perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN KEMAMPUAN AWAL SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR
Skripsi
Oleh: Christin Elin Wulandari NIM K2307021
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN KEMAMPUAN AWAL SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR
Oleh: Christin Elin Wulandari NIM K2307021
Skripsi Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012 ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Christin Elin Wulandari. HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN KEMAMPUAN AWAL SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidak adanya : (1) hubungan yang berarti antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011; (2) hubungan yang berarti antara kemampuan awal siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011; (3) hubungan yang berarti antara motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa secara bersama-sama dengan prestasi belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011. Penelitian
ini
merupakan
jenis
penelitian
deskriptif
kuantitatif
korelasional. Metode penelitian yang dipakai adalah metode ex post facto. Populasi adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling. Sampel penelitian ini berjumlah 66 siswa. Pengumpulan data dengan menggunakan teknik angket, tes, dan dokumentasi. Teknik angket digunakan untuk mengumpulkan data motivasi belajar siswa sebagai variabel bebas. Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar Fisika siswa sebagai variabel terikat. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan awal siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi ganda dengan uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas, uji independensi dan uji linieritas. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) ada hubungan yang berarti antara motivasi belajar siswa (X1) dengan prestasi belajar Fisika siswa (Y) hal ini ditunjukkan dengan rhitung = 0.4684 yang tergolong cukup berarti dan rhitung lebih besar dari rtabel atau rhitung = 0.4684 > rtabel = 0.244, (2) ada hubungan yang commit(Xto)user berarti antara kemampuan awal siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa 2
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(Y) hal ini ditunjukkan dengan rhitung =0.5043 yang tergolong cukup berarti dan rhitung lebih besar dari rtabel atau rhitung = 0.5043 > rtabel = 0.244, (3) ada hubungan yang berarti antara motivasi belajar siswa (X1) dan kemampuan awal siswa (X2) secara bersama-sama dengan prestasi belajar Fisika siswa (Y), hal ini ditunjukkan Fhitung lebih besar dari Ftabel atau Fhitung = 19.57 > Ftabel = 3.14. Sumbangan relatif (SR) motivasi belajar siswa (X1) terhadap prestasi belajar Fisika siswa (Y) sebesar
45.22% dengan sumbangan efektif sebesar 17.33 %. Sedangkan sumbangan relatif kemampuan awal siswa (X2) terhadap hasil belajar Fisika siswa (Y) sebesar
54.78% dengan sumbangan efektif sebesar 20.99 %.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Christin Elin Wulandari. THE CORRELATION BETWEEN STUDENT MOTIVATION AND STUDENT PRIOR KNOWLEDGE WITH PHYSICS ACHIEVEMENT OF CLASS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University , November 2011. The purpose of this research is to find out: (1) the significant correlation between student motivation with physics achievement of class X SMA Negeri 1 Karanganyar year 2010/2011. (2) the significant correlation between student prior knowledge with physics achievement of class X SMA Negeri 1 Karanganyar year 2010/2011. (3) the collectively significant correlation between student motivation and student prior knowledge with physics achievement of class X SMA Negeri 1 Karanganyar year 2010/2011. This research is kind of correlation descriptive quantitative. This research uses ex post facto method. The population is all student of class X SMA Negeri 1 Karanganyar year 2010/2011. The sample of this research is taken with simple random sampling. The sample of this research amount of 66 students. Collection of data uses technique of questionnaire, test, and documentation. The technique of questionnaire used to collect student motivation data as independent variable. The technique of test used to collect physics achievement data as dependent variable. The technique of documentation used to collect prior knowledge data. The technique of data analysis that used is multiple regression with normality test, independency test, and linearity test. According to the result of research can concluded: (1) there is the significant correlation between student motivation (X1) and physics achievement (Y) that shown raccount=0.4684 included enough significant and raccount more than rtabel or raccount=0.4684> rtabel =0.244. (2) there is the significant correlation between student prior knowledge (X2) and physics achievement (Y) that shown raccount=0.5043 included enough significant and raccount more than rtabel or raccount =0.5043> rtabel=0.244. (3) there is the collectively significant correlation between commit to user student motivation (X1) and student prior knowledge (X2) with physics vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
achievement (Y) that shown Faccount more than Ftabel atau Faccount =19.57> Ftabel =3.14. The relative contribution of student motivation (X1) to physics achievement (Y) is 45.22% with effective contribution is 17.33%. The relative contribution of student prior knowledge (X2) to physics achievement (Y) is 54.78% with effective contribution is 20.99%.
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Jangan sekalipun melupakan tujuan dan jangan salah jalan. (Penulis)
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada: Ayah dan ibuku yang sangat ku hormati dan sayangi Kakak, adik, dan keluargaku terkasih Teman-teman angkatan 2007 commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “Hubungan antara Motivasi Belajar Siswa dan Kemampuan Awal Siswa dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar.” Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam penulisan Skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat diatasi. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ketua Program Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bapak Drs. Sutadi Waskito, M.Pd, Selaku Koordinator Skripsi yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menyusun Skripsi. 5. Bapak Drs. Sutadi Waskito, M.Pd, Selaku Pembimbing I yang telah membimbing penulis sehingga penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan. 6. Ibu Sri Budiawanti, S.Si, M.Si, Selaku Pembimbing II yang telah membimbing penulis sehingga penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan. 7. Segenap dosen Pendidikan Fisika Jurusan PMIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. 8. Bapak Drs. H. Sobirin M, M.Pd, Selaku kepala SMA Negeri 1 Karanganyar yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian. 9. Bapak Drs. Bratha, M.Pd, Selaku guru mata pelajaran Fisika SMA Negeri 1 Karanganyar yang telah memberikan waktu mengajar kepada penulis untuk commit to user mengadakan penelitian. xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10. Orang tua dan keluargaku yang telah mencurahkan segenap kasih sayang dan mendukung setiap langkah sehingga penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan. 11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu untuk terselesaikannya penyusunan Skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih banyak kekurangannya, namun penulis berharap semoga Skripsi yang sederhana ini dapat memberikan sumbangan informasi dan bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan.
Surakarta, Januari 2012 Penulis
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………
ii
PERSETUJUAN ………………………………………………………..……………….
iii
PENGESAHAN ……………………………………………………….…………………
iv
ABSTRAK ……………………………………………………………………………...
v
ABSTRACT …………………………………………………………………………….
vii
MOTTO …………………………………………………………………………………
ix
PERSEMBAHAN ………………………………………………………………………
x
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………
xi
DAFTAR ISI ………. …………………………………………………………………… xiii DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………………
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………………… xvii BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……………..……………………………………
1
B. Identifikasi Masalah ………………………..…………..………………..
3
C. Pembatasan Masalah ………………………..……………..…………….
3
D. Rumusan Masalah ………………………….………………..…………..
4
E. Tujuan Penelitian ………………………….……………………..………
4
F. Manfaat Penelitian …………………………..……………………..……
4
LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka …………………………………………………………
5
1. Belajar …………………………………………………………………
5
a. Hakikat Belajar ………………….……….…………………………
5
b. Tujuan Belajar ………………….………….………………………
5
c. Prinsip- prinsip Belajar ……………………………………..………
6
d. Teori- teori Belajar …………………………………………………
7
e. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Belajar ……………………….
9
2. Motivasi Belajar Siswa………………………………………..……….
11
a. Hakikat Motivasi Belajar Siswa …….…………………………….. commitBelajar to user Siswa ..……………………..….. b. Macam- macam Motivasi
11
xiii
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Fungsi Motivasi Belajar Siswa .……………………..…………..…. 13 d. Upaya Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa ….…….………..…
14
3. Kemampuan Awal Siswa ..…………………………………………...
15
a. Pengertian Kemampuan Awal Siswa .……….………………….…
15
b. Analisis Kemampuan Awal Siswa .………….………………….…
16
4. Prestasi Belajar Fisika ………………………………………………… 17 5. Konsep Suhu dan Kalor dan Alat Optik ……………….…….………
19
a. Suhu dan Kalor ………………………….…………………………
19
b. Alat Optik …………………………………………………..……..
30
B. Penelitian yang Relevan …………………………….……….…………… 40
BAB III
C. Kerangka Berpikir ………………………………………………………
42
D. Hipotesis Penelitian …………………………………………………..…..
43
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian …………………………………..…….……
44
B. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………..….……
44
1. Tempat Penelitian ………………………………………………..…..
44
2. Waktu Penelitian ……………………………………………..………
44
C. Populasi dan Sampel Penelitian ………………………………….………
45
1. Populasi Penelitian …………………………………………..……….
45
2. Sampel Penelitian ……………………………………………….……
45
D. Variabel Penelitian ……………………………………………..…..……
46
1. Variabel Bebas …………………………………………………..……
46
2. Variabel Terikat …………………………………………………..…..
46
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ………………………..…..…
47
1. Teknik Pengumpulan Data ……………………………….………..…
47
2. Instrumen Pengumpulan Data ……………………………………..…
47
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ……………………………………... 49 G. Teknik Analisis Data ……………………………..……………….…….
52
1. Uji Prasyarat Hipotesis ……………………………….………………
52
2. Pengujian Hipotesis …………………………………….…….……… commit to user
54
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV
digilib.uns.ac.id
HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ……………………………………………………………. 58
BAB V
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data ……………………….…………….
60
C. Pengujian Hipotesis ………………………………………………………
64
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ……………………………..…………
69
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan …………………………………………………………….…
71
B. Implikasi Hasil Penelitian ……………………………..……………..….
72
C. Saran …………………………………………………………………..….
72
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………….………….….
74
LAMPIRAN ………………………………………………………………..
77
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan peristiwa yang menyediakan berbagai kesempatan bagi siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Proses belajar menyangkut perubahan aspek-aspek tingkah laku, seperti pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Proses belajar dapat dilihat melalui dua sudut pandang yaitu guru dan siswa. Bagi siswa, belajar merupakan proses internal yang komplek, proses internal tersebut melibatkan seluruh ranah mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Proses belajar mengaktualisasikan ranah-ranah tersebut tertuju pada bahan belajar tertentu. Dari segi guru, proses belajar tersebut dapat diamati secara tidak langsung. Artinya proses belajar yang merupakan proses internal siswa tidak dapat diamati, tetapi dapat dipahami oleh guru. Proses belajar tersebut “tampak” lewat perilaku siswa mempelajari bahan belajar. Perilaku belajar tersebut tampak pada tindak- tindak belajar tentang matematika, kesusasteraan, olah raga, kesenian, dan agama. Perilaku belajar tersebut merupakan respons siswa terhadap tindak mengajar atau tindak pembelajaran dari guru. (Dimyati dan Mudjiono, 1999:18) Baik atau buruknya prestasi belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, antara lain : sikap belajar, motivasi belajar, kemampuan awal, konsentrasi belajar, pengolahan bahan belajar, menyimpan perolehan hasil belajar, menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan berprestasi atau unjuk belajar, rasa percaya diri siswa, intelijensi dan keberhasilan belajar, kebiasaan belajar, dan cita-cita siswa. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, antara lain guru, prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa di sekolah, kurikulum sekolah dan lingkungan keluarga. Menurut pendapat Mc Donald yang dikutip oleh Sardiman (2010:74): “motivasi adalah perubahan energi dalam diri seeorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”. to user Pendapat yang lain, “Motivationscommit help guide children’s activity” (Middleton and 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 Photini, 1999: 65- 88). Dari kedua pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah faktor yang menyebabkan seseorang melakukan suatu kegiatan. Dalam pendidikan motivasi yang dimaksud adalah motivasi belajar. Motivasi belajar berhubungan erat dengan prestasi belajar. Apabila siswa mempunyai motivasi belajar tinggi,
akan diikuti dengan tingkat pencapaian
prestasi belajar yang tinggi pula. Motivasi belajar yang tinggi dapat ditunjukkan antara lain: perhatian dan ketertarikan terhadap proses pembelajaran di kelas, keinginan untuk memperoleh nilai baik, dan kemauan untuk belajar. Begitu pula sebaliknya apabila siswa mempunyai motivasi belajar rendah, maka tingkat pencapaian prestasi belajar akan rendah. Rendahnya motivasi siswa antara lain ditunjukkan dengan tidak adanya kesadaran untuk belajar dan mengerjakan tugas/ PR. Kemampuan
awal
siswa
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi baik atau buruknya prestasi belajar siswa. Kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran. Untuk mata pelajaran Fisika khususnya. kemampuan awal ini merupakan prasyarat untuk mengikuti materi pelajaran selanjutnya dengan lancar. Hal ini disebabkan karena materi pelajaran Fisika umumnya merupakan pembentukan proses dan saling berkaitan satu dengan yang lain. Apabila siswa mengalami kesulitan dalam suatu materi Fisika tertentu, seharusnya siswa tersebut mempelajari sampai paham dan mengerti agar untuk materi selanjutnya yang mungkin berhubungan dengan materi sebelumnya, dapat dikuti dengan lancar. Namun pada kenyataannya, siswa-siswa apabila menemui kesulitan dalam materi Fisika tertentu akan cenderung mengabaikan dan tidak mau menanyakan kepada guru atau teman. Akibatnya, pada materi selanjutnya siswa tersebut akan menemui banyak kesulitan. Oleh karena hal tersebut, penulis memandang perlu untuk mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan antara Motivasi Belajar Siswa dan Kemampuan Awal Siswa dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas timbul permasalahan sebagai berikut: 1.
Prestasi belajar Fisika siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal siswa.
2.
Rendahnya motivasi belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran Fisika.
3.
Bagaimanakah menumbuhkan motivasi belajar siswa agar tercapai prestasi belajar Fisika siswa yang maksimal.
4.
Banyak siswa cenderung mengabaikan dan tidak mau menanyakan kepada guru atau teman apabila menemui kesulitan dalam materi fisika tertentu, yang mengakibatkan banyaknya kesulitan yang ditemui pada materi selanjutnya.
5.
Perbedaan tingkat motivasi belajar siswa dapat menyebabkan perbedaan prestasi belajar Fisika siswa.
6.
Perbedaan kemampuan awal siswa dapat menyebabkan perbedaan prestasi belajar Fisika siswa.
7.
Motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa secara bersama - sama berhubungan dengan prestasi belajar Fisika siswa.
C. Pembatasan Masalah Bedasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, penulis membatasi agar penelitian ini dapat mencapai tujuan, ruang lingkup, dan arah yang jelas. Adapun pembatasan masalah untuk penelitian ini : 1.
Perbedaan tingkat motivasi belajar siswa dapat menyebabkan perbedaan prestasi belajar Fisika siswa.
2.
Perbedaan kemampuan awal siswa dapat menyebabkan perbedaan prestasi belajar Fisika siswa.
3.
Motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa secara bersama - sama berhubungan dengan prestasi belajar Fisika siswa. Adapun perincian dari pembatasan masalah di atas sebagai berikut:
1.
