KUALITAS PERAIRAN SUNGAI ULAR KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA Water Quality in the River Ular Deli Serdang, North Sumatera Province 1
Theresia Jilfiola S1, Hasan Sitorus2, Zulham Apandy Harahap2 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, (Email :
[email protected]) 2 Staff Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT River ecosystems is very important for human life because provide water for human activities such as agriculture, fisheries, industry and domestic. Community activities of agricultural and sand mining activities in the River Ular can be a source of water pollutant that which affect on water quality parameters of physics, chemistry and biology. Water had been studied and compared to the Quality Standard Government Decree No.82 of 2001 by using Storet method. The research was conducted in June 2014 through August 2014 along the River ular from Deli Serdang district boundary to the mouth of the river ular in Muara Pantai Indah. Measurement of water quality parameters was done at 3 stations with 3-point decision. The method used in the determination of water quality sampling station was purposive random sampling. River Ular water quality parameters based on chemicall physics with methods storet showed polluted water to moderate polluted condition. The highest a bundance of plankton found at agricultural area sand the lowest at estuary area. Plankton diversity index values was moderate, low uniformity and there is not dominant species. River Ular water quality based water quality standards according to Regulation No.82 of 2001can be utilized for the fish farming and agriculture to the designation of class III and IV. Keywords: Water quality parameter, Standards Regulation, Storet Method, River Ular PENDAHULUAN Sungai merupakan ekosistem yang sangat penting bagi manusia.Sungai juga menyediakan air bagi manusia baik untuk berbagai kegiatan seperti pertanian, perikanan, industry maupun domestik.Pemanfaa tan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang. Persyaratan
kualitas air untuk pertanian dan perikanan tentulah tidak sama dengan persyaratan kualitas air untuk industri, maka dapat dipahami betapa pentingnya uji kualitas air yang secara umum merupakan parameterparameter fisika, kimiawi dan bakteriologis (Dolaria, 2003). Usahabudidaya perikanan merupakan salah satu bentuk pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan yang
1
berwawasan lingkungan.Sungai dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya perikanan air tawar.Untuk mendukung suatu kegiatan perikanan budidaya, maka perairan sungai yang digunakan sebagai sumber air dan pemeliharaan harus selalu memenuhi persyaratan baik parameter fisik, kimia dan biologi.Untuk mengetahui kualitas perairan sungai untuk kegiatan budidaya adalah dengan membandingkan nilai kualitas perairan tersebut sesuai dengan baku mutu PP No 82 Tahun 2001. Sungai Ular merupakan sungai yang terbesar yang membagi 2 kabupaten di Sumatera Utara yaitu Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai.Sungai tersebut dimanfaatkan sebagai tempat penambangan pasir dan pinggiran sungai dimanfaatkan sebagai daerah pertanian, tetapi dalam bidang perikanan sungai ini tidak dimanfaatkan masyarakat untuk kegiatan budidaya.Sepanjang aliran sungai tidak ditemukan adanya budidaya atau pun tambak.Tidak diketahui secara pasti mengapa tidak ada kegiatan budidaya ikan di sepanjang Sungai Ular ini. Belum diketahui kualitas air sungai ini layak atau tidak untuk kegiatan budidaya perikanan. Sungai memiliki peranan penting dalam kehidupan biota sungai. Kualitas air sungai dipengaruhi seluruh aktivitas manusia di DAS dan aktifitas pemanfaatan jasa sungai. Fungsi sungai bagi sektor pertanian adalah sebagai sarana irigasi bagi lahan pertanian seperti sawah.Pada sektor perikanan digunakan untuk budidaya ikan di sungai ataupun budidaya di kolam. Sungai mempunyai kapasitas daya dukung tertentu dan dapat berubah karena aktivitas alami
maupun antropogenik, sama halnya dengan Sungai Ular di Kabupaten Deli Serdang yang kualitas perairan sungai tersebut banyak dipengaruhi aktivitas manusia di sepanjang daerah aliran sungai. Pemanfaatan sungai masih relatif rendah untuk bidang pertanian dan bahkan belum dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan.Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan kajian kualitas perairan untuk mengetahui potensi pengembangan kegiatan perikanan di Sungai Ular. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai Agustus 2014 di sepanjang Sungai Ular dari batas kabupaten Deli Serdang sampai ke muara sungai ular di Muara Pantai Indah.Pengukuran parameter kualitas air dilakukan di 3 stasiun dengan 3 titik pengambilan. Penelitian ini dilakukan dengan 2 tahap yaitu tahap I merupakan pengukuran parameter secara insitu. Dan tahap II merupakan analisis sampel air dilakukan di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas 1 Medan. Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalahcool box, botol sampel air, plankton net, object glass, pipet tetes, tali, ember 5 liter, Secchi Disk, Refraktometer, GPS (Global Positioning System), kamera digital, pH meter, termometer, spidol, lakban, stopwatch, botol sampel plankton, tissue, botol winkler, mikroskop cahaya, kertas label, buku identifikasi plankton dan alat tulis.
