PENGGUNAAN PENILAIAN BERBASIS KELAS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI SAMIRONO YOGYAKARTA PADA MATA PELAJARAN IPS H. Purwanta
ABSTRACT This collaborative action research focus on improving quality of learning processes and result through implementation of classroom based assessment. Research subject are fourth grade social studies students of Samirono Elementary Public School Yogyakarta. The research is divided into two cycles where each of them has four steps: planning, action, observation and reflection. Difference between the two cycles is that the second cycle depends on the result of first cycle. Result of the research shows that implementation of classroom based assessment could improve students learning quality both processes and result. Nevertheless, there are many aspects that still need to be corrected and improved. One of the problems was teacher performance. Teacher said in reflection session that she was wrought up, because the coming of observer and researcher in her class. Impact of her stress, there is a learning activity that gone beyond. Besides her feeling, the teacher also still dominantly implemented chalk and talk method. It could cut off the development of students’ creativity. Based on reflection of first cycle, in second cycle we make breakthrough with writing teaching scenario in detail that teacher could read it along her teaching processes. In order to optimalize students’ creativity, in second cycle is used project method. Every group of students has to make a replica of transportation vehicle. Many actions that we did could improve the quality of learning processes and result to be higher than first cycle.
H. Purwanta dosen Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Satra, Universitas Sanata Dharma. Alamat Korespondensi: Kampus I, Mrican, Jln. Affandi, Yogyakarta. Email:
[email protected]
147
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang mengintegrasikan ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk tujuan pembentukan warga negara yang baik. Meski telah lebih dari 30 tahun masuk dalam kurikulum nasional Indonesia, Pendidikan IPS belum mampu menunjukkan hasil yang menggembirakan. Bahkan di masyarakat, IPS diplesetkan sebagai Ilmu Paling Sulit, karena ratarata nilai siswa dalam Ujian Nasional relatif rendah. Kegelapan yang menyelimuti mata pelajaran IPS merupakan fenomena yang menarik untuk dikaji dan dicari solusi alternatifnya. Salah satu penyebab paling penting adalah berubahnya haluan IPS dari pembentuk warga negara yang baik menjadi mata pelajaran yang berisi pengetahuan yang har us dihapalkan oleh para siswa. Berdasarkan hasil obser vasi kegiatan pembelajaran di kelas sebanyak tiga kali pertemuan pada bulan Februari 2008, ditemukan bahwa salah satu pihak yang mengubah tujuan pembelajaran IPS adalah guru. Guru mempergunakan hampir seluruh jam pelajaran untuk menjelaskan materi pembelajaran IPS di depan kelas dengan metode ceramah. Materi ceramah pun lebih banyak mengacu pada buku teks, termasuk contoh-contoh yang diberikan. Akibatnya, pembelajaran terkesan berpusat pada materi yang termuat dalam buku teks. Situasi kelas yang didominasi gur u mengakibatkan berkembangnya perasaan terpinggir di antara para siswa. Sebetulnya semua siswa di sekolah yang dijadikan subyek penelitian telah memiliki buku teks, sehingga mampu mempelajari isinya secara mandiri di rumah. Dari perspektif ini, dominasi guru di dalam proses pembelajaran justru akan dapat menimbulkan dampak negatif, yaitu menur unnya minat baca dan kemandirian siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan. Selain itu, kegiatan para siswa di kelas menjadi sangat terbatas, yaitu mendengarkan dan mencatat. Dalam 3 kali obser vasi, guru memang memberi ruang untuk terjadinya tanya jawab. Akan tetapi, dari setiap kali pertemuan ratarata kurang dari 10 siswa aktif berpartisipasi dalam kegiatan tanya jawab. Ketika dicermati lebih mendalam, ternyata siswa yang aktif relatif tetap dalam setiap pertemuan.
