KUALITAS SANAD HADIS DALAM KITAB MUKHTASAR IHYȂ’ ‘ULȖM AL-DȊN ( Pasal yang Menerangkan Hak-hak Muslim, Keluarga dan Tetangga)
Skripsi: Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh:
Khoirun Nisa NIM: 1110034000053
PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M / 1435 H
ABSTRAK Khoirun Nisa Kualitas Sanad Hadis dalam Kitab Mukhtasar Ihyȃ’ ‘Ulum al-Dîn (Pasal yang Menerangkan tentang Hak-hak Muslim, Keluarga dan Tetangga) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas sanad hadis dalam kitab Mukhtasar Ihyȃ’ ‘Ulum al-Dîn. Penelitian ini difokuskan pada pasal yang menerangkan tentang hak-hak muslim, keluarga dan tetangga. Metode pencarian hadis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pencarian awal matan dan metode pototongan lafaz pada matan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas sanad hadis dalam kitab Mukhtasar Ihyȃ’ ’Ulum al-Dîn ada yang berkualitas sahîh, hasan dan daʻif. Untuk melengkapi data dalam penelitian kualitas hadis ini, disarankan untuk melanjutkan penelitian ini dari aspek matannya, dan masih banyak hadishadis dalam kitab Mukhtasar Ihyȃ’ ‘Ulum al-Dîn yang belum terkupas tuntas kualitasnya, itu semua menjadi tugas kita semua sebagai pengkaji hadis. Hadishadis yang terdapat dalam kitab Mukhtasar Ihyȃ’ ‘Ulum al-Dîn yang berkualitas sahîh dapat dijadikan pedoman bagi kita untuk mengamalkannya di tengah-tengah masyarakat.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan atas segala karunia, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap dicurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, rasul pilihan yang membawa cahaya penerang dengan ilmu pengetahuan. Serta untaian do’a semoga tetap dicurahkan kepada keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya sampai akhir zaman. Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa selesainya penyusunan skripsi ini tidaklah semata atas usaha sendiri, namun berkat bantuan, motivasi, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin menghanturkan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Masri Mansoer, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA dan Jauhar Azizy, MA, selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. Bustamin, M.Si, selaku Ketua Jurusan Tafsir Hadis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta priode 2010-2014. 4. Drs. Harun Rasyid, M.A, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberi petunjuk dan nasehat kepada penulis yang dengan ikhlas demi keberhasilan penulis. 5. Dr, Masykur Hakim, M.A, selaku dosen penasehat akademik.
ii
6. Dr. Atiyatul Ulya, MA dan Muhammad Zuhdi, MA, selaku dosen penguji pada Sidang Munaqasah. 7. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, semoga selalu dalam rahmat dan lindungan Allah SWT. 8. Segenap pengelola perpustakaan, baik Perpustakaan Utama maupun Perpustakaan Fakultas Ushuluddin yang telah memberikan fasilitas kepada penulis dalam mencari data yang dibutuhkan. 9. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis haturkan dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda H. Jamat Ma’mun dan Ibunda Rofi’ah serta kakak, adik, dan saudara-saudara penulis yang memberikan dukungan moril dan materil serta do’a kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan di jenjang Perguruan Tinggi ini. Mudahmudahan Allah SWT selalu melimpahkan Rahmȃn dan Rahîm-Nya kepada mereka. Aamiin Ya Robbal ‘Alamiin. 10. Sahabat-sahabat penulis jurusan Tafsir Hadis yang selalu berbagi ilmu, tawa, canda serta support kepada penulis. 11. Para pengelola Bidikmisi UIN Jakarta.
Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat balasan dari Allah SWT. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi
iii
perkembangan keilmuan serta dapat menjadi amal jariyah bagi penulis dan mendapat berkah-Nya. Aamiin.
Jakarta, Agustus 2014
Penulis
iv
PEDOMAN TRANSLITERASI Pedoman transliterasi dalam penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi. Tesis dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. A. Padanan Aksara Huruf Arab
Huruf Latin
Keterangan
ا
tidak dilambangkan
ب
b
be
ت
t
te
ث
ts
te dan es
ج
J
je
ح
h
h dengan garis bawah
خ
kh
ka dan ha
د
d
de
ذ
dz
de dan zet
ر
r
er
ز
z
zet
س
s
es
ش
sy
es dan ye
ص
s
es dengan garis di bawah
ض
d
de dengan garis di bawah
ط
t
te dengan garis di bawah
ظ
z
zet dengan garis di bawah
ع
‘
koma terbalik di atas hadap kanan
غ
gh
ge dan ha
ف
f
ef
ق
q
ki
v
ك
k
ka
ل
l
el
م
m
em
ن
n
en
و
w
we
ه
h
ha
ء
’
apostrof
ي
y
ye
B. Vokal Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal (monoftong) dan vokal rangkap (diftong). Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut: Tanda Vokal Arab
Tanda Vokal Latin
Keterangan
ﹷ
A
fathah
ﹻ
I
kasrah
ﹹ
U
dammah
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut: Tanda Voka Arab
Tanda Vokal Latin
Keterangan
ﹷي
Ai
a dan i
ﹷو
Au
a dan u
C. Vokal Panjang Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
vi
Tanda Vokal Arab
Tanda Vokal Latin
Keterangan
ﹷا
Â
a dengan topi di atas
ْﹻﻱ
Î
i dengan topi di atas
ْﹹ ْو
Û
u dengan topi di atas
D. Kata Sandang Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf (al), dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyyah maupun qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-diwân bukan ad-diwân. E. Syaddah (Tasydîd) Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda ()ﹽ, dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang َّ الtidak ditulis yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata ضرُوْ َرة dengan ad-darûrah melainkan al-darûrah, demikian seterusnya.
vii
DAFTAR ISI ABSTRAK ………………………………………………………………... i KATA PENGANTAR…………………………………………………….. ii PEDOMAN TRANSLITASI ……………………………………………. v DAFTAR ISI……………………………………………………………… viii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……………………………… 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………………. 6 C. Kajian Pustaka………………………………………… 7 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………... 8 E. Metodologi Penelitian…………………………………. 8 F. Sistematika Penulisan…………………………………. 10
BAB II
TINJAUAN UMUM KITAB MUKHTASAR IHYȂ’ ‘ULȖM AL-DȊN A. Riwayat Hidup al-Ghazȃlî……………………………. 12 B. Karya-karya al-Ghazȃlî……………………………….. 15 C. Gambaran Umum Kitab Mukhtasar Ihyȃ’ ‘Ulûm al-Dȋn 17
BAB III
KRITIK SANAD DAN ANALISA HADIS A. Hadis Pertama………………………………………… 23 B. Hadis Kedua…………………………………………… 25 C. Hadis Ketiga…………………………………………… 46 D. Hadis Kelima………………………………………….. 64 E. Hadis Keenam……………………………………….... 77
viii
BAB IV
PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………. 91 B. Saran-saran……………………………………………. 92
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 94
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Hadis merupakan salah satu sumber pokok dalam ajaran Islam setelah alQur‟an. Hadis juga sebagai penjelas al-Qur‟an, tanpa adanya hadis umat Islam tidak akan tahu bagaimana cara melaksanakan perintah yang ada di dalam alQur‟an. Allah menegaskan bahwa selain al-Qur‟an, bila menyelesaikan suatu masalah maka rujuklah hadis. Firman Allah Ta‟ala:
اللَه . ِالل َ ِ ب ِللا ه Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benarbenar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (Q.S. al-Nisa: 59)
Tentunya hadis yang dimaksud adalah hadis yang benar-benar terbukti kesahihannya. Namun, untuk mengetahui kesahihan suatu hadis tidaklah mudah. Perlu dilakukan kajian dan penelitian yang mendalam dan cermat. Melihat posisi hadis yang signifikan dalam ajaran Islam, maka penelitian dan pengkajian terhadap pernyataan-pernyataan yang disandarkan kepada Nabi sangat diperlukan. Hal ini dilakukan agar hadis yang dijadikan sandaran hukum dapat dipertanggungjawabkan keotentikannya. Karena, kedudukan kualitas hadis
1
2
sangat erat sekali hubungannya dengan dapat atau tidaknya hadis dijadikan hujjah agama. Dari segi periwayatan, hadis berbeda dengan al-Qur‟an. Al-Qur‟an diriwayatkan dengan jalan mutawatir. Sedangkan hadis, periwayataannya berlangsung secara mutawatir1 dan ahad2. Karena itu, ke-otentikan al-Qur‟an tidak perlu diragukan lagi, sedangkan hadis ahad masih butuh dan harus dikaji dan diteliti. Dengan penelitian ini, akan diketahui apakah hadis yang diteliti benarbenar bersumber dari Nabi atau tidak. Melihat fungsi dan peranan studi kualitas hadis yang sangat penting dalam penelitian, karena dengan ilmu ini dapat diketahui apakah suatu hadis benar-benar berasal dari Nabi? Lalu, siapa saja yang meriwayatkan hadis tersebut?. Maka penulis mencoba mengkaji hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Mukhtasar Ihyȃ’ ‘Ulum al-Dîn karya Imȃm al-Ghazȃlî. Kitab Mukhtasar Ihyȃ’ ‘Ulum al-Dîn merupakan kitab ringkasan Ihyȃ’ ‘Ulum al-Dîn yang sering dipelajari di Pesantren-pesantren, dari pesantren salafi hingga modern, juga banyak dikaji oleh masyarakat intelek hingga masyarakat umum. Kitab ini berisi tentang nasihat, faidah, akhlak, taubat dan yang berkaitan dengan masalah keagamaan. Kitab ini juga menyingkap rahasia-rahasia. Rahasia mengenai bersuci, shalat, zakat, pausa dan haji. Kitab ini mengajarkan berakhlak baik dan mencela perbuatan-perbuatan buruk. Tidak ketinggalan pula, kitab ini 1
Hadis mutawattir adalah hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi pada semua thabaqah (generasi), yang menurut akal dan kebiasaan tidak mungkin mereka sepakat untuk berdusta (lihat karangan Mahmud Thahan, Intisari Ilmu Hadis, Malang: UIN-Malang Press, 2007, h. 31-31) 2 Hadis ahad adalah hadis yang tidak memenuhi syarat-syarat untuk menjadi hadis mutawatir. (lihat karangan Mahmud Thahan, Intisari Ilmu Hadis, Malang: UIN-Malang Press, 2007, h. 36)
3
membahas luas tentang ketuhanan.3 Dalam menjelaskan pembahasannya, alGhazȃlî banyak menyantumkan ayat-ayat al-Qur‟an dan hadis, namun dalam mengungkapkan sebuah hadis, al-Ghazȃlî tidak menyertai sanad, kualitas serta mukharijnya (yang merupakan ciri khas dari Imam al-Ghazali). Al-Ghazȃlî merupakan salah seorang pemikir besar Islam dan filsafat kemanusiaan, di samping sebagai salah seorang pribadi yang memiliki berbagai kejeniusan dan banyak karyanya. Beliau juga merupakan salah satu sentral sufisme, pejuang keruhanian, tokoh pendidikan dan dakwah. Keberadaan alGhazȃlî merupakan pionir (penggerak) masyarakat dalam rangka perubahan pola pikir dan perilaku, baik yang menyentuh akidah maupun praktiknya. Beliau mampu meninggalkan kesan dalam kehidupan keruhanian masyarakat, ataupun kehidupan yang bersifat materi, budaya, sosial maupun politik. Mayoritas kaum muslimin sampai hari ini meletakkan al-Ghazȃlî pada posisi yang tinggi dalam hal ilmu dan amal. Sebagai bukti, dengan adanya sebuah gelar yang diberikan kepadanya, yang tidak diberikan kepada pemikir-pemikir lain, yaitu „Hujjatul Islam’, Imam Haramain (al-Juwaini) yang juga merupakan guru dari al-Ghazȃlî memberikan gelar „al-Ghazali adalah lautan tanpa tepi‟.4 Sebagai penghormatan atas hak orang lain, Islam menganjurkan untuk menghormati hak-hak tetangga. Di dalam setiap lingkungan yang kaya, menengah, ataupun miskin, yang satu adalah tetangga bagi yang lainnya. Di antara orang-orang yang Allah perintahkan untuk diperlakukan dan dibantu 3
Asep Saepuloh, ketepatan diksi dalam terjemahan kitab mukhtasar ihya ulum uddin karya Imam al-Ghazali. H.37-38 (skripsi, no.panggil: 2232 TAR a). dikutip dari Bahrun Abu Bakar, Ringkasan Ihya ‘Ulum al-Din (Bandung: Sinar Baru algesido, 2009) h. 3 4 Yusuf al-Qardhawi, Al-Ghazali Antara Pro dan Kontra, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997, h. 39-40
4
dengan baik adalah orang tua, para kerabat dekat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, kerabat jauh, para tamu dan tetangga. Sebagaimana Firman Allah dalam Surah al-Nisa:
للا ِ ه للا ِ ه Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh5, dan teman sejawat, ibnu sabil6 dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri (Q.S. al-Nisa: 36).
Menurut al-Ghazȃlî, hak-hak orang muslim antara lain:
mengucapkan
salam apabila bertemu, wajib memenuhi undangannya, mendo‟akan apabila bersin, menjenguk ketika sakit, berta‟ziah, menasehatinya apabila ia minta dinasihati, menjaga nama baiknya, mencintainya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri dan tidak mengharapkan sesuatu yang buruk terjadi kepadanya sebagimana ia tidak berharap sesuatu yang buruk itu terjadi kepadanya.7 Di dalam Islam, banyak hak-hak seorang muslim terhadap muslim lainnya dalam hal bertetangga, berkeluarga dan bersaudara. Akan tetapi, tak jarang seseorang dalam bertetangga tidak mengindahkan kewajiban mereka terhadap
5
dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula antara yang muslim dan yang bukan muslim 6 Ibnus sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan ma'shiat yang kehabisan bekal. termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya 7 Al-Ghazȃlî, Mukhtasar Ihyȃ’ ‘Ulum al-Dîn, Jakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyah, h.92-93
5
tetangganya. Misalnya, tawuran yang terjadi antar warga di daerah Tebet, Jakarta Selatan, pada 6 Agustus 2014, yang mengakibatkan 2 orang luka-luka sehingga harus dilarikan ke rumah sakit, tauran ini terjadi hanya karena saling ejekmengejek antar warga.8 Contoh lain bentrokan yang terjadi di daerah Pondok Randu, Cengkareng Jakarta Barat pada Juni 2010 lalu, yang menyebabkan 1 orang tewas akibat luka bacok serta sejumlah lapak dan kendaraan hangus terbakar, bentrokan ini terjadi berawal hanya karena serempetan Honda Jazz dan mobil taksi.9 Mungkin hal ini terjadi karena mereka tidak mengetahui bagaimana cara bermasyarakat yang diajarkan oleh Islam dalam sunnah Nabi, atau mungkin mereka mengetahuinya akan tetapi mereka tidak menerapkannya karena ragu atas hadis yang dijadikan rujukan. Untuk memperkaya khazanah Islam maka penulis mengambil hadis dalam tema hak-hak muslim, keluarga dan tetangga untuk diteliti, untuk kemudian dapat dijadikan rujukan dalil dalam kehidupan bermasyarakat. Manusia merupakan makhluk sosial, ia tidak dapat hidup sendiri. Oleh karena itu, perlu bergaul dengan orang lain dengan cara hidup bermasyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat, bertetangga dengan baik merupakan ajaran Islam. Selain itu, hubungan silaturrahmi sangat dianjurkan agar persaudaraan dan hubungan baik dapat terjalin. Demikian juga tentang pergaulan antar sesama manusia, haruslah mengindahkan hak-hak dan aturan-aturan yang telah dijelaskan oleh Islam.10
8
TEMPO.COM (diakses pada: Kamis, 11 September 2014) TRIBUNNEWS.COM (diakses pada: Kamis, 11 September 2014) 10 Kementrian Agama RI, Tafsir Maudu’i: Etika Berkeluarga, Bermasyarakat dan berpolitik, Sinergi Pustaka Indonesia, 2012, h. 303 9
6
Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengkaji kualitas hadis yang terdapat dalam kitab Mukhtasar Ihyȃ’ ‘Ulum al-Dîn, sehingga menjadi alasan penulis untuk menulis skripsi yang berjudul “Kualitas Sanad Hadis dalam Kitab Mukhtasar Ihyȃ’ ‘Ulum al-Dîn (Pasal yang Menerangkan Hak-hak Muslim, Keluarga dan Tetangga)”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Untuk keperluan pengkajian dan penelitian dari judul skripsi ini, penulis akan membatasi pembahasan hanya pada bagian sanad yang menerangkan hakhak muslim, keluarga dan tetangga. Dalam proses pentakhrijan, penulis menggunakan dua metode yaitu metode potongan lafaz pada matan dan metode awal sanad. Dalam penelitian ini, penulis hanya meneliti kualitas sanad hadisnya saja, sebab jika penulis meneliti kualitas sanad dan matan hadis secara keseluruhan, maka pembahasan akan semakin meluas dan membutuhkan waktu yang lama serta menjadikan lembaran skripsi ini semakin tebal. Dalam pasal hakhak muslim, keluarga dan tetangga, terdapat 11 (sebelas) hadis. Karena jumlah halaman dalam penulisan skripsi ini dibatasi yaitu tidak lebih dari 100 halaman (lihat: Hamid Nasuhi, dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi), Ciputat: CeQDA, 2007, h. 2), maka penulis hanya membahas 5 (lima) sanad hadis, yaitu hadis pertama, kedua, ketiga, kelima dan keenam. Agar pembahasan ini lebih terarah, maka penulis membuat suatu rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: “bagaimana kualitas sanad hadis-hadis yang
7
terdapat dalam kitab Mukhtasar Ihyȃ’ ‘Ulum al-Dîn yang menerangkan hak-hak muslim, keluarga dan tetangga?.”
C. Kajian Pustaka Pembahasan tentang kualitas sanad hadis sudah banyak yang membahas, namun dalam judul dan objek kajian hadis yang berbeda-beda. Adapun dalam judul ini penulis membahas kualitas hadis yang terdapat dalam kitab Mukhtasar Ihyȃ’ ‘Ulum al-Dîn. Di antaranya yang penulis temukan dalam Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah: 1. Bimbingan Remaja Berakhlak Mulia : Cara Praktis Hidup sehari-hari, karya Anwarul Haq. Buku ini membahas tuntutan praktis yang berkaitan dengan akhlak, termasuk di dalamnya cara-cara berakhlak terhadap sesama muslim, keluarga, dan tetangga. Di dalam pembahasannya, buku ini banyak mencantumkan hadis-hadis yang berkaitan.11 2. Kritik Hadis dalam Musnad Ahmad bin Hanbal tentang Mengutamakan Tetangga Terdekat dalam Pemberian Hadiah, karya Syarifah Dzulhikmah Habib. Skripsi ini membahas kualitas hadis dalam Musnad Ahmad bin Hanbal tentang mengutamakan tetangga terdekat dalam pemberian hadiah.12 Sederetan literatur yang penulis kemukakan membahas tentang kajian kualitas hadis lalu dikaitkan dengan kasus dan objek yang dipilih oleh penulisnya. Dalam literatur tersebut, penulis tidak menemukan adanya kajian kualitas hadis 11
Anwarul Haq, Bimbingan Remaja Berakhlak Mulia: Cara Praktis Hidup Sehari-hari, Bandung: Marja‟, 2004 12 Syarifah Dzulhikmah Habib, Kritik Hadis dalam Musnad Ahmad bin Hanbal tentang Mengutamakan Tetangga Terdekat dalam Pemberian Hadiah, Skripsi FU UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004, pembimbing: Dr. Masykur Hakim, MA, no.panggil: 1310
8
dengan objek kitab Mukhtasar Ihyȃ’ ‘Ulum al-Dîn (pasal yang menerangkan hakhak muslim, keluarga dan tetangga).
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Dalam penyusunan karya ini, penulis mempunyai beberapa tujuan yang berkaitan dengan judul ini, antara lain: 1. Untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan, guna memperoleh gelar kesarjanaan Strata 1 (S1) di Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Untuk mengetahui kualitas sanad hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Mukhtasar Ihyȃ’ ‘Ulum al-Dîn, khususnya pada pasal tentang hak-hak muslim keluarga dan tetangga. 3. Menginformasikan kepada masyarakat, bahwa di dalam bermasyarakat terdapat hak-hak dan kewajiban yang harus ditunaikan, terlebih lagi terdapat dalil-dalil (hadis) yang menjelaskan hal tersebut.
E. Metodologi Penelitian 1. Metode Pengumpulan Data Dalam penulisan ini, penulis sepenuhnya menggunakan penelitian kepustakaan (library research) dengan merujuk kepada data-data primer dan sekunder. Adapun data-data primer yang dimaksud seperti: kitab Mukhtasar Ihyȃ’ ‘Ulum al-Dîn. Sedangkan data-data sekunder diambil dari kamus-kamus
9
hadis, kitab induk hadis, kitab rijȃl al-hadîts serta buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang terkait.
