Menyejukan Relung Hati
TIPS PRAKTIS
Mengatasi Sakit Kepala saat Bekerja Pekerjaan merupakan salah satu penyebab stres. Banyaknya tekanan dalam bekerja bagi sebagian pekerja merupakan hal lumrah yang dapat membuat Anda mengalami sakit kepala dan meningkatkan tekanan darah. Stres, tidak cukup tidur, kurangnya gizi, dan postur duduk yang salah memicu sakit kepala saat bekerja. Duduk di depan komputer juga bisa menyebabkan kelelahan dan stres yang memicu munculnya sakit kepala. Nah untuk mengatasinya, Anda bisa mencoba beberapa cara alami ini, seperti dikutip dari boldsky: 1. Menyegarkan Diri. Pekerjaan yang berat dapat membuat Anda stres. Jadi, beristirahatlah sejenak untuk menyegarkan diri, Anda bisa berwudhu dan laksanakan sholat dhuha. Menarik nafas dalam-dalam dan memberikan suasana rileks pada tubuh, Anda juga dapat mendengarkan lagu favorit atau sekadar berbincang-bincang dengan rekan kerja. 2. Tidur Lebih Banyak. Kurang tidur dapat menjadi penyebab sakit kepala di kantor. Oleh sebab itu, jika Anda merasa mengantuk saat bekerja. 3. Banyak Minum Air. Tetap terhidrasi akan membuat Anda aktif dan mampu mengurangi sakit kepala. Pastikan cukup mi-
num saat Anda berada di kantor. Dengan mengonsumsi air yang cukup akan membantu memperlancar sistem dalam aliran darah, mengurangi stres, meningkatkan kekebalan tubuh, serta membuat kulit Anda bersinar. 4. Menggerak-gerakkan Leher. Kegiatan menggerak-gerakkan leher tidak hanya melemaskan leher, bahu, dan punggung, tetapi juga membantu mengurangi rasa sakit saat Anda bekerja. Leher yang kaku bisa mengakibatkan sakit kepala, sehingga dengan menggerakgerakkannya akan sangat membantu mengurangi sakit kepala Anda. 5. Mencoba Akupresur. Memijit-mijit otot leher dan pundak membuat otot rileks dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Jadi, jika Anda mengalami sakit kepala saat bekerja cobalah cara ini. 6. Mengonsumsi Teh. Meminum teh merupakan cara alami untuk mengurangi sakit kepala di tempat kerja. Di India banyak orang mengonsumsi teh untuk meringankan sakit kepala. Jika menyukai rasa tertentu, teh tersebut dapat dikonsumsi dengan rasa favorit Anda. Penting pula untuk memperhatikan postur duduk ketika bekerja. Posisi duduk yang salah dapat menyiksa otot punggung dan bahu sehingga menyebabkan sakit kepala. Punggung dan pinggang tegak dan pantat menempel pada belakang tempat duduk. (detikHealth)
INFO SASETA
Tetap Salam, Senyum, Tanya Kita tidak pernah bisa menduga apa yang akan terjadi di akhir hari. Mengawali hari dengan hati riang dan semangat menjulang, kadang bisa diakhiri dengan bersungut-sungut atau marah oleh sebab berbagai macam hal. Semangat dan keriangan yang tadinya dirasakan penuh, seolah-olah terkikis habis oleh satu atau dua kejadian yang dialami. Rasanya, keseluruhan hari itu menjadi begitu buruk oleh sebab peristiwa yang dialami di ujung hari.Namun kita harus senantiasa sadar
dan ingat, bahwa kita memiliki tugas yang mulia. Pelayanan maksimal yang kita berikan kepada pasien akan memberi dorongan motivasi mereka untuk sembuh. Kekuatan motivasi ini mampu merubah yang pesimis jadi optimis. Senantiasa kita mengingatkan bahwa SASETA (Salam, Senyum, Tanya) bertujuan menjembatani komunikasi antara petugas dan penderita. Jangan sampai perasaan kesal kita menjadikan keikhlasan kita menguap begitu saja. Lakukan SASETA untuk mencapai Layanan Sepenuh Hati (LSH).
BULETIN BINROH ISLAM RSUD DR. SOETOMO Jumat, 5 April 2013 / 24 Jumadil Awal 1434H
“Aku tak pernah melihat Muslim bin Yasar melirikan matanya saat shalat, sedikitpun. Suatu saat dinding masjid roboh hingga mengejutkan orang yang berada di pasar, karena getarannya. Tapi Muslim bin Yasar tetap dalam shalatnya tanpa melirik sedikitpun.” Ini perkataan Maymun bin Hayyan, seorang shalih di zaman Tabi'in, tentang sahabatnya Muslim bin Yasar yang terkenal khusyu dalam beribadah. Para orang-orang shalih dahulu, memiliki kenangan yang cukup detail prihal kebaikan sahabat-sahabat mereka. Orang-orang shalih dahulu sangat memperhatikan shalat sahabatnya dan mengambil banyak pelajaran dari kebaikan sahabatnya. Seorang shalih pernah bertanya pada Khalaf bin Ayub, “Apakah engkau tidak risih dengan lalat yang hinggap saat shalat sehingga engkau perlu mengusirnya?” Ia menjawab, “Aku tidak membiasakan diriku untuk melakukan sesuatu yang merusak nilai shalatku.” Si penanya belum puas dengan jawaban itu, dan bertanya lagi soal bagaimana Khalaf bin Ayyub bisa menahan diri untuk tetap bergeming saat lalat hinggap di tubuhnya? Khalaf bin Ayyub menjawab, “Seorang penjahat bisa bersabar saat dihukum berat di dalam penjara dan dia bahkan bangga dengan kesabarannya itu. Sedangkan aku berdiri di hadapan Allah swt, apakah aku harus bergerak karena seekor lalat?”
