Prosiding Seminar NasionalLahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014 ISBN: 979-587-529-9
KONSUMSI DAN STOK BERAS ORGANIK DAN ANORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA LUBUK LINGGAU Andy Mulyana, Lifianthi, Dwi Wulan Sari Dosen Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Sriwijaya Kampus Indralaya, Jl. Palembang – Indralaya Km 32, Ogan Ilir Telepon: +62711580662/08127118488 Email:
[email protected].
ABSTRACT One of environmental friendly food products is organic rice. This kind of rice is very good for human health since it is free from dangerous chemical contents. In addition, the taste of an organic rice is not rarely more softly and delicious compare to conventional rice. However, since considered as a premium food, it is primerly bought by middle and high income consumers. On the other side, the rice production is still in small amount and undertaken by small scale farms. Lubuklinggau City is one of regencies in South Sumatra in which consumers of organic rice tend to increase. With the population density of 490 per km2 and area size of 419,8 km2, increases of population will raise total volume of rice consumption. It is also estimated that the community who have enough purchasing power would try to buy diffrence kind of rice when available nearby, which would influence their rice consumption behavior. The research tries to (1) describe the amount of organic and anorganic rice consumption and stock at household level in Lubuklinggau, and (2) find out the reasons for consuming organic rice. The results show that each household of organic rice consumer, with 4 – 5 persons, on average eat 19.98 kg organic rice per month, and 21,94 kg anorganic rice. Meanwhile, available stock of organic rice at every household is averaging at 12,11 kg per month for the first month, and 2,95 kg per month for the second. Avalable stock for anorganic rice is on average at 8,10 kg only for the first month. The reasons for consuming organic rice varies among households, but predonimantly because of gaining good health. They, as previously expected, mentioned that the rice not only has high nutrient and mineral contents, buth also friendly with the environment. Key words: Consumtion, house hold, organic rice ABSTRAK Salah satu hasil produk pertanian ramah lingkungan adalah beras organik. Beras organik sangat baik bagi kesehatan karena bebas dari bahan kimia yang berbahaya. Selain itu rasa nasi dari beras organik lebih empuk dan pulen, namun karena tergolong sebagai produk premium, konsumen utama dari produk ini masih terbataspada golongan masyarkat ekonomi menengah ke atas. Selain itu jumlah produksi beras organik masih terbatas dalam skala kecil dan dilakukan oleh kelompok tani binaan. Lubuklinggau merupakan salah satu kota di Sumatera Selatan dengan kepadatan penduduk sebesar 490,91 jiwa per km2 dengan luas daerah hanya sebesar 419,8 km2 yang sebagian penduduk itu adalah konsumen beras organik. Dengan Bertambahnya jumlah penduduk, maka perilaku konsumsi dan pembelian beras yang beragam akan mempengaruhi tipe perilaku konsumsi masyarakat di Kota Lubuklinggau. Penelitian ini bertujuan: 1) Mendiskripsikan jumlah dan stok konsumsi beras organik dan anorganik rumah tangga, 2) Mengkaji alasan rumahtangga dalam 2-1
Prosiding Seminar NasionalLahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014 ISBN: 979-587-529-9
konsumsi beras organik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah konsumsi beras organik sebanyak 19,98 kg per bulan dan beras anorganik adalah sebanyak 21,94 kg per bulan. Sementara untuk rata-rata stok yang tersedia dalam rumah tangga untuk beras organik adalah 12,11 kg per bulan (stok 1) dan 2,95 kg per bulan (stok 2), sementara itu beras anorganik adalah 8,10 kg per bulan (stok 1) dan untuk stok ke dua tidak ada. Alasan rumahtangga dalam mengkonsumsi beras organik adalah kesehatan. Rata-rata sampel menjawab bahwa beras organik memiliki kandungan nutrisi dan mineral yang tinggi dan ramah lingkungan. Kata Kunci: konsumsi, rumah tangga, beras organik
