Korelasi Antara Perilaku Menyimpang dengan Kesulitan Belajar Siswa dalam Bidang Studi Ekonomi di Kelas X SMA Negeri 1 Tibawa” Pembimbing: 1. Dr. Hamzah Yunus, M.Pd 2. Dr. Irawaty Igirisa, M.Si OLEH Siswianingsih Mahasiswa Jurusan S1 Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Gorontalo 2013 ABSTRAK Siswianingsih. 911409011. Korelasi Antara Perilaku Menyimpang Dengan Kesulitan Belajar Siswa Dalam Bidang Studi Ekonomi Di Kelas X SMA Negeri 1 Tibawa. Skripsi. Gorontalo. Program Studi S1 Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Negeri Gorontalo. 2013. Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara perilaku menyimpang dengan kesulitan belajar siswa dalam bidang studi ekonomi di kelas X SMA Negeri 1 Tibawa . Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa observasi, Angket dan Dokumentasi. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis regresi dan korelasi sederhana. Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian diperoleh persamaan Regresi Y = 12,235 + 0,588X. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan satu unit skor Perilaku Menyimpang siswa, maka skor Kesulitan Belajar Siswa akan meningkat sebesar 0,588 unit pada konstanta 12,235. Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat dilihat bahwa hipotesis penelitian yang berbunyi diduga terdapat korelasi yang signifikan antara perilaku menyimpang dengan kesulitan belajar siswa dalam bidang studi ekonomi di kelas X SMA Negeri 1 Tibawa terbukti dan dapat di terima. Hasil pengujian koefisien korelasi menunjukkan bahwa Perilaku Menyimpang memiliki hubungan yang sedang terhadap Kesulitan Belajar siswa. Dengan uji koefisien korelasi diperoleh harga korelasi r = 0,49 sementara itu nilai hasil uji determinasi koefisien korelasi diperoleh r2 = 0,2401 atau 24,01%. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat keeratan hubungan antara variable X dengan variabel Y sebesar 24,01%. Artinya variasi variabel kesulitan belajar siswa sekitar 24,01% dapat dijelaskan oleh variabel perilaku menyimpang siswa, sementara 75,99 % sisanya terdapat pada faktor lain diluar perilaku menyimpang Kata Kunci: Perilaku menyimpang, Kesulitan Belajar Siswa ABSTRACT Siswianingsih. Student’s ID 911409011. The Correlation between Deviation Behavior and Student’s Learning Difficulty on Economic Subject in 10th grade of SMA Negeri 1 Tibawa. Skripsi. Gorontalo. Study Program of S1 Economics Education. Department of Economics. Faculty of Economics and Business. Universitas Negeri Gorontalo. This research aimed to investigate the correlation between deviation behavior and student’s learning difficulty on Economic subject in 10th grade of SMA Negeri 1 Tibawa. This research applied quantitative method (associative). This research applied observation, questioner, and documentation. Simple regression and correlation was applied as technique of analyzing the data. That was found the
regression equation Ŷ = 12.235 + 0.588X which meant every one point change on deviation behavior was followed by 0.588 increasing student’s learning difficulty in constant 12.235. The conclusion of this research is the hypothesis “there is correlation between deviation behavior and student’s learning difficulty on Economic subject in 10th grade of SMA Negeri 1 Tibawa” approved and can be accepted. The result of correlation coefficient showed that deviation behavior has average correlation toward student’s learning difficulty. Correlation coefficient test has found correlation value r=0.49 and correlation coefficient determination test has found r2 = 0.2401 or 24.01%. It showed that the significant level between X variable and Y variable as high as 24.01% which meant the student’s learning difficulty variable as high as 24.01% could be explained by deviation behavior, while the rest as 75.99% was influenced by another factor out of deviation behavior. Keywords: Deviation Behavior, Student’s Learning Difficulty. PENDAHULUAN Manusia telah diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dan telah dikodratkan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai mahkluk individu maksudnya manusia harus bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena manusia selalu membutuhkah orang lain. Bahkan ketika
matipun, masih tetap membutuhkan orang lain. Manusia memang tidak
sanggup hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Ada ketergantungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu mengadakan Interaksi sosial yaitu proses di mana orang-orang yang menjalin kontak dan berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Interaksi sosial terjadi antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok. Yang terpenting dalam interaksi sosial adalah pengaruh timbal balik. Selain itu manusia juga selalu belajar untuk melakukan sosialisasi yaitu suatu proses belajar yang seseorang menghayati (internalisasi) norma-norma sosial di mana ia hidup sehingga menjadi individu yang baik. Sosialisasi juga merupakan suatu proses mempelajari kebiasaan dan tata kelakukan untuk menjadi bagian dari suatu masyarakat. Manusia mengadakan interaksi dan sosialisasi dengan tujuan untuk terus menjaga serta berusaha mengadakan hubungan baik dengan manusia lainya. Untuk dapat bertahan dalam suatu lingkungan manusia harus dapat menyesuaikan diri/beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan tersebut. Begitupun dalam sekolah seorang siswa harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah tersebut, siswa yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungannya akan menimbulkan bermacam-macam masalah, baik bagi dirinya maupun terhadap orang lain. Kegagalan dalam penyesuaian diri tersebut merupakan faktor penyebab munculnya siswa yang berperilaku menyimpang yang pada akhirnya akan menimbulkan kesulitan belajar pada siswa yang bersangkutan.
