KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR KEMANG, KOTA BOGOR DAN PENGARUHNYA PADA SUNGAI CILIWUNG
Oleh :
Muhammad Reza Cordova C24104056
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR KEMANG, KOTA BOGOR DAN PENGARUHNYA PADA SUNGAI CILIWUNG
SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Oleh : Muhammad Reza Cordova C24104056
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
RINGKASAN MUHAMMAD REZA CORDOVA. Kajian Air Limbah Domestik di Perumnas Bantar Kemang, Kota Bogor dan Pengaruhnya pada Sungai Ciliwung. Di bawah bimbingan SIGID HARIYADI. Penggunaan air mengakibatkan perubahan komposisi dan karakteristik air, salah satunya terjadi pada kegiatan rumah tangga. Air buangan kegiatan tersebut disebut air limbah domestik. Umumnya air limbah domestik langsung dibuang menuju badan air penerima tanpa diolah terlebih dahulu. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan informasi kualitas limbah rumah tangga yang berasal dari perumahan sederhana dan besarnya beban pencemaran yang berasal dari kegiatan rumah tangga di Perumnas Bantar Kemang, Kota Bogor serta untuk melihat pengaruh limbah domestik tersebut terhadap kualitas air sungai penerimanya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2007 hingga Juni 2008. Pengambilan contoh air dilaksanakan pada musim kemarau bulan November 2007 dan bulan Juni 2008 sebanyak tiga kali pada waktu berbeda, masing-masing mewakili waktu pagi, siang dan sore. Kualitas air limbah domestik Perumnas Bantar Kemang berdasarkan pendekatan indeks pencemaran dikategorikan tercemar sedang, hal ini terjadi karena masukan beban pencemaran dari kegiatan rumah tangga cukup besar. Beban pencemaran dari parameter padatan tersuspensi terlarut sebesar 4891.13 kg /hari; parameter BOD sebesar 50131.17 kg /hari; parameter minyak dan lemak sebesar 748.17 kg /hari; serta parameter deterjen sebesar 404.78 kg /hari. Berdasarkan pendekatan konsep kesetimbangan massa, air limbah domestik dari hasil kegiatan rumah tangga berkontribusi positif meningkatkan beban pencemaran pada Sungai Ciliwung, tetapi jumlahnya tidak terlalu besar. Hal ini terjadi karena debit air limbah saluran akhir Perumnas Bantar Kemang kecil sedangkan debit air Sungai Ciliwung sebagai penerima air limbah domestik Perumnas Bantar Kemang yang besar.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
: Kajian Air Limbah Domestik di Perumnas Bantar Kemang, Kota Bogor dan Pengaruhnya pada Sungai Ciliwung
Nama Mahasiswa
: Muhammad Reza Cordova
Nomor Pokok
: C24104056
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Sigid Hariyadi, M.Sc NIP. 131 471 376
Mengetahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP. 131 578 799
Tanggal Lulus :
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
PRAKATA Kegiatan rumah tangga pada umumnya menghasilkan dua buangan, buangan padat dan buangan cair. Buangan padat merupakan buangan seperti sampah pada umumnya sedangkan buangan cair merupakan air limbah sisa dari kegiatan rumah tangga. Umumnya air limbah kegiatan rumah tangga (domestik) yang dibuang langsung menuju badan air seperti sungai dan danau, hal tersebut terjadi karena masyarakat menganggap air limbah domestik tidak akan berdampak negatif. Di sisi lain kajian mengenai air limbah domestik belum terlalu banyak dilakukan. Fokus utama dari penulisan skripsi ini adalah mengkaji seberapa besar pencemar yang dihasilkan kegiatan rumah tangga dari parameter padatan tersuspensi terlarut, kebutuhan oksigen biokimiawi, derajat keasaman, minyak dan lemak serta deterjen, seberapa besar beban yang dihasilkan dan bagaimana pengaruh pencemar tersebut pada badan air penerima. Dari penulisan skripsi ini diharapkan pembaca dapat lebih memahami mengenai air limbah domestik sehingga pengaruh air limbah pencemar dari kegiatan rumah tangga dapat dikurangi. Semoga skripsi ini bermanfaat yang memerlukan.
Akhir kata penulis menyadari masih jauh dari sempurna dan
mungkin tidak dapat memuaskan semua pihak.
Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Bogor, Agustus 2008
Penulis
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Bapak Ir. Sigid Hariyadi, M.Sc sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar berkenan membimbing, memberikan masukan dan memberikan dorongan moril pada penulis. 2. Bapak Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Phil yang telah memberikan bimbingan secara tidak langsung, memberikan masukan dan dorongan moril. 3. Ibu Majariana Krisanti, S.Pi., M.Si, sebagai penguji luar komisi yang memberikan masukan berharga, saran dan arahan pada penulisan skripsi. 4. Ibu Dr. Ir. Yunizar Ernawati sebagai penguji perwakilan departemen yang memberikan masukan berharga, saran dan arahan pada penulisan skripsi. 5. Ibu Dr. Ir. Niken T.M. Pratiwi, M.S., Alm. Bapak Dr. Ir. Unggul Aktani dan Bapak Dr. Ir. Enan M. Adiwilaga dan Bapak Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc., yang telah memberikan masukan berharga, semangat, dan dukungan moril saat penulisan skripsi. 6. Bapak Hazaddin TS yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk mengikuti penelitian ini. 7. Bapak Dr. Ir. Sulistiono sebagai pembimbing akademik yang senantiasa memberikan arahan dan saran selama penulis menyelesaikan studi 8. Keluarga (Ibunda Etty Riani, Ayahanda Harsono Hadisoemardjo, Adik Rama, Adik Dzikri dan Adik Farah serta Adinda Yayu Alitalia) yang telah memberikan kasih sayang, semangat dan motivasi pada penulis. 9. Mbak Widar, Ibu Merry, Mbak Yani, staf TU, Bang Charles, staf pengajar Departemen MSP yang telah memberikan dorongan moril. Rekan-rekan MSP 41, 40 dan 42 dengan kerjasama yang luar biasa khususnya Feri, Ahmad Rangkuti, Ryan Sumo, Wilda, Shelly, dan Rendy Sormin. “Saudaraku” di Wisma Biru Dior, Agus, Habib, Dani, Lingga, Ibnu, Roy, Ofi, Annas, Yudha, Yanda, Willi, Indra dan Bawon. Ucapan terima kasih juga disampaikan pada semua pihak belum bisa disebutkan yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian dan penulisan skripsi ini.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ....................................................................................
i
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
ii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................
iii
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1.2. Perumusan Masalah ........................................................................... 1.3. Tujuan ............................................................................................... 1.4. Manfaat .............................................................................................
1 1 2 3 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 2.1. Air Limbah ........................................................................................ 2.2. Definisi dan Sumber Air Limbah Domestik........................................ 2.3. Karakteristik Air Limbah Domestik ................................................... 2.3.1. Suhu ...................................................................................... 2.3.2. Warna .................................................................................... 2.3.3. Bau ........................................................................................ 2.3.4. Padatan Tersuspensi Total...................................................... 2.3.5. Penggunaan dan Debit Air Rumah Tangga ............................. 2.3.6. Derajat Keasaman (pH) .......................................................... 2.3.7. Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (Biochemical Oxygen Demand atau BOD)............................................................... 2.3.8. Minyak dan Lemak ................................................................ 2.3.9. Deterjen .................................................................................
4 4 5 5 6 7 8 9 9 10
III. METODA PENELITIAN ................................................................... 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 3.2. Alat dan Bahan .................................................................................. 3.3. Prosedur Kerja ................................................................................... 3.4. Analisis Data .....................................................................................
17 17 19 19 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 4.1. Kondisi Umum Perumnas Bantar Kemang ......................................... 4.2. Kualitas Air Limbah Domestik........................................................... 4.2.1. Derajat Keasaman (pH) .......................................................... 4.2.2. Padatan Tersuspensi Total...................................................... 4.2.3. Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (Biochemical Oxygen Demand atau BOD)............................................................... 4.2.4. Minyak dan Lemak ................................................................ 4.2.5. Deterjen ................................................................................. 4.2.6. Suhu ...................................................................................... 4.2.7. Warna .................................................................................... 4.2.8. Bau ........................................................................................
25 25 25 25 26
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
11 12 14
27 29 30 31 32 33
4.3. Penggunaan dan Debit Air ................................................................. 4.4. Beban Pencemaran Limbah Domestik ................................................ 4.5. Kontribusi Beban Pencemaran Limbah Domestik yang Berasal dari Perumnas Bantar Kemang pada Badan Air Penerima .................. 4.6. Penentuan Status Mutu Air.................................................................
36 37
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 5.2. Saran..................................................................................................
40 40 40
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... LAMPIRAN .............................................................................................
41 44
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
34 35
i
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1. Kuantitas penggunaan air per-orang/hari ..............................................
10
2. Parameter, alat atau metoda yang digunakan untuk analisa kualitas air limbah domestik keluaran (effluent) dari Perumnas Bantar Kemang dan untuk analisa kualitas air Sungai Ciliwung (ambient) yang terkena dampak dari effluent air limbah domestik Perumnas Bantar Kemang ....................................................................................
20
3. Penentuan status mutu air dari Indeks Pencemaran ...............................
24
4. Pengukuran warna pada tiap stasiun .....................................................
32
5. Pengukuran bau pada tiap stasiun .........................................................
34
6. Beban pencemaran Perumnas Bantar Kemang dengan pendekatan per rumah .............................................................................................
35
7. Beban pencemaran Perumnas Bantar Kemang dengan pendekatan saluran akhir (outlet) ............................................................................
36
8. Beban pencemaran yang dibawa Sungai Ciliwung sebelum saluran akhir Perumnas Bantar Kemang ...........................................................
36
9. Kontribusi limbah domestik Sungai Ciliwung dari Perumnas Bantar Kemang ...............................................................................................
37
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
ii
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
1. Bagan alir perumusan masalah ..............................................................
3
2. Skema pengelompokan bahan yang terkandung dalam air limbah .........
4
3. Peta lokasi penelitian (Perumnas Bantar Kemang) ................................
18
4. Nilai pH setiap titik pengambilan sampel ..............................................
26
5. Padatan tersuspensi total setiap titik pengambilan sampel ....................
27
6. Nilai BOD setiap titik pengambilan sampel...........................................
28
7. Konsentrasi minyak dan lemak tiap titik pengambilan sampel ...............
29
8. Konsentrasi deterjen tiap titik pengambilan sampel ...............................
30
9. Rata-rata suhu tiap stasiun pengamatan .................................................
31
10. Grafik fluktuasi debit di depan satu rumah ................................................... 3 11. Grafik fluktuasi pengukuran debit outlet ...................................................... 3 12. Grafik fluktuasi debit di sungai .................................................................... 3
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
iii
LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Sketsa tempat pengambilan sampel air ................................................. 44 2. Stasiun pengambilan contoh air pada Perumnas Bantar Kemang ..........
45
3. Standar beban pencemaran dari perhitungan penggunaan air dari PDAM dan baku mutu Kepmen LH No. 112 tahun 2003 ......................
46
4. Hasil analisa data mentah dan fluktuasi debit air debit di depan satu rumah, outlet dan sungai Ciliwung ................................................
47
5. Contoh perhitungan mass balance concept ...........................................
49
6. Perhitungan indeks pencemaran ...........................................................
50
7. Data mentah hasil analisa kualitas air ...................................................
52
8. Gambar lokasi penelitian......................................................................
54
9. Hasil analisa air sungai setelah outfall Perumnas Bantar Kemang ........
58
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Air sangat penting bagi kehidupan, baik untuk proses-proses yang terjadi di dalam tubuh maupun untuk berbagai kegiatan yang menunjang kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, air digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti minum, mandi, mencuci, memasak, kegiatan pertanian, perternakan, perindustrian dan kegiatan-kegiatan lainnya. Namun karena air merupakan barang milik bersama, maka penggunaannya seringkali tidak bijaksana. Adanya penggunaan air yang tidak bijaksana tersebut pada akhirnya dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas baik dari aspek kimia, aspek fisika maupun aspek biologi. Salah satu hal yang menyebabkan terjadinya perubahan kualitas air adalah semakin banyaknya penggunaan air untuk keperluan rumah tangga, sebagai akibat meningkat pesatnya jumlah penduduk. Di lain pihak air yang telah digunakan untuk keperluan rumah tangga (domestik) tersebut yang biasa disebut sebagai air limbah rumah tangga atau limbah domestik, pada umumnya langsung dibuang ke dalam ekosistem perairan dengan tidak mengalami pengolahan terlebih dahulu. Air limbah domestik yang langsung dibuang ke dalam ekosistem perairan tersebut, umumnya akan mempengaruhi air yang ada pada ekosistem penerimanya, bahkan pada akhirnya akan berakibat pada berubahnya komposisi kandungan zat yang ada di dalamnya atau dengan kata lain akan mengakibatkan terjadinya pencemaran pada ekosistem perairan penerimanya.
