Simposium Nasional Sistem Teknologi Informasi (SNSTI) Universitas Gajah Mada, 27-28 Januari 2009
PENGARUH KARAKTERISTIK PIMPINAN DAN KARAKTERISTIK ORGANISASI PADA KEPUTUSAN MENGADOPSI TI (STUDI EMPIRIS PADA USAHA KECIL DI WILAYAH KOTA YOGYAKARTA) *
Oleh: R a h a b **
[email protected] ABSTRACT Decision-maker characteristics and organizational characteristics for small businesses have important roles in making decision to adopt information technology (IT). The purpose of this research is examine efect CEO characteristics (CEO innovativeness and level of CEO`IT knowledge) and organizational characteristics (business size, level of employees’ knowledge IT, information intensity). A survey was conducted in Yogyakarta city by purposive sampling technique. The samples that are used to data analysing are 102 small business. Partial Least Squares method was used to examine five research hypotheses. Research instrumens validity was measured by convergent validity and discriminant validity. Instrument reliability was measured by cronbach’s alpha and composite reliability. This research shows that CEO’ IT knowledge, firm size, and information intensity have significantly positive effect to small businesses decision to adopt IT. On the other hand CEO innovativeness and employees’ IT knowledge not effect to small businesses decision to adopt IT. This study contributes to insight that level of CEO’IT knowledge and organizational factors effect in making decision to adopt IT. Keywords: adoption, information technology, small businesses, technological inovation
*Disampaikan pada Smposium Nasional Sistem Teknologi Informasi di UGM Yogyakarta pada tanggal 2-3 Desember 2008. ** Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) -Purwokerto
Simposium Nasional Sistem Teknologi Informasi (SNSTI) Universitas Gajah Mada, 27-28 Januari 2009
1.
LATAR BELAKANG Adopsi inovasi teknologi digambarkan sebagai tiga tahap rangkaian yang meliputi
inisiatif, adopsi dan implementasi (Pierce dan Delbeck, 1977 seperti yang dikutip dalam Thong, 1999). Tahap inisiatif berkaitan dengan pengumpulan dan evaluasi mengenai inovasi teknologi. Tahap adopsi melibatkan pembuatan keputusan tentang adopsi inovasi teknologi. Sedangkan tahap implementasi melibatkan implementasi inovasi teknologi di bisnis. Teknologi
informasi
(TI)
menyediakan
kesempatan
bagi
bisnis
untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas serta menjadi alat untuk mendapat keunggulan kompetitif perusahaan (Ives dan Learmonth, 1984). Adanya penurunan biaya penggunaan teknologi informasi dan tersedianya paket perangkat lunak yang lebih baik dan terjangkau dari sisi harga menyebabkan manfaat dari TI dapat dinikmati oleh kalangan usaha kecil (Thong, 1999). Thong (1999) menyatakan bahwa mayoritas penelitian mengenai usaha kecil lebih terkonsentrasi untuk membahas pada tahapan implementasi (Thong, 1999), sedangkan penelitian empirik yang mengkaji mengenai faktor-faktor penentu adopsi TI pada usaha kecil relatif masih sedikit. Temuan ini mendorong perlunya penelitian yang dapat membuktikan secara empiris mengenai berbagai faktor yang menjadi penentu keputusan dalam pengadopsian TI pada usaha kecil untuk memperkaya temuan-temuan sebelumnya yang berkaitan dengan adopsi TI. Penelitian mengenai adopsi TI cenderung menguji pada perusahaan besar sehingga hasil penemuannya tidak bisa digeneralisikan untuk adopsi TI di usaha kecil *Disampaikan pada Smposium Nasional Sistem Teknologi Informasi di UGM Yogyakarta pada tanggal 2-3 Desember 2008. ** Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) -Purwokerto
Simposium Nasional Sistem Teknologi Informasi (SNSTI) Universitas Gajah Mada, 27-28 Januari 2009
(Thong, 1999). Hal ini dikarenakan adanya berbagai perbedaan mendasar antara perusahaan besar dengan usaha kecil. Usaha kecil cenderung mempunyai struktur yang terpusat (sentralistik) dengan pimpinan sebagai pembuat sebagian besar keputusan-keputusan kritis perusahaan (Mintzberg, 1979 seperti yang dikutip Thong, 1999). Peran sentral dari pimpinan menguatkan dugaan bahwa karakteristik pimpinan berperan besar dalam proses keputusan untuk mengadopsi TI. Karakteristik lain dari usaha kecil yang berhubungan dengan adopsi TI yaitu berkaitan dengan rendahnya pengetahuan dan ketrampilan teknikal berkaitan dengan TI baik oleh pimpinan maupun karyawannya. (Lees, 1987). Kurangnya pengetahuan mengenai TI menjadi suatu hambatan bagi usaha kecil dalam mengadopsi teknologi informasi (Attewel, 1991). Dalam konteks usaha kecil, pimpinan/ pemilik merupakan pusat pengambil keputusan dalam
menjalan aktivitas bisnisnya. Karakteristik pimpinan penting dalam
menentukan sikap inovatif dari usaha kecil ( Rizzoni, 1991; Thong dan Yap, 1995). Pada usaha kecil, pemilik biasanya bertugas sebagai manajer dan pimpinan. Kualitas pimpinan merupakan penentu dari seluruh gaya manajemen dari bisnis tersebut (Rothwell, 1977 dalam Looi, 2006). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat perubahan usaha kecil tidak
hanya tergantung pada ukuran bisnis atau kekuatan pasar tetapi juga
dipengaruhi oleh kemampuan dan kecenderungan yang dimiliki oleh pimpinan (Birley, 1982). Peran pimpinan sangat menentukan keinovasian dari bisnis yang dijalankan (Canon, 1985 seperti yang dikutip Thong, 1999). Baldridge dan Burnham (1975) menyatakan bahwa siapapun yang mempunyai kewenangan dalam
mengalokasikan sumberdaya
*Disampaikan pada Smposium Nasional Sistem Teknologi Informasi di UGM Yogyakarta pada tanggal 2-3 Desember 2008. ** Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) -Purwokerto
Simposium Nasional Sistem Teknologi Informasi (SNSTI) Universitas Gajah Mada, 27-28 Januari 2009
organisasi akan sangat berperan dalam adopsi inovasi. Karakteristik pimpinan dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu: keinovasian pimpinan (CEO innovativeness) dan pengetahuan pimpinan tentang TI (CEO IT Knowledge). Gable dan Raman (1992) menyimpulkan bahwa pimpinan usaha kecil di Singapura yang mempunyai pengetahuan lebih tentang
TI
cenderung mengadopsi TI lebih agresif. Hal ini berarti pengetahuan mengenai TI yang dimiliki oleh pimpinan usaha kecil memegang peran penting dalam keputusan pengadopsian TI di perusahaannya. Selain karakteristik pimpinan, karakteristik yang berkaitan dengan organisasi juga memiliki
peran penting dalam keputusan
adopsi TI (Armstrong, 2003). Beberapa
penelitian mengididentifikasi berbagai karakteristik organisasi yang mempunyai pengaruh pada keputusan mengadopsi TI (Thong, 1999). Karakteristik organisasi yang berpengaruh terhadap keputusan mengadopsi TI antara lain: ukuran bisnis (Fink, 1997; Yap et al., 1992; Premkumar dan Robert (1999), kebutuhan informasi (Neegaard, 1992; Thong dan Yap (1995), dan pengetahuan karyawan (Thong, 1999 Premkumar dan Robert (1999). Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut: (1) Apakah karakteristik pimpinan memiliki pengaruh pada keputusan mengadopsi TI di usaha kecil? (2) Apakah karakteristik organisasi memiliki pengaruh pada keputusan mengadopsi TI di usaha kecil?