148
H. Purwanta, Penggunaan Penilaian Berbasis Kelas untuk ....
Setelah selesai melakukan ceramah dan tanya jawab, siswa kemudian diajak untuk mengisi Lembar Kerja Siswa (LKS) yang terdapat di buku atau menjawab pertanyaan yang tercantum di buku. Hasil pekerjaan siswa dikoreksi bersama, nilainya terkadang dimasukkan ke daftar nilai, terkadang tidak. Guru juga memberikan tugas berupa pekerjaan rumah (PR) dan dikoreksi bersama pada pertemuan berikutnya. Sejauh ini, tugas atau PR yang diberikan tidak terlepas dari buku teks. Akibatnya, suasana kelas terkesan tidak kondusif, lebih sering ramai, membosankan dan terkesan memboroskan waktu. Kalaupun muncul suasana “tertib”, hal ini dikarenakan siswa segan pada guru. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa pada minggu kedua dan ketiga bulan Februari 2008, sebagian besar siswa mengatakan paham dengan materi yang dijelaskan guru. Sebagian lagi mengaku tidak paham karena tidak mendengar penjelasan guru dan malas membaca sendiri di rumah. Siswa terkesan sebagai reproduktor dan bukan kreator ilmu baru yang berhasil dikonstruksinya. Sebagian besar mengaku tidak senang dengan IPS karena banyak hapalan. Hasil belajar siswa diketahui dengan memberikan tes tertulis (paper and pencil test). Materi tes sama seperti materi presentasi guru yang diambil dari buku teks. Beberapa materi memiliki unsur penerapan konsep namun dalam soal tidak ada pengembangan lebih lanjut bahkan untuk contoh-contoh aplikasi juga menyerupai yang tertulis pada buku teks. Aspek penilaian afektif dan psikomotor belum nampak, baik dalam proses maupun hasil pembelajaran. Par tisipasi siswa tidak langsung dinilai namun “dicatat dalam memori” guru untuk dituliskan dalam rapor. Secara garis besar hasil perolehan nilai pada mata pelajaran ini tergolong cukup. Ketika dilakukan wawancara dengan seorang gur u, dia menjelaskan bahwa tuntutan Kompetensi Dasar yang ditetapkan pemerintah mengakibatkan materi mata pelajaran IPS sangat banyak, sedang waktu yang tersedia hanya dua kali per temuan setiap minggunya. Dia juga menjelaskan bahwa tanggung jawab guru SD tidak hanya mengajar, tetapi juga administrasi kelas dan sekolah. Hal itu menjadikan dia hanya mengandalkan buku teks sebagai sumber belajar-mengajar.
149
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010
1.2 Permasalahan Dari berbagai permasalahan pembelajaran yang ditemukan di lapangan, penelitian akan difokuskan pada peningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan melalui penggunaan penilaian berbasis kelas. Apabila dirumuskan dalam bentuk per tanyaan, permasalahan menjadi: bagaimana menggunakan penilaian berbasis kelas untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran IPS?
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penerapan penilaian berbasis kelas atau dikenal juga sebagai penilaian otentik terhadap peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran IPS pada kelas IV Sekolah Dasar.
2.
SUBYEK PENELITIAN
Penelitian ini mer upakan PTK kolaboratif dalam ar ti melibatkan guru kelas untuk melakukan tindakan tertentu dalam pembelajarannya. Subyek penelitian mengambil siswa kelas IV SD Negeri Samirono Yogyakar ta. Dipilihnya SD Negeri Samirono Yogyakarta, karena latar belakang sosial ekonomi para siswanya ratarata berasal dari kelas bawah kaum urban. Orang tua mereka bekerja pada sektor informal, seperti penjual bakso, tukang becak, buruh dan pedagang kaki lima. Jumlah siswa kelas IV adalah 26 anak dengan seorang guru kelas yang bernama Tri Murwaningsih, S.Pd.
3.
METODE PENELITIAN
Kegiatan ini direncanakan berlangsung dalam dua siklus. Setiap siklus melalui tahapan: perencanaan-tindakan-obser vasi-refleksi sebagai berikut: 1)
150
Perencanaan, yaitu penyusunan rencana tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan pemahaman siswa. Dalam tahap ini dilakukan penyusunan silabus, RPP, lembar kerja siswa, tugas, soal ulangan, dan instrument obser vasi.
H. Purwanta, Penggunaan Penilaian Berbasis Kelas untuk ....
2)
Tindakan, yaitu pelaksanaan rencana tindakan sebagai upaya peningkatan pembelajaran.
3)
Observasi, yaitu pengamatan hasil atau dampak pelaksanaan tindakan.
4)
Refleksi, yaitu analisis, pemaknaan, dan penyimpulan hasil observasi terhadap kualitas proses dan hasil pembelajaran.
3.1 Siklus Pertama Kegiatan dalam siklus pertama dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan/tatap muka di kelas. Kegiatan yang dilakukan meliputi: 1.
Perencanaan: Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan kegiatan pembelajaran, yang meliputi:
a.
Peneliti menggali data awal karakteristik siswa untuk memetakan para siswa yang tergolong berkemampuan rendah, sedang, atau tinggi, dan membagi mereka secara heterogen menjadi kelompok-kelompok beranggotakan 4 orang. Peneliti menyusun perangkat pembelajaran untuk materi yang ditetapkan, meliputi: RPP, LKS, dan format jurnal guru.
b.
Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi: 1) Kriteria keberhasilan proses dan hasil belajar siswa berdasarkan pelaksanaan tindakan (lihat Tabel 2); 2) Instrumen obser vasi partisipasi siswa dalam diskusi kelas; 3) Instrumen obser vasi interaksi antarsiswa dalam kegiatan kelompok; 4) Lembar penilaian proyek; 5) Lembar penilaian kemampuan siswa mengerjakan LKS; 6) Lembar penilaian kemampuan kelompok mengerjakan ulangan; 7) Lembar penilaian kemampuan siswa memperagakan tugas; dan 8) Lembar penilaian produk yang dihasilkan siswa
c.
Validasi perangkat pembelajaran dan instrumen pengumpulan data oleh ahli pembelajaran. Berdasarkan masukan ahli, tim melakukan revisi yang perlu.
d.
