi tetjadi dua jam pasca paparan UV -B terutama pada kelompok mencit yang tidak mendapat perlakuan EETK. Pada kelompok dengan perlakuan EETK 16 mglhari menunjukkan bahwa EETK
marnpu
menurunkan kadar MDA sampaijam ke-48 pasca paparan UV-B (Gambar 6.) Shindo et
a!. (2006) melaporkan bahwa senyawa-senyawa chalcon yang terdapat dalam temu kunci merniliki aktivitas antioksidan pada sel otak tikus dengan cara menghambat
32
k
I
peroksidasi lipid. merupak:an
Senyawa-senyawa chalcon terdapat
tanaman
daJam temu kunci yang
edible, sehjngga aman dikembangkan sebagai antioksidan.
Aktivitas antioksidan tersebut stabil, tidak berkurang akibat proses pemasakan (Srundo
et al., 2006). Secara in vitro, panduratin A hasil isolasi dari temu kunci, mampu menghambat pertumbuhan sel kanker HepG2 yang diinduksi dengan tert-butil hidroksi peroksida (t BHP). Panduratin A menghambat kuat t-BHP yang merupakan senyawa induktor kanker dengan terlibat dalam mekanisme pembentukan intermediet radikal bebas. Panduratin A dapat memproteksi sel HepG2 melaui perbaikan kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh t-BHP dengan cara peredaman radikal bebas (Sohn et al., 2005).
2.
Ekspresi Cu, Zn-Superoksid Dismutase (SOD) Untuk !llempel�jari mekanisme penurunan MDA plasma darah akibat perlakuan
EETK maka dilanjutkan dengan kajian untuk melihat ekspresi Cu, Zn-SOD, salah satu enzim intraseluler yang berperan mengkatalisis dismutase anion superoksida yang merupakan
-oksigen
reaktif menjadi
hydrogen
peroksida
dan
oksigen.
Enzim
antioksidan ini berfungsi mencegah kerusakan sel akibat metabolism oksigen secara oksidasi (Sunamo, 2009). Penurunan
ekspresi Cu, Zn-SOD dapat meningkatkan
kerusakan bahkan penyakit kulit yang disebabkan oleh radikal bebas. Pada
penelitian
ini
ekspresi
Cu,
Zn-SOD
dideteksi
dengan
metode
imunohistokima dengan mengamati distribusi dan frekuensinya pada jaringan kulit. Dari hasil pewamaan, terlihat terdistribusi di jaringan dermis dan epidermis. Pe.rbedaan intensitas
wama
coklat menunjukkan tingkat kuantitas ekspresi yang berbeda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa distribusi dan frekuensi Cu, Zn-SOD padajaringan kulit
33
pasca radiasi UVB 24, 48, dan 72 jam tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan EETK dengan kelompok kontrol, jadi dosis EETK yang diberikan pada hewan uji tidak mempengaruhi ekspresi Cu, Zn-SOD.
34
VI.
PENUTUP
A. Kesimpulan 1.
Ekstrak etanolik temu kunci mempunyai aktivitas sitotoksik, menghambat proliferasi, dan memacu apoptosis pada sel kanker serviks HeLa dan selektif terhadap sel Vero.
2.
Ekstrak etanolik temu kw1ci mampu melindnngi
stres oksidatif dengan
menurunkan produksi malondialdehid pada mencit Balb/c terinduksi UV-B. 3.
Ekstrak etanolik ternu kunci tidak mempengaruhi ekspresi Cu, Zn-SOD pada kulit mencit Balb/c terinduksi UV-B. B.
Saran
Perlu dilakukan kajian lebih lanjut mekanisme kerja ekstrak etanolik temu kunci sebagai agen kemoprevensi kanker kulit selain aktivitasnya sebagai antioksidan.
Ucapan Terima Kasih Terima kasih kepada: l.
Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI yang
telah mendanai penelitian ini melalui program RISBIN IPTEKDOK 201 1 . 2.
Seluruh anggota tim panel memberikan
pembinaan,
pakar RISBIN
bimbingan,
dan
IPTEKDOK 20 1 1 saran
untuk
yang telah
keberlangsungan
penelitian ini. 3.
Prof. Dr. Sismindari, M.Sc., Apt. sebagai supervisor riset
4.
Prof. dr. Sofia Mubarika, M.Med.Sc., Ph.D.; Dr.rer.nat. Yosi Bayu Murti M.Si., Apt, dan Drh. Sitarina Widyarini, M.Sc. Ph.D. untuk diskusi dan arahannya.
35
DAFTAR PUSTAKA Andrianto, P., dan E. Sukardi. 1 988. Dermatovenerologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Beliveau, R. and Gingras, D. 2007. Role of Nutrition m Preventing Cancer. Can. Fam. Physician 53: 1906- 1 9 1 1 . Bochkov, V.N., Olga,
V., Birukov, G.K., Levonen, A., Binder, C.J., and Sto, J. 2010. Generation and Biological Activities of Oxydized Phospholipids. Antiox. Redox. Sig. 12(8) : 1 0 1 1 - 1 043.
Browning, J.D and Horton, J.D. Molecular mediators of hepatic steatosis and liver injury. J
Clin. Invest. 1 1 4: 147-152. Bunawas. 1999. Radiasi Ultraviolet dari Matahari dan Resiko Kanker Kulit. Cermin Dunia Kedokteran. 122: 9-12. Cheenpracha, S.,
Karalai, C.,
2006. Anti-HIV-1
Ponglimanont, C., Subhadhirasakulb,
S. and
Tewtraku l, S.
protease activity of compounds from Boesenber gia pandurata.
