perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
SEKOLAH ALAM DI SANGKRAH SEBAGAI ALTERNATIF PENDIDIKAN USIA DINI BAGI MASYARAKAT KURANG MAMPU
TUGAS AKHIR
DiajukanSebagaiSyaratUntukMencapai GelarSarjanaTeknikArsitektur UniversitasSebelasMaret
Disusun Oleh :
FEBRIONE PUTRI R. NIM. I0208047
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim..
Semoga dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membaca.
Terima kasih.
Surakarta, Juli 2012
Febrione Putri R.
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Allah SWT Ar-Rahman. Ar-Rahim. Pemilik segala kehidupan. Maha Mengetahui. Maha Penentu. Maha Esa. Terima kasih untuk menjadikan diri ini sebagaimana sekarang. Untuk segala cukup yang telah diberikan. Untuk orang-orang hebat yang telah Engkau tuntun diri ini menuju mereka. Karena tanpa mereka yang Engkau adakan, tulisan ini tidak akan ada.
“Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku” (QS. Maryam: 47)
“Bersama kesulitan ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah: 6)
“Maka nikmat Tuhan manakah yang akan kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahman: 13) commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Alhamdulillahirabbilalamin.. Terima kasih.. Terima kasih.. Terima kasih..
Ibu, Ibu, Ibu, Bapak, Arga, Ata Seluruh keluarga besar M. Shodiq dan M. Ridhwan
Keluarga besar Arsitektur UNS Pembimbing Akademik, bapak Ir. M. Asrori, MT. Pembimbing T.A, Bapak Ir. Sumaryoto, MT dan Bapak Kahar Sunoko, ST, MT Seluruh jajaran dosen dan staff pengajaran di Jurusan Arsitektur UNS
Tim Hore Arsitektur 2008 Emi Rachmawati, Putri Meitania, Chrisma Effie, Nuri Rahmawati, Vivi Anggraini, Alvi Rosita, Yusnita Aulia, Hanifa Reza, Farah Rosydiana, Gandhes Kusuma,Sendikasari, Nila Puspa, Sarah Anggrahini, Heni Setya, Ratna Fatmawati, Melysa Wahyu, Annisa Oktareangga, Besty Rea, Azima,Qonita Amalin, Bonifatia, Mahmudah Sukma, Dewi Triningsih, Debby Harlukinita, Nurlia Luli,Lusia Putri, Wahyu Yuliasari, Rina Sukawati, Rani Aurora, Rizka Dwi, Indah Ayu, Dimitra Liani, Andika Sivi, Sarah Aisha, Giovanni Libel, Rizki Amalia, Dzulfikar Ali, Andika Putra, Shabrina Alyani, Wendra Herlangga, Arif Rosidi, Selvia Agnastia, Frebina Madya, Theresia Emi, Wahyu Kartika, Pratiwi Anjarsari, Umi Salamah, Aflakhul, Arwinda, Adisti Bunga, Ayu Penida, Dan Dare, Agie Aditama, Akbar Preambudi, Danu Kartikasunu, Wimba Prasidha, Anton Adi, Ichsan Mustofa, Yaszhirwan Gema, Amirudin Syah, Adhityo Bagus, Bayu Yesri, Hidayat Zainuddin, Ardilla Jefri, Eka Feri, Firman Anjasmoro, Akbar Hantar, Firdaus Arif, Fajar Hafid, M Iqbal, Yusua Salomo, Rahmat Suryadi, Abdul Aziz, Pamardi,
HMA Vastu Vidya 2009-2010 HMA Vastu Vidya 2010-2011
HMA Vastu Vidya 2011-2012 HMA Vastu Vidya 2012-2013 Teman-teman, 2007 ke to atas, commit user2009, 2010, 2011
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Teman-teman Studio Tugas Akhir Periode 126 Nanda Dhanendra Qonita Amalin Rony Gilang Gilang Pramuhita Dendy Santoso Roifah Fajri Nurvitria Evasari Mukhamad Lukman Febrianda Aryawan Aldian Dike Maxima Sukma Dinarisni Purwanningrum Pak Titis, Pak Wahyudi, Pak Hari, Pak Agus, Pak Kusno, Pak Kuncoro Lenovo G460 A4Tech N-500F Buffalo Mini Station Printer Canon MP287 Samsung GT 3310 Nokia 5200 AD 2981 GS AIMP 3 SketchUp Pro 8 Corel Draw X5 Photoshop CS 3 PhotoScape Microsoft Office 2010 Rekamatra Selasar barat Rekamatra Kamar beserta kasur, bantal, guling, bedcover, kipas angin & ......................................
Thank you so much for brought me to these unbelievable, amazing, great,
commit to user
precious, unforgettable people, experiences and moments and feeling
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Judul Sekolah Alam Sebagai Alternatif Pendidikan Usia Dini bagi Masyarakat Kurang Mampu
B. Pemahaman Judul Berikut ini akan diuraikan perumusan judul berdasarkan terminologi beberapa satuan judul yaitu “Sekolah Alam Sebagai Solusi Pendidikan Usia Dini Bagi Masyarakat Kurang Mampu”. 1. Usia Dini Usia dini adalah seseorang yang berusia 0-6 tahun. Usia dini sering disebut sebagai Golden Age karena merupakan periode penting dalam perkembangan seseorang1.Golden Age ini merupakan periode kritis bagi anak, dimana perkembangan yang diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode berikutnya, hingga masa dewasa.
Berdasarkan
hasil
penelitian,
sekitar
50%
kapabilitas
kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun, 80% telah terjadi ketika berumur 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi ketika anak berumur 18 tahun.
commit to user (http://www.anneahira.com/kesehatan-anak/pendidikan-anak-usia-dini.htm - diakses tanggal 18 Oktober 2011) 1
I-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Sekolah Alam Sekolah Alam adalah sekolah yang memiliki komitmen dan secara sistematis
mengembangkan
program-program
untuk
menginternalisasikan nilai-nilai lingkungan (alam) dalam seluruh aktivitas sekolah. Sebagian besar kegiatan belajar-mengajar di Sekolah alam tidak dilakukan di dalam ruangan, melainkan di alam terbuka. Siswa dilatih untuk lebih berani dalam bereksplorasi. Dalam sekolah alam guru bertindak sebagai fasilitator. Siswa diberikan kebebasan (yang masih dalam koridor) untuk belajar tentang segala hal yang ingin diketahuinya. Nilai teori bukan hal utama yang menjadi tolak ukur keberhasilan siswa dalam menyerap pelajaran di sekolah alam. Siswa justru lebih dididik untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapatnya dari kegiatan di sekolah.
3. Masyarakat Kurang Mampu Masyarakat kurang mampu (masyarakat miskin) adalah suatu kondisi dimana fisik masyarakat yang tidak memiliki akses ke prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas perumahan dan pemukiman yang jauh di bawah standart kelayakan serta mata pencaharian yang tidak menentu yang mencakup seluruh multidimensi, yaitu dimensi politik, dimensi social, dimensi lingkungan, dimensi ekonomi dan dimensi asset (P2 KP, Pedoman Umum, 2004:1)2. Kategori miskin menurut BPS: a. Seseorang yang memiliki rumah dengan luas lantai kurang dari 8 m persegi. 2
commit to user
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/02/masyarakat-miskin.html
I-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Lantai rumah berupa tanah, bambu atau kayu murahan. c. Dinding rumahnya berupa bambu, rumbia, kayu kualitas rendah dan tembok tanpa plester. d. Rumahnya tidak dilengkapi fasilitas tempat buang air besar atau berbagi dengan rumah tangga lain. e. Rumahnya tidak memiliki penerangan dari listrik. f.
Sumber air minum dari sungai atau air hujan atau sumber air yang tidak aman.
g. Bahan bakar untuk masak berupa kayu bakar, arang atau minyak tanah. h. Selama seminggu tidak mengkonsumsi daging/ayam. i.
Pembelian pakaian baru setiap anggota rumah tangga dalam setahun sebanyak satu stel atau tidak membeli.
j.
Frekuensi makan dalam sehari untuk setiap anggota rumah tangga adalah 1 kali atau 2 kali.
k. Orang
tua
tidak
mampu
membayar
untuk
berobat
ke
Puskesmas/Poliklinik. l.
Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan kurang dari 0,5 Ha, buruh tani, nelayan, buruh angunan,
buruh
perkebunan,
atau
pekerjaan
laing
dengan
pendapatan rumah tangga kurang dari Rp.600 ribu per bulan. m. Kepala rumah tangga memiliki tingkat pendidikan tidak sekolah, tidak tamat SD atau tamat SD. n. Pemilikan asset / harta bergerak / harta tidak bergerak, tidak mempunyai tabungan atau barang yang mudah dijual dengan nilai kurang dari Rp.500 ribu seperti sepeda motor, emas, perhiasan,
commit to user
ternak, kapal/perahu motor atau barang modal lainnya.
I-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2011 mencapai 30,02 juta orang (12,49 persen). Selama periode Maret 2010-Maret 2011, penduduk miskin di daerah perkotaan tercatat sebanyak 11,05 juta orang, sementara di daerah perdesaan sebanyak 18,97 juta orang. Pengamat Ekonomi, Henri Saparini, berpendapat bahwa untuk mengentaskan kemiskinan, dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan dasar, pangan, dan papan bagi masyarakat miskin yang tidak produktif3. Dari data-data di atas dapat diketahui bahwa salah satu unsur vital yang jarang dimiliki secara layak adalah rumah tinggal yang layak. Hal itu disebabkan antara lain oleh tingginya biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan dan pemeliharaan sebuah rumah, karena itu, saat ini telah banyak upaya untuk mewujudkan sebuah konsep bangunan hemat biaya yang dapat diaplikasikan untuk membantu masyarakat kurang mampu.
Dari uraian di atas, dapat diambil sebuah pemahaman mengenai “Sekolah Alam Sebagai Solusi Pendidikan Usia Dini Bagi Masyarakat Kurang Mampu”, bahwa gagasan yang diberikan adalah tentang sebuah sekolah dengan konsep alam yang dikhususkan untuk pengembangan potensi anak usia dini (2-6 tahun). Perkembangan selanjutnya dari gagasan ini akan merujuk pada pemahaman yang telah disebut di atas dengan tanpa mengurangi kemungkinan akan berkembangnya ide pada saat proses berpikir, merencanakan, dan merancang.
