THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
EFEKTIVITAS SEDIAAN ORAL NANOENKAPSULASI KOMBINASI EKSTRAK DAUN PEGAGAN (Centella asiatica) DAN RIMPANG JAHE (Zingiber officinalle) TERHADAP SELULIT DAN KOMPOSISI LEMAK BAWAH KULIT Ani Kristiyani1), Zullies Ikawati2), Reza Yuridian Purwoko3) 1) Magister Farmasi Klinik, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta email:
[email protected] 2) FakultasFarmasi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta email:
[email protected] 3) Ergia Klinik Skin Care & Research Yogyakarta email:
[email protected]
Abstrak Selulit adalah penampilan kulit menyerupai kulit jeruk atau kasur, terjadi perubahan pada jaringan adiposa dan gangguan mikrosirkulasi darah dan limfe yang menyebabkan fibrosklerosis pada jaringan ikat. Tujuan penelitian untuk menegetahui efek sediaan oral nanoenkapsulasi kombinasi ekstrak daun pegagan dan ekstrak rimpang jahe dosis 3000mg selama 28 dan 42 hari dalam mengurangi selulit dan memperbaiki komposisi lemak bawah kulit. Rancangan yang digunakan adalah quasi experimental pre dan postcontrolleddesignmenggunakan 38subjek wanita. Hasil penelitian menunjukkan pemberian sediaan uji pada 28 hari dapat memperbaiki grade selulit secara signifikan p<0,05. Selisih rerata rasio kolesterol/HDL secara signifikan p<0,05, yang menunjukkan kelompok 28 hari lebih baik dibandingkan kelompok 42 hari. Walau pada beberapa parameter yang diukur lainnya tidak menunjukkan perbaikan signifikan secara statistik, namun terdapat perbaikan secara klinis. Kelompok 28 hari menunjukkan perbaikan pada parameter trigliserid, kolesterol total, HDL, LDL, rasio LDL/HDL, persentase lemak tubuh, lemak lengan kanan, lemak lengan kiri dan GDP. Kelompok 42 hari menunjukkan perbaikan pada kolesterol total, LDL, GDP, dan lemak lengan kanan. Parameter yang mengalami perbaikan dibandingkan kelompok kontrol meliputi kolesterol total, LDL, rasio LDL/HDL,GDP, berat badan, IMT, lemak tubuh, persentase lemak tubuh, lemak lengan kiri, lemak lengan kanan, lemak perut, lemak paha kiri, dan grade selulit
Kata Kunci:Nanoenkapsulasi, pegagan (Centella asiatica), jahe (Zingiber officinalle),
selulit 1. PENDAHULUAN Selulit adalah kondisi normal yang dapat dialami siapa saja. Namun, wanita yang mengalami masalah selulit menganggap hal ini sebagai gangguan terhadap aspek estetika tubuh mereka, dan kondisi kuratif harus dilakukan.Selulit adalah dimana penampilan kulit menyerupai kulit jeruk atau kasur, terjadi perubahan pada jaringan adiposa dan gangguan mikrosirkulasi darah dan limfe yang menyebabkan jaringan ikat menebal dan mengeras,dalam bahasa medis disebut adiposis edematosa,
dermopaniculosisdeformans, dan gynoid lipodystrophy. Selulit lebih banyak terjadi pada wanita dibanding pada laki-laki dan biasanya muncul pada bagian tubuh yang mengandung jaringan subkutan adiposa seperti pada paha, perut, dan bokong, dimana terdapat reseptor adrenergik pada bagian tersebut(Bonté dkk., 1995; Lucassen dkk., 1997). MenurutBylka dkk., (2013)daun pegagan memiliki kandungan triterpen yang mampu meningkatkan metabolisme lisin, prolin, dan asam amino yang berfungsi sebagai pembentuk kolagen. Senyawa tersebut mampu
1456
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
meningkatkan sintesis tropokolagen dan mukopolisakarida dari jaringan ikat. Karena kemampuannya meningkatkan sintesis kolagen, daun pegagan banyak dipakai sebagai produk perawatan kulit terutama untuk mengembalikan elastisitas dan kekecangan kulit. Mekanisme aksi ekstrak daun pegagan adalah meningkatkan proliferasi fibroblas, sintesis kolagen, fibronektin intraselular, meningkatkan kekuatan regangan kulit baru yang terbentuk dan menghambat fase inflamasi bekas luka hipertrofi serta keloid, sehingga dapat digunakan untuk anti selulit, photoaging, dan striae(Bylka dkk., 2014). Unsur pokok komponen gingerol, shagaol, dan paradols yang diisolasi dari tanaman jahe telah diamati aktivitasnya sebagai antioksidan dan antiinflamasi(Butt dan Sultan, 2011; Mashhadi dkk., 2013). Efek antiselulit rimpang jahe berkaitan dengan penghambatan aktivitas reactive oxygen species (ROS). Ahmed dkk., (2000) melaporkan bahwa rimpang jahe secara signifikan menurunkan peroksidasi lipid melalui proses aktivitas enzim-enzim antioksidan, yaitu superoxide dismutase, kalatase,glutathione peroxidase pada hewan uji. Efek ini sebanding dengan efek vitamin C sebagai antioksidan. Pada penelitian ini akan dilakukan uji klinis untuk mengkonfirmasi efek sediaan uji dengan kompisisi yang sama terhadap subjek wanita sehat dengan IMT>25 dan mempunyai selulit. Dari penelitian uji klinis ini diharapkan dapat memperoleh informasi mengenai efek, dosis, frekuensi, dan jangka waktu pemberian suatu sediaan oral nanoenkapsulasi ekstrak daun pegagan dan rimpang jahe terhadap selulit dan komposisi lemak bawah kulit. 2. KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Selulit Selulit adalah dimana penampilan kulit menyerupai kulit jeruk atau kasur, terjadi perubahan pada jaringan adiposa dan gangguan mikrosirkulasi darah dan limfe yang menyebabkan jaringan ikat menebal dan mengeras,dalam bahasa medis disebut adiposis edematosa, dermopaniculosisdeformans, dan gynoid
UAD, Yogyakarta
lipodystrophy. Selulit banyak terjadi pada wanita dibanding pada laki-laki dan biasanya muncul pada bagian tubuh yang mengandung jaringan subkutan adiposa seperti pada paha, perut, dan bokong, dimana terdapat reseptor adrenergik pada bagian tersebut(Bonte dkk., 1995; Lucassen dkk., 1997). 2.2 Nanoenkapsulasi Nanoenkapsulasi didefinisikan sebagai teknologi untuk mengenkapsulasi zat/bahan dalam atau mengacu untuk pengemasan bioaktif pada skala nano (Lopez dkk., 2006). Dalam sistem penghantaran obat, nanoenkapsulasi berperan sebagai pembawa (carier) dengan cara menyerap, mengenkapsulasi, atau menempelkan obat di dalam matriksnya untuk melindungi komponen bioaktif (polifenol, mikronutriet, enzim, dan antioksidan) (Mohanraj dkk., 2006). Nanoencapsulasi dapat diimplementasikan sebagai perlindungan dan pengendalian pelepasan dari senyawa bioaktif pada waktu yang tepat dan tempat yang tepat. Nanoenkapsulasi menjadi salah satu teknologi yang paling menjanjikan memiliki feasbility untuk menjebak senyawa bioaktif. Senyawa bioaktif nanoencapsulasi memiliki kelebihan serbaguna untuk target pengiriman lokasi spesifik dan penyerapan yang efisien melalui sel. Metode enkapsulasi dikembangkan untuk melindungi komponen bioaktif, untuk melindungi dari lingkungan yang merugikan dan juga untuk mengontrol rilis pada target yang dituju(Ezhilarasi dkk., 2013). 2.3 Pegagan (Centella asiatica (L.)Urban ) Menurut Bylka dkk., (2013)pegagan memiliki kandungan triterpen yang mampu meningkatkan metabolism lisin dan prolin, asam amino yang berfungsi sebagai building block kolagen. Senyawa ini juga mampu mening katkan sintesis tropokolagen dan mukopolisakarida dari jaringan penghubung. Karena kemampuannya dalam meningkatkan sintesis kolagen, pegagan banyak dipakai sebagai produk perawatan kulit terutama untuk mengembalikan elastisitas dan kekecangan kulit. Pegagan dilaporkan dapat meningkatkan efek mikrosirkulasi dan permeabilitas kapiler pada kulit, sehingga banyak dipakai dalam sediaan krim untuk
1457
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
mengatasi selulit (Hashim dkk., 2011).Senyawa aktif saponin asiaticoside dalam pegagan berperan dalam menstimulasi pembentukkan kolagen tipe I (Shukla dkk., 1998). Menurut Lee dkk., (2006) mekanisme ini berkaitan dengan fosforilasi faktor transkripsi Smad 2 dan Smad 3, serta ikatan Smad 3 dengan Smad 4 pada human dermal fibroblast. Asiaticoside menginduksi pembentukkan kolagen tipe I melalui aktivasi transforming growth factor β (TGF-β) receptor I kinase – independent Smad pathw. 2.4 Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Unsur pokok komponen gingerol, shagaol, dan paradols yang diisolasi dari tanaman jahe telah diamati aktivitasnya sebagai antioksidan dan antiinflamasi(Butt dan Sultan, 2011; Mashhadi dkk., 2013). Efek antiselulit jahe berkaitan dengan penghambatan aktivitas reactive oxygen species(ROS). Ahmed dkk., (2000) melaporkan bahwa jahe secara signifikan menurunkan peroksidasi lipid melalui pemeliharaan aktivitas enzim-enzim antioksidan, yaitu superoxide dismutase, kalatase, glutathione peroxidase pada hewan uji. Efek ini sebanding dengan efek vitamin C sebagai antioksidan. 2.5 Hipotesis Sediaan nanoenkapsulasi kombinasi ekstrak daun pegagan dan ekstrak rimpang jahe dapat mengurangi selulit dan memperbaiki komposisi lemak bawah kulit, yang ditunjukkan dengan perbaikan parameter uji seperti body composition, profil lipid, diagnosa grade selulit oleh dokter melalui perubahan selulit dari hasil fotografi 3. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimental, pre dan post control design. Proposal dan protokol penelitian telah mendapatkan surat kelayakan etik dari Komite Etik Penelitian Fakultaas Kedokteran Gadjah Mada dengan nomor Ref: KE/FK/123/EC/2016.Jumlah subjek uji yang masuk kriteria inklusi dan ekslusi kemudian dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok kontrol (tanpa menerima obat uji), kelompok perlakuan 28 hari (menerima obat uji selama 28 hari), dan
