Konservasi Lukisan Mengenal dan Cara Merawat Lukisan
Oleh: Puji Yosep Subagiyo
Primastoria Studio
Taman Alamanda Blok BB2 No. 55-59, Bekasi 17510 Desember 2015
Kata Pengantar Konservator adalah orang yang mampu melakukan pengamatan (kajian), berpikir analitik, dan melaksanakan konservasi karya seni, artefak, relik, dan benda lain dengan menggunakan metode atau teknik yang benar. Sehingga seorang konservator harus memiliki pengetahuan cukup tentang metode dan teknik konservasi; serta dapat memilih dan menerapkan bahan (materials) atau alat dalam proses konservasi dengan baik. Nantinya, mereka dapat pula mengkhususkan diri pada satu atau lebih bidang konservasi, seperti: batu, logam, kayu, tekstil, lukisan, karya seni bermedia kertas, buku, (pita) film, pita perekam suara, foto, atau benda lain bermedia komplek (campuran). Pengertian konservasi itu sendiri adalah suatu tindakan yang bersifat kuratif – restoratif (penghentian proses kerusakan dan perbaikannya) dan tindakan yang bersifat preventif (penghambatan dari kemungkinan proses kerusakan). Warisan budaya termasuk di dalamnya benda seni dan budaya di galeri atau museum yang integral dengan sumber daya pengelolanya merupakan aset yang penting. Kekayaan tersebut telah menjadi sasaran pokok pengelolaan (manajemen) dan objek utama yang melahirkan kegiatan penting. Kegiatan penting itu adalah pelestarian; baik melalui pendataan (studi koleksi, dll.) yang menghasilkan artefaktual dokumen sebagai objek penelitian lanjutan, atau konservasi fisik aktuil yang mengupayakan kondisi fisik benda koleksi tetap lestari. Melalui tulisan “Konservasi Lukisan: Mengenal dan Cara Merawat Lukisan” ini akan dijelaskan tentang tahapan pengenalan lukisan sebagai langkah awal untuk meningkatkan apresiasi terhadap karya seni atau benda budaya, mengetahui poses terjadinya kerusakan, dan cara menanganinya. Tertib kelola dalam penyimpanan dan pameran lukisan juga ditunjukkan melalui kertas kerja yang berkaitan dengan pendataan benda (Lembar Inventaris), survai kondisi benda (Lembar Kondisi Koleksi) dan survai klimatologi (Lembar Data Klimatologi). Di sini akan diperkenalkan pula database koleksi dan konservasi untuk mempermudah pencarian koleksi, pemutakhiran data, dokumentasi mutasi dan konservasi, serta integrasi semua seksi atau bidang terkait. Bekasi, Desember 2015
Puji Yosep Subagiyo
i
Konservasi Lukisan
Mengenal dan Cara Merawat Lukisan
A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sesuai dengan status sosial pemiliknya, lukisan dipajang sebagai dokumen visual, benda seni, bahkan mungkin sebagai investasi. Kita dapat memberikan nilai yang berbeda bagi sebuah karya lukis. Tetapi faktor pelukis lebih banyak dipakai sebagai tolok ukurnya, dari pada tema, bahkan atau teknik pelukisannya. Perbedaan cara pandang ini pulalah yang mempengaruhi perawatannya. Disamping kerusakan, perubahan tampilan pada lukisan juga terjadi karena transformasi bahan yang merupakan hasil dari suatu proses adaptasi seniman terhadap lingkungan, dan pengaruh hubungan antar manusia atau bangsa. Dalam kaitan ini, penulis menggunakan Sistem Perujukan Barang Seni-Budaya (gambar 1.) untuk mengenal setiap karya yang akan ditangani; sedangkan Gambaran Ilmu Dasar dan Teknologi Bahan (gambar 2.) dipakai dalam studi konservasi lebih lanjut. Gambar 1. SISTEM PERUJUKAN BARANG SENI-BUDAYA
ASLI
(authentic)
1. Kemahiran membedakan karya seni (museum seni, pasar seni, dll.)
Seni: asli, tunggal.
Budaya: tradisional, kolektif.
ADIKARYA
ARTEFAKTA
(masterpiece)
3. Penemuan Baru (museum teknologi, seni kriya, barang bukan seni, dll.)
2. Sejarah dan Cerita Rakyat (museum etnografi, barang kultural, kerajinan, dll.)
(Artefact)
Bukan Budaya: baru, tidak umum.
Bukan Seni: reproduksi, komersial.
TIDAK ASLI
(non-authentic)
4. Seni-turis, komoditi, souvenir, dll.
Ref.: James Clifford (1988:224) Susan M. Pearce (1994:263)
Rumus ABC-PQR Age = Umur; Beauty = Keindahan; Condition = Kondisi; Price = Harga; Quality = Kualitas; Rarity = Kelangkaan
[01]
Gambar 2. GAMBARAN ILMU DASAR DAN TEKNOLOGI BAHAN
SIFAT-SIFAT (fisik & kimiawi)
STRUKTUR (mikro & makro) (atribut formal, atribut stilistik dan tipologi)
Pengetahuan Ilmiah
PROSES MANUFAKTURAL (seleksi bahan, sintesis bahan, prosesing bahan, desain, manufaktur)
PERFORMANS (tatalaku) (distribusi, kegunaan, teknofungsi, sosio-fungsi, dsb.)
Pengetahuan Empiris
Ref.: Lawrence van Vlack (1985); Pamela B.Vandiver, et.al. (1990).
Masyarakat kebanyakan lebih menyukai lukisan berupa potret atau yang bertemakan kondisi alam lingkungannya. Kelompok masyarakat berstatus sosial lebih tinggi memilih lebih banyak variasi tema, teknik, bahan ataupun senimannya. Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua dimensi memiliki unsur-unsur garis, bidang dan warna. Lukisan terbentuk dari beberapa jenis bahan yang pada dasarnya adalah bahan organik yang bersifat sensitif terhadap kondisi lingkungan. Kondisi iklim Indonesia yang tidak mendukung mempercepat proses kerusakan. Kelembaban udara, suhu udara, intensitas cahaya dan radiasi sinar ultra violet yang serba tinggi telah dianggap sebagai penyebab utama kerusakan lukisan. Sesuai dengan perkembangan jaman, manusia disamping dapat mengatasi masalah iklim yang tidak mendukung, namun juga menghasilkan bahan pencemar udara dari asap knalpot kendaraan dan pabrik.
2. Jenis-jenis Lukisan Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat), macam medium1 perekat (untuk pigmen) dan teknik penerapan cat (pigmen dan perekat), lukisan dapat dikelompokkan menjadi: (1). lukisan cat minyak, (2). lukisan cat air, (3). lukisan guase, (4) lukisan tempera, (5). lukisan pastel, (6). lukisan dinding, (7). lukisan jagrag, (8). lukisan kaca, (9). lukisan enkaustik, (10). lukisan batik, (11). lukisan teknologis, (12).
1 Yang dimaksud ‘medium’ disini adalah bahan perekat yang digunakan untuk menempelkan pigmen pada substrat, seperti: linseed oil. Medium = something intermediate, an intervening thing through which a force acts or an effect is produced (Guralnik, 1982:882). Substrat (substrate atau substratum) adalah sesuatu yang berfungsi sebagai dasar (alas) pijakan. (Guralnik, 1982:1420).
[02]
kolase, (13). litografi, (14). graffito, (15). frottage, (16). grattage, dan (17). decalcomania. Namun begitu, cat minyak, cat air, pastel, jagrag, litografi, batik dan kolase adalah jenis-jenis lukisan yang banyak kita jumpai.
3. Penyebab Kerusakan Lukisan Kerusakan lukisan dapat terjadi secara fisik atau mekanik (seperti bergelombang, retak, sobek, dll.); secara biotis (jamur dan serangga); dan kimiawi (oksidasi atau penguningan pada kanvas, korosi, dll.). Gambar 3 di bawah menunjukkan kerusakan fisik, yaitu terkelupasnya cat sebagai akibat dari hilangnya daya rekat cat. Kerusakan ini dapat terjadi karena proses pelapukan (penuaan) yang dipercepat oleh faktor alam yang tidak mendukung. Dalam hal ini, kelembaban dan suhu udara yang tinggi menyebabkan terjadinya kerusakan itu. Intensitas cahaya yang tinggi dapat mempercepat proses oksidasi (penguningan) varnis dan radiasi sinar ultra violet yang terlalu tinggi mengakibatkan kanvas rapuh.
4. Kontrol Lingkungan Tindakan pencegahan dengan cara mencatat data klimatologi harus dilanjuti dengan mengontrol keadaan lingkungan lukisan tersebut. Cara ini dapat menghidari terjadinya kerusakan biotis, yaitu serangan jamur dan serangga. Kelembaban udara yang direkomendasikan adalah 50 – 60 %, suhu udara berkisar antara 20 – 25 oC, intensitas cahaya berkisar 100 luks untuk cat minyak (dan sejenisnya) dan 75 luks untuk cat air (dan sejenisnya); sedangkan radiasi ultra violetnya adalah 75 μW/Lumen untuk cat minyak (dan sejenisnya) dan 30 μW/Lumen untuk cat air (dan sejenisnya). Fluktuasi kelembaban udara dan keadaan yang menyebabkan lukisan lembab yang mendadak harus dihindari. Karena kondisi yang dapat mengakibatkan konstraksi antara dua atau lebih bahan yang berbeda elastisitas itu dapat mengakibatkan retaknya cat atau bahkan terkelupas. Hal yang sama juga dapat menyebabkan media kertas menjadi bergelombang.
cat terkelupas
cat terangkat
Detail
Sebelum Pembersihan, Sebelum Penguatan Cat
Detail
Sesudah Pembersihan, Sesudah Penguatan Cat
Gambar 3. DETAIL KERUSAKAN LUKISAN
[03]
Alat-alat sederhana yang digunakan untuk mengetahui kondisi ideal untuk iklim mikro dan makro2 ini adalah psychrometer, luxmeter dan ultra violet monitor. Dehumidifier dapat digunakan pada suatu ruangan yang harus beroperasi secara otomatis. Alat ini hanya akan menyala (beroperasi) pada saat udara lembab. Gambar 4.
Ultra Violet Monitor (4 in 1)
(Alat pengukur radiasi ultra violet, kuat cahaya, suhu dan kelembaban)
Gambar 5.
Lux Meter
(Alat pengukur intensitas cahaya)
Gambar 6. Wet & Dry Bulb Psychrometer Banyak digunakan untuk kalibrasi alatalat pengukur RH & T jenis lain.
Gambar 7. Dehumidifier
Alat pengontrol kelembaban ruangan yang bekerja secara otomatis
Gambar 8. BLUEAIR-Air-Purifier alat pembersih udara 2 Iklim mikro adalah kondisi suhu, kelembaban, cahaya dan sejenisnya yang ada disekitar benda atau koleksi. Data iklim mikro biasanya dicatat di Lembar Kondisi Koleksi (seperti pada hal 14). Kalau koleksi ditempatkan dalam lemari simpan berarti iklim mikro sama dengan yang ada didalam lemari simpan. Sedangkan yang iklim makro adalah kondisi suhu, kelembaban, cahaya dan sejenisnya yang ada diluar iklim mikro. Data iklim makro biasanya dicatat di Lembar Data Klimatologi (seperti pada hal 15). Perhatikan hubungan kerusakan berbagai jenis lukisan dan iklim pada Gambar Grafik 31- 33 pada hal. 28 & 29, dan menunjukkan kenapa cat minyak diatas kanvas (oils on canvas) paling banyak mengalami kerusakan (terutama yang mengandung Timbal [Pb], hal. 33-35). Weintraub (2002) menjelaskan pengertian dan perhitungan Equilibrium Moisture Content (EMC) dan EMC/RH isotherm bahan organik (kapas, linen, kertas, kayu, dsb.); serta kapasitas buffering (MH) dan rekondisi silicagel.
[04]
B. MENGENAL LUKISAN Lukisan sebagai suatu karya seni-rupa dalam bentuk dua dimensi memiliki unsur-unsur garis, bidang dan warna. Lukisan ini terbentuk dari beberapa bahan, seperti: kanvas (sebagai media pelukisan atau disebut sebagai 'substrat') dan cat (campuran antara pigmen dan binder atau zat-perekat), perhatikan gambar 9. Menurut jenis substrat, macam medium (binder atau pelarut) yang digunakan untuk pigmen serta teknik penerapan zat-warna (pigmen atau bahan-celup), lukisan dapat dikelompokkan menjadi: Encer Pigmen 1). Lukisan Cat-minyak (Oil Painting) adalah lukisan Binder yang catnya bermedium minyak, bersubstrat kain kanvas, dan dilakukan dengan teknik kwas, palet dsb. 2). Lukisan Cat-air (Water-color Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium air, pada CAT = Pigmen + Binder substrat kertas, dan dilakukan dengan teknik Pekat kwas dll. Pada bagian warna lukisan – yang Pigmen Binder termasuk kelompok “aquarel” – ini bersifat tembus pandang/ sinar. 3). Lukisan Akrilik (Acrylic Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium resin sintetis (pigmen yang terdispersi pada emulsi akrilik), pada Warna monokhromatis substrat umumnya kanvas, dan dilakukan P3 P2 dengan teknik kwas, palet dsb. 4). Lukisan Guase (Gouache Painting) adalah lukisan P1 yang catnya bermedium air, pada substrat kertas dengan teknik bebas; bisa dengan teknik tuang, kwas, tiup, dll. Bagian warna pada lukisan ini Warna polikhromatis tidak tembus pandang (opaque). Gambar 9. 5). Lukisan Tempera (Tempera Painting) adalah Komposisi dan campuran cat lukisan yang catnya bermedium bebas (bisa (pigmen & binder) minyak, air, kuning telur, dsb.), bersupport panel atau kayu, yang berbahan penyerap atau ‘gesso’, dan bersubstrat kertas atau kain-kanvas dan dilakukan dengan teknik biasa atau kwas. 6). Lukisan Pastel (Pastel Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium menyatu dengan pigmen, pada substrat kertas, dan dilakukan dengan teknik langsung tekan. Lukisan dengan menggunakan pensil, crayon, dsb. termasuk dalam kategori lukisan ini. 7). Lukisan Dinding (Mural atau Fresco Painting) adalah lukisan yang zat pewarnanya bermedium plester/ bebas, pada substrat dinding berplester dengan teknik bebas. Berdasarkan atas teknik yang digunakan tipe lukisan ini dibedakan menjadi dua yaitu lukisan fresco dan tempera. Lukisan fresco adalah lukisan dinding yang dilakukan pada saat plester masih basah, sedangkan lukisan tempera dilakukan pada saat plester sudah kering.