Menurut Reksosoebroto
dalam Sugiharto (1987), air limbah domestik ini dapat berpengaruh buruk terhadap berbagai hal, karena dapat berperan sebagai media pembawa penyakit, dapat menimbulkan kerusakan pada bahan bangunan dan tanaman, dapat merusak kestabilan kehidupan dalam air seperti kehidupan ikan dan binatang peliharaan lainnya. Selanjutnya dikatakan bahwa air limbah dapat menurunkan nilai estetika (keindahan) karena akan mengakibatkan munculnya bau busuk dan pemandangan yang kurang sedap. Secara umum jika air limbah domestik jumlahnya sedikit, tidak akan menimbulkan pengaruh yang berarti pada ekosistem perairan, namun dalam jumlah yang banyak, limbah domestik dapat menyebabkan pencemaran, terutama
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
2
pencemaran bahan organik yang cukup berarti. Namun hingga saat ini masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa limbah domestik yang dibuang langsung ke dalam ekosistem perairan tidak akan menimbulkan dampak negatif. Di lain pihak, sejauh ini penelitian mengenai limbah domestik di Kota Bogor juga masih sangat minim. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka perlu dikaji seberapa banyak air limbah domestik hasil kegiatan rumah tangga, serta apakah limbah domestik yang berasal dari permukiman padat seperti dari Perumahan Nasional (Perumnas) Bantar Kemang
Kota Bogor dapat menimbulkan
pencemaran pada ekosistem perairan.
1.2. Perumusan Masalah Peningkatan jumlah penduduk perumahan mengakibatkan terjadinya peningkatan konsumsi dan penggunaan air. Penggunaan air dalam jumlah yang banyak untuk kegiatan sehari-hari (rumah tangga/domestik) seperti untuk mandi, mencuci atau memasak, mengakibatkan terjadinya perubahan air baik secara fisik, kimia maupun secara biologi.
Perubahan tersebut menyebabkan terjadinya
penurunan kualitas air. Di lain pihak ketidaktahuan masyarakat tentang bahaya limbah domestik yang langsung dibuang ke ekosistem perairan tanpa mengalami pengolahan terlebih dahulu dapat memperberat pencemaran pada ekosistem perairan yang menerima limbah buangan domestik tersebut. Sebenarnya Indonesia telah mulai mengatur pembuangan limbah domestik sejak tahun 2003 dengan adanya kebijakan yang meregulasi pembuangan limbah domestik, yang dimuat pada Keputusan Menteri Negara No. 112 tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik serta Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 38 tahun 1991 tentang Peruntukan Air dan Baku Mutu Air pada Sumber Air di Jawa Barat. Namun ketidaktahuan masyarakat dan ketidaktahuan pemangku kepentingan, serta mahalnya biaya pengolahan limbah, membuat peraturan tersebut seolah-olah diabaikan begitu saja dan pembuangan air limbah domestik ke sungai terus berlangsung sehingga pencemaran lingkungan sungai terus terjadi. Di lain pihak kajian tentang bahaya dari air limbah domestik, hingga saat ini juga dapat dikatakan masih minim, sehingga informasi yang harus segera diketahui saat ini dalam rangka mencarikan solusinya di masa yang akan datang antara lain
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
3
adalah mencari informasi kualitas air limbah domesik dari kegiatan rumah tangga tersebut, menganalisa seberapa besar beban pencemaran yang dihasilkan dari air limbah domestik sehingga dapat diketahui bagaimana pengaruh dari air limbah domestik tersebut terhadap ekosistem perairan penerimanya. Untuk lebih jelasnya mengenai hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
kualitas air limbah Hidrologi
Air limbah domestik
-
Pengaruh air limbah domestik pada badan penerima?
+ Pencemaran
Perlu pengolahan air limbah domestik
Gambar 1. Bagan alir perumusan masalah
1.3. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah melihat pengaruh air limbah domestik hasil kegiatan rumah tangga Perumnas Bantar Kemang terhadap kualitas air Sungai Ciliwung.
1.4. Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa mendapatkan informasi kualitas limbah rumah tangga yang berasal dari perumahan sederhana dan besarnya beban pencemaran yang berasal dari kegiatan rumah tangga di Perumnas Bantar Kemang, Kota Bogor, pada masyarakat dan pemerintah. Manfaat lain yang diharapkan pada penelitian ini adalah sebagai bahan informasi untuk merumuskan kebijakan selanjutnya, terutama dalam penanganan air limbah domestik, khususnya yang berasal dari perumahan sederhana seperti Perumnas Bantar Kemang serta perumahan pada umumnya.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air Limbah Pengertian air limbah secara umum adalah kotoran dari masyarakat dan rumah tangga dan juga berasal dari industri, air tanah, air permukaan serta dari buangan lainnya (Sugiharto, 1987). Metcalf dan Eddy (2002) menambahkan air buangan tersebut berasal dari air yang digunakan pada berbagai kegiatan manusia sehingga terdapat perubahan karakteristik air.
Rump (1999) menerangkan lebih lanjut
bahwa perubahan karakteristik tersebut berupa perubahan komposisi air setelah digunakan oleh manusia.
Perubahan komposisi tersebut akibat masuknya
substansi unsur yang langsung dapat terdegradasi, unsur yang tidak langsung dapat terdegradasi, nutrisi untuk organisme autotrof, logam berat, garam, air buangan panas dan organisme patogen. Substansi tersebut bila masuk ke badan air dapat memberikan pengaruh pada kehidupan organisme akuatik dan manusia, sehingga kehidupan organisme dan manusia terganggu. Menurut Health Departement of Western Australia, air limbah terdiri dari 99.7% air dan 0.3% bahan lain, sedangkan menurut Mara dan Cairncross (1994) dan Sugiharto (1987) air limbah terdiri dari 99.9% air dan 0.1% bahan lain seperti bahan padat, koloid dan terlarut. Bahan lain tersebut terbagi atas bahan organik dan anorganik. Bahan organik dalam air limbah terbagi atas 65% protein, 25% karbohidrat dan 10%
lemak, sedangkan bahan anorganiknya terbagi menjadi
butiran, garam dan metal (Sugiharto, 1987). Skema pengelompokan bahan yang terkandung dalam air limbah dapat dilihat pada Gambar 2.
Air Limbah
Air (99.9%)
Bahan Padat (0.1%) Organik
Anorganik
Gambar 2. Skema pengelompokan bahan yang terkandung dalam air limbah (Sugiharto, 1987)
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
5
2. 2. Definisi dan Sumber Air Limbah Domestik Air limbah domestik merupakan air bekas yang tidak dapat dipergunakan lagi untuk tujuan semula, baik yang mengandung kotoran manusia (tinja) atau dari aktivitas dapur, kamar mandi dan cuci dimana kuantitasnya 50-70% dari rata-rata pemakaian air bersih sekitar 120-140 liter/orang/hari (Kodoatie dan Sjarief, 2005). Menurut Sugiharto (1987), air limbah domestik merupakan air limbah yang telah digunakan yang berasal dari rumah tangga atau pemukiman, perdagangan, daerah kelembagaan atau daerah rekreasi, meliputi air buangan dari kamar mandi, WC, tempat cuci atau tempat memasak. Menurut Kepmen LH no.112 tahun 2003 tentang baku mutu air limbah domestik, air limbah domestik merupakan air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan pemukiman (real estate), rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. Selanjutnya McKinneya (2004) menambahkan air limbah domestik merupakan air buangan dari kawasan tempat tinggal, kawasan umum dan apartemen.
Apabila ketiga pengertian
mengenai air limbah domestik digabungkan, maka dapat dirumuskan batasan yang lebih jelas, terutama sumber air limbah domestik tersebut. Sumber utama air limbah rumah tangga dari masyarakat berasal dari perumahan dan daerah perdagangan. Tetapi karena jumlah perumahan meningkat seiring meningkatnya penduduk Mukhtasor (2007) menyatakan air limbah domestik lebih sulit dikendalikan dibandingkan air limbah industri, karena sifatnya yang menyebar, sehingga memang perlu dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke badan sungai penerima sesuai Kepmen LH No.112 tahun 2003 tentang baku mutu air limbah domestik.
2. 3. Karakteristik Air Limbah Domestik Folwell (1936) menyatakan penggunaan air untuk kegiatan pada perumahan akan mengubah komposisi air tersebut.
Air yang telah digunakan tersebut
mengandung ekskresi manusia dalam bentuk solid maupun cairan, sisa makanan, air cucian, sisa kertas, rambut, potongan kain dan sampah. Mukhtasor (2007) membagi air limbah domestik menjadi dua bagian, air limbah domestik dari air cucian seperti sabun, deterjen, minyak dan lemak serta shampo; dan air limbah domestik yang berasal dari kakus seperti tinja dan air seni. Lebih lanjut Kodoatie
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
6
dan Sjarief (2005) menambahkan air limbah domestik mengandung 90% cairan. Zat yang terkandung dalam air buangan tersebut berupa unsur organik tersuspensi maupun terlarut, unsur anorganik serta mikroorganisme. Unsur-unsur tersebut akan mencerminkan kualitas air buangan dalam sifat fisik, kimiawi maupun biologi. Parameter air limbah yang dianalisa pada penelitian ini adalah parameter umum seperti suhu, warna dan bau serta parameter parameter utama dengan acuan Kepmen LH Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu air Limbah Domestik, PPRI No. 82/2001 tentang pengelolaan air dan pengendalian pencemaran air kelas tiga serta Jawa Barat No. 38/1991 tentang peruntukan air dan baku mutu air pada sumber air di Jawa Barat yakni derajat keasaman (pH),
kebutuhan oksigen
biologis (BOD), minyak dan lemak dan deterjen.
2. 3.1. Suhu Suhu pada air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, aliran serta kedalaman badan air (Effendi, 2003). Metcalf dan Eddy (2002) juga menyatakan karena adanya perbedaan lokasi geografi juga mempengaruhi suhu rata-rata per tahun setiap wilayah. Suhu air limbah dipengaruhi oleh proses yang dialami pada sumbernya serta proses aerobik dan anaerobik yang berlangsung di dalam limbah itu sendiri (Yusuf, 2001). LPM-ITB (1994) dalam Kodoatie dan Sjarief (2005) menyatakan suhu dari buangan air limbah biasanya sedikit lebih tinggi dari suhu air minum.
Pernyataan tersebut
didukung oleh Metcalf dan Eddy (2002) yang menyatakan bahwa temperatur dari air limbah umumnya lebih tinggi dari tempat persediaan air lokal, karena adanya kegiatan rumah tangga dan industri. Fardiaz (1992) menambahkan dari hasil oksidasi bahan organik, sintesis sel dan oksidasi sel dengan bantuan enzim akan menghasilkan energi panas. Oksidasi bahan organik : (CH2O)n + n O2 → n CO2 + n H2O + Panas Sintesis sel : (CH2O) + NH3 + O2 → komponen sel + CO2 + H2O + Panas
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
7
Oksidasi sel : Komponen sel + O2 → CO2 + nH2O + NH3 + Panas Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisik, kimia dan biologi pada suatu perairan. Perubahan tersebut mempengaruhi aktifitas mikrobial, solubilitas gas dan viskositas (LPM-ITB, 1994 dalam Kodoatie dan Sjarief, 2005), Effendi (2003) menambahkan bahwa peningkatan suhu akan meningkatkan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatilisasi. Sebagian besar proses fisik, biologi dan karakter kimia pada air permukaan dipengaruhi oleh temperatur. Peningkatan suhu berkorelasi positif dengan proses kimia yang terjadi pada air, peningkatan suhu juga dapat membahayakan biota air.
Peningkatan suhu menyebabkan penurunan
kelarutan gas dalam air, seperti gas O2, CO2, N2 dan CH4 (Babbit, 1969; Haslam, 1994 dalam Effendi, 2003). Peningkatan suhu juga berpengaruh pada kemampuan air untuk mengikat oksigen terlarut, namun demikian perubahan suhu secara ekstrim yang umumnya berasal dari air buangan dalam proses industri dapat mematikan biota (Cech, 2005). Peningkatan suhu juga menyebabkan terjadinya peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air serta peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba, dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen dalam air. Peningkatan suhu yang disertai peningkatan konsumsi oksigen, menyebabkan keberadaan oksigen tidak mencukupi kebutuhan organisme akuatik untuk melakukan proses metabolisme dan respirasi (Effendi, 2003). Metcalf dan Eddy (2002) menambahkan suhu optimal untuk kegiatan bakteri berada dalam kisaran 25 - 35°C. Pada limbah domestik sendiri, peningkatan suhu mengakibatkan turunnya kadar oksigen, sehingga menyebabkan terjadinya pembusukan, dan menimbulkan bau yang tidak sedap (Yusuf, 2001).