2. Metode Pembahasan Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah deskriptif-analitis, yaitu mengkaji kemudian memaparkan keadaan objek yang akan diteliti dengan merujuk pada data-data yang ada (baik primer maupun sekunder) kemudian menganalisisnya secara komprehensif, sehingga akan tampak jelas perincian jawaban atas persoalan yang berhubungan dengan pokok permasalahan. Dalam meneliti kualitas hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Mukhtasar Ihyȃ’ ‘Ulum al-Dîn, penulis melakukan kegiatan takhrij hadis dan kritik sanad hadis. Langkah pertama, dalam melakukan pentakhrijan penulis mengkaji dengan metode penulusuran awal matan dengan menggunakan kitab al-Jȃmi’ al-Saghîr fi Ahȃdîts al-Basyîr wa al-Nadzîr karya Imam Jalȃluddîn al-Syuyûtî dan Mausûʻah Atarȃf al-Hadîs al-Nabawî al-Syarîf karya Abû Hȃjir Muhammad al-Saʻîd Basyûnî Zaghlûl, dan mengkaji dengan metode penelusuran perkata dengan menggunakan kitab al-Muʻjam al-Mufahras li Alfȃz al-Hadîts al-Nabawî karya A.J. Wensink yang diterjemahkan dalam bahasa Arab oleh Muhammad Fuȃd „Abd al-Bȃqî. Langkah kedua, setelah melakukan pelacakan hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Mukhtasar Ihyȃ ‘Ulum al-Dîn, kemudian penulis
10
menguraikan jalur-jalur yang lain agar terlihat ada atau tidaknya pendukung yang berstatus muttabi‟13 atau syawahid14. Langkah ketiga, yaitu kritik sanad dengan menelusuri data setiap perawi dengan menilai keadaannya, dan meneliti hubungan guru dan murid. Kemudian menganalisa kualitas hadis tersebut. Kemudian mencantumkan skema sanad hadis yang sedang dibahas. Dalam meneliti para perawi hadis, penulis mengacu pada kitab Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ’ al-Rijȃl, dikarenakan kitab ini pembahasannya cukup lengkap dalam menelusuri para perawi hadis. 3. Metode Penulisan Adapun metode penulisan dalam skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Sistematika Penulisan Untuk lebih mempermudah pembahasan pada penulisan skripsi ini, maka penulis membagi tulisan dalam beberapa bab, dengan sistematika sebagai berikut: Bab I, pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tinjauan pustaka, tujuan penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Bab II, tinjauan umum tentang pengarang kitab Mukhtasar Ihyȃ’ ‘Ulum al-Dîn, di dalamnya membahas riwayat hidup pengarang kitab Mukhtasar Ihyȃ’
13 14
Muttabi‟: periwayat yang berstatus pendukung bukan dari kalangan sahabat Syawahid: periwayat yang berstatus pendukung berkedudukan sebagai sahabat
11
‘Ulum al-Dîn, karya-karyanya, serta gambaran umum tentang kitab Mukhtasar Ihyȃ’ ‘Ulum al-Dîn. Bab III, membahas kritik sanad dan menganalisa hadis dalam kitab Mukhtasar Ihyȃ’ ‘Ulum al-Dîn tentang hak-hak muslim, keluarga dan tetangga, yang di dalamnya dilakukan pentakhrijan hadis-hadis yang terdapat di dalam objek yang telah disebutkan, kemudian dilakukan I‟tibar hadis15 agar dapat diketahui ada atau tidaknya muttabi’ atau syawahidnya, kemudian meneliti para perawi yang terdapat di dalam rangkaian hadis tersebut. Kemudian dianalisa hingga didapatilah kualitas hadis tersebut. Bab IV, penutup, yang berisi kesimpulan dan saran-saran.
15
I‟tibar hadis adalah: menyertakan sanad yang lain untuk hadis tertentu, di mana hadis itu pada bagian sanadnya tampak seorang periwayat saja. Dengan menyertakan sanad-sanad yang lain tersebut akan dapat diketahui apakah ada periwayat lain ataukah tidak, untuk bagian sanad dari sanad hadis yang dimaksud (Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Hadis, Jakarta: Bumi Aksara, 2007, h. 91. Dikutip dari Ibnu Shalah, Ulumul Hadis, h. 74-75 )
BAB II BIOGRAFI PENGARANG KITAB MUKHTASAR IHYȂ’ ‘ULUM AL-DȊN
A. Riwayat Hidup al-Ghazȃlî Nama lengkapnya adalah Abû Hamîd Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad al-Ghazȃlî, beliau lebih dikenal dengan panggilan hujjatul islȃm, beliau merupakan seorang al-faqîh (ahli fiqih) yang bermazhabkan alSyafi‟i. Orang-orang yang datang kemudian menyebut laqab (panggilan) beliau yang sesungguhnya dari Abû Hamid menjadi al-Ghazȃlî. Ada yang berpendapat, sebutan Ghazala dinisbatkan pada satu wilayah yang cukup terkenal di dataran Thusi. 16 Ada pula yang mengatakan dengan sebutan Ghazzala (dengan dua “z” atau dalam bahasa Arab dengan tasydid), yang disandarkan kepada pensifatan atas diri beliau sebagai seorang yang berusaha untuk senantiasa menyucikan diri dan melembutkan sanubari.17 Nama beliau akhirnya dikenal dengan panggilan yang dibuat lebih mudah atau telah disepakati, yaitu al-Ghazȃlî.18 Imam al-Ghazȃlî dilahirkan di kota Thusi, pada sekitar pertengahan abad ke-5 Hijriah (450 H). Beliau memiliki seorang ayah yang lembut sanubarinya, sederhana pola hidupnya, pekerja keras dan pedagang yang cukup sabar. Ayah alGhazȃlî dikenal sebagai seorang yang gemar menuntut ilmu ke banyak ulama pada masa itu. Sebelum sang ayah meninggal dunia, beliau sempat berpesan 16
Wilayah Thusi berada di sebuah provinsi Khurasan, salah satu wilayah di negeri Persia (saat ini lebih dikenal dengan Iran) 17 Kata Ghazzȃlȃ sendiri dalam bahasa aslinya bermakna „pemintal benang‟ atau „penenun kain‟. Dan kakek beliau (Imam al-Ghazali) merupakan seorang pengusaha tenun terkemuka di wilayahnya, dan menjadi tokoh panutan yang cukup disegani 18 Al-Ghazali, Ihyȃ’ ‘Ulûm al-Dîn (menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama), jld. 1. Diterjemahkan oleh: Ibnu Ibrahim Ba‟adillah, Jakarta: Republika, 2011, h. vii
12
13
kepada seorang sahabatnya yang ahli fiqih dan tasawuf (Ahmad al-Radzikîn alTusî), agar melanjutkan pengasuhan al-Ghazȃlî dan saudara kandungnya, Ahmad al-Ghazȃlî. Beliau berpesan agar kedua putranya dididik secara khusus dan medapatkan pengajaran yang sesuai dengan apa yang beliau dapatkan dari sang ahli.19 Imam al-Ghazȃlî memulai rangkaian menuntut ilmunya pada masa kecil beliau, di negeri sendiri. Kemudian dilanjutkan dengan mengadakan perjalanan menuju wilayah Jurjan, dan belajar dengan seorang guru yang bernama pada Imȃm Abû Nasr al-Ismȃʻîlî. Setelah selesai, beliau kembali ke Thusi. Sekembali dari Jurjan, al-Ghazȃlî menetap dan mengabdikan ilmunya di sana untuk beberapa waktu. Setelah itu, beliau kembali berangkat untuk menuntut ilmu ke wilayah Naisabur, guna mendalami ilmu kepada Imam al-Haramain yang bernama Abû Ma‟ali al-Juwainî. Al-Ghazȃlî tetap mendampingi gurunya, al-Juwainî, sampai gurunya wafat.20 Al-Ghazȃlî tetap mendampingi gurunya, al-Juwainî, sampai gurunya meninggal dunia tahun 478 H. Beliau lalu meninggalkan Naisabur menuju alAskar. Di situlah beliau bertemu dengan seorang Menteri yang terkenal, Nizam alMulk
dan
menyampaikan
pesan
sang
guru
(al-Juwainî)
kepadanya.
Kedatangannya begitu mendapat sambutan baik dari Menteri ini, sebab Nizam alMulk telah mengetahui kedudukan al-Ghazȃlî yang tinggi.21 Kemudian al-Ghazȃlî
19
Al-Ghazali, Ihyȃ’ ‘Ulûm al-Dîn (menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama), jld. 1. Diterjemahkan oleh: Ibnu Ibrahim Ba‟adillah, Jakarta: Republika, 2011, h. vii-viii 20 Al-Ghazali, Ihyȃ’ ‘Ulûm al-Dîn (menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama), jld. 1. Diterjemahkan oleh: Ibnu Ibrahim Ba‟adillah, Jakarta: Republika, 2011, h. ix-x 21 Al-Ghazali, Ihyȃ’ ‘Ulûm al-Dîn (menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama), jld. 1. Diterjemahkan oleh: Ibnu Ibrahim Ba‟adillah, Jakarta: Republika, 2011, h. x
14
dipercaya untuk mengajar di sebuah lembaga pendidikan yang terkemuka di bawah naungan pemerintahan yang bernama Madrasah Nizamiyah. Berkat prestasinya yang kian meningkat, pada usia 34 tahun al-Ghazȃlî diangkat menjadi pimpinan (rektor) Universitas Nizamiyah di Baghdad. Ahmad Hanafi, mengisahkan: “dan selama itu beliau tertimpa keraguan tentang kegunaan pekerjaannya, sehingga akhirnya beliau menderita penyakit yang tidak bisa diobati
dengan
obat
lahiriyah
(psikoterapi).
Pekerjaan
itu
kemudian
ditinggalkannya pada tahun 488 H, untuk menuju Damsyik dan di kota ini beliau merenung, membaca dan menulis selama kurang lebih dua tahun dengan tasawuf sebagai jalan hidupnya”22. Hampir dua tahun, al-Ghazȃlî menjadi hamba Allah yang betul-betul mampu mengendalikan gejolak hawa nafsunya. Beliau menghabiskan waktunya untuk berkhalwat, ibadah dan I‟tikaf di sebuah masjid di Damaskus. Untuk melanjutkan taqarrubnya kepada Allah, beliau pindah ke Bait al-Maqdis. Di sinilah beliau mulai menulis kitab Ihyȃ’ ‘Ulum al-Dîn. Setelah melanglang buana antara Syam - Bait al-Maqdis – Hijaz selama sekitar sepuluh tahun, atas desakan Fakhrul Mulk, pada tahun 499 H al-Ghazȃlî kembali ke Naisabur untuk melanjutkan mengajar di Madrasah Nizamiyah. Tidak lama setelah Fakhrul Mulk terbunuh pada tahun 500 H, al-Ghazȃlî kembali ke tempat asalnya di Thus dan menghabiskan waktunya di sana, sampai pulang
22
M. Ladzi Safroni, al-Ghazali Berbicara tentang Pendidikan Islam, Malang: Aditya Media Publishing, 2013, h. 15 (dikutip dari: Ahmad Hanafi, Theology Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1988)
15
kehadirat Allah pada hari senin 14 Jumadi al-Tsani tahun 505 H dalam usia 55 tahun23. Dalam Islam, al-Ghazȃlî dipandang sebagai pembela terbesar tasawuf sunni, yakni tasawuf yang berdasarkan doktrin Ahlu Sunnah wal Jama‟ah, juga berdasarkan kehidupan yang asketis, kehidupan yang sederhana, pendidikan maupun pembinaan jiwa. Beliau dipandang sebagai seorang sufi terbesar, dan pengaruhnya atas tasawuf begitu mendalam.24
B. Karya-karya al.-Ghazȃlî Referensi-referensi tentang al-Ghazȃlî menyebut angka yang sangat beragam mengenai jumlah karyanya. Ada yang menyebutkan bahwa karya tulis yang dinisbatkan kepadanya mencapai 400 buah. Referensi lain menyebutkan hanya 50 buku dan risalah yang masih bisa dijumpai sebagai karya al-Ghazȃlî. Pengakurasian sulit dilakukan, selain karena ada yang hilang, juga karena terdapat usaha pemalsuan dan penisbatan nama yang tidak bertanggung jawab, bahkan sejak al-Ghazȃlî masih hidup25. Di antaranya antara lain: dalam bidang tasawuf 1. Adâb al-Shûfîyyah 2. Adâb al-Dîn 3. Kitâb al-Arbaʻîn fî Ushûl al-Dîn 4. al-Imlâ’ ‘an Asykal al-Ihyâ’ 23
M. Ladzi Safroni, al-Ghazali Berbicara tentang Pendidikan Islam, Malang: Aditya Media Publishing, 2013, h. 16 24 Abu al-Wafa‟ al-Ghanimi al-Taftazani, Sufi dari Zaman ke Zaman: Suatu Pengantar Tentang Tasawuf, Bandung: Pustaka, 1997, h. 148 25 Tim Penulis, Ensiklopedia Tasawuf, Bandung: Angkasa, 2008, jld. 1, h.131-132
16
5. al-Ihyâ’ ‘Ulûm al-Dîn 6. Aiyuhâ al-Walad 7. Bidâyah al-Hidâyah wa al-Tahdzîb al-Nafs bi al-Adâb al-Syarʻiyyah 8. Jawâhir al-Qur’ân al-Dauruhâ 9. Al-Hikmah fi al-Makhlûqȃt Allâh 10. Hulâsah al-Tasawuf 11. Risâlah al-Laduniyyah 12. al-Risâlah al-Wâdiyyah 13. Fâtihah al-‘Ulûm 14. Qawâʻîd al-Asyrâh 15. al-Kasyf wa al-Tabyîn fî al-Ghufr al-Khalq Ajmaʻîn 16. al-Mursyid al-Amîn ’ilâ Mauʻazah-al-Mukminîn, merupakan ringkasan dari kitab Ihyâ’ ‘Ulûm al-Dîn. 17. Musykilah al-Anwâr 18. Mukasyfah al-Qulûb al-Muqarrab ilâ al-Hadrâh al-‘Ilm al-Ghuyûb 19. Minhaj al-‘Âbidîn ilâ al-Jannah 20. Mizân al-‘Amal dalam bidang akidah 1. Al-Ajwâbah al-Ghazâlî fî Masâil al-Ukhrâwiyyah 2. al-Iqtisâd al-I’tiqâd 3. Al-Jamʻ al-‘Ulûm ‘an ‘Ilm al-Kalâm 4. Al-Risâlah al-Qudsiyyah fî al-Qawâʻid al-‘Aqâ’id 5. ‘Aqîdah Ahl al-Sunnah
17
6. Fadâ’ikh al-Bathîniyyah wa al-Fadâil al-Mustadzriyyah 7. Fî al-Tafrîqah bain al-Islâm wa al-Zindiqah 8. Al-Qisas al-Mustaqîm 9. Kimiyâ al-Saʻadah 10.
Al-Maqâsid al-Isnî fî Syarf Ismî Allâh al-Husnâ
dalam bidang fiqih 1. Isrâr al-Haj 2. Al-Mustafâ fî al-‘Ilm al-Ushûl 3. Al-Wazîr fî al-Furûʻ dalam bidang manthiq dan filsafat 1. Tahâfah al-Falâsifah 2. Risâlah al-Taiyir 3. Madkhal al-Nazr fî al-Mantiq 4. Miskah al-Anwâr 5. Maqâr al-Quds fî Madârij Maʻrifah al-Nafs 6. Miʻyâr al-‘Ilm fî al-Mantiq 7. Maqâsid al-Falâsifah 8. al-Munqidz min al-Dalâl
C. Gambaran Umum Kitab Mukhtasar Ihyȃ’ ‘Ulum al-Dîn Ihya ‘Ulum al-Dîn merupakan karya monumental al-Ghazȃlî. Kitab ini terdiri dari empat juz besar. Juz pertama, membahas tentang berbagai cabang ilmu, terutama syariat dan ibadah. Juz kedua, seputar urusan dunia atau pekerjaan
18
sehari-hari, termasuk di dalamnya menbahas hubungan dengan sesama manusia. Sedangkan juz ketiga, bahasan seputar kejahatan yang merusak atau perbuatan yang membinasakan, dan keempat membicarakan seputar cara pembentukkan akhlak terpuji serta rehabilitasi orang-orang yang cacat moral. Kitab ini mengupas berdasarkan al-Qur‟an dan Sunnah Nabi serta dengan semangat tasawuf, masalah akidah, ibadah, muamalat, keajaiban hati, etika dan latihan jiwa.26 Tentang karyanya Ihya ‘Ulum al-Dîn, al-Nawawi mengamati buku ini dan mengatakan “jika seluruh tulisan berhenti dipublikasikan, maka Ihya ‘Ulum alDîn sendiri sudah cukup”. Beberapa sufi memendangnya sebagai buku terbaik setelah al-Qur‟an dan Hadis.27 Kitab Mukhtasar Ihyȃ’ ‘Ulum al-Dîn berisi tentang nasihat, faidah, akhlak, taubat dan yang berkaitan dengan masalah keagamaan. Nasihat yang terkandung dalam kitab ini mencakup masalah ilmu yang harus digiatkan. Dalam kitab ini ilmu menjadi pembahasan pertama yang ditulis oleh Imȃm al-Ghazȃlî. Peran ilmu sangat penting dalam kehidupan manusia, tanpa ilmu manusia tidak bisa berbuat banyak di bumi ini. Setelah itu beliau membahas masalah akidah, faidah-faidah, dan adab-adab yang beliau ajarkan kepada penduduk bumi. Kitab ini juga menyingkap rahasia-rahasia. Rahasia mengenai bersuci, shalat, zakat, puasa dan
26
Ridjaliddin FN, Kehidupan Sufistik Versi al-Ghazȃlî dan Responnya Terhadap Dinamika Perkembangan Tasawuf, Jakarta: LPSI Jakarta, 2008, h. 19-20 27 M. Atiqul Haque, Seratus Pahlawan Muslim yang Merubah Dunia, Jogjakarta: Diglossia, 2007, h. 55
19
haji. Kitab ini mengajarkan berakhlak baik dan mencela perbuatan-perbuatan buruk. Tidak ketinggalan pula, kitab ini membahas luas tentang ketuhanan.28 Kitab Mukhtasar Ihyȃ’ ‘Ulum al-Dîn atau disebut juga dengan al-Mursyid al-Amîn ’ilâ Mauʻazah al-Mukminîn, merupakan kitab ringkasan Ihyȃ’ ‘Ulum alDîn yang berjilid-jilid, yang diringkas oleh al-Ghazȃlî sendiri dengan tetap menjaga intisari dan tujuan kitab tersebut.
28
Asep Saepuloh, ketepatan diksi dalam terjemahan kitab Mukhtasar Ihyȃ’ ‘Ulûm al-Dîn karya Imam al-Ghazali. H.37-38 (skripsi, no.panggil: 2232 TAR a). dikutip dari Bahrun Abu Bakar, Ringkasan Ihya ‘Ulum al-Din (Bandung: Sinar Baru algesido, 2009) h. 3
BAB III TAKHRIJ HADIS DAN KRITIK SANAD HADIS
Dalam
mengkritik
dan
menganalisa
sanad
hadis,
penulis
akan
mengemukakan pengertian takhrij hadis dan seputar tentangnya. Sebab, takhrij hadis merupakan langkah awal dalam penelitian dan analisa hadis. Menurut bahasa, kata ( تخريجtakhrîj) berasal dari kata ( خرّجkharraja), ( يخ ّرجyukharriju) artinya mengeluarkan.29 Memang, kegiatan takhrij hadis adalah mengeluarkan hadis dari persembunyiannya, baik dari ilmu seorang ulama maupun dari tulisan yang berserakan dalam berbagai bentuk kitab hadis. Seseorang yang melakukan takhrij hadis bertujuan untuk menyelesaikan persoalan hadis yang belum diketahui letak persembunyiannya dan kuantitas periwayat, jalur sanad, dan kitab yang memuatnya.30 Pengertian tahkrij hadis secara istilah sebagaimana yang dikemukakan oleh M. Syuhudi Ismail ialah penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan, yang di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad hadis yang bersangkutan31. Banyak sekali manfaat yang didapatkan dari tahkrij, antara lain32:
29
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia terlengkap, edisi kedua, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997, h. 330 30 Bustamin, Dasar-dasar Ilmu Hadis, Jakarta: Ushul Press, 2009, h. 180. 31 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, Jakarta: Bulan Bintang, 1992, h. 43. 32 Ahmad Hasan Asy‟ari Ulama‟I, Melacak Hadis Nabi SAW: Cara Cepat Mencari Hadis dari Manual hingga Digital, Semarang: Rasail, 2006, h. 4-6
20
21
Melalui takhrij seseorang dikenalkan sumber-sumber hadis, kitab asal dari suatu hadis itu berada berikut dengan rawi-rawi yang terlibat di dalam periwayatannya
Melalui takhrij hadis seseorang dapat menambah pembendaharaan sanad hadis dari kitab-kitab yang memuat hadis tersebut
Melalui takhrij dapat memperjelas keadaan sanad suatu hadis, apakah sahîh, hasan atau daʻîf, marfuʻ atau munqatiʻ dan sebagainya
Melalui takhrij akan memperjelas status hadis, karena mungkin melihat dari satu jalur daʻîf, tetapi dari jalur lain sahîh. Adapun syarat-syarat hadis sahîh adalah33:
Bersambung sanadnya
Seluruh rawi dalam sanad tersebut adil
Seluruh rawi dalam sanad tersebut dabit
Hadisnya terhindar dari syudzudz
Hadisnya terhindar dari „illat Dari lima syarat hadis sahîh yang penulis kemukakan, penulis hanya
memakai tiga syarat awal di atas, yaitu: bersambung sanadnya, seluruh rawi dalam sanad tersebut „adil dan dabit. Adapun metode-metode takhrij sebagaimana yang dikemukakan oleh Mahmûd al-Tahhȃn ada lima34, yaitu: Takhrij dengan jalan mengetahui sahabat perawi hadis. 33
Ahmad Hasan Asy‟ari Ulama‟I, Melacak Hadis Nabi SAW: Cara Cepat Mencari Hadis dari Manual hingga Digital, Semarang: Rasail, 2006, h. 26. Lihat juga: Mahmûd Tahhȃn, Taisîr Mustalah al-Hadîts. Terj: Ilmu Hadis Praktis Praktis, Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2010, h. 39 34 Mahmûd al-Tahhȃn, Dasar-dasar Ilmu Takhrij dan Studi Sanad, Semarang: Dina Utama, 1995, h. 39.
22
Takhrij dengan mengetahui lafaz pertama pada matan hadis. Takhrij dengan jalan mengetahui lafaz (yang sering digunakan atau tidak) dari bagian matan hadis. Takhrij dengan jalan mengetahui topik hadis atau salah satu topiknya jika ia mempunyai topik yang banyak. Takhrij dengan jalan memperhatikan sifat-sifat spesifik pada sanad hadis atau pada matannya. Adapun menurut Bustamin, metode takhrij hadis ada empat35, yaitu: Takhrij hadis melalui kata atau lafaz pada matan hadis Takhrij hadis melalui tema Takhrij hadis melalui awal matan hadis Takhrij hadis dengan melalui sahabat Nabi atau periwayat pertama Dari berbagai macam metode yang telah penulis kemukakan, penulis hanya menggunakan dua metode dari berbagai metode di atas, yaitu melalui penelitian awal matan dan melalui potongan kata atau lafal pada matan hadis. Dalam mentakhrij melalui awal matan ini, penulis menggunakan referensi kitab Mausûʻah Aṯrȃf al-Hadîts al-Nabawî al-Syarîf, karya Muhammad al-Saʻîd Basyûnî Zaghlûl dan al-Jȃmiʻ al-Saghîr fi Aẖȃdîts al-Basyîr al-Nadzîr karya Jalȃl al-Dîn „Abd al-Raẖmȃn bin Abû Bakr al-Syuyûtî. Sedangkan dalam menelusuri lafaz hadis yang terdapat pada matan, penulis menggunakan kamus al-Muʻjam alMufahras li Alfȃz al-Hadîts al-Nabawî karya Aren Jhon Wensink yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Muhammad Fu‟ȃd „Abd al-Bȃqî.
