KORUPSI DIPANDANG DARI SILA “KETUHANAN YANG MAHA ESA” DAN “KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB”
Oleh : Nama : Brq Dagmar Frahadixta NIM : 11.11.4618
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, karena dengan rahmat penulis dapat menyelesaikan tugas pancasila dengan judul “Korupsi Dipandang dari Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”, sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir matakuliah Pancasila STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Drs. Tahajudin sudibyo selaku dosen mata kuliah pancasila. 2. Keluarga tercinta yang telah memberi dukungan dalam bentuk apapun. 3. Netbook Acer Aspire one AOA 150 ZG5 yang telah memberikan tenaganya hingga karya tulis ini dapat diselesaikan. 4. Putri yang telah memberi dukungan dan masukkan, sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan tepat waktu. 5. Edwins yang telah menemani penulis dalam proses pembuatan karya tulis ini. 6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan Semoga makalah yang penulis buat ini bermanfaat bagi semua kalangan.
Yogyakarta, 28 Oktober 2011
penulis
BAB I
1. Latar Belakang Masalah Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok). Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus|politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. Dewasa ini kasus korupsi di Indonesia ini mulai marak di kalangan pejabat, mulai dari pejabat daerah hingga pejabat tinggkat atas. Korupsi seperti kegiatan yang merupakan keharusan secara tidak langsung bagi sesorang yang memiliki kedudukan dan bagi seseorang yang tidak menjunjung tinggi sila pertama yaitu sila Ketuhanan Yang Maha Esa,sila kedua yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab,dan sila ketiga yaitu sila Persatuan Indonesia.
2. Pendahuluan 2.1. Ketuhanan. Istilah Ketuhanan berasal dari pokok kata Tuhan, yaitu suatu Dzat Yang Maha Kuasa, pencipta segala yang ada di alam semesta ini, yang biasa disebut Penyebab Pertama atau Kausa Prima. Sedang istilah Ketuhanan berarti keyakinan dan pengakuan yang diekspresikan dalam bentuk perbuatan terhadap Dzat Yang Maha Kuasa sebagai Pencipta.
Antara keyakinan, pengakuan dan perwujudan (pengekspresian) dalam perbuatan ini merupakan hal-hal pokok yang harus diperhatikan dalam penghayatan sila pertama, karena jika keyakinan yang ada tanpa disertai dengan pengakuan dan perbuatan-perbuatan disebut ingkar terhadap keyakinannya. Demikian sebaliknya, jika hanya ada pengakuan saja tidak diikuti keyakinan dan perbuatan-perbuatan disebut munafik. Maka yang harus diperhatikan ialah keyakinan terhadap adanya Tuhan diikuti dengan pengakuan yang diwujudkan dalam perbuatan-perbuatan. Hal ini disebut dengan istilah iman. Dengan demikian secara singkat dapat dinyatakan Ketuhanan diartikan juga iman terhadap Tuhan. 2.1.1. Ketuhanan Yang Maha Esa Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud dengan Ketuhanan Yang Maha Esa adalah: keyakinan dan pengakuan yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan
terhadap suatu Dzat Yang Maha Tunggal tiada duanya, yang Sempurna, sebagai Penyebab Pertama.
Adapun perwujudan daripada Ketuhanan Yang Maha Esa ini, ialah sikap hidup, pandangan hidup taat dan taklim kepada Tuhan dengan dibimbing oleh ajaran-ajaranNya, yang telah diwahyukan kepada orang-orang tertentu yang biasa disebut para Rasul dan Nabi. Ajaran Tuhan ini berupa petunjuk yang diterima oleh akal untuk kehidupan manusia, baik dalam hidup manusia berhubungan dengan alam semesta, dengan sesama manusia, maupun dengan Tuhan. Manusia harus menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Di dalam ajaran Ketuhanan Yang Maha Esa tidak dibenarkan adanya sikap dan perbuatan yang anti Tuhan Yang Maha Esa dan anti agama, atau dengan kata lain tidak menerima adanya faham yang meniadakan Tuhan Yang Maha Esa (atheisme), dan yang seharusnya ada setelah melaksanakan semua perintah Tuhan dan menjauhi segala larangan-Nya sehingga menjadi kebiasaan adalah toleransi terhadap kebebasan untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinannya, tidak ada paksaan dan tidak dibenarkan tanpa ajaran agama, dan antara penganut agama harus saling hormat-menghormati dan bekerja sama.