2. 3.2. Warna Warna air dikelompokan menjadi dua, warna sesungguhnya (true color) yang disebabkan oleh bahan kimia terlarut dan warna tampak (apparent color) yang disebabkan tidak hanya oleh bahan terlarut, tetapi
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
8
juga oleh bahan tersuspensi. Warna perairan ditimbulkan oleh adanya bahan organik dan bahan anorganik, karena keberadaan plankton, humus dan ion-ion logam (Effendi, 2003; Fardiaz, 1992; Linsey dan Franzini, 1996; Hariyadi dkk, 1992). Linsey dan Franzini (1996) menambahkan bahwa warna perairan didominasi oleh jenis bahan organik yang terlarut dan koloidal yang terbilas dari tanah atau tanaman yang membusuk. Mahida (1986) menyatakan warna tampak cukup menunjukkan sifat dan kualitas limbah tersebut, tetapi orang awam seringkali menilai air limbah berdasarkan warnanya, walaupun tidak sesuai dengan warna yang dikandungnya. Hasil penelitian LPM-ITB (1994) dalam Kodoatie dan Sjarief (2005); Mahida (1986); Babbit (1969) menyatakan bahwa air limbah domestik segar biasanya berwarna abu-abu, sedangkan pada keadaan septik, telah mengalami dekomposisi, air limbah domestik akan berwarna hitam.
2.3.3. Bau Bau atau aroma dipengaruhi oleh keberadaan senyawa organik maupun anorganik yang berasal dari limbah domestik, limbah industri dan bahan alami seperti dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Bau sangat berpengaruh dalam penentuan perairan sebagai penyedia air minum, tempat rekreasi dan keindahan (Fardiaz, 1992; Hariyadi dkk, 1992). Linsey dan Franzini (1996) menambahkan bau dan rasa disebabkan oleh adanya bahan organik atau bahan kimia yang mudah menguap. Mahida (1986) menyatakan bau dapat menunjukan apakah suatu air limbah masih baru atau telah mengalami pembusukan.
Air limbah domestik segar
biasanya tidak memiliki bau tetapi bila memiliki bau, maka akan bau sabun atau bau lemak, sedangkan dalam kondisi septik, air limbah domestik akan berbau sulfur dan kurang sedap (Babbit, 1969; Mahida, 1986; LPM-ITB, 1994 dalam Kodoatie dan Sjarief, 2005).
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
9
2. 3.4. Padatan Tersuspensi Total Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid atau TSS) adalah bahan tersuspensi dengan diameter >1 µm yang tertahan pada saringan milliophore dengan diameter pori 0.45 µm yang masih tetap tinggal sebagai sisa selama penguapan dan pemanasan pada suhu 103-105ºC. (Saeni, 1989).
Padatan tersuspensi merupakan pencemar umum yang
terdapat pada seluruh perairan alam, bahkan di perairan alami yang masih bersih dan belum tercemar juga dijumpai padatan tersuspensi dalam bentuk liat, debu dan pasir yang disebabkan oleh kikisan tanah yang terbawa badan air (Hammer, 1975; Saeni 1989).
Mahida (1986)
menambahkan pada daerah pemukiman, kekeruhan perairan pada umumnya disebabkan oleh buangan penduduk seperti dari sisa makanan dan buah, sisa kertas dan sisa kain bekas yang akan menjadi bahan tersuspensi. Saeni (1989); Sawyer dkk (1994) menyatakan padatan tersuspensi berkorelasi positif terhadap kekeruhan, semakin tinggi padatan tersuspensi, semakin tinggi pula nilai kekeruhan.
Lebih lanjut Saeni (1989)
menambahkan bahan tersuspensi yang bervariasi dari ukuran koloid sampai dispersi kasar, tergantung dari derajat turbulensinya akan mengakibatkan kekeruhan yang berbeda. Padatan tersuspensi total dapat menyebabkan terganggunya proses osmoregulasi seperti sistem pernafasan dan daya lihat organisme serta menghambat penetrasi cahaya dalam air sehingga mengurangi regenerasi oksigen secara fotosintesis (Fardiaz, 1992).
Sawyer dkk (1994) menambahkan adanya padatan tersuspensi
yang mengakibatkan kekeruhan tersebut dapat menjadi media hidup bagi bakteri patogen, sehingga bakteri patogen tersebut aman dari disinfektan.
2. 3. 5. Penggunaan dan Debit Air Rumah Tangga Penggunaan air rumah tangga adalah air yang dipergunakan di tempattempat hunian pribadi, apartemen untuk keperluan minum, mandi, saniter, penyiraman tanaman dan tujuan lain. Penggunaan air rumah tangga di Amerika Serikat bervariasi antara 150- 1900 liter/orang/hari (Linsley dan
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
10
Franzini, 1996). Sedangkan menurut data Perusahaan Daerah Air Minum Kota Bogor kuantitas penggunaan air untuk kegiatan sehari hari berupa minum, mandi, bilas, cuci pakaian, memasak dan lain-lain sebesar 86-122 liter/orang/hari (Tabel 1).
Dari kedua informasi, secara umum dapat
dikatakan konsumsi air untuk kegiatan rumah tangga berbeda pada tiap tempat dan negara. Tabel 1. Kuantitas penggunaan air per-orang/hari
No
Jenis pemakaian
Pemakaian per kegiatan (liter/orang/hari) minimal 1 35 3 37 6 4 86
1 2 3 4 5 6
Minum Mandi Bilas Cuci Memasak Lain-lain Total Sumber : PDAM Kota Bogor, 2007
maksimal 7 41 9 43 12 10 122
2. 3. 6. Derajat Keasaman (pH) Power
of
hydrogen
(pH)
merupakan
unit
pengukuran
yang
menggambarkan derajat asiditas, alkalinitas suatu larutan, terutama sebagai indikator kualitas air. Nilai pH suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam air (Cech, 2005; Saeni, 1989). Skala pH mengacu kepada kekuatan atau konsentrasi dari ion atau atom hidrogen dalam air. Adanya ion hidrogen dan ion hidroksil diakibatkan selalu ada proses pemisahan molekul dalam air (Mahida, 1986). Lebih lanjut Fardiaz (1992) menyatakan pemecahan komponen molekul organik seperti karbon, nitrogen, sulfur dan phospat yang berasal dari karbohidrat, lemak atau protein
dalam
proses
aerobik
dan
anaerobik
akan
karbondioksida yang sifatnya asam. Oksidasi bahan organik : (CH2O)n + n O2 → n CO2 + n H2O + Panas
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
menghasilkan
11
Nilai pH berkisar antara 0 yang berarti sangat asam, dengan konsentrasi ion hidrogen positif (H+) tinggi, hingga 14 yang artinya sangat basa, dengan konsentrasi ion hidroksil negatif
(OH-) tinggi.
Klasifikasi pH terbagi
menjadi tiga bagian, netral dengan pH=7, asam dengan pH kurang dari 7 hingga 0 dan basa atau alkalis dengan pH lebih dari 7 hingga 14 (Cech, 2005; Effendi, 2003). Nilai pH dalam kondisi sangat ekstrim dapat mencapai nilai negatif dan lebih dari 14 (Cech, 2005). Nilai pH yang baik memungkinkan organisme untuk hidup dan tumbuh, serta kehidupan biologis yang berjalan baik. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai pH antara 7-8,5 (Effendi, 2003). Sama dengan skala richter pada gempa bumi, nilai pH menggunakan skala logaritmik. Setiap angka merepresentasikan kisaran sepuluh dari asiditas atau alkalinitas. Air dengan pH 4 berarti 10 kali lebih asam dari pH 5 (Cech, 2005; Mahida, 1986). Nilai pH air dapat mempengaruhi jenis dan susunan zat dalam lingkungan perairan, mempengaruhi jenis dan toksisitas dari unsur-unsur renik seperti logam (Saeni, 1989). Senada dengan hal tersebut Novotny dan Olem (1994) dalam Effendi (2003) menyatakan bahwa toksisitas logam mengalami peningkatan pada pH rendah. Proses biokimiawi perairan juga dipengaruhi oleh perubahan pH, misalnya proses nitrifikasi akan berhenti pada pH asam (Novotny dan Olem, 1994 dalam Effendi, 2003).
Pada
umumnya bakteri tumbuh pada pH netral sedangkan jamur lebih menyukai pH rendah (asam). Hal ini menunjukan bahwa proses dekomposisi bahan organik berlangsung lebih cepat pada kondisi pH netral (Effendi, 2003).
2.3.7. Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (Biochemical Oxygen Demand atau BOD) BOD merupakan ukuran tentang jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk menstabilkan air limbah secara biologi (Sawyer dan McCarty, 1978 dalam Linsey dan Franzini, 1996; Saeni, 1989).
Secara tidak langsung, BOD
merupakan gambaran kadar bahan organik, yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air (Davis dan Cornwell, 1991 dalam Effendi, 2003;
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
12
McKinneya, 2004; Mukhtasor, 2007). Effendi (2003) menambahkan BOD hanya menggambarkan bahan organik yang dapat terdekomposisi secara biologis (biodegradable). Bahan organik ini berupa lemak, protein, kanji (starch), glukosa, aldehida, ester dan sebagainya. Saeni (1989) menyatakan bahwa proses oksidasi biokimiawi merupakan proses lambat dan secara teoritis memerlukan waktu yang tidak terbatas untuk mencapai reaksi sempurna. Oksidasi mencapai 90-99% dalam periode 20 hari. Umumnya analisis BOD dilakukan dalam periode 5 hari pada suhu 20ºC, karena pada periode 5 hari sudah mencapai kesempurnaan oksidasi, yakni mencapai 60-70%. Suhu 20ºC yang digunakan merupakan nilai ratarata temperatur pada iklim sedang dan mudah ditiru dalam inkubator. Hasil akan berbeda pada suhu yang berbeda, karena kecepatan reaksi biokimia tergantung dari suhu. BOD dari air limbah domestik hasil kegiatan rumah tangga menurut Mukhtasor (2007) menyumbang 50-75% BOD yang terdapat di sungai sebagai badan air penerima, sisanya (25-50%) berasal dari limbah industri. Sehingga dapat dikatakan bahwa bahan organik hasil kegiatan rumah tangga yang dibuang langsung ke badan air penerima juga besar.
2. 3. 8. Minyak dan Lemak Minyak dan lemak menurut Sugiharto (1987) merupakan komponen utama bahan makanan yang banyak didapatkan dalam air limbah. Lemak dan minyak dapat membentuk ester dan alkohol atau gliserol dengan asam gemuk. Gliserid dari asam gemuk ini berupa cairan yang disebut minyak, sedangkan dalam bentuk kental atau padat dikenal sebagai lemak. Lemak dalam air limbah berasal dari roti, margarin serta buah-buahan. Lemak juga berasal dari daging buah dekat biji-bijian, bijih-bijihan, kacang-kacangan serta buah-buahan. Lemak tergolong pada benda organik yang stabil dan sulit diuraikan oleh bakteri. Lemak dapat dihancurkan oleh bahan-bahan asam, sehingga menghasilkan gliserin dan asam gemuk. Pada keadaan basa, lemak terpisah dari gliserin dan terbentuk garam basa.
