Rasmadi, Korelasi antara Komunikasi Antarpersonal, Etos Kerja, dan Budaya Organisasi dengan Pelayanan
KORELASI ANTARA KOMUNIKASI ANTARPERSONAL, ETOS KERJA, DAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN PELAYANAN*) THE RELATIONSHIP BETWEEN INTERPERSONAL COMMUNICATION, WORK ETHOS, AND ORGANIZATIONAL CULTURE WITH SERVICES Rasmadi Universitas Pamulang Jl. Surya Kencana No. 1 Pamulang - Tangerang Selatan Abstract: The objective of the research is to study the relationship between Interpersonal Communication, Work Ethos, and Organizational Culture with Services. The survey was conducted at Training Center for Employees the Ministry of Education and Cukture (MoEC). Sample of 90 respondents were selected randomly. The study finds out that there are positive correlation, between : 1) Interpersonal Comunication (X1) and Services (Y); 2) Work Ethos (X2) and Services (Y); 3) Organizational Culture (X3) and Services (Y); 4) Finally the study concludes that those three independent variables all together show positive correlation with Services. Furthermore, the employee service could be improved by improving interpersonal communication, Work Ethos, and Organizational Culture. Keywords: interpersonal comunication, work ethos, organizational culture, services Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara komunikasi antarpersonal, etos kerja, dan budaya organisasi dengan pelayanan, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Penelitian dilaksanakan di Pusdiklat Pegawai Departemen Pendidikan Nasional. Penelitian mengambil sampel 90 orang, dilakukan dengan sampel acak. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa, terdapat hubungan positif antara komunikasi antarpersonal, etos kerja, dan budaya organisasi dengan pelayanan, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Semakin tinggi komunikasi antarpersonal, etos kerja, dan budaya organisasi, maka semakin tinggi mutu pelayanan aparatur. Sehubungan dengan itu, upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan aparatur, dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan komunikasi antarpersonal, etos kerja, dan budaya organisasi. Kata kunci: komunikasi antarpersonal, etos kerja, budaya organisasi, pelayanan.
Pendahuluan
Salah satu tugas utama aparatur pemerintah dalam
Latar Belakang
mewujudkan pemerintahan yang baik adalah
Prinsip dasar reformasi birokrasi pemerintahan di
memberikan pelayanan bermutu (prima) kepada
Indonesia adalah menjunjung tinggi keadilan dan
masyarakat yang memerlukan layanan atau disebut
kesetaraan dalam kehidupan berbangsa dan
juga para pelanggan.
bernegara. Untuk dapat mewujudkan reformasi
Pelayanan pada prinsipnya merupakan aktivitas
birokrasi pemerintahan tersebut, perlu didukung oleh
yang be rtujuan untuk membantu m emenuhi
aparatur pemerintah yang memiliki komitmen yang
kebutuhan atau keinginan para pelanggan. Sedangkan
tinggi dalam bekerja. Sehingga pada akhirnya,
karakteristik pelayanan bermutu, merupakan aktivitas
reformasi birokrasi pemerintahan yang dilaksanakan
yang dilakukan sepenuh hati, kreatif, cerdas, ditujukan
dengan penuh kesungguhan dan tanggung jawab
semata-mata untuk kepentingan dan kepuasan
serta komitmen yang tinggi dari segenap aparatur
pelanggan (bukan untuk diri sendiri). Dengan
pemerintah, akan dapat mewujudkan terbentuknya
demikian, pelayanan semakin dapat memenuhi
pemerintahan yang baik atau disebut juga dengan
keinginan pelanggan, murah, cepat, akurat, dan
istilah Good Governance (Tjokroamidjojo, 2000:23).
me muaskan masy arak at y ang meme rluk an
*) Diterima tanggal 25 September 2011 - dikembalikan tanggal 28 Januari 2012 - disetujui tanggal 1 Maret 2012
107
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 1, Maret 2012
pelayanan. Sementara itu pelayanan yang dilakukan
Bentuk dan jenis pelayanan yang diperlukan
secara asal-asalan, berbelit-belit, tidak transparan,
masyarakat, bersifat sangat dinamis dan beragam.
diskriminatif, dan tidak profesional, di samping akan
Pelayanan dapat diklasifikasikan, menjadi pelayanan
berdampak langsung terhadap rendahnya mutu
bersifat pribadi dan sosial. Secara umum pelayanan
pel ayanan, juga aka n me ngecewak an p ara
dapat dikenali dari tiga dimensi, yaitu: technical
pelanggan.
quality, functional quality, dan image (Irawan,
Kekecewaan masyarakat akibat rendahnya mutu
2002). Sehubungan dengan hal tersebut, menurut
pelayanan sudah lama dikeluhkan. Bahkan keluhan
(Milakovich, 1995) karakteristik pelayanan yang
dan kekecewaan masyarakat tersebut, hampir
dapat memuaskan pelanggan, meliputi upaya:
mencakup semua jenis dan bentuk pelayanan.
mempersingkat alur kerja, melatih pegawai untuk
Rendahnya mutu pelayanan seperti ini, terkait erat
lebih tanggap terhadap pelanggan, dan memanfaat-
dengan sejumlah permasalahan yang berdampak
kan waktu secara lebih produktif.
signifikan terhadap rendahnya mutu pelayanan.
Makna pelayanan menurut pendapat Edward and
Namun demikian setelah melakukan analisis terhadap
Sallis (1993) dapat dipilah dengan mengacu pada
berbagai faktor penyebab yang mungkin terjadi
konsep relatif dan absolut. Senada dengan itu
secara saksama, serta mempertimbangkan tingkat
menurut Gaspersz (1997), katagori pelayanan
urgensi, mendesak, dan pertumbuhannya, maka
meliputi segala bentuk aktivitas yang mampu
rendahnya mutu pelayanan terkait dengan rendahnya
memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan.
pengetahuan komunikasi antar-personal dan etos
Untuk itu strategi pelayanan dapat mengacu pada
kerja, serta kurang kondusifnya budaya organisasi.
proses generik Trilogi Juran, meliputi: perencanaan,
Untuk membuktikan kebenaran hubungan antara
pengendalian, dan perbaikan sistem kualitas (Juran,
pengetahuan komunikasi antarpersonal, etos kerja,
1995). Sehubungan dengan hal tersebut, aktivitas
dan budaya organisasi dengan pelayanan tersebut,
pelayanan dapat dikenali dari sejumlah atribut yang
menjadi penting dan menarik untuk diteliti.
dimiliki, di antaranya: cepat, akurat, sopan dan
Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
ramah, tanggung jawab, lengkap, mudah, bervariasi,
berikut: 1) apakah terdapat hubungan antara
nyaman, murah, atraktif, dan kompetitif. Sedangkan
komunikasi antarpersonal dengan pelayanan?; 2)
dimensi aktivitas pelayanan terdiri dari: daya tarik,
apakah terdapat hubungan antara etos kerja dengan
ketersediaan, kerapian dan kebersihan, kenyamanan,
pelayanan?; 3) apakah terdapat hubungan antara
komunikatif, kompetensi, kesopanan, keramah-
budaya organisasi dengan pelayanan?; 4) Apakah
tamahan, ketanggapan, dan keamanan (Tjiptono,
terdapat hubungan secara bersama-sama antara
1998).
komunikasi antarpersonal, etos kerja, dan budaya organisasi dengan pelayanan?