Itu sepotong tentang kekhusyuan orangorang shalih saat menunaikan shalat. Di antara mereka ada yang bernama Ibnu Zubair, yang bila berdiri dalam shalatnya, seperti batang pohon, karena kekhusyuannya. Adz Dzahabi menuliskan tentang Sofyan At Tsauri, yang pernah dilihatnya menunaikan shalat di Masjidil Haram setelah shalat Magrib. Setelah itu, Ats Tsauri melakukan shalat nafilah lalu sujud dan ia tidak mengangkat kepalanya kecuali hingga berkumandang azan Isya. Orang shalih yang lain, Ali bin Fudhail, berkata, “Aku ingin tawaf di Ka'bah. Aku lihat Sofyan Ats Tsauri sedang sujud dalam shalatnya. Aku menyelesaikan thawafku tapi aku masih melihat Ats Tsauri sujud. Lalu aku tawaf lagi, dan ketika selesai thawaf aku melihat dia masih dalam keadaan sujud.” Itulah kenyatan yang dilakukan para sahabat, para tabi'in radhiallahu anhum. Shalat di mata mereka sungguh-sungguh menjadi penyejuk yang begitu menenangkan jiwa. Di sanalah mereka mendapatkan pucuk cintanya. Di sanalah mereka berteduh di sebuah taman yang begitu nyaman dan membuatnya lupa dengan apapun di sekelilingnya. Kitapun menjadi lebih mengerti tentang sabda Rasulullah saw kepada Bilal ra, “Ya Bilal, istirahatkanlah kami dengan shalat.” Itulah yang dikatakan Rasulullah saw, “Dan sungguh dijadikan kesejukan mataku saat mela-
apa yang mudah bagimu dari Al Quran. Lalu ruku'lah hingga engkau tuma'nihah dalam ruku. Lalu angkatlah kepalamu sampai engkau berdiri lurus. Lalu sujudlah hingga engkau thuma`ninah dalam sujud. Lalu bangunlah hingga engkau thuma`ninah dalam duduk. Lakukanlah itu dalam shalatmu semuanya… “ Barangkali kita perlu teguran setelah shalat, yang mengatakan pada kita, “kembalilah dan shalatlah lagi, karena sesungguhnya engkau belum shalat.” Mungkin tidak sedikit dari kita yang melakukan ruku', sujud, duduk di antara dua sujud dalam keadaan yang terburu-terburu. Tanpa kekusyu'an kepada Allah yang Maha Rahim dan Maha Kasih Sayang. Mungkin ada di antara kita yang masih mencuri pandangan ke sisi lain saat kita shalat, melihat pakaian, melihat jam, melihat arah lainnya, atau sangat ingin cepat selesai shalat. Ternyata, kita telah kehilangakn khusyu' dalam ibadah. Kita menunaikan shalat hanya untuk menggugurkan kewajiban, bukan untuk dinikmati dan dirasakan kenikmatannya. Benarlah apa yang dikatakan Khudzaifah bin Al yaman radhiallahu anhu, “Pertama kali yang hilang dari agama kalian adalah kekhusyuan, dan yang paling terakhir hilang adalah shalat. Ada banyak orang yang melakukan shalat tapi tak ada kebaikan di dalam dirinya. Kelak engkau masuk ke sebuah masjid dan tidak engkau lihat di dalamnya orang yang melakukan shalat dengan khusyu'.”
BULETIN EMBUN Diterbitkan oleh Binroh Islam RSUD Dr. Soetomo Penasehat : 1. Direktur - Dr. Dodo Anondo MPH. 2. Dekan FK UNAIR - Prof. Dr. Agung Pranoto, dr. M.Kes, Sp.PD KEMD FINASIM Penanggung Jawab : Dr. H. Imam. Susilo, dr. Sp. PA. Pimpinan Redaksi : dr. H. Wijoto, Sp.S (K) Dewan Redaksi : Tim Kreatif Alamat : Jl. Prof. Moestopo 6-8 Surabaya telp. (031) 5501173
KISAH TELADAN
kukan shalat.” Semoga Allah swt mengasihi hamba-hamba-Nya yang tunduk dan khusyu kepada-Nya. Shalat adalah akhir wasiat Rasulullah saw menjelang wafatnya. Dan shalatlah yang menjadi akhir hilangnya Islam dari sebuah masyarakat. Shalat juga, masalah pertama yang akan ditanyakan kepada seorang hamba di hari kiamat di hadapan Allah swt Yang Maha Mengetahui. Perhatikanlah lagi lebih seksama, bagaimana Rasulullah saw suatu ketika tengah berada di masjid bersama para sahabatnya. Lalu, masuklah seseorang dan dia melakukan shalat. Usai shalat, orang itu datang dan mengucapkan salam kepada Rasulullah saw. Rasul mengatakan kepadanya, “Kembalilah dan shalatlah, engkau belum shalat.” Setelah itu orang tersebut shalat lagi sebagaimana shalatnya yang pertama. Tapi ketika mendatangi Rasulullah saw, ia kembali diperintahkan untuk kembali mengulangi shalatnya. “Engkau sebenarnya belum shalat,” ujar Rasululalh saw. Ia kembali melakukan shalat yang ketiga kalinnya kemudian datang kepada Rasulullah saw. Ternyata Rasul saw tetap menganjurkan ia untuk kembali mengulang shalatnya dan mengatakan bahwa ia sebenarnya belum shalat. Orang itu bertanya, “Demi Allah Yang Mengutusmu dengan kebenaran. Apakah ada yang lebih baik dari ini, ajarkanlah saya.” Rasulullah saw menjawab, “Jika engkau berdiri shalat maka bertakbirlah. Kemudian bacalah ayat
A
pabila manusia melihat keadaan Abdullah bin Hudzafah bin Qais radhiyallahu 'anhu ketika Raja Romawi hendak menghalanginya dari agamanya, niscaya mereka kan melihat kedudukan yang mulia dan laki-laki yang agung. Umar bin Khattab radhiayallahu'anhu memberangkatkan tentaranya menuju Romawi. Kemudian tentara Romawi berhasil menawan Abdullah bin Hudzafah dan membawanya pulang ke negeri mereka. Kemudian mereka berkata: “Sesungguhnya ia adalah salah seorang sahabat Muhammad.” Raja Romawi berkata: “Apakah kamu mau memeluk agama Nashrani dan aku hadiahkan kepadamu setengah dari kerajaanku?” Abdullah bin Hudzafah menjawab: “Seandainya engkau serahkan seluruh kerajaanmu dan seluruh kerajaan Arab, aku tidak akan meninggalkan agama Muhammad shalallahu 'alaihi wasalam sekejap mata pun.” Raja Romawi berkata: “Kalau begitu, aku akan membunuhmu.” Ia menjawab: “Silahkan saja!” Maka Raja memerintahkan prajuritnya untuk menyalibnya dan berseru kepada pasukan pemanah: “Panahlah ia, arahkan sasarannya pada tempat-tempat yang terdekat dengan badannya.” Sementara dia tetap berpaling, enggan, dan tidak takut. Maka raja Romawi pun menurunkannya dari tiang salib. Dia perintahkan kepada pengawalnya untuk menyiapkan belanga (kuali) yang diisi dengan air dan direbus hingga mendidih. Kemudian ia perintahkan untuk memanggil tawanan-tawanan dari kaum muslimin. Kemudian ia lemparkan salah seorang dari mereka ke dalam belanga tadi hingga tinggal tulang belulangnya. Namun Abdullah bin Hudzafah tetap berpaling dan enggan untuk masuk agama Nashrani. Kemudian Raja memerintahkan pengawalnya untuk melemparkan Abdullah bin Hudzafah ke dalam belanga jika ia tidak mau memeluk agama Nashrani. Ke-
tika mereka hendak melemparkannya beliau menangis. Kemudian mereka melapor kepada Raja: “Sesungguhnya dia menangis.” Raja mengira bahwasanya beliau takut, maka ia berkata: “Bawa dia kemari!” Lalu berkata: “Mengapa engkau menangis?” Jawabnya : “Aku menangisi nyawaku yang hanya satu yang jika engkau lemparkan ke dalamnya maka akan segera pergi. Aku berharap seandainya nyawaku sebanyak rambut yang ada di kepalaku kemudian engkau lemparkan satu per satu ke dalam api karena Allah.” Maka Raja tersebut heran dengan jawabannya. Kemudian ia berkata : “Apakah engkau mau mencium keningku, kemudian akan kubebaskan engkau?” Abdullah menjawab: “Beserta seluruh tawanan kaum muslimin ?” Ia menjawab: “Ya.” Maka ia pun mencium kening raja tersebut dan bebaslah ia beserta seluruh tawanan kaum Muslimin. Para tawanan menceritakan kejadian ini kepada Umar bin Khattab. Maka berkatalah Umar: “Wajib bagi setiap muslim untuk mencium kening Abdullah bin Hudzafah. Aku yang akan memulainya.” Kemudian Umar mencium keningnya. Ini adalah kedudukan yang agung lagi mulia karena Abdullah bin Hudzafah tetap teguh memegang agamanya walaupun ia diimingimingi dengan kerajaan Kisra. Ia tidak takut terhadap para pemanah yang hendak memanahnya dalam keadaan tubuh sedang disalib. Ia juga tidak takut terhadap belanga yang berisi air yang mendidih ketika ia melihat salah seorang tawanan dilemparkan ke dalamnya hingga nampak tulang belulangnya. Maka ketika ia melihat kemashlahatan umum yaitu dibebaskannnya para tawanan, ia pun mau untuk mencium kening raja tersebut. Hal ini adalah merupakan suatu kebijakan yang amat agung. Maka Allah pun ridha terhadap Abdullah bin Hudzafah dan iapun ridha kepadaNya.
