perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENATAAN KEMBALI PASAR UMUM CARUBAN KABUPATEN MADIUN TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Arsitektur Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh:
Kurnianto Fery Wibowo I 0207059
Dosen Pembimbing :
Ir. Agung Kumoro W, M.T Ir. Moh. Asrori, M.T PROGRAM STUDI ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user
2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
TUGAS AKHIR PENATAAN KEMBALI PASAR UMUM CARUBAN KABUPATEN MADIUN Oleh : KURNIANTO FERY WIBOWO I 0207059 Surakarta, Oktober 2011 Telah diperiksa dan disetujui oleh : Pembimbing Tugas Akhir Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Agung Kumoro W, M.T
Ir. Moh. Asrori, M.T
NIP. 19630802 199103 1 001
NIP. 19510502 198903 1 002 Mengetahui,
Ketua Jurusan Arsitektur (FT)-UNS
Ketua Prodi Arsitektur (FT)-UNS
Dr. Ir. Muhammad Muqoffa, M.T
Kahar Sunoko, S.T, M.T
NIP. 19620610 199103 1 002
NIP. 19690320 199503 1 002
Pembantu Dekan I (FT)-UNS
Kusno Adi Sambowo, ST, MSc,Ph.D commit to user NIP. 19691026 199503 1 002
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
v
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR SKEMA
xv
BAB I. PENDAHULUAN
1
A. JUDUL
1
B. PEMAHAMAN JUDUL
1
C. LATAR BELAKANG
2
D. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN
4
D.1. Permasalahan
4
D.2. Persoalan
5
E. TUJUAN DAN SASARAN
5
E.1. Tujuan
5
E.2. Sasaran
6
F. LINGKUP PEMBAHASAN DAN BATASAN
6
F.1. Lingkup Pembahasan
6
F.2. Batasan
7
G. METODA DAN STRATEGI DESAIN
7
G.1. Metoda
7
G.2. Strategi Desain
9
H. SISTEMATIKA PENULISAN
11
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II. TINJAUAN TEORI
13
A. TINJAUAN PASAR SECARA UMUM
13
A.1. Pengertian Pasar
13
A.2. Jenis-Jenis Pasar
14
A.3. Sistem Perpasaran Indonesia
15
A.4. Kegiatan Perpasaran
19
B. TINJAUAN PASAR TRADISIONAL
22
B.1. Pengertian Pasar Tradisional
22
B.2. Sejarah dan Perkembangan Pasar
22
B.3. Sifat Kegiatan Pasar Tradisional
29
B.4. Peranan Pasar Tradisional
30
C. TINJAUAN TATA RUANG PASAR
34
C.1. Penataan Komoditi Barang Dagangan
34
C.2. Ruang Terpinggirkan
35
D. PENINGKATAN DAYA SAING PASAR TRADISIONAL
37
D.1. Peningkatan Mutu dan Pembenahan Pengaturan Sarana Fisik Pasar
37
D.2. Siteplan (Perancangan Tapak)
40
D.3. Konsep Mempertahankan dan Mengembangkan Pasar Tradisional
41
E. TINJAUAN LANDMARK
42
E.1. Teori Landmark
42
F. TINJAUAN LOKALITAS
45
F.1. Memaknai Lokalitas dalam Arsitektur
46
F.2. Arsitektur Nusantara
51
G. PRESEDEN PASAR TRADISIONAL
57
G.1. Pasar Gede Hardjanegara
57
G.2. Pasar Legi Surakarta
60
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III. PASAR UMUM CARUBAN BARU DI DESA PANDEAN, KABUPATEN MADIUN
63
A. TINJAUAN KABUPATEN MADIUN
63
A.1. Kondisi Fisik
64
A.2. Kondisi Sosial
68
A.3. Kondisi Ekonomi
72
B. TINJAUAN KOTA CARUBAN
73
B.1. Orientasi dan Batas Wilayah Kota Caruban
73
B.2. Topografi
74
B.3. Perekonomian Kota
74
B.4. Sarana dan Prasarana Kota
74
B.5. Wilayah Perencanaan Kota Caruban
76
B.6. Penentuan Fungsi Bagian Wilayah Kota
76
B.7. Rencana Intensitas Penggunaan Tanah BWK
79
B.8. Isu Strategis Pembangunan Kota Caruban, Kabupaten Madiun
81
C. TINJAUAN PASAR UMUM CARUBAN
82
C.1. Kondisi Fisik
82
C.2. Kondisi Non Fisik
88
D. PEMINDAHAN IBU KOTA KABUPATEN CARUBAN
92
D.1. Konsep Pengembangan Perkotaan Mejayan
92
D.2. Strategi Penetapan Kawasan Strategis Pengembanagn Ekonomi
93
BAB IV. PENATAAN KEMBALI PASAR UMUM CARUBAN YANG DIRENCANAKAN
94
A. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN
94
A.1. Maksud
94
A.2. Tujuan
96
A.3. Sasaran
97
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. KEGIATAN YANG AKAN DIWADAHI
97
C. PELAKSANAAN KEGIATAN
98
D. SKALA PELAYANAN
100
E. POTENSI DAN KELEMAHAN LOKASI PASAR UMUM CARUBAN DI DESA PANDEAN, KECAMATAN MEJAYAN (ANALISA SWOT) F. SKENARIO PERENCANAAN
100 103
BAB V. PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN PENATAAN KEMBALI PASAR UMUM CARUBAN
105
A. DASAR PERTIMBANGAN
105
A.1. Dasar Pertimbangan Umum
105
A.2. Cakupan Analisa
106
B. PROSES ANALISA
107
B.1. Analisa Peruangan
107
1. Pola dan Pelaku Kegiatan
107
2. Kebutuhan Ruang
112
3. Besaran Ruang
114
4. Analisa Pendekatan Persyaratan Ruang Pasar
120
B.2. Analisa Pengolahan Tapak
123
1. Eksisting Site
123
2. Pencapaian
124
3. Orientasi Bangunan
128
4. Analisa Zonifikasi
136
5. Analisa Sirkulasi
134
6. Analisa Lansekap
140
7. Analisa Permasaan
141
B.3. Analisa Lokalitas
143
B.4. Analisa Pendekatan Struktur Bangunan
147
1. Sub Structure
147
2. Upper Structure
148
3. Roof Structure
commit to user
149
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B.5. Analisa Pendekatan Sistem Utilitas
149
1. Jaringan Air Bersih
149
2. Jaringan Air Kotor
151
3. Air Hujan
152
4. Sampah
152
5. Instalasi Listrik
153
6. Jaringan Telekomunikasi
154
7. Fire Protection
154
8. Penangkal Petir
155
BAB VI. KONSEP PERENCANAAN PENATAAN KEMBALI PASAR UMUM CARUBAN
156
A. KONSEP PERUANGAN
156
A.1. Besaran Ruang
156
A.2. Konsep Persyaratan Ruang Pasar
160
B. KONSEP PENGOLAHAN TAPAK
161
1. Eksisting Site
161
2. Konsep Pencapaian
162
3. Konsep Orientasi Bangunan
164
4. Konsep Zonifikasi
165
5. Konsep Sirkulasi
168
6. Konsep Lansekap
168
7. Analisa Permasaan
169
C. KONSEP LOKALITAS
170
D. KONSEP STRUKTUR BANGUNAN
171
1. Sub Structure
171
2. Upper Structure
171
3. Roof Structure
171
E. KONSEP SISTEM UTILITAS 1. Jaringan Air Bersih 2. Jaringan Air Kotor
172 172
commit to user
172
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Air Hujan
173
4. Sampah
173
5. Instalasi Listrik
173
6. Jaringan Telekomunikasi
174
7. Fire Protection
174
8. Penangkal Petir
174
DAFTAR PUSTAKA
xvi
LAMPIRAN
xvii
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.
Ilustrasi Penataan Siteplan
40
Gambar 2.
Elemen arsitektur tradisional yang “dipaksakan”.
51
Gambar 3.
Evolusi arsitektur Jawa, dari vernakular ke tradisional
52
Gambar 4.
Evolusi bangunan jawa dari panggung menjadi menapak di tanah
53
Gambar 5.
Evolusi bangunan jawa karena kebutuhan luas ruang
53
Gambar 6.
Dua contoh evolusi rumah joglo hasil tradisi
53
Gambar 7.
Contoh gambar denah dari tradisi perubahan ruang dalam ruang untuk bangunan joglo
Gambar 8. Gambar 9.
54
Berbagai contoh perubahan bangunan joglo dengan pertimbangan ekologi bahan masa kini
54
Analisis bentuk arsitektur dari relief candi di Jawa
55
Gambar 10. Sebuah gubuk (di tambak garam) yang berevolusi menjadi bentuk lain (di tepi pantai terpencil) yang lebih besar dengan teknik pencerminan
55
Gambar 11. Sebuah gubuk beratap pelana ditambah teritis untuk memperluas ruang, berevolusi menjadi rumah dengan memperbesar skala, menapakkan ke tanah dan menutupi dengan lebih banyak dinding Gambar 12. Sebuah rumah yang mengalami evolusi dengan lebih memperhatikan kualitas bahan dinding, berevolusi lagi dengan menambah teritis di sisi lainnya, dipercantik dengan ornamentasi pagar rumah (bukan pagar halaman) Gambar 13. Pemikiran terhadap kualitas bahan yang lebih tahan cuaca membuat
56
56
bentuk atap pelana menjadi perisai, evolusi yang lebih tinggi menyentuhkan budaya manusia dengan ornamentasi dan warna
56
Gambar 14. Pasar Gede
57
Gambar 15. Interior dan Eksterior Pasar Gede
59
Gambar 16. Pasar Legi
60
Gambar 17. Peta Kabupaten Madiun
63
Gambar 18. Diagram Kondisi Permukaan Jalan di Kab. Madiun
68
Gambar 19. Peta Potensi Wisata Kabupaten Madiun
71
Gambar 20. Lokasi Pasar Umum Caruban
82
Gambar 21. Siteplan Pasar Umum Caruban
83
Gambar 22. Batas-Batas Pasar Umum Caruban
84
Gambar 23. Kondisi Eksisiting Pasar Umum Caruban
87
Gambar 24. Tampak depan Pasar Umum Caruban saat ini
90
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 25
digilib.uns.ac.id
Kondisi interior Pasar Umum Caruban
90
Gambar 26. Area parkir roda dua di dalam dan di luar pasar
91
Gambar 27. Saluran drainase di luar dan di dalam pasar
91
Gambar 28
Sketsa Analisa Penghawaan Alami (1)
121
Gambar 29
Sketsa Analisa Penghawaan Alami (2)
121
Gambar 30. Sketsa Analisa Pencahayaan Alami
122
Gambar 31. Lokasi Pasar Umum Caruban
123
Gambar 32. Eksisting Site
123
Gambar 33. Analisa Pencapaian
126
Gambar 34. Analisa Penentuan Lokasi Parkir
128
Gambar 35. Analisa Orientasi
130
Gambar 36. Hasil Analisa Orientasi
128
Gambar 37. Hasil Zonifikasi
135
Gambar 38. Hasil Analisa Sistem Sirkulasi Vertikal
138
Gambar 39. Vegetasi yang bersifat lebar dan menyebar
140
Gambar 40. Sketsa Bentuk Ruang dan Sirkulasi
139
Gambar 41. Sketsa Bentuk Tapak
142
Gambar 42. Sketsa Hasil Analisa Bentuk Dasar Massa
142
Gambar 43. Joglo Pendopo Kabupaten Madiun
144
Gambar 44. Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Trasmigrasi Kabupaten Madiun
144
Gambar 45. Kantor DPRD Kabupaten Madiun
144
Gambar 46. RSUD kota Cruban
145
Gambar 47. Hasil Analisa Lokalitas
146
Gambar 48. Anatomi Struktur
147
Gambar 49. Pondasi Sumuran
148
Gambar 50. Pondasi Batu Kali
148
Gambar 51. Struktur Rangka
149
Gambar 52. Struktur Rangka Baja
149
Gambar 53. Konsep Penghawaan Alami (1)
160
Gambar 54. Konsep Penghawaan Alami (2)
160
Gambar 55. Aplikasi Kaca Pintar Pada Atap
161
Gambar 56. Konsep Pencahayaan Alami (1)
161
Gambar 57. Eksisting Site
162
Gambar 58. Konsep Pencapaian Gambar 59. Penentuan Lokasi Parkir
commit to user
163 164 xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 60. Hasil Analisa Orientasi
165
Gambar 61. Hasil Zonifikasi
167
Gambar 62. Konsep Sistem Sirkulasi Vertikal
168
Gambar 63. Vegetasi yang bersifat lebar dan menyebar
169
Gambar 64. Sketsa Bentuk Tapak
169
Gambar 65. Sketsa Hasil Analisa Bentuk Dasar Massa
169
Gambar 66. Konsep Lokalitas Pada Pasar Umum Caruban
170
Gambar 67. Pondasi Sumuran
171
Gambar 68. Pondasi Batu Kali
171
Gambar 79. Struktur Rangka
171
Gambar 70. Struktur Kuda-kuda Kayu
171
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 1.
Karakteristik Pasar Tradisional dan Pasar Modern
29
Tabel 2.
Luas Wilayah Kabupaten Madiun Menurut Kecamatan Tahun 2009
65
Tabel 3.
Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Topografi Wilayah Tahun 2009
66
Tabel 4.
Tabel Perkembangan Jumlah Penduduk Akhir Tahun Periode 2005-2009 Menurut Kecamatan
69
Tabel 5.
Prediksi Jumlah Penduduk Kab Madiun 2009-2029
70
Tabel 6.
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Madiun Th 2004-2008
72
Tabel 7.
Rincian Luas Kota Caruban
74
Tabel 8.
Fasilitas Perekonomian di Kota Caruban
75
Tabel 9.
Rencana KDB Kota Caruban Tahun 2009/2010
80
Tabel 10.
Rencana Ketinggian Bangunan Kota Caruban Tahun 2009/2010
80
Tabel 11.
Rencana KLB Kota Caruban Tahun 2009/2010
81
Tabel 12.
Pengaturan Sempadan Bangunan (Terbuka) Kota Caruban Tahun 2009/2010
81
Tabel 13.
Keterangan Umum Pasar Umum Caruban
86
Tabel 14.
Data Pedagang Menurut Jenis Dagangan Pasar Caruban Th 2011
89
Tabel 15.
Pengelola Pasar Caruban Th 2011
89
Tabel 16.
Penilaian Kelayakan Pasar Umum Caruban Dengan Analisa SWOT
101
Tabel 17.
Kelompok Kegiatan Penjualan
112
Tabel 18.
Kelompok Kegiatan Pengelolaan
112
Tabel 19.
Kelompok Kegiatan Servis dan Penunjang
113
Tabel 20.
Kelompok Kegiatan Penunjang
114
Tabel 21.
Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penjualan
116
Tabel 22.
Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Pengelolaan
116
Tabel 23.
Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Servis dan Pelayanan
118
Tabel 24.
Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penunjang
119
Tabel 25.
Rekaitulasi Kebutuhan Ruang
119
Tabel 26.
Data Pedagang Menurut Jenis Dagangan Pasar Caruban Th 2011
132
Tabel 27.
Analisa Bentuk Massa
141
Tabel 28.
Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penjualan
156
Tabel 29.
Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Pengelolaan
157
Tabel 30.
Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Servis dan Pelayanan
157
Tabel 31.
Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penunjang
158
Tabel 32.
Rekaitulasi Kebutuhan Ruang
159
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR SKEMA Skema 1.
Pola kegiatan penjual Pasar Umum Caruban
107
Skema 2.
Pola kegiatan pembeli Pasar Umum Caruban
108
Skema 3.
Pola kegiatan pengelola Pasar Umum Caruban
109
Skema 4.
Pola kegiatan petugas servis Pasar Umum Caruban
110
Skema 5.
Pola kegiatan petugas bank Pasar Umum Caruban
111
Skema 6.
Pola kegiatan sopir angkuta Pasar Umum Caruban
111
Skema 7.
Jaringan air bersih “Sistem Down Feed”
151
Skema 8.
Jaringan air kotor
151
Skema 9.
Jaringan Air Hujan
152
Skema 10.
Sistem pembuangan sampah
152
Skema 11.
Jaringan Instalasi Listrik
153
Skema 12.
Sistem Jaringan Komunikasi
154
Skema 13.
Jaringan air bersih “Sistem Down Feed”
172
Skema 14.
Jaringan air kotor
172
Skema 15.
Jaringan Air Hujan
173
Skema 16.
Sistem pembuangan sampah
173
Skema 17.
Jaringan Instalasi Listrik
173
Skema 18.
Sistem Jaringan Komunikasi
174
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I Pendahuluan
A. Judul Penataan Kembali Pasar Umum Caruban Kabupaten Madiun B. Pemahaman Judul Penataan Kembali : mengatur, menyusun, membenahi untuk mengembalikan pada kondisi semula atau lebih baik. Pasar
: adalah tempat dimana terjadi interaksi antara penjual dan pembeli
(Chourmain, 1994 : 231).
: adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang (wikipedia.com) Umum
: secara menyeluruh, tidak menyangkut yg khusus (tertentu) saja; untuk
orang
banyak;
(untuk
orang)
siapa
saja
(http://kamusbahasaindonesia.org/umum) Caruban
: Kotamadya yang berada di Kabupaten Madiun
Kabupaten Madiun : Sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro di utara, kabupaten Nganjuk di timur, Kabupaten Ponorogo di selatan, serta Kota Madiun, kabupaten Magetan dan Ngawi di barat (Madiun go.id/pemerintahan) Jadi pemahaman judul Penataan Kembali Pasar Umum Caruban Kabupaten Madiun adalah merancang Pasar Umum Caruban pasca terjadi kebakaran untuk mengembalikan peranan Pasar Umum Caruban sebagai pusat perekonomian rakyat Caruban dan sekitarnya sekaligus merencanakan pasar yang lebih representative dan commit to user menjadi pasar untuk melayani skala Kabupaten Madiun. 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Latar Belakang Pasar tradisional merupakan suatu tempat atau wadah yang identik dengan kegiatan jual beli barang atau jasa. Pasar tradisonal muncul sebagai tuntutan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di Indonesia pasar tradisional dapat ditemui di tiap daerah baik pedesaan maupun perkotaan. Pasar tradisional tidak dapat dipisahkan dari kehidupan rakyat kecil, karena pelaku dalam pasar mulai dari produsen, pedagang, dan pembeli mayoritas adalah dari rakyat kecil. Di Indonesia, terdapat 13.450 pasar tradisional dengan sekitar 12,6 juta pedagang kecil (Kompas 2006). Pasar tradisional menyangkut hajat hidup orang banyak dan mayoritas pelakunya adalah masyarakat kecil (Aliyah, 2007). Kegiatan yang terjadi pada pasar tradisional sangat beraneka ragam dan tak hanya selalu berkaitan dengan kegiatan jual beli. Inilah yang membedakan pasar tradisional dengan pasar modern yaitu interaksi antara pelaku dalam pasar yang lebih intensif dan bersifat akrab. Melalui pasar tradisional budaya dari satu tempat dapat dikenal dan memungkinkan terjadinya akulturasi budaya sehingga memperkaya pengetahuan akan budaya daerah lain. Dan yang menjadi poin utama adalah, dengan adanya pasar tradisional dapat semakin mempererat hubungan antar manusia dari berbagai latar belakang suku bangsa sehingga mampu memperkuat persatuan bangsa. Pasar Tradisional Caruban merupakan pasar tradisonal terbesar kedua di wilayah Kabupaten Madiun. Pasar Tradisonal Caruban termasuk kategori pasar kelas I dengan memberikan pemasukan paling besar jika dibandingkan dengan pasar lain bagi Pemkab Madiun. Pada Pasar Tradisional Caruban tak kurang 1200 pedagang menggantungkan hidupnya dari kegiatan jual beli pada pasar. Mereka yang berjualan di Pasar Tradisional Caruban adalah pedagang-pedagang dari wilayah se-Karisedenan Madiun. Pada Pasar Tradisional Caruban dijual berbagai keperluan sehari-hari seperti sembako, sayuran, buahbuahan, bumbu dapur, pakaian, perlengkapan sekolah, perhiasan dan lain-lain. Geliat jual beli dalam Pasar Tradisional Caruban telah menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat Caruban sendiri. Selain pedagang dalam pasar, banyak pihak yang mendapatkan keuntungan dari aktivitas Pasar Tradisional Caruban. Beberapa pelaku pendukung pasar seperti tukang parkir dan juru panggul memperoleh penghasilan commit to user dengan menawarkan jasa kepada pembeli yang datang ke pasar. Selain tukang parkir dan 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
juru panggul masih banyak pihak yang memperoleh keuntungan dari aktivitas pasar, seperti sopir angkot, tukang ojek, tukang becak, sopir delman dan sebagainya. Namun semenjak peristiwa kebakaran pada tahun 2006, kondisi Pasar Tradisional Caruban menjadi sangat memperihatinkan. Semenjak kejadian tersebut, semua pedagang berada di pasar darurat yang didirikan oleh pemerintah daerah di lokasi yang sama. Karena bersifat darurat, untuk kios menggunakan seng sebagai pembatas antar kios. Sementara los hanya menggunakan terpal atau kain sebagai peneduh. Saat siang hari suasana dalam pasar sangat panas karena sirkulasi udara tidak lancar yang disebabkan jarak antar kios yang sangat berdekatan. Sementara ketika hujan, jalan menjadi becek karena air hujan yang masuk pada bagian pasar yang masih berlantai tanah. Upaya untuk memperbaiki Pasar Tradisional Caruban dari pasar darurat menjadi pasar yang permanen telah dilakukan beberapa tahun terakhir namun sampai sekarang belum tereralisasi. Hal ini dikarenakan adanya keinginan dari beberapa pihak yang menginginkan Pasar Tradisional Caruban direlokasi ke tempat lain. Namun ada pula yang menginginkan pasar baru dididirikan di tempat yang sama. Pengambilan keputusan mengenai lokasi pasar baru yang berlarut-larut pada akhirnya merugikan pedagang juga. Keadaan pasar yang kurang memperhatikan kenyamanan bagi pembeli berakibat turunnya jumlah pembeli di Pasar Tradisional Caruban. Dari hasil wawancara dengan kepala Pasar Tradisional Caruban bahwa jumlah pembeli dari waktu ke waktu semakin berkurang sehingga mengakibatkan beberapa pedagang berjualan ke lokasi lain. Sementara di kutip dari zonaberita.com Salah seorang pedagang, Rawati (48) mengeluhkan, saat musim hujan seperti ini, kondisi pasar becek. Nampak kumuh. Sebab, “Saluran air mampet,” katanya. Garagara
kondisi
becek
itu,
lanjut
dia,
“Pelanggan
mulai
berkurang.”
(httpwww.zonaberita.comjawa-timurribuan-pedagang-pasar-caruban-sambat.html)
Sementara itu salah satu potensi dari Kota Caruban adalah letaknya yang strategis yaitu berada pada jalur perlintasan Surabaya-Madiun dan berada pada pusat kota sehingga terdapat kemudahan pencapaian dari daerah-daerah di pinggir kota. Untuk sarana transportasi dari dan ke pasar sendiri cukup memadai karena terdapat becak dan commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
delman untuk radius sekitar pasar sementara untuk jarak yang lebih jauh terdapat ojek, minibus dan angkota. Selain mudah dalam pencapaian, letak Pasar Tradisional Caruban yang berada di jalur lintas antar propinsi juga menjadi daya tarik bagi pengguna jalan. Pada hari libur panjang atau libur Lebaran banyak dari pengguna jalan yang mampir untuk membeli oleholeh. Namun sayangnya Pasar Tradisional Caruban belum memiliki area parkir yang mencukupi sehingga banyak kendaraan yang di parkir di depan pasar. Hal ini mengakibatkan terganggunya jalur transportasi di depan pasar bahkan menimbulkan kemacetan. Seiring dengan keluarnya PP No 52 Tahun 2010 tentang pemindahan ibu kota Kab Madiun dari wilayah Kota Madiun ke wilayah Kec Mejayan, Pemkab Madiun semakin berbenah. Salah satunya yang telah selesai adalah kantor DPRD Kab. Madiun, kantor Imigrasi Madiun, Samsat Kabupaten Madiun kemudian akan dilanjutkan dengan kantor Pemerintah Daerah Kab. Madiun. Namun sayangnya untuk renovasi Pasar Tradisional Caruban sendiri sampai saat ini belum terjamah dan masih sekedar wacana. Padahal dari waktu ke waktu jumlah pembeli yang berbelanja ke pasar semakin berkurang. Hal ini dikarenakan kondisi Pasar Tradisional Caruban yang tidak nyaman lagi bagi pembeli untuk datang dan berbelanja. Jika kondisi Pasar Tradisional Caruban tidak segera dibenahi oleh pihak yang terkait akan berakibat pada semakin menurunnya jumlah pembeli yang datang ke pasar. Terlebih dengan munculnya pasar modern yang mulai menjamur di wilayah Caruban maka tidak menutup kemungkinan para pedagang Pasar Tradisional Caruban akan kehilangan mata pencaharian diakibatkan sengitnya persaingan di sektor perdagangan. Untuk itu maka perlu langkah secepatnya melakukan penataan kembali Pasar Umum Caruban menjadi pasar baru sebagai pusat perdagangan kabupaten. Selain itu sebagai ibukota kabupaten yang berada pada lokasi baru dibutuhkan bangunan yang dapat menjadi titik pusat orientasi yang keberadaannya dapat menandakan ciri, citra atau image suatu wilayah atau disebut landmark. Kaitannya dengan penataan kembali Pasar Umum Caruban ini diharapkan dapat menjadi landmark Kabupaten Madiun dengan menggali potensi lokal sebagai strategi perancangan. commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Permasalahan dan Persoalan D.1. Permasalahan Bagaimana merencanakan penataan kembali Pasar Umum Caruban yang mampu mewadahi kegiatan perdagangan skala kabupaten, sekaligus menjadi landmark Kabupaten Madiun dengan menggali potensi lokal. D.2. Persoalan Untuk menyelesaikan permasalahan di atas dapat dicapai dengan pemecahan persoalan arsitektural antara lain sebagai berikut: a. Bagaimana mengolah kembali tapak kawasan Pasar Tradisional Caruban dan lahan di sekitar area pasar sehingga dapat menampung seluruh kegiatan
pada
perencanaan
program
baru
dalam
mengatasi
permasalahan yang sudah ada untuk mewujudkan kenyamanan dan optimalisasi fasilitas pendukung pasar tersebut. b. Bagaimana
menyelesaikan
masalah
pencahayaan,
penghawaan,
pengelolaan sampah dan sirkulasi horisontal maupun vertikal baik di dalam maupun luar pasar yang sering mengalami over crowded ( sesak dan macet ) sehingga terwujud kondisi yang nyaman, lancar dan menyenangkan untuk kegiatan berbelanja pada Pasar Umum Caruban. c. Bagaimana mewujudkan tampilan fisik bangunan dan tata massa Pasar Tradisional Caruban yang selaras dengan lingkungan. d. Bagaimana desain bangunan yang menerapkan potensi lokal (material, bentuk, dll) pada desain bangunan untuk menjadi identitas bagi Pasar Umum Caruban yang berada di Kabupaten Madiun. E. Tujuan dan Sasaran E.1. Tujuan Merencanakan penataan kembali Pasar Umum Caruban yang dapat menjadi pusat perdagangan tingkat Kabupaten Madiun dan menjadi landmark Kabupaten Madiun dengan mengangkat potensi lokal. commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E.2. Sasaran Penentuan konsep perencanaan dan penataan kembali Pasar Tradisional Caruban: a. Menentukan desain tapak kawasan Pasar Tradisional Caruban sehingga pasar yang direncanakan dapat menampung seluruh kegiatan pada perencanaan program baru dalam mengatasi permasalahan yang sudah ada. b. Menentukan rancangan pencahayaan, penghawaan, pengelolaan sampah
dan sirkulasi horisontal maupun vertikal baik di dalam maupun luar pasar yang sering mengalami over crowded ( sesak dan macet ) sehingga terwujud kondisi yang nyaman, lancar dan menyenangkan untuk kegiatan berbelanja pada Pasar Umum Caruban. c. Mendapatkan tampilan fisik bangunan dan tata massa Pasar Umum
Caruban yang menarik dan mampu menjadi landmark bagi Kota Caruban pada khususnya dan Kabupaten Madiun pada umumnya. d. Mendapatkan desain bangunan yang penerapan potensi lokal pada bangunan baik bentuk maupun material lokal sehingga menjadi identitas bagi Pasar Umum Caruban yang berada di Kabupaten Madiun. F. Lingkup Pembahasan dan Batasan F.1. Lingkup Pembahasan Lingkup pembahasan ditekankan pada topik yang mendukung perencanaan dan perancangan fisik dan non fisik bangunan pasar tradisional untuk mewujudkan Pasar Umum Caruban yang memberikan kenyamanan berbelanja bagi pembeli dan menjadi landmark bagi Kabupaten Madiun dalam lingkup disiplin ilmu arsitektur, sedangkan untuk disiplin ilmu lain yang mendukung akan dibahas secara garis besar dalam batas logika dan asumsi sesuai dengan porsi keterlibatanya.
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F.2. Batasan Batasan berdasarkan pada konsepsi pasar tradisional yang ada sehubungan dengan tujuannya yaitu sebagai tempat bertemu antara penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli. Dengan melakukan inovasi desain agar pasar tradisonal yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat saat ini. Tujuannya adalah untuk menerapkan konsepsi pasar tradisional yang dijadikan sebagai landmark Kabupaten Madiun. G. Metoda dan Strategi Desain G.1. Metoda Secara umum metode yang digunakan adalah dengan cara, teknik dan prosedur memaparkan, mengidentifikasi dan mendiskripsikan (yang selalu dilakukan umpan balik/feed back pada setiap prosedur) dimulai dari gagasan awal, penelusuran permasalahan dan persoalan ( problem area an specification), pencarian data dan informasi, pendekatan konsep perencanaan dan perancangan, transformasi rancangan dan produk rancang awal. 1. Gagasan awal Gagasan awal muncul karena kondisi Pasar Tradisional Caruban yang saat ini sangat memprihatinkan karena sudah 5 tahun semenjak terbakar pada tahun 2006 belum direnovasi atau ditata ulang. Padahal di tengah gempuran pasar modern keberadaan pasar tradisional semakin terancam sehingga mengancam sejumlah rakyat kecil yang menggantungkan hidupnya dari aktivitas pasar. Selain itu dipindahkannya ibukota Kab Madiun ke Kota Caruban menuntut Kota Caruban untuk segera berbenah. Dan salah satunya adalah meredesaian Pasar Tradisional Caruban untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Keberadaan Pasar Umum Caruban sendiri dapat dijadikan landmark karena berada di pusat kota. 2. Pencarian data dan informasi a. Observasi lapangan Observasi dilakukan pada Pasar Tradisional Caruban untuk memperoleh commit to user data dan mengetahui kondisi fisik saat ini. Sementara sebagai studi
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
banding, observasi dilakukan pada beberapa pasar tradisional sehingga didapatkan kekurangan maupun kelebihan untuk dijadikan masukan terhadap desain yang akan diterapkan pada Pasar Tradisional Caruban. b. Wawancara Melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait seperti pengelola pasar, pedagang dan pembeli sebagai bahan referensi dan acuan sehingga diharapkan desain nantinya dapat memenuhi keinginan pembeli dan pedagang. Selain itu dapat diketahui kelebihan dan kekurangan bangunan pasar tradisional yang sudah ada. c. Studi literature, meliputi : ·
Buku-buku yang menunjang dan dapat memberikan informasi, misalnya data jenis jualan dan standar ruang yang dibutuhkan, dll.
·
Buku-buku yang berisi mengenai pasar tradisional yang tetap mampu bersaing yang sudah ada dan juga secara arsitektural.
·
Karya ilmiah, yaitu berupa konsep maupun skripsi tugas akhir yang telah ada sebelumnya, baik yang terdapat di UNS maupun di luar UNS.
·
Informasi melalui situs-situs yang terdapat diinternet yang berkaitan dan menunjang, mengenai pasar tradisional, pencitraan bangunan, dsb.
3. Pengolahan data dan informasi Data dan informasi yang diperoleh pada mulanya diklasifikasikan sesuai dengan tema, kemudian direduksi menjadi substansi-substansi yang dianggap penting dan digunakan dalam penulisan konsep perencanaan dan perancangan desain. Pengolahan data ini berlangsung terus-menerus karena adanya tambahan dan informasi baru serta pengurangan akibat adanya perubahan yang membuat data sebelumnya dianggap kurang sesuai dengan format yang baru. 4. Metode Analisis Data Metode perencanaan dan perancangan dilakukan menggunakan metode to user deduktif untuk menganalisis, commit dilanjutkan dengan penarikan sintesis melalui proses
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
telaah untuk mendapatkan konsep penataan kembali Pasar Umum Caruban. Cara yang digunakan adalah: a. Analisis kuantitatif dan kualitatif Analisis kuantitatif dan kualitatif dilakukan dengan mengidentifikasi aspek– aspek yang terkait yang berpengaruh dalam perancangan pasar yang didekatkan dengan pendekatan aspek–aspek arsitektural. Analisis ini mengacu pula pada standar-standar yang berlaku misal kebutuhan ruang dan besarannya. b. Analisis grafis Analisis grafis berisi sketsa-sketsa penunjang yang dapat membantu menerangkan analisis kualitatif dan kuantitatif, sehingga proses analisis secara keseluruhan dapat tercapai lebih maksimal dan jelas. 5. Metode Sintesis Proses penarikan kesimpulan dilakukan setelah melalui proses analisis sehingga akan menghasilkan sebuah kesimpulan atau sintesis yang akan digunakan sebagai acuan pembuatan konsep perancangan. 6. Transformasi dan rancang bangun arsitektur a.
Berdasarkan deskripsi konsep perancangan yang dilakukan trasformasi untuk memperjelas apa yang dideskripsikan menjadi wujud gambaran rancang wadah atau fasilitas yang dihendaki (konsep diagramatik dan skematik)
b.
Wujud gambaran rancangan wadah atau fasilitas akan digambarkan sebagai gambaran idea rancangan yang akan dikembangkan menjadi produk pra rancang ( dilengkapi detail, perspektif maket yang presentatif terhadap isi bahasan).
