KORELASI ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN KIMIA DI SMA Majidah, Hairida, Erlina Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan Email:
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: tingkat self-efficacy siswa kelas XI IPA dalam mata pelajaran kimia di SMA Negeri 2 Mempawah, tingkat hasil belajar siswa kelas XI IPA dalam mata pelajaran kimia di SMA Negeri 2 Mempawah dan untuk mengetahui kuat atau tidak koreasi antara keduanya dalam mata pelajaran kimia di SMA Negeri 2 Mempawah. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan bentuk penelitian korelasional. Subjek penelitian adalah 34 siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Mempawah. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebanyak 55,9% siswa mempunyai self-efficacy yang rendah dan sebanyak 52,9% siswa mempunyai hasil belajar yang tinggi dalam mata pelajaran kimia. Dari hasil korelasi pearson product moment terdapat hubungan yang kuat dan positif antara self-efficacy dan hasil belajar siswa kelas XI IPA dalam mata pelajaran kimia di SMA Negeri 2 Mempawah dengan koefisien korelasi 0,796. Kata kunci : Self-Efficacy, Hasil Belajar Abstract: The aims of this research are to know; level of student’s self-efficacy class XI IPA in chemistry at SMA Negeri 2 Mempawah, level of student’s learning outcomes class XI IPA in chemistry at SMA Negeri 2 Mempawah and to know correlation strength between self-efficacy with learning outcomes in chemistry. The research method that used in this study is descriptive which is correlation. The subject of this research were 34 students in class XI IPA SMA Negeri 2 Mempawah. The results show that 55,9% students have low self-efficacy and 52,9% students have high learning outcomes in chemistry. From outcome correlation pearson product moment there is a strong relationship and positive between self-efficacy with learning outcomes in chemistry at SMA Negeri 2 Mempawah with correlation coefficient is 0,796. Key words : self-efficacy, Learning Outcomes
I
lmu kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit dan menakutkan di jenjang SMA (Das Salirawati, 2008). Sulitnya mata pelajaran kimia disebabkan oleh karakteristik dari ilmu kimia, yaitu: materi kimia yang bersifat abstrak, ilmu kimia merupakan penyederhanaan dari yang sebenarnya, materi kimia yang berurutan dan berkembang dengan cepat, ilmu kimia tidak hanya sekedar memecahkan soal-soal tetapi siswa juga harus mempelajari deskripsi seperti fakta-fakta kimia, aturan-aturan kimia, istilah-istilah kimia, serta
1
materi yang dipelajari dalam ilmu kimia sangat banyak (Elisabeth Kean & Catherine Middlecamp , 1985). Ruang lingkup ilmu kimia yang begitu luas, baik secara deskriptif dan teoritis, telah membuat siswa merasa kesulitan dalam mempelajari kimia secara menyeluruh. Kesulitan ini juga berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif juga dipengaruhi oleh kondisi afektif peserta didik. Seperti yang diungkapkan oleh Popham (dalam Sudrajat, 2008) bahwa ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Ada lima karakteristik afektif yang penting dalam mempengaruhi hasil belajar peserta didik yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral (Sudrajat, 2008). Selanjutnya menurut Ardhana dan Willis (dalam Purwaningsih, 2007), bahwa salah satu faktor yang menentukan hasil belajar siswa adalah konsep diri. Konsep diri ini berkaitan erat dengan keyakinan diri siswa (Self-Efficacy). Menurut Carole Wade dan Carol Tavris (2007) keberhasilan seseorang dalam menguasai suatu materi disebabkan oleh keyakinan yang dimilikinya, karena keyakinan yang akan menyebabkan orang tersebut berperilaku sedemikian rupa sehingga keyakinan tersebut akan menjadi kenyataan. Salah satu sumber keyakinan adalah tingkat kepercayaan diri kita terhadap kemampuan kita sendiri (self-efficacy). Albert Bandura (1997) menyatakan bahwa self-efficacy adalah keyakinan akan kemampuan diri yang dimiliki individu untuk menentukan dan melaksanakan berbagai tindakan yang diperlukan untuk menghasilkan suatu pencapaian. Albert Bandura juga menyebutkan bahwa self-efficacy memiiki dampak