ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI REAKSI REDOKS DI KELAS X SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI
KARYA ILMIAH
OLEH UTARY MARSITTA A1C110042
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI JUNI 2014
ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI REAKSI REDOKS DI KELAS X SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI Utary Marsitta Jurusan PMIPA Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi E-mail:
[email protected] Abstrak Kesulitan belajar dalam satu materi pelajaran dapat diidentifikasi berdasarkan indikator-indikator pembelajaran, dimana masing-masing indikator tersebut mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesulitankesulitan yang dihadapi siswa kelas X SMA Negeri 8 Kota Jambi dalam mempelajari materi reaksi redoks untuk tiap-tiap indikator pembelajaran. Penelitian termasuk penelitian deskriptif. Data penelitian diperoleh dari hasil tes essay siswa yang dianalisis kesulitannya perindikator pembelajaran berdasarkan persentase dengan kriteria sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari materi reaksi redoks di kelas X SMA Negeri 8 Kota Jambi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami kesulitan tertinggi materi reaksi redoks yaitu pada indikator menentukan nama senyawa menurut IUPAC berdasarkan bilangan oksidasi.
Kata kunci : Analisis, Kesulitan Belajar, Reaksi Redoks. PENDAHULUAN Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks sebagai tindakan belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Dimyati dan Mudjono (2013) mengemukakan siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang optimal, salah satu bentuk kegiatannya adalah melalui pengajaran. Ada berbagai hal yang melatarbelakangi mengapa pengajaran di sekolah tidak dapat tercapai secara optimal, salah satunya yaitu masalah yang berkaitan dengan belajar siswa. Menurut Abin Syamsudin (2009) kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dapat bersifat
fisiologis maupun psikologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya. Wiseman mengemukakan bahwa ilmu kimia merupakan salah satu pelajaran tersulit bagi kebanyakan siswa menengah. Kesulitan mempelajari ilmu kimia ini terkait dengan ciri-ciri ilmu kimia itu sendiri. Sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrak sehingga siswa kesulitan dalam memahami konsep kimia, sifat ilmu kimia berurutan dan berkembang dengan cepat, ilmu kimia tidak hanya sekedar memecahkan soal namun juga harus mempelajari deskripsi seperti fakta kimia, aturan-aturan kimia, peristilahan kimia, dan lain-lain. Dari hasil observasi di kelas X SMA Negeri 8 Kota jambi, diketahui bahwa nilai
ulangan harian mata pelajaran kimia khususnya pada materi reaksi redoks masih di bawah standar ketuntasan minimal yaitu 75. Menurut Suwarto (2010), kesulitan yang hendak dipantau adalah kesulitan yang terjadi pada proses belajar yaitu kesulitan materi pelajaran. Proses itu tidak dapat diamati, namun dapat diketahui atau disimpulkan melalui jawaban siswa atau soal-soal tes. Indikator yang dirumuskan secara baik dapat digunakan untuk mendeteksi sejauh mana hasil belajar dapat dicapai. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Analisis Kesulitan Belajar Siswa Pada Materi Reaksi Redoks di Kelas X SMA Negeri 8 Kota Jambi”. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Arikunto (2010), penelitian deskriptif merupakan jenis penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa pada materi reaksi redoks untuk masing-masing indikator pembelajaran. Dalam penelitian ini pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling (acak), yang mana setiap populasi mempunyai kesempatan yang sama menjadi
