KRONOLOGIS TRAGEDI BUOL BERDARAH Sabtu, 28 Agustus 2010 Pukul 22.30 wita Satlantas Polres Buol melakukan Operasi Simpatik (sweeping) terhadap kendaraan bermotor dengan maksud untuk memeriksa kelengkepan surat‐surat kendaraan yang melintas disekitar poros jalan pintu masuk ke ibu kota kabupaten Buol yang berada di kelurahan Leok satu. Pada saat sama korban Kasmir Timumun dengan mengendarai sepeda motor melintas di wilayah tersebut dari arah desa Busak, mengetahui ada sweeping korban berusaha menghindar, namun naas pada saat upaya korban dalam menghindar tersebut menabrak salah seorang anggota polantas polres Buol atas nama RIDHO. Tabrakan tersebut membuat anggota polantas tersebut mengalami patah kaki, akibat peristiwa tersebut korban Kasmir Timumun langsung ditangkap oleh anggota polantas lainnya yang berada di lokasi tersebut dan membawa korban ke mapolsek Biau. Minggu, 29 Agustus 2010 Pukul 20.30 wita, salah seorang kerabat (kakak sepupu)korban bernama Satria (30 tahun) datang ke mapolsek Biau membesuk dan membawa makanan untuk korban Kasmir Timumun. Pada pertemuan tersebut, korban menyampaikan keluhannya bahwa dirinya sering mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh beberapa anggota polantas dan anggota polisi lainnya, akibat mengalami penyiksaan kaki kanan korban tepatnya dibagian paha hingga lutut mengalami memar dan bengkak sehingga mengalami kesulitan untuk berjalan. Senin, 30 Agustus 2010 Pukul 07.00 wita, salah seorang kerabat (kakak ipar) korban bernama Sartika R. Untu membesuk korban di tahanan mapolsek Biau, pada kesempatan dalam pertemuan tersebut korban kembali mengeluh bahwa dirinya mengalami penyiksaan seperti dipukul dibagian dada dan punggung, ditempeleng, diinjak‐injak bagian kakinya, akibat penyiksaan tersebut korban sulit untuk berjalan dengan membopoh kaki kirinya untuk bisa melangkah. Dan pada saat itu juga korban meminta kepada kakak iparnya untuk tidak meninggalkan dia sendirian karena takut dan tidak tahan lagi karena sering mengalami penyiksaan. Pukul 15.30 kakak korban bernama Jamaludin Timumun membesuk korban di tahanan mapolsek Biau dan korban menyampaikan kepada kakaknya untuk jangan tinggalkan dia sendirian di tahanan karena takut disiksa lagi oleh beberapa anggota polisi. Pukul 17.00 wita, kakak korban Jamaludin Timumun kembali mendatangi mapolsek Biau dengan maksud mengantarkan makanan untuk buka puasa korban Kasmir Timumun namun sampai
Page 1 of 7 Laporan Investigasi Lembaga Pengembagan Studi Hukum dan HAM (LPSHAM) Sulteng, KontraS Sulawesi dan KontraS
didepan tempat korban ditahan kakak korban mendapatkan bahwa korban dalam keadaan gantung diri di depan pintu tahanan dan telah meninggal dunia. Pukul 19.00 wita pihak polsek membawa jasad korban kerumah keluarga korban dan menyatakan bahwa korban meninggal karena bunuh diri. Pukul 19.30 wita banyak warga datang kerumah duka untuk melihat jasad korban dan terus mulai berkumpul Pukul 20.30 wita setelah shalat Tarawih delapan rakaat selesai warga semakin banyak berkumpul di rumah duka Pukul 21.39 wita, sekitar seratus limapuluhan orang yang terdiri dari keluarga korban yang didampingi oleh seorang kuasa hukum bernama Suparman Marhum, SH serta warga yang simpati terhadap korban dan keluarganya mendatangi mapolsek Biau untuk menanyakan dan meminta penjelasan dari pihak polsek terkait hal‐hal ganjil berupa tanda‐tanda lebam/bengkak dan memar dibeberapa bagian tubuh korban seperti pada pangkal paha dan lutut, dada dan