35
Bustamin, Dasar-dasar Ilmu Hadis, Jakarta: Ushul Press, 2009, h.184-190.
23
A. Hadis Pertama
ِ ِ ِِ ْي ُُْم ِسنَ ُه ْم َوأَ ْن تَ ْستَ ْغ ِفَر لِ ُم ْذنِبِ ِه ْم َوأَ ْن تَ ْدعُ َو لِ ُم ْدبِ ِرِى ْم َوأَ ْن َ ْي َعلَْي َ ْ أَ ْن تُع: ك َ ْ أ َْربَ ٌع م ْن َح ِّق اَلْ ُم ْسلم ب تَائِبَ ُه ْم َّ ُُِت
“Empat perkara yang termasuk hak-hak orang muslim atas dirimu: tolong menonolng terhadap orang yang berbuat baik di antara mereka, memohon ampun
bagi orang yang berdosa terhadap mereka, mendoakan orang yang berpaling dan mencintai orang yang bertaubat (kembali)” 1. Takhrij Hadis a.
Melalui Awal Matan Setelah dilakukan penelitian, penulis tidak menemukan hadis tersebut dalam kamus hadis al-Jȃmiʻ al-Saghîr fi Aẖȃdîts al-Basyîr alNadzîr karya Jalȃl al-Dîn „Abd al-Raẖmȃn bin Abû Bakr al-Syuyûtî36. Sedangkan dalam kamus Mausûʻah Aṯrȃf al-Hadîts al-Nabawî al-Syarîf, karya Muhammad al-Saʻîd bin Basyûnî Zaghlûl penulis hanya mendapati kode sebagai berikut37:
أربع من حق املسلم عليك ٕٕ٘ :ٙ
اُتاف
ٜٔٔ :ٕ
عر
Artinya hadis tersebut hanya terdapat dalam kitab Itthȃf al-Sȃdah al-Muttaqîn karya al-Zubaidî dan al-Mughnî „an Haml al-Asfȃr karya alʻIrȃqî, hadis tersebut tidak didapati dalam al-Kutub al-Tisʻah.
36
Jalȃl al-Dîn „Abd al-Raẖmȃn bin Abû Bakr al-Syuyûtî, al-Jȃmiʻ al-Saghîr fi Aẖadîts alBasyîr al-Nadzîr, Dȃr al-Fikr (tanpa tahun), jld. 1, h. 37-38 37 Muhammad al-Saʻîd bin Basyûnî Zaghlûl, Mausûʻah Aṯrȃf al-Hadîts al-Nabawî alSyarîf, Bairut: „Ȃlim al-Turȃts, 1989, jld. 1, h. 461
24
b. Melalui Potongan Lafaz dalam Matan Dalam menelusuri lafaz hadis yang terdapat pada matan, penulis menggunakan kamus al-Muʻjam al-Mufahras li Alfȃz al-Hadîts al-Nabawî karya Aren Jhon Wensink38. Adapun penggalan kata yang ditelusuri adalah lafaz: 39تعين, 40 تستغفر, 41 تدعو,
42
ّ ح, dari berbagai kata yang ّ تحب, 43ق
telah penulis teliti, penulis tidak menemukan potongan hadis tersebut di dalam al-Muʻjam al-Mufahras li Alfȃz al-Hadîts al-Nabawî. Setelah dilakukan pelacakan di dalam Kitab Ittihȃf al-Sȃdah alMuttaqîn bi Syarh Ihyȃ‟ „Ulûm al-Dîn karya al-Zubaidî, hadis tersebut di riwayatkan oleh Anas bin Malik. Menurut al-„Iraqî, tidak didapati sanad pada hadis tersebut.44 Dari informasi tersebut, penulis tidak melanjutkan penelitan karena hadis tersebut tidak ada sanadnya.
38
Aren Jhon Wensink, al-Muʻjam al-Mufahras li Alfȃz al-Hadîts al-Nabawî, Istanbul: Dȃr al-Da‟wah, 1988 39 Aren Jhon Wensink, al-Muʻjam al-Mufahras li Alfȃz al-Hadîts al-Nabawî, Istanbul: Dȃr al-Da‟wah, 1988. Jld. 4, h. 451-456 40 Aren Jhon Wensink, al-Muʻjam al-Mufahras li Alfȃz al-Hadîts al-Nabawî, Istanbul: Dȃr al-Da‟wah, 1988. Jld. 4, h. 535 41 Aren Jhon Wensink, al-Muʻjam al-Mufahras li Alfȃz al-Hadîts al-Nabawî, Istanbul: Dȃr al-Da‟wah, 1988. Jld. 2, h. 130 42 Aren Jhon Wensink, al-Muʻjam al-Mufahras li Alfȃz al-Hadîts al-Nabawî, Istanbul: Dȃr al-Da‟wah, 1988. Jld. 1, h. 407 43 Aren Jhon Wensink, al-Muʻjam al-Mufahras li Alfȃz al-Hadîts al-Nabawî, Istanbul: Dȃr al-Da‟wah, 1988. Jld. 1, h. 483 44 Muhammad bin Muhammad al-Husainî al-Zubaidî, Ittihȃf al-Sȃdah al-Muttaqîn bi Syarh Ihyȃ‟ „Ulûm al-Dîn, Libanon: Bairut, 1994, jld. 6, h. 252
25
B. Hadis Kedua
اَلْ ُم ْسلِ ُم َم ْن َسلِ َم اَلْ ُم ْسلِ ُم ْو َن ِم ْن لِ َسانِِو َويَ ِد ِه
“Orang muslim adalah orang yang menjaga orang muslim yang lain dari lidah dan tangannya (tidak mengganggu orang muslim yang lain dari tangan dan lisannya)” 1. Takhrij Hadis a. Melalui Awal Matan
Setelah dilakukan penelitian, penulis menemukan hadis tersebut dalam kamus hadis al-Jȃmiʻ al-Saghîr fi Aẖadîts al-Basyîr al-Nadzîr karya Jalȃl al-Dîn „Abd al-Raẖmȃn bin Abû Bakr al-Syuyûtî, dengan lafaz sebagai berikut45:
املسلم من سلم املسلمون من لسانو ويده واملؤمن من أمنو الناس على دمائهم )وأمواهلم (حم ت ن ك حب) عن أىب ىريرة (طب) عن واثلة (صح Dari penulusuran melalui al-Jȃmiʻ al-Saghîr fi Aẖadîts al-Basyîr alNadzîr karya Jalȃl al-Dîn „Abd al-Raẖmȃn bin Abû Bakr al-Syuyûtî hadis di atas didapati dalam Musnad Ahmad bin Hanbal, Sunan al-Tirmidzi, Sunan al-Nasȃ‟î, Mustadrak al-Hȃkim, Sahîh Ibnu Hibbȃn diriwayatkan dari Abu Hurairah, dan dalam kitab al-Kabîr yang dikarang oleh alTabrȃnî diriwayatkan dari Wȃtsilah (berkualitas sahîh). Sedangkan dalam kamus Mausûʻah Aṯrȃf al-Hadîts al-Nabawî alSyarîf, karya Muhammad al-Saʻîd Basyûnî Zaghlûl penulis mendapati kode-kode sebagai berikut46:
45
Jalȃl al-Dîn „Abd al-Raẖmȃn bin Abû Bakr al-Syuyûtî, al-Jȃmiʻ al-Saghîr fi Aẖadîts al-Basyîr al-Nadzîr, Dȃr al-Fikr (tanpa tahun), jld. 2, h. 186 46 Muhammad al-Saʻîd bin Basyûnî Zaghlûl, Mausûʻah Aṯrȃf al-Hadîts al-Nabawî alSyarîf, Bairut: „Ȃlim al-Turȃts, 1989, jld. 8, h. 675
26
املسلم من سلم املسلمون من لسانو ويده خ
ٕٔٔٚ :ٛ ,ٜ :
م
اإلميان ٘ٙ
ت
ٕٕٙٚ
ن
ٔٓ٘ :ٛ
د
ٕٔٗٛ
م
ٜٙ
حم
ٕ:ٖ .ٕٕٔ ,ٕٜٓ ,ٕٓ٘ ,ٕٖٓ ,ٜٔ٘ ,ٜٕٔ ,ٖٔٙ : ٗ٘ٔ
مي
ٕٖٓٓ :
ىق
ٓٔٔٛٚ :
ك
ٔ٘ٔٚ :ٖ ,ٔٓ :
حب
ٕٙ
طب
ٔٔٚٙ :ٜٔ ,ٖٜٓ :ٔٛ ,ٖ٘ٙ :
محيدي
ٜ٘٘
مشكاة
ٖٖ ,ٙ
ال
ٔٛٛ ,ٕ٘ :
بغوي
ٕٔٚ :
ترغيب
ٖٕٕ٘ :
فتح
ٖٔٔٙ :ٔٔ ,ٖ٘ :
متهيد
ٕٗٗ :ٜ
إُتاف
ٗ٘ٙ ,ٖ٘ٛ :ٚ / ٕ٘ٗ ,ٕٖ٘ :ٙ
كر
ٕٗٙٔ :
تغليق
ٕٕ
كنز
ٚٗٓ ,ٖٜٚ ,ٖٚٛ
عر
ٕٜٔٔ :
حلية
ٖٖٖٗ :
خط
٘ٗٔٙ :ٔٔ ,ٖٜٔ :
جممع
ٔ٘ٙ ,٘ٗ :
27
Dari hasil penulusuran ini, didapatilah hadis tersebut dalam kitab Sahîh al-Bukhȃrî, Sahîh Muslim, Sunan al-Tirmidzî, Sunan al-Nasȃ‟î, Sunan Abû Dȃud, Musnad Ahmad bin Hanbal, Sunan al-Dȃrimî, dan kitabkitab lain selain al-Kutub al-Tisʻah. b. Melalui Potongan Lafaz dalam Matan Penggalan kata yang ditelusuri adalah lafaz 47 سلم:
)من سلم (يسلم) املسلمون من لسانو ويده (من لسانك ويدك ٕٙ , رقاق.٘ ,ٗ ,إميان
خ
ٙ٘ ,ٙٗ إميان
م
ٕ جهاد
د
ٕٔ إميان.ٕ٘ قيامة
ت
ٔٔ ,ٜ ,ٛ إميان
ن
ٛ ,ٗ رقاق
دى
,ٕٓ٘ ,ٜٔ٘ ,ٜٔٔ ,ٔٛٚ ,ٖٔٙ ,ٔٙٓ :ٕ ٖٜٚ ,ٕٕٗ ,ٕٔ٘ ,ٕٕٔ ,ٕٜٓ ,ٕٓٙ ٗٗٓ ,ٖٜٔ ,ٖٕٚ ,ٔ٘ٗ :ٖ ٖٛٓ ,ٔٔٗ :ٗ ٕٕ ,ٕٔ :ٙ
حم
Sama seperti hasil penelusuran melalui Mausûʻah Aṯrȃf al-Hadîts alNabawî al-Syarîf, hadis ini terdapat dalam kitab: Sahîh al-Bukhȃrî, Sahîh Muslim, Sunan al-Tirmidzî, Sunan al-Nasȃ‟î, Sunan Abû Dȃud, Musnad Ahmad bin Hanbal, dan Sunan al-Dȃrimî.
47
Aren Jhon Wensink, al-Muʻjam al-Mufahras li Alfȃz al-ẖadîts al-Nabawîy, Istanbul: Dȃr al-Da‟wah, 1988, jld. 2, h. 507
28
2. I‟tibar Sanad a. Sahîh Muslim48
حدَّثَنا أَبو الطَّ ِ ِ ِ ِ َخبَ رنَا ابْن وْى ٍ ب ص ِر ُّ اى ِر أ ْ َمحَ ُد بْ ُن َع ْم ِرو بْ ِن َعْبد اللَّو بْ ِن َع ْم ِرو بْ ِن َس ْرٍح الْم ْ َ َ ُ يأْ َ ُ َ اْلا ِر ِ يد بْ ِن أَِِب َحبِ ٍ اْلَِْْي أَنَّوُ ََِس َع َعْب َد اللَّ ِو بْ َن َع ْم ِرو بْ ِن يب َع ْن أَِِب ْ ث َع ْن يَِز َ َع ْن َع ْم ِرو بْ ِن َْ ول إِ َّن رج ًًل سأ ََل رس َ ِ ِِ الْ َع ِ ال َم ْن ْي َخْي ٌر قَ َ صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم أ ُّ َي الْ ُم ْسلم َ ول اللَّو َ اص يَ ُق ُ َ ُ َ َ ُ َسلِ َم الْ ُم ْسلِ ُمو َن ِم ْن لِ َسانِِو َويَ ِده 49
b. Musnad Ahmad bin Hanbal
ال جاء رجل إِ ََل عب ِد اللَّ ِو ب ِن عم ٍرو فَ َق َ ِ ِ ِ ِ ت ال ََس ْع ُ َْ ْ َْ يل َحدَّثَنَا َعامٌر قَ َ َ َ َ ُ ٌ َحدَّثَنَا ََْي ََي َع ْن إ َْسَاع َ ول الْمسلِم من سلِم الْمسلِمو َن ِمن لِسانِِو وي ِدهِ ِ رس َ ِ ول اللَّو َ ْ َ ََ َُ صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم يَ ُق ُ ُ ْ ُ َ ْ َ َ ُ ْ ُ ِ َوالْ ُم َهاج ُر َم ْن َى َجَر َما نَ َهى اللَّوُ َعْنوُ 50
c. Sunan al-Nasȃ‟î
ِ ِ ال يل َع ْن َع ِام ٍر َع ْن َعْب ِد اللَّ ِو بْ ِن َع ْم ٍرو قَ َ َخبَ َرنَا َع ْم ُرو بْ ُن َعلِ ٍّي قَ َ أْ ال َحدَّثَنَا ََْي ََي َع ْن إ َْسَع َ ول الْمسلِم من سلِم الْمسلِمو َن ِمن لِسانِِو وي ِدهِ ِ ََِسعت رس َ ِ ول اللَّو َ ْ َ ََ ْ ُ َُ صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم يَ ُق ُ ُ ْ ُ َ ْ َ َ ُ ْ ُ ِ َوالْ ُم َهاج ُر َم ْن َى َجَر َما نَ َهى اللَّوُ َعْنوُ
d. Sunan al-Tirmîzî51
حدَّثَنا إِب ر ِاىيم بن سعِ ٍ ُس َامةَ َحدَّثَنَا بَُريْ ُد بْ ُن َعْب ِد اللَّ ِو َع ْن أَِِب بُْرَد َة يد ْ اْلَ ْوَى ِر ُّ ي َحدَّثَنَا أَبُو أ َ َ َ َْ ُ ْ ُ َ ال سئِل رس ُ ِ ِِ ال َم ْن ض ُل قَ َ صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم أ ُّ ْي أَفْ َ َي الْ ُم ْسلم َ ول اللَّو َ وسى قَ َ ُ َ َ ُ َع ْن أَِِب ُم َ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ يث ص ِحيح َغ ِريب ِمن ى َذا الْوج ِو ِمن ح ِد ِ يث أَِِب َسل َم الْ ُم ْسل ُمو َن م ْن ل َسانو َويَده َى َذا َحد ٌ َ ٌ ٌ ْ َ َ ْ ْ َ
وسى ُم َ
48
Abî al-Husain Muslim bin al-Hajjȃj, al-Qusyairiy al-Naisȃbûriy, Sahih Muslim, Bairut: Dȃr al-Kutub al-„Alamiyah, 2008, (Kitab: al-îmȃn, Bab: Bayȃn Tafȃdul al-Islȃm wa Ayyu Umûrihi )Afdal 49 Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, Bairut: al-Maktab al-Islamiy, 1985, jld. 2, h. 163 50 Abî „Abd al-Rahmȃn Ahmad bin Syiʻayab al-Nasȃ‟î, Sunan al-Nasȃ‟î, Bairut: Dȃr Ihyȃ‟ al-Turȃts al-„Arabiy (tanpa tahun), h. 839 (Kitab: al-îmȃn wa Syarȃ‟iʻih, Bab: Sifat al)Muslim, no. Hadis: 5011 51 Abî „îsȃ Muhammad bin „îsȃ bin Sûrah Ibn Mûsȃ al-Tirmidzî, Jȃmî al-Tirmidzî, Riyadh: Dȃr al-Salȃm, 1999, h. 569 (Kitab: Sifat al-Qiyȃmah, Bab: Minhu (lain-lain), no. hadis: )2504
29
e. Sunan al-Dȃrimî52
ِ َع َم ِ ال ش َع ْن أَِِب ُس ْفيَا َن َع ْن َجابِ ٍر قَ َ ك بْ ُن ِم ْغ َوٍل َع ْن ْاْل ْ ف َحدَّثَنَا َمال ُ وس َ أْ َخبَ َرنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن يُ ُ ِ َي ِْ ال َم ْن َسلِ َم الْ ُم ْسلِ ُمو َن ِم ْن لِ َسانِِو َويَ ِد ِه ض ُل قَ َ يل يَا َر ُس َ ول اللَّ ِو أ ُّ اإل ْس ًَلِم أَفْ َ ق َ
f. Sahîh al-Bukhȃrî53
ال حدَّثَنَا ُشعبةُ عن عب ِد اللَّ ِو ب ِن أَِِب َّ ِ ِ ِ آد ُم بْ ُن أَِِب إِيَ ٍ يل بْ ِن أَِِب َحدَّثَنَا َ ْ ْ َ َ ْ َْ اس قَ َ َ الس َفر َوإ َْسَاع َ ٍِ ِ ِ ِ صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ِب َع ْن َعْبد اللَّو بْ ِن َع ْم ٍرو َرض َي اللَّوُ َعْن ُه َما َع ْن النِ ِّ َّعِ ِّ َخالد َع ْن الش ْ َِّب َ ال الْمسلِم من سلِم الْمسلِمو َن ِمن لِسانِِو وي ِد ِه والْمه ِ ال اج ُر َم ْن َى َجَر َما نَ َهى اللَّوُ َعْنوُ قَ َ ْ َ ََ َ ُ َ قَ َ ُ ْ ُ َ ْ َ َ ُ ْ ُ ال أَبو معا ِويةَ حدَّثَنَا داود ىو ابن أَِِب ِىْن ٍد عن ع ِام ٍر قَ َ ِ َّ ِ ت َعْب َد اللَّ ِو َْ َ ال ََس ْع ُ أَبُو َعْبد اللو َوقَ َ ُ ُ َ َ َ َ ُ ُ ُ َ ْ ُ ال َعْب ُد ْاْل َْعلَى َع ْن َد ُاوَد َع ْن َع ِام ٍر َع ْن صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َوقَ َ يَ ْع ِِن ابْ َن َع ْم ٍرو َع ْن النِ ِّ َِّب َ ِ ِ صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َعْبد اللَّو َع ْن النِ ِّ َِّب َ 54
g. Sunan Abû Dȃud
ِ ِ ال أَتَى َر ُج ٌل َعْب َد اللَّ ِو بْ َن يل بْ ِن أَِِب َخالِ ٍد َحدَّثَنَا َع ِامٌر قَ َ َحدَّثَنَا ُم َسد ٌ َّد َحدَّثَنَا ََْي ََي َع ْن إ َْسَع َ ِ ِ ال أ ِ ِ ٍ ِ ِ عم ٍرو و ِعْن َده الْ َقوم ح ََّّت جلَ ِ س عْن َدهُ فَ َق َ ْ صلَّى اللَّوُ َخ ِْبِِن ب َش ْيء ََس ْعتَوُ م ْن َر ُسول اللَّو َ َْ َ ُ ُْ َ َ َ ال ََِسعت رس َ ِ ِ ول الْ ُم ْسلِ ُم َم ْن َسلِ َم صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم يَ ُق ُ ول اللَّو َ َعلَْيو َو َسلَّ َم فَ َق َ ْ ُ َ ُ الْمسلِمو َن ِمن لِسانِِو وي ِدهِ والْمه ِ اج ُر َم ْن َى َجَر َما نَ َهى اللَّوُ َعْنو ُ ْ ُ ْ َ ََ َ ُ َ
52
„Abd Allȃh bin „Abd al-Rahmȃn bin al-Fadl bin Bahrȃm bin „Abd al-Samad al-Tamîmî al-Samarqandî al-Dȃrimî, Sunan al-Dȃrimî, Kairo: Dȃr a-Fikr, 1978, jld. 2, h. 299 (Kitab: al)Riqȃq, Bab: Hafzi al-Lisȃn 53 Abî „Abd Allȃh Muhammad bin Ismȃʻîl bin Ibrȃhîm al-Bukhȃrî, Sahih al-Bukhȃrî, Kairo: Dȃr Ibn al-Jauziy, 2010, h. 12 (Kitab: al-îmȃn, Bab: al-Muslim Man Salima al-Muslimûna )min Lisȃnihi wa Yadihi, no. hadis: 10 54 Abî Dȃud Sulaimȃn bin al-Asyʻats al-Sijistȃniy al-Azdî, Sunan Abî Dȃud, Bairut: Dȃr )Ibn Hazm, 1998, h. 382 (Kitab: al-Jihȃd, Bab: fi al-Hijrah, hal Inqataʻat?, no. hadis: 2481
30
3. Penelitian Sanad a. Jalur Perawi Sunan al-Nasȃ‟i
„Abdullȃh bin „Amr bin al-„Ȃs bin Wa‟il55 Menurut Ahmad bin Hanbal beliau wafat pada tahun 63 H di bulan Dzul Hijjah. Gurunya antara lain: Nabi SAW, „Umar bin alKhattȃb, Muʻȃdz bin Jabal, Abî Bakr al-Siddîq. Muridnya antara lain: „Abd al-Rahmȃn bin „Aûf, „Atȃ‟ bin Yasȃr, Martsad bin „Abdullȃh al-Yazanî, dan lain-lain. Analisa hadis: dilihat dari hubungan guru dan murid antara Rasul dan „Abdullȃh bin „Amru bin al-„Ȃs terdapat hubungan guru dan murid, dari segi keʻadalahannya semua sahabat „udul.