Garam basa ini
dikenal sebagai sabun, seperti halnya lemak, sabun merupakan zat yang
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
13
stabil. Minyak merupakan lemak dalam bentuk cair. Minyak tanah, minyak pelumas dan minyak goreng merupakan turunan dari minyak residu dan batubara yang mengandung karbon dan hidrogen. Mulyasih (2008, komuni kasi pribadi*) menyatakan minyak dan lemak yang berasal dari kegiatan manusia yang telah dijelaskan Fardiaz (1992) mengandung minyak mineral dan hidrokarbon seperti minyak tanah, minyak nabati yang berasal dari makanan gorengan, asam lemak yang bersumber dari daging ternak dan ikan serta sabun. Fardiaz (1992) menjelaskan minyak mengandung senyawa volatil yang segera dapat menguap, setelah beberapa hari 25% dari volume minyak akan hilang karena menguap, sisa minyak yang tidak menguap tersebut akan mengalami emulsifikasi yang mengakibatkan air dan minyak bercampur. Komponen penyusun minyak bersifat racun tergantung struktur dan berat molekulnya. Komponen minyak terdiri dari komponen hidrokarbon jenuh dan komponen hidrokarbon aromatik. Komponen hidrokarbon jenuh yang memiliki titik didih rendah pada hewan tingkat tinggi dapat menyebabkan anastesi dan narkosis, sedangkan pada hewan tingkat rendah dapat mengakibatkan kematian. Komponen hidrokarbon aromatik lebih larut di air dibandingkan dengan hidrokarbon jenuh, sehingga lebih beracun, karena komponen aromatik tersebut dapat membunuh langsung kehidupan sekitarnya malalui kontak langsung dengan minyak. Sawyer dkk (1994) menyatakan minyak dan lemak sebagian besar akan mengapung dalam air, hal ini terjadi karena perbedaan berat jenis, sebagian kecil mengendap pada lumpur. Minyak dan lemak dapat mempengaruhi kehidupan yang ada di permukaan air dan membentuk lapisan tipis di permukaan yang menghalangi difusi oksigen dari udara ke air. Menurut Sugiharto (1987), kadar minyak dan lemak 15-20 mg/l merupakan batas maksimum yang diizinkan pada limbah organik, sedangkan menurut Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 38 tahun 1991 dan Keputusan Menteri Negara No. 112 tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, batas yang diperbolehkan adalah 10 mg/l. *) Ir. Sri Mulyasih, MT, staf peneliti Laboratorium Pengujian Divisi Teknologi dan Manajemen Lingkungan, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
14
2. 3. 9. Deterjen Deterjen merupakan pembersih sintetis yang terbuat dari senyawa petrokimia atau surfaktan sintetik lainnya.
Dibanding dengan produk
terdahulu yaitu sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air (Fardiaz, 1992). Fardiaz (1992); Laws (1993); Sawyer dkk (1994); Manahan (1994) menyatakan komponen deterjen terdisi dari tiga bagian yakni, surfaktan yang merupakan bahan pembersih utama, bahan pembentuk serta bahan lain-lain. Kandungan surfaktan dalam deterjen 20-30%, sedangkan 70-80% sisanya merupakan bahan pembentuk. Surfaktan dalam deterjen berfungsi sebagai bahan pembasah yang membuat turunnya tegangan permukaan air sehingga air lebih mudah meresap ke dalam kain yang dicuci. Molekul surfaktan bersifat bipolar, dimana salah satu ujung molekul bersifat nonpolar dan larut dalam kotoran, ujung lainnya bersifat polar sehingga larut dalam air. Sawyer dkk (1994) menambahkan surfaktan memiliki tiga tipe utama yakni anionik, nonionik dan kationik. Surfaktan anionik merupakan jenis surfaktan yang memiliki unsur utama ion natrium (Na+) dan alkil sulfat. Manahan (1994) menambahkan surfaktan dengan alkil sulfat ini seperti ABS (alkylbenzene sulfonate) dan LAS (linear alkylate sulfonates). Surfaktan nonionik seperti, nonyl phenol polyethoxyle, memiliki sifat yang sama seperti surfaktan anionik, daya pembersihannya lebih baik.
Surfaktan
kationik merupakan surfaktan dengan bahan pembentuk utama garam ammonium hidroksida, surfaktan jenis ini memiliki keunggulan sebagai disinfektan saat tidak ada air panas untuk menghilangkan bakteri patogen berbahaya. Tetapi karena dibutuhkan biaya produksi yang lebih besar untuk pembuatan surfaktan nonionik dan kationik, sehingga produsen deterjen lebih banyak memproduksi surfaktan anionik. Fardiaz (1992) dan Manahan (1994) menjelaskan bahan pembentuk atau builder deterjen memiliki peranan penting dalam proses pembersihan kotoran. Bahan pembentuk berfungsi mengikat ion magnesium dalam jumlah besar sehingga sifat air menjadi alkali (basa).
Sifat alkali membuat proses
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
15
pembersihan menjadi efektif, sehingga builder dibutuhkan dalam jumlah besar. Bahan pembentuk deterjen ini terbentuk dari unsur dasar phospat, yakni natrium tripolyphospate. Bahan terakhir pembentuk deterjen adalah bahan tambahan seperti bahan pencerah, parfum dan antiredeposisi.
Bahan pencerah berfungsi sebagai
pewarna untuk mengabsorpsi sinar ultraviolet yang tidak tampak dan mengemisi sinar putih atau biru sehingga warna kain akan lebih cerah; parfum berfungsi membuat kain lebih wangi; antiredoposisi berfungsi mempertahankan kotoran yang telah lepas dari kain atau bahan lain yang dicuci tidak menempel kembali (Fardiaz, 1992). Fardiaz (1992) juga menyatakan pencemaran deterjen seringkali diasosiasikan akibat surfaktan dan bahan pembentuk yang terkandung dalam deterjen. Penanganan polusi akibat surfaktan telah banyak dilakukan, salah satu caranya mengganti bentuk ABS menjadi LAS serta mengganti surfaktan anionik menjadi surfaktan nonionik dan kationik.
Heath (1987) dan
Manahan (1994) menambahkan penggunaan surfaktan anionik awalnya berbentuk ABS yang memiliki dampak buruk banyaknya busa sehingga mengganggu biota perairan. Pada tahun 1965, bentuk ABS diganti dengan LAS yang lebih mudah terdegradasi.
Pada ikan LAS empat kali lebih
beracun dibandingkan ABS, tetapi daya racunnya akan semakin berkurang dengan adanya biodegradasi.
Penggantian surfaktan anionik menjadi
surfaktan nonionik dan kationin menurut Laws (1993) telah dilakukan di Amerika Serikat, tetapi karena biaya produksinya lebih mahal, maka pengguna deterjen dengan surfaktan ini hanya golongan tertentu saja. Sawyer dkk (1994) menjelaskan bahan pembentuk (builder) mencemari perairan akibat adanya phosphate dalam builder. Sehingga dengan semakin melimpahnya penggunaan deterjen, diperkirakan akan meningkatkan fosfat yang masuk ke perairan, sehingga dapat menyebabkan eutrofikasi. Lebih lanjut Grundy (1971) dalam Laws (1993) menyatakan 30-40% fosfat yang masuk ke perairan berasal dari deterjen. Manahan (1994) menambahkan, karena sifat builder yang mengikat ion magnesium, membuat sifat air
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
16
menjadi basa. Semakin banyak ion magnesium dalam air, akan membuat air menjadi semakin basa.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
III.
METODA PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Perumahan Nasional (Perumnas) Bantar Kemang, RW 5/RT 1-2 dan RW 6/ RT 3-6, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar 3). Lokasi pengambilan contoh air ditentukan berdasarkan tempat
saluran
pembuangan air satu rumah, tempat saluran pembuangan air gabungan, saluran akhir pembuangan air limbah perumahan (outlet) dan di sungai. Pengambilan contoh air dilakukan pada titik yang mewakili lokasi tersebut, yakni pada saluran pembuangan air satu rumah sebanyak dua titik, pada saluran air gabungan sebanyak empat titik, saluran akhir pembuangan sebanyak satu titik, pada sungai sebanyak satu titik. Contoh air sungai diambil pada jarak ± 50 meter sebelum outfall saluran akhir. Dengan demikian maka penelitian dilakukan pada delapan titik pengambilan sampel (stasiun). Peta lokasi penelitian dilihat pada Gambar 3, sketsa dan lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Pengambilan contoh air dilakukan pada musim kemarau bulan November 2007 dan Mei 2008 sebanyak tiga kali pada hari yang berbeda.
Contoh air
pertama diambil mewakili penggunaan air maksimum yang dilakukan pada 7 Novermber 2007 antara pukul 06.00-10.00, pengambilan contoh air kedua mewakili penggunaan air minimum dilaksanakan pada 21 November 2007 antara puluk 11.00-14.00, pengambilan contoh air ketiga dilaksanakan antara pukul 15.00-18.00 pada 21 Mei 2008.
Perhitungan debit saluran air dan sungai
dilakukan tiga kali pada hari yang berbeda antara pukul 06.00-19.00. Pembahasan ditulis berdasarkan parameter utama dengan acuan Kepmen LH Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, PPRI No. 82/2001 tentang pengelolaan air dan pengendalian pencemaran air kelas tiga. Parameter kualitas air diuraikan dan dibahas sesuai urutan tingkat peranan yakni pH, TSS, BOD, minyak dan lemak, deterjen, suhu, bau serta warna. Selanjutnya dibahas debit saluran, beban pencemaran dari Perumnas Bantar Kemang, pendugaan kontribusi beban pencemaran terhadap sungai Ciliwung badan air penerima limbah dengan pendekatan mass balance concept serta penentuan status mutu air menggunakan pendekatan indeks pencemaran.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
18
U
18
Gambar 3. Peta lokasi penelitian (Perumnas Bantar Kemang) (Software Map of Jakarta, 2004)
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Skala 1: 16000
Keterangan : ------- Lokasi Penelitian Tempat pengambilan sampel
19
3.2. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam pengambilan dan pengukuran contoh merupakan alat dan bahan pendukung dalam pengambilan, penanganan dan analisis sampel. Alat yang digunakan terdiri dari botol sampel volume 1500 ml, dan 300 ml; pH meter merk Hanna Instrument tipe pHel 1; GPS merk Garmin GPSmap 60CSx; Spektrofotometer; Termometer Air Raksa; Turbidimeter merk Hach tipe 2100P; Coolbox; kertas label; spidol permanen; oven; kertas saring milliphore ukuran diameter pori 0.45 µm. Bahan yang digunakan terdiri dari pengawet sampel (H2SO4); bahan analisis BOD; bahan analisis deterjen dengan metoda menurut APHA (1998) Surfactant as MBAS Standard Methods 5540; bahan analisis minyak dan lemak menurut APHA (1998) Partition-Gravimetric Method Standard Methods 5520.
3.3. Prosedur Kerja Pengukuran parameter fisik dan kimiawi dilakukan dengan dua cara, yakni cara langsung dan analisa laboratorium. Pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan (insitu) dilakukan terhadap parameter suhu, warna, bau, debit, dan pH. Analisa laboratorium untuk parameter padatan tersuspensi total (TSS) dan kebutuhan oksigen biokimiawi (BOD) dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, sedangkan analisa parameter minyak lemak dan deterjen dilakukan di Laboratorium Pengujian Divisi Teknologi dan Manajemen Lingkungan, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Parameter fisik dan kimia, alat dan metoda disajikan pada Tabel 3. Pengambilan contoh air limbah dilakukan dengan menggunakan botol ukuran 1500 ml untuk parameter TSS dan kekeruhan tanpa pengawet; botol ukuran 1500 ml untuk parameter deterjen dan minyak dan lemak dengan pengawet H2SO4; botol ukuran 300 ml untuk parameter BOD tanpa pengawet.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
20
Tabel 2. Parameter, alat atau metoda yang digunakan untuk analisa kualitas air limbah domestik keluaran (effluent) dari Perumnas Bantar Kemang dan untuk analisa kualitas air Sungai Ciliwung (ambient) yang terkena dampak dari effluent air limbah domestik Perumnas Bantar Kemang Parameter Satuan Metoda/Alat Baku Mutu effluent** Baku Mutu ambient* Fisik Suhu1 ºC Termometer Air Raksa Suhu air normal ±3ºC 1 Bau Organoleptic Tidak Berbau 1 Warna Visual Tidak Berwarna 2 TSS mg/l Gravimetrik 100 400 Kimia pH1 pH meter terstandarisasi 6-9 6-9 2 BOD mg/l Inkubasi 5 hari/DO meter terstandarisasi 100 6 2 Minyak dan lemak mg/l Partition-Gravimetric Method 10 1 2 Deterjen mg/l Surfactant as MBAS 0,2 Sumber : APHA (1998) Keterangan
1
analisa insitu; 2 analisa laboratorium * Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) No. 82/2001 tentang pengelolaan air dan pengendalian pencemaran air kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut ** Berdasarkan KepMen LH No.112/2003 tentang baku mutu air limbah domestik Parameter tidak dipersyaratkan.
20
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
21
3.4. Analisis Data Analisa kualitas air limbah dilakukan dengan metoda membandingkan dengan nilai baku mutu secara deskriptif. Pendekatan metoda ini bertujuan mengetahui tingkat pencemaran limbah dengan membandingkan parameter yang terukur dengan parameter baku mutu air sesuai Keputusan Menteri Negara No. 112 tahun 2003 tentang baku mutu air limbah domestik, Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran perairan serta serta Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 38 tahun 1991 tentang peruntukan air dan baku mutu air pada sumber air di Jawa Barat, pendekatan ini dilakukan dengan tahapan a.