punggung serta beberapa luka bakar seperti bekas sulutan api rokok disekitar bagian kedua tangan korban. Pukul 21.50 sekitar 10 oraang perwakilan keluarga korban bersama seorang anggota polsek Biau bernama Amirullah membawa jasad korban dari rumah korban ketempat otopsi yakni di rumah sakit umum lama dan selanjutnya massa yang berkumpul disekitar mapolsek langsung mendatangi dan berkumpul ditempat otopsi untuk melihat jasad korban. Pada saat itu terdengar teriakan histeris dari salah seorang keluarga korban (perempuan) yang mengatakan adik saya dibunuh polisi, mendengar teriakan tersebut spontan massa kembali menuju mapolsek Biau. Pukul 22.15 wita terjadi ketegangan antara massa dengan anggota kepolisian dari sektor Biau dan akhirnya terjadi pelemparan terhadap mapolsek Biau sehingga beberapa jendela kaca pecah, menghadapi aksi pelemparan tersebut, anggota polisi melontarkan gas air mata pada kerumunan massa dan beberapa anggota mengeluarkan tembakan peringatan ke udara. Pukul 22.30 wita, Kapolres Buol AKBP Amin Litarso bersama dengan 2 truk anggota polisi dari polres Buol datang ke mapolsek Biau dan melakukan dialog dengan perwakilan keluarga, dalam diaog tersebut Kapolres mengatakan akan melakukan visum et reperetum terhadap jasad korban. Setelah mendapat penjelasan dari Kapolres keluarga korban dan massa membubarkan diri. Selasa, 31 Agustus 2010
Page 2 of 7 Laporan Investigasi Lembaga Pengembagan Studi Hukum dan HAM (LPSHAM) Sulteng, KontraS Sulawesi dan KontraS
Pukul 12.00 wita Jasad korban Kasmir Timumun di otopsi di Rumah Sakit Umum Buol yang dipimpin oleh dr. I Made Gunawan Pukul 15.10 wita Jasad korban dikebumikan di kompleks pekuburan umum Tabodok Pukul 21.30 wita terjadi konsentrasi massa disekitar jalan Perjuangan depan pintu gerbang stadion mini Uwonoto dan sekitar depan kantor BKD jalan Manunggal, hal ini dipicu oleh statement Kapolres Buol AKBP Amin Litarso yang menyatakan bahwa korban Kasmir Timumun meninggal karena bunuh diri, yang membuat keluarga korban dan warga kecewa dan marah sehingga mereka berkumpul ingin mendatangi mapolsek Biau. Sementara dilain tempat yakni di mapolsek Biau polisi yang terdiri dari 1 peleton Brimob Polda Sulteng yang telah bertugas sekitar 2 bulan di Buol ditambah anggota perintis dan anggota polisi berpakaian preman serta anggota mapolsek sendiri sudah berjaga‐jaga disekitar mapolsek yang dipimpin langsung oleh Kapolres Buol. Pukul 22.30 wita massa dari dua arah yang berlawanan mulai bergerak menuju mapolsek Biau, dan pada saat posisi sudah dekat mapolsek massa mulai meneriakan yel‐yel yang intinya meminta pertanggungjawaban polisi untuk memproses secara hukum kepada anggotanya yang diduga telah melakukan penyiksaan terhadap korban Kasmir Timumun di tahanan mapolsek Biau. Pukul 23.10 wita kerumunan massa semakin banyak jumlahnya namun sebagian besar hanya bermaksud ingin melihat aksi protes tersebut. Situasi mulai memanas karena tuntutan massa aksi tidak juga direspon oleh pihak kepolisian. Pukul 23.25 wita situasi semakin memanas dimana massa aksi mulai melakukan pelemparan kearah mapolsek Biau, aksi pelemparan batu tersebut dibalas oleh anggota polisi yang berada disekitar mapolsek dengan beberapa kali tembakan peringatan ke udara, mendengar tembakan massa aksi maupun massa yang hanya sekedar menyaksikan mulai panik, namun aksi pelemparan semakin gencar bahkan ada pelemparan bom molotov kearah mapolsek Biau dan anggota polisi mulai melakukan penembakan kearah