Penyebab rendahnya mutu pelayanan aparatur pemerintah, antara lain dikemukakan Thoha (1995)
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan
meliputi: bersifat monopolitis, sangat birokratis, dan
hubungan antara komunikasi antarpersonal, etos
tidak dapat memberikan alternatif pelayanan kepada
kerja, dan budaya organisasi dengan pelayanan,
publik. Bahkan menurut Salusu (2000) lebih ironis
bai k se cara sendiri -sendiri maupun seca ra
lagi, manakala perilaku aparatur pemerintah lebih
bersama-sama.
menonjolkan fungsi sebagai pengatur atau penguasa dan mengabaikan fungsi utamanya sebagai pemberi
Kajian Literatur
layanan. Secara khusus kritik tajam tentang
Pelayanan
rendahnya mutu pelayanan aparatur pemerintah
Pelayanan adalah tindakan atau perbuatan yang
dikemukakan oleh Osborne and
ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain dan
dal am b entuk te sis dan anti tesi s bi rokr asi
bersifat intangible serta tidak menghasilkan
pemerintahan.
Gaebler (1992)
kepemilikan sesuatu (Tjiptono, 2000). Dengan
Strategi untuk meningkatkan mutu pelayanan
demikian pada dasarnya pelayanan merupakan
aparatur pemerintah, banyak hal yang dapat
aktifitas yang bertujuan untuk membantu orang lain
dilakukan, diantaranya dapat dilakukan dengan
at au p elanggan, bukan sem ata- mata unt uk
memberdayakan pegawai. Pemberdayaan berarti
kepentingan diri sendiri.
memberi bawahan tugas untuk dilaksanakan beserta
108
Rasmadi, Korelasi antara Komunikasi Antarpersonal, Etos Kerja, dan Budaya Organisasi dengan Pelayanan
kebebasan yang dibutuhkan agar dapat dilakukan
komunikasi antarpersonal; yaitu: pengirim (sumber),
secara kreatif (Kusnoto, 2001), sehingga dapat
penerima (komunikan), pesan, saluran, dan efek
meniadakan segala peraturan, prosedur, perintah dan
(Effendy 1999). Menurut Mulyana (1998) unsur
lainnya yang tidak perlu dan merintangi organisasi
komunikasi antarpersonal itu terdiri dari penciptaan
untuk mencapai tujuan (Stewart, 1998). Hal lainnya
pesan dan penafsiran pesan. Sedangkan menurut
adalah dengan menumbuhkankembangkan sikap
Jitendra (1998), elemen dasar setiap model
positip (Barra, 1983), sebagai sumber keyakinan dan
komunikasi terdiri dari: sumber, pesan, dan penerima.
inspirasi serta gairah bagi para pegawai dalam
Strategi untuk lebih meningkatkan komunikasi
memberikan pelayanan agar dapat memuaskan
antarpersonal perlu mempertimbangkan berbagai hal,
pelanggan. Mengacu pada hal tersebut,
menurut
di antaranya adalah: informasi agar lebih bersifat
Patton (1998) dapat diiedentifikasi empat jenis sikap
psikologis dari pada kultural dan sosiologis; aturan
positip pegawai
dikembangkan oleh individu yang terlibat di dalamnya;
terhadap pelayanan, yaitu:
bergairah, progresif, proaktif, dan positif.
lebih ditentukan oleh karakteristik pribadi daripada
Berdasarkan semua uraian di atas, maka yang
situasi; dan menekankan pilihan pribadi dari pada
dimaksud dengan pelayanan adalah aktivitas yang
kelompok (Mulyana, 2000). Menurut model Johari
bertujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan
Window, pola komunikasi dikelompokkan menjadi
atau keinginan yang dapat memuaskan pelanggan.
empat kuadran, yaitu arena terbuka, gelap,
Indikator pelayanan tersebut, mencakup aspek:
tersembunyi, dan tidak diketahui (Luft 1982).
kesopanan, kesungguhan, kemudahan, penyem-
Sedangkan Model Analisis Transaksional dari Berne
pur naan, ke cepa tan, efi siensi, keunggul an,
dan Harris, pola komunikasi mengacu pada kese-
kenyamanan, dan kesesuaian dengan kebutuhan
taraan ego antarpersonal yang sedang mengadakan
atau keinginan pelanggan.
pertukaran rangsangan dan tanggapan. Menurut Schramm (1974), pola komunikasi dipilah menjadi
Komunikasi Antarpersonal
tiga bagian, dan setiap bagian terdiri dari tiga unsur
Makna Komunikasi Antarpersonal secara umum
utama, yaitu: sumber, pesan, dan penerima.
mencakup aspek pengetahuan (kognitif), keteram-
Sinergi ketiga model di atas, dapat dilakukan
pilan (psikomotorik), dan sikap (afektif ) yang
dengan memadukan kelebihan dari setiap model.
dikuasai seseorang untuk dapat berinteraksi dengan
Kelebihan Model Johari Window sangat mengutama-
orang lain (Mulyasa, 2002). Pengertian komunikasi
kan, keterbukaan dan saling memahami antara pihak
antarpersonal menurut sejumlah pakar, di antaranya:
sumber dan penerima. Model Analisis Transaksional,
penyampaian informasi dan pemahaman antara
mengutamakan terwujudnya kesetaraan antara
individu (Werther Jr. and Davis, 1996); proses
aspek psikologis, utamanya tingkat ego seseorang.
mengubah perilaku orang lain (Effendy, 1999);
Sedangkan model Schramm, mengutamakan
mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh
terciptanya kesamaan persepsi dalam merumuskan
ganguan, terjadi dalam kontek dan mempunyai
pesan. Manfaat komunikasi antarpersonal dapat
pe ngar uh t erte ntu sert a ke semp atan unt uk
dilihat dari tiga sudut pandang ilmu perilaku, yaitu
memberikan umpan balik (DeVito, 1997); proses
humanistik, pragmatik, dan pergaulan sosial.
pengiriman dan penerimaan lambang-lambang
Komunikasi antarpersonal bersifat multi kontek
antarpribadi dengan makna-makna yang dikaitkan
dengan mencakup aspek psikologis, relasional,
dengan lambang-lambang tersebut (Ludlow and
situasional, lingkungan, dan kultural (King, 2000).
Panton, 1996); penyampaian dan penerima-an
Komunikasi antarpersonal berfungsi sebagai alat untuk
berbagai ide, fakta, pendapat, sikap, dan perasaan
mengoordinasikan dan mengontrol pencapaian tujuan
baik secara verbal, nonverbal, dan atau antara
utama organisasi serta mengevaluasi kualitas kinerja
keduanya (Hellrigel, Slocum, and Woodman 1988);
individu (Flippo, 1987).
serta proses pengiriman dan penerimaan simbol yang
Berdasarkan uraian tersebut, yang dimaksud
mengikat individu satu dan lainnya (Schermerhorn,
komunikasi antarpersonal adalah pengetahuan yang
1994).
diperlukan seseorang untuk dapat berinteraksi dengan
Dengan memperhatikan berbagai definisi
sesama individu. Indikator pengetahuan komunikasi
tersebut, secara umum dapat dikenali berbagai unsur
antarp ersonal meli puti : ma kna komunika si
109
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 1, Maret 2012
antarpersonal, manfaat balikan, strategi dalam
Dalam kehidupan manusia sewaktu didominasi
berkomunikasi, pola komunikasi, distorsi dalam
oleh suatu kebutuhan penting, maka keseluruhan
berkomunikasi, unsur-unsur komunikasi, dan teknik
sikap hidupnya cenderung akan berubah pula
berkomunikasi.