Menyejukan Relung Hati
TIPS PRAKTIS
Akibat Tubuh Loyo saat Posisi Duduk dan Berdiri Bukan hanya kelihatan malas, postur tubuh yang tidak ideal (loyo) saat duduk maupun berdiri juga memicu dampak negatif bagi kesehatan secara keseluruhan. Dampak tidak baik adalah sebagai berikut seperti dikutip dari Daily Mail. 1. Tekanan darah tinggi. Berdiri atau duduk dalam posisi loyo bukanlah postur yang ideal dan akan mempengaruhi otot leher. Bagian ini juga berhubungan langsung dengan otak di bagian pusat pengaturan tekanan darah. 2. Beser atau ngompol. Sekitar 50 persen wanita punya masalah kandung kemih, seperti ngompol sedikit saat tertawa atau mengangkat barang, maupun beser atau sering buang air kecil. Postur yang tidak ideal bisa jadi penyebabnya sebab tulang punggung membentuk huruf C yang tidak baik untuk daerah panggul. Normalnya, tulang punggung saat tegak agak membentuk huruf S. 3. Rentan depresi. Sebuah penelitian di San Francisco State University mengungkap bahwa postur yang tidak ideal membuat orang lebih rentan depresi dan memiliki level energi yang lebih rendah. Penelitian lain di Colorado College menunjukkan, postur yang tegak saat duduk dan berdiri memberikan rasa percaya diri yang lebih besar. 4. Nyeri dada. "Panggul itu seperti mangkuk. Kalau duduk tegak, maka isinya rata. Tapi kalau duduk bersandar, perut dan organ
pencernaan akan tumpah isinya," kata Robert McCoy, seorang ahli pencernaan. Lama kelamaan spinchter atau katub pembatas antara lambung dan esofagus (kerongkongan) akan melemah, kerjanya jadi tidak maksimal sehingga asam lambung mudah naik. Gejalanya adalah nyeri dada. 5. Asma. Paru-paru bekerja lebih optimal dalam posisi vertikal. Oleh karenanya orang yang duduknya merosot akan lebih kesulitan bernapas dan bisa memicu gangguan pernapasan seperti asma maupun gangguan paru. "Orang-orang dengan postur berbentu C sering letih sepanjang hari dan itu karena paru-parunya tidak mendapat cukup oksigen, padahal otak juga butuh oksigen agar bekerja dengan baik," kata seorang fisioterapis, Sammy Margo. 6. Sakit Kepala. Jika sering merasakan sakit kepala di tempat kerja, belum tentu itu karena stres. Posisi duduk yang tidak ideal juga bisa menjadi penyebabnya. "Tensi atau tekanan otot di pangkal tengkorak, yang disebabkan oleh posisis duduk yang merosot bisa menekan saraf trigeminal dan menyebabkan cervicogenic headache," kata seorang ahli tulang, Robert McCoy. 7. Kembung dan mudah kentut. Perut kembung dan banyak angin sesudah makan disebabkan oleh irritable bowel syndrome atau sindrom perut sensitif. Duduk dengan posisi tidak ideal bisa memperparah kondisi ini, karena perut akan tertekan. Usah makan besar, sangat dianjurkan untuk duduk tegak agar perut tidak mudah kembung. (detikHealth)
INFO SASETA
Shodaqoh Lisan Shodaqoh tidaklah harus dengan uang/harta. Kita bisa shodaqoh dengan lisan kita. Lisan adalah perangkat tubuh kita yang sangat sulit dikendalikan. Lisan bisa menjadi sangat manis semanis madu tapi bisa juga tajam setajam sembilu. Lisan bisa mendekatkan orang yang baru kenal tetapi juga bisa mencerai beraikan dua orang yang bersaudara. Ketika kita berta-
nya kepada penderita yang kita layani tentang kabarnya atau masalahnya hari ini, itu sudah shodaqoh. Walaupun kita tahu hari ini mereka masih sakit. Pertanyaan dengan senyum lembut akan menyambung hubungan kekrabatan dan keakraban. Tujuan utama SASETA (Salam, Senyum, Tanya) untuk menjalin komunikasi antara petugas dan penderita sehingga tercapainya Layanan Sepenuh Hati.
