Kualitas Air Sungai Ciliwung Di Kota Bogor Water Quality Of Ciliwung River In Bogor 1
Robertus Taso Lewa, 2Oom Komala, 3S.Y.Srie Rahayu. 1,2.3 Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Pakuan ABSTRAK
Masalah utama yang dihadapi sumber daya air meliputi permasalahan kuantitas dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameterparameter tertentu. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan biologi (mikrobiologis). Penelitian kualitas air yang dilaksanakan di Bendungan Katulampa, Perumahan Pulau Geulis, Kebun Raya Bogor, Pasar Warung Jambu dan Jalan Baru. Hasil menunjukkan bahwa kualitas air sungai Ciliwung di kota Bogor telah melampaui ambang baku mutu air yang ditetapkan dalam PP No.82 Tahun 2001 baik dari parameter fisik, kimia dan biologi. Nilai rata-rata BOD hasil penelitian sebesar 9,975, nilai rata-rata DO sebesar 6,479 dan jumlah rata-rata total coliform sebesar 57.000 koloni/ml – 408.000 koloni/ml. Kata kunci : Kualitas, fisik, kimia, mikrobiologi.
Pendahuluan Air adalah zat yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Komposisi tubuh manusia sebagian besar adalah air (cairan), yaitu sekitar 60-70 % (Setiadi, 2007). Karena itu, air memegang peranan yang sangat penting dan tidak tergantikan. Air adalah materi esensial dan tidak disintesakan. UU No.7 tahun 2004 tentang sumber daya air pasal 29 ayat 1 dan 2 menyatakan penyediaan sumber daya air ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akan air sesuai dengan kualitas dan kuantitas. Beragam kegiatan di sepanjang daerah aliran sungai Ciliwung berkontribusi terhadap peningkatan beban pencemaran. Perubahan penggunaan lahan, serta bertambahnya kawasan pemukiman di Ciliwung hulu, tengah dan hilir berimplikasi terhadap masuknya polutan ke DAS Ciliwung (Verbist et al. 2009). Sumber pencemaran sungai Ciliwung berasal dari limbah domestik, limbah
industri, limbah pertanian dan limbah peternakan (Bachtiar, 2002). Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kualitas air sungai Ciliwung di kota Bogor saat ini. Sedangkan manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan data kepada masyarakat dan pemerintah tentang kondisi air sungai Ciliwung di kota Bogor. Sungai merupakan jalan air alami, mengalir menuju samudera, danau, laut, atau ke sungai yang lain. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air, sungai dikelompokan menjadi 4 kelas yaitu : Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, 1
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman. Ciliwung adalah sebuah sungai yang terletak di Pulau Jawa. Menurut sejarahnya sungai Ciliwung terbentuk sejak 6 juta tahun yang lalu. Saat ini kondisi sungai Ciliwung sangat berbeda dengan kondisi beberapa puluh tahun yang lalu. Kegiatan pembangunan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung, baik di hulu maupun di hilir tergolong sangat intensif dan pertambahan penduduk cukup tinggi. Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001, pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang membahayakan yang mengakibatkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Mukono, 2006). Menurut Mukono (2006) beberapa faktor yang mempengaruhi pencemaran air, meliputi: 1. Mikroorganisme: air yang tercemar umumnya mempunyai kadar bahan organik yang tinggi sehingga pada umumnya banyak mengandung mikroorganisme heterotropik yang akan menggunakan bahan organik tersebut untuk metabolisme, misalnya bakteri coliform. 2. Curah Hujan : curah hujan yang cukup tinggi sepanjang musim dapat lebih mengencerkan air yang tercemar. 3. Kecepatan Aliran air (Stream Flow): bila suatu badan air memiliki aliran yang cepat, maka keadaan itu dapat