Menghitung rata-rata masing-masing parameter, pada tiap lokasi pengambilan sampel untuk tiap waktu pengamatan Q=
∑ Xi N
Keterangan : Q Xi N b.
(Walpole, 1982) = rata-rata pengamatan = data pengamatan ke-i = jumlah data pengamatan
Menyajikan tiap parameter dan/atau tiap lokasi pengamatan dalam bentuk tabel dan/atau grafik, dengan menghubungkan nilai parameter ke-i dari titik lokasi pengamatan sehingga akan terlihat kualitas air limbahnya bila dibandingkan dengan baku mutu air sesuai Keputusan Menteri Negara No. 112 tahun 2003 tentang baku mutu air limbah domestik, Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran perairan serta Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 38 tahun 1991 tentang peruntukan air dan baku mutu air pada sumber air di Jawa Barat.
c.
Menghitung beban pencemaran, berdasarkan Keputusan Menteri Negara Kependudukan Dan Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 1991 tentang perhitungan debit
limbah cair maksimum dan beban
pencemaran maksimum
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
22
BPA = (CA) j x DA
d.
Keterangan : BPA = beban pencemaran sebenarnya (CA) j = kadar sebenarnya unsur j (mg/l) DA = hasil pengukuran debit limbah cair, dinyatakan dalam m3/hari Menghitung kontribusi beban pencemaran limbah domestik yang berasal dari Perumnas Bantar Kemang pada badan air penerima, menggunakan konsep keseimbangan massa (mass balance concept) menurut Tebbut (1990) Q3C3 = Q1C1+ Q2C2 Dengan Q3 = Q1+Q2 Keterangan : Q1 Q2 Q3 C1
C2 C3
e.
= Debit sungai sebelum menerima air limbah Perumnas Bantar Kemang = Debit air limbah Perumnas BantarKemang = Debit sungai setelah menerima air limbah Perumnas Bantar Kemang = Konsentrasi bahan pencemar sebelum menerima air limbah Perumnas Bantar Kemang = Konsentrasi bahan pencemar Perumnas Bantar Kemang = Konsentrasi bahan pencemar setelah menerima air limbah Perumnas Bantar Kemang
Menentukan status mutu air berdasarkan Indeks Pencemaran. Indeks Pencemaran (PI) menurut Nemerow (1991) merupakan indeks yang digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap parameter kualitas air yang diijinkan.
Penentuan nilai PI dapat
ditentukan dengan cara, i. Memilih parameter yang akan digunakan, dengan syarat parameter yang akan digunakan tidak memiliki rentang nilai.
Parameter tersebut dapat mengindikasikan kondisi
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
23
yang baik jika nilainya rendah.
Dengan demikian
parameter yang diukur adalah TSS, BOD, deterjen serta minyak dan lemak. Bila memiliki rentang, seperti pH, maka dilakukan perhitungan 1. untuk Ci < Lij rata-rata (Ci/Lij) baru =
[Ci - (Lij) rata -rata ] {(Lij) minimum - (Lij) rata -rata }
2. untuk Ci > Lij rata-rata (Ci/Lij) baru =
[Ci - (Lij) rata -rata ] {(Lij) maksimum - (Lij) rata -rata }
ii. Hitung nilai konsentrasi parameter kualitas air hasil analisis (Ci) dibagi konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan (Lij) dalam baku mutu air dalam Keputusan Menteri Negara No. 112 tahun 2003 tentang baku mutu air limbah domestik untuk parameter pH, TSS minyak lemak dan BOD serta Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang
pengelolaan
kualitas
air
dan
pengendalian
pencemaran perairan untuk parameter deterjen. iii. Jika dua nilai (Ci/Lij) berdekatan dengan nilai acuan 1.0; seperti C1/L1j = 0.95, C1/L1j = 1.06 atau perbedaan sangat besar; seperti C3/L3j
= 7.0, C4/L4j
= 10.6, hal ini
menyebabkan kerusakan badan air sulit ditentukan. Untuk mengatasi hal tersebut : 1. Jika nilai lebih kecil dari 1.0, nilai yang digunakan adalah nilai (Ci/Lij)hasil pengukuran 2. Jika nilai lebih besar dari 1.0, nilai yang digunakan adalah nilai (Ci/Lij)baru (Ci/Lij)baru = 1.0 + P Log (Ci/Lij)hasil pengukuran P
merupakan konstanta dan nilainya ditentukan
bebas serta disesuaikan dengan hasil pengamatan
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
24
lingkungan dan/atau persyaratan yang dikehendaki untuk peruntukan, umumnya nilai P yang digunakan adalah 5 iv. Tentukan nilai rata-rata (Ci/Lij)R dan nilai maksimum (Ci/Lij)M dari keseluruhan nilai (Ci/Lij) v. Tentukan nilai Indeks Pencemaran PI j = Keterangan : PIj Ci Lij
(Ci/Lij)M (Ci/Lij)R
(C i /L ij ) 2M + (C i /L ij ) 2R 2
= Indeks Pencemaran untuk peruntukan (j) = Konsentrasi parameter kualitas air (i) hasil analisis = Konsentrasi parameter kualitas air (i) yang dicantumkan dalam baku mutu dalam Keputusan Menteri Negara No. 112 tahun 2003 tentang baku mutu air limbah domestik untuk parameter pH, TSS minyak lemak dan BOD serta Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran perairan untuk parameter deterjen. = Nilai maksimum dari(Ci/Lij)baru = Nilai rata-rata dari(Ci/Lij)baru
vi. Setelah didapatkan nilai PI, tentukan status mutu air dengan ketentuan sebagai berikut: Tabel 3. Penentuan status mutu air dari Indeks Pencemaran Skor PIj
Status mutu air
0 ≤ PIj ≤ 1.0
Memenuhi kondisi baik
1.0 < PIj ≤ 5.0
Tercemar ringan
5.0 < PIj ≤ 10
Tercemar sedang
PIj > 10
Tercemar berat
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
baku
mutu,
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum Perumnas Bantar Kemang Perumahan Nasional (Perumnas) Bantar Kemang berlokasi di Kelurahan Baranang Siang, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor.
Perumnas Bantar
Kemang dibangun pada tahun 1982 oleh Perum Perumnas. Perumnas Bantar Kemang terdiri dari dua RW yakni RW 05 dan RW 06, dengan luas 17.6 Ha. Perumnas Bantar Kemang hingga bulan Mei 2008 memiliki 1168 rumah sehat sederhana dengan jumlah penduduk mencapai 5566 orang. Saluran drainase Perumnas Bantar Kemang yang diperuntukkan untuk air hujan menyatu dengan saluran pembuangan dari hasil kegiatan mandi dan cuci.
Sedangkan hasil
kegiatan kakus langsung masuk ke septic tank. Limbah hasil kegiatan rumah tangga dari kegiatan mandi dan cuci yang sudah masuk ke saluran drainase langsung masuk ke badan air penerima yakni Sungai Ciliwung tanpa ada pengolahan terlebih dahulu.
4.2. Kualitas Air Limbah Domestik 4.2.1. Derajat Keasaman (pH) Dari hasil pengamatan pH didapatkan hasil pH yang tergolong agak asam pada seluruh stasiun yang berada di Perumnas Bantar Kemang, kecuali pada stasiun 7 di depan satu rumah saat sampling ketiga dan pada stasiun sungai sampling pertama dan ketiga. Untuk lebih jelasnya derajat keasaman pada setiap titik pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 4. Kondisi pH yang relatif lebih asam diduga karena adanya penguraian bahan organik, dalam hal ini penguraian bahan organik akan menghasilkan karbon dioksida yang jika bereaksi dengan air dan di dalamnya tidak ada mineral akan menyebabkan kondisi
menjadi asam atau dengan kata
lain akan
mengakibatkan pH lebih rendah. Hal ini sejalan dengan pernyataan Fardiaz (1992) yang menyatakan pemecahan komponen molekul organik yang mengandung karbon, nitrogen, sulfur dan phospat yang berasal dari karbohidrat, lemak atau protein dalam proses aerobik dan anaerobik akan menghasilkan karbon dioksida yang sifatnya asam.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
26
Gambar 4. Nilai pH setiap titik pengambilan sampel
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini didapatkan bahwa nilai pH di setiap titik pengambilan sampel bersifat asam tetapi mendekati netral (pH 7). Hal ini disebabkan tingginya penggunaan sabun dan deterjen yang mengakibatkan suasana menjadi basa. Deterjen dan sabun memiliki unsur utama dengan sifat basa, deterjen memiliki natrium (Na+) pada bahan surfaktan dan bahan pembentuk (builder) memiliki fungsi mengikat ion magnesium dalam jumlah besar sehingga sifat air menjadi alkali (basa) (Fardiaz, 1992). Berdasarkan nilai pH, air limbah domestik Perumnas Bantar Kemang yang dibuang ke badan perairan, yakni Sungai Ciliwung cukup baik dan masih berada dalam baku mutu yang diperbolehkan Kepmen LH Nomor 112 Tahun 2003 yakni pH dengan kisaran 6-9.
4.2.2. Padatan Tersuspensi Total Dari penelitian ini terlihat bahwa pada dasarnya jumlah total padatan tersuspensi yang ada di lokasi penelitian, hanya beberapa titik yang melebihi baku mutu limbah domestik. Pada penelitian ini nilai TSS yang baru keluar dari satu rumah (stasiun 1, 4 dan 7) pada umumnya masih cukup tinggi, bahkan berada di luar batas ambang yang diperbolehkan Kepmen LH Nomor
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
27
112 Tahun 2003 yakni 100 mg/l. Untuk lebih jelasnya konsentrasi TSS pada setiap titik pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Padatan tersuspensi total setiap titik pengambilan sampel
Padatan tersuspensi yang ada pada limbah domestik ini diduga berasal dari hasil penguraian bahan organik yang pada umumnya berasal dari sisa makanan, mikroorganisme, ion-ion, partikel-partikel tanah (lumpur) dan dari bahan kimia lainnya yang digunakan di dalam rumah tangga, berupa bahan kimia anorganik seperti ion-ion dan bahan lain yang tidak tersaring pada kertas saring berdiameter 0,45 μm (Saeni, 1989; Mahida, 1986). Walaupun nilai TSS cukup rendah, namun tetap perlu diwaspadai, mengingat TSS yang mengendap ke dasar drainase mengakibatkan terjadinya pendangkalan pada drainase dan ada kemungkinan bakteri patogen yang menjadikan padatan tersuspensi sebagai media hidupnya sehingga sulit dihilangkan walaupun dengan menggunakan disinfektan (Sawyer dkk, 1994).
4.2.3. Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (Biochemical Oxygen Demand atau BOD) Dari hasil analisis BOD pada penelitian ini terlihat bahwa nilai BOD di hampir semua titik penelitian adalah sangat tinggi (Gambar 6) dan berada
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
28
dalam kondisi yang telah melebihi ambang batas yang ditentukan oleh Kepmen LH Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik yakni 100 mg/l.
Gambar 6. Nilai BOD setiap titik pengambilan sampel
Nilai BOD dapat menjadi acuan sebagai gambaran kadar bahan organik yang dapat terdekomposisi (Davis dan Cornwell, 1991 dalam Effendi, 2003; McKinneya, 2004; Mukhtasor, 2007).
Berdasarkan nilai BOD pada air
limbah domestik Perumnas Bantar Kemang yang tinggi tersebut, dapat dikatakan bahwa secara tidak langsung, Perumnas Bantar Kemang menghasilkan bahan organik yang tinggi pula, sehingga akan menyumbang bahan organik yang cukup tinggi ke dalam ekosisitem air penerimanya. Di sisi lain, kondisi stasiun 8 (sungai) juga memiliki nilai BOD yang melebihi ambang batas yang diizinkan oleh Kepgub Jawa Barat No. 38/1991 tentang peruntukan air dan baku mutu air pada sumber air di Jawa Barat Kelas III. Sehingga diduga kondisi Sungai Ciliwung akan diperburuk oleh adanya bahan organik yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga di Perumnas Bantar Kemang.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
29
4.2.4. Minyak dan Lemak Pada penelitian ini terlihat bahwa kandungan minyak dan lemak sampling pertama pada hampir seluruh titik pengambilan sampel lebih tinggi dan berada di luar ambang batas yang ditetapkan Kepmen LH Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik yakni 10 mg/l.
