Jurnal Biosains Vo. 1 No. 2 Agustus 2015
ISSN 2443-`1230 (print) ISSN 2460-6804 (online)
Makrozoobentos Dengan Parameter Fisika dan Kimia di Perairan Sungai Babura Kabupaten Deli Serdang Masdiana Sinambela1), Mariaty Sipayung2) email:
[email protected] 2 FMIPA,Unimed
Abstrak Makrozoobentos Dengan Parameter Fisika dan Kimia di Perairan Sungai Babura Kabupaten Deli Serdang adalah hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan Mei 2015. Parameter yang akan diukur dalam penelitian ini adalah faktor biotik yaitu jenis makrozoobentos dan faktor abiotik yaitu faktor fisika dan kimia. Faktor fisika seperti: suhu atau temperatur, kekeruhan, dan faktor kimia seperti: pH (derajat keasaman), oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen (DO), dan BOD, COD, fosfat. Makrozoobentos yang ditemukan di sungai Babura: 1 spesies di stasiun 1 yaitu Melanoides sp dan 4 spesies di stasiun 2 dengan jumlah 12 individu yaitu Melanoides sp 2 individu, Hetelimnius sp 1 individu, Elmidae 2 individu, Epicordulia sp 1 individu, Chironomus sp 4 Melanoides 2 sp, dan Dragonfly nymph 4 individu. Jenis penelitian ini merupakan expost de facto atau hanya mengungkapkan data yang sudah ada. Data yang diperoleh akan dapat digunakan sebagai data awal untuk penelitian selanjutnya,. Kata kunci: makrozoobentos, parameter, fisika, kimia Macrozoobenthos With Chemical and Physics factor in the Babura rivers Deli Serdang Abstract Research Title “Macrozoobenthos with physico-chemical factors on water and river Babura Deli Serdang”. The measured parameter is existence of macrozoobenthos That biotic factors and abiotic factors ie chemical and physical factors. Physical factors ie: temperature, turbidity, dan chemical factors ie factors: pH, Dissolved Oxygen (DO), dan BOD, COD, and fosfat. Macrozoobenthos were taken using a Surber net in Mei 2015, there are 2 station. Where with number of macrozoobenthos in the river Babura 12 individu ie : 1 sp in station 1 ie Melanoides sp and 4 sp in station 2 ( 12 individu) ie Melanoides sp 2 individu, Hetelimnius sp 1 individu, Elmidae 2 individu, Epicordulia sp 1 individu, Chironomus sp 4 Melanoides 2 sp, dan Dragonfly nymph 4 individu. Chemical and physical factors still life macrozoobenthos support. An ex post facto research initials, it can use as baseline. Keywords: existence, macrozoobenthos, factor physic, chemistry PENDAHULUAN Latar Belakang Perairan sungai merupakan ekosistem perairan lotik (perairan mengalir) yang berfungsi sebagai media atau tempat hidup organisme makro maupun mikro, baik itu yang menetap maupun yang dapat berpindahpindah (Maryono, 2005). Pengukuran kualitas lingkungan selama ini secara parsial berdasarkan media udara, air, lahan, sehingga memantau hasilnya. Salah satu cara untuk mereduksi banyaknya informasi tersebut adalah dengan menggunakan indeks. Dalam hal ini yang akan dilakukan penggunaan indeks kualitas di perairan sungai (Permata 2011). Masuknya limbah ke perairan sungai akan dapat merubah sifat fisika, kimia dan biologi dari ekosistem sungai. Perubahan tersebut dapat menurunkan kualitas air dan mengganggu tatanan kehidupan organisme di dalam sungai (Odum, 1971), salah satu