memperkecil kemungkinan timbulnya pencemaran air karena bahan polutan dalam air akan lebih cepat terdispersi. 4. Kualitas Tanah: kualitas tanah (pasir atau lempung) juga mempengaruhi pencemaran air, ini berkaitan dengan pencemaran tanah yang terjadi di dekat sumber air. Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 KepMenLH Nomor : 115 Tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis. Metode Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel air sungai Ciliwung yang diambil dari lima lokasi yang berbeda didasarkan pada besarnya debit air sungai Ciliwung yaitu Bendungan Katulampa, Perumahan Pulau Geulis Bogor, Kebun Raya Bogor, pasar Warung Jambu Bogor dan Jalan Baru Bogor, media EMBA (Media Eosin Methylene Blue Agar, (NaCl) 0,85 %, Aquades. Alat-alat yang digunakan adalah erlenmeyer, cawan petri, pipet ukur, tabung reaksi, autoclave, oven, kertas label, hot plate, micropipet, magnetic stirer, pH meter, DO meter, thermometer, beker glass, botol transport. Teknik Pengambilan Sampel Air Sungai Pengambilan sampel air dilakukan pada kedalaman 30 cm dari permukan air dan setiap titik diambil sebanyak 1000 ml sampel air yang dimasukan dalam gelas penampung yang dilengkapi dengan penutup (Anwar, 2007). Sampel air yang telah di ambil kemudian dibawah ke laboratorium Biologi
2
Universitas Pakuan Bogor untuk dilakukan analisis laboratorium. Sterilisasi Alat- alat yang akan digunakan terlebih dahulu dicuci dengan detergen hingga bersih dan dikeringkan. Setelah alat-alat kering kemudian dibungkus dengan kertas dan disusun rapi didalam dalam oven suhu 150 0C selama 2 jam. Pembuatan Media EMB (Eosin Methylene Blue) Agar Timbang semua bahan yang diperlukan (pepton 10g, laktosa 5g, dikalium PO4 2g, agar 13,9g, eosin y 0,4g, methyline blue 0,065g) kemudian masukan ke dalam tabung erlenmeyer, tambahkan aquades sebanyak 1000 ml lalu dipanaskan hingga semua bahan larut dan homogen dengan menggunakan hot plate stirer. Kemudian media disterilkan menggunakan autoklave pada suhu 1210C selama 15 menit. Setelah proses sterilisasi selesai tuangkan pada masing-masing cawan petri sebanyak 20 ml dan pada masing-masing tabung reaksi sebanyak 7 ml. Pengenceran Sampel air sungai diencerkan secara bertingkat (1 : 9) atau yang disebut teknik gradual dilution. Pengenceran yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengenceran desimal yaitu 10-1, 10-2 10-3 dengan melarutkan sampel air ke dalam larutan garam fisiologi (NaCl) 0,85 %, dan diplating serta diamati adalah pengenceran 10-1, 10-2, dan 10-3 tersebut. Diperkirakan koloni yang terbentuk oleh bakteri coliform berada pada jumlah yang dapat dihitung pada pengenceran tersebut (Srikandi, 1992). Penghitungan Jumlah Koloni Bakteri Coliform Jumlah sel bakteri coliform pada sampel air sungai Ciliwung dihitung berdasarkan jumlah koloni yang tumbuh antara 30 sampai 300 pada tingkat pengenceran yang dilakukan secara duplo. Jumlah koloni bakteri dihitung