2.
MODEL PENELITIAN
Berdasarkan kajian literatur mengenai teknologi inovasi maka dikembangkan model penelitian yang ditujukkan di gambar 1. Model penelitian tersebut menggambarkan tujuan *Disampaikan pada Smposium Nasional Sistem Teknologi Informasi di UGM Yogyakarta pada tanggal 2-3 Desember 2008. ** Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) -Purwokerto
Simposium Nasional Sistem Teknologi Informasi (SNSTI) Universitas Gajah Mada, 27-28 Januari 2009
penelitian ini untuk menguji pengaruh karakteristik pimpinan dan karakteristik organisasi pada keputusan mengadopsi TI.
KARAKTERISTIK PIMPINAN Keinovasian Pimpinan
+
Pengetahuan Pimpinan Mengenai TI
+ KARAKTERISTIK ORGANISASI
Keputusan mengadopsi TI
Pengetahuan Karyawan Mengenai TI
+ +
Ukuran Bisnis + Intensitas Informasi
Gambar 1. Model Penelitian 3.
KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
3.1 Adopsi TI Adopsi TI didefinisikan sebagai penggunaan aplikasi komputer baik perangkat lunak dan perangkat keras untuk mendukung operasi, manajemen, dan pembuatan *Disampaikan pada Smposium Nasional Sistem Teknologi Informasi di UGM Yogyakarta pada tanggal 2-3 Desember 2008. ** Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) -Purwokerto
Simposium Nasional Sistem Teknologi Informasi (SNSTI) Universitas Gajah Mada, 27-28 Januari 2009
keputusan bisnis (Davis dan Olson, 1985; Utomo, 2001). Pengukuran variabel keputusan untuk mengadopsi TI sebagai variabel independen menggunakan konsep kemungkinan adopsi
(likelihood
of
IS
adoption)
(Thong,
1999).
Kemungkinan
adopsi
TI
dioperasionalisasikan sebagai suatu dikotomi apakah perusahaan menggunakan komputer atau tidak (Fichman, 1992). Perusahaan yang dikategorikan terkomputerisasi jika minimal menggunakan minimal 1 (satu) aplikasi software komputer (Thong, 1999; Thong dan Yap, 1995). 3.2 Karakteristik Pimpinan Pada konteks usaha kecil, pimpinan/ pemilik merupakan pusat pengambil keputusan dalam
menjalan aktivitas bisnisnya. Karakteristik pimpinan merupakan hal yang ikut
menentukan pada keinovasian usaha kecil ( Rizzoni, 1991; Thong dan Yap, 1995). Pada usaha kecil, pemilik biasanya bertugas sebagai manajer dan pimpinan usaha tersebut. Kualitas pimpinan merupakan penentu dari seluruh gaya manajemen dari bisnis tersebut (Rothwell, 1977 dalam Looi, 2006). Tingkat perubahan usaha kecil tidak hanya tergantung pada ukuran bisnis atau kekuatan pasar tetapi juga dipengaruhi oleh kemampuan dan kecenderungan yang dimiliki oleh pimpinan (Birley, 1982). Peran pimpinan sangat menentukan keinovasian dari bisnis yang dijalankan (Canon, 1985 seperti yang dikutip dalam Thong, 1999). Baldridge dan Burnham (1975) menyatakan bahwa siapapun yang mempunyai kewenangan dalam
mengalokasikan sumberdaya
organisasi akan sangat berperan dalam adopsi inovasi. Dalam penelitian ini karakteristik pimpinan dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu: keinovasian pimpinan (CEO innovativeness) dan pengetahuan pimpinan tentang TI (CEO IT Knowledge). *Disampaikan pada Smposium Nasional Sistem Teknologi Informasi di UGM Yogyakarta pada tanggal 2-3 Desember 2008. ** Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) -Purwokerto
Simposium Nasional Sistem Teknologi Informasi (SNSTI) Universitas Gajah Mada, 27-28 Januari 2009
3.2.1 Keinovasian Pimpinan Pimpinan yang mempunyai kemauan untuk berinovasi, mempunyai kecenderungan akan mempercepat proses adopsi TI di perusahaanya. Keinovasian pimpinan merupakan faktor yang menentukan dalam proses adopsi inovasi (Lin, 2006) Beberapa penelitian mengenai adopsi TI menyatakan bahwa keinovasian pimpinan mempunyai hubungan dengan keputusan mengadopsi teknologi inovasi (Thong &Yap, 1995; Thong, 1999; Looi, 2005; Lin, 2006; Jeon et al., 2006). Thong dan Yap (1995), dan Thong (1999) melakukan studi untuk menginvestigasi pimpinan UKM di Singapura. Kedua studi tersebut menemukan bahwa keinovasian pimpinan mempunyai hubungan positif dengan keputusan mengadopsi TI pada usaha kecil. Looi, 2005, Lin 2006 dan Jeon et al., (2006) dalam penelitiannya mengenai adopsi e-business pada UKM pada setting negara yang berbeda memperoleh temuan yang sama berkaitan dengan keinovasian pimpinan. Hasil temuannya menyatakan bahwa keinovasian pimpinan mempunyai pengaruh terhadap keputusan mengadopsi e-business. Beberapa temuan (Thong and Yap, 1995; Thong, 1999; Looi, 2005; Lin, 2006; Jeon et al., 2006) membuktikan bahwa pimpinan yang inovatif akan mendorong perusahaannya untuk mengadopsi TI secara agresif, meskipun bentuk teknologi informasi yang diadopsi berbedabeda. Berdasarkan studi dan kesimpulan tersebut maka diduga keinovasian pimpinan berpengaruh secara positif pada keputusan untuk mengadopsi TI. Oleh karena itu peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut H1: Keinovasian pimpinan berpengaruh secara positif pada keputusan untuk mengadopsi TI. *Disampaikan pada Smposium Nasional Sistem Teknologi Informasi di UGM Yogyakarta pada tanggal 2-3 Desember 2008. ** Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) -Purwokerto
Simposium Nasional Sistem Teknologi Informasi (SNSTI) Universitas Gajah Mada, 27-28 Januari 2009