UAD, Yogyakarta
kelompok perlakuan 42 hari (menerima obat uji selama 42 hari). Kriteria eksklusi subjek adalah subjek menderita atau memiliki gangguan kesehatan klinis yang signifikan, misalnya hematologi, ginjal, kelenjar endokrin, paru-paru, saluran pencernaan, kardiovaskuler, hati, psikiatrik, syaraf, ataupun penyakit alergi (termasuk alergi terhadap obat-obatan tertentu), hamil atau berencana untuk hamil selama periode pengujian, menyusui, menggunakan kontrasepsi hormonal, merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol, menggunakan obat yang mempengaruhi profil lipid dalam 1 minggu terakhir sebelum dan selama menjalani uji klinik. Penelitian di lakukan Ergia Klinik Skin
Care andReserch dan Laboratorium HIlab Yogyakarta. Alat penelitian yang digunakan yaitu alat untuk pemeriksaan BCA dengan GAIA 359 PLUS, alat –alat laboratorium/klinik untuk pemeriksaan kondisi kesehatan subjek, yaitu pemeriksaan darah, fungsi hepar, dan ginjal, serta kartu kontrol yang dibawa pulang oleh subjek uji, untuk membantu mengingat minum obat, mencatat asupan kalori dan lemak setiap hari, serta mencatat olah raga yang dilakukan. Sedangkan bahan yang digunakan adalahlembar informed consent berupa informasi dan persetujuan mengikuti penelitian dan sediaan oral nanoenkapsulasi kombinasi ekstrak daun pegagan dan ekstrak rimpang jahe, komposisi kapsul ditampilkan dalam tabel 1. Tabel 1. Komposisi Kapsul Nanoenkapsulasi
Seluruh data hasil pemeriksaan selama uji klinik pada subjek uji yang meliputi hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan BCA, diagnosis grade selulit oleh dokter melalui
1458
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
hasil fotografi ditabulasi. Selanjutnya data hasil tabulasi dibandingkan antara pre dan post masing masing kelompok perlakuan menggunakan T-test, Wilcoxon atau MannWhitney, sedangkan perbandingan ketiga kelompok perlakuan diuji dengan ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% (p< 0,05). 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Subjek penelitian yang tercatat mengikuti uji klinik ini adalah sebanyak 45 orang, 7 orang diantaranya diekslusi, 16 orang dimasukkan sebagai kelompok perlakuan 28 hari, 22 orang dimasukkan sebagai kelompok perlakuan 42 hari dan kelompok kontrol 11 orang (diambil dari kelompok perlakuan 42 hari) yang datanya diambil sebelum mendapat perlakuan. Sebanyak 2 orang dari kelompok perlakuan 42 hari yang drop out. Satu subjek uji drop out karena pada akhir penelitian subyek uji mengalami sakit tipus dan tidak bisa melakukan pemeriksaan akhir dan satu subjek uji lainya merupakan kebijakan peneliti untuk melakukan droup out karena subjek uji memberi tahu telah melakukan suntik KB lima belas hari terakhir sebelum selesai penelitian, sehingga diperoleh 36 orang subyek yang menyelesaikan uji sampai selesai dan datanya dapat dilakukan analisis. 4.1 Karakteristik Subjek Uji Semua data yang diperoleh pada pemeriksaan baseline diuji normalitas. Perbandingan proporsi data karakteristik subjek uji diantara ketiga kelompok tertera pada tabel 2 Tabel 2.Baseline Karakteristik Subjek
sama dengan kelompok perlakuan 42 hari, sedangkan antara kelompok perlakuan 28 hari memiliki beberapa perbedaan karakteristik dengan kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 42 hari. Namun adanya perbedaan baseline tidak dianggap mempengaruhi outcome karena setiap subjek akan dilihat secara individu 4.2 Evaluasi Gaya Hidup dan Kepatuhan Subjek Gaya hidup yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pola makan dan olah raga yang dilakukan subjek selama penelitian. Makanan yang dikosumsi subjek dicatat setiap hari oleh subjek. Hasil catatan makanan yang dikonsumsi subjek dihitung kalori dan lemaknya kemudian dibandingkan dengan kebutuhan kalori yang seharusnya dibutuhkan subjek. Begitu pula olahraga yang dilakukan subjek selama penelitian juga dicatat dalam buku catatan dan dari hasil catatan dilakukan penilaian. Perhitungan nilai kalori menggunakan rumus Harris Benedict. (Compher dkk., 2004). Kepatuhan minum obat dinilai menggunakan kuisioner Morisky Medication Adherene Scale (MMAS-8). Analisis gaya hidup dan kepatuhan yang dilakukan subjek uji selama penelitian tercantum pada tabel 3 Tabel 3. Analisis Proporsi Gaya Hidup dan Kepatuhan Subjek Pada Kelompok Perlakuan 28 Hari dan Kelompok Perlakuan 42 Hari