(Maslow,
1970). Manakala kebutuhan yang satu
telah terpenuhi, maka akan muncul kebutuhan baru Etos Kerja
yang lebih penting (Petri, 1986). Dengan demikian,
Etos dalam bahasa Yunani berarti sesuatu yang
tumbuh dan berkembangnya etos kerja seseorang,
diyakini, cara berbuat, dan kebiasaan seseorang.
menjadi bagian integral dari tahapan reaksi seseorang
Dalam kamus Webster berarti keyakinan yang
terhadap pekerjaan (McClelland, 1976).
berfungsi sebagai panduan tingkah laku bagi
Salah satu strategi untuk menumbuhkem-
sekelompok orang atau sebuah institusi. Makna etos
bangkan etos kerja adalah Model Tujuh R: respect
menurut Green (1994) adalah pengetahuan tentang
(rasa hormat), responsibility and re sources
moral. Menurut Solomon (1987) adalah inti sikap,
(ta nggung j awab dan sum ber) , ri sk t aki ng
keyakinan, dan perasaan yang memberikan hubungan
(pengambilan risiko), reward and recognition
dan vitalitas bagi suatu bangsa. Makna etos dapat
(penghar gaan dan penga kuan), relati onship
diklasifikasikan menjadi praksis dan refleksi (Berten,
(hubungan), role model (menjadi teladan), and
2000). Makna praksis adalah penerapan berbagai nilai
renewal (pembaharuan) (Hesselbein, goldsmith, and
dan norma moral dalam berperilaku. Makna refleksi,
Beckard, 1997). Sehubungan dengan itu, perlu upaya
merupakan pemikiran terhadap berbagai perilaku
untuk meningkatkan kondisi internal pegawai,
yang semestinya atau benar untuk dilakukan. Dengan
meliputi: pengetahuan yang aktual terhadap hasil
demikian etos selalu mengacu pada kerangka
suatu pekerjaan, pengalaman dalam mempertang-
penilaian yang tegas, bukan alternatif yang bersifat
gungjawabkan dampak suatu pekerjaan, dan
netral.
pengalaman bekerja dengan penuh makna (Hackman
Bekerja adalah bentuk aktivitas individu untuk
and Oldham, 1980).
mengaktualisasikan perasaan dan pikiran dalam
Berdasarkan uraian di atas, etos kerja adalah
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan bidang
kecenderungan sikap seseorang untuk bereaksi
tugasnya. Makna etos kerja merupakan cara
secara positif atau negatif terhadap suatu objek, yang
pandang yang diyakini seseorang, untuk dapat
mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik,
bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab dan
tentang penerapan kaidah moral, mengenai apa yang
kesungguhan. Hal ini sejalan dengan pendapat
dianggap baik atau buruk dalam bekerja. Setiap aspek
Tasmara (1985), yang menjelaskan bahwa etos
tersebut terdiri dari indikator: semangat kerja,
kerja adalah cara pandang yang diyakini bahwa
kesanggupan kerja, ketulusan dalam bekerja,
bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya,
integritas dalam bekerja, inisiatif dalam bekerja,
menampakan kemanusiaannya, tetapi juga sebagai
kemandirian dalam bekerja, tanggung jawab
suatu manifestasi dari amal soleh dan oleh karenanya
terhadap pekerjaan, dan pengabdian diri dalam
mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur.
bekerja.
Landasan moral untuk membentuk etos kerja, mengacu pada sejumlah teori yang dianggap relevan,
Budaya Organisasi
di antaranya: Utilitarisme, Deontologi, Hak, dan
Budaya organisasi merupakan persepsi bersama
Keutama an ( Beaucham p and Bowie, 198 8).
yang dianut oleh para anggota organisasi (Robbins,
Land asan m oral k erja da pat me ngacu pada
1991). Menurut pendapat lain, budaya organisasi
seperangkat kebiasaan hidup, peranan perilaku dan
merupakan sistem nilai bersama, kepercayaan,
kepuasan yang ada serta membentuk konstruksi
kebiasaan di dalam suatu organisasi yang berinteraksi
kahidupan seseorang, keragaman dimensi emosi,
dengan struktur formal yang menghasilkan norma
kecerdasan, dan hubungan langsung yang mewarnai
per ilak u (M ondy, 19 95). Bud aya orga nisa si
aktivitas keseharian (Bale, 2001). Dengan landasan
merupakan kepercayaan yang telah terpola, nilai-nilai,
moral yang kuat diharapkan mampu menumbuh-
dan asumsi yang dipelajari dan diteruskan oleh
kembangkan karakterisitik bawaan individu sejalan
anggota sebagai cara hidup yang efektif untuk
dengan tuntutan kerja (Streers and Poster, 1987).
beradaptasi dengan kekuatan eksternal dan
110
Rasmadi, Korelasi antara Komunikasi Antarpersonal, Etos Kerja, dan Budaya Organisasi dengan Pelayanan
menirunya untuk menghadapi permasalahan internal
Metodologi Penelitian
(Cook, 1987). Untuk kepentingan operasional
Penelitian ini dilaksanakan di Pusdiklat Pegawai
budaya organisasi didefinisikan sebagai nilai-nilai yang
Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2003.
menjadi pedoman sumber daya manusia untuk
Penelitian bersifat verifikasi hipotesis dengan
menghadapi permasalahan eksternal dan usaha
menggunakan metode survei dan teknik korelasional.
menyesuaikan integrasi ke dalam perubahan,
Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai Pusdiklat
sehingga masing-masing anggota organisasi mampu
yang berlatar pendidikan serendah-rendahnya SMU
mema hami d an mengaplik asikan-nya d alam
dan memiliki golongan kepangkatan minimal II/b.
bertindak atau berperilaku (Susanto, 1997).
Sampel penelitian berjumlah 90 orang dari kerangka
Manfaat budaya organisasi merupakan perekat
sampel 137 orang. Penentuan sampel ditetapkan
perilaku anggota organisasi dengan berbagai
dengan menggunakan teknik sampel acak sederhana.
karakteristiknya dan mendorong tumbuhkembang-
Pengembangan instrumen penelitian ditempuh
nya iklim kerja yang lebih kondusif. Selain itu budaya
melalui tahapan kegiatan: pengkajian terhadap
organisasi merupakan campuran nilai, kepercayaan,
sejumlah teori yang berkaitan dengan masing-masing
asosiasi, dan harapan anggota organisasi, dan
variabel penelitian; menyusun indikator dari masing-
kelompok atau subkelompok yang dijadikan sebagai
masing variabel; menyusun kisi-kisi dari masing-
acuan dan petunjuk dalam memecahkan persoalan
masing variabel; menyusun butir pertanyaan dan
organisasi (Hodge dan Anthony, 1988). Manfaat
menetapkan skala pengukuran; melaksanakan
lainnya, mendorong terbentuknya organisasi
ujicoba instrumen; dan menguji normalitas,
pembelajar yang ditandai dengan upaya sistematis
homogenitas, linearitas, validitas, dan reliabilitas
dan berkelanjutan untuk memperluas kapasitas para
instrumen.
anggota agar dapat menciptakan masa depan
Instrumen penelitian yang digunakan berbentuk
organisasi yang lebih baik (Senge, 1990). Kapasitas
tes dan skala sikap. Tes digunakan untuk mengukur
organisasi pembelajar, mencakup kemam-puan
pengetahuan komunikasi antarpersonal, sedangkan
memecahkan masalah secara sistematik, percobaan
skala sikap digunakan untuk mengukur variabel
dengan pendekatan baru, belajar dari pengalaman
pelayanan, etos kerja, dan budaya organisasi.
dan pra ktik
Kalibrasi instrumen meliputi uji validitas, reliabilitas,
ter baik
lai nnya , tr ansf orma si
pengetahuan secara cepat dan efisien demi organisasi
normalitas, homogenitas, dan linearitas.