Kemampuan awal siswa yang dimaksud adalah nilai murni Fisika Semester I commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 2.
Prestasi belajar Fisika siswa yang dimaksud adalah nilai mid Semester II dengan pokok bahasan Alat Optik dan Suhu dan Kalor.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut : 1.
Adakah hubungan yang berarti antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa Kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar?
2.
Adakah hubungan yang berarti antara kemampuan awal siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa Kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar?
3.
Adakah hubungan yang berarti secara bersama- sama antara motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa Kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar?
E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidak adanya : 1.
Hubungan yang berarti antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa Kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar.
2.
Hubungan yang berarti antara kemampuan awal siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa Kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar.
3.
Hubungan yang berarti secara bersama- sama antara motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa Kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar.
F. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain : 1.
Memberi sumbangan pemikiran kepada orang tua, guru, dan siswa dalam upaya meningkatkan motivasi belajar khususnya dalam mata pelajaran Fisika
2.
Siswa diharapkan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa untuk to user meningkatkan prestasi belajarcommit Fisika siswa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar a. Hakikat Belajar Banyak macam- macam aktivitas - aktivitas yang oleh setiap orang dapat disebut sebagai perbuatan belajar. Belajar memiliki makna dan cakupan yang luas dan komplek, sehingga pengertian belajar banyak dipengaruhi oleh teori-teori belajar yang dianut oleh beberapa ahli, namun beberapa diantaranya mempunyai kesamaan. Beberapa ahli mengemukakan pengertian belajar, antara lain: menurut Sardiman (2010:20): “Belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan perubahan tingkah laku …”. Sedangkan menurut Cronbach, seperti yang ditulis oleh Sardiman (2010: 20), “Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”. Dalam hal ini Cronbach berpendapat bahwa cara atau proses belajar yang paling baik adalah dengan subjek pembelajar mengalami
sendiri
pengalaman
dalam
belajar
dengan
mempergunakan
pancainderanya. Senada dengan Cronbach, Geoh menyatakan, “Learning is a change in performance as a result of practice” (Sardiman 2010: 20). Ahli yang lain yaitu Harold Spears (Sardiman 2010: 20) menyatakan, “Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction”. Dari beberapa definisi belajar di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dari subjek pembelajaran akibat pengalaman yang diperoleh secara mandiri. b. Tujuan Belajar Dalam kegiatan pembelajaran ada komponen- komponen penyusun yaitu tujuan belajar yang akan dicapai, bahan pengajaran yang digunakan mencapai tujuan, guru dan siswa yang memainkan peranan dalam pembelajaran, jenis kegiatan dan sarana prasarana yang tersedia. Salah satu komponen penting adalah tujuan belajar. Karena berhasil atau tidaknya sebuah kegiatan pembelajaran dapat commit to user dilihat dari ketercapaian tujuan belajar. 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 Menurut Bloom tujuan belajar dikelompokkan menjadi tiga kelompok ranah, yaitu : Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi… Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b) ketrampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan ketrampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif. (Nana Sudjana, 2005:22- 23) Kemudian muncul revisi taksonomi Bloom yang diungkapkan oleh Anderson L.W dan Krathwohl, ranah kognitif meliputi mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. (Ana Ratna Wulan, 2011 http://file.upi.edu/Direktori/SPS/ ). Seperti yang diungkapkan oleh Sardiman (2010:26) bahwa: “tujuan belajar mencakup beberapa hal yaitu untuk (1) mendapatkan pengetahuan, (2) penanaman konsep dan ketrampilan, (3) pembentukan sikap.” Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah untuk mendapatkan pengetahuan, ketrampilan, dan penanaman sikap mental/ nilai- nilai. c. Prinsip- prinsip Belajar Selama proses belajar pasti ditemukan kesulitan- kesulitan baik kesulitan dalam memahami apa yang dipelajari maupun kesulitan dalam menghadapi pengaruh- pengaruh dari luar maupun dari dalam diri sendiri, yang berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar tersebut. Keberhasilan proses belajar dapat dilihat dalam hasil belajar yang diperoleh. Oleh karena itu, seseorang yang melakukan kegiatan belajar perlu mengetahui prinsip- prinsip belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono prinsip- prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi,
keaktifan,
keterlibatan
langsung/
berpengalaman,
pengulangan,
tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual (Dimyati dan Mudjiono, 1999: 42). Sedangkan menurut Slameto, prinsip- prinsip belajar dibedakan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7 a. Bedasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar 1) dalam belajar setiap siswa harus diusahakan berpartisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional; 2) belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional; 3) belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif; 4) belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya. b. Sesuai hakikat belajar 1) belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya; 2) belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi, dan discovery; 3) belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan response yang diharapkan; c. Sesuai materi/ bahan yang harus dipelajari 1) belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya; 2) belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya. d. Syarat keberhasilan belajar 1) belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang; 2) repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali- kali agar penertian/ ketrampilan/ sikap itu mendalam pada siswa. (Slameto, 2010:28) d. Teori- teori Belajar Seperti yang telah diuraikan didepan bahwa belajar mencakup makna yang sangat luas dan kompleks, maka banyak para ahli yang mengemukakan teori belajar. Teori belajar tersebut antara lain: 1) Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya Sardiman (2010: 30) berpendapat bahwa dalam teori ini jiwa manusia terdiri dari berbagai macam daya. Daya tersebut dapat dilatih sehingga dapat melaksanakan fungsinya. Teori ini berpendapat bahwa hasil pembentukan dari daya tersebut lebih penting dari pengusaan bahan/ atau materi. Teori ini jika dikaitkan dengan kegiatan belajar, bahwa hasil belajar lebih penting daripada committersebut. to user proses untuk mendapatkan hasil belajar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 2) Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt Teori ini berpendapat bahwa kegiatan belajar harus diawali dengan kegiatan observasi terhadap bahan/ materi yang akan dipelajari. Tokoh dari teori belajar ini adalah Koffka. Menurut aliran ini,”… seseorang melakukan perbuatan belajar jika mendapatkan insight.” (Sardiman, 2010: 31). Insight ini bisa timbul karena adanya: kesanggupan, pengalaman, taraf kompleksitas suatu instansi, latihan, dan trial and error. Prinsip- prinsip belajar menurut teori belajar ini antara lain: a) Manusia berinteraksi dengan lingkungannya secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual tetapi secara fisik, emosional, sosial,dst. b) Belajar adalah proses penyesuaian diri dengan lingkungannya. c) Manusia berkembang sebagai proses keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa, lengkap dengan segala aspek- aspek yang mengiringinya. d) Belajar adalah perkembangan kearah differensial yang lebih luas. e) Belajar akan berhasil jika ada tujuan belajar yang akan dicapai. (Sardiman, 2010:31-32) 3) Teori Belajar Jiwa Asosiasi Sardiman (2010: 33) mengungkapkan bahwa: “ilmu jiwa asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari penjumlahan bagianbagian atau unsur- unsurnya”. Teori belajar jiwa asosiasi ini, termasuk juga di dalamnya teori konektionisme dan teori conditioning. Teori konektionisme berpendapat bahwa hakikat dari belajar menurut Thorndike dalam Sardiman (2010: 33) adalah asosiasi antara kesan panca indra (sense impression) dengan impuls untuk bertindak (impuls to action). Dengan kata lain belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, antara aksi dan reaksi. Dari ketiga teori belajar di atas baik menurut Ilmu Jiwa Daya, Ilmu jiwa Gestalt, dan Jiwa Asosiasi, ada beberapa persamaan antara lain: a) b) c) d)
Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan faktor yang sangat penting. Dalam kegiatan belajar selalu ada halangan/ kesulitan. Dalam belajar memerlukan aktivitas. Dalam menghadapi kesulitan, sering terdapat kemungkinan bermacammacam respons. (Sardiman, 2010: 37) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 4) Teori Konstruktivisme Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan yang diperoleh adalah konstruksi pembentukan kita sendiri. Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan. Bettencourt (1989) menyimpulkan bahwa konstruktivisme tidak bertujuan mengerti hakikat realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana proses kita menjadi tahu tentang sesuatu. Jadi dapat disimpulkan pengertian belajar menurut pandangan dan teori konstruktivisme adalah proses pembentukan pengetahuan secara mandiri. e. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Belajar Seperti yang telah diuraikan di depan, belajar adalah suatu proses yang menghasilkan perubahan tingkah laku. Berhasil atau tidaknya suatu proses belajar dipengaruhi beberapa faktor, yang dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu: (1) faktor yang ada pada diri organism itu sendiri yang kita sebut faktor individual dan (2) faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial. Yang termasuk ke dalam faktor individual antara lain: faktor kematangan/ pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/ keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat- alat yang dipergunakan dalam belajar- mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial. (Ngalim Purwanto, 1990:102) Faktor psikologis dalam cukup berpengaruh terhadap proses belajar. Menurut Thomas F. Staton membagi faktor psikologis menjadi 6 macam yaitu: 1) Motivasi Motivasi meliputi dua hal yaitu: mengetahui apa yang akan dipelajari dan memahami mengapa hal tersebut dipelajari. 2) Konsentrasi 3) Reaksi 4) Organisasi 5) Pemahaman 6) Ulangan Menurut Wasty Soemanto (2003:113) yang dikutip dari Skripsi commit to user “Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP N 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 Semarang” oleh Setyowati, banyak sekali faktor yang mempengaruhi belajar namun dari sekian banyaknya faktor yang mempengaruhi belajar, dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu: (1)Faktor-faktor stimuli belajar Stimuli belajar adalah segala hal di luar individu yang merangsang individu tersebut untuk melakukan kegiatan belajar, misalnya suasana lingkungan. (2)Faktor-faktor metode belajar Metode mengajar yang dipakai oleh guru mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh pelajar. Oleh karena itu, metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar, misalnya tentang kegiatan berlatih atau praktek, menghafal atau mengingat, pengenalan tentang hasil-hasil belajar, bimbingan dalam belajar. (3)Faktor-faktor individual Faktor-faktor individual juga berpengaruh terhadap belajar seseorang. Yang termasuk dalam faktor individual antara lain tentang kematangan individu, usia, tingkat kecerdasan, motivasi, kondisi kesehatan. Arden N. Frandsen seperti yang dituliskan oleh Sumadi Suryabrata dalam bukunya Psikologi Pendidikan mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang untuk belajar: (1) adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas (2) adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju (3) adanya keinginan untuk mandapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman (4) adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru baik dengan kooperasi maupun kompetisi (5) adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran (6) adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar. (Sumadi Suryabrata, 2006:236) Maslow dalam Psikologi Pendidikan (Sumadi Suryabrata: 2006) mengemukakan motif- motif untuk belajar yaitu: (1) adanya kebutuhan fisik (2) adanya kebutuhan akan rasa aman, bebas dari kekhawatiran (3) adanya kebutuhan akan kecintaan dan penerimaan dalam hubungan dengan orang lain (4) adanya kebutuhan untuk mendapat kehormatan dari masyarakat (5) sesuai dengan sifat untuk mengemukakan diri. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 2. Motivasi Belajar Siswa Seperti yang diuraikan di depan, keberhasilan suatu proses belajar dipengaruhi dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Salah satu contoh dari faktor internal adalah motivasi belajar. a. Hakikat Motivasi Belajar Siswa Motivasi berasal dari kata motif. Sardiman (2010: 73) mengungkapkan bahwa motif adalah daya penggerak dan pendorong dari dalam subjek untuk melakukan aktivitas- aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata motif tersebut maka, motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak dan pendorong yang telah menjadi aktif. Banyak para ahli yang berpendapat mengenai pengertian motivasi. Menurut Mc Donald dalam Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Sardiman, 2010:74) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seeorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang diungkapkan oleh Mc. Donald mengandung tiga (3) unsur penting: 1) Bahwa motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. 2) Motivasi ditandai dengan munculnya feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan- persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. 3) Motivasi akan dirangsang dengan adanya tujuan. (Sardiman, 2010:74) Menurut Winkel (1996: 151) yang dikutip dari Skripsi “Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Disiplin Belajar Siswa Pada Saat Layanan Pembelajaran Di Kelas Ii Smu Negeri 1 Limbangan Kabupaten Kendal Tahun 2004/2005”oleh Herlin Febriana, berpendapat bahwa motivasi merupakan daya penggerak di dalam diri orang untuk melakukan aktivitas – aktivitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu. Motivasi selalu dikaitkan dengan kebutuhan. Menurut Morgan dan ditulis kembali oleh Sardiman A. M: “manusia hidup memiliki berbagai macam kebutuhan yaitu (1) kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk sesuatu aktivitas, (2) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 kebutuhan untuk menyenangkan oran lain, (3) kebutuhan untuk mencapai hasil, dan (3) kebutuhan untuk mengatasi kesulitan”. Maslow membagi kebutuhan manusia menjadi 6 yaitu: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Kebutuhan fisiologis Kebutuhan akan rasa aman Kebutuahn untuk dicintai dan dikasihi Kebutuhan untuk dapat diterima sebagai anggota kelompok Kebutuhan akan aktualisasi diri Kebutuhan akan pengetahuan. (Sardiman, 2010: 81)
Pembagian kebutuhan oleh Maslow diatas menunjukkan hierakis kebutuhan, artinya kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling mendasar, dan seterusnya. Dari beberapa pengertian motivasi dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dan pendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar sehingga tercapai hasil belajar yang diinginkan. Apabila motivasi belajar seorang siswa rendah, maka akan menimbulkan rasa malas baik dalam proses belajar dirumah secara individu dan pendidikan formal di sekolah. Tetapi apabila seorang siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi, maka akan timbul minat yang tinggi untuk belajar ataupun mengerjakan tugas- tugas. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar yang diperoleh. b. Macam-macam Motivasi Belajar Siswa Bentuk motivasi belajar di sekolah dibedakan menjadi dua macam yaitu : 1) Motivasi Belajar Intrinsik Sardiman (2010: 89) mengungkapkan motivasi intrinsik adalah motifmotif yang menjadi aktif atau fungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena didalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Selanjutnya menurut pendapat Deci yang ditulis kembali oleh Haris Mudjiman (2008: 38), batasan motivasi instrinsik sebagai kebutuhan psikologis yang dalam, untuk menguasai sesuatu kompetensi dan membuat keputusan- keputusan sendiri. Dari beberapa pengertian diatascommit dapat to disimpulkan bahwa motivasi instrinsik user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 adalah keseluruhan daya penggerak dan pendorong dari dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu. Dalam konteks ini adalah kegiatan belajar. Contoh dari motivasi belajar instrinsik adalah adanya pemahaman akan pentingnya belajar. 2) Motivasi Belajar Ekstrinsik Berbeda dengan motivasi instrinsik, motivasi ekstrinsik adalah keseluruhan daya penggerak dan pendorong dari luar diri seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu. Sardiman (2010:90) berpendapat bahwa motivasi ekstrinsik adalah motif- motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Contoh dari motivasi belajar ekstrinsik adalah dorongan dari orang tua atau teman untuk belajar. Dari segi perspektif motivasi instrinsik lebih bersifat murni karena muncul secara alamiah tanpa membutuhkan pengaruh orang lain. Dalam Hamzah B. Uno, kegiatan belajar yang didorong oleh motivasi intrinsik, bertujuan memenuhi the need for competence (White: 1959) dan the need for self determination (Deci: 2001). Sedangkan menurut Lepper (1988) yang ditulis kembali oleh Haris Mudjiman (2008: 38), orang yang melakukan kegiatan belajar dengan didorong motivasi ekstrinsik
mengharapkan sesuatu reward, atau
menghindari punishment. Namun bukan berarti motivasi belajar ekstrinsik tidak penting karena siswa mengalami senantiasa mengalami perubahan baik secara jasmani maupun psikologis sehingga motivasi dari luar diri siswa sangat dibutuhkan. c. Fungsi Motivasi dalam Belajar Hasil belajar akan menjadi maksimal apabila siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi. Motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Sardiman mengemukakan tiga fungsi motivasi yaitu: (1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. (2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang commit to user harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 (3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan- perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan- perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut…(Sardiman, 2010: 85) Menurut Hamzah B. Uno motivasi belajar sangat dibutuhkan dalam belajar pembelajaran. Adapun peran motivasi belajar dalam belajar pembelajaran yaitu Hamzah B. Uno (2008: 27-28): (1) Menentukan penguatan belajar (2) Memperjelas tujuan belajar (3) Menentukan ketekunan belajar Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi dari motivasi belajar adalah mendorong seseorang dalam hal ini siswa untuk melakukan perbuatan belajar.