3
commit to user
http://bisnis.vivanews.com/news/read/198718-benarkah-penduduk-miskin-hanya-31-juta-jiwa-
I-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Latar Belakang 1.
Perkembangan pendidikan di Indonesia saat ini. Indeks pembangunan pendidikan untuk semua atau education for all di Indonesia menurun. Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011: Di Balik Krisis: Konflik Militer dan Pendidikan yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan
Kebudayaan
Perserikatan
Bangsa-Bangsa
(UNESCO)
yang
diluncurkan di New York, Amerika Serikat, Senin (1/3) waktu setempat, indeks pembangunan pendidikan (education development index/EDI) menurut data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai ini menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia.EDI dikatakan tinggi jika mencapai 0,95-1. Kategori medium di atas 0,80, sedangkan kategori rendah di bawah 0,80. Indonesia masih tertinggal dari Brunei yang berada di peringkat ke-34 yang masuk kelompok pencapaian tinggi bersama Jepang yang mencapai posisi nomor satu di dunia. Sementara Malaysia berada di peringkat ke-65.4 Edukasi berasal dari bahasa latin educare
yang berarti “membawa
keluar”. Sekolah sebenarnya bermula dari sana, membawa anak keluar sehingga bisa menyentuh realitas langsung masyarakat5.
Tapi yang
terjadi saat ini sekolah justru menjauhkan siswa dari masyarakat. Siswa dipaksa berada dalam ruangan yang disebut kelas untukk menerima transfer ilmu pengetahuan yang sifatnya kering, yang kebanyakan hanya berupa teori-teori saja. Di sekolah siswa lebih banyak diajarkan cara menjawab soal-soal ujian bukan
bagaimana
memanfaatkan
ilmu
commit to user http://www.kopertis12.or.id/2011/03/03/peringkat-pendidikan-indonesia-turun.html Eko Prasetyo, Orang Miskin Dilarang Sekolah, Resist Book, 2006, hal 165
4 5
I-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Penilaian berorientasi pada hasil, bukan proses. Pembinaan mengabaikan EQ dan SQ. Isinya hafalan, cara cepat membabat soal, dan “ilmu” yang ketika diingat malah makin membuat lupa, tanpa penekanan soal pemikiran kritis dan pembentukan sikap mental positif. Trilogi dasar aspek pendidikan kognitif-psikomotorafektif diabaikan. Sekolah bukan tempat untuk menumpahi murid dengan tumpukan informasi tetapi
melatih
kematangan
berpikir
serta
kedewasaan
bersikap6. Itulah yang kurang diperhatikan oleh sekolah-sekolah pada umumnya. Selama ini proses belajar mengajar hanya mengembangkan fungsi otak kiri saja dan mengabaikan perkembangan otak kanan. Belahan otak kiri memilki fungsi, ciri, dan respon untuk berpikir logis, literatur,
dan
linier.
Sebaliknya,
belahan
otak
kanan
terutama
dikembangkan untuk kemampuan berpikir holistik, imaginatif, dan kreatif. Bila anak belajar formal (seperti banyak hafal-menghafal pada waktu muda, maka belahan otak kiri yang berfungsi linier, logis, dan teratur amat dipentingkan dalam perkembangannya dan ini sering berakibat bahwa fungsi belahan otak kanan yang banyak digunakan dalam berbagai permainan diabaikan. Akibatnya menurut penelitian (Clark, 1986), kelak anak akan tumbuh dengan sikap yang cenderung bermusuhan terhadap sesama teman atau orang lain. Hal tersebut menunjuk pada suatu pertumbuhan mental yang kurang sehat7.
6 7
commit to user Eko Prasetyo, Guru: Mendidik itu Melawan !, Resist Book, 2006, hal 5 Conny R. Semiawan, Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar, 2008, hal 21 I-6
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Mahalnya biaya Pendidikan Pendidikan adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan. Masyarakat
sudah
kebutuhan
tidak
lagi
menganggap
pendidikan
sebagai
kelompokekonomiatausosialtertentu.
Sehingga
menyekolahkan anak adalah sebuah kebutuhan yang tidak bisa ditawartawar lagi. Memang telah ada program pembebasan Biaya Operasional Sekolah dari pemerintah, namun masih ada biaya penunjang seperti biaya seragam, buku, ekstra kurikuler, dan iuran-iuran lain yang jumlahnya tidak sedikit.
3.
Pentingnya pendidikan usia dini Usia dini adalah seseorang yang berusia 0-6 tahun8. Usia dini sering disebut sebagai Golden Age karena merupakan periode penting dalam perkembangan seseorang.Golden Age ini merupakan periode kritis bagi anak, dimana perkembangan yang diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode berikutnya, hingga masa dewasa.
Berdasarkan
hasil
penelitian,
sekitar
50%
kapabilitas
kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun, 80% telah terjadi ketika berumur 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi ketika anak berumur 18 tahun9. Carl Rogers,
seorang
psikolog
terkenal dari
Amerika
Serikat,
menyatakan bahwa, “Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak – kanak“. Hal ini semakin menguatkan pentingnya posisi pendidikan usia dini untuk anak-anak.
to user Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat commit 1 http://www.anneahira.com/kesehatan-anak/pendidikan-anak-usia-dini.htm
8 9
I-7
perpustakaan.uns.ac.id
4.
digilib.uns.ac.id
Sekolah Alam di Surakarta Surakarta sebagai salah satu kota yang dipilih oleh Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia untuk Uji Coba Model Kota Layak Anak, saat ini baru memiliki satu sekolah alamyang telah mendapat izin operasional dari
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah
Raga, yaitu TK &SD Muhammadiyah Alam Surya Mentari Surakarta. Menurut Kasi Kurikulum Pendidikan Dasar SD dan AUD Dikpora, Hasto Daryanto, pemberian izin operasional didasarkan pada kualitas yang dimiliki sekolah tersebut. Hasto Daryanto menjelaskan konsep yang ditawarkan sekolah alam memang berbeda dengan sekolah-sekolah pada umumnya. Sekolah ini memberikan penghargaan penuh pada anak untuk berkreasi. Selain itu sekolah juga memberikan pelajaran secara holistik integratif yang tak hanya berkutat pada pendidikan teori. Oleh
karena
itu
pembelajaran
yang
diberikan
akan
semakin
menyenangkan tanpa meninggalkan kualitas yang menjadi sasarannya. "Sekolah yang baik adalah sekolah yang mengajak siswanya berfikir tinggi dan memberikan kebebasan untuk berkreasi. Pembelajaran bisa menggunakan konsep PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan," jelas beliau10.
5.
Sangkrah : sisi lain Surakarta, rendahnya tingkat pendidikan, kemiskinan dan rawan banjir Kelurahan Sangkrah termasuk dalam wilayah Kecamatan Pasar Kliwon. Terletak di pinggiran Kota Surakarta, kawasan ini sering di cap sebagai daerah kumuh akibat pemukiman padat dan warga yang kurang
10
Suara Merdeka, 18 Maret 2011
commit to user
I-8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peduli terhadap lingkungan. Kemiskinan dan tingkat pendidikan yang rendah menjadi alasan utama mengapa Masyarakat Sangkrah seakan tidak peduli dengan keadaan lingkungan sekitar. Kemiskinan membuat masyarakat mengkategorikan pendidikan kedalam
kebutuhan tersier
bahkan mewah, apalagi dengan anggapan bahwa pendidikan yang berkualitas itu mahal. Belum lagi ancaman banjir yang hampir selalu melanda kawasan Sangkrah tiap musim hujan tiba. Lokasi yang berada tepat di tepi sungai Bengawan Solo membuat Sangkrah hampir selalu terkena banjir akibat luapan air sungai, terutama saat musim hujan. Pemerintah
Kota
Solo
sendiri
bukannya
tidak
peduli.
Untuk
mengatasi banjir di Sangkrah, pemkot telah membangun tanggul dan menyediakan pompa untuk menyedot air ketika banjir tiba. Masyarakat telah diarahkan untuk tidak lagi menghuni daerah bantaran sungai dan pindah ke area dalam tanggul agar tidak lagi direpotkan oleh banjir. Namun merelokasi masyarakat yang sudah turun-temurun bertempat tinggal di daerah bantaran bukanlah perkara mudah. Apalagi kelurahan Sangkrah yang padat membuat bertahan di area Bantaran menjadi satusatunya pilihan.
“Fa inna ma’al usri yusra”. Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan. Sangkrah, walaupun memiliki banyak masalah yang demikian rumit, tetap memiliki jalan keluar. Lokasi yang berada di tepian sungai sesungguhnya adalah sebuah nilai tambah yang jika dikelola dengan baik akan dapat memberikan banyak manfaat bagi masyarakat Sangkrah sendiri. Tepian sungai yang sangat potensial untuk dijadikan objek pembelajaran bagi anak-
commit to user
anak di Sangkrah, sekaligus sebagai pembiasaan sejak dini agar generasi
I-9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masa depan di Sangkrah lebih peduli terhadap lingkungan tempat tinggalnya sendiri. Bersumber dari alam, berarti pendidikan tidak lagi berupa hal komersil dan mahal, sehingga tidak akan ada alasan “tidak sekolah karena tidak punya biaya”. Jika hal tersebut dapat diwujudkan, Sangkrah masa depan tidak akan lagi dicap sebagai daerah miskin yang kumuh. Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan di atas, muncullah ide untuk membuat sebuah wadah pembelajaran bagi anak usia dini dengan target diutamakan berasal dari masyarakat kurang mampu, dengan pendekatan alam yang diharapkan dapat membantu aktualisasi diri anak-anak.
D. Permasalahan Dan Persoalan 1. Permasalahan Bagaimana konsep perencanaan dan perancangan sekolah dengan metode pembelajaran berbasis alam yang berfungsi sebagai wadah pendidikan anak usia dini yang terjangkau bagi masyarakat kurang mampu.