(Fren, Bell, Zawacki, 2000). Berdasarkan uraian tersebut, budaya organisasi
Uji Normalitas Galat Taksir Regresi Pelayanan
adalah seperangkat nilai dan norma yang dipatuhi
atas Komunikasi Antarpersonal
bersama dan dijadikan acuan untuk membentuk
Hasil perhitungan galat taksir regresi pelayanan atas
perilaku ideal oleh semua anggota organisasi.
kompetensi komunikasi antarpersonal memiliki
Indikator budaya organisasi terdiri dari: keteladanan,
penyimpangan maksimum sebesar 0,130. Hasil
keterbukaan, kedisiplinan, kekompakkan, toleransi,
perhitungan sebesar ini memiliki harga lebih kecil
suasana kerja, kesetaraan, dan kebebasan.
dibandingkan dengan harga kritis sebesar 0,143. Hal ini berarti bahwa hipotesis nol diterima dan galat taksir regresi pelayanan atas komunikasi antarpersonal berdistribusi normal.
Tabel 1. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolmogorov-Smirnov
Galat Taksiran
Nilai Penyimpangan
No
Regresi
maksimum
Nilai Kritis
Keterangan
1
Y atas X1
0,130
0,143
Normal
2
Y atas X2
0,127
0,143
Normal
3
Y atas X3
0,094
0,143
Normal
111
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 1, Maret 2012
Uji Normalitas Galat Taksir Regresi Pelayanan
Uji Homogenitas Pelayanan atas Etos Kerja
atas Etos Kerja
Hasil perhitungan uji homogenitas pelayanan atas
Hasil perhitungan galat taksir regresi pelayanan atas
etos kerja menghasilkan χ2 hitung: 26,425. Sedangkan
etos kerja memiliki penyimpangan maksimum
χ2
sebesar 0,127. Hasil perhitungan membuktikan harga
membuktikan bahwa, χ2 hitung lebih kecil dibandingkan
lebih kecil dibandingkan dengan harga kritis sebesar
dengan χ2
0,143. Hal ini berarti bahwa hipotesis nol diterima
diterima.
tabel
pada alpha 0,05: 30,140. Hasil hitung
tab el
. Dengan demikian hipotesis nol
dan galat taksir regresi untuk pelayanan atas etos kerja berdistribusi normal.
Uji Homogenitas Pelayanan atas Budaya Organisasi
Uji Normalitas Galat Taksir Regresi Pelayanan
Hasil perhitungan uji homogenitas pelayanan atas
atas Budaya Organisasi
etos kerja menghasilkan χ2hitung sebesar 28,305.
Hasil perhitungan galat taksir regresi pelayanan atas
Sedangkan
budaya organisasi memiliki penyimpangan maksimum
hitung membuktikan bahwa, χ2
sebesar 0,094. Hasil perhitungan sebesar ini memiliki
dibandingkan dengan χ2
harga lebih kecil dibandingkan dengan harga kritis
hipotesis nol diterima.
χ2
tabel
pada alpha 0,05:32,670. Hasil hitung
lebih kecil
. Dengan demikian tab el
sebesar 0,143. Hal ini berarti bahwa hipotesis nol diterima dan galat taksir regresi pelayanan atas
Uji Hipotesis Penelitian
budaya organisasi berdistribusi normal.
Uji hipotesis penelitian dilakukan secara bertahap, meliputi uji regresi dan hubungan.
Uji regresi
Uji Homogenitas Varians
bertujuan untuk mengetahui tingkat signifikansi dan
Homogenitas varians dilakukan dengan uji Bartlett.
linearitas sebagai prasyarat uji korelasi. Uji korelasi
Hasil perhitungan uji homogenitas pelayanan atas
bertujuan untuk mengetahui tingkat signifikansi
komunikasi antarpersonal menghasilkan χ
hubungan sederhana, parsial, dan jamak.
2 hitung
:
25,256. Sedangkan χ2 tabel pada alpha 0,05: 30,140.
Hipotesis pertama, terdapat hubungan positif
terbukti
antara komunikasi antarpersonal dengan pelaya-nan.
. Dengan
Hasil perhitungan antarvariabel diperoleh bentuk
Hasil hitung membuktikan bahwa χ
hitung
lebih kecil dibandingkan dengan χ2
tabel
2
persamaan regresi: Y ˆ =55,290+1,000X 1 . Uji
demikian hipotesis nol diterima.
Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas
Varians Y atas
Nilai h2
Nilai t2 (α =0,05)
Kesimpulan
X1
25,256
30,140
Homogen
X2
26,425
30,140
Homogen
X3
28,305
32,670
Homogen
Tabel 3. Daftar Analisis Varians Uji Signifikansi dan Linearitas Regresi Y ˆ =55,290+1,000 X1
Sumber Varians Total Koefisiensi (a) Regresi (b/a) Sisa Tuna Cocok Galat Keterangan:
dk 90 1 1 88 11 77 **
568.461,00 566.281,34 918,756 1.260,900 225,121 1.035,779
RJK
566.281,34 918,756 14,328 20,466 13,452
F Hitung
64,121*
F Tabel α 0.05 0.01
4,00
7,08
1,92
2,50
*
1,521ns
Regresi sangat signifikan (Fhitung64,121>Ftabel7,08) pada 0,01 Regresi Linear (Fhitung 1,521 < Ftabel 1,92) d k : Derajat kebebasan JK : Jumlah kuadrat RJK : Rata-rata jumlah kuadrat ns
112
JK
ˆ Y
ˆ Y
Rasmadi, Korelasi antara Komunikasi Antarpersonal, Etos Kerja, dan Budaya Organisasi dengan Pelayanan
terhadap persamaan regresi, secara bertahap dapat
Berdasarkan perhitungan tersebut, terbukti
dilihat pada Tabel 3.
bahwa terdapat hubungan positif sangat signifikan
Persamaan regresi menunjukkan kecen-
antara komunikasi antarpersonal dan pelayanan, baik
derungan kenaikan skor pelayanan sebesar 1,000
secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.
pada konstanta 55,290. Koefisien hubungan
Hipotesis kedua, terdapat hubungan positif
sederhana antara komunikasi antarpersonal dan
antara etos kerja dengan pelayanan. Hasil perhi-
pelayanan ry 1: 0,649. Hasil hitung ini membuktikan
tungan antarvariabel membentuk persamaan
adanya korelasi positif sangat signifikan. Rangkuman uji signifikansi koefisien korelasi dapat dilihat pada
regresi: ˆ Y = 33,950 + 0,557 X2. Uji signifikansi dan linearitas persamaan regresi dapat dilihat pada Tabel
Tabel 4.