Peneliti merekrut para observer yang akan memantau kegiatan setiap kelompok secara tersamar agar subyek penelitian dapat 151
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010
berperilaku sewajar mungkin. Para obser ver adalah para mahasiswa semester IV. e.
Peneliti melakukan pelatihan bagi para obser ver untuk menyamakan persepsi tentang pengisian instrumen obser vasi.
f.
Peneliti dan observer melakukan simulasi pelaksanaan tindakan.
g.
Peneliti menyiapkan teknis perekaman kegiatan perkuliahan menggunakan video camcorder.
2.
Tindakan: Pada tahap ini, dilaksanakan implementasi pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Guru melakukan presentasi materi pelajaran
b.
Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok heterogen beranggotakan 4 orang dan membagikan lembar kerja untuk tiap kelompok. Siswa dalam kelompok mengerjakan lembar kerja, sementara peneliti berkeliling memantau kegiatan tersebut.
c.
Peneliti dan mahasiswa mendiskusikan dan mengoreksi hasil kerja kelompok secara bersama.
d.
Peneliti memberi soal kuis (secara lisan atau tertulis), dan siswa mengerjakannya secara individual.
e.
Guru memberikan tugas untuk pertemuan selanjutnya
3.
Obser vasi: Tahap ini dilaksanakan bersamaan waktunya dengan tahap Tindakan. Pada tahap ini, dilaksanakan pengamatan oleh observer (kepala sekolah) dan peneliti atas hasil atau dampak pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan dengan bantuan instrumen observasi dan dilengkapi perekaman dengan video camcorder.
4.
Refleksi: Pada tahap ini dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan penyimpulan hasil observasi terhadap kualitas proses dan hasil pembelajaran. Ada dua macam refleksi yang dilakukan, yaitu:
152
H. Purwanta, Penggunaan Penilaian Berbasis Kelas untuk ....
a.
Refleksi segera setelah pertemuan berakhir, digunakan untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran dan pemecahannya untuk perbaikan dalam per temuan berikutnya (penyesuaian rencana pembelajaran dan/atau tindakan yang perlu disempurnakan).
b.
Refleksi pada akhir siklus per tama, digunakan untuk mengetahui apakah target yang ditetapkan sesuai indikator keberhasilan tindakan telah tercapai. Secara teknis pertamatama ketua peneliti melakukan refleksi diri dahulu dan anggota peneliti melakukan refleksi atas pengamatannya, lalu dilakukan refleksi bersama dan diskusi penyempurnaan tindakan untuk dilaksanakan dalam siklus kedua.
3.2 Siklus Kedua Tahap-tahap dan kegiatan-kegiatan pada siklus kedua pada dasarnya sama dengan siklus pertama, hanya tindakannya yang berbeda. Tindakan pada siklus kedua ditentukan berdasarkan hasil refleksi siklus pertama. Sama seperti pada siklus pertama, tindakan pada siklus kedua dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan/tatap muka di kelas. Meskipun demikian, pokok bahasan yang dipelajari berbeda. Apabila pada siklus per tama membahas masalah alat komunikasi, pada siklus kedua pembelajaran akan difokuskan pada alat transportasi. Indikator keoptimalan proses dan hasil belajar pada kedua siklus disajikan dalam Tabel di bawah ini. Komponen
Kemampuan siswa
Indikator Keberhasilan Tindakan Siklus I
Siklus II
25%
40%
memperagakan tugas
Deskriptor
Instrumen
Jumlah siswa yang memperoleh
Lembar
nilai di atas 65 dibagi jumlah
pengamatan
seluruh siswa Jumlah siswa yang mengajukan
Lembar
dalam mengajukan
Partisipasi siswa
20%
25%
pertanyaan/ide dibagi jumlah
pengamatan
pertanyaan/ide dalam
seluruh siswa
diskusi kelas
153
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010
Komponen
Interaksi antar siswa
Indikator Keberhasilan Tindakan Siklus I
Siklus II
30%
40%
dalam kelompok
Deskriptor
Jumlah siswa yang berinteraksi
Instrumen
Lembar
(berbagi informasi, berbagi tafsiran, pengamatan negosiasi makna) dalam pemecahan masalah di kelompok dibagi jumlah siswa dalam kelompok
Hasil penilaian diri
25%
35%
Jumlah siswa yang memperoleh
Angket
skor rerata di atas 2,5 (skala 1 – 3) dibagi jumlah seluruh siswa Kemampuan siswa
25%
35%
menyusun produk
Jumlah produk yang memperoleh
Dokumen
nilai di atas 65 dibagi jumlah keseluruhan produk
Kemampuan siswa
25%
35%
membuat portofolio
Jumlah portofolio yang mendapat
Dokumen
nilai di atas 65 dibagi jumlah portofolio
Kemampuan
50%
55%
Jumlah kelompok yang mendapat
kelompok
nilai di atas 65 dibagi jumlah
mengerjakan lembar
kelompok
Lembar kerja
kerja Daya serap siswa
40%
50%
Jumlah siswa yang memperoleh
Kuis di setiap
nilai kuis diatas 65 dibagi jumlah
akhir siklus
seluruh siswa
4.