yang penting, bahkan sebagai motivator utama terhadap keberhasilan seseorang. Dengan memiliki self-efficacy siswa akan lebih mungkin mengerjakan aktivitas yang dia yakini dapat ia lakukan daripada melakukan pekerjaan yang mereka rasa tidak bisa diselesaikanya. Self-efficacy yang dimiliki seseorang dapat dilihat berdasarkan tiga aspek. Pertama, aspek level yang berkaitan dengan derajat kesulitan tugas individu. Individu akan berupaya melakukan tugas tertentu yang ia persepsikan dapat dilaksanakannya dan ia akan menghindari situasi dan perilaku yang ia persepsikan di luar batas kemampuannya. Kedua, aspek strength yang berkaitan dengan kekuatan pada keyakinan individu atas kemampuannya. Pengharapan yang kuat dan mantap pada individu akan mendorong untuk gigih dalam berupaya mencapai tujuan. Ketiga, aspek generality yang berkaitan cakupan luas bidang tingkah laku di mana individu merasa yakin terhadap kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan dirinya, tergantung pada pemahaman kemampuan dirinya yang terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu atau pada serangkaian aktivitas dan situasi yang lebih luas dan bervariasi (Albert Bandura, 1997). Beberapa peneliti juga berhasil menunjukkan bahwa keyakinan selfefficacy berhubungan positif dalam mempengaruhi prestasi akademik. Sebuah studi meta-analisis yang dilakukan oleh Multon & Brown mengungkapkan bahwa keyakinan keberhasilan berhubungan positif dengan prestasi akademik (dalam Frank Pajares dan Dale H Schunk, 2001). Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2007) yang berjudul “hubungan antara self-efficacy, penyesuaian diri dengan prestasi akademik mahasiswa” menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif
2
dan signifikan antara self-efficacy dan prestasi akademik mahasiswa. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi self-efficacy maka semakin tinggi pula prestasi akademik mahasiswa. Namun, penelitian ini belum pernah dilakukan untuk mata pelajaran kimia. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) tingkat self-efficacy siswa kelas XI IPA dalam mata pelajaran kimia di SMA Negeri 2 Mempawah; 2) tingkat hasil belajar siswa kelas XI IPA dalam mata pelajaran kimia di SMA Negeri 2 Mempawah; 3) kuat atau tidak koreasi antara keduanya dalam mata pelajaran kimia di SMA Negeri 2 Mempawah. METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan bentuk korelasional. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kuat atau tidaknya korelasi antara self-efficacy dengan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Mempawah dalam mata pelajaran kimia. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Mempawah yang berjumlah 34 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengukuran dengan alat pengumpul data berupa angket, wawancara bebas terstruktur dan dokumen nilai rata-rata ulangan siswa kelas XI IPA semester ganjil tahun jaran 2012/2013. Angket yang digunakan adalah angket self-efficacy dengan skala Likert 5 point. Skala Likert 5 point digunakan karena secara teori sikap digambarkan dalam suatu kontinum dari negatif, lewat daerah netral ke positif (Suryabrata, 1998). Sebelum digunakan dalam penelitian, angket diberikan beberapa perlakuan sebagai berikut: Validitas konstruk Dilakukan oleh 5 orang ahli (1 Dosen Pendidikan Kimia, 1 Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia, 1 Dosen Bimbingan Konseling, dan 2 Guru Kimia). Hasil: Tidak ada pernyataan yang dibuang, namun ada beberapa pernyataan yang harus diperbaiki. Uji Coba Angket Dilakukan terhadap siswa kelas XII IPA SMA Negeri 2 Mempawah. Hasil Uji Validitas Uji Reliabilitas Angket self-efficacy: 38 pernyataan Angket self-efficacy : 0,919 (tergolong valid, 6 pernyataan tidak valid. sangat tinggi). Skema 1 Alur perlakuan terhadap angket Setelah melalui beberapa perlakuan, maka angket dapat dikatakan layak untuk digunakan dalam penelitian. Data yang didapatkan dari hasil angket, harus diuji kenormalan dan kehomogenannya guna menentukan metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis. Berikut ini adalah ringkasan dari keseluruhan uji yang dilakukan.