6. Hasil hitung membuktikan bahwa regresi sangat
Tabel 4. Rangkuman Uji Signifikasi Koefisien Korelasi r y 1
Koefisien Korelasi
Derajat kebebasan
0,649
88
Keterangan :
t
t
hitung
4,081**
tabel
signifikan dan linear. Persamaan regresi, menunjukkan terjadinya kecenderungan kenaikan skor pelayanan
α
sebesar 0,557 pada konstanta 33,950. Koefisien
0,05
0,01
hubungan sederhana antara etos kerja dan pelayanan
1,67
2,39
sebesar r y 2: 0,593. Rangkuman uji signifikansi koefisien korelasi ry 2 dapat dilihat pada Tabel 7.
** Koefisien korelasi sangat signifikan t hitung = 4,081 > t tabel = 2,39 pada = 0,01
Tabel 7. Rangkuman Uji Signifikasi Koefisien Korelasi ry 2
Koefisien determinasi hubungan komunikasi antarpersonal dan pelayanan sebesar r2: 0,422. Hal ini berarti 42,2 % variasi pelayanan dapat dijelaskan
Koefisien Korelasi
Derajat kebebasan
thitung
0,593
88
6,90**
ttabel 0,05
0,01
1,67
2,39
oleh komunikasi antarpersonal. Uji hubungan parsial Keterangan : **Koefisien korelasi sangat signifikan (thitung = 6,90 > ttabel = 2,39) pada α = 0,01
antara komunikasi antarpersonal dan pelayanan dengan mengontrol variabel lainnya, dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rangkuman Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Parsial: ry1. 2, ry1. 3, ry1. Korelasi parsial
Koefisian korelasi
Derajat kebebasan
ry1.2 ry1.3
0,5249 0,6444
87 87
ry1.23
0,5127
86
Keterangan :
**
t
t
hitung
tabel
23
α
5,752** 7,860**
0,05 1,67 1,67
0,01 2,39 2,39
5,537**
1,67
2,39
Koefisien Korelasi Parsial sangat signifikan (t hitung 5,537 > ttabel 2,39) pada = 0,01
Tabel 6. Daftar Analisis Varians Uji Signifikansi dan Linearitas Regresi ˆ Y =33,950+0,557 X2 Sumber Varians
dk
JK
Total
90
568.461,00
Koefisiensi (a) Regresi (b/a) Sisa
1 1 88
566.281,34 765,227 1414,429
Tuna Cocok Galat
13 75
Keterangan : 0,01
**
302,574 1111,855
F Tabel α 0.05 0.01
RJK
Fh.
566.281,34 765,227 16,07
47,609*
23,275 14,825
4,00
7,08
*
1.570ns
1,92
Regresi sangat signifikan (Fhitung = 47,609 > Ftabel = 7,08) pada
2,50
α =
ns
Regresi linear (Fhitung 1,570 < Ftabel 1,92) dk: derajat kebebasan ; JK: Jumlah kuadrat ; RJK: Rata-rata jumlah kuadrat
113
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 1, Maret 2012
Tabel 8. Rangkuman Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Parsial: ry2. 1, ry2.3, ry2. 13 Korelasi parsial ry2.1 ry2.3 ry2.13 Keterangaan :
Koefisian korelasi 0,4328 0,4755 0,4657
Derajat kebebasan 87 87 86
thitung 4,88** 5,73** 4,88**
ttabel 0,05 1,67 1,67 1,67
0,01 2,39 2,39 2,39
**
Koefisien korelasi parsial sangat signifikan (t hitung = 4,88 > t tabel = 2,39) pada = 0,01
Tabel 9. Daftar Analisis Varians Uji Signifikansi dan Linearitas Regresi Y ˆ =51,941 + 0,261 X3 Sumber Varians Total Koefisiensi (a) Regresi (b/a) Sisa Tuna Cocok Galat
Keterangan:
dk 90 1 1 88 20 68
JK
RJK
568.461,00 566.281,34 174,190 2005,465 682,903 1322,562
F Hitung
566.281,34 174,190 22,789 34,145 19,449
F Tabel α 0.05 0.01
7,64**
4,00
7,08
1,75ns
1,92
2,50
**
Regresi sangat signifikan (Fhitung = 7,64 > Ftabel = 7,08) pada = 0,01 Regresi linear (Fhitung 1,756 < Ftabel 1,92) dk: derajat kebebasan JK: Jumlah kuadrat RJK:Rata-rata jumlah kuadrat ns
Tabel 10. Rangkuman Uji Signifikasi Koefisien Korelasi ry 3
Koefisien korelasi r y 2: 0,593, membuktikan korelasi positif sangat signifikan antara etos kerja dengan pelayanan. Koefisien determinasi hubungan etos kerja dan pelayanan sebesar r2: 0,351. Hal ini berarti 35,1% variasi pelayanan dapat dijelaskan etos kerja. Uji hubungan parsial antara etos kerja dan pelayanan dengan mengontrol variabel lainnya, dapat dilihat pada Tabel 8. Dengan demikian, hubungan antara etos kerja dan pelayanan, terbukti positif dan sangat signifikan, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersamasama. Hipotesis ketiga, terdapat hubungan positif antara budaya organisasi dengan pelayanan. Hasil perhitungan antarvariabel memperoleh
bentuk
persamaan regresi: ˆ Y = 51,941 + 0,261 X3. Uji signifikansi dan linearitas dapat dilihat pada Tabel 9. Perhitungan di atas membuktikan bahwa persamaan regresi sangat signifikan dan linear. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan kenaikan skor pelayanan sebesar 0,261 pada konstanta
Koefisien Korelasi
Derajat kebebasan
0,353
88
t
3,78**
Keterangan
114
Koefisian korelasi 0,2646 0,3453 0,3223 **
t
tabel
α
0,05
0,01
1,67
2,39
Keterangan : **Koefisien korelasi sangat signifikan (thitung = 2,77 > ttabel = 2,39) pada α 0,01
51,941. Koefisien hubungan sederhana antara budaya organisasi dan pelayanan sebesar r y3 = 0,283. Rangkuman uji signifikansi koefisien korelasi ry3 selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 10. Hasil hitung membuktikan korelasi positif dan sangat signifikan antara budaya organisasi dengan pelayanan. Besarnya koefisien determinasi hubungan sebesar r2 = 0,080. Hal ini berarti bahwa 8% variasi pelayanan dapat dijelaskan oleh budaya organisasi. Rangkuman uji hubungan parsial antara budaya organisasi dan pelayanan dengan mengontrol variabel lainnya, dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Rangkuman Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Parsial: ry3. 1, r y3.