3.1.2 Pengetahuan Pimpinan Mengenai Teknologi Informasi Studi sebelumnya yang berkaitan dengan adopsi inovasi menemukan bahwa sebagian besar UKM kurang memiliki pengetahuan teknologi secara khusus. (DeLone, 1988; Gable, 1991; Lees, 1987). Pada usaha kecil biasanya pimpinan adalah pemilik dari perusahaan tersebut dan memimpin perusahaan tersebut sejak perusahaan tersebut berdiri. Oleh karena itu, pimpinan usaha kecil mempunyai kewenangan penuh untuk mempengaruhi bawahannya dan mempunyai pengetahuan yang komprehesif dalam keputusan-keputusan strategi bagi perusahaanya (Markus, 1983; Thong et., 1996). Ettlie, (1990) seperti yang dikutip oleh Thong (1999) menyatakan bahwa pimpinan yang mempunyai pengetahuan lebih tentang inovasi teknologi mempunyai kecenderungan lebih untuk mengimplementasi kebijakan adopsi teknologi secara agresif. Sedangkan Gable dan Raman (1992) dalam penelitiannya pada usaha kecil di Singapura menemukan bahwa pimpinan pada usaha kecil cenderung kurang mempunyai kesadaran dan pengetahuan mengenai TI. Berdasarkan studi dan kesimpulan tersebut maka diduga pengetahuan pimpinan mengenai TI berpengaruh secara positif pada kemungkinan mengadopsi TI. Oleh karena itu peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: H2: Pengetahuan pimpinan mengenai TI berpengaruh secara positif pada keputusan untuk mengadopsi TI. 3.2 Karakteristik Organisasi Karakteristik organisasi secara umum berkaitan dengan struktur organisasi, kualitas sumberdaya
manusia dan berbagai keterbatasan sumberdaya yang dimilikinya. Faktor
organisasi berperan penting dalam adopsi keinovasian organisasi (Armstrong, 2003). *Disampaikan pada Smposium Nasional Sistem Teknologi Informasi di UGM Yogyakarta pada tanggal 2-3 Desember 2008. ** Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) -Purwokerto
Simposium Nasional Sistem Teknologi Informasi (SNSTI) Universitas Gajah Mada, 27-28 Januari 2009
Terdapat banyak dimensi berkaitan dengan karakteristik organisasi pada usaha kecil yang digunakan oleh para peneliti. Dimensi-dimensi yang berkaitan dengan aspek karakteristik organisasi pada usaha kecil antara lain: pengetahuan karyawan (Thong, 1999; Premkumar dan Rober ,1999), ukuran bisnis (Fink, 1997; Yap et al., 1992; Premkumar dan Robert (1999), kebutuhan informasi (Neegaard, 1992; Thong dan Yap (1995). 3.2.1 Pengetahuan karyawan mengenai TI Looi, 2006 menyatakan bahwa usaha kecil yang mempunyai karyawan dengan tingkat pengetahuan TI lebih tinggi, memiliki kemungkinan untuk mengadopsi TI secara lebih besar. Thong (1999) menemukan bahwa pengetahuan karyawan mengenai SI mempunyai pengaruh positif terhadap kemungkinan mengadopsi SI. Pengetahuan karyawan mengenai TI akan mendorong pimpinan perusahaan untuk mengadopsi teknologi tersebut untuk kebutuhan organisasi. Pada penelitian mengenai adopsi e-business pada UKM di Korea, Jeon et al., (2006) menemukan bahwa pengetahaun karyawan mengenai TI merupakan faktor yang menentukan dalam adopsi e-business. Pengetahuan karyawan mengenai TI dianggap akan mengurangi resiko kegagalan dalam pengadopsian TI dan mengurangi biaya yang digunakan untuk melatih karyawan dalam menggunakan teknologi tersebut sehingga pengetahuan karyawan mengenai TI diduga mempengaruhi pimpinan untuk mengadopsi TI. Berdasarkan studi dan kesimpulan tersebut maka diduga pengetahuan karyawan akan berpengaruh secara positif pada keputusan untuk mengadopsi TI. Oleh karena itu peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:
*Disampaikan pada Smposium Nasional Sistem Teknologi Informasi di UGM Yogyakarta pada tanggal 2-3 Desember 2008. ** Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) -Purwokerto
Simposium Nasional Sistem Teknologi Informasi (SNSTI) Universitas Gajah Mada, 27-28 Januari 2009
H3: Pengetahuan karyawan mengenai TI berpengaruh secara positif pada keputusan untuk mengadopsi TI. 3.2.2 Ukuran bisnis Fichman & Kemerer (1997) menemukan bahwa organisasi yang lebih besar mempunyai kemungkian besar untuk mengadopsi inovasi karena organisasi tersebut mempunyai kemampuan dalam mengatasi resiko kegagalan dan mempunyai sumberdaya yang memadai untuk memfasilitasi proses adopsi inovasi. Perusahaan besar mempunyai lebih banyak sumberdaya dan infrastruktur untuk memfasilitasi adopsi inovasi dibandingkan dengan usaha/ perusahaan kecil (Moch dan Morse, 1977 seperti yang dikutip Thong, 1999). Terdapat hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan kemungkinan mengadopsi teknologi inovasi (Paller & Laska, 1990 seperti yang dikutip Lin, 2006). Thong (1999) melakukan studi empiris untuk menguji adopsi SI di usaha kecil. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ukuran organisasi merupakan faktor yang menentukan dalam
adopsi SI. Perusahaan mempertimbangkan untuk mengadopsi SI apabila
mempunyai kecukupan sumberdaya. Oleh karenanya, mempunyai kecukupan sumberdaya merupakan langkah awal dalam keputusan mengadospi inovasi pada usaha kecil (Thong, 1999). Ardianto (2005) dalam penelitiannya pada setting usaha kecil di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menemukan bahwa ukuran perusahaan mempunyai hubungan positif terhadap keputusan untuk mengadopsi TI. Berdasarkan studi dan kesimpulan tersebut maka diduga ukuran bisnis berpengaruh secara positif pada keputusan untuk mengadopsi TI. Oleh karena itu peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: *Disampaikan pada Smposium Nasional Sistem Teknologi Informasi di UGM Yogyakarta pada tanggal 2-3 Desember 2008. ** Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) -Purwokerto