diantaranya adalah komunitas makrozoobentos. Menurut Lind (1979) bahwa makrozoobentos adalah hewan invertebrate yang hidup di dasar perairan yang relatif menetap di dasar sungai, baik sungai yang arusnya mengalir kencang atau lambat. Makrozoobentos dapat merespon masukan bahan yang terus-menerus ke dalam sungai. Oleh karena itu, akan dapat mempengaruhi keragaman makrozoobentos di perairan tersebut. Makrozoobentos dapat berperan dalam siklus nutrien terutama pada proses awal dari dekomposisi material organik. Makrozoobentos juga digunakan sebagai hewan indikator dalam menilai kondisi lingkungan perairan (Ogbeibu and Oribhabor, 2002). Sungai yang mengalami pencemaran akan ada perubahan komposisi dan penurunan keragaman hidrobiota (Wilhm, 1975). Kualitas air sungai Babon tergolong kategori sedang, dari 9 paremeter yang dominan adalah Fecal coliform, BOD, dan kekeruhan (Anggraeni, Oktiawan, Wardhana, 2014). Judul
44
Jurnal Biosains Vo. 1 No. 2 Agustus 2015 penelitian yang akan dilaksanakan adalah “Indeks kualitas lingkungan perairan sungai Babura” Sungai Babura hulunya terletak di deli serdang desa keci-keci kecamatan Sibolangit masih di kawasan hutan sehingga besar kemungkinan belum mengalami pencemaran. Sepanjang daerah kecamatan Sembahe juga masih ditutupi pepohonan dan kebun masyarakat, demikian keadaannya sampai di daerah durin pitu kecamatan Pancurbatu. Perumusan Masalah adalah bagaimanakah jenis makrozoobentos, parameter fisika, parameter kimia di Sungai Babura deli Serdang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis makrozoobentos, parameter fisika, parameter kimia Sungai Babura deli Serdang. Kajian Pustaka Jenis Makrozoobentos. Menurut Cummins (1975), makrozoobentos adalah hewan yang hidup di dasar perairan dari berbagai kedalaman dan fase dewasa berukuran 3-5 mm Menurut Lawrencen dan Alex (2011), bahwa makrozoobentos lebih banyak dan lebih umum digunakan untuk memantau tingkat pencemaran, sebab informasi taksonomik dan biologi makrozoobentos lebih banyak diketahui. Keterbatasan mobilitas untuk menghindari kondisi yang kurang menguntungkan, mengakibatkan makrozoobentos sering terekspos pada kontaminan yang terakumulasi dalam sedimen. Dengan demikian perubahan kondisi lingkungan perairan dapat tergambar atau terekam lewat perubahan keragaman makrozoobentos atau sebagai 'pita rekaman' perubahan lingkungan di sekitarnya. Substrat dasar perairan mempengaruhi spesies makrozoobentos yang menghuninya, antara lain: Goniobasis sp dan Pleurocera sp ditemukan di perairan yang dangkal, berbatu dan arus agak deras. Psidium sp, Tendipes sp dan Gyraulus sp di perairan yang dalam, arus yang tenang dan substrat dasar lumpur. Lymnaea palustris ditemukan pada lobang kecil yang basah dan berumput di perairan sungai dan danau, cangkangnya berputar ke kanan dengan ukuran kecil sampai sedang, warnanya coklat cerah sampai coklat tua, permukaannya halus dan mempunyai garis-garis. Ishnura elegans adalah larva insekta yang tubuhnya beruas-ruas, bagian ekornya terdiri dari tiga bagian. Culioides sp mempunyai segmen-segmen, kepalanya pendek berbentuk oval, pembagian segmen toraks dengan abdomen tidak nyata. Chironomus sp adalah larva insekta yang berupa cacing darah, berwarna merah cerah tetapi ada yang hijau atau coklat maupun abu-abu.