a
b
c
[05]
8). Lukisan Jagrag (Panel atau Easel Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium bebas, pada substrat kayu dengan teknik bebas (tetapi biasanya dengan kwas). 9). Lukisan Kaca (Glass Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium bebas (ancur, gum arab, dsb.), pada substrat kaca dengan teknik bebas (biasanya dengan kwas). 10). Lukisan Enkaustik (Encaustic Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium lilin panas, pada substrat bebas dan dilakukan dengan teknik tuang-panas. Ingat, lukisan enkaustik ini berbeda dengan lukisan batik. 11). Lukisan Batik (Batik Painting) adalah lukisan yang zat pewarnanya dicelupkan pada substrat kain, dan proses pencelupan pewarna dilakukan setelah sebagian dari permukaan substrat ditutup lilin (sebagai perintang warna) untuk membentuk subyek pelukisannya. 12). Lukisan Teknologis (Technological Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium bebas, pada substrat bebas dan dilakukan dengan teknik elektronis (komputer). 13). Kolase (Collage) adalah suatu bentuk karya seni (lukisan) yang menerapkan bahanbahan berwarna yang sangat beragam secara fisik, bersubstrat umumnya kain (kanvas) dan berteknik tempel. Pada kolase, bahan yang ditempelkan sangat bervariasi, seperti: kepingan kain, kertas, kayu, kaca, kawat, pasir, dll. 14). Litografi adalah lukisan yang catnya bermedium menyatu dengan pigmen seperti pastel dan bersubstrat kertas. Tipe lukisan ini menggunakan teknik sablon atau cap dengan blok batu gamping atau sejenisnya. 15). Graffito adalah lukisan yang zat-pewarnanya sudah menyatu dengan substrat dan dilakukan pada dinding dengan teknik gores. Graffito atau grafiti adalah menggores dinding yang sudah dicat terlebih dahulu, tetapi sebelum mengering disapu lagi sebanyak dua kali dengan lime-wash (oksida kalsium). 16. Frottage lukisan yang zat-pewarnanya bermedium menyatu, bersubstrat bebas, dan dilakukan dnegan teknik gosok. Frottage adalah teknik membuat gambar dari tekstur (kekasaran suatu permukaan) tertentu seperti batu, kain, dsb. Setelah kertasnya ditempatkan diatas tekstur benda tersebut, maka kertasnya digosok dengan potlot atau crayon. Contoh dari proses ini misalnya pemindahan gambar pada permukaan uang logam. 17. Grattage adalah tipe lukisan yang zat-pewarnanya sudah menyatu dengan substrat, bersubstrat kertas dan dilakukan dengan teknik gores. Grattage adalah teknik menggores cat yang masih basah dengan beberapa alat seperti sisir, garpu, pena, silet, pecahan kaca, jarum, dsb. Teknik ini memanfaatkan sifat plastis cat yang masih basah tapi sudah disapukan diatas support atau kanvas. 18. Decalcomania adalah tipe lukisan yang zat-pewarnanya sudah menyatu dengan substrat, bersubstrat kertas atau bebas dan dilakukan dengan teknik tekan atau tempel. Teknik penekanan cat yang masih basah diantara dua permukaan kanvas atau kertas. Selembar kertas ditaburi cat terlebih dahulu, kemudian lembar kertas kedua ditempelkan dan ditekan.
[06]
rongga
Gesso Sottile
Gesso Grosso
CAT VARNIS
Cat Dasaran
} }
KANVAS GESSO PRIMING
retakan
retakan
Susunan komponen pembentuk lukisan secara umum terdiri dari: support, kanvas, priming, dasar lukisan, gesso, cat dan varnis. Lihat Gambar 10.: Anatomi Lukisan dibawah ini. Adapun yang dimaksud dengan istilah-istilah pada gambar itu adalah sebagai berikut:
}
SERAT
Gambar 10. ANATOMI LUKISAN
Keterangan Gambar : a. Support (Bahan pelindung bagian belakang kanvas, untuk kategori lukisan jagrag atau panel). Bahan: kayu jati, hard board. b. Kanvas (barang-tenunan yang dilapisi zat, semacam kanji yang lebih dikenal dengan sebutan “priming”. Priming digunakan untuk menjaga supaya kanvas tidak menjadi kusut dan licin, serta mudah untuk dilukisi). Bahan: kain benang linen, kain benang kapas, dll. c. Priming (lihat definisi butir b diatas) Bahan: campuran white-lead (bubuk timbal putih, Pigment White 1.) dalam minyak biji rami (linseed-oil) dengan minyak turpentine, dengan perbandingan 450 gram white-lead dengan 85 gram minyak terpentin. Bahan untuk priming ini dapat dibeli di toko grafik-art dengan nama White-lead. White lead ini harus dibedakan dengan Flake-white walaupun sama-sama berbahan utama timbal karbonat dasar. Yang pertama lebih banyak mengandung minyak, dan yang kedua berupa pasta yang banyak digunakan untuk “cat minyak”. d. Dasar Lukisan (first coating of ground, bahan penghalus priming yang dimaksud- kan sebagai dasar cat minyak. Bahan jenis ini lebih dikenal dengan sebutan GESSO GROSSO). Bahan: Acrylic-polymer yang berkarakter hydrophobic (kedap air). e. Gesso (second coating of ground, bahan dasar cat-minyak dan membuat permukaan kanvas sedikit agak menyerap cat. Bahan ini dikenal dengan sebutan GESSO SOTTILE). Bahan: gypsum (calcium sulfate, CaSO4.2H2O) dan air. Pembuatan gesso dari gypsum yang mirip dengan plaster of Paris ini adalah sebagai berikut: (1). gypsum dipanggang atau dioven pada suhu antara 100 ~ 190oC., untuk menguapkan 3/4 kandungan air kristalisasinya dan menjadi CaSO4.1/2H2O; (2). campurkan 1,5 bagian air, dan diamkan sampai membentuk padatan; (3). rendam dalam air untuk membentuk pasta. f. Cat (definisi: campuran antara pigmen dengan binder atau bahan perekat).
[07]
Adapun kemungkinan susunan/ lapisan cat adalah sebagai berikut: 1. Underpainting (lapisan cat bawah); 2. Overpainting (lapisan cat yang menindih cat bawah); 3. Glazes atau Scumblings (lapisan seperti film yang transparan); 4. Isolating varnishes atau veils. (lihat butir g dibawah). [Susunan atau lapisan cat seperti tersebut diatas berbeda dengan pengistilahan warna (cat) sebagai 'monokhromatis dan polikhromatis', lihat gambar 9 diatas]. g. Varnish (Picture Varnish sebagai pelindung; Retouch Varnish sebagai pelindung dan penimbul efek tertentu, seperti efek lembab/ basah; Mixing Varnish sebagai bahan campuran pada tabung cat-minyak yang digunakan dalam aneka teknik lukis cat-minyak; dan Isolating Varnish yang digunakan sebagai pelindung pigmen/ cat asli lukisan dalam proses tusir-warna, tetapi biasanya setelah pelapisan dengan Retouch Varnish). Bahan-bahan: 1. Picture Varnish = campuran damar3 resin dan turpentine, polycyclo-hexanone. Picture Varnish yang terbuat dari damar berkomposisikan damar dan minyak terpentin (kualitas bagus/ bening) dengan perbandingan (konsentrasi) 1.812 gram dalam 4 liter minyak terpentin. 2. Retouch Varnish = damar atau resin sintetis. Picture Varnish yang terbuat dari damar berkomposisikan damar dan minyak terpentin (kualitas bagus/ bening) dengan perbandingan (konsentrasi) 2.265 gram (5 pound) dalam 4 liter (1 galon) minyak terpentin. 3. Mixing Varnish = damar atau resin, yang dicampur dengan linseed oil (sebagai binder) dan cat minyak. Perbandingan antara minyak binder, resin dan cat-minyak = 50:15:35. 4. Isolating Varnish = resin sintetis atau polyvinyl.
Proses pembuatan varnis tradisional adalah dengan cara melarutkan damar dalam minyak terpentin. Pertama-tama damar ditimbang dengan timbangan elektrik yang memiliki skala miligram. Setelah ditimbang, damar dicampur dengan minyak terpentin (grade bagus) pada beaker glass berskala volume mililiter. Damar dibungkus dengan kasa nilon - yang diikat dengan tali panjang untuk pegangan - untuk memudahkan pemindahan endapan damar. Supaya proses pelarutan dapat berjalan dengan baik, hangatkan beaker-glass tersebut diatas kompor listrik (berkasa asbes) pada suhu konstan sekitar 70oC (lihat gambar 11). Untuk memahami lukisan secara utuh, kita tidak perlu membatasi dari definisi umum lukisan sebagai karya seni-rupa dalam bentuk dua dimensi yang memiliki unsur-unsur garis, bidang dan warna. Tetapi kita akan dapat mencermati jenis dan sifat bahan sebagai komponen pembentuknya, berikut proses pengkaryaannya4. Perhatikan pengertian warna dan zat warna berikut ini. 3 Damar = bahan padat bening (agak kuning) berasal dari resin/ getah tanaman damar, Agathis alba Foxw. (Pinaceae). Sifat damar adalah tidak larut dalam air, tetapi larut dalam hampir semua jenis minyak, seperti: terpentin, minyak tanah. Tanaman damar tumbuh di Jawa, Kalimantan, Sumatera, Semenanjung Malaya (Malaysia). Damar sering digunakan sebagai bahan campuran malam atau lilin lebah untuk membatik. Ada beberapa kwalitas (grade) damar di pasaran, dengan nama merek dagang “Mata Kucing”, “Pedang”, dll. Damar “Mata Kucing” termasuk jenis damar kualitas nomor 1, dan sangat cocok untuk keperluan konservasi ataupun restorasi. 4 Technically, painting is the art of spreading pigments, or liquid color, on flat surface (canvas, panel, wall, paper) to produce the sensation or illusion of space, movement, texture, and form, as well as the tensions resulting from combination of these elements (Humar Sahman, op. cit.: 55).
[08]
kasa asbes
terpentin
beaker
Warna secara khusus dihubungkan dengan gelombang Kain Kasa cahaya, serta distribusi panjang gelombangnya. Panjanggelombang sinar tampak berada antara spektrum cahaya lembayung dan merah, yang mendekati antara 400 dan 700 nm. Secara fisik, warna sebuah benda diukur dan disajikan dengan kurva-kurva spektropotometrik (gambar 12a), yang adalah potongan atau bidang fraksi cahaya datang (pantul atau tembus) sebagai sebuah fungsi panjanggelombang melalui spektrum tampak. [1 nm = 10-9 m]. Damar Secara psikologis dan fisiologis, warna adalah hasil penglihatan yang timbul (perception) melalui signal-signal Kompor dari receptor cahaya pada mata kita kedalam otak. Sehingga warna dari kebanyakan benda adalah merupakan Gambar 11. efek daripada cahaya terhadap pigmen (pigment), bahanCara Membuat Varnis celup (dyestuff), dan bahan penyerap lainnya pada benda Secara Tradisional yang terlihat. Zat-warna adalah substansi berwarna yang dapat dikelompokkan menjadi pigmen dan bahan-celup. Bahan-celup adalah zat-warna yang larut dalam medium-pelarut (yang biasanya air). Bahan-celup ini dapat dikelompokkan lagi menjadi bahan-celup alam (natural dyes) dan bahan-celup sintetis (synthetic dyes). Kedua jenis bahan-celup ini memiliki kekuatan tinctorial (kemampuan melarut dan memberikan warna) pada gugus-gugus kimia tertentu yang disebut chromophores. Chromopores ini menyebabkan molekul bahan celup memantulkan panjang-gelombang tertentu. Pada molekul bahan-celup terdapat juga gugus-gugus kimia lain yang disebut auxochromes yang mengatur pelarutan molekul dan membantu pengikatan bahan-celup terhadap substrat (serat). Secara kimiawi (didasarkan pada konstitusi kimianya), bahan-celup dikelompokkan menjadi 25 klas, seperti: carotenoids, anthraquinones, dst. Tetapi menurut keadaan kimiawi dan aplikasinya, bahan-celup biasanya dikelompokkan secara sederhana menjadi: bahan-celup asam (acid-dyes), bahan-celup basa (basic-dyes), bahan-celup bejana (vat-dyes), dst. Pigmen adalah zat yang tidak larut dalam medium pelarut. Pigmen tidak memiliki daya-ikat (affinity) dengan substratnya, sehingga dalam aplikasinya memerlukan zat-perekat (binder). Menurut sumbernya, pigmen dapat dibedakan menjadi pigmen organik (organic pigment) yang berasal dari jasad-hidup dan pigmen anorganik (inorganic pigment) yang biasanya diperoleh dari mineral. Tetapi secara kimiawi, pigmen dapat dikelompokkan menjadi pigmen Azo dan pigmen non-Azo (dalam 12 klas). Warna dan zat-warna pada lukisan adalah unsur-unsur yang tidak dapat dipisahkan. Karena warna tertentu dihasilkan dari zat-warna tertentu, begitu pula sebaliknya. Komposisi atau perpaduan beberapa (zat-) warna tentunya menghasilkan (zat-) warna tertentu pula. Dalam ilmu bahan, kita memerlukan model pendekatan ilmu tertentu untuk menjabarkan unsur 'warna' dan 'zat-warna' ini secara terinci. Dari definisi-definisi beserta penjabaran tersebut diatas, kita dapat mempelajari “lukisan” dengan unsurunsur terpentingnya. Sehingga lukisan dapat ditinjau dari sudut kesenirupaan sampai ke teknik penerapan dan ilmu bahan (gaya dan teknik pelukisan). Warna biasa dipandang sebagai sesuatu yang memiliki ruang bermatra tiga (3D), lihat gambar 12b. Suatu pandangan atau konsep ini dikenal sebagai 'sistem warna tiga dimensi' (sistem ini sangat dikenal oleh para pelukis, ilmuwan bahan warna, ataupun konservator). Adapun yang dimaksudkan dengan warna-3D adalah sebagai berikut: [09]
1. Warna (hue), yang adalah suatu sebutan warna Pigment Red 188 (12467) [C33H24Cl2N4O6 , Organic synthetic, Monoazo] benda baik secara psikologis ataupun fisiologis, dan Representative Spectral Curves telah lazim/ dikenal selama bertahun-tahun. V B G Y O R 100 Sebagai contoh sehingga kita sering menyebutkan warna benda adalah merah, kuning atau hijau. Dan hanya dengan bekal pengalaman dan 80 pengetahuan warna ini, kita dapat memperoleh warna hijau dengan mencampurkan (zat-) warna 60 biru dengan kuning saja. 2% Tint 2. Kepekatan (saturation), yang adalah sebutan 40 seberapa jauh suatu warna benda mendekati sumbu terang (gray atau lightness axis). Kepekatan pada warna ini biasa dikenal sebagai nada 20 (chroma), karena sebutan ini menyatakan pekatFull strength tidaknya suatu warna. Dengan pengertian ini, satu 0 gram cat-air warna kuning yang dicampur dengan 400 500 600 700 Wavelength, nm satu sendok air dapat disebut sebagai warna kuning yang memiliki kepekatan lebih tinggi, jika Gambar 12a. dibandingkan dengan satu gram cat-air yang Kurva Representatif Warna dicampur dengan lima sendok air. Perhatikan kepekatan yang mempengaruhi komposisi suatu cat pada gambar 9a dan 9b diatas. 3. Gelap/ terang (value atau lightness), yang adalah suatu sebutan warna benda dikaitkan dengan intensitas cahaya. Sebutan ini untuk menyatakan apakah warnabenda itu gelap (hitam) atau terang (putih). Dengan pengertian ini, sepuluh gram cat-air warna kuning yang dicampur dengan satu gram cat-air warna hitam Gambar 12b. Warna 3 Dimensi (3D) akan menghasilkan campuran cat-air yang berwarna kuning lebih gelap, jika dibandingkan dengan sepuluh gram cat air warna kuning yang tidak dicampur.