sampel. Pengambilan sampel acak dilakukan secara undian dengan menggunakan kertas yang ditulis berdasarkan kelas populasi. Kelas yang menjadi sampel yaitu kelas XA dengan jumlah siswa 37 orang. Untuk mengungkap hasil belajar kimia siswa maka digunakan tes hasil belajar. Tes hasil belajar siswa berupa tes essay. Dalam penelitian ini, soal yang diuji cobakan sebanyak 16 soal yang ditinjau dari ranah kognitifnya dan berada pada aspek C1-C3. Teknik dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan memberikan soal tes hasil belajar setelah siswa belajar reaksi redoks. Setelah mengumpulkan hasil tes siswa dan memeriksa lembar jawaban siswa untuk setiap langkah-langkah penyelesaian per butir soal berdasarkan kunci jawaban, dilakukan analisis perolehan siswa untuk masing-masing butir soal dan indikator pembelajaran, untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa, dalam hal ini dilakukan persentase diperoleh siswa. Hasilnya dibandingkan dengan kriteria kesulitan (Sudijono, 2011) sebagai berikut: Tabel. Kriteria Angka Penafsiran Persentase
Persentase Kriteria (%) 80-100 Sangat tinggi 66-79 Tinggi 40-65 Sedang 0-39 Rendah
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berikut merupakan data kesulitan siswa pada materi reaksi redoks berdasarkan indikator pembelajaran yang digunakan untuk menyusun instrumen penelitian, tertera pada tabel berikut
Tabel. Data kesulitan belajar perindikator pembelajaran
Indikator
Nomor soal
Persentase
Rata-Rata
1
Jumlah siswa yang mengalami kesulitan 25
1. Membedakan konsep oksidasi reduksi ditinjau dari pelepasan oksigen, pelepasan dan penerimaan elektron, serta peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi 2. Menentukan bilangan oksidasi atom unsur dalam senyawa atau ion
67,567%
72,072%
2
18
48,65%
3
37
100%
4
29
78,378%
5
36
97,297%
6
36
97,297%
3. Menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks
7
34
91,892%
8
35
94,59%
4. Menentukan nama senyawa menurut IUPAC berdasarkan bilangan oksidasi
9
36
97,297%
10
37
100%
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada kelas X SMA Negeri 8 Kota Jambi, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat kesulitan pada materi reaksi redoks yang telah dilaksanakan dengan pemberian tes berupa soal essay kepada siswa. Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, siswa SMA termasuk dalam periode operasional formal, dimana karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Karakteristik tersebut memang diperlukan dalam mempelajari materi reaksi redoks. Namun pada kenyataannya siswa
90,990%
93,241%
98,648%
masih mengalami kesulitan dalam mempelajari materi tersebut. Dari 37 siswa yang mengikuti tes, hanya 1 orang siswa yang dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan 36 siswa lainnya belum dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Menurut Abin Syamsuddin (2009), jika mayoritas siswa nilai prestasinya tidak dapat mencapai batas lulus (minimum acceptable performance), kita dapat menyimpulkan bahwa kelas yang bersangkutan patut diduga sebagai kasus yang mengalami kesulitan belajar. Berdasarkan tabel 4.11 terlihat bahwa siswa mengalami kesulitan pada soal-soal yang diujikan dengan persentase terbesar (100%) dimana
semua siswa mengalami kesulitan pada soal nomor 3 dan 10. Sedangkan untuk persentase terendah (67,567%) dengan kriteria kesulitan tergolong sedang yaitu pada soal nomor 2. Indikator merupakan kompetensi dasar secara spesifik yang dapat dijadikan untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran dan juga tolak ukur sejauh mana penguasaan siswa terhadap suatu pokok bahasan (Syah, 2007). Berdasarkan indikator pembelajaran yang digunakan untuk menyusun intrumen tes, kesulitan yang paling tinggi (98,648%) pada indikator keempat yaitu menentukan nama senyawa berdasarkan bilangan oksidasi. Namun pada tiga indikator lainnya kategorinya juga masih tergolong sangat tinggi. Untuk indikator pertama, yaitu soal nomor 1, 2 dan 3. Pada soal nomor 1, hanya 12 siswa yang dapat menjawab soal dengan benar, sedangkan 25 siswa lainnya masih mengalami kesulitan, berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa dari 25 siswa