ISSN 2443-`1230 (print) ISSN 2460-6804 (online)
45
Faktor Fisika Perairan Suhu/ temperatur Suhu atau temperatur di suatu sungai akan berfluktuasi mengikuti aliran air mulai dari hulu menuju hilir/muara. Daerah hulu (rhithal) mempunyai fluktuasi tahunan yang paling kecil, sepanjang aliran sungai fluktuasi tahunan akan semakin besar dan mencapai maksimum di daerah hilir (potamal). Suhu perairan mengalami fluktuasi setiap hari, terutama mengikuti pola suhu udara lingkungan, intensitas cahaya matahari, letak geografis, penaungan, dan kondisi internal perairan seperti kekeruhan, kedalaman, kecepatan arus, dan timbunan bahan organik di dasar perairan. Meningkatnya suhu sebesar 10°C akan meningkatkan laju metabolisme sebesar 2–3 kali lipat. Naiknya suhu menyebabkan kelarutan oksigen dalam air menurun, sehingga organisme air sulit untuk respirasi. Suhu udara yang baik untuk perkembangan organisme akuatik dan tidak menimbulkan tekanan yang berbahaya berkisar antara 240C-270C. Kekeruhan/turbiditas Banyaknya jumlah partikel tersuspensi di dalam air akan mempengaruhi kekeruhan atau turbiditas perairan. Turbiditas pada ekositem perairan juga sangat berhubungan dengan kedalaman, kecepatan arus, tipe substrat dasar, dan suhu perairan. Pengaruh ekologis kekeruhan adalah menurunnya daya penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan juga akan berakibat terhadap mekanisme pernafasan organisme perairan. Faktor Kimia Perairan pH (derajat keasaman) Tingkat keasaman atau kekuatan asam (pH) termasuk parameter untuk menentukan kualitas air. Menurut Situmorang (2007) bahwa, air yang belum terpolusi berada pada skala pH 6,0-8,0. Dalam air yang bersih, jumlah konsentrasi ion H+ dan OH ־berada dalam keseimbangan atau dikenal dengan pH = 7. Organisme perairan dapat hidup ideal dalam kisaran pH antara asam lemah sampai dengan basa lemah. Perairan yang bersifat asam kuat atau basa kuat akan membahayakan kelangsungan hidup biota, karena akan menggangu metabolisme dan respirasi. Kelarutan oksigen/Dissolved Oksygen (DO) Menurut Situmorang (2007) bahwa, DO di dalam air merupakan indikator kualitas air karena kadar oksigen yang terdapat di dalam air sangat dibutuhkan oleh organisme air dalam kelangsungan hidupnya. Kelarutan O 2 di dalam air terutama sangat dipengaruhi oleh suhu dan mineral terlarut dalam air. Kelarutan maksimum oksigen dalam air terdapat pada suhu 0 C°, yaitu
Jurnal Biosains Vo. 1 No. 2 Agustus 2015
ISSN 2443-`1230 (print) ISSN 2460-6804 (online)
sebesar 14,16 mg/l. Konsentrasi ini akan menurun seiring peningkatan ataupun penurunan suhu. Sumber utama DO dalam perairan adalah dari proses fotosintesis tumbuhan dan penyerapan/pengikatan secara langsung oksigen dari udara bebas melalui kontak antara permukaan air dengan udara. Pengaruh DO terhadap biota perairan hanya sebatas pada kebutuhan untuk respirasi. Beberapa organisme perairan bahkan memiliki mekanisme yang memungkinkan dapat hidup pada kondisi oksigen terlarut yang sangat rendah. Beberapa contoh spesies yang memiliki kemampuan ini adalah larva dari Diptera dan Coleoptera serta larva dan pupa dari Culex sp. Organisme ini mempunyai sistem trachea terbuka seperti yang dimiliki oleh insekta terrestrial. Organisme ini apabila dalam perairan oksigen terlarut sangat rendah maka akan menurunkan konsumsi oksigen untuk respirasi, selanjutnya kekurangan oksigen tersebut akan dikompensasi pada proses respirasi selanjutnya dengan meningkatkan konsumsi oksigen. Kebutuhan Oksigen Biologis/Biologycal Oxygen Demand (BOD) Menurut Situmorang (2007) bahwa, BOD didefinisikan sebagai pengukuran
Pengambilan sampel di hulu sungai Babura (dua lokasi penelitian)
Analisis parameter fisika (suhu, kekeruhan) dan kimia (pH, DO, BOD, fosfat)
pengurangan kadar oksigen di dalam air yang dikonsumsi oleh makhluk hidup (organisme) di dalam air selama periode 5 hari pada keadaan gelap (tidak terjadi fotosintesis). Secara spesifik adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme aerob untuk mendegradasi senyawa organik dalam perairan. Pengukuran BOD dilakukan selama 5 hari pada suhu 20°C, dimana dalam waktu lima hari aktifitas mikroorganisme aerob hampir tidak mengalami perubahan, oleh karena itu dikenal dengan BOD 5 . Nilai BOD menunjukkan kandungan bahan organik dalam perairan, semakin tinggi nilai BOD maka mengindikasikan bahwa perairan tersebut banyak mengandung bahan organik di dalamnya, (Barus, 2004). Demikian juga sebaliknya, apabila nilai BOD rendah maka mengindikasikan bahwa perairan tersebut miskin bahan organik yang harus didegradasi mikroorganisme aerob, BOD dinyatakan/satuannya dalam mg/lt. Fosfat Kandungan fosfat akan mempengaruhi eutrofikasi sehingga dapat menyebabkan blooming alga. Warna perairan menjadi kehijauan, berbau tidak sedap, dan airnya keruh.