Gambar 13.
Chroma Meter (Konica-Minolta R-410) Alat Perekam Data Warna
Gambar 14.
Handheld XRF Spectrometer
Alat Identifikasi Unsur/ Elemen Logam [10]
C. KONSERVASI LUKISAN Pekerjaan konservasi dapat dilakukan apabila tenaga konservasi (selanjutnya disebut konservator)5 telah mengenal bahan pembentuk benda yang akan ditangani; dan jenis kerusakan yang sedang dihadapi. Hampir semua bahan - khususnya benda organik - sangat peka terhadap kondisi lingkungan, seperti kelembaban, suhu udara, dan radiasi cahaya. Disamping faktor internal dan eksternal tersebut, kerusakan sering terjadi karena kesalahan penggunaan bahan atau cara pelaksanaan konservasi yang keliru. Dalam kasus semacam ini, konservator benda organik diwajibkan dapat memilah atau menggolongkan benda koleksi menurut jenis bahan pembentuknya, serta mengidentifikasikan berbagai jenis bahan, berikut sifat-sifatnya (fisik dan kimiawi). Konservasi adalah suatu tindakan yang bersifat kuratif – restoratif (penghentian proses kerusakan dan perbaikannya) dan tindakan yang bersifat preventif (penghambatan dari kemungkinan proses kerusakan). Konservasi benda koleksi museum menurut American Association of Museums (AAM 1984:11) dirujuk kedalam 4 tingkatan. Pertama adalah perlakuan secara menyeluruh untuk memelihara koleksi dari kemungkinan suatu kondisi yang tidak berubah; misalnya dengan kontrol lingkungan dan penyimpanan benda yang memadai, didalam fasilitas penyimpanan atau displai; Kedua adalah pengawetan benda, yang memiliki sasaran primer suatu pengawetan dan penghambatan suatu proses kerusakan pada benda; Ketiga adalah konservasi restorasi secara aktual, perlakuan yang diambil untuk mengembalikan artifak rusak atau 'deteriorated artifact' mendekati bentuk, desain, warna dan fungsi aslinya. Tetapi proses ini mungkin merubah tampilan luar benda; dan Keempat adalah riset ilmiah secara mendalam dan pengamatan benda secara teknis. Perhatikan Tabel 1.: Metode Analisis Benda dan Bahan. Kesimpulan dari keempat tingkatan konservasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tingkat I dan II merentangkan pendanaan konservasi yang luar biasa besar tetapi menghasilkan jumlah koleksi yang terbanyak. Tenaga teknis konservasi yang terlatih dibawah supervisi konservator biasanya mampu melaksanakan tugas ini, dan 2. Tingkat III dan IV biasanya diperuntukkan pada pekerjaan-pekerjaan yang cukup penting, yang mana memerlukan cukup biaya dan waktu; serta memerlukan keahlian konservator yang terlatih secara profesional. Sedangkan Lodewijks dan Leene menyimpulkan bahwa metode konservasi benda koleksi dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni: 1. Metoda restorasi yang secara prinsip diarahkan pada pengembalian kekondisi aslinya; dan 2. Metoda konservasi yang dimaksudkan untuk melestarian the status quo (keadaan tetap pada suatu saat tertentu). 5 Konservator adalah orang yang mampu melakukan pengamatan (kajian), berpikir analitik, dan melaksanakan konservasi karya seni, artefak, relik, dan benda lain dengan menggunakan metode atau teknik yang benar. Konservator harus memiliki pengetahuan cukup tentang metode dan teknik konservasi; serta dapat memilih dan menerapkan bahan (materials) atau alat dalam proses konservasi dengan baik. Mereka dapat pula mengkhususkan diri pada satu atau lebih bidang konservasi, seperti: batu, logam, kayu, tekstil, lukisan, karya seni bermedia kertas, buku, (pita) film, pita perekam suara, foto, atau benda lain bermedia komplek (campuran).
[11]
Tabel 1. METODE ANALISIS BENDA DAN BAHAN [Perlu disesuaikan untuk Senirupa]
No
1 2 3 4
SUBJECTS Orientation PROVENANCE
Description
ANALYTICAL METHODS
Ethnographic Features: origin, function, etc.
(object and their attributes: formal, stylistic and technical)
COMPLETE OBJECT
Socio Cultural Anthropology, Ethnography, Art History, Semiotic - Iconography, etc.
OBJECT STRUCTURE
COMPLETE STRUCTURE
Typology, Stylistic Analysis, etc.
MACRO STRUCTURE
STRUCTURAL OR TEXTURAL GREATER THAN 0.1 MM
Visual Examination (eye, glass, microscope) Ultra-Violet Light Examination
STRUCTURAL OR TEXTURAL SMALLER THAN 0.1 MM
Optical Examination (transmission, reflection) Electron Microscopy (SEM, TEM, STEM) Electron Microbeam Analysis
METALLIC ELEMENTS AND OTHERS
Diffraction (x-ray, neutron, optical and electron)
METALLIC ELEMENTS, DYES AND OTHERS
Spectroscopic Examination (neutron, infra-red, optical & x-ray) Chromatographic Analysis (paper, TLC, GC, PyGC and HPLC)
MICRO STRUCTURE
5
CRYSTAL STRUCTURE
6
ELEMENTAL STRUCTURE and COMPLEX COMPOUNDS
(form, design/ layout, etc.)
(fabric construction, metal thread structure, etc.)
(fiber morphology, cross-section materials, etc.)
(weighting metal salts, mordant, corrossion products, etc.)
(pigments, dyes, adhesives, polymers, etc.)
Atribut Formal = segala sesuatu yang bisa diukur (ukuran panjang dan lebar, volume, garis-tengah, berat, dll.); Atribut Stilistik = segala hal yang berhubungan dengan rasa atau estetika, seperti: bentuk, pola hias kain (tata-letak hiasan), motif (bentuk hiasan), warna, dsb.; Atribut Teknologis = segala hal yang berhubungan dengan proses pembuatan (bahan dan teknik).
Pilihan antara restorasi dan konservasi lukisan terletak pada faktor rasional, sebagian lagi dari faktor irasional seperti estetika dan perasaan-perasaan lain. Ketika sebuah lukisan mewakili suatu fungsi, seperti hiasan dinding, maka lukisan akan lebih diarahkan pada metode restorasi. Pada suatu karya yang pada umumnya tidak memiliki representasi fungsi, maka metode konservasi sebaiknya diputuskan dengan hati-hati. Pada proses paling awal, konservasi dimulai dengan pembersihan, yang kadang-kadang menjadi konflik dengan persyaratan tertentu. Pembersihan kotoran dari permukaan lukisan merupakan langkah paling awal daripada pelaksanaan konservasi. Dalam hal ini, konservator lukisan harus dapat mengenali dua kategori kotoran, yakni kotoran yang larut dan kotoran yang tidak larut dengan bahan-bahan pelarut. Bahan pelarut itu dapat berupa air ataupun bahan-pelarut organik seperti etanol, acetone dsb. Ia juga harus dapat membedakan antara kotoran dan komponen daripada lukisan itu sendiri. Selanjutnya, metoda pembersihan yang mudah, efektif, dan bersifat aman haruslah dapat ditunjukkan oleh seorang konservator. Perhatikan gambar potongan melintang pada suatu lukisan yang menunjukkan dimana kotoran itu berada. Debu yang mengandung unsur logam dapat berfungsi sebagai katalis proses kerusakan secara kimiawi. Pada jenis kotoran seperti ini yang terletak pada posisi H (pada gambar 15) dapat langsung dikuas dengan kwas halus pada permukaan bagian depan dan belakang lukisan tanpa harus membongkarnya. Varnis (G) adakalanya harus [12]
A = Support (Kayu, Tripleks, Hardboard, dll.); = Kanvas/ Dasar Lukisan; C = Priming; D = GESSO; E = Dasar Cat; F = Cat Lukisan; G = Varnis; H = Kotoran, Debu, dll.
dibersihkan dengan bahan-bahan pelarut khusus, seperti dengan white spirits, 2-ethoxyethanol, larutan campuran antara ethanol dengan aceton (1:1), aseton atau dengan toluen. Walaupun varnis ini berfungsi sebagai pelindung dan karena pertimbangan fungsi (estetika), varnish yang menguning karena proses oksidasi atau penuaan (aging) perlu diganti dengan varnis baru. Jenis perlakuan pada lukisan bermedia kertas (grafis) adalah pencucian dengan cara kering, yakni pembersihan debu dan kotoran lain dengan kapas yang dilembabi dengan air distilasi dicampur dengan alkohol (1:1) dan sabun Triton X-1006. Pengelantangan dengan hidrogen peroksida (20%)7 dilakukan pada media kertas yang terdiskolorasi oleh jamur (foxing), yang diikuti dengan pembilasan dengan air-distilasi dicampur dengan alkohol.
H G F E 2 1D
C B
A
Gambar 15. Pengamatan Struktur Lukisan (kotoran, varnis & cat lukisan)
Dengan mempertimbangkan Lembar Kondisi Lukisan dan Data Klimatologi dibawah, kita dapat membuat skala prioritas dan jenis pekerjaan konservasi secara langsung. Lukisan berkondisi rapuh atau mudah terkelupas, lukisan harus diperkuat sementara dengan kertas penguat khusus atau washi8 yang direkatkan dengan bahan perekat polyvinyl acetat (PVAc). Setelah pembersihan kotoran permukaan lukisan dilakukan, maka lukisan baru dapat diperkuat secara tetap. Caranya adalah dengan menggunakan malam lebah dicampur dengan damar dan minyak turpentin (ramuan bahan khusus ini selanjutnya disebut sebagai WRA-559)9. Pada bagian kanvas yang catnya terkelupas diperlukan tahap pendempulan dengan pasta yang terbuat dari gipsum dengan emulsi polyvinyl acetat (PVAc)10. Jika permukaan dempul (tekstur) sudah disesuaikan dengan kondisi sekelilingnya, baru proses tusir (inpainting) dapat dilakukan. Penyesuaian tekstur permukaan kanvas ini meliputi arah sapuan kuas atau bentuk alat-tuang cat lain, dan dimaksudkan untuk memberi efek pantul warna yang sesuai.
6 Cara pembersihan debu dan pembilasan dengan kapas atau handuk bersih yang dilembabi ini lazim disebut sebagai swabbing. 7 Pengelantangan dapat pula dilakukan dengan cara perendaman selama lima menit dengan larutan Potasium permanganat (0,5 ~ 5%), yang kemudian diikuti dengan pembilasan dalam larutan Natrium tiosulfat 5%. 8 Yang dimaksud dengan kertas khusus atau washi di sini adalah kertas yang memiliki elastisitas tinggi walaupun dalam keadaan basah. Jenis kertas ini biasanya memiliki serat-serat panjang dan banyak dibuat di Jepang, ada juga yang dibuat diluar Jepang (dengan teknologi pembuatan yang sama atau mirip dilakukan di Jepang, yakni buatan tangan atau hand-made paper), dan di Jepang disebut sebagai kertas washi. 9 Untuk membuat wax-resin-adhesive (WRA-559) dibuat dalam perbandingan volume. Sehingga malam-lebah dan damar yang berbentuk padat setelah ditimbang (untuk diketahui beratnya), baru dicairkan (dipanaskan) untuk mengetahui volumenya. Setelah semua satuan ukuran dikonversi ke volume, kita akan dengan mudah mendapatkan perbandingan yang diinginkan. Prosedur ini harus diikuti, mengingat grade bahan seperti malam-lebah dan damar tidak selalu tetap. 10 Cara membuat pasta-dempul jenis lain adalah dengan teknik thermosetting (seterika), yaitu dengan cara mencampurkan bubuk gipsum (kalsium sulfat) dalam larutan encer dan panas WRA-559. Adapun perbandingannya adalah 5 sampai 10 gram kalsium karbonat dalam 10 ml larutan panas WRA-559.
[13]
No. Inv.
5. Lapuk 6. Bau 7. Noda Other... 8.Lain-lain LAIN:
F.
Pembersihan ringan (kwas, vacuum, dll.)
C.
F. Perlakuan lain.
VI. TEKNIK PENGAMATAN A. Mata biasa (tanpa-alat) B. Kaca Pembesar C. Mikroskop. ................ X D. ....................................... E. ....................................... F. ........................................ Nama :
..............................................
Tandatangan Observator, Konservator, dll.
(DD/MM/YYYY)............................................
VII. TANGGAL PENGAMATAN
...........................................................................................................................................................................
V. USULAN UJI BAHAN (LAB) DAN TAMBAHAN :
Perlakuan biotis (fumigasi, dsb.)
Penguatan dan Konsolidasi 1. penguatan cat dengan perekat: lilin, dsb. 2. penguatan kanvas/ substrat dg. perekat. 3. perbaikan kanvas/ substrat. 4. perbaikan/ konsolidasi cat, dll.
CATATAN: ......................................................................................................................................................
E.
Pembersihan lemak, varnis, dsb. dengan pelarut: 5. 2-ethoxy ethanol 1. air 6. petrolium 2. white-spirit 7. alkohol 3. turpentin 4. air sabun (amonia) 8. 2-aceton alcohol
G.