2. Persoalan a. Bagaimana konsep perancangan sebuah Sekolah Alam yang mewadahi proses belajar-mengajar bagi anak usia dini? b. Bagaimana
konsep
perancangan
sebuah sekolah
alam yang
ditujukan untuk masyarakat kurang mampu, yang dapat menerapkan prinsip hemat biaya dari segi pembangunan dan perawatan. c. Bagaimanakah pola peruangan yang efektif dalam penggunaan dan dapat mewadahi kegiatan pendidikan anak usia prasekolah dan kegiatan penunjang lain yang ada di sekolah alam.
commit to user
I-10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Tujuan Dan Sasaran 1. Tujuan Menyusun konsep perencanaan dan perancangan Sekolah Alam yang berlokasi di Surakarta, tepatnya di Kelurahan Sangkrah. Arsitektur berusaha mewadahi sebuah kegiatan belajar-mengajar yang selaras dengan lingkungan dan sebuah wadah bangunan hemat biaya, yang keduanya merupakan ciri dari sekolah alam.
2. Sasaran a. Konsep pemilihan dan pengolahan site yang memenuhi kriteria dan dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk sekolah alam yang direncanakan. b. Konsep peruangan yang efektif dalam penggunaan dan dapat mewadahi kegiatan pendidikan anak usia prasekolah dan kegiatan penunjang lain yang ada di sekolah alam di Surakarta. c. Konsep material bangunan yang aman, nyaman, hemat biaya dan mudah dalam perawatan yang dapat digunakan dalam sekolah alam di Sangkrah sehingga mengurangi beban biaya sekolah. d. Konsep sistem utilitas dan struktur bangunan yang efektif untuk sekolah alam yang dapat menghemat biaya.
F. Batasan Dan Lingkup Pembahasan 1. Batasan Pembahasan masalah dibatasi pada output berupa ide/ gagasan yang nantinya akan mengarah pada bangunan Sekolah Alam di Sangkrah, dengan biaya pembangunan dan sistem struktur dipertimbangkan secara
commit to user
logika dan tanpa perhitungan mendetail.
I-11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Lingkup Pembahasan Pembahasan ditekankan pada masalah-masalah dalam lingkup disiplin ilmu arsitektur sesuai dengan tujuan dan sasaran. Pembahasan di luar lingkup disiplin ilmu arsitektur akan dibahas sebatas menunjang dan memberi
kejelasan
pada
pembahasan
bangunan
dan
fungsi
bangunanSekolah Alam.
G. Metoda Pembahasan Metoda pembahasan dilakukan dengan menggunakan metoda analisa dengan proses pemikiran deduktif, untuk kemudian ditarik kesimpulan yang ideal, melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1. Survey / Observasi Pengamatanlangsung pada objeksasaran secara fisikyaituSekolah Alam yang sudah ada di Indonesia, serta kondisi lingkungan serta masyarakat di Kelurahan Sangkrah.Pengamatantersebutmeliputistudykegiatan di dalambangunandenganmengamatikinerjapenggunasertasirkulasinya, untukmendapatkanfakta
dan
fenomena
yang
ditekankan
pada
prosesbelajar-mengajar di sekolah alam. Untuk di Kelurahan Sangkrah, pengamatan meliputi studi mengenai kondisi sosial di lapangan, interaksi antar masyarakat, serta kondisi lingkungan.
2. Studiliteratur Denganpengambilaninformasiberupasumber-sumber tertulisdaribeberapabukureferensi
dan
commit to user
data
sumberlainsepertisitus-situs
I-12
perpustakaan.uns.ac.id
internet
digilib.uns.ac.id
yang
terkaitdenganjudul.
Data-data
yang
didapatdaristudyliteraturatersebut antara lain: · Data standar tentang fasilitas sekolah · Data mengenai kurikulum yang diterapkan di sekolah alam. · Data tentangtarget lokasi Sekolah Alam. · Teori Humanistik Carl Roger
3. Studikomparasi Untuk lebihmendukung obyek pembahasan, dilakukan juga studi banding dari obyek yang memiliki latar belakang atau pendekatan konsep
yang
hampir
sama
dengan
obyek
perencanaan
dan
perancangan. Studi komparasi yang dilakukan denganmempelajari preseden Sekolah Alam yang telah ada di Indonesia.
H. Sistematika Pembahasan 1. Tahap I: Pendahuluan Pembahasan mengenai pengertian judul, latar belakang, permasalahan dan persoalan, tujuan dan sasaran, batasan dan lingkup pembahasan, dan metode pembahasan, serta sistematika pembahasan yang menjadi pedoman dan dasar dalam perancangan sebuah bangunan Sekolah Alam untuk Anak Usia Dini.
commit to user
I-13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Tahap II: Tinjauan Teori · Anak Usia Dini Mengetahui karakter dan kebutuhan anak usia dini yang terkait dengan proses perkembangan secara fisik maupun mental. · SekolahAlam Mengamati pola, aktivitas dan fasilitas yang terdapat dalam sebuah sekolah alam. Kemudian mengambil kesimpulan dari sudut pandang arsitektural. · Bangunan Hemat Biaya Memberikan gambaran mengenai solusi-solusi yang dapat diterapkan untuk mewujudkan sebuah bangunan hemat biaya.
3. Tahap III: Tinjauan Kota Surakarta Data Kota Surakarta sebagai lokasi kawasan Sekolah Alam, rencana dan program Pemkot Surakarta yang terkait dengan Kelurahan Sangkrah
dan
pendidikan
secara
umum
maupun
tentang
pengembangan sekolah alam di Surakarta untuk mendukung program Surakarta sebagai Kota Layak Anak.
4. Tahap IV: Sekolah Alam yang Direncanakan Dari berbagai macam analisa dan kecenderunganya, disimpulkan bentukan arsitektural yang tepat untuk selanjutnya diolah dalam perancangan.
commit to user
I-14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Tahap V: Analisa dan Konsep Perencanaan dan Perancangan Menganalisa permasalahan yang mencakup segala aspek yang nantinya merupakan pedoman untuk merencanakan dan merancang bentuk fisik bangunan Sekolah Alam
meliputi analisa pola kegiatan, kebutuhan
ruang, besaran ruang, organisasi ruang, pola peruangan dalam bangunan lokasi, persyaratan ruang, tata massa bangunan, tampilan bangunan, site, pencapaian, orientasi, gubahan massa, sistem struktur dan utilitas bangunan.
Diakhiri dengan konsep desain akhir yang muncul dalam fisik perancangan disertai penjelasannya.
commit to user
I-15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B ABII TINJAUAN TEORI
A. Anak Usia Dini 1. Pengertian Anak adalah: a. Seorang lelaki atau perempuan yang
belum dewasa atau
belum
mengalami masa pubertas1. b. Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin2. Usia dini adalah seseorang yang berusia 0-6 tahun3. Usia dini sering disebut sebagai Golden Age karena merupakan periode penting dalam perkembangan seseorang. Golden Age ini merupakan periode kritis bagi anak, dimana perkembangan yang diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode berikutnya, hingga masa dewasa.
Berdasarkan
hasil
penelitian,
sekitar
50%
kapabilitas
kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun, 80% telah terjadi ketika berumur 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi ketika anak berumur 18 tahun4.
1
http://id.wikipedia.org/wiki/Anak Undang-Undang RI. No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak;pasal 1 ayat (2) 3 to user Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat commit 1 4 http://www.anneahira.com/kesehatan-anak/pendidikan-anak-usia-dini.htm 2
II-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut teori perkembangan psikososial Erikson ada empat tingkat perkembangan anak yaitu : a. Usia anak 0 - 1 tahun yaitu trust versus mistrust. Pengasuhan dengan kasih sayang yang tulus dalam pemenuhan kebutuhan dasar bayi menimbulkan "trust" pada bayi terhadap lingkungannya. Apabila sebaliknya akan menimbulkan "mistrust" yaitu kecemasan dan kecurigaan terhadap lingkungan. b. Usia 2 - 3 tahun, yaitu autonomy versus shame and doubt. Pengasuhan melalui dorongan untuk melakukan apa yang diinginkan anak, dan sesuai dengan waktu dan caranya sendiri dengan bimbingan orang tua atau pendidik yang bijaksana, maka anak akan mengembangkan kesadaran autonomy. Sebaliknya apabila pendidik tidak sabar, banyak melarang anak, akan menimbulkan sikap raguragu pada anak. Hal ini dapat membuat anak merasa malu. c. Usia 4 - 5 tahun, yaitu inisiative versus guilt, yaitu pengasuhan dengan memberi dorongan untuk bereksperimen dengan bebas dalam lingkungannya. Pendidik dan orang tua tidak menjawab langsung pertanyaan anak, maka mendorong anak untuk berinisiatif sebaliknya, bila anak selalu dihalangi, pertanyaan anak disepelekan, maka anak akan selalu merasa bersalah. d. Usia 6 - 11 tahun, yaitu industry versus inferiority, bila anak dianggap sebagai "anak kecil" baik oleh orang tua, pendidik maupun lingkungannya, maka akan berkembang rasa rendah diri, dampaknya anak kurang suka melakukan tugas-tugas yang bersifat intelektual dan kurang percaya diri 5.
