KONSERVASI HARIMAU SUMATERA
Yayasan Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatera Jl. PT.SI No. 1 Pematang Reba, Indragiri Hulu, Riau Indonesia Phone: +62 769 341095, Website: WWW.Tigertrust.info Email:
[email protected]
Forest fire
Illegal logging
Illegal Hunting
Pendahuluan Kegiatan Konservasi Harimau Sumatera telah dimulai pada tahun 1995, awalnya hanya ada di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) yang bernama Sumatran Tiger Project (STP) selanjutnya kegiatan dikembangkan menjadi Program Konservasi Harimau Sumatera (PKHS) yang mempunyai kegiatan di tiga wilayah utama yaitu: 1). Taman Nasional Way Kambas (Propinsi Lampung); 2). Taman Nasional Bukit Tigapuluh (Propinsi Riau-Jambi); dan 3). Kawasan Konservasi Harimau Senepis Buluhala (Propinsi Riau). Secara umum kegiatan dikelompokkan menjadi: a). Monitoring harimau sumatera liar jangka panjang; b). Penanganan konflik manusia-harimau; c). Tiger Protection Unit (TPU); dan d). Pemberdayaan masyarakat lokal.
Program ini telah selesai pada Januari 2007, kemudian untuk melanjutkan kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka konservasi harimau sumatera tersebut maka dibentuk Yayasan Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatera (Yayasan PKHS). Pada tanggal 29 Juni 2007, Yayasan ini telah menandatangani MoU dengan Sumatran Tiger Trust dan Wildlife Protection Foundation yang akan mendanai kegiatan lapangan dimasa yang akan datang. Sedangkan untuk pelaksanaan kegiatan, Yayasan PKHS bekerjasama dengan instansi terkait.
Introduction Since 1995 the Sumatran Tiger Conservation action has been started in Way Kambas National Park (WKNP) names Sumatran Tiger Project (STP) and then the program has improved to be Sumatran Tiger Conservation Program/ Program Konservasi Harimau Sumatera (STCP/PKHS) which has three study areas: 1). Way Kambas National Park (Lampung Province); 2). Bukit Tigapuluh National Park (Riau and Jambi Province); and 3). Senepis Buluhala Tiger Conservation Area (Riau Province). In general, the activity is divided into: a). Long term monitoring of Sumatran Tiger; b). Handling of Human-Tiger conflict; c). Tiger Protection Unit (TPU); and d). Local people empowerment.
This program ended in January 2007, and then for continuing activity of tiger conservation that has been done before Yayasan Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatera (Yayasan PKHS/PKHS Foundation) was formed. In 29 of June 2007, yayasan PKHS has signed MoU with The Sumatran Tiger Trust and Wildlife Protection Foundation as sponsorship for forthcoming field activity. In addition, in conducting field activity yayasan PKHS have made cooperation with related institutions.
Monitoring Harimau Sumatera Liar Jangka Panjang Monitoring harimau sumatera di TNWK telah dimulai sejak tahun 1995. Saat ini telah terpantau harimau sumatera yang telah melahirkan tiga ekor anak dan satu ekor dari anak tersebut juga telah melahirkan 2 ekor anak lagi ( generasi ke 3). Sang nenek (nama: Upik) pertama kali terphoto pada tanggal 12 Juli 1996. Kemudian pada pertengahan tahun 1998 harimau tersebut terphoto dengan puting susu yang sedang membesar sehingga diperkirakan sedang menyusui bayi harimau. Kemudian pada tanggal 30 Juni 1999, melalui hasil photo kamera infra merah individu tersebut diketahui mempunyai 3 ekor anak (nama: Tessy, Mayang dan Gogon). Pada April 2000, terphoto anak dari Upik telah remaja dan mulai memisahkan diri dari induknya; selanjutnya pada 12 Agustus 2004, terphoto Mayang bersama 2 ekor anaknya yang diperkirakan berumur kurang dari 1 tahun. Jika Mayang diasumsikan lahir pada pertengahan tahun 1998, dan kemudian terphoto bersama anaknya yang berumur kurang dari satu tahun pada Agustus 2004 (diasumsikan anak Mayang lahir akhir 2003) berarti seekor harimau sumatera betina telah melahirkan pada umur sekitar 5,5 tahun. Individu lainnya (Gogon) terphoto pada bulan Juli 2007.
Long-term Monitoring of Wild Sumatran Tiger The monitoring of Sumatran Tiger in TNWK has begun since 1995. In the present, one individual of Sumatran Tiger had been monitored had borne three cubs and one of them had borne also and had two cubs (third generation). The grandma (named: Upik) captured first by the infra red camera in July 12, 1996. After that in the middle of 1998, Upik was captured again by camera which showed her nipples were growing, means Upik were suckling at that time. Then in June 30, 1999, the photos showed that Upik had three cubs (named: Tessy, Mayang, and Gogon). In April 2000, those three babies’ tiger became young tiger and lived separate from their mother. After that, in August 12, 2004, Mayang was captured by the camera together with her two cubs (age: estimated less than a year). In assumption, if Mayang was born in the middle of 1998 and was photographed together with (Mayang's babies was assume born in the end of year 2003), this mean a Sumatran Tiger female have borne at age 5.5 years approximately. Another tiger (Gogon) was photographed in July 2007.