Dalam proses belajar mengajar di sekolah tentunya semua guru mengharapkan agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya. Tetapi pada kenyataannya masih banyak peserta didik yang menunjukkan gejala tidak dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan, misalnya menunjukkan hasil belajar yang tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM), hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan, lambat dalam mengerjakan tugas-tugas kegiatan belajar dan lain sebagainya. Menurut Horton (1984:191) Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat. Di setiap sekolah tentunya memiliki aturan, tatertib yang telah di tetapkan tapi pada kenyataanya masih banyak pesrta didik yang melanggar atauranaturan tersebut. Berdasarkan hasil observasi awal terdapat perilaku menyimpang pada siswa di SMA Negeri 1 Tibawa, misalnya tidak disiplin, ketidakdisiplinan terlihat pada saat siswa di sekolah datang terlamabat, pulang sekolah sebelum waktunya, berada di kantin ketika jam pelajaran berlangsung, berpakaian tidak rapi. Selain tidak disiplin banyak juga peserta didik yang kurang memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan pelajaran hal ini terlihat dari masih banyaknya pesrta didik yang mengacau atau ramai dalam kelas, bercerita dengan teman sebangku, mengerjakan tugas lain ketika pelajaran ekonomi di mulai, mengganggu teman, keluar tanpa izin dan lain-lain. Adanya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh peserta didik, akan mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat dilingkungan sekitarnya, akan berakibat pula terhadap kesulitan belajar para peserta didik itu sendiri. Berdasarkan hasil observasi pendahuluan di SMA Negeri 1 Tibawa, di sekolah tersebut menunjukkan adanya kecenderungan bahwa kesulitan belajar yang dialami oleh para siswa erat kaitannya dengan perilaku menyimpang. pada kenyataan menunjukkan bahwa : masih ada siswa yang perilakunya baik namun mengalami kesulitan dalam belajar,
dan sebaliknya tidak semua siswa yang menunjukkan indikasi perilaku
menyimpang, mengalami kesulitan belajar bahkan ada beberapa siswa yang prestasi belajarnya menunjukkan peningkatan. Untuk itu perlu dikaji ada tidaknya keterkaitan antara perilaku menyimpang dengan kesulitan belajar siswa. pengkajian perlu dilakukan melalui penelitian dengan judul “Korelasi Antara Perilaku Menyimpang dengan Kesulitan Belajar Siswa dalam Bidang Studi Ekonomi di Kelas X SMA Negeri 1 Tibawa”
TINJAUAN PUSTAKA Konsep-konsep kesulitan belajar Siswa/pesrta didik yang mengalami kesulitan belajar sering kali kurang memiliki keterampilan belajar dan keterampilan mengimgat yang efektif, harga diri yang lebih rendah, dan kurang memiliki motovasi untuk berhasil dalam menyelesaikan tugastugas akademik (Ormrod 2008:235). Menurut Djamarah (2008:235) kesulitan belajar adalah suatu kondisi dmana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar Penyebab Kesulitan Belajar Menurut Muhibbin Syah (20011:184), faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam yaitu: a. Faktor intern siswa, yakni hal-hal aatau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa itu sendiri. faktor anak didik (intern) meliputi gangguan atau kekurang mampuan psiko-fisik anak didik, yaitu sebagai berikut : 1.
Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi anak didik.
2.
Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain labilnya emosi dan sikap.
3.
Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga)
b. Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar siswa. Faktor ekstern anak didik meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang mendukung aktivitas belajar anak didik. Faktor lingkungan ini meliputi: 1.
Lingkungan keluarga, contohnya ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2.
Lingkungan
perkampungan/masyarakat,
contohnya
wilayah
perkampungan kumuh (slum area) dan teman sepermainan(per group) yang nakal. 3.
Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
Selain faktor yang bersifat umum di atas, ada pula faktor-faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar anak didik. Faktor-faktor ini di pandang sebagai faktor khusus.
Misalnya
faktor
(ketidakmampuan belajar).
sindrom
psikologis
berupa
learning
disability
Mengenal Pesrta Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar Menurut Djamarah (2008:246) bebereapa gejala sebagai indikator adanya kesulitan belajar anak didik. Dapat dilihat dari petunjuk-petunjuk berikut. 1. Menunjukan prestasi belajar yang rendah, di bawah rata-rata nilai yang di capai oleh kelompok anak didik di kelas 2. Hasil belajar tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. 3. Anak didik lamabat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar 4. Anak didik menunjukan sikap kurang wajar, seperti acuh tak acuh, berpurapura, berdusta, mudah tersinggung dan sebagainya 5. Anak didik menunjukantingkah laku yang tidak seperti biasanya ditunjukan kepada orang lain 6. Anak didik yang tergolong memiliki IQ tinggi, yang secara potensial mereka seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi, tetapi kenyataanya mereka mendapatkan prestasi belajar yang rendah 7. Anak didik yang selalu menunjukan prestasi belajar yang tinggi
untuk
sebagian besar mata pelajaran, tetapi di lain waktu prestasi belajarnya menurun drastis. Dari semua gejala yang tampak itu guru bisa menginter-pretasi atau memprediksi bahwa anak kemungkinan mengalami kesulitan belajar. Dalam proposal ini penilain kesulitan belajar dilihat dari prestasi belajar yang rendah atau perubahan tingkah laku yang terjadi tidak sesuai dengan prestasi yang dicari oleh sebagain besar dari temantemannya sekelasnya Perilaku Menyimpang Menurut Robert M.Z. Lawang
(dalam Budiati
2009:93) adalah semua
tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku tersebut. Menurut Ronald A. Hardert (dalam Laning 2009:96) mendifinisikan perilaku menyimpang adalah setiap tindakan yang melanggar keinginan-keinginan bersama sehingga dianggap menodai kepribadian kelompok yang akhirnya si pelaku dikenai sanksi Menurut Horton (1984:191) yang di maksud dengan penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma ‘kelompok atau masyarakat. Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan
konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan perilaku menyimpang adalah perbuatan pesrta didik yang melanggar aturan (tata tertib) yang telah di tetapkan di Sekolah. Faktor-Faktor perilaku menyimpang Menurut Vina Dwi Laning (2009:103) penyebab perilaku menyimpang terdiri dari beberapa hal diantaranya sebagai berikut: Lingkungan pergaulan Dorongan ekonomi Keinginan untuk dipuji atau gaya-gayaan Pelabelan Gangguan jiwa atau mental Pengaruh media massa
Bentuk-bentuk perilaku menyimpang Menurut Asmani (2012:106) bentuk-bentuk kenakalan remaja yang terjadi di sekolah pada umumnya masih bersifat “ingin menunjukan eksistensi diri” namun perlu di catat bahwa sekecil apapun kenakalan remaja atau perilaku menyimpang, semuanya harus ditangani secara menyeluruh. Berikut ini bentuk-bentuk kanakalan remaja yang sering terjadi di sekolah • • • • • • • •
Rambut panjang bagi siswa putra Rambut disemir Mentato kulit Merokok Berkelahi Mencuri Merusak motor teman Pergaulan bebas
• • • • • •
Pacaran Tidak masuk sekolah Sering bolos Tidak disiplin Ramai dalam kelas Bermain PS pada waktu jam pelajaran • Mengotori kelas dan halaman sekolah dalam penelitian ini bentuk-bentuk prilaku menyimpang yang akan diteliti
adalah bentuk-bentuk perilaku menyimpang yang terjadi dalam sekolah yaitu: tidak disiplin , mengacau dalam kelas, suka mengganggu untuk mencari perhatian, sering membolos, tidak mengerjakan tugas atau mengumpulkan tugas pada waktu yang telah ditentukan. Tujuan Penulisan Tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui Korelasi antara perilaku menyimpang dengan kesulitan belajar siswa dalam bidang studi ekonomi di kelas x, SMA Negeri 1 Tibawa.
