L
APORAN EKONOMI DAN KEUANGAN MINGGUAN
BADAN KEBIJAKAN FISKAL “Seiring membaiknya kondisi perekonomian global, penurunan harga BBM dan peluncuran paket kebijakan ekonomi akan mendorong aktivitas ekonomi dalam negeri”
28 Maret—3 April 2016 Indikator Euro Yen GBP Real Rubel Rupiah Rupee Yuan KRW SGD Ringgit Baht Peso
Sumber: Bloomberg, Reuters, CNBC, The Street, Investing, WSJ, CNNMoney, Channel News Asia, BBC, New York Times, BPS, Kontan, Kompas, Media Indonesia, Tempo, Antara News, Bisnis Indonesia, Vibiznews.
Walaupun tingkat pengangguran AS untuk bulan Maret mengalami sedikit kenaikan ke level 5.0%, secara keseluruhan perekonomian AS masih melanjutkan tren positif sejalan dengan ISM Manufacturing PMI, Nonfarm Payrolls, ADP Nonfarm Employment Change, Consumer Confidence dan Pending Home Sales yang menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan (lihat: T5). Perkembangan data-data tersebut sedikit banyak akan memberikan ruang kepada the Fed untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya. Berdasarkan poling Reuters, the Fed diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga acuannya pada Q3 2016.
DJIA S&P500 Nikkei KOSPI Brazil IBX MICEX SENSEX JCI Hangseng Shanghai STI FBMKLCI SET PCOMP
Di pasar keuangan Tiongkok, offshore yuan mencatatkan penguatan tertinggi sejak Desember 2011 didorong oleh intervensi yang dilakukan oleh otoritas keuangan Tiongkok dan sinyal yang diberikan oleh PBoC untuk tidak melakukan devaluasi terhadap yuan serta pelemahan dolar AS pada waktu yang sama. Di sisi lain, S&P menurunkan peringkat utang Tiongkok dari stable menjadi negative pada hari Kamis (31/03) seiring potensi risiko yang terjadi akibat proses rebalancing yang berjalan lambat.
Perekonomian nasional Pemerintah menurunkan harga BBM jenis premium dan solar sebesar Rp500 per liter pada hari Kamis (31/03) yang berlaku efektif mulai 1 April 2016. Harga baru dua jenis bahan bakar ini diharapkan tidak akan berubah dalam waktu 6 bulan ke depan yang memang menurut keputusan
Ytd
1,1391 111,69 1,512 0,3241 0,01919 13167 66,2475 6,4818 1.154,03 1,3508 3,8905 35,165 44,605
(2,01) 0,60 0,77 5,46 0,47 0,60 0,58 0,52 1,29 1,52 3,63 0,35 3,63
(4,70) 6,71 10,37 27,99 31,24 (1,26) (6,00) (4,60) (5,34) 0,52 (6,04) (8,30) (0,24)
(4,93) 7,35 (2,54) 11,64 (31,08) 4,79 (0,16) 0,18 1,58 4,35 9,38 2,44 (1,02)
17.792,75 2.072,78 16.164,16 1.973,57 20.858,87 1.856,77 20.217,39 4.843,186 20.498,92 3.009,53 2.818,49 1.710,55 1.400,72 7.245,13
1,58 1,81 (4,93) (0,52) 1,55 (0,51) (3,04) 0,33 0,75 1,01 (1,01) 0,40 0,43 (1,56)
0,17 0,28 (16,30) (2,74) (5,05) 10,57 4,14 (11,24) (18,90) (21,34) (18,39) (6,63) (8,58) (9,36)
2,11 1,41 (15,08) 0,63 15,03 5,42 (22,72) 5,45 (6,46) (14,97) (2,23) 1,07 8,75 4,22
T3 ---- Surat Berharga Negara ---Yield FR56 Kep, Asing*
7,51 38,48
(12 bps) 11 bps
N/A (102 bps)
129 bps 26 bps
(39,22) 27,58 1,66 (18,36) (31,92)
(3,95) 12,81 15,2 0,00 1,70
T4 ---- Komoditas ---Oil CPO Gold Coal Nickel
40 2.748,00 1.232,43 46,25 8.650,00
(5,75) 2,77 0,46 (3,82) (3,89)
T5 ---- Rilis Data Minggu ini ---PDB Inflasi Indeks Manufaktur
Perekonomian negara berkembang Sejalan dengan perekonomian negara maju yang mulai pulih, aktivitas perekonomian negara berkembang juga menunjukkan perkembangan positif. Sektor manufaktur Tiongkok, Brazil dan Afrika Selatan selama bulan Maret menunjukkan ekspansi, sementara inflasi Brazil, surplus neraca perdagangan Brazil, Afrika Selatan dan Meksiko juga menunjukkan peningkatan selama bulan Maret.