Bioorg. Med. Chem. 14:1710-1714. Ching,
A.Y.L.,
Wah,
T.S.,
Sukari,
M.A.�
Rahmani,
L.M.�
and
Khali�
Characterization of flavonoid derivatives from Boesenbergia rotunda
K.
2007.
(L.) Malaysian J.
Anal. Sci. 1 1 (1): 1 54-159. Cooper, S.J. and Bowden, G.T. 2007. Ultraviolet B Regulation of Transcription Factor Famiiies: Roles of Nuclear Factor-kappa B (NF-KB) and Activator Protein- 1 (AP-1) in UVB-lnduced Skin Carcinogenesis. Curr. Cancer Drug Targets. 7(4): 325-334. Doyle� A., and Griffiths J.B. 2000. Cell and Ti ssue Culture for Medical Research, John Willey and Sons LTD. England. Erni, G. 2010. Kiat Mencegah dan Mengatasi Penuaan Dini. Makalah seminar Kesehatan Kulit RS. Bethesda Yogyakarta. Heyne, K. ( 1987). Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid IV. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta. p. 592-594. Jing, L.J., Mohamed, M., Rahmat, A. and Bakar, M.F.A. 2010. Phytochemicals, antioxidant properties and anticancer investigations of the different parts of several gingers species (Boesenbergia rotunda, Boesenbergia pulchella var.
attenuata and Boesenbergia
armeniaca). J. Med Plant. Res. 4(1): 27-32. Junkins-Hopkins, J.M. 2010. Antioxidant and chemopreventive properties in dermatology. J. Am. Acad. Dermatol. 62: 663-665. Kamkaen , N., Wilkinson, J.M. and Cavanagh, H.M.A. 2006. Cytotoxic Effect of Four Thai Edible Plants on Mammalian Cell Proliferation. J Thai Pharma. Health Sci. 1(3): 189195. Katiyar,
S.,
Elmets,
C.A.
and
Katiyar,
S.K.
2007.
Green
tea
and
skin
Photoimmunology, angiogenesis and DNA repair. .1. Nutr. Biochem. 18: 287-296.
cancer:
36
. . :.! .. �
Kiat, TS.,
Pippen, R., Yusof, R., Ibrahim, H.,
Khalidd, N. and Abd Rahmane, N. 2006.
Inhibitory activity of cyclohexenyl chalcone derivatives and flavonoids of fmgerroot, Boesenbergia rotunda (L.), towards dengue-2 virus NS3 protease. Bioorg.
Chern. Lett. 1 6 : 3337-3340.
Med.
King, R.J.B. 2000. Cancer Biology. 2"d edition. Pearson Education Limited. London.
Kirana, C., Jones, G.P., Record,
I.R.,
M cintosh , G.H. 2007. Anticancer properties ofpanduratin
A isolated from Boesenbergiapandurata (Zingiberaceae).
J. Nat. Med 6 1 : 1 3 1-137.
Lee, B., Lee, S.Y., Lee, H.J., Sim, G., Kim, J., Cho, Y., Lee, D., Pyo, H., Choe, T., Moon, D., Yun, Y.P. and Hong,
J.T. 2007.
Anti-oxidative and Photo-protective Effects of
Coumarins Isolated from Fraxinus chinensis. Arc. Phar. Res. 30( 1 0): 1 293 - 1 3 0 1 . Lodish, H., Arnold,B.,ipursky, S.L., Matsudara, P., David,B., Darnell, J.E. 2000. Moleculer Cell Biology. W.h. Freeman and Co. London.
Meeran, S.M., Akhtar, S., and Katiyar, S.K. 2009. Inhibition of UVB-Induce
Development by Drinking Green Tea Polyphenols is Mediated Through DNA Repair
and Subsequent Inhibition oflnflamation. J. Invest. Dermatol. 129 (5): 1258-1270. Morikawa, T., Funakoshi, K., Ninomiya, K., Yasuda, D., Miyagawa, K., Matsuda, H., and
Yoshikawa, M., 2008. Structure of New Prenylchalcones and Prenylflavanones with
TNF-a and Aminopeptidase N Inhibitory Activities from Boesenber gia rotunda. Chem.PharmBulL 56 (7): 956- 962.
Pancharoen,
0., Kelvin,
Reutrakul,
V., Taylor, W.C., and Tuntiwachwuttikul,
1 98 7 .
Constituents of Boesenbergia pandurata (syn. KaemR,feria pandurata). P. Aust. J. Chem.
40: 455-462.
Philpott, M.P., Bergamaschi, D., and Storey, A. 2007. Models for Skin Cancer. The Cancer Handbook. 2"d ed. John Wiley and Sons. Ltd. London. p. 4-12.
Ravanat, J.L., Douki, T., and Cadet, J.
2002. Direct and indirect effects of UV radiation on
DNA and its components. J. Photoche. Photobiol. 63: 88-102.
Sakamoto, A., Akieda, S., Oda, Y., Iwamoto, Y., and Tsuneyoshi, M. 2009. Mutation analysis of the Gadd45 gene at exon 4 in atypical fibroxanthoma. BMC Dermatol. 9: 1 -5
Shim, J., Kwon,Y., Han, Y., and Hwang, J. 2008 . Inhibitory Effect of Panduratin A on UV
induced Activation of Mitogen-Activated Protein Kinases (MAPKS) in Dermal Fibroblast Cell. Plant. Med 74 ( 1 2): 1446-1 450.
Sbindo, K., Kato, M., Kinoshita, A., Kobayasi, A., and Koike,Y. 2006. Analysis of antioxidant anctivities contained in the Boesenbergia pandurata Schult. Rhizome. Biosci. Biotech
Biochem. 70 (9): 2281 -2284.