Upik (12 Juli 1996)
Gogon remaja (April 2000)
Gogon dewasa (Juli 2007)
Anak Upik (Gogon, Tesy, Mayang)
Mayang remaja
Mayang bersama dua anaknya
Tesy Remaja
Anak Mayang (Nick dan Emy)
Penanganan Konflik Manusia-Harimau Konflik antara manusia-harimau merugikan kedua belah pihak; manusia rugi karena kehilangan hewan ternak bahkan nyawa sedangkan harimau rugi karena akan menjadi sasaran balas dendam manusia yang marah dan ingin membunuhnya. Selama ini, jika terjadi konflik manusia-harimau biasanya manusia akan membunuh harimau atau jika harimau tertangkap akan dititipkan ke ex situ program, yang kita ketahui sangat kecil kemungkinan untuk kembali dilepaskan di alam liar. Untuk itu PKHS telah mencoba memberikan satu alternatif pemecahan masalah konflik manusia-harimau ini yaitu dengan melakukan translokasi. Harimau bermasalah ditangkap dan jika memungkinkan (melihat kondisi harimau dan sejarah konflik) untuk dilepaskan di daerah lain yang sudah diidentifikasi cocok sebagai habitat harimau. Beberapa hal perlu diperhatikan sebelum melakukan penangkapan dan translokasi harimau: Meminimalkan luka yang mungkin akan diderita harimau. Untuk itu direkomendasikan menggunakan box trap, karena box trap dapat menangkap harimau tanpa mengalami luka serius yang mungkin akan terjadi jika menggunakan jerat. Paling lambat 7 hari setelah penangkapan harimau sudah dilepaskan. Jika harimau harus diberi makan direkomendasikan menggunakan hewan mangsa hidup. Mengobati luka yang mungkin timbul saat penangkapan, dimana luka ini dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap kemampuan bertahan hidup harimau yang akan dilepaskan.
Handling of Human-Tiger Conflict Man-Tiger Conflict harms two side; man loss because they lost their livestock even their live too. And for tiger, it becomes a target of the revenge of the angry people which is end with death of tiger. As long as, if the conflict was happen, usually human will kill the tiger or if the tiger was caught, it will trust to ex-situ program, which we know that it just a little possibility that the tiger will release to it nature habitat. Therefore, PKHS tried to give an alternative solution of the conflict between human – tiger problems that is do some translocations. When the tiger catch from conflict area and if possible (by look the tiger condition and conflict history) will release on others area which has identified can use for tiger habitat. There are several important things must notice in catching and translocated a tiger: We recommended using a box-trap on catch tiger activity to minimize injuries to the tiger, because box-trap can catch a tiger without any serious injury Less than 7 days after catching, tiger must released If we must be give the food, we recommendation to use the live animals Give some treatment to the injury that caused by catching process
Tabel 1.
Data
Translokasi harimau sumatera yang didukung PKHS (sampai Agustus 2007)
Translokasi 1 Translokasi 2 Translokasi 3 Translokasi 4 Translokasi 5
Translokasi 6
Tgl pelepasan Pukul Sex Umur Asal
16 Sep 2003
31 Okt 2003
10 Okt 2004
2 June 2005
16 Des 2005
18 Agt 2007
10.15 wib Jantan 3 th Desa lubuk gaung sungai sembilan Dumai
11.32 wib Jantan 10 th Parit 1 Sungai teras, Basilam Baru, Dumai
06.50 wib Betina 3 th Sumber Sari, desa Bagan Keladi, Dumai
12.38 wib Jantan Desa teluk kabung, sumbar
10.20 wib jantan 6-7 th Desa teluk Palas, Kec. Pasir Lmau Kapas, Kab. Rokan Hilir
Tgl tangkap Lokasi baru Kerjasama
12 Sep 2003, jam 21. 30 Senepis Besar
27 Okt 2003 jam 21 wib. Senepis besar
5 Okt 2004 jam 03.00 wib Senepis besar
12.55 wib Betina 2 Desa Pulau Kundur, Kec. Pulau Burung, kab. Inhil Riau -
-
10 Agt 2007
Senepis besar
Senepis
BKSDA Riau dan PKHS
BKSDA Riau dan PKHS
BKSDA Riau dan PKHS
TN. Kerinci Seblat BKSDA Sumbar, BKSDA Jambi, TNKS, FFI dan PKHS
BKSDA Riau dan PKHS
BKSDA Riau, Dishut Riau, Dishut Kab. Rohil, Distanhutbun kota Dumai, PKHS, WWF dan Sinar Mas
1
2
3
4
5
6
7
8
Keterangan: 1. Lokasi tempat perangkap; 2. Pengangkatan perangkap dan harimau; 3. Harimau di dalam perangkap; 4. Persiapan pelepasan; 5 dan 6 . Menarik tali untuk membuka pintu perangkap; 7 dan 8. Harimau sumatera keluar dari perangkap menuju lokasi baru
Tiger Protection Unit (TPU) Tiger Protection Unit (TPU) yang dibentuk oleh PKHS bersama-sama dengan UPT terkait merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pengamanan kawasan dan mencegah terjadinya kejahatan dibidang kehutanan. Dalam satu tim TPU terdiri dari 3 orang masyarakat dan 1 orang polhut, tim ini juga untuk membantu menutupi kekurangan staf polhut pada suatu kawasan. Sebelum melakukan tugas survey atau patroli, anggota TPU menjalani pelatihan terlebih dahulu. Pelatihan bertujuan untuk mempersiapkan fisik dan mental anggota TPU dalam menjalankan tugas di hutan. Materi pelatihan antara lain: Navigasi darat (Peta, Kompas, GPS), penyergapan dan pengamanan barang bukti, pembuatan laporan dasar, P3K serta pengenalan teknik-teknik survei dan patroli. Salah satu contoh kasus yang berhasil diungkap oleh PKHS perburuan harimau sumatera di TNBT pada tahun 2004. Dalam kasus ini telah ditangkap 6 orang pelaku, yang terdiri dari pelaku pembunuhan harimau, perantara (di Provins Riau) dan pembeli 1, pembeli 2 serta pembeli 3 (di Provinsi Jambi). Sementara pembeli ke 4 (di Provinsi Jawa Timur) tidak tertangkap. Para pelaku telah mendapat vonis 1-1,5 tahun penjara.
