KONTRIBUSI KEKUATAN LENGAN DAN KOORDINASI MATA TANGAN TERHADAP KEMAMPUAN SERVIS LOB DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS Oleh: Ruslan Program Studi Pendidikan Jasmani Unmul ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk pemperoleh jawaban atas permasalahan : (1). Apakah ada kontribusi kekuatan lengan terhadap kemampuan servis lob dalam permainan bulutangkis. (2). Apakah ada kontribusi koordinasi mata tangan terhadap kemampuan servis lob dalam permainan bulutangkis. (3). Apakah ada kontribusi secara bersama-sama kekuatan lengan dan koordinasi mata tangan terhadap kemampuan servis lob dalam permainan bulutangkis. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan tiga variabel bebas dan satu variabel terikat. Populasi dan sampel adalah Siswa SMK Farmasi Samarinda Kalimantan Timur, secara random sampling diperoleh sampel sebanyak 40 orang. Teknik analisis data yang digunakan regresional (uji-r). Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan sebagai berikut : (1). Ada kontribusi ada kontribusi kekuatan lengan terhadap kemampuan servis lob dalam permainan bulutangkis diperoleh nilai β = 0.563 dengan nilai t hitung (to) = 4.518 (P < 0.05). Dimana bahwa kekuatan lengan memberikan kontribusi atau sumbangan 42.30 %. (2). Ada kontribusi koordinasi mata tangan terhadap kemampuan servis lob dalam permainan bulutangkis, diperoleh nilai β = 0.394 dengan nilai t hitung (to) = 3,160 (P < 0.05). Dimana bahwa koorrdinasi mata tangan memberikan kontribusi atau sumbangan 29.60 %. (3). Ada kontribusi secara bersama-sama kekuatan lengan dan koordinasi mata tangan terhadap kemampuan servis lob dalam permainan bulutangkis, diperoleh nilai β = 0.874 dengan nilai r² = 0.764 (P < 0.05). Dimana bahwa secara bersama-sama kekuatan lengan dan koordinasi mata tangan memberikan kontribusi atau sumbangan 76.40 %. Kata Kunci : Kekuatan Lengan, Koordinasi Mata Tangan, Kemampuan Servis Lob. PENDAHULUAN Perkembangan permainan cabang olahraga bulutangkis dewasa ini sangat pesat sekali, sehingga diperlukan pelatihan-pelatihan yang bisa mengantisipasi segala persoalan-persoalan yang terjadi dalam setiap pertandingan. Dalam hal ini perlunya adanya pelatihan-pelatihan untuk menambah wawasan pada pemain dan pelatih. Cabang olahraga permainan bulutangkis merupakan permainan yang sangat kompleks, dimana permainan bulutangkis terdiri dari beberapa teknik dasar
yang sangat bervariasi. Setiap pemain harus dapat menguasai keterampilan bermain bulutangkis, agar mampu untuk berprestasi. Walaupun semua teknik dasar dapat dikuasai dengan baik, namun apabila pemain tidak berlatih dengan baik, maka penguasaan berbagai teknik keterampilan tidak sempurna. Selain itu, untuk menjadi pemain yang berprestasi, maka syarat atau komponen utama yang harus dimiliki antara lain ; adanya kemauan keras, bersemangat, dan bakat potensial dalam berolahraga bulutangkis. Sehingga dengan adanya paduan antara kemampuan keterampilan teknik dasar dalam permainan bulutangkis yang dbarengi dengan adanya kemauan, kerja keras dan bakat yang potensial akan mampu bermain dengan baik. Menurut James Poole (2007:10) dikemukakan bahwa teknik dasar permainan bulutangkis terdiri dari: “Teknik dasar permainan bulutangkis