Hasil
pengamatan terhadap kandungan minyak dan lemak di setiap titik sampling pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Konsentrasi minyak dan lemak tiap titik pengambilan sampel
Hal ini disebabkan kegiatan memasak di Perumnas Bantar Kemang umumnya dilakukan pada pagi hari.
Konsumsi minyak dan lemak oleh
masyarakat Perumnas Bantar Kemang dapat dikatakan masih tinggi. Minyak dan lemak pada air limbah diduga berasal dari penggunaan minyak goreng, minyak ikan, daging dan biji-bijian (Sugiharto, 1987).
Sugiharto (1987)
menjelaskan lebih lanjut adanya minyak dan lemak perlu diwaspadai, mengingat minyak dan lemak akan melapisi/menutup
permukaan air,
sehingga aktivitas biologis yang terjadi pada perairan akan terganggu. Selain itu minyak dan lemak ini di dalam perairan juga akan menurunkan estetika perairan, serta
akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam
perairan.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
30
4.2.5. Deterjen Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa seluruh stasiun memiliki konsentrasi deterjen yang tinggi, tetapi konsentrasi deterjen dalam perairan juga tidak diatur pada Kepmen LH Nomor 112 Tahun 2003 tentang limbah domestik. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) No. 82/2001 tentang pengelolaan air dan pengendalian pencemaran air kelas tiga, deterjen memiliki ambang batas 0.2 mg/l (Gambar 8).
Gambar 8. Konsentrasi deterjen tiap titik pengambilan sampel
Konsentrasi deterjen yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga Perumnas Bantar Kemang dapat dikatakan sangat tinggi.
Konsentrasi
deterjen ini perlu diperhatikan, karena bahan dasar deterjen berupa fosfat, dapat menyuburkan perairan hingga mengakibatkan tingginya kandungan fosfat terutama pada badan perairan penerima, mengingat fosfat salah satu pemicu dalam eutrofikasi (Sawyer dkk, 1994; Fardiaz, 1992). Heath (1987) dan Manahan (1994) menambahkan kandungan surfaktan dalam deterjen saat ini berbentuk LAS (linear alkyl sulfonate) lebih mudah terdegdradasi, tetapi dalam bentuk sebelum terdegradasi, surfaktan LAS empat kali lebih beracun pada ikan dibandingkan surfaktan bentuk lama (ABS, alkyl benzen sulfonate).
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
31
4.2.6. Suhu Dari hasil pengamatan kisaran suhu antara 26.04 – 29.31°C (Gambar 9). Suhu terendah terdapat pada stasiun 8 saat sampling pertama dan suhu tertinggi terdapat pada stasiun 6 waktu sampling kedua.
Gambar 9. Rata-rata suhu tiap stasiun pengamatan
Fluktuasi suhu yang terjadi pada setiap stasiun diduga karena pengaruh dari intensitas penyinaran dari matahari dan masuknya bahan lain dari kegiatan rumah tangga yang masuk ke dalam perairan. Dalam hal ini pada pagi hari suhu relatif rendah sesuai dengan intensitas sinar matahari yang rendah. Pada siang hari terjadi peningkatan suhu, karena intensitas sinar matahari pada siang hari yang tinggi dan pada sore hari menurun seiring dengan menurunnya intensitas sinar matahari. Semakin jauh dari perumahan menuju outlet (stasiun 6) terdapat indikasi terjadi peningkatan suhu.
Hal ini disebabkan semakin jauh dari rumah,
semakin banyak terkumpul bahan organik, sehingga penguraian bahan organik semakin tinggi, sehingga akan dihasilkan panas yang lebih tinggi. Selain hal tersebut tingginya suhu di outlet juga dipengaruhi oleh lebih terbukanya daerah outlet sehingga menerima penetrasi sinar matahari yang lebih tinggi.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
32
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa perubahan suhu pada setiap stasiun masih dalam kisaran yang dapat ditolerir dan masih memenuhi persyaratan baku mutu peruntukannya sesuai Kepgub Jawa Barat No. 38/1991 tentang peruntukan air dan baku mutu air pada sumber air di Jawa Barat.
4.2.7. Warna Dari hasil pengamatan warna secara visual di seluruh stasiun menunjukkan air berwarna abu-abu hingga hitam, kecuali stasiun sungai yang berwarna cokelat (Tabel 6). Pada kondisi sampling pertama dan sampling ketiga saluran air pembuangan depan satu rumah (stasiun 1,4,7) dan saluran air pembuangan gabungan (stasiun 2,3,5) berwarna abu-abu, hal ini disebabkan masyarakat melakukan aktivitas mandi dan mencuci pada waktu tersebut. Hal ini didukung oleh adanya bau sabun pada waktu-waktu tersebut di atas, sedangkan pada siang hari intensitas warna abu-abu dari sabun berkurang, karena jarangnya aktivitas mandi dan mencuci pada siang hari. Pada saluran outlet (stasiun 6) pada sampling pertama, kedua dan ketiga didapatkan hasil warna hitam, hal ini diduga karena limbah domestik hasil kegiatan rumah tangga di outlet telah mengalami dekomposisi dalam kondisi anaerob. Hal tersebut diperkuat dengan adanya bau yang busuk (tidak sedap). Hasil pengamatan terhadap warna yang dilakukan di sungai, masih memperlihatkan warna alami, yakni berwarna cokelat.
Tabel 4. Pengukuran warna pada tiap stasiun Stasiun saluran depan rumah
saluran gabungan outlet sungai
1 4 2 3 5 7 6 8
Sampling 1 abu-abu cerah abu-abu cerah abu-abu abu-abu abu-abu abu-abu cerah hitam cokelat
Sampling 2 Sampling 3 abu-abu gelap abu-abu cerah abu-abu gelap abu-abu cerah agak menghitam abu-abu abu-abu gelap abu-abu abu-abu gelap abu-abu abu-abu gelap abu-abu cerah hitam hitam cokelat cokelat
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
33
Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian LPM-ITB (1994) dalam Kodoatie dan Sjarief (2005) serta Mahida (1986) yang menyatakan bahwa air limbah domestik segar memiliki warna abu-abu dari hasil kegiatan mandi dan mencuci, sedangkan air limbah domestik yang tidak segar karena adanya dekomposisi akan berwarna hitam. Warna air yang kurang sesuai akan berakibat menurunnya nilai estetika atau keindahan. Tetapi hasil pengamatan warna di saluran air pembuangan depan satu rumah (stasiun 1, 4), saluran air pembuangan gabungan (stasiun 2, 3, 5, 7) dan saluran outlet (stasiun 6) sudah tidak sesuai dengan Kepgub Jawa Barat No. 38/1991 tentang peruntukan air dan baku mutu air pada sumber air di Jawa Barat, yang menyatakan air seharusnya tidak berwarna. 4.2.8. Bau Hasil pengamatan secara organoleptik, didapatkan hasil seluruh stasiun berbau. Pada sampling pertama dan ketiga, saluran air pembuangan depan satu rumah (stasiun 1, 4, 7) berbau sabun segar. Hal ini diduga karena masyarakat melakukan aktivitas mandi dan mencuci pada pagi dan sore hari, sedangkan pada siang hari kekuatan bau sabun berkurang karena jarangnya aktivitas mandi dan mencuci pada siang hari. Hal yang sama terjadi pada saluran air pembuangan gabungan (stasiun 2, 3, 5) sampling pertama dan ketiga yang juga berbau sabun, tetapi kekuatan bau sabun berkurang tidak sekuat pada saluran air pembuangan depan satu rumah.
Pada siang hari
kondisi tersebut berubah dan menyebabkan bau yang tidak segar. Hal ini diduga karena sedikitnya masukan dari hasil aktivitas mandi dan mencuci. Pada saluran outlet (stasiun 6) pada sampling pertama hingga ketiga didapatkan hasil bau yang tidak sedap, hal ini diduga karena adanya gas hasil dekomposisi bahan organik. Hasil pengamatan terhadap bau yang dilakukan di sungai, menunjukkan tidak berbau, hal ini diduga karena banyaknya masukan air dan turbulensi air sehingga meningkatkan kelarutan oksigen. Hal ini mengakibatkan penguraian bahan organik dilakukan secara aerobik sehingga tidak memunculkan bau di lokasi perairan tersebut. Untuk lebih
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
34
jelasnya hasil pengamatan terhadap bau di Perumnas Bantar Kemang dapat
dilihat pada Tabel 7 Tabel 7. Pengukuran bau pada tiap stasiun Stasiun saluran depan rumah
saluran gabungan outlet sungai
1 4 2 3 5 7 6 8
Sampling 1 sabun sabun sabun sabun sabun sabun tidak sedap tidak berbau
Sampling 2 sabun sabun tidak sedap tidak sedap tidak sedap sabun tidak sedap tidak berbau
Sampling 3 sabun sabun sabun sabun sabun sabun tidak sedap tidak berbau
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian LPM-ITB (1994) dalam Kodoatie dan Sjarief (2005), yang menyatakan bahwa air limbah domestik segar memiliki bau sabun dan air limbah domestik yang tidak segar karena adanya dekomposisi akan berbau kurang sedap. Selanjutnya dikatakan bahwa kondisi bau tersebut akan berakibat pada menurunnya nilai estetika atau keindahan. Hasil pengamatan bau di saluran air pembuangan depan satu rumah (stasiun 1, 4), saluran air pembuangan gabungan (stasiun 2, 3, 5, 7) dan saluran outlet (stasiun 6) sudah tidak sesuai dengan Kepgub Jawa Barat No. 38/1991 tentang peruntukan air dan baku mutu air pada sumber air di Jawa Barat, yang menyatakan air seharusnya tidak berbau.
4.3. Penggunaan dan Debit Air Dari hasil pengamatan debit didapatkan hasil debit dapat dilihat pada Lampiran 4. Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa saluran depan satu rumah dan outlet memiliki pola yang mirip, dengan konsumsi maksimum air pada pukul 08.00-10.00, dan konsumsi minimum air pada pukul 13.00-16.00. Penggunaan air yang maksimum tersebut diduga karena aktivitas mencuci dan memasak dilakukan pada pukul 08.00-10.00, sedangkan pada pukul 13.00-16.00, jarang dilakukan aktivitas yang berhubungan dengan air. Pada grafik pengukuran debit di sungai didapatkan hasil yang dapat dikatakan stabil.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
35
Data debit air pada saluran air Perumnas Bantar Kemang, dapat digunakan untuk menduga penggunaan air yang dikonsumsi oleh masyarakat Perumnas Bantar Kemang.
Pendugaan konsumsi air dilakukan dengan pendekatan
pengukuran debit di depan satu rumah, dengan rata-rata penggunaan satu hari sebesar 0.000011 m3/detik maka diduga konsumsi untuk masing-masing rumah, adalah 29.38 m3/bulan. Untuk konsumsi air per orang, dengan asumsi, 1 rumah terdapat 6 orang, maka konsumsi air 163.23 liter/orang/hari. Jumlah ini menurut PDAM Kota Bogor (2007) termasuk konsumsi air yang boros. PDAM Kota Bogor (2007) menyarankan maksimum konsumsi air yang tepat untuk kota sedang seperti Bogor sebesar 122 liter/orang/hari.