d. Upaya Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa Dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik motivasi instrinsik maupun motivasi ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, peserta didik dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Menurut Sardiman (2010: 92): “ada beberapa cara dan bentuk untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah yaitu (1) memberi angka, (2) hadiah, (3) saingan/kompetisi, (4) ego-involvement, (5) memberikan ulangan, (6) mengetahui hasil, (7) pujian, (8) hukuman, (9) hasrat untuk belajar, (10) minat, (11) tujuan yang diakui.” Guru mempunyai peranan banyak dalam proses belajar mengajar, salah satunya adalah sebagai motivator. Peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Selain itu, sebagai motivator seorang guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 Menurut Hamzah B, Uno dalam bukunya Teori Motivasi dan Pengukurannya, mengungkapkan model pengembangan motivasi belajar yaitu: a. Model “Time Continuum” (Wlodkowski: 1991) Menurut model ini ada 6 faktor yang berpengaruh terhadap motivasi belajar yaitu: (1) sikap (attitude), (2) kebutuhan (need), (3) rangasangan (stimulation), (4) emosi (affect), (5) kompetensi (competence), (6) penguatan (reinforcement). b. Model “ Tripartite” (Tuckman: 2001) Sedangkan menurut Haris Mudjiman, model pengembangan motivasi belajar adalah dengan menumbuhkan motivasi instrinsik dari siswa untuk belajar dan menyadari akan pentingnya belajar. Karena perbuatan belajar, seperti halnya perbuatan- perbuatan sadar dan perbuatan tanpa paksaan pada umumnya, selalu didahului oleh proses penbuatan keputusan- keputusan untuk berbuat atau tidak berbuat. Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan motivasi belajar yaitu: (1) Faktor pengetahuan tentang kegunaan belajar (2) Faktor kebutuhan untuk belajar (3) Faktor kemampuan melakukan kegiatan belajar (4) Faktor kesenangan terhadap ide melakukan kegiatan belajar (5) Faktor pelaksanaan kegiatan belajar (6) Faktor hasil belajar (7) Faktor kepuasan terhadap hasil belajar (8) Faktor karakteristik pribadi dan lingkungan terhadap proses pembuatan keputusan. (Haris Mudjiman, 2008: 43) Dari uraian sebelumnya dikatakan bahwa motivasi belajar mempengaruhi baik buruknya hasil belajar yang dicapai siswa. Oleh karena itu, menumbuhkan motivasi belajar baik di sekolah maupun luar sekolah (misalnya: keluarga) sangat dibutuhkan. Menumbuhkan motivasi belajar dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain dengan cara member pujian, memberi hadiah, dan member hukuman. 3. Kemampuan Awal Siswa a. Pengertian Kemampuan Awal Siswa Kemampuan awal seseorang berpengaruh terhadap keberhasilan dalam user berlaku dalam proses belajar, kegiatan yang dilakukan. Hal commit tersebutto juga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 kemampuan awal siswa yang relevan terhadap tujuan instruksional tentang topik atau konsep tertentu yang belum diajarkan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh. Siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dan relevan dengan tujuan instruksional akan lebih mudah untuk menerima dan memahami pelajaran berikutnya, karena pengetahuan dan keadaan yang baru membutuhkan pengetahuan yang lebih rendah tingkatannya. Hal tersebut senada dengan pendapat dari Winkel (1996:134) yaitu … setiap proses belajar mengajar mempunyai titik tolaknya sendiri atau berpangkal pada kemampuan siswa tertentu (tingkah laku awal) untuk dikembangkan menjadi kemampuan baru sesuai dengan tujuan instruksional (tingkah laku final). Oleh karena itu keadaan siswa pada awal proses belajar mengajar tertentu mempunyai relevansi terhadap penentuan, perumusan, dan pencapaian tujuan instruksional. (Winkel, 1996:134) Ahli lain yang bernama Bloom menggunakan istilah lain untuk menyebut kemampuan awal siswa yaitu perilaku kognitif awal. Menurut Bloom proses belajar mempunyai 3 variabel pokok yaitu karakteristik siswa (perilaku kognitif awal), pembelajaran, dan hasil belajar (Purwanto,2009:22). Perilaku kognitif awal menurut Bloom adalah suatu kondisi berupa pengetahuan, ketrampilan yang dimiliki seseorang pada awal studinya dan merupakan prasyarat bagi orang tersebut dalam mengikuti proses belajar yang akan dihadapi dalam subjek tertentu. Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran. Atau bisa dikatakan kemampuan awal adalah keadaan dasar/ alamiah dari siswa sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran. b. Analisis Kemampuan Awal Siswa Pada saat awal masuk ke suatu sekolah, siswa memiliki latar belakang yang berbeda- beda. Termasuk juga kemampuan awal yang berbeda-beda. Dalam hal ini, guru perlu memperhatikan dan mempelajari perbedaan- perbedaan tersebut agar proses pembelajaran yang akan dijalani berjalan dengan baik. Karena apabila guru salah dalam memprediksi kemampuan awal siswanya akan berakibat terhadap proses pembelajaran. Apabila guru sebagai seorang pendidik dalam memperkirakan kemampuan siswa baruto tersebut terlalu rendah, maka akan commit user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 mengakibatkan guru akan mengajarkan sesuatu yang sudah dikuasai siswa dan berakibat sia-sia saja atau siswa merasa jenuh karena mengulang mempelajari sesuatu yang sudah mereka pelajari. Sedangkan bila perkiraan tersebut terlalu tinggi, maka akan berakibat siswa tidak dapat menguasai sesuatu yang diajarkan guru karena latar belakang kemampuan awal siswa belum memenuhi. Masalah tersebut dapat diatasi apabila guru sebagai seorang pendidik mempunyai ketrampilan dan kemampuan untuk mengukur dan menganalisis kemampua awal siswanya. Kemampuan awal siswa dapat diketahui diantaranya dengan teknik pre tes atau tes awal sebelum proses belajar mengajar berlangsung. Kemampuan awal siswa juga dapat ditunjukkan dengan nilai yang diperoleh pada proses pembelajaran sebelumnya, misalnya nilai pada tes semester sebelumya.
4. Prestasi Belajar Fisika Siswa Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, prestasi adalah suatu hasil yang telah dicapai, dilakukan, dan dikerjakan (W.J.S Poerwadarminta, 1993:768). Sedangkan Syaiful Bahri Djamarah (1994: 20- 21) dalam bukunya Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru,yang mengutip dari Mas'ud Hasan Abdul Qahar, bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Dalam buku yang sama Nasrun Harahap, berpendapat bahwa prestasi adalah “penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa”. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil dari sesuatu yang telah dikerjakan. Keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar yang baik dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal siswa. Yang termasuk ke dalam faktor internal adalah tingkat kecerdasan yang baik, pelajaran sesuai dengan bakat yang dimiliki, ada minat dan perhatian yang tinggi dalam pembelajaran, motivasi yang baik dalam belajar, cara belajar yang baik dan strategi pembelajaran yang dikembangkan guru. Sedangkan contoh dari faktor eksternal siswa adalah lingkungan belajar siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 Menurut Merson U Sangalang yang dikutip oleh Tulus Tu’u (2004) yang tertulis pada Skripsi “Pengaruh Motivasi Dan Disiplin Terhadap Prestasi Belajar Mata Diklat Program Produktif Siswa Kelas Ii Jurusan Administrasi Perkantoran Di Smk Antonius Semarang” oleh Riris Marpaong, ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar yang baik, antara lain: a. Faktor kecerdasan Tinggi rendahnya kecerdasan yang dimiliki siswa sangat menentukan keberhasilannya mencapai prestasi belajar, termasuk prestasi-prestasi lain yang ada pada dirinya. b. Faktor bakat Bakat-bakat yang dimiliki siswa apabila diberi kesempatan untuk dikembangkan dalam pembelajaran akan dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan. c. Faktor minat dan perhatian Minat adalah kecenderungan yang besar terhadap sesuatu. Perhatian adalah melihat dan mendengar dengan baik serta teliti terhadap sesuatu. Apabila siswa menaruh minat pada satu pelajaran tertentu biasanya cenderung untuk memperhatikannya dengan baik. Minat dan perhatian yang tinggi pada mata pelajaran akan memberi dampak yang baik bagi prestasi belajar siswa. d. Faktor motif Motif selalu selalu mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Apabila dalam belajar, siswa mempunyai motif yang baik dan kuat, hal ini akan memperbesar usaha dan kegiatannya mencapai prestasi yang tinggi. e. Faktor cara belajar Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh cara belajar siswa. Cara belajar yang efisien memungkinkan mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan cara belajar yang tidak efektif. f. Faktor lingkungan keluarga Keluarga merupakan salah satu potensi yang besar dan positif memberi pengaruh pada prestasi siswa. Terutama dalam hal mendorong, memberi semangat, dan memberi teladan yang baik kepada anaknya. g. Faktor sekolah Sekolah merupakan faktor pendidikan yang sudah terstruktur, memiliki sistem, dan organisasi yang baik bagi penanaman nilai-nilai etik, moral, mental, spiritual, disiplin dan ilmu pengetahuan. (Tulus Tu’u, 2004:78) Untuk mengetahui prestasi belajar siswa dilakukan sebuah tes. Menurut Anne Anastasi (1976) yang ditulis kembali oleh Saifuddin Azwar, mengatakan commit to user bahwa tes pada dasarnya merupakan suatu pengukuran yang objektif dan standar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 terhadap sampel perilaku. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (1995: 51) tes (sebelum adanya Ejaan Yang Disempurnakan dalam Bahasa Indonesia ditulis dengan “test”) adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan- aturan yang sudah ditentukan. Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu alat yang digunakan untuk mengetahui hasil dari suatu proses yang telah dilalui. Menurut Saifuddin Azwar (2002: 8) tes prestasi belajar, secara luas tentu mencakup ketiga kawasan
tujuan pendidikan yang dibagi oleh Benyamin S.
Bloom dkk, yaitu kawasan kognitif, kawasan afektif, dan kawasan psikomotor. Prinsip- prinsip pengukuran prestasi belajar menurut Gronlund yang ditulis kembali oleh Saifuddin Azwar: a. Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan instruksional b. Tes prestasi belajar harus mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil belajar dan dari materi yang dicakup oleh program instruksional atau pengajaran c. Tes prestasi harus berisi aitem- aitem dengan tipe yang paling cocok guna mengukur hasil belajar yang diinginkan d. Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaan hasilnya e. Reliabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dan hasil ukurnya harus ditafsirkan secara hati- hati f. Tes prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar para anak didik. (Saifuddin Azwar, 2002: 18) 5. Konsep Suhu dan Kalor dan Alat Optik a.
Suhu dan Kalor 1) Suhu Dan Termometer Suhu merupakan ukuran mengenai panas atau dinginnya suatu zat atau
benda. Misalnya panci yang sedang digunakan untuk memasak dikatakan bersuhu tinggi, sedangkan es yang membeku dikatakan memiliki suhu rendah. Alat yang dapat mengukur suhu suatu benda disebut termometer. Termometer bekerja dengan memanfaatkan perubahan sifat-sifat fisis benda akibat perubahan suhu. Termometer berupa tabung kaca yang di dalamnya commit to user berisi zat cair, yaitu raksa atau
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 alkohol. Pada suhu yang lebih tinggi, raksa dalam tabung memuai sehingga menunjuk angka yang lebih tinggi pada skala. Sebaliknya, pada suhu yang lebih rendah raksa dalam tabung menyusut sehingga menunjuk angka yang lebih rendah pada skala. Terdapat empat skala yang digunakan dalam pengukuran suhu, yaitu skala Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Kelvin.