3
Tabel 1 Ringkasan Hasil Uji Uj Prasyarat dan Uji Korelasi Antara Self-Efficacy Dengan Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Kimia Kelas XI IPA di SMA Negeri 2 Mempawah Uji
Metode Statistik
Kriteria Uji
KolmogorovKolmogorov Smirnov
Normal, Jika nilai sig.uji > nilai sig.F test
Levene’s Test
Homogen, jika nilai sig.uji > nilai sig. table
Nilai sig.uji
Nilai sig.test
Kesimpulan
0,05
Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal
Uji Normalitas Self-Efficacy Hasil Balajar Kimia Uji Homogenitas Self-Efficacy Hasil Balajar Kimia Uji Korelasi Self-Efficacy dan Hasil Balajar Kimia
Pearson Product Moment
Korelasi akan berarti berarti jika nilai sig.uji < nilai sig.r-test
0,592 0,152
0,795
Homogen 0,05 Homogen
0,432
0,001
0,05
Korelasi tergolong kuat (r = 0,796)
Setelah dilakukan analisis ternyata ada 6 siswa yang mempunyai kesenjangan skor antara self-efficacy dan hasil belajar dalam mata pelajaran kimia. Keenam siswa tersebut diwawancara untuk mengetahui lebih dalam tentang penyebab kesenjangan skor tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tingkat Self-Efficacy Efficacy Siswa Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat dilihat bahwa dalam mata pelajaran kimia, siswa dengan self-efficacy yang tinggi berjumlah 15 siswa (44,1%) %) dan siswa dengan self-efficacy yang rendah berjumlah 19 siswa (55,9%). Untuk memperjelas kategorisasi tersebut, data ditampilkan dalam bentuk piechart berikut ini: ini
44.1% Self-Efficacy Efficacy Tinggi 55.9%
Self-Efficacy Efficacy Rendah
Gambar ambar 1 Pie Chart Persentase Kategori Self-Efficacy Efficacy Siswa 4
Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa kelas XI IPA mempunyai self-efficacy pada kategori rendah dalam belajar kimia. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya dalam menentukan dan melaksanakan aktifitas belajarnya untuk mencapai apa yang telah ditargetkan sebelumnya dalam belajar kimia, meskipun kenyataannya sudah ada beberapa siswa yang mempunyai selfefficacy tinggi dalam mata pelajaran kimia. Guna memahami materi kimia dengan baik, siswa juga harus mempunyai self-efficacy yang tinggi dalam mata pelajaran kimia. Siswa dengan selfefficacy rendah belum bisa menganalisis perilaku yang akan dilakukannya dengan baik serta meningkatkan usahanya guna mencapai tujuan belajar kimianya. Perasaan mudah putus asa atau kurangnya usaha yang dilakukan juga menyebabkan siswa sulit untuk menemukan solusi dari permasalahan yang ia hadapi. Siswa dengan self-efficacy rendah masih ragu akan kemampuan dirinya sendiri sehingga menyebabkan siswa tersebut menghindari tugas-tugas yang ia anggap sulit, sebelum melakukan usaha yang lebih keras dalam menyelesaikannya. Berbeda dengan siswa yang memiliki self-efficacy tinggi akan cenderung untuk mengembangkan minat mereka dan ketertarikan yang mendalam terhadap suatu aktivitas, mengembangkan tujuan, dan berkomitmen dalam mencapai tujuan tersebut. Mereka juga meningkatkan usaha mereka dalam mencegah kegagalan yang mungkin timbul. Siswa dengan self-efficacy yang tinggi sudah mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugasnya dengan baik. Mereka memiliki rasa percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas yang sulit dan merasa yakin terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapinya. Siswa sudah bisa menganalisis perilaku yang akan dilakukannya dengan baik serta meningkatkan usahanya guna mencapai tujuan belajar kimianya. Berdasarkan hasil wawancara dan nilai ulangan kimia siswa, rendahnya self-efficacy siswa disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, kegagalan siswa dalam mata pelajaran kimia sebelumnya. Ketika siswa merasa pernah gagal pada saat ulangan maupun latihan pada materi kimia sebelumnya, siswa yang memiliki self-efficacy rendah akan cenderung merasa ragu bahwa mereka dapat menyelesaikan ulangan maupun tugas-tugas kimia selanjutnya. Kedua, kurangnya pesan dari orang lain. Menurut Umar dan Syambasril (2011) meskipun terlihat sederhana, namun pesan atau penguatan