4.4. Beban Pencemaran Limbah Domestik Pada dasarnya limbah domestik cair yang dihasilkan dari perumahan dapat mengandung bermacam-macam bahan pencemar yang tidak terbatas pada parameter yang tercantum pada Kepmen LH Nomor 112 Tahun 2003 tentang limbah domestik seperti deterjen. Di lain pihak limbah tersebut akan membebani ekosistem perairan penerimanya, adapun besarnya beban pencemaran dari setiap parameter kualitas limbah domestik cair dari Perumnas Bantar Kemang setiap hari yang akan diterima oleh ekosistem perairan Sungai Ciliwung dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9. Tabel 8 merupakan tabel pendugaan beban pencemaran dengan pendekatan beban yang dihasilkan per rumah, sedangkan Tabel 9 merupakan tabel pendekatan beban pencemaran dengan pendekatan beban pencemaran ditinjau dari saluran akhir Tabel 8. Beban pencemaran Perumnas Bantar Kemang dengan pendekatan per rumah Parameter beban (kg/rumah/hari) TSS 70.19 BOD 326.12 Minyak Lemak 6.00 Deterjen 2.49 *Beban dari 1168 rumah
beban (kg/hari) 81981.67 380908.37 7008.48 2907.49
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
36
Tabel 9. Beban pencemaran Perumnas Bantar Kemang dengan pendekatan saluran akhir (outlet) Parameter TSS BOD Minyak Lemak Deterjen
konsentrasi rata-rata (mg/l) 48.33 495.39 7.39 4.00
debit rata-rata (m3/det) 0.00117 0.00117 0.00117 0.00117
beban (kg/hari) 4891.13 50131.17 748.17 404.78
Dari pendugaan beban pencemaran dari pendekatan per rumah dan saluran akhir (outlet) maka dapat diketahui jumlah beban yang dihasilkan sangat besar. Tetapi terdapat perbedaan pendugaan beban pencemaran yang dihasilkan antara pendekatan per rumah dengan pendekatan saluran akhir, hal ini diduga karena adanya kebocoran pada saluran sehingga air limbah terserap pada saluran drainase, penguapan, pengendapan pada saluran air, pengeluaran beban masingmasing rumah serta pada saat pengambilan sampel berbeda. Nilai perhitungan besar ini tergolong cukup besar bila dibandingkan dengan perhitungan beban standar dari penggunaan air oleh PDAM Kota Bogor (Lampiran 3). Besarnya beban pencemaran akan memperburuk kondisi Sungai Ciliwung yang sebelum melalui Perumnas Bantar Kemang telah membawa beban yang besar pula (Tabel 10). Tabel 10. Beban pencemaran yang dibawa Sungai Ciliwung sebelum saluran akhir Perumnas Bantar Kemang Parameter TSS BOD Minyak Lemak Deterjen
konsentrasi rata-rata (mg/l) 17.33 230.95 1.13 0.43
debit rata-rata (m3/det) 2.63 2.63 2.63 2.63
beban (kg/hari) 3934258.77 52420744.85 256937.36 98432.13
4.5. Kontribusi Beban Pencemaran Limbah Domestik yang Berasal dari Perumnas Bantar Kemang pada Badan Air Penerima Kontribusi beban pencemaran limbah domestik yang berasal dari Perumnas Bantar Kemang pada badan air penerima dapat dilihat pada Tabel 11, menggunakan konsep keseimbangan massa (mass balance concept) menurut Tebbut (1990).
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
37
Tabel 11. Kontribusi limbah domestik Sungai Ciliwung dari Perumnas Bantar Kemang Outlet Parameter TSS BOD Minyak Lemak
Deterjen
konsentrasi rata-rata (mg/l)
Sungai
debit ratarata (liter/det)
48.33 495.39 7.39 4.00
konsentrasi rata-rata (mg/l)
1.17 1.17 1.17 1.17
17.33 230.95 1.132 0.434
debit ratarata (liter/det)
Konsentrasi baru sungai (mg/l)
2627.04 2627.04 2627.04 2627.04
17.35 231.07 1.135 0.435
Kontribusi (mg/l)
0.02 0.12 0.003 0.002
Berdasarkan perhitungan konsentrasi air sungai baru setelah menerima limbah dari Perumnas Bantar Kemang menggunakan konsep kesetimbangan massa (Lampiran 5), dapat disimpulkan bahwa air limbah domestik Perumnas Bantar Kemang masuk ke dalam Sungai Ciliwung, sehingga mengakibatkan beban pencemaran yang diterima Sungai Ciliwung semakin meningkat. Peningkatan beban tersebut tidak terlalu besar, karena besarnya debit sungai dan kecilnya debit air limbah yang berasal dari saluran akhir Perumnas Bantar Kemang. Berdasarkan analisa contoh air sungai setelah saluran akhir Perumnas Bantar Kemang (Lampiran 9) didapatkan hasil yang lebih tinggi dari hasil perhitungan kontribusi. Hal ini diduga karena besarnya masukan bahan pencemar sejenis dari pemukiman sekitar Perumnas Bantar Kemang yang membuang air limbah domestik menuju Sungai Ciliwung. Alaert dan Santika (1984) menyatakan bisa terdapat
penyimpangan
dalam
perhitungan
kontribusi
menurut
konsep
keseimbangan massa, karena konsep kesetimbangan massa hanya dapat memberi petunjuk kasar. Tetapi bila dikaji lebih lanjut, akan lebih baik bila Perumnas Bantar Kemang mengolah air limbah domestik, sehingga beban yang diterima Sungai Ciliwung lebih sedikit atau bahkan mengurangi beban yang sebelumnya telah diterima Sungai Ciliwung.
4.6. Penentuan Status Mutu Air Pada penelitian ini status mutu air didasarkan pada nilai Indeks Pencemaran (PI) menurut Nemerow (1991). Status mutu air ini diduga dari pendekatan perhitungan konsentrasi parameter pH, TSS, BOD, deterjen, minyak dan lemak yang terdapat pada saluran akhir dari Perumnas Bantar Kemang. Baku mutu yang
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
38
digunakan mengacu pada Kepmen LH Nomor 112 Tahun 2003 tentang limbah domestik, untuk parameter pH, TSS, BOD, Minyak dan Lemak, serta PPRI No. 82/2001 tentang pengelolaan air dan pengendalian pencemaran air kelas tiga menjadi baku mutu untuk parameter deterjen.
Hasil perhitungan nilai indeks
pencemaran adalah sebesar 5.65 (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan saluran air limbah Perumnas Bantar Kemang tergolong tercemar sedang. Hal ini disebabkan setiap rumah tangga yang ada di Perumnas Bantar Kemang membuang limbah cairnya ke lingkungan tanpa melakukan pengolahan terlebih dahulu. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diduga parameter pencemar yang mengakibatkan saluran air limbah tercemar sedang adalah deterjen.
Hal ini terjadi karena
penggunaan deterjen oleh penduduk yang banyak dari kegiatan mandi, mencuci baju atau alat rumah tangga. Sehubungan dengan itu Perumnas Bantar Kemang perlu melakukan pengolahan air limbah domestik terlebih dahulu, sebelum dibuang ke badan air penerimanya, sehingga badan air penerimanya akan relatif aman dari bahaya pencemaran air limbah domestik. Pengolahan air limbah yang disarankan adalah rawa buatan atau tangki AG (Farida, dkk 2007).
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di lokasi penelitian diduga selain parameter yang telah disebutkan dan dibahas sebelumnya juga terdapat parameter lain yang keberadaannya cukup mengkhawatirkan. Parameter tersebut adalah phenol, pestisida, logam berat dan COD. Phenol adalah senyawa yang sejak tahun 1800-an dijadikan bahan antiseptic, phenol bersifat sangat beracun, maka phenol tidak boleh digunakan lagi untuk antiseptik, dan diganti senyawa lain yang sifat racunnya kurang. Namun pada kenyataannya hingga saat ini gugus phenolik masih digunakan sebagai bahan antiseptik (Sawyer dkk 1994). Phenol diduga ditemukan pada air limbah rumah tangga karena tingginya penggunaan sabun antiseptik. Metcalf dan Eddy (2002) menyatakan pestisida jenis insektisida digunakan oleh kalangan masyarakat luas, penggunaan insektisida digunakan pada cairan pembasmi serangga seperti nyamuk, lalat dan kecoa.
Sisa kosmetik, batu baterai yang sudah tidak terpakai lagi, barang
elektronik yang tidak terpakai lagi, sisa-sisa cat yang dibuang
diduga dapat
menjadi sumber logam berat pada air limbah rumah tangga. COD terkait dengan adanya unsur dalam air limbah domestik yang tidak dapat terdegradasi secara
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
39
biokimiawi (Metcalf dan Eddy, 2002).
COD diduga meningkat seiring
peningkatan penggunaan bahan yang tidak dapat terdegradasi secara biokimiawi seperti deterjen, phenol, pestisida dan merkuri tersebut.
Berdasarkan hasil
wawancara dengan masyarakat Perumnas Bantar Kemang, penggunaan sabun antiseptik, cairan pembasmi serangga dan membuang sisa kosmetik, sisa barang elektronik, dan sebagainya ke saluran air seringkali dilakukan. Tetapi karena penggunaan bahan-bahan tersebut tidak dominan, seperti halnya dengan deterjen, maka parameter tersebut tidak dianalisa lebih lanjut.
Lingkup penelitian ini
terbatas pada parameter pH, TSS, BOD, minyak dan lemak serta deterjen, sehingga perlu kajian lebih lanjut untuk parameter phenol, pestisida (insektisida) dan logam berat, karena bahan-bahan tersebut berpotensi dihasilkan dari kegiatan rumah tangga.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1. Kesimpulan Kualitas air buangan domestik pada saluran air buangan berdasarkan pendekatan metoda indeks pencemaran dikategorikan tercemar sedang. Deterjen menjadi bahan pencemar utama yang mengakibatkan air menjadi tercemar sedang, setelah itu parameter BOD juga berkontribusi cukup besar. Berdasarkan hasil perhitungan beban pencemaran didapatkan beban pencemaran yang dibawa pada air limbah domestik tergolong cukup besar. Air limbah domesik dari kegiatan rumah tangga di Perumnas Bantar Kemang memberikan kontribusi dalam meningkatkan bahan pencemar terutama bahan organik pada badan air penerimanya, yaitu Sungai Ciliwung.
Bahan pencemar tersebut dapat
memperburuk kondisi Sungai Ciliwung yang sebelum melalui Perumnas Bantar Kemang telah membawa beban pencemar yang besar.
5. 2. Saran Pengambilan contoh air limbah domestik setiap rumah disarankan lebih banyak, untuk melihat lebih jauh berapa besar bahan pencemar yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga.
Pengambilan contoh air pada saluran gabungan
disarankan dengan jumlah rumah yang sama. Perumnas Bantar Kemang perlu melakukan pengolahan air limbah domestik terlebih dahulu sebelum air limbah tersebut dibuang ke Sungai Ciliwung, sesuai dengan Kepmen LH Nomor 112 Tahun 2003 tentang baku mutu limbah domestik pasal 8 yang mewajibkan adanya pengolahan air limbah sebelum air limbah dialirkan menuju air permukaan. Dengan tingginya konsentrasi deterjen, maka disarankan deterjen dimasukkan pada Kepmen LH tentang baku mutu air limbah domestik, untuk mencegah pencemaran yang lebih buruk.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
DAFTAR PUSTAKA Alaerts, G. dan Santika, S.S. 1984. Metoda Penelitian Air. Penerbit Usaha Nasional. Surabaya. APHA. 1998. Standard Menthods For The Examination of Water and Wastewater. 20th Edition. American Public Health Association, American Water Works Association, Water Environtment Federation. Washighton, DC, United State of America. Babbit, H. 1969. Plumbing. Modern Asia Edition. 4th Printing. Charles E. Tuttle Company, Inc. Tokyo. Japan. Cech, T. V. 2005. Principle of Water Resources: History, Development, Management, and Policy. 2nd Edition. John Wiley & Sons, Inc. United State of America. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Farida, W., Lutfiandi dan Wangsaatmadja, S. 2007. The Sanitation Facilities Improvement Based on Social and Cultural Consideration in Kelurahan Batununggal, Bandung City, Indonesia. Badan Pengawas Lingkungan Hidup Daerah Jawa Barat. http://www.wepa-db.net/pdf/0703forum/paper23.pdf diakses tanggal 14 November 2007 Pukul 20.11 Folwell, A.P. 1936. Sewerage : The Designing, Constructing and Maintaining of Sewerage System and Sewage Treatment Plant. 11th Edition. John Willey & Sons, Inc. London. Hammer, M.J. 1975. Water and waste water technology. John Wiley & Sons, Inc. Canada. Hariyadi, S; Suryadiputra, I.N.N. dan Widigdo, B. 1992. Limnologi Metoda Analisa Kualitas Air. Laboratorium Limnologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Health Departemen of Western Australia. Healthy Western Australia. Australia.