A. B.
IV. USULAN TINDAKAN KONSERVASI :
III. KONDISI IKLIM DAN BENDA SAAT PENGAMATAN : A. Intensitas Cahaya (Lux) = ......... (........) E. Kelembaban Udara (%) = ......... (........) B. Radiasi UV (μW/Lmn) - = ......... (........) F. Kandungan Air (%) -- = ......... (........) C. Suhu Udara (0C) -------- = ......... (........) G. Keasaman (pH) ------ = ......... (........) D. Suhu Permukaan (0C) -- = ......... (........) H. Polusi Udara ---------- = ......... (........) I. Catatan: .......................................................................................................................
KIMIAWI: 1. Karat 2. Kristal 3. Oksidasi 4. Pudar
Aktif
C. Rendah
G. No Foto : .....................
Hancur
B. Sedang
Kondisi
Penyempurnaan (finishing treatment) 1. isolating (varnish) 2. inpainting (+mixing varnish) 3. dressing/ retouching (varnish) 4. (re)varnishing
01. C.minyak 02. Aquarel 03. Pastel 04. Guase 05. Tempera 06. Litografi 07. Batik 08. Fresco 09.Enkaustik 10. Kolase 11. Graffito 12. Frottage 13. Grattage Other... 14. Lain-lain
TEKNIK
C.
KONDISI PIGURA: 1. Baik 2. Rusak Ringan 3. Rusak 4. Rusak Berat Other... 5. Lain-lain
E.
Rusak
KONDISI SPANRAM: 1. Baik 2. Rusak Ringan 3. Rusak 4. Rusak Berat Other... 5. Lain-lain
Cukup
A. Segera
Ukuran dan Tahun
D.
Baik
Prioritas Tindakan :
Nama Seniman
II. KONDISI SAAT PENGAMATAN : A. FISIK: 8. Gelombang 1. Kotor 9. Gores 2. Lemak 10. Sobek 3. Deposit 11. Kelupas 4. Rapuh 12. Lubang 5. Patah 13. Basah 6. Retak 14. Lain-lain Kering 7. Distorsi B. BIOTIS: 1. Jamur 3. Busuk Other... 2. Serangga 4. Lain-lain
Judul Karya
D.
C.
1. Kanvas 2. Kertas 3. Kayu 4. Kaca 5. Logam 6. Other... Lain-lain
JENIS MEDIA (SUBSTRAT)
B.
1. C.minyak 2. Cat air 3. Tinta 4. Akrilik 5. Pastel 6. Krayon Other... 7. Lain-lain
JENIS CAT
A.
I. BAHAN PEMBENTUK BENDA
Lokasi:
No.
Form. LKLu-Lukisan/PSI/2015 No. Inv.
Aktif
Nama :
..............................................
Tandatangan Observator, Konservator, dll.
(DD/MM/YYYY)............................................
VII. TANGGAL PENGAMATAN
.........................................................................................................................................
V. USULAN UJI BAHAN (LAB) DAN TAMBAHAN :
IV. USULAN PERAWATAN DAN PENGAWETAN : C. Restorasi A. Pembersihan 1. Pengembalian bentuk/ warna 1. kotoran/ debu dengan: (pendempulan, araldite, tusir warna, dll) b. vacuum a. kwas c. pelarut air e. mekanis d. pelarut kimia 2. Perbaikan fungsi / mekanis benda f. lain ................................................. (reparasi mekanis, penggantian bahan, dll) 3. Lain ....................................................... 2. lemak/ minyak dengan: b. etanol + deterjen a. air + deterjen D. Pengawetan d. lain ..................... c. pelarut kimia 1. Stabilisasi karat (menghambat, menghentikan 3. karat, noda, dll. dengan cara: proses korosi, dll.) ................................... c. elektrolisis b. kimia a. mekanis 2. Mematikan jamur, insek dengan: d. lain ................................................. a. fumigasi b. pendinginan (freezing) 4. Lain ................................................... c. lain ................................................ 3. Mematikan ganggang, lumut, jamur kerak dg.: B. Penguatan/ konsolidasi larutan 1% Hivar XL, atau ....................... 1. Perlakuan benda rapuh dengan: 4. Coating/ laminasi dengan: b. minyak c. meratakan a. uap air d. lain ................................................. a. lilin mikrokristalin ......................... b. Paraloid B72 (....... % w/v in ..............) 2. Penguatan benda rapuh dengan: c. lain .......................................... a. penguatan konstruksi (mounting, pendobelan kain, dll.) ......................... 5. Lain ................................................... b. konsolidan (penyemprotan perekat, dll.) E. Treatmen Tambahan dan Catatan c. lain .................................................. ............................................................ 3. Lain .................................................. ............................................................
III. KONDISI IKLIM DAN BENDA SAAT PENGAMATAN : E. Kelembaban Udara (%) = ......... (........) A. Intensitas Cahaya (Lux) = ......... (........) F. Kandungan Air (%) -- = ......... (........) B. Radiasi UV (μW/Lmn) - = ......... (........) 0 G. Keasaman (pH) ------ = ......... (........) C. Suhu Udara ( C) -------- = ......... (........) 0 H. Polusi Udara ---------- = ......... (........) D. Suhu Permukaan ( C) -- = ......... (........) I. Catatan: ......................................................................................................................
D. Catatan: .................................................................................................................
10. Kering 11. Lain
garam
8. Lain C. Biotis 1. Jamur (Fungi) [ ....... %] 2. Serangga (Insect) [ ....... %] 3. Ganggang (Algae) [ ....... %] 4. Lumut (Moss) [ ....... %] 5. Lumut-kerak (Lichens) [ ...... %] 6. Lain .............................
Hancur
C. Rendah
Kondisi
E. No. Foto: ..........................
Rusak
B. Sedang
Ukuran
Cukup
A. Segera
5. Bau 6. Noda 7. Kristal
Baik
Prioritas Tindakan :
Keterangan
II. KONDISI SAAT PENGAMATAN : A. Fisik B. Kimiawi 1. Lapuk 01. Rapuh 2. Pudar 02. Kotor 3. Korosi 03. Lemak 4. Oksidasi 04. Kelupas 05. Gores 06. Retak 07. Patah 08. Hilang 09. Basah
Nama Benda
Form. LKKo-Umum/PSI/2015
LEMBAR KONDISI KOLEKSI
VI. TEKNIK PENGAMATAN A. Mata biasa (tanpa-alat) B. Kaca Pembesar C. Mikroskop. ................ X D. ....................................... E. ....................................... F. ........................................
.......................... .......................... .......................... ..........................
F. Catatan
E. Lain-lain 1. Tulang 2. Kerang 3. Pigmen/ Cat 4. Manik-manik 5. Resin 6. Lain
D. Protein 1. Kulit 2. Bulu 3. Tekstil 4. Lain
C. Selulose 1. Kayu 2. Kulit 3. Bambu 4. Rotan 5. Anyaman 6. Tekstil 7. Lain
B. Logam 1. Emas 2. Perak 3. Timah 4. Perunggu 5. Tembaga 6. Besi 7. Lain
A. Non Logam 1. Batu 2. Kaca 3. Keramik 4. Plester 5. Semen 6. Lain
I. BAHAN :
Lokasi Benda :
No.
ANORGANIK ORGANIK
LEMBAR KONDISI LUKISAN
Lembar Kondisi Koleksi dan Lukisan
[14]
Catatan :
Tanggal
Tgl. Terakhir Kalibrasi:
Nama Alat :
Waktu
Gedung dan Ruang
Nama Pelapor :
Tandatangan
Tgl. Pelaporan :
Kelembaban
Prosedur Kalibrasi :
Minggu :
Form. LDK-KS/PSI/2015
Suhu Keterangan
LEMBAR DATA KLIMATOLOGI - KELEMBABAN & SUHU
Nama, No. Inv dan Jenis Benda
Jenis Lampu
Nama Alat : Jarak
Waktu
Nama, No. Inv dan Jenis Benda
Nama Pelapor :
Tandatangan
Tgl. Pelaporan:
Kandungan Air
Nama Alat : pH
Keterangan
Keterangan
Keterangan
Suhu
Radiasi
KANDUNGAN AIR dan KEASAMAN (pH) BENDA
Waktu
Intensitas
SUHU PERMUKAAN BENDA
Jenis Lampu [Merk, Watt, Pijar/ Pendar/ LED]
Ada 3 jenis lampu : 1. Pijar (incandescent); 2. Pendar (fluorescent); 3. LED (light-emitting diode). Intensitas cahaya lampu pijar hanya 15 lumen per watt, dan 90% energi listrik diubah ke panas. Usia hidup lampu hanya 1.000 jam atau 4 bulan (pemakaian 8 jam per hari). Intensitas lampu pendar 67 lumen per watt & usia rata-rata lampu 10.000 jam. Intensitas lampu LED 70 - 100 lumen per watt & usia rata-rata lampu 50.000 jam.
Catatan:
Gedung, Ruang, Lemari
Tanggal :
Gedung, Ruang, Lemari
Tanggal :
Waktu
Nama Alat :
INTENSITAS CAHAYA (IC) dan RADIASI ULTRA VIOLET (RUV) Gedung, Ruang, Lemari
Tanggal :
Form. LDK-IC,RUV,SP,KA,pH/PSI/2015
LEMBAR DATA KLIMATOLOGI - CAHAYA & UV - SP, KA & pH
Lembar Survai Klimatologi
[15]
Dari ribuan lukisan yang pernah ditangani penulis, sebagian besar menunjukkan tingkat kerusakan yang serius. Lukisan cat minyak yang secara teknis kurang baik pengerjaannya, serta kualitas bahannya yang tidak mendukung menunjukkan tingkat kerusakan yang tinggi. Pada hampir seluruh permukaan lukisan ini mengalami retakan seribu, bahkan banyak yang terkelupas. Lukisan pastel bermedia kertas yang ditutup kaca pada bagian depannya terdiskolorasi jamur. Kondisi lembab pada lukisan ini menyebabkan permukaan lukisan bergelombang, sehingga lukisan yang berkecenderungan menggunakan warna gelap dan tertutup dengan kaca, serta berpermukaan tidak rata sangat mengganggu pandangan kita. Kondisi lantai atau dinding yang lembab karena kapilarisasi air tanah, atau atap yang bocor menyebabkan kerusakan baik secara fisik maupun biotis. Sehingga kita akan menjumpai permukaan lukisan yang bergelombang, berjamur, dan bahkan pada sebagian lukisan terserang rayap.
b
Serat lapuk
a Spora jamur
Jamur
Jamur
c Gambar 16. a. Jamur tumbuh hampir pada seluruh permukaan lukisan; b. Pengamatan dengan Mikroskop Skening Elektron untuk mengetahui tingkat kerusakan kanvas/ kain; c. Pengamatan dengan Mikroskop Skening Elektron untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dan jenis jamur.
[16]
Gambar 17a. menunjukkan sisi bawah lukisan telah termakan bubuk.
paku berkarat
a
b
Gambar 17b. menunjukkan close-up pada semua sisi lukisan. Bagian ini menunjukkan paku berkarat dan perbedaan kanvas asli dan kanvas dobelan.
a. Pembersihan Kotoran debu dan penguningan varnis sebagai akibat oksidasi banyak dijumpai hampir pada seluruh permukaan lukisan. Pembersihan debu dengan kwas halus atau kapas lembab dan pengangkatan varnis lama dapat dilakukan secara langsung pada lukisan yang kondisi catnya cukup kuat. White spirits, terpentin, alkohol campur aquadest (1:1), alkohol (absolut), alkohol campur aceton, aceton, 2-acetone alcohol dan 2-ethoxyethanol Gambar 18. adalah bahan-bahan yang digunakan untuk Membersihkan kotoran debu dan mengangkat varnis lama untuk pembersihan dengan pelarut. Bahan ini untuk memunculkan warna asli. melembabi kapas yang digulung secara kuat pada ujung penusuk sate. Cara lama dengan roti tawar untuk mengagkat debu pada permukaan lukisan tidak dianjurkan pada proses pembersihan di sini. Proses pembersihan ini harus pada lukisan yang berventilasi udara dan berpenerangan sinar polikhromatis (sinar matahari atau lampu halogen).
b. Penguatan Penguatan sementara pada bagian depan lukisan yang catnya mudah terkelupas dilakukan dengan kertas washi yang lentur dan kemudian direkatkan dengan emulsi polyvinyl acetate. Proses ini dilakukan sebelum penguatan tetap dengan WRA-559. Penguatan sementara dilakukan juga pada saat pemindahan
[17]
atau pencopotan lukisan rapuh dari dinding. (WRA-559 adalah bahan ramuan khusus Primastoria Studio yang berkomposisikan bahan sejenis micro-crystalline wax, rosin dan turpentine).
cat terkelupas
a b Gambar 19. a. Seluruh permukaan kotor dan sebagian cat terkelupas; b. Setelah pembersihan kotoran dan varnis lama, priming (pendempulan), tusir warna (inpainting) dan varnis.
cat terangkat
a c b
Gambar 20. a. Seluruh permukaan kotor, sebagian cat terkelupas dan varnis kuning; b. Pelemasan (relaksasi) sekaligus penguatan cat yang terangkat dengan perekat thermosetting (WRA-559); c. Setelah proses penguatan cat, permukaan lukisan baru bisa dibersihkan.
c. Penyempurnaan Penyempurnaan pekerjaan seperti penyetaraan permukaan dan tekstur kanvas (pendempulan) serta tusir warna (inpainting) hanya ditujukan pada jenis-jenis lukisan yang catnya tebal dan hilang (terkelupas). Bahan standar untuk pekerjaan ini adalah emulsi polivinil asetat (PVAc), kalsium sulfat (gypsum), kalsium karbonat dan WRA-559. Kontrol suhu bahan penguat tetap dan dempul selalu dilakukan pada kondisi dibawah 70oC untuk menghindari kerusakan cat. [18]
Gambar 21.
