Analisis Struktur Harimau! Harimau! Novel Mochtar Lubis*1) Kim Jang Gyem
**2)
G
Ⅰ. Pendahuluan Pengamat dan penikmat sastra dapat dikatakan tidak asing lagi mendengar nama Mochtar Lubis. Ia menekuni profesi sebagai pengarang sudah lama. Dalam waktu yang cukup lama itu, telah banyak karya yang dihasilkannya. Tidak
sedikit
karya-karya
kritikus
Mochtar
sastra
Lubis.
yang
Sejumlah
telah
membicarakan
besar
data
yang
tersimpan di Pusat Dokumen H.B. Jassin di Jakarta menunjukan bukti tersebut. Sejumlah besar data tersebut dikumpulkan dari berbagai artikel yang telah dimuat di koran-koran, majalah, dan sejumlah buku. Dilihat dari kepopulerannya, bukan mustahil, banyak analisis berupa skripsi atau karya ilmah lainnya yang dihasilkan oleh para mahasiswa fakultas sastra yang ada di Indonesia. Secara umum, dapat disebut ciri khas karya Mochtar Lubis, yaitu bahwa
karya-karyanya
selalu
mempersoalkan
kritik
sosial.
* This work was supported by Hankuk University of Foreign Studies Research Fund of 2011 ** Kim Jang Gyem is Associate Professor at the department of Malay-Indonesian Interpretation and Translation Hankuk University of Foreign Studies, Global Campus, Korea
Tema-tema kritik sosial itu pulalah yang menyebabkan Harian
Indonesia Raya1) yang didirikan dan dipimpinnya dilarang terbit oleh pemerintah Soekarno, dan dia sendiri dimasukkan ke dalam penjara. Kesenangannya dalam membicarakan kritik sosial pada keseluruhan karyanya menunjukkan bahwa Mochtar Lubis memiliki perhatian yang tinggi terhadap nasib bangsanya. Bukti kuat yang menunjukkan hal tersebut dapat dilihat dari bukunya, Potret
Manusia Indonesia: Sebuah Pertanggungjawaban (1988). Melihat
sejumlah
karya
yang
telah
dihasilkannya
dan
kedudukkannya yang penting di dalam dunia sastra Indonesia, maka
sudah
dibicarakan
sepantasnya atau
bila
dianalisis.
karya-karya
Analisis
Mochtar
terhadap
Lubis
karya-karya
Mochtar Lubis selain dapat mengungkapkan nilai-nilai literer yang terdapat di dalamnya, juga dapat mengungkapkan bagaimana sebenarnya pandangan hidup pengarangnya. Namun,
dalam
waktu
yang
relatif
singkat
akan
sulit
menganalisis karya Mochtar Lubis secara keseluruhan. Oleh karena itu, langkah atau cara yang dianggap tepat adalah memilih salah satu dari enam novel yang ada untuk dijadikan objek penelitian. Novel yang dipilih ditentukan dengan melihat karya
terakhir
yang
dihasilkan
pengarang.
Berdasarkan
pertimbangan tersebut, maka karya Mochtar Lubis yang akan diteliti adalah Harimau! Harimau!. 1) Indonesia Raya sudah pernah mengalami dua kali masa terbit, pada zaman Orde Lama(1949-1958) dan zaman Orde Baru(1968-1974). Indonesia Raya berkembang sebagai surat kabar yang kontroversial karena cara penyajian beritanya yang sering tanpa tedeng aling-aling dan karena kritik-kritiknya yang tajam, terbuka, dan langsung terhadap sasaran. Surat kabar ini menggunakan bahasa populer yang sederhana tanpa banyak berusaha menggunakan eufemisme.
314
東南亞硏究 22권 1호
Novel Harimau! Harimau! terbit pertama kali pada tahun 1975,
yaitu
dua
tahun
sebelum
novel
Maut
dan
Cinta
diterbitkan. Akan tetapi, penulisan novel Maut dan Cinta sudah mulai ditulis pada pertengahan tahun 1960-an dan diselesaikan pada tahun 1973. Sementara itu, novel Harimau! Harimau! dikarang dua tahun setelah novel Maut dan Cinta selesai dikarang.
Oleh
karena
itu,
sebenarnya
novel
Harimau!
Harimau!-lah yang merupakan karya terakhir Mochtar Lubis. Sebagai novel terakhir, diperkirakan novel Harimau! Harimau! akan
memperlihatkan
perkembangan
konsep
kepengarangan
Mochtar Lubis. Dengan dasar itulah, novel Harimau! Harimau! ditetapkan sebagai objek penelitian. Jadi, tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan tentang struktur novel Harimau! Harimau!. Dimulai dari tema, penokohan, alur dan latar, sudut pandang pengarang, dan makna. Analisis dilakukan dengan mempertimbangkan keterkaitan semua unsur. Manfaat
yang
diharapkan
dari
analisis
novel
Harimau!