METODE PENELITIAN Penelitian kuantitatif asosiatif dilaksanakan di SMA Negeri 1 Tibawa khususnya di kelas X yang jumlah siswanya 228 orang. Siswa yang ditetapkan sebagai obyek penelitian adalah 69 orang, terdiri dari Xa = 9orang, Xb= 7 orang, Xc= 9 orang, Xd = 9 orang, Xe = 9 orang, Xf = 8 orang, Xg = 9 orang, Xh = 9 orang.
Tehnik Pengumpulan Data Pada pelaksanaan penelitian kuantitatif asosiatif ini digunakan beberapa tehnik pengumpulan data yaitu sebagai berikut :
Kuesioner,
Observasi,
Dokumentasi
Tehnik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua bagian, yaitu analisis deskriptif dan analisis inferensial. Analisis deskriptif dilakukan untuk menyajikan data setiap variabel dalam besaran-besaran statistik seperti rata-rata (mean), nilai tengah (median), frekuensi terbanyak (modus), simpangan baku (standar deviasi), dan menvisualisasikannya ke dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan histogram, sedangkan analisis inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. analisis inferensial yang di gunakan adalah analisis regresi dan korelasi sederhana. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Tibawa khususnya di kelas X yang jumlah siswanya 228 orang. Dengan jumlah sampel 69 orang, terdiri dari Xa = 9orang, Xb= 7 orang, Xc= 9 orang, Xd = 9 orang, Xe = 9 orang, Xf = 8 orang, Xg = 9 orang, Xh = 9 orang.
Hasil Pengujian Analisis Deskriptif Data Penelitian Rekapitulasi data hasil penelitian disajikan pada tabel 4.1 dan hasil perhitungan disajikan pada lampiran 10.
Variabel X Y Keterangan:
Tabel 4.1 Rekapitulasi Skor Data Hasil Penelitian Data Skor Skor Rentang Mean Median Modus Min Max 49 94 45 83,14 83,38 84,3 37 77 40 61,32 61,29 60,038
X = perilaku menyimpang Siswa Y = kesulitan belajar Siswa
SD 6,41 8.034
Data Perilaku Menyimpang Siswa Distribusi Frekuensi Perilaku Menyimpang Siswa SMA Negeri 1 Tibawa No
Interval
Fi
Fkum
frel(%)
xi
fi xi
xi2
fixi2
1
49 - 55
1
1
1.4493
52
52
2704
2704
2
56 - 62
0
1
0
59
0
3481
0
3
63 - 69
1
2
1.4493
66
66
4356
4356
4
70 - 76
2
4
2.8986
73
146
5329
10658
5
77 - 83
31
35
44.928
80
2480
6400
198400
6
84 - 90
29
64
42.029
87
2523
7569
219501
7
91 - 97
5
69
7.246
94
470
8836
44180
69 Berdasarkan Tabel
100
5737
479799
nampak bahwa ada 31 orang siswa atau 44,93% yang
memberikan penilaian terhadap Perilaku Menyimpang Siswa dengan skor sekitar rata-rata, ada 34 orang siswa atau 49,27% memberikan penilaian dengan skor di atas rata-rata, dan 4 orang siswa atau 5,77% memberikan penilaian dengan skor di bawah rata-rata. Jadi dapat di simpulkan bahwa Skor Perilaku Menyimpang Siswa di SMA Negeri 1 Tibawa adalah tinggi. Data Kesulitan Belajar Siswa Distribusi Frekuensi Kesulitan Belajar Siswa SMA Negeri 1 Tibawa No Interval fi Fkum frel(%) xi fi xi xi2 fixi2 1 37 - 42 1 1 1.449 39.5 39.5 1560.25 1560.25 2 43 - 48 3 4 4.348 45.5 136.5 2070.25 6210.75 3 49 - 54 8 12 11.59 51.5 412 2652.25 21218 4 55 - 60 20 32 28.99 57.5 1150 3306.25 66125 5 61 - 66 19 51 27.54 63.5 1206.5 4032.25 76612.75 6 67 - 72 12 63 17.39 69.5 834 4830.25 57963 7 73 - 78 6 69 8.696 75.5 453 5700.25 34201.5 Jumlah 69 100 4231.5 263891.3 Berdasarkan Tabel nampak bahwa ada 19 orang siswa atau 27,54 % yang mendapatkan skor sekitar rata-rata, ada 18 orang siswa atau 26,086% mendapatkan skor di atas rata-rata, dan 32 orang siswa atau 46,377% memperoleh skor di bawah rata-rata. Jadi dapat disimpulkan bahwa skor Kesulitan Belajar Siswa SMA Negeri 1 Tibawa cenderung tinggi. Hasil Pengujian Persyaratan Analisis Data Pengujian persyaratan analisis data yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pengujian normalitas galat regresi Kesulitan Belajar Siswa (Y) atas Perilaku Menyimpang siswa (X). Pengujian normalitas data menggunakan uji galat taksiran (Y- Yˆ ) dengan menggunakan uji Lilliefors ( ) Hipotesis statistik yang diuji dinyatakan sebagai berikut:
H0
: Populasi galat taksiran berdistribusi normal
H1
: Populasi galat taksiran tidak berdistribusi normal
Kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika L0 Ltabel dan tolak H0 jika
L0 Ltabel pada taraf nyata α yang dipilih. Dalam penelitian ini dipilih α = 0,05, sehingga untuk n = 69 maka nilai Ltabel = 0,106662 Dari hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program Microsoft Excel 2007 diperoleh nilai
= 0,095267 (Hasil perhitungan disajikan pada lampiran 10 ). Karena
= 0,095267 <
= 0,106662 maka di simpulkan bahwa galat regresi Y
atas X berdistribusi normal. Hasil Pengujian Hipotesis Dari hasil perhitungan analisis korelasi dan regresi sederhana data variabel perilaku menyimpang dengan Kesulitan Belajar Siswa menghasilkan arah regresi b sebesar 0.588 dan konstanta a sebesar 12,235. Dengan demikian bentuk hubungan dari kedua variabel tersebut digambarkan oleh persamaan regresi
= 12,235 + 0,588
Sebelum digunakan untuk menarik kesimpulan penelitian, persamaan regresi ini harus memenuhi syarat linearitas dan signifikansi regresi. Untuk mengetahui kelinearan dan derajat signifikansi (keberartian regresi) digunakan uji F. Dengan menggunakan bantuan program Microsoft Excel 2007 diperoleh nilai F seperti tampak pada Tabel 4.5 (Perhitungan disajikan pada lampiran 11). Tabel ANAVA untuk Uji Signifikansi dan Linearitas Dari Kesulitan Belajar Siswa atas Perilaku Menyimpang siswa F tabel Sumber Varians dk JK RJK F hitung α = 0.05 Total 69 261787 Regresi (a) 1 257481,52 257481,52 Regresi (b|a) 1 1037,56 1037,56 21,27* 3,99 Sisa 67 3267,92 Tuna Cocok 19 775,87 40,83 0,786 ns 1,79 Galat 48 51,92 2492,05 Keterangan: dk
: Derajat kebebasan
JK
: Jumlah Kuadrat
RJK
: Rata-rata Jumlah Kuadrat
ns
: Regresi Berbentuk linear
*
: Sangat signifikan Dari tabel ANAVA di atas untuk uji signifikansi persamaan regresi diperoleh = 21,27 untuk taraf nyata α = 0,05 dengan dk pembilang = 1 dan dk penyebut
= 67 diperoleh F
tabel
= 3,99 Dengan kriteria pengujian jika
≥
pada
taraf signifikan α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) pembilang 1 dan dk penyebut
= n-2 maka regresi signifikan, dalam hal lain tidak signifikan. Karena F 21,27˃F
tabel
= 12,235 + 0,588
= 3,99 berarti persamaan regresi
hitung
=
signifikan
(berarti). Kemudian untuk pengujian linearitas persamaan regresi diperoleh Fhitung = 0,786 untuk taraf nyata α = 0,05 dk pembilang = 19 dan dk penyebut = 48 diperoleh ≤
Ftabel = 1,79 . Dengan kriteria pengujian Jika berbentuk linear, dalam hal lain jika
>
maka model regresi
, maka model regresi tidak
berbentuk linear pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) = 0,786 <
pembilang = k - 2 dan dk penyebut = n - k. Karena, 1,79 berarti persamaan regresi
= 12,235 + 0,588
=
berbentuk linear. Persamaan
ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan satu unit skor Perilaku Menyimpang siswa, maka skor Kesulitan Belajar Siswa akan meningkat sebesar 0,588 unit pada konstanta 12,235 Untuk uji korelasi sederhana skor Perilaku Menyimpang siswa (X) dengan skor Kesulitan Belajar Siswa (Y) diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,49. Koefisien korelasi sederhana ini ternyata berarti (signifikan) setelah dilakukan pengujian keberartian koefisien korelasi dengan menggunakan uji-t pada α = 0,05. Ini berarti bahwa koefisien korelasi Perilaku Menyimpang siswa (X) dengan Kesulitan Belajar Siswa (Y) adalah signifikan (Análisis uji signifikansi koefisien korelasi disajikan pada lampiran 10). Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat korelasi positif antara Perilaku Menyimpang siswa (X) dengan Kesulitan Belajar Siswa (Y) teruji kebenarannya, yaitu semakin tinggi tingkat Perilaku Menyimpang siswa, akan semakin tinggi pula Kesulitan Belajar Siswa. Pengaruh positif antara perilaku menyimpang yang dilakukan peserta didik dalam kelas dengan Kesulitan Belajar Siswa didukung oleh koefisien determinasi ( ) sebesar 0,2401. Hal ini berarti bahwa 24,01%
variasi yang terjadi pada
Kesulitan Belajar siswa dijelaskan oleh variasi Perilaku Menyimpang siswa (X) melalui persamaan regresi
= 12,235 + 0,588 .
Rangkuman hasil pengujian signifikansi koefisien korelasi antara Perilaku Menyimpang siswa dengan Kesulitan Belajar Siswa dan kontribusinya disajikan pada tabel serta perhitungannya disajikan pada lampiran 1 poin 4 Tabel 4.6. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Signifikansi Koefisien Korelasi antara Perilaku Menyimpang siswa (X) dengan Kesulitan Belajar Siswa(Y)
N
dk
69
67
Kontribusi (%) 0,49
0,2401
24,01%
α= 0,05 4,60*
2,000
Keterangan: n
= Jumlah Responden = Koefisien Korelasi antara Perilaku Menyimpang siswa dengan Kesulitan Belajar Siswa = Koefisien Determinasi Perilaku Menyimpang siswa dengan Kesulitan Belajar Siswa
*
= Koesifien Korelasi Signifikan t
hitung
= 4,60 > t
tabel
=2,000 pada
taraf
nyata α = 0,05) Pembahasan Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan sebelumnya serta mengacu pada rumusan hipotesis yang berbunyi terdapat korelasi positif antara Perilaku Menyimpang siswa dengan Kesulitan Belajar Siswa SMA Negeri 1 Tibawa, maka diperlukan uji statistik yang akan digunakan untuk menganalisis permasalahan yang diteliti. Dari hasil uji statistik diperoleh persamaan regresi antara Perilaku Menyimpang siswa dengan Kesulitan Belajar Siswa adalah
= 12,235 + 0,588
.
Model regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu skor Perilaku Menyimpang siswa akan diikuti oleh kenaikan skor Kesulitan Belajar Siswa sebesar 0,588 unit pada konstanta 12,235. Dengan kata lain makin tinggi tingkat Perilaku Menyimpang siswa, makin tinggi pula Kesulitan Belajar Siswa. Hubungan antara kedua variabel juga diperkuat dengan nilai koefisien korelasi antara antara kedua variabel (
). Hasil perhitungan koefisien korelasi sebesar 0,49 ini
mengindikasikan bahwa hubungan Perilaku Menyimpang siswa dengan Kesulitan Belajar Siswa adalah hubungan positif dan kuat. Kuatnya hubungan antara Perilaku Menyimpang Siswa dengan Kesulitan Belajar Siswa adalah 24,01%. Hal ini memberikan gambaran bahwa ada sebesar 24,01% variasi Kesulitan Belajar Siswa yang dapat dijelaskan oleh Perilaku Menyimpang siswa, sedangkan 75,99 % ditentukan oleh faktor lain, misalnya faktor ekstern seperti sarana dan prasarana belajar, cara guru mengajar, kondisi lingkungan keluarga serta, lingkungan tempat tinggal. Maupun intern dari siswa seperti , minat, intelegensi dan sebagainya.