G.2. Strategi Desain Sesuai dengan RTRW Perencanaan Perancangan Pasar Umum Caruban commit to user diproyeksikan sebagai pasar berskala Kabupaten sampai pada tahun 2029. 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sehingga langkah yang pertama adalah merencanakan pasar yang dapat menampung pedagang saat ini dan pedagang yang bertambah pada tahun-tahun berikutnya. Peningkatan jumlah pedagang ini diperkirakan berdasarkan persentase pertumbuhan ekonomi di bidang perdagangan Kabupaten Madiun. Kemunculan pasar modern sedikit atau banyak telah berpengaruh terhadap menurunnya pembeli pasar tradisional. Keunggulan pasar modern yang bersih, sejuk berbanding terbalik dengan kondisi pada pasar tradisional pada umumnya. Pasar tradisional sudah identik dengan kondisi yang kotor, bau, pengab, panas dan sebagainya sehingga memberikan ketidaknyamanan bagi pembeli. Untuk itulah Pasar Umum Caruban yang direncanakan akan menghilangkan kesan tersebut dengan pengelolaan kebersihan pasar secara teratur, mewujudkan kenyamanan dengan perencanaan perancangan termal. Selain itu untuk menciptakan kemudahan bagi pengunjung dalam kegiatan berbelanja dilakukan pembagian zona-zona pedagang pasar yang disesuaikan dengan komoditas dagangan. Untuk tampilan Pasar Umum Caruban sendiri akan bergaya arsitektur lokal Indonesia. Hal ini bertujuan untuk menjadi identitas bagi pasar ini sehingga dapat dijadikan landmark berwawasan identitas. Karena saat ini muncul kecenderungan pasar tradisional sudah mengiblat pola pikir barat sehingga menghasilkan bentuk kotak dan kurang merepresentasikan kearifan arsitektur lokal. Dari eksplorasi terhadap bentuk dan material lokal diharapkan Pasar Umum Caruban yang baru dapat selaras dengan kondisi lingkungannya. Penggunaan material lokal sendiri adalah material yang dapat diperoleh dari sekitar site seperti batu bata, kayu jati, bambu. Untuk mendukung keberadaan Pasar Umum Caruban sebagai pasar berskala kabupaten maka dibutuhkan fasilitas-fasilitas penunjang. Beberapa fasilitas penunjang yang diperlukan adalah area parkir yang memadai, bank, musholla, toilet dan pengolahan sampah sementara yang memadai. Selain itu perlu disediakan pula terminal untuk ngetem angkuta agar terkesan tertata dan tidak mengganggu arus transportasi di Jalan Sudirman. commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan penambahan jumlah kios maupun los dan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya maka diperlukan site dengan luas yang lebih luas dari site sekarang. Pada Pasar Umum Caruban saat ini luas site sekitar 8000 m2. Dengan luasan tersebut Pasar Umum Caruban tidak mampu menampung seluruh pedagang. Terlebih untuk area parkir, para pembeli memarkir kendaraan mereka di sekitar pasar atau di dalam karena lahan parkir yang disediakan sangat sempit. Oleh karena itu untuk dapat menampung seluruh kegiatan yang direncanakan, site akan diperluas dan bangunan pasar akan dijadikan 2 lantai. H. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Mengungkapkan judul, pemahaman judul, latar belakang, rumusan permasalahan dan persoalan, tujuan dan sasaran, metoda dan strategi desain, serta sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Teori Mengungkapkan kajian mengenai teori-teori penunjang yang diantaranya : kajian pasar secara umum, pasar tradisional, konsep mempertahankan dan mengembangkan pasar tradisional dan tinjauan mengenai kelokalan serta preseden pasar tradisional sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam perencanaan dan perancangan Pasar Umum Caruban. Bab III Pasar Umum Caruban di Desa Pandean, Kabupaten Madiun Mengungkapkan profil Kabupaten Madiun, Kota Caruban, kondisi eksisting Pasar Umum Caruban saat ini beserta pemindahan ibu kota Kabupaten Madiun. Bab IV Perencanaan Perancangan Pasar Umum Caruban Mengungkapkan tentang perencanaan perancangan Pasar Umum Caruban yang direncanakan, yaitu sebagai pasar sebagai pusat perdagangan skala kabupaten dan berkonsep lokalitas sehingga dapat menjadi identitas bagi Kota Caruban dan Kabupaten Madiun. Bab V Analisa Pendekatan Konsep dan Desain Perencanaan Perancangan Mengungkapkan analisa pendekatan perencanaan dan perancangan sebagai to user usaha pemecahan masalahcommit sekaligus konsep perencanaan dan perancangan
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang merupakan hasil akhir dari analisa untuk kemudian ditransformasikan dalam wujud desain fisik bangunan. BabVI Konsep dan Desain Perencanaan Perancangan Pasar Umum Caruban Merupakan kesimpulan dari pendekatan konsep perencanaan dan perancangan yang berupa konsep perencanaan dan perancangan Pasar Umum Caruban baik dari segi programatik dan arsitektur. Konsep ini akan digunakan sebagai acuan trasformasi desain yang dilanjutkan ke perancangan desain akhir.
commit to user
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II Tinjauan Teori
A. Tinjauan Pasar Secara Umum A.1. Pengertian Pasar Pasar adalah tempat dimana terjadi interaksi antara penjual dan pembeli (Chourmain, 1994 : 231). Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang (wikipedia.com) Stanton (dalam Umar 2003:8) mengemukakan bahwa pasar merupakan sekumpulan orang yang ingin memuaskan keinginan yang ada uang untuk belanja dan kemauan untuk membelanjakannya. Jadi disini dapat dilihat bagaimana individu berinteraksi melakukan aktifitas yang berhubungan dengan uang. Para pembeli dapat memuaskan keinginannya dengan membuat nilai uang menjadi berarti/bernilai, dalam hubungannya dengan nilai uang memberikan basis bagi perkembangan pasar. Sumitro Djojohadikusumo (dalam studi fungsi pelayanan pasar dalam rangka penilaian terhadap strategi alokasi dana pembangunan pasar) menyebutkan unsurunsur pasar adalah sebagi berikut :(1) tempat berdagang (2) penjual (3) pembeli (4) perantara (bila ada) (5) aktivitas jual beli (6) aktivitas pengiriman/pergerakan barang (7) tersedianya jasa (8) tersedianya barang (9) waktu (10) perjanjian yang mendukung. Seiring perkembangan jaman terjadi transformasi sistem ekonomi pasar, dikenal adanya dualisme sistem ekonomi pasar yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Sedangkan Pasar modern adalah pasar yang penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga (www.id.wikipedia.org). A.2. Jenis-jenis Pasar1 Jenis-jenis pasar dibagi menurut sifat kegiatan dan jenis dagangan, ruang lingkup pelayanan dan potensi serta waktu kegiatannya. A.2.1. Menurut sifat kegiatannya dan jenis dagangannya : ·
Pasar eceran, ialah pasar yang menjual berbagai jenis barang dalam jumlah kecil, misalnya per-ikat, per-buah, per-ekor, per-kilo, dan lain-lain.
·
Pasar induk, ialah pasar yang menunjukkan perdagangannya sebagai pusat pengepul, pusat pelelangan, pusat penyimpanan, pusat penyaluran, antara lain :
·
a)
Pasar induk sayur-mayur dan buah-buahan.
b)
Pasar induk beras, dan lain-lain
Pasar khusus, ialah pasar yang menjualbelikan jenis barang tertentu, misalnya suku cadang, alat-alat teknik, ikan, ayam, burung dan lainlainnya.
A.2.2. Menurut ruang lingkup pelayanan dan tingkat potensi pasar : ·
Pasar lingkungannya, lingkup pelayanannya meliputi suatu lingkungan pemukiman di sekitar pasar tersebut, dan jenis barang yang diperdagangkan terutama kebutuhan hidup sehari-hari.
·
Pasar wilayah, ialah pasar yang ruang lingkup pelayanannya beberapa lingkungan pemukiman dan barang yang diperjualbelikan lebih lengkap dari pasar lingkungan.
·
Pasar kota, lingkup layanannya mencakup wilayah kota, yang memperjualbelikan barang lengkap.
·
Pasar Regional, ruang lingkup pelayanannya meliputi kawasan ibu kota propinsi dan sekitarnya.
1
to user Bappeda, “Studi Kelayakan Pembangunan commit Pasar Caruban Kab. Madiun”, 2009.
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A.2.3. Menurut waktu kegiatannya : ·
Pasar siang hari, pasar yang kegiatannya antara jam 05.00 s/d 18.00 WIB.
·
Pasar malam hari, ialah pasar yang kegiatannya antara jam 18.00 s/d 0.5.00 WIB.
·
Pasar siang malam, ialah pasar yang kegiatannya sepanjang hari.
A.3. Sistem Perpasaran Indonesia2 A.3.1. Koordinasi Pasar Untuk melaksanakan tugas sehari-hari di bidang perpasaran, pemeintah daerah menempuh satu cara dengan dua pilihan, yakni dengan menunjuk : · Jawatan/Dinas di bawahnya · Perusahaan daerah yang diberi otoritas untuk mengelola pelayanan umum di bidang perpasaran. A.3.2. Sistem Pelayanan Pasar Pasar dapat dipandang sebagai sistem pelayanan yang terdiri atas komponen-komponen : konsumen, pedagang, materi perdagangan, serta unsur-unsur penunjang. Interaksi antar komponen ini menimbulkan kegiatan perpasaran yang menentukan sarana fisik yang harus disedikan. Komponenkomponen pasar tersebut antara lain : 1)
Konsumen Pasar Konsumen pasar adalah masyarakat yang membutuhkan pelayanan akan barang jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tipe masyarakat yang merupakan unsur konsumtif bagi pasar di tentukan oleh : status sosial ekonomi dan wawasan budaya-intelektualnya. Dari segi sejarahnya, pasar adalah bentuk fasilitas yang tumbuh secara organis karena pertemuan motivasi yang saling menguntungkan antara pedagang dan pembeli. Kebiasaan tawar-menawar secara
commit to user Wedho Handoyo, “Perencanaan Kembali Pasar Kota Dan Terminal Angkuta Wonogiri”, UNS, Surakarta 2010. 2
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
langsung tetap bertahan sampai kini karena cara ini dianggap menguntungkan bagi kedua belah pihak. Demikian pula jika ditinjau dari segi status sosial ekonominya maka konsumen pasar kebanyakan adalah lapisan masyarakat dari golongan
penghasilan
rendah
sampai
sedang.
Motivasi
untuk
mendapatkan barang yang sesuai dengan kehendak tapi harga murah membutuhkan bentuk-bentuk pelayanan langsung, transaksi pada unit-unit eceran kecil dan pelayanan langsung. Pada masyarakat dengan kondisi sosial ekonomi yang relatif masih rendah, motivasi tersebut masih kuat, sehingga pasar masih dibutuhkan. 2)
Pedagang Pedagang dalam menjalankan kegiatannya menyediakan modal, tenaga dan materi jual beli. Pedagang dapat digolongkan menurut: jumlah pelakunya, kemampuan modalnya, cara penyalurannya, jangkauan pelayanannya, cara pelayannya dan asalnya. a) Dari segi jumlah pelakunya, pedagang meliputi : - Pedagang individu - Pedagang gabungan/kongsi b) Dari segi kemampuan modalnya, pedagang meliputi : - Pedagang modal kecil - Pedagang modal cukup - Pedagang modal sedang - Pedagang modal besar c) Dari segi penyalurannya, pedagang melip[uti : - Pedagang eceran - Pedagang grosir - Pedagang pengumpul d) Dari segi jangkauan pelayanannya : - Pedagang lingkungan - Pedagang lokal - Pedagang kotacommit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Pedagang regional e) Dari segi cara pelayanannya : - Pedagang langsung - Pedagang tak langsung f) Dari segi asalnya : - Pedagang dari desa - Pedagang dari kota 3)
Materi Perdagangan Materi perdagangan dapat dikelompokkan berdasarkan jenisnya, sifatnya, urgensinya, cara pengangkutannya dan cara penyajiannya. a) Jenis materi perdagangannya : - Bahan pangan - Bahan sandang - Perkakas rumah tangga - Barang standar/convention goods/klitikan - Barang-barang kelontong - Barang-barang khusus/impuls/mewah - Jasa : tukang jahit, reparasi arloji dll b) Sifat dan kesan materi perdagangannya : - Bersih - Kotor - Berbau - Tidak berbau - Basah - Kering - Tahan lama - Tak tahan lama c) Tingkat urgensi materi perdagannya : - Barang kebutuhan sehari-hari (demand goods) - Barang kebutuhan berkala (convenience goods) commit to user(impulse gods) - Barang tak selalu dibutuhkan
17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d) Cara pengangkutannya : - Barang pecah belah - Bukan pecah belah e) Cara penyajian : - Penyajian sederhana : sayur mayur, bumbu - Penyajian sedang : beras, bahan pangan yang diproses - Penyajian baik : kelontong, pakaian. A.3.3. Unsur-Unsur Penunjang Unsur penunjang adalah pihak-pihak yang berperan dalam kelangsungan keanggotaan perdagangan di pasar. Unsur ini meliputi : 1) Pemerintah Dalam rangka pembangunan dan pelancaran ekonomi nasional, pemerintah wajib memelihara kestabilan ekonomi, di antaranya dengan menguasai sektor perpasaran dengan cara ikut mengelola dan menarik pajak pasar, menentukan klasifikasi pasar dalam wilayah kekuasaannya. Pembangunan fisik pasar biasanya dilakukan oleh pemerintah dengan anggaran daerah ataupun Inpres. 2) Pengelola Dalam melaksanakan tugas sehari-hari pemerintah membentuk : · Jawatan · Perusahaan Daerah yang diberi otoritas untuk mengelola pelayanan umum di bidang perpasaran. Pelayanan umum yang dilakukan pengelola pasar pada umumnya berupa : - Memelihara kebersihan - Memelihara ketertiban - Melaksanakan pembangunan - Mengusahakan kelancaran distribusi bahan-bahan pokok keperluan sehari-hari - Mengusahakan stabiltas harga commit to user
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Bank Bank berperan terutama dalam hal segi pembiayaan pembangunan dan permodalan bagi para pedagang. Misalnya : pembangunan pasar Inpres dibiayai melalui Bank Pemerintah, kredit candak kulak bagi para pedagang kecil disalurkan melalui Bank Rakyat Indonesia dan sebagainya. 4) Swasta Dalam hal ini yang disebut swasta bisa para pedagang sendiri atau pelaksanan yang membiayai pembangunan pasar, karena pada prinsipnya pembangunan pasar dibiayai dengan dana dari masyarakat yang akan kembali kepada masyarakat dalam bentuk yang lain. A.4. Kegiatan Perpasaran Kegiatan utama didalam suatu pasar adalah jual-beli. Namun kegiatan itu tak dapat berlangsung tanpa ditunjang oleh kegiatan-kegiatan lain. Berikut akan dilakukan tinjauan umum tentang kegiatan pasar dan tinjauan khusus kegiatan utamanya. 1. Garis Besar Kegiatan Perpasaran Kegiatan perdagangan di pasar pada garis besarnya meliputi : · Kegiatan Penyaluan Materi Perdagangan, berupa : -
Sirkulasi, transportasi, dan dropping
-
Distribusi materi perdagangan ke setiap unit penjualan di dalam pasar
· Kegiatan jual-beli, berupa : -
Kegiatan jual beli antara pedagang dan konsumen
-
Kegiatan penyimpanan materi perdagangan
-
Kegiatan pergerakan dan pergerakan pengunjung : dari ke dalam bangunan pasar serta unit penjualan ke unit penjualan lainnya (dalam jalur lintasan jual beli).
· Kegiatan Pencapaian, dari dan ke lokasi bangunan pasar · Kegiatan Pelayanan/servis/penunjang : -
Pelayanan Bank
-
commit to user Pelayanan pembersihan
19
perpustakaan.uns.ac.id
-
digilib.uns.ac.id
Pelayanan pemeliharaan
2. Kegiatan Utama di Pasar Dalam suatu pasar, kegiatan jual-beli langsung secara tawar menawar merupakan kegiatan utama. Unsur-unsur kegiatan yang menunjang pelayanan jual-beli ini adalah : distribusi barang, penyimpanan barang, penyajian barang, pergerakan pengunjung disamping kegiatan jual belinya sendiri. 1) Distribusi Barang Kegiatan ini merupakan ini merupakan usaha mensuplai barang dagangan dari tempat asal ke lokasi pasar dan dari tempat penurunan ke masing-masing tempat penjualan. Pada pasar-pasar kecil, misalnya pasar lingkungan, sifat dan skala peredaran barangnya tidak sebesar pada pasar kota sehingga tidak diperlukan jaringan sirkulasi jalan khusus untuk barang. Yang penting adalah pengaturan lalu lintas pengunjung pasar. Misalnya dengan pengaturan waktu. Demikian juga tidak diadakan pemisahan antara daerah pedagang grosir dengan pedagang eceran. Pada pasar-pasar kecil kedua klasifikasi pedagang ini berbaur. 2) Penyimpanan barang Jumlah dan satuan-satuan volume barang pada pasar lingkungan tidak besar masih dalam hitungan perbiji, perikat, perlembar, perkilo, dan sebagainya maka penyimpanan barang belum memerlukan ruang dengan pembatas khusus. Jadi masih disatukan dalam kegiatan jual beli dan bahkan sedapat mungkn dilihat oleh pengunjung. Untuk pedagang grosir biasanya barang-barang cukup disimpan dalam almari atau kotak-kotak kayu di tempat jual-beli. Dengan demikian dalam sebuah pasar lingkungan fasilitas pergudangan belum diperlukan. Berbeda dengan pada pasar Kota, dimana sebagian besar barang disimpan, sedang yang disajikan hanya sebagian kecil saja. 3) Penyajian barang Dalam perdagangan eceran, barang-barang disajikan dengan tujuan sebanyak mungkin konsumen dapat melihat dan memilih barangcommit to user
20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
barang yang diinginkan.pada penyajian barang inilah tertumpu media komunikasi antara pedagang dan konsumen 4) Kegiatan jual-beli Sifat kegiatan jual beli di pasar adalah langsung berhadapan antar pedagang dan pembeli yang biasanya disertai dengan tawar-menawar. Dalam hal ini biasanya seorang menghadapi beberapa orang sekaligus. Dalam kegiatan jual beli di pasar terjadi pengelompokan komunikasi linear untuk memanfatkan jalur konsentrasi pembeli. Dalam hal ini penjual dan pembeli mempunyai cara sendiri-sendiri. Namun pada umumnya pedagang melayani pembeli dengan posisi berdiri, duduk bersimpuh atau duduk diatas bangku. Sedang pembeli biasanya berdiri tegak untuk mengamati keseluruhan barang dagangan atau berdiri membungkuk untuk mengamati dan memilih barang. Dari spesifikasi kegiatan pedagang dan pembeli ini maka terbentuklah ruang kegiatan utama pasar yang biasanya berupa los-los. Dalam hal ini pedagang menginginkan ukuran ruang yang efektif untuk melayani pembeli, cukup leluasa untuk menjangkau barang, tetapi harus ekonomis, seefisien mungkin untuk menekan sewa lantai. Sedang pembeli menginginkan ruang untuk dilayani yang cukup leluasa tidak terganggu oleh kegiatan konsumen lain ataupun lalulintas konsumen dan barang. 5) Pergerakan pengujung Dalam kegiatan pasar, dua unsur utama yang melakukan perpindahan tempat adalah: pengunjung dan barang. Pada kegiatan pasar Kota atau pasar dengan skala perdagangan cukup besar, yang diutamakan adalah perpindahan barang. Sedang pada pasar lingkungan dimana jual beli eceran lebih dominan, volume transaksi banyak dan perpindahan pengunjung lebih menonjol, maka baik besaran maupun arah jaringan sirkulasi dipertimbangkan atas dasar kegiatan manusianya. Jalur lintasan konsumen merupakan konsentrasi linear yang berorientasi ke unit-unit pedangan, baik satu commit sisi maupun dua sisi.hal ini berkaitan erat dengan to user
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
motivasi kelompok pedagang untuk memanfaatkan atau menjaring konsentrasi kegiatan pembeli dalam suatu jalur linear sepanjang unitunitnya. Dari segi konsumen sendiri, pergerakan dalam satu arah perpindahan dapat mencapai banyak tujuan (unit-unit pedagang). B. Tinjauan Pasar Tradisional B.1. Pengertian Pasar Tradisional Tradisional berarti bersifat turun temurun ( Kamus Umum Bahasa Indonesia) Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. (wikipedia.com) Dengan demikian pengertian pasar tradisional adalah suatu tempat terjadinya interaksi antara penjual dan pembeli sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara perdagangan yang bersifat turun temurun. Meskipun demikian pasar yang dibangun beberapa tahun terakhir termasuk kategori pasar tradisonal jika menggunakan cara berdagang secara tradisional. Suatu pasar yang baru dibangun 10 tahun terakhir, misalnya, dapat dimasukkan dalam jenis pasar tradisional karena perdagangannya menggunakan cara-cara tradisional. (Brookfield,1969 dalam Pamardi,2002). Jadi pasar tradisional tidak selalu berkaitan dengan waktu pasar didirikan namun lebih pada sistem perdagangan yang digunakan. B.2. Sejarah dan Perkembangan Pasar B.2.1. Sejarah Pasar Sebagai makhluk hidup, manusia senantiasa berupaya untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Kemudian muncullah pasar yang memberikan kemudahan bagi manusia untuk mendapatkan apa yang dia butuhkan. Secara harfiah kata pasar berarti berkumpul untuk tukar menukar barang atau jual beli, yang dilaksanakan sekali dalam 5 hari Jawa. Kata Pasar diduga dari kata Sansekerta Pancawara. Yang utama dalam kegiatan pasar adalah interaksi sosial dan ekonomi dalam satu peristiwa. Berkumpul commit to user
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam arti saling ketemu muka dan berjual pada hari pasaran menjadi semacam panggilan sosial periodik (Wiryomartono, 1995 dalam Istijabatul Aliyah 2007:112). Pasar adalah suatu bentuk pusat perbelanjaan yang paling tua dikenal di Indonesia. Banten diketahui telah memiliki pasar di Pelabuhan Karangantu dan Pecinan. Jakarta pada masa pemerintahan Pangeran Jayakarta Wijayakrama telah pula memiliki pasar di utara Alun-alun, kemudian dikembangkan oleh VOC dengan adanya pasar ikan, pasar daging, pasar beras dan sebagainya. Pasar dikenal sejak masa Jawa Kuno yaitu sebagai tempat berlangsungnya transaksi jual beli atau tukar menukar barang yang telah teratur dan terorganisasi. Hal ini berarti pada masa Jawa Kuno telah ada pasar sebagai suatu sistem (Nastiti, 2003:13). Pasar sebagai sistem maksudnya adalah pasar yang mempunyai suatu kesatuan dari komponen-komponen yang mempunyai fungsi untuk mendukung fungsi secara keseluruhan, atau dapat pula diartikan pasar yang telah memperlihatkan aspek-aspek perdagangan yang erat kaitannya dengan kegiatan jual-beli, misalnya adanya lokasi atau tempat, adanya ketentuan pajak bagi para pedagang, adanya berbagai macam jenis komoditi yang diperdagangkan, adanya proses produksi, distribusi, transaksi dan adanya suatu jaringan transportasi serta adanya alat tukar (Chasanah,2007:3). Menurut Nastiti dalam Pasar di Jawa Masa Mataram Kuna Abad VIII-IX Masehi dikatakan bahwa (2003 : 60) : “Timbulnya pasar tidak lepas dari kebutuhan ekonomi masyarakat setempat. Kelebihan produksi setelah kebutuhan sendiri terpenuhi memerlukan tempat pengaliran untuk dijual. Selain itu pemenuhan kebutuhan akan barangbarang, memerlukan tempat yang praktis untuk mendapatkan barang-barang baik dengan menukar atau membeli. Adanya kebutuhan-kebutuhan inilah yang mendorong munculnya tempat berdagang yang disebut pasar”. Pada masa lampau hasil produksi suatu masyarakat sering melebihi dari jumlah yang dibutuhkan sementara terdapat kebutuhan lain yang tidak mampu untuk dihasilkan sendiri. Karena hal itulah muncul kerja sama antar masyarakat untuk saling menukar commitrangka to usermemenuhi kebutuhan hidup. Dalam kelebihan hasil produksi mereka dalam
23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melakukan transaksi tukar menukar, dibutuhkanlah suatu tempat bertemu yang merupakan kesepakatan sosial. Lalu dari transaksi tukar menukar dalam kuantitas kecil lahirlah pelaku-pelaku lain yang mempunyai tujuan sama yaitu menukarkan kelebihan hasil produksi. Kegiatan inilah yang akhinya melahirkan sebuah sistem yang kemudian disebut dengan pasar. Sebelum mengenal sistem jual beli dengan mata uang, manusia menggunakan sistem tukar menukar barang untuk memperoleh barang yang dibutuhkan. Sistem saling tukar menukar barang untuk saling memenuhi kebutuhan hidup disebut sistem barter. Setelah manusia mengenal adanya mata uang, muncullah sistem jual beli yang lebih efektif yang kemudian menggeser sistem barter. B.2.2. Perkembangan Pasar Salah satu ciri pasar adalah selalu berada pada lokasi strategis yang menjadi kesepakatan bersama. Pada masa lampau sampai masa kolonial tempat bertemunya pelaku pasar bermula di bawah pohon besar seperti pohon asam, pohon munggur, pohon gayam dan sebagainya. Hal ini dikarenakan pohon dijadikan sebagai naungan atau peneduh dari terik matahari. Pada saat itu pembatas area pasar juga belum tampak. Ketika Indonesia masuk pada masa penjajahan kolonial Belanda, tata ruang pasar mengalami perubahan yang cukup signifikan. Hal ini dikarenakan kepentingan politik dari pemerintah kolonial yang menjadikan pasar sebagai tempat memantau kondisi dalam masyarakat. Pemerintah dalam hal ini berkepentingan untuk mempermudah pengendalian mobilitas sosial. Penataan pasar yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda memberikan struktur peruangan yang lebih riil. Area pasar diperjelas dengan batas berupa pagar keliling dari kawat berduri dilengkapi dengan kolom-kolom dari balok kayu jati, dan sebagai akses keluar masuk pasar terdapat pintu di salah satu sisinya. Komposisi ruang pasar juga berkembang dengan adanya sumur dan diperkenalkannya unit bangunan los selain tetap adanya ruang terbuka. Bangunan-bangunan los bersifat permanen yaitu berupa konstruksi commit to user
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tiang satu berjajar ditengah dari bahan baja, beratap genteng berbentuk pelana dan limasan. Pada masa ini kegiatan pasar meningkat pesat. Hal ini ditandai dengan semakin bertambanhnya pedagang dalam pasar hingga melebihi daya tampung bangunan. Sehingga yang terjadi meningkatnya jumlah pedagang di area terbuka sementara luas naungan pohon peneduh terbatas. Karena tuntutan kebutuhan naungan yang lebih nyaman dan memadai muncullah bentuk bangunan peneduh baru yaitu eyup-eyup. Eyupeyup adalah berupa selembar kepang (anyaman bambu) atau napag (naungan daun tebu) yang salah satu sisinya ditopang dengan sebilah kayu atau bambu dengan ukuran panjang sekedar bisa membentuk ruang dengan skala orang duduk. Konstruksi ini tidak permanen, jika kegiatan telah usai maka konstruksi ini dilipat untuk disimpan. Setelah masa kolonial Belanda usai dan digantikan masa penjajahan Jepang struktur tata ruang pasar tradisional digunakan sebagai elemen kawasan pertahanan militer. Pagar keliling dari kawat berduri dibongkar untuk keperluan pertahanan perang dan pohon-pohon besar yang berada dalam lokasi pasar juga ikut ditebang. Dengan dirusaknya fasilitas pasar dan eksploitasi terhadap bahan pangan, kondisi ekonomi merosot. Kondisi pasar digambarkan dengan suatu istilah pasar bubrah. Ketika Indonesia lepas pada masa penjajahan dan masuk era kemerdekaan, perekonomian mulai menunjukkan perbaikan. Indikasi dari perekonomian yang membaik adalah meningkatnya perdagangan dalam pasar yang disertai dengan pedagang yang semakin bertambah. Keberadaan pedagang di area terbuka membutuhkan naungan yang lebih nyaman dan memadai tidak lagi sekedar eyup-eyup atau naungan pohon. Kemudian muncullah bentuk bangunan baru yang disebut bango. Bango adalah bangunan bertinag empat dari bahan bambu atau kayu dengan skala ketinggian yang lebih longgar setinggi orang berdiri. Pada masa orde baru pemerintah mulai memberikan perhatian yang lebih serius terhadap kedudukan pasar tradisional. Pembenahan mulai dilakukan dengan perluasan pasar dan relokasi. Kemudian dilanjutkan dengan pembangunan dan rehabilitasi los dari commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
konstruksi besi ke konstruksi beton. Penataan tata ruang pasar oleh pemerintah diarahkan ke komposisi tunggal yaitu bangunan los. Namun yang terjadi pedagang memiliki kecenderungan melakukan kegiatan di area terbuka. Ketika area terbuka semakin sempit, pedagang mengalihkan kegiatannya dengan mencari area di luar pasar.3 Seiring jaman yang semakin berkembang dibutuhkan bentuk bangunan pasar baru yang memberikan keamanan ketika barang dagangan ditinggal setelah selesai kegiatan pasar. Bentuk bangunan ini disebut toko atau kios. Pada umumnya kios didirikan oleh pedagang yang memiliki modal lebih dan menginginkan kepraktisan dari pada membawa barang dagangannya bolak-balik pasar. Kios memiliki kecenderungan didirikan di bagian depan sehingga menutupi pedagang yang berada di dalam. Pedagang yang berada di dalam pasar pada akhirnya mengalami penurunan jumlah pembeli, lalu muncullah perlawanan dengan mendirikan PKL yang bertujuan menjemput kedatangan para pembeli. Saat ini pasar-pasar tradisional rata-rata sudah beroperasi puluhan tahun dan telah direnovasi beberapa kali. Kondisi pasar tradisional yang kurang layak telah mendorong pemerintah untuk memodernisasi dan merenovasi bangunan pasar dengan struktur bangunan bertingkat demi efisiensi lahan sehingga mampu menampung jumlah pedagang dan pembeli lebih banyak (Newsletter SMERU Edisi No. 22). Namun pada kenyataan bangunan pasar tradisional yang menggunakan konstruksi bangunan bertingkat menimbulkan permasalahan baru. Dari hasil pengamatan pada beberapa pasar tradisional menunjukkan bahwa kegiatan perdagangan di lantai atas sangat sepi pembeli. Sedikitnya pembeli yang berbelanja di lantai atas disebabkan banyak hal, salah satunya bentuk tangga yang curam yang menyulitkan pembeli saat membawa barang belanjaan. Terlebih pembeli pasar tradisional adalah para ibu rumah tangga yang karena faktor usia memiliki keterbatasan sehingga membutuhkan akses yang seharusnya lebih mudah dan aman. Keadaan inilah yang akhirnya memaksa penjual untuk beralih lokasi berdagang di bawah dengan mendirikan PKL. Selain permasalahan tersebut, konstruksi bangunan bertingkat pada pasar tradisional menghasilkan kondisi dalam pasar yang tidak nyaman. Seperti permasalahan sirkulasi udara yang tidak lancar sehingga commit to user 3
Kahar Sunoko, “Perkembangan Tata Ruang Pasar Tradisional”, UGM, Jogjakarta, 2002.
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keadaan menjadi pengab, bau dan panas. Keadaan seperti ini seacara langsung mengganggu kenyamanan pembeli sehingga mengakibatkan pembeli enggan berlamalama di dalam pasar. Kemajuan ilmu dan teknologi yang pesat pada kehidupan manusia berdampak sangat besar pada perkembangan ekonomi setiap negara. Masuknya kekuatan ekonomi besar (multi corporate) tak mungkin terbendung dalam ekspansi ekonomi dunia. Karena proyeksi pemberlakuan pasar bebas melalui AFTA membuka peluang yang besar kearah liberalisasi ekonomi dunia menjadi semakin mapan. Sehingga mempengaruhi strategi dan kebijakan negara dunia ketiga termasuk Indonesia (Wiharto, 2006 dalam Istijabatul Aliyah 2007). Di Indonesia saat ini muncul dan berkembang jenis pasar baru yang disebut dengan istilah pasar modern. Pasar modern adalah pasar yang penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga (www.id.wikipedia.org). Pasar modern seperti hypermart, supermarket, carrefour dan sebagainya semakin menjamur di setiap kota di Indonesia. Meskipun kehadiran pasar modern berdampak terhadap penurunan jumlah pembeli pada pasar tradisional namun permasalahan internal yang terjadi pada pasar tradisional menjadi faktor utama beralihnya konsumen ke pasar modern. Temuan dari metode kualitatif menunjukkan bahwa penyebab utama kalah bersaingnya pasar tradisional dengan supermarket adalah lemahnya manajemen dan buruknya infrastruktur pasar tradisional, bukan semata-mata karena keberadaan supermarket. Supermarket sebenarnya mengambil keuntungan dari kondisi buruk yang ada di pasar tradisional (Newsletter SMERU Edisi No. 22:7). Di tengah sengitnya persaingan antara pasar tradisional dengan pasar modern, keberadaan pasar tradisional masih sangat dibutuhkan bagi kelompok masyarakat tertentu. Keberadaan pasar tradisional pada era modern sekarang ini tidak saja masih commit to userdari system kehidupan masyarakat dibutuhkan, tetapi juga tidak dapat dipisahkan
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Indonesia. Kondisi ini disebabkan karena pada sebagian besar masyarakat Indonesia masih banyak yang belum memahami manfaat dari perkembangan ilmu dan teknologi. Sampai saat ini, pasar tradisional masih dominan perannya di Indonesia dan masih sangat dibutuhkan keberadaannya, terutama bagi kelas menengah ke bawah (Yulita, Dwi;1999). Secara umum, pasar tradisional dan pasar modern memiliki fungsi yang sama yaitu menyediakan barang atau jasa yang dibutuhkan masyarakat. Namun hal pokok yang menjadi pembeda adalah kelas mutu pelayanan yang diberikan kepada pembeli. Simbolon, M. Ali (2005) karakteristik pasar tradisional dan pasar modern dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu dalam bentuk tabel sebagai berikut : Tabel Karakteristik Pasar Tradisional dan Pasar Modern No
Karakteristik
Pasar Tradisional
Pasar Modern
1
Pengelolaan
- Dikelola oleh pemerintah kota (Dinas/PD.Pasar) - Terdiri dari unit-unit usaha kecil yang dimiliki perseorangan bersifat tradisional
- Dikelola oleh suatu perusahaan (grup atau perseorangan) - Pengelolaan secara profesional
2
Organisasi
- Ada koperasi pedagang pasar - Ada organisasi pengelolaan manejemen yang jelas
3
Kondisi fisik tempat usaha
- Bangunan temporer, semi permanent atau permanent - Kebersihan tidak terjaga dengan baik - Gang antar kios terlalu sempit - Fasilitas parkir tidak memadai
- Bangunan permanen umumnya dilengkapi dengan fasilitasfasilitas memadai -Kebersihan dan kenyamanan konsumen lebih diutamakan -Pengaturan rak barang cukup baik
4
Barang
- Barang yang dijual adalah barang-barang kebutuhan rumah tangga sehari-hari - Umumnya barang yang dijual lebih segar dan bervariasi - Harga relative lebih murah, commit to user dapat ditawar
- Barang yang dijual hamper sama dengan pasar tradisional, tapi barang tahan lama lebih menonjol - Mutu barang terjamin - Barang ditata berdasarkan jenisnya
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Penataan barang seadanya
- Barang dapat dipilih sendiri oleh konsumen
5
Hubungan penjual dan pembeli
-Terdapat interaksi antara penjual dan pembeli -Terjadi proses tawar-menawar
- Interaksi antara penjual dan pembeli terbatas - Transaksi bersifat ekonomis dan efisien
6
Waktu kegiatan
- Pada umumnyadimulai dari pukul 06.00 s.d 18.00 Wib
- Dimulai rata-rata dari pukul 09.00 s.d. 22.00 Wib
7
Mekanisme peroleh komoditas
- Diperoleh melalui pasar induk
- Memiliki akses langsung ke produsen
8
Lokasi
- Tumbuh tanpa perencanaan, lokasi ditempat-tempat yang strategis dan mudah dijangkau
- Strategi lokasi dipertimbangkan dengan matang
Tabel 1. Karakteristik Pasar Tradisional dan Pasar Modern Sumber : repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19429/4/Chapter%20II.pdf
B.3. Sifat Kegiatan Pasar Tradisional Pasar merupakan fasilitas umum yang mempunyai sifat dalam berbagai aspek kegiatan. Sejalan dengan kegiatan utamanya, sifat kegiatan dikelompokkan ke dalam tiga macam sifat, yaitu sifat kegiatan jual-beli, kegiatan obyek wisata, dan kegiatan sosial budaya. Untuk mendapatkan harga serendah mungkin, pengunjung atau pembeli dalam tawar-menawar dituntut keaktifan, kejelian, ketelatenan sehingga tercermin dinamika kehidupan. a. Sifat Kegiatan Jual-Beli -
Dinamis Ramai, padat, hidup karena ragam kegiatan dengan pergeraka manusia, berbicara, dan tawar-menawar.
-
Umum Semua orang dari berbagai lapisan tanpa membedakan gologan, derajat, maupun kedudukan bisa masuk dalam kegiatan ini.
-
Terbuka Pengunjung tanpa hambatan visual/fisik dapat melihat dan mencapai commit to user barang dagangan, secara visual tidak boleh ada halangan unuk melihat 29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jauh ke depan, hingga pengunjung merasa bebas memilih tujuan dan barang. Demikian juga dapat mencapai keseluruhan unit-unit penjualan dengan lancar tanpa ada daerah kantong ataupun jalur sirkulasi yang buntu. b. Sifat Kegiatan Pariwisata -
Unik Wisatawan yang datang mengharapkan adanya suasana maupun ragam barang yang digelar mempunyai nilai kedaerahan/setempat yang berbeda dengan yang mereka lihat dan rasakan pada daerah asalnya.