Soehartati. 20 1 1 . Si xth Biggest Cancer Causes ofDeath in Indonesia. Department of Radiology Faculty of Medicine University Physicians RSCM. Jakarta. (www.wvomingScholar.com 26 April 201 1)
37
Soehnge, H., Ouhtit, A., and Ananthaswamy, H.N. 1997. Mechanisms of induction of skin cancer by UV radiation. Frontier in Biosci. 2 :538-5 5 1 .
Sporn, M.B. and Suh, N. 2000. Chemoprevention Cancer. Carcinogenesis 2 1 (3): 525-530. Sunarno. 2009. Profil Antioksidan Copper Zinc Superpxide Dismutase (Cu, Zn-SOD) pada Sel sel Ginjal
Tikus Sprague dawley melalui
Pewarnaan
Imunohistokimia Polimer
Peroksidase. Surh, Y. 2003. Cancer Chemoprevention with Dietary Phytochemicals. Nature Rev. 3 : 768 780. Tewtrakul S., Subhadhirasakul, S., Karalai, C., Ponglimanont, C., and Cheenpracha, S. 2009. Anti-inflammatory
effects
of
compounds
from
Boesenber gia pandurata. Food Chem. 1 1 5 : 534-538
Timares, T.,
Kaemaferia
parvi tlora
and
Katiyar, S., and Elmets, C.A. 2008. DNA Damage, Apoptosis and Langerhans
cells-Activators of UV Induced hnmune Tolerance. Photochem. Photobiol.
84 (2):
422-436.
Tsao, A.S., Kim, E.S., and W.K. Hong. 2004. Chemoprevention of Cancer. CA Cancer J. Clin. 54: 1 50-1 80.
Tuchinda, P., Reutrakul, V., Ctaeson, P., Pongprayoon, U., Sematong, T., Santisuk, T., and Taylor,
W.C.
2002.
Anti-inflammatory
cyclohexenyl
chalcone
derivatives
in
Boesenber gia pandurata. Phytochem. 59: 1 69-173.
Vaid, M. and Katiyar, S.K. 2010. Molecular mechanisms of inhibition of photocarcinogenesis Sil vbum marianum L. Gaertn). Int. J by silymarin, a phytochemical from milk thistle ( Oneal. 36(5): 1053-1060.
Walaszek, Z., Hanausek, M., and Slaga, T.J. 2004. Mechanisms of Chemoprevention. Chest . 1 25 : 1 28S-133S.
Weinberg R.A., 2007. The Biology ofCancer. 1st ed. Garland Science. USA. Win, NN., Awale, S., Esumi, H., Tezuka, Y., and Kadota, S. 2007. Bioactive secondary metabolites
from Boesenbergia pandurata of Myanmar
and
their
preferential
cytotoxicity against Human Pancreatic Cancer PANC-1 Cell Line in Nutrient-Deprived Medium._/. Nat. Prod 70 (10): 1 582-1587.
Wresdiyati T., Astawan, M., Fithriani, D., Adnyane, IKM., Novelina, S., and Aryani, S. 2004.
Pengaruh a-Tokoferol terhadap Profil Superoksida Dismutase dan Malondialdehida
pada Jaringan Hati Tikus di Bawah Kondisi Stres. J Vet. 8: 202-209.
Wright, T.T., Spencer, J.M., and FloweTs, F.P. 2006. Chemoprevention of nonmelanoma skin cancer. J. Am. Acad. Dermatol. 942-946. Yun J., Kwon, H., Hwang, J. 2003. In vitro anti-inflammatory activity of panduratin A isolated from Kaempferia pandurata in RAW 264.7 cells. Plant. Med. 69: 1 1 02-1 108.
38
LAM P I RAN
39
KEMENTERIAN KESEHATAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN Jalan Percctakan Ncgara No. 19Jakana I 0560 Kotak Pos 1226 Tclcpon: (01 I ) 426 lOllS Faksimilc: (02 1 ) 4243933
E-mail. 5e5ban((!;litbang.dcpkcs.go.ad. Website: hllp:i/www.litbang.depke�.go.ad
KEPUTUSAN KEPAL/\ BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN NOMOR
I-IK.03.05/ 1 / ?.93 / 20 1 1 TI�NTI\NG
PENETAPI\ N TlM PELAKSANA I�ISET PEMBINAAN lLMU PENGETA HUAN DAN TEKNOLOGI KEDOl
KEPALA BADAN PENELITII\N DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN, Menimbang
:
u. bahwa untuk mcningkatkan kapasitas pcnclillan dan
pengcmbangan di bidang kcschatan pcrlu dilakukan pe::mbinaan kepada para pcncliti muda; b. bahwa
dnlam
potcnsi
rangka
pcncliti
Pcmbinaan
pcmbinaan
muda
llmu
pcrlu
dan
men��ali
dilakukan
PcngcLahuan
dan
R1�t
Tcknologi
Kcdoktcnm; c. bahwa
berdal!arkan
dimaksud
padCJ
Kcputusan
pcrlimbangan
huruf a
Kcpala
dan
b
Badan
sebagaimana
pcrlu
ditctapkan
Penclitian
dan
Pcngernbangan Kcschatun tcntang Pcmbentukan Tim Pelaksana Rtset Pcmbinaan llmu Pengetahuan dan Teknolog1 l(cdokteran Tahun 201 1; Mengingat