BULETIN BINROH ISLAM RSUD DR. SOETOMO Jumat, 12 April 2013 / 1 Jumadil Akhir 1434H
S
embilan hari sebelum wafatnya utusan Allah swt, Muhammad saw. Sepulang dari menunaikan haji wada', turun firman Allah swt, “..wattaqu yauman… turja'uuna fiihi”. Sejak itu, tanda-tanda kesedihan sudah tampak dalam diri manusia mulia itu. “Aku ingin mengunjungi makam para syuhada uhud,” ujarnya. Beliaupun pergi ke lokasi makam, dan berdiri di tepi makam para sahabatnya. “Assalamualaikum ya syuhadaa Uhud. Kalian telah lebih dahulu, dan kami insya Allah akan menyusul kalian. Dan aku insya Allah akan bretemu dengan kalian.” Dalam perjalanan pulang, Rasul saw menangis. Para sahabat bertanya, tentang sebab tangisannya. Dengan nada lirih, Nabi Allah itu mengatakan, “Aku merindukan saudarasaudaraku..” “Bukankah kami ini adalah saudarasaudaramu, ya Rasulullah?” sergah para sahabat. Rasul menjawab, “Tidak. Kalian adalah sahabat-sahabatku. Adapun saudarasaudaraku adalah orang yang datang setelahku, tapi mereka beriman kepadaku meskipun tidak melihatku.” Apakah kita termasuk saudara-saudara Rasulullah saw yang dirindukannya itu? Seberapa besar juga kerinduan kita kepada sang Nabi yang merindukan kita itu? Apa bukti kerinduan kita? Apa buki kita adalah saudara-saudara yang dirindukan Rasulullah
saw?Andai kita merasa sebagai saudarasaudara yang dirindukan Rasulullah saw. Ada banyak hal yang harus kita lakukan. Dan yang paling jelas adalah, mengikuti sunnah Rasulullah saw dalam berdakwah atau menyerukan nilai agama Allah ini ke banyak orang. Apakah kita termasuk orangorang yang menyebarkan, menyampaikan, mendakwahkan, memperjuangkan agama Allah yang dibawa Nabi Muhammad saw? Mari mengambil pelajaran dari cerita dakwah seorang shalih yang pernah dimuat dalam Majalah Al Mujtama' beberapa waktu lalu berikut ini. “Aku mengendarai mobil di samping sebuah pasar dan melihat seorang pemuda yang sedang memeluk seorang gadis. Aku ragu, apakah aku akan menasihatinya atau tidak? Tapi akhirnya aku putuskan untuk berhenti dan mendekati mereka. Melihat aku datang, anak gadis yang tadinya sedang asik itu terkejut, dan lari. Sementara sang pemuda, juga tampak takut dan mengira aku aparat pemerintah, atau polisi. “Assalamu'alaikum..” sapaku. Aku kemudian menjelaskan, bukan sebagai aparat atau polisi. “Aku hanya seorang saudara yang ingin sekali menyampaikan kebaikan untukmu dengan memberi nasihat,” jelasku. Aku lalu berbicara dengan suasana tenang, hingga tanpa terasa, mata pemuda itu berkaca-kaca lalu air mata matanya kulihat
malu melakukan kemaksatan. Tapi dua minggu terakhir keadaannya berubah. Ia menjadi orang yang membangunkan kami untuk shalat subuh di masjid, padahal ia sebelumnya tidak mau medirikan shalat dan banyak melakukan keburukan. Allah memberikannya hidayah…” Kami sama-sama terdiam. Tapi kemudian ayah Fulan bertanya, “Sejak kapan kamu mengenal anak saya?” tanyanya. Aku menjawab sambil merenung, “Dua minggu lalu.” Ayahnya langsung menyergah, “Jadi kamu yang menashati anak saya. Biar aku memelukmu, karena kamu telah menyelamatkan anakku dari neraka.. Menurut penulisnya, ini adalah kisah nyata. Silahkan ambil pelajaran apapun yang bisa kita manfaatkan dari kisah ini. Dari kepedulian seorang Muslim yang merasa wajib menyampaikan nasihat karena Allah swt kepada si pemuda. Juga, tentang akhir hidup si pemuda yang bertolak belakang dengan rentang amalnya sebelum bertemu dengan sang pendakwah. Hingga peristiwa luar biasa yang terjadi antara si pemuda di waktu subuh, dengan pendakwah… Apakah Rasulullah saw pernah merindukan kita? Apa bukti kita sebagai kelompok orang yang dirindukan Rasulullah saw? Bertanyalah pada diri sendiri, apa yang sudah kita berikan pada agama ini? Apakah kita sudah memberi sentuhan dakwah kepada orang-orang yang ada di sekeliling kita? Mudah-mudahan, kita termasuk yang disebut Rasulullah saw sebagai saudara-saudara yang dirindukannya…
BULETIN EMBUN Diterbitkan oleh Binroh Islam RSUD Dr. Soetomo Penasehat : 1. Direktur - Dr. Dodo Anondo MPH. 2. Dekan FK UNAIR - Prof. Dr. Agung Pranoto, dr. M.Kes, Sp.PD KEMD FINASIM Penanggung Jawab : Dr. H. Imam. Susilo, dr. Sp. PA. Pimpinan Redaksi : dr. H. Wijoto, Sp.S (K) Dewan Redaksi : Tim Kreatif Alamat : Jl. Prof. Moestopo 6-8 Surabaya telp. (031) 5501173
KISAH TELADAN
menitik. Singkat cerita, setelah itu, kami berkenalan dan bertukar nomor hp Dua pekan setelah itu, aku kebetulan saja memeriksa isi dompet dan mendapatkan nomor telepon si pemuda itu. “Aku ingin menghubuginya sekarang,” gumamku saat itu waktu subuh. Akupun menghubunginya, “Masih kenal aku?” Ia menjawab, “Bagaimana aku bisa melupakan suara ini, suara yang telah mengantarkanku pada hidayah dan membuatku bisa melihat cahaya dan jalan yang benar…” Kami lalu sepakat untuk berkujung ke rumahnya pada hari itu juga setelah shalat Asar. Aku pergi ke rumah pemuda itu dan mengetuk pintu rumahnya. Rupanya, orang tua pemuda itu yang membukakan pintu. “Fulan ada… “ tanyaku. Pertanyaan itu sepertinya membuat keheranan dan ia tidak menjawab apapun. Aku bertanya lagi, “Fulan ada…?” Orang tua itu lalu mengatakan, “Anak muda, ini bekas tanah pemakaman Fulan. Tadi pagi kami baru saja menguburkannya…” Aku sangat terkejut dan merasa tidak percaya dengan apa yang kudengar. Aku mencoba menerangkan dengan yakin, “Pak, pagi tadi baru saja saya berbicara dengannya melalui telepon di waktu subuh. Orang tua itu terdiam heran. Iapun samasama, nyaris tidak percaya dengan perkataanku. Ia lalu menjelaskan, “Fulan kemarin shalat zuhur dan duduk membaca Al Quran di masjid, setelah itu ia pulang dan tidur sebentar di rumah. Ketika kami ingin membangunkannya di untuk makan siang, ternyata ia sudah meninggal.” Ia menerangkan lagi, “Anakku dahulunya adalah orang yang tidak
A
hmad bin Thulun adalah salah seorang pemimpin Mesir Zaman dahulu dan juga merupakan seorang Ulama yang memiliki kedudukan yang mulia. Nama lengkapnya adalah Abu Al-Hasan bin Ahmad bin Banan. Beliau rahimahullah pernah mendekam di penjara. Penyebab dia dijebloskan ke penjara adalah karena dia dahulu pernah menemui salah seorang pejabat, lalu beliau mendakwahinya. Pejabat tersebut pun marah kepada beliau seperti orang yang pura – pura tidak mengetahui sabda Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam : “Ada dua orang yang apabila dua orang ini baik, maka menjadi baiklah umat dan apabila buruk, maka akan menjadi buruklah umat tersebut yakni para ulama dan umara.” Pejabat itu marah dan hilanglah kesabaran nya lalu dia memerintahkan kepada para tentaranya : “Seretlah orang ini dan sodorkanlah dia kepada singa yang lapar. Kemudian kuncilah dia bersama singa tersebut dan biarkanlah dia hingga tubuhnya habis dimakan singa.” Ulama tersebut yakni Ahmad Thulun dimasukkan ke dalam penjara dengan Singa yang sedang kelaparan. Keesokan harinya, para penjaga penjara menemukan ulama tersebut sedang duduk dengan tenang dan nyaman sambil berdzikir mengingat Allah Ta'ala dan membaca ayat – ayat Al-Quran yang penuh berkah. Mereka mendapati singa yang kemarin kelaparan tersebut sedang menundukkan kepalanya dengan tenang dan penuh kekhusyukan, menyimak ayat-ayat al-Quran (yang dibacakan).