PENDAHULUAN Pertanian organik merupakan suatu sistem pertanian yang didesain dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu menciptakan produktivitas yang berkelanjutan. Prinsip pertanian organik yaitu tidak menggunakan atau membatasi penggunaan pupuk anorganik serta harus mampu menyediakan hara bagi tanaman dan mengendalikan serangan hama dengan cara lain diluar cara konvensional yang biasa dilakukan. Tujuan utama dari pertanian organik memperbaiki dan menyuburkan kondisi lahan serta menjaga keseimbangan ekosistem, salah satu hasilnya yaitu padi organik yang digalakkan pemerintah dalam pembudidayaannya. Padi organik merupakan padi yang ditanam tanpa menggunakan pupuk dan pestisida kimia. Penanamannya menggunakan pupuk alami, hamanya dikendalikan dengan menggunakan musuh alami atau predator, tidak membahayakan lingkungan dan dijamin sehat untuk dikonsumsi, rasanya lebih enak, aromanya lebih wangi dan tidak mudah basi. Produk pangan yang saat ini cenderung menurun derajat kesehatannya adalah beras, padahal beras merupakan salah satu makanan pokok. Salah satu penyebab beras menjadi tidak sehat karena diduga terdapat kandungan residu bahan kimia. tersebut dapat berasal dari cara produksi yang menggunakan pestisida dan pupuk kimia dalam dosis tinggi maupun karena pencemaran lingkungan. Adanya kesadaran masyarakat akan kesehatan dan keamanan pangan ini maka preferensi masyarakat dalam mengkonsumsi beras mengalami pergeseran dari beras non organik ke beras organik (Utami, 2011). Preferensi terhadap pangan organik berawal dari kekhawatiran masyarakat terhadap kondisi lingkungan yang semakin tidak sehat. Hal tersebut menimbulkan perubahan gaya hidup masyarakat yang semakin menggemari beras organik dan juga didasari oleh keunggulan yang dimiliki beras organik. Adapun keunggulan yang dimiliki beras organik dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi kesehatan dan sisi lingkungan. Beras organik melindungi kesehatan dengan kandungan gizi atau vitamin yang tinggi karena tidak menghilangkan lapisan kulit ari secara menyeluruh sehingga beras ini tidak mengkilap seperti beras konvensional, rasa yang lebih enak dan pulen, lebih tahan lama serta memiliki kandungan serat dan nutrisi lebih baik. Dilihat dari sisi lingkungan, beras organik dapat menjaga kualitas lingkungan hidup dan tidak mencemari lingkungan karena sistem produksi beras organik sangat ramah lingkungan serta meningkatkan produktivitas budidaya padi organik (Sari, 2012). Beras organik merupakan beras yang berasal dari padi yang dibudidayakan secara organik atau tanpa pengaplikasian pupuk kimia dan pestisida kimia. Oleh karena itu, beras organik tersebut pun terbebas dari residu pupuk kimia dan pestisida kimia. Beras organik sebenarnya bukan hal baru bagi manusia, termasuk di Indonesia. Sudah sejak dahulu
2-2
Prosiding Seminar NasionalLahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014 ISBN: 979-587-529-9
nenek moyang kita membudidayakan padi tanpa bahan kimia yang saat ini dikenal dengan istilah pertanian organik (Nainggolan, 2011). Namun demikian, sejauh ini penjualan beras organik masih terbatas karena hanya tersedia di tempat tertentu seperti di pasar-pasar modern, hampir tidak tersedia di pasar tradisional. Hal ini yang membuat beras organik mempunyai segmen pasar sendiri (Ildrakasih, 2013). Segmen pasar ini umumnya tidak lagi mempertimbangkan tingginya harga bahan pangan yang akan dikonsumsi jika sesuai dengan kualitasnya. Berbeda dengan pertimbangan konsumen pada segmen-segmen pasar di bawahnya yang relatif lebih mementingkan kuantitas daripada kualitas bahan pangan yang dikonsumsi (Putri, 2002). Kota Lubuklinggau merupakan salah satu kota di Sumatera Selatan dengan kepadatan penduduk sebesar 490,91 jiwa per km2 dengan luas daerah hanya sebesar 419,8 km2. Kota Lubuklinggau memiliki jumlah penduduk miskin terendah ketiga, yaitu mencapai 29,69 ribu jiwa atau turun 3,93 persen dibandingkan tahun 2011 yang mencapai 30,90 ribu jiwa. Pendapatan perkapita Kota Lubuklinggau tahun 2011–2012 atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan 1,53 persen dari Rp. 11,82 juta menjadi Rp. 13,35 juta. (BPS Kota