Harimau! adalah bahwa dengan menganalisis novel tersebut akan didapatkan pengetahuan yang memadai mengenai novel-novel Mochtar Lubis. Manfaat ini sekaligus memberikan sumbangan kepada dunia kritik sastra dan Ilmu Sastra Indonesia. Analisis terhadap karya-karya Mochtar Lubis sudah banyak dilakukan
kritikus
sastra,
terutama
karya-karyanya
yang
berjudul Jalan Tak Ada Ujung, Tanah Gersang, Tak Ada Esok,
Senja di Jakarta, dan Maut dan Cinta. Analisis terhadap novel-novel tersebut pada umumnya berupa artikel-artikel singkat yang dimuat di majalah atau koran. Beberapa analisis pernah pula dilakukan oleh Junus (1983: 17-20) mengenai novel Jalan Tak Ada Ujung, Jassin (1985: 203-206) mengenai
Analisis Struktur Harimau! Harimau! Novel Mochtar Lubis
315
novel Tidak Ada Esok, dan Teeuw (1989:182) yang secara sepintas lalu memganalisis novel Maut dan Cinta dan Harimau!
Harimau!, Sumardjo (1983: 55-62) yang secara sepintas lalu pula menganalisis novel Maut dan cinta dan Harimau! Harimau!. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat dirumuskan sebagai suatu metode yang mendeskripsikan situasi-situasi atau kejadian-kejadian (Sumadi, 1983: 17). Ciri-ciri pokok dari metode deskriptif adalah
menggambarkan
diselidiki
sebagaimana
fakta-fakta adanya,
tentang
diiringi
masalah
dengan
yang
interpretasi
rasional yang kuat. Penggunaan metode ini dapat membantu pembentukan teori baru atau memperkuat lama (Tan, 1985: 29-30). Dalam penelitian yang dilakukan, dasar teori struktural yang digunakan diletakkan dalam kerangka model naratologi dan semiotik. Pada prinsipnya, naratologi dan semiotik menekankan pada struktur naratif. Dalam hal ini, digunakan naratologi dan semiotik yang dikembangkan oleh Garvey. Menurut Garvey(1978: 44), semiotik dapat memainkan peranan besar dalam analisis cerita. Tujuan analisis semotik terletak pada eksplorasi arti dalam objek cerita yang dilihat sebagai keseluruhan yang relatif otonom. Dengan demikian, terjadi proses arti yang relatif heterogen dalam arti bahwa tujuan itu menjadi bagian dari proses komunikasi masyarakat (Garvey, 1978: 44). Dalam model naratologi dan semiotik yang dikembangkan Garvey, analisis cerita bertugas meneliti susunan dan fungsi teks-teks. Analisis susunan teks dianggap sebagai pelukisan susunan
teks
dan
penelitian
terhadap
konteks
struktural.
Sementara, analisis fungsi dimaksudkan sebagai analisis terhadap
316
東南亞硏究 22권 1호
strukturisasi teks atau melihat bagaimana susunan teks cerita berfungsi (Garvey, 1978: 47). Pada dasarnya, analisis yang dilakukan bersandar pada teori yang telah disampaikan. Namun, penerapan teori itu tidak kaku. Artinya, dalam analisis akan disertakan juga teori-teori lainnya jika memang teori itu diperlukan.
Ⅱ. Analisis Struktur Harimau! Harimau! Penjelasan mengenai tema dapat diketahui dari beberapa ahli, seperti
Hutagalung,
Oemarjati,
dan
Lubis.
Hutagalung
berpendapat bahwa tema merupakan persoalan yang menduduki tempat utama dalam cerita (1968: 77). Selanjutnya, Oemarjati menyatakan bahwa tema merupakan masalah-masalah yang menduduki tempat khas dalam pikiran pengarang (1962: 54). Lain halnya dengan Lubis(1997: 78), dia berpendapat bahwa tema merupakan tujuan suatu cerita. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa tema tidak terlepas dari masalah yang ada dalam novel tersebut. Tema merupakan unsur penting dalam suatu cerita. Persoalan utama yang diungkapkan dalam novel ini adalah persoalan yang universal, yang kerap dihadapi oleh setiap manusia di mana saja. Persoalan tersebut adalah persoalan kejujuran kepada diri sendiri dan kepada orang lain. Dalam novel ini, permasalahan tersebut juga memiliki intensitas yang tinggi. Bukan hanya pada tokoh yang bernama Wak Katok, tetapi juga pada tokoh-tokoh yang lain. Sukar untuk jujur mengakui kelemahan diri sendiri merupakan
Analisis Struktur Harimau! Harimau! Novel Mochtar Lubis
317
suatu kelemahan yang tidak sepantasnya dimiliki oleh sosok pemimpin.