yang mengalami kesulitan tersebut, konsep oksidasi reduksi berdasarkan bilangan oksidasi memiliki persentase kesulitan yang paling tinggi yaitu 92%. Pada soal nomor 1 ini bersifat teori, hanya menguji pengetahuan siswa mengenai konsep oksidasi reduksi berdasarkan oksigen, elektron, serta bilangan oksidasi. Dari jawaban siswa, terlihat bahwa siswa masih banyak yang salah dalam memahami dengan tepat reduksi oksidasi berdasarkan bilangan oksidasi, bahkan tidak menjawab sama sekali. Pada soal nomor 2 kriteria kesulitan tergolong sedang yaitu dengan persentase siswa yang mengalami kesulitan hanya 48, 65%, sedangkan yang lainnya sudah dapat menjawab soal dengan benar. Hal ini dikarenakan siswa masih kurang
memahami arti dari soal dan kurang mengerti mengenai reduksi oksidasi berdasarkan oksigen jika diterapkan dalam persamaan reaksi. Soal nomor 3 yaitu menentukan perubahan bilangan oksidasi untuk mengidentifikasi reaksi redoks. Semua siswa mengalami kesulitan, dimana 21 siswa tidak dapat menjawab dengan benar, sedangkan 16 siswa tidak menjawab soal. Pada soal ini persentase kesulitan menentukan bilangan oksidasi tiap unsur, kesulitan menentukan reduksi oksidasi dan menyelesaikan soal reduksi oksidasi masing-masing persentasenya 100% yaitu kategori kesulitan tergolong sangat tinggi. Dari jawaban siswa, hanya 3 orang siswa yang memahami aturan bilangan oksidasi , namun masih salah dalam menentukan bilangan oksidasi tiap unsur. Untuk indikator kedua pada soal nomor 4, 5 dan 6 yaitu menentukan bilangan oksidasi atom unsur dalam senyawa atau ion (persentase kesulitan 90,99%). Pada soal nomor 4, siswa tidak mengalami kesulitan dalam memahami jumlah atom dan menentukan bilangan oksidasi unsur yang diketahui, namun kesulitan dalam menyelesaikan perhitungan untuk menentukan bilngan oksidasi 89,65% tergolong tinggi. Dari jawaban siswa, terlihat bahwa siswa kurang teliti dalam menyelesaikan perhitungan. Soal nomor 5 dan 6 memiliki persentase kesulitan masing-masing 97,297%. Pada soal nomor 5 berdasarkan tabel 4.5 terlihat bahwa siswa tidak memahami tentang aturan bilangan oksidasi, sehingga tidak dapat menentukan bilangan oksidasi unsur dengan tepat. Begitu pula pada soal nomor 6, karena tidak memahami aturan bilangan oksidasi, siswa tersebut tidak dapat menentukan
bilangan oksidasi masing-masing unsur dengan tepat, sehingga tidak dapat menentukan perubahan biloks unsur yang ditanyakan. Selain itu, juga terdapat siswa yang salah menganggap lambang unsur klorin adalah K, yang seharusnya adalah kalium. Untuk indikator ketiga pada soal 7 dan 8 yaitu menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks (persentase kesulitan 93,241%). Pada soal nomor 7 berdasarkan tabel 4.7 memiliki persentase kesulitan terbesar dalam menentukan unsur yang mengalami reaksi oksidasi dan reduksi. Pada soal nomor 8 berdasarkan tabel 4.8 kesulitan dalam menentukan bilangan oksidasi, kesulitan menentukan reaksi oksidasi dan reduksi, serta kesulitan menentukan unsur yang merupakan oksidator dan reduktor masing-masing tergolong sangat tinggi yaitu 100%. Hal ini juga dikarenakan siswa yang tidak memahami aturan bilangan oksidasi yang merupakan prasyarat dalam mengerjakan soal. Untuk indikator keempat pada soal 9 dan 10 dengan persentase kesulitan paling tinggi yaitu 98,648% yaitu menentukan nama senyawa berdasarkan bilangaan oksidasi. Untuk soal nomor 9, yaitu siswa menentukan nama senyawa berdasarkan rumus senyawa, berdasarkan tabel 4.9 terlihat bahwa kesulitan memahami aturan tata nama senyawa poliatomik tergolong sangat tinggi (88,89%). Sama halnya pada soal nomor 3, pada soal ini siswa kurang memahami aturan bilangan oksidasi dari senyawa, sehingga tidak dapat menentukan nama senyawa dengan benar. Sebagian besar siswa sudah dapat menentukan nama unsur dari lambang unsurnya, namun masih terdapat kesalahan, seperti lambang unsur P yang seharusnya adalah fosfor, dianggap sebagai timbal.