Simposium Nasional Sistem Teknologi Informasi (SNSTI) Universitas Gajah Mada, 27-28 Januari 2009
H4: Ukuran bisnis berpengaruh secara positif pada keputusan untuk mengadopsi TI. 3.2.3 Intensitas informasi Intensitas informasi berarti tingkatan informasi yang berada dalam suatu produk atau jasa dalam suatu organisasi (Thong, 1999). Secara umum organisasi dalam sektor yang berbeda mempunyai kebutuhan informasi yang berbeda (Lin, 2006). Sebagai contoh, agen jasa travel memiliki intensitas informasi yang tinggi dan mereka membutuhkan sistem informasi yang efisien dalam rangka menyediakan informasi yang cukup bagi pelanggannya. Malone, et al., (1987) seperti yang dikutip Lin (2006) menyatakan bahwa organisasi membutuhkan informasi yang lebih untuk menentukan atribut suatu produk ketika produk tersebut komplek. Oleh sebab itu, organisasi dalam suatu sektor industri yang intensitas informasi tinggi cenderung mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mengadopsi inovasi (Yap, 1990). Intensitas informasi yang lebih besar akan mengarahkan pimpinan usaha kecil untuk menerima TI sebagai alat kompetisi dan
oleh karenanya
kemungkinan untuk meningkatkan adopsi TI semakin tinggi. Semakin tinggi kebutuhan bisnis akan informasi maka akan meningkatkan kebutuhan untuk mengadopsi TI. Lin (2006) dalam penelitiannya mengenai adopsi e-commerse pada
UKM di
Taiwan menemukan bahwa intensititas informasi mempunyai pengaruh positif terhadap keumungkinan mengadopsi e-commerse. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan yang dalam aktivitas bisnisnya membutuhkan informasi yang cepat, akurat, up to date, relevan dengan kebutuhan bisnisnya memiliki kecenderungan untuk mengadopsi TI. Berdasarkan studi dan kesimpulan tersebut maka diduga intensitas informasi berpengaruh
*Disampaikan pada Smposium Nasional Sistem Teknologi Informasi di UGM Yogyakarta pada tanggal 2-3 Desember 2008. ** Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) -Purwokerto
Simposium Nasional Sistem Teknologi Informasi (SNSTI) Universitas Gajah Mada, 27-28 Januari 2009
secara positif pada keputusan untuk mengadopsi TI. Oleh karena itu peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: H5: Intensitas informasi berpengaruh secara positif pada keputusan untuk mengadopsi TI. 4.
METODA PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode survei dengan level analisis perusahaan (usaha
kecil). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen pengumpulan data berupa kuesioner yang terdiri dari sejumlah pertanyaan terstruktur. Sedangkan setting penelitian ini adalah adopsi TI pada usaha kecil di Kota Yogyakarta. Penelitian ini diarahkan untuk menguji hipotesis yang menjelaskan pengaruh karekteristik pimpinan, dan karakteristik organisasi pada keputusan mengadopsi TI. 4.1 Populasi dan sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah usaha kecil di wilayah Kota Yogyakarta. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara non probability sampling. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive
sampling. Kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel didasarkan pada pertimbangan (judgement) yaitu usaha tersebut memiliki karyawan 5 sampai 19 orang. Kuesioner yang disebar sebanyak 150 kuesioner. Dari jumlah tersebut yang mendapatkan respon dan diterima kembali sampai dengan maksimal waktu yang ditetapkan yaitu pada tanggal 29 Maret 2008 adalah sebanyak 120 kuesioner atau respon rate 80 %. Dari jumlah tersebut kemudian diteliti sesuai dengan kriteria penelitian untuk pengolahan data, terdapat 18 kuesioner yang pengisiannya tidak lengkap atau diidentifikasi kuesioner diisi dengan tidak
*Disampaikan pada Smposium Nasional Sistem Teknologi Informasi di UGM Yogyakarta pada tanggal 2-3 Desember 2008. ** Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) -Purwokerto
Simposium Nasional Sistem Teknologi Informasi (SNSTI) Universitas Gajah Mada, 27-28 Januari 2009
serius oleh responden. Dengan demikian jumlah kuesioner yang dapat ditabulasi dan diolah adalah sebanyak 102 kuesioner.
4.2 Pengukuran Variabel Penelitian Pengukuran variabel keinovasian pimpinan, pengetahuan pimpinan mengenai TI, pengethuan karyawan mengenai TI dan intensitas informasi menggunakan skala likert dengan 7 pilihan jawaban, yakni angka 1 untuk pilihan sangat tidak setuju dan angka 7 untuk pilihan sangat setuju. Variabel ukuran perusahaan, tidak menggunakan skala interval tetapi menggunakan skala rasio dengan menanyakan jumlah karyawan yang sesungguhnya. Sedangkan variabel independen (keputusan untuk mengadopsi TI) diukur dengan skala kategorikal yaitu mengadopsi TI dan tidak mengadopsi TI. 4.3 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partial Least Square (PLS) dengan aplikasi Smart PLS V.20 M3. PLS adalah model persamaan struktural (SEM) yang berbasis komponen atau varian (variance), yang lebih bersifat predictive model (Ghozali, 2006). Alasan menggunakan teknik PLS adalah; Pertama, berkaitan dengan ukuran sampel, PLS membutuhkan sampel lebih kecil yaitu 10 (sepuluh) kali jumlah indikator untuk konstruk yang komplek pada model penelitian (Chin, 1998 dalam Ghozali, 2006). Kedua, data tidak harus multivariate berdistribusi normal artinya indikator dengan skala kategori, nominal, interval dan rasio dapat digunakan pada model yang sama. 5.