Korelasi parsial ry 3.1 ry 3.2 ry 3.12
hitung
Derajat kebebasan 87 87 86
thitung 2,56** 3,43** 3,16**
2,
ttabel α 0,05 0,01 1,67 2,39 1,67 2,39 1,67 2,39
Koefisien korelasi parsial sangat signifikan (thitung = 3,16 > ttabel = 2,39) pada α = 0,01
dan r y3. 1 2
Rasmadi, Korelasi antara Komunikasi Antarpersonal, Etos Kerja, dan Budaya Organisasi dengan Pelayanan
Dengan memperhatikan Tabel 11, terbukti bahwa
di atas, terbukti bahwa: 1) terdapat korelasi positif
hubungan antara budaya organisasi dan pelayanan
sangat signifikan antara pengetahuan komunikasi
positif dan sangat signifikan, baik secara sendiri-sendiri
antarpersonal dengan pelayanan, baik secara sendiri-
maupun secara bersama-sama.
sendiri maupun secara bersama-sama. Dengan
Hipotesis keempat, terdapat hubungan positif
demikian, semakin tinggi pengetahuan komunikasi
antara komunikasi antarpersonal, etos kerja, dan
antarpersonal, maka semakin bermutu pelayanan;
budaya organisasi secara bersama-sama dengan
2) terdapat korelasi positif sangat signifikan antara
pelayanan. Perhitungan antarvariabel menghasil-kan
etos kerja dengan pelayanan, baik secara sendiri-
persamaan regresi: ˆ Y = 11,782 + 0,681 X 1 + 0,363X2 + 0,206X3. Uji signifikansi dan linieritas
sendiri maupun secara bersama-sama. Dengan
persamaan regresi dapat dilihat pada Tabel 12.
bermutu pelayanan; 3) terdapat korelasi positif
demikian, semakin tinggi etos kerja maka semakin
Tabel 12. Daftar Analisis Variansi Uji Signifikansi Regresi Jamak: ˆ = 11,782 + 0,681 X1 + 0,363X2 + 0,206 X3 Y
Sumber varians Regresi Sisa
dk 3 86
Keterangan
:
JK
RJK
Fhitung
1261,397 918,259
420,466 10,677
39,379**
Ftabel α 0,05 0,01 2,76 4,13
**
Regresi jamak sangat signifikan (F hitung = 39,379 > Ftabel = 4,13 pada α =
0,01 dk: Derajat Kebebasan JK: Jumlah kuadrat RJK: Rata-rata jumlah kuadrat
Hasil uji signifikansi dan linieritas persamaan
sangat signifikan antara budaya organisasi dengan
regresi, membuktikan adanya hubungan positif
pelayanan, baik secara sendiri-sendiri maupun secara
sangat signifikan antara komunikasi antarpersonal,
bersama-sama. Dengan demikian, semakin kuat
etos kerja, dan budaya organisasi secara bersama-
budaya organisasi maka semakin bermutu pelayanan;
sama dengan pelayanan. Sedangkan besarnya
dan 4) terdapat korelasi positif sangat signifikan
koefisien determinasi gabungan R2: 0,579. Hal ini
secara bersama- sama ant ara peng etahuan
berarti 57,9% variasi pelayanan dapat dijelaskan oleh
komunikasi antarpersonal, etos kerja, dan budaya
komunikasi antarpersonal, etos kerja, dan budaya
organisasi dengan pelayanan. Hal ini berarti semakin
organisasi secara bersama-sama. Sedangkan
tinggi pengetahuan komunikasi antarpersonal dan
koefisien korelasi jamak, Ry
etos kerja serta semakin kuat budaya organisasi,
1 2 3
= 0,761. Hasil uji
signifikansi besarnya koefisien hubungan jamak terbukti sangat signifikan. Uji signifikansi tersebut dapat dilihat pada Tabel 13.
maka semakin bermutu pula pelayanan. Dengan memperhatikan hasil penelitian di atas, terdapat hal-hal mendasar yang perlu diperhatikan secara seksama sebagai berikut.
Tabel 13. Rangkuman Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Jamak: Ry 123
Derajat kebebasan
Koefisien korelasi
Fhitung
86
0,761
14,456**
Keterangan :
Ftabel α
Pertama, aktivitas pelayanan berlangsung dalam bentuk interaksi antara pelayan dan pihak yang dilayani. Sedangkan proses interaksi akan terjadi manakala tersedianya media atau alat bantu,
0,05 2,76
0,01 4,13
**
Koefisien korelasi jamak sangat signifikan (F hitung = 14,456 > Ftabel = 4,13) pada α = 0,01
di antaranya berupa komunikasi antarpersonal. Subtansi pengetahuan komunikasi antarpersonal yang menjadi fokus penelitian ini, mencakup: makna, manfaat, pola, strategi, balikan, dan teknik berkomunikasi. Perbedaan perilaku seseorang akan terlihat nyata, manakala para pelayan telah memiliki
Hasil Penelitian dan Pembahasan
pengetahuan komunikasi antarpersonal secara
Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian tersebut
komprehensif. Karena para pelayan akan bekerja
115
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 1, Maret 2012
secara sungguh-sungguh, untuk menerapkan
keyakinan dan kebenaran tersebut, berfungsi sebagai
berbagai teori menjadi praktik terbaik pelayanan yang
panduan untuk melakukan berbagai aktivitas dalam
disukai para pelanggan. Pelayanan bersifat ako-
bekerja. Aktivitas kerja yang dilandasi keyakinan yang
modatif dan responsif terhadap keluhan pelanggan.
kuat, akan mendorong keinginan seseorang untuk
Pengetahuan komunikasi antarpersonal tidak
menyelesaikan setiap pekerjaan dengan penuh
hanya sebatas meningkatkan wawasan seseorang,
semangat dan tidak mengenal lelah. Sedangkan
akan tetapi mampu mengubah pola pikir dan pola
aktivitas kerja yang didasari nilai kebenaran, akan
tindak guna meningkatkan kinerja pelayanan. Proses
mendorong seseorang untuk bekerja sungguh-
pelayanan akan berlangsung lebih bermakna bagi
sungguh, sepenuh hati, dan tidak ragu-ragu.
pelayan maupun yang dilayani. Aktivitas layanan
Kesanggupan kerja merupakan kesediaan
dimaknai sebagai panggilan untuk bekerja keras,
seseorang untuk selalu berusaha menyelesaikan
cerdas, dan ikhlas demi kepuasan pelanggan. Dengan
setiap pekerjaan dengan baik dan benar. Pekerjaan
demikian, pelayanan memiliki karakteristik ideal,
yang dilakukan dengan baik, manakala nilai dan norma
seperti: daya tarik, ketersediaan, kerapian dan
kerja dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.
kebersihan, kenyamanan, komunikatif, kompetensi,
Sedangkan bekerja dengan benar, mencerminkan
kesopanan, keramahtamahan, ketanggapan, dan
hasil kerja bermutu tinggi bahkan bisa jadi melebihi
keamanan.
standar yang ditentukan.
Pola dan teknik komunikasi antarpersonal,
Ketulusan kerja merupakan cermin keikhlasan
memungkinkan interaksi antara pihak pelayan dan
seseorang dalam bekerja. Seseorang yang bekerja
yang dilayani berlangsung lebih kondusif dan
dengan hati yang tulus, segala aktivitasnya selalu
bervariatif. Interaksi yang kondusif dan bervariatif
dikendalikan oleh nurani dan kata hati yang kuat,
seperti ini, memungkinkan aktivitas pelayanan
untuk dapat menyelesaikan setiap pekerjaaan
semakin menarik, kompetitif, dan memuaskan
dengan sungguh-sungguh tanpa merasa adanya
pelanggan. Dinamika dan keragaman pelayanan,
paksaan dan tekanan dari pihak mana pun.
akan mendorong terwujudnya berbagai alternatif pelayanan berkualitas.