Domestic Wastewater Overflows.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
42
http://www.population.health.wa.gov.au/Environmental/resources/Domestic %20wastewater%20overflow%20fact%20sheet.pdf diakses tanggal 14 November 2007 Pukul 19.19. Heath, A. G. 1987. Water Polution and Fish Physiology. CRC Press. Florida, United States of America. Keputusan Menteri Negara Kependudukan Dan Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 1991 Tentang Perhitungan Debit Limbah Cair Maksimum Dan Beban Pencemaran Maksimum. Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 38 tahun 1991 Tentang Peruntukan Air dan Baku Mutu Air pada Sumber Air di Jawa Barat. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. Kodoatie, R. J. dan Sjarief, R. 2005. Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu. Penerbit Andi. Yogyakarta. Laws, A. E. 1993. Aquatic Pollution : An introductory text. John Wiley & Sons, Inc. 2nd Edition. Canada. Linsey, R. K. dan Franzini, J. B. 1996. Teknik Sumberdaya Air. Diterjemahkan oleh Djoko Sasongko. Penerbit Erlangga. Jakarta. Mahida, U.N. 1986. Water Pollution and Disposal of Wastewater on The Land. Diterjemahkan oleh G.A. Ticoalu dengan judul Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Cetakan Kedua. CV Rajawali. Jakarta. Manahan, S.E. 1994. Environtmental Chemistry. 6th Edition. Lewis Publisher. United States of America. Mara, D. dan Cairncross, S. 1994. Pemanfaatan Air Limbah dan Ekskreta. Diterjemahkan oleh Benni Matram. Penerbit ITB. Bandung. McKinneya, R. E. 2004. Environtmental Polllution Control Microbiology. Marcel Dekker, Inc. New York. Metcalf dan Eddy. 2002. Wastewater Engineering, Treatment and Reuse. Volume 1. 4th Edition. Revised by George Tchobanoglous, Franklin L. Burton and H. David Stensel. Mc Graw Hill Higher Education.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
43
Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Pradnya Paramita. Jakarta. Nemerow, N.L. 1991. Steam, Lake, Estuary, and Ocean Pollution : Environtmental Engineering Series 2nd Edition. Van Nostrand Reinhold. New York. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Perairan. Rump, H.H. 1999. Laboratory Manual fot the Examinaton of Water, Waste Water and Soil. 3rd completely revised edition. English translation by Elisabeth j. Grayson. Wiley-VHC. Weinheim. Germany. Saeni, M.S. 1989. Kimia Lingkungan. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sawyer, C.N., McCarty, P.L., dan Parkin, G. 1994. Chemistry for Environtmental Engineering. McGraw-Hill International Edition. Singapore. Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Tebbut T.H.Y. 1990. BASIC, Water and Wastewater Treatment. Butterworth and Co. Publisher Ltd. London, United Kingdom. Walpole, E. R. 1982. Pengantar Statistika Edisi Ketiga. Diterjemahkan oleh Ir. Bambang Sumantri. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Yusuf, G. 2001. Kemampuan Tanaman Air Pada Proses Bioremediasi Limbah Rumah Tangga Dalam Skala Kecil Dengan Sistem Simulasi. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
LAMPIRAN
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
2
44
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
45
Lampiran 2. Stasiun pengambilan contoh air pada Perumnas Bantar Kemang Stasiun saluran depan rumah
saluran gabungan Outlet Sungai
1 4 2 3 5 7 6 8
Lintang Selatan 06º 37.134” 06º 37.026” 06º 37.155” 06º 37.106” 06º 37.009” 06º 37.000” 06º 36.990” 06º 37.016”
Lintang Utara 106º 49.199” 106º 49.047” 106º 49.196” 106º 49.169” 106º 49.002” 106º 49.074” 106º 48.938” 106º 48.942”
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
46
Lampiran 3. Standar beban pencemaran dari perhitungan penggunaan air dari PDAM dan baku mutu Kepmen LH No. 112 tahun 2003
Parameter TSS BOD Minyak Lemak Deterjen
Baku Penggunaan air Penggunaan BP BP mutu minimal air maksimal minimal maksimal (mg/l) (l/org/hari) (l/org/hari) (kg/hari) (kg/hari) 100 86 112 47867.6 67905.2 10 86 112 4786.76 6790.52 100 0.2
86 86
112 112
47867.6 95.73
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
67905.2 135.81
47
Lampiran 4. Hasil analisa data mentah dan fluktuasi debit air debit di depan satu rumah, outlet dan sungai Ciliwung
Grafik fluktuasi debit di depan satu rumah waktu 7 8 9 10 11 13 14 16 17 18 rata-rata
debit (m3/det) 0.00001129 0.00001520 0.00001710 0.00001648 0.00001111 0.00000395 0.00000274 0.00000574 0.00001010 0.00001025 0.00001134
Debit (liter/det) 0.01129 0.01520 0.01710 0.01648 0.01111 0.00395 0.00274 0.00574 0.01010 0.01025 0.01040
Grafik fluktuasi pengukuran debit outlet
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
48
waktu 7 8 9 10 11 13 14 16 17 18 rata-rata
debit (m3/det) 0.000847 0.002116 0.002821 0.003263 0.002311 0.001005 0.000825 0.000543 0.002005 0.001986 0.001772302
debit (liter/det) 0.84694 2.11632 2.82077 3.26329 2.31091 1.00540 0.82533 0.54289 2.00477 1.98640 1.77230
Grafik fluktuasi debit di sungai waktu 7 8 9 10 11 13 14 16 17 18 rata-rata
debit (m3/det) 2.8659 2.7067 2.6280 2.1892 2.0623 2.6746 2.9380 2.9633 2.5901 2.6523 2.627042451
debit (liter/det) 2865.93 2706.66 2627.98 2189.25 2062.26 2674.55 2938.05 2963.35 2590.08 2652.33 2627.04245
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
49
Lampiran 5. Contoh perhitungan mass balance concept Outlet Sungai Parame konsentrasi ter rata-rata (mg/l)
debit ratarata (liter/det)
konsentrasi rata-rata (mg/l)
debit ratarata (liter/det)
Konsentrasi baru sungai (mg/l)
Kontribusi (mg/l)
48.33 495.39
1.17 1.17
17.33 230.95
2627.04 2627.04
17.35 231.07
0.02 0.12
Minyak Lemak
7.39
1.17
1.132
2627.04
1.135
0.003
Deterj en
4.00
1.17
0.434
2627.04
0.435
0.002
TSS BOD
Contoh perhitungan dengan konsep keseimbangan massa Q3C3 = Q1C1 + Q2C2 C3 = C1 + C2 Parameter TSS Q3 = (Q1C1+ Q2C2) : C3 = [(48.11 mg/l x 1.17 l/det) + (17.33 mg/l x 2627.04 l/det)] (1.17 l/det +2627.04 l/det) = 17.35 mg/l Kontribusi
= Q3 – Q2 = 17.35 mg/l – 17.33 mg/l = 0.02 mg/l
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
50
Lampiran 6. Perhitungan indeks pencemaran - Parameter tidak dengan rentang nilai, kondisi baik jika nilai rendah, parameter tersebut adalah : TSS, BOD, minyak dan lemak dan deterjen. - Lakukan perhitungan konsentrasi hasil pengukuran (Ci) dibagi baku mutu yang ditentukan (Lij) - Parameter dengan rentang nilai : pH (6-9), dilakukan perhitungan tambahan • untuk Ci < Lij rata-rata (Ci/Lij) baru = •
[Ci - (Lij) rata -rata ] {(Lij) minimum - (Lij) rata -rata }
untuk Ci > Lij rata-rata (Ci/Lij) baru =
[Ci - (Lij) rata -rata ] {(Lij) maksimum - (Lij) rata -rata }
Lij rata-rata = (6+9)/2 = 7.5, maka nilai pH rata-rata (6.84) termasuk Ci < Lij rata-rata [6.84 - 7.5] (Ci/Lij) pH baru = [6 - 7.5] (Ci/Lij) pHbaru = 0.44 -
Bila nilai Ci/Lij < 1, nilai Ci/Lij yang digunakan adalah Ci/Lij hasil perhitungan Bila nilai Ci/Lij > 1, lakukan perhitungan Ci/Lij baru (Ci/Lij)baru = 1.0 + P Log (Ci/Lij)hasil pengukuran
P umumnya 5
(Ci/Lij) BOD baru = 1.0 + 5 Log 4.954 = 4.474 (Ci/Lij) deterjen baru = 1.0 + 5 Log 20 = 7.505
Parameter Ci pH 6.84 TSS 48.33333 BOD 495.388 Minyak Lemak 7.393333 Deterjen 4 -
Lij Ci/Lij Ci/Lij baru 6-9 0.44 0.44 100 0.483333 0.483333 100 4.95388 4.474727 10 0.739333 0.739333 0.2 20 7.50515
Cari nilai Ci/Lijrata-rata dan nilai Ci/Lijmaksimum Ci/Lijrata-rata = 2.7285
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
51
-
Ci/Lijmaksimum = 7.50515 Tentukan nilai indeks pencemaran (PIj) PI j =
PI j =
(C i /L ij ) 2M + (C i /L ij ) 2R 2 (7.50515) 2 + (2.7285) 2 2
PIj = 5.64677
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
52
Lampiran 7. Data mentah hasil analisa kualitas air Suhu (°C) Stasiun Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 1 26.6 29.15 28.21 saluran depan rumah 4 28.19 28.43 28.76 2 28.42 28.42 28.62 3 28.39 29.03 27.97 saluran gabungan 5 27.54 28.97 28.62 27.19 28.44 28.53 7 Outlet 6 27.93 29.31 28.86 Sungai 8 26.04 27.65 27.68
TSS (mg/l) Stasiun saluran depan rumah
saluran gabungan Outlet Sungai
1 4 2 3 5 7 6 8
Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 102 104 68 20 12 124 36 42 68 24 14 16 8 4 36 12 128 64 28 32 85 8 12 32
1 4 2 3 5 7 6 8
Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 6.61 6.83 6.71 6.75 6.73 6.72 6.68 6.8 6.79 6.86 6.76 6.86 6.91 6.82 6.85 6.98 6.82 7.02 6.91 6.79 6.81 7.1 6.99 7.04
pHpH Stasiun saluran depan rumah
saluran gabungan Outlet Sungai
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
53
BOD (mg/l) Stasiun Saluran depan rumah
saluran gabungan outlet sungai
1 4 2 3 5 7 6 8
Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 478.062 226.037 401.788 322.377 241.025 328.604 538.192 302.687 486.871 525.464 308.854 368.706 560.918 296.195 443.664 226.145 296.087 238.717 573.256 342.679 570.229 237.604 226.469 228.784
Minyak dan Lemak (mg/l) Stasiun Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 1 8.79 2.25 5.43 Saluran depan rumah 4 9.11 7.81 3.37 2 11.28 2.69 5.03 3 14.7 3.53 5.99 saluran gabungan 5 11.05 2.88 3.67 7 4.79 2.27 3.92 18.04 3.84 6.79 outlet 6 sungai 8 0.516 1.09 1.79
Deterjen (mg/l) Stasiun Saluran depan rumah
saluran gabungan outlet sungai
1 4 2 3 5 7 6 8
Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 3.97 2.47 1.97 3.25 1.46 2.13 4.07 3.55 2.45 3.39 3.52 2.16 5.22 3.94 2.23 4.04 1.8 2.4 3.58 5.74 2.68 0.291 0.722 0.288
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
54 Lampiran 8. Gambar lokasi penelitian
Stasiun 1. Lokasi pengambilan contoh air di depan satu rumah
Stasiun 4. Lokasi pengambilan contoh air di depan satu rumah
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
55
Stasiun 2. Lokasi pengambilan contoh air saluran air gabungan
Stasiun 3. Lokasi pengambilan contoh air saluran air gabungan
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
56
Stasiun 5. Lokasi pengambilan contoh air saluran air gabungan
Stasiun 7. Lokasi pengambilan contoh air saluran air gabungan
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
57
Stasiun 6. Lokasi pengambilan contoh air saluran akhir
Stasiun 8. Lokasi pengambilan contoh air sungai
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
58 Lampiran 9. Hasil analisa air sungai setelah outfall Perumnas Bantar Kemang hasil analisa (mg/l) rata-rata Parameter (mg/l) 1 2 3 TSS 11 14 35 20 BOD 230.8944 235.6129 230.8162 232.4412 M/L 0.6377 1.5536 1.5989 1.2634 Det 0.4789 0.4697 0.4270 0.4586
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 3 November 1986. Penulis merupakan putera pertama dari Bapak Harsono Hadisoemardjo dan Ibu Etty Riani. Riwayat pendidikan penulis dimulai dengan memasuki TK Permata Bogor tahun 1990 hingga 1992, pada tahun 1998 penulis lulus dari SD Negeri Bangka III Bogor, pada tahun 2001 lulus dari SLTP Negeri IV Bogor, pada tahun 2004 lulus dari SMU Negeri 3 Bogor. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih program studi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis ikut serta dalam kegiatan yang diselenggarakan di lingkungan Institut Pertanian Bogor, turut aktif dalam organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (Himasper) sebagai ketua Aquares Study Club (ASC), dan anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Onigiri dibawah naungan Music of Agriculture. Selain itu penulis menjadi asisten mata kuliah Fisiologi Hewan Air, Planktonologi dan Sumberdaya Hayati Perikanan Non-Ikan. Untuk menyelesaikan studi, penulis melaksanakan penelitian dan skripsi yang berjudul “Kajian Air Limbah Domestik di Perumnas Bantar Kemang, Kota Bogor dan Pengaruhnya pada Sungai Ciliwung”
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com