-
Dinamis Pengunjung atau wisatawan yang datang ke pasar tersebut adalah untuk kegiatan santai atau refreshing dengan suasana pasar yang semarak.
c. Sifat Kegiatan Aspek Sosial Budaya -
Luwes Perilaku pengunjung dan pedagang yang mengadakan kegiatan tawarmenawar harga barang dagangan yang dijajakan, merupakan ciri khas pasar tradisional. Tidak ada harga mati dalam sistem jual beli di pasar. Harga ditentukan dengan kegiatan tawar-menawar dan turun-naiknya harga tersebut.
B.4. Peranan Pasar Tradidsional B.4.1. Fungsi Pasar Tradisional4 ·
Fungsi Ekonomi
Sebagai pusat penjualan, maka pasar dapat dipahami sebagai arus barang dan jasa, serta sebagai rangkaian mekanisme ekonomi untuk memelihara dan mengatur arus barang dan jasa tersebut (Geertz, 1981:31). Sebagai pusat ekonomi, maka perkembangan pasar tradisional dapat menjadi petunjuk awal untuk melihat perkembangan ekonomi masyarakat setempat.
4
www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19429/4/Chapter%20II.pdf
commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id
·
digilib.uns.ac.id
Fungsi Sosial
Sebagaimana dikemukakan Evers (1997:84-85), pasar merupakan lokasi pertemuan antara sesama kawan, sahabat karib, berkenalan dengan orang dari tempat lain, mencari pacar dan lain-lain. Pasar juga menjadi pusat jaringan sosial dan informasi yang luar biasa. Pertemuan pengunjung di pasar di samping untuk menjual produk pertanian dan membeli barang-barang kebutuhan hidup rumah tangga (keluarga), dijadikan pula sebagai tempat pertemuan dengan seseorang yang berasal dari desa yang berbeda, baik yang ada hubungan keluarga maupun yang tidak sama sekali (Majid, 1989:315). Effendi (1999) dalam penelitiannya menemukan bahwa pasar mingguan merupakan arena bertemunya sanak keluarga yang berasal dari desa yang berbeda. Dari sini tampak bahwa pasar tak hanya sebagai tempat kita mendapatkan barang dan jasa yang kita butuhkan melainkan juga sebagai wadah kita untuk berinteraksi dengan sesama manusia. ·
Fungsi Budaya
Pasar memiliki multi peran, yaitu tidak hanya berperan sebagai tempat bertemunya antara penjual dan pembeli tetapi pasar juga memiliki fungsi sebagai tempat bertemunya budaya yang dibawa oleh setiap mereka yang memanfaatkan pasar. Interaksi tersebut tanpa mereka sadari telah terjadi pengaruh mempengaruhi budaya masing-masing individu (Depdikbud, 1993 :4). Pasar, pada masyarakat pedesaan dapat diartikan sebagai pintu gerbang yang menghubungkan masyarakat tersebut dengan dunia luar. Hal ini menunjukkan bahwa pasar mempunyai peranan dalam perubahan-perubahan kebudayaan yang berlangsung di dalam suatu masyarakat. Melalui pasar ditawarkan alternatif-alternatif kebudayaan yang berlainan dari kebudayaan setempat (Sugiarto, 1986 : 2). ·
Fungsi Politik
Berbagai kebijakan pembangunan pedesaan, termasuk keberadaan pasar tradisional tidak terlepas dari pengaruh politik berbagai kelompok masyarakat, antara lain : kelompok petani, kelompok pedagang, kelompok kepentingan commit to user tertentu, dan juga dari pemerintah sendiri (Effendi, 1999). Pasar sebagai pusat
31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keramaian juga sering digunakan sebagi wahana untuk memperkenalkan atribut-atribut politik terhadap masyarakat luas. Pusat-pusat perkumpulan (organisasi) yang bersifat politik juga biasanya ditemui di pasar (Evers, 1997). Institusi pasar yang ramai juga menjadi strategis untuk dijadikan instrument mempengaruhi orang lain mengikuti kemauan politik kelompok yang bersangkutan untuk tujuan perekrutan anggota. B.4.2. Nilai Strategis Pasar Tradisional di Indonesia Bagi masyarakat Indonesia, pasar tradisional tak sekedar mewadahi kegiatan jual beli semata. Namun lebih dari itu, pasar tradisional berfungsi juga sebagai tempat berinterasksi sosial dan memperoleh informasi. Kegiatan tawar menawar yang terjadi dalam transaksi jual beli menghasilkan hubungan antara pedagang dan pembeli menjadi lebih akrab. Dari hasil penelitian Geertz, menemukan adanya praktek bahwa tawarmenawar yang tidak ada habis-habisnya antara pembeli dan penjual bukan cuma bersebab dari tidak adanya pembukuan yang lengkap tetapi karena proses tawar-menawar seperti itu yang terefleksi semacam ada kegigihan, adu kekerasan syaraf dan ajang adu pengalaman. Bisa memberikan keasyikan tersendiri masing-masing pihak. Tak hanya identik dengan sistem sliding price (tawar menawar), pasar tradisional juga mempunyai karakteristik “bazaar type economy”. Menurut Gertz (1963), karakteristik bazaar pada pasar tradisional terlihat dengan banyak pedagang yang menjual berbagai barang dagangan yang sejenis. Meskipun pasar tradisional memiliki kekhasan yang jarang ditemui pada pusat perbelanjaan modern, namun pasar tradisional saat ini telah identik dengan tempat belanja yang tidak nyaman. Becek, lantai berlubang, gang antarlos sempit, bocor, panas, sampah di mana-mana, bau tak sedap, dan lalat beterbangan merupakan gambaran pasar tradisional pada umumnya. Pasar tradisional dicirikan oleh organisasi pasar yang sederhana, tingkat efisiensi dan spesialisasi yang rendah, volume barang relative kecil, bentuk bangunan yang apa adanya, terkesan sempit, kotor, berlakunya sistem harga luncur, dan interaksi berlangsung secara real (Slamet, 2003:3). commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pasar tradisional dibentuk oleh masyarakat melalui kesepakatan bersama sebagai kegiatan budaya. Aktivitas dalam pasar tradisional bukan sekedar kegiatan ekonomi, namun ada silaturahmi yang luas. Hal ini tentunya berbeda dengan pasar modern yang merupakan hasil paham kapitas yaitu selalu berorientasi untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Pada mulanya pasar tradisional hanya beroperasi pada hari-hari tertentu atau hari pasaran. Satu pasar, misalnya hanya beroperasi pada pasaran Pahing sementara pasar yang lain hanya pada pasaran Kliwon. Jadi pedagang pada saat itu harus membawa barang dagangannya ke pasar sesuai dengan pasaran untuk berjualan. Kegiatan perdagangan yang berpindah-pindah sesuai dengan pasaran ini juga merupakan kekhasan pasar tradisional. Namun seiring fasilitas kegiatan pasar yang berkembang muncullah bentuk bangunan baru yaitu kios yang memungkinkan terjadinya kegiatan menetap. Dan pada perkembangannya semakin banyak pasar tradisional yang beroperasi harian dan tidak lagi menggunakan pasaran. Seperti diuraikan sebelumnya bahwa pasar tradisional menyangkut hidup orang banyak terutama masyarakat kecil. Di Indonesia, terdapat 13.450 pasar tradisional dengan sekitar 12,6 juta pedagang kecil (Kompas 2006). Pasar tradisional memberikan kemudahan akses bagi pemasok kecil termasuk petani, berbeda dengan pasar modern menjalin kerja sama dengan pemasok besar. Bahan pangan yang langsung dipasok dari petani memiliki keunggulan bahan masih segar dan sehat. Beberapa pokok positif yang dapat dicatat dari pasar tradisional adalah : ·
Pasar tradisional memberikan pelayanan kepada semua tingkat golongan masyarakat dan menjadi tempat bertemu antar golongan itu.
·
Pasar tradisional menyediakan berbagai jenis pelayanan dan tingkat fasilitas sehingga pasar jadi tempat berbelanja dan berdagang dari berbagai golongan masyarakat.
·
Pasar tradisional menampung padagang-padagang kecil golongan ekonomi lemah.
commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id
·
digilib.uns.ac.id
Pasar tradisional menumbuhkan berbagai kesempatan kerja sampingan dan pelayanan pengunjung.
·
Yang paling unik adalah pasar dengan kelanjutan bentuk tradisional ini menimbulkan suasana bazaar, tradisi tawar menawar dan hubungan langsung antar manusia yang manusiawi.
C. Tinjauan Tata Ruang Pasar5 C.1. Penataan Komoditi Barang Dagangan Dalam kaitannya penataan sebuah pasar terutama kaitannya dengan komoditi barang dagangan menurut D Dewar dan Vanessa W dalam bukunya Urban Market Developing Informal Retailing (1990) dibedakan penempatannya sesuai sifat sifat barang tersebut. Barang barang yang memiliki karater hampir sama seperti buah buahan sayur, ditempatkan pada tempat yang berdekatan juga daging dan ikan, telur, dsb. Penempatan barang barang yang memiliki karakter sejenis ini dengan alasan bahwa (Dewar dan Vanessa, 1990) ; ·
Para konsumen / pembeli bisa dengan mudah untuk memilih dan membandingkan harganya.
·
Perilaku pembeli begitu banyak kemungkinannya, konsentrasi dari sebagian barang barang dan pelayanan memberikan efek image dari pasar pada kosumen.
·
Setiap barang mempunyai karakter penanganan, seperti tempat bongkarnya, drainage, pencuciannya dsb.
·
Setiap barang mempunyai efek efek samping yang berlainan seperti bau dan pandangan.
·
Setiap barang membutuhkan lingkungan yang spesifik untuk mengoptimalkan penjualannya seperti butuh pencahayaan, butuh penataan khusus seperti pakaian, sepatu dsb.
commit to user 5
Agung Kumoro, “Ruang Publik Pasar Tradisional”, UNDIP, Semarang, 2000
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C.2. Ruang Terpinggirkan Problem paling sering dijumpai berhubungan dengan lay out fisik ruang pasar adalah problem ruang terpinggirkan / spatial marginalization (D Dewar dan Vanessa W, 1990). Lay out ini berhubungan dengan pergerakan populasi pengunjung di dalam sebuah pasar yang terkait dengan tata ruang los / kios kiosnya. Penyebaran dari flow / pergerakan pedestrian dipengaruhi oleh tiga faktor utama yakni ; lingkungan, orentasi dari pasar pada pola sirkulasi pedestrian yang dominan, dan kontak visual.
Pergerakan / sirkulasi di dalam pasar akan
berpengaruh pada sering atau jarangnya suatu tempat / kios / los dikunjungi atau dilewati oleh calon pembeli, sehingga di dalam sebuah pasar tidak menutup kemungkinan dijumpai tempat tempat yang mati / jarang dikunjungi oleh pembeli (dead spots). Ada 4 bentuk dari dead spots ini yang perlu diperhatikan untuk diamati pada sebuah pasar yakni ; ·
Dead spots disebabkan oleh bentuk pasar yang tidak bersebelahan, atau terpecah pecah (caused by a non contiguous, fragmented market form).
Dead spot
·
When formal shops or kiosks are located on the edges of nucleated markets housing informal operators.
Dead spots caused by market contraction away from peripheral formal market ·
Dead spots which occur around the middle of excessively long, unbroken, selling runs.
commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dead spots at the centre of excessivelly long runs stalls ·
Dead spots caused by the non selling side of stalls or space within markets.
Dead spots caused by the non selling sides of stall Selain masalah dead spots, panjang kios / los (stalls) dan lebar jalur sirkulasi berpengaruh pada pergerakan konsumen pasar, adapun hubungan beberapa contoh fenomenanya adalah sebagai berikut :
Selling runs are too short and costumer flows are dissipated and confused
Selling runs are too long and costumeers do not penetrate to centrelly located stalls
+ 6.00 M
When circulation channels are too wide, custumer concentre on one edge only commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1.50 – 2.00 M
A more approprite length for selling runs D. Peningkatan Daya Saing Pasar Tradisional D.1. Peningkatan Mutu dan Pembenahan Pengaturan Sarana Fisik Pasar6 1. Perencanaan Tata Ruang Pola perletakan berbagai prasarana dan sarana yang ada telah mempertimbangkan beberapa pendekatan antara lain : a) Ada pengaturan yang baik terhadap pola sirkulasi barang dan pengunjung di dalam pasar dan ada tempat parkir kendaraan yang mencukupi. Keluar masuknya kendaraan tidak macet. b) Dari tempat parkir terdapat akses langsung menuju kios di pasar. c) Distribusi pedagang merata atau tidak menumpuk di satu tempat. d) Sistem zoning sangat rapi dan efektif sehingga mempermudah konsumen dalam menemukan jenis barang yang dibutuhkan. e) Penerapan zoning mixed-used, menggabungkan peletakan los dan kios dalam satu area, yang saling menunjang. f) Fasilitas bongkar muat (loading-unloading) yang mudah dan meringankan material handling g) Jalan keliling pasar, mencerminkan pemerataan distribusi aktifitas perdagangan. h) Ada tempat penimbunan sampah sementara (TPS) yang mencukupi. i)
Terdapat berbagai fasilitas umum : ATM Centre, Pos Jaga kesehatan, Mushola, toilet, dll.
j)
Tempat pemotongan ayam yang terpisah dari bangunan utama
k) Ada bangunan kantor untuk pengelola Pasar, Keamanan, Organisasi Pedagang. 2. Arsitektur bangunan Dibutuhkan lahan atau ruang yang besar dengan rencana bangunan sebagai berikut: commit to userDaya Saing Pasar Tradisional) www.usdrpPasar Tradisional Yang Modern (Dalam Rangka Peningkatan indonesia.org/files/downloadCategory/72.pdf 6
37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Bangunan pasar yang ideal terdiri dari 1 lantai namun dapat dibuat maksimal 2 (dua) lantai. Diupayakan lantai dasarnya bersifat semi-basement sehingga untuk naik tangga ke lantai atas (lantai 2) tidak terasa tinggi. b) Tersedia banyak akses keluar masuk sehingga sirkulasi pembeli/pengunjung menjadi lancar dan semua areal dapat mudah terjangkau. c) Sirkulasi udara dan pencahayaan yang baik sehingga dapat meningkatkan kenyamanan bagi para pengunjung dan dapat menghemat energi karena tidak diperlukan penerangan tambahan. 3. Pengaturan Lalu lintas Untuk menjaga ketertiban dan kenyamanan bagi para pengunjung pasar maka pengaturan lalu lintas dilakukan sebagai berikut : a) Kendaraan pengunjung harus dapat parkir di dalam area pasar. b) Terdapat jalan yang mengelilingi pasar dan mencukupi untuk keperluan bongkar muat dan memiliki 2 lajur guna menghindari penumpukan/antrian. 4. Kualitas Konstruksi a) Prasarana jalan menggunakan konstruksi rigid b) Konstruksi bangunan menggunakan bahan yang tahan lama dan mudah dalam maintenancenya. c) Lantai pasar keramik d) Rolling door untuk kios dan dinding plester aci dengan finishing cat. e) Drainase dalam menggunakan buis beton sedangkan di luar dengan saluran tertutup. 5. Air bersih & Limbah a) Pengadaan air bersih menggunakan sumur dalam dan di tampung di reservoir. b) Ada sumur resapan diberbagai tempat sebagai antisipasi terhadap melimpahnya buangan air hujan. c) Pembuangan limbah terdiri dari : -
Buangan air kotor dapat disalurkan menuju drainase biasa. commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id
-
digilib.uns.ac.id
Buangan limbah kotoran oleh karena pertimbangan higienis harus ditampung dalam septic tank, baru kemudian cairannya dialirkan pada resapan.
-
Pembuatan saluran pembuangan air rembesan dengan desain khusus pada kios/los yang menjual dagangan yang harus selalu segar/basah (ikan dan daging)
6. Sistem Elektrikal Sumber daya listrik menggunakan daya dari PLN, dengan demikian seluruh sistem mengikuti standar (PUTL). Untuk mempermudah pengontrolan saat darurat, dibuat sistem sub sentralisasi fase dan panel utama listrik dimana panel utama ditempatkan di dekat kantor pengelola. Hal ini dimaksudkan agar daya listrik untuk peralatan perdagangan maupun pencahayaan ruangan dalam kondisi yang memadai. 7. Pencegahan Kebakaran Pencegahan dan perangkat penanggulangan kebakaran dilakukan dengan penyediaan tabung pemadam pada setiap grup kios. Hidran untuk armada pemadam kebakaran harus tersedia di tempat yang mudah dijangkau. 8. Penanggulangan Sampah Pada setiap kelompok mata dagangan disediakan bak penampungan sampah sementara. Petugas kebersihan secara periodik mengumpulkan sampah dari setiap blok untuk diangkut menuju tempat penampungan utama. Dari tempat penampungan utama ini, pengangkutan sampah keluar pasar dilakukan oleh pihak terkait dengan menggunakan truk/container. D.2. Siteplan (Perencanaan Tapak) Pengaturan site plan sangat menentukan hidupnya pasar, kaidah site plan yang ideal dapat dilihat dari ilustrasi berikut ini :
commit to user
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
TPS Akhir
Pintu Keluar
Koridor Kios
Koridor Utama
Pintu Masuk Gambar 1. Ilustrasi Penataan Siteplan Sumber : www.usdrpindonesia.org/files/downloadCategory/72.pdf
Jalan Mengelilingi Pasar
Batas Bangunan
1. Kios Setiap kios adalah tempat strategis, sehingga setiap blok hanya terdiri dari 2 (dua) deret yang menjadikan kios memiliki 2 (dua) muka (seperti terlihat dalam gambar). Kios paling luar menghadap keluar, sehingga fungsi etalase menjadi maksimal. 2. Koridor Koridor utama merupakan akses utama dari luar pasar. Lebar ideal 2 – 3 meter. Sedangkan koridor penghubung antar kios lebar minimalnya adalah 180 cm. 3. Jalan Tersedia jalan yang mengelilingi pasar. Sehingga semua tempat memberikan kesan bagian depan/dapat diakses dari segala arah. Lebar jalan minimal 5 (lima) meter. Sehingga dapat dihindari penumpukan antrian kendaraan. Disamping itu kendaraan dapat melakukan bongkar muat pada tempat yang tersebar sehingga makin dekat dengan kios yang dimaksud. Tujuan dari adanya jalan yang mengelilingi pasar adalah meningkatkan nilai strategis kios, mempermudah penanggulangan bahaya kebakaran, memperlancar arus kendaraan didalam pasar, mempermudah bongkar muat.
commit to user
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Selasar luar Untuk mengoptimalkan strategisnya kios, terdapat selasar yang dapat juga sebagai koridor antar kios. 5. Bongkar muat Pola bongkar muat yang tersebar, sehingga dapat menekan biaya dan mempermudah material handling. Akan tetapi harus ditetapkan ketentuan bongkar muat. Antara lain, setelah bongkar muat kendaraan tidak boleh parkir ditempat. 6. TPS Tempat penampungan sampah sebelum diangkut keluar pasar terletak di belakang dan terpisah dari bangunan pasar. D.3. Konsep Mempertahankan dan Mengembangkan Pasar Tradisional7 Konsep mempertahankan dan mengembangkan pasar tradisional baik dengan membangun baru, merenovasi, meremajakan maupun mengintegrasikan ke dalam pembangunan pusat perbelanjaan modern pada hakikatnya harus memperhatikan pada tuntutan kebutuhan sebagai berikut : ·
Memenuhi kebutuhan penjual dengan fasilitas yang memadahi dan mudah dicapai oleh pembeli.
·
Memenuhi kebutuhan pembeli, dengan kejelasan orientasi, kelancaran lalu lintas, bersih dan menyenangkan.
·
Menyimpan dan membuka rangsangan akan kebutuhan baru konsumen, menanggapi usaha para produsen dan pembuat barang dan menawarkan pilihan luas pada masyarakat, karena itu menarik untuk terjadinya kegiatan perdagangan, menjajakan dagangan, sarana jual beli, menyediakan pelayanan yang efisien dan menyiapkan barang dagangan yang tepat dengan harga pantas.
·
Suasana yang selalu dapat menarik perhatian banyak orang. Dalam suasana ini, selain gerak kesibukan orang, kegairahan, kemilau, persaingan dan
commit to user Wedho Handoyo, “Perencanaan Kembali Pasar Kota Dan Terminal Angkuta Wonogiri”, UNS, Surakarta 2010. 7
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keanekaragaman, harus pula tercipta rasa akrab dimana pengunjung yakin kemana ia harus pergi untuk mencari apa yang dikehendaki. ·
Membuang kesan monoton, pengulangan bentuk dan keseragaman wajah, menciptakan tampak depan los / toko / kios yang menarik, papan nama / rambu / petunjuk dengan cirinya masing-masing, penataan etalase dengan gelaran dagangan, sistem penerangan dan sistem penempatan yang tepat dari pintu masuk utama bagi para pengunjung harus dipikirkan secara terpadu dalam perencanaan dan perancangan untuk memperoleh hasil akhir yang benar menguntungkan semua pihak.
E. Tinjauan Landmark Sebagai sebuah kawasan yang dipersiapkan sebagai ibu kota Kabupaten Madiun, Kota Caruban diprediksi akan mengalami perkembangan pesat pada setiap sektor. Perkembangan di setiap sektor tersebut menuntut penyediaan fasilitas umum perkotaan yang memadai, efisien, nyaman dan aman. Untuk itu pembangunan infrastruktur seperti kantor pemerintahan, pusat perdagangan, sarana pendidikan, area pemukiman dan sebagainya perlu segera direalisasikan. Pada tahap ini pembangunan di Kota Caruban dapat dikatakan sebagai langkah awal membentuk karakter atau citra kota. Untuk itu Kota Caruban membutuhkan suatu objek bangunan atau kawasan yang bisa dijadikan sebagai landmark kota, yaitu bangunan atau kawasan yang menjadi titik pusat orientasi yang keberadaannya dapat menandakan ciri, citra, atau image suatu wilayah. E.1. Teori Landmark8 Landmark atau lebih dikenal dengan tetenger atau titik orientasi lokal yang merupakan salah satu elemen pembentuk citra kota. Kevin Lynch menyatakan bahwa image suatu kota dibentuk oleh 5 elemen pembentuk wajah kota, yaitu : a. Jalur (Paths) Adalah garis penghubung yang memungkinkan orang bergerak dengan mudah. Paths ini berupa jalan, jalur pejalan kaki, kanal, rel kereta api dan
commit to Bus userdan Stasiun Kereta Api Depok Baru Sebagai Syumar Achmad Raharja, “Penataan Kawasan Terminal Landmark Kota”, UNS, 2005 8
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang lainnya. Sebagian besar orang merasakan paths inilah elemen yang paling menonjol dalam bentuk imagenya mengenai suatu kota. b. Tepian (Edges) Adalah elemen yang berupa jalur memanjang tetapi tidak berupa paths yang merupakan batas antara dua jenis fase kegiatan. Edges biasa berupa dinding, pantai, hutan kota dan lain-lain. c. Aktivitas suatu wilayah (Districts) Distrik hanya bisa dirasakan ketika orang memasukinya, atau bisa dirasakan dari luar apabila mempunyai kesan visual. Artinya distrik bisa dikenali karena adanya suatu karakteristik kegiatan dalam suatu wilayah. d. Simpul kegiatan (Nodes) Adalah berupa titik. Titik dimana orang bisa mempunyai pilihan untuk memasuki distrik yang berbeda. Sebuah titik konsentrasi tinggi dimana transportasi memecah, paths menyebar dan tempat mengumpulnya karakter fisik. e. Tetenger (Landmark) Adalah titik pedoman obyek fisik. Bisa berupa fisik natural berupa gunung, bukit atau berupa fisik buatan seperti menara, gedung, sculpture, kubah dan lain-lain sehingga orang bisa dengan mudah mengorientasikan diri di dalam suatu kota atau kawasan atau lingkungan. Dengan kata lain, merupakan tempat yang bisa dijadikan ciri yang bermakna. Landmark atau tetenger merupakan tipe lain dari point of interest dapat dikenal secara eksternal dari bentuk fisiknya. Landmark tersebut dapat berupa gedung-gedung, tanda-tanda tertentu atau monumen, toko, gunung ataupun sungai dimana menjadi ciri khas dari suatu tempat atau kota yang tidak terdapat pada tempat lain. 9 Elemen-elemen tertentu dapat dikategorikan sebagai landmark karena mempunyai kekhasan dari suatu wilayah seperti :
commit to user 9
Agung Danang Wibowo, “Sriwedari Art Centre Sebagai Sebuah Landmark Di Surakarta”, UNS, 2004
43
perpustakaan.uns.ac.id
·
digilib.uns.ac.id
Berbeda dari elemen-elemen yang lain yang terdapat dari suatu tempat sehingga mempunyai ciri-ciri khusus ataupun keunikan yang tidak dimiliki oleh elemenelemen lainnya.
·
Elemen yang menjadi sebuah perhatian dari lingkungan dikarenakan skalanya yang paling menonjol ataupun paling besar diantara elemen-elemen lain pada sebuah wilayah sehingga mudah dikenali terutama dari kejauhan.
·
Merupakan sebuah masa yang menjadi “pusat” dari lingkungan yang tertata secara radial.
·
Sebuah elemen yang berbeda dari bentuk-bentuk elemen lain pada suatu tempat yang cenderung konstan.
·
Sebuah bangunan dapat dikategorikan sebagai landmark karena mewakili simbol pada masa tertentu atau langgam tertentu yang diakui atau dikenali. Landmark dapat berupa tower-tower yang terisolasi atau kubah emas, bukit-bukit
besar. Terkadang titik yang bergerak seperti matahari dimana bergerak secara lambat dan regular dapat digunakan sebagai landmark. Suatu landmark dapat diwujudkan ke dalam suatu wujud bangunan, sculpture dan sebagainya. Dan suatu landmark harus mudah dilihat, dikenali dan diingat karena kekhasan yang dimilikinya karena landmark merupakan salah satu elemen pembentuk citra kota. Landmark diharapkan dapat menjadi suatu titik acuan bagi manusia dan lingkungannya sehingga lokasi yang paling tepat bagi suatu landmark adalah pusat kota, tetapi landmark dapat juga berada dipinggir jalan maupun luar kota sesuai dengan karakter yang ingin ditonjolkan. Namun suatu landmark seharusnya berada di tempat strategis sehingga dapat menjadi titik acuan bagi orang-orang, baik penduduk maupun pendatang. Kunci karakteer fisik suatu landmark adalah tunggal, sedang beberapa aspek lainnya adalah unik atau bersejarah (memorable). Landmark menjadi diidentifikasikan, lebih menjadi pilihan yang signifikan, jika : ·
Bentuknya jelas (clear)
·
Kontras dengan latarnya (background)
·
Terkenal karena lokasi sitenya commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sosok yang kontras dengan latarnya menjadi faktor yang prinsip. Selain itu, dominan dalam bentuk, ukuran dan kontur juga menjadi faktor yang menentukan. Ruang yang terkenal dapat menjadikan suatu elemen sebagai landmark, ada dua cara yaitu : ·
Membuat elemen terlihat dari banyak lokasi, sehingga sangat mudah untuk dikenali, dan bagi orang baru dapat memandu ke tujuannya.
·
Latar (setting) yang kontras dengan elemen di dekatnya, yaitu dngan variasi jarak mundur (setback) dan tinggi (skyline).
Sedangkan dalam hal lain yang dapat memperkuat peran suatu landmark kota adalah : ·
Lokasi pada persimpangan jalan juga menguatkan suatu landmark.
·
Aktivitas yang mengacu pada suatu elemen dapat menjadikan suatu landmark
·
Suara dan bau/aroma kadang memperkuat visual landmark walaupun tidak tampak.
F. Tinjauan Lokalitas Lokalitas berasal dari kata dasar lokal dan serapan dari kata locus yang berarti setempat. Kelokalan diartikan sebagai memiliki kekhasan akan sesuatau yang hanya terdapat di daerah tersebut yang patut untuk ditonjolkan. Sehingga diperlukan sebuah upaya untuk menginvestasikan dan merekam segenap bangunan, lingkungan atau kawasan tertentu di daerah atau kota masing-masing yang memiliki nilai kesejahrahan, nilai tradisional, atau nilai arsitektonis yang unik, yang pantas untuk ditelusuri sebagai warisan budaya, merupakan salah satu upaya dala mewujudkan pembangunan berwawasan identitas. Ada beberapa teori yang cenderung mirip meski bisa dibedakan, yaitu Lokalitas, Vernakular dan Tradisional. Ketiganya sering muncul dalam sebuah bangunan secara bersamaan dan sering kali dianggap tidak ada bedanya. Arsitektur lokalitas memiliki pendekatan tentang spirit nilai kesetempatan, bisa memiliki bentuk bermacam-macam. Arsitektur tradisional cenderung memiliki bentuk dan tata cara yang sama sesuai tata cara yang diterrima secara turun-temurun. Sedangkan arsitektur vernakular cenderung pada commit to user
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penggunaan material yang ada di sekitarnya untuk menyelesaikan permasalahan desain pada bangunan. Potensi lokal tidak terbatas pada arsitektur tradisional yang secara fisik berupa bangunan arsitektur tradisional saja. Dalam masyarakat heterogen, potensi lokal mencakup seluruh kekayaan yang memiliki kekhasan, keunikan, kesejarahan, ataupun peran sebagai penanda di kawasan, kota dan daerahnya. Lokalitas adalah sebuah jawaban atas permasalahan dari sebuah cakupan yang meliputi sebuah kawasan, nilai kearifan lokal, material, budaya bahkan tingkat peradaban masyarakat dalam suatu kawasan. Lokalitas menjadi isu menarik akhir-akhir ini seiring upaya manusia dalam menggali dan menemukan jati dirinya. Jati diri seseorang dan sebuah tempat tetap diperlukan meskipun dinamika pembangunan begitu cepat. Pernyataan ini membawa kepada sebuah pandangan bahwa kemajuan teknologi, informasi dan komunikasi tidak akan
pernah
manghilangkan
kepentingan
sebuah
komunitas
untuk
mendapatkan/membangun jati dirinya dalam proses rancang bangun yang berbudaya. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung mendorong pembangunan bangunan berasitektur lokal terasa lebih ramah lingkungan dan selaras dengan lingkungan asal. Desain bangunan (green building) hemat energi, membatasi lahan terbangun, layout sederhana, ruang mengalir, kualitas bangunan bermutu, efisiensi lahan dan material ramah lingkungan (green product).10 F.1. Memaknai Lokalitas dalam Arsitektur11 Marak diskusi lokalitas dalam arsitektur boleh jadi adalah sebuah bentuk `protes` atau `gerakan` terhadap kemapanan dari langgam modern – post modern – atau pun pemikiran dekonstruksi sampai pada generative process dalam dunia arsitektur.