terdiri dari ; pukulan servis, pukulan atas kepala, dan pukulan bawah tangan”. Lebih jaelasnya bahwa pukulan dari bawah terdiri dari : pukulan servis, mengangkat shuttle dan pukulan netting. Pukulan servis terdiri dari servis lob/tinggi, servis pendek, dan servis kedut. Sehingga dari sekian teknik dasar pukulan servis yang dikemukakan, maka teknik dasar yang menjadi titik fokus atau obyek dalam penelitian ini adalah pukulan servis lob/tinggi. Servis lob/tinggi adalah servis yang dilakukan dengan menggunakan kekuatan penuh agar shuttlecock melayang tinggi dan jatuh tegak lurus di bagian belakang garis lapangan lawan. Servis lob jika diperhatikan pola geraknya, nampak bahwa saat melakukan pukulan gerakan ayunan raket dari belakang ke depan dengan diikuti peralihan titik berat badan dari kaki belakang ke kaki depan yang harus berlangsung kontinyu dan harmonis. Dengan demikian, untuk mendukung kemampuan pukulan servis lob dalam permainan bulutangkis, maka perlu memperhatikan dari pola gerak pukulan tersebut. Karena pola gerak pukulan servis lob didomoinasi anggota badan atas atau lengan, maka kemampuan fisik yag dilibatkan dalam penelitian ini adalah Kekuatan lengan dan koordinasi mata tangan. Dimana diharapkan bahwa nantinya kedua unsur tersebut dapat memberikan kontribusi terhadap kemampuan pukulan servis lob. Untuk dapat menghasilkan suatu pukulan servis yang keras dan tepat
sasaran, maka diperlukan latihan kekuatan lengan dengan tekun dan harus menguasai teknik pukulan servis dengan sebaik-baiknya. Menurut Sajoto (1988:58), mengemukakan bahwa kekuatan adalah komponen
fisik
yang
menyangkut
kemampuan
seseorang
pada
saat
mempergunakan otot-ototnya menerima beban dalam waktu kerja tersebut. Sehingga kekuatan lengan merupakan potensi fisik yang perlu dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pada gerakan pukulan servis lob. Makin komplit gerak yang dilakukan, makin besar pula tingkatan koordinasi yang diperlukan. Harsono (1988:79), mengemukakan bahwa koordinasi sangat penting untuk mempelajari dan menyempurnakan teknik dan taktik. Koordinasi adalah kemampuan untuk menyatakan berbagai sistem syaraf gerak yang terpisah ke dalam satu pola gerak yang efisien. Peranannya sangat penting termasuk koordinasi mata dan tangan dalam bermain bulutangkis. Sehingga koordinasi mata dan tangan adalah suatu kemampuan biomotorik yang sangat kompleks dan sangat erat hubungannya dengan kekuatan, kecepatan, daya ledak, koordinasi dan daya tahan. Hal ini menyebabkan peneliti merasa perlu ada pembuktian apakah kekuatan lengan akan memberikan kontribusi terhadap hasil pukulan servis lob. Inilah yang mendorong peneliti mengadakan suatu penelitian untuk dapat membuktikan apakah kekuatan lengan dan koordinasi mata tangan berkontribusi terhadap kemampuan servis lob dalam permainan bulutangkis. Sehingga judul dalam penelitian adalah “Kontribusi Kekuatan Lengan dan Koordinasi Mata Tangan Terhadap Kemampuan Servis Lob Dalam Permainan Bulutangkis”. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah ada kontribusi kekuatan lengan terhadap kemampuan servis lob dalam permainan bulutangkis 2. Apakah ada kontribusi koordinasi mata tangan terhadap kemampuan servis lob dalam permainan bulutangkis.