Bagaimana bisa demikian? Ketahuilah karena sesungguhnya al-Quran itu adalah firman Allah Subhanahu wa ta'ala : “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayatayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.” [QS. az-Zumar ayat 23] Kemudian bagaimana tidak? Yang telah menurunkan al-Quran itu adalah Allah Ta'ala yang telah berfirman : “Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.” [QS al-Hasyr ayat 21] Subhanallah… Jika Singa yang buas yang sedang kelaparan saja khusyu' mendengarkan al-Quran, lalu bagaimana dengan kita? Kita bisa membaca al-Quran, alhamdulillah. Tapi sudah kah kita khusyu' dan mengambil pelajaran dari al-Quran? Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman : “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan AlQuran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” [QS ayat 17, 22, 32, 40]
Menyejukan Relung Hati
TIPS PRAKTIS
Kiat agar Tidak Mudah Tertular Flu Risiko seseorang untuk tertular virus flu semakin meningkat ketika musim hujan tiba, apalagi jika Anda harus berhadapan dengan banyak orang setiap hari di tempat kerja, yang mungkin salah satu diantaranya terinfeksi virus flu. Anda harus mengambil langkah pencegahan agar tidak tertular flu di lingkungan kerja. Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa sekitar 84 persen karyawan tetap pergi bekerja meskipun dirinya sedang dalam keadaan flu. Sayangnya hampir setengah dari jumlah tersebut tidak memperingatkan rekan kerjanya yang lain tentang penyakitnya. Hal ini tentu dapat meningkatkan kemungkinan seseorang tertular flu dari rekan kerjanya. Sehingga penting bagi Anda untuk melakukan pencegahan terhadap flu, karena gejala flu seperti pilek, batuk, dan demam benar-benar dapat mengganggu hari-hari produktif Anda di kantor. Para ahli menyarankan kepada para pekerja untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap flu, dengan cara sebagai berikut: 1. Mewaspadai barang-barang kantor yang digunakan untuk umum. Selain itu, barang-barang yang dipakai bergantian lebih mungkin menjadi media penularan virus dan kuman penyakit, termasuk flu. Anda perlu membersihkan barangbarang di meja Anda dengan disinfektan
setiap hari, serta mencuci tangan setelah menyentuh barang-barang yang digunakan untuk umum agar terhindar dari flu. 2. Cuci tangan. Jangan lupa untuk selalu cuci tangan setiap kali makan, setelah membaca koran di ruang istirahat dan setelah menghadiri rapat dimana Anda akan berjabat tangan dengan banyak orang. Tangan harus dicuci dengan sabun dan air setidaknya selama 20 detik (dengan cara cuci tangan yang benar). 3. Tetap terhidrasi. Dehidrasi yang dikombinasikan dengan stres dan kurangnya waktu istirahat dapat menurunkan kekuatan sistem kekebalan tubuh, sehingga Anda akan lebih mudah tertular flu. Minumlah lebih banyak air dan sediakan botol minum di atas meja kerja agar Anda lebih mudah menjangkaunya ketika merasa haus. 4. Minum vitamin. Ketika rekan kerja Anda mulai mengembangkan flu, segeralah mengambil suplemen vitamin C atau seng untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan menangkis virus flu. 5. Membatasi menyentuh wajah. Seorang karyawan harus membatasi diri agar tidak menyentuh wajah/hidung, mata selama bekerja. Menyentuh mata, hidung dan mulut dapat mempermudah akses kuman untuk masuk ke dalam tubuh dan menyerang sistem kekebalan tubuh. 6. Untuk mencegah penularan upayakan pakai masker bila sedang terkena flu. (detikHealth)
INFO SASETA
Sebarkan Salam Nabi Muhammad SAW bersabda, ''Kalian tak akan masuk surga sampai kalian beriman dan saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan satu amalan bila dilakukan akan membuat kalian saling mencintai? Yaitu, sebarkanlah salam di antara kalian.'' (HR Muslim dari Abi Hurairah). Menyebarkan salam berarti menyebarkan kedamaian. Sebab, kata salam mengandung makna kedamaian, keselamatan, dan keamanan. Karena itu, orang yang mengucapkan salam
pada hakikatnya mengucapkan doa terhadap orang yang diberi salam agar senantiasa mendapat kedamaian, kasih sayang, dan berkah dari Allah SWT. Usahakanlah setiap bertemu dengan para pasien ucapkanlah salam. Salam yang kita ucapkan akan menghilangkan jarak antara petugas dengan penderita yang pada akhirnya mampu memberikan motivasi sembuh kepada pasien. Maka sebarkanlah salam berikanlah kedamaian kepada para penderita dengan melaksanakan SASETA (Salam, Senyum, Tanya)
BULETIN BINROH ISLAM RSUD DR. SOETOMO Jumat, 19 April 2013 / 8 Jumadil Akhir 1434H
D
engarkanlah ungkapan dari lisan seorang sahabat bernama Abu Dhamdham radhiallahu anhu. “Ya Allah, aku tidak punya harta lagi untuk aku sedekahkan kepada orang yang membutuhkan. Karenanya, sudah aku sedekahkan kehormatanku untuk mereka. Siapa saja yang menghinaku, atau mencaciku, itu adalah halal untukku.” Seperti sahabat Abu Dhamdam radhiallahu anhu dan juga para sahabat lainnya, kita pasti aneh mendengarkan ucapan itu. Ternyata ada seseorang yang sangat ingin menghibahkan apa yang menjadi miliknya untuk orang lain. Ternyata ada hati seseorang yang begitu lapang, yang tak mengisi jiwanya untuk kepentingan dirinya, kecuali untuk kepentingan orang lain yang membutuhkannya. Sampai tatkala tak ada lagi yang layak diberikan kepada orang lain, ia menghadirkan kehormatan, kemuliaan, harga dirinya, untuk diberikan kepada orang lain. Lalu, semua caci maki, umpatan, hinaan, akan dijadikan sedekah dari dirinya untuk orang yang mencaci, mengumpat dan menghinanya. Subhanallah.., Abu Dhamdham pasti mempunyai logika keimanannya sendiri untuk memiliki sikap seperti itu. Sebab semua orang lazimnya mempunyai keinginan diri, menyimpan obsesinya untuk diri sendiri.
Ibnul Qayyim rahimahullah mengomentari ungkapan Abu Dhamdham ra ini. Katanya, ”Kedermawanan Abu Dhamdham ini mencerminkan kelapangan hati, ketenangan jiwa, dan kebersihannya dari rasa memusuhi orang lain.” (Tahdzib Madarij As Saalikin, 407). Membersihkan hati dari rasa tidak enak dengan saudara sesama Muslim, tidak mudah dan bahkan membutuhkan kesabaran berlipat. Melapangkan dada, setelah melihat prilaku saudara yang mungkin membuat luka, membikin kecewa, memunculkan amarah, seiring sejalan dengan kemampuan seseorang melatih diri untuk mengendalikan diri saat marah. Dan itu tidak gampang.. Karena itulah, sikap tidak menyimpan luka, sikap lapang dada, sikap lapang jiwa yang tidak menyimpan sedikitpun rasa yang mengganggu persaudaraan, adalah sifat-sifat yang menjamin seseorang masuk surga. Masalah ini yang ingin disampaikan Rasulullah saw, saat ia tiga kali memuji seorang pemuda yang datang ke majlisnya, bahwa pemuda yang datang itu adalah penghuni surga. Di tengah nasihat dan arahannya di dalam masjid, Rasulullah saw tiba-tiba mengatakan, ”Akan datang pada kalian sekarang seorang yang menjadi ahli surga.” Tak lama setelah itu, datanglah seorang pemuda Anshar yang bersih janggutnya karena wudhu.