„Ȃmir bin Syarȃhîl56 Ada pula yang menyebutkan Ibn „Abdillȃh bin Syarȃhîl. Gurunya antara lain: Usȃmah bin Zaid bin Hȃrits, al-Asyʻats bin Qais al-Kindî, Anas bin Mȃlik, al-Barȃ‟ bin „Ȃzib, Jȃbir bin Samurah, Jȃbir bin „Abdullȃh, ‘Abdullȃh bin ‘Amr bin al-‘Ȃs, „Abdullȃh bin Masʻûd, dan lain-lain Muridnya antara lain: Ibrȃhîm bin Muhȃjir, Asmȃ‟ bin „Ubaid, Ismȃʻîl bin Abî Khȃlid, Ismȃʻîl bin Sȃlim, Asyʻats bin Sawwȃr, Badr bin „Utsmȃn, Taubah al-ʻAnbarî, dan lain-lain.
55
Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 15, h. 357 56 Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 14, h. 28
31
Yahyȃ bin Maʻîn dan Abû Zurʻah: tsiqah. Yahyȃ bin Maʻîn berkata: beliau wafat pada tahun 103 atau 104 H. Analisa sanad hadis: dilihat dari tahun wafat „Abdullȃh bin „Amru bin al-„Ȃs dan „Ȃmir bin Syarȃhîl mengindikasikan adanya ketersambungan sanad, tidak didapati komentar kritikus hadis tentang „Ȃmir bin Syarȃhîl.
Ismaʻîl bin Abî Khȃlid57 Beliau dikenal dengan nama Hurmuz. Menurut Abî Nuʻaîm beliau wafat pada tahun 146 H. Gurunya antara lain: Hakîm bin Jȃbir al-Ahmasyî, Salamah ibn Kuhail, Talhah bin Musarrif, ‘Ȃmir alSya’bî, dan lain-lain Muridnya antara lain: Jaʻfar bin „Aûn, Hafs bin Ghiyȃts, Zuhaîr bin Muʻȃwiyah, Yahyȃ bin Saʻîd al-Qattȃn, Yahyȃ bin Yamȃn, dan lain-lain. Yahyȃ bin Maʻîn: Tsiqah, al-„Ijlî: tabi‟in tsiqah, al-Nasȃ‟î: tsiqah, Yaʻqûb bin Syaîbah: tsiqah tsabt. Analisa sanad hadis: antara „Ȃmir bin Syarȃhîl dan Ismȃʻîl bin Abî Khȃlid sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid. Ismȃʻîl bin Abî Khȃlid merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
57
Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 3, h. 69
32
Yahyȃ bin Saʻîd bin Farukkh58 Dikenal dengan Abû Saʻîd al-Basrî. Gurunya antara lain: Usȃmah bin Zaîd al-Laitsy, Ismȃʻîl bin Abî Khȃlid, Bahz bin Hakîm, Jaʻfar bin Muhammad bin „Alî, dan lain-lain. Muridnya antara lain: Ahmad bin Hanbal, ‘Amr bin ‘Alî alSaîrafî,
Muhammad
bin
Basysyȃr
Bundȃr,
Musaddad
bin
Musarhad, dan lain-lain. Menurut al-„Ijlî: Tsiqah, Abû Hȃtim: Tsiqah Hȃfiz, an-Nasȃ‟î: Tsiqah Tsabt. Analisa sanad hadis: antara Ismȃʻîl bin Abî Khȃlid dan Yahyȃ bin Farrukh sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid. Yahyȃ bin Farrukh merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
„Amr bin „Alî bin Bahr bin Kanîz al-Bȃhalî59 Gurunya antara lain: Azhar bin Saʻd al-Sammȃn, Ismȃʻîl bin „Ulayyah, Badal Ibn al-Muhabbar, Bisyr bin al-Mufaddal, Sȃlim bin Nûh, Wahb bin Jarîr bin Hȃzm, Yahyȃ bin Saʻîd al-Qattȃn, dan lainlain.
58
Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 31, h. 329 59 Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 22, h. 162
33
Muridnya antara lain: al-Jamȃʻah, Abû Rauq Ahmad bin Bakr al-Hizzȃnî, al-Hasan bin Sufyȃn, Zakariyȃ bin Yahyȃ al-Sijzî, Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, dan lain-lain. Abû Hȃtim: sadûq, al-Nasȃ‟î: tsiqah. Menurut Hakî ibn Mukram beliau wafat pada tahun 249 H. Analisa sanad hadis: antara Yahyȃ bin Saʻîd dan Ismȃʻîl bin „Amr bin „Alî sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid. „Amr bin „Alî merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
al-Nasȃ‟î60 Nama lengkapnya adalah Abû „Abd al-Rahmȃn Ahmad bin Syuʻaib bin Bahr. Nama beliau dinisbatkan kepada kota tempat beliau dilahirkan, yaitu kota Nasa yang masih termasuk wilayah Khurasan. Beliau dilahirkan pada tahun 215 H dan wafat pada tahun 303 H. Beliau seorang muhaddits yang pintar, wara‟, hafiz lagi takwa. Beliau memilih kota Mesir sebagai tempat untuk bermukim dalam menyiarkan hadis-hadis kepada masyarakat. Natijah: Hadis jalur al-Nasȃ‟i ini berkualitas sahîh dari segi sanadnya, sebab bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh orangorang yang tsiqah.
60
Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, Bandung: al-Ma‟arif, h. 383
34
b. Jalur Perawi Sunan al-Tirmîdzî
„Abdullȃh bin Qais bin Sulaim bin Haddar61 Beliau dikenal dengan nama Abû Mûsȃ al-Asyʻarî. Menurut Abû Nuʻaim beliau wafat pada tahun 44 H. Beliau belajar kepada : Nabi SAW, Ubaî bin Kaʻab, ʻAbdullȃh bin Masʻûd, ʻAli bin Abî Tȃlib, ʻAmȃr bin Yȃsar, ʻUmar bin al-Khattȃb, dan lain-lain. Adapun murid-muridnya: Ibrahîm bin Abî Mûsȃ al-Asyʻarî, Anas bin Mȃlik al-Ansȃrî, Saʻîd bin al-Musayyab, ‘Abdullȃh bin Buraidah, dan lain-lain. Analisa hadis: dilihat dari hubungan guru dan murid antara Rasul dan Abû Mûsa al-Asyʻarî terdapat hubungan guru dan murid, dari segi ke‟adalahannya semua sahabat „udul.
„Abdullȃh bin Buraidah bin al-Husaib al-Aslamî62 Gurunya antara lain: Anas bin Mȃlik, Buraidah bin al-Husaib, Busyair bin Kaʻb al-„Adawî, Humaid bin „Abd al-Rahmȃn alHimyarî, Saʻîd bin al-Musayyab, Samurah bin Jundab, Abî Mûsȃ alAsyʻarî, dan lain-lain. Muridnya antara lain: al-Ajlah bin „Abdullȃh al-Kindî, Bisyîr bin al-Muhȃjir, Tsawȃb bin „Utbah, Hujair bin „Abdullȃh, Husain bin Dzakwȃn al-Muʻallim, Hammȃd bin Abî Sulaimȃn, Saʻd bin „Ubaidah, dan lain-lain.
61
Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 15, h. 446 62 Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 14, h. 328
35
Yahyȃ bin Maʻîn, Abû Hȃtim dan al-„Ijlî mereka sepakat menilai tsiqah. Analisa sanad hadis: antara Abî Mûsȃ al-Asyʻarî dan „Abdullȃh bin Buraidah sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid. „Abdullȃh bin Buraidah merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
Buraid bin „Abdullah bin Abî Burdah bin Abî Mûsȃ63 Dikenal dengan Abû Burdah al-Kûfî. Guru-gurunya antara lain: al-Hasan al-Basrî, „Atȃ bin Abî Rabȃh, ‘Abdullȃh bin Abî Burdah (ayahnya), Abî Burdah bin Abî Mûsȃ. Muridnya antara lain: Ismȃʻîl bin Zakariyȃ, Hafs bin Ghiyȃts, Abû Usȃmah Hammȃd bin Usȃmah, Sufyȃn bin „Uyaînah, dan lainlain. Menurut Yahyȃ bin Maʻîn dan al-„Ijlî: Tsiqah, Abû Hȃtim: Laîsa bi al-Matîn, al-Nasȃî: laîsa bihi ba‟sun. Analisa sanad hadis: antara „Abdullȃh bin Buraidah dan Buraid bin „Abdullȃh sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid dan hubungan ayah dengan anak. Buraid bin „Abdullȃh merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
63
Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 4, h. 50
36
Hammȃd bin Usȃmah bin Zaid64 Dikenal dengan Abû Usȃmah al-Kûfî. Menurut Ahmad bin „Abdullȃh beliau wafat pada tahun 201 H di Kufah. Gurunya antara lain: Usȃmah bin Zaid al-Laîtsî, Isrȃ‟îl bin Yûnus, Abî Burdah (Buraîd bin ‘Abdullȃh bin Abî Burdah). Muridnya antara lain: Ibrȃhîm bin Saʻîd al-Jaûharî, Ishȃq bin Rȃhawaîh, Ahmad bin Muhammad bin Hanbal. Menurut Ahmad bin Hanbal: Abû Usȃmah Tsiqah, Yahyȃ bin Maîn: Tsiqah. Analisa sanad hadis: antara Buraid bin „Abdullȃh dan Hammȃd bin Usȃmah sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid. Hammȃd bin Usȃmah merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
Ibrahîm bin Saʻîd65 Dikenal dengan Abû Ishȃq bin Abî „Utsmȃn al-Baghdȃdî. Menurut Abû al-Husaîn bin Qȃnaʻ beliau wafat pada tahun 249 H. Gurunya antara lain: Ahmad bin Ishȃq al-Hadramî, Abî Usȃmah Hammȃd bin Usȃmah, Raûh bin „Ubȃdah.
64
Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 7, h. 217 65 Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 2, h. 95
37
Muridnya antara lain: al-Jamȃ’ah selain al-Bukhȃrî, Ahmad bin „Alî bin Muslim al-Abbȃr, Abû Hȃtim Muhammad bin Idrîs alRȃzî, dan lain-lain. Menurut Abû Hȃtim: beliau dikenal kejujurannya, meurut alNasȃ‟î: Tsiqah. Analisa sanad hadis: antara Hammȃd bin Usȃmah dan Ibrȃhîm bin Saʻîd sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid. Yahyȃ bin Farrukh merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
al-Tirmîdzî66 Nama lengkapnya adalah Abû „Ȋsȃ bin Surah. Beliau seorang Muhaddits yang dilahirkan di kota Turmuz pada tahun 200 H dan wafat pada 279 H. Natijah: hadis jalur al-Tirmîdzî ini berkualitas sahîh dari segi sanadnnya, sebab bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh orangorang yang tsiqah.
c. Jalur Perawi Sunan al-Dȃrimî
Jȃbir bin „Abdullȃh bin „Amr bin Haram67 Dikenal dengan Abû Muhammad al-Madanî. Menurut Muhammad bin Yahyȃ bin Habȃn beliau wafat pada tahun 77 H. Gurunya antara lain: Nabi SAW, „Alî bin Abî Tȃlib, „Ammȃr bin Yȃsar, Abî Bakr al-Siddîq, dan lain-lain.
66
Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, Bandung: al-Ma‟arif, h. 382 Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 4, h. 443 67
38
Muridnya antara lain: Ismȃʻîl bin Basyîr, al-Hasan al-Basrî, Hafs bin „Ubaîdillȃh bin Anas bin Mȃlik, Talhah bin Nȃfi’, dan lainlain. Analisa hadis: dilihat dari hubungan guru dan murid antara Rasul dan Jȃbir bin „Abdullȃh terdapat hubungan guru dan murid, dari segi ke‟adalahannya semua sahabat „udul.
Talhah bin Nȃfi‟68 Nama lengkapnya adalah Talhah bin Nȃfiʻ al-Qursyî. Gurunya antara lain: Anas bin Mȃlik, Jȃbir bin ‘Abdullȃh, al-Hasan al-Basrî, Saʻîd bin Jubair. Muridnya antara lain: al-Hajjȃj bin Hassȃn, Sulaimȃn alAʻmasy, „Ata al-Khurasȃnî, Muhammad bin Ishȃq, dan lain-lain. Menurut Ahmad bin Hanbal: Laîsa bihi Ba‟sun, Yahyȃ bin Maʻîn: Lȃ Syaî‟, al-Nasȃ‟î: Laîsa Bihi Ba‟sun. Ibnu Hibbȃn menyebutkannya dalam kitab al-Tsiqȃh. Analisa sanad hadis: antara Jȃbir bin „Abdullȃh dan Talhah bin Nȃfiʻ sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid. Talhah bin Nȃfiʻ merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
68
Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 13, h. 438
39
Sulaimȃn bin Mihrȃn al-Asadî al-Kȃhilî69 Gurunya antara lain: Abȃn bin Abî „Ayyȃsy, Ibrȃhîm al-Taimî, Ibrȃhîm al-Nakha‟î, Anas bin Mȃlik, Abî Sufyȃn Talhah bin Nȃfiʻ, „Abdullȃh bin Murrah, „Abd al-Mȃlik bin „Umair, dan lain-lain. Muridnya antara lain: Abȃn bin Taghlib, Ibrȃhîm bin Tahmȃn, Asbȃt bin Muhammad al-Qurasyiy, Ishȃq bin Yûsuf al-Azraq, Mȃlik bin Suʻair bin al-Khims, Muhȃdir bin al-Muwarriʻ, Abû Muʻȃwiyah al-Darîr. Ahmad bin „Abdullȃh al-„Ijlî: tsiqah tsabt dalam hadis, Yahyȃ bin Maʻîn: Tsiqah, al-Nasȃ‟î: Tsiqah tsabt. Menurut Abû „Awȃnah dan „Abdullȃh bin Dȃud: beliau wafat pada tahun 147 H. Analisa sanad hadis: antara Talhah bin Nȃfiʻ dan Sulaimȃn bin Mihrȃn sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid. Sulaimȃn bin Mihrȃn merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
Mȃlik bin Mighwal al-Bajalî70 Dikenal dengan Abû „Abdullȃh al-Kûfî. gurunya antara lain: Junaid, al-Hȃrits bin Hasîrah, Husain bin „Abd al-Rahmȃn, al-Hakm bin „Utaibah, „Atȃ‟ bin Abî Rabȃh, Qais bin Muslim, dan lain-lain. Muridnya antara lain: Ismȃʻîl bin Zakariyȃ, Hajjȃj bin Nusair al-Fasȃtîtiy, Abû Usȃmah Hammȃd bin Usȃmah, Sufyȃn al-Tsaurî,
69
Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 12, h. 76 70 Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 27, h. 158
40
Sufyȃn bin „Uyainah, Muhammad bin Yûsuf al-Firyȃbî, dan lainlain. Ahmad bin Hanbal: Tsiqah Tsabt. Yahyȃ bin Maʻîn, Abû Hȃtim, dan al-Nasȃ‟î mereka sepakat menilai tsiqah. Menurut Abû Nuʻaim dan Abû Bakr bin Abî Syaibah: beliau wafat pada tahun 159 H. Analisa sanad hadis: antara Sulaimȃn bin Mihrȃn dan Mȃlik bin Mighwȃl sanadnya bersambung ini terbukti selisih tahun wafat antara keduannya. Mȃlik bin Mighwȃl merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
Muhammad bin Yûsuf71 Gurunya antara lain: Abȃn bin „Abdullȃh al-Bajalî, Ibrȃhîm bin Abî „Ablah, Tsaʻlabah bin Suhaih, Jarîr bin Hȃzm, Qais bin alRabîʻ, Mȃlik bin Mighwal, Muhriz, dan lain-lain. Muridnya antara lain: al-Bukhȃrî, Ahmad bin Hanbal, Ahmad bin Abî al-Hawȃrî, ‘Abdullȃh bin ‘Abd al-Rahmȃn al-Dȃrimî, „Abdullȃh bin Muhammad bin Yûsuf al-Firyȃbî (anaknya), dan lainlain. Analisa sanad hadis: antara Mȃlik bin Mighwȃl dan Muhammad bin Yûsuf sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid. Muhammad bin Yûsuf
71
Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 27, h. 52
41
merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
al-Dȃrimî72 Nama lengkapnya adalah Abû Muhammad „Abdullȃh bin „Abd al-Rahman bin al-Fadl bin Bahram bin „Abd al-Samad al-Taimî al-Samarqandî al-Dȃrimî. Beliau seorang hafiz besar dan seseorang iman hadis terkemuka. Beliau lahir pada tahun 181 H dan wafat pada tahun 255 H. Hadis jalur al-Dȃrimî ini berkualitas sahîh dari segi sanadnya, sebab bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh orang-orang yang tsiqah.
d. Jalur Perawi Sunan Abû Dȃud
„Abdullȃh bin „Amr bin al-„As bin Wa‟il73
„Ȃmir bin Syarahîl74
Ismaʻîl bin Abî Khȃlid75
Yahyȃ bin Saʻîd bin Farukkh76
Musaddad bin Musarhad bin Musarbal al-Asadî77 Dikenal dengan Abû al-Hasan al-Basrî. Menurut al-Bukhȃrî beliau wafat pada tahun 228 H. Gurunya antara lain: Bisyr bin alMufaddal, Juwaîriyah bin Asmȃ‟, „Abd al-Wȃrits bin Saʻîd, Abî
72
Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Hadis, Jakarta: Bumi Aksara, 2007, h. 40. Telah disebutkan pada halaman 30 74 Telah disebutkan pada halaman 30 75 Telah disebutkan pada halaman 31 76 Telah disebutkan dalam halaman 32 77 Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 27, h. 443 73
42
Muʻȃwiyah Muhammad bin Khȃzim al-Darîr, Yazîd bin Zuraîʻ, Yahya bin Saʻîd al-Qattȃn, dan lain-lain. Muridnya antara lain: al-Bukhȃrî, Abû Dȃud, Hammȃd bin Ishȃq al-Qȃdî, Yaʻqûb bin Sufyȃn al-Fȃrisiy, Abû Hȃtim, Abû Zurʻah. Ahmad bin Hanbal dan Yahyȃ bin Maʻîn: Sadûq, al-Nasȃ‟î: tsiqah, Abû Hȃtim: Tsiqah. Analisa sanad hadis: antara Yahyȃ bin Saʻîd dan Musaddad sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid. Musaddad merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya. Abû Dȃud78
Nama lengkapnya adalah Abû Dȃud bin Sulaimȃn al-„Asyʻats bin Ishȃq al-Sijistanî. Beliau lahir pada tahun 202 H dan wafat pada tahun 275 H. Para ulama sepakat menetapkan beliau sebagai hȃfiz yang sempurna, pemilik ilmu yang melimpah, muhaddis yang terpercaya, wara‟, dan mempunyai pemahaman yang tajam, baik dibidang ilmu hadis maupun lainnya. Hadis jalur Abû Dȃud ini berkualitas sahîh dari segi sanadnya, sebab bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh orang-orang yang tsiqah.
78
Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, Bandung: al-Ma‟arif, h. 380-382
43
e. Jalur Perawi Musnad Ahmad bin Hanbal
„Abdullȃh bin „Amr bin al-„As bin Wa‟il79
„Ȃmir bin Syarahîl80
Ismaʻîl bin Abî Khȃlid81
Yahyȃ bin Saʻîd bin Farukkh82
Ahmad bin Hanbal83 Nama lengkapnya adalah Abû „Abdullȃh bin Muhammad bin Hanbal al-Mawarzî. Beliau dilahirkan pada tahun 164 H dan wafat pada tahun 270 H. Para ulama sepakat menetapkan keimanan, ketakwaan,
kewara-an
dan
kezuhud-an
beliau,
di
samping
keahliannya dalam bidang hadis, beliau juga dikenal sebagai salah satu pendiri mazhab yang empat yaitu mazhab Hambali. Hadis jalur Ahmad bin Hanbal ini berkualitas sahîh dari segi sanadnya, sebab bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh orangorang yang tsiqah.
79
Telah diebutkan dalam halaman 30 Telah disebutkan dalam halaman 30 81 Telah disebutkan dalam halaman 31 82 Telah disebutkan dalam halaman 32 83 Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, Bandung: al-Ma‟arif, h. 373-375 80
44
4. Skema Sanad Hadis
رسول اهلل
أىب موسى
جابر بن عبد اهلل
عبد اهلل بن عمرو ين عاص
أىب بردة
أىب سفيان
بريد
اْلعمش
عبد اهلل
إَساعيل بن اىب خالد
يزيد بن اىب حبيب
أبو أسامة
مالك بن مغوال
شعبو
َيَي بن سعد
عمرو بن اْلارث
إبراىيم بن سعيد
ُممد بن يوسف
آدم
الرتميذي
الدارمي
عامر
البخاري
أىب اْلْي
عمرو بن علي
مس ّدد
النسائى
أبو داود
أمحد بن حنبل
ابن وىب
أبو الطاىر مسلم
Dilihat dari pembagian kuantitas hadis, hadis ini termasuk hadis masyhur menurut Mahmûd al-Tahhȃn, sebab diriwayatkan oleh tiga orang perawi atau lebih di setiap tingkatannya dan tidak mencapai derajat mutawatir. Jalur sanad Sunan al-Nasȃ‟î terdiri dari 6 perawi, yaitu: „Abdullah bin „Amr bin „Ȃs, „Ȃmir, Ismȃʻîl bin Abî Khȃlid, Yahyȃ bin Saʻd, „Amr bin „Alî dan alNasȃ‟î.
45
Jalur sanad Sunan al-Tirmîdzî terdiri dari 6 perawi, yaitu: Abî Mûsȃ, Abî Burdah, Buraid, Abû Usȃmah, Ibrȃhîm bin Saʻîd dan al-Tirmîdzî. Jalur sanad Sunan al-Dȃrimî terdiri dari 6 perawi, yaitu: Jȃbir bin „Abdullah, Abî Sufyȃn, al-Aʻmasy, Mȃlik bin Mighwȃl, Muhammad bin Yûsuf dan alDȃrimî. Jalur sanad Sunan Abû Dȃud terdiri dari 6 perawi, yaitu: „Abdullȃh bin „Amr bin „Ȃs, „Ȃmir, Ismȃʻîl bin Abî Khȃlid, Yahyȃ bin Saʻd, Musaddad dan Abû Dȃud. Jalur sanad Musnad Ahmad bin Hanbal terdiri dari 5 perawi, yaitu: : „Abdullȃh bin „Amr bin „Ȃs, „Ȃmir, Ismȃʻîl bin Abî Khȃlid, Yahyȃ bin Saʻd dan Ahmad bin Hanbal.