3. Apakah ada kontribusi secara bersama-sama kekuatan lengan, dan koordinasi mata tangan, terhadap kemampuan servis lob dalam permainan bulutangkis. TINJAUAN PUSTAKA 1. Permainan Bulutangkis Bulutangkis dimainkan di arena yang berbentuk segi empat panjang dengan panjang 6,10 dan lebar 13,40 meter, yang dibagi dalam bidang-bidang masing-masing dua sisi berlawanan. Ada garis tunggal dan ganda, serta ada ruang yang memberi jarak antara pelaku dan penerima servis yang dipisahkan oleh net yang tingginya 155 cm pada setiap tiang, namun tinggi net yang berada ditengah lapangan 152 cm. Di lihat dari segi pinggir tampak dua buah garis yang memotong seluruh lebar arena pada kiri dan kanan net. Kedua garis itu hanya digunakan sewaktu melakukan servis. Garis yang di depan 1,980 m jauhnya dari net di sebut garis servis pendek untuk tunggal dan ganda. Garis tengah ini hanya berlaku untuk pemain yang melakukan servis dan yang menerima servis. Sesudah servis yang masuk dikembalikan, garis tengah itu untuk sementara tidak berfungsi lagi. Garis batas belakang lapangan di sebut garis servis panjang dan hanya digunakan untuk menentukan sah tidaknya servis dalam tunggal. Untuk permainan tunggal garis pinggir luar tidak dihitung. Permainan bulutangkis merupakan permainan yang bersifat individual yang dapat dilakukan dengan cara satu orang melawan satu orang atau dua orang melawan dua orang. Permainan ini merupakan salah satu cabang olahraga yang membutuhkan perlatan. Peralatannya disamping lapangan juga adalah raket, shuttlecock, net dan sepasang sepatu. Tujuan permainan bulutangkis adalah berusaha untuk menjatuhkan shuttle di daerh permainan lawan dan berusaha agar lawan tidak dapat memukul shuttle dan menjatuhkannya di daerah permainan sendiri. Selanjutnya Siregar (1974:36), mengemukakan bahwa : “... teknik sebagai pelaksanaan suatu kegiatan secara efektif dan rasional yang memungkinkan tercapainya hasil-hasil yang lebih baik dalam pertandingan”. Ini berarti bahwa dengan mengenali seluruh teknik dasar pukulan bulutangkis, pemain akan dapat
bermain bulutangkis dengan baik dan akan dapat mengembalikan semua hasil pukulan lawan yang berada di segala arah. Menurut
Johnson
(1982:22),
mengemukakan
bahwa:
Dengan
meningkatkan keterampilan seorang pemain akan bertambah baik pula pilihan pukulannya, kecermatan dan tenaganya bermain, demikian pula kecakapannya untuk menipu lawan. Pujianto dan kawan-kawan (1979 : 17), mengemukakan berbagai jenis pukulan di dalam permainan bulutangkis, yaitu sebagai berikut : a. Lob
Lob serang dari bawah
Lob menangkis dari bawah
Lob serang dari atas
Lob menangkis dari atas
b. Smash
Smash penuh
Smash potong
Around the head smash
c. Dropshot
Drop dari atas (penuh/potong)
Drop dari bawah
d. Drive e. Service
Service pendek
Servis panjang
Sevice kejut
f. Pengembalian pukulan service
Pengembalian service rendah
Pengembalian service tinggi. Dari berbagai jenis teknik dasar permainan bulutangkis yang harus
dikuasai oleh pemain bulutangkis pada tingkat remaja cukup banyak. Maka dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian hanya pukulan Servis Lob. 2. Servis Lob Pada Permainan Bulutangkis
Servis dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu servis lob/tinggi, servis pendek dan servis flick. Untuk servis lob atau tinggi pada umumnya digunakan pada permainan bulutangkis dalam bermain tunggal, kecuali bila lawan tetap berada jauh di bagian belakang arena atau menunjukkan kelemahannya dalam pengembalian shuttlecock dengan pukulan bawah tangan. Servis lob dilakukan dengan memukul shuttlecock dari bawah dan diarahkan ke bagian belakang atas lapangan permainan lawan. Servis ini biasanya dilakukan dalam permainan tunggal yang dilakukan dengan forehand. Servis panjang untuk permainan tunggal maupun ganda dilakukan dengan memukul shuttlecock dengan kekuatan yang penuh.