YoY
T2 ---- Pasar Modal ----
Di tengah perkembangan perekonomian kawasan Eropa yang relatif masih stagnan, beberapa negara di kawasan kembali menunjukkan tanda-tanda pemulihan didorong oleh peningkatan kinerja sektor manufaktur selama bulan Maret, seperti di Jerman dan Italia (lihat: T5). Inflasi kawasan Eropa untuk bulan Maret tercatat tidak mengalami perubahan dan tetap pada level -0.1% yoy. Sementara, German Manufacturing PMI meningkat dari 50.4 pada bulan Februari menjadi 50.7 pada bulan Maret. Sebelumnya, PDB Inggris pada Q4 2015 mengalami ekspansi sebesar 2.1% atau lebih tinggi dari kuartal sebelumnya (lihat: T5).
Tanda-tanda pemulihan perekonomian selama Q1 2016 juga terlihat di kawasan lain seperti Australia dan Kanada. Pertumbuhan kredit sektor swasta dan pertumbuhan sektor konstruksi selama Februari telah mendorong pertumbuhan aktivitas perekonomian Australia secara keseluruhan. Sementara itu, perekonomian Kanada mengalami ekspansi pada bulan Januari didorong oleh pertumbuhan sektor jasa dan manufaktur.
WoW
T1 ---- Nilai Tukar/USD ----
Perekonomian negara maju
Perekonomian Jepang baik sektor manufaktur maupun nonmanufaktur masih menunjukkan perlambatan yang ditunjukkan oleh Tankan Large Manufacturers Index dan Tankan Large Non-Manufacturers Index untuk Q1 2016 yang mencatatkan penurunan. Peningkatan pengeluaran rumah tangga selama bulan Februari tampaknya belum mampu mendorong pemulihan aktivitas ekonomi Jepang selama Q1 yang juga ditandai dengan menurunnya penjualan eceran dan Jobs/applications ratio selama bulan Februari.
Change (%)
1 April‘16
Tingkat Pengangguran Nonfarm Payrolls
Inggris Eropa Inggris
Q4 : 2,1 Mar :-0,1 Mar : 51,0
Q3 : 1,9 Feb : -0,2 Feb : 50,8
Jerman Tiongkok
Mar : 50,7 Mar : 50,2
Feb : 50,4 Feb : 49,0
AS
Mar : 51,8 Mar : 5,0
Feb : 49,5 Feb : 4,9
AS
Mar : Feb : 245 ribu 215ribu *) Data kepemilikan asing per (31 Maret 2016) AS
Pengarah: Kepala Badan Kebijakan Fiskal Penanggung Jawab: Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan, Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Penyusun: Syaifullah, Ronald Yusuf, Munafsin Al Arif, Alfan Mansur, Priska Amalia, Nurul Fatimah Kontributor: Syahrir Ika, Suparman Zen Kemu, Dalyono, Ahmad Ali Rifan, Taufan, Bramantyo, Innes, Dhoni, Rizki
Dokumen ini disusun hanya sebatas sebagai informasi. Semua hal yang relevan telah dipertimbangkan untuk memastikan informasi ini benar, tetapi tidak ada jaminan bahwa informasi tersebut akurat dan lengkap serta tidak ada kewajiban yang timbul terhadap kerugian yang terjadi atas tindakan yang dilakukan dengan mendasarkan pada laporan ini. Hak cipta Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan.
Laporan Ekonomi dan Keuangan Mingguan
2
Mahkamah Konstitusi terhadap judicial review UU No 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, pemerintah tidak diperkenankan melepas penetapan harga BBM sepenuhnya sesuai dengan mekanisme pasar. Seiring dengan penurunan harga BBM, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan akan memberlakukan penurunan tarif untuk angkutan penyeberangan laut dan sungai, kereta api dan transportasi darat sebesar 3%. Penurunan harga BBM dan tariff angkutan tersebut diharapkan akan mampu meningkatkan daya beli masyarakat dan menciptakan iklim yang lebih kondusif dan mencapai target inflasi. Sementara itu, pemerintah juga meluncurkan paket kebijakan ekonomi jilid XI yang meliputi kebijakan terkait UMKM (KUR), Dwelling Time, pemotongan pajak penghasilan REITS (Real Estate Investment Trusts), dan kebijakan di sektor farmasi. Untuk pengusaha mikro kecil dan menengah, pemerintah menerbitkan KURBE (Kredit Usaha Rakyat Berorientasi Ekspor) dengan bunga hanya 9% per tahun. Sedangkan untuk industri, dwelling time di pelabuhan akan dipangkas dari 4,7 hari menjadi 3,7 hari, sehingga kegiatan ekspor impor diharapkan akan semakin efisien. Sementara untuk industri farmasi, perbaikan pelayanan kesehatan dan keterjangkauan harga obat diharapkan akan mempercepat kemandirian dan daya saing industri obat dan alat kesehatan dalam negeri.