Dengan demikian, hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa terdapat hubungan dan kontribusi perilaku menyimpang terhadap kesulitan belajar siswa. Perilaku yang kurang baik menjadi barometer kesulitan belajar. Dan kesulitan belajar merupakan sesuatu yang harus di hilangkan. perhatian terhadap perilaku menyimpang menjadi penting karena terbukti berpengaruh signifikan, walaupun fakta dan data di atas menunjukkan bahwa pada perilaku menyimpang siswa masih terkategori rendah. Hal ini dapat juga berarti bahwa kesulitan belajar siswa selalu beragam dan berubahubah sehingga membutuhkan proses penyediaan layanan yang adaptif juga.
Perilaku Menyimpang mengakibatkan siswa mengalami kesulitan belajar. Perilaku menyimpang dan kesulitan belajar memiliki hubungan yang signifikan. Dalam hal ini perilaku menyimpang siswa memberikan pengaruh negative terhadap prestasi belajar. Sehingga dapat meningkatkan kesulitan belajar siswa. Semakin tinggi perilaku menyimpang yang dilakukan oleh peserta didik terutama didalam kelas maka semakin tinggi pula kesulitan belajar yang akan dialami oleh peserta didik. simpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil pengujian koefisien korelasi menunjukkan bahwa Perilaku Menyimpang memiliki hubungan yang sedang terhadap Kesulitan Belajar siswa ditunjukkan dengan nilai koefisen korelasi r = 0,49 sementara itu nilai hasil uji determinasi koefisien korelasi diperoleh r2 = 0,2401 atau 24,01%. Hal ini memberikan gambaran bahwa ada sebesar 24,01% variasi Kesulitan Belajar Siswa yang dapat dijelaskan oleh Perilaku Menyimpang siswa, sedangkan 75,99 % ditentukan oleh faktor lain, misalnya faktor ekstern seperti sarana dan prasarana belajar, cara guru mengajar, kondisi lingkungan keluarga serta, lingkungan tempat tinggal. Maupun intern dari siswa seperti , minat, intelegensi dan sebagainya. 2. Hasil pengujian signifikansi koefisien korelasi diperoleh nilai t hitung = 4,60 lebih besar dari nilai ttabel = 2,000. Hal ini membuktikan bahwa Perilaku Menyimpang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kesulitan Belajar siswa. Dan hasil pengujian Regresi sederhana, diperoleh nilai . Ŷ=12,235 + 0,588. Hal ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan satu unit skor Perilaku Menyimpang siswa, maka skor Kesulitan Belajar Siswa akan meningkat sebesar 0,588 unit pada konstanta 12,235. Saran 1.
bagi subjek
Di harapkan kepada siswa untuk selalu berperilaku tidak menyimpang khususnya di dalam kelas, tidak membolos, memperhatikan pelajaran yang di jelaskan oleh guru serta tidak ramai didalam kelas ketika pelajaran sedang berlangsung, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar. 2.
Bagi guru bidang studi
harus bersikap tegas terhadap siswa apabila ada siswa yang membuat keributan di dalam kelas atau ada siswa yang tidak mengerjakan tugas, dengan demikian
diharapkan akan tumbuh sikap disiplin belajar dalam diri siswa yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa. 3.
Pihak sekolah
hendaknya dapat menetapkan aturan atau tata tertib yang tegas dalam menangani siswa, sehingga sikap disiplin akan terwujud yang nantinya akan berpengaruh positif terhadap hasil belajar. Selain itu pihak sekolah juga harus memperhatikan sarana dan prasarana yang ada karena selain perilaku menyimpang ada beberapa faktor lain yang dapat menunjang kesulitan belajar salah satunya sarana dan prasarana. Oleh karena itu pihak sekolah harus memperhatikan
sarana dan prasarana yang ada untuk
meningkatkan prestasi belajar peserta didik. DAFTAR PUSTAKA Arikunto Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta; Rineka Cipta. Asmani Jamal Ma’ruf. 2012. Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah. Jakarta; Buku Biru. Budiati Atik Catur. 2009. Sosiologi kontekstual untuk SMA/MA. Jakrta; Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Djamarah Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta; Rineka Cipta. Horton B. paul. 1984. Sociology. McGRAW-Hill,inc. Jakarta; Erlangga. Lanning Vina Dwi. 2009. Sosioligi untuk SMA/MA. Jakrta; Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Ormrod Jeane Ellis. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta; Erlangga. Sudjana, 2005. Metode Statistika (edisi 6). Bandung ; Tarsito Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Administrasi. Bandung; Alfa Beta. Sugiyono.2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung; Alfa Beta. Syah Muhibbin. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta; PT Raja Grafindo Persada.