Shuttlecock yang dipukul harus
diusahakan jatuh menurun secara tegak lurus ke bawah disuatu tempat garsi belakang lapangan pihak lawan terutama diarahkan di sudut-sudut perpotongan antara garis tengah dengan garis belakang untuk servis pemain tunggal. Tujuan dan maksud untuk melakukan servis lob adalah untuk menekan posisi pihak lawan bergerak ke garis belakang lapangan agar supaya lapangan bagian depan menjadi kosong. Servis yang melambung tinggi sekali dapat diandalkan sebab jarang melewati garis belakang dan hampir vertikal jatuhnya sehingga sulit dinilai lawan. Adapun
teknik
pelaksanaan
servis
menurut
PB.PBSI
(2002:23)
dikemukakan sebagai berikut: 1) Meletakkan kedua kaki sekitar 70 cm dari garis servis pendek dan 10 cm dari garis tengah, kaki kiri dilangkahkan ke depan selebar 30 cm sehingga posisi kedua kaki berada di depan dan di belakang (bila pemain itu menggunakan tangan kiri maka sebaliknya) 2) Berat badan di tengah-tengah kedua kaki 3) Pindahkan berat badan ke depan, jatuhkan shuttle, bersamaan dengan itu ayunan raket ke depan atas melalui pinggang dan pukullah shuttle dengan kuat. 4) Pada saat perkenaan antara shuttlecock dengan raket, baru dicambukkan dengan pergelangan tangan sehingga akan menghasilkan pukulan yang keras. 5) Gerakan lanjutan dari melakukan pukulan servis lob ini sampai berada di depan atas badan
6) Seluruh gerakan cara memukul ini dimulai dari kaki, badan, ayunan tangan, dan terakhir dilanjutkan dengan mencambukkan pergelangan tangan. 7) Pada saat memukul perpindahan berat badan dimulai dari kaki belakang ke kaki kiri yang ada di depan 8) Perlu diperhatikan agar kaki yang berada di belakang, pada waktu memukul jangan sampai kaki terangkat, ini merupakan kesalahan yang sering dilakukan oleh pemain tanpa disadari. 3. Faktor Pendukung Servis Lob a) Kekuatan Lengan Kekuatan merupakan komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik, kekuatan juga memegang peran penting dalam melindungi atlet dari kemungkinan cedera. Menurut Harsono (1988:178), mengemukakan bahwa : "Kekuatan adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan". Sedangkan menurut Sajoto (1988:58), mengemukakan bahwa : “Kekuatan adalah komponen fisik yang menyangkut kemampuan seorang atlet pada saat mempergunakan otot-ototnya menerima beban dalam waktu kerja tersebut “. Batasan defnisi tentang kekuatan menurut beberapa praktisi cukup bervariasi, namun pada hakekatnya sama. Menurut Kasiyo Dwijowinoto (1993:299), mengemukakan bahwa : "Sebagai suatu tenaga yang dapat dikerahkan sekelompok otot pada usaha tunggal yang maksimal". Kekuatan otot merupakan unsur fisik yang perlu dikembangkan karena unsur fisik seperti kecepatan dan daya ledak, biasanya berkembang seiring dengan perkembangan kekuatan. Kekuatan
pada hakekatnya merupakan kontraksi otot yang digunakan untuk
menghasilkan tenaga internal yang dapat mengatur gerakan. Kebanyakan gerakan dihasilkan oleh kerja otot dan masing-masing memegang dalam satu atau beberapa dari peran tersebut. Peranan kerja otot-otot tersebut di atas, jelas harus saling terkait satu sama lain agar bagian otot yang difungsikan dapat bekerja secara efesien dan maksimal. Usaha untuk memaksimalkan kerja otot dapat terealisasi maka perlu adanya latihan-latihan yang dapat mengembangkan kekuatan otot.