5
http://paud-usia-dini.blogspot.com/
commit to user
II-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Klasifikasi pada masa anak-anak dibedakan berdasarkan tahap-tahap perkembangan anak secara biologis, psikologis, dan pendidikan yang harus diberikan pada anak usia tertentu (didaktis) Tabel II.1 - Klasifikasi pada masa anak-anak Klasifikasi
Biologis
Psikologis
Didaktis
Masa bayi
Intatik
Ketergantungan
Mutlak di bawah
(0-3 tahun)
(masa menyusui)
dengan orang lain
asuhan orang tua
Masa Pra Sekolah
Latent
Pengenalan dunia luar
(3-5 tahun)
(perkembangan awal)
dengan panca indera
Masa Sekolah
Latent-Pra pubertas
Penemuan diri dan
Memulai pembentukan
(6-12 tahun)
(kematangan biologis)
kepekaan sosial
watak dan mental
Permulaan pendidikan jasmani dan latihan panca indera
(sumber: http://paud-usia-dini.blogspot.com/)
2. Karakter Anak a. Karakter psikologis anak Pada dasarnya anak-anak memiliki kreativitas alamiah yang perlu dikenali dan dirangsang sejak dini sehingga anak harus mendapatkan bimbingan
dan
pengasuhan
yang
terencana, sistematis
dan
terprogram. Dengan pola pengasuhan dan bimbingan yang sistematis anak mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang maksimal6. Contoh karakter dominan anak berkaitan dengan psikologi anak7: ·
Bebas dan dinamis
·
Aktif dan selalu ingin tahu
·
Bermain
commit to Dinas user BPKB, Ungaran 2000 Tim Pengembang Dinas, GBPP Kelompok Bermain, Conny Semiawan, Perspektif Anak Berbakat, Grasindo, Jakarta
6 7
II-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Karakter gerak anak Secara umum, anak bergerak secara aktif, bebas dan spontan. Bergerak dengan bebas karena anak tidak suka diatur. Bergerak dengan spontan, yaitu melakukan kegiatan yang dianggapnya menarik. Anak lebih suka melakukan kegiatan seperti berlari, melompat-lompat daripada kegiatan dengan tenang. c. Karakter fisik anak Karakter fisik anak dapat mempengaruhi perancangan. Faktor yang mempengaruhi adalah tinggi badan dan ruang gerak anak. Tinggi badan dan ruang gerak akan berpengaruh pada penataan ruang serta kenyamanan gerak dan visual. Tabel II.2 - Ruang gerak bermain dalam ruang Usia (tahun)
Tinggi (m)
Ruang Gerak (m2)
2-4
0.95
0.71
4-7
1.10
0.95
7-11
1.25
1.21
11-13
1.38
1.50
(sumber: Osmond, 1974 dalam Tesis Pusat Pengembangan Kreativitas Anak di Yogyakarta, 2000; hal 21)
Tabel II.3 - Ruang Gerak Bermain di Luar Ruang Berdasarkan usia Anak - Social Distance
Usia (tahun)
Tinggi (m)
Ruang Gerak (m2)
2-4
1.22
1.20
4-7
1.53
1.80
7-11
1.83
2.60
11-13
2.14
3.60
(Sumber: Osmond, 1974 dalam Tesis Pusat Pengembangan Kreativitas Anak di Yogyakarta, 2000; hal 22)
commit to user
II-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Kebutuhan Anak Anak membutuhkan lingkungan yang dapat memberikan rasa aman, nyaman,
bebas,
hangat
dan
akrab,
juga
dapat
merangsang
perkembangan fisik motoriknya8 a. Adanya rasa aman dan nyaman Menyediakan lingkungan fisik yang aman dan nyaman dimana kegiatan yang dilakukan oleh anak mudah diawasi orang dewasa sebagai pengawas sekaligus fasilitator. b. Adanya rasa bebas Agar anak dapat dengan bebas bergerak sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya sehingga dapat memberikan kenyamanan gerak bagi anak untuk melakukan kegiatan. Sebaiknya ruang-ruang yang disediakan dapat memberikan kebebasan untuk melakukan kegiatan tersebut. c. Adanya rasa hangat dan akrab Dapat menciptakan suasana ruang yang akrab dapat membantu anak untuk merasa lebih nyaman. Bisa melalui desain interior bangunan yang sesuai dengan karakter anak (penggunaan furniture dan warna interior dinding). d. Merangsang perkembangan fisik dan motorik Dengan menyediakan ruang yang menarik bagi anak dengan sarana dan prasarana yang mendukung.
8
commit to user
Tedjasaputra; Bermain, Mainan, dan Permainan; Grasindo; Jakarta 2001.
II-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Pertumbuhan Anak9 a. Penglihatan Pada anak usia sekolah, penglihatannya lebih tajam daripada waktuwaktu sebelumnya. Anak-anak yang berusia di bawah 6 tahun cenderung memiliki penglihatan jarak jauh, sebab mnta mereka belum mating (matured) dan dibentuk secara berbeda daripada orang dewasa. Namun setelah usia tersebut, maka mereka bukan hanya lebih matang. tetapi juga dapat memfokuskan penglihatan lebih baik10. b. Kebugaran anak Pada dewasa ini latihan fisik bagi anak-anak sangat baik jika dibandingkan dengan tahun 1960-an. Jantung dan paru-paru mereka bentuknya kurang baik dibandingkan dengan anak-anak yang suka berolahraga daripada anak-anak usia pertengahan tahun. Mengapa anak-anak tersebut sangat jelek bentuk jasmaninya? Hal ini disebabkan mereka kurang aktif berolahraga, dan hanya setengah dari kelas mereka yang mengikuti pendidikan jasmani di sekolah dan hanya sebagian kecil yang suka berolahraga secara individual, misalnya berenang, senam, lari, berjalan kaki atau bersepeda. Sedangkan sebagian besar menghabiskan waktunya untuk menonton program TV di rumah. Hanya mereka yang aktif dalam perkumpulan olahraga secara kelompok atau tim yang memiliki bentuk rubuh yang baik dan sehat.
9
http://www.bayisehat.com/child-development-mainmenu-35/256-pertumbuhan-dancommit to user perkembangan-anak.html 10 U.S Department of Health Education, and Welfare, USDHEW, 1976
II-6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Perkembangan otak pada masa anak-anak11 Pada awal perkembangan, otak tumbuh lebih cepat daripada organ lainnya.Stimulan pada otak sangat penting selama periode
awal
pertumbuhan. Perampasan awal berkepanjangan, seperti pada beberapa bayi dibesarkan
di panti
asuhan, dapat merusak
pertumbuhan otak
dan semua aspek perkembangan psikologis secara permanen. Ekspektasi
pengalaman
perkembangan
otak
bergantung
pada
pengalaman sehari-hari. Kenyataannya, lingkungan yang memberikan ekpektasi yang tidak tepat dapat merusak potensi otak.
6. Arsitektur untuk Anak Usia Dini a. Eksterior Penampilan luar yang berwarna warni yang memikat kesan anak sehingga mereka tidak terlalu sulit menangkap kesan edukatif ketika masuk kelas. Sebuah bangunan yang digunakan sebagai fasilitas pendidikan untuk anak usia dinitidak harus berbentuk kotak, tapi bisa berupa ruang lingkaran, elips, segitiga, dan lain sebagainya. Bentuknya boleh dan lebih baik didesain dengan nuansa yang khas dengan karakter umum anak usia dini. Bahkan jika memungkinkan bentuk ruang kelas yang satu dengan yang lain juga berbeda. Tidak menutup kemungkinan desain gedung dengan kelas-kelas yang dapat
diubah-ubah
bentuknya.
Jika
hal seperti
ini
berhasil
diwujudkan, maka akan menjadi “surga para pembelajar sejati” yakni anak usia dini. Anak-anak sejak masuk gedung sudah terkesan oleh bentuk-bentuk yang berbeda. Demikian pula ketika mereka masuk kelas dan berbagai area bermain lainnya. Nuansa yang berbeda11
commit to user
Exploring Lifespan Development / Laura E. Berk.-lst ed. Page 113, USA, 2003
II-7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
beda tersebut membuat anak senantiasa betah dan tidak pernah merasa bosan di sekolah12.
b. Interior13 1) Penataan Ruangan Kursi dan meja siswa dan guru perlu ditata sedemikian rupa sehingga
dapat
menunjang
kegiatan
belajar-mengajar
yang
mengaktifkan siswa, yakni memungkinkan hal-hal sebagai berikut: · Aksesibilitas: siswa mudah menjangkau alat atau sumber belajar yang tersedia. · Mobilitas: siswa dan guru mudah bergerak dari satu bagian ke bagian lain dalam kelas. · Interaksi: memudahkan terjadi interaksi antara guru dan siswa maupun antar siswa. · Variasi kerja siswa: memungkinkan siswa bekerjasama secara perorangan, berpasangan, atau kelompok.
Lingkungan fisik dalam ruang kelas dapat mejadikan belajar aktif. Tidak ada satupun bentuk ruang kelas yang ideal, namun ada beberapa pilihan yang dapat diambil sebagai variasi. Dekorasi interior kelas harus dirancang yang meungkinkan anak belajar aktif, yakni yang menyenangkan dan menantang. Formasi kelas berikut ini tidak dimaksudkan untuk menjadi susunan yang permanen. Jika mubeler (meja atau kursi) yang ada di ruang kelas dapat dengan mudah dipindah-pindah, maka sangat mungkin
commit to user Manajemen PAUD / Suyadi. Pustaka Pelajar, hal.181. Yogyakarta, 2011. http://aunjamhur.blogspot.com/2011/03/mengelola-ruang-kelas.html
12 13
II-8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menggunakan
beberapa
formasi
ini
sesuai
dengan
yang
diinginkan. · Formasi Huruf U
Gambar II. 1 - Formasi Kelas Huruf "U" (sumber: https://lh4.googleusercontent.com/EVePYRnnTXw/TYVkxjBo1iI/AAAAAAAAAOY/3qNRjl4uSLQ/s1600/model+U+dlm+kelas.jpg)
Formasi ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Para peserta didik dapat melihat guru dan/atau melihat media visual dengan mudah dan mereka dapat saling berhadapan langsung satu dengan yang lain. Susunan ini ideal untuk membagi bahan pelajaran kepada peserta didik secara cepat karena guru dapat masuk ke huruf U dan berjalan ke berbagai arah dengan seperangkat materi. · Formasi Corak Setengah Lingkaran
Gambar II. 2 - Formasi Kelas Setengah Lingkaran (sumber: https://lh6.googleusercontent.com/alg7kTtAI9A/TYVlX41BZFI/AAAAAAAAAOc/SRNStVH5sfk/s1600/bentuk+corak+tim.jpg)
Mengelompokkan meja-meja setengah lingkaran atau oblong di
commit to user
ruang kelas agar memungkinkan anda untuk melakukan
II-9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
interaksi tim. Guru dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja untuk susunan yang paling akrab. · Formasi Corak Lingkaran
Gambar II. 3 - Formasi Kelas Lingkaran (sumber: https://lh4.googleusercontent.com/-oC0WHFDv7tw/TYVmNI4WoaI/AAAAAAAAAO /3G7tugX8398 Para peserta didik hanya duduk pada sebuah lingkaran tanpa /s1600/model+ligkaran.jpg)
meja atau kursi untuk interaksi berhadap-hadapan secara langsung. Sebuah lingkaran ideal untuk diskusi kelompok penuh. Sediakan ruangan yang cukup, sehingga anda dapat menyuruh peserta didik menyusun kursi-kursi mereka secara cepat dalam berbagai susunan kelompok kecil.