Identifikasi sampel (makrozoobentos)
Terdapat perbedaan indeks kualitas
Keragaman makrozoobentos
Konversi hasil pengukuran dengan indeks kualitas
Indeks kualitas sungai Babura Deli Serdang Gambar 2.1. Peta Jalan Penelitian Penelitian ini bersifat expos do facto, mengungkapkan data yang diperoleh dan sudah tersedia di lapangan (field research) tetapi harus merujuk kepustakaan (library research).
Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian sungai Babura Deli Serdang di dua lokasi yaitu: (1) di daerah hulu masih tertutup pepohonan dan belum ada aktivitas manusia, yang merupakan kontrol karena masih alami di desa keci-keci kecamatan Sibolangit, (2) Selanjutnya masih kawasan tertutup pepohonan dan kebun penduduk di daerah durin tujuh.
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data penelitian dari hasil pengukuran parameter biologi, fisika, dan kimia. Sampel air harus harus sesegera mungkin dianalisis atau tidak melewati waktu yang ditentukan.
46
Jurnal Biosains Vo. 1 No. 2 Agustus 2015
ISSN 2443-`1230 (print) ISSN 2460-6804 (online)
Prosedur Penelitian
substrat dipisahkan melalui penyaringan bertingkat, dengan ukuran saringan 0,5mmx0,5mm dan 1,0mmx1,0mm. Setelah sampel makrozoobentos bersih dari lumpur, kemudian dimasukkan ke dalam botol koleksi dan diberi alkohol 70%. Selanjutnya dipisahkan berdasarkan taksonnya dan dihitung. Untuk mengidentifikasi sampel makrozoobentos digunakan buku Edmonsond (1959), dan Hynes (1976).
Jenis makrozoobentos. Untuk dapat menghitung keragaman makrozoobentos, pertama-tama diambil sampel secara transek horizontal menyilang arah aliran sungai, dengan menentukan sub stasiun yaitu, di pinggir kiri, di tengah, dan di pinggir kanan. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan alat Surber net sebanyak lima kali pada tiap stasiun penelitian, makrozoobentos yang bercampur No 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 1. Parameter Yang Diukur Satuannya Parameter Alat Ukur Satuan Makrozobentos Surber net Ind/ltr Faktor Fisika oC Suhu Termometer Kekeruhan Turbidymeter JTU Faktor Kimia pH pH meter DO DO meter mg/ltr BOD Titrasi Winkler mg/ltr Fosfat mg/ltr
Pengambilan sampel air dilakukan dengan cara memasukkan botol sampel sampai tenggelam dan dalam keadaan terbuka, miring dan
Pengukur In situ In situ BTK3L In situ In situ BTK3L BTK3L
sejajar/menghadap arus air. Setelah botol sampel penuh lalu ditegakkan/ditutup dalam air.
Prosedur penelitian secara sederhana tertera pada diagram tulang ikan (gambar 3.1)
Keragaman Kekeruhan Suhu
Sampel Keanekaragaman DO
Nitrat BOD
TDS
pH
Posphat DO
Gambar 3.1. Diagram Tulang Ikan
Deskripsi hasil penelitian Dari hasil penelitian dapat dideskripsikan jenis makrozoobentos perairan dan pengukuran parameter fisika dan kimia yang terdapat di perairan sungai Babura kabupaten Deli Serdang.