massa sehingga menimbulkan korban yakni sekitar 11 orang mengalami luka tembak 2 diantaranya meninggal ditempat karena mengalami luka tembak dibagian kepala yaakni atas nama Amran (18) Mahasiswa baru Sekolah Tinggi Ilmu Politik Buol warga kelurahan Kali dan Herman (24) warga kelurahan Leok II Bentrok terus berlanjut, anggota polisi terus merangsek maju sambil melakukan tembakan kearah kerumunan massa sementara massa membalas tembakan aparat dengan lemparan batu. Akibat tembakan aparat, korban dari pihak warga terus berjatuhan, bahkan aparat kepolisian dari Brimob Polda Sulteng maupun anggota polisi yang berpakaian preman terus mengejar massa hingga radius sekitar 700 meter dari mapolsek Biau yakni ke jalan Syarif Page 3 of 7 Laporan Investigasi Lembaga Pengembagan Studi Hukum dan HAM (LPSHAM) Sulteng, KontraS Sulawesi dan KontraS
Mansur yang dikenal dengan sebutan jalur dua oleh warga Buol. Dalam insiden tersebut pihak kepolisian juga menangkap 5 orang warga dua orang diantaranya bernama Irwan dan Firman di depan kantor Dinas PU Buol, sebelum dibawa ke mapolsek menurut salah seorang dari mereka yang ditangkap, mereka dianiaya oleh sekitar 10 orang anggota Brimob Polda Sulteng dengan pukulan popor senapan dibagian kepala dada, punggung dan perut serta tendangan aparat dibagian kaki dan perut. Selama di mapolsek ke 5 warga tersebut masih mendapat penganiayaan pada saat diinterogasi, kemudian pada Rabu sore, 01 September 2010 sekitar pukul 15.30 wita mereka ditinggal oleh anggota Brimob Polda Sulteng yang dievakuasi dari mapolsek Biau ke Polres Buol. Ke lima warga tersebut kemudian dievakuasi oleh anggota TNI Kompi Senapan 711/COBRA dan dibawa ke Rumah Sakit Umum Buol untuk mendapatkan perawatan medis. Bentrok antara massa dan aparat kepolisian berhenti sekitar pukul 02.45 wita Rabu dini hari, 01 September 2010 karena warga mau melaksanakan makan sahur. Akibat bentrokan tersebut jatuh korban dipihak warga berjumlah 28 orang yakni 6 orang meninggal dunia 22 orang mengalami luka tembak maupun luka lebam dan memar karena kena pukulan tangan kosong dan atau popor senapan maupun benda tumpul lainnya, 3 orang diantaranya dalam kondisi kritis di ruang perawatan maupun UGD Rumah Sakit Umum Buol. Menurut sumber kepolisian Resort Buol 19 anggota polisi juga mengalami luka‐luka pada saat bentrok terjadi, namun berdasarkan informasi dari tim medis RSU Buol tidak ada laporan resmi ataupun minta pertolongan medis dari pihak polres Buol kepada pihak RSU Buol. Rabu, 01 September 2010 Pukul 07.00 wita 1 SSK TNI Kompi Senapan 711 dan Kasimbar dan Toli‐Toli dan 1 peleton Anggota Samapta Polda Sulteng memasuki Kota Buol Pukul 09.30 wita kembali terjadi bentrok antara massa dengan aparat kepolisian disekitar mapolsek Biau dalam insiden bentrok kali ini 2 orang warga ditangkap oleh Brimob Polda Sulteng dan sempat dianiaya korban dipukuli dengan popor senapan dan ditendang sehingga mengalami luka lebam dan memar, serta bagian kepala belakang mengalami luka sobek akibat pukulan popor senapan, kemudian mereka dibawa ke mapolsek Biau. Pukul 17.40 wita terjadi penembakan terhadap salah seorang warga atas nama Iksan Mangge oleh anggota polisi di jalan Syarif Mansur di samping toko fhoto copy Asra 2 Pukul 21.00 wita, warga melakukan pemblokiran jalan masuk dan keluar kota Buol dengan meletakan batu‐batu besar di tengah jalan agar mobil‐mobil patroli dan truk polisi tidak bisa lewat. Page 4 of 7 Laporan Investigasi Lembaga Pengembagan Studi Hukum dan HAM (LPSHAM) Sulteng, KontraS Sulawesi dan KontraS