HASIL PENELITIAN
*Disampaikan pada Smposium Nasional Sistem Teknologi Informasi di UGM Yogyakarta pada tanggal 2-3 Desember 2008. ** Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) -Purwokerto
Simposium Nasional Sistem Teknologi Informasi (SNSTI) Universitas Gajah Mada, 27-28 Januari 2009
5.1 Uji validitas Validitas konstruk dalam penelitian ini dinilai dengan validitas konvergen dan validitas diskriminan. Validitas konvergen mengacu pada keberadaan korelasi antara instrumen yang berbeda yang mengukur konstruk yang sama sedangkan validitas diskriminan mengacu pada tidak adanya korelasi antara instrumen dengan konstruk yang tidak diukurnya. 5.1.1 Validitas Konvergen (Convergent Validity) Dalam analisa PLS, validitas konvergen dari model pengukuran dengan menggunakan indikator reflektif dinilai berdasarkan loading factor (korelasi antara item score/ component score dengan construct score) indikator-indikator yang mengukur konstruk tersebut. Validitas konvergen dilihat dari nilai loading indikator, rata-rata variansi (AVE) dan communality. Nilai loading merupakan nilai korelasi antara konstruk dan indikator sedangkan communality merupakan proporsi variansi dari sebuah item. Chin (1998) yang dikutip oleh Ghozali (2006) menyatakan bahwa nilai loading yang memiliki tingkat validitas konvergen yang tinggi apabila nilainya lebih besar dari 0,70. Hasil nilai loading pada pengujian awal instrumen ditemukan 1(indikator) item indikator yaitu KP2= 0,664 mempunyai nilai loading <0,7. Kemudian indikator tersebut dikeluarkan dari model pada pengujian selanjutnya. Hasil pengujian selanjutnya yang ditujukkan pada gambar 1 menunjukkan bahwa bahwa seluruh indikator pada masing-masing konstruk telah menunjukkan nilai loading diatas 0,7 yang berarti bahwa model telah memenuhi validitas konvergen. Metode lain untuk menilai validitas konvergen yaitu dengan melihat nilai AVE dan Communality. Model memiliki validitas konvergen
yang baik apabila nilai AVE dan
*Disampaikan pada Smposium Nasional Sistem Teknologi Informasi di UGM Yogyakarta pada tanggal 2-3 Desember 2008. ** Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) -Purwokerto
Simposium Nasional Sistem Teknologi Informasi (SNSTI) Universitas Gajah Mada, 27-28 Januari 2009
Communality > 0,5 (Ghozali, 2006). Hasil penilaian validitas konvergen dengan menggunakan AVE dan Communality ditunjukkan pada tabel 1.
Gambar 2. Output SmartPLS 2.0. Mengenai Loading Factor Tabel 1. Validitas Konvergen Variabel Kemungkinan adopsi Keinovasian pimpinan Pengetahuan Pimpinan Ukuran Pengetahuan karyawan Intensitas informasi
AVE 1,000000 0,877112 0,792869 1,000000 0,859581 0,906539
Communality 1,000000 0,877112 0,792869 1,000000 0,859581 0,906539
Pada tabel 1 nampak bahwa nilai AVE dan communality lebih besar dari 0,5. Nilai AVE dan communality pada konstruk kemungkinan adopsi dan ukuran perusahaan *Disampaikan pada Smposium Nasional Sistem Teknologi Informasi di UGM Yogyakarta pada tanggal 2-3 Desember 2008. ** Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) -Purwokerto
Simposium Nasional Sistem Teknologi Informasi (SNSTI) Universitas Gajah Mada, 27-28 Januari 2009
memiliki nilai 1 karena konstruk kemungkinan mengadopsi dan ukuran perusahaan hanya diukur oleh 1 (satu) item instrumen. Berdasarkan hasil nilai loading, AVE dan communality dapat disimpulkan bahwa validitas konvergen terpenuhi.
5.1.2 Validitas Diskriminan Pemenuhan validitas diskriminan dapat dilihat dari nilai cross loading konstruk. Konstruk dianggap memenuhi validitas diskriminan jika korelasi
instrumen dengan
konstruk yang diukur lebih tinggi dari korelasi instrumen tersebut dengan konstruk lainnya. Pada penelitian ini indikator semua konstruk menunjukkan korelasi yang kuat dengan konstruk yang diukurnya dibandingkan dengan konstruk yang lain. Validitas diskriminan juga dapat dilihat dari hubungan antar konstruk dibandingkan dengan akar dari rata-rata variansi/ average variance extracted (AVE) konstruk. Pada tabel. 2, nilai akar AVE variabel pengetahuan karyawan (dicetak tebal) yaitu 0,927136 lebih besar dibandingkan korelasi antara konstruk lainnya. Hal tersebut berlaku juga untuk konstruk pengetahuan pimpinan dengan akar AVE = 0,8904319 , keputusan adopsi dengan akar AVE= 1, intensitas informasi dengan akar AVE =0,952123, keinovasian pimpinan dengan akar AVE = 0,936542, Ukuran perusahaan dengan akar AVE= 1. Berdasarkan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa seluruh variabel laten memiliki discriminant validity yang baik.
*Disampaikan pada Smposium Nasional Sistem Teknologi Informasi di UGM Yogyakarta pada tanggal 2-3 Desember 2008. ** Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) -Purwokerto
Simposium Nasional Sistem Teknologi Informasi (SNSTI) Universitas Gajah Mada, 27-28 Januari 2009
Tabel 2. Perbandingan Akar AVE dengan Korelasi antar kontruk
Akar AVE
Pengetahuan Pengetahuan karyawan pimpinan Pengetahuan 0,927136 Karyawan Pengetahuan 0,896320 0,8904319 pimpinan Keputusan 0,918794 0,943752 adopsi Intensitas 0,863236 0,881012 Informasi Keinovasian 0,862002 0,894321 Pimpinan Ukuran 0,682779 0,655286 perusahaan
Keputusan Intensitas Keinovasian Ukuran adopsi informasi pimpinan perusahaan
1 0,929546
0,952123
0,925402
0,902969
0,936542
0,700153
0,648261
0,633309
1
5.2. Reliabilitas Pengujian reliabilitas konstruk pada penelitian ini menggunakan composite reliability. Chin (1998) yang dikutip Ghozali (2006) menyatakan suatu konstruk memiliki reliabilitas yang baik jika nilai composite reliability berada diatas 0,70. Hasil uji reliabilitas pada tabel.3 menunjukkan bahwa nilai composite reliability memiliki nilai diatas 0,70. Hal ini berarti bahwa reliabilitas instrumen terpenuhi. Tabel 3. Composite Reliability
Keputusan adopsi Keinovasian pimpinan Pengetahuan pimpinan Ukuran Pengetahuan karyawan Intensitas informasi
Composite Reliability 1,000000 0,966150 0,938581 1,000000 0,960703 0,966772
*Disampaikan pada Smposium Nasional Sistem Teknologi Informasi di UGM Yogyakarta pada tanggal 2-3 Desember 2008. ** Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) -Purwokerto
Simposium Nasional Sistem Teknologi Informasi (SNSTI) Universitas Gajah Mada, 27-28 Januari 2009
5.3 Pengujian Model Struktural (Structural Model) Model struktural dalam PLS dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk kostruk dependen, dan untuk path dilihat dari nilai koefisien pada path ( β ) yang kemudian dinilai signifikansinya berdasarkan nilai T-values setiap path. 5.3.1 Perhitungan nilai R- square Hubungan antara variabel eksogenous/independen (yang terdiri dari keinovasian pimpinan, pengetahuan pimpinan, ukuran perusahaan, pengetahuan karyawan, intensitas informasi) dengan variabel endogenous/dependen (keputusan untuk mengadopsi TI) diperoleh melalui nilai R-square sebesar = 0, 969. R-square sebesar 0,969 menunjukkan bahwa variabel independen dalam model tersebut mampu menjelaskan variansi variabel dependen sebesar 96,9% sedangkan sisanya sebesar 3,1 % dijelaskan oleh faktor residual diluar model. 5.3.2 Pengujian Signifikansi Model Jalur Antar Konstruk Untuk menilai signifikansi model jalur (path) antar konstruk dalam model struktural dilihat dari nilai koefisen jalur ( β ), T-value path antar konstruk, atau dengan melihat nilai p. Nilai p diperoleh dengan menggunakan fungsi TDIST pada program Excel. Hasil pengujian signifikansi model jalur antar konstruk dapat dilihat di tabel 4.