menurut (Srikandi, 1992) sebagai berikut. Jml Kol/mg/ml = Jml kol/cawan x 1 Faktor Pengencer Pengukuran Suhu Air (Parameter Fisika) Pengujian suhu air sungai dilakukan dengan menggunakan alat uji thermometer. Tujuan untuk mengetahui suhu air sungai Ciliwung Bogor di lokasi pengambilan sampel yang digunakan sebagai sampel penelitian. Pengujian dilakukan dengan memasukan thermometer ke dalam air dan dilakukan pengamatan perubahan suhu yang tertera pada kaca thermometer tersebut. Uji Derajat Keasaman (pH) pH adalah derajat keasaman suatu zat. pH normal adalah 6-8. Tujuan metode pengujian ini untuk memperoleh derajat keasaman (pH) air sungai Ciliwung Bogor dengan menggunakan alat kertas lakmus. Tahapan pengujian dilakukan dengan mencelupkan kertas lakmus ke dalam air lalu diamati perubahan warna pada kertas lakmus lalu dibandingkan dengan warna yang ada pada wadah kertas lakmus tersebut untuk menentukan besarnya derajat keasaman (pH) air. DO (Dissolved Oxygen) Tahapan pengujian dilakukan dengan memasukan alat pengukur DO (DO meter) ke dalam sampel air sungai Ciliwung yang terdapat dalam botol Winkler, dan dilakukan pengamatan nilai yang tertera dalam DO meter tersebut. BOD (Biochemical Oxygen Demand) Penentuan kadar BOD dilakukan dengan cara 75 ml contoh air diencerkan dengan akuades yang telah diaerasi hingga volume 375 ml. kemudian dimasukkan ke dalam dua botol Winkler lalu ditutup. Botol yang satu diinkubasikan selama 5 hari di dalam inkubator BOD pada suhu ± 20ºC, setelah 5 hari diukur kadar oksigen terlarutnya (DO-lima). Botol yang satu lagi kadar oksigen terlarutnya langsung 3
diukur hari itu juga (DO-nol) (Effendi 2003).
Kadar BOD
Dimana : P = faktor pengencer / perkalian Analisis Aktifitas Masyarakat di Sekitar Lingkungan Sungai Analisis aktifitas masyarakat di sekitar lingkungan sungai dilakukan dengan melakukan pengamatan dan pendataan secara langsung berbagai aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat yang berada di sekitar sungai Ciliwung di kota Bogor. Parameter Penelitian 1. Menghitung jumlah koloni bakteri coliform/ ml air sungai Ciliwung dan membandingkan dengan standar baku air sungai yang ditetapkan oleh undang-undang (PP No.82/2001). 2. Mengukur pH, suhu, DO, BOD air sungai Ciliwung dan membandingkan dengan standar baku air yang ditetapkan undang-undang (PP No.82/2001). Hasil Dan Pembahasan Jumlah Bakteri Coliform Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di lima lokasi dari hulu ke hilir di sepanjang perairan sungai Ciliwung yang melewati kota Bogor ditemukan adanya perbedaan jumlah bakteri coliform di setiap titik pengambilan sampel.
Rata-rata T.coliform 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 0
408.000 213.000
180.000 105.000 57.000
Rata-rata T.coliform
Grafik Rata-Rata Jumlah Bakteri Coliform Air Sungai Ciliwung Kota Bogor
Jumlah rata-rata bakeri coliform di sungai Ciliwung kota Bogor yang melebihi ambang batas untuk sungai kelas IV menunjukkan bahwa perairan sungai Ciliwung Bogor mengandung bahan organik yang cukup tinggi sebagai sumber kehidupan mikroorganisme. Suriawiria (2005) menyatakan bahwa kehadiran mikroba patogen di dalam air akan meningkat jika kandungan bahan organik di dalam air cukup tinggi, yang berfungsi sebagai tempat dan sumber kehidupan mikroorganisme. pH atau Derajat Keasaman Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari hulu ke hilir di lima lokasi di sepanjang perairan sungai Ciliwung yang melewati kota Bogor ditemukan adanya perbedaan derajat keasaman (pH) di setiap titik pengambilan sampel. Derajat keasaman (pH) air sungai Ciliwung Bogor berdasarkan hasil penelitian berada pada kisaran 6-8 dan tidak melebihi ambang batas yang ditetapkan dalam PP No. 82 Tahun 2001 untuk kategori air kelas 1, kelas 2 dan kelas 3 yaitu 6-9.