HASIL PENELITIAN
Pada siklus pertama, pembelajaran dalam Penelitian Kemitraan Penggunaan Penilaian Berbasis Kelas untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ini disepakati akan membahas alat komunikasi, sedang untuk siklus kedua, akan membahas alat transpor tasi. Masing-masing siklus berlangsung selama 3 kali pertemuan guru-siswa di kelas, seperti tergambar pada tabel di bawah ini.
154
H. Purwanta, Penggunaan Penilaian Berbasis Kelas untuk .... Tanggal
Siklus/Pertemuan
Penilaian Berbasis Kelas yang Digunakan Siklus 1
21-04-2008
Pertemuan 1
Penilaian Unjuk Kerja, Penilaian Sikap, Kuesioner, Test pada Lembar Kerja.
22-04-2008
Pertemuan 2
Penilaian Produk dan Penilaian Diri
23-04-2008
Pertemuan 3
Penilaian Portofolio dan Test Tertulis Siklus 2
29-04-2008
Pertemuan 1
Penilaian Unjuk Kerja, Penilaian Sikap, Penilaian Diri dan Test pada Lembar Kerja
30-04-2008
Pertemuan 2
Penilaian Unjuk Kerja, Penilaian Portofolio
1-05-2008
Pertemuan 3
Penilaian Unjuk Kerja, Penilaian Produk,
4.1 Siklus Pertama Pada tahap persiapan berhasil disusun rancangan pembelajaran untuk pokok bahasan alat komunikasi dengan indikator sebagai berikut: 1.
Mengidentifikasi contoh alat komunikasi
2.
Menjelaskan fungsi alat komunikasi
3.
Mempraktikkan penggunaan alat komunikasi
4.
Mengidentifikasikan jenis teknologi komunikasi satu arah dan dua arah
5.
Membuat model alat komunikasi sesuai dengan keinginannya
6.
Mengidentifikasi 3 dari 4 perbedaan teknologi masa kini dan masa lampau.
7.
Mengevaluasi teknologi komunikasi masa kini.
8.
Mengembangkan imajinasi tentang teknologi masa depan.
Pada tahap ini juga berhasil disusun penilaian berbasis kelas untuk masing-masing indikator, termasuk di dalamnya penyusunan rubrik penilaian. Pada tahap pelaksanaan, penelitian relatif lancar. Pada saat melaksanakan pembelajaran guru tampak kaku, seperti terlihat dari hasil penilaian kinerja guru yang dilakukan kepala sekolah selama penelitian berlangsung.
155
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010 INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA GURU IPS (Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran) 1. NAMA GURU: ..............................................
Tri Murwaningsih, S.Pd.