Lubuklinggau, 2013). Dengan adanya peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan diperkirakan terdapat pula perilaku pembelian pangan yang beragam oleh konsumen di kota tersebut. Dalam memenuhi kebutuhan konsumsi beras rumahtangga tentu masih banyak yang mengkonsumsi beras anorganik. Jumlah yang dikonsumsi dapat bervariasi untuk kebutuhan rumahtangga, bahkan dari satu periode pembelian belum tentu selalu terkonsumsi semua, masih ada stok yang dapat dikonsumsi pada periode berikutnya. Kondisi variasi seperti itu dan alasan mengkonsumsi beras organik itu menarik untukdikaji lebih dalam. Berdasarkan uraian di atas maka tujuan penelitian ini adalah: 1) Mendiskripsikan jumlah dan stok konsumsi beras organik dan anorganik rumah tangga, 2) Mengkaji alasan rumah tangga dalam konsumsi beras organik. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di dalam wilayah Kota Lubuklinggau, pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) artinya daerah penelitian dipilih berdasarkan tujuan penelitian. Pemilihan Kota Lubuklinggau dikarenaka ada wilayah yang akan dilakukan penelitian dengan pertimbangan: (1) Daerah ini menjadi sentra beras organik metode SRI dan (2) Konsumen yang mengkonsumsi beras organik relatif banyak tinggal di sekitar lokasi ini. Lokasi yang diambil adalah Lubuklinggau Selatan II Kelurahan Simpang Periuk, Lubuklinggau Barat Kelurahan Lubuk Tanjung dan Lubuklinggau Timur Kelurahan Perum Niken. Sedangkan pengumpulan data di lokasi penelitian pada bulan Mei – Juni 2015. Metode Penelitian dan Penarikan Contoh Mengingat data rumah tangga pengkonsumsi beras organik belum tersedia, maka penelitian ini menggunakan metode penarikan responden beras organik secara penelusuran dan insidental, yaitu memilih rumah tangga responden yang ditelusuri dari penjual beras organik, berada di sekitar sentra produksi padi organik, dan yang secara kebetulan dijumpai peneliti pada waktu pengumpulan data. Responden penelitian adalah konsumen rumahtangga yang bertempat tinggal di wilayah sekitar Kota Lubuklinggau sebagai unit pengambil keputusan dalam membeli dan mengkonsumsi beras organik secara 2-3
Prosiding Seminar NasionalLahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014 ISBN: 979-587-529-9
berkesinambungan. Jumlah populasi rumah tangga atau responden rumah tangga sebanyak 120 kepala keluarga, yang dibagi dua kelompok yaitu 60 KK mewakili jumlah responden rumah tangga pengkonsumsi beras organik dan 60 KK pengkonsumsi beras anorganik. METODE PENGOLAHAN DATA Untuk menjawab tujuan pertama, yaitu mendeskripsikan jumlah dan stok konsumsi beras organik dan beras anorganik rumah tangga digunakan penyajian data secara tabulasi dan justifikasi fenomenanya secara deskriptif.. Untuk menjawab tujuan kedua dilakukan teknik wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan. Kuesioner berisikan pertanyaan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan konsumsi beras organik dan alasan mengkonsumsi beras organik. HASIL Berdasarkan hasil dari penelitian yang diperoleh dan diolah, maka hasil perhitungan yang di dapat untuk menjawab tujuan pertama dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Rata-rata Jumlah Konsumsi dan Biaya Pembelian Beras Organik dan Anorganik di Kota Lubuklinggau, 2015 No.
Konsumsi Beras
1. 2.
Beras Organik Beras Anorganik
Jumlah Konsumsi (kg/bulan)
Biaya Pembelian (Rp/bulan) 239.720,00 199.634,67
19,98 21,94
Mayoritas rata-rata rumahtangga yang mengkonsumsi beras anorganik per bulan adalah sebanyak 21,94 kg. Sementara itu konsumsi beras organik sebanyak 19,98 kg per bulan. Salah satu faktor yang menyebabkan rumah tangga lebih memilih mengkonsumsi beras anorganik daripada beras organik adalah kemudahann untuk mendapatkan jenis beras ini. Beras anorganik bisa didapatkan dimana saja baik itu di pasar tradisional, warung, pedagang keliling, sampai supermarket, sedangkan beras organik dalam kasus ini mesti dibeli di sentra produksinya atau memesan kepada pedagang yang biasa menjual ke tempat mereka (bagi PNS). Tabel 2. Frekuensi Konsumsi Beras Organik dan Anorganik di Kota Lubuklinggau, 2015 No. 1. 2.