a
Uji one way ANOVA
Dari data baseline menunjukkan bahwa kelompok kontrol memiliki karakteristik yang
UAD, Yogyakarta
Uji Chi Square; b Mann-Whitney
Pada tabel 3terlihat bahwa sebagian besar subjek patuh dalam mengkonsumsi obat uji, persentase kepatuhan kelompok perlakuan 28 hari sebesar 93% sedangkan kelompok perlakuan 42 hari sebesar 90%. Subjek yang kurang patuh sebanyak 6,25% pada kelompok
1459
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
perlakuan 28 hari disebabkan karena subjek lupa membawa obat saat perjalanan keluar kota sehingga subjek tidak minum obat uji selama beberapa hari. Subjek uji yang kurang patuh 10% pada kelompok perlakuan 42 hari dikarenakan subjek uji mengalami sakit dan gangguan haid selama penelitian, sehingga subjek uji menunda minum obat selama beberapa hari. Gaya hidup dan kepatuhan pada kelompok perlakuan 28 hari dan 42 hari memiliki nilai p>0,05, hal ini berarti bahwa proporsi gaya hidup dan kepatuhan tidak berbeda signifikan, menunjukkan bahwa gaya hidup dan kepatuhan tidak mempengaruhi hasil akhir penelitian. 4.3 Efek tanpa pemberian herbal uji pada kelompok kontrol Hasil uji normalitas data pada
kelompok kontrol dengan uji shapiro-wilk semua parameter terdistribusi normal dengan nilai p>0,05, sehingga analisis data dapat dilanjutkan ke analisis parametrik dengan uji paired_t_test. Hasil analisis statistik dengan paired_t_test pada beberapa parameter yang diukur diperoleh p<0,05 pada parameter GDP untuk parameter lainnya diperoleh p>0,05, hal ini menunjukkan dari semua parameter yang diukur hanya parameter GDP yang menunjukkan peningkatan kadar GDP yang signifikan secara statistik antara pre dan post kelompok kontrol. Namun juga terdapat peningkatan secara klinis pada beberapa parameter yang diukur lainnya. Peningkatan pada parameter profil lipid meliputi, kolesterol total, dan LDL. Sedangkan pada parameter komposisi lemak tubuh yang mengalami peningkatan meliputi, berat badan, IMT, lemak tubuh, persentase lemak tubuh, SLM, lemak lengan kiri, lemak perut, dan lemak paha kiri. Hasil analisis statistik pre dan post kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 4.
UAD, Yogyakarta
paired_t_test
4.4 Efek pemberian herbal uji kelompok perlakuan 28 hari Hasil uji normalitas data
pada
pada kelompok perlakuan 28 hari dengan uji shapiro-wilk hanya ada satu parameter yang tidak terdistribusi normal dengan nilai p<0,05 yaitu pada parameter selulit, sehingga analisis untuk parameter selulit menggunakan wilcoxon. Untuk parameter lainnya yang terdistribusi normal dilanjutkan menggunakan paired_t_test. Pada beberapa parameter yang diukur menggunakan paired_t_test diperoleh nilai p>0,05, sedangkan parameter grade selulit yang dianalisis wilcoxon diperoleh nilai p<0,05, hal ini menunjukkan dari semua parameter yang diukur hanya parameter grade selulit yang menunjukkan perbaikan yang signifikan secara statistik. Walau secara statistik tidak bermakna namun secara klinis terdapat perbaikan pada parameter trigliserida, kolesterol total, HDL, LDL, rasio kolesterol/HDL, rasio LDL/HDL, persentase lemak tubuh. Hasil analisis statistik efek pemberian herbal uji pada kelompok perlakuan 28 hari dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 4. Hasil Efek Tanpa Pemberian Herbal Uji Pada Kelompok Kontrol
1460
Tabel 5. Hasil Efek Pemberian Herbal Uji Pada Kelompok Perlakuan 28 hari
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
Tabel 6. Hasil Efek Pemberian Herbal Uji Pada Kelompok Perlakuan 42 hari
a
Uji paired_t_test; b Ujiwilcoxon
4.5 Efek pemberian herbal uji kelompokperlakuan 42 hari
pada
Hasil uji normalitas data pada kelompok perlakuan 42 hari dengan uji shapiro-wilk semua parameter terdistribusi normal dengan nilai p>0,05, sehingga analisis data dapat dilanjutkan ke analisis parametrik dengan uji paired_t_test. Hasil analisis statistik dengan paired_t_test pada beberapa parameter yang diukur diperoleh p<0,05 pada parameter HDL dan lemak paha kiri, namun perbedaan bermakna tersebut menunjukkan bahwa pada perlakuan 42 hari parameter HDL mengalami penurunan, dan lemak paha kiri mengalami kenaikan. Walau secara statistik tidak bermakna, namun terdapat parameter yang mengalami perbaikansecara klinis. Parameter yang menunjukkan perbaikan secara klinis tersebut meliputi, kholesterol total, LDL, GDP, lemak lengan kanan. Efek pemberian herbal uji pada kelompok perlakuan 42 hari dapat dilihat pada tabel 6.