Alasan yang membenarkan itu sendiri, belum tentu asli kebenarannya karena sangat mungkin ada dalam buaian dan bisikan syetan yang membenarkan sesuatu yang keliru. Dan itu semua berakibat pada perpecahan, perkubuan, bisa merebak, bahkan melebar tak melibatkan satu atau dua orang tertentu melainkan satu kelompok orang. Sampai kita benarbenar menjadi lemah dan berada dalam kondisi seperti yang tegas dilarang Allah swt dalam surat Al Anfal ayat 46, ”… Dan janganlah kalian bertikai, lalu kalian menjadi gagal dan kekuatan kalian hilang…. ” Camkan dalam-dalam bagaimana persaudaraan yang dihidupkan oleh Rasulullah saw di zaman kenabian, dan hidup bergerak dalam dunia para sahabat dan orang-orang shalih. Mereka bukan tak pernah mengalami masalah, merasa terluka, kecewa, dalam interaksi sesamanya. Mereka orang-orang yang hatinya lapang, jiwanya bersih lalu paras mukanya menjadi bercahaya. Mereka berhasil mengatasi permasalahan dalam hubungan mereka dengan sangat baik. Dengar bagaimana perkataan Abu Dujjanah radhiallahu anhu saat sakit. Ketika itu, para sahabatnya terkejut melihat wajah Abu Dujjanah berseri dan bercahaya, padahal mereka tahu Abu Dujjanah dalam kondisi sakit parah yang mengantarkan ajalnya. Merekapun bertanya kepada Abu Dujjanah, dan ia menjawab, ”Tak ada suatu amalanpun yang paling aku pegang teguh kecuali dua hal. Pertama, aku tidak mau bicara yang tidak bermanfaat. Kedua, hatiku bersih dari perasaan yang mengganjal dengan kaum muslimin.”
BULETIN EMBUN Diterbitkan oleh Binroh Islam RSUD Dr. Soetomo Penasehat : 1. Direktur - Dr. Dodo Anondo MPH. 2. Dekan FK UNAIR - Prof. Dr. Agung Pranoto, dr. M.Kes, Sp.PD KEMD FINASIM Penanggung Jawab : Dr. H. Imam. Susilo, dr. Sp. PA. Pimpinan Redaksi : dr. H. Wijoto, Sp.S (K) Dewan Redaksi : Tim Kreatif Alamat : Jl. Prof. Moestopo 6-8 Surabaya telp. (031) 5501173
KISAH TELADAN
Sedangkan tangannya yang kiri menenteng dua sandalnya. Peristiwa serupa ini terjadi lagi keesokan harinya, hingga tiga kali berulang. Abdullah bin Umar radhiallahu anhu tersentak rasa keingintahuannya, dan berniat untuk bermalam di rumah pemuda itu, sampai ia tahu apa rahasianya, hingga mendapat sebutan ahli surga oleh Rasulullah saw, sebanyak tiga kali. Setelah tiga hari bermalam di rumah pemuda itu, Abdullah bin Umar ra merasa tak ada bagian hidupnya yang istimewa. Ia pun bertanya, dan menjelaskan maksud sebenarnya ia bermalam bersama pemuda itu. Pemuda itu menjawab, ”Saya tidak lebih seperti apa yang engkau lihat. Tapi, dalam jiwa saya tak sedikitpun ganjalan perasaan, dan saya tidak hasad sedikitpun atas kebaikan yang mereka terima.” Lalu, Abdullah bin Umar ra pun mengatakan, ”Inilah yang meninggikan kedudukanmu, yang kami tidak sanggup melakukannya.” Hati yang lapang, hati yang tak mempunyai dendam, hati yang tak memiliki rasa kesal, dengan saudara sesama Muslim, adalah surga dunia. Itu kesimpulan dari hadits panjang tentang Abdulah bin Umar dan pemuda Anshar tersebut. Abdullah bin Umar radhiallahu anhu yang terkenal zuhud dan ahli ibadah bahkan mengakui, bila dirinya tidak mampu memiliki kebersihan hati, kelapangan dada, seperti pemuda itu. Setidaknya kita harus berusaha mengusir rasa benci, atau sekedar meminimalisir suasana yang tidak bersih dengan orang lain. Sebab bila rasa dengki, hasad, ganjalan yang ada tak kunjung mampu kita redam, ada bahaya besar yang akan menimpa kita.
D
iriwayatkan dari Sahm bin Munjab, dia berkata, “Dalam peperangan di wilayah Darain –nama tempat di sekitar Bahrain—, Al-Ala' bin al-Hadhrami bersama-sama kami. Al-Ala' memanjatkan tiga macam doa. Ketiga doa itu dikabulkan Allah Subhanahu wa Ta'ala.Kemudian, kami berjalan bersama-sama, sehingga tiba di suatu tempat. Kami mencari air untuk berwudhu tetapi kami tidak mendapatkannya. Lalu, AlAla' bin al-Hadhrami berdiri untuk mengerjakan shalat dua rakaat kemudian berdoa, 'Ya Allah, Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Wahai Yang Mahatinggi dan Mahaagung. Sesungguhnya kami adalah hambahamba-Mu yang sedang dalam perjalanan untuk memerangi musuh-Mu. Turunkanlah hujan kepada kami agar kami dapat minum, juga berwudhu dari hadats. Jika kami telah meninggalkan tempat itu, janganlah ada seorang pun yang Engkau beri jatah dari air hujan itu.' Belum jauh jarak perjalan yang kami tempuh, kami tiba si sebuah sungai deras yang airnya berasal dari air hujan. Dia berkata, 'Kita berhenti di sungai ini dulu untuk minum.' Aku mengisi bejanaku, lalu sengaja meninggalkannya di tempat itu. Aku berkata, 'Aku akan lihat, apakah betul permohonannya dikabulkan?' Kemudian, kami berjalan kurang lebih satu mil. Aku berkata kepada teman-temanku, 'Aku lupa, bejanaku tidak terbawa.' Aku kembali lagi ke tempat itu, maka aku mendapati seolaholah di sekitar daerah itu tidak pernah turun hujan. Selanjutnya, aku ambil bejanaku dan aku bawa serta. Setelah kami sampai di Darain, kami men-
dapati di hadapan kami terbentang sungai yang menghalangi antara kami dan pasukan musuh. Ketika itu Al-Ala' memanjatkan doa lagi, 'Wahai Allah, Dzat Yang Maha Mengetahui, Yang Mahalembut, Yang Mahatinggi, Yang Mahaagung. Sesungguhnya kami adalah hamba-hamba-Mu, kami dalam perjalanan memerangi musuh-Mu, bukalah jalan untuk kami menuju musuh-Mu.' Tidak terduga, kami dapat melewati sungai tersebut. Bahkan, kuda-kuda kami satu pun tidak basah terkena air, sehingga kami dapat berhadapan dan menyerang musuh. Setelah kami kembali dari peperangan, AlAla' mengeluh sakit perut, yang menyebabkannya meninggal dunia. Sedangkan kami tidak mendapat air untuk memandikan jenazahnya. Kemudian kami kafani dengan baju yang dikenakan lalu kami kuburkan. Tidak berapa lama dari perjalanan kami, kami mendapatkan mata air. Kemudian kami saling berkata, 'Marilah kita balik ke tempat itu untuk mengeluarkan jenazah Al-Ala' dan memandikannya.' Kami semua kembali, menyusuri tempat ia dimakamkan. Ternyata, kami tidak mampu menemukan makamnya. Dengan demikian, kami gagal memandikan jenazahnya. Kemudian ada seorang lak-laki berkata, 'Aku pernah mendengar dia berdoa kepada Allah, 'Ya Allah, Dzat Yang Maha Mengetahui, Mahasantun dan Mahaagung, sembunyikanlah jenazahku. Jangan Engkau perlihatkan auratku kepada seorang pun.' Lalu, kami kembali dan kami meninggalkan jasad Al-Ala' yang telah dimakamkan di tempat itu.”