Hal
ini
dapat
memunculkan
sikap
hipokrit.
Kepemimpinannya akan menjadi palsu. Hal ini merupakan suatu permasalahan yang menonjol dalam novel ini. Berdasarkan analisis melalui teori tersebut, maka tema dari novel Harimau! Harimau!. Ini adalah "untuk menjadi pemimpin, seseorang harus dapat memimpin dirinya terlebih dahulu dan harus dapat menundukkan kejahatan demi keselamatan umat manusia. Persoalan yang diangkat dalam novel ini merupakan persoalan
universal;
persoalan
yang
dihadapi
oleh
setiap
manusia, yaitu mengenai kejujuran. Baik kejujuran pada diri sendiri, maupun kejujuran pada orang lain. Masing-masing tokoh dalam novel ini mempunyai kepribadian yang khas, yang secara teoritis merupakan pendramaan pikiran dalam bentuk orang-orang. Kekhasan kepribadian inilah yang dapat menimbulkan konflik sehingga cerita semakin bermakna. Tokoh atau agen adalah sebuah bentuk kosong yang diisi dengan fungsi cerita, sedangkan peran adalah yang dimainkan dan hubungan yang terjadi dalam cerita. Dengan kata lain, tokoh cerita ditentukan oleh peran yang dimainkan di dalam cerita dan oleh hubungan yang saling dipelihara para tokoh. Hubungan dan peran bersama-sama merupakan sistem hubungan (Garvey, 1978: 48). Agen ditandai oleh dua sifat: pertama, di dalam cerita dapat selalu dimiliki nama pribadi yang sedikit banyak mengandung arti atau merupakan sebuah nama jenis; kedua, agen dapat terdiri atas satu orang atau lebih yang memainkan peran semua. Setiap agen pada saat yang sama atau berturut-turut memainkan berbagai peran. Setiap aktan atau pemain dapat dijadikan
318
東南亞硏究 22권 1호
kenyataan oleh berbagai agen (Garvey, 1978: 47). Aktan-aktan terpenting adalah pahlawan (laki-laki/perempuan) dan protagonis orang yang dicari, objek cerita, objek perjalanan, pelacakan pahlawan, atau seorang yang harus didapat cintanya; mafia, yang buruk, agresor, lawan/antagonis; kekuasaan patriarkal: kedua orang tua, orang yang memiliki kekuasaan/terpercaya yang ucapan/tulisannya ajudan,
tentang
pembantu,
pedoman
orang
yang
perilaku turut
harus
diturut;
bermain/pembantu
pendamping; tokoh epigonistis: pemain pembantu, pemain seperti penghias detektor: orang yang mengadakan pelacakan, detektif, agen polisi dan orang yang bercerita (narator), jika mereka memainkan peran. Berdasarkan pendapat Garvey tersebut, maka tokoh dan peran dalam Harimau! Harimau! dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Buyung Buyung merupakan pejuang dalam novel ini. Peran Buyung adalah membangun desa dengan teman-temannya (p. 12-18), menolong
keluarganya
dan
masyarakat
kampung
yang
mengalami kesusahan (p. 50, 64, 54, 55, 182-3), melepaskan Siti Rubiyah dari cengkeraman orang yang memperbudaknya (p. 78), menghukum Wak katok (p. 203), dan membunuh harimau (p. 212).
2. Wak Katok Wak Katok merupakan penantang dalam novel ini. Dia memperdaya
Analisis Struktur Harimau! Harimau! Novel Mochtar Lubis
319
rombongan pencari damar (p. 10), mengajar silat kepada kelompok pemuda Buyung, Sutan, Talib, dan Sanip(p. 21), dan membunuh Sanip, Deman, dan Pak Haji (p. 102, 103, 199). Selain itu, ia juga memperkosa istri Wak Hitam dan Deman (p. 47, 103).
3. Pak Haji Pak
Haji
berperan
sebagai
pemimpin
agama.
Pak
Haji
mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat dan rombongannya (p. 28, 91, 104, 140). Selain itu, ia juga mengurus kegiatan sosial yang berhubungan dengan kematian (p. 139).
4. Talib, Sanip, dan Sutan Ketiga laki-laki ini, yaitu Talib, Sanip, dan Sutan merupakan wakil kaum muda. Mereka melakukan kegiatan yang erat kaitannya dengan kehidupan anak muda, seperti mencari nafkah, mengganggu perempuan, mencuri harta dan melaku kenakalan lainnya (p. 12, 22, 23, 108, 109, 132, 143).
5. Wak Hitam Sebagai penantang, juga diisi oleh tokoh Wak Hitam. Dia mengawini
perempuan
muda
(Siti
Rubiyah)
dengan
cara
memaksa. Di samping itu, ia mengajarkan ilmu silat dan ilmu gaib kepada Wak Katok (p. 32).