1. Undang-Und<mg Sistcm
Nasional
Penerapun
llmu
Nomor
1H
Iahun
Pcnchtian
2002
tcnwng
Pengcmbangan
Pcngctahuan
dan
dan
Tcknologi
(Lcmbaran Ncgara Rcpublik Indonesia tahun 2002 Nomor R'\, Tambahan
Lcmbaran Ncgara
Rcpublik
lndonc�in Nomor 4219); 2. Undung-Undnng Kcschutan
Nomor
(1.-cmbaran
36
tahun
Ncgara
Tahun
2009
tcnlang
2009
Nomor
144, Tambahan Lcmbaran Ncgara Nomor 5063); 3. Pcr
Lcmbaran
Nornor 3609);
Negara
1995 Nomor 67,
Rcpublik
lndonesi;,l
KEME ITERIAN KESEHATAN
BADAN PENELffiAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN Jdla l'ataabu Ncgan No. 29 Jakarta 10560 Koralc Pos 1226 Tdcpon: (02 1)4261088 Faksimile-: {021} 4243933 £-eai/· � dep k�.go. id. Wehsi1e· http://www.litbang.depkes.go.id
4. Keputusan
Mcnlcri
Penyclenggaraan
Nomor
Kcschotan
791 /Menk(:sf SK/YII/ 1 999
Koordmasi
tcntang
Pcnelitian
dan
Pcngembangan
Kcschatan; 5. Pcraturan
Mcntcri
Kcschatan
1 575/ Mcnkcs/Pcr/XI/2005
Nomor 16
tanggal
Nopember
2005 lcntung Organisasi dan Tate� Kcrja D�partemen Rl
Keschatan Peraturan
telah
sebagaimana Mcnteri
diubah
Kesehatan
dcngan
Nomor
1 1 44/Mcnkcs/Per/Vlll/2010 tentang Org;.misasi dan Tata 1\erjtt Kcmcnterian Kcsehatan Rf; MEMUTUSKAN : Mcnctapkan Kcsalu
PENETAPAN TIM PELAKSANA RISET PEMBINAAN ILMU PENG ETAII UI\N
01\N
TEJ
KEDOKTERAN
TAHUN 20 1 1 ; Kcdull
Tim Pclaksana
Risct Pcmbinaan llmu Pcngetahuan dan
Tcknolog1 Kcdoktcran Risbin
Tahun 201 1 (sclanjutnya discbut
fplckclok 201 I ) scbagaimana t<�rcanlum dalam
lampiran kcputusan im bcrtugas; 1. Mclaksanakan
pcnelitian sesuai kaidah ilmiah dan
elika dcngan waktu yang tel
|
pcnggunaan
anggaran
scHuai pcrattlrun yang bcrlaku; 3. Membu<�t dan mcnyampaikan lapon.m kcmajuan dan laporan akhir pcnclitian; 4. Mcmbw1t
ringkasru1
pcnclitian
scbagui
cksckutif bahan
bcrdasarkan mC�sukan
hasil
kepada
pcngambilan kcputusan dan pcngclola program yang tcrka11 dt·ngan hJsil pcnelitian; Kcliga
Tim
PclakHana
Risbin
lplckdok
201 1
scbagaimana
dimaksLid pada dictum kedua dibcrikan honor sesuai dengan kclcntLwn yang bcrlaku; I<ecmpal
Dalam mclaksunokan tugasnya, Tim Pelaksana Risbin Iptckdok 201 I bcrpcdoman pada pcraturan pemndang undangan yang bcrlaku;
KEMENTERIAN KESEHATAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
29
Jnkarta 10560 Kotak Pos Telcp�m: (021) 426108R l'akl!imile: (021) 4243933
Jalan Pcrcctakan Ncgnra No.
1226
E-mml· �sban@litb�ng.dcpkCll .go.id. Wt•hJile: hllp:/lwww.litbang.dcpkcs.go.id
t
Dalam mclaks<makan tugasnya, Tim Pelaksana Risbin dapal bcrkonsultasi dan berkoordinasi
lptckdol< 201 1
dcngan Tim Panel Pakar dan Tim Pcngelola Administrasi Risbin lptekdok; Kcenam
Biaya kcgiatan Risbm I ptckdok 201 I dibebankan pada DJPA Sckrctariat Bndan 1.-itbangkcs Nomor : 0682/0241 1 . 1 . 0 1 / 00/20 1 1 ;
1\ctujuh
Dcngan
bcrlakun\a Keputusan in1, maka Kcputusan
Kcpala Badan Penditian dan Pcngcmbangan Kcsehatan Nomor ; 111\:.03.05/ I I 1092/2010 tanggal 1 7 Maret 2010 tentang Pcnctapan Tim Pelaksana Riset Pembinaan llmu Pengctahuan
Kcdokteran Tahun 2010
dan Tcknologi
dinyatukan tidak bcrlnku lagi; Kedelapan
Keputusan
ini
bcrlaku
dit.etapkan sampai 3 1
scjak
Dcscmbcr 20 i 1 , dcngan kctcntuan apabila dikcmudian hari tcrnyata tcrdapat kckeliruan dalam keputusan ini dapat dilakukan pcrubahan dan pcrbaikan sebagaimana mestmyu. Dilctapkan eli Jakarta
�
Pad a tanggal I 9 Januari 201 1
�
\ KEPALA BADAN
PENELITIAN DAN
PENG E MBANG
o,. d,.
I!.SE HATAN
JJ!!::::Sc
NIP. 1 95402 1 4 1 98 0 1 2 1 0 0 1
Tcmbll san: I . Mcntcri Kcschatan Rcpublik lndoncl!ia; 2. Sckretans ,Jcnderal Kcmcntcrian Kcs('hHl<m; 3. Jnspcktur .Jcndcral Kcmcntcnan Keschutan;
4. Kepala Kantor Pelayanan Pcrben daharaan Ncgara Jakarta V; 5. Pcjabat Pcmb\.iat Komitmcn Risbin Iptekdok; 6. Bendahara Pengeluaran Badan Litbang Kcsehatan .