2.2. Kemanusiaan Kemanusiaan dari pokok kata manusia, ialah suatu organisme yang berindera dan berakal, sering juga didefinisikan "manusia adalah hewan yang berakal". Definisi ini mengikuti analisis logis, yang memasukkan manusia dalam kelompok jenis hewan, yaitu organisme yang berindera, sedang ciri pembeda bagi manusia untuk membedakan hewan yang lain, karena manusia mempunyai akal budi yang dapat mengatasi gerjuangan hidupnya. Selain itu ada juga yang memberi defimsi bahwa "manusia adalah makhluk yang berakal", hal ini dipengaruhi oleh ajaran-ajaran agama, untuk membedakan manusia dengan makhluk-makhluk yang lain. Dari kata manusia disusun suatu istilah kemanusiaan yang berarti kesadaran, sikap dan perbuatan yang sesuai dengan nilai-nilai hidup manusiawi secara universal. Nilai-nilai
hidup manusiawi yang dimaksudkan di sini ialah pertimbangan baikburuk secara kodrati berada dalam hati nurani manusia yang sesuai dengan ide kemanusiaan.
Dasar pertimbangan yang berada dalam hati nurani manusia ini sifatnya universal, pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari diatur oleh sumber daya kejiwaan, yaitu: akal, rasa dan kehendak. Akal tertuju pada kebenaran, rasa tertuju pads keindahan, dan kehendak tertuju pada kebaikan, yang ketigatiganya saling mempengaruhi, sehingga berdasarkan perpaduan ketiga hal itu secara harmonis, manusia dapat mengerti nilainilai hidup manusiawi yang sesuai dengan ide kemanusiaannya.Untuk mengerti apa yang dimaksud ide kemanusiaan, maka di sini perlu diuraikan terlebih dahulu ide hal ciptaan manusia.
Barang ciptaan manusia sebelum terwujud bentuk, bangun dan sifatnya secara nyata, terlebih dahulu sudah terlukis dalam akal pikiran manusia, atau sudah terbayang-bayang dalam akal, sesuatu hal yang akan dibuatnya/diciptakannya itu, balk sifat, keadaan dan tujuan pembuatannya. Apabila barang yang sudah terwujud nyata itu tidak sesuai dengan yang dibayangkan dalam akal pikiran, berarti barang itu tidak sesuai dengan yang dimaksudkan oleh si pencipta. Bayangan dalam akal pikiran inilah yang disebut ide sesuatu hal ciptaan manusia. 2.2.1. Adil Adil ialah memperlakukan dan memberikan sebagai ras, wajib sesuatu hal yang telah menjadi haknya, baik terhadp1 diri sendiri, sesama manusia, maupun terhadap Tuhan.
Adil terhadap diri sendiri berarti memenuhi tuntutan dir pribadi secara manusiawi, misalnya: memelihara hak hidul yang ada dalam dirinya, tidak membiarkan tersiksa, dan tidall menghilangkan hidup dengan cara bunuh diri dan sebagainya Adil terhadap sesama manusia berarti memberikan sesuatu yang telah menjadi hak orang lain itu sebagaimana mestinya Adil terhadap Tuhan, berarti memenuhi tuntutan Tuhan de. ngan taat dan taklim.