Pukul 21.30 terjadi konsentrasi massa dibeberapa sudut kota Buol, dan mulai melakukan sweeping terhadap terhadap kendaraan yang lewat untuk mencari anggota polisi. Pukul 22.30 warga dengan berkelompok melakukan sweeping dengan menyusuri setiap rumah atau kost‐kost yang diduga penghuninya adalah anggota polisi dan melakukan perusakan serta pembakaran terhadap barang/fasilitas baik milik pribadi maupun dinas dari setiap anggota polisi. Sementara itu di desa Lamadong I terjadi pembakaran Polsek Momunu dan asrama anggota polsek Momunu dan pos KPPP di pelabuhan Buol oleh sekelompok warga. Akibat aksi massa ini 7 unit motor milik anggota polisi terbakar, perabot‐perabot rumah tangga milik anggota polisi maupun keluarga polisi terbakar dan terjadi pengungsian anggota maupun keluarga polisi ke Polres Buol. Kamis, 02 September 2010 Pukul 05.00 wita 2 peleton pasukan tambahan dari kesatuan Brimob Polda Sulteng diperkuat 1 unit kendaraan tempur jenis Barakuda tiba di kota Buol dan langsung melakukan pembersihan terhadap barikade‐barikade yang ada disepanjang jalan di kota Buol. Pukul 12.30 wita Wakapolri mengunjungi rumah duka dari 7 korban tewas bentrok Buol, pada kesempatan tersebut Wakapolri mengucapkan belasungkawa dan berjanji akan mengusut tuntas kasus ini dengan jujur, adil dan transparan, akan menindak tegas terhadap anggota polisi yang terlibat dalam kasus ini. Pukul 13.15 Wakapolri melakukan pertemuan dengan perwakilan warga yang terdiri dari tokoh adat, tokoh agama, pemuda dan perwakilan keluarga korban, unsur pemerintah daerah gubernur, bupati dan kapolda di gedung angkasa Buol. Dalam pertemuan tersebut Wakapolri menyampaikan pesan Kapolri dengan meminta maaf kepada warga masyarakat Buol dan berjanji untuk mengungkap kasus ini secara jujur dan adil, mempersilahkan keluarga korban untuk meminta agar jasad korban diotopsi kembali oleh dokter yang ditunjuk dan dipercaya oleh pihak keluarga dan seluruh biaya perawatan medis terhadap seluruh korban akan ditanggung oleh pihak Polri. Pukul 15.30 wita Wakapolri mengunjungi dan meninjau Mapolsek Biau dan Mapolsek Momunu dan setelah itu kembali ke Palu dengan menggunakan pesawat Polri. Pukul 17.15 wita sekitar 4 orang personil Brimob mendatangi RSU dan melakukan pemukulan (menampar) terhadap salah seorang warga yang menjaga keluarganya yang sedang dirawat inap dan salah seorang anggota Brimob melepas tembakan ke udara sehingga menimbulkan kepanikan seluruh pasien dan tenaga medis maupun karyawan RSU Buol. Jumat, 03 September 2010 Page 5 of 7 Laporan Investigasi Lembaga Pengembagan Studi Hukum dan HAM (LPSHAM) Sulteng, KontraS Sulawesi dan KontraS
Pukul 01.00 wita pos polisi di desa Lakea terbakar, namun sebelumnya beredar isu bahwa warga akan membakar mapolsek Bokat dan mapolsek Bunobogu, sehingga sekitar 30 orang personil Brimob Polda Sulteng dikerahkan ke desa Bokat dan 30 orang personil lainnya dikerahkan ke desa Bunobogu. Situasi dan Kondisi Pasca Bentrok : Kondisi korban dan perawatan terhadap korban Hingga hari ini Sabtu, 04 September 2010 korban tragedi Buol berdarah yang masih dirawat di RSU Buol berjumlah 6 orang yakni : 1. Samsudin Monoarfa (27) luka tembak pada bagian mata sebelah kanan dan mengalami buta permanen (mata kanan) 2. Agus Salim (21) luka tembak dibagian selangkangan tembus bokong sebelah kanan 3. Alimin S Yusuf (38) luka tembak bagian leher menggunakan peluru karet hingga saat ini