'>
LAMPlRAN I<EPUTUSAN KEPALA BAOAN LITBANG KESEHATAN NOMOR : Hl<.03.05111 �93 t20tt
TANGGAL : NO
lNSTANSI
PENEun 1
PENEUT1 2
PENEUT1 3
19
STAF AONINISTRASI
JANUARI2011
ANGGARAN
JUOULRISeT
(Rp.)
Fl< UNIVERSITAS ANOALAS. PAOANG Andant El
K1on1ng dan Apllkas• Gen Hly Listena
Lon�sela. dr
Syar..ul R, SSos. MM
rno.,ocytogenes Penyind• Prot11n
L•Lienob son (lLOi
•ebagat Model Tarapt Btologt terl'ladap lnle�s•
134.080.000
M tubercuiO�tS Uji Pos bfitas 2
Tofri�a· dr
Mtl
Semrg Karsmoma Mammae den r,tan Metoda
A&Wiyilntl Asn MSI Mad Sp"A
Reverse Transl
116.0/d000
T•ssue
3
3
Yenny Muchtar dr SpP
Ed1$on. dr. MPH
Syakut R SSos MM
Dena Fermt
SSi
Res•st...,s• da• Kl.,,s dengan Genotopong M toberculosl$ bert>aSIS PCR RFLP dan SpoltgotyPIIIg do Sumateta Barat
Fl< UNIVERSITAS INDONESIA. JAKARTA
4
Hub:.mgan Pola Pe"yeba,..n
144 586.000
Oe:e•., Mula" Necleophosm•n (NPM1) don
Lyana Setoawan dr SpPK
Hubungannya dengan lmmunopnenotyptng dan
lnda"w111 Om
Sltogoneltk
pada PastM Louktmta Mieloblastik Akul
130.<98.000
ILMAI
Ekawaty Betty Prat•w•. SS1
5
Pengemoangan Sistel'l" Pendetek$i Akllv:tas Sel lydoa Mursi
RA Wendrayan• Putn.
SSos
s•toloksik COS ·dan Hewan Coba Pasco lmunosasi
dengan Hemagluhntn {HA) V•rus Influenza H5N1 dan
126 305.000
HINT 2009 3
1
Nun Qyail ln
T.ara Amodt!ho, dr SpS
Pelnan• Pnm.astan�. or
Sube
Me•'•"' Syampum�.vat•. dr PnD
"'"' Ita Ma•gyarung$oh AmdFt
P•ee lof7
Faktor yarg Berpofin daiam Pengaturan
Heps"""
lionnon Pe"9alur Best pada Iron 0•e�oad Peran GDF15 dan lnfeks· Hop.tot•s C
. Hambatan HtDll"" terhadao Toss"'e Facto1 dab Vascular Endothelial Growth Factor melail.n f,ssue
Factor Pathway lnh•b•tot d1 JaMg�n Mentngtoma
128 472 000
107.415 000
LAMPl RAN KUPUTUSAN I
TANISGAl. 1 19 JANUAAI 1011
t-10
INSTANSI
Pr:Nrl!TI 1
----�--
FKG UNIVIASITAS INOONI!IIA, JAI
'l'unterd•nl lltptoMnl W
r1'll !MI�O.nt
Antndtn�
l•rrtaQ�., c1ta, •P�
,IIIMI �'"''ll�tnll illl ·�111
011 lu�mll4'1n
.MII!IIi .Jtlul Al!llll• l !t''l �-�ll i!I!IJMitn fll•'"
Milk.�iA'Ilt Arol•otllktl KlliiU� 11�111 Mt!ltilul �I MIIIII 1\�dt� tMO O II ICtHdidll lllhln iltlll•le•tl!l P't�IU�II CtUitltll �ntuil Kink" Mulut
I IJ �J.Ii 000
LPPM INSTITUT PERTANIAN BOOOA, IOQOA Oimu Anar1tntG
9
<1;<0.4 1..0�1
Wtret N�ochoht SSI.
M'l
M•• Oew1. dt Mtil
AIYIA•endll
Dill
l'c�n•l Ailltt!abtltt fik&!Ni< DIY� Wungu
(O•IPIOP�YIY"' "lt!UIII !lI Orltr) StudI Khul.at l(ua1itn dan Keoonon••
BBOo!O ClOG
RSUP HASAN SAOIKIN, BANOUNG 10
11
Ga�t�a S•parttnt dr SpA M Kes
'l
Yudtth Set tat Em1aya dr SpA M Ke•
Putt,a Rayant Apandl, dr
Vtndy Ru$l•antt dr
Reno Ghrahanl 0, dr
SpA M Kes
Ntna Herl1na dr
Laetnort, o, MARS
Hubungan tntro Obuttu dan Atopt pada Anok
Laelasaro, Ora, MARS
Pohmorf�Sme Gon roil L•k& Receple>r 9 dan Hum�n Leucocyte Ant•gen-00 DR oebagai Faklor R•s•ko
K
93 905 000
14• 518 000
Pascavaks
FK UNIVERSITAS PAOJAOJARAN, BANOUNG Polen$• quercet.n·3·0"9hleosode (03G) den
12
Enny Ro�mawaty dr M Kes
Vyeke Yumv•ta KO, dr. M Kes
Restu Pudtani
auerc;etin-4·0-glucos•
109.995 000
Tikus Putth (Raltu• norvog1cus albinus)
Hut>ungan polimorflSmc Gcn Leptin, reseptor leptin 13
Mon•mmad Gnoza:t. dr
Henny Jut·�tuti. dr ,
M Kes
Re•tu
Pud)an•
dan PPAR·y, dcngan ko!TipoSisl tubu� pada dt>wasa
irreodah dan muda dengon nwayil berat badan � bayi berat tah�r normal
Po� 2 o f 7
131 539.000
LAMPlRAN KEPUT\JSAN KEPALA BAOAN LITBANG KESEHATAN NOMOR : HK.03.0511/ 319 � 12011
TANGGAL : 19 JANUARI2011 NO
INSTANSI
PEMELm �
PENEUn 3
STAF ADMINISTRASI
JUOULRJSET
Ht
Harbn• nona, dr
Teresa l•t•ana W, S S. M Kts
Man99•s (Garclnoa mangostana L) dalam Mengh•mbat Penyak� Kerdoov;n�uler secara In 111tro
PENEUn 1
ANGGARAN (Rp.)