2
Bahan yang digunakan adalah MnSO4, KOH-KI, H2SO4, Na2SO3, amilum, lugol, akuades, dan es batu.
2.
3. Prosedur Penelitian Metode yang digunakan dalam penentuan stasiun pengambilan sampel kualitas air adalah “Purposive Random Sampling”. Terdapat 3 stasiun dengan 3 titik pengambilan sampel dan penentuan stasiun didasarkan pada aktivitas di sekitar sungai. Parameter yang Diukur Pengukuran parameter fisika , kimia dan biologi dilakukan dengan 2 cara yaitu secara langsung (insitu) dan secara tidak langsung (exsitu). Pengukuran insitu dilakukan terhadap parameter suhu, pH, DO, salinitas, kecepatan arus dan kecerahan sedangkan parameter BOD, TOM, TSS, Nitrat , Posfat , Amoniak dan Plankton dianalisis di laboratorium. Analisis Data 1. Metode Storet (Storage and Retrieval) Metode Storet merupakan salah satu metode untuk menentukan status mutu air pada setiap stasiun pengamatan. Metode Storet dihitung dengan mengikusertakan data analisis semua parameter kualitas air yang diperoleh dan dibandingkan dengan baku mutu air menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Penentuan status mutu badan air dengan metode Storet dilakukan dengan cara berikut: 1. Lakukan pengumpulan data kualitas air secara periodik sehingga membentuk data dari waktu ke waktu.
4.
Bandingkan data hasil pengukuran dengan baku mutu yang sesuai dengan kelas air. Jika hasil pengukuran memenuhi baku mutu air maka diberi skor 0. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi baku mutu air maka diberi skor tertentu sesuai dengan system.
2. Parameter Biologi a. Kelimpahan Plankton Analisis kelimpahan plankton dihitung dengan menggunakan rumus (Isnansetyo & Kurniastuty, 1995) yaitu :
Keterangan : K = Kelimpahan planktonper liter(ind/L) P = Jumlah individu dibagi banyak ulangan (ind) V = Volume konsentrasi plankton pada bucket (ml) W= volume air media yang disaring dengan plankton net (ml) b. Indeks Keanekaragaman Shannon – Wiener (H') Indeks keanekaragaman dihitung dengan menggunakan rumus persamaan Shannon- Wiener (H') dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan : K = Kelimpahan plankton per liter (ind/L) P = Jumlah individu dibagi banyak ulangan (ind) V = Volume konsentrasi plankton pada bucket (ml) W= volume air media yang disaring dengan plankton net (ml) 3
deks Dominansi Simpson (Odum, 19 93) dengan rumus sebagai berikut :
c. Indeks Keseragaman (E) Indeks keseragaman juga dihitung dengan formula dariShannon-Wiener(Odum, 1993), yaitu sebagai berikut :
Keterangan: C = Indeks dominansi ni = Jumlah individu jenis ke-i N = Jumlah total individu
Keterangan : H' = Nilai Indeks Keanekaragaman Shannon Wiener H max = ln S
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Parameter Fisika Kimia Berdasarkan penelitian yang d. Indeks Dominansi (C) telah dilakukan di perairan Sungai Indeks dominansi digunakan Ular, Kabupaten Deli Serdang untuk melihat adanya dominansi oleh diperoleh nilai rata rata parameter jenistertentu pada populasi fisikakimia perairan dan dapat dilihat fitoplankton dengan menggunakanIn pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai Rata rata Parameter Fisika Kimia Perairan yang Diukur Parameter
Satuan I
Fisika Suhu Kecerahan Kecepatan Arus TSS Kimia pH DO Salinitas Amoniak Posfat Nitrat BOD TOM
Baku Mutu KelasII III
IV
1
Stasiun 2
3
°C cm m/s
Dev 3 -
Dev 3 -
Dev 3 -
Dev 5 -
29,6 18 0,3
29,3 19 1,1
28,8 18 1,3