Perkembangan komoditas global Harga minyak global mengalami tekanan secara mingguan dengan minyak jenis Brent kembali berada di bawah level USD40 per barel pada penutupan akhir pekan. Perkembangan ini sebagai respon dari pernyataan pangeran Saudi Arabia yang meragukan peluang tercapainya kesepakatan pemangkasan produksi minyak mentah oleh para produsen besar dalam pertemuan di Doha pada 17 April mendatang. Sementara itu, pasar minyak dunia juga masih dalam kondisi kelebihan pasokan didorong oleh peningkatan produksi selama bulan Maret oleh Rusia dan peningkatan cadangan minyak mentah AS. Walaupun mengalami pelemahan pada hari Jumat pekan lalu (01/04), secara mingguan harga emas global mencatatkan penguatan didorong terutama oleh aksi beli oleh bank sentral Rusia dan Tiongkok yang menambah cadangan devisanya dalam bentuk emas.
Perkembangan sektor keuangan
3
Meskipun rilis data-data ekonomi AS menunjukkan perkembangan positif, pelemahan harga minyak global masih menjadi faktor utama yang memberikan tekanan pada indeks saham Wall Street dan beberapa indeks global lainnya. Di pasar keuangan domestik, walaupun investor nonresiden mencatatkan posisi net sell, IHSG mengalami penguatan mingguan dengan rata-rata volume perdagangan harian lebih tinggi dibandingkan pekan sebelumnya. Secara umum, nilai tukar rupiah pada pekan lalu tercatat mengalami tren penguatan. Tekanan terhadap rupiah yang berfluktuasi selama sepekan kemarin, mengalami penurunan pada akhir pekan ditunjukkan oleh turunnya spread antara nilai spot dan non deliverable forward 1 bulan.
Laporan Ekonomi dan Keuangan Mingguan
3
ISU UTAMA 1: Kelompok Pangan Dorong Inflasi Maret
Angka inflasi Indonesia pada Maret 2016 mencapai 0,19 persen (mtm); 0,62 persen (ytd); dan 4,45 persen (yoy). Inflasi Maret 2016 masih berada dalam target inflasi BI 4%±1%. Kelompok volatile food sebagai penyumbang terbesar inflasi Maret 2016. Inflasi pedesaan perlu menjadi perhatian. Tren penurunan inflasi inti sejalan dengan penurunan BI rate.
Inflasi didorong oleh tekanan pada sisi suplai kelompok volatile food Kelompok volatile food yang mengalami inflasi sebesar 0,75 persen (mtm) dan 9,59 persen (yoy) menjadi penyumbang terbesar inflasi bulan Maret 2016. Inflasi kelompok ini diakibatkan oleh kenaikan harga komoditas bawang merah, cabai merah, dan cabai rawit akibat cuaca yang kurang mendukung. Penyumbang inflasi kedua adalah komponen inti pada Maret 2016 mengalami inflasi 0,21 persen (mtm) dan 3,50 persen (yoy) didorong oleh terjaganya ekspektasi inflasi dan peningkatan permintaan domestik yang masih terjaga. Sementara itu, kelompok administered price mengalami deflasi 0,35 persen (mtm) dan 2,76 persen (yoy) akibat penurunan tarif listrik, angkutan udara, dan bensin nonsubsidi yaitu Pertama dan Pertalite yang mengalami tiga kali penurunan di bulan Maret. Di tengah rendahnya tingkat inflasi nasional, inflasi pedesaan masih perlu menjadi perhatian Inflasi pedesaan lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 0,95 persen. Implikasi dari tingginya inflasi pedesaan tersebut, daya beli petani mengalami penuruman sebagaimana