FK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA, BANDUNG Poten51 Formula EW.Nescent Kul•! El<strall Kulot 14
O,aja Rusmana. dr M S·
!44 640 000
dan In vi•o
Fann� Rah�rdJa d" M Si
IS
Aodnan Sul-endra. dr SpPK M Kes
R•ta TJok•or:>ranota dr M.Sc
S Indahwit•. ST
Ef&k PO!enSI Te� Hl;•u (Ca"r1ell s•nens•s L) d;Jam
Men"'9�atkan Oa�a Antrma:a11a A•temosuw•
!44440.000
FK UNIVERSITAS OIPONEGORO, SEMARANG 16
Amallla Nuggets•an<� S or M S• Meo
8utan Ann•nQNm Setyawat•. dr
Ardy Santosa. dr. SpU
Wrwok Le�tan A Md
Preo•kSr Kegonnan Germ Celt dan RISII
p3da Kasus Cryptooh1d1�m deogan HoPO$Oadta dan Amb•gus Gcnrtalia
Aoallsts Kore!as• antara Faktor Restlc-o T;!er Ant.bodt Sl!./'um Eopsten-B.ttr Voros oengan Trpe Hostoaatolog·l< EkSQt�· LMP-1 dan CO 99 p�a Karstnoma Nasofonng
]�5.336.000
:25311000
17
2
Awal Prasotyo. or 1\1 Kes SpTHT-Kl
Uda�• Sadi'ana dr M Kes SpPA
Her..ny Kart•>a-..atr. dr SpTHT-KL
Endang Pu!W
18
3
Mufhhitul Mun•ro�. dr M S• Med
Abdul Mughn1, dr. Sp8, M S1 Med
Hermnwan 1$trad•. dr
Sue• El Sukma Asmora Amd
19
Om�a Meilyana d r SpA
Anond•ta Sootad;r. dr SpA
Kumra D•M ASiutl. dt
W•nda Oktor•nonggar. Sc
Pengal\lh V'""''" E terhadap Profif L•p•d Kadar LDL teroks•dno sVCAM-1 dan iCAM-1 p�a Ponartnta Sondrom Nefrob•
145 011.000
2ll
Santosa. dr, SpPO
Fant• Saktom dr
Mufi•hatul Mun.roh. Dr M.$1 Med
R1ta fnclrryat1 Amak
Mutaso JAK2 V617F sebag•• Btomar.ter 01agnostok dan Target Terapl pada Neoplasms Myeloproitfera!ll dengan Krornosom Philadelpho.a NegaM
144 916 000
Paae 3 of7
MutoSJ Gen Kru sebaga 81omarl<er Prognas•s pada
Pendent<> Tumor Kalorel
145 646.000
'I
LAMPlRAN KEPUTUSAN I<EPALA BAOAN LITBANG KESEHATAN NOMOR : HK.03.0SI11 .39� 12011 TANGGAL : \9 JANUARI2011
00
INSTANSI
PENELm 1
PENEUTI 2
PENEUTI3
STAF AOMINiSTRASI
JUDULRISET
FK UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG, SEMARANG S!
Sumamo. dr, MS SpPA
21
Nurul Faodah, SH
(Doo$cwe« escu•enta) sebagat agen k...,oterapt
pada kank&r po�ud••• mencit C 3H adltllaearcmomu
ANGGARAN
(Rp.)
104.9�6000
payudara
FK UNIVERSITAS MUHAMMAOIYAH. SURAKARTA Penger>bangan. Eksllak Kuht Kl)'ll I(Ju_.;�
Bu•nannU
22
(Artccarpus commun.s J R) sebagai Bahan Obat He1oal Terstanaar (O"iT) Anttttomcr Payuda"'
And1 Suhtndr S Fann. Apt
lll 0(,6 000
Kat"•" Prakllntk Standaflsast Ekstrak dan Tokslsltas
FK UNIVERSITAS GAOJAH MAOA, YOGYAKARTA Songle Nucleqtode PolymOrJ>hosm (SNP) p5J Maya EW Monong•a, dr
23
lutn!.
YusbrlaRu
�usyadi. SKI.I
Pro72Atg). MDM2 (309 T>G) dan LI�P1A rMop CTL·HLAA24 (C•S Epotcp 8) pada Ptndtta li
IJ9110 000
Ka�rnoma Nnolo-ing yang Tennlwlcai Pplll'"·"•" VttUI (EBV} Pengemblngan Rapid Teat untuk Olagno.. Dtnl
Penny H Hamid drh,
2d
M Bootech
An•s W1dyasan. dr
R Wendro Nurhldo. SIP
Otmam Oel01rth Oengut dl lndot>UII llerbnll Revt(ll Trenaer•pt.on·Loop·MO
1�0 000 000
.Amphlo�l·on (RT·l.AMP) Study
fl4k Seoy""'' ltrp·110 Se�•g•· Obat
Anllkenktt pada Ctll llnt l
3
Puguh lndrasut,awan. S Farm Apt
R..uane Noor, s s,
Yu1t1n1 Ruktln,ngJih. 011
""«• 4of 1
�lnktr PtjUCIIrl dengan Mellhat Akt•vttn Sltolckllk rJtn P1ngaruhnya torhadMp Apcptolla aorta Ekapre•l Tumor Supteuor Gene p53 dan poolelo p21
106 Hl8.000
!I! :1
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BAOAtol LITBANG KESEHATAN NOMOR : HK.03.05i11 39 � 12011
TANGGAL : 19 JANUARI2011 NO
26
27
INSTANSI
4
5
PENEUl 1 1
S�anto Lis!)law•t•. S S· M.S.