paired_t_test
4.6 Perbandingan nilai rerata selisih pre dan post parameter antara kelompok kontrol, kelompok perlakuan 28 hari, dan kelompok perlakuan 42 hari. Data yang diperoleh dilakuakan uji
normalitas, data yang tidak terdistribusi normal adalah lemak lengan kiri, lemak lengan kanan, dan selulit. Data yang tidak terdistribusi normal selanjutnya dilakukan uji Kruskal- Wallis,sedangkan data yang terdistribusi normal dilakukan uji repeated ANOVA. Hasil uji Kruskal- Wallis diperoleh p>0,05sehingga disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan efektivitas antara lemak lengan kiri, lemak lengan kanan, dan selulit. Dari repeatedANOVA nilai signifikan yang diperoleh dengan p<0,05 adalah HDL dan rasio kolseterol/HDL.Selanjutnya dilakukan analisis post hoc Tamhane’santar kelompok untuk mengetahui antara kelompok mana yaang mempunyai perbedaan efektivitas. Hasil analisis post hoc Tamhane’sterdapat perbedaan efektivitas dengan nilai p<0,05 adalah HDL antara kontrol dengan perlakuan 42 hari dimana nilai tersebut menunjukkan HDL kontrol lebih baik dari pada nilai HDL kelompok perlakuan 42 hari. Juga terdapat perbedaan efektivitas pada rasio kolesterol yang menunjukkan rasio
1461
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
kolesterol/HDL kelompok perlakuan 28 hari lebih baik dari pada kelompok perlakuan 42 hari dan rasio kolesterol/HDLkelompok perlakuan 28 hari lebih baik dari pada kelompok kontrol Tabel 7. Perbandingan Nilai Rerata Selisih Pre dan Post Parameter Antara Kelompok Kontrol, Kelompok Perlakuan 28 hari, dan Kelompok Perlakuan 42 hari (bagan 1)
a
Uji ANOVA; b Uji Kruskal Wallis Test
Tabel 8. Perbandingan Nilai Rerata Selisih Pre dan Post Parameter Antara Kelompok Kontrol, Kelompok Perlakuan 28 Hari, dan Kelompok Perlakuan 42 Hari (bagan 2).
Uji Post Hoc
Penelitian ini bertujuan untuk menilai
perubahan dari semua parameter yang diukur. Hasil menunjukkan bahwa tidak semua parameter memberikan perubahan yang signifikan. Pada penelitian ini terdapat perbedaan yang signifikan dengan nilai p<0,05 pada parameter HDL dan rasio kolesterol/HDL. Perbedaan pada parameter HDL tersebut terdapatpada kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan 42 hari. Sedangkan perbedaan pada parameter rasio kolesterol/HDL terdapat pada kelompok perlakuan 28 hari dengan perlakuan 42 hari. Perbedaan nilai pada parameter HDL menunjukkan bahwa
UAD, Yogyakarta
nilai HDL kontrol lebih baik dari pada HDL kelompok perlakuan 42 hari. Perbedaan nilai pada rasio kolesterol/HDL menunjukkan bahwa nilai rasio kolesterol/HDL kelompok perlakuan 28 hari lebih baik dibandingkan dengan kelompok perlakuan 42 hari. Tanpa adanya penjelasan lain, hasil yang menunjukkan bahwa kelompok intervensi tidak memberikan perbaikan signifikan pada parameter HDL, penelitian seperti ini bukanlah penelitian yang pertama kali, hal tersebut juga ditunjukkan pada penelitian(Attari dkk., 2015; Nammi dkk., 2009). Walau secara statistik parameter efektivitas yang diukur lainnya tidak menunjukkan perbedaan bermakna, namun terdapat perbaikan secara klinis. Kelompok 28 hari menunjukkan perbaikan pada parameter trigliserid, kolesterol total, HDL, LDL, rasio LDL/HDL, persentase lemak tubuh, lemak lengan kanan, lemak lengan kiri dan GDP. Kelompok 42 hari menunjukkan perbaikan pada kolesterol total, LDL, GDP, dan lemak lengan kanan. Kelompok yang mendapatkan obat uji mengalami perbaikan dibandingkan kelompok kontrol, parameter yang mengalami perbaikan dibandingkan kelompok kontrol meliputi kolesterol total, LDL, rasio LDL/HDL, GDP, berat badan, IMT, lemak tubuh, persentase lemak tubuh, lemak lengan kiri, lemak lengan kanan, lemak perut, lemak paha kiri, dan grade selulit. Penelitian Ikawati dkk., (2016) mengenai efek nanoenkapsulasi rimpang jahe dan daun pegagan menggunakan hewan uji tikus betina galur Wistar dengan dosis 50mg/kg BB; 100 mg/kg BB; dan 200 mg/kg BB menunjukkan hasil yang signifikan dan menunjukkan semakin tinggi dosis semakin meningkat konsentrasi dan ketebalan kolagen, serta diameter sel adiposit semakin mengecil.