2) Warna Beberapa
warna
mampu
menarik
perhatian
anak
dan
membuatnya cenderung akan lebih bersemangat dan senang14. Berikut ini adalah bebeapa warna yang mempunyai pengaruh positif terhadap anak15 · Merah Dari semua
warna, merah merupakan warna
terkuat dan yang paling menarik perhatian. Warna
commit to user http://www.clarishome.com/claris-kids-zone-philosophy.html Swasty Wirania, A-Z Warna Interior Rumah Tinggal, Griya Kreasi, Jakarta, 2010
14 15
II-10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
merah identik dengan warna berani, semangat, agresif, dan penuh gairah. Warna merah mengandung arti cinta, gairah, berani, kuat, agresif, merdeka, kebebasan, dan hangat. · Merah muda (Pink) Warna pink selalu diidentikkan dengan wanita. Pink mencerminkan energi dan semangat, dalam koteks yang lebih tenang. Warna pink bisa juga digunakan sebagai warna penenang, dan termasuk warna yang cukup netral. · Kuning Warna
kuning
adalah
warna
hangat
yang
merepresentasikan rasa bahagia dan keceriaan. Karena merupakan warna yang terang, warna kuning mudah ditangkap mata dan mencolok. Anak-anak akan mudah menangkap warna kuning ini dan menyukai jenis warna ini. · Hijau Warna hijau merupakan warna alam, dan terlihat kalem. Warna hijau memang terlihat cukup terang tetapi
mempunyai
efek
menenangkan.
Hijau
juga
merepresentasikan pertumbuhan, kesehatan, dan kesegaran. · Biru Warna
biru
mencerminkan
keramahan
dan
ketenangan. Biru adalah jenis warna yang dingin dan menenangkan, dengan sedikit sentuhan semangat. Warna biru dipercaya sebagai warna pembawa kedamaian.
B. Sekolah Alam
commit to user
II-11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Pengertian Sekolah Alam adalah sekolah yang memiliki komitmen dan secara sistematis
mengembangkan
program-program
untuk
menginternalisasikan nilai-nilai lingkungan (alam) dalam seluruh aktivitas sekolah. Sebagian besar kegiatan belajar-mengajar di Sekolah alam tidak dilakukan di dalam ruangan, melainkan di alam terbuka. Siswa dilatih untuk lebih berani dalam bereksplorasi. Dalam sekolah alam guru bertindak sebagai fasilitator. Siswa diberikan kebebasan (yang masih dalam koridor) untuk belajar tentang segala hal yang ingin diketahuinya. Nilai teori bukan hal utama yang menjadi tolak ukur keberhasilan siswa dalam menyerap pelajaran di sekolah alam. Siswa justru lebih dididik untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapatnya dari kegiatan di sekolah.
2. Latar belakang berdirinya Sekolah Alam Sekolah alam mula-mula berdirinya diperuntukkan untuk kaum dhuafa (kurang mampu), tidak ada biaya dipungut sepeserpun alias gratis. Meski begitu tak ada seorangpun yang mau menyerahkan anaknya untuk di didik disana. Boleh jadi para orang tua tadi belum siap dengan konsep sekolah alam. Sehingga walau gratis sekalipun, mereka menolak untuk menyekolahkan anak mereka di sekolah alam. Ketika konsep sekolah alam ini kemudian ditawarkan ke kalangan menengah ke atas, ternyata ada yang menyambut, ada yang tertarik, ada yang menyekolahkan anaknya di sekolah alam. Walau begitu, sekolah alam tetap menyediakan tempat bagi mereka yang kurang mampu. Awalnya sekolah alam mendapat tentangan dari Departmen
commit to user
Pendidikan Nasional (Depdiknas). Metode yang sangat tidak lazim, juga
II-12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membebaskan siswa dari pakaian seragam, di antaranya menjadi alasan penolakan terhadap sekolah itu. Tetapi kemudian sikap Depdiknas melunak dan mengizinkan sekolah dengan konsep alam itu berjalan. Sekolah alam juga didirikan sebagai reaksi terhadap sistem sekolah di Indonesia yang semakin lama semakin terasing dari lingkungan. Dengan adanya konsep "alam" ini, diharapkan siswa bisa lebih menghayati apa yang dipelajarinya, juga menjadikan pembelajaran lebih variatif dan tidak membosankan. Alam, kehidupan, dan lingkungan dimanfaatkan sebagai media
pembelajaran,
sehingga
siswa
siap
menghadapi
problem
kehidupan riil16.
3. Preseden Sekolah Alam di Indonesia a. Green School Bali17 Terletak di desa Sibang Kaja, 30 km dari pusat kota Denpasar. Digagas oleh John Hardy, sekolah ini merupakan satu-satunya sekolah di dunia yang bangunannya terbuat dari batang bambu yang ramah lingkungan. Pendingin udaranya tidak lagi memakai Ac, melainkan kincir angin melalui terowongan bawah tanah. Tenaga listiknya menggunakan bio-gas yang terbuat dari kotoran hewan untuk menyalakan kompor. Tambak udang tempat budidaya, sekaligus peternakan sapi. Ditambah
lagi arena
olahraga,
laboratorium,
perpustakaan,dll. Para murid diajarkan untuk dekat dengan alam, mulai dari cara menanam padi, memproduksi coklat sendiri. Semua itu tak lepas dari harapan agar murid – murid mereka mengerti tentang berbagai hal
commit to user http://penakuasaberkarya.blogspot.com/2010/11/sekolah-alam.html http://www.greenschool.org
16 17
II-13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam kehidupan, dan mampu menjadi pemimpin di dunia yang selalu berubah dan menantang ini. Pendeknya, mereka-para pelajar-akan tahu segala hal dari organic gardening hingga mendesain website, dari menjalankan bisnis kecil hingga menekan emisi karbon, menjadi orang yang membanggakan dan dapat dipercaya mengelola kehidupan dengan lebih baik, di tengah krisis bumi ini 18.
Gambar II. 4 - Heart of School, Green School Bali (Sumber: www.greenschool.org)
1) Kurikulum: -
Membangun kepribadian, sosial dan emosi;
-
Komunikasi, bahasa, dan membaca;
-
Pemecahan masalah, memberikan alasan, dan matematika;
-
Mengetahui dan memahami lingkungan;
-
Pembangunan fisik (badan/ tubuh);
-
Pembangunan kreativitas.
2) Metode Pembelajaran Dalam
membangun
kemampuan
memberikan
alasan
dan
matematika, siswa didorong untuk memahami “bagaimana sesuatu bekerja” dan untuk membuat prediksi berdasarkan aktivitas seharihari 18
mereka.
Berhitung,
mencocokkan
dan
mengurutkan,
commit to user
http://wahw33d.blogspot.com/2011/01/green-school-sekolah-hijau-di-bali-yang.html
II-14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membandingkan ukuran obyek, bentuk dan warna, semua hal tersebut membantu kesiapan siswa dalam matematika. Ketrampilan motorik halus dan motorik kasar sangat penting di usia awal. Ketika siswa memotong atau mencetak bentuk dari lilin, mereka melatih genggaman jari yang digunakan ketika mulai menulis. Memanjat dan mengkoordinasikan seluruh badan dalam sebuah satuan gerakan, siswa membutuhkan waktu untuk sekedar berlari di rumput secara bebas untuk melatih otot-otot mereka. Kreativitas dan seni membantu untuk membangun sisi kreatif mereka, dan terkadang terhubung dengan satu tema atau konsep yang kita pelajari. Semua itu akan terjalin dengan mempelajari dunia di sekitar kita.
Pohon-pohon, rumput, bunga, bambu, batu,
kaca, pelangi, sungai, binatang, dan burung-burung di sekitar kita adalah sebuah pembelajaran alami lingkungan yang mendorong dan mendukung seluruh proses belajar anak-anak.
3) Permassaan Sekolah ini memiliki luas 8 hektare, dan terletak di Sibang Kaja yang dibelah oleh Sungai Ayung. Di sisi sungai dibangun kelaskelas,
perpustakaan,
laboratorium,
dan
dapur.
Kolam
pembudidayaan, kebun sayur organik, maze yang bisa dimakan dan kebun permakultur tersebar di berbagai titik di seluruh kampus yang luas itu. Semua bangunan di Green School terbuat dari material ramah lingkungan seperti bambu, rumput alang-alang, dan dinding dari tanah
liat
khas
berekpserimen
Bali.
Untuk
commit to user
dengan
sumber
pembangkit
energi,
listrik
sekolah
tenaga
air
ini dan
II-15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memproduksi gas metana dari kotoran sapi untuk menyalakan kompor
dan
mengembangkan
unit
gasifikasi
yang
akan
menggunakan kulit gabah kering dan material organik lainnya untuk menghasilkan listrik. Sebuah pabrik cokelat organik yang telah dikelola, lapangan olahraga yang luas, pusat kebugaran, sarana outbound, dan jalur-jalur untuk pesepeda juga telah disediakan Green School19.
4) Interaksi dengan alam
Gambar II. 5 - Pelajaran memasak di alam terbuka (Sumber: www.greenschool.org)
Gambar II. 6 - Siswa belajar mengenal padi, langsung di sawah (Sumber: www.greenschool.org)
commit to user http://www.ciputraentrepreneurship.com/perusahaan-a-merek/nasional/perusahaan/8100green-school-sekolah-hijau-kelas-dunia.html 19
II-16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar II. 7 - siswa berjalan-jalan di sekitar sekolah didampingi guru (Sumber: www.greenschool.org)
5) Biaya Sekolah Tabel II.4–Biaya Sekolah di Green School Bali
No.