320
東南亞硏究 22권 1호
6. Siti Rubiyah Siti Rubiyah adalah perempuan yang diperbudak. Ia harus melakukan hal-hal yang diinginkan Wak Hitam (p. 40, 48). Selain itu, dia juga berzina dengan Buyung (p. 73).
7. Zaitun Zaitun merupakan kekasih Buyung. Dia adalah perempuan yang merdeka. Selain sebagai kekasih Buyung, dia juga melakukan kegiatan sebagaimana halnya perempuan lain dalam novel ini seperti menjahit dan mengaji (p. 18).
8 Pak Balam Pak Balam adalah seorang pembantu. Dia membicarakan Sanip yang dibunuh oleh Wak Katok (p. 102). Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Buyung, Talib, Sanip, Sutan, Siti Rubiyah, dan Zaitun merupakan kategori peran kaum muda. Selanjutnya, Wak Katok, Wak Hitam, dan Pak Balam mengisi kategori peran kaum tua yang jahat. Lalu, Pak Haji berkategori peran kaum tua yang baik. Analisis hubungan atau relasi antar tokoh menunjukkan adanya beberapa hal. Berikut uraiannya.
Analisis Struktur Harimau! Harimau! Novel Mochtar Lubis
321
(1) hubungan
positif:
menyatakan
cinta,
persahabatan,
kasih sayang, dan memberikan pertolongan; (2) hubungan negatif: menyatakan perasaan benci, membicarakan bahwa seseorang berwatak jahat, dan merugikan seseorang; (3) hubungan stabil: berdasarkan perhitungan, hubungan darah, pertalian perkawinan, dan persahabatan; (4) hubungan berdasarkan kontrak: tidak positif dan tidak negatif, tidak pula simpatik dan bukan pula tidak simpatik; (5) hubungan terpaksa: menyatakan bentuk tertentu, misalnya kekuasaan tinggi, kekerasan, paksaan, dan kekuatan.
Berdasarkan
relasi
antartokoh,
dapat
dibedakan
antara
antagonis dan protagonis. Protagonis dapat juga ditentukan dengan
memperhatikan
hubungan
antara
tokoh.
Protagonis
berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, sedangkan tokoh-tokoh itu sendiri semuanya berhubungan juga satu dengan lainnya. Adapun tokoh yang penting dan utama bagi (protagonis) disebut antagonis atau tokoh bawahan. Protagonis dan antagonis memasuki tokoh sentral, sedangkan yang dimaksud dengan tokoh bawahan adalah yang tidak sentral kedudukannya di dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh sentral (Grimas dalam Sudjiman, 1988: 19) Berdasarkan keterangan tersebut, dapat ditentukan antagonis, protagonis, dan tokoh pembantu di dalam Harimau! Harimau!, dan sifat hubungan atau relasi di antara para tokoh tersebut. Berdasarkan
hubungan
atau
relasi
tersebut,
maka
dapat
dikatakan bahwa tokoh Buyung adalah protagonis, tokoh Wak
322
東南亞硏究 22권 1호
Katok adalah antagonis, dan tokoh Pak Haji, Talib, Sanip, Sutan, Wak Hitam, Pak Balam, Siti Rubiyah, dan Zaitun merupakan tokoh-tokoh pembantu. Banyak relasi oposisi, baik positif maupun negatif, yang dapat dijabarkan dari struktur novel. Namun, relasi oposisi fungsi dan peran tokohlah yang dianggap dominan dalam analisis. Melalui analisis
semacam
ini,
relasi
unsur
yang
lain
dapat
diikutsertakan. Jadi, hal yang perlu dipegang teguh adalah prinsip relasi dalam struktur novel. Apabila dilihat dari prinsip ini, maka Harimau! Harimau! memperlihatkan sebagai novel yang unsur-unsurnya terintegrasi dengan baik. Protagonis tidak hadir dengan sendirinya tanpa relasi fungsi dan peran, baik positif maupun negatif, dari para tokoh bawahan, termasuk antagonis. Kehadiran mereka didukung pula oleh unsur lain dalam struktur novel. Analisis strukturalisme yang tajam akan mempertimbangkan semua hal itu. Untuk kepentingan artikel ini, keseluruhan hal tersebut belum dibicarakan. Alur merupakan salah satu elemen penting di dalam cerita. Alur itu sendiri merupakan rangkaian cerita yang dijalin secara kausalitas. Kesimpulan ini ditarik dari beberapa pendapat. Oemarjati
(1962:
94)