Pada dasarnya kekuatan otot merupakan sebuah serabut otot atau satu sel otot yang berbentuk selinder panjag. Menurut Ganong (1983:40), mengemukakan bahwa : “Otot-otot terdiri dari sejumlah myfibril, yang merupakan serabut otot berbentuk memanjang dengan beberapa nuclei”. Ujung-ujung otot rangka terutama mengadakan perekatan pada tulang (tendon), dibeberapa tempat melekat pada Fescia atau sesama otot lainnya. Ujung otot yang melekat pada tulang terdiri dari jaringan ikat padat, berbentuk bulat disebut dengan tendon. Pada dasarnya sebuah serabut otot adalah satu sel otot yang berbentuk selinder panjag. Menurut Ganong (1983:101), mengemukakan bahwa : “Sel otot mempunyai ukuran yang bervariasi, garis tengahnya antara 10 mikron sampai 80 mikron”. Otot rangka terdiri dari sejumlah myfibril, yang merupakan sel otot berbentuk memanjang dengan beberapa nuclei. Secara meikroskopis otot rangka kelihatan bercorak dan terikat satu sama lain oleh lapisan jaringan ikat yang elastis. Ujung-ujung otot rangka terutama mengadakan perekatan pada tulang (tendo), dibeberapa tempat melekat pada Fescia atau sesama otot lainnya. Ujung otot yang melekat pada tulang terdiri dari jaringan ikat padat, berbentuk bulat disebut dengan tendo, dan yang berbentuk lembaran dinamakan aponeuruso. Menurut Lahulima (2002:29), mengemukakan bahwa : Pelekatan otot dibagian proximal disebut origo (punctum fixu,) dan pelekat dibagian distal disebut insertion (punctum mobile). Ujung-ujung otot dinamakan caput bagian diantaranya dinamakan venter. Komponen-komponen penting dalam otot adalah aktin dan miosin. Dimana apabila aktin dan miosin tertarik menjadi satu ikatan maka merupakan suatu kontraksi otot yang terjadi. Penjelasan tersebut, jelas memberikan pengertian bahwa kekuatan adalah kemampuan otot-otot yang digunakan pada aktivitas kerja. Hal ini latihan kekuatan
akan meningkatkan kemampuan dalam melakukan permainan
bulutangkis khususnya dalam melakukan servis lob. b) Koordinasi Mata Tangan
Koordinasi adalah kemampuan untuk menyatakan berbagai sistem syaraf gerak yang terpisah, ke dalam satu pola gerak yang efisien. Makin kompleks gerak yang dilakukan, makin besar tingkatan koordinasi yang diperlukan untuk melakukan atau melaksanakan keterampilan suatu aktivitas gerak motorik. Gerak motorik peranannya sangat penting termasuk koordinasi mata dan tangan dalam bermain teis meja. Sehingga koordinasi mata dan tangan adalah suatu kemampuan biomotorik yang sangat kompleks dan sangat erat hubungannya seperti dengan kekuatan, kecepatan, daya ledak, kelentukan, dan daya tahan. Menurut Harsono (1988:79), mengemukakan bahwa : “ koordinasi sangat penting untuk mempelajari dan menyempurnakan teknik dan taktik”. Kebutuhan akan koordinasi gerakan antara mata dan tangan pada saat bermain bulutangkis adalah untuk menyempurnakan teknik dasar pukulan agar tidak terjadi suatu kesalahan dalam gerakannya. Koordinasi mata dan tangan juga sangat penting jika pemain berada dalam suatu yang berada dan lingkungan yang asing, seperti ; perubahan lapangan, peralatan, cuaca, lampu penerangan dan lawan yang dihadapi. Baik tidaknya tingkat koordinasi mata tangan seorang pemain bulutangkis dapat tercermin pada kemampuannya untuk melakukan suatu gerakan secara mulus, seperti melakukan pukulan-pukulan dengan efisien. Dalam bermain bulutantgkis gerakan yang dilakukan secara terkoordinir, artinya pelaksanaan yang dilakukan secara berurutan. Dengan kata lain bahwa mulai pelaksanaan mengambil ancang-ancang pada saat untuk siap menerima pukulan lawan atau melakukan pukulan sampai perkenaan bola dengan bat perlu integrasi antara kemampuan tangan dan mata. Integrasi ini penting dalam bermain bulutangkis yang maksimal. Berdasarkan penjelasan di atas, nampak bahwa koordinasi mata dan tangan perlu dikembangkan karena sangat menunjang dalam peningkatan prestasi bermain bulutangkis khususnya dalam melakukan servis lob. Adapun faktorfaktor yang mempengaruhi koordinasi, seperti yang dikemukakan oleh Sajoto (1988:59), yaitu :
Kecepatan, dimana kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan koordinasi berkesinambungan secara efektif dan efesien.