peluru tersebut masih bersarang dibagian lehernya karena belum dioperasi, dan juga luka tembak dibagian punggung sebelah kiri menggunakan peluru karet 4. Ariyanto (17) luka tembak bagian perut depan tembus kebagian belakang sudah dioperasi tapi kondisinya masih kritis dan rencananya akan dirujuk di RSU Undata Palu 5. Irwan (23) luka tembak bagian kaki kiri, kepala retak karena dipukul dengan popor senapan, mulut luka lebam karena diinjak oleh anggota Brimob, kedua telapak tangannya lebam dan memar akibat injakan dengan sepatu lars oleh seorang anggota Brimob Polda Sulteng 6. Agus Rasiyd (36) luka tembang dibagian bokong sebelah kiri hingga saat ini peluru masih bersarang ditubuhnya karena belum dilakukan operasi. 7. Satu korban atas nama Iksan Mangge yang tertembak pada Rabu, 01 September 2010 pukul 17.40 wita, saat ini dirujuk dan sedang mendapat perawatan di RSU Undata Palu 8. Supriyadi (26) luka tembak bagian perut tembus kekantong kemih (diagnosa medik) telah meninggal pada hari Sabtu, 04 September 2010 sekitar jam 07.30 wita di RSU Buol. Minimnya fasilitas medis dan juga kurangnya ketersediaan obat‐obatan, cairan infus, darah untuk transfusi bagi korban serta terbatasnya tenaga medis yang ada di RSU Buol menyebabkan penanganan perawatan terhadap korban tidak maksimal, upaya untuk merujuk korban ke rumah sakit di propinsi mengalami kendala minimnya transportasi udara dari Buol ke Palu yang hanya terjadwal seminggu 2 kali penerbangan. Page 6 of 7 Laporan Investigasi Lembaga Pengembagan Studi Hukum dan HAM (LPSHAM) Sulteng, KontraS Sulawesi dan KontraS
Kondisi Keamanan Saat ini situasi dan kondisi keamanan sudah mulai pulih, aktivitas warga masyarakat kembali normal, kecuali korban dan keluarga korban masih ada yang trauma. Geliat perekonomian seperti pasar dan pertokoan sudah pulih kembali. Harapan Masyarakat : Menurut pendapat beberapa para tokoh masyarakat, mereka menginginkan agar kasus Buol berdarah ini harus diusut tuntas seluruh pelaku dari pihak kepolisian yang menyebabkan jatuhnya korban menjadi 8 orang meninggal dunia diproses sesuai hukum yang berlaku Meminta kepada Kapolri untuk menindak tegas dengan memecat Kapolda Sulteng, Kapolres dan Wakapolres Buol, Kapolsek Biau serta Kasatlantas Buol dan sekaligus penyampaian perminta maaaf kepada warga masyarakat Buol melalui media cetak maupun elektronik. Membentuk tim investigasi yang independen guna mengungkap kasus Buol Berdarah ini secara objektif, transparan, adil dan tuntas. Meminta untuk sementara waktu pengendalian keamanan di wilayah Buol diserahkan kepada pihak TNI hingga tuntasnya penyelidikan dan penyidikan terhadap insiden tragedi Buol berdarah. Catatan : Aksi massa warga Buol merupakan gerakan spontanitas dikarenakan akumulasi dari ketidak senangan mereka terhadap aparat kepolisian yang ada di Buol, sudah sering anggota polisi melakukan tindakan sewenang‐wengan terhadap warga khususnya warga yang tidak tahu aturan hukum dan sering menjadi pemerasan oleh oknum‐oknum polisi, seperti anggota polisi lalu lintas yang sering melakukan sweeping sesukanya dan mencari‐cari kesalahan khususnya pengendara sepeda motor, jika ada kesalahan maka akan ditilang dan dikenai denda paling sedikit lima puluh ribu rupiah. Sementara itu jika pejabat daerah yang diduga melanggar hukum tidak pernah ditindak, dan ada kasus perdata di kriminalkan.
Page 7 of 7 Laporan Investigasi Lembaga Pengembagan Studi Hukum dan HAM (LPSHAM) Sulteng, KontraS Sulawesi dan KontraS