Gambar 2.1 Termometer (Joko Sumarsono, 2009: 136) Perbandingan beberapa skala termometer adalah sebagai berikut: TC : (TF
32) : TR
5:9:4
(2.1)
Konversi antara skala Celsius dan skala Fahrenheit dapat dituliskan: TC
5 (TF 9
(2.2)
32)
Konversi antara skala Celsius dan skala Reamur dapat dituliskan: TC
5 (TR ) 4
(2.3)
Konversi antara skala Fahrenheit dan skala Reamur dapat dituliskan: TR
4 (TF 9
(2.4)
32)
2) Pemuaian Pemuaian adalah bertambah besarnya ukuran suatu benda karena kenaikan suhu yang terjadi pada benda tersebut. Kenaikan suhu yang terjadi menyebabkan benda itu mendapat tambahan energi berupa kalor yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 menyebabkan molekul-molekul pada benda tersebut bergerak lebih cepat. Setiap zat mempunyai kemampuan memuai yang berbedabeda. a)
Pemuaian Zat Padat (1) Muai panjang Percobaan menunjukkan bahwa perubahan panjang ΔL pada semua zat
padat, dengan pendekatan yang sangat baik, berbanding lurus dengan perubahan suhu ΔT . Perubahan panjang sebanding dengan panjang awal L0, seperti Gambar 2.2 yaitu pada besi:
Gambar 2. 2 Pemuaian Panjang (Joko Sumarsono, 2009: 138) Besarnya perubahan panjang dapat dituliskan dalam suatu persamaan L
L0 T
dimana
(2.5) adalah konstanta pembanding, disebut juga koefisien muai linier
(koefisien muai panjang) untuk zat tertentu. Satuan untuk
adalah /oC atau (oC)-1
Panjang benda ketika dipanaskan dapat dinyatakan sebagai berikut: L
L0 (1
T)
di mana L L0
(2.6)
= panjang benda saat dipanaskan (m) = panjang benda mula- mula (m) = koefisien muai linear/ panjang (/oC) T = perubahan suhu (oC)
Jika perubahan suhu ΔT = T – T0 bernilai negatif, maka ΔL = L – L0 juga negatif, berarti panjang benda memendek (menyusut). (2) Muai Luas Apabila suatu benda berbentuk bidang atau luasan, misalnya bujur sangkar tipis dengan sisi L0, dipanaskan hingga suhunya naik sebesar T , maka commit to user bujur sangkar tersebut akan memuai pada kedua sisinya. Luas benda mula- mula
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 adalah A0
L20 Pada saat dipanaskan, setiap sisi benda memuai sebesar
ini berarti akan membentuk bujur sangkar baru dengan sisi ( L0
L . Hal
L) . Dengan
demikian, luas benda saat dipanaskan adalah A
A0 (1
T)
(2.7)
dengan
A = luas benda saat dipanaskan (m2) A0 = luas benda mula- mula (m2) 2 = koefisien muai luas (/oC)
T = perubahan suhu (oC) Atau perubahan luas akibat pemuaian dapat dinyatakan dengan
A
A0
T
Jika perubahan suhu ΔT = T – T0 bernilai negatif, maka ΔA = A – A0 juga negatif, berarti luas benda menyusut. (3) Muai Volume Apabila suatu benda berbentuk volume atau padatan, misalnya kubus dengan sisi L0 dipanaskan hingga suhunya naik sebesar
T , maka kubus tersebut
akan memuai pada setiap sisinya. Volume benda mula- mula adalah V0 Pada saat dipanaskan, setiap sisi benda (kubus) memuai sebesar berarti akan membentuk kubus baru dengan sisi ( L0
L30 .
L . Hal ini
L) . Dengan demikian,
volume benda saat dipanaskan adalah V
V0 (1
T)
(2.8)
dengan
V = volume benda saat dipanaskan (m3) V0 = volume benda mula- mula (m3) 3 = koefisien muai volume (/oC)
T = perubahan suhu (oC) Atau perubahan volume akibat pemuaian dapat dinyatakan dengan
V
V0 T
Jika perubahan suhu ΔT = T – T0 bernilai negatif, maka ΔV = V – V0 juga negatif, berarti volume benda menyusut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 b) Pemuaian Zat Cair Contoh pemuaian pada zat cair adalah ketika memasak panci yang berisi penuh air, pada saat suhu sangat tinggi, sebagian dari air tersebut akan tumpah. Hal ini menunjukkan bahwa volume air di dalam panci tersebut memuai atau volumenya bertambah. Sebagian besar zat akan memuai secara beraturan terhadap penambahan suhu. Akan tetapi, air tidak mengikuti pola yang biasa. Bila sejumlah air pada suhu 0oC dipanaskan, volumenya menurun sampai mencapai suhu 4oC. Kemudian, suhu di atas 4oC air berperilaku normal dan volumenya memuai terhadap bertambahnya suhu. Pada suhu di antara 0oC dan 4oC air menyusut dan di atas suhu 4oC air memuai jika dipanaskan. Sifat pemuaian air yang tidak teratur ini disebut anomali air. Dengan demikian, air memiliki massa jenis yang paling tinggi pada 4oC.
Gambar 2. 3 Anomali Air (Joko Sumarsono, 2009: 141) c)
Pemuaian Gas Pemuaian gas tidaklah besar atau tidak dapat secara jelas teramati.
Volume gas sangat tergantung pada tekanan dan suhu. Dengan demikian, akan sangat bermanfaat untuk menentukan hubungan antara volume, tekanan, temperature, dan massa gas. (1) Hukum Boyle Grafik hubungan P - V pada suhu konstan ditunjukkan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
Gambar 2. 4 Grafik hubungan P- V pada suhu konstan (Joko Sumarsono, 2009: 142) Hukum Boyle dapat dituliskan:
PV
konstan atau P1V1
P2V2
(2.9)
dengan: P = tekanan gas pada suhu tetap (Pa) V = volume gas pada suhu tetap (m3) P1 = tekanan gas pada keadaan I (Pa) P2 = tekanan gas pada keadaan II (Pa) V1= volume gas pada keadaan I (m3) V2= volume gas pada keadaan II (m3) (2) Hukum Charles Jacques Charles seorang ilmuwan Perancis menemukan bahwa ketika tekanan gas tidak terlalu tinggi dan dijaga konstan, volume gas bertambah terhadap suhu dengan kecepatan hampir konstan, seperti Gambar 2.5:
Gambar 2. 5 Hubungan Suhu dan Volume pada Tekanan Gas Konstan Tidak Terlalu Tinggi commitdan to user (Joko Sumarsono, 2009: 143)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 Untuk semua gas, grafik hubungan antara volume V dan suhu T dapat digambarkan seperti pada gambar di atas dan garis lurus selalu menuju kembali ke -273 oC pada volume nol. Hal ini menunjukkan bahwa jika gas dapat didinginkan sampai -273 oC, volumenya akan nol, lalu pada suhu yang lebih rendah lagi volumenya akan negatif. Hal ini tentu saja tidak masuk akal. Bisa dibuktikan bahwa -273 oC adalah suhu terendah yang mungkin, yang disebut suhu nol mutlak, nilainya ditentukan -273,15 oC. Hukum Charles dapat dinyatakan dengan persamaan:
V1 T1 dengan V
V2 T2
(2.10)
= volume gas pada tekanan tetap (m3)
T
= suhu mutlak gas pada tekanan tetap (K)
V1
= volume gas pada keadaan I (m3)
V2
= volume gas pada keadaan II (m3)
T1
= suhu mutlak gas pada keadaan I (K)
T2
= suhu mutlak gas pada keadaan II (K)
(3) Hukum Gay Lussac Hukum Gay Lussac berasal dari Joseph Gay Lussac, menyatakan bahwa pada volume konstan, tekanan gas berbanding lurus dengan suhu mutlak. Sehingga dapat dituliskan sebagai berikut:
P1 T1 dengan P
P2 T2
(2.11)
= tekanan gas pada volume tetap (Pa)
T
= suhu mutlak gas pada volume tetap (K)
P1
= tekanan gas pada keadaan I (Pa)
P2
= tekanan gas pada keadaan II (Pa)
T1
= suhu mutlak gas pada keadaan I (K)
T2
= suhu mutlak gas pada keadaan II (K)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 (4) Persamaan Gas Ideal Hukum- hukum diatas dapat digabungkan menjadi satu hubungan yang lebih umum antara tekanan, volume, dan suhu dari gas dengan jumlah tertentu: PV ∝T . Atau dapat dinyatakan sebagai berikut:
PV
nRT
(2.12)
dengan n menyatakan jumlah mol dan R adalah konstanta gas umum.
3) Pengaruh Kalor Terhadap Suatu Zat Setiap ada perbedaan suhu antara dua sistem, maka akan terjadi perpindahan kalor. Kalor mengalir dari sistem bersuhu tinggi ke sistem yang bersuhu lebih rendah. a)
Kalor dapat Mengubah Suhu Benda Kalor merupakan salah satu bentuk energi, sehingga dapat berpindah dari
satu sistem ke sistem yang lain karena adanya perbedaan suhu. Sebaliknya, setiap ada perbedaan suhu antara dua sistem maka akan terjadi perpindahan kalor. b) Kalor dapat Mengubah Wujud Benda Kalor yang diberikan pada zat dapat mengubah wujud zat tersebut. Perubahan wujud yang terjadi ditunjukkan oleh Gambar 2.6:
Gambar 2. 6 Perubahan Wujud Benda (Joko Sumarsono, 2009: 146) 4) Kalor Sebagai Transfer Energi James Prescott Joule (1818 - 1889). Joule melakukan sejumlah percobaan to userbahwa kalor merupakan bentuk yang penting untuk menetapkancommit pandangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 transfer energi. Salah satu bentuk percobaan Joule ditunjukkan secara sederhana seperti pada Gambar 2.7 berikut:
Gambar 2. 7 Percobaan Joule (Joko Sumarsono, 2009: 147) Beban yang jatuh menyebabkan roda pedal berputar. Gesekan antara air dan roda pedal menyebabkan suhu air naik sedikit (yang sebenarnya hampir tidak terukur oleh Joule). Kenaikan suhu yang sama juga bisa diperoleh dengan memanaskan air di atas kompor. Joule menentukan bahwa sejumlah kerja tertentu yang dilakukan selalu ekivalen dengan sejumlah masukan kalor tertentu. Secara kuantitatif, kerja 4,186 joule (J) ternyata ekuivalen dengan 1 kalori (kal) kalor. Nilai ini dikenal sebagai tara kalor mekanik. 4,186 J = 1 kal 4,186 × 103 J = 1 kkal a)
Kalor Jenis (c) dan Kapasitas Kalor (C) Pada abad ke-18, sejumlah ilmuwan melakukan percobaan dan
menemukan bahwa besar kalor Q yang diperlukan untuk mengubah suhu suatu zat yang besarnya ΔT sebanding dengan massa m zat tersebut. Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan: Q
mc T
dengan Q = banyaknya kalor yang diperlukan (J)
m = massa suatu zat yang diberi kalor (kg) c = kalor jenis zat (J/kgoC) ΔT = kenaikan/ perubahan suhu zat (oC) commit to user Kapasitas kalor (C) dapat dirumuskan:
(2.13)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
C
mc
C
Q T
Besarkan kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat adalah Q
(2.14)
mc T
dengan Q = banyaknya kalor yang diperlukan (J)
m = massa suatu zat yang diberi kalor (kg) c = kalor jenis zat (J/kgoC) ΔT = kenaikan/ perubahan suhu zat (oC) C
= kapasitas kalor suatu zat (J/oC)
b) Hukum Kekekalan Energi Kalor (Asas Black) Apabila dua zat atau lebih mempunyai suhu yang berbeda dan terisolasi dalam suatu sistem, maka kalor akan mengalir dari zat yang suhunya lebih tinggi ke zat yang suhunya lebih rendah. Dalam hal ini, kekekalan energi memainkan peranan penting. Sejumlah kalor yang hilang\ dari zat yang bersuhu tinggi sama dengan kalor yang didapat oleh zat yang suhunya lebih rendah. Hal tersebut dapat dinyatakan sebagai Hukum Kekekalan Energi Kalor yang berbunyi: Kalor yang dilepas = Kalor yang diserap
Q1 c)
Q2
Kalor Laten dan Perubahan Wujud Zat Ketika suatu zat berubah wujud dari padat ke cair, atau dari cair ke gas,
sejumlah energi terlibat pada perubahan wujud zat tersebut. Sebagai contoh, pada tekanan tetap 1 atm sebuah balok es (massa 5 kg) pada suhu -40oC diberi kalor dengan kecepatan tetap sampai semua es berubah menjadi air, kemudian air (wujud cair) dipanaskan sampai suhu 100 oC dan diubah menjadi uap di atas suhu 100 oC. Kalor yang diperlukan untuk mengubah 1 kg zat dari padat menjadi cair disebut kalor lebur, LB. Kalor lebur air dalam SI adalah sebesar 333 kJ/kg (3,33 × 105 J/kg), nilai ini setara dengan 79,7 kkal/kg. Sementara itu, kalor yang dibutuhkan untuk mengubah suatu zat dari wujud cair menjadi uap disebut kalor commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 penguapan, dengan simbol LU. Kalor penguapan air dalam satuan SI adalah 2.260 kJ/kg (2,26 × 106 J/kg), nilai ini sama dengan 539 kkal/kg. Kalor yang diberikan ke suatu zat untuk peleburan atau penguapan disebut kalor laten. Atau dapat dirumuskan sebagai berikut: Q
(2.15)
mL
dengan Q = kalor yang diperlukan atau dilepaskan selama perubahan wujud (J)
m = massa zat (kg) L = kalor laten (J/kg)
5) Perpindahan Kalor Ada tiga cara kalor berpindah dari satu benda ke benda yang lain, yaitu konduksi, kenveksi, dan radiasi. a)
Konduksi Peristiwa perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa disertai dengan
perpindahan partikel-partikelnya disebut konduksi. Perpindahan kalor dengan cara konduksi disebabkan karena partikel- partikel penyusun ujung zat yang bersentuhan dengan sumber kalor bergetar. Makin besar getarannya, maka energi kinetiknya juga makin besar. Energi kinetik yang besar menyebabkan partikel tersebut menyentuh partikeldi dekatnya, demikian seterusnya sampai akhirnya Anda merasakan panas. Besarnya aliran kalor secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut: H
kxAx
T d
(2.16)
keterangan: H = kelajaun hantaran (J/s) k = konduktivitas termal daya hantar panas (J/ ms K) d = tebal lapisan (m) t
= lamanya kalor mengalir (s)
b) Konveksi Konveksi adalah perpindahan kalor yang disertai dengan perpindahan commit to user partikel-partikel zat. Perpindahan kalor secara konveksi dapat terjadi pada zat cair
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 dan gas. Perpindahan kalor secara konveksi terjadi karena adanya perbedaan massa jenis zat. Adapun secara empiris laju perpindahan kalor secara konveksi dapat dirumuskan :
H
hA
(2.17)
keterangan: H = laju perpindahan kalor (W) A = luas permukaan benda (m2) h = koefisien konveksi (Wm-2K-4) c)
Radiasi Perpindahan kalor yang tidak memerlukan zat perantara (medium)
disebut radiasi. Setiap benda mengeluarkan energi dalam bentuk radiasi elektromagnetik. Laju radiasi dari permukaan suatu benda berbanding lurus dengan luas penampang, berbanding lurus dengan pangkat empat suhu mutlaknya, dan tergantung sifat permukaan benda tersebut. Secara matematis dapat di tulis sebagai berikut : (2.18) keterangan: H = laju radiasi (W) A = luas penampang benda (m2) T = suhu mutlak (K) e = emisitas bahan = tetapan Stefan Boltzmann (5,67 x 10-8 W/ m2 K4)
b. Alat Optik 1) Mata Mata merupakan indra penglihatan dan organ yang bekerja dengan cara menerima, memfokuskan, dan mentransmisikan cahaya melalui lensa untuk menghasilkan bayangan objek yang dilihatnya. Struktur dasar mata manusia tampak seperti pada Gambar 2.8 berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