Menyejukan Relung Hati
TIPS PRAKTIS
Beberapa Kebiasaan yang bisa Berakibat Diabetes Melitus Diabetes Melitus juga sering kita sebut dengan istilah kencing manis atau penyakit gula darah. Penyakit yang satu ini termasuk jenis penyakit kronis yang tanda awalnya yaitu meningkatnya kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh. Organ tubuh yang terganggu adalah pankreas yang mana sudah tidak berfungsi memproduksi hormon insulin dalam memenuhi kebutuhan tubuh. Penyebab Diabetes Melitus: 1. Banyak Mengkonsumsi Makanan yang Mengandung Gula. Kita semakin sulit menghindari makanan yang mengandung gula, hal tersebut sangat mudah di jumpai seperti es krim, sirup, minuman dalam kemasan, permen, aneka jajanan kue dan lainlain. Semua makanan dan minuman tersebut kadang tanpa kita sadari mengandung banyak gula. Yang patut diwaspadai adalah gula yang terkandung dalam makanan dan minuman tersebut tidak pernah kita ketahui berapa takarannya. 2. Kurang tidur. Kurang tidur dapat menyebabkan berkurangnya sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh mudah terserang penyakit. Selain itu kebiasaan begadang sambil minum kopi dan merokok mempunyai resiko terkena penyakit diabetes. Oleh karena itu hindarilah kebiasaan begadang, istirahatlah secara cukup agar tubuh dapat fit kembali. 3) Makan terlalu banyak karbohidrat dari
nasi atau roti. Perlu Anda ketahui bahwa tubuh mempunyai kemampuan yang terbatas dalam mengolah makanan yang Anda makan. Jika Anda makan terlalu banyak karbohidrat, maka tubuh akan menyimpannya dalam bentuk gula dalam darah (glikogen). Jika hal ini berlangsung setiap hari, maka dapat dibayangkan besarnya penumpukan glikogen yang disimpan dalam tubuh. Inilah pemicu awal terjadinya gejala diabetes. 4. Merokok. Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang tidak baik selain minum minuman beralkohol. Merokok dapat menjadi pemicu terjadinya diabetes. Selain merusak paru-paru, merokok juga dapat merusak hati dan pankreas dimana hormon insulin diproduksi sehingga dapat mengganggu produksi insulin di dalam kelenjar pankreas. 5. Kurangnya Aktivitas Fisik. Gaya hidup naik mobil ketika berangkat kerja, naik lift ketika berada dikantor, duduk terlalu lama di depan komputer serta kurangnya aktivitas fisik lainnya membuat sistem sekresi tubuh berjalan lambat. Akibatnya terjadilah penumpukan lemak di dalam tubuh yang lambat laun berat badan menjadi berlebih. 6. Faktor Keturunan. Diabetes juga dapat disebabkan karena faktor keturunan atau genetika. Biasanya jika ada anggota keluarga yang menderita diabetes, maka kemungkinan besar anaknya juga menderita penyakit yang sama. Para ahli diabetes telah sepakat menentukan persentase kemungkinan terjadinya diabetes karena keturunan. (sahabatsehat.info)
INFO SASETA
Belajar Senyum dari Rasulullah Rasulullah, amat pemurah akan senyum. Seorang sahabat mengatakan bahwa tak pernah Rasulullah memandang atau mendatanginya, melainkan senantiasa dengan tersenyum. Bibir tipisnya senantiasa menyungging indah, lahir dari keinginan tulus membahagiakan orang lain. mengenal Rosululloh, adalah kekayaan yang tak ternilai harganya bagi kita. Rosululloh sungguhsungguh dicipta oleh Allah untuk menjadi
tauladan. Diamnya, pembicaraannya pula tindakantindakannya, dari ujung rambut sampai pangkal kakinya, semuanya pelajaran, seluruhnya adalah referensi berharga pembawa jalan keselamatan bagi yang mengikutinya. Program SASETA yang digulirkan adalah untuk meneladani apa yang rosul contohkan. Dengan SASETA (Salam Senyum Tanya) diharapkan pengabdian di RSUD Dr. Soetomo bisa memberikan warna yang ceriah, yaitu warna kebahagiaan. Senyumlah untuk mereka.
BULETIN BINROH ISLAM RSUD DR. SOETOMO Jumat, 26 April 2013 / 15 Jumadil Akhir 1434H
S
aat menginjak usia 40 tahun, apa yang ada dalam benak kepala kita tentang angka usia empat puluh tahun? Al Qur'an, khusus menyebut angka usia itu dalam surat Al Ahqaf ayat 15. Dalam ayat yang menjelaskan kewajiban seorang anak berbakti kepada kedua orang tua itu, Allah swt berfirman, ”…. Sehingga apabila dia (anak) telah dewasa dan mencapai usia empat puluh tahun, ia berdo'a : ”Ya Tuhanku, tunjukkanlah aku untuk mensyukuri nikmat yang Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku, dan supaya aku dapat berbuat amal shalih yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” Coba perhatikanlah potongan kalimat dalam do'a seorang anak saat ia berusia empat puluh tahun itu. Pertama, do'a itu yang mengandung pengharapan kepada Allah swt agar bisa dikaruniai jiwa yang sadar akan ragam kenikmatan Allah swt yang telah dilimpahkan selama ini. ”Ya Tuhanku, tunjukkanlah aku untuk mensyukuri nikmat yang Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku…” Ini kalimat tanda kesadaran dan ketundukan yang harus sudah ada sejak seseorang menginjak usia empat puluh tahun. Kesadaran
atas kenikmatan yang begitu banyak dan lama, namun tetap tidak melupakan kenikmatan paling besar yang telah Allah swt berikan melalui kedua orang tuanya. Bukti pengakuan atas ketidakberdayaan selama ini, kecuali karena kasih sayang Allah swt dan orang tua. Kedua, do'a itu berisi permohonan agar bisa lebih giat dan kuat dalam menjalani amal-amal shalih untuk mendapatkan ridha Allah swt. Ucapan ”supaya aku dapat berbuat amal shalih yang Engkau ridhai” merupakan pernyataan tentang keinginan agar Allah swt menetapkan hati lebih kuat, memberikan kesehatan lebih baik setelah usia itu, untuk bisa melipatgandakan keshalihankeshalihan yang bisa mengundang ridhaNya. Tanda kian kuatnya pikiran bahwa hidup ini harus bernilai dan keinginan meninggalkan suatu yang berharga dalam hidup ini. Karena itulah, ia memohon agar Allah swt lebih menguatkan segala keadaan yang mendukung amal-amal shalih. Ketiga, dalam do'a itu disebutkan ”berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku…” Ini adalah sebuah pinta yang lahir atas kesadaran tanggung jawab atas anak dan kelak cucu, yang akan menjalani kehidupan seperti yang dialami selama empat puluh tahun. Setelah melewati masa-masa awal pernikahan, menimang dan mendidik buah hati di saat me-
lemah. Tapi dilihat dari isi do'a yang termuat dalam surat Al Ahqaaf di atas, sesungguhnya peran-peran besar itu sedang dimulai sejak seseorang menginjak usia empat puluh tahun. Sebab, dalam keyakinan Islam kita, usia berapapun tak pernah boleh menjadikan seseorang merasa lebih lemah untuk melakukan kebaikan. Imam Ahmad rahimahullah, dalam usia renta, ditanya, ”Sampai kapan engkau akan menulis hadits?” Ia menjawab, ”Sampai mati.” Sebagaimana, usia tak pernah menjadi pertanda seseorang lebih lemah. Tandatanda fisik yang umumnya muncul bagi seseorang yang menginjak usia empat puluh tahunpun tak menjadi tanda tua dan lemah. Justru contoh terbaik dalam hal ini adalah Rasulullah saw, yang mengawali perjuangan dakwahnya di saat usia empat puluh tahun. Dan memulai terlibat dalam perjuangan pertamanya dalam perang Badar, saat berusia lima puluh lima tahun. Lalu apa pandangan para salafushalih tentang usia empat puluh tahun? Masruuq, seorang faqih asal Kufah, mengatakan, ”Jika salah seorang kalian memasuki usia empat puluh tahun, berhati-hatilah jangan sampai jauh dari Allah swt.” Muhammad bin Husain, mengatakan, ”Seseorang yang usianya mencapai empat puluh tahun, ada panggilan yang menyerunya dari langit, ”Masa usiamu sudah hampir habis, perbanyaklah bekal.. ” Saudaraku, Apa yang ada dalam benak kita tentang angka usia empat puluh tahun?