Indeks kualitas
Hasil Penelitian Hasil pengukuran sampel air dari perairan sungai Babura Deli Serdang di desa Bingkawan Kecamatan Sibolangit dan di desa Durin Pitu kecamatan Pancurbatu, diperoleh data parameter fisika dan kimia perairan sungai Babura seperti pada table 4.1. Sedangkan hasil pengamatan jenis makrozoobentos yang ditemukan dapat dilihat jumlah setiap jenis makrozoobentos tersebut pada table 4.2.
47
Jurnal Biosains Vo. 1 No. 2 Agustus 2015
ISSN 2443-`1230 (print) ISSN 2460-6804 (online)
Faktor Fisika Kimia Perairan Tabel 4.1 Nilai parameter fisika kimia perairan di dua stasiun penelitian perairan Sungai Babura Deli Serdang. NO
Parameter
Satuan
Stasiun I
Stasiun II
27
28.5
1
Makrozoobentos
Ind/ltr
2
Suhu
oC
3 4 5
Faktor Fisika Kekeruhan
mg/ltr
5.56
21.84
pH
-
7.84
7.46
mg/ltr
2.8
6
Faktor Kimia DO
mg/ltr
COD
mg/ltr
6
BOD
8
Fosfat
7
mg/ltr
Berdasarkan Tabel 4.1, hasil pengukuran faktor fisika di perairan Sungai Babura Deli Serdang pada stasiun I dan II, suhu perairan 27 dan 28,5ºC, kekeruhan 5,56 mg/l dan 21,84mg/l. Hasil pengukuran faktor kimia, pH 7,84 dan 7,46. Kandungan oksigen terlarut (DO) 7,66mg/l dan 7,14mg/l, BOD 2,8 mg/l dan 6 mg/l, fosfat 0,058mg/l dan 0,071mg/l.
7.66 6.1
0.058
7.46 20
0.071
Dissolved Oksigen (DO). Hasil pengukuran kandungan oksigen terlarut 7,66mg/l dan 7,14mg/l. Hasil pengukuran oksigen terlarut dipengaruhi aktivitas manusia di DAS dan juga banyaknya buangan limbah organik. Nilai kandungan oksigen terlarut Di kedua stasiun tidak jauh berbeda. Menurut Barus (2001), bahwa nilai oksigen terlarut dalam suatu perairan dapat berfluktuasi yang dipengaruhi oleh perubahan temperatur dan juga aktivitas fotosintesis tumbuhan yang menghasilkan oksigen.
Deskripsi Faktor Fisika dan Kimia
Suhu. Suhu pada stasiun I dan II 270C – 28,5 oC, perbedaaan suhu dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain banyaknya kanopi yang menaungi badan air, daerah terbuka, waktu pengambilan sampel, cuaca, aktifitas manusia di perairan.
Biological Oxygen Demand (BOD). BOD adalah gambaran kebutuhan oksigen oleh mikroorganisme aerobik untuk melakukan metabolisme bahan organik di dalam air sehingga secara tidak langsung menunjukkan keberadaan bahan organik dalam air. Hasil analisis nilai BOD 2,8 mg/l dan 6 mg/l, nilai BODnya berbeda.
Kekeruhan.Hasil pengukuran kekeruhan di parairan sungai Babura pada stasiun I dan II 0.80 mg/l sampai dengan 25.87 mg/l, perbedaaan kekeruhan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain waktu pengambilan sampel, cuaca, aktifitas manusia di perairan.
Posfat. Hasil analisis fosfat di perairan sungai Babura 0,058mg/l dan 0,071mg/l. Nilai fosfatnya cukup rendah dan tidak jauh berbeda.
Derajat Keasaman (pH). Nilai pH 7,84 dan 7,46, nilai pH yang diperoleh tidak jauh berbeda pada kedua stasiun tergantung dalam kondisi perairan yang diamati.