Interval Frekuensi Konsumsi Beras (kali/bulan)
Pengkonsumsi Beras Organik (RT)
Proporsi (%)
Pengkonsumsi Beras Anorganik (RT)
Proporsi (%)
41- 70 71- 100 Jumlah
33 27 60
55,00 45,00 100,00
57 3 60
95,00 5,00 100,00
Dalam hal frekuensi konsumsi nampak bahwa proporsi yang mengkonsumsi beras organik dalam kisaran 41-70 kali per bulan (10 – 17 kali per minggu) relatif berimbang dengan yang mengkonsumsi lebih dari frekuensi tersebut itu. Sementara yang
2-4
Prosiding Seminar NasionalLahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014 ISBN: 979-587-529-9
mengkonsumsi beras anorganik kondisinya berbeda, yaitu kelompok frekuensi pertama jauh lebih banyak dibandingkan kelompok frekuensi yang kedua (Tabel 2). Tabel 3. Rata-rata Stok Bulan ke 1 dan Stok Bulan ke 2 Beras Organik dan Beras Anorganik di Kota Lubuklinggau, 2015 No.
Konsumsi Beras
Stok ke (kg/bulan)
Stok ke (kg/bulan)
1.
Beras Organik
12,11
2,95
2.
Beras Anorganik
8,10
0,05
Sementara itu untuk stok yang masih tersedia rata-rata dalam rumah tangga pada bulan pertama untuk beras organik cukup banyak yaitu berjumlah 12,11 kg per bulan, sedangkan untuk beras anorganik adalah lebih sedikit yaitu 8,10 kg per bulan. Selanjutnya informasi yang diperoleh mengenai alasan mengapa rumahtangga mengkonsumsi beras organik melalui wawancara menggunakan kuesioner disajikan pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Alasan Rumahtangga Mengkonsumsi Beras Organik di Kota Lubuklinggau, 2015 Jenis Proporsi No. Deskripsi Alasan (%) 1. Aspek Kesehatan 40,00 Lebih bernutrisi 2. Aspek Keamanan 36,67 Tanpa bahan kimia berbahaya 3. Aspek Biaya 1,67 Terjangkau walau lebih mahal 4. Lain-lain 53,33 Harum, gurih, lembut
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 1 terungkap bahwa rumahtangga di lokasi penelitian telah mengkonsumsi beras organik dalam jumlah yang hampir menyamai jumlah beras anorganik per bulannya. Hal ini menunjukkan terdapat peningkatan preferensi ataupun selera masyarakat untuk mengkonsumsi beras organik, sekaligus mengindikasikan bahwa potensi permintaan pasarnya juga meningkat. Mayoritas rumah tangga yang mengkonsumsi beras organik, menyatakan bahwa ketersediaan beras organik (suplai) masih sedikit. Hal ini disebabkan oleh lokasi sentra padi yang jauh dari tempat tinggal, sehingga mereka lebih banyak mendapatkan beras organik dari hasil panen sendiri atau dari penjual yang datang. Ketersediaan atau pasokan beras organik tidak dipengaruhi keterediaan di pasar tradisional maupun supermarket. Sementara itu untuk memperoleh beras anorganik jauh lebih mudah karena tersedia di banyak tempat yang terjangkau. Selanjutnya rumahtangga yang telah mengkonsumsi dan akan mengkonsumsi beras organik membeli beras organik dengan harga yang lebih mahal daripada harga beras anorganik. Oleh sebab itu kemampuan membeli beras organik tergantung kepada penghasilan rumahtangga. Sementara ini umumnya konsumen berpendapatan lebih tinggi lebih banyak mengkonsumsi beras organik dibandingkan konsumen yang berpendapatan rendah. Semakin tinggi pendapatan rumahtangga akan menentukan peningkatan kemampun dan keputusan rumahtangga untuk mengkonsumsi beras organik. 2-5
Prosiding Seminar NasionalLahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014 ISBN: 979-587-529-9
Terdapat prospek yang cukup menjanjikan bagi para petani produsen beras organik untuk meningkatkan produksinya sejalan dengan kecenderungan kenaikan permintaan beras organik. Hal tersebut berarti dipastikan tidak terjadi fluktuasi harga yang mengganggu kestabilan ekonomi. Selanjutnya, stok yang tersedia pada setiap rumahtangga bervariasi, namun ratarata stok beras organik lebih besar dibandingkan dengan beras anorganik (Tabel 3). Masih tersedianya stok pada rumahtangga dikarenakan jumlah pembelian beras organik rata-rata per bulan adalah 40 kg dengan rata-rata frekuensi pembelian adalah hanya 1 kali dalam satu bulan, dengan jumlah yang lebih banyak, hal ini disebabkan persediaan beras organik di pasaran masih sangat terbatas. Sementara rata-rata jumlah pembelian beras anorganik yaitu sebanyak 25 kg per bulan, dengan frekuensi pembelian 2 kali dalam satu bulan. Sedangkan responden yang mengkonsumsi beras anorganik mayoritas memiliki anggota keluarga sebanyak 4 orang