2. NIP/NIK: .......................................................
130566583
3. SEKOLAH: ...................................................
SDN Samirono Yogyakarta
4. KELAS: .........................................................
IV
5. MATA PELAJARAN: .....................................
IPS
6. MATERI PEMBELAJARAN: .........................
Telekomunikasi
7. WAKTU: .......................................................
70 menit
8. TANGGAL: ................................................... No
Indikator/Aspek yang Diamati
I
Prapembelajaran
1
Kesiapan ruang, alat pembelajaran,
21/4/08 Ya
Tidak
22/4/08 Ya
Tidak
23/4/08 Ya
v
v
v
v
v
v
dan media 2
Memeriksa kesiapan siswa
II
Membuka Pembelajaran
1
Melakukan kegiatan apersepsi
v
v
v
2
Menyampaikan kompetensi yang akan
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
dicapai dan rencana kegiatan III
Kegiatan Inti Pembelajaran
A
Penguasaan materi pelajaran
1
Menunjukkan penguasaan materi
½
½
pembelajaran 2
Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain
B
Pendekatan/strategi pembelajaran
1
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai
2
Melaksanakan pembelajaran secara runtut
3
Menguasai kelas
v
v
v
4
Melaksanakan pembelajaran yang
v
v
v
bersifat kontekstual
156
v
Tidak
H. Purwanta, Penggunaan Penilaian Berbasis Kelas untuk ....
No 5
Indikator/Aspek yang Diamati Melaksanakan pembelajaran yang
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
½
½
v
v
v
v
v
½
v
v
Tidak
memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif (nurturant effect) 6
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan
C
Pemanfaatan sumber belajar /media pembelajaran
1
Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan
2
Menghasilkan pesan yang menarik
3
Melibatkan siswa dalam pembuatan dan/atau
½
sumber belajar/media pembelajaran v v
v v
v v
pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran D
Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa
1
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa melalui
v
v
v
interaksi guru, siswa, dan sumber belajar 2
Merespon positif partisipasi siswa
v
v
v
3
Menunjukkan sikap terbuka terhadap
v
v
v
respons siswa 4
Menunjukkan hubungan antarpribadi
v
v
v
v
v
v
yang kondusif 5
Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar
E
Penilaian proses dan hasil belajar
1
Memantau kemajuan belajar
v
v
v
2
Melakukan penilaian akhir sesuai
v
v
v
v
v
v
v
v
v
dengan kompetensi F
Penggunaan bahasa
1
Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar
2
Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar
3
Menyampaikan pesan dengan gaya
v
v
v
yang sesuai
157
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010 No
Indikator/Aspek yang Diamati
Ya
IV
Penutup
1
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
v
½
½
½
½
dengan melibatkan siswa 2
Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remedi/pengayaan
v
v
v
Meski pembelajaran yang dilakukan masih jauh dari optimal, tetapi tampaknya tetap lebih baik daripada sebelum dilaksanakan penelitian. Hal itu terlihat dari pencapaian indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan. Komponen
Kemampuan siswa
Indikator Keberhasilan Tindakan Siklus Target
Hasil
25%
58%
Jumlah siswa yang memperoleh
20%
0%
Jumlah siswa yang mengajukan
memperagakan tugas Partisipasi siswa
Deskriptor
Instrumen
Tercapai
nilai di atas 65 jumlah seluruh siswa
dalam mengajukan
pertanyaan/ide dibagi jumlah
pertanyaan/ide dalam
seluruh siswa
Tidak terlaksana
diskusi kelas Interaksi antarsiswa
30%
53%
dalam kelompok
Jumlah siswa yang berinteraksi
Tercapai
(berbagi informasi, berbagi tafsiran, negosiasi makna) dalam pemecahan masalah di kelompok dibagi jumlah siswa dalam kelompok
Hasil penilaian diri
25%
38%
Jumlah siswa yang memperoleh
Tercapai
skor rerata di atas 2,5 (skala 1 – 3) dibagi jumlah seluruh siswa Kemampuan siswa
25%
0%
menyusun produk
Jumlah produk yang memperoleh
Didiskualifikasi
nilai di atas 65 dibagi jumlah keseluruhan produk
Kemampuan siswa membuat portofolio
25%
15%
Jumlah portofolio yang mendapat nilai di atas 65 dibagi jumlah portofolio
158
Tidak tercapai
H. Purwanta, Penggunaan Penilaian Berbasis Kelas untuk ....
Komponen
Kemampuan
Indikator Keberhasilan Tindakan Siklus Target
Hasil
50%
92%
Deskriptor
Jumlah kelompok yang mendapat
kelompok
nilai di atas 65 dibagi jumlah
mengerjakan lembar
kelompok
Instrumen
Tercapai
kerja Daya serap siswa
40%
50%
Jumlah siswa yang memperoleh
Tercapai
nilai kuis di atas 65 dibagi jumlah seluruh siswa
Dari tabel di atas terlihat bahwa pelaksanaan pembelajaran menghadapi kendala: 1.
Meskipun telah tercantum dalam skenario pembelajaran, diskusi kelas tidak dapat dilaksanakan.
2.
Pembuatan produk berbentuk model alat komunikasi terpaksa didiskualifikasi dari penilaian, karena dalam pelaksanaannya guru terlalu banyak intervensi, sehingga hasil kar yanya tidak dapat dikategorikan sebagai hasil kreativitas dan keterampilan siswa.
3.
Penyusunan por tofolio tidak mencapai target yang telah ditetapkan.
Pada saat dilakukan refleksi bersama atas siklus per tama terungkap bahwa: 1.
Kekakuan guru saat pelaksanaan pembelajaran disebabkan oleh ketegangan psikologis akibat diamati oleh beberapa orang, termasuk di dalamnya kepala sekolah. Ketegangan gur u mengakibatkan tidak hanya terlewatkannya beberapa tahap pembelajaran, tetapi juga kesalahan material seperti penyebutan mesin faksimile sebagai email.
2.
Kekurangsabaran gur u dalam mendampingi siswa saat melakukan aktivitas pembuatan model alat komunikasi. Guru mengarahkan semua siswa untuk membuat model handphone seperti yang telah dipersiapkannya. Akibatnya rubrik penilaian yang telah disusun tidak dapat menggambarkan realitas yang sesungguhnya.
159
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010
3.
Penyusunan por tofolio yang pada siklus per tama berupa pembuatan karangan tentang alat komunikasi masa kini, gambar alat komunikasi imajinatif masa depan beserta deskripsi cara kerjanya mengalami kegagalan, karena para siswa terbiasa dengan model pembelajaran chalk and talk dan guru belum pernah menggunakan pendekatan konstruktivisme. Akibatnya siswa menghadapi kesulitan untuk mengkonstr uksi pengetahuan secara mandiri.