dari orang lain mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi siswa. Dari hasil wawancara di peroleh informasi bahwa guru jarang sekali memberikan penguatan terhadap siswa saat menyampaikan materi kimia di kelas. Kurangnya penguatan yang diberikan oleh guru menyebabkan rendahnya self-efficacy siswa karena siswa merasa hal-hal baik yang telah dilakukannya tidak mendapat tanggapan dari guru sehingga siswa kurang bersemangat untuk menyelesaikan tugas dengan lebih baik lagi kedepannya. Ketiga, kegagalan orang lain. Siswa kelas XI IPA sebagian besar mempunyai nilai kimia yang rendah dan banyak siswa yang gagal dalam belajar kimia. Hal ini menyebabkan self-efficacy siswa juga
5
rendah karena mereka melihat kegagalan dari teman sekelasnya dan ia merasa ragu akan kemampuannya untuk memahami materi dan menyelesaikan tugastugas kimianya. Karena sebagian besar lingkungan kelas XI IPA mempunyai self-efficacy yang rendah dalam mata pelajaran kimia, maka siswa yang lain juga akan mempunyai self-efficacy yang rendah juga. Jeanne Ellis Ormrod (2008) menyatakan jika siswa melihat teman-temannya gagal dalam menyelesaikan tugas yang diberikan, mereka juga akan jauh kurang optimis dalam menyelesaikan tugas tersebut. Keempat, kegagalan dalam kelompok belajar kimia, Siswa mungkin memiliki self-efficacy yang lebih besar ketika mereka bekerja dalam kelompok daripada sendiri, asalkan kelompok tersebut berfungsi dengan lancar dan efektif (Jeanne Ellis Ormrod, 2008). Berdasarkan hasil wawancara, guru sangat jarang sekali menggunakan model-model pembelajaran yang menggunakan kelompok.. Hal ini dapat menyebabkan selfefficacy siswa menjadi rendah. Ditinjau dari aspek level (tingkat kesulitan tugas), strength (kekuatan keyakinan) dan generality (generalitas) kemampuan self-effficacy siswa berbeda pada setiap aspek. Untuk lebih jelasnya, self-efficacy siswa pada setiap aspek ditampilkan pada histogram berikut ini : 54 53 52 Persentase 51 Siswa 50 49 (%) 48 47 46 45 44
52,9
52,9
52,9
Self_Efficacy Tinggi
47,1
Magnitude
47,1
Strength
47,1
Self_Efficacy Rendah
Generality
Aspek Self-Efficacy
Gambar 2 Diagram Persentase Kategori Self-Efficacy Siswa Pada Aspek Magnitude, Strength dan Generality Self-efficacy siswa pada aspek magnitude yang rendah menunjukkan bahwa siswa belum mampu mempersepsi dirinya bahwa ia mampu untuk menyelesaikan tugas-tugas kimia yang sulit sehingga siswa mudah menyerah saat mengalami kesulitan dalam memahami materi kimia sehingga ia tidak bisa menemukan solusi dari kesulitan belajar kimia yang dihadapinya. Selain itu siswa dengan self-efficacy yang rendah pada dimensi magnitude juga cenderung tidak bisa memilih aktifitas yang akan dilakukannya dengan baik serta belum bisa meningkatkan daya usahanya secara maksimal dalam belajar kimia. Siswa dengan self-efficacy yang tinggi pada aspek strength tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan yang mempengaruhi kekuatan keyakinan
6
akan kemampuan kemampua dirinya sehingga mereka mempunyai ketahanan dan keuletan dalam belajar kimia. Siswa dengan self-efficacy yang rendah pada aspek generality berarti hanya mampu menampilkan aktifitas belajarnya terbatas pada rangkaian aktifitas belajar kimia tertentu saja, tidak dapat menyebar pada berbagai aktifitas belajar kimia yang lain. B. Tingkat Hasil Belajar Siswa Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa siswa dengan hasil belajar kimia yang tinggi berjumlah 18 siswa (52,9%) dan siswa dengan hasil belajar kimia yang rendah berjumlah 16 siswa (47,1%). Untuk memperjelas kategorisasi tersebut, data ditampilkan dalam bentuk piechart berikut ini
47.1%
Hasil Belajar Kimia Tinggi 52,9%
Hasil Belajar Kimia Rendah
