1 Si harimau dan senyum manisnya Ini pertama
hasil yang
foto kuambil
dengan kamera hasil jerih payahku selama menabung. Bagus tidak ? not bad lah, untuk
aku
yang
masih
seorang pemula. Aku belum lama dunia
berkenalan
dengan
fotografi.
Tapi
langsung kepincut. Sensasinya bikin aku jatuh cinta. Dan mempan untuk mengalihkanku dari soal cinta percintaan. Sejak diputusin, aku jadi apatis sama cowok. Karena dari merekalah bersarang masalahmasalah yang selalu bikin galau. Menyulap aku hingga terlena dan lupa sama semua cita-cita. Dan sekarang, aku akan seperti hidup kembali.
Aku akan move on. Aku hanya ingin menikmati hidup sebebas yang kumau. Seperti di minggu pagi itu. Menggowes sepeda ke seluruh penjuru jalan Dago. Berolahraga sambil hunting foto, memang jurus jitu pasca putus. Hidungku sibuk bekerja, menghirup udara sejuk yang sudah jadi langka di Bandung. Ini bagus sekali untuk mencuci paru-paruku. Hiruk pikuk car free day menggoda dahaga. Aku dekati mang-mang pedagang minuman, sambil duduk di taman cikapayang. Ku tatap sepedaku yang berdiri gagah. Ku teguk minuman dingin itu. Ku goyangkan bola mataku ke kanan ke kiri, melihat sekeliling. Betapa indah “kamera” yang diciptakan Tuhan. Sepersekian detik bisa merekam momen yang langsung di save dalam ingatan kita. “kamera” itu adalah.. Tiba-tiba, JEPRET!
2
Seorang laki-laki berperawakan tinggi tengah membidik kameranya ke arahku. Kamera DSLR-nya serasi dengan lensa tele itu. “Hey!”, refleks aku langsung memanggilnya. Dia
membalikkan
badan.
Sorot
matanya
menatap tajam ke arahku, seperti harimau yang siap menerkam mangsanya. Dia berjalan mendekatiku. Aku berpura-pura mengotak-ngatik kamera DSLR-ku yang tampak menciut melihat kamera yang dibawa orang itu. Sang harimau itu kini sudah sangat dekat dengan makanan istimewanya. Dia duduk disebelahku. “Coba nih kamu lihat hasil foto yang barusan, bagus enggak ?”,kata si harimau sambil menyodorkan kameranya padaku. “Biasa aja!”, jawabku ketus. “Tapi objeknya enggak biasa ah”, sanggah si harimau sambil menatapku. Lalu tersenyum.
3
Mataku tak berkedip. Astaga, senyumnya. Sekejap dalam hatiku terjadi perang batin. Ya ampun, ini orang siapa sih, rese amat tiba-tiba main foto gitu aja, udah gitu SKSD lagi. Tapi disisi hatiku yang lain, Ah enggak juga, senyumnya manis bikin aku meleleh. Dia menghentikan lamunanku, “Suka fotografi juga yah?” “Suka”, jawabku dingin. “Pasti kamu udah merasakan yah, gimana sensasinya pas lagi foto itu, yah sensasinya beda aja gitu. Ada kepuasan tersendiri”, ujar dia. “Iya, iya bener. Justru itu yang bikin ketagihan. Terus-terusan kepengen bikin gambar yang enggak biasa”, dengan semangat aku mengiyakan. “Kamu suka hunting kemana aja?”, dia bertanya lagi.
4
“Setiap minggu pagi sih biasanya di car free day, kalo kamu?”, tampaknya aku mulai simpati sama si harimau. “Sama. Tiap minggu pasti ke car free day. Tapi kadang-kadang kalau weekend biasanya ke pantai atau gunung, sekalian liburan”, cara berbicaranya begitu tenang. “Wow. Asyik yah. Aku juga suka pantai, ta..”, tiba-tiba aku terhenti karena dering handphone si harimau itu. “Sorry, ada telfon. Bentar yah”. Aku hanya mengangguk. “Hallo, iya ayah, besok baru sampai Bandung?..” Sementara
si harimau
itu tengah serius
menerima telfon, aku beranjak pergi. Aku hanya berkata
lewat
tatap
mata,
mengangguk
tanda
berpamitan pergi. Si harimau itu berdiri, bahasa tubuhnya mengatakan,”Jangan pergi dulu, tunggu 5
sebentar”.