4
DO
pH 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
8 7 6
6
6
pH/ Derajat Keasaman
Grafik Rata-Rata Jumlah Bakteri Coliform Air Sungai Ciliwung Kota Bogor
Perubahan derajat keasaman (pH) suatu perairan dipengaruhi oleh jenis limbah yang masuk ke badan air. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Wardhana (2004), buangan limbah ke dalam air dapat mengubah konsentrasi ion hidrogen (pH) di dalam air menjadi lebih asam ataupun lebih basa tergantung dari jenis limbah dan zat kimia yang terkandung di dalamnya. DO (Dissolved Oxygen ) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari hulu ke hilir di lima lokasi di sepanjang perairan sungai Ciliwung yang melewati kota Bogor ditemukan adanya perbedaan nilai DO di setiap titik pengambilan sampel. Kadar oksigen terlarut minimal di sungai Ciliwung Bogor dari hasil penelitian berkisar antara 4,781-9,075 mg/l, jika dirataratakan sebesar 6,479 mg/l. Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 batas oksigen terlarut minimal yang diijinkan agar dapat memenuhi kriteria mutu air kelas I adalah 6 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa air sungai Ciliwung berada pada kelas I. Kualitas air di sungai Ciliwung Bogor menurut Miller tergolong kepada kualitas perairan yang tercemar ringan(4,5-6,7 mg/l).
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
9,075 7,462 6,075 5,006
4,781 DO
Grafik DO (Dissolved Oxygen) Air Sungai Ciliwung Bogor
Jumlah oksigen terlarut yang ada dalam suatu perairan dipengaruhi oleh suhu, tekanan parsial gas- gas baik yang ada di udara maupun di air, kadar garam serta adanya bahan-bahan yang mudah teroksidasi dalam air (Tri. S et al., 2009) BOD ( Biochemical Oxygen Demand ) Nilai BOD pada air sungai Ciliwung Bogor berdasarkan hasil penelitian berkisar antara 1,975-22,875 mg/l, jika dirata-ratakan sebesar 9,975 mg/l. Nilai tesebut melebihi ambang batas minimum BOD yang ditetapkan PP No. 82 Tahun 2001 yaitu sebesar 3 mg/l sehingga memenuhi kualitas air kelas II. Air sungai Ciliwung Bogor jika ditinjau dari nilai BOD-nya dapat digolongkan ke dalam air kelas III. BOD 25
22,875
20 15 10
10,5 6,095
5 0
8,435
BOD
1,975
Grafik Kadar BOD (Biochemical Demand) Air Sungai Ciliwung Bogor.
Oxygen
Hasil penelitian kadar BOD yang dilakukan di sungai Ciliwung, 5
menunjukan adanya fluktuasi kadar BOD di tempat mengambilan sampel air (Gambar 4). Menurut Supangat (2008) keberadaan aktivitas pemukiman penduduk, pertanian, lahan kering (tegalan) dan persawahan mempengaruhi kandungan unsur kimia dan karakteristik fisik air sungai yang ada. Pola penggunaan pertanian lahan kering berakibat pada meningkatnya parameter kadar kemasaman pH, BOD, dan nitrat akibat dari penggunaan pupuk dan sedimentasi zat organik di dalam sungai. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Zamrin (2007) yang mengatakan bahwa parameter kadar kemasaman, BOD dan nitrat akan naik seiring dengan bertambahnya aktivitas pertanian. Suhu Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di lima lokasi dari hulu ke hilir di sepanjang perairan sungai Ciliwung yang melewati kota Bogor ditemukan adanya perbedaan suhu di setiap titik pengambilan sampel (Gambar 5). Suhu air sungai Ciliwung Bogor berkisar antara 260C-270C, nilai tersebut tidak melebihi batasan suhu maksimum yang dapat mengakibatkan kematian bagi mahluk hidup yakni sebesar 32,30C sampai 32,50C (Effendi, 2003). Suhu 27,2 27 26,8 26,6 26,4 26,2 26 25,8 25,6 25,4
27
27
27
26
26
Suhu
Grafik Suhu Air Sungai Ciliwung Bogor
Suhu air sungai dipengaruhi oleh variasi musim, iklim, elevasi dan vegetasi di sepanjang aliran sungai dan masukan air tanah (Allan, 1995).
