KONSEP DIRI OIeh: Purwanta, S.Kp., M.Kes Pengertian. Smart dan Sundeen (1995) mengatakan bahwa konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Sedangkan menurut Beck, William dan Rawlin (1994), konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh fisikal, emosional intelektual, social, dan spiritual. Konsep diri adalah keseluruhan pikiran dan perasaan dari individu tentang dirinya sendiri sebagai suatu obyek (Rosenberg cit. Fuller, 2000). Stuart dan Sundeen (1995) mengkategonkan konsep diri menjadi 5 (lima) komponen, yaitu: Gambaran diri atau citra diri, ideal diri, harga diri, penampilan peran, dan identitas diri. 1. Gambaran diri atau citra diri Merupakan kumpulan dan sikap individu yang disadari atau tidak disadan oleh tubuhnya, termasuk persepsi masa lalu dan sekarang serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi yang berkesinambungan dimodifikasi persepsi dan pengalaman baru. Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secar sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu (Stuart dan Sundeen, 1995). Gambaran tubuh seseorang adalah penilaian dan individu tentang keadaan fisiknya termasuk dalam bagian tubuhnya yang sehat dan sakft, apakah dapat berfungsi secara normal ( Driever cit. Mary, 1.996). Gambaran tubuh berhubungan erat dengan kepribadian, cara mandang individu terhadap dirinya yang mempunyai dampak yang sangat penting pada aspek psikologisnya, pandangan yang realistic terhadap dirinya, menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberikan rasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri bagi individu yang stabil. Gambaran diri, identitas dan kepribadian diri saling ketergantungan, gambaran diri mempengaruhi perilaku karena gambaran diri tergantung dan bagian nyata dan tubuhnya, seseorang umumnya tidak dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan fisik dan tubuhnya.
2. Ideal diri Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia hanus berperilaku sesuai dengan standar pribadi (Stuart dan Sundeen, 1995). Ideal din merupakan bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan atau sejulah aspirasi, cita-cita, nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma social (keluarga dan budaya), dan kepada siapa ia ingin lakukan. Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang dipengaruhi oleh orang yang penting pada dirinya yang memberikan tuntutan dan harapan.Pada usia remaja ideal diri akan dibentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Menurut Keliat (1994) ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi ideal diri adalah: a) Kecenderungan individu menetapkan idela diri pada batas kemampuannya. b) Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri, kemudian standar ini dibandingkan dengan standar kelompok teman. c) Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis, keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri. Semua factor di atas mempengaruhi individu dalam menetapkan ideal diri. Ideal diri merupakan hal yang paling pokok bagi seseorang dalam menetapkan konsep dan karakteristik yang diinginkannya. Ideal diri hendaknya tidak ditetapkan tenlalu tinggi tetapi masih lebih tinggi dan kemampuannya agar tetap menjadi pendorong dan masih dapat dicapai. 3. Harga diri Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh penilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1995). Harga diri berhubungan dengan penenimaan individu diman ia berada (Janince, 1994). Harga din berhubungan dengan penerimaan individu terhadap dirinya sendiri, dan ia dihargai jika memiliki kemampuan dan diakui oleh orang lain
(Wanren
cit.
Many,
1996).
Fnekuensi
pencapaian
tujuan
akan
menghasilkan harga din yang rendah atau haraga diri yang tinggi, jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan dirinya sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetap menasa sebagai orang yang penting dan berharga. Harga diri
diperoleh dan diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah dicintai dan menerima penghargaan dan orang lain. Harga diri akan rendah jika kehilangan rasa kasih sayang dan penghargaan dan orang lain. Sedangkan harga diri yang rendah berhubungan dengan personal yang buruk dan terutama menonjol pada klien yang depresi (Stuart dan Sundeen, 1995). Adapun manifestasi orang dengan harga diri rendah adalah kehilangan nafsu makan, atau kehilangan berat badan, makan yang berlebihan, konstipasi atau diare, gangguan tidur, tubuh tidak terawatt, sulit dalam melakukan aktivitas baru, penurunan gairah seksual, perubahan perilaku, sedih dan cemas, perasaan terisolasi, takut dan mudah marah kepada orang lain, lebih suka menjadi pendengardari path berpartisipasi dengan orang lain, mengeluh nyeri dan pusing, perasaan tidak berharga lagi, membenci diii sendiri, merasa tidak dapat meraih kesuksesan, merasa tidak berarti, tidak mampu menyelesaikan masalah, berperilaku yang aneh, melihat orang lebih baik dari pada dirinya sendiri. (Driever cit. Mary, 1996). Ada empat elemen yang dapat meningkatkan harga diri seseorang menurut Stanwyck (cit. Oliveri, 1995), yaitu: 1) pengertian dari orang lain; 2) peran sosial yang diharapkan; 3) perkembangan krisis psikologi; dan 4) komunikasi dalam bentuk koping. 4. Penampilan peran, dan Penampilan diri merupakan serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok social. Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan lain. Peran yang diterima adalah peran terpilih dan dipilih oleh individu. Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dan seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat (Beck. Cit. Keliat, 1994). Setiap orang termasuk usia lanjut selalu disibukan dengan perannya yang berhubungan dengan posisi pada setiap waktu sepanjang kehidupan, Misalnya peran sebagai kakeknenek, orang tua, anggota masyarakat, suami istri. dan lain-lain. Peran-peran tersebut sangat dibutuhkan untuk mencapai aktualisasi diri seseorang. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dan peran untuk memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Adapun stressor dan peran meliputi:
a) Konflik peran Konflik peran ini dialami jika peran yang diminta konflik dengan system individu atau dua peran yang konflik satu sama lainnya. b) Peran yang tidak jelas. Peran yang tidak jelas bisa terjadi jika individu diberikan peran yang tidak jelas dalam hal penlaku dan penampilan yang diharapkan. c) Peran yang tidak sesual Peran yang tidak sesuai bisa terjadi jika individu dalani proses transisi merubah nilai dan sikap contoh orang tua yang ditunjuk sebagai tokoh masyarakat (RT atau RW) yang belum pernah dialaminya. d) Peran berlebihan Peran ini bisa muncul apabila terjadi jika seseorang individu menerima peran sebagai kakek, tokoh masyarakat, orang tua, ketua organisasi social. dll. Dimana peran-peran tersebut tidak bisa dijalankan dengan baik karena kondisi flsiknya. Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi individu dalam menyesuaikan terhadap peran, yaitu . a. kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran b. Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan. c. Kesesuaian dan keseimbangan antara peran yang diembannya. d. Keselerasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran. e. Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidaksesuaian perilaku peran. 5. Identitas diri. Identitas diri adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dan semua aspek konsep diri sebagai satu kesatuan yan utuh (Stuart dan Sundeen, 1995). Pengorgamsasian prinsip
dan
kepribadian
yang
bertangung
jawab
terhadao
kesatuan,
kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu, mempunyai konotasi otonomi dan meliputi persepsi seksualitas seseorang. Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa remaja. Meier (cit. Stuart dan Sundeen, 1995) mengidentifikasi lima ciri identitas ego, yaitu:
a. mengenal diri sendiri sebagai oranganisme yang utuh dan terpisah dari orang lain. b. Mengakui jenis kelamin sendiri c. Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan. d. Menilai diri sendiri sesuai dengan nilai masyarakat e. Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat direalisasikan. Dalam konsep diri tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa apabila individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari penguasaan lingkungan, konsep diri yang negative dapat dilihat dari hubungan individu dan social yang maladaptive. Adapun rentang respon konsep diri dapat dilihat pada gambar 1 (satu) sebagai berikut:
Aktualisasi diri adalah kemampuan individu untuk menunjukkan kepribadian yang sehat dengan gambaran din yang balk, ideal din yang sesuai dan realistic, harga diri yang tinggi, penampilan peran yang memuaskan dan identitas diri yang jelas. Konsep diri positif adalah kemampuan diri untuk berfungsi lebih efektif yang terlihat dan penguasaan lingkungan yang mempengaruhinya. Keracunan identitas adalah merupakan suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis. Depersonalisasi adalah suatu perasaan yang tidak realistis dan keasingan dan diri sendiri. Hal ini berhubungan dengan tingkat kecemasan atau panic dan kegagalan dalam pengujian realitas. Individu mengalami kesulitan untuk membedakan diri sendiri dan orang lain, dan tubuhnya sendiri terasa tidak nyata dan asing bagi dirinya. Menurut Yani (1998) bahwa konsep din dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu:
1. Predisposisi Berbagai factor penunjang terjadinya perubahan konsep din seseorang. Faktor ini dapat dibagi sebagai berikut: a. Faktor yang mempengaruhi harga diri yang meliputi: penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistic. b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah stereotipik peran seks, tuntutan peran kerja dan harapan peran cultural. c. Faktor
yang
mempengaruhi
identitas
personal
meliputi
ketidakpercayaan orang tua, tekanan dan kelompok sebaya, dan perubahan dan struktur social. 2. Faktor presipitasi Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang dihadapi individu dan individu tidak mampu menyesuaikan. Situasi ataut stressor dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya. Stressor yang mempengaruhi gambaran diri adalah: 1) hilangnya bagian tubuh; 2) tindakan operasi; 3) proses patologi penyakit; 4) perubahan struktur dan fungsi tubuh; 5) proses tumbuh kembang; dam 6) prosedur tindakan dan pengobatan. Stressor yan mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah; 1) penolakan dan kurang penghargaan diri dan orang tua dan orang yang berarti; 2) pola asuh anak yan tidak tepat; 3) persaingan antar saudara; 4) kesalahan dan kegagalan yang terulang; 5) cita-cita yang tidak tercapai; dan 6) gagal bertanggungjawab terhadap dininya. Sepanjang kehidupan seseorang sering mengalami transisi peran. Keliat (1994) mengidentifikasi tiga kategori transisi peran, yaitu: 1. Transisi perkembangan Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap perkembangan harus dilalui individu dengan meyelesaikan tugas yang berbeda-beda. Hal ini dapat merupakan stressor bagi konsep diri. 2. Transisi situasi Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan seperti kelahiran dan kematian, dan sendiri kemudian menjadi berdua dengan pasangannya, atau
ditinggal
mati
pasangannya.
Perubahan-perubahan
status
menyebabkan perubahan peran yang dapat menimbulkan ketegangan peran, peran yang tidak jelas atau yang berlebihan. 3. Transisi sehat-sakit Stressor pada tubuh dapat meyebabkan gangguan gambaran diri dan berakibat
perubahan
konsep
diri.
Perubahan
tubuh
dapat
mempengaruhi semua komponen konsep din, yaitu gambaran diri, ideal diri, identitas diri, penampilan peran, dan harga diri. Masalah konsep diri dapat dicetuskan oleh factor psikologis, sosiologis atau fisiologis, namun yang lebih penting persepsi individu terhadap ancaman. Sumber buku. Yani AS. 1998. Buku saku: Keperawatan jiwa. Edisi 3. EGC. Jakarta Keliat. AB. 1994. Gangguan konsep diri. OC. Jakarta. Rawlin, William, and Beck. 1993. Mental health psychiatric nursing a holistic life cycle approach. Third Edition. Mosby USA Stuart and Sundeen S.J. 1995. Principles and practice of phychiatric nursing. Sixth edition. St. Louis Mosby Year Book.