Fathony Muchtar Harris, ”Sangiran Sculture Sebagai Wadah Promosi Pariwisata Dan Kerajinan Kab. commit user 2011 Sragen Dengan Pendekatan Arsitektur Lokalitas”, UNS,to Surakarta, 11 http://archnetwork.wordpress.com/category/architect/page/6/ 10
46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lokalitas bukanlah sebuah `gerakan` baru dalam dunia arsitektur – kemunculannya menjadi terasa seiring gencarnya gerakan modernitas dalam dunia ini. Lokalitas telah dianggap sebagai senjata yang tepat untuk menahan lajunya ruang-ruang kapitalis yang telah menyusup dalam kehidupan manusia di dunia modern ini. Alexanander Tzonis mengungkapkan bahwa seharusnya lokalitas bukanlah sebuah Tema Gerakan tetapi lebih kepada conceptual device yang kita pilih sebagai alat untuk melakukan analisis dan sintesis. Lokalitas membantu kita untuk menempatkan identitas sebagai prioritas ketimbang intervensi internasional atau pun dogma yang bersifat universal. Meminjam Vitruvius yang mengatakan: “unsur alam dan raisonalitas manusia membangun sebuah bentuk arsitektur”. Vitruvius percaya bahwa perbedaan dari bangunan-bangunan yang ada di muka bumi ini adalah akibat dari dialog bolak-balik dari manusia dengan lingkungannya = “There is an in-between `temperate` kind of environment that creates temperate architecture and temperate people. Lokalitas dalam hal ini adalah juga sebuah `perbedaan` yang secara spatiality memang terbentuk dari dimana lokalitas itu tumbuh atau ditumbuhkan. Ini membawa pengertian bahwa ada perbedaan antara lokalitas yang satu dengan yang lain. Lalu, Apakah lokalitas hanya sekedar penampilan dari sebuah identitas ? Apakah lokalitas hanya sekedar sebuah bentuk perlawanan gerakan global ? Meminjam Lewis Mumford, maka ada lima point dalam kita memandang nilai Ke-Lokalitasan : 1. Lokalitas bukan hanya terpaku dari kebesaran sejarah, seperti misalnya banyak bangunan bersejarah yang diidentifikasikan sebagai `vernacular brick tradition`. Bagi Mumford bahwa bentuk-bentuk yang digunakan masyarakat sepanjang peradabannya telah membentuk struktur koheren yang melekat dalam kehidupannya. Sebuah kekeliruan ketika mencoba meminjam sejarah dari sebuah tradisi yang langsung ditranfer dalam sebuah ruang yang kosong – ruang yang dihasilkan adalah ruang yang tidak memiliki jiwa. Mumford menekankan bahwa tugas kita tidak hanya membuat imitasi sebuah masa lampau tetapi mencoba commit to user mengerti dan memahaminya, lalu
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mungkin suatu saat kita berhadapan dan menyetujuinya dalam kesamaaan semangat kekreatifan. Tugas kita bukan hanya meminjam material atau meng-copy sebuah contoh kontruksi dari sesuatu satu atau dua abad yang lalu, tetapi seharus mulai mengetahui tentang diri kita, tentang lingkungan untuk mengkreasikan sebuah arsitektur yang bertradisi lokal. 2. Lokalitas adalah tentang bagaimana melihat bahwa seharus sebuah tempat memiliki sentuhan personal, untuk sebuah keindahan yang tidak terduga. Yang terpenting dari semua yang kita lakukan adalah membuat orang-orang merasa seperti dirumah dalam lingkungannya. Lokalitas harus dimunculkan karena memang dibutuhkan sebagai sebuah jawaban terhadap kebutuhan manusia. Ada kebutuhan social – ekonomi bahkan politik serta lingkungan dalam jiwa Lokalitas itu sendiri. 3. Lokalitas dalam perkembangannya harus memanfaatkan teknologi yang berkelanjutan, dan ini menjadi penting dalam membangun sebuah tradisi baru. Dalam dunia yang semakin carut-marut ini, sebuah tradisi harus selalu ditempatkan dalam konteks tentang hidup di dunia. Sebuah tradisi adalah tinggal kenangan apabila tradisi itu tidak dapat bernegosiasi dengan mesin-mesin teknologi yang memang menebarkan candu. Membuat lokalitas menjadi pintar adalah membuat lokalitas yang dapat berkelanjutan dalam teknologi yang tepat guna. 4. Lokalitas harus memberikan kegunaan terhadap penggunanya, modifikasi terhadap lokalitas harus dibuat bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan. Lokalitas setidaknya harus
dapat
dikaji
dalam
nilai
keteraturannya,
kooperatif,
kekuatannya,
kesensifitasannya, juga terhadap karakter dari komunitas dimana Lokalitas ingin ditempatkan. 5. Global dan lokalitas bukanlah sesuatu yang harus dipertentangkan tetapi mereka saling melengkapi, Mumford menekankan perlu ada keseimbangan diantara mereka. Keseimbangan dimana global menge-print mesin-mesin kapitalis sedang lokal mengeprint komunitas. Lokalitas perlu menempatkan dirinya sebagai sesuatu yang utama dalam nilai keuniversalan. Memaknai lokalitas artinya memaknai tentang bagaimana commit to user
48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kita melakukan pembelajaran tentang sejarah bangunan, material, latar belakang social, isu-isu konservasi, konstruksi bangunan yang pada akhirnya keunikan sebuah lokalitas dalam arsitektur adalah tentang bagaimana material lokal – teknologi dan formasi sosial dapat ditranfer dalam bahasa arsitektur yang segar. Berdasarkan uraian di atas maka lokalitas menurut Mumford adalah sesuatu yang dinamis dan akan selalu berkembang sesuai dengan perubahan jaman. Mewujudkan lokalitas tidak hanya melalui fisik sebuah bangunan saja karena yang terjadi adalah imitasi dari masa lampau. Lokalitas dapat diwujudkan dengan mengetahui tentang diri kita, tentang lingkungan untuk mengkreasikan sebuah arsitektur yang bertradisi lokal. Menurut Mumford, lokalitas tidak harus statis dan bersifat kaku karena lokalitas harus beradaptasi dengan kondisi jaman dan berkembang seiring perkembangan teknologi. Pada fenomena lokalitas atau kesetempatan yang memuat konsep kekinian, ada universalitas atau kesemestaan. Di sisi lain, pada universalitas atau kesemestaan yang mengandung konsep kelanggengan, ada fenomena lokalitas atau kesetempatan. Nilai-nilai kesemestaan tak dapat diterapkan tanpa penjabaran pada fenomena kesetempatan. Dalam kesepasangan prosesnya, fenomena kesetempatan tak akan punya arah penumbuh-kembangan yang tepat-bijak-pasti, tanpa pengkristalan pada nilai-nilai kesemestaan. Sama persis pada kehidupan manusia: tanpa spiritualitas, kehidupan intelektualnya keras-kasar-kering mengerontang; tanpa intelektualitas, kehidupan spiritualnya hanyalah hitam-khayal-imajinasi panjang. Lokalitas Indonesia dengan keberagaman tradisi arsitektural di berbagai tataran, mulai dari filosofi, paradigma, teori, dan metoda, adalah sebuah modal-kekuatan yang luar biasa. Lokalitas itu bukan mesti didapat dengan mengedepan-utamakan “grand architecture“, arsitektur masyarakat kalangan atas seperti misalnya kraton —yang sudah terlanjur dianggap sebagai “ikon budaya Jawa“ sebagai satu-satunya pustaka bahan pelajaran. Ada perpustakaan yang jauh lebih kaya koleksinya dan tak memerlukan kartu commit to user Arsitektur Nusantara. Dalam tradisi anggota apalagi membayar biaya meminjam bacaan:
49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
belajar orang Jawa, ada istilah buku garing (kering) dan buku teles (basah). Buku garing ialah tulisan (harafiah, cetakan-analog-digital) untuk manusia, buku teles adalah fenomena alam-semesta termasuk lingkungan binaan manusia. Jika ditinjau lebih dalam, pada buku garing dan buku teles, masih ada ranah meta-empirik. Ada aksara dari suara, ada aksara dari bunyi. Suara berbeda dengan bunyi. 12 Arsitektur dewasa ini memiliki kecenderungan untuk menciptakan moumen visual. Bentuk distint (beda) secara tidak langsung akan mendapatkan pengakuan publik menyangkut penghargaan terhadap karyanya. Dengan pola pikir arsitektur yang berkiblat pada arsitektur kontemporer yang cenderung barat akhirnya akan melahirkan bangunanbangunan kotak. Eksplorasi terhadap bentuk lokal sudah layaknya menjadi prioritas pertama sebelum kita mulai mengambil bentuk-bentuk baru dari luar yang pada gilirannya tidak dapat menyesuaikan diri dengan kondisi alam daerah setempat. Bukanlah suatu yang sulit apabila kita mau mengolah bentuk arsitektur tradisional untuk menciptakan fungsi baru di dalamnya. Memperlihatkan kesederhanaan dan kejujuran bahan bangunan, sebagaimana yang dialami melalui pengalaman dalam bangunan-bangunan vernakuler. Material yang digunakan dalam tradisi vernakuler dapat mengatasi iklim dengan baik. Namun perlu dicatat bahwa penggunaan elemen-elemen arsitektur lokal ini hendaknya tidak sekedar “tempelen yang dipaksakan” pada bangunan-bangunan baru, melainkan bagian tak terpisahkan dari keseluruhan desain bangunan. Inovasi seperti ditunjukkan oleh Maclaine Pont atau Karsten hampir seabad yang lalu seyogyanya menjadi rujukan bagi para arsitek kita masa kini.
commit to user 12
http://ruang17.wordpress.com/page/19/
50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2. Elemen arsitektur tradisional yang “dipaksakan”. Kiri: Atap Minangkabau di gedung bank di kota Padang; Kanan: Atap Toraja di bangunan rumah sakit di kota Makale Sumber : Foto Danang Priadmodjo, Arsitektur Tradisional dan Identitas Kota
Kekayaan arsitektur Nusantara sungguh tiada bandingannya. Tidak ada negara lain di dunia ini yang mempunyai ragam arsitektur tradisional sebanyak dan seindah yang kita miliki. Apabila kita mampu mengolah kekayaan itu, kita dapat menghadirkan wajahwajah kota yang khas dan menampilkan identitas daerahnya secara elegan. Elemenelemen arsitektur tradisional pun akan berkembang dengan dinamis seiring dengan perubahan jaman, bukan sekedar merupakan “ragam hias” yang statis dan dijadikan barang pajangan. 13 F.2. Arsitektur Nusantara Dalam menghadapi krisis identitas arsitektur bangsa kita, pencarian jati diri kenusantara-an membutuhkan nalar yang menerawang masa purba, ketika orang mulai memikirkan untuk merekayasa elemen alam menjadi sebuah tempat. Tempat paling purba untuk sebuah ruang yang dibutuhkan agar dapat beristirahat sejenak dari kegiatan berbudi dan berdaya bagi sebuah perjalanan kehidupan. Contoh kasus yang digunakan dalam tulisan ini adalah karya masyarakat pulau Madura, khususnya pada wilayah yang terpencil dan sulit terjangkau sistem transportasi. Setiap lokasi di muka bumi pasti memiliki spesifikasi tertentu, penyelesaian masalah desain arsitektur juga spesifik untuk setiap lokasi. Contoh di Pulau Madura adalah salah satu penyelesaian masalah desain arsitektur di daerah pesisir. Tentunya
commit to user 13
Danang Priadmodjo, Arsitektur Tradisional dan Identitas Kota
51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penyelesaian ini akan berbeda jika terjadi di daerah hutan datar, daerah pegunungan kering, daerah pegunungan subur, daerah di kaki gunung, daerah di lereng gunung, dan sebagainya. Sketsa berikut memperlihatkan evolusi serupa yang terjadi untuk arsitektur Jawa.
Gambar 3. Evolusi arsitektur Jawa, dari vernakular ke tradisional Sumber : http://www.putumahendra.com/?cat=5&paged=2
Arsitektur nusantara yang sangat dipengaruhi iklim tropis lembab memiliki kesamaan dalam proses dan memiliki perbedaan dalam produk. Tanah nusantara yang selalu labil oleh gempa dan banjir adalah hal yang paling diantisipasi, banyak rumahrumah tradisional nusantara yang berbentuk panggung. Semakin rawan bencana, semakin tinggi pula bentuk panggungnya. Di bawah panggung adalah ruang negatif yang dipergunakan untuk hal-hal tidak penting, seperti menyimpan barang dan hewan. Hampir seluruh rumah nusantara kuno selalu mengutamakan ruang luar bagi bangunannya. Ruang luar itulah ruang keluarga bagi mereka, gugusan bangunan adalah kamarkamarnya.
commit to user
52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4. Evolusi bangunan jawa dari panggung menjadi menapak di tanah Sumber : http://www.putumahendra.com/?cat=5&paged=2
Gambar 5. Evolusi bangunan jawa karena kebutuhan luas ruang Sumber : http://www.putumahendra.com/?cat=5&paged=2
Gambar 6. Dua contoh evolusi rumah joglo hasil tradisi Sumber : http://www.putumahendra.com/?cat=5&paged=2
commit to user
53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 7. Contoh gambar denah dari tradisi perubahan ruang dalam ruang untuk bangunan joglo Sumber : http://www.putumahendra.com/?cat=5&paged=2
Gambar 8. Berbagai contoh perubahan bangunan joglo dengan pertimbangan teknologi bahan masa kini. Sumber : http://www.putumahendra.com/?cat=5&paged=2
commit to user
54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 9. Analisis bentuk arsitektur dari relief candi di Jawa Sumber : http://www.putumahendra.com/?cat=5&paged=2
commit to user
Gambar 10. Sebuah gubuk (di tambak garam) yang berevolusi menjadi bentuk lain (di tepi pantai terpencil) yang lebih besar dengan teknik pencerminan. Sebuah bentuk atap satu sisi yang berevolusi menjadi bentuk atap pelana. Sumber : http://www.putumahendra.com/?m=200812
55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 11. Sebuah gubuk beratap pelana ditambah teritis untuk memperluas ruang, berevolusi menjadi rumah dengan memperbesar skala, menapakkan ke tanah dan menutupi dengan lebih banyak dinding Sumber : http://www.putumahendra.com/?cat=5&paged=2
Gambar 12. Sebuah rumah yang mengalami evolusi dengan lebih memperhatikan kualitas bahan dinding, berevolusi lagi dengan menambah teritis di sisi lainnya, dipercantik dengan ornamentasi pagar rumah (bukan pagar halaman) Sumber : http://www.putumahendra.com/?cat=5&paged=2
Gambar 13. Pemikiran terhadap kualitas bahan yang lebih tahan cuaca membuat bentuk atap pelana menjadi perisai, evolusi yang lebih tinggi menyentuhkan budaya manusia dengan ornamentasi dan warna Sumber : http://www.putumahendra.com/?cat=5&paged=2
commit to user
56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mencari aspek intangible arsitektur nusantara dapat ditelusuri dengan memahami karakteristik manusianya. Dari caranya berbudaya, baik sebagai makhluk individu maupun sosial dapat menjawab rasa bentuk apa yang seharusnya tampil. Masyarakat nusantara sendiri sudah memahami aspek intangible dengan menghormati hal-hal yang bersifat spiritual. Tidak semua yang bersifat logika materi boleh dilakukan, ke-materi-an akan selalu dihubungkan dengan ke-spiritual-an. Sudilah kiranya melihat bagaimana bentuk kuno nusantara selalu menampilkan refleksi rasa sukur terhadap pencipta yang demikian murah hati memberikan alam yang cukup kaya. Selayaknya alam yang cukup kaya digali bersama untuk kepentingan bersama pula. Materi kayu/bambu yang akan selalu diproduksi oleh pabrik yang bernama tanah adalah bahan yang paling baik digunakan untuk arsitektur. Namun demikian, sudilah kiranya tetap bijaksana, bahwa dalam kasus tertentu ada bentuk arsitektur yang tidak bisa diwujudkan dengan kayu dan hanya bisa dengan bahan baja/beton. Sudilah kiranya tetap bijak menggunakan bahan non-kayu agar tidak terlalu banyak merusak alam. Semangat mengenai kata cukup dan secukupnya selayaknya mewarnai setiap konsep rancangan arsitektur nusantara.14 G. PRESEDEN PASAR TRADISIONAL G.1. Pasar Gede Hardjanagara
Gambar 14. Pasar Gede Sumber : Dokumen Pribadi
commit to user 14
Tjahja Tribinuka, pengajar arsitektur ITS
57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pasar Gede berlokasi pada lokasi yang strategis yaitu di persimpangan jalan dari kantor gubernur pada zaman kolonial Belanda yang sekarang berubah fungsi menjadi Balaikota Surakarta. Bangunan ini dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama Ir. Thomas Karsten. Dalam sejarahnya, Karsten adalah orang yang menganut paham demokrasi dan sangat menghargai budaya. Arsitektur pasar gede merupakan perpaduan antara gaya belanda dan gaya tradisional. Bangunan pasar selesai pembangunannya pada tahun 1930 dan diberi nama Pasar Gedhé Hardjanagara. Pasar ini diberi nama pasar gedhé (dalam bahasa Jawa) atau “pasar besar” karena pintu gerbang di bangunan utama menggunakan atap yang besar, terlihat seperti atap singgasana. Pasar gede terdiri dari dua bangunan yang terpisahkan jalan. Masing-masing dari kedua bangunan ini terdiri dari dua lantai. Seiring dengan perkembangan masa, pasar ini menjadi pasar terbesar dan termegah di Surakarta. Pasar Gede dulunya dibangun sebagai mediator perdagangan bagi masyarakat Belanda-Cinapribumi pada saat itu, dengan harapan hubungan antara etnis-etnis tersebut yang semula penuh konflik dapat berlangsung harmonis. Bangunan Pasar Gede terdiri dari 2 (dua) bangunan : ·
Bagian Barat (1.364 m2) : Menyediakan jenis dagangan buah – buahan dan ikan hias.
·
Bagian Timur (5.607 m2) : Menyediakan dagangan kebutuhan sehari – hari dan mempunyai spesifikasi menyediakan makanan khas Solo Pada desain Pasar Gede kita dapat mencermati beberapa strategi desain Karsten
untuk menghasilkan pasar yang nyaman dan sesuai dengan karakter masyarakat Solo. Pasar ini merupakan pasar yang dirancang dengan sangat baik dari segi sirkulasi udara maupun pengguna. Sirkulasi udara diwujudkan dengan bentuk atap dan juga adanya jendela-jendela yang dibuat besar juga pada lantai dua tinggi dinding yang hanya sekitar satu pertiga dari dinding dan diatasnya menggunakan kawat. Untuk sirkulasi udara dan cahaya agar berjalan dengan baik juga untuk memudahkan komunikasi antara pedagang di lantai 1 dan pedagang di lantai 2 commit maka void to dibuat user lebar. Void yang luas ini membuat
58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bangunan pasar gede terasa lebih longgar dan menjadi pasar yang nyaman untuk pengguna dibandingkan dengan pasar-pasar tradisional lain yang biasanya karena tidak terasa sumpek di dalamnya. Apalagi dengan adanya viod ini maka jarak antara lantai dengan atap akan lebih tinggi maka hal ini juga akan memberikan efek pada sirkulasi udara yang baik juga. Untuk menjaga kondisi tidak panas di dalam pasar atap-atapnya ke timur-barat sehingga meminimalkan penyerapan radiasi matahari. Walaupun pasar ini dikatakan satu bangunan tetapi menggunakan atap yang banyak pada bagian dalamnya (tiap petak bangunan los pedagang) dapat mengurangi luasan paparan sinar matahari. Atap pada bangunan pasar Gede ini menggunakan rangka baja. Bahan penutup atap yang digunakan yaitu sirap dan juga seng pada bagian atap tertentu namun sebagian besar bangunan beratapkan sirap. Penggunaan atap sirap bertujuan untuk merespon iklim tropis yang panas karena sifat kayu yang melepas udara dingin saat panas dan menyimpan panas yang akan dikeluarkan jika udara disekitarnya dingin. Atap yang menggunakan seng dijumpai hanya dibeberapa bagian saja dan tetap dirancang dengan sedemikian rupa agar tetap mendapatkan cahaya dan juga sinar matahari dengan baik. Fiberglass digunakan sebagai penutup atap pada void sehingga cahaya matahari siang hari dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin sebagai sumber pencahayan alami dan dapat menghemat penggunaan energi listrik.
Gambar 15. Interior dan Eksterior Pasar Gede Sumber : Dokumen Pribadi
commit to user
59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bangunan Pasar Gede dibuat tinggi untuk merespon aktivitas pengguna yaitu untuk mempermudah para pedagang membawa gendongannya ke dalam bangunan. Karena pada waktu itu para pedagang membawa barang dagangan dengan digendong sampai tinggi, maka menanggapi hal itu maka desain pasar gede dibuat sedemikian rupa. Selain itu area parkir Pasar Gede dibuat mengelilingi pasar dan berbatasan langsung dengan bangunan pasar merupakan bentuk pendekatan yang dilakukan Karsten pada kebiasaan masyarakat Solo yang pada umumnya menginginkan akses yang cepat, mudah dan bisa langsung sampai pada tempat yang diinginkan. Dengan adanya Pasar Gede ini mempengaruhi lingkungan sekitar yaitu membentuk lingkungan sekitar menjadi daerah perdagangan / daerah komersial, hal ini dibuktikan dengan banyaknya pertokoan, jasa perniagaan maupun perbankan. Selain itu beralihnya perumahan penduduk menjadi ruko. Namun seiring dengan semakin meningkatnya tingkat mobilitas sering terjadi kemacetan di sekitar Pasar Gede pada jam-jam kerja. Area parkir pada Pasar Gede umumnya menggunakan bahu jalan sehingga ketika arus transportasi sedang ramai dapat menghambat kendaraan yang lewat. K.2. Pasar Legi Surakarta
Gambar 16. Pasar Legi commit to user Sumber : wedangansoloraya.multiply.com
60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pasar Legi didirikan lebih awal jika dibandingkan Pasar Gede yaitu pada masa pemerintahan Mangkunegoro I (Pangeran Samber Nyawa). Pasar Gede terletak dijalan Sutan Syahrir, Kelurahan Stabelan, Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Pasar ini mempunyai luas sekitar 16.640 m2. Kegiatan pasar ini dimulai dari dini hari sampai malam hari. Pedagangan sudah menggelar hasil bumi sejak pukul 02.00 dinihari hingga di emper-emper jalan sekitar pasar. Pasar Legi juga melayani penjualan hingga 24 jam. Mengapa disebut Pasar Legi? Selain pasar ini pertama kalinya digelar pada pasaran Legi 5 hari sekali, pasar inipun lebih banyak menggelar dagangan yang bersifat legi atau manis. Misalnya gula jawa, jagung manis, gula aren, gula batu, gula aren hingga minuman legen. Pasar Legi menjadi pust grosir dagangan tradisional dan hasil bumi. Hampir semua hasil bumi dari daerah Surakarta dan sekitarnya masuk di Pasar Legi. Pasar Legi merupakan pasar induk hasil bumi terbesar di Surakarta, yang mendapatkan pasokan dagangan dari berbagai daerah baik dari wilayah sekitar surakarta maupun dari luar daerah seperti Brebes, Temanggung, Tasikmalaya, Sidoarjo, Malang dan lain sebagainya. Pasar ini bisa dikatakan juga, adalah pasar bagi para penjual lainnya, karena, banyak penjual atau pedagang dari pasar-pasar lain yang lebih kecil yang mengambil dagangan atau kulakan di pasar ini. Pasar ini pertama kali direnovasi menjadi pasar modern pada sekitar tahun 1936, atau pada masa pemerintahan KGPAA Mangkunegara VII (1916 - 1944). Dan Pada tahun 2008 Pemerintah Kota Surakarta mengalokasikan dana untuk merenovasi beberapa bagian pasar yaitu blok ikan asin dan kelapa. Semenjak itu tampilan Pasar Legi menjadi seperti yang kita kenal sekarang. Saat ini Pasar Legi terdiri dari dua lantai. Hal ini dikarenakan jumlah pedagang semakin bertambah sementara luas pasar sudah terbatas.
Berbeda dengan pasar
berlantai dua atau lebih pada umumnya, Pasar Legi mampu mempertahankan aktivitas jual beli tetap tinggi di lantai dua. Meskipun dijadikan dua lantai namun kegiatan jual beli di lantai dua tetap berlangsung ramai.
commit to user
61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada Pasar Legi ketika kita ingin masuk pasar kita akan dihadapkan pada dua pilihan yaitu turun ke lantai 1 atau naik ke lantai 2. Sehingga posisi halaman pasar serupa dengan bordes pada sebuah lantai sehingga terkesan tidak berat untuk naik atau turun karena hanya tinggal menempuh setengah tangga. Pembeli yang ingin ke lantai 2 atau lantai 1 pada dasarnya dihadapkan pada pilihan yang sama. Artinya jika pembeli ingin ke lantai 2, dia harus naik setengah tangga terlebih dahulu baru turun jika ingin keluar. Sementara pembeli yang ingain ke lantai 1 harus turun setengah tangga terlebih dahulu baru naik jika ingin keluar. Strategi tersebut hampir sama dengan yang dijumpai di Pasar Gede. Namun yang membedakan adalah lantai dua pada Pasar Gede hanya seperti sebagai pelengkap atau tambahan. Karena pada Pasar Gede di lantai dua digunakan sebagai gudang, mushola, kantor pengelola, pedagang makanan, pedagang bunga, grosir buah dan los daging. Keberadaan gudang, musola dan kantor pengelola tentunya hanya mengundang sedikit pembeli untuk ke lantai dua. Daya Tarik bagi pembeli untuk naik ke lantai dua hanya karena adanya pedagang makanan, pedagang bunga, grosir buah dan los daging. Pedagang makanan dan pedagang bunga dapat digolongkan kebutuhan tersier sehingga seharusnya berada di lantai satu. Sementara grosir buah kurang menarik pembeli karena di lantai satu suda ada penjula buah, otomatis pembeli yang naik ke lantai dua hanya untuk membeli daging. Sementara pada Pasar Legi keberadaan lantai satu dan dua merupakan sebuah kesatuan dimana tidak ada yang lebih dominan. Dari luas lantai pun luas lantai dua hampir sama dengan lantai satu hanya pada lantai dua terdapat void untuk sirkulasi udara. Komoditas daganganpun juga ditata sesuai zona masing-masing. Namun pada Pasar Legi muncul permasalahan terutama yang terjadi pada lantai satu. Karena lantai dua dibuat penuh dan void yang ada sangat kecil, sirkulasi udara di lantai satu menjadi tidak lancar. Kondisi ini menjadikan suasana menjadi pengab dan panas sehiongga kurang nyaman bagi pembeli. Kecilnya void yang ada juga mengakibatkan suasana di lantai satu cenderung gelap sehingga terdapat penjual yang menggunakan pencahayaan buatan meskipun di siang hari. commit to user
62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III Pasar Umum Caruban di Desa Pandean, Kabupaten Madiun
A. Tinjauan Kabupaten Madiun Kabupaten Madiun merupakan salah satu dari 29 kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Madiun berada pada posisi yang strategis karena dilintasi jalur utama Surabaya-Yogyakarta, dan kabupaten ini juga dilintasi jalur kereta api lintas selatan Pulau Jawa. Potensi yang menonjol saat ini adalah pertanian padi, kedelai, palawija, perkebunan kakao, kopi, mangga, durian, rambutan dan produk hasil hutan dan produk olahan lainnya seperti kerajinan kayu jati dan lain sebagainya. Hingga kini, pusat pemerintahan Kabupaten Madiun masih berada di Kota Madiun dan tepat pada Hari Jadi Kabupaten Madiun ke-442, keluar Peraturan Pemerintah No.52 Tahun
2010 mengenai pemindahan Ibu Kota Kabupaten Madiun dari wilayah Kota Madiun ke wilayah Kecamatan Mejayan. Sehingga dapat diprediksi perkembangan wilayah yang paling progresif
berlangsung di Kecamatan Mejayan.
commit to user
Gambar 17. Peta Kabupaten Madiun Sumber : Dinas Perencanaan Pembangunan Daerah Kab. Madiun 2009
63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A.1. Kondisi Fisik 1.
Geografis Secara geografis Kabupaten Madiun terletak di sekitar 7o 12’ -7o 48’ 30’’ Lintang
Selatan dan 111o 25’ 45’’ - 111o 51’ Bujur Timur. Keseluruhan luas wilayah 1.010,86 Km2 dengan batas-batas sebagai berikut: Sebelah utara
:
Kabupaten Bojonegoro.
Sebelah timur
:
Kabupaten Nganjuk.
Sebelah selatan :
Kabupaten Ponorogo.
Sebelah barat
Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ngawi.
:
Jarak antara Kabupaten Madiun dengan Ibukota Provinsi Jawa Timur kurang lebih 175 Km ke arah timur, sedangkan jarak dengan ibukota negara kurang lebih 775 Km dengan arah sebaliknya. Kabupaten Madiun terbagi menjadi 15 kecamatan, kecamatan terluas adalah Kecamatan Kare dan yang terkecil adalah Kecamatan Sawahan. Tabel Luas Wilayah Kabupaten Madiun Menurut Kecamatan Tahun 2009 No
Nama Kecamatan
Luas Wilayah ( Km2 )
1
Kebonsari
47,45
2
Geger
36,61
3
Dolopo
48,85
4
Dagangan
72,36
5
Wungu
45,54
6
Kare
190,85
7
Gemarang
101,97
8
Saradan
152,92
9
Pilangkenceng
81,34
10
Mejayan
55,22
11
Wonoasri
33,93
12
Balerejo
51,98
13
Madiun
commit to user
35,93
64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
Sawahan
22,15
15
Jiwan
33,76
Tabel 2. Luas Wilayah Kabupaten Madiun Menurut Kecamatan Tahun 2009 Sumber : BPS Kab. Madiun 2009
Kabupaten Madiun juga memiliki hutan yang cukup luas. Tercatat lebih dari 26 persen desa di Kabupaten Madiun terletak di tepi/sekitar kawasan hutan. Bahkan ada juga yang berada di dalam kawasan hutan. 2. Topografi Untuk topografi wilayah, sekitar 13 persen lebih bertopografi lereng/punggung bukit, dan sisanya dataran (PODES, 2008). Bagian utara wilayah Madiun berupa perbukitan, yakni bagian dari rangkaian Pegunungan Kendeng. Bagian tengah merupakan dataran tinggi dan bergelombang. Sedang bagian tenggara berupa pegunungan, bagian dari kompleks Gunung Wilis-Gunung Liman. Secara garis besar wilayah Kabupaten Madiun berada pada ketinggian 100-500 mdpl. Posisi terendah berada di lembah-lembah Bengawan Madiun yang berada dekat dengan pusat Kota Madiun dengan ketinggian antara 21-100 mdpl sementara kecamatan tertinggi yaitu dengan ketinggian > 2000 mdpl adalah Kecamatan Kare. Tabel Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Topografi Wilayah Tahun 2009
No
Kecamatan
Topografi Wilayah Lembah/Daerah Lereng/punggun Aliran Sungai g bukit
Dataran
Jumlah
1
Kebonsari
-
-
14
14
2
Geger
-
-
19
19
3
Dolopo
-
2
10
12
4
Dagangan
-
4
13
17
5
Wungu
-
4
10
14
6
Kare
-
8
-
8
7
Gemarang
-
4
3
7
8
Saradan
-
3 commit to user
12
15
65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
Pilangkenceng
-
-
18
18
10
Mejayan
-
1
13
14
11
Wonoasri
-
-
10
10
12
Balerejo
-
-
18
18
13
Madiun
-
-
13
13
14
Sawahan
-
-
13
13
15
Jiwan
-
1
13
14
Jumlah
-
27
179
206
Tabel 3. Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Topografi Wilayah Tahun 2009 Sumber : BPS Kab. Madiun 2009
3. Klimatologi Curah hujan di Kabupaten Madiun pada Tahun 2008 rata-rata mencapai 1.656 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 85 hari hujan/tahun. Intensitas hujan di Kabupaten Madiun berkisar antara 18,50 – 19,48 mm/bulan. Artinya intensitas hujan di Kabupaten Madiun dapat diklasifikasikan rendah. Berdasarkan jumlah hari hujan di masing-masing kecamatan, rata-rata hari hujan dengan intensitas tinggi terjadi pada bulan Desember hingga Maret dan hari hujan dengan intensitas rendah terjadi pada bulan Juli hingga Oktober. Dengan tipe iklim yang ada di Kabupaten Madiun maka berdasarkan Schmidt dan Ferguson, wilayah ini termasuk iklim dengan Tipe C yaitu iklim sedang yang merupakan daerah tidak kering dan tidak basah. Kabupaten Madiun dipengaruhi oleh iklim laut dan iklim pegunungan dengan temperatur berkisar antara 20 - 35 0 C. 4. Jenis Tanah Jenis tanah di Kabupaten Madiun cukup beragam namun yang cukup dominan adalah jenis tanah aluvial dengan prosentase sebesar 36 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Madiun dengan penyebaran seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Kare dan Kecamatan Gemarang. Jenis tanah alluvial cocok dimanfaatkan untuk pertanian padi, palawija dan perikanan. Selain itu tanah alluvial mudah untuk dikelola sebagai pengembangan fisik kawasan perkotaan. Selain tanah alluvial terdapat juga jenis tanah mediteran (26%), tanah grumosol (21%), tanah latosol (13%), tanah litosol (4%). 5. Tata Guna Lahan
commit to user
66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Alam Kabupaten Madiun adalah alam pertanian. Pada musim penghujan cocok untuk tanaman padi dan pada musim kemarau biasa untuk tanaman tembakau dan polowijo. Lingkungan fisik Topografi Tanah Kabupaten Madiun cukup beragam. Wilayah Gunung dan lereng terdapat di dua tempat yaitu di Gunung Willis dan Gunung Pandan. Yang membedakan, di Gunung Wilis dan lerengnya banyak terdapat hutan alam, hutan pinus dan tanaman buah-buahan, sayur-sayuran, serta tanaman perkebunan. Sementara lingkungan fisik Gunung Pandan didominasi hutan jati dan tanaman tegalan seperti umbi-umbian. Daerah lembah dan persawahan terdapat di sebagian besar wilayah Kabupaten Madiun sisi Barat dekat dengan Bengawan Madiun dan anak-anak sungainya. Lembahlembah ini menjadi sentral produksi beras. Kawasan di bagian Selatan Barat, seperti Dolopo, Geger dan Kebonsari merupakan kawasan persawahan yang memiliki potensi untuk tanaman padi dan tebu. Lingkungan fisik yang spesifik berupa hutan produksi terdapat dihampir sebagian besar wilayah Kabupaten Madiun. Pusat kawasan hutan terdapat diwilayah Kecamatan Pilangkenceng, Kecamatan Mejayan, Kecamatan Wonoasri, Kecamatan Kare, Kecamatan Saradan dan Kecamatan Gemarang. Produksi andalannya kayu jati dan pinus atau getah damar. 6. Kondisi Jalan Madiun dilintasi jalur utama Surabaya-Yogyakarta, dan kabupaten ini juga dilintasi jalur kereta api lintas selatan Pulau Jawa. Kota-kota kecamatan yang cukup signifikan adalah Caruban, Saradan, dan Balerejo.
commit to user
67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 18. Diagram Kondisi Permukaan Jalan di Kab. Madiun Sumber : Dinas Perencanaan Pembangunan Daerah Kab. Madiun 2009
7. Hidrologi Di Kabupaten Madiun terdapat 41 (empat puluh satu) sungai, antara lain Kali Jerohan, Kali Kembang, Kali Bruwok, Kali Notopuro, Kali Catur, Kali Asin, Kali Sono, Kali Sareng dan kali-kali lainnya. Kawasan di bagian selatan Kabupaten Madiun merupakan daerah resapan air hujan yang diperkirakan merupakan areal cadangan air tanah walupun terbatas kapasitasnya. Kondisi ini ditandai dengan adanya sumber-sumber air di Kabupaten Madiun yang berjumlah 114 sumber air. Sumber-sumber air tersebut dimanfaatkan untuk air irigasi dan air minum, namun sayangnya dari 114 sumber air tersebut 10 (sepuluh) sumber air telah tidak berfungsi lagi (mati). Sumber-sumber air lainnya berupa waduk-waduk yang tersebar di Kabupaten Madiun yang terdiri dari 4 (empat) waduk dan 19 (sembilan belas) waduk lapangan. A.2. Kondisi Sosial 1. Kependudukan dan Tenaga Kerja Data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil menyebutkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Madiun pada akhir tahun 2009 adalah 770.440 jiwa. Dengan perbandingan / Sex Ratio sebesar 99,73. Yang berarti penduduk perempuan di Kabupaten Madiun lebih banyak dari penduduk laki lakinya. Kepadatan penduduk cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Kecamatan dengan tingkat kepadatan
commit to user
68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penduduk paling tinggi adalah Kecamatan Geger. Sedangkan yang tingkat kepadatan penduduknya paling rendah adalah Kecamatan Kare. Tabel Perkembangan Jumlah Penduduk Akhir Tahun Periode 2005-2009 Menurut Kecamatan No
Kecamatan
Perkembangan Jumlah Penduduk Akhir Tahun 2005
2006
2007
2008
2009
1
Kebonsari
53. 565
53. 688
53. 688
61. 016
60. 948
2
Geger
58. 531
59. 312
59. 769
67. 528
67. 604
3
Dolopo
52. 273
52. 448
52. 847
62. 787
62. 831
4
Dagangan
48. 307
49. 235
49. 511
53. 657
53. 822
5
Wungu
51. 488
51. 716
52. 005
62. 596
62. 907
6
Kare
30. 222
31. 964
33. 046
34. 940
35. 130
7
Gemarang
32. 200
32. 422
32. 486
35. 696
35. 869
8
Saradan
61. 984
62. 345
62. 304
75. 218
75. 331
9
Pilangkenceng
54. 564
54. 464
54. 290
58. 711
58. 636
10
Mejayan
42. 231
42. 980
43. 250
50. 810
50. 984
11
Wonoasri
32. 622
32. 681
32. 750
35. 034
34. 897
12
Balerejo
44. 491
44. 578
44. 480
45. 184
45. 171
13
Madiun
38. 023
37. 965
38. 041
39. 696
39. 803
14
Sawahan
25. 873
25. 867
25. 845
26. 487
26. 267
15
Jiwan
55. 200
55. 210
55. 222
60. 253
60. 240
681. 574
686. 875
689. 534
769. 613
770. 440
Jumlah
Tabel 4. Tabel Perkembangan Jumlah Penduduk Akhir Tahun Periode 2005-2009 Menurut Kecamatan Sumber : BPS Kab. Madiun 2009
Pertumbuhan penduduk rata-rata di Kabupaten Madiun tetap dalam kisaran 0,57 %. Untuk menganalisa laju pertumbuhan dalam memproyeksikan jumlah penduduk di Kabupaten Madiun adalah sebesar 0,87% karena berkaitan dengan rencana pembangunan dan kebijakan pemerindah daerah seperti pembangunan jalan bebas hambatan, peningkatan status Perkotaan Mejayan menjadi ibu kota Kabupaten Madiun, rencana pengembangan Kawasan Agropolitan. Sehingga sesuai analisa yang terdapat pada RTRW Kab Madiun tahun 2009-2029 prediksi jumlah penduduk pada tahun-tahun commit berikutnya seperti pada tabel di bawah ini. to user
69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel Prediksi Jumlah Penduduk Kab Madiun tahun 2009-2029 No
Tahun
Jumlah Penduduk (jiwa)
1
2007
689.534
2
2009
701.584
3
2014
732.639
4
2019
765.068
5
2024
798.932
6
2029
834.296
Tabel 5. Prediksi Jumlah Penduduk Kab Madiun 2009-2029 Sumber : Bappeda “Rencana RTRW Kota Caruban 2009-2029”
Hasil Survei Tenaga Kerja Nasional dari BPS menyebutkan jumlah angkatan kerja usia 15 tahun ke atas tahun 2009 turun sekitar 2,7 persen dari tahun sebelumnya. Sementara sektor usaha dengan jumlah pekerja usia 15 tahun ke atas terbanyak tahun 2009 adalah sektor pertanian. Disusul kemudian sektor PILK (Pertambangan, Industri, Listrik, Konstruksi) dan yang paling sedikit adalah sektor PJTK (Perdagangan, Jasa, Transportasi dan Keuangan).