Integritas kerja merupakan cermin terwujudnya kesatuan dan keterpaduan kemampuan seseorang
Kedua, etos kerja merupakan aktualisasi kaidah
dalam bekerja. Kemampuan seseorang dalam
moral dalam bekerja. Selain itu etos kerja merupakan
bekerja mencakup aspek kognisi, afeksi, dan konasi.
faktor internal, karena bersumber dari dalam diri
Kesatuan dan keterpaduan kemampuan tersebut,
seseorang. Dengan demikian cara kerja yang dilandasi
mendorong seseorang untuk bekerja secara
moralitas kerja yang kuat dan bersumber dari pribadi
konsisten dan konsekuen. Setiap pekerjaan akan
ya ng b ersa ngkutan, mak a ha sil kerj a ya ng
diselesaikan dengan penuh percaya diri dan akuntabel.
bersangkutan cenderung akan lebih berkualitas.
Dengan demikian, integritas kerja terbukti menjadi
Moralitas kerja yang berpedoman dan dilak-
indikasi yang kuat dan dapat dipercaya untuk
sanakan secara konsisten dan konsekuen dalam
mew ujud kan pela yana n be rmut u te rhad ap
proses pelayanan, akan mendorong tumbuh-
masyaraklat.
kembangnya mentalitas layanan yang berorientasi
Inisiatif kerja merupakan dorongan yang muncul
pada keistimewaan dan kepuasan pelanggan.
dari dalam diri seseorang untuk memulai, mengajak,
Indikator masing-masing aspek terdiri dari:
memberi contoh, dan mendorong agar dapat
semangat, kesanggupan, ketulusan, integritas,
menyelesaikan pekerjaan lebih baik, cepat, murah,
inisiati f, kemandirian, tanggung jaw ab, dan
da n ba ru. Inisiati f ke rja yang di kelola d an
pengabdian diri dalam bekerja. Dengan demikian,
diberdayakan secara optimal, akan menghasilkan
kaidah moral yang kuat akan mendorong terciptanya
model-model kerja alternatif yang lebih baik,
aktifitas pelayanan bermutu yang dapat memuaskan
menarik, dan bervariasi,
pelanggan.
Kemandirian kerja merupakan aktualisasi potensi
Semangat kerja merupakan dorongan yang
diri, yang membentuk sikap optimis dan dinamis
timbul dari dalam diri pelayan itu sendiri untuk
dalam menyelesaikan setiap pekerjaan. Kemandirian
beraktivitas. Setiap aktivitas didasari keyakinan yang
kerja terbentuk karena adanya kemauan dan
kuat dan nilai-nilai kebenaran. Lebih jauh dari itu
kemampuan kerja seseorang, sehingga melahirkan
116
Rasmadi, Korelasi antara Komunikasi Antarpersonal, Etos Kerja, dan Budaya Organisasi dengan Pelayanan
tekad dan rasa percaya diri yang kuat, untuk dapat
Keterbukaan merupakan gambaran suasana
menyelesaikan setiap pekerjaan dan tidak selalu
kerja organisasi dalam menyerap informasi. Informasi
tergantung pada bantuan atau dukungan orang lain.
bagi organisasi bisa menjadi mesin pendorong
Tanggung jawab merupakan sikap seseorang
kemajuan atau runtuhnya organisasi. Makna positif
terhadap risiko atau akibat yang muncul dari suatu
keterbukaan dalam pelayanan, sangat berkaitan
pekerjaan. Setiap pekerjaan pasti menimbulkan
dengan kemampuan dan kemauan seseorang
risiko, hanya sifatnya yang berbeda. Risiko yang
menerima, mengolah, dan memanfaatkan berbagai
bersifat negatif tidak untuk dihindari atau dilemparkan
informasi untuk meningkatkan, menyempurnakan,
kepada orang lain, melainkan disikapi dengan kritis
dan mengembangkan aktivitas pelayanan kepada
untuk dicarikan cara penanggulangannya dengan
masyarakat.
tepat. Sedangkan risiko bersifat positif, tidak meng-
Kedisiplinan merupakan gambaran kecen-
akibatkan terhentinya perbaikan dan penyempurnaan
derungan perilaku seseorang untuk mematuhi aturan
kerja.
yang telah ditetapkan organisasi. Kepatuhan terhadap
Pengabdian diri merupakan pengakuan dan
aturan organisasi bukan hasil paksaan atau intimidasi
keyak inan dir i seseor ang terhadap manfaat
dari pihak mana pun. Akan tetapi kepatuhan yang
pekerjaan. Bekerja bermanfaat bagi diri sendiri dan
telah terbentuk dalam diri setiap anggota organisasi,
orang lain. Manfaat bagi diri sendiri, di antaranya
akan mendorong tumbuh dan berkembang organisasi
berupa upah atau pahala yang dapat dinikmati masa
yang lebih produktif.
sekarang dan kelak di kemudian hari. Manfaat bagi
Kekompakan merupakan kemauan bersama
orang lain adalah terpenuhinya kebutuhan dan
para anggota organisasi, untuk menjaga soliditas
kepuasan mereka. Selain itu, bekerja selain
dalam kerja bersama dan berkelompok. Bekerja
merupakan panggilan hidup, juga merupakan salah
kompak ditandai dengan adanya saling pengertian
satu bentuk ibadah.
dan ketergantungan atas keberhasilan pelaksanaan
Ketiga, budaya organisasi merupakan tata nilai
tugas bersama. Keberhasilan dalam mewujudkan
dan norma yang telah teruji, disepakati, dan
pelayanan prima, dimaknai sebagai keberhasilan tim
diwujudkan dalam bentuk perilaku ideal oleh setiap
dalam melaksanakan peran dan fungsi pelayanan
anggota organisasi. Manfaat budaya organisasi, di
masing-masing dengan baik.
antaranya sebagai perekat persatuan dan kesatuan
Toleransi merupakan perwujudan sikap untuk
perilaku anggota organisasi. Perbedaan tata nilai dan
saling menghargai, manakala terjadinya perbedaan
norma yang dianut para anggota tidak untuk
atau kegagalan dalam berbagai aktivitas organisasi.
dipertentangkan, melainkan diharmoniskan dan
Toleransi dalam pelayanan, dapat dijadikan balikan
dipadukan, sehingga mendorong tumbuhkembang-
positi f untuk memp erba iki kesa laha n at au
nya budaya pelayanan yang lebih dinamis dan
kekurangan dalam proses pemberian layanan.
bervariasi. Parameter budaya organisasi tergambar
Kesalahan atau kekurangan seseorang dalam
dan terukur dalam setiap aktivitas layanan,
melayani, tidak selalu diberi hukuman sebagai
mencakup:
imbalan. Akan
tetapi kesalahan atau kekurangan
Keteladanan merupakan sikap mental seseorang
tersebut, dijadikan bahan introspeksi diri untuk
untuk berupaya menjadi model terbaik pemberian
mengadakan perbaikan dan penyempurnaan serta
layanan kepada masyarakat. Keteladanan yang telah
bertekad bulat untuk tidak mengulangi kesalahan
tertanam dalam diri seseorang, akan mendorong
dalam pemberian layanan.
pribadi yang bersangkutan untuk berusaha menjadi
Suasana kerja merupakan situasi berlangsung-
contoh individu lainnya dalam berbagai aktivitas
nya proses inte raksi da n komuni kasi ker ja
pelayanan. Mental model seperti ini, tidak didorong
antarindividu dalam aktivitas pelayanan. Suasana
oleh keinginan untuk semata-mata memperoleh
kerja yang kondusif dalam mewujudkan pelayanan
pujian, sanjungan, dan penghargaan dari pimpinan.
prima, meliputi kondisi fisik dan psikis. Kondisi fisik
Akan tetapi merupakan bentuk aktualisasi diri, untuk
yang kondusif terhadap aktivitas pelayanan, terdiri
dapat memberikan yang terbaik bagi kepentingan
dari sarana dan prasarana pelayanan yang memadai
organisasi.
dan representatif. Sedangkan kondisi psikis meliputi suasana batin yang menjiwai proses pelayanan.