46
C. Hadis Ketiga
اَلْ ُم ْؤِم ُن َم ْن أ َِمنَوُ الْ ُم ْؤِمنُ ْو َن َعلَى أَنْ ُف ِس ِه ْم َوأ َْم َواهلِِ ْم
“Orang mukmin adalah orang yang telah dipercaya oleh orang-orang mukmin untuk menjaga jiwa serta harta mereka” 1. Takhrij Hadis a. Melalui Awal Matan Setelah dilakukan penelitian, penulis menemukan hadis tersebut dalam kamus hadis al-Jȃmiʻ al-Saghîr fi Aẖȃdîts al-Basyîr al-Nadzîr karya Jalȃl al-Dîn „Abd al-Raẖmȃn bin Abû Bakr al-Syuyûtî, dengan lafaz sebagai berikut84:
)املؤمن من أمنو الناس على أمواهلم وأنفسهم واملهاجر من ىجر اْلطايا والذنوب (ه )عن فضالة بن عبيد (ح Dari penulusuran melalui al-Jȃmiʻ al-Saghîr fi Aẖȃdîts al-Basyîr al-Nadzîr karya Jalȃl al-Dîn „Abd al-Raẖmȃn bin Abû Bakr al-Syuyûtî hadis di atas didapati dalam Sunan Ibn Mȃjah diriwayatkan dari Fadȃlah bin „Ubaid (kualitas sahîh). Sedangkan dalam kamus Mausûʻah Aṯrȃf al-Hadîts al-Nabawî alSyarîf, karya Muhammad al-Saʻîd Basyûnî Zaghlûl penulis mendapati kode-kode sebagai berikut85:
املؤمن من أمنو الناس على دمائهم وأمواهلم
84
ٕٕٙٚ
ت
ٛ ب,اإلميان
ن
Jalȃl al-Dîn „Abd al-Raẖmȃn bin Abû Bakr al-Syuyûtî, al-Jȃmiʻ al-Saghîr fi Aẖȃdîts alBasyîr al-Nadzîr, Dȃr al-Fikr (tanpa tahun), jld. 2, h. 184 85 Muhammad al-Saʻîd bin Basyûnî Zaghlûl, Mausûʻah Aṯrȃf al-Hadîts al-Nabawî alSyarîf, Bairut: „Ȃlim al-Turȃts, 1989, jld. 8, h. 650
47
ٕٜٖٗ
ه
ٕٕ :ٙ ,ٔ٘ٗ :ٖ ,ٖٜٚ :ٕ
حم
ٔٔ :ٔ
ك
ٕٙ
حب
ٕ٘ٗ :ٙ
اُتاف
ٕٗٗ :ٜ
متهيد
ٚٗٛ
كنز
٘ٗ :ٔ
فتح
ٖٜٗ
محز
ٜٕٔ :ٕ
عر
ٕٗ
مك
ٖٖ٘ :ٖ
ترغيب
ٕٙٛ :ٖ ,٘ٗ :ٔ
جممع
ٗٓٛ :ٕ
خفا
Dari hasil penulusuran ini, didapatilah hadis tersebut dalam kitab Sunan al- Tirmidzî, Sunan al-Nasȃ‟î, Sunan Ibn Mȃjah, Musnad Ahmad bin Hanbal, dan kitab-kitab lain selain al-Kutub al-Tisʻah. b. Melaui Potongan Lafaz dalam Matan Penggalan kata yang ditelusuri adalah lafaz86 أمنه:
واملؤمن من أمنو الناس على دمائهم وأمواهلم
86
ٕٔ إميان
ت
ٛ إميان
ن
ٕ فنت
جو
ٕٕ ,ٕٔ :ٙ .ٕٕٗ ,٘ ,ٔٓٗ :ٖ .ٖٜٚ ,ٕٔ٘ ,ٕٓٙ :ٕ
حم
Aren Jhon Wensink, al-Muʻjam al-Mufahras li Alfȃz al-Hadîts al-Nabawî, Istanbul: Dȃr al-Da‟wah, 1988, jld. 1, h. 105
48
Sama seperti hasil penulusuran di atas, didapatilah hadis tersebut Sunan al- Tirmidzî, Sunan al-Nasȃ‟î, Sunan Ibn Mȃjah,
dalam kitab
Musnad Ahmad bin Hanbal. I‟tibar Sanad
2.
a. Musnad Ahmad bin Hanbal87
اب أَخب رِِن موسى بن علِي ََِسعت أَِِب ي ُق ُ ِ اْلب ِ ت َعْب َد اللَّ ِو بْ َن َع ْم ِرو ول ََس ْع ُ ْ َ َ ُ َ ْ ُ َ ٍّ ْ ُ َ َحدَّثَنَا َزيْ ُد بْ ُن َُْ ول ََِسعت رس َ ِ بْ ِن الْ َع ِ ول تَ ْد ُرو َن َم ْن الْ ُم ْسلِ ُم قَالُوا صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم يَ ُق ُ ول اللَّو َ اص يَ ُق ُ ْ ُ َ ُ ال تَ ْد ُرو َن َم ْن الْ ُم ْؤِم ُن قَالُوا ال َم ْن َسلِ َم الْ ُم ْسلِ ُمو َن ِم ْن لِ َسانِِو َويَ ِد ِه قَ َ اللَّوُ َوَر ُسولُوُ أ َْعلَ ُم قَ َ ال من أ َِمنو الْمؤِمنو َن علَى أَنْ ُف ِس ِهم وأَمواهلِِم والْمه ِ اج ُر َم ْن َى َجَر اللَّوُ َوَر ُسولُوُ أ َْعلَ ُم قَ َ َ ْ َ ُ ُ ْ ُ َ ْ َ َْ ْ َ َُ ُّ السوءَ فَ ْ اجتَ نَبَوُ 88
b. Sunan al-Nasȃ‟î
ث َع ْن ابْ ِن َع ْج ًَل َن َع ْن الْ َق ْع َق ِاع بْ ِن َح ِكي ٍم َع ْن َخبَ َرنَا قُتَ ْيبَةُ قَ َ ال َحدَّثَنَا اللَّْي ُ أْ ِ ِ ال الْ ُم ْسلِ ُم َم ْن َسلِ َم صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم قَ َ َع ْن أَِِب ُىَريْ َرَة َع ْن َر ُسول اللَّو َ َّاس َعلَى ِد َمائِ ِه ْم َوأ َْم َواهلِِ ْم لِ َسانِِو َويَ ِدهِ َوالْ ُم ْؤِم ُن َم ْن أ َِمنَوُ الن ُ 89
صالِ ٍح أَِِب َ َّاس ِم ْن الن ُ
c. Sunan Ibn Mȃjah
َمح ُد بن عم ِرو ب ِن َّ ِ ي َحدَّثَنَا َعْب ُد اللَّ ِو بْن وْى ٍ ب َع ْن أَِِب َىانِ ٍئ َع ْن ص ِر ُّ الس ْرِح الْم ْ َح َّدثَنَا أ ْ َ ْ ُ َ ْ ْ َُ َعم ِرو ب ِن مالِ ٍ ضالَ َة بْ َن عُبَ ْي ٍد َح َّدثَوُ أ َّ ِب أ َّ ال ك ْ صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم قَ َ َن فَ َ َن النِ َّ اْلَْنِ ِّ َِّب َ ْ ْ َ الْمؤِمن من أ َِمنو النَّاس علَى أَمواهلِِم وأَنْ ُف ِس ِهم والْمه ِ اْلَطَايَا َو ُّ وب اج ُر َم ْن َى َجَر ْ ْ َ َُ الذنُ َ ُ ْ ُ َ ْ َُ ُ َ ْ َ ْ َ
87
Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, Bairut: al-Maktab al-Islamiy, 1985, jld. 2, h. 206 88 Abî „Abd al-Rahmȃn Ahmad bin Syiʻayab al-Nasȃ‟î, Sunan al-Nasȃ‟î, Bairut: Dȃr Ihyȃ‟ al-Turȃts al-„Arabiy (tanpa tahun), h. 838 (Kitab: al-îmȃn wa Syarȃtiʻihi, Bab: Sifat al)Mu‟min, no. hadis: 5010 89 Abî „Abd Allȃh Muhammad bin Yazîd al-Rabiʻî Ibn Mȃjah al-Quzwainî, Sunan Ibn Mȃjah, Riyadh: Dȃr al-Salȃm, 1999, h. 565 (Kitab: al-Fitan, Bab: haramnya darah dan harta orang )mukmin, no.hadis: 3934
49
d. Sunan al-Tirmîzî90
ِ صالِ ٍح َع ْن أَِِب ُ َحدَّثَنَا قُتَ ْيبَةُ َحدَّثَنَا اللَّْي َ ث َع ْن ابْ ِن َع ْج ًَل َن َع ْن الْ َق ْع َق ِاع بْ ِن َحكي ٍم َع ْن أَِِب ِ ُ ال رس صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم الْ ُم ْسلِ ُم َم ْن َسلِ َم الْ ُم ْسلِ ُمو َن ِم ْن لِ َسانِِو َ َُىَريْ َرةَ ق َ ول اللَّو ُ َ َ َال ق ِِ ِ ِ ِ يث َح َس ٌن َ ََّاس َعلَى ِد َمائِ ِه ْم َوأ َْم َواهلِِ ْم ق ٌ يسى َى َذا َح ِد ُ َويَده َوالْ ُم ْؤم ُن َم ْن أَمنَوُ الن َ ال أَبُو ع ِ يح َ ٌ صح
3. Penelitian Sanad
a. Jalur Perawi Sunan al-Nasȃ‟î
„Abd al-Rahmȃn bin Sakhar91 Lebih dikenal dengan panggilan Abû Huraîrah. Gurunya antara lain: Nabi SAW, UbaȂ bin Kaʻab, Basrah bin Abî Basrah al-Ghifȃrî, „Umar bin al-Khattȃb, Abî Bakr al-Sidîq, istri-istri Nabi. Muridnya antara lain: Ibrȃhîm bin Ismȃʻîl, Abû Sȃlih al-Sammȃn, Abû „Alqamah, Abû Murrah, dan lain-lain. Analisa hadis: dilihat dari hubungan guru dan murid antara Rasul dan Abû Hurairah terdapat hubungan guru dan murid, dari segi ke‟adalahannya semua sahabat „udul.
Dzakwan92 Dikenal dengan Abû Sȃlih al-Sammȃn al-Zayyȃt al-Madanî. Menurut Yahyȃ bin Bukair beliau wafat pada tahun 101 H di Madinah. Gurunya antara lain: Jȃbir bin „Abdillȃh, Saʻad bin Abî Waqqȃs, Saʻîd
90
Abî „îsȃ Muhammad bin „îsȃ bin Sûrah Ibn Mûsȃ al-Tirmidzî, Jȃmî al-Tirmîdzî, Riyadh: Dȃr al-Salȃm, 1999, h. 597 (Kitab: Imam, Bab: muslim yang sempurna adalah jika muslim lainnya selamat dari gangguan lidah dan tangannya, no. hadis: 2627) 91 Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 34, h. 366 92 Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 8, h. 513
50
bin Jubaîr, Abî Bakr al-Siddîq, Abî Huraîrah, „Ȃisyah, Ummu Salamah, dan lain-lain. Muridnya antara lain: Ibrȃhîm bin Abî Maîmunah, Ismȃʻîl bin Abî Khȃlid, Hakîm bin Jubair, Humaid bin Hilȃl, Zaîd bin Aslam, alQaʻqȃʻ bin Hakîm, dan lain-lain. Ahmad bin Hanbal: Tsiqah Tsiqah, Abû Zurʻah, Yahyȃ bin Maʻîn, dab Abû Hȃtim: Tsiqah. Analisa sanad hadis: antara Abû Hurairah dan Dzakwan sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid. Dzakwan merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
Al-Qaʻqȃʻ bin Hakîm93 Nama lengkapnya adalah al-Qaʻqȃʻ bin Hakîm al-Kinȃnî alMadanî. Gurunya antara lain: Jȃbir bin „Abdillȃh, Dzakwȃn bin Abî Sȃlih al-Simmȃnî, „Abdullȃh bin „Umar bin al-Khattȃb, „Ȃisyah, dan lain-lain. Muridnya antara lain: Abȃn bin Sȃlih, Zaid bin Aslam, Saʻîd alMuqbarî, „Amr bin Dînȃr, Muhammad bin ‘Ajlȃn. Yahyȃ bin Maʻîn: tsiqah, Abû Hȃtim: laîsa bi hadîtsihi ba‟sun, sedangkan Ibnu Hibbȃn menyebutkannya dalam kitab al-Tsiqȃh. Analisa sanad hadis: antara Dzakwan dan al-Qaʻqaʻ sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan
93
Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 23: 623
51
murid. Al-Qaʻqaʻ merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
Muhammad bin „Ajlȃn94 Nama lengkapnya adalah Muhammad bin „Ajlȃn al-Qurasyî, dikenal juga dengan Abû „Abdullȃh al-Madanî. Menurut Abû Saʻîd bin Yûnus beliau wafat pada tahun 148 H di Madinah. Gurunya antara lain: Abȃn bin Sȃlih, Anas bin Mȃlik, Rajȃ‟ bin Haîwah, al-Qaʻqȃʻ bin Hakîm, Muslim bin Abî Hurrah, dan lain-lain. Muridnya antara lain: Ismȃʻîl bin Jaʻfar, Bisyr bin al-Mufaddal, Hȃtim bin Ismȃʻîl, Laîts bin Saʻad, Mȃlik bin Anas, Maʻdî bin Sulaimȃn, dan lain-lain. Menurut Ahmad bin Hanbal, Yahyȃ bin Maʻîn dan al-Nasȃ‟î mereka sepakat menilai Tsiqah, berkata Yaʻqûb bin Syaibah: Ibnu „Ajlȃn termasuk orang yang tsiqah, sedagkan Abu Zurʻah mengatakan: Ibnu „Ajlȃn sadûq wasat. Analisa sanad hadis: antara al-Qaʻqȃʻ dan Muhammad bin „Ajlȃn sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid. Muhammad bin „Ajlȃn merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
94
Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 26, h. 101
52
Laits bin Saʻad bin „Abd al-Rahmȃn al-Fahmî95 Dikenal dengan Abû al-Hȃrits al-Misrî. Gurunya antara lain: Ibrȃhîm bin Abî „Ablah, Ayûb bin Mûsȃ, Saʻîd bin Abî Saʻîd alMaqburî, Muhammad bin ‘Ajlȃn, Muhammad bin Muslim bin Syihȃb al-Zuhrî, Yahyȃ bin Saʻîd al-Ansȃrî, Yahyȃ bin Sulaim bin Zaid, dan lain-lain. Muridnya antara lain: Ahmad bin „Abdullȃh bin Yûnus, Ȃdam bin Abî Iyȃs, Asyhab bin „Abd al-„Azîz, „Abdullȃh bin Yûsuf al-Tannîsî, Fadȃlah bin Ibrȃhîm al-Nasȃ‟î, Qutaibah bin Saʻîd, dan lain-lain. Muhammad bin Saʻd: Tsiqah, banyak hadis sahihnya. Ahmad bin Hanbal: tsiqah Tsabt. Yahyȃ bin Maʻîn dan Abû „Abd al-Rahmȃn alNasȃ‟î: tsiqah. Ibnu Khirȃsy: sadûq, sahîh hadisnya. Yaʻqûb bin Syaibah: Tsiqah. Menurut al-Bukhȃriy: beliau wafat pada tahun 177 atau 176 H. Analisa sanad hadis: antara Muhammad bin „Ajlȃn dan Laits bin Saʻd sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid. Laits bin Saʻd merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
Qutaibah bin Saʻîd96 Dikenal dengan Abû Rajȃ‟ al-Balkhî al-Baghlȃnî. Gurunya antara lain: Ibrȃhîm bin Saʻîd al-Madanî, Hammȃd bin Zaid, Khȃlid bin
95
Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 24, h. 255 96 Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 23, h. 523
53
„Abdullȃh al-Wȃsitî, „Abd al-Salȃm ibn Harb, al-Laîts ibn Saʻad, Mȃlik bin Anas, dan lain-lain. Muridnya antara lain: al-Jamȃʻah selain Ibnu Mȃjah, al-Hȃrits bin Muhammad bin Abî Usȃmah, „Abdullȃh bin Qutaîbah Ibn Saʻîd (anaknya), dan lain-lain. Yahyȃ bin Maʻîn, Abû Hȃtim dan al-Nasȃ‟î mereka sepakat menilai Tsiqah, Ibnu Khirȃsy menilainya Sadûq. Analisa sanad hadis: antara Laits bin Saʻd dan Qutaibah bin Saʻîd sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid. Qutaibah bin Saʻîd merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
al-Nasȃ‟î97 Nama lengkapnya adalah Abû „Abd al-Rahmȃn Ahmad bin Syuʻaib bin Bahr. Nama beliau dinisbatkan kepada kota tempat beliau dilahirkan, yaitu kota Nasa yang masih termasuk wilayah Khurasan. Beliau dilahirkan pada tahun 215 H dan wafat pada tahun 303 H. Beliau seorang muhaddits yang pintar, wara‟, hȃfiz lagi takwa. Beliau memilih kota Mesir sebagai tempat untuk bermukim dalam menyiarkan hadis-hadis kepada masyarakat. Natijah: Hadis jalur al-Nasȃ‟î ini berkualitas sahîh dari segi sanadnya, sebab bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh orangorang yang tsiqah.
97
Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, Bandung: al-Ma‟arif, h. 383
54
b. Jalur Perawi Musnad Ahmad bin Hanbal
„Abdullȃh bin „Amr bin al-„As bin Wa‟il98
„Ulai bin Rabȃh99 Nama lengkapnya adalah „Ulai bin Rabȃh bin Qasîr bin al-Qasyîb. Dikenal dengan Abû „Abdillȃh atau juga Abû Mûsȃ al-Misrî. Gurunya antara lain: Junȃdah bin Abî Umayyah, Zaid bin Tsȃbit, „Abdullȃh bin „Abbȃs, ‘Abdullȃh bin ‘Amr bin al-‘Ȃs, „Utbah bin al-Nuddar, dan lain-lain. Muridnya antara lain: al-Hȃrits bin Yazîd al-Hadramî, Maʻrûf bin Suwaîd al-Judzȃmî, Mûsȃ bin ‘Ulaiy bin Rabȃh (anaknya), Yazîd bin Abî Habîb. Menurut al-„Ijlî: Misrî merupakan seorang tabi‟in yang tsiqah, alNasȃ‟î mengatakan: tsiqah, Ibnu Hibbȃn menyebutkannya di dalam kitab al-Tsiqȃh. Analisa sanad hadis: antara „Abdullȃh bin „Amr bin al-„Ȃs dan „Ulai bin Rabȃh sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid. „Ulai bin Rabȃh merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
98
Telah disebutkan dalam halaman 30 Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 20, h. 426 99
55
Mûsȃ bin „Ulai bin Rabȃh100 Nama lengkapnya adalah Mûsȃ bin „Ulaî bin Rabȃh al-Lakhmî, dikenal dengan Abû „Abd al-Rahmȃn al-Misrî. Menurut Abû Saʻîd bin Yûnus beliau wafat pada tahun 163 H. Gurunya antara lain: Hibbȃn bin Abî Jabalah, ‘Ulaî bin Rabȃh (ayahnya), Muhammad bin Muslim bin Syihȃb al-Zuhrî, dan lain-lain. Muridnya antara lain: Raûh bin al-Qȃsim al-Basrî, Zaid Ibn alHubbȃb, al-Laits bin Saʻad, Muhammad bin Sinȃn al-„Awaqî, dan lainlain. Muhammad bin Saʻad berkata: tsiqah insyȃ‟allȃh, Yahyȃ bin Maʻîn: tsiqah, Ibnu Hibbȃn menyebutkannya dalam kitab al-Tsiqȃh. Analisa sanad hadis: antara „Ulai bin Rabȃh dan Mûsȃ bin „Ulai sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid dan hubungan ayah dengan anak. Mûsȃ bin „Ulai merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
Zaid bin al-Hubbȃb bin al-Rayȃn101 Gurunya antara lain: Abî Syaibah Ibrȃhîm bin „Utsmȃn al-„Absî alKûfî, Ibrȃhîm bin Nȃfiʻ al-Makkî, Usȃmah bin Zaid bin Aslam, Mûsȃ bin ‘Ulai bin Rabȃh al-Lakhmî, Maimûn bin Abȃn Abî „Abdullȃh, Nûh bin Abî Bilȃl, dan lain-lain.
100
Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 29, h. 122 101 Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 10, h. 40
56
Muridnya antara lain: Ibrȃhîm bin Saʻîd al-Jauharî, Ibrȃhîm bin Yaʻqûb al-Jûzajȃnî, Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Utsmȃn bin Muhammad bin Abî Syaibah, dan lain-lain. Yahyȃ bin Maʻîn: Tsiqah. „Alî bin al-Madînî, Ahmad bin „Abdullȃh al-„Ijlî, dan Abû Hȃtim mereka sepakat menilai: Sadûq, Sȃlih. Menurut Abû Hisyȃm al-Rifȃʻî dan Mutayyn: beliau wafat pada tahun 203 H. Analisa sanad hadis: antara Mûsȃ bin „Ulai dan Zaid bin al-Hubbȃb sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid. Zaid bin al-Hubbȃb merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
Ahmad bin Hanbal102 Nama lengkapnya adalah Abû „Abdullȃh bin Muhammad bin Hanbal al-Mawarzî. Beliau dilahirkan pada tahun 164 H dan wafat pada tahun 270 H. Para ulama sepakat menetapkan keimanan, ketakwaan,
kewara-an
dan
kezuhud-an
beliau,
di
samping
keahliannya dalam bidang hadi, beliau juga dikenal sebagai salah satu pendiri mazhab yang empat yaitu mazhab Hambali. Hadis jalur Ahmad bin Hanbal ini berkualitas sahîh dari segi sanadnya, sebab bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh orangorang yang tsiqah.