Mayoritas penduduk di Kabupaten Madiun beragama Islam yaitu sebesar 764.377 jiwa atau sebesar 99,21 persen. Disusul kemudian dengan pemeluk agama Kristen Protestan yang menempati urutan kedua dengan 0,59 persen. Sisanya memeluk agama Kristen Katolik, Hindu, Budha, dan ada pula yang menjadi penganut kepercayaan. 2. Pemerintahan Kabupaten Madiun terbagi atas 15 Kecamatan yang dibagi lagi menjadi 198 Desa dan 8 Kelurahan. Satuan wilayah terkecil adalah Rukun Tetangga. Hasil PODES 2008 mencatatkan jumlah Rukun Tetangga di Kabupaten Madiun sebanyak 4.827 RT. Sampai dengan tahun 2009, Kabupaten Madiun telah berganti Bupati sebanyak 37 kali. Dalam menjalankan roda pemerintahannya, Bupati didukung oleh 3.074 aparat desa, atau 15 persen lebih banyak dari tahun 2008 lalu. Sementara menurut Badan Kepegawaian Daerah, PNS di Kabupaten Madiun sampai dengan akhir tahun 2009 tercatat sebanyak 9.988 orang, yang didominasi oleh sarjana dan lulusan SMA. commit to user
70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Kebudayaan Kebudayaan masyarakat Kabupaten Madiun banyak dipengaruhi oleh budaya Mataraman dan Islam. Sikap hidup sehari-hari sangat sederhana suka bekerja keras, kenyal tehadap pengaruh kehidupan dan budaya asing. Adapun seni budaya yang ada meliputi Dungkrek, Thuk Thuk Brug, Orek-Orek, Kethoprak, Jedor, Campursari, dan Wayang Kulit. 4. Pariwisata Selain Seni dan Budaya, Kabupaten Madiun juga memiliki obyek wisata yang terusmenerus diupayakan pengembangannya, diantaranya adalah Waduk Widas yang terletak pada arah Timur Kota Caruban, Taman Wisata Umbul yang terletak pada arah Selatan Kecamatan Dolopo, Monumen Kresek yang terletak di Desa Kresek Kecamatan Wungu dan Wana Wisata Grape.
Gambar 19. Peta Potensi Wisata Kabupaten Madiun Sumber : Dinas Perencanaan Pembangunan Daerah Kab. Madiun 2009
commit to user
71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A.3. Kondisi Ekonomi 1. Pertanian Penduduk Kabupaten Madiun sebagian besar tinggal di daerah pedesaan sehingga sesuai potensi daerah yang agraris maka mata pencaharian penduduk Kabupaten Madiun sebagian besar adalah bekerja di bidang pertanian. Baik sebagai petani pemilik lahan maupun petani penggarap alias buruh tani. Produktivitas padi sawah pada tahun 2009 meningkat sebesar 0,11 ton/Ha. Walaupun luas panen dan produksinya mengalami penurunan. Begitu pula halnya dengan Kacang Hijau. Sedangkan jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan kedelai mengalami peningkatan produktivitas sekaligus juga peningkatan luas panen serta produksinya. 2. Perdagangan Jumlah pemilik Surat Ijin Perdagangan (SIUP) untuk golongan usaha besar, menengah dan kecil serta Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dari tahun ke tahun semakin meningkat. Pada Tahun 2009 berjumlah 9.286 usaha, yang berarti meningkat sekitar 7,96 persen dibanding tahun sebelumnya yang berjumlah 8.601 usaha. Jumlah pedagang besar, menengah maupun kecil juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, termasuk pada tahun 2009. Tabel Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Madiun Th 2004 – 2008 (%) Pertumbuhan Ekonomi (%)
No
Sektor
1 2 3 4 5 6 7 8
Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa
9
2004 2,34 3,77 8,73 3,27 1,95 4,58 4,86 4,99
2005 2,53 3,65 13,23 3,41 4,28 7 5,49 7,39
2006 2,77 -2,22 9,89 5,39 6,93 5,46 7,94 4,26
2007 2,95 1,07 8,66 4,47 4,48 6,99 8,7 5,58
2008 5,16 -3,73 6,54 8,98 3,96 5,70 11,10 4,76
2,23
3,38
5,42
5,63
5,34
Tabel 6. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Madiun Th 2004-2008 Sumber : BPS Kab. Madiun 2009
Dari data tersebut pertumbuhan ekonomi pada sektor perdagangan rata-rata dalam 5 tahun selama kurun waktu 2004-2008 sebesar 5,946 % . commit to user
72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. TINJAUAN KOTA CARUBAN B.1. Orientasi dan Batas Wilayah Kota Caruban Posisi Kota Caruban terletak sebelah timur dari Kota Madiun (Kotamadya Madiun), dalam Kabupaten Madiun. Berkaitan dengan keluarnya PP No. 52 Tahun 2010 Kota Caruban diarahkan sebagai pusat dari Ibukota Kabupaten Madiun. Secara administratif Kota Caruban berbatasan dengan : ·
Sebelah Utara
: Desa Purworejo, Pilangkenceng, Sumbergandu, dan Desa Kedungmaron ( Kecamatan Pilangkenceng )
·
Sebelah Timur
: Desa Sukorejo, dan Desa Bongsopotro ( Kecamatan Saradan )
·
Sebelah Barat
: Desa Tapelan ( Kecamatan Balerejo )
·
Sebelah Selatan
: Desa Bancong ( Kecamatan Wonoasri ), Desa Kaliabu, Klecorejo dan Desa Sukodadi ( Kecamatan Mejayan )
Wilayah Kota Caruban berdasarkan Perda No. 21 tahun 1998 tentang Evaluasi/Revisi RUTRK/RDTRK Caruban meliputi 14 desa/kelurahan yang masuk dalam lima wilayah administrasi kecamatan. Tabel Rincian Luas Kota Caruban No 1
2
3
Kecamatan Kec. Mejayan
Kec. Wonoasri
Kec. Pilangkenceng
Desa / Kelurahan
Luas (Ha)
Kelurahan Krajan
70,16
Kelurahan Pandean
40,81
Kelurahan Bangunsari
133,01
Desa Mejayan
278,43
Desa Ngampel
203,77
Desa Kaligunting
256,70
Desa Purwosari
192,17
Desa Buduran
230,08
Desa Klitik
248,10
Desa Wonoayu
108,20
commit to user Desa Kedungrejo
320,20
73
perpustakaan.uns.ac.id
4 5
digilib.uns.ac.id
Kec. Saradan Kec. Balerejo
Desa Bajulan
157,20
Desa Ngepeh
161,00
Desa Bulakrejo
229,30
Jumah
2.629,13
Tabel 7. Rincian Luas Kota Caruban Sumber : Bappeda “Perda No. 21 Tahun 1998”
B.2. Topografi Wilayah Kota Caruban ditinjau dari topografi atau kemiringan lahan relatif datar dengan kemiringan 0 – 8 %, kemiringan lahan 0 – 2 % terletak di bagian utara kota, sedangkan kemiringan 2 – 8 % terdapat di Desa Kaligunting. Ketinggian lahan berkisar 70 sampai dengan 80 m di atas permukaan air laut. B.3. Perekonomian Kota Kegiatan perekonomian Kota Caruban ditunjang oleh beberapa sektor kegiatan, berupa kegiatan pertanian tanaman pangan, industri maupun perdagangan. Sektor pertanian yang utama adalah produksi pertanian tanaman pangan (produksi padi) dan palawija, sektor peternakan terutama ternak besar/kecil dan unggas. Di samping itu dari sektor perindustrian yang nampak cukup berperan dalam menunjang kehidupan perikonomian dari wilayah Kota Caruban dan sekitarnya adalah industri rumah tagga (pembuatan brem, anyaman bambu, batu bata, dan penggilingan padi), juga industri menengah. B.4. Sarana dan Prasarana Kota a. Fasilitas Perekonomian Fasilitas perekonomian yang ada dalam menunjang kelancaran kegiatan perekonomian di wilayah Kota Caruban adalah pasar umum, pasar hewan, pertokoan, perbankan, perkantoran, rumah makan, pom bensin dan gudang. No
Kecamatan
Pasar
Swalayan
Toko
1
Mejayan
3
8
237
2
Saradan
- commit to user -
61
74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
Wonoasri
-
-
-
4
Pilangkenceng
1
-
12
5
Balerejo
-
-
7
4
8
312
Jumlah
Tabel 8. Fasilitas Perekonomian di Kota Caruban Sumber : BPS kecamatan dalam angka tahun 2009
b. Drainase dan Sanitasi Sistem jaringan sanitasi pembuangan air kotor maupun air hujan di wilayah Kota Caruban pada umumnya masih sangat sederhana dan sebagian besar memanfaatkan saluran pembuang dan sungai yang ada. c. Air Bersih Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih bagi keperluan sehari-hari penduduk wilayah Kota Caruban, sebagian besar dipenuhi dari air sumur dan air PDAM. d. Persampahan Penanganan sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga dan kegiatan lainnya (perkantoran, pasar dan sebainya) sudah ditangani oleh Dinas Kebersihan dan Pertaman Kabupaten Madiun, dengan cara pengelolaan sampah melalui TPS atau Transfer Depo ke TPA. e. Sarana dan Prasarana Transportasi Jumlah dan jenis kendaraan yang ada di Kota Caruban dapat dinilai sebagai potensi penghasil pergerakan lalu lintas di dalam kota. Jumlah dan jenis pemilikan kendaraan yang ada di Kota Caruban meliputi berbagai jenis kendaraan bermotor dan tidak bermotor. Jenis dan jumlah kendaraan yang cukup banyak adalah jenis sepeda 5.172 buah, sepeda motor 4.730 buah, dan mobil 170 buah. Sarana perangkutan umum yang mjelintasi Kota Caruban meliputu; angkutan bus, colt dan angkutan pedesaan, juga terdapat angkutan ojek dan becak. Prasarana transportasi yang ada di Kota Caruban, secara konstruktif terbagi dalam tiga jenis perkerasan yakni aspal, macadam dan tanah. Jaringan jalan tersebut berfungsi sebagai jalan primer (arteri primer) dan jalan sekunder. Jaringan jalan arteri primer menghubungkan kota Madiun-Surabaya dan Surabaya-Solo, jaringan jalan commit to user sekunder merupakan jaringan-jaringan jalan yang terdapat di dalam Kota Caruban.
75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B.5. Wilayah Perencanaan Kota Caruban Wilayah perencanaan Kota Caruban yang telah dijabarkan dalam arahan RUTRK adalah seluruh wilayah kota dengan luas 2.629,13 Ha yang terbagi menjadi 10 BWK dengan rincian sebagai berikut : 1. BWK A (pusat kota) dengan luas 195,73 Ha meliputi Desa Purwosari, Krajan, Pandean, Bangunsari dan Ngampel. 2. BWK B (sub pusat kota) dengan luas 268,87 Ha meliputi Desa/Kelurahan Buduran, Purwosari dan Ngampel. 3. BWK C (sub pusat kota) dengan luas 149,33 Ha meliputi Desa/Kelurahan Bangunsari dan Ngampel. 4. BWK D (sub pusat kota) dengan luas 142,67 Ha meliputi Desa/Kelurahan Bangunsari dan Mejayan. 5. BWK E (sub pusat kota) dengan luas 198,39 Ha meliputi Desa/Kelurahan Mejayan. 6. BWK F (sub pusat kota) dengan luas 218,44 Ha meliputi Desa/Kelurahan Purwosari, Krajan dan Pandean. 7. BWK G (sub pusat kota) dengan luas 477,40 Ha meliputi Desa/Kelurahan Klitik, Krajan, Pandean, Bangunsari dan Ngampel. 8. BWK H (sub pusat kota) dengan luas 326,55 Ha meliputi Desa/Kelurahan Wonoayu dan sebagian Kedungrejo. 9. BWK I (sub pusat kota) dengan luas 234,05 Ha meliputi Desa/Kelurahan sebagian Kedungrejo dan Bajulan. 10. BWK J (sub pusat kota) dengan luas 417,70 Ha meliputi Desa/Kelurahan Ngepeh dan Kaligunting sela. B.6. Penetuan Fungsi Bagian Wilayah Kota A. BWK-A (Pusat Kota) Fungsi BWK ini adalah sebagai pusat pengembangan perdagangan regional, jasa, pemerintahan regional, pangkalan kendaraan umum, kesehatan dan pendidikan. Komponenkomponen ruang BWK A ini meliputi : 1. Komponen ruang utama: a. Kawasan pertokoan/jasa/pasar b. Kawasan perkantoran commit to user
76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Kawasan pendidikan d. Kawasan kesehatan e. Kawasan sub ter minal f. Kawasan stasiun 2. Komponen ruang penunjang: a. Kawasan perumahan b. Ruang terbuka hijau/taman/rekreasi c. Jaringan transportasi B. BWK-B BWK ini berfungsi sebagai kawasan industri dan perumahan, komponen-komponen ruang yang diarahkan, sebagai berikut: 1. Komponen ruang utama: a. Industri pergudangan b. Perumahan 2. Komponen ruang penunjang: a. Perdagangan lokal b. Pelayanan umum c. Ruang terbuka/taman dan olah raga d. Jaringan transportasi C. BWK-C BWK ini berfungsi sebagai kawasan industri/gudang dan kawasan perumahan. Pelayanan sosial dan utilitas BWK ini adalah: 1. Fasilitas utama: a. Kawasan industri pergudangan b. Fasilitas pelayanan utama di BWK ini adalah fasilitas pendukung perumahan 2. Komponen ruang penunjang: a. Perdagangan lokal b. Pelayanan umum c. Ruang terbuka/taman dan olah raga d. Jaringan transportasi
D. BWK-D BWK ini berfungsi sebagai kawasan terminal regional, pendidikan dan kawasan perumahan. Pelayanan sosial dan utilitas BWK ini adalah: 1. Fasilitas utama: a. Kawasan terminal regional commit to user b. Kawasan pendidikan
77
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
c. Fasilitas pelayanan utama di BWK ini adalah fasilitas pendukung perumahan Komponen ruang penunjang: a. Perdagangan lokal b. Pelayanan umum c. Ruang terbuka/taman dan olah raga d. Jaringan transportasi
E. BWK-E BWK ini berfungsi sebagai kawasan perumahan. Pelayanan sosial dan utilitas BWK ini adalah: 1. Fasilitas utama: Fasilitas pelayanan utama di BWK ini adalah fasilitas pendukung perumahan 2. Komponen ruang penunjang: a. Perdagangan lokal b. Pelayanan umum c. Ruang terbuka/taman dan olah raga d. Jaringan transportasi F. BWK-F BWK ini berfungsi sebagai kawasan perumahan. Pelayanan sosial dan utilitas BWK ini adalah: 1. Fasilitas utama: Fasilitas pelayanan utama di BWK ini adalah fasilitas pendukung perumahan 2. Komponen ruang penunjang: a. Perdagangan lokal b. Pelayanan umum c. Ruang terbuka/taman dan olah raga d. Jaringan transportasi G. BWK-G BWK ini berfungsi sebagai kawasan industri/gudang dan kawasan perumahan. Pelayanan sosial dan utilitas BWK ini adalah: 1. Fasilitas utama: Fasilitas pelayanan utama di BWK ini adalah fasilitas pendukung perumahan 2. Komponen ruang penunjang: a. Perdagangan lokal b. Pelayanan umum c. Ruang terbuka/taman dan olah raga d. Jaringan transportasi H. BWK-H
commit to user
78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BWK ini berfungsi sebagai kawasan perumahan. Pelayanan sosial dan utilitas BWK ini adalah: 1. Fasilitas utama: Fasilitas utama di BWK ini adalah fasilitas pendukung perumahan 2. Komponen ruang penunjang: a. Perdagangan lokal b. Pelayanan umum c. Ruang terbuka/taman dan olah raga d. Jaringan transportasi I.
BWK-I BWK ini berfungsi sebagai kawasan perumahan. Pelayanan sosial dan utilitas BWK ini adalah: 1. Fasilitas utama: Fasilitas pelayanan utama di BWK ini adalah fasilitas pendukung perumahan 2. Komponen ruang penunjang: a. Perdagangan lokal b. Pelayanan umum c. Ruang terbuka/taman dan olah raga d. Jaringan transportasi 3. BWK-J BWK ini berfungsi sebagai kawasan perumahan. Pelayanan sosial dan utilitas BWK ini adalah: 1. Fasilitas utama: Fasilitas pelayanan utama di BWK ini adalah fasilitas pendukung perumahan 2. Komponen ruang penunjang: a. Perdagangan lokal b. Pelayanan umum c. Ruang terbuka/taman dan olah raga d. Jaringan transportasi B.7. Rencana Intensitas Penggunaan Tanah BWK Rencana intensitas penggunaan tanah/tata bangunan ini didasari atas kebijaksanaan tentang intensitas penggunaan ruang pada masing-masing penggunaan lahan. Rencana ini akan meliputi rencana Koefisien Dasar Bangunan (KDB), ketinggian dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB). commit to user
79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel Rencana KDB Kota Caruban Tahun 2009/2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
BWK BWK A BWK B BWK C BWK D BWK E BWK F BWK G BWK H BWK I BWKJ
Perdagangan & Jasa 0,6 – 0,9 0,6 – 0,9 0,6 – 0,9 0,6 – 0,9 0,6 – 0,8 0,6 – 0,8 0,6 – 0,8 0,6 – 0,8 0,6 – 0,8 0,6 – 0,8
KDB pada Penggunaan Lahan Perkantoran Fasilitas Perumahan Umum 0,4 – 0,7 0,4 – 0,6 0,5 – 0,7 0,4 – 0,7 0,4 – 0,6 0,5 – 0,7 0,4 – 0,7 0,4 – 0,6 0,4 – 0,7 0,4 – 0,7 0,4 – 0,6 0,5 – 0,7 0,4 – 0,7 0,4 – 0,6 0,5 – 0,7 0,4 – 0,7 0,4 – 0,6 0,5 – 0,7 0,4 – 0,7 0,4 – 0,6 0,5 – 0,7 0,4 – 0,7 0,4 – 0,6 0,5 – 0,7 0,4 – 0,7 0,4 – 0,6 0,5 – 0,7 0,4 – 0,6 0,4 – 0,6 0,4 – 0,7
Industri/ Gudang < 0,4 < 0,4
< 0,4
Tabel 9. Rencana KDB Kota Caruban Tahun 2009/2010 Sumber : Bappeda “Evaluasi Revisi RURTK/RDTRK Kota Caruban Th2009/2010”
Tabel Rencana Ketinggian Bangunan Kota Caruban Tahun 2009/2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
BWK BWK A BWK B BWK C BWK D BWK E BWK F BWK G BWK H BWK I BWKJ
Perdagangan & Jasa 1–4 1–3 1–2 1–3 1–2 1–2 1–2 1–2 1–2 1–2
Ketinggian Bangunan pada Penggunaan Lahan Perkantoran Fasilitas Perumahan Umum 1–3 1–3 1–2 1–2 1–2 1–2 1–2 1–2 1–2 1–2 1–2 1–2 1–2 1–2 1–2 1–2 1–2 1–2 1–2 1–2 1–2 1–2 1–2 1–2 1–2 1–2 1–2 1–2 1–2 1–2
Industri/ Gudang 1 1 1 -
Tabel 10. Rencana Ketinggian Bangunan Kota Caruban Tahun 2009/2010 Sumber : Bappeda “Evaluasi Revisi RURTK/RDTRK Kota Caruban Th2009/2010”
Tabel Rencana KLB Kota Caruban Tahun 2009/2010 No 1 2 3 4 5 6 7
BWK BWK A BWK B BWK C BWK D BWK E BWK F BWK G
Perdagangan & Jasa 0,6 – 2,4 0,6 – 1,8 0,6 – 1,0 0,6 – 1,8 0,6 – 1,0 0,6 – 1,0 0,6 – 1,0
KLB pada Penggunaan Lahan Perkantoran Fasilitas Perumahan Umum 0,4 – 1,5 0,4 – 1,5 0,5 – 1,0 0,4 – 1,0 0,4 – 1,0 0,5 – 1,0 0,4 – 1,0 0,4 – 1,0 0,5 – 1,0 0,4 – 1,0 0,4 – 1,0 0,5 – 1,0 0,4 – 1,0 0,4 – 1,0 0,5 – 1,0 0,4 – 1,0 0,4 – 1,0 0,5 – 1,0 commit to user 0,4 – 1,0 0,4 – 1,0 0,5 – 1,0
Industri/ Gudang < 0,4 < 0,4 < 0,4
80
perpustakaan.uns.ac.id
8 9 10
BWK H BWK I BWKJ
digilib.uns.ac.id
0,6 – 1,0 0,6 – 1,0 0,6 – 1,0
0,4 – 1,0 0,4 – 1,0 0,4 – 1,0
0,4 – 1,0 0,4 – 1,0 0,4 – 1,0
0,5 – 1,0 0,5 – 1,0 0,5 – 1,0
-
Tabel 11. Rencana KLB Kota Caruban Tahun 2009/2010 Sumber : Bappeda“Evaluasi Revisi RURTK/RDTRK Kota Caruban Th2009/2010”
Tabel Pengaturan Sempadan Bangunan (Terbuka) Kota Caruban Tahun 2009/2010 No 1 2 3 4 5 6 7
Jenis Penggunaan Lahan Perumahan Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perdagangan / Jasa Industri / Gudang Perkantoran
Muka 3–6 10 – 12 8 – 10 4 – 20 1–8 50 – 100 4 – 20
Sempadan ( m ) Belakang 1,5 – 3 6–8 5–7 2–4 3–4 25 – 50 4–6
Samping 1–4 3–4 2,5 – 3 4–6 3–4 25 – 50 3–4
Tabel 12. Pengaturan Sempadan Bangunan (Terbuka) Kota Caruban Tahun 2009/2010 Sumber : Bappeda “Evaluasi Revisi RURTK/RDTRK Kota Caruban Th2009/2010”
B.8. Isu Strategis Pembangunan Kota Caruban Kabupaten Madiun a) Kawasan caruban sebagai calon ibu kota sudah ditunjang oleh keberadaan fasilitas maupun kegiatan skala kabupaten. Selain itu keunggulan calon ibukata ini adalah berada di jalur primer Surabaya – Jogjakarta-Ponorogo-Magetan (jalur tengah Jawa), topografi wilayah yang relatif datar sehingga tidak memiliki batasan fisik dalam pengembangan perkotaan dan kondisi lahan sebagian besar masih banyak yang belum terbangun. b) Kegiatan perdagangan dan jasa memiliki skala pelayanan regional, ketersediaan pasar induk (perdagangan) dan jasa komersil menunjukan potensi yang cukup besar serta didukung aksesibilitas yang merupakan factor utama yang mendukung fungsi. c) Rencana jalan toll Pembangunan toll ruas Semarang-Solo, Solo-Ngawi, Ngawi-kertosono (Trans Jawa). Rencana dituangkan dalam SK Menteri PU No 369/KTSP/M/2005 d) Rencana Jalur lingkar selatan Caruban
commit to user
81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pemecahan arus jalur lingkar yang memusat di Jl Panglima Sudirman perkembangan kota akan semakin cepat yang nantinya akan muncul fasilitas skala kota e) Rencana Jalur tembus Caruban – Kabupaten Bojonegoro Rencana pembangunan jalan tembus Caruban-Bojonegoro merupakan salahsatu issue strategis mengingat keberadaan hitterland diperlukan untuk menyediakan kebutuhan pada kawasan yang berkembang. Disamping itu untuk mendukung keberadaan objek wisata yang berada di Kota Caruban. C. Tinjauan Pasar Umum Caruban C.1. Kondisi Fisik
Gambar 20. Lokasi Pasar Umum Sumber : google.earth
Pasar Umum Caruban terletak di Desa Pandean Kecamatan Mejayan. Pasar Umum Caruban merupakan pasar darurat yang saat ini digunakan untuk menampung pedagang setelah terjadi kebakaran pada Pasar Caruban pada tahun 2006. Pasar ini termasuk kategori pasar kelas I karena letaknya berada pada jalur lalu lintas antar propinsi. Pasar ini buka setiap hari dari pagi hingga malam. Batas – batas wilayahnya sebagai berikut : ·
Utara
:
Pemakaman, Pemukiman dan Pertokoan
·
Timur
:
Pemukiman dan Pertokoan
·
Selatan
:
Pemukiman
·
Barat
:
Pemukiman
commit to user
82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pasar Umum Caruban terletak tepat di tepi Jalan Raya Panglima Sudirman – Caruban Kabupaten Madiun dengan luas lahan + 8.000 m2. Di sisi kiri Pasar adalah Jalan Salak, di sisi kanan adalah Jalan Mendut, sedang di sisi belakang pasar adalah Jalan Mangga. Pasar ini merupakan pasar terbesar kedua setelah Pasar Dolopo (11.992 m2 ) namun memiliki jumlah pedagang terbanyak di bandingkan pasar lain di Kabupaten Madiun. Pasar Umum Caruban memulai aktivitas jula beli mulai dari jam 8 pagi sampai jam 10 malam.
C
JL. P. Sudirman , 0 4
, 0 4
2 ,0 0
, 0 3
2 ,0 0
, 0 3
, 0 4
2 ,0
, 0 3
2 ,0 0 , 5 2 0
3 ,0
2 ,5 0
2 ,0 0
2 ,0 0
2 ,0 0
4 ,0 0
, 0 2 2 ,0 0
, 0 2
, 0 3
B
2 ,0 0 , 0 2
, 0 2
,0 0 2
2 ,0 0
2 ,0 0
2 ,0 0
, 0 3
2 ,0 0
3 ,0 0
, 0 2
2 ,0 0
2 ,0 0
1 ,0 0
1 ,3 0
,3 0 1
, 0 1 , 0 1
, 0 1
, 0 1 , 0 1
, 0 1
, 0 1
Jl. Mangga
4 ,0 0
1 ,0 0
1 ,0 0
2 ,0 0
1 ,0 0
, 0 1
M
Jl. Salak
,0 0 3
3 ,0 0
1 ,0 0
,0 0 2
2 ,0 0
, 0 2
, 0 2
3 ,0 0
A
Gambar 21: Siteplan Pasar Umum Caruban Sumber : Bappeda “Studi Kelayakan Pasar Umum” Caruban”
commit to user
83
Jl. Mendut
2 ,0 0
, 0 3
2 ,0 0
, 0 2 2 ,0 0
, 0 2
, 0 2 2 ,0 0
, 0 2
1 ,5 0
2 ,0 0
3, 0
3 ,0 0
2 ,0 0
2 ,0 0
4 ,0 0
2 ,0 0
2 ,0 0
2 ,0 0
2 ,0 0
2 ,0 0 2 ,0 0
2 ,0 0
1 ,5 0
2 ,0 0
, 0 2
2 ,0 0
2 ,0 0
1 ,5 0
, 0 2 , 0 2
3 ,0 0
2 ,0 0 2 ,0 0
1 ,5 0
2 ,0 0
2 ,0 0
2 ,0 0
2 ,0 0
1 ,5 0
2 ,0 0
, 0 3
, 0 3
2 ,0
2 ,0 0
3 ,0 0
4 ,0 0
3 ,0 0
, 0 4
3 ,0 0
3 ,0 0
4 ,0 0
3 ,0 0
3 ,0 0
4 ,0 0
Sebelah utara pasar berbatasan dengan Jalan Sudirman dan pemakaman serta pertokoan
Sebelah barat pasar berbatasan dengan Jalan Salak dan pemukiman penduduk
Sebelah timur pasar berbatasan dengan Jalan Mendut dan pemukiman serta pertokoan
Gambar 22. Batas-Batas Pasar Umum Caruban Sumber: Dokumentasi pribadi
84 Sebelah selatan pasar berbatasan dengan Jalan Mangga dan pemukiman penduduk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada Pasar Umum Caruban saat ini belum tersedia area parkir yang memadai bagi kendaraan roda dua maupun roda empat. Selain ini tempat bongkar muat barang juga belum ditempatkan pada posisi yang jelas sehingga kegiatan bongkar muat sering dijumpai di sembarang tempat seperti di Jalan Sudirman dan Jalan Mendut. Sementara untuk area parkir yang tersedia hanya di bagian timur pasar namun area parkir ini belum bisa menampung seluruh kendaraan pembeli. Sehingga banyak dari pembeli memarkir kendaraan mereka di tepi jalan yang mengelilingi pasar. Hal ini mengakibatkan terjadinya kemacetan terutama di Jalan Sudirman karena terjadinya penyempitan jalan. Bagi pembeli yang menggunakan kendaraan roda dua dapat pula memarkir kendaraan dalam pasar namun hal ini membahayakan bagi pembeli lain karena area sirkulasi dalam pasar yang sempit dan ramai oleh aktivitas pasar. Untuk transportasi umum di Pasar Umum Caruban yang tersedia juga cukup beragam yaitu angkuta, ojek, becak dan delman. Tiap dari angkutan umum tersebut memiliki zona sendiri untuk ngetem menunggu datangnya penumpang. Zona untuk angkuta ngetem berada di sebelah barat pasar yaitu disepanjang Jalan Salak. Untuk tukang ojek disediakan tempat mangkal di sisi timur pasar yaitu di pertigaan antara Jalan Sudirman dan Jalan Mendut. Sementara untuk becak dari hasil pengamatan mangkal berada di sepanjang Jalan Sudirman dan sebagian di Jalan Mendut. Untuk delman sendiri jumlahnya tidak sebanyak angkutan umum lain dan berada di gang depan pasar. Kondisi bangunan, kios dan los Pasar Umum Caruban saat ini berupa bangunan yang sederhana dan semi permanen. Pada lahan seluas + 8.000 m2 dibagi menjadi 3 zona/blok. Tipa zona/blok dibatasi oleh jalur sirkulasi utama dimana ujung dari dari tiap jalur ini merupakan entrance pasar. Pada Pasar Umum Caruban pembagian zona belum jelas berdasarkan ketentuan apa. Karena dari pengamatan di lapangan pedagang sering bercampur tidak terkelompok pada satu zona.
commit to user
85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan Umum Pasar Umum Caruban No 1
2
3 4
Keterangan Jumlah Utilitas yang tersedia di Pasar - Hidran - Gardu Travo - Tempat Sampah/Gerobak Sampah - Lainnya (Satpam) Jumlah Fasilitas yang tersedia di - MCK Pasar - Telepon Umum/Coin/Kartu - Ruang Terbuka - Lainnya (Wartel) Kios berjumlah 136 unit - Kios dengan ukuran 3x4 m berjumlah 90 unit - Kios dengan ukuran 3x3 m berjumlah 45 unit - Kios dengan ukuran 3x1 m berjumlah 1 unit Los berjumlah 891 unit - Los dengan ukuran 2x2 m berjumlah 318 unit - Los dengan ukuran 2x3 m berjumlah 130 unit - Los dengan ukuran 2x1,5 m berjumlah 140 unit - Los dengan ukuran 1x1 m berjumlah 253 unit - Los dengan ukuran 1x1,3 m berjumlah 34 unit - Los dengan ukuran 1x2 m berjumlah 16 unit
Luas Lantai total adalah 4289,2 m2, luas ruang terbuka (Open Space) yang ada di pasar 576 m 2. Tabel 13. Keterangan Umum Pasar Umum Caruban Sumber : Dispenda “Pasar Umum Caruban”
commit to user
86
Jalan Sudirman sebagai jalur lintas propinsi selalu ramai kendaraan
Area parkir motor di sebagian Jalan Mendut
Gang di depan pasar digunakan untuk mangkal beberapa delman
Jalan Mendut sebelah timur pasar digunakan untuk bongkar muat K E L U R AH A N K R A JA N Ke N ganjuk
Jl. Mendut
J L . P . S u d ir m a n
K e M a d iu n
PASAR CA RUBA N
M
Jl. Me ndu t
gg. Nanas
M
gg. Blimbing
J. Sa lak
J l. M a n g g a
K E T E RA N G A N :
M
Jalan Salak sebelah barat pasar digunakan untuk ngetem angkuta dan becak
Sungai yang terdapat tidak jauh dari pasar
M A SJ ID
K E L U R AH A N KR A JA N
J EM B A T A N SU N G A I
U
J A L A N D I P E R K E R A S /J A L A N R A Y A J A L A N T A N A H /G A N G / L O R O N G
Perempatan di belakang pasar juga digunakan ngetem beberapa angkuta dan becak
TPS pasar di belakang pasar Jalan Mangga sebelah pasar. Lebar jalan ± 3 m
selatan
Gambar 23. Kondisi eksisting Pasar Umum Caruban Sumber: Dokumen pribadi
87
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C.2. Kondisi Non Fisik Tabel Data Pedagang Menurut Jenis Dagangan Pasar Caruban (Darurat) Th. 2011 No
Jenis Dagangan
Kios
Los
Jumlah
1
Pakaian/kain
25
228
253
2
Sepatu/tas
7
37
44
3
Gerabah
2
50
52
4
Plastik
0
18
18
5
Imitasi/kemasan
0
22
22
6
Kelonthong/komestik
7
18
25
7
Emas/perak
9
0
9
8
Buku
0
3
3
9
Elektro
2
0
2
10
Jam
3
3
6
11
Kaset
6
0
6
12
Gorden
1
0
1
13
Meracang
24
97
121
14
Makanan/roti
4
43
47
15
Warung
10
36
46
16
Buah
6
17
23
17
Polowijo
3
0
3
18
Kelapa
0
22
22
19
Pisang
0
10
10
20
Sayur
5
22
27
21
Daging sapi
0
16
16
22
Ikan ayam
0
5
5
23
Ikan laut
1
8
9
24
Patri dandang
1
0
1
25
Mainan
1
4
5
26
Penjahit
0
3
3
27
Bunga hias
0
5
5
28
Salon kecantikan & pangkas rambut
4
3
7
29
Alat-alat pertanian (pacul dll)
1
6
7
30
Mendong
0
2
2
31
Tahu
0
3
3
32
Janggelan
0 commit to user 1
1
88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
Empon-empon
0
6
6
34
Kopi bubuk
0
2
2
122
690
812
Jumlah
Tabel 14. Data Pedagang Menurut Jenis Dagangan Pasar Caruban Th 2011 Sumber : Dispenda “Pasar Umum Caruban”
Disamping pedagang yang tertampung baik dalam kios maupun los masih terdapat sejumlah pedagang onjokan/playon sejumlah ± 348 pedagang yang berjualan di dalam pasar. Pedagang onjokan/playon ini merupakan sejumlah pedagang kaki lima yang sebelumnya berjualan di seberang jalan dari Pasar Umum Caruban. Jadi jika ditotal seluruh pedagang dalam Pasar Umum Caruban berjumlah 1160 orang. Selain pedagang, aktivitas dalam Pasar Umum Caruban juga melibatkan pengelola pasar yang merupakan pihak yang bertanggung jawab mengelola kelangsungan pasar. Pengelola pasar menjalankan aktivitasnya di bawah Dinas Pendapatan Daerah. Tabel Pengolola Pasar Caruban (Darurat) Th. 2011 No
Nama
Jabatan
1
Sumanto
Kepala Pasar
2
Siti Rahayu
Staf
3
Djoko Suprayitno
Staf
4
Subandi
Staf
5
Supardi
Staf
6
Sadimin
Staf
7
Sarianto
Staf
8
Lamianto
Staf
9
Suwarni
Staf
10
Bambang Nurianto
Staf
11
Dayat Waspodo
Staf
Tabel 15. Pengelola Pasar Caruban Th 2011 Sumber : Dispenda “Pasar Umum Caruban”
commit to user
89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keadaan visual Pasar Umum Caruban saat ini.
Gambar 24. Tampak depan Pasar Umum Caruban saat ini Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 25. Kondisi interior Pasar Umum Caruban Sumber : Dokumen Pribadi
commit to user
90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 26. Area parkir roda dua di dalam dan di luar pasar Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 27. Saluran drainase di luar dan di dalam pasar Sumber : Dokumen Pribadi
commit to user
91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Madiun D.1. Konsep Pengembangan Perkotaan Mejayan Sehubungan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2010 mengenai pemindahan Ibu Kota Kabupaten Madiun ke Wilayah Kecamatan Mejayan selaku salah satu wilayah administratif Kota Caruban maka untuk pemantapan fungsinya sebagai Ibukota Kabupaten Madiun yang baru dibutuhkan pengembangan prasarana dan sarana di wilayah ini. Kecamatan Mejayan direncanakan menjadi kawasan yang berperan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan disekitarnya, selain itu dapat mewujudkan pemerataan pemanfaatan ruang. Untuk mengantisipasi perkembangan kecamatan Mejayan sebagai ibukota kabupaten, status kecamatan Mejayan ditingkatkan menjadi perkotaan Mejayan. Perkotaan Mejayan direncanakan berlokasi di : ·
Kecamatan Mejayan terdiri atas 3 (tiga kelurahan) dan 11 (sebelas) desa, yaitu : kelurahan Krajan, kelurahan Pandean, kelurahan Bangunsari, desa Mejayan, desa Ngampel, desa Kaligunting, desa Blabakan, desa Wonorejo, desa Kebonagung, desa Darmorejo, desa Sidodadi, desa Kuncen, desa Klecorejo, dan desa Kaliabu.