48
Jurnal Biosains Vo. 1 No. 2 Agustus 2015
ISSN 2443-`1230 (print) ISSN 2460-6804 (online)
4.4. Faktor Biotik
kandungan BOD juga diketahui bahwa perairan di stasiun satu belum mengalami pencemaran. Sedangkan untuk stasiun II terdapat spesies yang dapat bertahan hidup pada kondisi tercemar yaitu Chironomus sp, Eristalis sp, Simulum sp, Haemopsis sp, Pleurocera sp dan Tubifex sp. Hal ini juga sesuai dengan teori Niken (2005) yang mengatakan bahwa Diptera , Hirudinae, Molusca dan Annelida merupakan ordo yang dapat bertahan hidup pada sungai tercemar berat. Jadi, hewan yang paling mendominasi di tiga stasiun tercemar adalah Chironomus sp, Eristalis sp, dan Simulum sp yang merupakan ordo Diptera.
Organisme Makrozoobentos. Makrozoobentos yang ditemukan di perairan sungai Babura kemudian dipisahkan ke dalam setiap botol sampel, dimana setiap botol berisi spesies yang sama. Botol sampel diisi dengan air yang ditetesi dengan alkohol 70% sebagai pengawet agar sampel makrozoobentos tidak rusak sebelum diidentifikasi di laboratorium Biologi FMIPA Unimed. Pada stasiun I ditemukan sebanyak 395 individu makrozoobentos dan pada stasiun II ditemukan sebanyak 395 individu makrozoobentos sehingga jumlah keseluruhan sebanyak 395 individu makrozoobentos. Jumlah jenis yang tersampel 14spesies makrozooentos yang tergolong kepada 9kelas. Adapun makrozoobentos yang ditemukan adalah makrozoobentos spesies Chironomus sp, Eristalis sp, Simulum sp, Tabanus sp, Wriggler sp, Ephemerella sp, Baetis sp, Amnicolidae sp, Haemopsis sp, Pleurocera sp, Tubifex sp, Anthoca sp, Acroneura sp, Achromadora sp. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa tidak ditemukan jenis makrozoobentos yang sama pada kedua stasiun penelitian.
Berdasarkan nilai BOD di stasiun dua tergolong perairan yang tercemar ringan. Di setiap stasiun masih ditemukan makrozoobentos karena berdasarkan nilai BOD, kondisi perairan sungai Babura di semua stasiun penelitian tergolong dari tidak tercemar sampai tercemar sedang. Jika perairan sudah sangat tercemar tidak akan ditemukan lagi makroozobentos.
Organisme perairan dapat hidup ideal dalam kisaran pH antara asam lemah sampai dengan basa lemah. Kondisi perairan yang bersifat asam kuat ataupun basa kuat akan membahayakan kelangsungan hidup biota, karena akan menggangu proses metabolisme dan respirasi. Dari nilai pH yang diperoleh bahwa di stasiun satu dan dua mempunyai kisaran pH yang masih baik untuk kehidupan organism, pada umumnya sebagian besar dari biota sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai pH sekitar 7 – 8,5. Menurut Michael (1994) menyatakan kehidupan di dalam air masih dapat bertahan bila perairan mempunyai kisaran pH 5-9. Kandungan kapur mempengaruhi nilai pH di suatu perairan, dimana umumnya nilai pH untuk suatu perairan tawar berada pada kisaran netral 6,5 – 7,5. Nilai pH mempengaruhi proses biokimia dalam perairan sehinggamempengaruhi komunitas perairan. Sumber utama DO dalam perairan adalah dari proses fotosintesis tumbuhan dan penyerapan/pengikatan secara langsung oksigen dari udara bebas melalui kontak antara permukaan air dengan udara. Sedangkan berkurangnya DO dalam perairan adalah kegiatan respirasi organisme perairan atau melalui pelepasan secara langsung dari permukaan perairan ke atmosfer.Pengaruh DO terhadap biota perairan hanya sebatas pada kebutuhan untuk respirasi.Beberapa organisme perairan bahkan memiliki mekanisme yang memungkinkan dapat hidup pada kondisi oksigen terlarut yang sangat rendah.