1462
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Penelitian ini mengacu pada penelitian tersebut dimana dosis yang digunakan dikonversikan kepada dosis manusia sehingga didapat dosis 3000 mg dengan kandungan rimpang jahe 1,2 mg dan daun pegagan 6 mg, namun dalam penelitian terdapat beberapa perbedaan hasil setelah diujikan pada manusia. Bukti dari studi eksperimental menunjukkan hasil yang signifikan bahwa jahe dapat menurunkan glukosa darah dan lemak darah pada tikus yang diinduksi streptozotocin (Bhandari dkk., 2005). Namun pada hewan non diabetik ada beberapa yang menunjukkan tidak konsisten (Bordia dkk., 1997; Nammi dkk., 2009) Jahe merupakan salah satu dari komposisi sediaan oral nanoenkapsulasi yang diminum subjek uji, didalam 3000mg sediaan oral nanoenkapsulasi terdapat kandungan jahe 1,2mg yang diminum subjek uji selama 28 hari dan 42 hari. Terdapatnya komposisi jahe dalam sediaan uji ini bertujuan untuk menurunkan lemak sesuai mekanisme kerja jahe merangsang aktivitas lipolisis yang merupakan proses hidrolisis trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak bebas, sehingga jahe dapat digunakan untuk mengurangi penumpukan lemak dan dapat mengurangi selulit. Penelitian Attari dkk., (2015) menggunakan suplemen jahe dengan dosis 1gr diminum 2 kali sehari selama 12 minggu pada 80 wanita obesitas usia 18 – 45 tahun dengan IMT 30-40 kg/m2 menunjukkan hasil yang signifikan dalam menurunan trigliserida, rasio cholesterol/HDL, rasio LDL/HDL, berat badan, IMT, lingkar pinggang dan lingkar pinggul, namun tidak terdapat hasil yang signifikan dalam menurunkan glukosa darah, kolesterol total, LDL, dan meningkatkan HDL. Nammi dkk., (2009) melaporkan bahwa ekstrak etanol dalam jahe dapat menurunkan kolesterol total, LDL, trigliserida pada tikus yang diberi
UAD, Yogyakarta
makanan diet lemak tinggi, namun tidak terdapat perubahan yang signifikan pada HDL. Atashak dkk., (2014); Bordia dkk., (1997) menunjukkan bahwa bubuk jahe dosis 4 gr serhari selama 3 bulan pada pasien non diabetes tidak memiliki efek yang signifikan pada profil lipid dan gula darah, sedangkan Andallu dkk., (2003) menunjukkan bahwa mengkonsumsi jahe bubuk kering 3 mg perhari selama 30 hari secara signifikan menurunkan kolesterol total, LDL, dan VLDL pada pasien diabetes. Penelitian lainnya menggunakan serbuk jahe dengan dosis 2gr dua kali sehari selama 8 minggu tidak menunjukkan hasil yang signifikan dalam menurunkan kadar gula darah puasa, kolesterol total, HDL pada pasein DM tipe 2 (Mahluji dkk., 2013). Perbedaan dari beberapa hasil penelitian mengenai jahe menurut Ali dkk.,( 2008)dikarenakan jahe mempunyai efektivitas menurunkan tingkat serum glukosa, terutama pada kadar yang tinggi oleh beberapa mekanisme standar seperti peningkatan ekspresi gen GULT-4, reseptor insulin dan meningkatkan fungsi sel . Pada penelitian ini juga ditunjukkan bahwa pada kelompok yang memiliki baseline gula darah puasa tinggi menunjukkan penurunan yang lebih besar. Sedangkan adanya perbedaan jahe dalam menurukan profil lipid menurut Ali dkk,. (2008) dikarenakan jahe dalam menurunkan profil lipid dengan cara menurunkan penyerapan lemak, biosintesis sel kolesterol, dan meningkatkan konversi kolesterol ke asam empedu. Dalam penelitian ini juga ditunjukkan pada kelompok yang memiliki nilai baseline kolesterol paling tinggi terdapat penurunan yang lebih besar. Terdapat pendapat lain mengenai adanya perbedaan hasil penelitian mengenai jahe disebabkan karena perbedaan bantuk jahe yang diberikan berupa bubuk atau ekstrak, metode
1463
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
persiapan, target penyakit, dan lamanya penelitian (Attari dkk., 2015). Efek pegagan dalam menurunkan selulit dilihat dari kemampuannya dalam meningkatkan sintesis kolagen yang dapat mengembalikan elastisitas dan kekencangan kulit. Parameter untuk melihat efektifitas kolagen dalam sediaan nanoenkapsulasi yang diminum subjek uji diukur melalui diagnosa grade selulit oleh dokter. Dalam penelitian ini yang memberikan hasil perbedaan signifikan dalam menurunkan grade selulit terdapat pada analisis pre dan post kelompok perlakuan 28 hari, sedangkan pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 42 hari tidak terdapat perubahan bermakna. Jika dibandingkan secara bersama sama menggunakan uji ANOVA ketiga kelompok tidak terdapat perbedaan bermakna. Pegagan