Sn Le$1111 Suhs!'jo R.no. dr. M Sc
PENELm l
PENE.Un 2
Mut�o lk;owali, M Sc Apt
STAF ADMINISl'RASI
JUDUL RISET
Wldrll�rtooc
Po:ens' ek•trak metanol temu kUIOQ (Bce•enll&rg•a oandurata) seb«9ai agen kemQ!liQ�om•i kanltet kulot tenn
Bud•hi'IO
Ch Tri Nuryan• dr M Kes
I
ANGGARAN (R_p. )
l24.la¢.000
u� �3o ooo
'-�-111 0" POC' ae� ICI,I l lOt AO il. lk t p,.t
FK UNIVI;RSITAS AIRL.ANGGA, SURABAVA 28
Em1 Ourm1nong1oh. dr
Kadak Rathmawltt, drft M 1<11
LPPM UNIVERSITAS AIRI.ANQOA, SURABAVA
7Q
!>uokan. I lit. M llt
WtW1n "•\l•uwall. l>t
N �n
LPPM INSTITUT TI!KNOLOQI SI!P'ULUH NOPIMDDR, IURABAYA 30
Arol F1a11n SSt M So
l.1nnw
.,.,,,.,,.. S S•
M So
Wa,yu llidlyollnong"h 881 Mt(..
lonrolui loloqomoh.
8 It
Ae•o1u• IHM.Io,lf l"det• UbiQII I\"Ii ?UH'IIuiO·I· ITOCI PIIY (Anl•mvcobltllrlal Aoto�·I•U 0, lt1(1Qo• 0111VIIIVII)
101 000 0<10
Hubungan an1ara Kad1r V•tamon 0 d�ngan Jumlah dan Fungso Set T Regulator Set Th17 dan Set Oend11t pada Pas,en Lupus Er•tematosos S•stemoi< di lndOnes'a
142 540 000
FK UNIVERSITAS BRAWIJAYA, MALANG
31
Ooan Hannah dr
Dona Ma.r1sa dr
Pra:owo. BSc. S Pd
P•i� '>of 7
Samsul Ar1f1n
LAMPlRAN I<EPUTUSAN KEPALA BAOAN LITBANG I<ESEHATAN NOMOR : HK03.05111 .?93 12011
TANGGAL : 19 JANUARl l011 NO
INSTANSI
PENELITI 1
PENELIT1 2
PENEunl
STAF AOMlNISTRASl
JUOUL RISET
ANGGARAN (Rp.)
Pemn§oatan Ek�rflo mR'IA Re1EP!o< 32
2
Lil•k Zu�n�a�. SKM. M•es
Satuman. SSo, MS•
Dew• Susanb, SE
Gluko�ortoko•d a (GRBl metalui aktivi;a• ralknpso NF �8 dan AP·l t�rhadap R�P<>"
KOftikostf.'*tlod
FK UNIVERSITAS SAM RATULANGI. MANAOO
121 333.000
pada sltfrom nefrot:l< idiopatik
Anahsi� Hubungan 6e�rt�a Faktor Ros•ko dan 33
John JEWa.otanoa dr, SoOG
Me•I�"Y F Ourry dr SoPA. M Kes
Su��ra P Mong�n dr
S>lty Sambeka
Mardoana. dr
A YiSm•n Syaukl. dr
Nur Ashan d•
Emma AMd
A.l
Perbanmngan El
142 �71.000
Insulin Mer1ctt Obe�
FK UNIVERSITAS JEMBER, JEMBER 35
143 075 O:JO
Soluble FMS Lil
FK UNIVERSITAS HASANUODIN, MAKASSAR 34
(etanda Angog&n•< dengan K"'ad•an dan
Pellaogsung•� Pr-'�ms• Ka)lan :emadap Vascular Encotne�al Growth Factor (VEGF) dan
Candra Sumo. dr. M Si
Nindya Shlf'ta dr M Ked
Hem Fatmawab ar, M K..