juga yaitu sebesar 36,7 persen. Jadi, rata-rata jumlah anggota keluarga rumah tangga yang mengkonsumsi beras organik adalah sekitar 4 orang. Jumlah anggota keluarga tidak menjadi patokan rumah tangga mengkonsumsi beras organik. Hal ini terbukti dengan masih adanya rumah tangga yang mengkonsumsi beras organik dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 7 orang. Hal ini disebabkan petani mampu memenuhi kebutuhan beras keluarga hingga musim panen berikutnya dari hasil panen. Berdasarkan dari hasil wawancara dengan responden menyatakan bahwa aspek kesehatan dari mengkonsumsi beras organik sangat tinggi hampir 40 persen responden rumahtangga menyatakan beras organik memiliki faktor kualitas yang menjadi faktor penentu rumah tangga mengkonsumsi beras organik. Kualitas yang baik akan diikuti dengan tingkat konsumsi yang tinggi dari rumah tangga. Kualitas beras organik diukur dari kesesuaian cita rasa, bentuk dan warna beras, kandungan gizi dan kolerasi harga dengan yang dirasakan/dilihat oleh kosumen. Mayoritas rumah tangga yang mengkonsumsi beras organik beranggapan bahwa beras organik lebih alami dan menyehatkan, lebih pulen, bebas dari residu bahan kimia berbahaya seperti pupuk dan pestisida kimiawi. Selain itu tingkat kepercayaan terhadap jaminan mutu organik berasal dari survei langsung ke lokasi produksi sehingga konsumen tidak terlalu mempedulikan adanya sertifikat mutu. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pandangan masyarakat terhadap kualitas beras organik sudah baik di Kota Lubuklinggau. Rumah tangga setuju bahwa kualitas beras organik sesuai dengan harga dan manfaat terhadap kehidupan keluarga. Beberapa responden menyatakan kualitas beras organik cukup baik atau hampir sama dengan beras anorganik bermerek secara kasat mata. Responden semakin yakin karena mengetahui dengan pasti bahwa usahatani padi organik tersebut tidak memakai pupuk dan pestisida kimia. Dengan kualitas beras organik yang baik akan memiliki pengaruh positif terhadap konsumsi beras organik di Kota Lubuklinggau.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, maka kesimpulan yang dapat diungkapkan adalah bahwa rumahtangga di Kota Lubuklinggau masih rendah dalam hal mengkonsumsi beras organik, namun kecenderungannya meningkat. Kesulitan untuk mengakses atau mendapatkan ketersediaan beras organik secara kontinyu merupakan penyebab utama. karena beras organik hanya di jual pada tempat-tempat tertentu, dan harga jualnya relatif mahal. Untuk itu sebagai alternatifnya rumahtangga masih mengkonsumsi beras anorganik. Namun demikian mereka memiliki alasan yang cukup kuat menyatakan bahwa beras organik 2-6
Prosiding Seminar NasionalLahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014 ISBN: 979-587-529-9
memiliki manfaat yang tinggi bagi kesehatan karena hampir tidak ada kandungan residu bahan kimia berbahaya seperti pupuk dan pestisida kimiawi, selain rasanya yang gurih dan pulen. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2013. Kota Lubuk linggau dalam angka tahun 2012. Badan Pusat Statistik (BPS) Lubuklinggau. Ildrakasih, N. 2013. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen dalam Membeli Beras Organik. (Studi kasus : JaPPSA, Brastagi Supermarket dan Carrefour Plaza Medan Fair). Skripsi. Program Studi Agribisnis. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan. Muljaningsih, S. 2011. Preferensi konsumen dan produsen produk organik di Indonesia. Jurnal Wacana 14 (4) (Abstr.). Nainggolan. 2001. Analisis Sistem Usahatani Beras Organik di Kecamatan Tempura, Kabupaten Kerawang, Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sisial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Putri, J. 2002. Analisis Ekonomi Pola Konsumen Beras Organik Konsumen Rumah Tangga : Suatu Studi Kasus di Wilayah Kota Jakarta Selatan. Skripsi. Jurusan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Sari, P. 2012. Analisis Network Supply Chain dan Pengendalian Persediaan Beras Organik (Studi Kasus : Rantai Pasok Tani Sejahtera Farm, Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Utami, D. 2011. Analisis pilihan konsumen dalam mengkonsumsi beras organik di Kabupaten Sragen. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian MEDIAGRO 7 (1) : 35-46.
2-7