Daya ledak, dimana seseorang mampu untuk menggunakan kekuatan maksimal suatu aktivitasnya.
Koordinasi mata tangan, kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf otot dalam melakukan aktivitas.
Fleksibilitas, efektifitas seseorang dalam penyesuaian gerak terhadap akivitas dengan pengukuran tubuh ditandai dengan tingkat fleksibilitas persendian pada seluruh tubuh. Selanjutnya Harsono (1988:167), mengemukakan bahwa : “Koordinasi
juga penting jika kita berada dalam situasi dan lingkungan yang asing seperti perubahan lapangan, peralatan, cuaca, lampu penerangan dan lawan yang dihadapi ”. Seorang pemain bulutangkis dengan koordinasi mata tangan yang baik bukan hanya mampu melakukan sesuatu keterampilan secara sempurna, akan tetapi juga mudah dan cepat dapat melakukan keterampilan yang masih baru baginya, mengubah dan berpindah secara tepat dari gerakan yang satu ke pola gerak yang lain. Ini berarti koordinasi adalah kemampuan untuk memadukan berbagai gerakan ke dalam satu pola, lebih-lebih pada pola gerakan khusus. Dengan demikian koordinasi adalah kemampuan untuk mengkombinasikan beberapa gerakan dengan urutan yang benar dan melakukan gerakan yang kompleks secara mulus tanpa mengeluarkan energi yang berlebihan. Koordinasi yang baik adalah gerakan yang efisien, halus, mulus, dan terkoordinasi. Latihan koordinasi yang baik adalah dengan melakukan berbagai variasi gerak dengan keterampilan. Pemain yang berlatih harus mempunyai spesialisasi suatu cabang olahraga tertentu sebaiknya dilibatkan dalam keterampilan berbagai cabang olahraga lainnya. Dalam melatih keterampilan, faktor kesulitan dan kompleks gerakan harus senantiasa ditingkatkan dan koordinasi paling mudah dikembangkan pada anak-anak usia muda yaitu pada waktu kemampuan adaptasi nervous syarafnya lebih baik dari pada kepunyaan orang dewasa. 2. Sistem Energi Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, apapun bentuknya tubuh pasti memerlukan energi. Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja.
Berdasarkan sistem energi predominan (predominan energi sistem), maka latihan dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu: latihan anaerobik dan latihan aerobic (Fox, 1993). Latihan anaerobik adalah latihan yang menggunakan energi dengan sisitem ATP-PC (phosphagen sistem) dan glikolisis anaerobik (laktid acid sistem). Dan latihan aerobik adalah latihan yang menggunakan sistem energi glikolisis aerobic (aerobic sistem) Cabang
olahraga
bulutangkis
merupakan
cabang
olahraga
yang
menggunakan sistem energi anaerobik dan aerobik, karena menggunakan kekuatan yang dilakukan secara berulang-ulang yang memerlukan oksigen dalam proses metabolisme energi. Menurut Santosa (2007:180), mengemukakan bahwa : “Kontraksi otot yang berulang-ulang yang dilakukan oleh sebuah otot yang menyebabkan terjadinya keadaan aerobik” Sedangkan Sistem energi yang digunakan berdasarkan pola gerak Servis lob pada permainan bulutangkis yang membutuhkan kekuatan adalah sistem energi anaerobik. Maka sistem energi yang digunakan dalam melakukan servis lob berasal dari sistem anaerobik. Menurut Ucup Yusup (2000:48), mengemukakan bahwa: “Sistem ATP terdapat pada serabut otot yang jumlahnya terbatas”. Apabila ATP di dalam otot berkurang selama malakukan aktivitas, maka perlu adanya resitensa ATP kembali untuk aktiviats selanjutnya. Sistem penyedian energi pertama yang digunakan untuk meresintesis ATP yang telah digunakan untuk aktivitas adalah sistem ATP-PC. Sistem ATP-PC adalah bentuk penyedian energi yang paling cepat dibandingkan dengan penyedian sistem energi lain. Menurut McArdle (1986) mengemukakan bahwa ATP yang tesedia dalam otot hanya dapat melakukan aktivitas maksimal selama 20-30 detik saja. Oleh sebab itu, sistem ini hanya berguna untuk aktiviats fisik yang sangat cepat dan dalam waktu yang singkat, seperti : melompat, meloncat, star lari, memukul bola dan sebagainya. Selanjutnya
Menurut