Pada rencana RTRW 2009-2029 Kabupaten Madiun yang akan disahkan perkotaan Mejayan masuk pada Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP-I) dimana fungsi dari SSWP-I ini adalah sebagai pemerintahan, perdagangan dan jasa, pelayanan umum, pertanian, perikanan, kehutanan, permukiman dan industri. Karena perkotaan Mejayan direncanakan menjadi salah satu generator baru bagi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Madiun, perkotaan Mejayan sebagai SSWP-1 diharapkan dapat menjadi kekuatan ekonomi bagi Kabupaten Madiun dengan fungsi sebagai pusat pelayanan pemerintahan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan. Arahan pengelolaan perkotaan Mejayan adalah menyediakan sarana dan prasarana atau infrastruktur yang dibutuhkan untuk pengembangan kawasan perkotaan skala kabupaten. Dengan mengacu pada Pasal 1 dan Pasal 11 menganai Sitem Perkotaan Nasional maka Kota Madiun sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. Sedangkan perkotaan Mejayan diklasifikasikan sebagai Pusat Kegiatan Lokal commit to user
92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(PKL) yaitu kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan. Secara ekonomi, dengan ditetapkannya perkotaan Mejayan sebagai Ibukota Kabupaten Madiun diharapkan akan menumbuhkan kegiatan perekonomian Kabupaten Madiun. Sebagai pusat pertumbuhan baru dengan posisi yang cukup strategis berada pada jalur lintas regional Surabaya – Ngawi – Jogjakarta, Perkotaan Mejayan direncanakan dapat menjadi magnet pertumbuhan baru bagi kegiatan perekonomian di Kabupaten Madiun. Untuk fasilitas perdagangan pada Tahun 2029 dibutuhkan pasar skala kabupaten sebanyak 2 (dua) unit. Artinya bahwa untuk pasar skala kabupaten tidak perlu penambahan karena di Mejayan dan Dolopo sudah ada. Yang perlu dilakukan adalah pembangunan pasar di Mejayan sehingga lebih representative dan menjadi pasar skala kabupaten pada lokasi yang strategis. D.2. Stategi Penetapan Kawasan Stategis Pengembangan Ekonomi ·
Menyediakan sarana dan prasarana atau infrastruktur yang dibutuhkan untuk pengembangan kawasan perkotaan skala kabupaten;
·
Mengoptimasi pengembangan kawasan melalui peningkatan nilai ekonomi kawasan;
·
Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (sdm); dan
·
Mendukung kebijakan melalui pemberian instrumen insentif berupa keringanan pajak/ retribusi, pengurangan atau penghapusan pajak, dan lain sebagainya.
commit to user
93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI Konsep Perencanaan Penataan Kembali Pasar Umum Caruban A. Konsep Peruangan A.1. Besaran Ruang a. Kegiatan Penjualan Kebutuhan ruang Kios/los
Kapasitas
Flow
Besaran ruang
Jumlah pedagang 1160 orang: 122 menempati kios, 690 menempati los, 348 PKL. Prediksi pertambahan pedagang sampai tahun 2029 sebesar 18 % . Jumlah pedagang yang akan ditampung 1369 orang. Pembagian ruang: · Kios I (3mx4m) · Kios II (3mx3m) · Los I (2mx3m) · Los II (2mx1,5m) Rencana jumlah ruang: Perb kios:los = 1:5 = 228 : 1141 912 m2
· Kios I (3mx4m) : 76
Gudang
· Kios II (3mx3m) : 152
1.368 m2
· Los I (2mx3m) : 380
2.280 m2
· Los II (2mx1,5m) : 761 Total
2.283 m2 30 %
Disediakan untuk pedagang yang
8.895,9 m2 120 m2
menempati los komoditas hasil bumi
8,64 m2
karena los yang disediakan bersifat terbuka. 20 kios @ 2mx3m Kereta dorong 10 buah Total
20 %
128,64 m2
Total
20 %
67,17 m2
Total kegiatan penjualan
9.091,70 m2
commit to user
Tabel 28. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penjualan Sumber : Analisa Pribadi
156
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Kegiatan Pengelolaan Kebutuhan ruang
Kapasitas
Ruang tamu
4 orang
Ruang direksi
1 orang + 2 orang tamu
Flow
Besaran ruang 3,6 m2 36 m2
meja + kursi kerja 1 file cabinet Ruang
5 orang
30 m2
5 orang
30 m2
Ruang rapat
11 orang
16,5 m2
Ruang arsip
4 file cabinet
4 m2
1 orang petugas
2 m2
administrasi Ruang operasional
Total kegiatan pengelolaan
50 %
184,65 m2
Tabel 29. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Pengelolaan Sumber : Analisa Pribadi
c. Kegiatan Servis dan Pelayanan Kebutuhan ruang Parkir
Kapasitas
Flow
Besaran ruang
Parkir Pembeli Jumlah pembeli 2000 org per hari Pasar buka mulai jam 08.00-22.00 (durasi 14 jam) Jumlah pembeli tiap jam 142 orang Jumlah kendaraan 20% mobil = 28 mobil
420 m2
50% motor = 71 motor
142 m2
Sisanya menggunakan angkutan umum Parkir Pengelola Jumlah staff pengelola pasar 11 org Jumlah petugas servis pasar 20 org Jumlah staff bank 5 org Total = 36 orang
commit to user
157
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jumlah kendaraan 10% mobil = 4 mobil
60 m2
70% motor = 25 motor
50 m2
Parkir Pedagang Jumlah pedagang 1160 orang 5% mobil = 58 mobil
870 m2
75% motor = 870 motor Pos jaga
1.740 m2
Pos jaga ditempatkan di 3 tempat @ pos jaga: 2 petugas + 1 meja + 2 kursi
R. MEE
12 m2
R. Pompa air
20 m2
R. Genset
20 m2
R. Trafo PLN
20 m2
R. PABX
20 m2
R. Petugas
Petugas kebersihan 8 orang (asumsi)
15 m2
kebersihan
+ 8 kursi + 2 meja Ruang peyimpan alat kebersihan
Mushola
4 m2
60 orang
39,6 m2
Tempat wudhu dan 2 WC 6,6 m2 Lavatory
Lavatory ditempatkan di 4 tempat: - Pria (1 unit) : 3 urinoir, 2 wastafel, 2 WC - Wanita (1unit) : 3 WC, 2 wastafel Luas tiap lavatory: - Pria: (3x1,2) + (2x1,2) + (2x1,2)
8,4 m2
- Wanita: (4x1,2) + (2x1,2)
7,2 m2
Total kegiatan servis dan pelayanan
50 %
5.146,2 m2
Tabel 30. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Servis dan Pelayanan Sumber : Analisa Pribadi
d. Kegiatan Penunjang Kebutuhan ruang Bank
Kapasitas
Flow
R. Tunggu/tamu 5 org Security 1 org
Besaran ruang 4,95 m2
commit to user
2,5 m2
158
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1 meja, 1 kursi Teller 2 org :
12 m2
1 meja panjang, 2 kursi, 1 meja Ruang administrasi 4 org :
24 m2
4 meja, 4 kursi, 1 lemari Gudang/vault
12 m2
Toilet:
Mesin ATM
Pria : 2 urinoir, 1 WC, 2 wastafel
4,8 m2
Wanita : 2 WC, 1 wastafel
3,6 m2
2 buah
6 m2 Total
50 %
Terminal
Kapasitas :
angkuta
Dalam terminal dapat menampung 14
104,78 m2
unit kendaraan, dengan rincian : 8 unit angkuta
126 m2
6 unit minibus
90 m2
Ruang tunggu : Asumsi : 30 orang
18 m2
Pos Jaga : Satpam 3 orang
4 m2
Lavatory : pria : 4 urinoir, 2 wastafel, 2 WC
6 m2
wanita : 3 WC, 2 wastafel
3,6 m2
Ruang pengelola : Administrasi : 4 orang
24 m2
4 kursi, 4 meja, 1 lemari Total
50 %
Total kegiatan penunjang
407,4 m2 512,18 m2
Tabel 31. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penunjang Sumber : Analisa Pribadi
Rekapitulasi Kebutuhan Ruang Kelompok Kegiatan
Kebutuhan Ruang
Kegiatan penjualan
9.091,70 m2
Kegatan pengelolaan
184,65 m2
Kegiatan servis dan pelayanancommit to user
5.146,2 m2
159
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kegiatan penunjang
512,18 m2
Total
14.934,73 m2
Tabel 32. Rekaitulasi Kebutuhan Ruang Sumber : Analisa Pribadi
A.2. Konsep Persyaratan Ruang Pasar A.2.1. Sistem Penghawaan - Sistem penghawaan pada Pasar Umum Caruban memanfaatkan penghawaan alami yaitu melalui ventilasi dinding dan ventilasi atap. - Massa bangunan utama yang panjang dibagi menjadi 3 massa. Udara panas keluar melalui ventilasi atap
Void
Udara segar masuk melaui ventilasi dinding
Udara panas bergerak atas Gambar 53. Konsep Penghawaan Alami (1) Sumber : Analisa Pribadi
Udara bersikulasi dengan lancar melaui space antar bangunan
Bentuk massa yang panjang dibagi menjadi 3 massa dengan tujuan memberikan ruang untuk sirkulasi udara Gambar 54. Konsep Penghawaan Alami (2) Sumber Analisa Pribadi commit to :user
160
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A.2.2. Sistem Pencahayaan 1) Pencahayaan alami -
Prinsip penyaringan, sebagai penyaring radiasi matahari maka digunakan material “kaca pintar”.
-
Pencahayaan alami juga masuk melalui ventilasi dinding dan ventilasi atap.
Kaca pintar Gambar 55. Aplikasi Kaca Pintar Pada Atap Sumber : Analisa Pribadi
Cahaya matahari masuk melalui bukaan-bukaan
Ruang
Ruang
Ruang
Ruang
Teritisan sebagai “payung” pada bukaan
Gambar 56. Konsep Pencahayaan Alami Sumber : Analisa Pribadi
2) Pencahayaan buatan -
Pencahayaan buatan tetap di butuhkan untuk kebutuhan ruang tertentu dan pada waktu malam hari.
B. Konsep Pengolahan Tapak 1. Eksisting Site
commit to user
161
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pertokoan
TPU Pertokoan
Pertokoan Pertokoan
SITE Pemukiman
Pemukiman
U Pemukiman
Gambar 57. Eksisting Site Sumber : Analisis Pribadi
Kondisi Site : · Lokasi site
: Desa Pandean, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun
· Luas site
: ± 25.000 m2
· Batas-batas site
:
o Utara
: Pemakaman, Pemukiman dan Pertokoan
o Timur
: Pemukiman dan Pertokoan
o Selatan
: Sungai dan Pemukiman
o Barat
: Pemukiman
2. Konsep Pencapaian ·
Jalan Panglima Sudirman, sebagai ME disini akses IN dan OUT dibedakan.
·
Jalan Mendut dan Jalan Salak yang ada di kanan dan kiri sebagai SE.
commit to user
162
- IN (Akses khusus angkuta yang masuk terminal)
- OUT (Akses khusus angkuta yang keluar terminal)
- Akses masuk pasar bagian bela kang.
- Jln. Mangga yang membagi site dan juga sebagai penghubung Jln. Salak dan Jln. Mendut, lebar ± 6 m
- SE(Akses masuk khusus pejalan kaki atau kendaraan roda 2)
- SE (Akses masuk khusus pejalan kaki atau kendaraan roda 2)
- Jln.Salak (jalan lingkungan), lebar ±6m - Kepadatan lalu lintas sedang - Merupakan jalan 2 arah
- Jln.Mendut (jalan lingkungan), lebar ±6m - Kepadatan lalu lintas sedang - Merupakan jalan 2 arah
- IN (Akses masuk kendaraan roda 4 dan roda 2)
- SE(Akses masuk khusus pejalan kaki atau kendaraan roda 2)
- Jln. Panglima Sudirman merupakan jalan utama, lebar ± 18 m - Kepadatan lalu lintas tinggi - Jalan 2 arah dan terdapat median jalan
- OUT (Akses keluar kendaraan roda 4 dan roda 2) Gambar 58. Konsep Pencapaian Sumber : Analisa Pribadi
163
perpustakaan.uns.ac.id
·
digilib.uns.ac.id
Penempatan Parkir
Parkir menggunakan pola parkir menyebar di sekeliling pasar dan untuk parkir pedagang disediakan di basement.
Parkir kendaraan roda 4 Parkir kendaraan roda 2
Parkir kendaraan roda 2
Parkir kendaraan roda 2 Parkir kendaraan roda 2 Parkir kendaraan roda 2
Parkir kendaraan roda 4
Gambar 59. Penentuan Lokasi Parkir Sumber : Analisa Pribadi
3. Konsep Orientasi Bangunan Orientasi Pasar Umum Caruban menghadap ke utara yaitu Jalan Panglima Sudirman.
commit to user 164
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jln. P. Sudirman U
Gambar 60. Hasil Analisa Orientasi Sumber : Analisa Pribadi
4. Konsep Zonifikasi 1. Zona Pedagang ·
Zona A (fashion) -
Pakaian/kain
-
Sepatu/tas
Jumlah pedagang di zona A sebanyak 297 pedagang, menempati 32 kios dan 265 los.
·
Zona B (barang hasil produksi non fashion + jasa) -
Gerabah
- Plastik
- Imitasi/kemasan
-
Kelonthong/komestik
- Emas/perak
- Buku
-
Elektro
- Jam
- Kaset
-
Gorden
- Meracang
- Patri dandang
-
Mainan
- Penjahit
- Bunga hias
-
Salon kecantikan & pangkas rambut
- Mendong
- Alat-alat pertanian
Jumlah pedagang di zona B sebanyak 295 pedagagang, menempati 61 kios dan 234 los.
·
Zona C (makanan + bumbu dapur) -
Makanan/roti
- Warung
-
Tahu
- Janggelan
-
Empon-empon
- Kopi bubuk
commit to user 165
perpustakaan.uns.ac.id
-
·
digilib.uns.ac.id
Jumlah pedagang di zona B sebanyak 105 pedagagang, menempati 14 kios dan 91 los.
Zona D (hasil bumi + daging) -
Buah
- Polowijo
-
Kelapa
- Pisang
-
Sayur
- Daging sapi
-
Ikan ayam
- Ikan laut
Jumlah pedagang di zona B sebanyak 115 pedagagang, menempati 15 kios dan 100 los.
2. Zona bongkar muat Pola bongkar muat adalah pola tersebar dan dilakukan ketika kegiatan perpasaran belum dimulai. 3.
Zona pengelola Kantor pengelola pasar ditempatkan di lantai dua pasar. Posisi kantor pengelola berada di bagian depan agar mudah diketahui jika ada tamu.
4. Zona servis (parkir, mushola, lavatory, pos jaga dan ruang MEE) Zona parkir ditempatkan menyebar mengelilingi pasar. Mushola pasar ditempatkan di lantai 1 dan terpisah dengan bangunan pasar. Lavatory untuk pasar direncanakan dibagi enam, tiga di lantai 1 dan tiga di lantai 2. Pada massa bangunan pasar yang menjual hasil bumi terdapat satu lavatory tiap lantainya. Selain itu fasilitas lavatory juga disediakan di bagian terminal pasar yang diperuntukkan pengelola terminal dan pengguna terminal. Pos jaga ditempatkan menyebar di empat tempat. Ruang MEE seperti ruang pompa, listrik, telepon ditempatkan di pada basement sehingga tidak mengurangi atau menganggu fasad secara keseluruhan. 5. Zona penunjang (bank, ATM dan terminal pasar) Bank ditempatkan di bagian depan dekat entrance agar dapat diketahui dan dijangkau dengan mudah oleh pengunjung. Sementara terminal berada di bagian belakang site.
commit to user 166
Penunjang (Terminal)
Servis (P. Roda 2)
Pedagang Zona D
Pedagang Zona C
Servis (P. Roda 2) Zona daging
Bongkar Muat Servis (P. Roda 2) Pedagang Zona B
Servis (P. Roda 2)
Servis (P. Roda 4)
Pengelola
Bongkar Muat
Pedagang Zona A
Penunjang (Bangk,ATM)
Servis (Mushola)
Gambar 61. Hasil Zonifikasi Sumber : Analisa Pribadi
167
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Konsep Sirkulasi ·
Sistem Sirkulasi Horizontal
Pola sirkulasi yang sesuai adalah pola grid. Los akan ditempatkan berjajar dan saling berhadapan kemudian akan dihubungkan dengan jalan linier. ·
Sistem Sirkulasi Vertikal
Sistem sirkulasi vertikal terdapat 2 jenis yaitu tangga dan ramp. Tangga ditempatkan di posisi yang strategis dan tinggi pijakan tidak terlalu curam yaitu 15 cm. Sementara ramp disediakan untuk barang dan pengguna kursi roda. Lebar ramp barang 140 cm sementara ramp kursi roda 80 cm.
Tangga untuk pengunjung
Ramp untuk kursi roda
Ramp untuk barang
Gambar 62. Konsep Sistem Sirkulasi Vertikal Sumber : Analisa Pribadi
·
Lebar Sirkulasi
Lebar sirkulasi penghubung antar kios atau los sebesar 200 cm. Sementara lebar koridor utama sebagai akses utama dari luar pasar adalah 3 meter.
6. Konsep Lansekap Untuk kebutuhan jenis vegetasi yang dibutuhkan di Pasar Umum Caruban adalah yang bersifat lebar dan menyebar.
commit to user 168
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 63. Vegetasi yang bersifat lebar dan menyebar Sumber : Joseph De Chiara, Standart Perancangan Tapak
7. Konsep Permassaan ·
Bentuk Dasar Massa Bentuk dasar bangunan Pasar Umum Caruban adalah segi empat karena
sesuai dengan bentuk site. Untuk ruang dalam bangunan pasar didominasi oleh los segi empat yang ditata menurut pola grid.
Bentuk ruang kios dan los segi empat
Sirkulasi antar kios/los berpola grid
Gambar 64. Sketsa Bentuk Ruang dan Sirkulasi Sumber : Analisa Pribadi
Gambar 65. Sketsa Bentuk Dasar Massa Sumber : Analisa Pribadi
commit to user 169
perpustakaan.uns.ac.id
·
digilib.uns.ac.id
Komposisi Massa pada Site Penataan massa pada site berangkat dari penempatan pasar sebagai
bangunan utama kemudian dikelilingi oleh fasilitas-fasilitas penunjang. ·
Ekspresi Massa Tampilan bangunan bergaya tradisional seperti pada bangunan sekitar pasar
pada umumnya, melalui pengaplikasian bentuk atap pelana, limasan dan joglo. Selain itu material bangunan akan ditampilkan dengan mengekspos material tersebut. C. Konsep Lokalitas Pada bangunan Pasar Umum Caruban pengaplikasian bentuk arsitektur tradisional diterapkan pada bentuk atapnya. Bentuk arsitektur Jawa memiliki ciri khusus pada bentuk atap yang khas seperti (joglo, limasan, tajug, panggang pe dsb). Material yang digunakan adalah material yang dapat diperoleh di wilayah Kabupaten Madiun, seperti kayu jati dan batu bata yang mudah diperoleh dari wilayah Madiun. Kelokalan suasana diterapkan pada Pasar Umum Caruban dengan menciptakan suasana terbuka pada los-los pasar. Bentuk atap pelana yang memiliki ciri khusus atap Jawa. Penggunaan material kayu dan batu bata yang diekspos
Los terbuka untuk los sayur dan daging
commit to user
Gambar 66. Konsep Lokalitas Pada Pasar Umum Caruban Sumber : Analisa Pribadi
170
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Konsep Struktur Bangunan 1. Sub Structure (Struktur Pondasi) Jenis pondasi yang dipilih adalah pondasi sumuran sebagai pondasi struktur dan pondasi batu kali sebagai pondasi menerus.
2. Upper Structure (Struktur Rangka Bangunan) Bangunan Pasar Umum Caruban menggunakan sistem struktur rangka sebagai struktur pendukungnya.
3. Roof Structure (Struktur Atap) Untuk stuktur atap pada Pasar Umum Caruban menggunakan rangka baja.
commit to user 171
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Konsep Sistem Utilitas 1. Jaringan air bersih Kebutuhan air bersih untuk Pasar Umum Caruban diperloeh dari pembuatan sumur artesis (deep whell) dan dari PDAM. Pendistribusian air menggunakan Sistem Down Feed. Skema Jaringan Air Bersih
Sumur/deep well
P
PAM
M
Upper Water Tank Ground Water Tank
Distribusi P
Distribusi Distribusi
P : Pompa M : Meteran
Skema 13. Jaringan air bersih “Sistem Down Feed” Sumber : Analisis Pribadi
2. Jaringan air kotor Pembuangan air kotor disalurkan melalui saluran tertutup yang mudah perawatannya dan terhindar dari kemungkinan mampet. Sedangkan untuk mempermudah perawatan, pada saluran tertutup ditambahkan bak kontrol. Kios/los
Penangkap lemak
Water Treatment
Bak Kontrol
Riool Kota
Kotoran cair KM / WC Kotoran padat
Septic Tank
Resapan
Skema 14. Jaringan air kotor Sumber : Analisis Pribadi
commit to user 172
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Air Hujan Air hujan dari atap akan dialirkan melalui saluran pipa air ke bak kontrol kemudian dialirkan ke riol kota. Pembuatan taman akan sangat membantu penyerapan air hujan yang jatuh pada lahan. Air hujan
Bak kontrol
Riol kota
Skema 15. Jaringan Air Hujan Sumber : Analisis Pribadi
4. Sampah Untuk menjaga kebersihan pasar maka disediakan tempat sampah yang di tempatkan pada tempat yang strategis. Tempat sampah disedikan dua jenis yaitu untuk sampah organik dan sampah non organik. Sampah tersebut secara periodik akan dipindahkan ke tempat pembuangan sampah sementara. Kemudian dari TPS sampah tersebut akan dipindahkan oleh petugas DKP Kabupaten Madiun ke TPA. Tempat sampah
Sampah
TPS
TPA
Skema 16. Sistem pembuangan sampah Sumber : Analisa Pribadi
5. Instalasi Listrik Sistem jaringan : - Sumber listrik utama berasal dari jaringan PLN, dan sebagai cadangan
menggunakan generator (Genset) jika PLN padam. Sumber listrik didapatkan dari PLN dan genset dengan skema sebagai berikut : PLN
Traf
M
MDP
Auto Switch
M MDP SDP S
: Meteran : Main Distribution Panel : Sub Distribution Panel : Sakelar
Genset SDP Umum
S Skema 17. Jarin gan Instalasi Listrik Sumber : Analisa Pribadi
commit to user Distrib usi
Distribusi
Distribusi
173
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Jaringan Telekomunikasi Untuk memenuhi kebutuhan telekomunikasi disediakan jaringan dari PT. Telkom untuk seluruh pihak yang membutuhkan komunikasi dengan pihak luar. Distribusi
Jaringan TELKOM
PABX
MDF
Distribusi
Distribusi
Skema 18. Sistem Jaringan Komunikasi Sumber : Analisis Pribadi
7. Fire Protection (Pemadam Kebakaran) Penanganan bahaya kebakaran dengan penyediaan tabung-tabung pemadam dan hydrant pada titik-titik tertentu. 8. Penangkal Petir Sistem penangkal petir yang digunakan pada Pasar Umum Caruban adalah dengan sistem konvensional yang ditempatkan pada titik tertentu penghantar-penghantar di atas atap berupa elektroda logam yang dipasang tegak,serta penghantar yang dipasang mendatar yaitu berupa kawat tembaga (BC) dengan diameter 50 mm2, sehingga sambaran petir dapat disalurkan melalui pertanahan.
commit to user 174
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V Pendekatan Konsep Perencanaan Penataan Kembali Pasar Umum Caruban
A. Dasar Pertimbangan A.1. Dasar Pertimbangan Umum A.1.1
Permasalahan Bagaimana merencanakan dan menata kembali Pasar Umum Caruban berskala kabupaten yang representatif dengan menerapkan kelokalan bentuk dan material sebagai ungkapan fisik arsitektur dengan tujuan agar dapat menjadi landmark Kabupaten Madiun.
A.1.2
Lokalitas Selain sebagai pusat perdagangan, keberadaan Pasar Umum Caruban juga diharapkan dapat menjadi landmark Kabupaten Madiun. Sebagai landmark Pasar Umum Caruban yang direncanakan akan mengangkat potensi lokal. Kelokalan pada bangunan Pasar Umum Caruban inilah yang nantinya akan membedakan pasar ini dengan pasar lain. Kelokalan yang direncanakan melaui memaksimalkan penggunaan material lokal dan menerapkan bentuk arsitektur lokal. Material lokal merupakan material yang dapat diperoleh dengan mudah dari wilayah sekitar site. Sedangkan bentuk lokal lebih ditekankan pada bentuk atap-atap tradisional seperti joglo, limasan, pelana dan sebagainya. Namun penggunaan bentuk lokal tersebut bersifat dinamis dan dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan agar tidak terkesan sekedar “tempelan yang dipaksakan” pada bangunan baru.
commit to user 105
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A.2. Cakupan Analisa A.2.1
Analisa Peruangan 1. Pola dan Pelaku Kegiatan 2. Kebutuhan Ruang 3. Besaran Ruang 4. Pendekatan Persyaratan Ruang
A.2.2
Analisa Pengolahan Tapak
1. Eksisiting Site 2. Pencapaian 3. Orientasi Bangunan 4. Analisa Zonifikasi 5. Analisa Sirkulasi 6. Analisa Lansekap 7. Analisa Permassaan A.2.3
Analisa Lokalitas
A.2.4
Analisa Pendekatan Struktur Bangunan
1. Sub Structure 2. Upper Structure 3. Roof Structure A.2.5
Analisa Pendekatan Sistem Utilitas
1. Jaringan Air Bersih 2. Jaringan Air Kotor 3. Air Hujan 4. Sampah 5. Instalasi Listrik 6. Jaringan Telekomunikasi 7. Fire Protection 8. Penangkal Petir
commit to user 106
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Proses Analisa B.1. Analisa Peruangan 1. Pelaku dan Pola Kegiatan Pasar Umum Caruban memiliki fungsi utama untuk mewadahi aktivitas jual beli antara pedagang dan pembeli. Maka yang menjadi objek utama pelaku kegiatan adalah penjual dan pembeli. Sementara pengelolaan pasar dilakukan oleh Dinas Pengelola Pasar dimana tiap pasar memiliki struktur organisasi sendiri. Pada Pasar Umum Caruban pengelolaan dikepalai oleh kepala pasar dibantu beberapa stafnya. 1. Penjual / Pedagang Penjual adalah badan atau orang yang memiliki komoditas (barang/jasa) untuk ditawarkan kepada pembeli atau konsumen untuk memperoleh keuntungan. Skema pola kegiatan penjual di Pasar Umum Caruban
datang Parkir kendaraan Masuk pasar
Display dagangan
barang
Keg penjualan
- Servis - Ishoma - MCK
-
Menyimpan stok Bongkar muat
Ambil kendaraan pulang
Skema 1. Pola kegiatan penjual Pasar Umum Caruban Sumber : Analisa Pribadi
commit to user 107
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Pembeli Pembeli adalah badan atau orang yang membutuhkan komoditas (barang/jasa) untuk memenuhi kebutuhannya. Skema pola kegiatan pembeli di Pasar Umum Caruban
datang Parkir kendaraan Masuk pasar
Melihat dagangan
Transaksi jual beli
barang
- Ishoma - Keg. Metabolisme
Ambil kendaraan pulang Skema 2. Pola kegiatan pembeli Pasar Umum Caruban Sumber : Analisa Pribadi
3. Pengelola pasar Pengelola pasar adalah orang atau pegawai pemerintah yang ditunjuk secara resmi untuk bertanggung jawab atas manajemen, pemeliharaan dan operasional di pasar.
commit to user 108
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Skema pola kegiatan pengelola di Pasar Umum Caruban
datang parkir
Keg Umum - Pelayanan info -
Keg Direksi
Keg Administrasi
Keg Operasional
Keg Rapat
- Servis - Ishoma - Keg. Metabolisme
Ambil kendaraan pulang
Skema 3. Pola kegiatan pengelola Pasar Umum Caruban Sumber : Analisa Pribadi
4. Petugas servis Petugas servis adalah orang atau pegawai pasar di bawah pengelola pasar yang bertanggung jawab pada pelayanan, pemeliharaan, dan keamanan pasar. Petugas servis di Pasar Umum Caruban terdiri dari petugas kebersihan, petugas keamanan, petugas parkir dan petugas perawatan alat-alat operasional.
commit to user 109
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Skema pola kegiatan petugas servis di Pasar Umum Caruban datang parkir
Keg Keamanan
Keg Kebersihan
Keg Parkir
Keg ME
- Ishoma - Keg. Metabolisme
Ambil kendaraan pulang
Skema 4. Pola kegiatan petugas servis Pasar Umum Caruban Sumber : Analisa Pribadi
5. Petugas Bank Petugas bank adalah orang atau pegawai di luar pengelola pasar yang menyediakan jasa pengambilan, penyimpanan dan transfer uang. Pengelolaannya dilakukan secara mandiri dan terlepas dari sistem pengelolaan pasar.