Gambar 3 Pie Chart Persentase Kategori Hasil Belajar Kimia Siswa Dari Gambar 3 di atas diketahui terdapat 18 orang siswa kelas XI IPA (52,9%) mencapai hasil belajar tinggi dalam mata pelajaran kimia, sedangkan 16 orang siswa (47,1%) memiliki hasil belajar yang rendah. Dengan melihat hasil perhitungan tersebut, dapat diindikasikan bahwa hampir sebagian dari jumlah siswa kelas XI IPA masih memiliki hasil belajar yang rendah, yaitu sebanyak 16 orang dari 34 siswa. Tinggi rendahnya hasil belajar kimia yang dicapai siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Mempawah ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Slameto (2010) mengungkapkan terdapat dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor faktor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Slameto (2010) (2010) yang merupakan faktor internal diantaranya faktor psikologis yaitu inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan, sedangkan yang termasuk faktor eksternal diantaranya lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masya masyarakat. Untuk faktor psikologis, rendahnya hasil belajar siswa ini selain dipengaruhi oleh faktor-faktor faktor faktor yang diungkapkan oleh Slameto, self-efficacy juga memiliki peranan penting dalam menentukan tinggi rendahnya hasil belajar kimia siswa. pernyataan tersebut tersebut senada dengan ungkapan Schunk dan 7
Pajares (2001) bahwa telah banyak penelitian menunjukkan self-efficacy mempengaruhi motivasi akademik, belajar dan prestasi. Tingkatan selfefficacy yang dimiliki oleh siswa akan berpengaruh kepada motivasi belajar yang nantinya akan berdampak pada tinggi rendahnya hasil yang dicapai oleh siswa. Tinggi rendahnya prestasi yang dicapai oleh seorang siswa di lingkungan sekolah tergantung kepada cara mengajar guru, kurikulum yang diterapkan, hubungan antara guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, kedisiplinan siswa di sekolah, kelengkapan fasilitas di sekolah dan lain sebagainya. Dalam hai ini yang sangat mempengaruhi hasil belajar siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 2 Mempawah adalah cara guru kimia mengajar. Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa guru kimia jarang sekali menyampaikan materi kepada siswa. Guru hanya sering meninggalkan tugas atau latihan kepada siswa, kemudian dibahas bersama-sama. Jadi siswa lebih dituntut untuk membaca dan memahami materi kimia tanpa harus dibimbing oleh guru. Hal ini juga lah yang menjadi salah satu penyebab siswa memperoleh hasil belajar yang kurang memuaskan, sehingga hasil belajar siswa masih berada pada kategori rendah. Siswa masih belum terbiasa untuk belajar secara mandiri, siswa masih membutuhkan guru untuk menjelaskan materi dan membimbing mereka dalam memahami materi-materi kimia. C. Korelasi antara Self-Efficacy dengan Hasil Belajar Siswa Berdasarkan hasil analisis data, didapatkan hasil uji korelasi antara selfefficacy dan hasil belajar kimia siswa sebesar 0,796 yang termasuk pada kategori kuat dengan nilai sig. 0,001. Jika melihat koefisien determinasi, selfefficacy mempengaruhi hasil belajar siswa dalam mata pelajaran kimia sebesar 63,4% yang termasuk pada kategori cukup. Makna dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan kuat dan positif antara selfefficacy dengan hasil belajar siswa kelas XI IPA dalam mata pelajaran kimia di SMA Negeri 2 Mempawah pada Tahun Ajaran 2012-2013. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya yaitu penelitian Wulansari (2002) mengungkapkan bahwa terdapat hubungan kausal positif antara self-efficacy dengan prestasi belajar pada siswa peserat dan non peserta pengajaran intensif disekolah dengan koefisien korelasi sebesar 0,472. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2007) yang berjudul “hubungan antara self-efficacy, penyesuaian diri dengan prestasi akademik mahasiswa” menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara self-efficacy dan prestasi akademik mahasiswa. Dari hasil penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa self-efficacy berkorelasi positif terhadap hasil belajar siswa. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi self-efficacy siswa, maka akan semakin tinggi pula hasil belajar siswa dalam mata pelajaran kimia. Sebaliknya, semakin rendah self-efficacy siswa maka akan semakin rendah pula hasil belajar siswa dalam mata pelajaran kimia.