Jenis Biaya
Jumlah
1.
Biaya Registrasi
$ 500
2.
Uang bangunan tahunan
$ 950
3.
Biaya sekolah pertahun
$ 7.950
(Sumber: www.greenschool.org)
b. Sekolah Alam Bogor20 Didirikan pada tahun 2002 oleh anak-anak mudah yang tergabung dalam Yayasan Progress Insani. Terletak di Jl. Pangeran Ash-Shogiri 150 Kelurahan Tanah Baru Kota Bogor. Dalam sekolah alam Bogor, Sekolah adalah sebuah model pendidikan yang berusaha mengadaptasi apa yang telah dibuktikan oleh Rasulullah SAW pada masanya ke masa kini dan masa di mana generasi Rabbani kelak menjadi pemimpin di muka bumi. Sekolah Alam berusaha mengembangkan pendidikan bagi semua (seluruh ummat manusia) dan belajar dari semua (seluruh makhluk di alam semesta). 20
http://www.sekolahalambogor.org
commit to user
II-17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar II. 8 - Ruang Kelas di Sekolah Alam Bogor (sumber: www.sekolahalambogor.org)
1) Kurikulum § Dienul Islam § Bahasa § Kognitif dan daya cipta § Seni dan daua cipta § Sains dan teknologi § Pendidikan jasmani § Keterampilan dan wirausaha § Pendidikan lingkungan § Farming § Outbond
2) Metode Pembelajaran Dalam konsep pendidikan Sekolah Alam Bogor, fungsi alam antara lain : § Alam sebagai ruang belajar § Alam sebagai media dan bahan aja § Alam sebagai objek pembelajaran
commit to user
II-18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Proses pembelajaran Sekolah Alam Bogor menyandarkan pada 4 (tiga) pilar: § Pengembangan akhlak melalui teladan (Learning by Qudwah) § Pengembangan logika
dan daya
cipta
melalui
Expreriental
Learning § Pengembangan kepemimpinan dengan metode Outbond Training § Pengembangan kemampuan berwirausaha
3) Interaksi dengan alam
Gambar II. 9 - Siswa Sekolah Alam Bogor di Jembatan kecil di lingkungan sekolah.
(sumber: www.sekolahalambogor.org)
Gambar II. 10 - Asyik membaca di atas pohon (sumber: www.sekolahalambogor.org)
commit to user
II-19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar II. 11 - interaksi dengan hewan (sumber: www.sekolahalambogor.org)
Gambar II. 12 - Menggambar di alam terbuka (sumber: www.sekolahalambogor.org)
4) Biaya Sekolah Tabel II.5–Biaya Sekolah di Sekolah Alam Bogor
No.
Jenis Biaya
1.
Investasi** Program Pembelajaran (1 tahun) Asuransi (Premi 1 Tahun) Seragam + Alat Outbond Iuran Komite SPP Juli TOTAL 1-6 PENDAFTARAN
2. 3. 4. 5. 6. 7.
SM Asal SAB 5.250
SM Non SAB
SD Asal SAB
SD Non SAB
Seluruh biaya dikalikan 1.000 7.250 5.500 6.750
TK A
PG
LSC
3.750
4.250
1.450
1.800
1.800
1.600
1.600
1.320
1.320
1.700
175
175
50
50
50
50
50
-
-
200
200
200
200
200
120 350 5.790 300
120 350 6.290 300
120 1.450 4.970 400
120 120 120 120 575 575 450 450 7.920 9.920 7.920 9.170 500 500 400 400 (sumber: www.sekolahalambogor.org)
commit to user
II-20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Sekolah Alam Indonesia21 Sekolah Alam Indonesia (SAI) adalah impian yang jadi kenyataan bagi mereka yang menginginkan perubahan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Bukan sekadar perubahan sistem, metode, dan target pembelajaran, melainkan perubahan paradigma pendidikan secara menyeluruh yang pada akhirnya mengarah pada perbaikan mutu dan hasil akhir dari proses pendidikan itu sendiri. Sebagai sekolah berbasis komunitas, penyelenggaraan kegiatan pendidikan di SAI tidak semata-mata menjadi tanggung jawab guru dan yayasan, tapi juga orangtua murid. Semua terlibat, semua turun tangan mengatasi berbagai kendala dan persoalan yang timbul. Semua peduli dengan pengembangan sekolah karena sekolah bukan ‘milik’ yayasan atau pribadi-pribadi tertentu, tapi milik komunitas. Semangat kebersamaan komunitas dibangun dengan prinsip anakmu adalah anakku, yang diterjemahkan dalam sistem subsidi silang, yaitu yang lebih mampu membantu yang kurang mampu. Sebagai sebuah paradigma baru dalam dunia pendidikan di Indonesia, SAI diharapkan menjadi tambahan kekayaan dalam khazanah pendidikan nasional. Bisa dinikmati oleh lebih banyak anak di seluruh Indonesia.
Bisa
lebih
melibatkan
banyak
pihak
dalam
mengembangkannya. Karena pada hakikatnya, penyelenggaraan pendidikan itu bukan hanya tanggung jawab pemerintah, namun seluruh komponen bangsa.
21
commit to user
http://www.sekolahalamindonesia.org
II-21
perpustakaan.uns.ac.id
1)
digilib.uns.ac.id
Kurikulum § Program kemampuan dasar keislaman: Tauhid, ahlaq; praktek ibadah; Hafalan Al-Quran yang sesuai; Hafalan doa harian; sejarah nabi. § Program kemampuan dasar umum Kemampuan berbahasa (Bahasa Indonesia, Bahasa Al-Quran, Bahasa Inggris); Daya fikir (Matematika dan Sains); Ketrampilan (melatih kemampuan motorik halus dan kreativitas); Pendidikan jasmani (outwardbound, renang, kebersihan dan kesehatan). § Program kemampuan sosial bermasyarakat dan kemampuan mengelola emosi. § Program alam. Beternak, berkebun, dan eksplorasi alam.
2)
Metode Pembelajaran Di SAI, anak-anak dibebaskan bereksplorasi, bereksperimen, berekspresi tanpa dibatasi sekat dinding dan berbagai aturan yang mengekang rasa ingin tahu mereka, yang membatasi interaksi mereka dengan kehidupan yang sebenarnya, yang membuat mereka berjarak dan tak akrab dengan alam lingkungan mereka. Anak dibebaskan menjadi diri mereka dan mengembangkan potensi dirinya untuk tumbuh menjadi manusia yang berkarakter, berakhlak mulia, berwawasan ilmu pengetahuan, dan siap menjadi pemimpin sesuai
dengan
hakikat
penciptaan
manusia
untuk
menjadi
pemimpin di muka bumi. Anak dibebaskan dari tekanan ‘mengejar’ nilai dan rangking. Mereka didorong untuk menumbuhkan tradisi
commit to user
ilmiah. Prestasi setiap anak tidak dilihat dalam perbandingan
II-22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan anak lain, tapi dari upaya mereka memaksimalkan potensi diri dan menjadi lebih baik. Belajar
menjadi sesuatu yang
menyenangkan, tidak membebani. SAI
membebaskan
guru
untuk
berkreasi
dalam
mengajar.
Kreativitas guru tidak dibatasi oleh buku paket dan target nilai. Guru tak sekadar mengajar, tapi mendidik. Guru tak hanya jadi panutan, tapi juga
jadi teman. Guru adalah fasilitator. Guru-guru yang
beridealisme tinggi dan penuh dedikasi di sekolah ini membantu anak
didik
mengenali
kelebihan
dan
kekurangannya,
dan
menjadikan mereka tidak sekadar tahu, tapi bisa melakukan. Tidak sekadar kenal, tapi paham. Tidak sekadar berilmu, tapi berkarakter dan berakhlak mulia. Tidak sekadar mandiri, tapi bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk dikerjakan.
3)
Permassaan22 Konsep desain adalah membentuk manusia berkarakter sesuai dengan tujuan pendidikan SAI, memanfaatkan atau menggunakan lahan sebagai wadah beraktivitas dengan menciptakan suasana lingkungan binaan baru, pembentukan desain massa dan ruang yang alami, sehingga menyatu dengan konsep SAI. Masjid dibangun sebagai pusat kegiatan. Kemudian, konsep desain tapak mengikuti kondisi alami tapak, kemiringan kontur dan lanskap yang ada. Desain bangunan dan spesifikasi bahan menggunakan bahan alam dipadukan dengan bahan berteknologi tinggi. Ini juga untuk proses pembelajaran siswa. Selain itu, lay out komposisi
22
commit to user
http://saimenjemputimpian.wordpress.com/proposal/gambar-proyek/
II-23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
massa bangunan berorientasi ke dalam (cluster) tetapi grid tapak secara keseluruhan mengikuti arah kiblat. Komposisi zoning dibagi menjadi tiga zona: Zona Publik, Zona Semi Publik, dan Zona Privat. Di Zona Publik ada bangunan serba guna, bangunan pengelola, area bisnis, area outbond, parkir, dan sungai. Pada Zona Semi Publik akan berdiri bangunan masjid, pengelola, kantor yayasan, kantin, administrasi, area terbuka, dan sungai. Terakhir, yaitu Zona Privat akan meliputi bangunan kelas, ruang guru, ruang rapat, gudang peralatan, bangunan administrasi, lapangan olahraga, kolam ikan atau reservoir.
4)
Interaksi dengan alam
Gambar II. 13 - belajar di alam terbuka
Gambar II. 14 - Pelajaran Berkebun (sumber: http://www.sekolahalamindonesia.org)
(sumber: http://www.sekolahalamindonesia.org)
Gambar II. 15 - Permainan kelompok untuk melatih rasa sosial (sumber: http://www.sekolahalamindonesia.org)
commit to user
II-24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar II. 16– Outbond (sumber: http://www.sekolahalamindonesia.org)
5)
Biaya pendidikan
No.