mg/l
50
50
400
400
26,00
29,55
30,33
mg/l ppt mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
6-9 6 0,5 0,2 10 2 -
6-9 4 0,2 10 3 -
6-9 3 1 20 6 -
5-9 0 5 20 12 -
7,7 5,7 21 0,07 0,67 8,7 2,5 6,393
7,7 6,2 0,0243 0,7 10,4 2,2 5,113
7,6 5,9 0,0597 0,76 10,3 2,0 4,976
Parameter Biologi Kelimpahan Plankton Nilai kelimpahan plankton pada Sungai Ulartertinggi terdapat pada stasiun 2 yaitu daerah Tabel 2. Nilai Kelimpahan (K) Plankton
pertaniandan terendah terdapat pada stasiun 1 di daerah muara sungai Ular.Nilai kelimpahan plankton dapat dilihat pada Tabel 2.
Titik Pengamatan Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Nilai Kelimpahan (K) (ind/L) 8.897 13.510 12.938
4
dan terendah terdapat pada stasiun 1 Indeks Keanekaragaman Nilai keanekaragaman plankt di daerah muara sungai Ular.Nilai on pada Sungai Ulartertinggi terdapat keanekaragaman plankton pada stasiun 2 yaitu daerah pertanian dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai Keanekaragaman (H') Plankton Titik Pengamatan Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Nilai Diversitas (H') 2,27 2,36 2,32
Indeks Keseragaman (E) Nilai keseragaman plankton pada Sungai Ulartertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu daerah muara Tabel 4. Nilai Indeks Keseragaman (E) Titik Pengamatan Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Sungai Ular dan terendah terdapat pada stasiun 2 di daerah pertanian.Nilai keseragaman plankton dapat dilihat pada Tabel 4. Indeks Keseragaman (E) 0,70 0,68 0,69
penambangan pasir dan terendah terdapat pada stasiun 2 di daerah pertanian.Nilai dominansi plankton dapat dilihat pada Tabel 5.
Indeks Dominansi (C) Nilai dominansi plankton pada Sungai Ulartertinggi terdapat pada stasiun 3 yaitu daerah Tabel 5.Nilai Dominansi (C) Titik Pengamatan Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Indeks Dominansi 0,17 0,08 0,20
Sungai Ular menggunakan metode Kondisi Perairan berdasarkan storet sesuai dengan baku mutu air Parameter Fisika Kimia Perairan menurut Peraturan Pemerintah (Metode Storet) Hasil kualitas air berdasarkan Nomor 82 Tahun 2001 (Lampiran 6) parameter fisika kimia perairan di dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Skoring Fisika Kimia Air di Sungai Ular Kabupaten Deli Serdang Stasiun 1 Kualitas Air Tercemar sedang
Kelas I
Skor -30
II
-10
Tercemar ringan
-18
III
0
0
IV
0
Memenuhi baku mutu Memenuhi baku mutu
Skor -28
Pembahasan Parameter Fisika dan Kimia Perairan Hasil pengukuran suhu air di Sungai ular berkisar antara 28,8 °C – 29,6 °C. Suhu tertinggi yaitu pada stasiun 1 pada daerah muara sungai.Ini dikarenakan karena
0
Stasiun 2 Kualitas Air Tercemar sedang Tercemar sedang Memenuhi baku mutu Memenuhi baku mutu
Skor -28 -10 0 0
Stasiun 3 Kualitas Air Tercemar sedang Tercemar ringan Memenuhi baku mutu Memenuhi baku mutu
pengukuran suhu dilakukan pukul 11.00 WIB dimana intensitas matahari cukup tinggi.Menurut Hutabarat (2010) bahwa tingginya suhu disebabkan oleh tingginya intensitas cahaya dan adanya pencampuran air, serta faktor aktifitas yang ada pada stasiun
5