Gambar 2. 8 Mata Manusia (Joko Sumarsono, 2009: 112) Diafragma berfungsi untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke mata sehingga objek akan tampak jelas dan mata tidak silau. Pupil sebagai lubang pada diafragma merupakan tempat/jalan masuknya cahaya, sehingga tidak ada cahaya yang dipantulkan darinya karena ini merupakan lubang, dan sangat sedikit cahaya dipantulkan kembali dari bagian dalam mata. Retina berada pada permukaan belakang berfungsi sebagai tempat jatuhnya bayangan. Retina terdiri atas serangkaian saraf dan alat penerima (reseptor) yang rumit, dinamakan dengan sel batang dan sel kerucut yang berfungsi untuk mengubah energi cahaya menjadi sinyal listrik yang berjalan di sepanjang serabut saraf. Di pusat retina ada daerah kecil yang disebut fovea, berdiameter sekitar 0,25 mm, di mana kerucut-kerucut tersusun rapat, bayangan paling tajam dan pemisahan warna paling baik ditemukan. Sistem saraf pada mata menganalisis sinyal untuk membentuk bayangan dengan kecepatan sekitar 30 per detik. Lensa mata hanya sedikit membelokkan berkas cahaya. Umumnya pembiasan dilakukan di permukaan depan kornea (indeks bias = 1,376), yang juga berfungsi sebagai pelindung. Lensa mata berfungsi sebagai penyetel untuk pemfokusan pada jarak yang berbeda. Hal ini dilakukan oleh otot siliari yang mengubah kelengkungan lensa sehingga panjang fokusnya berubah, yang diilustrasikan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
Gambar 2. 9 Pemfokusan pada mata (Joko Sumarsono, 2009: 113) Gambar (a) menunjukkan bahwa untuk pemfokusan pada benda jauh, otot akan rileks dan lensa memipih, sehingga berkas- berkas paralel terfokus pada titik fokus (retina). Sedangkan untuk gambar (b) untuk pemfokusan pada benda dekat, otot berkontraksi, menyebabkan lensa mata mencembung sehingga jarak fokus menjadi lebih pendek, jadi bayangan benda yang dekat dapat difokuskan padan retina, di belakang titik fokus. Kemampuan mata untuk mencembung atau memipihkan lensa mata ini disebut daya akomodasi. a)
Mata Normal (Emetrop) Jarak terdekat yang dapat difokuskan mata disebut titik dekat mata (PP =
punctum proximum). Untuk orang dewasa muda biasanya mempunyai titik dekat 25 cm, walaupun anak-anak sering kali bisa memfokuskan benda pada jarak 10 cm. Selanjutnya, semakin tua usia seseorang, kemampuan berakomodasi makin kurang dan titik dekat bertambah. Adapun jarak terjauh di mana benda masih dapat terlihat jelas disebut titik jauh (PR = punctum remotum). Untuk mata normal adalah mata yang memiliki titik dekat PP = 25 cm dan titik jauh PR = tak berhingga. b) Rabun Jauh (Miopi) Mata miopi atau rabun jauh adalah mata yang hanya dapat memfokuskan benda pada jarak dekat. Titik jauh mata (PR) tidak berada pada tak berhingga tetapi jarak yang lebih dekat, sehingga benda jauh tidak terlihat jelas. Rabun jauh atau miopi biasanya disebabkan oleh lensa mata yang terlalu cembung, sehingga bayangan benda yang jauh terfokus (jatuh) di depan retina. Dengan menggunakan commit to user lensa divergen (cekung), dapat menyebabkan berkas sinar sejajar menyebar,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 sehingga memungkinkan berkas-berkas sinar biasnya terfokus pada retina, seperti Gambar 2.10 berikut:
c)
Gambar 2. 10 Pembentukan Bayangan Penderita Miopi (Joko Sumarsono, 2009: 114) Rabun Dekat (Hipermetropi) Hipermetropi atau rabun dekat adalah mata yang tidak dapat
memfokuskan benda pada jarak dekat. Walaupun benda-benda jauh biasanya terlihat jelas, titik dekat (PP) agak lebih besar dari mata “normal” 25 cm, yang menyebabkan sulit membaca. Kelainan ini disebabkan lensa mata terlalu pipih sehingga bayangan benda yang dilihat terbentuk di belakang retina. Cacat mata ini dapat ditolong dengan lensa konvergen (cembung), seperti Gambar 2.11 berikut:
Gambar 2. 11 Pembetukan Bayangan Penderita Hipermetropi (Joko Sumarsono, 2009: 114) d) Astigmatisma Astigmatisma biasanya disebabkan oleh kornea atau lensa yang kurang bundar sehingga benda titik difokuskan sebagai garis pendek, yang mengaburkan bayangan. Hal ini dikarenakan kornea berbentuk sferis dengan bagian silindrisnya bertumpuk. Gambar di bawah ini menunjukkan lensa silindris memfokuskan titik menjadi garis yang pararel dengan sumbunya. Astigmatisma dapat ditolong commit to user dengan menggunakan lensa silindris.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
Gambar 2. 12 Astigmatisma (Joko Sumarsono, 2009: 114)
2) Lup (Kaca Pembesar) Sebuah kaca pembesar (lup) memungkinkan kita untuk meletakkan benda lebih dekat ke mata kita sehingga membentuk sudut yang lebih besar. Seperti gamabr di bawah ini, perbandingan melihat sebuah objek dengan lup (a) dan tanpa lup (b).
a)
Gambar 2. 13 Pembentukan Bayangan pada Lup (Joko Sumarsono, 2009: 116) Pemakaian Lup dengan Mata Tak Berakomodasi Perbesaran anguler atau daya perbesaran, M, dari lensa didefinisikan
sebagai perbandingan sudut yang dibentuk oleh benda ketika menggunakan lensa, dengan sudut yang dibentuk ketika mata tanpa bantuan lensa, dengan benda pada titik dekat PP dari mata (PP = 25 cm untuk mata normal) dirumuskan sebagai berikut: M
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 Jika mata rileks (untuk ketegangan mata paling kecil), bayangan akan berada pada tak berhingga dan benda akan tepat pada titik fokus, seperti Gambar 2.14 berikut:
Maka didapat, s
M
Gambar 2. 14 Lup Mata tak Berakomodasi (Joko Sumarsono, 2009: 117) h f dan f
PP , dengan PP = 25 cm untuk mata normal. f
(2.19)
b) Pemakaian Lup dengan Mata Berakomodasi Maksimum Perbesaran untuk lensa tertentu dapat diperbesar sedikit dengan menggerakkan lensa dan menyesuaikan mata sehingga terfokus pada bayangan di titik dekat mata.
M
PP 1 f
(2.20)
3) Mikroskop Mikroskop memiliki lensa objektif dan okuler. Lensa objektif adalah lensa yang berhadapan dengan objek yang diamati, sedangkan lensa okuler adalah lensa yang langsung berhadapan dengan mata pengamat. Benda yang ingin diamati diletakkan di luar titik fokus objektif. Bayangan I1 yang dibentuk oleh lensa objektif bersifat nyata, cukup jauh dari lensa, dan diperbesar. Bayangan ini diperbesar oleh okuler menjadi bayangan maya yang sangat besar, I2 yang terlihat oleh mata dan dibalik. Diagram berkas cahaya pada mikroskop ditunjukkan sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
Gambar 2. 15 Pembentukan Bayangan Mikroskop (Joko Sumarsono, 2009: 118) Perbesaran total mikroskop merupakan hasil kali perbesaran yang dihasilkan oleh kedua lensa. Bayangan I1 yang dibentuk oleh objektif adalah sebesar faktor Mob
M ob
hob hob
sob sob
d
f ok sob
(2.21)
Dimana, s ob dan s ob adalah jarak benda dan bayangan untuk lensa objektif, d adalah jarak antar lensa. Lensa okuler bekerja seperti pembesar sederhana (lup). Jika kita anggap bahwa mata rileks (mata tak berakomodasi), perbesaran anguler Mok adalah : M ok
PP f ok
(2.22)
Titik dekat PP = 25 cm untuk mata normal. Karena lensa okuler memperbesar bayangan yang dibentuk oleh objektif, perbesaran anguler total M adalah hasil kali antara perbesaran lateral lensa objektif Mob dengan perbesaran anguler Mok dari lensa okuler, sehingga diperoleh perbesaran total: M
M ok xM ob
M
PP.d f ok . f ob
4) Teleskop (Teropong Bintang) commit to user
(2.23)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 Teleskop digunakan untuk memperbesar benda yang sangat jauh letaknya. Secara garis besar, teleskop atau teropong bintang (teropong astronomi) dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu teleskop pembias (Keplerian) dan teleskop pemantul. a)
Teleskop Pembias (Keplerian) Teleskop pembias terdiri dari dua lensa konvergen (lensa cembung) yang
berada pada ujung-ujung berlawanan dari tabung yang panjang, seperti Gambar 2.16 :
Gambar 2. 16 Pembentukan Bayangan Teleskop Pembias (Joko Sumarsono, 2009: 121) Lensa yang paling dekat dengan objek disebut lensa objektif dan akan membentuk bayangan nyata I1 dari benda yang jatuh pada bidang titik fokusnya fob (atau di dekatnya jika benda tidak berada pada tak berhingga). Walaupun bayangan I1 lebih kecil dari benda aslinya, ia membentuk sudut yang lebih besar dan sangat dekat ke lensa okuler, yang berfungsi sebagai pembesar. Dengan demikian, lensa okuler memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh lensa objektif untuk menghasilkan bayangan kedua yang jauh lebih besar I2, yang bersifat maya dan terbalik. Jika mata yang melihat rileks (tak berakomodasi), lensa okuler dapat diatur sehingga bayangan I2 berada pada tak berhingga. Kemudian bayangan nyata I1 berada pada titik fokus f ok dari okuler, dan jarak antara lensa objektif dengan lensa okuler adalah d
f ob
f ok untuk benda pada jarak tak berhingga.
Perbesaran anguler (daya perbesaran total) teleskop adalah: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
f ob f ok
M
(2.24)
Tanda minus (-) untuk menunjukkan bahwa bayangan yang terbentuk bersifat terbalik. b) Teleskop Pemantul Umumnya teleskop paling besar merupakan jenis teleskop pemantul yang menggunakan cermin lengkung sebagai objektif, seperti Gambar 2.17 berikut :
Gambar 2. 17 Cermin pada Teleskop Pemantul (Joko Sumarsono, 2009: 122) Keuntungan
lain
dari
cermin
sebagai
objektif
adalah
tidak
memperlihatkan aberasi kromatik karena cahaya tidak melewatinya. Selain itu, cermin dapat menjadi dasar dalam bentuk parabola untuk membetulkan aberasi sferis. Teleskop pemantul pertama kali diusulkan oleh Newton.
5) Teropong Terestial (Teropong Medan) Teropong terestrial atau teropong medan yang digunakan untuk melihat benda-benda di Bumi, tidak seperti teropong bintang (teleskop), harus menghasilkan bayangan tegak. a)
Teropong Galilean Teropong Galilean memiliki lensa divergen (lensa cekung) sebagai
okuler yang memotong berkas yang mengumpul dariu lensa objektif sebelum mencapai fokus, dan berfungsi untuk membentuk bayangan tegak maya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
Gambar 2. 18 Pembentukan Bayangan Teropong Galilean (Joko Sumarsono, 2009: 124) b) Spyglass Teropong jenis ini menggunakan lensa ketiga (lensa medan) yang berfungsi untuk membuat bayangan tegak, seperti Gambar 2.19 berikut :
Gambar 2. 19 Pembentukan Bayangan pada Spyglass (Joko Sumarsono, 2009: 125)
6) Kamera Komponen-komponen dasar kamera adalah lensa, kotak ringan yang rapat, shutter (penutup) untuk memungkinkan lewatnya cahaya melalui lensa dalam waktu yang singkat, dan pelat atau potongan film yang peka. Gambar di bawah ini menunjukkan desain sebuah kamera sederhana:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
Gambar 2. 20 Bagan Kamera (Joko Sumarsono, 2009: 125) Ketika shutter dibuka, cahaya dari benda luar dalam medan pandangan difokuskan oleh lensa sebagai bayangan pada film. Film terdiri dari bahan kimia yang peka terhadap cahaya yang mengalami perubahan ketika cahaya menimpanya. Pada proses pencucian, reaksi kimia menyebabkan bagian yang berubah menjadi tak tembus cahaya sehingga bayangan terekam pada film. Benda atau film ini disebut negatif, karena bagian hitam menunjukkan benda yang terang dan sebaliknya. Proses yang sama terjadi selama pencetakan gambar untuk menghasilkan gambar “positif ” hitam dan putih. Film berwarna menggunakan tiga bahan celup yang merupakan warna-warna primer. B. Penelitian yang Relevan Dwi Rahayu Widiyati dalam skripsinya yang meneliti tentang hubungan antara motivasi belajar dan prestasi belajar siswa kelas II pada mata pelajaran ekonomi menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa kelas II pada mata pelajaran ekonomi. Penelitian tersebut dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 2 Karanganyar tahun ajaran 2002/ 2003. Penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif korelasional. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment yang dikonsultasikan r
tabel
pada tingkat signifikansi 5% dan n=70. Hasil
analisis ditunjukkan ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa kelas II pada mata pelajaran ekonomi. Terbukti dengan hasil analisis data diperoleh r
hitung
>r
tabel,
atau r
hitung
= 0,523 > r
tabel
= 0,235 pada
taraf signifikansi 5% yang artinya siswatoyang commit user memiliki motivasi belajar tinggi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 prestasi belajarnya lebih baik daripada siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah. James A. Middleton dan Photini A. Spanias dalam Journal for Research in Mathematic Education 1999, Vol 30 No.1 menyimpulkan bahwa motivasi terhadap mata pelajaran matematika dapat tumbuh dan berkembang dipengaruhi oleh tindakan guru. Hassan Hussein Zeitoun dalam International Journal of Science Education 1989, Vol 11 No.2 menyimpulkan bahwa kemampuan awal dan kemampuan berfikir formal mempunyai peranan penting dalam prestasi belajar siswa khususnya dalam pemahaman konsep- konsep abstrak. Purwanto dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No.069 Tahun 2007 menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh konsekuensi perilaku dan motivasi belajar terhadap hasil belajar. Suwarkono, Soetopo, Lutfi dalam Jurnal Lingkar Mutu Pendidikan Volume 1 No.1 Tahun 2008 menyimpulkan bahwa prestasi belajar matematika dapat ditingkatkan melalui pemantapan kemampuan awal/ prasyarat. Pemantapan kemampuan awal dilakukan dengan cara menguji dan menjelaskan ulang kemampuan awal/ prasyarat untul materi atau pokok bahasan yang akan disajikan disetiap awal pembelajaran atau tatap muka. Seti Sayoga dalam skripsinya meneliti tentang hubungan antara kemampuan awal , kreatifitas siswa dan ketrampilan menggunakan multimedia dengan prestasi belajar mata pelajaran produktif di SMK Muhammadiyah 3 Surakarta. Analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi, uji t dan regresi ganda dengan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas, uji linearitas, pemeriksaan multikolinearitas dan uji non otokorelasi. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, salah satu kesimpulannya tentang hubungan motivasi belajar dan prestasi belajar adalah ada hubungan antara kemampuan awal dengan prestasi belajar produktif di SMK Muhammadiyah 3 Surakarta dengan r hitung > r tabel atau r hitung
= 0,645 > r tabel = 0,254 pada taraf signifikansi 5% .