commit to user 110
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Skema pola kegiatan petugas bank di Pasar Umum Caruban datang parkir
Keg keamanan
Menerima tamu
Keg perbankan
Keg administrasi
Keg servis
- Ishoma - Keg. Metabolisme
Ambil kendaraan pulang
Skema 5. Pola kegiatan petugas bank Pasar Umum Caruban Sumber : Analisa Pribadi
6. Sopir Angkuta Sopir angkuta adalah mereka yang bekerja sebagai sopir kendaraan umum yang melakukan kegiatan mengantar, menurunkan dan menunggu penumpang dengan tujuan dari dan ke pasar. Skema pola kegiatan sopir angkuta di Pasar Umum Caruban datang
Menurunkan penumpang
Parkir, menunggu, dan menaikkan penumpang
Keg servis - Ishoma - Keg. Metabolisme - Keg administrasi
Berangkat Skema 6. Pola kegiatan sopir angkuta Pasar Umum Caruban Sumber : Analisa commit toPribadi user
111
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Kebutuhan Ruang Berdasarkan Kelompok Kegiatan 1. Kelompok Kegiatan Penjualan Kegiatan
Pelaku Kegiatan
Kebutuhan Ruang
Display barang dagangan
Pedagang
Kios/los
Kegiatan tawar menawar
Pedagang dan Pembeli
Kios/los
Pembayaran barang
Pedagang dan Pembeli
Kios/los
Menyimpan barang dagangan
Pedagang
Gudang/kios
Bongkar muat barang
Pedagang
Area bongkar muat
Tabel 17. Kelompok Kegiatan Penjualan Sumber : Analisa Pribadi
2. Kelompok Kegiatan Pengelolaan Pasar Kegiatan
Pelaku Kegiatan
Kebutuhan Ruang
Menerima tamu
Pegelola dan tamu
Ruang tamu/penerima
Kegiatan direksi
Pengelola
Ruang direksi
Kegiatan administrasi
Pengelola
Ruang administrasi
Kegiatan operasional
Pengelola
Ruang operasional
Menyimpan arsip
Pengelola
Ruang arsip
Kegiatan rapat
Pengelola
Ruang rapat
Tabel 18. Kelompok Kegiatan Pengelolaan Pasar Sumber : Analisa Pribadi
3. Kegiatan Servis dan Pelayanan Kegiatan
Pelaku Kegiatan
Kebutuhan Ruang
Parkir kendaraan
Pedagang, pembeli dan
Area parkir
pengelola Kegiatan keamanan
Petugas keamanan
Pos jaga
Kegiatan ME
Petugas servis
Ruang pompa, ruang genset, ruang PABX, ruang panel listrik
Kegiatan kebersihan
Petugas kebersihan
Ruang penyimpanan alat
commit to user 112
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kebersihan Sholat
Pedagang, pembeli dan
Mushola
pengelola Makan
Pedagang, pembeli dan pengelola Pedagang, pembeli dan pengelola
Kegiatan metabolisme
Warung makan Lavatory
Tabel 19. Kelompok Kegiatan Servis dan Penunjang Sumber : Analisa Pribadi
4. Kegiatan Penunjang Bank Kegiatan
Pelaku Kegiatan
Kebutuhan Ruang
Keamanan
Satpam
Pos satpam
Menerima tamu
Petugas bank
Ruang tamu/tunggu
Menyimpan, mentransfer dan
Petugas bank
Bank, ATM
Kegiatan administrasi
Petugas bank
Ruang administrasi
Kegiatan servis
Petugas servis
Ruang servis
Kegiatan
Pelaku Kegiatan
Kebutuhan Ruang
Keamanan
Satpam terminal
Pos penjaga
Menurunkan penumpang
Sopir
Ruang penurunan
mengirim uang
Terminal angkuta
penumpang Menunggu, menaikkan
Sopir
penumpang (ngetem),
Ruang pemberhentian angkuta
berangkat Menunggu angkuta
Pedagang, penumpang
Ruang tunggu
Kegiatan pengelola angkuta
Petugas terminal
Ruang pengelola
Kegiatan metabolisme
Pedagang, penumpang,
Lavatory
commit to user 113
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
petugas terminal Tabel 20. Kelompok Kegiatan Penunjang Sumber : Analisa Pribadi
3. Besaran Ruang 1. Dasar pertimbangan : - Kapasitas ruang - Furnitur pada ruang - Flow dan kebutuhan ruang gerak 2. Dasar Perhitungan : a. Perhitungan standar, berdasarkan : - Ernst Neufert, Data Arsitek (DA) - De Chiara, Time – Saver Standars for Building Types (TS) - Sleepers, Building Planning and Design Standards (BP) - Roderick, Theatre Planning (TP) - AJ Metric Handbook (AJ) b. Studi ruang Flow : - 5-10%
: standar minimum
- 20%
: kebutuhan keleluasaan parkir
- 30%
: tuntutan kenyamanan fisik
- 40%
: tuntutan kenyamanan psikologis
- 50%
: tuntutan spesifik kegiatan
- 70-100%
: keterkaitan dengan banyak kegiatan
c. Perhitungan asumsi yang diperhitungkan berdasarkan studi kasus dan studi literatur. Dari analisa di atas maka besaran ruang yang akan diwadahi di Pasar Umum Caruban adalah kegiatan-kegiatan berikut :
commit to user 114
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Kegiatan penjualan 2. Kegatan pengelolaan 3. Kegiatan servis dan pelayanan 4. Kegiatan penunjang 1. Kegiatan Penjualan Idealisasi ukuran kios untuk Pasar Umum Caruban sebaiknya dengan tipe ukuran yang tidak terlalu banyak sehingga untuk kios ditentukan dengan ukuran 3 x 4 m2 dan 3 x 3 m2, sedangkan untuk los ditentukan dengan ukuran 1,5 x 2 m2 dan 2 x 3 m2. Oleh karena itu pedagang yang mempunyai kios ukuran 3 x 1 m2 akan diganti dengan kios ukuran 3 x 3 m2, sedangkan untuk pedagang yang mempunyai los ukuran 1 x 1 m2 , 1 x 1,3 m2 , 1 x 2 m2 , akan diganti dengan los ukuran 1,5 x 2 m2. Untuk los ukuran 2 x 2 m2 akan diganti dengan los ukuran 2 x 3 m2 dengan jumlah 2 unit berjajar. Kebutuhan ruang Kios/los
Kapasitas
Standart
Flow
Besaran ruang
Jumlah pedagang 1160 orang: 122 menempati kios, 690 menempati los, 348 PKL. Prediksi pertambahan pedagang sampai tahun 2029 sebesar 18 %. Jumlah pedagang yang akan ditampung 1369 orang. Pembagian ruang: · Kios I (3mx4m) · Kios II (3mx3m) · Los I (2mx3m) · Los II (2mx1,5m) Rencana jumlah ruang: Perb kios:los = 1:5 = 228 : 1141 912 m2
· Kios I (3mx4m) : 76
1.368 m2
· Kios II (3mx3m) : 152
commit to user 115
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
· Los I (2mx3m) : 380
2.280 m2
· Los II (2mx1,5m) : 761
2.283 m2
Total Gudang
30 %
Disediakan untuk pedagang yang menempati los komoditas hasil bumi
8.895,9 m2 120 m2
0,72 m2
8,64 m2
karena los yang disediakan bersifat terbuka. 20 kios @ 2mx3m Kereta dorong 10 buah Total
20 %
128,64 m2
Total
20 %
67,17 m2
Total kegiatan penjualan
9.091,70 m2
Tabel 21. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penjualan Sumber : Analisa Pribadi
2. Kegiatan Pengelolaan Kebutuhan ruang
Kapasitas
Ruang tamu
4 orang
Ruang direksi
1 orang + 2 orang tamu
Standart
Flow
0,9 m2/org
Besaran ruang 3,6 m2 36 m2
meja + kursi kerja 1 file cabinet Ruang
5 orang
6 m2/org
30 m2
5 orang
6 m2/org
30 m2
Ruang rapat
11 orang
1,5 m2/org
16,5 m2
Ruang arsip
4 file cabinet
1 m2/unit
4 m2
1 orang petugas
2 m2/org
2 m2
administrasi Ruang operasional
Total kegiatan pengelolaan
50 %
184,65 m2
Tabel 22. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Pengelolaan Sumber : Analisa Pribadi
commit to user 116
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Kegiatan Servis dan Pelayanan Kebutuhan ruang Parkir
Kapasitas
Standart
Flow
Besaran ruang
Parkir Pembeli Jumlah pembeli 2000 org per hari (asumsi) Pasar buka mulai jam 08.00-22.00 (durasi 14 jam) Jumlah pembeli tiap jam 142 orang Jumlah kendaraan 20%mobil = 28 mobil
15 m2/unit
420 m2
50% motor = 71 motor
2 m2/unit
142 m2
10% mobil = 4 mobil
15 m2/unit
60 m2
70% motor = 25 motor
2 m2/unit
50 m2
5% mobil = 58 mobil
15 m2/unit
870 m2
75% motor = 870 motor
2 m2/unit
1.740 m2
Sisanya menggunakan angkutan umum Parkir Pengelola Jumlah staff pengelola pasar 11 org Jumlah petugas servis pasar 20 org (asumsi) Jumlah staff bank 5 org (asumsi) Total = 36 orang Jumlah kendaraan
Parkir Pedagang Jumlah pedagang 1160 orang
Pos jaga
Pos jaga ditempatkan di 3 tempat @ pos jaga: 2 petugas + 1 meja + 2 kursi
R. MEE
4 m2
12 m2
R. Pompa air
20 m2
20 m2
R. Genset
20 m2
20 m2
R. Trafo PLN
20 m2
20 m2
commit to user 117
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
R. PABX R. Petugas
Petugas kebersihan 8 orang (asumsi)
kebersihan
+ 8 kursi + 2 meja
20 m2
20 m2
m2
15 m2
4 m2
4 m2
0,6 m2/org
39,6 m2
15
Ruang peyimpan alat kebersihan Mushola
60 orang (asumsi) Tempat wudhu dan 2 WC
15 m2 6,6 m2
Lavatory
Lavatory ditempatkan di 4 tempat: - Pria (1 unit) : 3 urinoir, 2 wastafel, 2
1,2 m2/org
WC - Wanita (1unit) : 3 WC, 2 wastafel Luas tiap lavatory: - Pria: (3x1,2) + (2x1,2) + (2x1,2)
8,4 m2
- Wanita: (4x1,2) + (2x1,2)
7,2 m2
Total kegiatan servis dan pelayanan
50 %
5.146,2 m2
Tabel 23. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Servis dan Pelayanan Sumber : Analisa Pribadi
4. Kegiatan Penunjang Kebutuhan ruang Bank
Kapasitas
Standart
Flow
Besaran ruang
R. Tunggu/tamu 5 org (asumsi)
0,66 m2/org
4,95 m2
Security 1 org (asumsi):
2,5 m2
2,5 m2
1 meja, 1 kursi Teller 2 org (asumsi):
12 m2
12 m2
24 m2
24 m2
12 m2
12 m2
1 meja panjang, 2 kursi, 1 meja Ruang administrasi 4 org (asumsi): 4 meja, 4 kursi, 1 lemari Gudang/vault Toilet: Pria : 2 urinoir, 1 WC, 2 wastafel
1,2 m2/org
3,6 m2
Wanita : 2 WC, 1 wastafel Mesin ATM
2 buah (asumsi)
4,8 m2
3 m2/unit
6 m2
commit to user 118
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Total
50 %
Terminal
Kapasitas :
angkuta
Dalam terminal dapat menampung 14
104,78 m2
unit kendaraan, dengan rincian : 8 unit angkuta
18 m2/mobil
126 m2
6 unit minibus
90 m2
Ruang tunggu : Asumsi : 30 orang
1,2 m2/org
18 m2
Pos Jaga : Satpam 3 orang
4 m2
4 m2
1,2 m2/org
6 m2
Lavatory : pria : 4 urinoir, 2 wastafel, 2 WC wanita : 3 WC, 2 wastafel
3,6 m2
Ruang pengelola : Administrasi : 4 orang (asumsi)
24 m2
24 m2
4 kursi, 4 meja, 1 lemari Total
50 %
Total kegiatan penunjang
407,4 m2 512,18 m2
Tabel 24. Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Penunjang Sumber : Analisa Pribadi
Rekapitulasi Kebutuhan Ruang Kelompok Kegiatan
Kebutuhan Ruang
Kegiatan penjualan
9.091,70 m2
Kegatan pengelolaan
184,65 m2
Kegiatan servis dan pelayanan
5.146,2 m2
Kegiatan penunjang
512,18 m2
Total
14.934,73 m2
Tabel 25. Rekaitulasi Kebutuhan Ruang Sumber : Analisa Pribadi
commit to user 119
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Analisa Pendekatan Persyaratan Ruang Pasar 1. Sistem Penghawaan Dasar Pertimbangan : - Kebutuhan kenyamanan dalam ruang pasar - Memanfaatkan potensi alam secara optimal Analisa dan hasil : - Angin bertiup sepanjang tahun, pada musim kemarau angin bertiup dari arah tenggara sedangkan pada musim penghujan angin bertiup dari barat laut. Maka lubang ventilasi diaplikasikan di seluruh dinding bangunan. - Udara panas dalam ruang akan bergerak ke atas untuk itu disediakan void dan lubang ventilasi di bagian atap bangunan. Sementara udara segar dapat masuk ke dalam bangunan melaui dinding bangunan dengan menggunakan rooster. - Jika udara panas sudah keluar maka udara luar akan masuk ke dalam ruang. Agar udara yang masuk udara yang segar maka udara perlu didinginkan dengan pemberian teritisan di sekeliling bangunan dan penanaman vegetasi. - Untuk lebih memperlancar aliran udara maka bentuk massa bangunan yang panjang akan dibagi menjadi 3 massa sehingga udara dapat mengalir masuk pada bangunan melalui area tersebut. -
Kebutuhan penghawaan pada Pasar Umum Caruban sepenuhnya di dapatkan dari penghawaan alami namun penggunaan penghawaan buatan bisa digunakan karena tuntutan kenyamanan, seperti : kantor pengelola, mushola, dan sebagainya.
commit to user 120
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Udara panas keluar melalui ventilasi atap Udara segar masuk melaui ventilasi dinding
Void
Udara panas bergerak atas
Gambar 28. Sketsa Analisa Penghawaan Alami (1) Sumber : Analisa Pribadi
Udara bersikulasi dengan lancar melaui space antar bangunan
Bentuk massa yang panjang dibagi menjadi 3 massa dengan tujuan memberikan ruang untuk sirkulasi udara
Gambar 29. Sketsa Analisa Penghawaan Alami (2) Sumber : Analisa Pribadi
2. Sistem Pencahayaan Dasar pertimbangan : - Kebutuhan kenyamanan dalam ruang - Pemanfaatan pencahayaan alami Analisa :
commit to user 121
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Pencahayaan alami - Pencahayaan alami diterapkan pada interior bangunan untuk mengurangi penggunaan pencahayaan buatan - Yang dimanfaatkan sebagai penerangan alami adalah cahaya matahari sedangkan sinar matahari diminimalisir masuk ke dalam ruang. Karena jika sinar matahari berlebihan mengakibatkan silau. Untuk mengatasi silau melalui : 1. Prinsip pembayangan, yaitu dengan cara melindungi sepeti payung atau perisai 2. Prinsip penyaringan, yaitu cara menyaring ( memperlembut dengan filter) jumlah radiasi panas matahari yang dapat dicegah masuk kedalam ruang. Sebagai penyaring radiasi matahari maka digunakan material “kaca pintar” yang mampu meneruskan sinar matahari namun radiasi matahari tetap tersaring sehingga tidak menaikkan suhu dalam ruang. Kemudian sinar matahari yang masuk akan difilter dengan sejenis kain sehingga tidak mengakibatkan silau. -
Pencahayaan alami juga masuk melalui bukaan-bukaan yang diaplikasikan di seluruh dinding bangunan. Cahaya matahari masuk melalui bukaan-bukaan
Ruang
Ruang
Ruang
Ruang
Teritisan sebagai “payung” pada bukaan
Gambar 30. Sketsa Analisa Pencahayaan Alami Sumber : Analisa Pribadi
commit to user 122
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Pencahayaan buatan -
Pencahayaan buatan tetap di butuhkan untuk kebutuhan ruang tertentu dan pada waktu malam hari.
B.2. Analisa Pengolahan Tapak 1. Eksisting Site
Gambar 31. Lokasi Pasar Umum Caruban Sumber : RUTRK Kab. Madiun
Pertokoan
TPU Pertokoan
Pertokoan Pertokoan
SITE Pemukiman
Pemukiman
U Pemukiman
Gambar 32. Eksisting Site Sumber : Analisis Pribadi
commit to user
123
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kondisi Site : ·
Luas site
·
Batas-batas site :
: ± 25.000 m2
o Utara
: Pemakaman, Pemukiman dan Pertokoan
o Timur
: Pemukiman dan Pertokoan
o Selatan
: Sungai dan Pemukiman
o Barat
: Pemukiman
· Potensi site : -
Site berada pada lokasi yang stategis yaitu di pusat kota dan berada di jalur perlintasan Surabaya-Madiun-Solo-Jogjakarta.
-
Sarana dan prasarana yang sudah mamadai seperti jalan arteri dengan lebar ±18 m, jaringan listrik, telepon, jaringan PDAM dan lainlain.
Pasar Umum Caruban direncanakan berada pada lokasi yang sama dengan lokasi saat ini yaitu berada di Desa Pandean, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun. Pada RTRW 2009-2029 Kabupaten Madiun, Kecamatan Mejayan masuk SSWP-I yang diperuntukkan sebagai wilayah pemerintahan, perdagangan dan jasa, pelayanan umum, pertanian, perikanan, kehutanan, permukiman dan industri. Sementara pada Evaluasi Revisi RURTK/RDTRK Kota Caruban Th2009/2010, Desa Pandean masuk pada Bagian Wilayah Kota A (BWK A) yang fungsi utama sebagai kawasan pertokoan, jasa dan pasar. 2. Analisa Pencapaian Pencapaian merupakan titik awal pengolahan site untuk menentukan arah masuk site. Pencapaian biasanya di tentukan berdasarkan potensi infrastruktur jalan yang berpotensi sebagai akses utama dan akses pendukung site. Kriteria :
commit to user 124
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Kemudahan pencapaian disesuaiakan kondisi jalan di sekitar site. - Antisipasi terjadinya crossing circulation - Kejelasan pola sirkulasi untuk memudahkan pengunjung dan pengawasan. Analisa : · Jalan Panglima Sudirman, merupakan jalan primer yang ramai oleh lalu lintas kendaraan. Jalan ini merupakan jalan dua arah dengan lebar ± 18 meter sehingga sangat potensial dijadikan ME karena mudah dilihat. · Pembedaan jalur masuk dan keluar kendaraan dapat menghindari crossing circulation dan mempermudah bagi pengunjung. · Jalan Mendut dan Jalan Salak yang ada di kanan dan kiri site memiliki lebar ± 6 meter. Jalan ini sesuai untuk SE untuk mengurangi kepadatan kendaraan di ME dan mempermudah pencapaian kendaraan yang berasal dari belakang site. · Pada perencanaan pasar yang baru, luasan site akan diperluas sampai batas sungai namun keberadaan Jalan Mangga tetap dipertahankan. Jalan Mangga yang sebelumnya hanya 3 meter akan diperlebar sehingga dapat berfungsi 2 arah dan dijadikan sebagai pemisah antara zona komoditas barang hasil produksi dengan komoditas hasil bumi. Melalui jalan ini pembeli yang hanya ingin membeli komoditas hasil bumi juga bisa langsung mencapai dengan cepat. · Untuk kendaraan angkuta dapat mencapai terminal melalui Jalan Mendut dan masuk terminal melalui Jalan Mangga. Dan ketika berangkat, angkuta keluar melalui Jalan Mangga sehingga di depan pasar bebas dari angkuta.
commit to user 125
- IN (Akses khusus angkuta yang masuk terminal)
- OUT (Akses khusus angkuta yang keluar terminal)
- Akses masuk pasar bagian belakang.
- Jln. Mangga yang membagi site dan juga sebagai penghubung Jln. Salak dan Jln. Mendut, lebar ± 6 m
- SE(Akses masuk khusus pejalan kaki atau kendaraan roda 2)
- SE(Akses masuk khusus pejalan kaki atau kendaraan roda 2)
- SE (Akses masuk khusus pejalan kaki atau kendaraan roda 2)
- Jln.Salak (jalan lingkungan), lebar ±6m - Kepadatan lalu lintas sedang - Merupakan jalan 2 arah
- Jln.Mendut (jalan lingkungan), lebar ±6m - Kepadatan lalu lintas sedang - Merupakan jalan 2 arah
- OUT (Akses keluar kendaraan roda 4 dan roda 2)
- IN (Akses masuk kendaraan roda 4 dan roda 2)
- Jln. Panglima Sudirman merupakan jalan utama, lebar ± 18 m - Kepadatan lalu lintas tinggi - Jalan 2 arah dan terdapat median jalan
Keterangan : : arus sirkulasi angkuta :arus sirkulasi kendaraan umum Gambar 33. Analisa Pencapaian Sumber : Analisa Pribadi
126
perpustakaan.uns.ac.id
·
digilib.uns.ac.id
Penempatan Parkir
Kriteria : - Kemudahan akses bagi pembeli dan akses yang cepat ke kios atau los yang dituju. - Pemerataan distribusi aktifitas perdagangan Analisa : Sesuai dengan kriteria tersebut maka sistem parkir yang direncanakan merupakan sistem parkir menyebar mengelilingi bangunan pasar namun masih berada dalam area pasar. Keberadaan parkir yang menyebar ini dimaksudkan untuk mempercepat bagi pembeli untuk sampai pada kios atau los yang dikehendaki. Cara seperti ini juga memudahkan pengunjung untuk parkir kendaraannya di tempat yang paling dekat dengan tempat tujuan mereka. Dengan sistem parkir menyebar dituntut adanya jalan yang mengelilingi pasar sehingga dapat memeratakan distribusi aktifitas perdagangan. Dengan kata lain menyamaratakan nilai ekonomis antara kios yang di depan maupun yang di belakang. Sehingga semua pemilik kios merasa bagian depan pasar karena adanya jalan yang mengelilingi pasar. Selain parkir luar, juga disediakan parkir dalam yaitu parkir pada basement. Parkir basement ini dikhususkan untuk penjual dan pembeli saat parkir luar tidak dapat menampung jumlah kendaraan pembeli. Karena pada saat-saat tertentu seperti hari libur atau hari raya jumlah pembeli bisa bertambah dibandingkan hari-hari biasa.
commit to user 127
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Parkir kendaraan roda 4 Parkir kendaraan roda 2
Parkir kendaraan roda 2
Parkir kendaraan roda 2 Parkir kendaraan roda 2 Parkir kendaraan roda 2
Gambar 34. Analisa Penentuan Lokasi Parkir Sumber : Analisa Pribadi
Parkir kendaraan roda 4
3. Analisa Orientasi Bangunan Kriteria : - Arah hadap bangunan yang paling mudah dilihat - Keberadaan akses pencapaian Analisa :
3 SITE 2
2 1
U Gambar 35. Analisa Orientasi Sumber : Analisa Pribadi
commit to user 128
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Ke arah utara : + mengarah ke jalan utama yang ramai dengan pusat keramaian + kesan menyambut karena menghadap ME dan dilihat langsung oleh pengunjung yang masuk pasar 2. Ke arah timur dan ke arah barat : - menghadap jalan lingkungan, tidak menghadap ke jalan utama - lebar jalan kurang mencukupi untuk lalu lintas padat 3. Ke arah selatan : - membelakangi jalan utama - sulit diakses karena berbatasan dengan sungai Berdasarkan analisa terhadap kelebihan (+) dan kekurangan (-) arah orientasi bangunan di atas maka dipilih poin 1 sebagai arah orientasi bangunan karena memiliki kelebihan (+) paling banyak dari pada alternatif yang lain. Orientasi Pasar Umum Caruban direncanakan menghadap ke utara yaitu Jalan Panglima Sudirman. Bangunan di orientasikan ke arah ini karena jalan ini merupakan jalan utama yang dilalui banyak kendaraan. Sehingga diharapkan Pasar Umum Caruban memiiki kesan menyambut bagi calon pengunjung. Karena bagian fasad ini akan banyak dilihat pengunjung maka perlu pengolahan fasad agar menampilkan visual bangunan yang menarik.
commit to user 129
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
U
Gambar 36. Hasil Analisa Orientasi Sumber : Analisa Pribadi
4. Analisa Zonifikasi Kriteria : - Fungsi ruang dan kelompok kegiatan - Hubungan antar ruang. Analisa : Zonifikasi pada Pasar Umum Caruban didasarkan pada pelaku kegiatan dan kelompok kegiatan di pasar ini yaitu : 1. Zona Pedagang Pedagang pada Pasar Umum Caruban saat ini terkesan kurang tertata karena belum adanya zonifikasi pedagang yang jelas. Maka perlu dilakukan zonifikasi dengan kriteria : ·
Sifat barang dagangan Penzoningan ini didasarkan pada sifat alami dari barang yang diperjualbelikan. Pada beberapa komoditas membutuhkan perlakuan khusus misalnya daging atau ikan perlu disedikan tempat untuk memotong dan saluran air untuk membersihkan kotoran. Selain itu karena daging dan ikan mengeluarkan bau amis maka harus dipisahkan dengan zona
commit to user 130
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
warung makan dan sejenisnya. Beberapa sifat barang dagangan antara lain kering dan awet (barang hasil industri), basah (sayur, buah-buahan), cepat basi (makanan baik yang sudah siap makan maupun perlu diolah), berbau (daging,ikan), dan lain-lain. Selain barang ada pula yang menawarkan jasa seperti penjahit, salon, tukang patri dan sebagainya. ·
Tingkat kebutuhan Kebutuhan akan barang dapat dibagi menurut tingkat urgensi bagi pembeli menjadi tiga yaitu primer, sekunder dan tersier. Dalam penzoningan pada pasar penataan menurut tingkat kebutuhan ini dilakukan agar barang yang bersifat pelengkap dapat pula menarik perhatian dari pembeli yang datang. Analisa : Pada Pasar Umum Caruban komoditas yang diperdagangkan sangat beraneka ragam. Dari hasil rekapitulasi data pedagang menurut jenis dagangannya pada tahun 2011 tercatat ada 34 jenis barang dagangan yang diperjualbelikan. No
Jenis Dagangan
Kios
Los
Jumlah
1
Pakaian/kain
25
228
253
2
Sepatu/tas
7
37
44
3
Gerabah
2
50
52
4
Plastik
0
18
18
5
Imitasi/kemasan
0
22
22
6
Kelonthong/komestik
7
18
25
7
Emas/perak
9
0
9
8
Buku
0
3
3
9
Elektro
2
0
2
10
Jam
3
3
6
11
Kaset
6
0
6
12
Gorden
1
0
1
13
Meracang
24
97
121
14
Makanan/roti
4
43
47
15
Warung
10
36
46
commit to user 131
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
Buah
6
17
23
17
Polowijo
3
0
3
18
Kelapa
0
22
22
19
Pisang
0
10
10
20
Sayur
5
22
27
21
Daging sapi
0
16
16
22
Ikan ayam
0
5
5
23
Ikan laut
1
8
9
24
Patri dandang
1
0
1
25
Mainan
1
4
5
26
Penjahit
0
3
3
27
Bunga hias
0
5
5
28
Salon kecantikan & pangkas rambut
4
3
7
29
Alat-alat pertanian (pacul dll)
1
6
7
30
Mendong
0
2
2
31
Tahu
0
3
3
32
Janggelan
0
1
1
33
Empon-empon
0
6
6
34
Kopi bubuk
0
2
2
122
690
812
Jumlah
Tabel 26. Data Pedagang Menurut Jenis Dagangan Pasar Caruban Th 2011 Sumber : DISPENDA “Pasar Umum Caruban”
Data tersebut menunjukkan bahwa di Pasar Umum Caruban barang hasil produksi lebih banyak diperjualbelikan daripada hasil bumi. Sementara komoditas terbesar yang diperjualbelikan adalah pakaian/kain. Pembagian zona komoditas dibagi dalam 4 zona, yaitu : ·
Zona A (fashion) -
Pakaian/kain
-
Sepatu/tas
Jumlah pedagang di zona A sebanyak 297 pedagang, menempati 32 kios dan 265 los.
·
Zona B (barang hasil produksi non fashion + jasa) -
Gerabah
- Plastik
- Imitasi/kemasan
commit to user 132
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
-
Kelonthong/komestik
- Emas/perak
- Buku
-
Elektro
- Jam
- Kaset
-
Gorden
- Meracang
- Patri dandang
-
Mainan
- Penjahit
- Bunga hias
-
Salon kecantikan & pangkas rambut
- Mendong
- Alat-alat pertanian
Jumlah pedagang di zona B sebanyak 295 pedagagang, menempati 61 kios dan 234 los.
·
·
Zona C (makanan + bumbu dapur) -
Makanan/roti
- Warung
-
Tahu
- Janggelan
-
Empon-empon
- Kopi bubuk
-
Jumlah pedagang di zona B sebanyak 105 pedagagang, menempati 14 kios dan 91 los.
Zona D (hasil bumi + daging) -
Buah
- Polowijo
-
Kelapa
- Pisang
-
Sayur
- Daging sapi
-
Ikan ayam
- Ikan laut
Jumlah pedagang di zona B sebanyak 115 pedagagang, menempati 15 kios dan 100 los.
2. Zona bongkar muat Pola bongkar muat yang direncanakan adalah pola tersebar, sehingga dapat menekan biaya dan mempermudah material handling. Untuk menghindari terjadinya penumpukan kendaraan bongkar muat dengan kendaraan pembeli maka kegiatan bongkar muat dilakukan ketika kegiatan perpasaran belum dimulai. Untuk akses bongkar muat lebar jalan keliling pasar direncanakan 2 lajur agar tidak terjadi kemacetan ketika proses bongkar muat. 3.
Zona pengelola Kantor pengelola pasar ditempatkan di lantai dua pasar. Hal ini bertujuan memberikan kemudahan pengelola untuk melakukan pengawasan terhadap pasar. Posisi kantor pengelola berada di bagian depan agar mudah diketahui jika ada tamu.
commit to user 133
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Zona servis (parkir, mushola, lavatory, pos jaga dan ruang MEE) Untuk zona parkir ditempatkan menyebar mengelilingi pasar seperti pada penjelasan sebelumnya. Mushola pasar ditempatkan di lantai 1 dan terpisah dengan bangunan pasar agar tidak terganggu dengan situasi dalam pasar. Lavatory untuk pasar direncanakan dibagi enam, tiga di lantai 1 dan tiga di lantai 2. Lavatory ditempatkan di tengah dan di bagian samping kanan dan kiri bangunan agar mudah dijangkau dari berbagai arah. Pada massa bangunan pasar yang menjual hasil bumi direncanakan terdapat satu lavatory tiap lantainya karena jumlah pedagang yang lebih kecil dibandingkan pada zona komoditas barang hasil produksi. Selain itu fasilitas lavatory juga disediakan di bagian terminal pasar yang diperuntukkan pengelola terminal dan pengguna terminal. Pos jaga ditempatkan di empat tempat yaitu menyebat di tiap sudut sehingga mempermudah dalam hal pengawasan petugas. Ruang MEE seperti ruang pompa, listrik, telepon ditempatkan di pada basement sehingga tidak mengurangi atau menganggu fasad secara keseluruhan. 5. Zona penunjang (bank, ATM dan terminal pasar) Untuk zona penunjang yang ditambahkan pada Pasar Umum Caruban adalah bank dan terminal pasar. Bank direncanakan ditempatkan di bagian depan dekat entrance agar dapat diketahui dan dijangkau dengan mudah oleh pengunjung. Sementara terminal pasar ditambahkan sebagai fasilitas penunjang karena belum tersedianya tempat yang mewadahi bagi angkuta untuk menaikkan, menurunkan dan menunggu penumpang. Keberadaan angkuta yang tidak terwadahi dapat menggangu kelancaran lalu lintas sehingga bisa mengakibatkan kemacetan. Zona terminal direncanakan di bagian belakang site agar meminimalisir tingkat kepadatan di jalur utama yaitu Jalan Panglima Sudirman.
commit to user 134
Penunjang (Terminal)
Servis (P. Roda 2)
Pedagang Zona D
Pedagang Zona C
Servis (P. Roda 2) Zona daging
Bongkar Muat Servis (P. Roda 2) Pedagang Zona B
Servis (P. Roda 2)
Servis (P. Roda 4)
Pengelola
Bongkar Muat
Pedagang Zona A
Penunjang (Bangk,ATM)
Servis (Mushola)
Gambar 37. Hasil Zonifikasi Sumber : Analisa Pribadi
135
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Analisa Sirkulasi · Sistem Sirkulasi Horizontal Untuk menunjang kelancaran sirkulasi perlu adanya sistem sirkulasi yang baik. Konfigurasi jalan secara umum dapat dikelompokkan dalam beberapa pola sirkulasi sebagai berikut. o Pola Linier: Jalan
yang
lurus
dapat
menjadi
unsur
pengorganisasian utama deretan ruang. Jalan dapat berbentuk lengkung atau berbelok arah, memotong jalan lain, bercabang-cabang atao membentuk putaran (loop). o Pola radial Konfigurasi radial memiliki jalan-jalan lurus yang berkembang dari sebuah pusat bersama. Biasanya ruang-ruang terpola dalam bentuk yang menyebar sehingga bentuk radial ini mempunyai jalan yang berkembang dari sebuah titik pusat. o Pola terpusat Suatu jalan tunggal menerus menuju atau mengelilingi titik pusat yang mengorganisasinya.
o Pola Grid Ruang-ruang ditempatkan pada bentuk grid tertentu, yang dihubungkan dengan pola jalan linier yang saling bersilangan yang membentuk bujur sangkar atau kawasan ruang segi empat.
commit to user 136
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
o Pola Clutser Sirkulasi yang menghubungkan ruang-ruang yang dikelompokkan
oleh
letaknya
secara
bersama/berhubungan karena kesamaan visual dan dibentuk berdasarkan persayaratan fungsional. Kriteria yang dipertimbangkan adalah: o Sirkulasi yang memberikan kemudahan dan efisiensi bagi pembeli maupun penjual. o Sirkulasi yang nyaman dan tidak membingungkan Analisa : Sirkulasi yang terjadi di dalam Pasar Umum Caruban meliputi sirkulasi manusia dan sirkulasi barang. Untuk memenuhi kriteria di atas maka pola sirkulasi yang sesuai adalah pola grid. Los akan ditempatkan berjajar dan saling berhadapan kemudian akan dihubungkan dengan jalan linier. Jalan-jalan tersebut akan saling berhubungan sehingga memberi efisiensi dan kemudahan bagi pergerakan manusia maupun barang. Sementara kios akan diposisikan mengelilingi bangunan karena digunakan pula sebagai pembatas antara bagian dalam bangunan dengan bagian luar. · Sistem Sirkulasi Vertikal Sistem sirkulasi vertikal lebih ditujukan untuk transisi antar lantai. Pada bangunan pasar tradisional umumnya sirkulasi vertikal adalah : ◙ Tangga, adalah sebuah konstruksi yang dirancang untuk menghubungi dua tingkat vertikal yang memiliki jarak satu sama lain. Tangga umumnya terdiri dari anak-anak tangga yang memiliki tinggi yang sama. Tangga dapat berbentuk lurus, huruf "L", huruf "U" , memutar atau merupakan dari kombinasinya. Komponen-komponen dari tangga antara lain adalah tinggi injakan(riser), lebar injakan/kedalaman (tread), bordes (landing), nosing, pegangan tangan (handrail) dan bidang pengaman (balustrade)
commit to user 137
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
◙ Ramp, merupakan media sirkulasi berupa bidang miring yang umumnya disediakan untuk sirkulasi barang dan sirkulasi bagi kaum difabel. Kriteria : -
Kemudahan bagi semua pengguna.
-
Kelancaran untuk sirkulasi barang.
Analisa : Untuk sirkulasi manusia pada Pasar Umum Caruban menggunakan tangga yang ditempatkan di posisi yang strategis. Tinggi injakan dibuat tidak terlalu curam yaitu 15 cm sehingga cukup ringan bagi ibu rumah tangga atau yang berusia lanjut. Sementara untuk sirkulasi vertikal barang menggunakan ramp. Lebar ramp berdasarkan kebutuhan sirkulasi kereta dorong bolak-balik. Asumsi lebar kereta dorong 70 cm maka lebar ramp minimal 140 cm jika berpapasan. Selain ramp barang disediakan pula ramp bagi pengguna kursi roda. Lebar kursi roda sesuai standart 80 cm. Ramp ini nantinya ditempatkan di bagian depan masuk pasar agar mudah terlihat. Tangga untuk pengunjung
Ramp untuk kursi roda
Ramp untuk barang
Gambar 38. Hasil Analisa Sistem Sirkulasi Vertikal Sumber : Analisa Pribadi
commit to user 138
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
· Lebar Sirkulasi Kriteria : -
Kelancaran arus manusia
-
Kecenderungan yang terjadi di Pasar Umum Caruban
Analisa : Dari pengamatan yang dilakukan pada Pasar Umum Caruban, ada 2 kecenderungan pola berbelanja pembeli. 1. Pembeli dengan motivasi ingin cepat. : -
Tipe pembeli ini dijumpai di area sayur-sayuran, bumbu makanan dan daging.
-
Pada umumnya adalah ibu rumah tangga yang datang sendiri atau bersama anaknya.
2. Pembeli dengan motivasi ingin santai : -
Tipe pembeli ini dijumpai di area pakaian, sepatu dan tas.
-
Pada umumnya mereka tidak datang sendiri tetapi bersama teman atau keluarga.
-
Kecenderungan untuk memperlambat gerak.
Ukuran dan Dimensi Lebar efektif minimum jaringan sirkulasi pejalan kaki berdasarkan kebutuhan orang adalah 60 centimeter ditambah 15 centimeter untuk bergoyang tanpa membawa barang, sehingga kebutuhan total minimal untuk 2 (dua) orang pejalan kaki berpapasan menjadi 150 centimeter. Jika pembeli pada pasar membawa tas belanja di kiri atau kanan, diasumsikan satu tas belanja sebesar 20 cm maka untuk sirkulasi tiap pembeli menjadi 95 cm. Maka jika berpapasan kebutuhan lebar jalan menjadi 190 cm. Maka untuk lebar sirkulasi penghubung antar kios atau los sebesar 200 cm. Karena jika koridor terlalu lebar, pembeli memiliki kecenderungan terkonsentrasi di salah satu sisi saja. Sementara lebar koridor utama sebagai akses utama dari luar pasar adalah 3 meter. Hal dikarenakan pada koridor ini terjadi penumpukan pembeli yang masuk dan keluar pasar
commit to user 139
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sehingga diperlukan lebar yang cukup agar tidak mengganggu kenyamanan pembeli. Selain itu koridor utama dengan lebar 3 meter sesuai dengan lebar standard yang dikeluarkan Disperindag untuk mewujudkan pasar tradisional yang modern dan berdaya saing. Pada pasar yang direncanakan juga akan disediakan selasar luar yang mengelilingi pasar. Selasar luar ini bertujuan untuk mengoptimalkan strategisnya kios. Lebar selasar luar ini sama dengan lebar koridor utama yaitu 3 meter. 6. Analisa Lansekap Dasar Pertimbangan : - Fungsi dari lansekap untuk memberikan keseimbangan lingkungan berupa taman untuk memberi kesan teduh dan akrab. - Penataan lansekap yang dibatasi oleh site yang terbatas. Analisa : Berdasarkan kondisi klimatologi, temperatur Kabupaten Madiun berkisar 20 - 35 0C. Dengan intensitas hujan rendah berkisar antara 18,50 – 19,48 mm/bulan kondisi lingkungan cenderung kering. Untuk menciptakan suasana yang teduh maka dibutuhkan ruang terbuka hijau sebagai penyegar udara panas di siang hari. Pada Pasar Umum Caruban penataan lansekap ditekankan pada penataan vegetasi di sekitar bangunan pasar. Vegetasi berfungsi sebagai penyedia oksigen, filter terhadap suara, debu, sinar matahari serta sebagai tempat peresapan air hujan. Untuk kebutuhan jenis vegetasi yang dibutuhkan di Pasar Umum Caruban adalah yang bersifat lebar dan menyebar.
Gambar 39. Vegetasi yang bersifat lebar dan menyebar Sumber : Joseph De Chiara, Standart Perancangan Tapak
commit to user 140
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Analisa Permassaan ·
Bentuk Dasar Massa
Dasar Pertimbangan -
Mengoptimalkan pemanfaatan ruang serta kelancaran kegiatan.
-
Bentuk ruang dan sirkulasi dalam bangunan
-
Bentuk tapak
Analisa : Bentuk massa
Fleksibilitas
Efisiensi
Estetika
Karakter
Pengembangan pola tata ruang mudah
Aktivitas bebas, tidak terikat
Bentuk tidak kaku
Formil / netral
Pengembangan pola ada, namun kurang luwes
Aktivitas agak terikat
Bentuk kaku
Semi formil/ dinamis
Pengembangan pola sulit
Aktivitas kurang bebas
Bentuk tidak kaku
Non formil
Tabel 27. Analisa Bentuk Massa Sumber : Analisa Pribadi
Dalam menentukan bentuk dasar massa Pasar Umum Caruban faktor mengoptimalkan ruang merupakan faktor utama. Hal ini bertujuan supaya tiap ruang dapat digunakan sesuai kegiatan yang direncanakan di dalamnya dan tidak menghasilkan ruang negatif yang sulit dimanfatkan. Ruang negatif biasa terjadi karena bentuk ruang yang menyudut sehingga pada sudut ruang tidak bisa digunakan untuk aktivitas pemakainya. Bentuk yang biasa digunakan untuk mendapatkan ruang yang mudah dalam pengolahan dan mampu menampung aktivitas secara optimal adalah bentuk segi empat. Bentuk ruang nantinya akan berpengaruh pada bentuk dasar massa bangunan. Sehingga bentuk dasar bangunan agar memperoleh peruangan yang optimal adalah segi empat. Untuk ruang dalam bangunan pasar didominasi oleh los segi empat yang ditata menurut pola grid. Los-los ini dihubungkan oleh jaringan sirkulasi yang berupa grid pula.
commit to user 141
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sehingga agar bentuk massa bangunan efisien terhadap bentuk ruang dan sirkulasi dalam bangunan maka bentuk dasar bangunan yang sesuai adalah segi empat.