tersebut dapat mempengaruhi suhu.Dan suhu terendah terjadi pada stasiun 3 pada daerah penambangan pasir.Aktivitas ini menyebabkan suhu perairan menjadi menurun.Hal ini sesuai dengan pendapat Barus (2004) bahwa suhu suatu badan perairan dapat dipengaruhi oleh cuaca, waktu, aliran air serta kedalaman.Dan dapat juga dipengaruhi oleh aktivitas manusia disekitar perairan tersebut. Hasil pengukuran pH di Sungai Ular berkisar antara 7,6 – 7,7. Nilai pH yang diperoleh masih dalam keadaan netral. Hal ini sesuai dengan pendapat Barus (2004) bahwa nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya adalah 7 – 8,5. Apabila kondisi perairan bersifat sangat asam maupun basa akan membahayakan bagi kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi. Nilai pH yang sesuai menurut PP No 82 Tahun 2001 adalah berkisar 6-9. Hasil pengukuran kecepatan Arus di Sungai Ular berkisar antara 0,3 – 1,3 m/s. Kecepatan arus tertinggi terdapat pasa stasiun 3 yaitu daerah penambangan pasir. Dan terendah pada Muara Sungai Ular.Perbedaan kecepatan arus initerjadi karena perbedaan kedalaman perairan sungaiyaitu pada stasiun 3 kedalamannya lebih tinggi daripada stasiun 1.Hal ini juga sesuai dengan Odum (1996) yang diacu oleh Johan dan Ediwarman (2011) yang mengatakan bahwa kecepatan arus di sungai tergantung pada kemiringan,kekasaran, kedalaman dan kelebaran dasar perairan. Hasil pengukuran kecerahan pada Sungai Ular berkisar antara 1819 cm.Batas cahaya matahari untuk menembus kolom perairan tidak
terlalu jauh.Ini dikarenakan aktivitas pada setiap stasiun yang membawa bahan organik yang dapat menyebabkan kekeruhan dan mengakibatkan tingkat kecerahan menjadi rendah.Hal ini juga sesuai dengan pendapat Goldman dan Horne (1983) yang diacu oleh Wulandari (2009) bahwa nilai kecerahan yang rendah menggambarkan nilai kekeruhan yang tinggi.Kekeruhan yang tinggi menyebabkan rendahnya intensitas cahaya yang masuk ke dalam perairan. Sehingga proses fotosintesis fitoplankton terhambat dan pertumbuhan fitoplankton tidak optimal. Hasil pengukuran oksigen terlarut (DO) pada Sungai Ular berkisar antara 5,7 -6,2 mg/l. Nilai DO tertinggi pada stasiun 2 yaitu daerah pertanian Sungai Ular hal ini mungkin disebabkan oleh bahanbahan organik sisa dari kegiatan pertanian yang terbawa masuk ke kolom perairan dan ini dioksidasi oleh mikroorganisme.Sedangkan DO terendah terdapat pada daerah muara Sungai ular, ini dikarenakan banyaknya buangan bahan organik yang terkumpul kearah hilir atau muara dimana mengakibatkan tingkat oksigen terlarut menjadi rendah. Hasil pengukuran TSS pada Sungai Ular berkisar antara 26,00 – 30,33 mg/l. Nilai TSS tertinggi yaitu pada stasiun 3 daerah penambangan pasir. Haldisebabkan dari aktifitas penambangan pasir yang sedang beroperasi pada saat pengambilan sampel penelitian dan tidak begitu jauh dari titik sampel yang ditetapkan.Ini dapat menyebabkan terhambatnya penetrasi cahaya yang masuk ke perairan.Nilai TSS yang terendah terdapat pada stasiun 1 yaitu Muara
6
Sungai Ular karena aktifitas penambangan pasir jauh dari lokasi pengambilam sampel dan airnya relatif lebih tenang. Hasil pengukuran kadar amoniak di Sungai Ular berkisar antara 0,0243-0,07 mg/l. Nilai amoniak tertinggi pada stasiun 1 yaitu muara Sungai Ular. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh bahan organik yang tinggi pada daerah muara, dimana amoniak tersebut dihasilkan dari perombakan bahan organik di perairan yang bersifat racun bagi biota perairan. Ini sesuai dengan Effendi (2003) bahwa amoniak merupakan salah satu senyawa hasil sampingan dari proses perombakan bahan organik di dalam air yang bersifat racun. Apabila nilai pH semakin tinggi maka amoniak pun semakin meningkat. Kadar amoniak pada Sungai Ular sudah melampaui baku mutu PP No 82 Tahun 2001. Terutama pada daerah muara yang kadar amoniaknya cukup tinggi dibandingkan stasiun yang lain. Hasil pengukuran Fosfat di Sungai Ular berkisar antara 0,67-0,76 mg/l. Nilai fosfat tertinggi terdapat pada stasiun 3 yaitu daearah penambangan pasir. Hal Ini disebabkan banyaknya senyawa fosfat yang berasal dari penambangan pasir dan terjadi pengadukan pada dasar perairan. Menurut Odum (2003), kandungan fosfat yang tinggi dalam air dapat menyebabkan eutrofikasi (penyuburan yang berlebihan). Senyawa fosfat terlarut merupakan senyawa hara yang dimanfaatkan oleh alga seperti fitoplankton untuk berkembangbiak, dan bila pertumbuhannya berlebihan (over population), maka pada malam hari dapat menyebabkan kadar oksigen
terlarut rendah bahkan kritis, yang pada gilirannya dapat menimbulkan ancaman kehidupan ikan. Hasil pengukuran Nitrat pada Sungai Ular berkisar antara 8,7 – 10,4 mg/l. Nitrat tertinggi terdapat pada stasiun 2 yaitu daerah pertanian. Ini dihasilkan dari kegiatan di sekitar daerah pertanian.Ini sesuai dengan pendapat Sinaga (2006) bahwa nitrat merupakan bentuk utama senyawa nitrogen yang ditemukan dalam air.Sumber-sumber dalam nitrogen dalam air dapatbermacam-macam meliputi hancuran bahan organik.buangan domestik, limbah industri, limbah peternakan dan pemupukan.Nitrat merupakan zat nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan air untuk dapat berkembangbiak. Nilai kandungan nitrat yang terdapat diperairan sungai Ular nilainya masih berkisar 10 mg/l (nilai baku mutu). Hasil pengukuran BOD pada Sungai Ular berkisar antara 2,0 – 2,5 mg/l. Nilai BOD tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu Muara Sungai Ular. Tingginya kadar BOD pada stasiun 1 diperkirakan karena banyaknya bahan organik yang dapat diurai oleh mikroorganisme dalam proses dekomposisi. Bahan organik di dapat berasal dari sumber limbah tetapi juga berasal dari lingkungan sekitarnya seperti adanya kegiatan perkebunan, penambangan pasir dan perkebunan yang masuk kedalam perairan Sungai ular lalu semua terakumulasi di daerah muara sungai, dan menyebabkan kandungan bahan organiknya tinggi sehingga mikroorganisme membutuhkan oksigen yang tinggi untuk menguraikannya. Hasil pengukuran Nilai TOM pada Sungai Ular berkisar antara 4,976 – 6,393 mg/l. Nilai TOM
7
tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu muara Sungai Ular. Ini dikarenakan seluruh bahan organik yang berasal dari berbagai aktivitas di sekitar sungai serta bahan organik yang berasal dari daratan terakumulasi dan terbawa menuju hilir atau muara Sungai Ular, sehingga menyebabkan kandungan total organiknya tinggi. Tingginya TOM sebanding dengan tingginya nilai BOD, dan BOD5 menggambarkan bahan organik yang mudah terurai (biodegradable matter). Ini sesuai dengan Effendi (2003) diacu oleh Rafni (2006) bahwa kandungan bahan organik dalam air dapat digambarkan oleh parameter BOD5. Parameter Biologi Kelimpahan Plankton (K) Kelimpahan plankton setiap stasiun yaitu pada stasiun 1 yaitu 8897 ind/l, pada stasiun 2 yaitu 13510 ind/l dan pada stasiun 3 yaitu 12938 ind/l. Kelimpahan plankton tertinggi yaitu 13510 ind/L terdapat pada stasiun 2 yaitu pada daerah pertanian. Ini karena unsur hara seperti kandungan nitrat dan fosfat pada stasiun 2 cukup tinggi. Dimana nitrat dan