Sebelum Pembersihan
b
Rongga bawah retakan terisi varnis/ linseed oil
Varnis/ linseed oil begitu tebal & mengkilap
Cat
GAMBAR ANATOMI LUKISAN
a b
{
Sesudah Pembersihan, Sebelum Penguatan Cat
Ilustrasi Teknis Restorasi Lukisan
Priming Kanvas
Sesudah Pembersihan, Sebelum Penguatan Cat
cat terangkat
illustrated by Primastoria 2015
c
Detail
SUPPORTS: Back-up lukisan dengan melamin board yang dilindungi dengan kain organdi
for academic use Sesudah Pembersihan, Sesudah Penguatan Cat, Sesudah Relaksasi Cat & Kanvas
d
g
n nti i a p
ric
ab ss f
gla
Me
lam
in
Bo
ard
FINISHING TREATMENTS: Priming, Tusir warna (inpainting), Retouching & protecting varnish.
e [19]
Pekerjaan konservasi dan restorasi lukisan harus dilengkapi dengan sistem dokumentasi digital. Di sini data klimatologi, kondisi fisik lukisan, bahan dan deskripsi teknisnya diuraikan dalam bentuk database, sehingga pihak pelaksana pekerjaan dimungkinkan memberikan saran dan rekomendasi kepada pengelola lukisan. Lukisan yang pernah ditangani penulis diantaranya karya: 1. Abbas Alibasyah 2. Abdul Azis 3. Abdullah Sr. 4. Affandi 5. Agus Djaya 6. Agus Kamal 7. Alberto Magnelli 8. Alaydroes 9. Andre Minaox 10. Antonio Blanco 11. Anton Huang 12. Arie Smit 13. Bagong Kusudiarjo 14. Bahri 15. Basuki Abdullah 16. C.L. Dake Jr. 17. C.T. Hokin 18. Constantin Makowsky 19. Cristiano 20. Dafi Dhowo 21. Dandung B. Kahono 22. Dede Eri Supria 23. Dipo Andi 24. Dullah 25. Edouard Pignon 26. Ernest Dezentje 27. Fadjar Sidik 28. G. Giovanetti 29. Handrio 30. Hans Arp
31. Hans Hartung 32. Hans Reichel 33. Harijadi Sumadidjaja 34. Hendra Gunawan 35. Hendro Suseno 36. Henk Ngantung 37. I Gede Padma 38. I Ketut Adi Chandra 39. Imant 40. I Nengah Sujena 41. Isa Perkasa 42. Ivan Sagito 43. I Wayan Gede Santiyasa 44. I Wayan Sujana 45. IWJ Durus 46. Jeihan 47. Joko Pekik 48. L. Amato 49. L. Eland 50. Lee Man-fong 51. Le Mayeur 52. Lux Albert Moreau 53. Kadir 54. Kartono Yudhokusumo 55. Ken Pattern 56. Kidro 57. Kinsen, Mori K. 58. K. Jansma 59. Koentjoroningrat 60. Kuncana
61. Landriah 62. M.D. Sinteg 63. Masriadi 64. Muji Harjo 65. Nisan Risyanto 66. Nyoman Erawan 67. Nyoman Gunarsa 68. Pierre Soulages 69. Popo Iskandar 70. Q. Schmeider 71. Raden Saleh 72. Roland Strasser 73. Rudolf Bonnet 74. Sadali 75. Salim M. 76. Sinung Widagdo 77. Sj. Notodiningrat 78. Soemardi 79. Srihadi 80. Srihadi Sudarsono 81. S. Sudjojono 82. Sudjono Abdullah 83. Suhadi 84. Sumardi 85. Tatang Ganar 86. Trubus Sudarsono 87. Wakidi 88. Wassily Kandisky 89. Widayat (1923 - 2002) 90. Wianta dan lain-lain. [lihat gambar 24]
Karya-karya lukis untuk setiap seniman jika diurutkan secara kronologis dapat diketahui perkembangan secara teknis dan penggunaan bahannya. Karya Dullah dari tahun 1932, 1950, 1953 dan tahun 1961 dapat dilihat bahwa lukisan yang dibuat tahun 1932 menampakkan tingkat kerusakan yang terparah (lihat gambar 23). Dullah secara teknis mengalami peningkatan kualitas pengerjaan dan bahan yang digunakan (perhatikan lukisan tahun 1932 dan 1950). Tetapi secara fisik penggunaan corak warna tidak ada perbedaan antara tahun 1932 sampai 1961. Sebagai perbandingan lihat Gambar 25: Kronologi & Kondisi 88 Lukisan Le Mayeur dan tiga Lembar Pengamatan Lukisan (halaman 33, 34 dan 35). [20]
a
b Gambar 22. a. Pengamatan retakan berskala mikro (sepersejuta) dan konstruksi kanvas lukisan dengan DynoLite. b. Penanganan konservasi dan restorasi setelah proses pengamatan.
Lukisan berjudul Legong karya
Roland Strasser
yang
semula berkondisi sangat rapuh dan sebagian catnya yang tipis itu terkelupas telah diperkuat dengan bahan WRA-559 menjadi kuat kembali. Pekerjaan tusir warna dilakukan setelah seluruh permukaan
lukisan
ditutup
dengan varnis yang berbahan dasar polyvinyl. Dengan varnis pelindung
ini
bahan
warna
Gambar 23.: Telaga Sarangan, karya Dullah (1932)
tusiran dapat diangkat kembali apabila terjadi kesalahan. Pemandangan Pantai Flores, karya Basuki Abdullah yang kondisi awalnya pucat dan pudar karena tertutup varnis lama yang telah menguning, telah menjadi cerah kembali setelah varnis diangkat. Pada bagian pinggir bawah dan sebagian permukaan lukisan yang terkelupas dan meninggalkan bekas rayap juga telah mengalami proses pendempulan. Wanita Berbaju Hitam, karya L. Amato, telah menjalani proses penambalan, pendempulan dan penusiran warna. Lukisan yang sobek memanjang pada bagian tengah pernah ditambal dan ditusir dengan prosedur yang tidak benar. Warna hitam bahan tusiran begitu kuat melekat dan begitu susah untuk diangkat. Pengangkatan cat tusiran dan varnis lama dapat dilakukan dengan bahan kombinasi alkohol, aceton dan 2-ethoxyethanol serta dipandu dengan pengamatan ultra violet.
[21]
Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA), 1950-1965 mempolitikkan kesenian
Pameran ASRI - ITB (>1950)
Fadjar Sidik, Widayat, A. Sadali, Srihadi S., Popo Iskandar, Abas Alibasyah, G. Sidharta, Edhi Sunarso, But Muchtar, Pirous, Sunarso, Yusuf Affendi, Muljadi, Arief Sudarsono, Mudjita, Irsam, Danarto, Aming Prayitno, Budiani, Bagong Kussudiardjo, Amri Yahya, Harijadi, Sutanto, Adi Munardi.
Akademi Senirupa Indonesia di Yogya (1950)
G. Sidharta, Widayat, Edi Sunarso, Rulijati, Muljadi W., Sjahwil, Sunarto Pr., Wardojo, Danarto, Arief Sudarsono
REVOLUSI FISIK (1945 - 1949)
Masa Terisolir dari Negara Luar: Kanvas dibuat dari blaco/ kertas dan satu tube cat minyak harus bergantian dengan seniman lain Sularko Pelangi di Surakarta (1947 - 1949)
Gabungan Pelukis Indonesia (1948):
Affandi, Sutiksna, Nasyah Djamin, Handriyo, Zaini, Sjahri, Nashar, Oesman Effendi, Trisno Sumardjo.
Pelukis Rakyat (1947)
Sudjojono, Affandi, Hendra, Soedarso, Sudiardjo, Trubus, Sasongko, Kusnadi, Sudjono Kerton, Rustamadji, Sumitro, Sajono, Saptoto, C.J. Ali, Juski, Permadi.
Seniman Muda Indonesia (SEMI), 1946:
di Bukittinggi: Zetka, A.A. Navis, Zanain.
Seniman Indonesia Muda (SIM),1946
di Yogyakarta: Affandi, Hendra,Trubus, Dullah, Soedarso, Suromo, Surono, Kartono Yudhokusumo, Basuki Resobowo, Rusli, Harijadi S., Abdul Salam, D. Joes, Zaini. SIM pindah dari Yogya ke Solo (1948), anggota tambah Trisno Sumarjo, Oesman Effendi, Sasongko, Suparto, Mardian, Wakijan, Srihadi S.
Pusat Tenaga Pelukis Indonesia (PTPI) Yogya, 1945:
Djajengasmoro, Sindusisworo, Indrosughondo, Prawito. Dr. Moerdowo Himpunan Budaya Surakarta (1945)
Angkatan Seni Rupa Indonesia (ASRI) Medan, 1945:
Ismail Daulay, Nasjah Djamin, Hasan Djafar, Husein.
3
Masa Pendudukan Jepang (1942 - 1945) Keimin Bunka Shidoso (1944)
Otto Djaya, Henk Ngantung, Dullah, Hendra Gunawan.
Poesat Tenaga Rakyat (POETERA), 1942 - 1944:
Affandi, K. Yudhokusumo, Ny. Ngendon, Basuki Abdullah
Persatuan Ahli Gambar Indonesia (PERSAGI), 1938 - 1942:
Agus Djaya, S. Sudjojono, Emiria Sunassa, Sukirno, Otto Djaya W. Spies & Gde A. Sukowati
2
PITA MAHA (1935)
Masa Abdullah Sr. (1878 - 1941) Wakidi (1889 - 1979), M. Pirngadie (1875 - 1936)
1970
1969 1968 1967 1966 1965 1964 1963 1962 1961
1960
1959 1958 1957 1956 1955 1954 1953 1952 1951
1950 1949 1948 1947 1946 1945 1944 1943 1942 1941
1940 1904
1900
Alimin Henk Ngantung (1921 - 1990) Ida Bagus Made Nadera I Gusti Putu Gede I Gusti Ketut Kobot Lim Wasim (1929 - 2004) Mahjuddin S. Nashar (1928 -1994) Sobrat, A. A. Gede Sumardi Thamdjidin, M. Wayan Sudana
Pelukis Asing
6
(Lukisan Ada Di Indonesia) Amato, L. Dezentje, Ernest Giovanetti, G. Imandt, Wilhelmus Jean Frederic Kinsen, Mori Kichigoro (1888-1959) Koenig, Arthur Johann Li Shuji (1943 - ?) Makovsky, Konstantin E. (1839-1915) Renato, Cristiano Simonetti Snel, Han (1925 - 1998) Talwinski, Igor (1907-1983)
Pelukis Asing
7
(di Bali, dari 1904 - 1967) Ambron, Emilio Covarrubias, Miguel Dooijeward, Willem (1892-1990) Friend, Donald Israel, Isaac Mooijen, P. A. J. Meier, Theo (1908-1982) Smit, Arie Sonnega, Auke C. Sten, John 1952 > Antonia Blanco (1912 - 1999) 1941 > Lee Man-fong (1913-1988) 1938 > Willem & Maria Hofker 1935 > Adrien Jean Le Mayeur de Merpres (1880 - 1958) 1928 > Rudolf Bonnet (1895-1978) 1927 > Walter Spies 1922 > Rolland Strasser (1895-?) 1915 > Carel Lodewijk Dake Jr. (1886-1946) 1904 > W. O. J. Nieuwenkamp sep Suba Yo
Masa Raden Saleh (1814 - 1880)
o giy
1
1980
1979 1978 1977 1976 1975 1974 1973 1972 1971
Pelukis Koleksi Istana, dll. 5
Puj i
4
1989 1988 1987 1986 1985 1984 1983 1982 1981
*
*
P ri
a st
m
1800
io
PERKEMBANGAN SENIRUPA INDONESIA
1990
o ria
ud
Gambar 24.
St
[22]
Gambar 25.
KRONOLOGI dan KONDISI 88 Lukisan Le Mayeur 1921 MLMB052
MLMB021
1927
MLMB082
1928 1929 MLMB015
1935 1937 1938
MLMB035 MLMB012
1942 MLMB075
1945
3 buah lukisan pastel diatas kertas [2R/1C]
4 buah lukisan cat-minyak diatas kanvas [4C] 3 buah lukisan cat-minyak diatas hard-board [3C] 27 buah lukisan: 5 cm/ knv, 2 cm/tripleks, 18 cm/h.board, 2 cm/kayu. [5R/10C/13B] Le Mayeur (52) ketemu & menikahi Ni Pollok (18). 3 buah lukisan pastel diatas kertas [1R/2C] 13 buah lukisan: 1pastel/ kertas, 8 cm/knv, 3 cm/kayu, 1 cm/tripleks [1R/6C/6B] 23 buah lukisan: 22 catTB/ bagor, 1 cm/hardboard [14R/7C/2B] 1 buah lukisan cm/ knv [1R]
MLMB045 MLMB084
1957
10 buah lukisan cat-minyak diatas kanvas [6R/3C/1B]
Created by Puji Y. Subagiyo 2015
[23]
“Djoget” dan “Wanita dan Anak”, karya Rudolf Bonnet adalah dua contoh lukisan diatas media kertas. Kedua lukisan ini sepertinya pernah ditempatkan di ruangan yang sangat lembab atau kebocoran air hujan. Kedua permukaan lukisan bergelombang dan ditumbuhi jamur yang berwarna putih. Ilustrasi kerusakan biotis seperti pada gambar 16 dan 17 diatas. Salah satu lukisan yang dibingkai kayu mengalami kerusakan fisik yang parah (keropos). Kain penguat media kertas yang terkontaminasi warna pastel diganti kain baru yang sejenis. Emulsi polyvinyl acetate pekat digunakan untuk menyatukan bahan baru ini. Pada waktu yang bersamaan, kertas media dikondisikan lembab untuk menyetarakan permukaannya. Penyetaraan lukisan dilakukan dengan kertas sejenis yang telah diwarnai dengan cat air, pastel dan crayon, dan selanjutnya difikser pastel.
e. Pengepakan dan Transportasi Pemindahan lukisan dari suatu tempat ke tempat lain diperlukan penanganan yang cermat. Lukisan yang catnya mudah terkelupas harus diperkuat dengan kertas lentur washi dan perekat kanji atau emulsi polyvinyl yang mudah diangkat kembali. Cara ini diperlukan untuk menghindari lukisan dari benturan atau gesekan pada saat pemindahan. Prosedur operasional pemindahan dan pengepakan lukisan berukuran besar dilakukan untuk mempertimbangkan kemungkinan kerusakan fatal. Lukisan yang berkondisi rapuh harus diperkuat sementara dengan kertas lentur washi sebelum proses pengerolan. Lukisan yang telah diturunkan pada posisi tertelungkup, siap dicopot pigura dan bingkainya. Lukisan berukuran besar (misalnya 5 x 4 meter) sebaiknya digulung dengan rol berdiameter besar pula (sekitar 70 cm).