Farah Christina Dewi dalam skripsinya meneliti tentang hubungan antara commit to userprestasi belajar di SMK Murni 1 fasilitas belajar dan motivasi belajar dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 Surakarta. Model analisis data yang digunakan adalah rumus korelasi product moment dan regresi linear ganda. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara motivasi belajar dengan prestasi belajar, hal ini dapat dibuktikan dengan hasil perhitungan r
hitung
>r
tabel
atau r hitung = 0,411 > r tabel = 0,361.
C. Kerangka Berpikir Motivasi adalah daya penggerak dan pendorong diri seseorang untuk melakukan sesuatu hal/ kegiatan.
Dalam proses pembelajaran motivasi yang
dimaksud adalah motivasi untuk belajar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa motivasi belajar siswa adalah keseluruhan daya penggerak dan pendorong diri siswa untuk melakukan kegiatan belajar sehingga tercapai hasil belajar yang diinginkan. Motivasi belajar siswa ini merupakan salah satu dari banyak faktor yang berhubungan dengan proses belajar. Apabila motivasi belajar siswa rendah, maka akan menimbulkan rasa malas baik dalam proses belajar dirumah secara individu dan pendidikan formal di sekolah. Tetapi apabila seorang siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi, maka akan timbul minat yang tinggi untuk belajar ataupun mengerjakan tugas- tugas. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa motivasi belajar siswa mempunyai hubungan positif dengan prestasi belajar Fisika siswa. Setiap siswa mempunyai latar belakang yang berbeda- beda, termasuk juga kemampuan awal yang dimiliki juga bervariasi. Siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dan relevan dengan tujuan instruksional akan lebih mudah untuk menerima dan memahami pelajaran berikutnya, karena pengetahuan dan keadaan yang baru membutuhkan pengetahuan yang lebih rendah tingkatannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kemampuan awal siswa mempunyai hubungan positif dengan prestasi belajar Fisika siswa. Motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa secara bersama- sama berhubungan dengan prestasi belajar Fisika siswa. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan kemampuan awal tinggi yang relevan dengan tujuan commit toproses user pembelajaran. Tentunya apabila instruksional akan lebih mudah mengikuti
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 proses pembelajaran berjalan baik dan lancar, maka prestasi belajar Fisika yang tinggi akan mudah tercapai juga. Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa motivasi belajar siswa, kemampuan awal siswa, ataupun keduanya, baik motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa berhubungan dengan prestasi belajar Fisika siswa. Hubungan tersebut digambarkan sebagai berikut:
Motivasi Belajar Siswa (X 1) Prestasi Belajar Fisika Siswa (Y)
Kemampuan Awal Siswa (X 2)
Gambar 2. 21 Paradigma Pendidikan
D. Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis yang penulis ajukan: 1.
Ada hubungan yang berarti antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011.
2.
Ada hubungan yang berarti antara kemampuan awal siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011.
3.
Ada hubungan yang berarti secara bersama- sama antara motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif korelasional. Metode penelitian yang dipakai adalah metode ex post facto. Ex post facto, bahasa Latin yang artinya “dari sesudah fakta,” menunjukkan bahwa penelitian itu dilakukan sesudah perbedaan- perbedaan dalam variable bebas itu terjadi karena perkembangan kejadian itu secara alami. Kerlinger memberikan batasan penelitian ex post facto dengan cukup ringkas: Penyelidikan empiris yang sistematis di mana ilmuwan tidak mengendalikan variable bebas secara langsung karena perwujudan variable tersebut telah terjadi, atau karena variable tersebut pada dasarnya memang tidak dapat dimanipulasi. Kesimpulan tentang hubungan di antara variabel variabel itu dilakukan, tanpa intervensi langsung, berdasarkan perbedaan yang mengiringi variable- bebas dan variable terikat itu. (Arief Furchan, 1982:382) B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Karanganyar yang beralamat di Jalan AW Monginsidi No.3 Karanganyar. Hal ini dilakukan dengan alasan: a)
Secara fasilitas, SMA Negeri 1 Karanganyar mempunyai fasilitas yang
memadai dan mendukung terlaksananya proses penelitian. b) Secara kualitas, SMA Negeri I Karanganyar adalah sekolah terbaik di Kabupaten Karangnyar.
2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap pada semester genap Tahun Ajaran 2010/ 2011. Adapun langkah-langkah yang hendak penulis laksanakan adalah sebagai berikut: 1.
Tahap Persiapan yaitu meliputi pengajuan judul, permohonan pembimbing, pembuatan proposal, seminar proposal, pengurusan perijinan, penyusunan instrumen penelitian. commit to user 44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 2.
Tahap Pelaksanaan yaitu meliputi semua kegiatan yang berlangsung di lapangan meliputi : uji coba instrumen penelitian, analisis uji coba instrumen penelitian, pengambilan data penelitian.
3.
Tahap penyelesaian yaitu meliputi analisis data dan penyusunan laporan.
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif; daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifatsifatnya. (Sudjana, 2005: 6) Dalam penelitian ini populasi yang dipakai adalah seluruh siswa Kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/ 2011 dengan jumlah 307 siswa. 2. Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian wakil dari populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2006:117). Menurut Sugiyono (2010: 91) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilki oleh populasi tersebut”. Bisa disimpulkan bahwa sampel merupakan bagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk menjadi sumber data. Syarat penting dari penentuan sampel adalah jumlah sampel yang mencukupi dan profil sampel harus mewakili karakteristik populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Menurut Sugiyono (2010:120), dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 66 siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gay (1981) yang dikutip oleh Ruseffendi dalam buku Dasar- dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non- Eksakta Lainnya, mengatakan bahwa untuk penelitian deskriptif, sampel minimum 10% dari populasi, untuk populasi yang lebih kecil 20%. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 D. Variabel Penelitian Variabel adalah obyek penelitian atau apa saja yang menjadi titik penelitian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto,2006:96). Pada penelitian ini variabel- variabel yang terlibat didefinisikan sebagai berikut: 1.
Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa. a. Motivasi Belajar Siswa 1) Definisi Operasional : segala daya pendorong/ penggerak baik dari dalam diri maupun luar siswa untuk melakukan kegiatan belajar. 2) Indikator : Motivasi belajar instrinsik Motivasi belajar ekstrinsik 3) Skala Pengukuran
: interval
b. Kemampuan Awal Siswa 1) Definisi Operasional :
kemampuan
yang
dimiliki
siswa
sebelum
mengikuti proses pembelajaran.
2.
2) Skala Pengukuran
: interval
3) Indikator
: nilai mata pelajaran Fisika murni semester I
Variabel Terikat Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar Fisika siswa
yang diambil dari nilai murni mata pelajaran Fisika pada mid semester II kelas X. 1) Definisi Operasional : keseluruhan hasil dari proses pembelajaran yang dialami siswa, biasanya berupa skor yang diberikan guru. 2) Skala Pengukuran
: interval
3) Indikator
: nilai mata pelajaran Fisika murni mid semester II
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan dalam pengumpulan data menggunakan angket, tes, dan dokumentasi. a.
Angket Menurut Suharsimi Arikunto (1995: 24) angket juga sering disebut
kuesioner adalah sebuah daftar yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Senada seperti yang diungkapkan oleh Anas Sudijono dalam bukunya Pengantar Evaluasi Pendidikan, bahwa pada umumnya angket dalam proses pembelajaran digunakan untuk memperoleh data mengenai latar belakang siswa sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Dalam penelitian ini angket digunakan untuk memperoleh data dari variable bebas yaitu motivasi belajar siswa. b.
Tes Tes digunakan untuk mengetahui prestasi belajar Fisika siswa. Tes yang
digunakan adalah tes mid semester untuk mata pelajaran Fisika. c.
Dokumentasi Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 158), ”Di dalam melaksanakan
metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.” Sumber data yang berasal dari dokumen adalah prestasi belajar Fisika siswa yang berupa skor murni mata pelajaran Fisika pada tes semester I. 2. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data motivasi belajar siswa berupa angket dan data prestasi belajar Fsika siswa berupa tes mid semester. a.
Angket
Adapun langkah- langkah penyusunan angket : 1) Spesifikasi data Spesifikasi data disesuaikan dengan lingkup masalah dan tujuan yang commit to ruang user lingkup dan tujuan dijabarkan telah dirumuskan sebelumnya. Kemudian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 dalam aspek yang dapat diukur dan ditentukan indikator dan sumber datanya. Indikator merupakan sesuatu yang akan menjadi pedoman pengukuran. 2) Menyusun kisi- kisi angket Didalam kisi- kisi angket ini dituliskan aspek, indikator dan pengaturan tata letak nomor soal. 3) Menyusun angket Angket yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam jenis angket langsung yang tertutup dengan bentuk pilihan ganda menggunakan 4 pilihan jawaban yang menunjukkan tingkatan- tingkatan. Angket dilengkapi dengan pengantar, petunjuk pengisian angket. Pemberian skor angket menggunakan skala Likert yang dimodifikasi yaitu skala 1 sampai 4. Item yang mengarahkan jawaban positif pemberian skor ditunjukkan sebagai berikut: Skor 4 : Selalu Skor 3 : Sering Skor 2 : Kadang- kadang Skor 1 : Tidak Pernah Item yang mengarahkan jawaban negatif pemberian skor ditunjukkan sebagai berikut: Skor 4 : Tidak Pernah Skor 3 : Kadang- kadang Skor 2 : Sering Skor 1 : Selalu b.
Tes Langkah- langkah dalam penyusunan tes sebagai berikut: 1) Menentukan tujuan mengadakan tes 2) Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan 3) Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan 4) Menderetkan semua TIK dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek tingkah laku terkandung dalam TIK itu. 5) Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berfikir yang diukur beserta imbangan antara kedua hal tersebut 6) Menuliskan butir- butir soal, didasarkan atas TIK dan aspek tingkah laku commit to user yang dicakup. (Suharsimi Arikunto, 1995: 154)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 Tes prestasi belajar yang dilakukan dalam penelitian ini berupa tes pilihan ganda (Multiple Choice Test).
Multiple Choice Test terdiri atas
keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang disediakan.
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Sebelum angket dan item soal dijadikan instrumen penelitian untuk pengambilan data
motivasi belajar dan prestasi belajar, harus diujicobakan
terlebih dahulu. Setelah diujicobakan akan diketahui instrumen tersebut layak untuk penelitian. 1.
Uji Validitas Item Angket dan Tes Prestasi Belajar Fisika Siswa
Uji validitas item berguna untuk mengetahui apakah suatu instrumen valid atau tidak. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus product moment, sebagai berikut:
rxy
n n
XY
X2
X X
2
Y
n Y2
Y
2
keterangan :
rxy
= koefisien korelasi suatu butir atau item
x
= Skor butir nomor tertentu
Jika r hitung > r tabel maka item valid, dan jika r hitung < r tabel item dinyatakan tidak valid 2.
Uji Reliabilitas Instrumen Angket dan Tes Prestasi Belajar Fisika Siswa Suatu instrumen selain harus memenuhi syarat validitas juga harus
memenuhi syarat reliabilitas. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus: r11
k k 1
2
1
b 2 t
Suharsimi Arikunto (1995:98) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 keterangan :
r11 = reliabilitas instrumen k
= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal 2
= jumlah varian butir
b
2 t
= varian total
Kriteria reliabilitas :
r11 < 0,20 = alat tes mempunyai reliabilitas sangat rendah 0,20
r11 < 0,40 = alat tes mempunyai reliabilitas rendah
0,40
r11 < 0,60 = alat tes mempunyai reliabilitas cukup
0,60
r11 < 0,80 = alat tes mempunyai reliabilitas tinggi
0,80
r11
3.
1,00 = alat tes mempunyai reliabilitas sangat tinggi
Menentukan Daya Pembeda Instrumen Prestasi Belajar Fisika Siswa Dalam instrumen untuk mengetes prestasi belajar siswa perlu dicari daya
pembeda dari soal. Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah). Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda soal adalah sebagai berikut : D
BA JA
BB JB
PA
PB
( Suharsimi Arikunto, 1995: 218) dengan : D = besar daya pembeda J = jumlah peserta tes JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar. PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar. P = indeks kesukaran. Butir-butir soal yang baik adalah butir-butir soal yang mempunyai daya pembeda antara 0,4 s.d 0,7. Kriteria daya pembeda : 0,00
D
0,20 : jelek
0,20
D
0,40 : cukup
0,40
D
0,70 : baik
0,70
D
1,00 : baik sekali
4.
Menentukan Taraf Kesukaran Instrumen Prestasi Belajar Fisika Siswa Derajat kesukaran tes adalah kemampuan tes tersebut dalam menjaring
banyaknya subyek peserta tes yang dapat mengerjakan dengan benar. Derajat kesukaran dicari dengan rumus : P=
B J
(Suharsimi Arikunto, 1995:212) dengan : P = derajat kesukaran. B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar. J = jumlah seluruh siswa peserta tes Kriteria derajat kesukaran : Soal dengan 0,00
p
0,30
: sukar
Soal dengan 0,30
p
0,70
: sedang
Soal dengan 0,70
p
1,00
: mudah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 5. a.
Kriteria Instrumen
Kriteria Instrumen Angket Motivasi Belajar Siswa Item angket dipakai jika valid. Instrumen angket dipakai jika reliabilitas minimal cukup.
b.
Kriteria Instrumen Tes Prestasi Belajar Fisika Siswa Item tes dipakai jika valid, daya pembeda minimal cukup, taraf kesukaran sedang dan sukar. Instrumen tes prestasi belajar dipakai jika reliabilitas minimal cukup.
G. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan teknik regresi linear dengan langkah- langkah sebagai berikut:
1. Uji Prasyarat Analisis a.
Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang didapat
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas digunakan uji Lilliefors, dengan hipotesis sebagai berikut : 1) Hipotesis Ho: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal Untuk pengujian hipotesis nol tersebut digunakan rumus sebagai berikut
Lo
F zi
dengan zi =
S zi maks
x x Sd
F(zi) : p(z≤zi) S(zi) : proporsi z≤zi terhadap seluruh cacah zi 2) Daerah kritik Jika Lo> Ltab maka Ho ditolak : taraf signifikansi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 3) Keputusan uji Lo< Ltab : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal Lo> Ltab : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal ( Budiyono, 2000 : 170 ) b. Uji Linearitas Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan antara variable- variable bebas dan terikat bersifat linear. 1) Mencari Persamaan Regresi Persamaan Regresi Linear sederhana
, a dan b dapat dicari dengan
rumus sebagai berikut:
2) Uji Linearnitas Persamaan Regresi Linear Sederhana JK (T)
=
JK (a)
=
JK (b/a) = b JK (S)
= JK (T) - JK (a) - JK (a/b)
JK (G) = JK (TC) = JK (S) - JK (G) S2 TC 2
= JK (TC)/ k-2
S Reg
= JK (b/ a)
S2 G
= JK (G)/ n-k
Prosedur Pengujian akan di pakai untuk menguji tuna cocok regresi linier. Dalam hal ini, kita tolak hipotesis model regresi linier jika . (Sudjana, 2005: 331-332) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 F
= bilangan F untuk uji linearitas 2
S TC
= variansi tuna cocok
S2 G
= variansi galat
JK (a)
= jumlah kuadrat koefisien
JK (b/a) = jumlah kuadrat regresi JK (S)
= jumlah kuadrat sisa
JK (TC) = jumlah kuadrat tuna cocok JK (G) = jumlah kuadrat galat c.
Uji Independensi Uji independensi digunakan untuk menyelidiki kaitan antara variabel
bebas. Dalam uji ini digunakan rumus Product Moment
n
rxy
n
X
XY
2
X X
2
n Y
Y 2
Y
2
keterangan : rxy = koefisien korelasi suatu butir atau item
x
= Skor butir nomor tertentu
Untuk menyelidiki kaitan antara variabel bebas dengan melihat ke tabel harga r product moment dengan kriteria: r hitung ≥ r tabel berarti antara variabel bebas saling terkait r hitung < r tabel berarti antara variabel bebas tidak terkait (Suharsimi Arikunto, 1995:71-72)
2. Pengujian Hipotesis
a.
Hipotesis 1 dan 2 1) Product Moment Sederhana
rxy
n n
X
keterangan :
2
XY
X X
2
n Y
Y 2
Y
2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 rxy = koefisien korelasi suatu butir atau item
x
= Skor butir nomor tertentu Jika r hitung > r tabel maka korelasi X dan Y bermakna.
2) Uji Keberartian Koefisien Korelasi Sederhana Langkah- langkah : JK (T)
=
JK (a)
=
JK (b/a) = b JK (S)
= JK (T) - JK (a) - JK (a/b)
JK (G) = JK (TC) = JK (S) - JK (G) S2 TC
= JK (TC)/ k-2
S2 Reg
= JK (b/ a)
S2 G
= JK (G)/ n-k
S2res
=
Jika
lebih besar dari F tabel
maka
dapat simpulkan model regresi yang di peroleh adalah berarti. (Sudjana, 2005:325-332) b. Hipotesis 3 Dua variabel bebas dan satu variabel terikat. 1) Menentukan Persamaan Garis Regresi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 keterangan: X1, X2 = prediktor Y
= kriteria
b0
= tetapan persamaan regresi
b1
= tetapan persamaan regresi prediktor 1
b2
= tetapan persamaan regresi prediktor 2
2) Uji Keberartian Regresi Linear Ganda a) Hipotesis H0 : Regresi ganda tidak berarti H1 : Regresi ganda berarti b) Statistik Uji
c) Keputusan Uji H1 diterima jika Fhitung > Ftabel 3) Menentukan Koefisien Korelasi Ganda
4) Uji Keberartian Koefisien Korelasi Ganda a) Hipotesis H0 : Koefisien korelasi ganda tidak berarti H1 : Koefisien korelasi ganda berarti b) Statistik Uji
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 c) Keputusan Uji H1 diterima jika Fhitung > Ftabel 5) Menghitung Sumbangan Relatif dalam % (SR%)
Menghitung Sumbangan Efektif dalam % (SE%)
(Budiyono, 2000: 293)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidak adanya : 1) hubungan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar, 2) hubungan antara kemampuan awal siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar, 3) hubungan secara bersama- sama antara motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar. Untuk memperoleh data yang mendukung tujuan, penelitian ini menggunakan teknik angket, tes, dan dokumentasi. Sebelum mengumpulkan data motivasi belajar siswa dengan angket, terlebih dahulu dilakukan tryout terhadap 64 siswa. Tryout ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya item- item yang tidak memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas. Dari hasil tryout terdapat 9 item yang tidak valid dari keseluruhan item yang berjumlah 40, sehingga seluruh item yang valid sebanyak 31. Selanjutnya untuk memenuhi ketercapaian indikator dan penyebaran yang seimbang intuk tiap indikator, item angket yang dipakai untuk penelitian
berjumlah
30.
Soal
yang
tidak
valid
yaitu
nomor
1,
14,15,17,24,26,32,33,35. Sebelum mengumpulkan data prestasi belajar Fisika siswa dengan teknik tes, terlebih dahulu dilakukan tryout terhadap 34 siswa. Tryout ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya item- item yang tidak memenuhi persyaratan validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran. Dari hasil tryout terdapat 11 item yang tidak valid dari keseluruhan item yang berjumlah 40, sehingga seluruh item yang valid sebanyak 29. Selanjutnya untuk memenuhi ketercapaian indikator dan penyebaran yang seimbang intuk tiap indikator, ada 4 item soal yang tidak valid dan
kemudian
diperbaiki.
Soal
yang
tidak
valid
yaitu
nomor
1,9,12,14,20,24,29,34,38,39,40. Adapun soal yang diperbaiki nomor14,38,39,40. commit to user Item yang dipakai untuk instrumen penelitian mempunyai kriteria daya pembeda 58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 soal baik dan cukup, sedangkan untuk tingkat kesukaran tinggi sebanyak 4 soal, sedang 16 soal, dan mudah 13 soal. Jumlah item soal yang dipakai untuk instrumen penelitian berjumlah 33 soal. Pengumpulan data kemampuan awal siswa menggunakan teknik dokumentasi yaitu mengambil nilai murni Fisika kelas X pada tes akhir semester I. Data yang diperoleh skor tertinggi 85 dan terendah 60. Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil populasi seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar sebanyak 307 siswa. Sedangkan sampel yang diambil untuk penelitian ini sebanyak 66 siswa. Sebelum data diolah dengan menggunakan analisis korelasi dan regresi ganda, terlebih dahulu peneliti menjabarkan deskripsi data masing-masing variabel dalam penelitian ini. 1. Deskripsi Data Motivasi Belajar Siswa (X1) Dari data yang diperoleh dengan cara memberikan angket kepada 66 responden sebagai sampel penelitian maka dapat diketahui deskripsi data sebagai berikut: Rentang
: 108 - 60
Mean
: 83.8939
Standar deviasi
: 9.6287 (lampiran 19 halm. 140).
Apabila dihitung dengan persentase skor tertinggi dari motivasi belajar siswa yaitu jumlah item x skor tertinggi jawaban atau 30 x 4=120, dengan jumlah responden sebanyak 66 siswa, maka diperoleh nilai tertinggi 66 x 120 = 7920. Jumlah nilai variabel motivasi belajar siswa berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan adalah
=5553 (lampiran 18 halm. 138). Dengan demikian tingkat
motivasi belajar siswa kelas X di SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/ 2011 adalah 5553 dibagi 7920 sama dengan 0,70 atau 70%. 2. Deskripsi Data Kemampuan Awal Siswa (X2) Data kemampuan awal siswa yang diperoleh dengan teknik dokumentasi yaitu mengambil nilai murni mata pelajaran Fisika pada tes akhir semester I, dapat dideskripsikan sebagai berikut: Rentang
: 85 - 60
Mean
: 72.7121 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 Standar deviasi
: 6.4391 (lampiran 20 halm. 141).
Apabila dihitung dengan persentase skor maksimal yang mungkin dicapai adalah 100 ,dengan jumlah responden sebanyak 66 siswa, maka dapat diperoleh nilai tertinggi 66 x 100 = 6600. Jumlah nilai variabel kemampuan awal siswa berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan adalah ∑
= 4791 (lampiran 18
halm. 138). Dengan demikian tingkat kemampuan awal siswa kelas X di SMA Negeri 1 Karanganyar Ttahun Ajaran 2010/ 2011 adalah 4791 dibagi 6600 sama dengan 0,72 atau 72%. 3. Deskripsi Data Prestasi Belajar Fisika Siswa (Y) Prestasi belajar Fisika siswa adalah variabel terikat (Y). Data yang terkumpul melalui teknik tes yaitu tes mid semester II dengan Pokok Bahasan Alat Optik dan Suhu dan Kalor dapat dideskripsikan sebagai berikut: Rentang
: 94 - 61
Mean
: 78.6061
Standar deviasi
: 6.4757 (lampiran 21 halm. 142).
Jika nilai variabel prestasi belajar Fisika siswa dihitung dalam prosentase, dengan diketahui nilai tertinggi yang mungkin dicapai adalah 100, dan jumlah responden sebanyak 66 siswa, maka diperoleh nilai tertinggi variabel prestasi belajar Fisika siswa 66 x 100 = 6600. Jumlah nilai variabel prestasi belajar Fisika siswa berdasarkan data yang terkumpul adalah
=5209 (lampiran 18 halm. 138).
Dengan demikian, tingkat prestasi belajar Fisika kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/ 2011 adalah 5209 dibagi 6600 adalah 0.789 atau sebesar 78.9%.
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data Pengujian persyaratan analisis merupakan langkah dalam melakukan analisis data. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier ganda. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat melakukan analisis regresi linier ganda antara lain : 1. Uji normalitas dari populasi. 2. Uji linearitas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 3. Uji independensi variabel bebas. Hasil uji persyaratan analisis data yang telah dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Uji Normalitas untuk Setiap Variabel X1, X2, dan Y Uji normalitas ini dilakukan untuk menguji apakah data yang diperoleh mempunyai sebaran yang normal maksudnya penyebaran nilai dari sampel yang mewakili telah mencerminkan populasinya. Uji yang digunakan adalah uji Lilliefors dengan kriteria tolak hipotesis nol bahwa populasi berdistribusi normal jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi L daftar tabel. a. Uji Normalitas Motivasi Belajar Siswa (X1) Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel kerja, selanjutnya melakukan perhitungan sesuai dengan langkah dan rumusnya, sehingga diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut : Mean : 83.8939 SD
: 9.6287
Lo
: 0.0866
Ltab
: 0.1091
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dan dibandingkan dengan daftar tabel dengan taraf nyata 5% menunjukkan bahwa
lebih kecil dari
atau 0.0866 < 0.1091, maka signifikan, sehingga dapat dinyatakan bahwa sampel diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Selengkapnya dapat dilihat di lampiran 22 halm.143. b. Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa (X2) Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel kerja, selanjutnya melakukan perhitungan sesuai dengan langkah dan rumusnya, sehingga diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut : Mean : 72.7121 SD
: 6.4391
Lo
: 0.0749
Ltab
: 0.1091 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dan dibandingkan dengan daftar tabel dengan taraf nyata 5% menunjukkan bahwa
lebih kecil dari
atau 0.0749 < 0.1091, maka signifikan, sehingga dapat dinyatakan bahwa sampel diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Selengkapnya dapat dilihat di lampiran 23 halm. 145. c. Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika Siswa (Y) Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel kerja, selanjutnya melakukan perhitungan sesuai dengan langkah dan rumusnya, sehingga diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut : Mean : 76.6061 SD
: 6.4757
Lo
: 0.1027
Ltab
: 0.1091
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dan dibandingkan dengan daftar tabel dengan taraf nyata 5% menunjukkan bahwa
lebih kecil dari
atau 0.1027 < 0.1091, sehingga dapat dinyatakan bahwa sampel diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Selengkapnya dapat dilihat di lampiran 24 halm. 147. 2. Uji Linearitas X1 terhadap Y dan X2 dengan Y Uji linieritas digunakan untuk menguji apakah ada hubungan yang linier antara variabel-variabel yang di ukur. Uji linieritas yang digunakan dengan jalan melakukan ulangan terhadap variabel bebas X1 dan X2. Dari perhitungan tersebut diperoleh: JK (G)
= menyatakan Jumlah Kuadrat Galat
JK (TC)
= menyatakan Jumlah Kuadrat Tuna Cocok
df
= derajat kebebasan (setiap variabel mempunyai derajat berbeda-beda)
RJK (TC) RJK (G)
Untuk Tuna Cocok (TC)
:k–2
Untuk Galat (G)
:n–k
= menyatakan rata-rata Jumlah Kuadrat Tuna Cocok commit to user = menyatakan rata-rata Jumlah Kuadrat Galat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah model linear yang diambil betul-betul cocok dengan keadaan atau tidak. Kriteria : tolak hipotesis model regresi linear jika F
hitung
≥F
(1-α)(k-2, n-k).
Dengan F
hitung
= RJK (TC) / RJK (G),
untuk distribusi F yang digunakan diambil dk pembilang = (k - 2) dan dk penyebut = (n - k). a. Uji Linearitas X1 dan Y Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel kerja (lampiran 25 halm. 149), selanjutnya melakukan perhitungan sesuai dengan langkah dan rumusnya (lampiran 27 halm. 153), sehingga diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut : 1) JK (G)
= 910.5571
2) JK (TC)
= 1277.0485
3) df (G)
= 34
4) df(TC)
= 30
5) RJK (G)
= 26.7811
6) RJK (TC)
= 42.5683
7) Fhitung
= 1.5895
Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa Fhitung =1.5895. Harga ini dikonsultasikan dengan Ftabel pada taraf nyata 5% dengan dk pembilang 30 dan dk penyebut 34 diperoleh Ftabel =1.80. Karena Fhitung = 1.5895 < Ftabel = 1.80 maka model regresi linier. b. Uji Linearitas X2 dengan Y Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel kerja (lampiran 26 halm. 151), selanjutnya melakukan perhitungan sesuai dengan langkah dan rumusnya (lampiran 28 halm. 155), sehingga diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut : 1) JK (G)
= 1231.217
2) JK (TC)
= 858.7896
3) df (G)
= 41
4) df(TC)
= 23
5) RJK (G)
= 30.0297 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 6) RJK (TC)
= 37.3387
7) Fhitung
= 1.2433
Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa Fhitung =1.2433. Harga ini dikonsultasikan dengan Ftabel pada taraf nyata 5% dengan dk pembilang 23 dan dk penyebut 41 diperoleh Ftabel =1.79. Karena Fhitung = 1.2433 < Ftabel = 1.79 maka model regresi linier. 3. Uji Independensi antara X1 dan X2 Untuk menguji independensi antara variabel X1 dan X2 digunakan rumus:
r
N. X1X 2 x1x2
N . X1
2
X1
2
X1
X2
N . X2
2
X2
2
Kriteria : r x1x2 < r tabel maka tidak terdapat hubungan antara X1 dan X2. Dari hasil perhitungan sesuai dengan rumus (lampiran 29 halm. 157) diperoleh harga rhitung sebesar 0.238, sebanyak 66 siswa pada taraf nyata 5% diperoleh rtabel sebesar 0.244. Ini berarti bahwa rhitung = 0.238 < rtabel = 0.244. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara X1 dan X2.