Tiger Protection Unit (TPU) TPU which is established by PKHS in collaboration with related UPT (Unit Pelaksana Teknis / technical operational unit) is the one effort to increase and to prevent illegal activity in the forestry. One Team of TPU consists with 3 local peoples and 1 forest ranger. In practice, these team help management of national park in term of lack of ranger for covering wide of national park area. Prior, training was given to them before they make survey or patrol. The main aim of training is to prepare physical and mental of the TPU members to do their duty in the forest. The subjects of training are: terrestrial navigation (mapping, compass, GPS,), attack of poacher, making report, first aids, and introducing several techniques of survey and patrol. An instance case that had succeeded solved by PKHS is the Sumatran Tiger wild poaching at BTNP in 2004. In this case, 6 (six) men had been arrested consist with: tiger killer, middleman (in Riau Province), first buyer/collector, second collector, and third collector (in Jambi Province). Meanwhile, the fourth buyer/collector could not arrest. These criminals had been found guilty and punished 1-1.5 year in jail.
Materi navigasi darat
Pembinaan fisik
Anggota TPU
Penangkapan ilegal logger
Barang Bukti
Pemasangan kamera
Penangkapan ilegal fisher
Pemasangan kamera
Pengembangan Masyarakat Pengembangan masyarakat pedalaman ini didasarkan kepada bahwa, setiap aktifitas masyarakat yang tinggal di dalam kawasan akan berpengaruh terhadap TNBT baik yang bersifat positif maupun negatif. Berdasarkan pengamatan, yang sangat mendesak dibutuhkan masyarakat pedalaman adalah pendidikan dan kesehatan. Dibidang pendidikan PKHS telah melakukan pilot project berupa pendidikan membaca, menulis dan berhitung bagi masyarakat Suku Talang Mamak dan Melayu Tua di Dusun Datai dan Dusun Sadan; Peserta belajar di Dusun Datai sebanyak 82 Orang anak berumur antara 721 tahun, dengan tingkat kehadiran sekitar 25 Orang anak perhari. Saat ini sekitar 33 Orang peserta belajar telah mampu membaca, menulis dan berhitung, bahkan mengirim surat. Sementara di Dusun Sadan, tercatat 64 Orang peserta belajar berumur antara 6-17 tahun, dengan tingkat kehadiran mencapai 55 orang perhari. Dibidang kesehatan, PKHS bekerjasama dengan Puskesmas Batang Gansal melakukan pengobatan gratis bagi masyarakat pedalaman setiap 6 bulan sekali, dan telah 5 kali dilaksanakan dengan jumlah pasien sekitar 538 Orang. Beberapa penyakit yang sering diderita masyarakat pedalaman antara lain: Cacingan, Kulit, Rematik, Diare/muntaber, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Radang sendi dan Malaria.
Local People Empowerment This local people empowerment is based on fact that every activity of local people inside Bukit Tigapuluh National Park (BTNP) has positive or negative impact to BTNP. Based on the observation, the urgent needs of the local people are education and health. In the education sector, PKHS has been conducting pilot project in teaching reading, writing, and counting education for Talang Mamak and Melayu Tua people in Datai and Sadan Hamlet. In Datai hamlet, number of participant / student is 82 children, age between 7 to 21 years old, with level of attendance 25 students per day. Today, 33 of them have capable in reading, writing and counting. While, Sadan Hamlet has 64 students, age between 6 to 17 years old where around 55 students go to school everyday. In the health sector, in collaboration with Puskemas Batang Gansal, PKHS conducts free medication for the traditional people (inside BTNP) in every six month. Until now, the free medication program had been conducted five times where around 538 patients had been taken care of.
BERSAMA ....! LESTARIKAN
HARIMAU SUMATERA