KONFLIK PEMANFAATAN SUMBERDAYA TANAH ULAYAT BADUY PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG (Studi Kasus : Masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar, Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten)
YULIYA HASANAH A14204010
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Pikukuh Baduy
Mipit kudu amit, ngala kudu menta ngagedag kudu bewara ngali cikur kudu ngatur ulah goroh ulah linyok ngadek kudu sacekna nu enya kudu dienyakeun nu ulah kudu diulahkeun ulah sirik, ulah pidik Larangan teu meunang dirempak buyut teu meunang dirobah lojor teu meunang dipotong pendek teu meunang disambung gunung teu meunang dilebur lebak teu meunang diruksak ulah ngaruksak bangsa jeung nagara Dalam Garna. 1987. Orang Baduy Dari Inti Jagat. PT. Bayu Indra Grafika. Yogyakarta
Dengan segala kerendahan hati dan rasa syukur kepada Allah SWT, karya ilmiah ini penulis haturkan untuk ilmu pengetahuan semata. Tidak bermaksud menyudutkan pihak-pihak tertentu.
RINGKASAN YULIYA HASANAH. “KONFLIK PEMANFAATAN SUMBERDAYA TANAH ULAYAT BADUY PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG (Studi Kasus : Masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar, Desa Kanekes - Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten)”. (Di bawah Bimbingan ENDRIATMO SOETARTO) Penelitian ini menggunakan konsep tentang konflik yang dianalisis berdasarkan kegiatan penyerobotan yang dilakukan masyarakat luar terhadap sumberdaya hutan di Baduy. Konflik ini erat kaitannya dengan persepsi masyarakat adat terhadap pemanfaatan, penggunaan dan pengelolaan tanah ulayat Baduy, terutama hasil-hasil hutan. Berangkat dari pandangan umum bahwa konflik tanah ulayat akan menyebabkan ketidaktertiban dan bencana serta bahaya baik bagi warga Baduy maupun warga sekitar. Penelitian ini mencoba mengungkap konflik yang terjadi di Baduy terkait dengan tanah ulayat yang merupakan hak mutlak milik warga Baduy. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan, mempelajari dan mendeskripsikan : (1) Persepsi masyarakat adat Baduy tentang konsep tanah ulayat di kawasan Baduy; (2) Proses terjadinya konflik tanah ulayat serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong terjadinya konflik tersebut; dan (3) Upaya yang dilakukan dalam menyelesaikan konflik di Baduy. Berkaitan dengan tujuan penelitian, studi ini juga berusaha menjelaskan secara singkat mengenai dampak dari kegiatan penyerobotan terutama dari segi kenyamanan warga Baduy, keamanan dan hubungan sosial antara warga Baduy dengan luar Baduy. Pilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja yaitu di Desa KanekesSuku Baduy (Baduy Dalam dan Baduy Luar), Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2008. Pemilihan lokasi tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa kajian berupa konflik tanah ulayat Baduy serta pihak yang terlibat di lokasi penelitian dapat menjawab permasalahan pokok studi ini secara lebih spesifik . Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan eksplanatif dan gabungan strategi studi kasus instrinsik dengan instrumental. Data yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam, pengamatan secara partisipatif dan observasi lapang. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen, baik dokumen pemerintah desa, lembaga pemerintahan, dan pencarian data di internet. Masyarakat adat di Indonesia sebagian besar homogen. Baduy merupakan masyarakat yang hidup dalam pikukuh/peraturan adat yang sudah ditetapkan sejajk nenek moyang ada. Oleh karena itu, masyarakat adat Baduy hidup dengan harmonis, baik dalam pergaulan dengan masyarakat Baduy itu sendiri, dengan masyarakat luar Baduy atau dengan lingkungan alam dimana mereka bertempat tinggal. Dalam melakukan berbagai aktivitas sehari-hari guna memenuhi kebutuhan hidupnya, masyarakat adat Baduy tinggal di sebuah pemukiman yang dekat dengan hutan garapan, sehingga dengan mudah dapat