H H1 H2 H3 H4 H5
Tabel 4. Koefisien Jalur (beta, T-Values dan P-Value) Keterangan Hasil Koefisien β Nilai t Nilai p Keinovasian pimpinan -> 0,185 1,281 0,101 Tidak Adopsi didukung Pengetahuan pimpinan -> 0,340 2,804 0,003** Didukung Adopsi Pengetahuan karyawan -> 0,185 1,572 0,059 Tidak Adopsi Didukung Ukuran perusahaan -> Adopsi 0,064 2,089 0,019* Didukung Intensitas Informasi -> Adopsi 0,262 2,942 0,002** Didukung Keterangan: * signifikan pada level 0,05; ** signifikan pada level 0,005
*Disampaikan pada Smposium Nasional Sistem Teknologi Informasi di UGM Yogyakarta pada tanggal 2-3 Desember 2008. ** Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) -Purwokerto
Simposium Nasional Sistem Teknologi Informasi (SNSTI) Universitas Gajah Mada, 27-28 Januari 2009
Tabel 4. menunjukkan bahwa hubungan antara variabel keinovasian pimpinan dengan keputusan untuk mengadopsi teknologi informasi memiliki nilai koefisien beta= 0,185, thitung sebesar =0,281 dan nilai p=0,101. Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel keinovasian pimpinan tidak berpengaruh pada keputusan untuk mengadopsi teknologi informasi. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan bahwa keinovasian pimpinan berpengaruh secara positif pada keputusan untuk mengadopsi TI tidak terdukung. Hubungan antara variabel pengetahuan pimpinan dengan keputusan untuk mengadopsi teknologi informasi memiliki nilai koefisien beta= 0,340, t-hitung= 2,804 dan nilai p= 0,003. Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel pengetahuan pimpinan mempunyai pengaruh secara signifikan pada keputusan untuk mengadopsi TI. Hal ini berarti bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa pengetahuan pimpinan memiliki pengaruh positif pada keputusan untuk mengadopsi teknologi informasi terdukung, Hubungan antara variabel pengetahuan karyawan mengenai TI dengan keputusan mengadopsi teknologi informasi memiliki nilai koefisien beta= 0,185, t-hitung sebesar= 1,572 dan nilai p = 0,059. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel pengetahuan karyawan mengenai TI tidak berpengaruh pada keputusan untuk mengadopsi TI. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan bahwa pengetahuan karyawan mengenai TI berpengaruh secara positif pada keputusan untuk mengadopsi TI tidak terdukung. Hubungan antara variabel ukuran perusahaan dengan keputusan untuk mengadopsi teknologi informasi memiliki nilai koefisien beta= 0,064, t-hitung= 2,089 dan nilai p= 0,019. Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan mempunyai pengaruh secara signifikan pada keputusan untuk mengadopsi TI. Hal ini berarti hipotesis *Disampaikan pada Smposium Nasional Sistem Teknologi Informasi di UGM Yogyakarta pada tanggal 2-3 Desember 2008. ** Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) -Purwokerto
Simposium Nasional Sistem Teknologi Informasi (SNSTI) Universitas Gajah Mada, 27-28 Januari 2009
yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara positif pada keputusan untuk mengadopsi TI terdukung. Hubungan antara variabel intensitas informasi dengan keputusan untuk mengadopsi memiliki koefisien beta= 0,262, nilai t-hitung sebesar= 2,942 dan nilai p= 0.002. Hasil tersebut menunjukkan bahwa intensitas informasi berpengaruh secara signifikan pada keputusan untuk mengadopsi teknologi informasi. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan bahwa intensitas informasi memiliki pengaruh positif pada keputusan mengadopsi teknologi informasi terdukung.
6.
PEMBAHASAN Hipotesis 1 yang menguji pengaruh keinovasian pimpinan pada keputusan untuk
mengadopsi TI tidak terdukung. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa keinovasian pimpinan berpengaruh positif pada kemungkinan mengadopsi TI (Thong, 1999; Thong dan Yap, 1995). Tidak terdukungnya hipotesis ini memiliki arti bahwa pemimpin usaha kecil yang mempunyai keinovasian tinggi belum tentu mengadopsi TI di perusahaanya. Pimpinan usaha kecil yang mempunyai keinovasian tinggi ketika akan mengadopsi TI pada perusahaannya terlebih dahulu mempertimbangkan banyak hal seperti dukungan finansial, kesiapan organisasi, dan manfaat TI bagi usahanya (Githeko, 1996 seperti yang dikutip Lin, 2006). Atas dasar pertimbangan-pertimbangan tersebut maka kadangkala keinginan untuk mengadopsi TI tidak jadi direalisasikan. Selain itu, pemimpin usaha kecil ketika ingin mengadopsi TI juga mempertimbangkan apakah penggunaan TI selaras dengan strategis bisnis yang akan dilakukan. Ketidaksesuaian TI *Disampaikan pada Smposium Nasional Sistem Teknologi Informasi di UGM Yogyakarta pada tanggal 2-3 Desember 2008. ** Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) -Purwokerto
Simposium Nasional Sistem Teknologi Informasi (SNSTI) Universitas Gajah Mada, 27-28 Januari 2009
pada strategi bisnis akan mengakibatkan keberadaan TI pada usaha kecil kurang memberikan nilai tambah bagi usahanya, padahal bagi usaha kecil, untuk mengadopsi TI membutuhkan biaya yang relatif besar. Hipotesis 2 yang menguji pengaruh pengetahuan pimpinan mengenai TI pada keputusan mengadopsi TI terdukung. Hal ini berarti bahwa pimpinan usaha kecil yang mengetahui mengenai cara penggunaan dan manfaat teknologi informasi (komputer) mempunyai kecenderungan lebih besar untuk mengadopsi TI daripada pimpinan usaha kecil yang mempunyai pengetahuan yang rendah berkaitan dengan penggunaan TI. Hasil penelitian ini konsisten dengan beberapa penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa pengethuan pimpinan tentan TI mempunyai pengaruh pada keputusan mengadopsi TI (Thong, 1999; Ardianto, 2005; Thong dan Yap, 1995; Ettile, 1990; Fung, 1999; Looi, 2006; Jeon, 2006) Hipotesis 3 yang menguji pengaruh ukuran perusahaan pada keputusan untuk mengadopsi TI terdukung. Hal ini berarti semakin besar ukuran perusahaan, maka kemungkinan mengadopsi TI makin tinggi. Temuan ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa ukuran bisnis berpengaruh pada kemungkinan suatu perusahaan mengadopsi