BULETIN EMBUN Diterbitkan oleh Binroh Islam RSUD Dr. Soetomo Penasehat : 1. Direktur - Dr. Dodo Anondo MPH. 2. Dekan FK UNAIR - Prof. Dr. Agung Pranoto, dr. M.Kes, Sp.PD KEMD FINASIM Penanggung Jawab : Dr. H. Imam. Susilo, dr. Sp. PA. Pimpinan Redaksi : dr. H. Wijoto, Sp.S (K) Dewan Redaksi : Tim Kreatif Alamat : Jl. Prof. Moestopo 6-8 Surabaya telp. (031) 5501173
KISAH TELADAN
reka masih kecil, hingga saat mereka menjelang remaja dan akhirnya dewasa seperti diri para orang tua mereka. Kesadaran bahwa kelak, anak-anak dan cucu-cucu itu, tidak mungkin selalu didampingi dan diarahkan jejak langkahnya. Kesadaran bahwa ada banyak cobaan yang menghalangi mereka untuk menjadi manusia yang shalihin dan shalihat…. Tiga hal yang terkandung dalam do'a ini, menyiratkan jawaban pertanyaan dalam yang muncul dalam diri manusia yan telah menginjak empat puluh tahun. ”Apa yang telah kupersembahkan selama empat puluh tahun?” ”Apa yang aku lakukan sekarang?” dan ”Apa yang akan aku lakukan di hari-hari mendatang?” Apa yang ada dalam benak kita tentang angka usia empat puluh tahun? Ibnu Athiyyah dalam Al Wajiiz, menjelaskan bahwa penyebutan angka usia empat puluh tahun dalam firman Allah swt itu, salah satunya memiliki arti bahwa di usia itulah tapal batas kebaikan atau keburukan seseorang. Sementara ada pula sebagian orang yang menganggap usia empat puluh merupakan batas peralihan seorang manusia dari kuat menjadi lemah. Tapi di sisi lain, kelemahan itu diiringi dengan kematangan pengalaman, keseriusan beramal, sehingga mulai usia itulah seseorang akan bisa terlihat sumbangsih dan peran-perannya yang lebih nyata. Islam tidak menganggap usia empat puluh tahun sebagai waham yang menghantui seseorang bahwa ia menjadi semakin berat bergerak, lekas letih, sulit beraktifitas, dan
I
a adalah seorang anak yatim, Ayahnya meninggal pada saat ia masih berumur 4 tahun dan ibunya meninggal ketika ia masih balita. Di bawah asuhan kakak kandungnya, ia tumbuh menjadi remaja yang cerdas dan iffa (menjaga diri dari dosa) dan sangat berhati-hati dalam menjalani kehidupannya serta memiliki kemandirian yang tinggi. Ibnu hajar Al-Asqalani itulah namanya. Beliau dilahirkan pada tanggal 22 sya'ban tahun 773 Hijriyah di pinggiran sungai Nil di Mesir. Nama asli beliau adalah Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar Al-Kannani Al-Qabilah yang berasal dari Al-Asqalan. Namun ia lebih masyhur dengan julukan Ibn Hajar Al Asqalani. Itu berawal dari kisah beliau dengan batu yang ia jadikan sebagai awal motivasinya dan keinginannya yang kuat untuk belajar. Kisah itu bermula ketika beliau masih belajar disebuah madrasah, ia terkenal sebagai murid yang rajin namun ia selalu tertinggal jauh dari teman-temannya. Bahkan sering lupa dengan pelajaranpelajaran yang telah di ajarkan oleh gurunya di sekolah yang membuatnya patah semangat dan frustasi. Beliaupun meminta izin kepada gurunya untuk meninggalkan sekolahnya. Dalam kegundahan hatinya meninggalkan sekolahnya hujan pun turun dengan sangat lebatnya, memaksa dirinya untuk berteduh didalam sebu-
ah gua. Ketika berada didalam gua pandangannya tertuju pada sebuah tetesan air yang menetes sedikit demi sedikit jatuh melubangi sebuah batu, ia pun terkejut. Beliau pun berguman dalam hati, sungguh sebuah keajaiban. Bagaimana mungkin batu itu bisa terlubangi hanya dengan setetes air. Ia terus mengamati tetesan air itu dan mengambil sebuah kesimpulan bahwa batu itu berlubang karena tetesan air yang terus menerus. Dari peristiwa itu, seketika ia tersadar bahwa betapapun kerasnya sesuatu jika ia di asah trus menerus maka ia akan manjadi lunak. Batu yang keras saja bisa terlubangi oleh tetesan air apalagi kepala saya yang tidak menyerupai kerasnya batu. Jadi kepala saya pasti bisa menyerap segala pelajaran jika dibarengi dengan ketekunan, rajin dan sabar. Sejak saat itu semangatnya pun kembali tumbuh lalu beliau kembali ke sekolahnya dan menemui Gurunya dan menceritakan pristiwa yang baru saja ia alami. Melihat semangat tinggi yang terpancar dijiwa beliau, gurunya pun berkenan menerimanya kembali untuk menjadi murid disekolah itu. Sejak saat itu perubahan pun terjadi dalam diri Ibnu Hajar. Beliau manjadi murid yang tercerdas dan malampaui temantemannya yang telah manjadi para Ulama besar dan ia pun tumbuh menjadi ulama tersohor dan memiliki banyak karangan dalam kitab-kitab yang terkenal dijaman kita skrang ini.