C. Pengujian Hipotesis Dalam melakukan pengujian hipotesis maka diperlukan langkah-langkah analisis data, menghitung koefisien korelasi sederhana antara X1 terhadap Y dan X2 terhadap Y, menghitung koefisien korelasi bersama-sama antara X1 dan X2 dengan Y, melakukan uji signifikansi korelasi X1 dan X2 dengan Y, menghitung harga dari persamaan garis regresi linear, menghitung sumbangan relatif dan sumbangan efektif X1 dan X2 dengan Y. 1. Data Sebagai langkah awal dari analisis data adalah terlebih dahulu membuat tabulasi data Motivasi Belajar Siswa (X1), Kemampuan Awal Siswa (X2) dan Prestasi belajar Fisika siswa (Y) seperti terlihat pada lampiran 17 halm. 135. Dari perhitungan data yang telah dilakukan sesuai dengan rumus diperoleh data sebagai berikut : N
= 66
∑X1
= 5553
∑X22 = 350405 2 commit to= user ∑Y 413919
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 ∑X2
= 4791
∑X1X2 = 404080
∑Y
= 5209
∑X1Y
= 440265
∑X2Y
= 379493
∑X12 = 473705
Setelah dilakukan tabulasi data mengenai variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian, langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien korelasi sederhana. 2. Menghitung Koefisien Korelasi Sederhana antara X1 terhadap Y dan X2 dengan Y a.
Koefisien Korelasi Sederhana antara X1 dan Y Sesuai langkah yang ada dan rumus yang telah ditetapkan (lampiran 30
ham. 158) dari hasil perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut: rx1y
= 0.4684
rtabel
= 0.244 1) Bedasarkan buku Suharsimi Arikunto (1995:71) , rx1y= 0.4684 tergolong
cukup. Maka dapat disimpulkan tingkat hubungan X1 dan Y adalah cukup berarti. 2) Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa rhitung = 0.4684 > rtabel = 0.244, maka dapat disimpulkan bahwa antara X1 dan Y terdapat hubungan yang berarti. b.
Koefisien Korelasi Sederhana antara X2 dan Y Sesuai langkah yang ada dan rumus yang telah ditetapkan (lampiran 30
halm. 158) dari hasil perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut: rx1y
= 0.5043
rtabel
= 0.244 1) Bedasarkan buku Suharsimi Arikunto (1995:71) , rx2y= 0.5043 tergolong
cukup. Maka dapat disimpulkan tingkat hubungan X2 dan Y adalah cukup berarti. 2) Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa rhitung = 0.5043 > rtabel = 0.244, maka dapat disimpulkan bahwa antara X2 dan Y terdapat hubungan yang berarti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 3. Menghitung Koefisien Korelasi Bersama- sama antara X1 dan X2 dengan Y Dari perhitungan yang telah dilakukan (lampiran 32 halm. 161) diperoleh nilai Ry(1,2) sebesar 0.6190 dengan sampel sebanyak 66 orang. Sedangkan koefisien determinasi (R2) sebesar 0.3832 (lampiran 30 halm. 158). Ini berarti bahwa motivasi belajar siswa (X1) dan kemampuan awal siswa (X2) berhubungan secara bersama- sama dengan prestasi belajar Fisika siswa (Y) sebesar 38.32%. Adapun sisanya sebesar 61.68% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak tercakup dalam penelitian ini. 4. Melakukan Uji Signifikansi Korelasi X1 dan X2 dengan Y Dari perhitungan dengan teknik analisis varian (lampiran 32 halm. 161) diperoleh harga Fhitung = 19.57 > Ftabel = 3.14 pada taraf nyata 5%, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara X1 dan X2 secara bersama- sama dengan Y. 5. Menghitung Harga dari Persamaan Garis Regresi Linear Dari hasil perhitungan (lampiran 31 halm. 159) diperoleh persamaan sebagai berikut : = 27.2359 + 0.243 X1 + 0.4304 X2 Dari persamaan tersebut di atas dapat ditafsirkan bahwa rata-rata satu unit prestasi belajar Fisika siswa (Y) akan meningkat atau menurun sebesar 0.243 untuk setiap peningkatan atau penurunan satu unit motivasi belajar siswa (X1) dan juga akan meningkat atau menurun sebesar 0.4304 untuk setiap peningkatan atau penurunan satu unit kemampuan awal siswa (X2). 6. Menghitung Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif X1 dan X2 dengan Y Dari perhitungan yang telah dilakukan (lampiran 33 halm. 162) dapat diketahui : a.
Sumbangan relatif motivasi belajar siswa (X1) terhadap prestasi belajar Fisika siswa (Y) adalah sebesar 45.22%.
b.
Sumbangan relatif kemampuan awal siswa (X2) terhadap prestasi belajar commit to user Fisika siswa (Y) adalah sebesar 54.78%.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 c.
Sumbangan efektif motivasi belajar siswa (X1) terhadap prestasi belajar Fisika siswa (Y) adalah sebesar 17.33%.
d.
Sumbangan efektif kemampuan awal siswa (X2) terhadap prestasi belajar Fisika siswa (Y) adalah sebesar 20.99%.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : a.
Hipotesis 1 Berdasarkan hasil pengujian hipotesis bahwa ada hubungan yang berarti
antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa. Hal ini ditunjukkan dengan rhitung = 0.4684 > rtabel = 0.244, sehingga hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan yang berarti antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/ 2011” dapat diterima. b.
Hipotesis 2 Berdasarkan hasil pengujian hipotesis bahwa ada hubungan yang berarti
antara kemampuan awal siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa. Hal ini ditunjukkan dengan rhitung = 0.5043 > rtabel = 0.244, sehingga hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan yang berarti antara kemampuan awal siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/ 2011”dapat diterima. c.
Hipotesis 3 Berdasarkan hasil pengujian hipotesis bahwa ada hubungan yang berarti
secara bersama- sama antara motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa. Hal ini ditunjukkan dengan Fhitung = 19.57 > Ftabel = 3.14, sehingga hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan yang berarti secara bersama- sama antara motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011” dapat diterima. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Berdasarkan
hasil
analisis
data
yang
telah
dilakukan,
maka
pembahasannya adalah sebagai berikut: 1.
Untuk koefisien korelasi sederhana X1 terhadap Y diperoleh rhitung sebesar
0.4684, yang menurut Suharsimi Arikunto (1995:71) termasuk golongan cukup. Maka dapat dikatakan hubungan X1 dan Y cukup berarti. Dan apabila rhitung dibandingkan rtabel pada N=66 dan taraf nyata 5% sebesar 0.244 maka rhitung = 0.4684 > rtabel = 0.244, sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang berarti antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa. Dalam proses belajar mengajar motivasi belajar siswa sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar Fisika siswa. Oleh karena itu, sangat penting menumbuhkembangkan
motivasi
belajar
siswa.
Salah
satu
cara
menumbuhkembangkan motivasi belajar siswa adalah dengan diberikan pujian atau hadiah. Motivasi belajar siswa yang tinggi ditandai oleh perhatian yang tinggi terhadap materi yang disampaikan guru, rajin mengerjakan PR atau tugas yang diberikan oleh guru, dan timbulnya kesadaran untuk belajar tanpa adanya paksaan dari pihak lain. Hasil dari motivasi belajar siswa yang tinggi akan tercermin ketika diadakan evaluasi, yang kemudian menghasilkan skor. Skor yang meningkat menggambarkan prestasi belajar Fisika siswa juga meningkat. Sumbangan relatif motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar Fisika siswa sebesar 45.22% dan sumbangan efektifnya sebesar 17.33%. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa tidaklah mutlak. Masih banyak faktor lain yang berhubungan dengan prestasi belajar Fisika siswa yang tidak tercakup dalam penelitian ini. 2.
Untuk koefisien korelasi sederhana X2 terhadap Y diperoleh rhitung sebesar
0.5043, yang menurut Suharsimi Arikunto (1995:71) termasuk golongan cukup. Maka dapat dikatakan hubungan X2 dan Y cukup berarti. Dan apabila rhitung dibandingkan
rtabel dengan N=66 pada taraf signifikansi 5% sebesar 0.244,
Dengan demikian maka rhitung = 0.5043 > rtabel = 0.244, sehingga dapat dikatakan user bahwa ada hubungan yang berarticommit antara to kemampuan awal siswa dengan prestasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 belajar Fisika siswa. Kemampuan awal siswa merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi baik atau buruknya prestasi belajar Fisika siswa. Kemampuan awal ini merupakan prasyarat untuk mengikuti materi pelajaran selanjutnya dengan lancar. Hal ini disebabkan karena materi pelajaran Fisika umumnya merupakan pembentukan proses dan saling berkaitan satu dengan yang lain. Apabila siswa mengalami kesulitan dalam suatu materi Fisika tertentu, seharusnya siswa tersebut mempelajari sampai paham dan mengerti agar untuk materi selanjutnya yang mungkin berhubungan dengan materi sebelumnya, dapat dikuti dengan lancar. Sumbangan relatif kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar Fisika siswa sebesar 54.78% dan sumbangan efektifnya sebesar 20.99%. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar Fisika siswa tidaklah mutlak. Masih banyak faktor lain yang berhubungan terhadap prestasi belajar Fisika siswa yang tidak tercakup dalam penelitian ini. 3.
Untuk hasil perhitungan korelasi X1 dan X2 terhadap Y pada Fhitung sebesar
19.57 sedangkan Ftabel sebesar 3.14 dengan taraf signifikansi 5% . Karena Fhitung = 19.57 > Ftabel = 3.14, maka dapat ditafsirkan bahwa ada hubungan yang berarti antara motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa secara bersama- sama dengan prestasi belajar Fisika siswa. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai R2 adalah sebesar 0.3832, hal ini berarti motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa memberikan sumbangan untuk prestasi belajar Fisika siswa sebesar 38.32%, dan selebihnya sebesar 61.68% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Bedasarkan penelitian oleh M.Sidin Ali yang tertulis dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Edisi Khusus II Tahun ke 13 Oktober 2007, variabel lain yang berhubungan dengan prestasi belajar Fisika siswa yaitu kreativitas, kemampuan berfikir formal, dan motivasi berprestasi. Untuk persamaan garis regresi linear multipel diperoleh persamaan sebagai berikut:
=27.2359 + 0.243 X1 + 0.4304 X2. Dapat dijelaskan bahwa rata-rata
prestasi belajar Fisika siswa akan meningkat atau menurun sebesar 0.243 untuk setiap peningkatan atau penurunan satu unit motivasi belajar siswa (X1) dan akan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70 meningkat atau menurun sebesar 0.4304 untuk setiap peningkatan atau penurunan satu unit kemampuan awal siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan analisis data, maka penelitian ini dapat disimpulkan: 1. Ada hubungan yang berarti antara motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/ 2011. 2. Ada hubungan yang berarti antara kemampuan awal siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/ 2011. 3. Ada hubungan yang berarti secara bersama- sama antara motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa dengan prestasi belajar Fisika siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011.
Selain kesimpulan tersebut, dalam penelitian ini ada penemuan antara lain: 1. Besarnya sumbangan yang diberikan oleh masing-masing variabel adalah : a. Sumbangan relatif motivasi belajar siswa (X1) terhadap prestasi belajar Fisika siswa (Y) sebesar 45.22%. b. Sumbangan relatif kemampuan awal siswa (X2) terhadap prestasi belajar Fisika siswa (Y) sebesar 54.78%. c. Sumbangan efektif motivasi belajar siswa (X1) terhadap prestasi belajar Fisika siswa (Y) sebesar 17.33%. d. Sumbangan efektif kemampuan awal siswa (X2) terhadap prestasi belajar Fisika siswa (Y) sebesar 20.99%. 2. Persamaan garis regresi linier adalah =27.2359 + 0.243 X1 + 0.4304 X2 Ini berarti rata-rata prestasi belajar Fisika siswa (Y) akan meningkat atau menurun sebesar 0.243 untuk setiap peningkatan atau penurunan satu unit commit to user motivasi belajar siswa (X1) dan akan meningkat atau menurun sebesar 0.4304 71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72 untuk setiap peningkatan atau penurunan satu unit kemampuan awal siswa (X2). B. Implikasi Hasil Penelitian Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, sebagai implikasi hasil penelitian adalah : 1.
Bagi kepala sekolah SMA Negeri 1 Karanganyar, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu referensi, bahwa prestasi belajar Fisika siswa berhubungan dengan motivasi belajar siswa dan kemampuan awal siswa dengan memperhatikan faktor-faktor yang menunjang pelaksanaannya. Selain itu, bagi tenaga pengajar khususnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu inspirasi dalam menyusun kebijakan mengenai menumbuhkan motivasi belajar siswa, sehingga prsetasi belajar Fisika siswa yang tinggi dapat dicapai.
2.
Bagi para peneliti yang melakukan penelitian tentang permasalahan yang berhubungan dengan motivasi belajar siswa, kemampuan awal siswa dan prestasi belajar Fisika siswa, maka hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi maupun salah satu sumber teori yang dapat digunakan sebagai materi penunjang dalam penelitian yang berhubungan dengan materi tersebut. C. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memberikan saran yang
diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak guru maupun pihak siswa di SMA Negeri 1 Karanganyar. 1.
Bagi pihak guru a. Dalam hal memberikan motivasi belajar siswa diharapkan guru lebih peduli dengan siswanya agar perhatian siswa terhadap mata pelajaran meningkat. Selain itu diharapkan guru memberikan dorongan kepada siswa untuk rajin belajar (item nomor 26).
2.
Kepada pihak siswa a. Agar siswa dapat menumbuhkan motivasi belajar dari dalam diri mereka to user dengan cara memahami akan sendiri. Misalnya hal ini commit dapat dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 pentingnya belajar (item no 9), dan siswa diharapkan lebih fokus dan memperhatikan guru ketika proses pembelajaran berlangsung (item no 5) sehingga dapat meningkatkan prestasi yang diraihnya. b. Agar siswa dapat memanfaatkan fasilitas belajar yang telah disediakan oleh orang tua secara maksimal (item no 29). 3.
Kepada pihak orang tua siswa Orang tua diharapkan untuk memperhatikan kegaitan belajar siswa saat dirumah. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengingatkan untuk belajar, dan menyediakan fasilitas belajar (item no 24 dan 25).
commit to user