menyatakan bahwa alur merupakan
strukur penyusunan kejadian-kejadian dalam cerita yang disusun secara logis dan rangkaian kejadiannya saling terjalin dalam hubungan kausalitas. Dalam pada itu, Forster (1972: 72) menyatakan bahwa alur adalah pengisahan rentetan kejadian dengan terkaan pada unsur sebab akibat (kausalitas). Secara
struktural,
alur
sangat
erat
berkaitan
dengan
penokohan dalam menonjolkan tema cerita. Para tokoh atau pelakunya melakukan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan
Analisis Struktur Harimau! Harimau! Novel Mochtar Lubis
323
wataknya. Perbuatan-perbuatan itu menimbulkan peristiwa-peristiwa. Rangkaian
peristiwa
yang
saling
berhubungan
berdasarkan
hubungan sebab akibat itulah yang disebut alur. Saad (1976: 120) mengemukakan bahwa yang penting yaitu alur menjelaskan mengapa peristiwa-peristiwa terjadi. Untuk menjelaskan hal tersebut, Propp (Culler, 1977: 208) melihat bahwa yang membentuk alur adalah fungsi-fungsi. Sebuah fungsi adalah suatu laku tokoh-tokoh cerita yang dibatasi oleh sudut
pandang
maknanya
bagi
arah
laku
cerita
sebagai
keseluruhan. Menurut Tasrif (Lubis, 1997: 109), struktur alur terbagai menjadi lima bagian, yaitu: lukisan suatu keadaan (situation), peristiwa mulai bergerak (generating circumstances), keadaan mulai memuncak (rising action), peristiwa mencapai puncak (climax), dan pemecahan masalah (denoument). Berkaitan dengan alur, Formalis Rusia membedakan antara bahan mentah cerita (fabula) dan prosedur yang digunakan untuk menyajikannya syuzet (Martin, 1986: 107). Fabula dan syuzet biasa diterjemahkan menjadi "fabel" atau "cerita" dan "subjek" atau "plot". Deskipsi mengenai alur cerita (syuzet) akan melibatkan bahan-bahan prasastra (fabula). Syuzet naratif lisan
atau
tertulis
menggunakan
prosedur,
alat-alat,
dan
tekanan-tekanan tematik. Adapun teknik yang digunakan dapat bervariasi (Martin, 1986: 108). Dengan menggunakan konsep tersebut, naratif peristiwa fabel dan syuzet dalam Harimau! Harimau! dapat dirumuskan sebagai berikut. Pertama, rombongan pencari damar meninggalkan rumah dan bermalam di rumah Wak Hitam, dan menanti waktu untuk kembali ke kampung. Hal ini merupakan situation. Setelah itu, generating circumstances ditunjukkan oleh peristiwa Pak Balam
324
東南亞硏究 22권 1호
diterkam
harimau.
Kemudian,
kematian
Pak
Haji
karena
ditembak Wak Katok, dan kematian Talib dan Sutan karena diterkam harimau yang merupakan rising action. Setelah itu, terjadilah climax yaitu harimau mati ditembak bersamaan dengan Wak Katok yang mendapat hukuman. Terakhir, Buyung dan Sanip pulang sambil membawa Wak Katok yang diikat. Bagian tersebut merupakan denoument. Jadi, konflik dalam novel ini dibangun secara perlahan dan bertahap. Konflik tidak muncul secara tiba-tiba berkaitan dengan alur cerita yang bergerak secara perlahan dalam garis lurus. Konflik lebih banyak ditekankan kepada konflik yang bersifat konflik batin. Konflik-konflik tersebut didasari oleh ketakutan, mempertahankan harga diri dan rasa malu. Ketakutan yang menyebabkan konflik yaitu ketakutan akan diterkam harimau sehingga Pak Balam meminta Wak Katok dan orang-orang lain mengakui dosa mereka. Lalu, konflik dalam diri Wak Katok disebabkan oleh keinginan untuk mempertahankan harga diri dan kepercayaan dari orang lain. Konflik yang ada dalam novel ini didukung oleh latar hutan di waktu malam. Selain itu, alur juga menghidupkan watak-watak tokoh di samping tema dan masalah. Selanjutnya, dibahas mengenai latar dari novel Harimau! Harimau! ini. Latar merupakan unsur yang juga penting dalam suatu cerita. Menurut Chatman(1978: 141), secara umum, latar dapat memberikan suasana tertentu pada cerita.