Bentuk ruang kios dan los segi empat
Sirkulasi antar kios/los berpola grid
Gambar 40. Sketsa Bentuk Ruang dan Sirkulasi Sumber : Analisa Pribadi
Sementara untuk pengoptimalan ruang berdasar tapak maka bentuk dasar bangunan menyesuaikan dengan bentuk tapak yang ada. Dari pengindraan dari atas bentuk yang dominan pada tapak adalah segi empat. Sehingga bentuk dasar massa bangunan mengikuti bentuk tapak yaitu segi empat. Bentuk segi empat lebih dominan pada tapak
Gambar 41. Sketsa Bentuk Tapak Sumber : Analisa Pribadi
Gambar 42. Sketsa Hasil Analisa Bentuk Dasar Massa Sumber : Analisa Pribadi
commit to user 142
perpustakaan.uns.ac.id
·
digilib.uns.ac.id
Komposisi Massa pada Site
Pada perancangan Pasar Umum Caruban direncanakan akan ditambahkan fasilitas pendukung untuk menunjang kegiatan perpasaran. Beberapa fasilitas penunjang tersebut adalah bank, terminal dan mushola. Untuk dapat menjalankan fungsinya masing-masing secara maksimal maka fasilitas penunjang tersebut akan dipisah dengan bangunan utama yaitu pasar. Penataan massa pada site berangkat dari penempatan pasar sebagai bangunan utama kemudian dikelilingi oleh fasilitas-fasilitas penunjang. ·
Ekspresi Massa
Sesuai dengan konsep lokalitas maka tampilan bangunan akan bergaya tradisional seperti pada bangunan sekitar pasar pada umumnya. Bentuk-bentuk atap tradisional seperti joglo, limasan, pelana merupakan bentuk yang menarik yang dapat memperkuat kesan lokal bangunan. Penggunaan material alami seperti kayu jati sebagai konstrusi atap, atap bermotif sirap sebagai penutup atap juga diterapkan untuk menguatkan kesan tradisional. Selain itu kejujuran material bangunan akan ditampilkan dengan mengekspos material tersebut. B.3. Analisa Lokalitas Dasar Pertimbangan : · Langgam arsitektur di sekitar Pasar Umum Caruban · Material lokal yang dapat digunakan · Kenyamanan dalam ruang Analisa : Dari hasil pengamatan terhadap beberapa bangunan yang ada di Kabupaten Madiun pada umumnya dan Kota Caruban pada khususnya, gaya bangunan terpengaruh oleh arsitektur keratonan. Hal ini berkaitan dengan sejarah Madiun yang pernah dikuasai oleh Mataram (Jogjakarta). Nama Madiun awalnya bernama Purabaya. Nama Madiun sendiri merupakan nama yang diberikan oleh Sutawidjaja ketika berhasil merebut wilayah ini dari Raden Ayu Retno Djumilah sebagai bupati Purabaya saat itu. Di bawah kekuasaan
commit to user 143
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mataram, bentuk arsitektur di Madiun mengikuti arsitektur Keraton Jogjakarta hingga sekarang. Berikut bangunan yang dijadikan objek pengamatan :
Gambar 43. Joglo Pendopo Kabupaten Madiun. Merupakan tempat tinggal bupati di kompleks pusat pemerintahan Kabupaten Madiun Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 44. Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Trasmigrasi Kabupaten Madiun, Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 45. Kantor DPRD Kabupaten Madiun Sumber : Dokumen Pribadi
commit to user
144
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 46. RSUD kota Cruban Sumber : Dokumen Pribadi
Pada bangunan Pasar Umum Caruban pengaplikasian bentuk arsitektur tradisional diterapkan pada bentuk atapnya. Karena bentuk arsitektur Jawa memiliki ciri khusus pada bentuk atap yang khas seperti (joglo, limasan, tajug, panggang pe dsb). Namun karena tuntutan pencahayaan dan penghawaan alami maka bentuk atap akan diolah agar udara dan cahaya matahari bisa maksimal dimanfaatkan. Seperti pada teori mengenai lokalitas bahwa lokalitas merupakan bagian dari peradaban manusia. Lokalitas adalah sesuatu yang mampu beradaptasi dengan perkembangan jaman. Sehingga untuk desain Pasar Umum Caruban yang direncanakan tidak terpaku pada aturan-aturan mengenai bentuk seperti pada arsitektur tradisional. Karena pada arsitektur lokalitas yang lebih ditekankan adalah spirit kesetempatan maka untuk bentuk maupun tampilan Pasar Umum Caruban bersifat luwes namun tetap membawa nilai-nilai arsitektur tradisional. Untuk material yang akan digunakan adalah material yang dapat diperoleh di wilayah Kabupaten Madiun. Salah satunya adalah kayu jati yang banyak terdapat di Kecamatan Kare, Saradan dan Gemarang. Produksi kayu jati Kabupaten Madiun mencapai 12.538,4 m3 per tahun. Selain kayu jati, penggunaan batu bata sebagai material bangunan juga dilakukan karena banyak industri batu bata di Caruban. Batu bata nantinya akan diekspos untuk menunjukkan keunggulan produksi batu bata Caruban.
commit to user 145
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk menambah kelokalan pada Pasar Umum Caruban tidak hanya pada fisik bangunan saja. Selain kelokalan bentuk dan kelokalan material, kelokalan suasana juga diterapkan pada Pasar Umum Caruban. Kelokalan suasana yang ingin diciptakan adalah suasana terbuka seperti yang terjadi pada awal kemunculan pasar tradisional. Suasana ini tidak tercipta pada Pasar Umum Caruban karena bentuk los yang tertutup menyerupai kios sehingga terkesan tersekat-sekat dan menghalangi pandangan serta komunikasi pembeli dan penjual. Untuk itu los akan diganti dengan los terbuka sehingga memberi keleluasaan bagi pembeli untuk melihat barang dagangan. Namun karena pertimbangan keamanan maka los terbuka hanya untuk los hasil bumi (sayuran dan daging) sementara untuk los pakaian dan sejenisnya menggunakan los tertutup.
Bentuk atap pelana yang memiliki ciri khusus atap Jawa. Penggunaan material kayu dan batu bata yang diekspos
Los terbuka untuk los sayur dan daging
Gambar 47. Hasil Analisa Lokalitas Sumber : Analisa Pribadi
commit to user 146
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B.4. Analisis Pendekatan Struktur Bangunan Dasar pertimbangan : a. Kekuatan sistem struktur harus mampu menahan pembebanan dan gaya – gaya yang bekerja pada bangunan dan kondisi fisik tapak. b. Sistem struktur harus fleksibel untuk memenuhi tuntutan bangunan, bentuk dan gubahan massa. c. Sistem struktur mampu ditonjolkan sebagai elemen visual penguat citra bangunan. d. Kemudahan pemasangan dan perawatan struktur itu sendiri. Analisa : Konsep Struktur pada bangunan, pada hakekatnya mirip dengan struktur tubuh manusia, yang terbagi atas 3 bagian, yaitu : kepala, badan dan kaki.
Gambar 48. Anatomi Struktur Sumber: Analisa Pribadi
1. Sub Structure (Struktur Pondasi) Dasar pertimbangan : ·
Sistem struktur yang dipakai dalam kaitannnya dengan penyaluran beban
·
Kondisi tapak bangunan, meliputi dukungan tanah, kedalaman tanah keras, kedalaman muka, air tanah dan sebagainya
·
Ekonomis dan efisien, dari segi biaya maupun waktu pelaksanaan
·
Kemudahan dalam pelaksanaan
Analisa :
commit to user 147
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bangunan Pasar Umum Caruban direncanakan dua lantai sehingga diperlukan pondasi yang tepat untuk struktur dan dinding. Jenis tanah di Kabupaten Madiun didominasi jenis tanah alluvial yang bertekstur liat. Dari jenis-jenis pondasi yang ada maka dipilih pondasi sumuran sebagai pondasi struktur dan pondasi batu kali sebagai pondasi menerus. Pondasi sumuran biasa digunakan untuk bangunan lebih dari satu lantai (1-4) pada kondisi lahan khusus. Jenis tanah alluvial memiliki tingkat permeabilitas rendah yang mempunyai kecenderungan kembang susut tinggi sehingga ada kemungkinan terjadi settlement (penurunan). Apalagi pasar ini nantinya akan menanggung beban hidup yang besar yang berasal dari beban manusia dan beban barang. Sementara pondasi menerus menggunakan pondasi batu kali untuk menyalurkan beban dinding bangunan.
Gambar 49. Pondasi Sumuran Sumber: Analisis Pribadi
Gambar 50. Pondasi Batu Kali Sumber: Analisis Pribadi
2. Upper Structure (Struktur Rangka Bangunan) Dasar pertimbangan : ·
Mampu menyalurkan beban dari atap dan tanggap jika terjadi gempa
·
Mempunyai fleksibilitas dan memungkinkan untuk bukaan-bukaan.
Analisa : Bangunan Pasar Umum Caruban direncanakan menggunakan sistem struktur rangka sebagai struktur pendukungnya, karena kemudahan struktur dan karakteristik pasar yang menekankan pada fungsi-fungsi ruang di dalamya. Dengan struktur rangka, dinding tidak sebagai struktur sehingga memungkinkan untuk bukaan-bukaan sebagai ventilasi udara.
commit to user 148
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user 149
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Jaminan kelancaran air ketika dibutuhkan Analisa : Kebutuhan air bersih untuk Pasar Umum Caruban diperloeh dari pembuatan sumur artesis (deep whell) dan dari PDAM. Sumber air yang berasal dari sumur artesis digunakan sebagai penyedia utama air bersih di pasar untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan. Sementara air dari PDAM dimanfaatkan sebagai antisipasi ketika kemarau atau kualitas air dari sumur artesis berkurang. PDAM Kabupaten Madiun telah mempunyai daerah pelayanan yang tersebar di 13 kecamatan termasuk di Kota Caruban. Berdasar buku utilitas bangunan Ir Hartono Purbo, M.Arch : · Standart kebutuhan air bersih dalam sebuah pertokoan/pasar 0,5 m3/ hari/100m2 · Kebutuhan perlengkapan saniter closet 8 liter/jam · Kebutuhan perlengkapan urinoir 30 liter/ jam · Pengamanan kebakaran 20 m3 · Tangki minimum 10 m3 Sistem distribusi air bersih ada dua macam : § Up Feed Distribution, yaitu : Air dari bak penampung sementara (reservoir) bawah langsung dipompa ke atas dan disalurkan pada konsumen, dalam sistem ini pompa harus bekerja secara terus menerus. § Down Feed Distribution, yaitu : Air dari reservoir bawah dinaikkan ke reservoir atas (upper water tank) dengan pompa, kemudian secara hukum gravitasi melalui pipa-pipa di distribusikan ke bagian/ruang-ruang yang membutuhkan. Dari kedua alternatif tersebut pendistribusian air menggunakan Sistem Down Feed karena lebih hemat energi dan mengurangi kerja pompa air karena bekerja secara periodik.
commit to user 150
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Skema Jaringan Air Bersih
Sumur/deep well
PAM
P
Upper Water Tank Ground Water Tank
M
Distribusi P
Distribusi
P : Pompa M : Meteran
Distribusi
Skema 7. Jaringan air bersih “Sistem Down Feed” Sumber : Analisis Pribadi
2. Jaringan air kotor Dasar pertimbangan : - Kondisi tapak dan jaringan riol kota - Sistem pembuangan yang tidak mencemari lingkungan dan kemudahan perawatan. Analisa : Pembuangan air kotor disalurkan melalui saluran tertutup yang mudah perawatannya dan terhindar dari kemungkinan mampet. Dengan saluran tertutup bau tidak sedap dari air kotor tidak mengganggu lingkungan sekitar. Sedangkan untuk mempermudah perawatan, pada saluran tertutup ditambahkan bak kontrol.
Kios/los
Penangkap lemak
Water Treatment
Bak Kontrol
Riool Kota
Kotoran cair KM / WC Kotoran padat
Septic Tank
Resapan
Skema 8. Jaringan air kotor Sumber : Analisis Pribadi
commit to user
151
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Air Hujan Air hujan dari atap akan dialirkan melalui saluran pipa air ke bak kontrol kemudian dialirkan ke riol kota. Perkerasan pada lahan diusahakan seminim mungkin, agar air hujan dapat meresap dengan cepat ke dalam tanah. Pembuatan taman akan sangat membantu penyerapan air hujan yang jatuh pada lahan.
Air hujan
Bak kontrol
Riol kota
Skema 9. Jaringan Air Hujan Sumber : Analisis Pribadi
4. Sampah Dasar pertimbangan : - Kemudahan pengolahan sampah. - Mampu menampung kapsitas sampah dalam jumlah besar Analisa : Sampah pada Pasar Umum Caruban berasal dari sampah organik dan non organik selama kegiatan perpasaran berlangsung. Untuk menjaga kebersihan pasar maka disediakan tempat sampah yang di tempatkan pada tempat yang strategis. Tempat sampah disedikan dua jenis yaitu untuk sampah organik dan sampah non organik. Pembagian sampah tersebut untuk mempermudah pada penguraian sampah di tahap berikutnya. Sampah tersebut secara periodik akan diambil oleh petugas kebersihan pasar kemudian dipindahkan ke tempat pembuangan sampah sementara. Kemudian dari TPS sampah tersebut akan dipindahkan oleh petugas DKP Kabupaten Madiun ke TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) yang berada di Desa Kaliabu Kecamatan Mejayan.
Sampah
Tempat sampah
TPS
TPA
Skema 10. Sistem pembuangan sampah Sumber : Analisa Pribadi
commit to user 152
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Instalasi Listrik Dasar pertimbangan : - Sumber tenaga listrik dekat dan mencukupi - Sistem yang digunakan mudah dalam pelaksanaan dan perawatan Analisa : Fungsi instalasi listrik di Pasar Umum Caruban: - Untuk sumber penerangan dan sumber listrik peralatan elektronik pada saat diperlukan. - Untuk sumber tenaga alat-alat service atau alat pendukung lainnya, seperti alat pompa air, generator, dan lain-lain. Sistem jaringan : - Sumber listrik utama berasal dari jaringan PLN, dan sebagai cadangan menggunakan generator (Genset) -
Arus listrik dari PLN dialirkan ke R. Panel induk/gardu listrik, kemudian didistribusikan ke bagian atau ruang-ruang yang membutuhkan.
-
Genset sebagai sumber listrik cadangan secara otomatis bekerja jika PLN padam.
Sumber listrik didapatkan dari PLN dan genset dengan skema sebagai berikut : PLN
Traf
M
MDP
Auto Switch
M MDP SDP S
: Meteran : Main Distribution Panel : Sub Distribution Panel : Sakelar
Genset SDP Umum
S
Distribusi
Distribusi
Distribusi
Skema 11. Jaringan Instalasi Listrik Sumber : Analisa Pribadi commit to user
153
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Jaringan Telekomunikasi Dasar pertimbangan :
- Sistem telekomunikasi yang efektif - Kuantitas pengguna Analisa : Untuk memenuhi kebutuhan telekomunikasi disediakan jaringan dari PT. Telkom untuk seluruh pihak yang membutuhkan komunikasi dengan pihak luar.
Jaringan TELKOM
PABX
P
Distribusi
P
Distribusi
P
Distribusi
Skema 12. Sistem Jaringan Komunikasi Sumber : Analisis Pribadi
7. Fire Protection (Pemadam Kebakaran) Dasar pertimbangan : - Kemudahan penerapan dan kesesuaian dengan fungsi bangunan sebagai bangunan publik. - Pencegahan kebakaran yang mungkin terjadi. Analisa : Kemungkinan penyebab kebakaran antara lain : -
kelalaian pelaku kegiatan
-
konsleting listrik
-
terbakarnya bahan bakar pada R. service
-
kebakaran pada kompor
commit to user 154
perpustakaan.uns.ac.id
-
digilib.uns.ac.id
terkena sambaran petir Pada Pasar Umum Caruban yang berkarakteristik tradisional digunakan penanganan bahaya kebakaran dengan penyediaan tabung-tabung pemadam dan hydrant pada titik-titik tertentu. Penempatan tabung-tabung pemadam diprioritaskan pada ruangruang dalam. Sedangkan, untuk hydrant ditempatkan pada titik-titik tertentu di sekeliling luar bangunan, juga beberapa titik di taman dalam.
8. Penangkal Petir Dasar pertimbangan : - Efektifitas sistem terhadap sambaran petir - Tidak menggangu estetika bangunan Analisa : §
Sambaran petir merupakan salah ancaman pada bangunan karena merupakan penyebab kebakaran. Untuk mencegah hal itu maka diperlukan perangkat untuk mengalirkan petir apabila bangunan tersambar petir. Sistem penangkal petir yang digunakan pada Pasar Umum Caruban adalah dengan sistem konvensional yang ditempatkan pada titik tertentu penghantar-penghantar di atas atap yang berfungsi sebagai penangkap petir baik berupa elektroda logam yang dipasang tegak,serta penghantar yang dipasang mendatar yaitu berupa kawat tembaga (BC) dengan diameter 50 mm2, sehingga sambaran petir dapat disalurkan melalui pertanahan.
commit to user 155
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV Penataan Kembali Pasar Umum Caruban Yang Direncanakan
A. Maksud, Tujuan, dan Sasaran A.1. Maksud Adapun maksud Perencanaan Penataan Kembali Pasar Umum Caruban adalah sebagai berikut : a. Mengembalikan Peranan Pasar Umum Caruban sebagai Pusat Perekonomian Rakyat Caruban dan Sekitarnya Setelah terjadinya kebakaran pada tahun 2006, kondisi Pasar Umum Caruban tidak segera direnovasi oleh pemerintah. Kondisi pasar yang bersifat darurat dari tahun ke tahun menjadikan keadaan semakin memprihatinkan. Faktor kenyamanan, keamanan, kebersihan menjadi kurang diperhatikan. Hal ini mengakibatkan sejumlah pembeli enggan untuk berbelanja ke Pasar Umum Caruban. Apalagi di Kota Caruban saat ini sudah semakin menjamur keberadaan swalayan dan toko-toko yang menyediakan kebutuhan sehari-hari. Jika kondisi ini tidak segera diperbaiki Pasar Umum Caruban yang telah ada berpuluh-puluh tahun yang lalu akan semakin menurun kegiatan jual belinya. Hal ini akan mengakibatkan kerugian bagi para pedagang secara langsung padahal di lain pihak mereka harus tetap membayar retribusi ke pengelola pasar. Tak hanya pedagang yang akan merasakan kerugian, banyak pihak yang akan ikut merugi seperti penyuplai barang, tukang becak, sopir andong dan sebagainya. Pedagang kecil yang saat ini tengah berjuang dengan keadaan sulit tentunya akan mencari solusi untuk menyelesaikan persoalan mereka jika tidak segera ditangani. Hal yang dikhawatirkan apabila mereka akan beralih dari pedagang pasar menjadi PKL. Padahal keberadaan PKL dapat mengganggu tata
commit to user 94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kota jika tidak dikelola dengan baik. Karena menyangkut hidup orang banyak terutama rakyat kecil maka perlunya dilakukan perancangan baru Pasar Umum Caruban agar tetap eksis dan bertahan di era modern seperti saat ini. b. Sebagai Fasilitas Perdagangan Berskala Kabupaten Berkaitan dengan keluarnya PP No. 52 Tahun 2010 mengenai pemindahan ibukota Kabupaten Madiun ke wilayah Kecamatan Mejayan, status Kecamatan Mejayan ditingkatkan menjadi Perkotaan Mejayan. Dari RTRW Kabupaten Madiun kawasan Perkotaan Mejayan disiapkan menjadi kawasan yang berperan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan disekitarnya. Arahan pengelolaan perkotaan Mejayan adalah menyediakan sarana dan prasarana atau infrastruktur yang dibutuhkan untuk pengembangan kawasan perkotaan skala kabupaten. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi maka dibutuhkan fasilitas perdagangan yang memadai. Salah satu fasilitas perdagangan yang sangat dibutuhkan adalah pasar. Pada tahun berikutnya sampai tahun 2029 untuk Kabupaten Madiun dibutuhkan setidaknya dua pasar dengan skala kabupaten. Artinya bahwa untuk pasar skala kabupaten tidak perlu penambahan karena di Mejayan dan Dolopo sudah ada. Yang perlu dilakukan adalah pembangunan pasar di Mejayan sehingga lebih representative dan menjadi pasar skala kabupaten. c. Sebagai Landmark Bagi Kabupaten Madiun Sebagai sebuah kawasan yang dipersiapkan sebagai ibu kota Kabupaten Madiun, Kota Caruban diprediksi akan mengalami perkembangan pesat pada setiap sektor. Perkembangan di setiap sektor tersebut menuntut penyediaan fasilitas umum perkotaan yang memadai, efisien, nyaman dan aman. Untuk itu pembangunan infrastruktur seperti kantor pemerintahan, pusat perdagangan, sarana pendidikan, area pemukiman dan sebagainya perlu segera direalisasikan.
commit to user 95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada tahap ini pembangunan di Kota Caruban dapat dikatakan sebagai langkah awal membentuk karakter atau citra kota. Untuk itu Kota Caruban membutuhkan suatu objek bangunan atau kawasan yang bisa dijadikan sebagai landmark kota, yaitu bangunan atau kawasan yang menjadi titik pusat orientasi yang keberadaannya dapat menandakan ciri, citra, atau image suatu wilayah. A.2. Tujuan Adapun tujuan Perencanaan Penataan Kembali Pasar Umum Caruban adalah sebagai berikut : a. Bagi Pedagang Pasar Umum Caruban · Menambah
jumlah
konsumen/pembeli
yang
datang
sehingga
dapat
meningkatkan pendapatan bagi pedagang. · Menyediakan tempat berjualan yang aman dan nyaman bagi semua pedagang di Pasar Umum Caruban saat ini. b. Bagi Pembeli Pasar Umum Caruban · Menyediakan tempat untuk
pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang
memberikan kenyamanan. · Bagi masyarakat menengah ke bawah dapat mendapatkan barang dibutuhkan sesuai kemampuan karena berlakunya proses tawar menawar. c. Bagi Pemerintah · Membantu pemerintah dalam meningkatkan pendapatan bagi rakyat kecil (pedagang pasar, petani penyuplai barang dagangan, tukang becak dan sebagainya) · Membantu pemerintah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. d. Bagi Masyarakat Umum · Menciptakan peluang kerja baru. · Meningkatkan pertumbuhan ekonomi di area sekitar pasar.
commit to user 96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A.3. Sasaran Adapun sasaran pada Perencanaan Perancangan Pasar Umum Caruban adalah sebagai berikut : a. Sektor Perdagangan Melalui Perencanaan Perancangan Pasar Umum Caruban ini akan meningkatkan kegiatan jual beli dalam pasar sehingga dapat berperan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan daerah dari sektor perdagangan. b. Sektor-sektor lainnya Melalui Perencanaan Perancangan Pasar Umum Caruban yang berada di pusat ibukota kabupaten diharapkan dapat mendukung dan menjadikan Pasar Umum Caruban sebagai landmark Kabupaten Madiun. B. Kegiatan Yang Akan Diwadahi Pasar Umum Caruban yang akan dihasilkan akan berfungsi sebagai pusat perbelanjaan dengan konsep tradisional. Pasar ini akan berperan layaknya fungsi hakiki pasar yaitu sebagai tempat dimana orang yang membutuhkan barang dapat memperoleh apa yang dibutuhkannya dan orang yang memiliki kelebihan produksi dapat menjual sisa hasil produksinya. Pasar yang dihasilkan akan melayani kebutuhan sehari-hari masyarakat sekitar pasar dan lebih luas lagi masyarakat se-Kabupaten Madiun. Berikut kelompok kegiatan yang akan diwadahi dalam Pasar Umum Caruban: a.
Kegaiatan Jual Beli · Kegiatan display barang dagangan · Kegiatan penjualan antara pedagang dan pembeli · Bongkar muat barang dan menyimpan barang dagangan
b.
Kegiatan Pengelola · Kegiatan administrasi · Pelayanan info dan menerima tamu
commit to user 97
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
· Kegiatan direksi · Kegiatan operasional · Kaegiatan rapat · Kegiatan pengaturan, pengelolaan, dan pengendalian c.
Kegiatan Servis · Parkir kendaraan · Membersihkan area pasar · Sholat dan kegiatan metabolisme · Kegiatan penjagaan keamanan
d.
Kegiatan Penunjang ·
Kegiatan mengambil dan menyimpan uang.
·
Permodalan dan perkreditan bagi pedagang.
C. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan terbagi atas beberapa unsur pembentuk kegiatan yang direncanakan pada Pasar Umum Caruban, antara lain : a.
Kegiatan Jual Beli Waktu operasional kegiatan jual beli yang akan dilakukan di Pasar Umum
Caruban yang direncanakan sama dengan waktu operasional sebelumnya yaitu mulai pukul 08.00 sampai pukul 22.00 WIB. Pasar mulai beraktivitas pada pukul 08.00 karena sesuai dengan peraturan yaitu adanya Pasar Sayur Caruban yang melayani penjualan hasil bumi sampai batas waktu jam 08.00. Di Kota Caruban untuk penjualan hasil bumi terfokus di Pasar Sayur baru kemudian ke pasar yang lain. Jika Pasar Umum Caruban dimulai lebih awal dikhawatirkan akan mengambil sejumlah pembeli yang sebelumnya berbelanja ke Pasar Sayur Caruban. Untuk kegiatan bongkar muat dan display barang sudah dapat dilakukan ketika pasar belum dibuka sehingga lebih efisien waktu dan tidak menggangu sirkulasi pengunjung. Akan tetapi pada waktu-
commit to user 98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
waktu tertentu jadwal kegiatan ini dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. b. Kegiatan Pengelola Kegiatan pengelola menyesuaikan kebutuhan dan kegiatan yang berlangsung dalam Pasar Umum Caruban. Namun, untuk kegiatan administrasi hanya sampai pada jam tertentu sesuai dengan jam kerja pada umumnya. Berikut ini merupakan jadwal kerja pengelola secara resmi : Senin-Kamis
= 07.00 – 14.00 WIB
Jumat
= 07.00 – 11.00 WIB
Sabtu
= 07.00 – 13.00 WIB Akan tetapi pada waktu-waktu tertentu, jadwal kegiatan ini dapat berubah
sesuai dengan situasi dan kondisi yag ada. c. Kegiatan Servis Kegiatan jservis juga menyesuaikan kegiatan yang berlangsung pada Pasar Umum Caruban. Untuk kegiatan parkir, sholat dan kegiatan metabolisme sesuai dengan jam operasional pasar. Sementara kegiatan bersih-bersih dilakukan ketika jam operasional telah selesai agar tidak mengganggu sirkulasi pengunjung pasar. Untuk kegiatan keamanan dilakukan 24 jam yang dilakukan oleh satpam pasar secara bergilir. d.
Kegiatan Penunjang Salah satu kegiatan penunjang disini adalah kegiatan menyimpan, transfer
dan mengambil uang. Untuk melayani kegiatan tersebut maka dibutuhkan bank cabang yang khusus disediakan di area pasar. Bank ini berfungsi untuk melayani kegiatan tersebut pada hari kerja seperti pada bank umumnya. Pada bank ini disediakan pula mesin ATM yang melayani pengambilan uang tunai yang disediakan ketika bank sudah tutup atau libur.
commit to user 99
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Skala Pelayanan Skala pelayanan Pasar Umum Caruban yang direncanakan ini bersifat regional yaitu untuk memenuhi kebutuhan masayarakat sekitar pasar dan seluruh masyarakat Kabupaten Madiun. Namun tidak menutup kemungkinan akan adanya pembeli yang berasal dari luar kota karena posisi pasar berada di jalur perlintasan antar propinsi. E.
Potensi dan Kelemahan Lokasi Pasar Umum Caruban di Desa Pandean, Kecamatan Mejayan (Analisa SWOT) Analisa SWOT adalah salah satu metode analisa bagi perumusan program yang memberikan arahan yang sistematis dan terstruktur tentang bagaimana langkahlangkah yang harus dilalui untuk mencapai tujuan melaui aspek-aspek internal (kekuatan/potensi
dan
kelemahan/hambatan)
serta
aspek-aspek
eksternal
(peluang/kesempatan dan ancaman). Dalam menganalisis faktor kelayakan Pasar Umum Caruban di Desa Pandean, Kecamatan Mejayan dapat ditinjau dari faktor internal dan eksternal. Analisis kelayakan dari faktor internal dapat dilihat dari kekuatan (strengths) yaitu letak yang stategis, ketersediaan akses jalan dan transportasinya, dekat dengan pemukiman, ketersediaan jaringan drainase. Dari kelemahan (weakness) yaitu lahan terbatas dan mahal karena lokasi pasar berada di pusat kota, lalu lintas belum tertata, kondisi pasar kurang terpelihara (bocor ketika hujan, selokan tersumbat), fasilitas pendukung kurang memadai (tempat parkir tidak mencukupi, MCK kurang bersih). Sementara dari faktor eksternal dapat dilihat dari peluang (opportunity) yaitu rencana pengembangan perkotaan Mejayan, tuntutan pemerintah daerah memiliki pasar skala regional yang representatif di lokasi yang strategis, menjadi landmark kota karena berada di pusat kota. Dari ancaman (threat) yaitu meningkatnya arus lalu lintas, kondisi lingkungan menjadi kurang tertata dan terkesan kotor, konflik dengan warga mengenai pembebasan lahan.
commit to user 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel Penilaian Kelayakan Pasar Umum Caruban Dengan Analisa SWOT Peluang/Opportunity (O)
Ancaman/Threats (T)
- rencana pengembangan perkotaan Mejayan - tuntutan pemerintah daerah memiliki pasar skala regional yang representatif di lokasi yang strategis - menjadi landmark kota karena berada di pusat kota
- meningkatnya arus lalu lintas - kondisi lingkungan menjadi kurang tertata dan terkesan kotor - konflik dengan warga mengenai pembebasan lahan
Kekuatan/Strengths (S)
Aternatif Strategi SO
Aternatif Strategi ST
- letak yang stategis - ketersediaan akses jalan dan transportasinya - dekat dengan pemukiman - ketersediaan jaringan drainase
- pembenahan manajemen pasar dan fisik bangunan pasar - penataan lingkungan pemukiman - penataan transportasi kota - penguatan karakter dan identitas kawasan
- penataan dan pengendalian transportasi - pengaturan tata guna lahan - peraturan mengenai pengelolaan sampah - pemberian ganti rugi sesuai ketentuan dan jaminan relokasi ke tempat yang layak
Kelemahan/Weakness
Aternatif Strategi WO
Aternatif Strategi WT
- lahan terbatas dan mahal karena lokasi pasar berada di pusat kota - lalu lintas belum tertata - kondisi pasar kurang terpelihara - fasilitas pendukung kurang memadai
- pengaturan kembali tata guna lahan dan kegiatan yang diijinkan - penataan dan pengendalian transportasi
- pengaturan dan optimalisasi lahan - edukasi untuk menciptakan pasar yang bersih, indah dan higienis
- meningkatkan profesionalitas manajemen pasar - perencanaan arsitektur pasar yang menarik dan menonjol
- peningkatan mutu dan pembenahan sarana fisik pasar - pengaturan dan pengelolaan sampah lingkungan
EKSTERNAL
INTERNAL
Tabel 16. Penilaian Kelayakan Pasar Umum Caruban Dengan Analisa SWOT Sumber : Analisa Pribadi
commit to user
101
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari hasil analisis SWOT kelayakan Pasar Umum Caruban, menunjukkan bahwa lokasi Pasar Caruban di Desa Pandean, Kecamatan Mejayan layak sebagai lokasi pasar dengan pertimbangan : 1. Sesuai dengan RUTRK Kabupaten Madiun 2. Berada pada lokasi yang strategis dekat pemukiman penduduk, sesuai dengan program Pemerintah Kabupaten Madiun untuk mendirikan pasar skala kabupaten pada lokasi yang strategis. 3. Telah ada embrio pasar (aktivitas jual beli) 4. Ketersediaan pasokan listrik yang memadai serta sarana jalan dan sarana transportasi yang mudah dilalui 5. Jika luasan tidak memadai dapat melakukan perluasan karena lokasi perluasan pasar merupakan lahan matang, siap bangun dan tidak memerlukan pengurugan tanah. Namun demikian untuk lokasi di Desa Pandean, Kecamatan Mejayan saat ini perlu pembenahan atau penanganan sebagai berikut : -
Pembebasan lahan di belakang pasar dan perancangan pasar dua lantai untuk mencukupi kebutuhan luasan pasar.
-
Menata aksesibilitas jalan dan transportasi jalan menuju lokasi pasar agar tidak menimbulkan macet.
-
Mengembangkan utilitas dan infrastruktur pasar, seperti saluran drainase, jaringan listrik, jaringan perpipaan, instalasi pemadam kebakaran, dan lain sebagainya.
-
Penataan fasilitas-fasilitas pasar, seperti kantor pengelola, toilet, area parkir, mushola, pos keamanan, tempat pembuangan sampah sementara, dan lain sebagainya.
commit to user 102
perpustakaan.uns.ac.id
F.
digilib.uns.ac.id
Skenario Perencanaan Sesuai dengan RTRW Perencanaan Perancangan Pasar Umum Caruban diproyeksikan sebagai pasar berskala Kabupaten sampai pada tahun 2029. Sehingga langkah yang pertama adalah merencanakan pasar yang dapat menampung pedagang saat ini dan pedagang yang bertambah pada tahun-tahun berikutnya. Peningkatan jumlah pedagang ini diperkirakan berdasarkan persentase pertumbuhan ekonomi di bidang perdagangan Kabupaten Madiun. Kemunculan pasar modern sedikit atau banyak telah berpengaruh terhadap menurunnya pembeli pasar tradisional. Keunggulan pasar modern yang bersih, sejuk berbanding terbalik dengan kondisi pada pasar tradisional pada umumnya. Pasar tradisional sudah identik dengan kondisi yang kotor, bau, pengab, panas dan sebagainya sehingga memberikan ketidaknyamanan bagi pembeli. Untuk itulah Pasar Umum Caruban Baru yang direncanakan akan menghilangkan kesan tersebut dengan pengelolaan kebersihan pasar secara teratur, mewujudkan kenyamanan dengan perencanaan perancangan termal. Selain itu untuk menciptakan kemudahan bagi pengunjung dalam kegiatan berbelanja dilakukan pembagian zona-zona pedagang pasar yang disesuaikan dengan komoditas dagangan. Untuk tampilan Pasar Umum Caruban sendiri akan bergaya arsitektur lokal. Hal ini bertujuan untuk menjadi identitas bagi pasar ini sehingga dapat dijadikan landmark berwawasan identitas. Karena saat ini muncul kecenderungan pasar tradisional sudah mengiblat pola pikir barat sehingga menghasilkan bentuk kotak dan kurang merepresentasikan kearifan arsitektur lokal. Dari eksplorasi terhadap bentuk dan material lokal diharapkan dapat selaras dengan lingkungan.
Penggunaan
material lokal sendiri adalah material yang dapat diperoleh dari sekitar site seperti batu bata, kayu jati, bambu. Untuk mendukung keberadaan Pasar Umum Caruban Baru sebagai pasar berskala kabupaten maka dibutuhkan fasilitas-fasilitas penunjang. Beberapa fasilitas penunjang yang diperlukan adalah area parkir yang memadai, bank, musholla, toilet dan pengolahan sampah sementara yang memadai. Selain itu perlu disediakan pula
commit to user 103
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terminal untuk ngetem angkuta agar terkesan tertata dan tidak mengganggu arus transportasi di Jalan Sudirman. Dengan penambahan jumlah kios maupun los dan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya maka diperlukan site dengan luas yang lebih luas dari site sekarang. Pada Pasar Umum Caruban saat ini luas site sekitar 8000 m2. Dengan luasan tersebut Pasar Umum Caruban tidak mampu menampung seluruh pedagang. Terlebih untuk area parkir, para pembeli dapat memarkir kendaraan mereka di sekitar pasar atau di dalam karena lahan parkir yang disediakan sangat sempit. Oleh karena itu untuk dapat menampung seluruh kegiatan yang direncanakan, site akan diperluas dan bangunan pasar akan dijadikan dua lantai.
commit to user 104