Srikandi (1992) mengungkapkan bahwa kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat diantaranya : jumlah oksigen terlarut dalam air akan menurun, kecepatan reaksi kimia meningkat, kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu dan jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya mungkin akan mati. Aktifitas Masyarakat di Sekitar Sungai Ciliwung Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan juga ditemukan adanya berbagai kegiatan peternakan dan pertanian singkong, sayur, papaya, pisang serta persawahan yang berlokasi di bantaran sungai Ciliwung Bogor yang dilakukan oleh masyarakat. Menurut data tahun 2000 di DAS sungai Ciliwung terdapat sawah seluas 26.700 ha yang ditanami sepanjang tahun yang pada umumnya berpola tanaman (cropping pattern) padi-palawija-padi. Selain itu hasil obsevasi yang dilakukan di sepanjang bantaran sungai Ciliwung diketahui bahwa masyarakat sekitar menjadikan sungai Ciliwung sebagai tempat pembuangan limbah feses/tinja maupun sampah rumah tangga secara langsung. Hal ini dapat dilihat setidaknya ditemukan bangunan tidak tetap berupa bilik yang dijadikan sebagai tempat buang hajat dan ditemukan timbunan sampah yang mengapung di permukaan air sungai Ciliwung Bogor. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pradityo (2011) yang menyebutkan bahwa tinja manusia dapat meningkatkan kekeruhan air. Selain itu tinja yang dibuang secara langsung ke dalam badan air dapat memicu pertumbuhan polulasi bakteri coliform. Limbah organik yang berasal dari sisa buangan rumah tangga dapat menurunkan oksigen terlarut yang terkandung pada suatu perairan (Pradityo 2011). Sungai Ciliwung juga melewati wilayah Kebun Raya Bogor dimana tidak 6
ditemui adanya aktifitas masyarakat di sekitar bantaran sungai. Keberadaan hutan Kebun Raya Bogor di kiri-kanan sungai selain dapat menjaga stabilitas tebing sungai, menurunkan tingkat kandungan sampah dan bahan kimia berbahaya ke dalam badan air, memelihara suhu air agar tetap dingin dan memperbaiki tingkat DO dari air (Supangat, 2008). Peran hutan dalam mengendalikan aliran permukaan (sungai) dari air hujan yang jatuh juga menurunkan kandungan hara dan polutan yang terdapat pada badan air (Supangat 2008). Dalam proses observasi yang dilakukan juga ditemukan adanya berbagai kegiatan perdagangan (pasar) yang berlokasi dan beraktifitas di bantaran sungai Ciliwung Bogor Limbah dari hasil kegiatan perdagangan dapat berupa limbah dari sisa sayuran, perikanan/daging ataupun berupa limbah plastik yang dapat mengakibatkan kerusakan pada badan air. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Taufik (2003) bahwa limbah hasil perdagangan dapat menyebabkan kerusakan pada badan air berupa perubahan nilai BOD, pH, suspended solid, settleable solid, minyak dan lemak,amoniak, urea, fosfor, warna, jumlah coli, bahan beracun dan kekeruhan. Hasil observasi yang dilakukan disepanjang bantaran sungai Ciliwung Bogor juga ditemukan adanya industri yang berlokasi dan beraktifitas di bantaran sungai Ciliwung. Sebagai daerah yang dilalui Sungai Ciliwung, kegiatan industri di kota ini akan berpengaruh terhadap tingkat pencemaran sungai. Menurut data statistik di Kota Bogor terdapat sejumlah industri yang berpotensi sebagai sumber pencemaran DAS sungai Cilliwung Kota Bogor. Sementara menurut Taufik (2003) di daerah hulu terdapat 44 industri yang
berpotensi pencemaran Ciliwung.