4.2 Siklus Kedua Berdasarkan hasil refleksi terhadap pelaksanaan siklus pertama, pada siklus kedua dilakukan perbaikan atau pengembangan pembelajaran terutama dari aspek guru sebagai ujung tombaknya. Inti pengembangan yang dilakukan adalah penerapan pendekatan konstruktivisme yang memberi ruang (kegiatan dan waktu) bagi siswa untuk menemukan dan mengkonstruk pengetahuan secara lebih mandiri tentang alat transportasi yang menjadi pokok bahasan pada siklus kedua. Dari aspek penilaian berbasis kelas, untuk mengembangkan proses pembelajaran, disepakati bahwa pada siklus kedua akan diimplementasikan: (1) penilaian kinerja, (2) penilaian sikap, (3) penilaian produk, (4) tes tertulis dan tugas LKS, (5) penilaian diri, (6) portofolio, (7) proyek. Dengan berbekal pendekatan yang akan digunakan dan penilaian berbasis kelas yang akan diterapkan, selanjutnya disusun indikator, rencana dan skenario pembelajaran, serta alat bantu dan media pembelajaran. Indikator pada siklus kedua adalah (1) mengidentifikasi contoh alat transportasi, (2) menjelaskan fungsi alat transportasi, (3) mengkategorisasi alat transportasi kuno, tengah, dan moder n, (4) menjelaskan keuntungan dan ker ugian menggunakan alat transportasi modern, (5) mengidentifikasi alat transpor tasi pribadi dan umum, (6) menjelaskan pengalaman penggunaan alat transportasi umum, (7) membuat prototipe alat transportasi dengan lengkap dan rapi. Setelah semuanya dipandang cukup, siklus kedua dilaksanakan dari tanggal 29 April sampai dengan 1 Mei 2008. Secara garis besar, hasil penelitian pada siklus kedua adalah sebagai berikut:
160
H. Purwanta, Penggunaan Penilaian Berbasis Kelas untuk .... INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA GURU IPS (Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran) 1. NAMA GURU: ..............................................
Tri Murwaningsih, S.Pd.