Soekarman
(1991)
mengemukakan
bahwa
keuntungan dari sistem ATP-PC dapat digunakan untuk olahraga yang memerlukan kecepatan dan kekuatan. Alasan yang menunjang dari sistem ATPPC adalah: (1) tidak tergantung pada reaksi kimia yang panjang, (2) tidak
membutuhkan oksigen, dan (3) ATP-PC tertimbun dalam mekanisme kontraktil dalam otot. KERANGKA BERPIKIR Adapun kerangka berpikir yang akan dikemukakan sebagai berikut : 1. Jika siswa yang mempunyai kekuatan lengan yang kuat, maka akan dapat diperidiksikan mampu melakukan pukulan servis lob dalam permainan bulutangkis dengan baik, keras dan tinggi. 2. Jika siswa yang mempunyai koordinasi mata tangan, maka dapat diperidiksikan mampu melakukan Servis Lob dalam permainan bulutangkis dengan cepat dan terkontrol. 3. Jika siswa yang mempunyai secara bersama-sama kekuatan lengan dan koordinasi mata tangan, maka akan dapat melakukan pukulan servis lob dalam permainan bulutangkis dengan keras, kuat dan cepat serta terkontrol. HIPOTESIS Hipotesis penelitian dapat disusun sebagai berikut : 1. Ada kontribusi kekuatan lengan terhadap kemampuan servis lob dalam permainan bulutangkis 2. Ada kontribusi koordinasi mata tangan terhadap kemampuan servis lob dalam permainan bulutangkis. 3. Ada kontribusi secara bersama-sama kekuatan lengan, dan koordinasi mata tangan terhadap kemampuan servis lob dalam permainan bulutangkis. PEMBAHASAN Hasil-hasil analisis korelasi, maka hubungan ketiga variabel bebas dengan satu variabel terikat dalam pengujian hipotesis perlu dikaji lebih lanjut dengan memberikan interprestasi keterkaitan antara hasil analisis yang dicapai dengan teori-teori yang mendasari penelitian ini. Penjelasan ini diperlukan agar dapat diketahui kesesuaian teori-teori yang dikemukakan dengan hasil penelitian yang diperoleh. 1. Ada kontribusi
yang
signifikan
kekuatan lengan terhadap kemampuan
servis lob pada permainan bulutangkis siswa SMA Negeri 9 Makassar. Hasil yang diperoleh tersebut apabila dikaitkan dengan kerangka berpikir dan teoriteori yang mendasarinya, pada dasarnya hasil penelitian ini mendukung teori
yang ada. Hal ini dapat dijelaskan bahwa apabila siswa memiliki kekuatan otot lengan yang kuat dapat memberikan kontribusi terhadap gerakan servis lob pada permainan bulutangkis dengan kuar dan akurat. Kekuatan otot lengan sebagai kemampuan ayunan lengan untuk memberikan kekuatan maksimal merupakan komponen yang sangat penting pada permainan bulutangkis, khususnya servis lob. Selain itu kekuatan otot lengan adalah komponen fisik yang menyangkut kemampuan seorang pemain pada saat mempergunakan ototototnya menerima beban dalam waktu kerja. Peranan kekuatan otot lengan sangat penting pada gerakan servis pada permainan bulutangkis, sebab dalam gerakan ini pemain bulutangkis harus mempunyai gerakan ayunan lengan yang kuat pada saat mengayunkan lengan pada saat melakukan pukulan servis lob. Selain itu kekuatan otot lengan sangat menunjang ketangkasan atau keterampilan bermain bulutangkis. Adapun sumbangan yang diberikan kekuatan otot lengan terhadap kemampuan
servis lob pada
permainan
bulutangkis sebesar 42.30 %. 2. Ada kontribusi yang signifikan koordinasi mata tangan terhadap kemampuan servis lob pada permainan bulutangkis siswa SMA Negeri 9 Makassar Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara koordinasi mata tangan
dengan kemampuan pukulan servis lob pada
permainan bulutangkis. Apabila hasil penelitian ini dikaitkan dengan teori dan kerangka pikir yang mendasarinya, maka pada dasarnya hasil penelitian ini mendukung dan memperkuat teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang sudah ada. Koordinasi adalah kemampuan untuk menyatakan berbagai system syaraf gerak yang terpisah, ke dalam satu pola gerak yang efisien. Makin kompleks gerak yang dilakukan, makin besar tingkatan koordinasi yang diperlukan untuk melakukan atau melaksanakan keterampilan suatu aktivitas gerak motorik.