Tabel II. 6 - Biaya Sekolah di Sekolah Alam Indonesia Jenis Biaya Besar Biaya
Keterangan
1.
Biaya Formulir Pre School dan
Pembayaran dilakukan
Rp 195.000,-
Sekolah Dasar
saat
Biaya Formulir sekolah lanjutan 2.
3.
4.
Rp 210.000 ,-
Biaya Sit In & Observasi
pengambilan
formulir Pembayaran dilakukan
- Pre School
Rp 210.000,-
pada hari pertama sit
- SD
Rp 210.000,-
in.
- SL
Rp 210.000,-
Dana pengembangan pendidikan
Pembayaran dilakukan
- Pre School
Rp 7.500.000,-
segera
- SD
Rp 7.500.000,-
pengumuman hasil Sit
- SL
Rp 7.500.000,-
in.
Jihad Harta
setelah
Pembayaran
tahun
- Pre School
Rp 3.000.000,-/tahun
pertama
- SD
Rp 3.000.000,-/tahun
segera
- SL
Rp 3.500.000,-/tahun
pengumuman hasil Sit
dilakukan setelah
In. 5.
Bea Guru
Pembayaran
tahun
- Pre School
Rp 470.000,-/bulan
pertama
- SD
Rp 520.000,-/bulan
segera
- SL
Rp 570.000,-/bulan
pengumuman hasil Sit
- Inclusive Special Treatment
Rp 1.820.000,-/bulan
In.
dilakukan setelah
Sumber: www.sekolahalamindonesia.org
commit to user
II-25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Kesimpulan a. Aktivitas Aktivitas yang ditekankan adalah aktivitas siswa dan guru serta interaksi dengan alam yang terjadi dalam proses belajar di sekolah alam. Kemampuan Motorik Halus
Bagan II. 1 - Kegiatan di Sekolah Alam (Sumber: Dokumen Pribadi) Sarana/ Prasarana
Kemampuan Motorik Kasar
Siswa
Kemampuan Psikososial
Alam
Kemampuan Emosi
Orang Tua & masyarakat sekitar (sebagai pendukung)
Sekolah Alam
Kemampuan Kognitif
Guru
Kurikulum
Lebih dari 50% kegiatan di sekolah alam mengambil tempat di alam terbuka.
b. Perwadahan/ Peruangan Terdapat sebuah bangunan penunjang yang menjadi pusat sekolah, ruang terbuka untuk outbond, jalur sirkulasi untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar, dengan tata massa yang cenderung majemuk. Peruangan
sekolah
dibuat
agar
memungkinkan
anak
untuk
berkegiatan tanpa merasa dibatasi namun tetap aman dan masih dalam jangkauan pengawasan guru.
commit to user
Ruang-ruang yang umumnya ada di Sekolah alam adalah:
II-26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
·
Ruang kelas
·
Area Berkebun
·
Area Outbond/ Area Olahraga
·
Area Bermain
·
Hall
·
Perpustakaan
·
Ruang Guru
·
Ruang Rapat
·
Ruang Ibadah
·
Dapur
·
Toilet anak-anak
·
Toilet orang dewasa
·
Area Parkir
·
Area khusus orang tua siswa
Gambar II. 17 - Ruang kelas di sekolah alam yang dibuat tidak masif dengan open space sebagai "ruang" eksplorasi anak. (sumber: www.sekolahalambogor.org)
a. Permassaan
commit to user
II-27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penataan massa di Sekolah Alam pada umumnya membentuk massa majemuk yang diletakkan berdekatan dengan spot-spot di alam terbuka yang telah dipilih, namun tetap memiliki sebuah massa yang berfungsi sebagai kantor pusat dari sekolah.
Gambar II. 18 - Contoh masterplan sekolah alam, dengan open space, massa-massa penunjang, dan sebuah massa utama yang menjadi pusat sekolah . (sumber: http://www.sekolahalamindonesia.org)
b. Korelasi Interaksi 1) Aspek Fisik
:
· Memiliki sebuah “bangunan” utama yang berfungsi sebagai (semacam) kantor pusat; · Terdapat spot-spot tertentu yang difungsikan sebagai lokasi outbond; · Ruang kelas bukan merupakan bangunan masif; · Memiliki open space; · Jarak antar massa bangunan tidak terlalu dekat; · Cenderung bermassa banyak; · Menyatu dengan alam; · Menggunakan material lokal derah setempat. 2) Aspek Non fisik
commit to user
II-28
perpustakaan.uns.ac.id
· Sekolah
digilib.uns.ac.id
alam
mengembangkan
program-program
untuk
menginternalisasikan nilai-nilai lingkungan di sekolah; · Siswa dilatih untuk berani bereksplorasi; · Guru bertindak sebagai fasilitator yang mendampingi proses eksplorasi siswa; · Konsep “alam” menjadikan pelajaran lebih variatif dan tidak membosankan; · Nilai teori bukan menjadi tolak ukur keberhasilan; · Siswa dididik untuk lebih dapat mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari; · Aktivitasnya dirancang untuk mendukung perkembangan motorik halus, motorik kasar, emosi, kognitif, dan psikososial.
C. Bangunan Hemat Biaya 1. Pengertian Bangunan Hemat Biaya (Frugal Architecture) selalu memperhatikan lahan dan budaya sekitarnya. Karya arsitektur yang dibangun harus menyesuaikan dengan keadaan di sekitarnya
agar
lebih
ramah
lingkungan. Begitu pula dengan budaya sekitar. Sebelum membangun, penting untuk mengetahui tradisi, budaya, bahkan sejarah daerah sekitar dimana bangunan akan didirikan. Menggunakan material lokal dan material bekas pakai. Misalnya penggunaan daun pintu dan jendela bekas, atau batu bata bekas yang masih layak untuk digunakan.
commit to user
II-29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar II. 19- Batu bata
Gambar II. 20 - Pintu dan jendela bekas
(sumber: Dokumen pribadi)
(sumber: Dokumen pribadi)
Bertujuan untuk mengenalkan kembali bentuk-bentuk pembangunan lokal yang menggunakan keterlibatan masyarakat dan penggunaan teknologi sederhana. Jenis arsitektur ini bertujuan untuk mengenalkan lagi penggunaan teknik-teknik arsitektur yang bisa dikatakan sebagai bagian dari tradisi. Contohnya penggunaan anyaman bambu.
2. Preseden Bangunan Hemat Biaya: a. METI School (School Handmade) di Rudrapur, Bangladesh Terletak di Desa Rudrapur, Bangladesh. Bangunan merespon ide ini dala wujud material, teknik, dan desain arsitektural. Tujuan proyek adalah untuk memperbaiki teknik bangunan yang ada, untuk memberi konstruksi kepada keberlanjutan dengan memanfaatkan potensi lokal dan untuk memperkuat identitas daerah. Dibangun di daerah miskin, menggunakan material lokal yang sederhana (batu, tanah liat, bambu, jerami, bahkan campuran kotoran ternak) dan tampak berbau “ramah lingkungan”, serta diwujudkan bersama lewat partisipasi warga. Itulah sebabnya proyek inipun sering disebut “School Handmade”. Dengan teknologi yang sangat sederhana dan tak rumit dalam program commitruang. to user
II-30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Material lokal di udrapur adalah bambu untuk konstruksi, tanah untuk dinding dan pondasi, jerami untuk atap dan tali rami untuk mengikat konstruksi.
Gambar II.21 - Meti School (sumber: http://archpaper.com/uploads/image/METI-School.jpg)
Proses pembangunan sekolah ini sebagian besar berasal dari partisipasi warga. Diharapkan dengan hal ini masyarakat peduli dan berpartisipasi dalam perkembangan dan kemajuan sekolah.
Gambar II.22 - Proses Pengerjaan Sekolah menggunakan tanah liat yang dibentuk secara manual menggunakan tangan. (Sumber: http://archsociety.com/archimg/meti/meti_school_photo-6.jpg)
Bentuk denah bangunan dari sekolah ini sederhana, yaitu berupa persegi panjang. Peruangannya juga sederhana dengan sedikit commit to user
II-31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perabot. Ruang kelas tidak menggunakan meja dan kursi seperti sekolah pada umumnya.
Gambar II.23 - Denah lantai dasar METI School (sumber: http://www.moma.org/interactives/exhibitions/2010/smallscalebigchange/ images/projects /meti_handmade_school/3/Slideshow/1.jpg)
Gambar II.24 - Ruang Kelas di Meti School (sumber: http://www.architektur.hoerbst.com/bangladesh/metischool/content/bin/images/large/ Kurt.Hoerbst__051.jpg)
b. Rempah Rumah Karya, Colomadu, Karanganyar Sang arsitek, Paulus Mintarga, menamai bangunan ini seperti nama salah satu jenis bumbu masakan yang di masa lalu menjadi satu
commit to user
II-32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
komoditas magnet yang menarik ekspedisi dagang maritime dari Negara-negara barat ke Indonesia23.
Gambar II.25 - Rempah Rumah Karya (sumber: http://a5.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-aksnc6/268713_2148648925368_ 1520678414_2270839_4685659_n.jpg)
Ide bangunan berawal ketika pak Paulus Mintarga akan membuat gudang baru, sebab gudang yang lama masa kontraknya habis dan tempatnya kurang luas, hingga tidak mencukupi untuk menampung bermacam sisa bangunan yang menjadi salah satu lahan bisnisnya. Karena beliau sudah mempunyai lokasi untuk membangun gudang sendiri, maka ia ingin membangunnya, tidak perlu kontrak lagi. Namun melihat material bekas di gudangnya sangat banyak, timbul ide untuk memanfaatkan semua barang yang sudah masuk kategori rongsokan atau sampah itu menjadi bermanfaat. Batang baja dengan berbagai dimensi panjang dimanfaatkan untuk rangka utama sebuah bangunan tanpa harus mengubahnya, tanpa harus memotongnya. Artinya material yang ada membentuk dalam sentuhan kreatifitas yang harmoni.