2. NIP/NIK: .......................................................
130566583
3. SEKOLAH: ...................................................
SDN Samirono Yogyakarta
4. KELAS: .........................................................
IV
5. MATA PELAJARAN: .....................................
IPS
6. MATERI PEMBELAJARAN: .........................
Telekomunikasi
7. WAKTU: .......................................................
70 menit
8. TANGGAL: ................................................... No
Indikator/Aspek yang Diamati
I
Prapembelajaran
1
Kesiapan ruang, alat pembelajaran,
29/4/08 Ya
Tidak
30/4/08 Ya
Tidak
1/5/08 Ya
v
v
v
v
v
v
Tidak
dan media 2
Memeriksa kesiapan siswa
II
Membuka Pembelajaran
1
Melakukan kegiatan apersepsi
v
v
v
2
Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
dan rencana kegiatan III
Kegiatan Inti Pembelajaran
A
Penguasaan materi pelajaran
1
Menunjukkan penguasaan materi
2
Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain
pembelajaran yang relevan B
Pendekatan/strategi pembelajaran
1
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai
2
Melaksanakan pembelajaran secara runtut
3
Menguasai kelas
v
v
v
4
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat
v
v
v
kontekstual
161
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010 No 5
Indikator/Aspek yang Diamati
Ya
Melaksanakan pembelajaran yang memung
Tidak
Ya
v
Tidak
Ya
v
v
kinkan tumbuhnya kebiasaan positif (nurturant effect) 6
Melaksanakan pembelajaran sesuai
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
dengan alokasi waktu yang direncanakan C
Pemanfaatan sumber belajar/ media pembelajaran
1
Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan v
2
Menghasilkan pesan yang menarik
3
Melibatkan siswa dalam pembuatan dan/atau
sumber belajar/media pembelajaran v v
pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran D
Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa
1
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa melalui
v
interaksi guru, siswa, dan sumber belajar 2
Merespons positif partisipasi siswa
v
v
v
3
Menunjukkan sikap terbuka terhadap
v
v
v
v
v
v
v
v
v
respons siswa 4
Menunjukkan hubungan antarpribadi yang kondusif
5
Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar
E
Penilaian proses dan hasil belajar
1
Memantau kemajuan belajar
v
v
v
2
Melakukan penilaian akhir sesuai dengan
v
v
v
v
v
v
v
v
v
kompetensi F
Penggunaan bahasa
1
Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar
2
Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar
3
Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai
162
v
v
v
Tidak
H. Purwanta, Penggunaan Penilaian Berbasis Kelas untuk ....
No
Indikator/Aspek yang Diamati
IV
Penutup
1
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
½
½
v
v
v
v
Tidak
dengan melibatkan siswa 2
Melaksanakan tindak lanjut dengan
v
memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remedi/pengayaan
Dari instrumen penilaian terlihat bahwa kinerja guru mengalami perkembangan relatif baik. Pada hari pertama guru masih kesulitan untuk mengurangi dominasinya dalam proses pembelajaran, terutama saat dalam interaksi dengan siswa dan sumber belajar. Guru langsung menjelaskan secara rinci, sehingga mempersempit ruang siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan. Selain itu, bahasa yang digunakan gur u masih terlalu formal, sehingga cender ung menjadikan siswa menyerapnya sebagai hapalan. Kesulitan gur u secara ber tahap dapat diatasi pada hari-hari berikutnya, meski belum dapat dikategorikan sebagai sangat baik. Peningkatan yang signifikan pada kemampuan gur u menghasilkan peningkatan kualitas pembelajaran. Hal itu dapat disimak dari hasil penilaian berbasis kelas untuk siklus kedua di bawah ini. Komponen
Kemampuan siswa
Indikator Keberhasilan Tindakan Siklus II Target
Hasil
40%
62%
memperagakan tugas
Deskriptor
Jumlah siswa yang memperoleh
Instrumen
Tercapai
nilai di atas 66 dibagi jumlah seluruh siswa
Partisipasi siswa
25%
38%
Jumlah siswa yang mengajukan
dalam mengajukan
pertanyaan/ide dibagi jumlah
pertanyaan/ide dalam
seluruh siswa
Tercapai
diskusi kelas Interaksi antarsiswa dalam kelompok
40%
77%
Jumlah siswa yang berinteraksi
Tercapai
(berbagi informasi, berbagi tafsiran, negosiasi makna) dalam pemecahan masalah di kelompok dibagi jumlah siswa dalam kelompok
163
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010
Komponen
Hasil penilaian diri
Indikator Keberhasilan Tindakan Siklus II Target
Hasil
35%
65%
Deskriptor
Jumlah siswa yang memperoleh
Instrumen
Tercapai
skor rerata di atas 2,5 (skala 1 – 3) dibagi jumlah seluruh siswa Kemampuan siswa
35%
90%
menyusun produk
Jumlah produk yang memperoleh
Tercapai
nilai di atas 65 dibagi jumlah keseluruhan produk
Kemampuan siswa
35%
67%
membuat portofolio
Jumlah portofolio yang mendapat
Tercapai
nilai di atas 65 dibagi jumlah portofolio
Kemampuan kelompok
55%
100%
Jumlah kelompok yang mendapat
mengerjakan lembar
nilai di atas 65 dibagi jumlah
kerja
kelompok
Daya serap siswa
50%
99%
Jumlah siswa yang memperoleh
Tercapai
Tercapai
nilai kuis diatas 65 dibagi jumlah seluruh siswa
Dari tabel capaian siklus kedua terlihat bahwa secara keseluruhan semua target dapat tercapai. Bahkan kemampuan siswa dalam menyusun produk yang berupa pembuatan replika alat transportasi sangat tinggi, yaitu 90%. Dengan antusias para siswa berdiskusi untuk memutuskan alat transportasi yang akan dibuat replika, mengidentifikasi perlengkapan yang diperlukan, membagi tugas secara demokratis dan bekerja sama dalam pembuatan. Realitas itu menunjukkan pemahaman lama yang mengatakan bahwa apabila diberi kebebasan siswa akan liar lebih merupakan mitos. Meski semua target dapat tercapai, dari skor pencapaian perlu diperhatikan bahwa diskusi kelas perlu lebih dikembangkan. Dengan skor 38% menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum ikut berpartisipasi dalam diskusi kelas.
164
H. Purwanta, Penggunaan Penilaian Berbasis Kelas untuk ....
5.
KESIMPULAN
Dari penelitian tindakan kelas kolaboratif dengan guru dan kepala sekolah yang dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri Samirono Yogyakarta dapat diambil kesimpulan antara lain: 1.
Melalui penilaian berbasis kelas, pembelajaran tidak hanya dapat dievaluasi dari sisi hasil belajar siswa, tetapi juga proses yang dilalui siswa. Dari sudut pandang ini, penilaian berbasis kelas akan memberikan evaluator gambaran yang lebih komprehensif terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan.
2.
Melalui rubrik yang disusun dengan jelas dan rinci ser ta pemberian skor pada setiap itemnya mampu menghindarkan guru dari subyektifitas selama melakukan penilaian. Penilaian yang dilakukan menjadi dapat dipertanggungjawabkan secara akademik.
3.
Penerapan penilaian berbasis kelas berhasil mendorong terjadinya peningkatan kualitas pembelajaran secara keseluruhan. Guru dituntut untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rubrik yang telah disusun, sehingga secara tidak langsung meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilaksanakannya.