Rumusan adil terhadap diri sendiri dan adil terhadap sesama manusia, secara langsung mudah dimengerti. Sekarang bagaimanakah tata cara untuk memenuhi tuntutan Tuhan itu. Di sinilah sebenarnya manusia diwajibkan mengikuti petunjukpetunjuk Tuhan yang telah diwahyukannya, manusia tidak dapat membuat cara-cara tersendiri, karena tata-cara untuk memenuhi tuntutan ini telah digariskan oleh Tuhan..Oleh karena itu, dalam sila kedua inilah sebenarnya bangsa Indonesia diwajibkan mengikuti agama yang berdasarkan wahyu Tuhan sebagai pelengkap apa yang dinyatakan dalam sila pertama. Antara sila pertama dan sila kedua ini saling_berhubungan dan Baling memperkuat masing-masing sila yang lain. Jika manusia tidak memenuhi apa yang dituntut Tuhan, berarti sifat-sifat dan keadaan manusia tidak sesuai dengan ide kemanusiaan secara universal yang berada dalam Akal Mutlak. Sebagaimana barang buatan manusia yang tidak sesuai dengan ide barang itu dalam akal pikiran semula, berarti barang itu bukan hal yang dimaksudkan sebenarnya oleh "Sang Punya Ide".
2.2.2. Beradab
Beradab asal dari perkataan adab, yang mengandung pengertian tatakesopanan. Beradab artinya: bersikap, berkeputusan dan bertindak berdasarkan pertimbangan nilai-nilai moral yang berlaku dalam hidup bersama.
Di dalam rumusan beradab ini dasar pertimbangannya adalah pernilaian baik dan buruk dalam kelompok manusia tertentu yang dipengaruhi oleh keadaan alam sekeliling maupun perkembangan alam pemikirannya. Dengan demikian ada kemungkinan, apa yang dianggap baik di masa lalu belum tentu baik di masa sekarang, apa yang dianggap baik waktu sekarang belum tentu baik untuk masa mendatang. Demikian jugapernilaian baik bagi sesuatu bangsa belum tentu baik bagi bangsa yang lain. Jadi pengertian beradab ini tergantung pernilaian kelompok manusia tertentu. Oleh karena itu, pengertian beradab ini bersifat subyektif dan tidak dapat berdiri sendiri sebagai konsep yang universal dalam pelaksanaannya, maka harus dihubungkan dengan pengertian adil sebagai dasar pertimbangannya, karena adil bersifat universal, berlaku dimana saja dan kapan saja tidak terbatas oleh ruang clan waktu, yang merupakan tuntutan mutlak hati-nurani dan disesuaikan dengan pertimbangan baik-buruk secara obyektif.
Pernilaian baik-buruk yang merupakan dasar pertimbangan pengertian beradab selalu diikuti oleh budi dan daya manusia dalam hidup yang didasari oleh kehendak, jika dihubungkan dengan pengertian adil akan mempunyai makna yang dinamis,
yaitu balk adalah sesuatu yang membangun dan mengembangkan hidup, sedang buruk adalah sesuatu yang meruntuhkan dan merusak hidup.
3. Rumusan Masalah a. Apakah korupsi sudah mentradisi di Indonesia? b. Apakah korupsi itu dapat dikatakan sebagai penyakit menular di kalangan tempat koruptor itu berada? c. Kapan kondisi yang mendukung munculnya korupsi? d. Bagaimana korupsi dikatakan berkaitan dengan sila pertama, dan kedua?
BAB II
PENDEKATAN
1.
Historis Pendekatan historis tentang korupsi adalah : Sejak masa orde baru, kepala negara sudah seperti memberikan contoh yang tidak baik dengan melakukan korupsi besar-besaran dan rakyat seperti dibungkam dengan kepemimpinannya yang diktaktor. Setelah demokrasi tidak lain dengan masa orde baru, korupsi semakin gencar-gencarnya dilakukan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang terus merugikan perekonomian negara Indonesia. Dan banyak sekali korupsi yang bebas begitu saja dari jeratan hukum yang menjadikan para calon-calon koruptor tidak segan-segan untuk berbuat korupsi yang tidak berakhir.