23
commit to user
http://ruang17.wordpress.com/2011/07/10/rempah-rumah-karya/
II-33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar II.26 - Rangka Utama Bangunan memanfaatkan batang baja bekas (sumber: http://ruang17.wordpress.com/2011/07/10/rempah-rumahkarya/img_4048/)
Potongan-potongan
kayu
ditempelkan
apa
adanya
hingga
membentuk dinding yang artistik. Sementara lantai di bagian atas digelar anyaman bambu dan styrofoam atau polystyrene dengan finishing plester semen, sebuah langkah berani namun dengan perhitungan cermat, perbedaan karakter itu bisa menyatu dengan kokoh bahkan kuat menampung beban 10 sak semen24.
Gambar II.27 - Fasad Bangunan memanfaatkan potongan-potongan kayu bekas (sumber: http://ruang17.files.wordpress.com/2011/07/4.jpg?w=575&h=322)
3. Kesimpulan Metode untuk mewujudkan bangunan hemat biaya: a. Pemanfaatan Energi · Memanfaatkan sinar matahari sebagai pencahayaan di siang hari
24
commit to user
http://unik.kompasiana.com/2011/07/18/dari-sampah-berubah-jadi-rempah-rumah-karya/
II-34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
· Menggunakan penghawaan alami b. Program Ruang · Program ruang yang kreatif sebagai solusi agar
bangunan
memenuhi fungsi yang baik. · Sekat-sekat ruang menggunakan furniture/ lemari (semua furniture merupakan furniture bekas kayu tua/ kayu pinus bekas peti kemas/ bambu) c. Konsep Material · Eksplorasi material lokal · Menggunakan material bekas · Batu bata merah, genting keramik, terakota, rooster keramik & beton, batu alam, batako, kayu keras, grassblock, paving block, kayu pinus bekas peti kemas, berbagai jenis kaca, ubin, dll. · Material-material bekas proses pembangunan juga digunakan kembali. Pecahan-pecahan bata merah/ batako (sebagai dinding mozaik), kerikil dan batu-batu kecil bekas saringan pasir (sebagai lantai batu sikat), kayu perancah (dibelah, diserut, dapat menjadi plafon interior), papan bekas begesting (sebagai plafon/ dinding/ bangku), dan lain-lain. Seluruh pewarnaan menggunakan warna asli material, tanpa cat, dapat pula menggunakan campuran acian semen dengan serbuk (tepung) genteng bekas untuk mendapatkan acian yang kemerahan, atau dengan campuran pewarnaan alami lainnya.
D. Bangunan Terapung (Rumah Lanting)
commit to user
II-35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Pengertian 25 Rumah Lanting merupakan salah satu jenis rumah tradisional Kalimantan Selatan, Indonesia. Rumah ini merupakan tipe
rumah terapung,
berbahan utama kayu dan bagian bawah bangunannya menggunakan pelampung. Keberadaan Rumah Lanting menjadi slaah satu bukti penyikapan manusia terhadap kondisi lingkungannya.
Gambar II. 28 – Rumah Lanting di Kalimantan Selatan (sumber: http://melayuonline.com/ind/culture/dig/1924)
Secara fungsi , Rumah Lanting tidak berbeda dengan rumah yang dipancang di atas tanah. Dalam Rumah Lanting yang terapung-apung di atas air sungai itu hidup sebuah keluarga, membesarkan anak, membuka toko kelontong, warung makan, atau kios bahan bakar. Bahkan ada juga Rumah Lanting yang dijadikan penginapan atau karaoke. Rumah Lanting juga berfungsi sebagai gerbang untuk berkomunikasi dengan masyarakat luar. Kondisi tanah yang berawa dengan ketinggian 0,16 meter di bawah permukaan laut menyebabkan sebagian besar jalan darat di Kalimantan kondisinya
sangat buruk. Bahkan
sebagian
wilayahnya masih belum terjangkau dengan transportasi darat, sehingga penggunaan transportasi sungai menjadi solusinya. Kondisi ini membuka 25
commit to user
http://melayuonline.com/ind/culture/dig/1924
II-36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peluang usaha di sepanjang aliran sungai. Tidak heran jika kemudian di sungai-sungai di Kalimantan muncul berbagai jenis usaha. Keberadaan Rumah Lanting juga berfungsi untuk mencegah erosi yang diakibatkan oleh pasang surut air laut. Kelebihan lain dari Rumah Lanting adalah konstruksi yang anti banjir. Ketika rumah-rumah penduduk di sebagian daerah Kalimantan Selatan terendam banjir sampai tiga meter, Rumah Lanting seolah-olah tidak terganggu.
Gambar II. 29 – Rumah Lanting digunakan sebagai Toko Kelontong (sumber: sumber: http://melayuonline.com)
2. Tempat dan bahan-bahan Secara spesifik tempat yang digunakan untuk membangun Rumah Lanting adalah sepanjang aliran sungai yang agak dalam. Rumah Lanting merupakan arsitektur rumah terapung yang sebagian besar bahan-bahannya terbuat dari kayu. Namun walaupun hanya terbuat dari kayu dan berada di atas aliran sungai, Rumah Lanting dapat bertahan hingga puluhan tahun karna menggunakan bahan-bahan pilihan. Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk membuat Rumah Lanting di antaranya adalah: · Kayu. Kayu merupakan bagian bahan utama untuk membuat Rumah Lanting. Kayu digunakan untuk membuat pondasi, kerangka rumah,
commit to user
II-37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lantai, dinding, dan terkadang juga untuk atap. Untuk membuat pondasi, kayu yang dibutuhkan adalah kayu yang tidak mudah lapuk bila direndam dalam air.. biasanya menggunakan kayu meranti, bangkirai, atau ulin yang masih gelondongan. Kayu-kayu jenis tersebut juga biasa digunakan untuk membuat bagian kerangka, lantai dan dinding Rumah Lanting. Untuk atap biasanya menggunakan sirap yang berasal dari kayu yang tahan terkena terik matahari, misalnya kayu belian. · Daun rumbia. Selain menggunakan sirap, atap Rumah Lintang terkadang juga menggunakan daun rumbia. Daun rumbia dipilih selain karena mudah disusun dan tidak mudah ditembus air juga karena ringan sehingga tidak memberi beban berat terhadap pondasi. · Seng. Seiring perkembangan zaman, seng mulai digunakan sebagai bahan penutup atap dengan pertimbangan efektivitas dan lebih ringan. · Tali. Tali digunakan antara lain untuk menyambung bagian-bagian kayu, menempelkan atap, dan untuk mengikat rumah agar tidak terbawa arus air.
3. Tahapan Pembangunan Rumah Lanting Pendirian Rumah Lanting diawali dengan menentukan tempat dimana Rumah Lanting tersebut akan didirikan. Setelah itu dilanjutkan dengan pencarian dan pengumpulan bahan. Setelah bahan-bahan terkumpul, maka pendirian rumah dapat segera dimulai. Aktivitas mendirikan Rumah Lanting diawali dengan membuat pondasi rumah. Kayu-kayu yang hendak digunakan untuk membuat pondasi, dijejerkan di tepi sungai sesuai dengan ukuran bangunan yang akan
commit to user
II-38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dibuat. Kemudian di atas bahan pondasi tersebut disusun susuk dan gelagar. Kemudian di atasnya ditempeli papan-papan yang nantinya akan berfungsi sebagai lantai. Pada tahap ini kita akan melihat sebuah rakit raksasa. Setelah bagian pondasi selesai, kemudian rakit raksasa tersebut didorong kesungai. Setelah sampai pada posisi yang ditentukan, bagian depan dan belakangnya diikatkan dengan tiang pancang yang ada di pinggir sungai. Tujuannya agar rumah tidak terbawa arus. Kemudian di atasnya dibuat kerangka rumah. Setelah itu pemasangan dinding dan atapnya. Setelah pemasangan atap, berarti pembangunan Rumah Lanting telah selesai dan siap untuk ditempati.
4. Anatomi Rumah Lanting Rumah Lanting biasanya menghadap ke daratan dengan konstruksi bubungan berbentuk atap pelana. Rumah Lanting memiliki dua ruangan, yaitu ruang tamu dan kamar tidur yang masing-masing berukuran sekitar 5x3 meter. Ruang tidur merupakan ruang privat yang hanya boleh dimasuki oleh anggota keluarga. Sedangkan ruang tamu merupakan ruang
publik,
yaitu
tempat
melakukan
aktivitas
sosial,
misalnya
menerima tamu dan mengadakan upacara-upacara. Ruang tamu juga terkadang digunakan untuk tempat memasak. Rumah
Lanting
mempunyai
dua
lawang
(pintu)
masing-masing
menghadap ke darat dan sungai. Pada kedua dindingnya terdapat dua lalungkang (jendela) kecil. Selain itu, di depan lawang terdapat titian (jembatan) yang menghubungkan Rumah Lanting dengan daratan.
commit to user
II-39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Adakalanya untuk tempat memasak, dibuat ruangan lain yang posisinya menempel. Pada
bagian belakang rumah terkadang juga
dibuat
bangunan untuk tempat buang air.
Gambar II. 30 – Rumah Lanting saat ini (sumber: Dokumen Pribadi)
5. Kesimpulan a. Program Ruang Banyak menggunakan ruang dengan fungsi ganda. Program ruang sederhana. Hanya terdiri dari 2 ruangan utama yaitu ruang tamu dan ruang tidur. Ruang tamu sekaligus berfungsi sebagai tempat memasak. Terdapat teras di bagian depan rumah yang saat ini banyak berfungsi sebagai tempat usaha. Beberapa menambahkan ruangan lain yang menempel di bagian belakang rumah utama sebagai tempat buang air. b. Konsep Material Menggunakan material lokal daerah setempat. Untuk Rumah Lanting asli, banyak menggunakan material dari kayu dan daun rumbia yang merupakan sumber daya alam asli daerah setempat. Seiring perkembangan
zaman,
saat
ini
Lanting
mulai
banyak
yang
menggunakan bahan-bahan modern seperti seng (sebagai pengganti daun rumbia untuk atap). c. Konsep Konstruksi
commit to user
II-40