Gerak motorik peranannya sangat
penting termasuk
koordinasi mata dan tangan dalam melakukan gerakan pukulan servis lob. Sehingga koordinasi mata dan tangan adalah suatu kemampuan biomotorik yang sangat kompleks dan sangat erat hubungannya seperti dengan kondisi fisik lainnya. Kebutuhan akan koordinasi gerakan antara mata dan tangan pada melakukan pukulan servis lob pada permainan bulutangkis adalah untuk
menyempurnakan teknik dasar pukulan servis lob agar tidak terjadi suatu kesalahan dalam gerakannya. Baik tidaknya tingkat koordinasi mata tangan dapat tercermin pada kemampuannya untuk melakukan suatu gerakan secara mulus, seperti melakukan gerakan pukulan servis lob dengan efisien. Dalam melaksanakan gerakan pukulan servis lob merupakan gerakan yang dilakukan secara terkoordinir, artinya pelaksanaan yang dilakukan secara berurutan. Dengan kata lain bahwa mulai pelaksanaan mengambil ancang-ancang pada saat untuk pukulan servis lob sampai perkenaan bola dengan tangan Adapun sumbangan atau kontribusi koordinasi mata tangan terhadap kemampuan servis lob pada permainan bulutangkis sebesar 29.60 %. 3. Ada kontribusi yang signifikan kekuatan lengan dan koordinasi mata tangan dan
secara bersama-sama terhadap kemampuan servis lob pada
permainan bulutangkis siswa SMA Negeri 9 Makassar. Hasil yang diperoleh tersebut apabila dikaitkan dengan kerangka berpikir dan teori-teori yang mendasarinya, pada dasarnya hasil penelitian ini mendukung teori yang ada. Apabila siswa memiliki unsur kekuatan lengan, koordinasi mata tangan, dan secara bersama-sama dalam kondisi yang baik akan mampu melakukan seluruh rangkaian pada pelaksanaan pukulan servis lob pada permainan bulutangkis dengan sumbangan sebesar 76.40 %. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasannya maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Ada kontribusi yang signifikan kekuatan lengan terhadap kemampuan servis lob pada permainan bulutangkis. 2. Ada kontribusi yang signifikan koordinasi mata tangan terhadap kemampuan servis lob pada permainan bulutangkis. 3. Ada kontribusi yang signifikan kekuatan lengan dan koordinasi mata tangan terhadap kemampuan servis lob pada permainan bulutangkis. SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan penelitian ini, maka dapat disarankan atau direkomendasikan beberapa hal :
1. Untuk meningkatkan kemampuan servis lob bulutangkis maka perlu diperhatikan bentuk kekuatan lengan, dan koordinasi mata tangan 2. Kepada pada pelatih dan guru olahraga agar hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan dalam mengajar atau melatih olahraga bulutangkis. Dalam hal ini komponen fisik, kekuatan lengan dan koordinasi mata tangan dengan memberikan bentuk kekuatan lengan dan koordinasi mata tangan.