4.5. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian bahwa hasil pengukuran parameter fisika dan kimia masih mendukung kehidupan makrozoobentos sesuai spesies yang dapat mengadaptasinya. Pada stasiun I yang perairannya masih tergolong alami dan belum mengalami pencemaran hanya ditemukan dua spesies dari 14 spesies yang ditemukan di sepanjang perairan sungai Babura.Hal ini dapat terjadi karena stasiun I merupakan daerah rembesan yang masih sangat dangkal dengan substrat dasar batuan besar atau batuan induk dan volume air tergolong sedikit karena hanya dari rembesan-rembesan. Badan perairan tertutup dengan kanopi pepohonan sehingga menghalangi cahaya Matahari sampai ke badan air akibatnya tentu mempengaruhi kehidupan organisme air. Dari kondisi perairan yang sangat dangkal di stasiun satu sudah pasti tidak ada tanaman air yang bisa tumbuh di sana. Walaupun penetrasi cahaya tidak ada suhu perairan cukup tinggi yaitu 270C, dimana suhu ini termasuk suhu yang ideal untuk kehidupan organisme. Suhu yang ideal untuk organisme perairan dimulai dari 240C-270C, sesuai dengan pendapat Odum, 1993. Dari
49
Jurnal Biosains Vo. 1 No. 2 Agustus 2015
ISSN 2443-`1230 (print) ISSN 2460-6804 (online)
Odum, E. P. 1971. Fundamental of ecology 3rd ed. Toppan Co. Ltd. Tokyo.
Kandungan fosfat yang terdapat di perairan umumnya tidak lebih dari 0,1 mg/l, kecuali pada perairan yang menerima limbah dari rumah tangga dan industri tertentu, serta dari daerah pertanian yang mendapat pemupukan fosfat.
Ogbeibu, A. E and B.J. Oribhabor. 2002. Ecological impact of river impoundment using benthic macroinvertebrates as indicator. Journal Water Research 36:2427 – 2436. Permata, Dian. 2011. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup. Admin Sinambela, Masdiana. (1994). Keragaman makrobentos sebagai indikator kualitas sungai Babura. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Situmorang, Manihar. 2007. Kimia Lingkungan. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unimed. Wilhm, J.L. 1975. Biology indikators of pollution, B.A. Whitton. Ed. River ecology. Blackwell Sci. Pulb.
Beberapa jenis makrozoobentos yang ditemukan di perairan sungai Babura dapat di lihat pada gambar
DAFTAR PUSTAKA Anggraeni, Viansa., Oktiawan, Wharyanto., Wardhana, Wisnu. 2014. Studi Penentuan Kualitas Sungai Babon Dengan Metode National Sanitation Foundation Indeks Kualitas Air (NSF-IKA). Jurnal Teknik Lingkungan Vol3 no.1 (2014) Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. USU Press. Universitas Sumatera Utara Medan. Canter, W. Larry. And Hill, G. Loren. (1979). Handbook of variables for environmental impact assessment. Ann Arbor Science Publishers, Inc.
Cummins, 1975. Macroinvertebrates. In: River Ecology. B. A. Whitten, (Eds). Blackwell Scientific. Publication. Oxford. London. Edinburgh Melbourne. Edmonsond, W.T. (1959). Fresh water biology, 2nd ed. John Wiley and Sons Inc x. New York. Farida, K. Dwi, Wahyu. 2008. Hubungan Keanekaragaman dan Kelimpahan zooplankton di Danau Ranu dan Danau Ranu Regulo Kabupaten Lumajang. Universitas Muhammadiah Malang Hynes, H.B.N. (1976). The ecology of running waters. Liverpool Univ. Press.
Lawrence J. L. Lumingas, Ruddy D. Moningkey dan Alex D. Kambey. Diakses 18 Pebruari 2013. Efek Stres Anthropogenik Terhadap Struktur Komunitas Makrozoobentik Substrat Lunak Perairan Laut Dangkal di Teluk Buyat, Teluk Totok dan Selat Likupang (Semenanjung Minahasa, Sulawesi Utara). Jurnal Matematika & Sains, Agustus 2011, Vol.16 Nomor 295. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi, Manadoe-mail:
[email protected]. Lind, O. T. 1979. Hand Book of Common Method in Limnology. CV. Mosby. St. Louis, Toronto. London. Maryono, A. 2005. Ecological Hydraulics of River Development. Edisi Kedua. Magister Sistem Teknik Program Pascasarjana Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
50