8
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan 17,6% siswa yang mempunyai kesenjangan skor antara self-efficacy dengan hasil belajar siswa. Kesenjangan skor yang dimaksud adalah ada siswa yang mempunyai selfefficacy yang rendah tetapi mempunyai hasil belajar yang tinggi dalam mata pelajaran kimia, ataupun sebaliknya, siswa yang mempunyai self-efficacy yang tinggi tetapi mempunyai hasil belajar yang rendah. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan 80,3% siswa menjawab belum pernah mengisi angket dengan tujuan untuk menilai dirinya sendiri, biasanya mereka mengisi angket untuk menilai penampilan guru saat mengajar dan hanya 16,7% siswa pernah mengisi angket untuk menilai dirinya sendiri yaitu mengenai motivasi belajar dan minat. Hal ini menyebabkan siswa belum terbiasa untuk mengisi angket untuk menilai dirinya sendiri, mereka belum bisa menentukan sikap atas diri mereka sendiri sehingga dalam pengisian angket mereka merasa belum melakukannya dengan maksimal. Hal ini dibuktikan oleh sebanyak 67,7 % siswa menyatakan masih ragu dalam menentukan sikap terhadap dirinya sendiri. Pernyataan angket juga mendapat respon yang negatif dari 50% siswa yang menyatakan bahwa pernyataan angket tidak dipahami oleh siswa. Misalnya pernyataan: “Saya sering ragu dengan jawaban yang saya tulis dalam ulangan”. Namun, saat mengisi angket 83,3% siswa mengaku jujur saat memilih respon angket, hal ini berarti siswa mengisi angket sesuai dengan apa yang ia lakukan dalam belajar kimia. Dari waktu yang disediakan, sebanyak 33,3 % menyatakan waktu yang diberikan cukup tetapi ada 67,7 % siswa menyatakan bahwa untuk mengisi angket tersebut diperlukan waktu yang lama, karena ia harus dijawab dengan sebenar-benarnya dan menggambarkan diri siswa sendiri. Ada juga yang menyarankan supaya angket dibawa pulang saja. Salah satu hal yang perlu juga diperhatikan adalah self-efficacy cukup mempengaruhi hasil belajar kimia siswa sebanyak 63,4 %, hal ini berarti masih ada 36,6% faktor lain yang juga ikut mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar kimia siswa. Faktor-faktor yang lain tidak diteliti dalam penelitian ini. SIMPULAN Sebanyak 55,9% siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Mempawah mempunyai self-efficacy yang rendah dalam mata pelajaran kimia. Sebanyak 52,9% siswa kelas XI IPA SMA SMA Negeri 2 Mempawah mempunyai hasil belajar yang tinggi dalam mata pelajaran kimia. Terdapat hubungan yang kuat dan signifikan antara self-efficacy dengan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Mempawah dalam mata pelajaran kimia dengan koefisien korelasi sebesar 0,796 yang berada pada ketegori kuat. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi self-efficacy siswa maka akan semakin tinggi pula hasil belajar siswa dalam mata pelajaran kimia dan sebaliknya. DAFTAR RUJUKAN
9
Albert Bandura. 1997. Self-efficacy The Exercise of Control. New York: W.H Freeman and Company. Carole Wade & Carol Tavris. 2007. Psikologi Jilid 2. (Penterjemah: Padang Mursalin & Dinastuti). Jakarta: Erlangga. Das Salirawati. 2008. Siapa Bilang Kimia Itu Sulit?. (Online). Available from: http://staff.uny.ac.id. (2 Juni 2012) Elisabeth Kean & Catherine Middlecamp. 1985. Panduan Belajar Kimia Dasar. (Penerjemah: Hadyana Pujjaatmaka). Jakarta: PT Gramedia. Frank Pajares & Dale H Schunk. 2001. Self- Beliefs and School Success : Selfefficacy, Self-Concept, and School Achievment. (Online). Available from: http://des.emory.edu/mfp/Frank PajaresDale H Schunk2001.htmlakses. (19 Oktober 2012). Jeanne Ellis Ormrod. 2008. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang Jilid 2.(Penerjemah: Amitya Kumara). Jakarta: Erlangga. Nugroho, O.A. (2007). Hubungan antara Self-Efficacy, Penyesuaian Diri dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling FKIP Universitas Widya Mandala Madiun. (Online). Available from: www.scribd.com/mobile.doc/ 5109757. (23 Mei 2012). Purwaningsih, D., D. 2007. Pengaruh Konsep Diri Siswa terhadap Hasil Belajar Materi Bangun Ruang Siswa Kelas VIII SMP Negeri 16 Semarang. (Online). Avaliable: http:// digilib.unnes.ac.id/ gsdl/ collect/ skripsi/ index/ assoc/HASH90be/9a925863.dir/doc.pdf. (5 Juni 2012). Sudrajat, A. 2008. Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif. (Online). Avaliable: http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2008/08/penilaianafektif.pdf. (4 Juni 2012) Suryabrata, Sumadi. 1998. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Jakarta: Depdikbud. Umar, Syahwani & Syambasril. 2011. Buku Ajar Program Pengalaman Lapangan-1 Micro Teaching (Implementasi Kemampuan Dasar Mengajar). Pontianak : FKIP UNTAN. Wulansari, Retno. 2002. Goal Orientantion, Self Efficacy dan Prestasi Belajar pada Siswa Peserta dan Non Peserta Program Pengajaran Intensif di Sekolah. (Online). Available from: www.scribd.com/mobile.doc/ 51082786. (23 Mei 2012)
10