Latar terbagi
dua, yaitu latar fisik dan latar nonfisik. Latar fisik yang utama dalam novel ini adalah hutan raya. Hutan
tersebut
digambarkan
sebagai
hutan
tropis
yang
mengandung sumber nafkah bagi manusia. Hutan tersebut berisi
Analisis Struktur Harimau! Harimau! Novel Mochtar Lubis
325
binatang buas yang dapat mengancam hidup manusia. Dalam hutan tersebut, digambarkan tempat-tempat yang indah dan tempat yang berabad-abad diselimuti oleh lumut. Hutan ini juga menggambarkan ketidakteraturan atau sering disebut: "hukum rimba" yaitu siapa yang kuat dialah yang menjadi pemenang. Latar hutan yang ditonjolkan adalah latar hutan pada malam hari. Malam hari tersebut menyiratkan sesuatu yang gelap, penuh misteri. Apalagi, ditambah dengan suasana dikejar-kejar harimau semakin memperkuat timbulnya suasana menakutkan dan menyeramkan. Selain itu, Mochtar Lubis juga menampilkan nilai-nilai yang menjadi pegangan masyarakat tradisional seperti kepercayaan terhadap dukun, jimat-jimat, takhayul, nujum, dan mimpi. Sudut pandang atau point of view merupakan persoalan hubungan narator dengan sesuatu yang diceritakan. Dalam hal ini, narator bukanlah pengarang. Akan tetapi, disebut sebagai implied author (Chatman, 1978: 147) yaitu pengarang yang terlibat langsung dalam teks cerita. Menurut Wellek dan Warren(1989: 19) ada beberapa metode sudut pandang yang biasa digunakan pengarang dalam membangun cerita. Pertama, metode orang pertama yang sering ditandai dengan penggunaan kata ganti orang pertama "aku".
Kedua, metode orang ketiga yang menggunakan
kata ganti "dia". Terakhir, metode campuran. Untuk metode orang ketiga terdapat dua jenis, yaitu metode romantik ironik (peran narator diperbesar) dan objektif (cerita dibiarkan mengalir melalui dialog-dialog, tindakan dan dialog batin). Jika diperhatikan, sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah
sudut
menggabungkan
pandang metode
metode romantik
orang ironik
ketiga. dengan
Pengarang objektif.
Penggunaan metode romantik ironik memberikan keuntungan bagi
326
東南亞硏究 22권 1호
pengarang, yaitu pengarang dapat memperbesar perannya sehingga pengarang dapat mengungkap segala sesuatu yang dianggapnya penting. Sementara itu, untuk membuat hubungan langsung antara pembaca
dengan
tokoh,
digunakan
metode
objektif.
Jadi,
seolah-olah pengarang membiarkan ceritanya berjalan sendiri. Kedua metode itu digunakan secara berganti-ganti agar cerita secara keseluruhan menjadi enak dibaca. Dalam
sebuah
teks
terdapat
beberapa
lapisan
makna.
Lapisan-lapisan makna tersebut adalah makna eksplisit, makna implisit dan makna ideologis. Makna eksplisit adalah makna teks yang paling global dan penggaliannya adalah yang paling dangkal. Makna implisit adalah makna yang lebih dalam dibandingkan makna eksplisit. Untuk mengetahui makna implisit, harus diteliti keseluruhan
unsur
yang
membentuk
teks
cerita
tersebut.
Terakhir, makna ideologis adalah makna berkaitan dengan nilai budaya yang menjadi latar tempat karya atau teks itu diciptakan (Garvey, 1978: 65). Makna sebuah karya sastra tidak terletak semata-mata pada dirinya sendiri. Sebagai suatu sistem tanda, makna utuh karya sastra berkaitan dengan hal-hal di luar dirinya. Dalam Harimau! Harimau!, makna karya tersebut dilihat dari dua aspek. Pertama, kedudukan novel ini dalam kaitannya dengan karya Mochtar Lubis terdahulu. Kedua, latar sosial budaya tempat novel ini diciptakan. Makna novel Harimau! Harimau! secara utuh hanya dapat dilihat dengan
mengaitkannya kepada latar sosial budaya
Indonesia pada sekitar tahun 1970-an atau sebelumnya dan dengan karya Mochtar Lubis lainnya. Kaitan dengan karya Mochtar Lubis lainnya berhubungan dengan intertekstualitas
Analisis Struktur Harimau! Harimau! Novel Mochtar Lubis
327
antara novel Harimau! Harimau! dengan karya lainnya. Makna eksplisit dari novel ini adalah mengisahkan tujuh orang pencari damar yang diburu oleh harimau di tengah hutan lebat. Dalam
cengkeraman
ketakutan,
mereka
harus
membunuh
harimau dengan parang atau senjata atau harus berkhianat antara sesamanya demi keselamatan masing-masing. Sementara itu, makna implisitnya adalah mengenai perjuangan generasi
muda
untuk
melawan
dominasi
dan
keserakahan
generasi tua. Buyung dan kawan-kawannya menggugat dan menghukum Wak Katok dan Wak Hitam yang memimpin secara ditaktor, mementingkan diri sendiri, dan tidak memperhatikan keadaan ekonomi, kelangsungan hidup kelompok, dan masyarakatnya. Selanjutnya, makna ideologis yang terdapat dari novel ini adalah mengenai angkatan muda yang menyadari nasib bangsa dan
negara
bersatu
dengan
kaum
tertindas.