dalam mengurangi selulit biasanya dibuat dalam bentuk sediaan krim. Pada penelitian Primastuti dkk., (2013) kombinasi ekstrak daun pegagan dengan ekstrak biji kopi hijau dalam bentuk krim yang diberikan selama 84 hari menunjukkan hasil secara signifikan dalam mengurangi selulit 1 tingkat dan dapat mengurangi lingkar perut, namun tidak terlihat dalam pengurangan lingkar paha. Penelitian efektivitas antiselulit yang diberikan dengan sediaan oral sangat terbatas. Hasil pengujian Ranti dan Wasitaatmadja (2011) mengenai efikasi krim dan kapsul sediaan herbal kombinasi ekstrak pegagan dan ekstrak jahe yang digunakan secara simultan (krim dan kapsul)mampu memperbaiki selulit dengan ditunjukkan meningkatkanya kelembaban kulit, elastisitas kulit, serta mengurangi kekeriputan kulit melalui penurunan kekasaran dan peningkatan kelembutan kulit, hasil penelitian tersebut berbeda dengan hasil penelitian ini, dimana penelitian ini hanya diberikan secara oral serta parameter yang
UAD, Yogyakarta
digunakan untuk mengukur efektifitas selulit juga berbeda. Terdapat penelitian yang membandingkan penggunaan suplemen antioksidan oral dengan sediaan topikal bio kosmetik yang mengandung bahan aktif alami selama 60 hari menunjukkan pemeberian topikal signifikan lebih baik dibandingkan dengan pemberian oral (Passi dkk., 2003). Penelitian tersebut menunjukkan kesamaan hasil dalam penelitian ini dan dapat mendukung dalam memberikan kesimpulan bahwa sediaan nanoenkapsulasi sediaan herbal daun pegagan dan rimpang jahe untuk anti selulit dan perbaikan komposisi lemak bawah kulit perlu diteliti lebih lanjut. 5. KESIMPULAN
Uji efektivitas sediaan oral nanoenkapsulasi ekstrak daun pegagan (Centella asiatica) dan rimpang jahe (Zingiber officinalle) menunjukkan bahwa pemberian sediaan uji pada 28 hari dapat memperbaiki grade selulit secara signifikan p<0,05. Terdapat perbaikan pada selisih rerata rasio kolesterol/HDL secara signifikan p<0,05, yang menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan 28 hari lebih baik dibandingkan kelompok perlakuan 42 hari. Walau pada parameter komposisi lemak badan dan profil lipid yang diukur lainnya tidak menunjukkan perbaikan signifikan secara statistik, namun terdapat perbaikan secara klinis. Kelompok 28 hari menunjukkan perbaikan pada parameter trigliserid, kolesterol total, HDL, LDL, rasio LDL/HDL, persentase lemak tubuh, lemak lengan kanan, lemak lengan kiri dan GDP. Kelompok 42 hari menunjukkan perbaikan pada kolesterol total, LDL, GDP, dan lemak lengan kanan. Parameter yang mengalami perbaikan dibandingkan kelompok kontrol meliputi kolesterol total, LDL, rasio LDL/HDL,GDP, berat
1464
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
Glucose, Lipid Profile and Oxidative Stress in Obese Women: A Randomized, Placebo-Controlled Clinical Trial. Pharmaceutical Sciences, 21: 184–191.
badan, IMT, lemak tubuh, persentase lemak tubuh, lemak lengan kiri, lemak lengan kanan, lemak perut, lemak paha kiri, dan grade selulit. 6. DAFTAR PUSTAKA Ahmed, R.., Seth, V., Pasha, S.., dan Banerjee, B.., 2000. Influence of dietary ginger (Zingiber officinales Rosc) on oxidative stress induced by malathion in rats. Food and Chemical Toxicology, 38: 443–450.
Bhandari, U., Kanojia, R., dan Pillai, K.K., 2005. Effect of ethanolic extract of Zingiber officinale on dyslipidaemia in diabetic rats. Journal of Ethnopharmacology, 97: 227–230.
Al-Amin, Z.M., Thomson, M., Al-Qattan, K.K., Peltonen-Shalaby, R., dan Ali, M., 2006. Anti-diabetic and hypolipidaemic properties of ginger (Zingiber officinale) in streptozotocininduced diabetic rats. The British Journal of Nutrition, 96: 660–666.
Bonté, F., Dumas, M., Chaudagne, C., dan Meybeck, A., 1995. [Comparative activity of asiaticoside and madecassoside on type I and III collagen synthesis by cultured human fibroblasts]. Annales Pharmaceutiques Françaises, 53: 38–42.
Ali, B.H., Blunden, G., Tanira, M.O., dan Nemmar, A., 2008. Some Phytochemical, Pharmacological and Toxicological Properties of Ginger ( Zingiber Officinale Roscoe): A Review of Recent Research.
Bordia, A., Verma, S.K., dan Srivastava, K.C., 1997. Effect of ginger (Zingiber officinale Rosc.) and fenugreek (Trigonella foenumgraecum L.) on blood lipids, blood sugar and platelet aggregation in patients with coronary artery disease. Prostaglandins, Leukotrienes, and Essential Fatty Acids, 56: 379–384.