menimbulkan pada DAS
beban sungai
Simpulan Dan Saran Simpulan Berdasarkan hasil penelitian uji kualitas air sungai Ciliwung di kota Bogor yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Air sungai Ciliwung yang melewati kota Bogor telah mengalami penurunan kualitas sehingga tidak dapat digunakan sebagai sumber air yang memenuhi standar kelas I,II dan III dimana kelas tersebut mempunyai nilai kisaran total coliform sebesar 1.000-10.000 koloni/ml, pH 6-9, DO 6 mg/l, BOD 2-6 mg/l dan suhu 200C300C yang ditetapkan dalam PP No.82 Tahun 2001. 2. Penurunan kualitas air sungai Ciliwung kota Bogor disebabkan oleh berbagai aktifitas masyarakat seperti pertanian, peternakan, perindustrian, pasar dan penggunaan air sungai Ciliwung sebagai tempat mandi,membuang hajat,mencuci dan membuang sampah. Saran 1. Perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai Ciliwung kota Bogor tentang kualitas air sungai Ciliwung dan faktor penyebab menurunnya kualitas air sungai Ciliwung kota Bogor. 2. Perlu ditegakkannya peraturan mengenai larangan membuang sampah ke sungai, pendirian bangunan di bantaran sungai, dan larangan membuang limbah cair apa pun ke dalam sungai. Daftar Pustaka Allan, JD. 1995. Stream Ecology: Structure and Function of Running Waters. Chapman and Hall. London. 7
Anwar Hadi. 2007. Prinsip Pengambilan Sampel Lingkungan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Agung B. Supangat. 2008. Pengaruh Berbagai Penggunaan Lahan Terhadap Kualitas Air Sungai Di Kawasan Hutan Pinus Di Gombong, Kebumen, Jawa Tengah (Effects Of Land Uses On River Water Quality In Pine Forest Area In Gombong, Kebumen, Central Java)*). Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Balai Penelitian Hutan Penghasil Serat Kuok- Riau. Hal 268-274. Bachtiar, T. 2002. Koprostanol sebagai indikator kontaminasi dan perunut alamiah limbah domestik di perairan pantai Banjir Kanal Timur . ITB. Bandung, Effendi. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Kanisius.Yogjakarta. Mukono. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Universitas Airlangga. Surabaya. Pemerintah Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta. Srikandi Fardiaz. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta. Suriawiria, Unus. 2005. Air Dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Alumni. Bandung. Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Taufik, K. L. 2003. Kualitas air Hulu dan Tengah Sungai Ciliwung Kabupaten Bogor Jawa Barat. (Skripsi) Program Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. Tri Suryono, Yoyok Sudarso, Gunawan Pratama Yoga Dan Iwan Ridwansyah. 2009. Klasifikasi Tingkat Pencemaran Das Ciliwung Berdasarkan Indeks Kimia Kirchoff. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia (2009) Pusat Penelitian Limnologi-Lipi. Bogor. Teguh Pradityo. 2011. Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan Dan Aktivitas Manusia Terhadap Kualitas Air Sub Das Saluran Tarum Barat. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. IPB. Bogor. Wardhana WA, 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan, edisi revisi. Penerbit ANDI. Yogyakarta. Zamrin. 2007. Evaluasi Kualitas Air Sungai Cisadane di Wilayah Kabupaten Bogor Periode 19992003 [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Verbist, B., S. Rahayu, R.H. Widodo, M.V. Noordwijk.dan I. Suryadi.. 2009. Monitoring Air di Daerah Aliran Sungai. World Agroforestry Centre. Bogor.
8