Meletusnya
pemberontakan G30S/PKI adalah puncak tragedi nasional dengan menggunakan fitnahan yang keji; beberapa jenderal terbunuh dalam keadaan yang mengerikan. Dengan peristiwa tersebut, maka dusta yang telah dilakukan tidak dapat ditutup-tutupi, yaitu bahwa aliran komunis hendak merebut kekuasaan dengan jalan
kekerasan
serta
telah
menodai
dasar
Negara
yang
dikeramatkan. Angkatan muda menuntut dengan keras agar partai komunis dibubarkan. Makna yang ditampilkan Mochtar Lubis dalam novel ini merupakan bagian dari konvensi kesusastraan Mochtar Lubis yang selalu menekankan perhatian pada masalah-masalah yang berkaitan dengan moral. Baik kejujuran, tanggung jawab, dan perhatiannya yang besar terhadap konsep humanisme universal. Harimau! Harimau! tampaknya merupakan tanggapan terhadap
328
東南亞硏究 22권 1호
situasi sosial budaya Indonesia di tahun 1970-an. Dengan kata lain, novel ini sebenarnya merupakan simbolisasi dari keadaan sosial budaya Indonesia. Karya-karya Mochtar Lubis mulai dari Tak Ada Esok, Jalan Tak Ada Ujung, Senja di Jakarta, Tanah Gersang, Harimau! Harimau!, dan Maut dan Cinta menunjukkan perhatiannya yang sangat
besar
terhadap
persoalan
perjuangan
melawan
ketidakadilan, ketidakjujuran, kemerosotan moral, dan lainnya. Hal tersebut juga dapat disimak dari karyanya yang lain. Buku yang berjudul Potret Manusia Indonesia: Sebuah Pertanggungjawaban merupakan buku yang penuh dengan kritiknya terhadap persoalan tersebut.
Ⅲ. Penutup Berdasarkan analisis yang telah diuraikan, dapat disimpulkan beberapa hal berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pertama, tema dari novel Harimau! Harimau! ini adalah "untuk menjadi pemimpin, seseorang harus dapat memimpin dirinya terlebih dahulu
dan
harus
dapat
menundukkan
kejahatan
demi
keselamatan umat manusia. Tokoh dan peran dalam Harimau! Harimau! adalah Buyung merupakan pejuang; Wak Katok si penantang; Pak Haji yang berperan sebagai pemimpin agama; Talib,
Sanip,
dan
Sutan
wakil
kaum
muda;
Wak
Hitam
penantang; Siti Rubiyah; perempuan yang diperbudak; Zaitun, perempuan merdeka, dan Pak Balam; pembantu. Alur pada novel ini dapat dijelaskan dalam naratif peristiwa fabel dan syuzet. Latar dari novel Harimau! Harimau ini terbagi dua, yaitu latar
Analisis Struktur Harimau! Harimau! Novel Mochtar Lubis
329
fisik dan latar nonfisik. Latar fisik yang utama dalam novel ini adalah
hutan
raya
terutama
pada
malam
hari
sehingga
memperkuat timbulnya suasana menakutkan dan menyeramkan. Selain itu, Mochtar Lubis juga menampilkan nilai-nilai yang menjadi pegangan masyarakat tradisional seperti kepercayaan terhadap
dukun,
jimat-jimat,
takhayul,
nujum,
dan
mimpi
sebagai latar nonfisik. Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah sudut pandang metode orang ketiga dengan menggabungkan metode romantik ironik dengan objektif. Makna novel Harimau! Harimau! secara utuh hanya dapat dilihat dengan mengaitkannya kepada latar sosial budaya Indonesia pada sekitar tahun 1970-an atau sebelumnya dan dengan karya Mochtar Lubis lainnya. Kaitan dengan karya Mochtar Lubis lainnya berhubungan dengan intertekstualitas antara novel Harimau! Harimau! dengan karya lainnya. Makna yang ditampilkan Mochtar Lubis dalam novel ini merupakan bagian dari konvensi kesusastraan Mochtar Lubis yang selalu menekankan perhatian pada masalah-masalah yang berkaitan dengan moral. Baik kejujuran, tanggung jawab, dan perhatiannya yang besar terhadap konsep humanisme universal.
330
東南亞硏究 22권 1호
Chatman, Seymour. 1978. Story and Discourse, Narrative
Structure in Fiction and Film, Cornell Universty Press. Culler, Jonathan. 1977. Structuralist Peotics: Strukturalism,
Linguistics and the Study of Literature.