tercermin dari nilai tukar petani (NTP) yang turun 0,89 persen. Angka inflasi tersebut perlu menjadi perhatian karena akan mempengaruhi angka kemiskinan nasional mengingat masyarakat miskin lebih banyak berada di pedesaan. Masalah utama yang menyebabkan tingginya inflasi pedesaan masih seputar infrastruktur yang menyebabkan distribusi barang ke daerah menjadi kurang efisien. Sejauh ini, bagi daerah yang dekat dengan pelabuhan, dampak tol laut sudah mulai terlihat seiring melonjaknya volume barang yang diangkut. Perkembangan ini diharapkan dapat membantu mengendalikan inflasi daerah. Namun demikian, untuk daerah pelosok yang jauh dari pelabuhan, permasalahan infrastruktur masih menjadi kendala sehingga pembangunan infrastruktur darat untuk menjangkau daerah-daerah pelosok perlu terus dilakukan agar inflasi pedesaan dapat semakin terkendali. Ekspektasi tingkat inflasi pasca penurunan harga BBM dan tarif dasar listrik (TDL) awal April 2016 Dampak dari penurunan harga BBM dan TDL yang mulai diterapkan pada awal April 2016 diharapkan dapat menekan tingkat inflasi lebih jauh. Walaupun menurut Kementerian Perindustrian, transmisi kebijakan BBM dan TDL terhadap penurunan harga industri manufaktur relatif kecil (porsi BBM dan listrik dalam struktur biaya manufaktur hanya 3,5 persen dan 2,48 persen), transmisi melalui penurunan biaya transportasi diharapkan cukup berarti mengingat upaya-upaya untuk menekan tarif transportasi sedang dilakukan. Dalam jangka pendek, masih relatif rendahnya harga komoditas global terutama minyak mentah dan tren rupiah yang menguat diharapkan dapat mendorong penurunan harga BBM dan TDL lebih lanjut sehingga tingkat inflasi menjadi semakin terkendali. Namun demikian, tingkat inflasi masih menghadapi risiko atas manajemen suplai bahan makanan di Indonesia. BI memperkirakan apabila harga minyak mentah bertahan di bawah USD40 per barrel, inflasi tahunan 2016 bisa berada di bawah level 4 persen. Inflasi dan ekspektasi terhadap kebijakan suku bunga acuan BI Penurunan BI rate sebesar 75 basis points yang dilakukan secara bertahap sebanyak tiga kali di awal 2016 sejalan dengan tren penurunan komponen inflasi inti secara yoy. Komponen inti inflasi secara tahunan mencatatkan penurunan dari 3.62 persen pada Januari menjadi 3.59 persen pada Februari dan selanjutnya mengalami penurunan di bulan Maret menjadi 3,50 persen. Lebih lanjut, proyeksi turunnya tingkat inflasi hingga akhir tahun 2016 memberikan ruang lebih kepada Bank Indonesia untuk melakukan penurunan lebih lanjut atas suku bunga acuan. Ditambah lagi, posisi the Fed sebagaimana disampaikan Janet Yellen pekan lalu yang memandang perkembangan perekonomian masih dovish. Penurunan harga BBM dan TDL sedikit banyak akan memberikan ruang untuk penurunan lanjutan dari BI rate. Ditambah dengan penurunan LPS rate sebesar 25 bps menjadi 7,25 persen, diharapkan dapat mendorong penurunan suku bunga perbankan. Turunnya suku bunga perbankan diharapkan mampu mendorong aktivitas ekonomi sehingga perekonomian nasional pada tahun 2015 dapat tumbuh sesuai dengan ekspektasi pemerintah dan ADB yang berada di atas 5 persen.