2.
Yuridis Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsur-unsur sebagai berikut: 1) perbuatan melawan hukum. 2) penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana. 3) memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi. 4) merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
3.
Sosiologis Dipandang dengan pendekatan sosiologis, bahwa korupsi itu menyebabkan kemiskinan dimana-mana, perekonomian negara yang seharusnya bagi kaum yang tidak mampu, tapi koruptor mengambil sebagian besar keuangan yang diperuntukkan untuk kaum tidak mampu tersebut.
BAB IV Pembahasan Masalah a. Apakah korupsi sudah mentradisi di Indonesia?
Diambil dari pendekatan historis, bahwa korupsi yang tidak berkesudahan berawal dari masa orde baru, dan tradisi korupsi yang terus merantai itulah penyebab mentradisinya korupsi di kalangan petinggi atau pejabat-pejabat negara. b. Apakah korupsi itu dapat dikatakan sebagai penyakit menular di kalangan tempat koruptor itu berada? Ya, karena apabila ada satu orang saja yang melakukan korupsi, dan ada yang mengetahuinya, sehingga orang yang mengetahui atau dekat dengan koruptor itu secara otomatis tertarik untuk melakukan perbuatan tersebut. Dan kemungkinan, satu orang yang melakukan korupsi saja akan memicu calon-calon koruptor lain. c. Kapan kondisi yang mendukung munculnya korupsi? Kondisi-kondisi yang mendukung munculnya kegiatan perkorupsian di zaman sekarang ini dipengaruhi beberapa faktor, faktor tersebut antara lain: o Konsentrasi kekuasan di pengambil keputusan yang tidak bertanggung jawab langsung kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-rezim yang bukan demokratik. o Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah o Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar dari pendanaan politik yang normal. o Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar. o Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan "teman lama". o Lemahnya ketertiban hukum. o Lemahnya profesi hukum. o Kurangnya kebebasan berpendapat atau kebebasan media massa. o Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil. d. Bagaimana korupsi dikatakan berkaitan dengan sila pertama,kedua dan ketiga? Sila pertama : Dikatakan melanggar sila pertama karena korupsi adalah tindakan tercela, walaupun mereka mempercayai adanya Tuhan dan mereka yang korupsi adalah orang yang beragama, tapi mereka tidak meyakini bahwa Tuhan itu melihat dan kelak mereka akan menerima hukuman di akhirat.
Sila kedua : Korupsi dapat dikatakan melanggar sila kemanusiaan yang adil dan beradab. Penulis definisikan menjadi 2, yaitu : Kemanusiaan yang adil: melanggar sila karena menyebabkan kemiskinan dimana-mana, sehingga kosrupsi itu menjadikan penyakit sosial. Dan juga merugikan banyak manusia-manusia Indonesia. Dan tidak adanya keadilan di ranah hukum kita, kita ambil contoh saja seorang pencuri buah coklat di hukum 1,5 tahun penjara dan tidak ada konsekuensi, tetapi koruptor yang tertangkap dapat bebas begitu saja dengan menyogok petugas penegak hukum dan mereka dinyatakan bebas. Beradab : adalah tindakan tidak beradab apabila hanya mementingkan kekayaan diri sendiri, dan mereka juga menyebabkan kerugian orang lain dengan korupsi yang dia lakukan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan : Korupsi yang terjadi selama ini adalah kejadian yang memilukan hati, sepertinya Pancasila tidak berpengaruh kedapa oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab tersebut.
Semoga saja Indonesia tidak dijajah oleh penyakit yang disebut dengan korupsi, selain merugikan perekonomian negara, korupsi juga merugikan kaum rendah.
Saran : Agar supaya pembaca membaca beberapa referensi juga untuk melengkapi materi ini.
Referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi Bakry,Noor Ms.1994.Pancasila.Jakarta.