London:
Routledge and Kegan Paul. Forster, E.M. 1972. Aspects of the Novel. Middlesex: Penguin Book. Garvey, James. 1978. Characterization in Narrative. Poetics, 7. Hutagalung, M. S., 1968. Jalan Tak Ada Ujung Mochtar Lubis. Jakarta:Gunung Agung. Jassin, H.B. 1985. Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik
dan Esei II. Jakarta: Gramedia Junus, Umar. 1983. Dari Peristiwa ke Imajinasi. Wajah Sastra
dan Budaya Indonesia. Jakarta: Gramedia. Lubis, Mochtar. 1989. Harimau! Harimau!. Jakarta: Pustaka Jaya. Lubis, Mochtar. 1989. Tidak Ada Esok. Jakarta: Pustaka Jaya. Lubis, Mochtar. 1982. Maut dan Cinta. Jakarta: Pustaka Jaya. Lubis, Mochtar. 1982. Jalan Tak Ada Ujung. Jakarta: Pustaka Jaya. Lubis, Mochtar. 1981. Senja di Jakarta. Jakarta: Pustaka Jaya. Lubis,
Mochtar.
1988.
Potret Manusia Indonesia: Sebuah
Pertanggungjawaban, Jakarta: Yayasan Idayu. Lubis, Mochtar, 1997. Sastra dan Tekniknya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Martin, Wallance. 1986. Recent Theories of Narrative. London: Cornell University. Jakarta: Gunung Agung.
Analisis Struktur Harimau! Harimau! Novel Mochtar Lubis
331
Oemarjati, Boen S. 1962. Roman Atheis Achdiat K. Mihardja. Jakkarta: Gunung Agung. Saad,
Saleh.
1976.
"Catatan
Kecil
Sekitar
Penelitian
Kesusastraan" dalam Lukman Ali Bahasa dan Kesusastraan
Indonesia Baru. Jakarta: Gunung Agung. Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Sumadi, Surya Brata. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: CV Radjawali. Sumardjo, Jakob. 1983. Novel Indonesia Mutakhir Sebuah Kritik. Yogyakarta: C.V. Nur Cahaya. Tan, Mely G. 1985. "Masalah Perencanaan Penelitian" dalam Koentjaraningrat
(Ed.).
Metode-motode
Penelitian
Masyarakat. Jakarta: Gramedia. Teeuw, A. 1989. Sastra Indonesia Modern II. Jakarta: Pustaka Jaya. Wellek, Rene & Warren Austin. 1989. Teori Kesusastraan, Jakarta: PT Gramedia.
332
東南亞硏究 22권 1호
국문초록
목타르 루비스의 소설 『호랑이! 호랑이!』의 구조분석 김 장 겸 (한국외국어대학교)
본 연구는 목타르 루비스의 소설 『호랑이! 호랑이!』를 구조적 인 측면에서 살펴보았다. 비록 『사랑과 죽음』이 1977년에 출판 되었기 때문에 마지막 작품으로 인식할 수 있으나, 사실은 『호랑 이! 호랑이!』가 1975년에 출판되었지만 마지막에 쓰여진 작품으 로 알려져 있다. 따라서 목타르 루비스의 마지막 소설작품인 『호 랑이! 호랑이!』의 인물, 배경, 플롯, 관점 등에 대한 다양한 구조 이론과 방법을 적용하였다. 『호랑이! 호랑이!』의 인물의 성격과 역할은 다른 인물들과의 관계와 역할(행위), 그리고 배경을 통해 규정되고 있으며, 이를 통해 부융이 프라타고니스(주동인물)로서 역할을 수행하며, 새로운 시대의 젊은 지도자 상인 정의롭고, 휴머 니즘을 간직한 인물로 묘사되고 있는 반면, 왁 까똑은 안타고니스 (반동인물)로서 구시대의 인도네시아아 지도자 상인 위선적이고, 부조리한 인물로 묘사되고 있음을 알 수 있다. 이는 신구세대간의 갈등과 충돌로 고조되면서 절정에 이르게 되고, 결국 신세대의 부 융이 구세대인 왁 까똑을 제압하면서 해결이 된다. 예컨대, 등장인 물들 간의 성격과 역할이 배경과 플롯에 서로 고리 지으면서 개별 사건이 전체 사건으로 확장됨으로써 각 의미단위들이 하나의 의미 로 통합되고 구체화되고 있음을 알 수 있다. 결론적으로 호랑이! 호 랑이!는 정글 속에 사는 맹수가 아닌 1970년대 인도네시아 사회의 지도자를 상징하고 있으며, 더 나아가 인간의 위선적인 마음을 상 징하고 있음을 알 수 있다. 이 소설을 통해 목타르 루비스는 인간의
Analisis Struktur Harimau! Harimau! Novel Mochtar Lubis
333
그롯된 욕망과 위선에서 벗어나 인간성 회복과 인류애를 추구하고 있다. 주제어: 구조, 상징, 인물상, 갈등, 휴머니즘
▸ 논문접수일 2012. 04. 10 ▸ 논문심사일 2012. 05. 08 ▸ 게재확정일 2012. 05. 15
334
東南亞硏究 22권 1호