memanfaatkan hasil-hasil hutan yang diperuntukkan bagi masyarakat adat Baduy, juga pengawasan yang terjaga dalam rangka mengelola hutan lindung. Tanah ulayat Baduy pada kawasan hutan lindung berbatasan dengan wilayah-wilayah luar Baduy, sehingga untuk mengakses hasil-hasil sumberdaya hutan tersebut, maka warga luar Baduy lebih mudah memperolehnya. Kebutuhan akan tanah yang semakin meningkat serta pertambahan jumlah penduduk merupakan faktor yang membuat warga luar Baduy sewenang-wenang dalam menggunakan dan memanfaatkan tanah ulayat Baduy. Masyarakat adat Baduy memiliki indigenous knowledge, sehingga untuk menjaga keseimbangan alam maka dilakukan upaya pengawasan dan pelestarian hutan agar tidak rusak. Sesuai dengan keyakinannya, bahwa “gunung teu meunang dilebur, lebak teu meunang diruksak, ulah ngaruksak bangsa jeung nagara”. Ini membuktikan bahwa ada aturan adat yang menguatkan agar gunung tidak dilebur, dan lembah tidak boleh dirusak, sehingga bangsa dan negara pun tidak akan rusak. Selain itu, warga Baduy pun berpandangan bahwa hutan adalah titipan karuhun dan Gusti Allah sehingga harus dijaga dan disucikan. Namun, warga luar Baduy belum memahami akan pentingnya tanah ulayat sebagai sarana pendukung kehidupan warga Baduy maupun sebagai tempat penyembahan atau bertapa. Ketidakpahaman warga luar Baduy ditunjukkan dengan tindakan penyerobotan terhadap sumberdaya hutan serta penebangan pohon secara bebas. Selain itu, warga luar Baduy pun melanggar pantangan adat Baduy dengan membuat sawah, menggunakan tanah untuk berladang, apalagi tanpa izin pihak Desa Kanekes, serta penggembalaan hewan ternak yang dibebaskan ke kawasan hutan lindung. Bahkan salah satu warga Kecamatan Bojongmanik yang berbatasan dengan Baduy melakukan pensertifikatan atas tanah seluas 8.983 m2 dari luasan tanah ulayat Baduy sekitar 5.101,85 ha. Penyerobotan tersebut menyebabkan kerusakan alam, tanah longsor serta erosi. Tidak hanya itu, wilayah Banten yang mendapat sumber air dari Baduy pun mengalami penghambatan akibat gundulnya hutan. Dengan penjelasan tersebut sudah cukup memberikan penggambaran mengenai faktor yang mempengaruhi terjadinya konflik. Konflik di Baduy sudah terjadi sejak tahun 1950, dan hingga saat ini masih tetap terjadi pembalakan terutama penggembalaan hewan ternak yang belum bisa ditangani. Padahal, berbagai upaya sudah pernah dilakukan baik oleh warga Baduy sendiri maupun warga luar Baduy. Dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 32 Tahun 2001 (Bab 1 Pasal 1) tentang Perlindungan Atas Hak Ulayat Masyarakat Baduy, Desa Kanekes ditetapkan sebagai tanah hak ulayat yang berarti kewenangan yang menurut hukum adat dimiliki oleh masyarakat hukum adat. Peraturan tersebut cukup menguatkan kepemilikan tanah ulayat Baduy dan merupakan salah satu solusi dalam penyelesaian konflik, di samping pemagaran dan pematokan batas tanah ulayat Baduy yang tidak permanen oleh Pemerintah Kabupaten Lebak. Upaya masyarakat adat Baduy dalam penyelesaian konflik adalah membuat perjanjian dengan warga luar Baduy untuk tidak mengulangi penyerobotan lagi. Perjanjian ini ditandatangani oleh pihak yang terlibat konflik, serta pelaporan kepada pihak kepolisian.
KONFLIK PEMANFAATAN SUMBERDAYA TANAH ULAYAT BADUY PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG (Studi Kasus : Masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar, Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten)
YULIYA HASANAH A14204010
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
LEMBAR PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “KONFLIK PEMANFAATAN SUMBERDAYA TANAH ULAYAT BADUY PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG (STUDI KASUS : MASYARAKAT BADUY DALAM DAN BADUY LUAR, DESA KANEKES - KECAMATAN LEUWIDAMAR, KABUPATEN LEBAK, PROPINSI BANTEN)” BENARBENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA. SEMUA SUMBER DATA DAN INFORMASI TELAH DINYATAKAN SECARA JELAS DAN DAPAT DIBUKTIKAN KEBENARANNYA.