inovasi teknologi (Lin, 2006; Thong, 1999; Premkumar dan
Robert 1999; Thong dan Yap, 1995). Hipotesis 4 yang menguji pengaruh pengetahuan karyawan mengenai TI pada keputusan untuk mengadopsi TI tidak terdukung. Tidak terdukungnya hipotesis ini memiliki arti bahwa pengetahuan karyawan mengenai TI bukan merupakan faktor yang menentukan bagi usaha kecil dalam mengadopsi TI. Alasan logis untuk menjelaskan hasil *Disampaikan pada Smposium Nasional Sistem Teknologi Informasi di UGM Yogyakarta pada tanggal 2-3 Desember 2008. ** Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) -Purwokerto
Simposium Nasional Sistem Teknologi Informasi (SNSTI) Universitas Gajah Mada, 27-28 Januari 2009
temuan penelitian ini yaitu bahwa ketika pimpinan perusahaan akan mengadopsi TI, hal utama yang dipertimbangkan yaitu berkaitan dengan kemampuan pimpinan tersebut untuk menggunakan TI dan ketersediaan sumberdaya keuangan yang dimiliki, meskipun pada saat tersebut
karyawannya belum mampu mengoperasikan/ menggunakan teknologi
teknologi informasi. Pimpinan UKM yang mempunyai kemampuan untuk mengoperasikan komputer untuk tahap selanjutnya akan melatih karyawannya agar mengoperasikan komputer atau teknologi informasi lainnya. Berdasarkan pengamatan langsung peneliti, pemanfaatan komputer di usaha kecil sebagian besar dioperasionalkan langsung oleh pimpinan perusahaan terutama pada pemanfaatan komputer untuk kegiatan pelaporan keuangan dan dokumentasi data perusahaan. Hipotesis 4 yang menguji pengaruh intensitas informasi pada keputusan untuk mengadopsi TI terdukung. Temuan ini mengindikasikan bahwa usaha kecil di wilayah kota Yogyakarta percaya bahwa perusahaan membutuhkan informasi yang akurat, handal dan up to date dalam menjalankan kegiatan usahanya sehingga membutuhkan teknologi informasi untuk memenuhi kebutuhan akan informasi tersebut. Hasil penelitian ini mengkonfirmasi hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lin (2006).
7.
SIMPULAN Adopsi TI pada usaha kecil merupakan sebuah proses keputusan yang
mempertimbangkan baik dari aspek pimpinan mapun aspek organisasional. Temuan penelitian ini mengindikasikan bahwa pengetahuan pimpinan mengenai TI mempunyai pengaruh pada
keputusan usaha kecil dalam mengadopsi TI, sedangkan tingkat
*Disampaikan pada Smposium Nasional Sistem Teknologi Informasi di UGM Yogyakarta pada tanggal 2-3 Desember 2008. ** Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) -Purwokerto
Simposium Nasional Sistem Teknologi Informasi (SNSTI) Universitas Gajah Mada, 27-28 Januari 2009
keinovasian yang dimiliki oleh pimpinan kurang berpengaruh pada keputusannya dalam mengadopsi TI. Keputusan usaha kecil untuk mengadopsi juga dipengaruhi ukuran perusahaan tersebut. Semakin besar usaha dimungkinkan sumberdaya yang dimiliki untuk mengodopsi TI semakin tersedia. Kebutuhan organisasi terhadap informasi yang cepat, akurat dan dipercaya terbukti mendorong perusahaan mengadopsi TI meskipun perusahaan tersebut belum memiliki karyawan yang memiliki pengetahuan mengenai TI. Perusahaan memandang bahwa pengetahuan karyawan mengenai TI akan secara bertahap bertambah jika perusahaan tersebut telah mengadopsi TI.
8.
IMPLIKASI Implikasi teoritis yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu
menyajikan bukti
empiris berkaitan dengan variabel-variabel yang mempengaruhi keputusan pimpinan usaha kecil dalam mengadopsi TI. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel pengetahuan pimpinan mengenai TI, ukuran perusahaan dan intensitas informasi berpengaruh signifikan pada keputusan untuk mengadopsi TI. Sedangkan variabel keinovasian pimpinan, pengetahuan karyawan mengenai TI tidak berpengaruh. Implikasi manajerial yang dapat diambil dari penelitian ini baik oleh konsultan TI dan penyedia TI. Perlunya upaya mengedukasi para pimpinan usaha kecil baik mengenai manfaat TI maupun keterampilan memanfaatkan TI. Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai TI dan manfaat potensialnya, maka pimpinan usaha kecil akan mempunyai sikap positif terhadap adopsi TI sehingga mereka akan lebih menerima gagasan mengenai adopsi TI di perusahaannya. Sedangkan bagi pemerintah daerah, khususnya instansi yang *Disampaikan pada Smposium Nasional Sistem Teknologi Informasi di UGM Yogyakarta pada tanggal 2-3 Desember 2008. ** Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) -Purwokerto
Simposium Nasional Sistem Teknologi Informasi (SNSTI) Universitas Gajah Mada, 27-28 Januari 2009
bertanggungjawab dalam pengembangan kompetensi usaha kecil, diharapkan lebih fokus pada upaya meningkatkan IT literacy bagi para pimpinan usaha kecil. Hal tersebut dapat dilakukan melalui program seminar dan pelatihan yang khusus diperuntukkan untuk pimpinan usaha kecil dan karyawannya. Pemerintah daerah juga diharapkan dapat mengeluarkan kebijakan dan peraturan yang dapat mendorong usaha kecil untuk mengadopsi TI.
9.