Sedangkan untuk soal nomor 10 yaitu menentukan rumus senyawa dari nama senyawa, dengan persentase kesulitan sangat tinggi yaitu 100%. Semua siswa yang diujikan mengalami kesulitan dalam menjawab soal ini. Sama seperti pada soal sebelumnya,berdasarkan tabel 4.10 kesulitan siswa paling tinggi yaitu dalam menentukan rumus senyawa poliatomik (92,29%). Siswa kurang memahami aturan bilangan oksidasi sehingga tidak dapat menuliskan rumus senyawa dengan benar. Dari hal ini dapat disimpulkan pula bahwa siswa kurang mengetahui tentang nama-nama senyawa poliatomik serta bilangan oksidasinya. Menurut Suwarto (2010), kesulitan karena mata pelajaran mungkin berkenaan dengan keabstrakan konsep. Suatu mata pelajaran yang bersifat hierarki, yaitu dimulai dari yang paling mudah hingga yang paling sukar akan memerlukan pemahaman yang berkesinambungan. Apabila kesulitan di suatu konsep yang mendasar tidak diatasi, maka akan menimbulkan kesulitan untuk memahami konsep yang berikutnya. Berdasarkan pendapat ini, kesulitan belajar adalah kekurangmampuan siswa dalam menguasai materi. Persentase kesulitan tertinggi yaitu pada indikator menentukan nama senyawa menurut IUPAC berdasarkan bilangan oksidasi. Dalam memahami konsep tatanama senyawa kimia, siswa sebelumnya harus mengetahui tentang nama unsur, lambang unsur, bilangan oksidasi, dan aturan penamaan senyawa serta penulisan rumus kimianya. Prasarat tersebut perlu diketahui dan dipahami siswa agar tidak mengalami kesulitan dalam indikator ini. Sebelum melakukan pembelajaran, sebaiknya dilakukan
pendalaman atau review pada materi prasarat yang harus dikuasai siswa. Melihat karakter materi materi tata nama banyak menghafal, maka diperlukan banyak latihan dan variasi penggunaan unsur dalam contoh maupun soal, sehingga siswa akan lebih banyak mengenal nama-nama unsur dan lambangnya. Dalam proses belajar mengajar, siswa yang harus membangun pengetahuannya sendiri. Sedangkan guru berperan untuk menciptakan kondisi yang kondusif dan mendukung bagi terciptanya pengetahuan yang baru (Dimyati, 2013). Dalam proses pembelajaran materi reaksi redoks ini guru menggunakan model pembelajaran langsung (direct instruction). Model pembelajaran ini dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitankesulitan yang mungkin dihadapi siswa, namun jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci atau abstrak, model pembelajaran direct instruction mungkin tidak dapat memberikan siswa kesempatan yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang disampaikan karena model pembelajaran ini masih berpusat pada guru.
Arikunto,S. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto,S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Baharudin dan Wahyuni. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media. Dahar, Ratna Wilis. 2010. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Jakarta: Yrama Widya. Djaali & Puji Mujiono. 2007. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Gramedia. Hadis, Abdul. 2008. Psikologi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Hakim, Thursan. 2009. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Pustaka Pembangunan. Harsanto, Ratno. 2007. Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta: Kanisius.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami kesulitan tertinggi yaitu pada indikator menentukan nama senyawa menurut IUPAC berdasarkan bilangan oksidasi. DAFTAR RUJUKAN Ahmadi,Abu. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Mudjiono dan Dimyati. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Mulyasa, E. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Mulyono. 2012. Kamus Jakarta: Bumi Aksara
Kimia.
Riduwan.2012. Pengantar Statistika Sosial. Bandung: Alfabeta.
Safrizal, Rino. Diakses tanggal 14 Februari 2014. Karakteristik Ilmu Kimia. http://berbagireferensi.blogspot .com/2010/02/karakteristikilmu-kimia.html Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Salim, Peter dan Yenny Salim.2002. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Balai Pustaka. Sardiman. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo. Slameto. 2010. Belajar dan FaktorFaktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta Sudijono, Anas. 2008 . Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Suriawan, Edi. Diakses tanggal 14 Februari 2014. Hasil Belajar. http://edisuriawanhakim.blogsp ot.com/2012/01/hasilbelajar.html. Suwarto. 2013. Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran (Penduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Syah, Darwin. 2007. Perencanaan Sistem Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Gaung Persada Press. Syah,
Muhibbin. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Syamsudin, Abin. 2009. Psikologi Kependidikan (Perangkat Sistem Pembelajaran Modul) . Bandung: Remaja Rosdakarya. WD, Sri Esti. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.