102
Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, Bandung: al-Ma‟arif, h. 373-375
57
c. Jalur Perawi Sunan Ibn Mȃjah
Fadȃlah bin „Ubaid bin Nȃfidz bin Qais bin Suhaibah103 Gurunya adalah: Nabi SAW, „Umar bin al-Khattȃb, Abî al-Dardȃ‟. Muridnya antara lain: Saʻîd bin Miqlȃs, Salmȃn bin Sumair, Abû „Ulaî ‘Amr bin Mȃlik al-Janbî, al-Qȃsim Ibn „Abd al-Rahmȃn, Muhammad bin Kaʻb al-Qurazî, dan lan-lain. Wafat pada tahun 53 H. Analisa hadis: dilihat dari hubungan guru dan murid antara Rasul dan Fadȃlah bin „Ubaid terdapat hubungan guru dan murid, dari segi ke‟adalahannya semua sahabat „udul.
„Amr bin Mȃlik al-Hamdȃnî al-Murȃdî104 Dikenal juga dengan nama Abû „Alî al-Janbî al-Misrî. Gurunya antara lain: Fadȃlah bin ‘Ubaid, Abî Raîhȃnah, Abî Saʻîd al-Khudrî. Muridnya antara lain: Abû Hȃnî’ Humaid bin Hȃnî’ alKhaûlȃnî, Muhammad bin Syumaîr al-Ruʻaînî. Yahyȃ bin Maʻîn: tsiqah. Ibnu Hibbȃn menyebutkannya dalam kitab al-Tsiqȃh. menurut Abû Saʻîd bin Yûnus beliau wafat pada tahun 103 H. Analisa sanad hadis: antara Fadȃlah bin „Ubaid dan „Amr bin Mȃlik sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid. „Amr bin Mȃlik merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
103
Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 23, h. 186 104 Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 22, h. 209
58
Humaid bin Hȃnî105 Dikenal dengan Abû Hȃnî al-Khûlȃnî al-Misrî. Menurut Abû Saʻîd bin Yûnus beliau wafat pada tahun 142 H. Gurunya antara lain: Syurahbîl bin Syarîk al-Maʻȃfirî, „Ulai bin Rabȃh al-Lakhmî, ‘Amr bin Mȃlik Abî ‘Alî al-Janbî, dan lain-lain. Muridnya antara lain: Haîwah bin Syuraîh, Risydîn bin Saʻad, ‘Abdullȃh bin Wahb, Nȃfiʻ bin Yazîd. Abû Hȃtim mengatakan: Sȃlih, sedangkan al-Nasȃ‟î: laîsa bihi ba‟sun, adapun Ibnu Hibbȃn menyebutkannya dalam kitab al-Tsiqȃh. Analisa sanad hadis: antara „Amr bin Mȃlik dan Humaid bin Hȃnî sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid. Humaid bin Hȃnî merupakan seorang yang tsiqah, akan tetapi ketsiqahannya dalam tingkatan yang rendah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya yaitu Abû Hȃtim yang menilainya dengan lafaz “Sȃlih” (lafaz ini merupakan lafaz terendah dalam marȃtib al-lafz al-taʻdîl dalam penilaian Abû Hȃtim)
„Ȃbdullȃh bin Wahb bin Muslim al-Qurasyî106 Dikenal dengan Abû Muhammad al-Misrî. Menurut Abû Saʻîd bin Yûnus beliau wafat pada tahun 197 H. Gurunya antara lain: Ibrȃhîm bin Saʻad al-Zuhrî, Usȃmah bin Zaid Aslam, Abû Hȃnî Humaid bin Hȃnî al-Khaûlȃni, Sulaimȃn bin Bilȃl, dan lain-lain.
105
Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 7, h. 401 106 Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 16, h. 277
59
Muridnya antara lain: Ibrȃhîm bin al-Mundzîr al-Hizȃmî, Abû alTȃhir Ahmad bin ‘Amr bin al-Sarh, „Umar bin Hafs al-Syaîbȃnî, „Ayyȃsy bin al-Azraq, dan lain-lain. Ahmad bin Hanbal: „Abdullȃh bin Wahb Sahîh hadisnya, Yahyȃ bin Maʻîn: tsiqah, Abû Zurʻah: tsiqah, Analisa sanad hadis: antara Humaid bin Hȃnî dan „Abdullȃh bin Wahb sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid. „Abdullȃh bin Wahb merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
Ahmad bin „Amr bin „Abdillȃh bin „Amr bin al-Sarh107 Dikenal dengan Abû al-Tȃhir al-Misrî. Gurunya antara lain: Saʻîd bin Zakariyȃ al-Adam, Sufyȃn bin „Uyainah, Salȃmah bin Rauh, Syuʻaib bin al-Laits Ibn Saʻd, „Abdullȃh bin Nȃfiʻ al-Sȃ‟igh, ‘Abdullȃh bin Wahb, dan lain-lain. Muridnya antara lain: Muslim, Abû Dȃud, al-Nasȃ‟î, Ibn Mȃjah, Ibrȃhîm Ibn „Abdullȃh bin al-Junaid al-Khuttalî, Usȃmah bin Ahmad alTujîbî, Baqî bin Makhlad al-Andalusî, dan lain-lain. Al-Nasȃ‟î: tsiqah, Abû Hȃtim: lȃ ba‟sa bih, Abû Saʻîd: faqîh. Menurut Abû Saʻîd beliau wafat pada tahun 250 H. Analisa sanad hadis: antara „Abdullȃh bin Wahb dan Ahmad bin „Amr sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan
107
Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 1, h. 415
60
antara guru dan murid. Ahmad bin „Amr merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
Ibn Mȃjah108 Nama lengkapnya adalah Abû „Abdullah bin Yazîd ibn Mȃjah, beliau lahir pada tahun 207 H dan wafat pada tahun 273 H. Hadis jalur Ibn Mȃjah ini berkualitas hasan dari segi sanadnya,
sebab bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh orang-orang yang tsiqah akan tetapi ada seorang perawi yang tingkat ketsiqahannya rendah yaitu Humaid bin Hȃnî. d. Jalur Perawi Sunan al-Tirmîzî
„Abd al-Rahmȃn bin Sakhr109
Dzakwȃn110
Al-Qaʻqȃʻ bin Hakîm111
Muhammad bin „Ajlȃn112
Laits bin Saʻad bin „Abd al-Rahmȃn113
Qutaibah bin Saʻîd bin Jamil bin Tarif bin „Abdullȃh114
108
Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, Bandung: al-Ma‟arif, h. 384 Telah disebutkan dalam halaman 49 110 Telah disebutkan dalam halaman 49 111 Telah disebutkan dalam halaman 50 112 Telah disebutkan dalam halaman 51 113 Telah disebutkan dalam halaman 52 114 Telah disebutkan dalam halaman 52 109
61
al-Tirmîdzî115 Nama lengkapnya adalah Abû „Ȋsȃ bin Surah. Beliau seorang Muhaddits yang dilahirkan di kota Turmuz pada tahun 200 H dan wafat pada 279 H. Natijah: hadis jalur al-Tirmîdzî ini berkualitas sahîh dari segi sanadnya, sebab bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh orangorang yang tsiqah.
115
Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, Bandung: al-Ma‟arif, h. 382
62
4. Skema Sanad Hadis
رسول اهلل
فضالة عمرو بن مالك أىب ىاِن
عبد اهلل بن وىب أمحد بن عمرو
عبد اهلل بن عمرو
أبو ىريرة
علي بن رباح
أىب صاحل
موسى
القعقاع
زيد
ابن عجًلن
أمحد بن حنبل
الليث
ابن ماجو
قتيبة الرتميذى
النسائى
Dilihat dari pembagian kuantitas hadis, hadis ini termasuk hadis masyhur menurut Mahmûd al-Tahhȃn, sebab diriwayatkan oleh tiga orang perawi atau lebih di setiap tingkatannya dan tidak mencapai derajat mutawatir. Jalur sanad Sunan al-Nasȃ‟î terdiri dari 7 perawi, yaitu: Abû Hurairah, Abî Sȃlih, al-Qaʻqȃʻ, Ibn „Ajlȃn, al-Laits, Qutaibah dan al-Nasȃ‟î. Jalur sanad Sunan al-Tirmîdzî terdiri dari 7 perawi, yaitu: Abû Hurairah, Abî Sȃlih, al-Qaʻqȃʻ, Ibn „Ajlȃn, al-Laits, Qutaibah dan al-Tirmîdzî.
63
Jalur sanad Musnad Ahmad bin Hanbal terdiri dari 5 perawi, yaitu: : „Abdullȃh bin „Amr, „Ulai bin Rabȃh, Mûsȃ, Zaid dan Ahmad bin Hanbal. Jalur sanad Sunan Ibn Mȃjah terdiri dari 6 perawi, yaitu: Fadȃlah, „Amr bin Mȃlik, Abî Hȃnî, „Abdullȃh bin Wahb, Ahmad bin „Amr dan Ibn Mȃjah.
64
E. Hadis Kelima
َّات ٌ َاليَ ْد ُخ ُل اْلَنَّةَ قَت “Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba” 1. Takhrij Hadis a. Melalui Awal Matan Setelah dilakukan penelitian, penulis tidak menemukan hadis tersebut dalam kamus hadis al-Jȃmiʻ al-Saghîr fi Aẖȃdîts al-Basyîr al-Nadzîr karya Jalȃl al-Dîn „Abd al-Raẖmȃn bin Abû Bakr al-Syuyûtî, sedangkan dalam kamus Mausûʻah Aṯrȃf al-Hadîts al-Nabawî al-Syarîf, karya Muhammad al-Saʻîd bin Basyûnî Zaghlûl, penulis mendapati kode-kode sebagai berikut116:
اليدخل اْلنة قتات
116
ٕٔ :ٛ
خ
ٔٚٓ ,ٜٔٚ اإلميان ب ٘ٗ رقم
م
ٗٛٚٔ
د
ٕٕٓٙ
ت
ٖٔٛ :ٛ
ن
ٗٓٗ ,ٖٗٓ ,ٖٜٚ ,ٖٜٛ ,ٖٕٛ :٘
حم
ٕٗٚ :ٔٓ / ٔٙٙ :ٛ
ىق
ٕٖٓ :ٔ
طص
ٜٔ :ٜ
ش
ٖٕٕ
خد
ٖٕ ,ٖٔ :ٔ
ابو عوانة
ٔٔٓ :ٔ
حنف
ٔٗٚ :ٖٔ
سنة
Muhammad al-Saʻîd bin Basyûnî Zaghlûl, Mausûʻah Aṯrȃf al-Hadîts al-Nabawî alSyarîf, Bairut: „Ȃlim al-Turȃts, 1989, jld. 7, h. 374
65
ٔٛٙ :ٖ
طب
ٕ٘ٙ :ٚ / ٕ٘٘ :ٙ
إُتاف
ٖٖٕ :ٛ
مسْي
ٕٖٗٛ
مشكاة
ٖٗ :ٔ
شج
ٖٔ٘ ,ٔ٘ٔ :ٖ / ٜٖٔ :ٕ
عر
ٗٓ٘ :ٔ
كر
ٕٗٚ :ٔٓ
فتح
ٜٔٚ :ٗ
حلية
ٖٔٓٗ ,ٖٗٗ
صحيحة
ٛٗ ,ٖٛ :ٔ
اصفهان
ٕٖٚ :ٔٔ / ٕٖٙ :ٙ
خط
Dari hasil penulusuran ini, didapatilah hadis tersebut dalam kitab Sahîh al-Bukhȃrî, Sahîh Muslim, Sunan al-Tirmidzî, Sunan al-Nasȃ‟î, Sunan Abû Dȃud, Musnad Ahmad bin Hanbal, dan kitab-kitab lain selain al-Kutub al-Tisʻah. b. Melaui Potongan Lafaz dalam Matan 117
Penggalan kata yang ditelusuri adalah lafaz قتّات
:
)والقتات النمام....( قتات اْلنة,اليدخل اْلنة قتات ٔٚٓ ,ٜٔٙ اميان
م
ٖٖ ادب
د
ٜٚ ّبر
ت
ٗٓٗ ,ٕٗٓ ,ٖٜٚ ,ٖٜٕ ,ٖٜٛ ,ٖٕٛ :٘
117
حم
Aren Jhon Wensink, al-Muʻjam al-Mufahras li Alfȃz al-Hadîts al-Nabawî, Istanbul: Dȃr al-Da‟wah, 1988, jld. 5, h. 265
66
Berbeda dengan hasil penelusuran melalui awal matan di atas, dari hasil penulusuran ini, hadis tersebut hanya didapati dalam kitab Sahîh Muslim, Sunan al-Tirmidzî, Sunan Abû Dȃud, Musnad Ahmad bin Hanbal. 2. I‟tibar Sanad a. Sahîh Muslim118
ِ ِ ِ ُّ الس ْع ِد صوٍر َ َيم ق َّ َحدَّثَنَا َعلِ ُّي بْ ُن ُح ْج ٍر ْ ال إِ ْس َح ُق أ ُ َخبَ َرنَا َج ِر ٌير َع ْن َمْن َ ي َوإ ْس َح ُق بْ ُن إبْ َراى ِ ِ ِ اْلا ِر ِ ِ َ اْل ِد ِ وسا ِف َ َث ق َْ يم َع ْن ََهَّام بْ ِن َْ ال َكا َن َر ُج ٌل يَْن ُق ُل ً ُيث إ ََل ْاْلَم ِْي فَ ُكنَّا ُجل َ َع ْن إبْ َراى ِ ْ ال الْ َقوم ى َذا ِِمَّن ي ْن ُقل ِِ ال َ س إِلَْي نَا فَ َق َ َيث إِ ََل ْاْل َِم ِْي ق َ اْلَد ُ َ ْ َ ُ ْ َ الْ َم ْسجد فَ َق َ َال فَ َجاءَ َح ََّّت َجل ِ َ ح َذي َفةُ ََِسعت رس َّات ْ ول َال يَ ْد ُخ ُل ُ صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم يَ ُق ٌ اْلَنَّةَ قَت َ ول اللَّو َُ ُ ْ ْ ُ 119
b. Sunan al-Tirmîdzî
ِ ِ ٍ حدَّثَنا ابن أَِِب عمر حدَّثَنا س ْفيا ُن بن عي ي نةَ عن مْن اْلَا ِر ِث ْ يم َع ْن ََهَّ ِام بْ ِن ُ َ ْ َ َ ْ َُ ُ ْ َ ُ َ َ َ َ ُ ُ ْ َ َ َ صور َع ْن إبْ َراى ِ ْ ان فَِقيل لَو إِ َّن ى َذا ي ب لِّغ ْاْلُمراء ِ ال مَّر رجل علَى ح َذي َف َة ب ِن الْيم ِ يث َع ْن الن َّاس َ اْلَد َ َ ْ ْ ُ َ ٌ ُ َ َ َ َق َ َ َ ُ َُ َ ُ َ ِ َ ال ح َذي َفةُ ََِسعت رس ال ْ ول َال يَ ْد ُخ ُل َ ََّات ق ُ صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم يَ ُق ٌ اْلَنَّةَ قَت ْ ُ َ فَ َق َ ول اللَّو َُ ُ ْ ِ ِ يث حسن يح َّ َّات الن ُ ُس ْفيَا ُن َوالْ َقت َ ٌ َ َ ٌ َّم ُام َوَى َذا َحد ٌ صح 120
c. Sahîh al-Bukhȃrî
ِ ِ ِ ٍ حدَّثَنا أَبو نُعي ٍم حدَّثَنا س ْفيا ُن عن مْن يل َ َيم َع ْن ََهَّ ٍام ق ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َْ ُ َ َ َ صور َع ْن إبْ َراى َ ال ُكنَّا َم َع ُح َذيْ َف َة فَق ِ ْ لَو إِ َّن رج ًًل ي رفَع ِ صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َ يث إِ ََل عُثْ َما َن فَ َق َ اْلَد َّ ِت الن ُ ال لَوُ ُح َذيْ َفةُ ََس ْع َ َِّب ُ َْ ُ َ ُ َّات ْ ول َال يَ ْد ُخ ُل ُ يَ ُق ٌ اْلَنَّةَ قَت
118
Abî al-Husain Muslim bin al-Hajjȃj, al-Qusyairî al-Naisȃbûrî, Sahih Muslim, Bairut: Dȃr al-Kutub al-„Alamiyah, 2008, no. hadis: 169 (Kitab: Iman, Bab: penjelasan tentang haramnnya mengadu domba) 119 Abî „îsȃ Muhammad bin „îsȃ bin Sûrah Ibn Mûsȃ al-Tirmidzî, Jȃmî al-Tirmidzî, Riyadh: Dȃr al-Salȃm, 1999, h. 466 (Kitab: berbakti dan menyambung silaturrahmi, Bab: mengadu domba, no. hadis: 2026) 120 Abî „Abd Allȃh Muhammad bin Ismȃʻîl bin Ibrȃhîm al-Bukhȃrî, Sahih al-Bukhȃrî, Kairo: Dȃr Ibn al-Jauziy, 2010, h. 723 (Kitab: Adab, Bab: dimakruhkan mengadu domba, no. hadis: 6065)
67
d. Sunan Abû Dȃud121
ِ ِ ِ حدَّثَنا مسدَّد وأَبو ب ْك ِر بن أَِِب شيبةَ قَ َاال حدَّثَنا أَبو معا ِويةَ عن ْاْلَعم يم َع ْن َْ َ ُ ْ َ ُ َ ٌ َ ُ َ َ َ ْ ْ َ َ َُ ُ َ َ َ ش َع ْن إبْ َراى ِ ُ ال رس َّات ْ صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َال يَ ْد ُخ ُل َ َََهَّ ٍام َع ْن ُح َذيْ َفةَ ق ٌ اْلَنَّةَ قَت َ ول اللَّو ُ َ َ َال ق
e. Musnad Ahmad bin Hanbal
Dalam penelitian ini, penulis tidak menemukan kitab Musnad Ahmad bin Hanbal jilid 5 dalam koleksi Perpustakaan Utama ataupun Perpustakaan
Fakultas.
Meskipun
demikian,
penulis
melakukan
penelusuran melalui softwar Lidwa Pustaka 9 Imam Hadis, ditemukan dalam riwayat sahabat Hudzaifah hadis berikut:
ِ ِ ول اللَّ ِو ُ ال َر ُس َ َال ق َ َيم َع ْن ََهَّ ٍام َع ْن ُح َذيْ َف َة ق ُ َحدَّثَنَا أَبُو ُم َعا ِويَةَ َحدَّثَنَا ْاْل َْع َم َ ش َع ْن إبْ َراى َّات ْ صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َال يَ ْد ُخ ُل ٌ اْلَنَّةَ قَت َ
3. Penelitian Sanad
a. Jalur Perawi Sunan al-Tirmîdzî
Hudzaifah bin al-Yamȃn122 Dikenal juga dengan nama Hudzaifah bin Husail. Gurunya adalah: Nabi saw dan „Umar bin al-Khattȃb, muridnya antara lain: alAswad bin Yazîd al-Nakhaʻî, Khȃlid bin Khȃlid, Tȃriq ibn Syihȃb, „Alqamah bin Qaîs, Hammȃm bin al-Hȃrits al-ʻAdawî, Abû Burdah bin Abî Mûsȃ al-Asyʻarî, dan lain-lain. Analisa hadis: dilihat dari hubungan guru dan murid antara Rasul dan Hudzaifah bin al-Yamȃn terdapat hubungan guru dan murid, dari segi ke‟adalahannya semua sahabat „udul.
121
Abî Dȃud Sulaimȃn bin al-Asyʻats al-Sijistȃnî al-Azdî, Sunan Abî Dȃud, Bairut: Dȃr Ibn Hazm, 1998, h. 737 (Kitab: Adab, Bab: pembuat fitnah, no. hadis: 4871) 122 Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 5, h. 495
68
Hammȃm bin al-Hȃrits al-Nakhaʻî al-Kûfî123 Gurunya antara lain: Jarîr bin „Abdullȃh al-Bajalî, Hudzaifah bin al-Yamȃn, „Abdullȃh bin Maʻûd, „Umar bin al-Khattȃb, „Ȃisyah, dan lain-lain. Muridnya adalah: Ibrȃhîm al-Nakhaʻî, Sulaîmȃn bin Yasȃr, dan Wabrah ibn „Abd al-Rahmȃn. Yahyȃ bin Maʻîn: Tsiqah, Ibnu Hibbȃn menyebutkannya dalam kitab al-Tsiqȃh. menurut Ibnu Hibbȃn beliau wafat pada tahun 65 H. Analisa sanad hadis: antara Hudzaifah bin al-Yamȃn dan Hammȃm bin al-Hȃrits sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid. Hammȃm bin al-Hȃrits merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
Ibrȃhîm bin Yazîd bin Qaîs bin al-Aswad bin „Amr124 Dikenal pula dengan Abû „Imrȃn al-Kûfî. menurut Abû Nuʻaim beliau wafat pada tahun 76 H. gurunya antara lain: Khȃlid al-Aswad bin Yazîd, Sahm bin Minjȃb, Suwaîd bin Ghafalah, Hammȃm bin al-Hȃrits, Yazîd bin Uwais, dan lain-lain. Muridnya antara lain: Ibrȃhîm bin Muhȃjir al-Bajalî, al-Hȃrits bin Yazîd, Sulaîmȃn al-Aʻmasy, Mansûr bin al-Muʻtamir, dan lainlain.
123
Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 30, h. 297 124 Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 2, h. 233
69
Analisa sanad hadis: antara Hammȃm bin al-Hȃrits dan Ibrȃhîm bin Yazîd sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid, dan selisih tahun wafat antara keduanya. Tidak ada komentar kritikus hadis terhadapnya.