KETERBATASAN PENELITIAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN SELANJUTNYA Penelitian yang dilakukan ini mempunyai beberapa keterbatasan. Oleh karena itu
penelitian selanjutnya perlu dilakukan dengan memperhatikan keterbatasan-keterbatasan yang ada, yaitu : Pertama, dalam mengukur variabel ukuran perusahaan, peneliti hanya menggunakan indikator jumlah tenaga kerja sehingga kurang merefleksikan ukuran perusahaan yang sebenarnya. Dalam penelitian selanjutnya perlu kiranya menambahkan indikator total penjualan per tahun atau aset perusahaan untuk konstruk ukuran perusahaan. Kedua, dimungkinkan ada faktor lain yang mempengaruhi keputusan usaha kecil dalam mengadopsi TI sehingga pada penelitian selanjutnya perlu mengukur karakteristik lain yang dimungkinkan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan untuk mengadopsi TI seperti:karakteristik TI, karakteristik lingkungan dan dukungan pemerintah.
*Disampaikan pada Smposium Nasional Sistem Teknologi Informasi di UGM Yogyakarta pada tanggal 2-3 Desember 2008. ** Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) -Purwokerto
Simposium Nasional Sistem Teknologi Informasi (SNSTI) Universitas Gajah Mada, 27-28 Januari 2009
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Muhammad. (2005). Pengaruh karakteristik pimpinan dan karakteristik organisasi Pada Pengadopsian Teknologi Informasi (Studi Di Propinsi DIY). Unpublised Thesis S2, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Argaval, Ritu and Prasad, Jayesh. (1998). A Conceptual And Operational Definition Of Personal Innovativeness In The Domain Of Information Technology. Information Systems Research, Vol. 9, No. 2, pp. 557–582 Armstrong, Bruce. (2003). CBIS and Small Firm, Ph.D Thesis, Southern Cross University. Birley, S. (1982). Corporate strategy and the small firm. Journal of General Management, 8, 2, pp. 82-86. Chin, W.W., Newsted, P.R. (1999). Structural equation modeling analysis with small Computerization in Small and Medium Enterprises in Singapore. Proc of the ENDEC International Entrepreneurship Conference on Entrepreneurship; A Spectrum of Possibilities, pp.74-81. Chong, S., & Bauer, C. (2000). A model of Factors influence on e-commerse adoption and diffusion in SMEs. Proceeding of 4 th Pacific-Asia Conference on Information System. Cooper, Donald R. and Schindler, P. (2006). Business Research Methods. 9th ed. Singapore: McGraw-Hill. Fichman, R.G., and Kemerer, C.F.(1993). Toward a theory of the adoption and diffusion of software process innovations. In L. Levine (ed.), Proceedings of FIP Conference on Diffusion, Transfer, and Implementation of Information Technology, pp. 23-30. Fink, D. (1997). Information System success in Small and Medium Enterprises: An evaluating by Australian Public Accountant, Australian Journal of Information System, 2(1), pp. 29-38. Ghozali, Imam. (2006). Structural Equation Modelling: Metode Alternatif Dengan Partial Least Square. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, UNDIP, Semarang. Hair, J.F., Jr.; Anderson, R.E.; Tatham, R.L.; and Black, W.C. (2006). Multivariate Data Analysis with Readings, 4th ed. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall. Hartono, Jogiyanto. (2004). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah kaprah dan Pengalamanpengalaman, BPFE UGM, Yogyakarta. *Disampaikan pada Smposium Nasional Sistem Teknologi Informasi di UGM Yogyakarta pada tanggal 2-3 Desember 2008. ** Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) -Purwokerto
Simposium Nasional Sistem Teknologi Informasi (SNSTI) Universitas Gajah Mada, 27-28 Januari 2009
Hartono, Jogiyanto. (2005). Sistem Teknlogi Informasi. ANDI, Yogyakarta Hartono, Jogiyanto. (2007). Sistem Informasi Keperilakuan. ANDI, Yogyakarta. Jeon, M.N, Han, K.S and Lee, M.J. (2006). Determining Factors for the adoption of ebusiness: the case of SMEs in Korea. Applied Economics,38, pp 1905-1916. King, J.L.; Gurbaxani, V.; Kraemer, K.L.; McEarlan. E.W.; Raman, K.S.; and Yap, C.S. (1994). The institutional factors in information technology innovation. Information Systems Research. 5,2, pp. 139-169. Kraemer, K.L.; Gurbaxani, V.; and King, J.L. (1992). Economic development, government policy, and the diffusion of computing in pacific area nations. Public Administration Review, 52, 2, pp.146-156. lacovou, C.L., 1. Benbasat and A.S. Dexter.(1995). Electronic Data Interchange and Small Organizations: Adoption and Impact of Technology." MIS Quarterly, 19:4, pp. 465486. Lin, Chang Shuo. (2006). Organizational, technological, and Environmental Determinant of Electronic Commerse Adoption in Small and Medium Entreprises in Taiwan, Desertation, Lynn University. Looi, Hong Cheong. (2005). E-Commerce Adoption In Brunei Darussalam: A quantitative Analysis Of Factors Influencing Its Adoption. Communications of the Association for Information Systems,15, pp. 61-81. Moore, G.C., and Benbasat, I. (1991). Development of an instrument to measure the perceptions of adopting an information tecbnology innovation. Information Systems Research, 2,3, pp. 192-221. Premkumar, G., Robert, Margaret. (1999). Adoption of new information technologies in rural small businesses. Omega International Journal Management Science, 27, pp 467-484. Rogers, E.M. Diffusion of Innovations, 3d ed. New York: Free Press, 1983. Sekaran, U. (2003). Research Methods for Business: A Skill Building Approach. 4 th edision, Jhon Wiley & Sons.Inc, New York. Thong, J.Y.L.; Yap, C.S.; and Raman, K.S. (1996). Top management support, external expertise and information systems implementation in small businesses. Information Systems Research, 7,2, pp. 248-267. *Disampaikan pada Smposium Nasional Sistem Teknologi Informasi di UGM Yogyakarta pada tanggal 2-3 Desember 2008. ** Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) -Purwokerto
Simposium Nasional Sistem Teknologi Informasi (SNSTI) Universitas Gajah Mada, 27-28 Januari 2009
Thong, JYL. (1999). Intergrated Model Of Information System Adoption In Small Business. Journal of management information system,15, 4, pp 187-214. Utomo, Hargo. (2001). Studi Eksplorasi Tentang Penyebaran Teknologi Informasi Untuk Usaha Kecil Menengah, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.16, No.2, pp. 153-163. Yap, C.S.; Soh, C.P.P.; Raman, K.S. (1992). Information System Success Factors in Small Business. Omega-International Journal of Management Science, 5 (6), pp. 597-609. Zhu, Kevin, K.L and Kraemer, S. Xu (2006) The process of innovation Assimilation by Firms in different Countries: A technology Diffusion Perspective on e-business. Management Science. 52 ( 10) pp. 1557-1576.
*Disampaikan pada Smposium Nasional Sistem Teknologi Informasi di UGM Yogyakarta pada tanggal 2-3 Desember 2008. ** Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) -Purwokerto