Poran Ekstra< Buan Pare (Momordica cnaranl•a) temadap Regeneras• Set Endotel Pemil\otvh Oarah pada ObeMu St"d' pada Human U oea V&o/1 mi> •
143 484 000
Endothelial Celis (HWEGsJ
Potenso Gen•ste•n daiam Menongkatkan Kcmampuan 36
Candra Bumo, dr, M So
Heno Fatmawat<, dr. M Kes
Sumado. A Md
Oifet8nSiaso dan Prohferasi Mesenchymal Stem Celts (MSCs) pada lnl�ri< Mooka rd melatuo
143.506 000
Penghambatan J•lur Apoptosis (Studi pada Kullur MSCs Kondost Hipoksia) 37
Ev< Um;yah Ulfa, M So. Apt
Klonong dan Overprodukso CYP11 AV1 seoagao
Tretna Lestar< M.$i. Apt
sam At1emo11nat unhtk.Produks• Prekursor A
131 826.000
Atttmtsm.m
30
4
WIW!en Sugoh Utamo. dr.M Sc
Yunota Armyant• dr. M Kes·
Nuro. SS. M S
Pag» Gof 7
L�r.c M�Uan. AmD
Peng•mbangan Dbat Hf!Jbal Terstandar untuk
Teoap• Malon;o daro EkSitak Oaun Kembang Bulan (T•tllonoa doversofoJ••)
148.0&0.000
LAMPlRAN
KEPUTUSAN KEPALA BAOAN LITBANG KESEHATAN NOMOR: HK.03.05111 393 1::1011
TANGGAL : I9 JANUARI 2011
NO
INSTANSI
PENElln 1
PENEUTI2
PENELITI3
STAF AOMINISTAASI
JUDULRISET
FK UNIVERSITAS LAMBUNGMANGKURAT, SAMARINOA
39
Agus Yuv
San Fobro�m
Bam�ng S&toaw.on, S Ked
Elo� apoptos•s Endnthehal Prog&n•tor Call a�•b<�t Pa�aran Cai'Q()xy Methyl lySine melalut Patil\¥11 Receptor fqr Ad"aneed
ANGGARAN
(Rp . )
144 71;9 000
Glycatlon End Proaucts IAACEI
FK UNIVERSITAS MULAWARMAN, BANJARMASIN Eva fQchmo dr M Kes IV! Pd Ked
40 41
42
2
lka Foknah. dr
M Kes
A'mad Wlsnu W�rdlo..-a dr Eva Ma�1ana. S Sl. M S1
Yunial•. dr
Nurul Hasanah dr M Kes
J•na•di S•olk St�nl lsmatl. dr M Kes
Juna
11443�000
lsolut Senyawo Akt• l d•n Maearango Tanartus
),4�.&1� CI)Q
Batang Alstcn•a twahtgensts secara tn vttro �eb<1ga1 Anhokstdan �an Hep3topreventtl
K•J•an El<straks• B1tang Dracontomalon dao diSI!'ta' PerguJ•an Prel(hni:.: Ant,bak.te:n. Anboks-dan dan Ststam lmun s�a .n vttro dan 1n "IYO
134 980 000
Z111un Dumo. S.Kom
Pongaruh Pemberoan Prob10\1k p�d� Penaonta lnfoks• Saluran Pernapaun Akut (I SPA) d• Palu
139.814 000
Desa. Mo W1nandan. dr. M Kes
1\l et aJop r o t ..nase 911.4MP-9) dengan RemOdeling Ventnkel K n yang O.ul
124
Oosa1n Pnmer Opl•mul. dan Aphkast in·hOuse PCR sebaga Alat Bantu o,agnoSIS Ooften
146 700 000
Juna•c• Sldtk
M Kes
Jsoras_. dar. Mek.-ntsme A.ks1VasocMato' d�ri Kuht
FK UNIVERSITAS AL KHAIRAAT, PALU 43
WiiOYO Ha•1m. dr
Juloa Saro dr
Mayahsa Atl•kusno. dr
FK UNIVERSITAS UOAYANA, OENPASAR Hubungan Polomatfisme Gene Matnx
44
N1 Wayan T1anong S Sl, Ml
Bagus Ar. Pradnyana o.,, S. dr
991 000
Pendent� lnfark M•ol
PUSLITBANG BIOMEOIS DAN FARMASI, JAKARTA 4S
Sunarno. S Kep. M S1 Med
Kambang Sanad)l S St
Fltriana, dr
Par� 7 of7
Yud1 Harto>o S Kom
UNIVE RS ITAS GADJAH MADA LABORATORIUM PEN EUTIAN DAN PENGUJIAN TERPADU KOMISI ETHICAL CLEARANCE UNTU.K PENEUTIAN PRAKUNIK ---------------------------------------------�----------------------------------------------------·-----
KETERANGAN. KELAIKAN ETIK (Ethical Clearance) Nomor: 012/KEC-LPPT/1/2 011
Komisi Ethical Clearance untuk penelitian praklinik Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu,
U n iversitas Gadjah Mada, Yogyakarta, setelah mempelajari dengan
seksama
rancangan penelitian yang diusulkan; dengan ini menyatakan bahwa penelitian: Judul
: Potensi Ekstrak Temu Kunci (Bosenbergia pandurata) sebagai Agen Kemoprevensi Kanker Terinduksi UVB.
Peneliti Utama
: Shanti listyawati, M.Si.
Le m baga/Tempat Penelitian : laboratorium Penelitian & Pengujian Terpadu Universitas Gadjah Mada Telah dinyatakan memenuhi. persyaratan etik untuk dilaksanakan penelitian tersebut pada hewan uji mencit. Komisi Ethical Clearance mempunyai hak untuk mela.kukan pemantauan selama penelitian berlangsung.
� � UNI VERSITAS GADJAH MADA LABORATO RIUM PENELITIAN DAN PENGUJIAN TERPADU KOMISI ETHICAL CLEARANCE UNTUK PENELITIAN PRAKLINIK ------------------------------------------- ------------------------------------------------------------
KETERANGAN KELAIKAN ETIK (Ethical Clearance) Nomor: 0 1 2/KEC-LPPT/1/2011
Komisi Ethical Clearance untuk penelitian praklinik Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, setelah
mempelajari dengan seksama
rancangan penelitian yang diusulkan, dengan ini menyatakan bahwa peneliti a n : : Potensi Ekstrak Temu Kunci (Bosenbergia pandurata) sebagai
Judul
Agen Kemoprevensi Kanker Terinduksi UVB. : Shanti listyawati, M.Si.
Peneliti Utama
Lembaga/Tempat Penelitian : Laboratorium Penelitian & Pengujian Terpadu U n iversitas Gadjah Mada Telah dinyatakan mem�nuhi persya ratan etik untuk dilaksanakan penelitian tersebut pada hewan uji mencit. Komisi Ethical Clearance mempunyai hak untuk melakukan pemantauan
g
selama penelitian berlan sung.