Laporan Ekonomi dan Keuangan Mingguan
4
ISU UTAMA 2: Paket Kebijakan Ekonomi ke-XI
Paket ke –XI fokus pada 4 kebijakan pokok KURBE: fasilitas pembiayaan ekspor dengan bunga ringan Pelayanan kegiatan impor/ekspor yang semakin cepat dan efisien Perbaikan pelayanan kesehatan dan keterjangkauan harga obat Instrumen investasi DIRE dengan biaya rendah Seluruh paket kebijakan untuk peningkatan daya beli masyarakat dan iklim investasi
Paket ke –XI fokus pada 4 kebijakan pokok Pada tanggal 29 Maret 2016, Pemerintah meluncurkan Paket Kebijakan Ekonomi ke-XI dengan fokus pada empat kebijakan pokok yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah upaya pemulihan perekonomian global dan domestik. Empat Kebijakan pokok tersebut adalah (1) Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat Berorientasi Ekspor (KURBE), (2) Penerapan Indonesia Single Risk Management (ISRM), (3) pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan, dan (4) insentif bagi instrumen investasi Dana Investasi Real Estate (DIRE). KURBE: fasilitas pembiayaan ekspor dengan bunga ringan Kebijakan KURBE adalah paket penyediaan fasilitas pembiayaan ekspor bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) melalui peluncuran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga 9% untuk UMKM yang berorientasi ekspor. Fasilitas ini dapat digunakan baik untuk modal kerja maupun investasi. Limit maksimum kredit pada kisaran Rp5 - 50 miliar dan dengan jangka waktu kredit dari 3 - 5 tahun. Persyaratan untuk menjadi penerima KUR ini adalah UMKM yang langsung mengeskpor produknya atau bekerja sama dengan perusahaan yang lebih besar yang berorientasi ekspor. Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), Arif Budimanta, menyatakan bahwa saat ini banyak UMKM yang memiliki potensi dan kreativitas yang tinggi dalam menghasilkan produk-produk ekspor tetapi masih menemui permasalahan terkait dengan pembiayaan. Karena itu, dia meyakini kebijakan KURBE ini akan mampu menggerakkan sektor riil padat karya yang berbasis ekspor dan menjadikan neraca perdagangan yang lebih baik. Pelayanan kegiatan impor/ekspor yang semakin cepat dan efisien Melalui paket XI, Pemerintah juga ingin mewujudkan pelayanan kegiatan impor/ekspor yang semakin cepat dan efisien dengan penerapan ISRM, pengelolaan risiko yang terintegrasi di antara Kementerian/Lembaga (K/L) terkait. Sebagai tahap awal, penerapan model ini akan dilakukan antara BPOM dan Ditjen Bea dan Cukai yang diharapkan dapat menurunkan dwelling time yang membutuhkan izin BPOM dari 4,7 hari menjadi 3,7 hari pada Agustus 2016. Setelah itu, model ini akan diterapkan secara nasional dan diharapkan dwelling time pada akhir tahun dapat menjadi 3,5 hari atau kurang. Perbaikan pelayanan kesehatan dan keterjangkauan harga obat Dalam paket ini, Pemerintah juga ingin memperbaiki pelayanan kesehatan dan keterjangkauan harga obat, khususnya dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Paket ini akan mendorong diterbitkannya Instruksi Presiden kepada Menteri-Menteri terkait untuk mempercepat kemandirian dan daya saing industri obat dan alat kesehatan dalam negeri. Beberapa pokok instruksi tersebut antara lain membuat Daftar Negatif Investasi yang lebih terbuka, peningkatan kemampuan BUMN farmasi, kebijakan fiscal yang mendukung seperti pembebasan atau penurunan bea masuk, tax holiday, dan/atau tax allowance. Instrumen investasi DIRE dengan biaya rendah Terakhir, Pemerintah juga mendorong penerbitan DIRE berbiaya rendah dengan memangkas PPh menjadi 0,5 persen dari sebelumnya 5 persen. Selain itu, tarif BPHTB juga akan diturunkan dari maksimum 5 persen menjadi 1 persen bagi tanah dan bangunan yang menjadi aset DIRE. Dengan adanya paket ini, diharapkan akan meningkatkan efisiensi dalam penyediaan dana investasi jangka panjang. Selain itu, sektor properti Indonesia juga diharapkan semakin tumbuh dan dapat bersaing dengan negara tetangga. Seluruh paket kebijakan untuk peningkatan daya beli masyarakat dan iklim investasi Paket kebijakan I-XI bertujuan untuk memperkuat daya beli masyarakat dan meningkatkan iklim investasi. Pemerintah memiliki tantangan yang cukup besar pada tataran implementasi paket-paket kebijakan tersebut mengingat hal ini masih membutuhkan sinergi dan keingingan yang kuat dari berbagai unit. Dampak dari paket kebijakan ini mulai dirasakan banyak pihak. Meski demikian, tidak sedikit juga yang menghimbau Pemerintah untuk juga memberikan update perkembangan terkini atas realisasi implementasi dari paket-paket kebijakan yang sebelumnya telah diterbitkan. Sehingga berita miring terkait pencitraan melalui peluncuran berbagai paket kebijakan ini dapat diredam.
Laporan Ekonomi dan Keuangan Mingguan
5 5
Perekonomian Global
5 Kepercayaan konsumen global mulai meningkat Perekonomian global masih lesu
Emerging economies mulai pulih
Rebalancing perekonomian Tiongkok masih berlanjut
Perekonomian Tiongkok mulai mature
Rebalancing perekonomian Tiongkok masih berlanjut
Perekonomian Nasional
Kepercayaan konsumen mulai pulih sejak Q4 2015