117
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 1, Maret 2012
Suasana kebatinan tersebut, teraktualisasi dalam
murah, mudah, cepat, dan baru. Untuk mewujudkan
bentuk keramahtamahan, penuh rasa kekeluargaan,
pelayanan dengan parameter seperti itu, terkait
keinginan saling membantu, sehingga aktivitas
dengan banyak faktor. Faktor-faktor yang terbukti
pelayanan berlangsung dalam suasana yang
berkorelasi positif dan signifikan terhadap pelayanan,
menyenangkan.
di antaranya komunikasi antarpersonal, etos kerja,
Kesetaraan merupakan wujud perlakuan sama
dan budaya organisasi. Sehingga semakin tinggi
atas dasar hak azasi manusia dan tidak diskriminasi.
pengetahuan komunikasi antarpersonal, etos kerja,
Kesetaraan pelayanan mencakup pihak pelayan dan
dan budaya organisasi, maka semakin bermutu
yang dilayani. Kesetaraan bagi pihak pelayan,
pelayanan.
merupakan pemberian kesem-patan yang sama kepada setiap petugas sesuai tugas dan fungsinya.
Saran
Bagi pihak yang dilayani, merupakan pemberian
Pertama, untuk meningkatkan mutu pelayanan dapat
perlakuan yang sama untuk memperoleh pelayanan
dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan
dan tidak membeda-bedakan satu sama lain.
komunikasi atarpersonal. Ada pun indikator
Kebebasan merupakan kecenderungan anggota
komunikasi antarpersonal terdiri dari: makna,
organisasi dalam mengekspresikan pendapat dan hak
manfaat, pola, strategi, balikan, dan teknik
individu lainnya terhadap organisasi. Kebebasan yang
berkomunikasi. Kedua, untuk meningkatkan mutu
dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab,
pelayanan dapat dilakukan dengan meningkatkan
memungkinkan seseorang lebih kreatif, dinamis, dan
etos kerja. Indikator etos kerja terdiri dari:
produktif dalam memberikan pelayanan. Kebebasan
semangat, kesanggupan, ketulusan, integritas,
yang dimiliki, lebih difokuskan pada upaya untuk
inisiati f, kemandirian, tanggung jaw ab, dan
memberikan kepuasan pelanggan.
pengabdian diri dalam bekerja. Ketiga, untuk meningkatkan mutu pelayanan dapat dilakukan
Simpulan dan Saran
dengan memperkuat budaya kerja yang lebih
Simpulan
kondusif. Indikator budaya organisasi terdiri dari:
Pelayanan merupakan salah satu tugas utama
keteladanan, keterbukaan, kedisiplinan, kekom-
aparatur pemerintah. Pelayanan yang diharapkan
pakan, toleransi, suasana kerja, kesetaraan, dan
masyarakat yaitu pelayanan yang dilakukan dengan
kebebasan; pelayanan terdiri dari: kesopanan,
benar dan sungguh-sungguh, sehingga dapat
kesungguha n, kem udahan, peny empurnaan,
memuaskan pihak yang dilayani. Tuntutan masya-
kecepatan, efisiensi, keunggulan, kenyamanan, dan
rakat terhadap pelayanan, intensitasnya semakin
kesesuaian dengan kebutuhan atau keinginan
komplek dan dinamis. Namun demikian parameter-
pelanggan.
nya tidak berubah, yaitu pelayanan yang semakin Pustaka Acuan Bale, Lawrence S. Ecomind and Global Ethos. 2001. p.2 (Http://www. spaef. Com/GVER PUB/vln2 bale. Html) Barra, Ralph. 1983. Putting Quality Circles to Work. USA: McGraw – Hill Inc. Beauchamp, Tom L. And Norman E. Bowie. 1988. Ethical Theory and Business. New Jersey: Prentice_Hall. Cook, Hun Saker. 1987. Managing Organizational Behavior. New York: Addison Wesley Publising Company. Edward and Sallis. 1993. Total Cuality Management in Education. London: Kogan Page Limited. Effendy, Onong Uchjana. 1999. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Flippo, Edwin B. 1987. Personel Management. New Yorka: McGraw – Hill Company. Fren, Wendell., Cecil H. Bell, Jr., Robert A. Zawachi (Ed.) 2000. Organization Development and Transformation. Boston: McGraw – Hill. Gaspersz, Vincent. 1997. Majemen Kualitas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Green, Ronald M. 1994. The Ethical Manager. New York: Macmillan College Publishing Company. Hodge, B.J., William P. Anthony. 1988. Organizational Theory. Third Edition Library Congress Cataloging in Publication Data United of America.
118
Rasmadi, Korelasi antara Komunikasi Antarpersonal, Etos Kerja, dan Budaya Organisasi dengan Pelayanan
Irawan, Handi. 2002. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo. Jitendra M.D. 1998. Organizational Communication. Delhi: Rajat Publications. Juran, M. 1995. Merancang Mutu. terjemahan Bambang Hartono, Jakarta: PT. Pustaka Binaman Presindo. King, Donnell. 2000. Interpersonal Communication, p.2 (http://www2.pstcc.cc.tn.Us/-dking/interpr.htm.) Kusnoto, Hendra. 2001. The Worlds Best Management Practices. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Luft, Joseph. 1982. Reading Book for Human Relations Training. Arlington: NTL. Institute. Maslow, Abraham H. 1970. Motivation and Personality. New York: Harper & Row. McClelland, David C. 1976. The Achievement Motive. New York: Irvington Publisher Inc. Milakovich, Michel E. 1995. Improving Service Quality. Singapore: Mubaruk & Brother Pte. Ltd. Mondy, R. Wayne. 1995. Management Concepts, Practices, and Skill. New Jersey: Prentice – Hall Inc. Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Osborne, David and Ted Gaebler. 1992. Reinventing Government. Massachussetts: Addison - Wesley Publishing Company. Petri, Herbert L. 1986. Motivation: Theory Research. California: Wodsworth. Robbins, Stephen P. 1991. Organizational Behavior. New Jersey: Prentice – Hall Inc. Salusu, J. 2000. Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit. Jakarta: PT. Grasindo. Senge, Peter M. 1990. The Fifth Disciplin: The Art and Pactice of The Learning Organization. New York: Doubleday. Solomon, Robert C. 1987. Etika Suatu Pengantar. terjemahan Andre Karo Karo, Jakarta: Erlangga. Steers, Richard M. and Lyman W. Poster. 1987. Motivation and Work Behavior. New York: McGraw – Hill. Stewart, Aileen Mitchell. 1998. Empowering People. Terjemahan Agus M. Harjana. Yogyakarta: Kanisius. Susanto, A.B. 1997. Budaya Perusahaan: Manajemen dan Persaingan Bisnis. Jakarta: PT. Elek Media Komputindo, Tasmara, Toto. 1985. Etos Kerja Pribadi Muslim. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf. Tjiptono, Fandy. 2000. Prinsip Prinsip Total Quality Service. Yogyakarta: Andi. Tjokroamidjojo, Bintoro. 2000. Good Governance. Jakarta: UI–Press.
119