Gambar 26. Bahan dan alat sederhana untuk keperluan paking dan pemindahan lukisan
[24]
f. Fasilitas Kerja Konservasi Pekerjaan konservasi-restorasi biasa dilakukan di lab atau studio konservasi dengan fasilitas AC, penerangan lampu polikhromatis dan ultra violet (gambar 29), bersirkulasi udara, dan teraliri air distilasi. Laboratorium ini juga dilengkapi dengan glass-wares yang berfungsi sebagai wadah (atau alat ukur), alat-alat ukur elektronik dan komputer pendukung untuk analisa dan simulasi pekerjaan teknikmekanis. Alat mikroskopis, alat kontrol klimatologi, ruang fumigasi serta alat freezer untuk membasmi jamur atau serangga harus melengkapi laboratorium ini. Gambar 27. Bahan kimia dan alat sederhana untuk keperluan konservasi lukisan Wheat
PVA
Fume Hood Portabel
Mikroskop Digital
Tempat Perkakas
Methyl
Meja Lesehan
Gambar 28. Tataletak Perabot dalam Ruang Kerja Konservasi
[25]
Gambar 29.
Lampu (TL) Ultra Violet
Penerapan untuk Koleksi Lukisan, Tekstil, Kertas, dsb. PENGAMATAN LUKISAN DENGAN ULTRA VIOLET.
warna merah pendar menunjukkan cat tertentu. warna gelap ini menunjukkan bagian cat yang telah ditusir.
PENGAMATAN LUKISAN DENGAN SINAR MATAHARI (POLIKROMATIS).
warna merah ini seperti warna merah pada umumnya. bagian ini tidak menunjukkan adanya restorasi.
Lampu (TL) Ultra Violet
Gambar 30.
Pengenalan Alat Ukur Klimatologi dan Identifikasi Weather Station
pH paper ini harus selalu dipakai untuk mengecek pH larutan apakah aman terhadap benda yang akan dibersihkan ataupun terhadap alat steamer. Perhatikan tabel terlampir untuk mengetahui aman tidaknya suatu larutan kimia.
pH Meter Moisture Meter
Alat Pengukur Keasaman
Alat Pengukur Kadar Air
Digital Microscope
Alat Perekam Gambar Mikro
[26]
D. PENUTUP Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konservasi diarahkan pada pekerjaan mempertahankan kondisi fisik seperti aslinya. Di sini lukisan cat minyak yang rapuh (sebelum dibersihkan) diperkuat sementara dengan kertas washi yang direkatkan dengan perekat PVAc. Proses berikutnya adalah penguatan tetap dengan cara mengimpregnasi lukisan dengan WRA-559. Pembungkusan lukisan secara thermosetting11 ini dimaksudkan untuk melindungi (bahan) lukisan awet, kuat dan tidak mudah terpengaruh oleh kondisi iklim kita yang cenderung lembab (pada musim hujan) dan panas (pada musim kemarau). Pada kondisi iklim yang menunjukkan suhu rendah, kelembaban dan tekanan udara naik, tekanan uap air yang dikenal dengan tekanan barometrik ini akan mampu mengalirkan uap air menuju ke kesetimbangan pada ruangan yang memiliki celah-celah. Sehingga lukisan yang positif mengandung unsur-unsur logam akan dengan cepat mengalami oksidasi, yang selanjutnya akan menggerogoti kanvasnya. Disamping itu, akibat dari fluktuasi12 ini adalah terbawanya partikel debu dan polutan berbahaya lain kepermukaan lukisan. Fluktuasi kelembaban relatif juga mengakibatkan adanya konstraksi antara kanvas dan lapisan cat, yang akibatnya lukisan cat minyak mudah retak, terkelupas, rapuh, oksidasi pada varnis atau lukisan yang bermedia kertas menjadi bergelombang dan berjamur. Pembersihan untuk mengangkat debu, varnis lama dan kotoran lain yang terikat WRA-559 dilakukan dengan cara swabbing (pengangkatan dengan kapas yang dilembabi). Bahan pelarut yang digunakan meliputi: campuran air distilasi dan alkohol (1:1), alkohol campur aseton (1:1), aceton atau 2-ethoxy-ethanol. Proses akhir adalah tusir (inpainting) dengan cat-minyak (Winston), berbinder minyak biji rami (linseed oil). Konservasi lukisan bermedia kertas (grafis) dilakukan dengan cara swabbing, dan bahan pelarutnya adalah air distilasi yang dicampur dengan sabun (Triton X-100). Untuk lukisan bermedia kertas yang terdiskolorasi jamur besi (foxing) dikelantang dengan hidrogen peroksida 20%, yang selanjutnya dibilas dengan air distilasi dicampur dengan alkohol (1:1, swabbing). 11 Perekatan secara thermosetting adalah penerapan perekat (lem) dengan cara pemanasan (seterika), dan akan dapat dibuka kembali (reversible) dengan cara pemanasan lagi. 12 Pada kelembaban relatif 70% atau lebih dan suhu udara diatas 15 oC memungkinkan adanya pertumbuhan mikro-organisme seperti jamur dan serangan serangga. Sehingga pengaturan/ kontrol terhadap kelembaban dan suhu udara sangat menentukan keselamatan koleksi (lukisan). Brimblecombe (1983) dan Karp (1983) telah menjelaskan bagaimana pertukaran uap air di dalam lemari simpan atau pamer di suatu museum dan perhitungan kelembaban udaranya. Kesimpulan dari diskusinya itu adalah adanya substitusi tekanan parsial gas (uap air atau udara basah dan udara kering) yang berhubungan dengan kelembaban dan suhu udara pada suatu ruangan yang berfluktuasi. Hasil survai menunjukkan bahwa antisipasi suhu udara yang tinggi dengan pemasangan AC (penyejuk ruangan) telah tidak menunjukkan hasil, karena suhu udara yang diturunkan (dengan uap air) dapat menaikkan kelembaban udara. Kelembaban dan Suhu Udara yang baik untuk koleksi di museum adalah Kelembaban Relatif (RH) = 50 - 60% dan Suhu Udara (T) = 20 - 25 oC. Weintraub (2002) menjelaskan pengertian dan perhitungan Equilibrium Moisture Content (EMC) dan EMC/RH isotherm bahan organik (kapas, linen, kertas, kayu, dsb.); serta kapasitas buffering (MH) dan rekondisi silicagel.
[27]
Gambar 31. Perbandingan Jumlah Kerusakan Lukisan terhadap Lokasi dan Kondisi [Total: 1.694]
B
D
Kondisi
12 (8%) 16 (11%)
151 (9%)
C
Kondisi dan Lokasi
123 (81%)
333 (86%)
389 (23%) 25 (6%) 52 (12%)
A
Baik Sedang Rusak
9 (2%) 47 (12%)
0
6 (1,2%)
100
71 (15%)
200
12 (5%) 70 (32%)
221 (13%)
300
139 (62%)
448 (26%)
Per Ruang & Persebaran
371 (82%)
400
485 (29%)
500
Jumlah
408 (84%)
Jumlah (Persebaran/ Presentasi & Kondisi)
600
E
Gambar 32. Perbandingan Jumlah Kerusakan Lukisan terhadap Teknik Lukisan. Baik Sedang Rusak
894 (78%)
1000
Data Iklim Mikro Lukisan Ruang A Temperatur (°C) Min. Ave. Max. 26 28 29
800
Kelembaban (%) Min. Ave. Max. 44 50 59
Jumlah
600
Ruang C.
133
Batik
32 (89%) 2 (6%) 2 (6%)
48 (4%)
4 (2%) 23 (9%)
227 (89%)
115 (86%)
Akrilik
66 (89%) 2 (3%) 6 (8%)
0
7 (5%) 11 (8%)
200
211 (18%)
400
Cat air Cat minyak Pastel
74 254 1.153 36 Teknik dan Jumlah Per Jenis Lukisan
Ruang B. Temperatur (°C) Min. Ave. Max. 27 28 28,5 Kelembaban (%) Min. Ave. Max. 60 66 75
Temperatur (°C) Min. Ave. Max. 22 24 26,5
Ruang D. Temperatur (°C) Min. Ave. Max. 28,5 29 29,5
Kelembaban (%) Min. Ave. Max. 60 66 99
Kelembaban (%) Min. Ave. Max. 72 74 76
Ruang E. Temperatur (°C) Min. Ave. Max. 26 27 28 Kelembaban (%) Min. Ave. Max. 76 78 99
Keterangan :
3
Ideal
2
Cukup ~ Beresiko
1
Beresiko
~
Cukup
~
Bahaya
[28]
60
Kayu Tripleks Hard board Kanvas
56
50
BAHAN ACUAN:
40
39
Jumlah Kerusakan
42
45
Gambar 33. Perbandingan Jumlah Kerusakan Lukisan Cat-minyak terhadap Lokasi dan Media.
30
0 0
1 1
0
1
2
2
1
0 0
0
2
4
5 5
1. Brimblecombe, Peter and B. Ramer (1983): Museum Display Cases and The Exchange of 20 Water Vapours, Studies in Conservation, London, IIC Vol.28 pp. 179-188. 2. Clifford, James (1988): Predicament of Culture, Mass., Harvard Univ. 3. Colin Pearson dan Puji Yosep Subagiyo 10 (1995): Profesionalisme Kerja di Museum, Pembentukan Struktur Klasifikasi Konservator, Majalah Kebudayaan, Jakarta, Depdikbud. 4. Guralnik, David B., Editor (1982): Webster’s 0 NewWorld Dictionary, Second College Edition, A.485 B.448 C.221 D.389 E.151 New York, Simon & Schuster. Lokasi, Jumlah Koleksi dan Media 5. Humar Sahman (1993): Mengenali Dunia Seni Rupa, Semarang, IKIP Semarang Press. 6. Karp, Cary (1983): Calculating Atmospheric Humidity, Studies in Conservation, London, IIC Vol.28 pp. 24-28. 7. Leene, Jentina E. (1972): Textile Conservation, London, Butterworths. 8. Mayer, Ralp (1991): The Artist’s Handbook of Materials and Techniques, 5th edn., London, Faber and Faber. 9. Nicolaus, Knut (1999): The Restauration of Paintings, English edition, Slovenia, Konemann. 10. Oddy, Andrew (1992): Art of Conservator, British Museum, London. 11. Padfield, T (1992): Trouble In Store, IIC Washington Congress, Washington DC. 12. Pearce, Susan M. (1989): Museum Studies In Material Culture, Washington, Smithsonian Instution. 13. Pearce, Susan M. (1990): Archaeological Curatorship, Washington DC, Smithsonian Instution. 14. Przibram, Karl and John E.C. (1956): Irradiation Colours and Luminescence, London, Pergamon Press Ltd. 15. Radley, J.A. and Julius Grant (1954): Fluorescence Analysis in Ultra Violet Light, London, Chapman & Hall Ltd. 16. Remington, J.S. and W. Francis (1954): Pigments, Their Manufacture, Properties and Uses, London, Leonard Hill Ltd. 17. Shugar, Gershon J. and Jack T. Ballinger (1990): Chemical Technicians’ Ready Reference Handbook, 3rd. Edn., McGraw-Hill, Inc., New York. 18. Stoves, J.L. (1957): Fiber Microscopy, London, National Trade Press. 19. Puji Yosep Subagiyo (1996): Metal Thread Examination for Determining the Date, Origin and Distribution, International Symposium on Indonesia Textiles, Jambi, Museum Nasional. 20. Puji Yosep Subagiyo (2002): Tata Pamer Tekstil di Museum, Bekasi, Primastoria Studio. 21. Puji Yosep Subagiyo (2006): Identifikasi Kanvas Lukisan: Pencarian Identitas dan Penyebab Kerusakan, Balai Konservasi Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, Provinsi DKI Jakarta. 22. Supardi Hadiatmodjo (1990): Sejarah Senirupa Eropa, Semarang, IKIP Semarang Press. 23. Thomson, G. (1981): Museum Environment, London, Butterworths. 24. Vandiver, Pamela B, et.al. (1990): Materials Issues in Arts and Archaeology II, Pittsburg, MRS. 25. van Vlack, Lawrence H. (1985): Elements of Materials Science and Engineering, Mass., Addison-Wesley. 26. Weintraub, Steven (2002): Demystifying Silica Gel, Object Specialty Group Postprints (vol. 9), Washington, D.C., American Institute for Conservation (AIC). 27. Yurdun, Turkan, Seher Karsli Ceppioglu and R. Gurcan Oraltay (2012): Investigation of Metal Wired Coloured Historical Textile Using Scanning Electron Microscopy and HPLC-DAD, J. Chem. Chem. Eng. 6 (2012) 591-598.
[29]
Pengenalan & Petunjuk Operasional Alat Ukur Klimatologi Lux Meter
(Alat pengukur intensitas cahaya)
Kuat penerangan (lux): Penerangan pada permukaan benda secara merata seluas 1 m2, berjarak 1 m dari titik sumber cahaya berkekuatan 1 kandela. Kuat cahaya (foot candle): Banyaknya (jumlah) sinar yang jatuh pada permukaan benda seluas 1 kaki persegi (=0,0029 m2) dari sumber cahaya yang berjarak 1 kaki (=0,3048 m = 12 inci). 1. Kuat Penerangan (Illumination, E) F (Fluks) Lumen E= = = Lux. A (Luas) m2 2. Dosis Kuat Penerangan = Lux x jam = Joule. Energi (Joule/m2) J = T Waktu (Jam) E.R2 4. Kuat Cahaya (I) = = Lumen.m = Candela Cos Q
3. Fluks Cahaya (F) =
Sensor/ cell penangkap sinar. Displai/ monitor harga hasil pengamatan.
Mode/ pengatur besarnya sinar yang terbaca.
Ultra Violet Monitor (4 in 1)
(Alat pengukur radiasi ultra violet, kuat cahaya, suhu dan kelembaban)
Panel monitor menunjukkan besaran angka dan satuan
Sensor suhu dan kelembaban udara
Sensor radiasi UV dan Intensitas cahaya.
Tombol untuk suhu, kelembaban udara, kuat cahaya dan radiasi ultra violet.
CATATAN :
E = kuat penerangan, bersatuan Lux; F = fluks cahaya, bersatuan Lumen; A = luas bidang, bersatuan m2; J = energi, bersatuan Joule/m2; T = waktu, bersatuan jam; R = jarak sumber penerangan dan benda, bersatuan m; Q = menyatakan besarnya sudut antara sumber cahaya dan titik benda yang diterangi, tetapi jika sudutnya tegak lurus maka Q = 0 dan harga Cos Q dapat diabaikan. Satuan Ukuran ELSEC 4 in 1 Monitor: Kelembaban Udara (RH) = % Suhu Udara (T) = 0C Kuat Penerangan (E) = Lux Kuat Radiasi UV (UVR) = μW/Lumen KONVERSI ENERGI: 1 Joule = 107 erg. 1 kwh = 3.600.000 J. 1 Kalori = 4,1868 J. KONVERSI DAYA: 1 watt = 1 Joule/ detik. 1 HP = 0,746 watt Energi = kekuatan untuk melakukan usaha. Daya = kekuatan tenaga. Lampu TL Ultra Violet, National, 100 volt/ 50 Hz., Type FL 205, Panjang gelombang = 263 nm. Energi = 2 μW/cm2.