165
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010
DAFTAR PUSTAKA Brooks, Linsay Ann. 1999. Adult ESL Student Attitudes Towards Per formance Based Assessment. Tersedia pada http:// w w w. c o l l e c t i o n s c a n a d a . c a / o b j / s 4 / f 2 / d s k 1 / t a p e 7 / PQDD_0002/MQ45956.pdf. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2007. Dasim Budimansyah. 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian Por tofolio. Bandung: PT. Genesindo. Depdiknas. 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Buku 5: Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Depdiknas. 2004. Pedoman Umum Pengembangan Penilaian Kurikulum Berbasis Kompetensi SMA. Jakar ta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Epstein, Andrew. 2006. Assessment the Por tfolio Process. Tersedia p a d a h t t p : / / w w w. t e a c h e r v i s i o n . f e n . c o m / t e a c h i n g methods/exp-educ/4537.html. Diakses pada tanggal 31 Agustus 2006 Fajar, Ar nie M. P. 2002. Por tfolio dalam Pembelajaran IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakar ya. George, Paul. 1995. What is Por tfolio Assessment Really and How Can I Use It in My Classroom? Gainesville, FL: Teacher Education Resources. Tersedia pada http://wwwpgcps.pg. k.12.md.us/~elc/potfolio1. html. Diakses pada tanggal 31 Agustus 2007. Hard, D. 1994. Authentic Assessment: A Hardbook for Educators. Menlo Park, CA; Addision-Wesley Pub Co. Tersedia pada http://www.teacher vision.fen.com/teaching-methods/ grading/5942.html. Diakses pada tanggal 31 Agustus 2006. Gronlund, Norman E. 1998. Assesment of Student Achievment Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon.
166
H. Purwanta, Penggunaan Penilaian Berbasis Kelas untuk ....
Hopkins, D. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Edisi ke-2. Buckingham: Open University Press. Johnson, E. B. 2002. Contextual Teaching and Learning: What It Is and Why It’s Here to Stay. Thousand Oaks, California: Cor win Press. Jonassen, D. 1999. “Designing Constr uctivist Lear ning Environments”. in C.M. Reigeluth (Ed.). InstructionalDesign Theories and Models, Volume II. Mahwah, New Jersey: Lawrence Erlbaum. Joyce, B. & Weil, M. 1996. Models of Teaching. Edisi ke-5. Boston: Allyn & Bacon. Kagan, S. 1992. Cooperative Learning. Edisi ke-10. San Juan Capistrano, CA: Kagan Cooperative Learning. Kemmis S. & McTaggar t C. 1988. The Action Research Planner. Deakin: Deakin University Press. Kemp, J & Toperof f, D. 1998. Guidelines for Por tfolio Assessment in Teaching English. Tersedia pada http://www.anglit.net/ main/por tofolio/default.html. Diakses pada tanggal 31 Agustus 2006. Mar dapi, D., dkk. 2001. Pola Induk Pengembangan Sistem Pengujian Hasil Belajar Berbasis Kemampuan Dasar Siswa Sekolah Menengah Umum. Yogyakar ta: Universitas Negeri Yogyakar ta. Mulyasa. 2005. I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m 2 0 0 4 : P a n d u a n Pembelajaran KBK. Bandung: PT Remaja Rosdakar ya. Nelson, L. M. 1999. “Collaborative Problem Solving. Dalam Reigeluth”. C.M. (Ed.), Instructional-Design Theories and Models, Volume II: A New Paradigm of Instructional Theory. Mahwah, NJ.: Lawrence Erlbaum. Paulson, F. Leon, PasrI R. & Meyer, Carol A. 1991. What makes a Por tofolio? Eight thoughtful guidelines will help educators encourage self-directed learning. Educational Leadership. Februar y. Paulson, F. Leon, P. R. & Meyer, Carol A. 1991. What makes a Por tofolio? Eight thoughtful guidelines will help educators encourage self-directed learning. Educational Leadership. Februar y. 167
Jurnal Penelitian Vol. 13, No. 2, Mei 2010
Saunders, Pearl. I. 1996. A Pilot Program: Por tfolio-Based Instruction in Developmental of Pre-College Writing Courses. Tersedia pada http://eric.ed.gov/ERICWebPor tal/ custom/por tlets/recordDetails/detailmini.jsp?_nfpb= tr ue&_&ERICExtSearch_SearchValue_0=ED398590& ERICExtSear ch_Sear chT ype_0=eric_accno&accno= ED398590Eric. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2007. Sewel, Meg., Marczak, Mar y., Horn, Melanie. 2006. The Use of Por tfolio Assessment in Evaluation. Tersedia pada http:// ag.arizona.edu/fcs/cyfernet/cyfar/Potfo~3.html. Diakses pada tanggal 31 Agustus 2006. Smith, B. L., & MacGregor, J. 1992. “What is collaborative learning?”. Dalam Goodsell, A., Maher, M., Tinto, V., Smith, B.L., & MacGregor, J. (Eds.). Collaborative Learning: A Sourcebook for Higher Education. Pennsylvania State University: National Center on Postsecondar y Teaching, Learning, and Assessment. Sumaji. 2004. ”Studi tentang Efektivitas Pembelajaran Matematika dengan Model Portofolio”. MIPA. Vol 14, No. 1, Januari 2004: p 32-39. Suwarsih Madya. 1994. Panduan Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP YOGYAKAR TA. Tim Pengembang PPL. 2007. Pedoman Pengajaran Mikro FKIP, USD, Edisi II. Yogyakar ta: Universitas Sanata Dharma. The Dapartment of Staf f Development. 2006. Why Use a Por tfolio. Tersedia pada http://www.pgcps.pg.k.12.md.us/~elc/ por tfolio.html. Diakses pada tanggal 31 Agustus 2006.
168