fosfat ini dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk bertumbuh dan berkembang biak, sehingga kelimpahannya cukup tinggi dibandingkan stasiun lain. Dan juga parameter fisika kimia perairan lain yang mendukung seperti DO, BOD, suhu dan pH. Indeks Keanekaragaman Plankton (H') Nilai keanekaragaman masing masing stasiun yaitu stasiun 1 adalah 2,27, stasiun 2 yaitu 2,36 dan stasiun 3 yaitu 2,32. Nilai keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun 2 yaitu daerah pertanian. Berdasarkan
kriteria Basmi (1999) yaitu 1 < H' <3 inimemperlihatkan bahwakeanekarag aman pada Sungai Ular keanekaragamannya adalah sedang.Hal ini dikarenakan stasiun ini cocok untuk pertumbuhan plankton akibat nitrat dan fosfat yang cukup tinggi sehingga nutrisi plankton terpenuhi.Dan juga didukung dengan Kelimpahan Plankton tertinggi pada stasiun 2.Nilai keanekaragaman terendah terdapat pada stasiun 1 yaitu Muara Sungai Ular.Ini karena faktor fisika kimia perairan yang kurang mendukung serta nutrisi yang kurang pada perairan tersebut. Indeks Keseragaman Plankton (E) Nilai keseragaman Plankton tertinggi pada Sungai Ular didapat sebesar 0,70 pada stasiun 1 dan nilai terendah sebesar 0,68 pada stasiun 2. Ini menunjukkan random (acak).Hal ini mungkin dikarenakan pada setiap stasiun memiliki faktor fisika kimia perairan yang berbeda dan ketersediaan nutrsi yang berbeda juga. Sehingga menyebabka n setiap individu genus plankton ini berkembangbiak secara tidak merata.Dan juga nilai keseragaman berbanding terbalik dengan nilai keanekaragaman.Dimana nilai keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun 2 sedangkan nilai keseragaman terendah terdapat pada stasiun 2. Nilai Dominansi (C) Nilai dominansi tertinggi terdapat pada stasiun 3 sebesar 0.20 dan nilai terendah pada stasiun 2 yaitu 0.08.Ini menunjukkan bahwa tidak dijumpai adanya spesies yang dominan.karena nilai dominansi C mendekati 0. Hal ini berarti penyebaran setiap genus plankton
8
tidak merata pada setiap stasiunnya (keseragaman rendah).sehinggatidak ada dijumpai spesies plankton yang dominan. Kondisi ini terkait dengan nilai indeks keanekaragaman yang menggambarkan kondisi sungai moderat (ada gangguan ringan), dimana kehadiran plankton ditemui tidak merata pada semua stasiun pengamatan. Kualitas Perairan Dengan Metode Storet Kualitas air yang ditentukan dari nilai parameter fisika kimia perairan dilakukan dengan menggunakan metode storet yang bertujuan untuk memperoleh total skor yang akan menunjukkan status mutu air. Pemberian skor setiap parameter pada tiap stasiun dikelompokkan sesuai peruntukkan baku mutu air menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 yaitu Kelas I (bahan baku air minum dan peruntukkan lain dengan syarat kualitas air yang sama). Kelas II (sarana dan prasarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan dan untuk mengairi pertanaman). Kelas III (pembudidayaan ikan air tawar, peternakan dan untuk mengairi pertanaman). Kelas IV (pertanian dan peruntukkan lain) ` Berdasarkan analisis menggunakan metode storet pada Tabel 5, untuk baku mutu kelas I skor kualitas air pada stasiun 1 adalah -30, stasiun 2 sebesar -28 dan stasiun III sebesar ˗28. Ini menunjukkan Sungai Ular masuk dalam kategori tercemar ringan dan tercemar sedang. Dan belum dapat dimanfaatkan guna peruntukkan baku mutu Kelas I terutama untuk bahan baku air minum.