Catatan : 1 μ (mikro) = 1 / 1.000.000 atau 10-6 1 n (nano) = 1 / 1.000.000.000 atau 10-9
Untuk konversi satuan, kunjungi situs: http://www.easyunitconverter.com/
[30]
Pengenalan & Petunjuk Operasional Alat Ukur Klimatologi Suhu dan Kelembaban Udara Wet & Dry Bulb Psychrometer
selisih harga
Banyak digunakan untuk kalibrasi alatalat pengukur RH & T jenis lain.
“Wet & Dry Psychrometer” sangat cocok digunakan untuk kalibrasi, spot reading dan pendataan data klimatologi harian. Kita dapat mengetahui besarnya suhu udara secara langsung pada bagian thermometer yang kering (kiri). Sedangkan RH-nya dapat dicari dengan merujuk selisih harga dengan thermometer yang basah (kanan). Selanjutnya besarnya RH dapat dicari pada Tabel RH yang biasa disertakan pada saat pembelian alat tersebut.
Sling Psychrometer Alat ini menyerupai Wet & Dry Psychrometer, tetapi badan yang ditempeli thermometer (baik yang dry ataupun wet) dapat diputar, guna melewatkan udara pada thermometer. Belakangan perangkat ini telah dimodifikasi dengan tenaga baterai untuk memutar kipas angin yang melewatkan udara yang akan diukur suhu ataupun kelembabannya.
Maintenans Alat: Kain yang digunakan untuk melembabi (dengan air distilasi) thermometer merkuri diusahakan selalu bersih, dan air yang digunakan selalu air distilasi.
INAKURASI + 2%
Kain selalu bersih dan harus dengan air distilasi/ deionisasi
Thermohygrometer
Catatan:
Hasil pengukuran dari alat ini dapat dilihat/ dibaca langsung. Besarmya RH merujuk pada “perubahan ukuran benda/ bahan higroskopis”, seperti: rambut, polymer atau garam kristal.
Thermohygrograph Hasil pengukuran dari alat ini dapat dilihat/ dibaca langsung.
Satu orang yang sedang istirahat selama satu jam setara dengan 60 ml air, dan menghasilkan panas setara dengan 100 watt lampu pijar. Referensi: Bachmann (1992:15-22)
INAKURASI (INACCURACY): + 2 ~ 4% (sering dikalibrasi) + 30 ~ 60% (jarang/ tidak dikalibrasi)
Kertas grafis Tanganan pemegang pena pencatat
Pena pencatat RH dan T
Tabung berputar menurut waktu (1, 7 atau 31 hari
Mengalami “shock” perubahan RH dan T yang sangat mencolok.
Besarnya RH dan T yang tertulis pada kertas grafis tidak sinkron dengan waktu yang tertera. Waktu sesungguhnya terlambat (dikurangi) sekitar 30 menit.
[31]
Pengenalan & Petunjuk Operasional Alat Ukur Klimatologi Suhu dan Kelembaban Udara Thermohygrometer elektronik
Sensor suhu dan kelembaban udara.
Alat ini dipakai untuk mengukur suhu dan kelembaban udara pada suatu ruangan tanpa kita harus masuk kedalam ruangan yang akan kita ukur. Alat ini dilengkapi sensor yang dapat ditarik dan dilewatkan pada dinding.
KELEMBABAN DAN SUHU UDARA 1. Pengertian/ Definisi
Climate Datalogger
Alat ini dapat merekam data kelembaban dan suhu per hari, minggu atau bulan.
Jumlah uap air pada volume tertentu sering disebut sebagai “kelembaban absolut” (absolute humidity/ AH), yang jumlah maksimumnya tergantung dari suhu udaranya. Kejenuhan dari uap ini disebut sebagai titik embun (dew point/ DP)-nya. Jika suhu diturunkan, suatu ruang dapat menampung lebih banyak uap air (dalam volume tetap). Tetapi jika suhu dinaikkan akan terjadi pengembunan. Jika pada udara tidak jenuh tanpa terdapat penambahan air, maka besarnya kelembaban absolut akan tetap/ konstan, selama perubahan suhu sampai suhu udara diturunkan ke titik embun. Kelembaban retatif (relatif humidity/ RH) pada suhu tertentu adalah perbandingan kelembaban absolut aktual dengan kelembaban absolut potensial pada titik jenuhnya.
RH =
kelembaban absolut suatu udara kelembaban absolut udara jenuh pada suhu sama
x 100%
Contoh: Satu meter kubik udara pada suatu wadah tertutup (kedap) pada suhu 20 oC dapat menampung sampai 17 ml uap air. Tetapi jika di wadah tersebut ada hanya 8.5 ml. uap air, maka kelembaban relatifnya = 8.5/17 x 100 = 50%. Jika suhu udara dinaikkan menjadi 25 oC pada wadah dan volume yang sama, maka uap air yang dapat ditampung menjadi 23 ml. Apabila uap air yang ada cuma 8.5 ml., maka RH = 8.5/23 x 100% = 37%. Contoh tersebut menunjukkan “mengapa jika suatu ruangan tertutup dipanaskan menjadi kering”. Jika suhu udara diturunkan menjadi 5 oC pada wadah dan volume yang sama, maka uap air yang dapat ditampung menjadi 8.5 ml. Apabila uap air yang ada sama, yaitu 8.5 ml., maka RH = 8.5/ 8.5 x 100% = 100%. Ini menunjukkan “mengapa kondensasi terjadi”.
2. Satuan-satuan
Satuan Suhu (T) Celcius (C) ===> F = {(C x 9/5) + 32} Reamur (R) Fahrenheit (F) => C = {(F-32) x 5/9} Kelvin (K) ===> C = (K-273)
Satuan Kelembaban Relatif (RH) = Persen (%)
[32]
LEMBAR PENGAMATAN LUKISAN 1 A. KETERANGAN POKOK 1. Nomor Inv.: 2. Judul : Tema:
B. SAMPLING
0020
Tempat Sample
Hutan Wataturi Irian Abstraktif
3. Seniman:
No. Sample:
Srihadi Soedarsono
Aliran Seniman:
C. FOTO
Periode/ Angkatan: 4. Tahun:
Lamp. LPL 20
008 No. Foto: 0020
1968 Pastel Krayon
Hardboard Tripleks
Lain-lain
Kayu Kaca
Logam Lain-lain
6. Tehnik: C.minyak Aquarel Pastel
Tempera Litografi Batik
7. Ukuran:
Kolase Lain-lain
92 x 141 cm
D. KETERANGAN TEKNIS (Media Kanvas) 1. Jenis Tenunan :
Tabby 2/2
2. Kerapatan Tenunan: 3. Jumlah Benang:
Agak longgar, regular per 1 cm2
28/24
4. Arah Pilinan:
Z
5. Kuat Pilinan:
Regular
6. Jenis Serat: 7. Keterangan Kanvas: 8. Kondisi:
Bagus
Cukup
Rusak
Lain-lain
Bagian atas noda ada goresan
E. KETERANGAN TAMBAHAN
Detail Obyek / Lukisan Belakang
Kanvas Kertas
Media
Tinta Akrilik
DETAIL MEDIA
C.minyak Cat air
Cat
FOTO DEPAN
5. Bahan:
1. Catatan Pengamatan Visual:
Tgl. Pengamatan:
2. Catatan Pengamatan Teknis: [Hasil Identifikasi XRF: SiO2 (5%); S (4%); K2O (7%); CaO (4%); Fe2O3 (1%): ZnO (44%); SrO (1%); BaO (30%); PbO (3%)]
Tanda tangan Konservator
2 Januari 2007
Konservator:
Penjelasan :
a. Kanvas lukisan ini kemungkinan telah dipriming CaSO4.1/2H2O (Kalsium Sulfat, dikenal sebagai Gesso Sottile), Barium Sulphate, dan diberi dasaran cat warna putih dengan nama Zinc White (Pigment White 4). b. Silicon Dioxide (SiO2), Strontium White, dan Flake White (Pigment White 1) juga teridentifikasi, walaupun persentasenya kecil. Flake White dikenal juga sebagai White Lead [basic lead carbonate, 2PbCO3. Pb(OH)2]. Perlu diketahui pula bahwa beberapa logam, seperti Timbal, Mangan, dan Kobal dalam bentuk garam logam difungsikan sebagai bahan pengering pada cat dan varnis (Mayer: 244-245). Pigmen jenis ini pula yang banyak dianggap sebagai penyebab keretakan lapisan cat. c. Sebagai rujukan, perlu dipahami pula beberapa bahan lain yang berfungsi sebagai bahan pengisi cat (inert filler for paints), seperti Whiting, Gypsum, China Clay dan Silica. Whiting adalah bahan campuran terdiri dari Calcium Carbonate (98%) dengan Magnesium Carbonate (0,1%), Silica (1%), Alumina (0,4%) dan Iron Oxide (Nil). Gypsum atau Hydrated Calcium Sulphate yang biasanya adalah bahan campuran antara Calcium Oxide (32 ~ 60%), Sulphur Trioxide (46 ~ 50%) dan Air (20 ~ 90%). China Clay atau Kaolin kualitas baik adalah dalam bentuk Hydrated Silicate of Alumina (Al2O3.2SiO2.2H2O). Silica atau Kuarsa biasa terbentuk dari Silicon antara 46 ~ 47% dan Oxygen antara 53 ~ 33% (Remington & Francis, op. cit.: 63-71; Mayer, op. cit.: 142-144). Disini Barium terdeteksi 16% dan Belerang (S) terdeteksi 13%. Secara teori, komposisi Barium Sulfat adalah Barium Oxide (BaO) antara 65 sampai 70% dan Sulphur Trioxide (SO3) antara 34 sampai 30%. Barites kualitas baik hanya terdapat 99% Barium Sulphate dan sisanya campuran bahan seperti Silica, Iron Oxide dan Alumina (Remington & Francis, op. cit.: 58-62).
[33]
LEMBAR PENGAMATAN LUKISAN 2 A. KETERANGAN POKOK 1. Nomor Inv.:
B. SAMPLING
0035
2. Judul :
Ketoprak
Tema:
Manusia
3. Seniman:
Tempat Sample No. Sample:
S. Sudjojono
Aliran Seniman:
C. FOTO
Periode/ Angkatan: 4. Tahun:
Lamp. LPL 35
038 No. Foto: 0035
1970 Pastel Krayon
Hardboard Tripleks
Lain-lain
Kayu Kaca
Logam Lain-lain
6. Tehnik: C.minyak Aquarel Pastel
Tempera Litografi Batik
Kolase Lain-lain
118 x 78 cm.
7. Ukuran:
D. KETERANGAN TEKNIS (Media Kanvas) Tabby 1/1
1. Jenis Tenunan :
2. Kerapatan Tenunan: 3. Jumlah Benang:
Longgar sekali, regular per 1 cm2
12/18
4. Arah Pilinan:
Z
5. Kuat Pilinan:
Lemah, irregular
6. Jenis Serat: 7. Keterangan Kanvas: 8. Kondisi:
Bagus
Cukup
Rusak
Lain-lain
Lukisan bertekstur, banyak tambalan di belakang
DETAIL MEDIA
Kanvas Kertas
Media
Tinta Akrilik
Detail Obyek / Lukisan Belakang
C.minyak Cat air
Cat
FOTO DEPAN
5. Bahan:
E. KETERANGAN TAMBAHAN 1. Catatan Pengamatan Visual:
2. Catatan Pengamatan Teknis: [Hasil Identifikasi XRF: Al2O3 (6%); SiO2 (12%); P2O5 (1%); S (8%); K20 (5%); CaO (10%); TiO2 (3%); Fe2O3 (5%); ZnO (33%); SrO (1%); BaO (18%)]
Tgl. Pengamatan:
2 Januari 2007
Tanda tangan Konservator Konservator:
Penjelasan :
a. Kanvas lukisan ini kemungkinan telah dipriming CaSO4.1/2H2O (Kalsium Sulfat, dikenal sebagai Gesso Sottile), diberi dasaran cat warna putih dengan nama Zinc White (Pigment White 4), dan Barium Sulphate, serta Silicon Dioxide (SiO2). b. Alumina Hydrate (Aluminum Hydroxide) dan Titanium White (Pigment White 6) juga teridentifikasi, walaupun persentasenya kecil. c. Sebagai rujukan, perlu dipahami pula beberapa bahan lain yang berfungsi sebagai bahan pengisi cat (inert filler for paints), seperti Whiting, Gypsum, China Clay dan Silica. Whiting adalah bahan campuran terdiri dari Calcium Carbonate (98%) dengan Magnesium Carbonate (0,1%), Silica (1%), Alumina (0,4%) dan Iron Oxide (Nil). Gypsum atau Hydrated Calcium Sulphate yang biasanya adalah bahan campuran antara Calcium Oxide (32 ~ 60%), Sulphur Trioxide (46 ~ 50%) dan Air (20 ~ 90%). China Clay atau Kaolin kualitas baik adalah dalam bentuk Hydrated Silicate of Alumina (Al2O3.2SiO2.2H2O). Silica atau Kuarsa biasa terbentuk dari Silicon antara 46 ~ 47% dan Oxygen antara 53 ~ 33% (Remington & Francis, op. cit.: 63-71; Mayer, op. cit.: 142-144). Disini Barium terdeteksi 16% dan Belerang (S) terdeteksi 13%. Secara teori, komposisi Barium Sulfat adalah Barium Oxide (BaO) antara 65 sampai 70% dan Sulphur Trioxide (SO3) antara 34 sampai 30%. Barites kualitas baik hanya terdapat 99% Barium Sulphate dan sisanya campuran bahan seperti Silica, Iron Oxide dan Alumina (Remington & Francis, op. cit.: 58-62).