Mansûr bin al-Muʻtamar bin „Abdullȃh bin Rubayyaʻah125 Menurut Muhammad bin Saʻad dan Khalîfah bin Khayyȃt dan Abû Bakr bin Abî Syaibah beliau wafat pada tahun 132 H. Gurunya antara lain: Ibrȃhîm al-Nakhaʻî, Tamîm bin Salamah, Saʻîd bin Jubaîr, „Ȃsim bin Bahdalah, Muhammad bin Muslim bin Syihȃb alZuhrî, dan lain-lain. Muridnya antara lain: Abȃn bin Sȃlih, Isrȃ‟îl bin Yûnus, Jarîr bin ‘Abd al-Hamîd, Raûh bin al-Qȃsim, Sufyȃn al-Tsaûrî, Sufyȃn bin „Uyaînah, dan lain-lain. Abû Hȃtim: tsiqah, al-„Ijlî: orang Kufah yang tsiqah, dan Tsabt dalam hadis. Analisa sanad hadis: antara Ibrȃhîm bin Yazîd dan Mansûr bin al-Muʻtamar sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid. Mansûr bin al-Muʻtamar merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
125
Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 28, h. 546
70
Sufyȃn bin „Uyainah bin Abî „Imrȃn126 Namanya adalah Maimûn al-Hilȃlî. Gurunya antara lain: Abȃn bin Taghlib, Ibrȃhîm bin „Uqbah, Ibrȃhîm bin Maisarah, „Amr bin Dînȃr, Mȃlik bin Anas, Mȃlik bin Mighwal, Basyîr Abî Ismȃʻîl, Mansûr bin al-Muʻtamir, dan lain-lain. Muridnya antara lain: Muhammad bin Yahyȃ bin Abî ‘Umar al-‘Adanî, Saʻîd bin „Abd al-Rahmȃn al-Makhzûmî, Muhammad bin „îsȃ bin Hayyȃn al-Madȃ‟inî, Muhammad bin „îsȃ Ibn al-Tabȃʻ, „Utsmȃn bin Muhammad bin Abî Syaibah, Abû Bakr „Abdullȃh bin Muhammad bin Abî Syaibah, dan lain-lain. Ahmad bin „Abdullȃh al-„Ijlî: tsiqah, tsabt dalam hadis. Muhammad bin Saʻd berkata: beliau wafat pada tahun 198 H. Analisa sanad hadis: antara Mansûr bin al-Muʻtamar dan Sufyȃn bin „Uyainah sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid. Sufyȃn bin „Uyainah merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
Muhammad bin Yahyȃ bin Abî „Umar al-„Adanî127 Gurunya antara lain: Ishȃq bin Yûsuf al-Azraq, Bisyr bin AlSarî, Hammȃd bin Masʻadah, Sufyȃn bin ‘Uyaînah, „Abd al-Razȃq bin Hammȃm, Yazîd bin Hȃrûn, dan lain-lain.
126
Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 11, h. 177 127 Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 26, h. 639
71
Muridnya antara lain: Muslim, al-Tirmîdzî, Ibnu Mȃjah, alHusain bin Ishȃq al-Tustarî, Zakariyȃ bin Yahyȃ al-Sijrî, dan lainlain. Abu Hȃtim mengatakan: beliau laki-laki yang sahîh. Menurut al-Bukhȃrî wafat pada tahun 243 H pada bulan Dzul Hijjah. Analisa sanad hadis: antara Sufyȃn bin „Uyainah dan Muhammad bin Yahyȃ sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid. Muhammad bin Yahyȃ merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
al-Tirmîdzî128 Nama lengkapnya adalah Abû „Ȋsȃ bin Surah. Beliau seorang Muhaddits yang dilahirkan di kota Turmuz pada tahun 200 H dan wafat pada 279 H. Natijah: hadis jalur al-Tirmîdzî ini berkualitas sahîh dari segi sanadnya, sebab bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh orangorang yang tsiqah.
b. Jalur Perawi Sunan Abû Dȃud
Hudzaifah bin al-Yamȃn129
Hammȃm bin al-Hȃrits130
Ibrahîm bin Yazîd bin Qays131
128
Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, Bandung: al-Ma‟arif, h. 382 Telah disebutkan dalam halaman 71 130 Telah disebutkan dalam halaman 72 131 Telah disebutkan dalam halaman 72 129
72
Sulaimȃn bin Mihrȃn132
Muhammad bin Khȃzim al-Taimîmî al-Saʻdî133 Dikenal pula dengan Abû Muʻȃwiyah al-Darîrî al-Kûfî. menurut „Alî bin al-Madînî beliau wafat pada tahun 194 H. gurunya antara lain: Ibrȃhîm bin Tahmȃn, Jaʻfar bin Burqȃn, Hajjȃj bin Artȃh, Sulaimȃn al-Aʻmasy, Syuʻbah bin al-Hajjȃj, dan lain-lain. Muridnya antara lain: Ibrȃhîm bin Abî Muʻȃwiyah al-Darîr (anaknya), Ahmad bin Hanbal, Musaddad bin Musarhad, Wahb bin Baqiyyah, Yûsuf bin Mûsȃ al-Qattȃn, Hannȃd bin al-Sarî dan lain-lain. Al-„Ijlî berkata: orang Kufah yang Tsiqah, al-Nasȃ‟î: tsiqah, Ibnu Khirȃsy: Sadûq, Ibnu Hibbȃn menyebutkannya dalam kitab alTsiqȃh. Analisa sanad hadis: antara Sulaimȃn bin Mihrȃn dan Muhammad bin Khȃzim sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid. Muhammad bin Khȃzim merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
132
Telah disebutkan dalam halaman 39 Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 25, h. 123 133
73
Musaddad bin Musarhad bin Musarbal al-Asadî134 Dikenal dengan Abû al-Hasan al-Basrî. Menurut al-Bukhȃrî beliau wafat pada tahun 228 H. Gurunya antara lain: Bisyr bin alMufaddal, Juwaîriyah bin Asmȃ‟, „Abd al-Wȃrits bin Saʻîd, Abî Muʻȃwiyah Muhammad bin Khȃzim al-Darîr, Yazîd bin Zuraîʻ, Yahyȃ bin Saʻîd al-Qattȃn, dan lain-lain. Muridnya antara lain: al-Bukhȃrî, Abû Dȃud, Hammȃd bin Ishȃq al-Qȃdî, Yaʻqûb bin Sufyȃn al-Fȃrisî, Abû Hȃtim, Abû Zurʻah. Ahmad bin Hanbal dan Yahyȃ bin Maʻîn: Sadûq, al-Nasȃ‟î: tsiqah, Abû Hȃtim: Tsiqah. Analisa sanad hadis: antara Muhammad bin Khȃzim dan Musaddad sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid. Musaddad bn Musrihad merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
Abû Dȃud135 Nama lengkapnya adalah Abû Dȃud bin Sulaimȃn al-„Asyʻats bin Ishȃq al-Sijistanî. Beliau lahir pada tahun 202 H dan wafat pada tahun 275 H. Para ulama sepakat menetapkan beliau sebagai hȃfiz yang sempurna, pemilik ilmu yang melimpah, muhaddis yang terpercaya, wara‟, dan mempunyai pemahaman yang tajam, baik dibidang ilmu hadis maupun lainnya.
134
Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 27, h. 443 135 Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, Bandung: al-Ma‟arif, h. 380-382
74
Hadis jalur Abû Dȃud ini berkualitas sahîh dari segi sanadnya, sebab bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh orang-orang yang tsiqah. c. Jalur Perawi Musnad Ahmad bin Hanbal
Hudzaifah bin al-Yamȃn136
Hammȃm bin al-Hȃrits137
Ibrȃhîm bin Yazîd bin Qays138
Sulaimȃn bin Mihrȃn139
Muhammad bin Khȃzim140
Ahmad bin Hanbal141 Nama lengkapnya adalah Abû „Abdullȃh bin Muhammad bin Hanbal al-Mawarzî. Beliau dilahirkan pada tahun 164 H dan wafat pada tahun 270 H. Para ulama sepakat menetapkan keimanan, ketakwaan,
kewara-an
dan
kezuhud-an
beliau,
di
samping
keahliannya dalam bidang hadi, beliau juga dikenal sebagai salah satu pendiri mazhab yang empat yaitu mazhab Hambali. Hadis jalur Ahmad bin Hanbal ini berkualitas sahîh dari segi sanadnya, sebab bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh orangorang yang tsiqah.
136
Telah disebutkan dalam halaman 71 Telah disebutkan dalam halaman 72 138 Telah disebutkan dalam halaman 72 139 Telah disebutkan dalam halaman 39 140 Telah disebutkan dalam halaman 76 141 Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, Bandung: al-Ma‟arif, h. 373-375 137
75
4. Skema Sanad Hadis
رسول اهلل حذيفة َهام بن اْلارث إبراىيم بن يزيد اْلعمش
منصور
أبو معاوية أمحد بن حنبل
سفيان بن سعيد
سفيان بن عيينة
مس ّدد
أبو نعيم
ُممد بن َيَي
أبو داود
البخارى
الرتميذى
Dilihat dari pembagian kuantitas hadis, hadis ini termasuk hadis gharib menurut Mahmûd al-Tahhȃn, sebab diriwayatkan oleh seorang perawi. Jalur sanad Sunan al-Tirmîdzî terdiri dari 7 perawi, yaitu: Huzaifah, Hamȃm bin al-Hȃrits, Ibrȃhîm bin Yazîd, Mansûr, Sufyȃn bin „Uyainah, Muhammad bin Yahyȃ dan al-Tirmîdzî. Jalur sanad Musnad Ahmad bin Hanbal terdiri dari 6 perawi, yaitu: : Huzaifah, Hamȃm bin al-Hȃrits, Ibrȃhîm bin Yazîd, al-„Amasy, Abû Muʻawiyah dan Ahmad bin Hanbal.
جرير علي بن ىجر مسلم
76
Jalur sanad Sunan Abû Dȃud terdiri dari 7 perawi, yaitu: Huzaifah, Hamȃm bin al-Hȃrits, Ibrȃhîm bin Yazîd, al-„Amasy, Abû Muʻawiyah, Musaddad dan Abû Dȃud.
77
F. Hadis Keenam
ِ ْأَالَ أُخِِبى ُكم بِأَفْض ِل ِمن درج ِة ال صلَّى اهللُ َعلَْي ِو َ فَ َق. بَلَى:الص َدقَِة؟ قَالُْوا َّ الص ًَل ِة َو َّ صيَ ِام َو َ ال النَِِّب َ ََ ْ َ ْ ُ ْ ِ َ إِصًلَح ذ:وسلَّم ِ ْ َات الب ْي ُ ْ َ ََ
“Maukah aku kabarkan kepada kalian sesuatu yang lebih utama dari derajat puasa, shalat dan sedekah?" para sahabat berkata, „Tentu ya Rasulullah‟. Beliau bersabda: „Mendamaikan orang yang sedang berselisih‟.” A. Takhrij Hadis a.
Melalui Awal Matan Setelah dilakukan penelitian, penulis tidak menemukan hadis tersebut dalam kamus hadis al-Jȃmiʻ al-Saghîr fi Aẖȃdîts al-Basyîr al-Nadzîr karya Jalȃl al-Dîn „Abd al-Raẖmȃn bin Abû Bakr al-Syuyûtî, sedangkan dalam kamus Mausûʻah Aṯrȃf al-Hadîts al-Nabawî al-Syarîf, karya Muhammad al-Saʻîd bin Basyûnî Zaghlûl penulis mendapati kode-kode sebagai berikut142:
أال اخِبكم بأفضل من درجة الصيام والصدقة
142
٘ٚ اْلدب ب
د
ٕٜ٘ٓ
ت
ٗٗٗ
حم
ٗٛٛ :ٖ
ترغيب
ٖٙ٘ :ٕ
كثْي
ٜ٘ٚ :ٔ
بغوى
ٖ٘ٗ :ٗ
نصب
ٔٔٙ :ٖٔ
سنة
ٖ٘ٓٛ
مشكاة
ٕٙٚ :ٙ
إُتاف
Muhammad al-Saʻîd bin Basyûnî Zaghlûl, Mausûʻah Aṯrȃf al-Hadîts al-Nabawî alSyarîf, Bairut: „Ȃlim al-Turȃts, 1989, jld. 4, h. 65
78
ٕٕٕ :ٕ
منثور
٘ٗٛٓ
كنز
Dari hasil penulusuran ini, didapatilah hadis tersebut dalam kitab Sunan al-Tirmidzî, Sunan Abû Dȃud, Musnad Ahmad bin Hanbal, dan kitab-kitab lain selain al-Kutub al-Tisʻah. b.
Melaui Potongan Lafaz dalam Matan Penggalan kata yang ditelusuri adalah lafaz143 إصًلح:
باب ىف اإلصًلح ذات البْي, باب فضل اإلصًلح بْي الناس,باب اإلصًلح ٘٘ ,ٔٔ ,ٔ صلح
خ
٘ٓ ادب
د
ٚ حسن اْللق
ط
ٗٗ٘ :ٙ
حم
Dari hasil penulusuran ini, didapatilah hadis tersebut dalam kitab Sahîh al-Bukhȃrî, Sunan Abû Dȃud, Musnad Ahmad bin Hanbal, dan alMuwata‟. 2.
I‟tibar Sanad a. Sunan al-Tirmîzî144
ِ ش َع ْن َع ْم ِرو بْ ِن ُمَّرَة َع ْن َس ِ َّاد َحدَّثَنَا أَبُو ُم َعا ِويَةَ َع ْن ْاْل َْع َم اْلَ ْع ِد َع ْن ْ اِل بْ ِن أَِِب ٌ َحدَّثَنَا َىن ِ ِ ُ ال رس ض َل ِم ْن َ َأ ُِّم الد َّْرَد ِاء َع ْن أَِِب الد َّْرَد ِاء ق َ ُْخِِبُُك ْم بِأَف ْ صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم أََال أ َ ول اللَّو ُ َ َ َال ق 143
Aren Jhon Wensink, al-Muʻjam al-Mufahras li Alfȃz al-Hadîts al-Nabawî, Istanbul: Dȃr al-Da‟wah, 1988, jld. 3, h. 340 144 Abî „îsȃ Muhammad bin „îsȃ bin Sûrah Ibn Mûsȃ al-Tirmîdzî, Jȃmî al-Tirmidzî, Riyadh: Dȃr al-Salȃm, 1999, h. 580 (Kitab: al-Tib „An Rasul, Bab: Fadl Salȃh dzȃt al-Baini, no. hadis: 2509)
79
ْي فَِإ َّن فَساد ذَ ِ ال ص ًَلح ذَ ِ الص ًَلةِ و َّ ِ َدرج ِة ِّ ِ ات الْبَ ْ ِ ات الْبَ ْ ِ ْي ِى َي ََ ََ الص َدقَة قَالُوا بَلَى قَ َ َ ُ الصيَام َو َّ َ ْ اْلَالَِقةُ Sunan Abû Dȃud145
b.
ِ ش َع ْن َع ْم ِرو بْ ِن ُمَّرةَ َع ْن َس ٍِ َع َم ِ اِل َع ْن أ ُِّم َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن الْ َع ًَلء َحدَّثَنَا أَبُو ُم َعا ِويَةَ َع ْن ْاْل ْ ِ ال رس ُ ِ ض َل ِم ْن الد َّْرَد ِاء َع ْن أَِِب الد َّْرَد ِاء قَ َ ُخِ ُِبُك ْم بِأَفْ َ صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم أََال أ ْ ول اللَّو َ ال قَ َ َ ُ ْي وفَساد ذَ ِ ِ ات ول اللَّ ِو قَ َ الص َدقَِة قَالُوا بَلَى يَا َر ُس َ الص ًَلةِ َو َّ الصيَ ِام َو َّ َد َر َج ِة ِّ ص ًَل ُح ذَات الْبَ ْ ِ َ َ ُ ال إِ ْ الْبَ ْ ِ ْي ْ اْلَالَِقةُ
c. Al-Muwata‟146
ٍِ ِ ِ يد أَنَّو قَ َ ِ يد بْن الْمسيَّ ِ ُخِ ُِبُك ْم ب يَ ُق ُ ول أََال أ ْ ال ََس ْع ُ َح َّدثَِِن َع ْن َمالك َع ْن ََْي ََي بْ ِن َسع ُ ت َسع َ َ ُ َ ال إِص ًَلح َذ ِ الص ًَلةِ و َّ ِ ِ ٍ ِ ٍِ ِ ات الْبَ ْ ِ ضةَ فَِإن ََّها ْي َوإِيَّا ُك ْم َوالْبِ ْغ َ الص َدقَة قَالُوا بَلَى قَ َ ْ ُ ِبَْْي م ْن َكثْي م ْن َّ َ ِى َي ْ اْلَالَِقةُ
d. Musnad Ahmad bin Hanbal
Dalam penelitian ini, penulis tidak menemukan kitab Musnad Ahmad bin Hanbal jilid 6 dalam koleksi Perpustakaan Utama ataupun melakukan
penulis
demikian,
Meskipun
Fakultas.
Perpustakaan
penelusuran melalui softwer Lidwa Pustaka 9 Imam Hadis, ditemukan dalam riwayat sahabat Abî Darda‟ hadis berikut:
ش عن عم ِرو ب ِن مرةَ عن س ِ اْلَ ْع ِد َع ْن أ ُِّم الد َّْرَد ِاء اِل بْ ِن أَِِب ْ َحدَّثَنَا أَبُو ُم َعا ِويَةَ َع ِن اْْل َْع َم ِ َ ْ َ ْ ْ ُ َّ َ ْ َ ِ ال رس ُ ِ ض َل ِم ْن َد َر َج ِة َع ْن أَِِب الد َّْرَد ِاء قَ َ ُخِِبُُك ْم بِأَفْ َ صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم أََال أ ْ ول اللَّو َ ال قَ َ َ ُ ْي وفَساد ذَ ِ ِ ات الْبَ ْ ِ ْي ِى َي الص َدقَِة قَالُوا بَلَى قَ َ الصيَ ِام َو َّ َّ الص ًَلةِ َو ِّ ص ًَل ُح ذَات الْبَ ْ ِ َ َ ُ ال إِ ْ ْ اْلَالَِقةُ
145
Abî Dȃud Sulaimȃn bin al-Asyʻats al-Sijistȃnî al-Azdiy, Sunan Abî Dȃud, Bairut: Dȃr )Ibn Hazm, 1998, h. 744 (Kitab: Adab, Bab: memperbaiki perselisihan, no. hadis: 4019 146 Imȃm Mȃlik bin Anas, al-Muwata‟, Bairut: Dȃr al-Fikr, 1987, h. 756 (Kitab: Husn al)Khalq, Bab: Ma Ja‟a fi Husn al-Khalq, no. hadis: 7
80
e. Sahîh al-Bukhȃrî Dalam kitab Sahîh al-Bukhȃrî bab pertama (Mȃ Jȃ‟a fî al-Islȃh baina al-Nȃs) dan bab kesebelas (Fadl al-Islȃh baina al-Nȃs wa al-„Adl bainahum) tidak didapati hadis yang sedang dibahas. 3.
Penelitian Sanad a. Jalur Perawi Sunan al-Tirmîzî
„Uwaimir bin Mȃlik147 Dikenal dengan Abû Dardȃ‟ al-Khazrajî, beliau merupakan sahabat Rasul SAW. Gurunya adalah: Nabi saw, Zaid bin Tsȃbit, „Ȃisyah umm al-Mu‟minin. Muridnya antara lain: Asad bin Wadȃʻah, Anas bin Mȃlik, Ma‟dȃn bin Abî Talhah, Muwarriq al-„Ijlî, Hilȃl bin Yasȃf, Ummu alDardȃ’ (istrinya), dan lain-lain. Menurut Abû „Ubaid: beliau wafat pada tahun 32 H. Analisa hadis: dilihat dari hubungan guru dan murid antara Rasul dan „Abdullȃh bin „Amru bin al-„Ȃs terdapat hubungan guru dan murid, dari segi ke‟adalahannya semua sahabat „udul.
Ummu al-Dardȃ‟ al-Sughrȃ148 Beliau merupakan istri Abî Dardȃ‟. Namanya adalah Hubaimah binti Huyayy. Gurunya antara lain: Salmȃn al-Fȃrisî, Fadȃlah bin
147
Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 22, h. 469 148 Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 35, h. 352
81
„Ubaid al-Ansȃrî, Kaʻb bin „Ȃsim al-Asyʻarî, Abî al-Dardȃ’ (suaminya), Abî Hurairah, „Ȃisyah ummu al-Mu‟minin. Muridnya antara lain: Ibrȃhîm bin Abî „Ablah, al-Hȃrits bin „Ubaidillȃh al-Ansȃrî, Habîb bin Abî „Amrah, Hakîm bin Kaisȃn, Zaid bin Aslam, Sȃlim bin Abî al-Jaʻd, dan lain-lain. Berkata Tsaur bin Yazîd dari Makhûl: Ummu al-Dardȃ‟ Faqih. Analisa sanad hadis: antara Abû Dardȃ‟ dan Ummu Dardȃ‟ sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid ditambah adanya hubungan suami dan istri. Ummu Dardȃ‟ merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
Sȃlim bin Abî al-Jaʻd149 Nama lengkapnya adalah Rȃfiʻ al-Asyjʻî. Menurut Abû Nuʻaîm wafat pada tahun 100 H. gurunya antara lain: Anas bin Mȃlik, Syurahbîl bin al-Simt, „Abdullȃh bin „Abbȃs, al-Nuʻmȃn bin Basyîr, Abî al-Jaʻd (ayahnya), Ummu al-Dardȃ al-Sughrȃ, dan lain-lain. Muridnya antara lain: al-Hasan bin Sȃlim bin Abî al-Jaʻd (anaknya), al-Hasan bin Marwȃn, al-Hakm bin „Utaîbah, „Amr bin Dînȃr, ‘Amr bin Murrah, dan lain-lain. Yahyȃ bin Maʻîn, Abû Zurʻah dan al-Nasȃ‟î mereka bersepakat menilain tsiqah.