Andallu, B., Radhika, B., dan Suryakantham, V., 2003. Effect of aswagandha, ginger and mulberry on hyperglycemia and hyperlipidemia. Plant Foods for Human Nutrition, 58: 1–7. Atashak, S., Peeri, M., Azarbayjani, M.A., dan Stannard, S.R., 2014. Effects of ginger (Zingiber officinale Roscoe) supplementation and resistance training on some blood oxidative stress markers in obese men. Journal of Exercise Science & Fitness, 12: 26–30. Attari,V.E., Mahluji, S., Asghari Jafarabadi, M., dan Ostadrahimi, A., 2015. Effects of Supplementation with Ginger (Zingiber officinale Roscoe) on Serum
Butt, M.S. dan Sultan, M.T., 2011. Ginger and its health claims: molecular aspects. Critical Reviews in Food Science and Nutrition, 51: 383–393. Bylka, W., Znajdek-Awiżeń, P., StudzińskaSroka, E., dan Brzezińska, M., 2013. Centella asiatica in cosmetology. Advances in Dermatology and Dermatologii I Allergology/Postȩpy Alergologii, 30: 46–49. Bylka, W., Znajdek-Awiżeń, P., StudzińskaSroka, E., Dańczak-Pazdrowska, A., dan Brzezińska, M., 2014. Centella
1465
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
asiatica in Dermatology: An Overview: THE EXPERIMENTS ABOUT USE OF CENTELLA ASIATICA IN DERMATOLOGY. Phytotherapy Research, 28: 1117–1124. Compher, C., Cato, R., Bader, J., dan Kinosian, B., 2004. Harris-Benedict equations do not adequately predict energy requirements in elderly hospitalized African Americans. Journal of the National Medical Association, 96: 209–214. Ezhilarasi, P.N., Karthik, P., Chhanwal, N., dan Anandharamakrishnan, C., 2013. Nanoencapsulation Techniques for Food Bioactive Components: A Review. Food and Bioprocess Technology, 6: 628–647. Hashim, P., Sidek, H., Helan, M.H.M., Sabery, A., Palanisamy, U.D., dan Ilham, M., 2011. Triterpene Composition and Bioactivities of Centella asiatica. Molecules, 16: 1310– 1322. Ikawati, Z., Murwanti, R., Meliana, Y., dan Kartika, W., 2016. THE EFFECT OF NANOENCAPSULATED CEN℡LA ASIATICA L AND ZINGIBER OFFICINALE ROSC. VAR. RUBRUM COMBINATION TO PROMOTECOLLAGEN SYNTHESIS AND DECREASE THE DIAMETER OF ADIPOCYTE CELLS IN FEMALE WISTAR RATS. International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research, 7: 1909. Lee, J., Jung, E., Kim, Y., Park, J., Park, J., Hong, S., dkk., 2006. Asiaticoside induces human collagen I synthesis through TGFbeta receptor I kinase
UAD, Yogyakarta
(TbetaRI kinase)-independent Smad signaling. Planta Medica, 72: 324–328. Li, Y., Tran, V.H., Kota, B.P., Nammi, S., Duke, C.C., dan Roufogalis, B.D., 2014. Preventative Effect of Zingiber officinale on Insulin Resistance in a High-Fat High-Carbohydrate Diet-Fed Rat Model and its Mechanism of Action. Basic & Clinical Pharmacology & Toxicology, 115: 209–215. Lopez-Rubio, A., Gavara, R., dan Lagaron, J.M., 2006. Bioactive packaging: turning foods into healthier foods through biomaterials. Trends in Food Science & Technology, 17: 567–575. Lucassen, G.W., van der Sluys, W.L., van Herk, J.J., Nuijs, A.M., Wierenga, P.E., Barel, A.O., dkk., 1997. The effectiveness of massage treatment on cellulite as monitored by ultrasound imaging. Skin research and technology: official journal of International Society for Bioengineering and the Skin (ISBS) [and] International Society for Digital Imaging of Skin (ISDIS) [and] International Society for Skin Imaging (ISSI), 3: 154–160. Mahluji, S., Attari, V.E., Mobasseri, M., Payahoo, L., Ostadrahimi, A., dan Golzari, S.E.J., 2013. Effects of ginger (Zingiber officinale) on plasma glucose level, HbA1c and insulin sensitivity in type 2 diabetic patients. International Journal of Food Sciences and Nutrition, 64: 682–686. Mashhadi, N.S., Ghiasvand, R., Askari, G., Hariri, M., Darvishi, L., dan Mofid, M.R., 2013. Anti-oxidative and antiinflammatory effects of ginger in health and physical activity: review of current
1466
THE 5TH URECOL PROCEEDING
evidence. International Journal Preventive Medicine, 4: S36-42.
18 February 2017
of
Mohanraj, V.J., Chen, Y., dan others, 2006. Nanoparticles–a review. Trop J Pharm Res, 5: 561–573. Nammi, S., Sreemantula, S., dan Roufogalis, B.D., 2009. Protective Effects of Ethanolic Extract of Zingiber officinale Rhizome on the Development of Metabolic Syndrome in High-Fat DietFed Rats. Basic & Clinical Pharmacology & Toxicology, 104: 366–373. Passi, S., Pità, O.D., Grandinetti, M., Simotti, C., dan Littarru, G.P., 2003. The combined use of oral and topical lipophilic antioxidants increases their levels both in sebum and stratum corneum. BioFactors, 18: 289–297. Primastuti, R.F., Wih, W.L., dan Mun’im, A., 2013. Effect of a Combination of Extract of Centella asiatica L. Leaves and Extract of Green Coffee ( Coffea canephora robusta P.) Beans in a Cream Preparation for Grade 1-3 Cellulite and Slimming. Makara Journal of Science, 1–5. Ranti, A.S. dan Wasitaatmadja, S., 2011. Sediaan Kombinasi Menggunakan Ekstrak Terstandar Daun Pegagan dan Jahe Untuk Mengatasi Selulit Pada Gejala Gangguan Metabolit Serta Penyediaan Formula Produk Nano Dispersinya. PT. Martina Berto Tbk, 1– 2. Saravanan, G., Ponmurugan, P., Deepa, M.A., dan Senthilkumar, B., 2014. Antiobesity action of gingerol: effect on lipid profile, insulin, leptin, amylase and lipase in male obese rats induced by a high-fat diet. Journal of the
1467
UAD, Yogyakarta
Science of Food and Agriculture, 94: 2972–2977.