Tapi,
terlanjur
jauh
sepedaku
telah
memboyong tubuhku ke arah jalanan. “Hey! Namanya siapa ?”, tanya si harimau sambil masih menggenggam handphonenya. Tak ku gubris. Berbisik dalam hati, ah cuekin aja deh, gak bakal ketemu lagi ini. Begitu fikiran sempitku kala itu.
6
2 Sugesti ampuh Memori di kamera sudah penuh. Saatnya untuk menyortir foto. Lalu memindahkan datanya ke laptop. Kulihat satu persatu hasil jepretanku. Aku selalu suka efek warna hijau dari pohon, tampak terlihat segar dan menenangkan. Itulah color mood. Tiba-tiba kursornya kuhentikan. Tampak wajah yang cukup familiar dalam salah satu foto tersebut. Fokus kamera mengarah tepat pada wajahnya yang tengah tersenyum diantara sekelumit orang yang berlalu lalang di car free day. Dia ! Si harimau ! Loh, baru ngeh deh kalo aku foto dia, hati berbincang dengan fikiran.
7
Melihatnya di foto membuat otakku seperti sedang membuka file, lalu klik open dan memori tentang dia pun muncul lagi. Terngiang dalam fikiran, rindu merayu bersatu padu, bergejolak rasa penasaran tentang siapa si harimau itu. Kenapa waktu itu aku enggak tanya siapa namanya yah ? Loh? Kenapa aku sebegitu perdulinya sama orang itu ? Tanpa aku sadari, ternyata si harimau telah membajak sebagian besar bahtera perasaanku. Apakah ini namanya love at first sight ? Ah masa sih, semudah itu aku jatuh cinta. Ku telisik jauh ke dalam hati. Yakinkan hati. Ah, aku memang tak jatuh cinta pada si harimau itu. Tapi gejolak penasaranku padanya begitu menggelora. Kesan pertama yang membekas hingga buatku bertanya-tanya. Baiklah kalau begitu, kuputuskan hari minggu ini harus ke car free day, demi ketemu si harimau itu. 8
Untuk mengurangi kemungkinan salah orang, karena aku enggak pandai menghafal wajah orang. Dengan niat sepenuh hati, aku print foto si harimau. Ku pajang di mading kecil-kecilan kamarku. Tak sabar menunggu datangnya hari minggu. Rasanya ingin menyerobot lorong waktu. Tapi selalu saja, ketika ada hari yang ditunggu-tunggu, pasti akan terasa berabad-abad lamanya. Alhasil, hari senin sampai sabtu pun terasa hambar. Si harimau itu cukup membuat saya galau dalam enam hari kebelakang ini. Mungkin tidak dengan hari ini. Yeah ! akhirnya hari minggu juga. Dengan semangat 45, aku mengayuh sepedaku ke area car free day. Aku menyengaja duduk di taman cikapayang. Seperti napak tilas minggu kemarin. Berharap akan ada si harimau lagi di bola mataku. 15 menit, 30 menit, 1 jam. Astaga ! aku sudah 1 jam duduk manis disini. Dua gelas es teh dan satu piring siomay sudah habis dilahap. Tapi batang hidungnya tak 9
nampak juga. Resah gelisah ingin membuncah jadi keluh kesah. Sejenak diam, berfikir keras. “Yah, sudahlah enggak usah khawatir. Kalau jodoh enggak bakal kemana”, begitu sugestiku dalam hati. Aku pun pulang dengan wajah menggelayut cemberut.
Seperti biasa,
kulimpahkan
semuanya
dengan memelototi monitor laptop. Tiba-tiba dalam fikiranku terselip sebuah ide. Aha! Ide memang selalu tak terduga. Langsung saja, jari jemariku lincah memijat tombol-tombol di keyboard. Aku buka blog. Ku posting foto si harimau, dengan sedikit untaian kata sok puitis. Iseng-iseng berhadiah. Siapa tahu dia tiba-tiba nyasar ke blog aku. Kalau ini masih belum berhasil juga, tetap pada sugesti tadi saja.
10