149
Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 10, h. 130
82
Analisa sanad hadis: antara Ummu Dardȃ‟ dan Sȃlim bin Abî al-Jaʻd sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid. Sȃlim bin Abî al-Jaʻd merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
„Amr bin Murrah bin „Abdullȃh bin Tȃriq bin al-Hȃrits bin Salamah150 Dikenal pula dengan Abû „Abdillȃh al-Kûfî. Menurut Ahmad bin Hanbal beliau wafat pada tahun 116 H. Gurunya antara lain: Ibrȃhîm al-Nakhaʻî, Sȃlim bin Abî al-Jaʻd, Saʻîd bin Jubaîr, Saʻîd bin alMusayyab, dan lain-lain. muridnya antara lain: Zaid bin Abî Unaisah, Sufyȃn al-Tsaûrî, Sulaîmȃn al-‘Amasy, Syuʻbah bin al-Hajjȃj, al-„Alȃ‟ bin alMusayyab, dan lain-lain. Yahyȃ bin Maʻîn: Tsiqah, Abû Hȃtim: Sadûq, tsiqah. Analisa sanad hadis: antara Sȃlim bin Abî al-Jaʻd dan „Amr bin Murrah sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid. „Amr bin Murrah merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
Sulaimȃn bin Mihrȃn151
Muhammad bin Khȃzm al-Tamîmî al-Saʻdî152
150
Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 22, h. 232 151 Telah disebutkan pada halaman 39 152 Telah disebutkan pada halaman 76
83
Hannȃd bin al-Sarî bin Musʻab bin Abî Bakr bin Syabr153 Gurunya antara lain: Asbȃt bin Muhammad al-Qurasyiy, Ismȃʻîl bin „Ayyȃsy, Hȃtim bin Ismȃʻîl al-Madanî, Hafs bin Ghiyȃts, Sufyȃn bin „Uyainah, Abî Muʻȃwiyah al-Darîr, dan lain-lain. Muridnya antara lain: al-Bukhȃrî, Ahmad bin Ibn Mansûr alRamȃdî, Muhammad bin „Abdullȃh Sulaimȃn al-Hadramî, Muhammad bin „Abd al-Malik al-Daqîqî al-Wȃsitî, Abû Zurʻah al-Rȃziyȃn, Abû Hȃtim, dan lain-lain. Abû
Hȃtim:
Sadûq.
Al-Nasȃ‟î:
Tsiqah.
Ibnu
Hibbȃn
menyebutkannya dalam kitab al-Tsiqȃh. Menurut Muhammad bin Ishȃq al-Sarrȃj: Hannȃd lahir pada tahun 152 H dan wafat pada tahun 243 H. Analisa sanad hadis: antara Muhammad bin Khȃzim dan Hannȃd bin al-Sarî sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid. Hannȃd bin al-Sarî merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
al-Tirmîdzî154 Nama lengkapnya adalah Abû „Ȋsȃ bin Surah. Beliau seorang Muhaddits yang dilahirkan di kota Turmuz pada tahun 200 H dan wafat pada 279 H.
153
Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 30, h. 311 154 Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, Bandung: al-Ma‟arif, h. 382
84
Natijah: hadis jalur al-Tirmîdzî ini berkualitas sahîh dari segi sanadnya, sebab bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh orangorang yang tsiqah. b.
Jalur Perawi Sunan Abû Dȃud
Uwaimir bin Mȃlik bin Qais bin „Umayyah bin „Amir155
Hubaimah bin Huyyay (Ummu Dardȃ‟)156
Sȃlim bin Abî al-Jaʻd157
„Amru bin Murrah bin „Abdullȃh bin Tȃriq158
Sulaimȃn bin Mihrȃn159
Muhammad bin Khȃzim160
Muhammad bin al-„Alȃ‟ bin Kuraib al-Hamdȃnî161 Dikenal juga dengan Abû Kuraib al-Kûfî. gurunya antara lain: Ibrȃhîm bin Ismȃʻîl al-Yasykarî, Ibrȃhîm bin Yazîd bin Mardȃnabah, Jaʻfar bin „Aun, Hȃtim bin Ismȃʻîl, Husain bin „Alî al-Juʻfî, Hafs bin Bughail, Qabîsah bin Laits, Abî Muʻȃwiyah al-Darîr, dan lain-lain. Muridnya antara lain: al-Jamȃʻah, Ibrȃhîm bin Maʻqil alNasafî, Muhammad bin al-Qȃsim bin Zakariyȃ al-Muhȃrabî, Muhammad bin Hȃrûn al-Rûyȃnî, dan lain-lain.
155
Telah disebutkan dalam halaman 84 Telah disebutkan dalam halaman 84 157 Telah disebutkan dalam halaman 85 158 Telah disebutkan dalam halaman 86 159 Telah disebutkan dalam halaman 39 160 Telah disebutkan dalam halaman 76 161 Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 26, h. 343 156
85
Abî Hȃtim: Sadûq, al-Nasȃ‟î: laa ba‟sa bih, pada kesempatan lain: Tsiqah. Ibnu Hibbȃn menyebutkannya dalam kitab al-Tsiqȃh. menurut al-Bukhȃrî dan yang lainnya: beliau wafat pada tahun 248 H. Analisa sanad hadis: antara Muhammad bin Khȃzim dan Muhammad bin al-„Alȃ sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid. Muhammad bin al-„Alȃ merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya. Abû Dȃud162
Nama lengkapnya adalah Abû Dȃud bin Sulaimȃn al-„Asyʻats bin Ishȃq al-Sijistanî. Beliau lahir pada tahun 202 H dan wafat pada tahun 275 H. Para ulama sepakat menetapkan beliau sebagai hȃfiz yang sempurna, pemilik ilmu yang melimpah, muhaddis yang terpercaya, wara‟, dan mempunyai pemahaman yang tajam, baik dibidang ilmu hadis maupun lainnya. Hadis jalur Abû Dȃud ini berkualitas sahîh dari segi sanadnya, sebab bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh orang-orang yang tsiqah.
162
Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, Bandung: al-Ma‟arif, h. 380-382
86
c. Jalur Perawi al-Muwata‟ Imȃm Mȃlik
Saʻîd bin al-Musayyab bin Hazn bin Abî Wahb bin „Amr163 Gurunya antara lain: Ubay bin Kaʻb, Anas bin Mȃlik, Jȃbir bin „Abdullȃh, Jubair bin Mutʻim, Hassȃn bin Tsȃbit, Hakîm bin Hizȃm, dan lain-lain. Muridnya antara lain: Idrîs bin Sabîh al-Audî, Usȃmah bin Zaid al-Laitsî, Ismȃʻîl bin Umayyah, Basyîr bin al-Muharrar, Yahyȃ bin Saʻîd al-Ansȃrî, Yazîd bin „Abdullȃh bin Qusait, dan lain-lain. Berkata al-Wȃqidî dari Khȃlid bin Abî „Imrȃn dari Muhammad bin Yahyȃ bin Habbȃn: Faqîh al-Fuqahȃ‟. Ahmad bin „Abdullȃh al„Ijlî: Saʻîd bin al-Musayyȃb merupakan laki-laki yang Sȃlih lagi Faqîh. Abû Hȃtim: tsiqah, imam. Menurut al-Wȃqidî: beliau wafat pada tahun 97 H. Analisa sanad hadis: Saʻîd bin al-Musayyab merupakan orang yang tsiqah, terlihat dari komentar para kritikus hadis mengenai dirinya, akan tetapi dalam masalah kemuttasilan sanad, sanad ini tidak sampai kepada Nabi.
Yahyȃ bin Saʻîd bin Qaîs bin „Amr bin Sahl164 Dikenal juga dengan Abû Saʻîd al-Madanî. Menurut Yahyȃ bin Bukaîr beliau wafat pada tahun 144 H. gurunya antara lain: Ishȃq bin „Abdullȃh bin Abî Talhah, Anas bin Mȃlik, Busyaîr bin Yasȃr,
163
Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 11, h. 66 164 Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf al-Mizi, Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ‟ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah, jld. 31, h. 346
87
Humaîd bin Nȃfiʻ, Saʻîd bin al-Musayyab, Abî Bakr bin Muhammad bin „Amr bin Hazm dan lain-lain. Muridnya antara lain: Abȃn bin Yazîd al-„Attȃr, Ibrȃhîm bin Tahmȃn, Jarîr bin Hȃzim, Mȃlik bin Anas, Muhammad bin „Ajlȃn, al-Laîts bin Saʻad, dan lain-lain. Ahmad bin Hanbal: Atsbat al-Nȃs, Yahyȃ bin Maʻîn, Abû Zurʻah, Abû Hȃtim sepakat menilai tsiqah, al-Nasȃ‟î: tsiqah ma‟mun. Analisa sanad hadis: antara Saʻîd bin al-Musayyab dan Yahyȃ bin Saʻîd sanadnya bersambung ini terbukti dengan adanya hubungan antara guru dan murid. Yahyȃ bin Saʻîd merupakan seorang yang tsiqah, dibuktikan dengan komentar kritikus hadis tentang dirinya.
Mȃlik bin Anas165 Nama lengkapnya adalah Abû „Abdullȃh Mȃlik bin Anas bin Mȃlik bin Abû „Ȃmir bin „Amr bin al-Harits. Beliau lahir pada tahun 93 H dan wafat pada tahun 179 H. beliau merupakan pemuka mazhab Malikiyah dan seorang muhaddis yang selalu menghormati dan menjunjung tinggi hadis Rasul. Seluruh warga Negara Hijaz memberikan gelar kehormatan baginya “Sayyidi Fuqaha al-Hijaz”.
165
Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, Bandung: al-Ma‟arif, h. 367
88
Hadis jalur Imȃm Mȃlik ini berkualitas da‟if, sebab hadis jalur ini merupakan hadis maqthu, sebab bersandar hanya sampai tabi‟in yaitu Saʻîd bin al-Musayyȃb. d. Jalur Perawi Musnad Ahmad bin Hanbal
Uwaimir bin Mȃlik166
Hubaimah bin Huyyay (Ummu Dardȃ‟)167
Sȃlim bin Abî al-Ja‟d168
„Amr bin Murrah bin „Abdullȃh bin Tȃriq169
Sulaimȃn bin Mihrȃn170
Muhammad bin Khȃzim171
Ahmad bin Hanbal172 Nama lengkapnya adalah Abû „Abdullȃh bin Muhammad bin Hanbal al-Mawarzî. Beliau dilahirkan pada tahun 164 H dan wafat pada tahun 270 H. Para ulama sepakat menetapkan keimanan, ketakwaan,
kewara-an
dan
kezuhud-an
beliau,
di
samping
keahliannya dalam bidang hadi, beliau juga dikenal sebagai salah satu pendiri mazhab yang empat yaitu mazhab Hambali. Hadis jalur Ahmad bin Hanbal ini berkualitas sahîh dari segi sanadnya, sebab bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh orangorang yang tsiqah.
166
Telah disebutkan dalam halaman 84 Telah disebutkan dalam halaman 84 168 Telah disebutkan dalam halaman 85 169 Telah disebutkan dalam halaman 86 170 Telah disebutkan dalam halaman 39 171 Telah disebutkan dalam halaman 76 172 Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, Bandung: al-Ma‟arif, h. 373-375 167
89
4. Skema Sanad Hadis
رسول اهلل Tidak menyebutkan sahabat
أىب الدرداء
سعيد بن املسياب
أم الدرداء
َيَي بن سعيد
ساِل
مالك بن انس
مرة ّ عمرو بن اْلعمش
أبو معاوية أمحد بن حنبل
ىنّاد الرتميذى
ُممد بن العًلء أبو داود
Dilihat dari pembagian kuantitas hadis, hadis ini termasuk hadis aziz menurut Mahmûd al-Tahhȃn, sebab diriwayatkan oleh perawi yang jumlahnya tidak kurang dari dua orang di seluruh tingkatan sanadnya.
90
Jalur sanad Sunan al-Tirmîdzî terdiri dari 8 perawi, yaitu: Abî al-Dardȃ‟, Ummu al-Dardȃ‟, Sȃlim, „Amr bin Murrah, al-Aʻmasy, Abû Muʻȃwiyah, Hannȃd dan al-Tirmîdzî. Jalur sanad Musnad Ahmad bin Hanbal terdiri dari 7 perawi, yaitu: Abî alDardȃ‟, Ummu al-Dardȃ‟, Sȃlim, „Amr bin Murrah, al-Aʻmasy, Abû Muʻȃwiyah, dan Ahmad bin Hanbal. Jalur sanad Sunan Abû Dȃud terdiri dari 7 perawi, yaitu: Abî al-Dardȃ‟, Ummu al-Dardȃ‟, Sȃlim, „Amr bin Murrah, al-Aʻmasy, Abû Muʻȃwiyah, Muhammad bin al-„Alȃ‟ dan Abû Dȃud. Jalur sanad Muwata‟ Imȃm Mȃlik terdiri dari 3 perawi, yaitu: Saʻîd bin alMusayyȃb, Yahyȃ bin Saʻîd dan Mȃlik bin Anas. Jika dilihat dari sisi penyandaran hadis, hadis riwayat Imȃm Mȃlik ini merupakan hadis maqthu, sebab bersandar hanya sampai tabi‟in yaitu Saʻîd bin al-Musayyȃb.
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian terhadap hadis-hadis tentang hak-hak muslim, keluarga, dan tetangga dalam kitab Mukhtasar Ihyȃ’ ‘Ulum al-Dîn, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Hadis-hadis tentang hak-hak muslim, keluarga, dan tetangga dalam kitab Mukhtasar Ihyȃ’ ‘Ulum al-Dîn berjumlah sebelas hadis. 2. Hasil penelitian kualitas sanad hadis yang penulis lakukan, penulis sajikan dalam bentuk tabel berikut: No. Hadis Hadis Pertama
Hadis Kedua
Hadis Ketiga
Mukharij
Kualitas Sanad Hadis
Tidak didapati sanad pada hadis pertama
Sunan Abû Dȃud
Sahîh
Sunan al-Nasȃ’î
Sahîh
Sunan al-Tirmîdzî
Sahîh
Sunan al-Dȃrimî
Sahîh
Musnad Ahmad bin Hanbal
Sahîh
Sunan Ibn Mȃjah
Hasan
Sunan al-Nasȃ’î
Sahîh
Musnad Ahmad bin Hanbal
Sahîh
Sunan al-Tirmîdzî
Sahîh
Sunan Abû Dȃud
Sahîh
Sunan al-Tirmîdzî
Sahîh
Hadis Kelima
91
92
Hadis Keenam
Musnad Ahmad bin Hanbal
Sahîh
Sunan Abû Dȃud
Sahîh
Sunan al-Tirmîdzî
Sahîh
Musnad Ahmad bin Hanbal
Sahîh
Al-Muwata’ Imȃm Mȃlik
Daʻîf, sebab merupakan hadis maqtuʻ
Jadi, sanad hadis yang ada dalam kitab Mukhtasar Ihyȃ’ ‘Ulum al-Dîn ada yang berkualitas sahîh, hasan dan daʻif.
B. Saran-saran 1. Penulis berharap agar penelitian ini dapat dilanjutkan dengan mengadakan penelitian matan hadis. Dan juga masih banyak hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Mukhtasar Ihyȃ’ ‘Ulum al-Dîn khususnya yang belum terbahas kualitasnya, di sinilah tugas kita sebagai mahasiswa Tafsir Hadis untuk melakukan penelitian yang lebih luas cakupannya dan lebih dalam pembahasannya. 2. Penulis menyarankan agar lebih selektif dalam memilih hadis yang akan dijadikan landasan dalil atau sebagai hujjah. 3. Dalam hal bermasyarakat (hubungan kita dengan sesama manusia), baik terhadap keluarga, saudara, tetangga (muslim atau non muslim) kita dianjurkan untuk selalu berprilaku baik terhadap mereka. Karena dengan kita
93
berbuat baik terhadap mereka sedikitnya kita telah berusaha untuk menjadi muslim yang sempurna. 4. Hadis-hadis yang ada dalam kitab Mukhtasar Ihyȃ’ ‘Ulum al-Dîn yang berkualitas sahîh bisa menjadi pedoman bagi kita untuk mengamalkannya di tengah-tengah masyarakat. Wallau a’lam
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, Bairut: al-Maktab al-Islamî, 1985. Al-‘Asqalȃnî, Ahmad bin ‘Alî bin Hajar, Lisȃn al-Mîzȃn, Bairut: Maktabah alMatbuʻah al-Islȃmiyyah, 2002. al-Azdî, Abî Dȃud Sulaimȃn bin al-Asyʻats al-Sijistȃnî. Sunan Abî Dȃud, Bairut: Dȃr Ibn Hazm, 1998. al-Bukhȃrî, Abî ‘Abd Allȃh Muhammad bin Ismȃʻîl bin Ibrȃhîm. Sahih alBukhȃrî, Kairo: Dȃr Ibn al-Jauziy, 2010. al-Burhȃn, ‘Alȃ’ al-Dîn ‘Alî al-Muttaqî bin Hisȃm al-Dîn al-Hindî, Kanz al‘Ummȃl fi Sunan al-Aqwȃl wa al-Afʻal, Bairut: Muassasah al-Risalah, 1985. Bustamin. Dasar-dasar Ilmu Hadis, Jakarta: Ushul Press, 2009. al-Dȃrimî, ‘Abd Allȃh bin ‘Abd al-Rahmȃn bin al-Fadl bin Bahrȃm bin ‘Abd alSamad al-Tamîmî al-Samarqandî. Sunan al-Dȃrimî, Kairo: Dȃr a-Fikr, 1978. al-Dimasyqî,
Abî al-Fidȃ Ismȃʻîl bin Katsîr al-Qurasyî, Tafsîr al-Qur’an al-
‘Azîm, Bairut: Maktabah al-‘Asriyyah, 2000. al-Dimsyqî, Ibnu Nashirudin. Mutiara Ilmu Atsar, Jakarta: Akbar Media, 2008. Firdaus. 325 Hadis Qudsi Pilihan Jalan ke Surga, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1990 Al-Ghazȃlî. Mukhtasar Ihyȃ’ ‘Ulum al-Dîn, Jakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyah.
94
95
Haq, Anwarul. Bimbingan Remaja Berakhlak Mulia: Cara Praktis Hidup SehariHari, Bandung: Marja’, 2004. Ismail, M. Syuhudi. Metodologi Penelitian Hadis Nabi, Jakarta: Bulan Bintang, 1992. Jumantoro, Totok. Kamus Ilmu Hadis, Jakarta: Bumi Aksara, 2007. Kementrian Agama RI, Tafsir Maudu’i: Etika Berkeluarga, Bermasyarakat dan berpolitik, Sinergi Pustaka Indonesia, 2012. Khon, Abdul Majid, Ulumul Hadis, Jakarta: Amzah, 2009 Mȃlik, Imȃm. al-Muwata’, Bairut: Dȃr al-Fikr, 1987. al-Mizi, Jamȃl al-Dîn Abî al-Hajjȃj Yûsuf. Tahdzîb al-Kamȃl fi Asmȃ’ al-Rijȃl, Muasasah al-Risȃlah. M. Atiqul Haque. Seratus Pahlawan Muslim yang Merubah Dunia, Jogjakarta: Diglossia, 2007. Munawwir, Ahmad Warson. Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia terlengkap, edisi kedua, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997. al-Naisȃbûrî, Abî al-Husain Muslim bin al-Hajjȃj al-Qusyairî. Sahih Muslim, Bairut: Dȃr al-Kutub al-‘Alamiyah, 2008. al-Nasȃ’î, Abî ‘Abd al-Rahmȃn Ahmad bin Syiʻayab. Sunan al-Nasȃ’î, Bairut: Dȃr Ihyȃ’ al-Turȃts al-‘Arabiy (tanpa tahun). Nasuhi, Hamid, dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi), Ciputat: CeQDA, 2007. al-Qardhawi,Yusuf. Al-Ghazali Antara Pro dan Konta, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.
96
al-Qurtubî, Abî ‘Abd Allah Muhammad bin Ahmad bin Abî Bakr, al-Jȃmiʻ li Ahkam al-Qur’an wa al-Mubayyin limȃ Tadammanah min al-Sunnah wa Ayy al-Furqȃn, Bairut: Muassasah al-Risalah, 2006, jld. 6. al-Quzwainî, Abî ‘Abd Allȃh Muhammad bin Yazîd al-Rabiʻî Ibn Mȃjah. Sunan Ibn Mȃjah, Riyadh: Dȃr al-Salȃm, 1999. Rahman, Fatchur. Ikhtisar Mushthalahul Hadits, Bandung: al-Ma’arif, 1974. Ridjaluddin FN. Kehidupan Sufistik Versi al-Ghazȃlî dan Responnya Terhadap Dinamika Perkembangan Tasawuf, Jakarta: LPSI Jakarta, 2008. Saepuloh, Asep, ketepatan diksi dalam terjemahan kitab Mukhtasar Ihyȃ’ ‘Ulûm al-Dîn karya Imam al-Ghazali, (skripsi, no.panggil: 2232 TAR a). Safroni, Muhammad Ladzi, al-Ghazali Berbicara tentang Pendidikan Islam, Malang: Aditya Media Publishing, 2013. al-Syuyûtî, Jalȃl al-Dîn ‘Abd al-Raẖmȃn bin Abû Bakr. Al-Jȃmiʻ al-Saghîr fi Aẖȃdîts al-Basyîr al-Nadzîr, Dȃr al-Fikr (tanpa tahun). al-Taftazani, Abu al-Wafa’ al-Ghanimi. Sufi dari Zaman ke Zaman: Suatu Pengantar Tentang Tasawuf, Bandung: Pustaka, 1997. Thahan, Mahmud. Dasar-dasar Ilmu Takhrij dan Studi Sanad, Semarang: Dina Utama, 1995. Mahmûd Tahhȃn, Taisîr Mustalah al-Hadîts. Terj: Ilmu Hadis Praktis Praktis, Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2010. Tim Penulis. Ensiklopedia Tasawuf, Bandung: Angkasa, 2008. al-Tirmîdzî, Abî ‘îsȃ Muhammad bin ‘îsȃ bin Sûrah Ibn Mûsȃ. Jȃmî al-Tirmidzî, Riyadh: Dȃr al-Salȃm, 1999.
97
Ulama’I, Ahmad Hasan Asy’ari, Melacak Hadis Nabi SAW: Cara Cepat Mencari Hadis dari Manual hingga Digital, Semarang: Rasail, 2006, Wensink, Aren Jhon. al-Muʻjam al-Mufahras li Alfȃz al-Hadîts al-Nabawî, Istanbul: Dȃr al-Da’wah, 1988. Zaghlûl, Muhammad al-Saʻîd bin Basyûnî. Mausûʻah Aṯrȃf al-Hadîts al-Nabawî al-Syarîf, Bairut: ‘Ȃlim al-Turȃts, 1989. al-Zubaidî, Muhammad bin Muhammad al-Husainî, Ittihȃf al-Sȃdah al-Muttaqîn bi Syarh Ihyȃ’ ‘Ulûm al-Dîn, Libanon: Bairut, 1994.