[34]
LEMBAR PENGAMATAN LUKISAN 3 A. KETERANGAN POKOK 1. Nomor Inv.: 2. Judul : Tema:
B. SAMPLING
0007
Tempat Sample
Kapal Alam & Benda
3. Seniman:
No. Sample:
Basuki Abdullah
Aliran Seniman:
C. FOTO
130 x 100 cm
Periode/ Angkatan: 4. Tahun:
Lamp. LPL 7
021 No. Foto: 0007
1976
Kanvas Kertas
Media
Pastel Krayon
Hardboard Tripleks
Lain-lain
Kayu Kaca
Logam Lain-lain
6. Tehnik: C.minyak Aquarel Pastel
Tempera Litografi Batik
7. Ukuran:
Kolase Lain-lain
100 x 130 cm
D. KETERANGAN TEKNIS (Media Kanvas) 1. Jenis Tenunan :
Tabby 1/1
2. Kerapatan Tenunan: 3. Jumlah Benang: 4. Arah Pilinan:
Z
5. Kuat Pilinan:
Irregular
6. Jenis Serat:
per 1 cm2
16/16
Linen?
7. Keterangan Kanvas:
Kanvas dibuat dari linen halus
8. Kondisi:
Cukup
Bagus
Rusak
Lain-lain
Kondisi cat mengelupas diseluruh permukaan
Detail Obyek / Lukisan Belakang
Tinta Akrilik
DETAIL MEDIA
C.minyak Cat air
Cat
FOTO DEPAN
5. Bahan:
E. KETERANGAN TAMBAHAN 1. Catatan Pengamatan Visual:
2. Catatan Pengamatan Teknis: [Hasil Identifikasi XRF: Al2O3 (5%); SiO2 (10%); P2O5 (1%); S (6%); Cl (4%); K20 (2%); CaO (48%); TiO2 (17%); Fe2O3 (2%); ZnO (6%)]
Tgl. Pengamatan:
2 Januari 2007
Tanda tangan Konservator Konservator:
Penjelasan :
a. Kanvas ini kemungkinan telah dipriming CaSO4.1/2H2O (Kalsium Sulfat, dikenal sebagai Gesso Sottile), dan diberi dasaran cat warna putih dengan nama Titanium White (Pigment White 6). Titanium White disebut juga sebagai Titanium. b. Alumina Hydrate (Aluminum Hydroxide) dan Silicon Dioxide (SiO2) juga teridentifikasi, walaupun persentasenya kecil. Kedua bahan ini tidak berfungsi sebagai cat tetapi sebagai bahan pengisi/ campuran cat (Inert Pigment), pengering, atau mengintensifkan warna cat. c. Sebagai rujukan, perlu dipahami pula beberapa bahan lain yang berfungsi sebagai bahan pengisi cat (inert filler for paints), seperti Whiting, Gypsum, China Clay dan Silica. Whiting adalah bahan campuran terdiri dari Calcium Carbonate (98%) dengan Magnesium Carbonate (0,1%), Silica (1%), Alumina (0,4%) dan Iron Oxide (Nil). Gypsum atau Hydrated Calcium Sulphate yang biasanya adalah bahan campuran antara Calcium Oxide (32 ~ 60%), Sulphur Trioxide (46 ~ 50%) dan Air (20 ~ 90%). China Clay atau Kaolin kualitas baik adalah dalam bentuk Hydrated Silicate of Alumina (Al2O3.2SiO2.2H2O). Silica atau Kuarsa biasa terbentuk dari Silicon antara 46 ~ 47% dan Oxygen antara 53 ~ 33% (Remington & Francis, op. cit.: 63-71; Mayer, op. cit.: 142-144). Disini Barium terdeteksi 16% dan Belerang (S) terdeteksi 13%. Secara teori, komposisi Barium Sulfat adalah Barium Oxide (BaO) antara 65 sampai 70% dan Sulphur Trioxide (SO3) antara 34 sampai 30%. Barites kualitas baik hanya terdapat 99% Barium Sulphate dan sisanya campuran bahan seperti Silica, Iron Oxide dan Alumina (Remington & Francis, op. cit.: 58-62).
[35]
1 Jam 1 Jam 2 Jam
Teori & Praktik Hari 2 (14:00 - 15:00) Teori & Praktik Hari 2 (15:00 - 16:00) Teori & Praktik Hari 3 (09:00 - 11:00) Teori & Praktik Hari 3 (11:00 - 12:00) Teori & Praktik Hari 3 (13:00 - 14:00)
05 Kontrol Kerusakan Biotis
06 Paking dan Transportasi
07 Tata-Simpan dan Pamer
dan fotografi)
09 Dokumentasi Koleksi (deskripsi visual
08 Manajemen Koleksi (Kurasi)
2 Jam
Total Waktu: 20 Jam
Teori & Praktik Hari 3 (14:00 - 16:00)
2 Jam
1 Jam
Teori & Praktik Hari 2 (13:00 - 14:00)
04 Survei dan Kontrol Klimatologi
(TP)
8 Jam
01 konstruksi dan sifat-sifat bahan.
Konservasi/ restorasi lukisan: pembersihan (brushing, vacuuming, swabbing & solvent), penguatan (sementara, permanen, lining, dll.), Teori & Praktik Hari 1 (13:00 - 16:00) 03 framing-reframing (re/stretching, lining, dll.), (TP) Hari 2 (09:00 - 12:00) pengawetan (fumigasi, dll.), dan restorasi (pendempulan, inpainting, dll.)
Durasi
1 Jam
Hari dan Jam
Survei kondisi lukisan dan penyusunan 02 usulan konservasi. Teori & Praktik Hari 1 (11:00 - 12:00)
Jenis 2 Jam
Materi
Pengenalan lukisan: jenis-jenis lukisan, Teori & Praktik Hari 1 (09:00 - 11:00)
No.
Warisan budaya termasuk di dalamnya benda seni dan budaya di galeri atau museum yang integral dengan sumber daya pengelolanya merupakan aset yang penting. Kekayaan tersebut telah menjadi sasaran pokok pengelolaan (manajemen) dan objek utama yang melahirkan kegiatan penting. Kegiatan penting itu adalah pelestarian; baik melalui pendataan (studi koleksi, dll.) yang menghasilkan artefaktual dokumen sebagai obyek penelitian lanjutan, atau konservasi fisik aktuil yang mengupayakan kondisi fisik benda koleksi tetap lestari. Melalui “Bimbingan Teknis Konservasi Lukisan” akan menjelaskan tentang tahapan pengenalan lukisan sebagai langkah awal untuk meningkatkan apresiasi terhadap karya seni atau benda budaya. Tertib kelola dalam penyimpanan dan pameran lukisan juga ditunjukkan melalui kertas kerja yang berkaitan dengan pendataan benda (Lembar Inventaris), survai kondisi benda (Lembar Kondisi Koleksi) dan survai klimatologi (Lembar Data Klimatologi). Di sini akan diperkenalkan pula database koleksi untuk mempermudah pencarian koleksi, pemutakhiran data, serta integrasi semua seksi atau bidang terkait.
Materi Pokok - Bimbingan Teknis KONSERVASI LUKISAN Tipe : Dasar - Lanjut
Kanvas 2
perekat kanvas 1 + 2
pendobelan kanvas seharusnya dilakukan setelah mengatasi retakan dan pengangkatan cat.
2
5.000 μm = 5 mm = 0,5 cm 1.000 μm
4
5 6
2. Kanvas dobelan lukisan (kanan). Perb. 30X
1. Kanvas asli lukisan (kiri) Perb. 30X
Gambar 5 ini menunjukkan close-up pada semua sisi lukisan. Bagian ini menunjukkan paku berkarat dan perbedaan kanvas asli dan kanvas dobelan.
paku berkarat
7
Gambar 4 menunjukkan close-up, yang mana pada sisi bawah lukisan telah termakan bubuk.
DETAIL
3
Priming
Cat
Penanganan konservasi dan restorasi setelah proses pengamatan.
Kanvas 1
cat/ priming yang terangkat harus diratakan
Varnis lama harus diangkat untuk mengetahui warna & tekstur cat asli
Pengamatan retakan dan konstruksi pendobelan kanvas dengan perekat.
1
Analisis Kerusakan & Gambaran Konservasi Lukisan
{
{
[36]
S PR iMA
TO R i A
CD inside
Taman Alamanda Blok BB2 No. 55-59, Bekasi 17510, Indonesia Web: primastoria.net Email:
[email protected] Phone : (021) 2210 2913 Mobile: 0812 8360 495
Alamat Rumah dan Studio :
Pemegang Unesco Fellowship Award dari tahun 1989 sampai 1992 ini mendapatkan pendidikan sains konservasi di Tokyo National Research Institute for Cultural Properties (TNRICP), Jepang dari 1989-1990; pernah mengikuti kursus “spotting” di International Fabricare Institute (IFI) di Maryland - Amerika Serikat; serta mengikuti berbagai kursus analisis konservasi di Museum Conservation Institute (MCI) of the Smithsonian Institution di Washington D.C., Amerika Serikat (1991-1992). Selama periode magang di Smithsonian Institution, Subagiyo telah mengadakan kunjungan observasi di laboratorium-laboratorium museum dan lembaga penelitian di kota New York, Harrisburg, dan Washington D.C. Ia pernah ambil bagian dalam pengamatan kerusakan pakaian astronout di National Air and Space Museum (NASA) di Washington D.C. dan demo pencelupan warna di Carnegie Mellon College, Maryland. Pada akhir tahun 2013, Subagiyo melakukan kunjungan observasi di Museum Nasional Tokyo dan Museum Joshibi University of Art and Design, Kanagawa - Jepang. Puji Yosep Subagiyo lahir di Purworejo, Jawa Tengah. Ia adalah seorang konservator senior bersertifikasi internasional, dan sejak 1986 telah bekerja di Museum Nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Subagiyo yang telah memiliki pendidikan lebih dari 8.000 jam dan 25 tahun berpengalaman di bidang konservasi, banyak melakukan penelitian aneka bahan - teknik pembuatan tekstil tradisional dan lukisan, penulisan, rancang-bangun database konservasi dan kurasi, mengikuti dan pembicara pada berbagai seminar internasional. Di Studio Primastoria, ia juga melayani jasa konsultasi R dan konservasi tekstil, lukisan, logam, dan aneka benda etnografi.
Profil dan Riwayat Instruktur
Membangun Ikon dan Kualifikasi Profesi Konservator di Museum Melalui Bimbingan Teknis Konservasi Tekstil dan Lukisan
1. Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan konservasi tekstil dan lukisan : * Survai kondisi (identifikasi bahan dan kerusakan, membuat usulan tindakan konservasi, pembuatan dokumentasi, kalkulasi waktu dan biaya). * Pelaksanaan pekerjaan konservasi. 2. Penguasaan sains komputer (kalkulasi matematis, pemrograman database, 3D modelling, illustration, dsb.) untuk aplikasi sistem perencanaan dan pengembangan konservasi yang berbasis sains konservasi (penerapan sifat fisik - kimiawi bahan, pengaruh jasad hidup/ biotis, faktor iklim, dan interpretasi alat ukur digital/ manual): * Rancang-bangun database untuk survai kondisi keterawatan dan kondisi klimatologi untuk evaluasi teknis konservasi dan uji kompetensi tenaga konservasi. * Rancang-bangun sistem/ model untuk simulasi tata letak (mapping) gedung, ruang, lemari, koleksi berikut kalkulasi ukuran dimensi (objek) dan kalkulasi kebutuhan serta efek alat penunjang displai-storage-konservasi (konsumsi daya listrik, konversi energi semua jenis lampu, hubungan fluktuasi - tekanan barometrik, kebutuhan alat-bahan-biaya, dsb.). * Pembuatan paket pelatihan elektronis (e-Learning Pack) untuk konservasi & kurasi. 3. Penguasaan sains komputer untuk membantu perencanaan dan pengembangan dokumentasi, kurasi dan registrasi : * Rancang-bangun database koleksi museum dan galeri yang memiliki fitur untuk memudahkan pencarian, validasi tata-letak, validasi syarat minimum entri data, map-tracking asal koleksi/ seniman, penanggalan relatif, coding tingkat kerusakan - jenis bahan (konversi data teks ke numerik), aplikasi computerized-optical-microscope untuk mengukur objek skala mikro meter, dsb. [1 mikro = 1 per sejuta] 4. Kajian teknis dan bahan koleksi untuk dokumentasi, konservasi, kurasi, registrasi dan kajian tingkat lanjut.
Spesialisasi & Kompetensi
5. Sebagai nara sumber Bimtek Permuseuman - Konservasi (1996, Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta); Bimtek Konservasi Tekstil (2000, Museum Tekstil Jakarta); Bimtek Permuseuman - Konservasi (2002, Asdep Kesenian - Kembudpar); survai kondisi lukisan, rancang-bangun database dan penyusunan rencana induk preservasi (2002 - 2003, Istana Kepresidenan di Jakarta - Bogor - Cipanas - Yogya - Bali). 6. Pembicara Seminar Nasional tentang Warna Alami (1999, Yogyakarta) dan Konservasi Lukisan (2002, Jakarta). 7. Sebagai nara sumber kajian Batik Pantai Utara Jawa dan Madura (1994, ISI Yogya - Univ. Tokyo - Yayasan Toyota) dan kajian kanvas lukisan (2006, Pencarian Penyebab Kerusakan dan Identitas Lukisan, Balai Konservasi - Jakarta). 8. Rancang-bangun database koleksi museum (2012, Museum Nasional - Jakarta). 9. Menyusun kompilasi naskah yang berhubungan dengan tekstil, konservasi dan analisis bahan (Primastoria Studio, 2013). 10. Menyusun laporan hasil Observasi Tekstil di Museum Nasional (Primastoria Studio, 2014-15). 11. Sebagai Narasumber Konservasi Tekstil pada Workshop Konservasi di Borobudur - Magelang, Bogor - Jawa Barat dan TMII Jakarta (2015).
Catatan: Makalah berjudul “The Classification of Indonesian Textiles Based on Structural, Material and Technical Analyses (1994)” menjadi rujukan Prof. Basavaraj S. Anami dan Prof. Mahantesh C. Elemmi dalam International Journal of Signal Processing, Image Processing and Pattern Recognition (Judul Tulisan: “A Rule Based Approach for Classification of Shades of Basic Colors of Fabric Images” ), Vol. 8, No. 2 (2015), pp. 389-400.
1. Pemegang Unesco Fellowship Award dari tahun 1989 sampai 1992. 2. Penulisan artikel tentang tekstil, konservasi dan manajemen koleksi museum (1993 - 1995, Majalah Museografi dan Majalah Kebudayaan, Depdikbud - Jakarta). 3. Sebagai Editor dan Anotator untuk terjemahan Buku Seni Batik dari Bahasa Belanda ke Bahasa Indonesia (1994-5, ISI Yogya - Yayasan Toyota). 4. Pembicara Seminar Internasional tentang Tekstil Tradisional tahun 1994 (Jakarta), 1996 (Jambi), 1999 (Denpasar) dan 2000 (Tokyo University - Toyota Foundation).
Prestasi dan Penghargaan