Berdasarkan analisis menggunakan metode storet pada Tabel 5, untuk baku mutu kelas II skor kualitas air pada stasiun 1 adalah -10, stasiun 2 sebesar -18 dan stasiun III sebesar ˗10. Ini menunjukkan Sungai Ular masuk dalam kategori tercemar ringan dan tercemar sedang. Dan belum dapat dimanfaatkan guna peruntukkan baku mutu Kelas II. Untuk baku mutu kelas III skor kualitas air pada stasiun 1 adalah 0, stasiun 2 adalah 0 dan stasiun adalah 0. Ini menunjukkan Sungai Ular masuk dalam kategori memenuhi baku mutu Kelas III. Dapat dimanfaatkan guna peruntukkan baku mutu Kelas III terutama untuk kegiatan pembudidayaan ikan air tawar dan pertanian. Nilai perhitungan Metode storet dapat dilihat pada Lampiran 6. Untuk baku mutu kelas IV skor kualitas air pada stasiun 1 adalah 0, stasiun 2 adalah 0 dan stasiun adalah 0. Ini menunjukkan Sungai Ular masuk dalam kategori memenuhi baku mutu Kelas IV.Dapa t dimanfaatkan guna peruntukkan baku mutu Kelas IV terutama untuk kegiatan pertanian.Nilai perhitungan Metode storet dapat dilihat pada Lampiran 6. Dari penelitian yang telah dilakukan bahwa Sungai Ular masuk ke dalam baku mutu PP No 82 Tahun 2001 Kelas III dan IV yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan ,air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.Dan Sungai Ular dapat direkomendasikan untuk mengembangkan kegiatan budidaya yang pengelolaannya tetap
9
memperhatikan ekosistem perairan tersebut.
Ekosistem Air Daratan. USU Press, Medan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Kualitas perairan Sungai Ular berdasarkan parameter fisika kimia dengan metode storet menunjukkan kondisi perairan tercemar ringan hingga tercemar sedang. Parameter biologi diperoleh kelimpahan plankon tertinggi terdapat pada daerah pertanian dan terendah pada daerah muara Sungai Ular. Nilai Indeks Keanekaragaman plankton sedang, Keseragaman rendah dan tidak dijumpai spesies dominan. 2. Kualitas perairan Sungai Ular berdasarkan baku mutu air menurut PP No 82 Tahun 2001 dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya ikan air tawar dan pertanian guna peruntukan kelas III dan IV. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian yang bersifat berkelanjutan tentang pengembangan budidaya ikan di sekitar Sungai Ular. 2. Perlu ditambahi adanya parameter parameter yang mendukung untuk kegiatan budidaya ikan di Sungai Ular.
Effendi, H. 2003.Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA Agustira, R., K.S. Lubis dan Jamilah. 2013. Kajian Karakteristik Kimia Air,Fisika Air dan Debit Sungai Pada Kawasan DAS Padang Akibat Pembuangan Limbah Tapioka. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi, Studi Tentang
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Gunawati, I. 1984. Pengaruh Pembusukan Kelampis Air (Mimodsa digra) Terhadap Kuantitas dan Kualitas Plankton. Karya Ilmiah. Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Handayani, N.S. 2009. Struktur Komunitas Vegetasi Mangrove dan Laju Sedimentasi di Kawasan Mangrove Kedung Malang, Surodadi, dan Semat Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. (Skripsi). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang. Langkat,Sumatera Utara. Tesis.Fakultas MIPA. Universitas Sumatera Utara. Medan. Hutabarat, H.B.F. 2010.Keanekaragaman dan Kelimpahan Plankton dan Hubungannya dengan Faktor Fisik- Kimia Air di Sungai Batang Serangan Kabupaten Langkat,Sumatera Utara. Tesis.Fakultas MIPA. Universitas Sumatera Utara. Medan. Isnansetyo, A dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton. Kanisius.Yogyakarta.
10
Johan, T.I dan Ediwarman. 2011. Dampak Penambangan Emas Terhadap Kualitas Air Sungai Singingi di Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi riau.Program Studi Ilmu Lingkungan PPS .Universitas Riau. Sinaga, M. 2006. Evaluasi Kualitas Air dan Beban Pencemaran Sungai Ciujung.Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Wulandari, D. 2009. Keterikatan Antara Kelimpahan Fitoplankton Dengan Parameter Fisika Kimia Di Estuari Sungai Brantas (Porong),Jawa Timur.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
11