Bogor, Agustus 2008
Yuliya Hasanah A14204010
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Yuliya Hasanah, dengan nama panggilan Yuli atau Iyung. Penulis dilahirkan di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten, pada tanggal 14 Juli 1986 dari Bapak Hasan Hermawan dan Ibu Iah Juhaeniah. Penulis adalah anak ke-5 dari 5 bersaudara, di antaranya Hasan Sutisna, Nani Nurhasanah, Laeli Maulida dan Lilis Sulistiawati. Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah tahun 1992 SD Negeri III Rangkasbitung Barat dan lulus pada tahun 1998, SLTP Negeri 4 Rangkasbitung dan lulus pada tahun 2001, SMU Negeri 1 Rangkasbitung dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tanggal 21 Juli 2004 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Penulis adalah mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian. Selama mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis menjadi Asisten Dosen di Mata Kuliah Dasar-Dasar Komunikasi Tahun Ajaran 2006/2007-2007/2008. Organisasi yang pernah diikuti penulis adalah LDK DKM Al-Hurriyyah di Divisi Syiar sebagai Bendahara tahun 2006/2007-2007/2008, dan OMDA (Organisasi Mahasiswa Daerah) Banten sebagai Bendahara. Di tahun 2006/2007 penulis berkecimpung di dunia broadcaster sebagai penyiar di Radio Agri 107,7 FM (Agri FM the Voice of Agriculture). Kemudian bersama teman-teman AlHurriyyah di Bulan Desember Tahun 2008 mendirikan Radio Komunitas Muslim IPB ALVO (Al-Hurriyyah Voice) 107,4 FM yang bertempat di samping Aula AlHurriyyah. Di samping itu, penulis juga mengikuti kegiatan di luar kampus IPB, yaitu Kepanduan Santika tahun 2007/7008, dan pernah berpengalaman bekerja di sebuah Lembaga Bimbingan Belajar BASIC yang saat ini berganti nama menjadi Lembaga Bimbingan Belajar SIMPLE pada pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris untuk kelas VI. Hingga saat ini, penulis masih bergabung bersama ILNA Training Center.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT., karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini. Dengan segenap do’a dan perjuangan, Skripsi yang berjudul “Konflik Pemanfaatan Sumberdaya Tanah Ulayat Baduy pada Kawasan Hutan Lindung (Studi Kasus : Masyarakat Baduy, Desa Kanekes - Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten)” ini dapat selesai tepat waktu. Adapun tujuan penulisan Skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Tahun Akademik 2007/2008 pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selain itu, Skripsi ini menjelaskan mengenai konsep pemahaman masyarakat Baduy terhadap tanah ulayat serta menunjukkan fenomena konflik tanah ulayat yang diserobot oleh masyarakat luar Baduy dan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, serta proses konflik yang terjadi dan upaya penyelesaiannya dari pihak yang terlibat. Tiada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan oleh penulis, tidak lain untuk perbaikan penulisan Skripsi ini. Akhirnya, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan dapat digunakan dengan sebenar-benarnya.
Bogor, Agustus 2008
Yuliya Hasanah A14204010
UCAPAN TERIMAKASIH
Selama masa penyelesaian Skripsi ini, tentunya tidak terlepas dari dorongan dan dukungan baik berupa moril maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kakuatan Iman dan Islam sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan. Sekaligus, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada : 1.
Prof. Dr. Endriatmo Soetarto, MA sebagai Dosen Pembimbing atas arahan, waktu dan pikiran dalam membimbing dan membantu penulis, sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis juga mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam perilaku dan ucapan yang kurang berkenan.
2.
Ir. Dwi Sadono, MSi sebagai Pembimbing Akademik yang sudah mengarahkan selama ± 4 tahun ini.
3.
Martua Sihaloho, Msi yang sebagai dosen penguji utama yang telah bersedia meluangkan waktu dan kritikan serta saran untuk memperbaiki skripsi ini.
4.
Heru Purwandari, Msi sebagai dosen penguji wakil departemen untuk ketelitiannya dalam sistematika dan kelengkapan konsep.
5.
Keluarga tercinta, Apa, Umi, Teh Lilis, Teh Leli, The Nani di Qatar sareng A Tisan) atas curahan kasih sayang, do’a-do’a, dorongan semangat, arahan serta pikiran dan juga atas episode-episode indah yang kita jalani bersama dan atas kepercayaan yang begitu besar dan keikhlasan hati untuk memberikan kesempatan kepada penulis melanjutkan pendidikan di Bogor.
6.
Jaro Dainah sebagai Kepala Desa Kanekes-Baduy, Bapak Sapin sebagai Sekretaris Desa, Wa Ailin, Bapak Asid, Bapak Sarman, Bapak Sami (Jaro Baduy Dalam, Cibeo), Bapak Juli, Bapak Arsid yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. Terimakasih untuk semua waktu, informasi kegiatan dan masukan data selama proses penelitian di lapangan.
7.
Bapak Arja Wiraatmaja, S.Pd sebagai Kasi Kesos dan H. Mamat R. Setiadi, SH di Kecamatan Bojongmanik yang telah meluangkan waktu serta pikirannya dan informasi yang diberikan saat penelitian di lapangan.