Vol.VII No.4 Nov 2016
ISSN 1693-7945
KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER TERMODIFIKASI DAN THINK-PAIR-SHARE Oleh: Kiki Fatkhiyani STKIP NU Indramayu, Jawa Barat
ABSTRAK Kecakapan sosial merupakan salah satu dari pendidikan kecakapan hidup yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk menyelesaikan segala persoalan hidup. Kecakapan sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah: kemampuan menyampaikan pendapat, merespon, menyanggah dan bekerjasama. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam penelitian ini yang diterapkan adalah Numbered Heads Together termodifikasi dan Think-Pair-Share. Populasi adalah kelas XI IPA yang berjumlah dua kelas. Secara random diperoleh, kelas XI IPA 1 menjadi kelas eksperimen I yang diberi model pembelajaran Numbered Heads Together termodifikasi dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen II yang diberi model pembelajaran Think-Pair-Share. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah dokumentasi, tes, observasi dan angket. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ada perbedaan hasil belajar kimia pokok bahasan Sistem Koloid antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran Numbered Heads Togethter termodifikasi dan Think-Pair-Share. Siswa yang diajar dengan model pembelajaran Think-Pair-Share memiliki hasil belajar yang lebih baik. Dari hasil analisis deskriptif, menunjukkan bahwa kelas eksperimen II lebih baik dari kelas eksperimen I. Hasil penyebaran angket tanggapan, diperoleh frekuensi tanggapan kelas eksperimen II lebih besar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Think-Pair-Share lebih bisa diterima. Kata Kunci: Komparasi, Pembelajaran Kooperatif, Hasil Belajar, Numbered Heads Together, Think-Pair-Share PENDAHULUAN Menurut Binadja(2005), kecakapan hidup adalah kemampuan internal seseorang yang dibangun dari dalam individu selama masa hidupnya. Yang termasuk kecakapan hidup adalah kecakapan personal, kecakapan vokasional, kecakapan akademik dan kecakapan sosial. Salah satu kecakapan hidup yang perlu dikembangkan adalah kecakapan sosial (social skill). Kimia bukanlah sekedar fakta-fakta yang harus dihafalkan, akan tetapi memerlukan pemahaman tentang proses, baik secra teoretis maupun aplikasinya dalam kehidupan nyata. Untuk itu diperlukan metode dan strategi penyampaian materi yang tepat yang dapat memberdayakan siswa, baik dari segi akademik maupun kecakapan sosial, sehingga tujuan pendidikan nasional dapat tercapai. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dilaksanakan untuk menunjang kecakapan sosial peserta didik adalah metode Cooperatif Learning atau pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menciptakan kondisi lingkungan di dalam kelas saling mendukung melalui belajar secara kooperatif dalam kelompok kecil dan diskusi dalam kelompok besar dalam kelas. Aktivitas pembelajaran kooperatif menekankan pada kesadaran siswa berfikir, memecahkan masalah, mengaplikasikan pengetahuan konsep dan belajar bekerjasama dengan anggota lain dalam kelompok. Model pembelajaran Numbered Heads Together dan Think-Pair-Share merupakan tipe pembelajaran kooperatif. Kedua model pembelajaran tersebut didasari oleh falsafah 63
ISSN 1693-7945
Vol.VII No.4 Nov 2016
homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, serta sifat ketergantungan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup.. hal ini berarti kerjasama merupakan kebutuhan sangat penting bagi kelangsungan proses belajar(Lie, 2007:28). Dalam penelitian ini yang dipakai adalah model pembelajaran Numbered Heads Together termodifikasi dengan pertimbangan model pembelajaran tersebut telah disempurnakan langkah-langkahnya, sehingga dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik. Menurut Lie(2007:31), model pembelajaran Numbered Heads Together termodifikasi dan Think-Pair-Share merupakan model pembelajran yang efektif untuk meningkatkan ketergantungan positif, interaksi tatap muka, tanggung jawab perorangan, keterampilan kelompok dan keterampilan sosial proses kelompok. Kedua model pembelajaran ini dipilih karena sama-sama berpendekatan struktural. Dengan menerapkan model pembelajaran Numbered Heads Together termodifikasi dan Think-Pair-Share, siswa diharapkan tidak hanya mampu dalam kecakapan akademik saja, akan tetapi juga dalam kecakapan sosial. Proses pembelajaran berorientasi pada kompetensi dan life skill, sehingga potensi dan kompetensi siswa yang selama ini terpendam dapat berkembang secara optimal, dan tujuan pendidikan yang dicita-citakan dapat tercapai. Berdasarkan hasil penelitian Ekowati(2005), menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together lebih baik daripada dengan metode konvensional. Sedangkan menurut Ferina Agustini(2005) hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Think-Pair-Share juga lebih baik daripada dengan metode konvensional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Numbered Heads Together dan Think-Pair-Share memberikan hasil belajar yang lebih baik daripada metode konvensional. Akan tetapi belum ada penelitian yang membandingkan kedua model pembelajaran tersebut, manakah diantara kedua model pembelajaran yang memberikan hasil belajar lebih baik. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan rancangan eksperimen PreTest and Post-Test Group Design. Dengan rancangan sebagai berikut: Tabel 1. Rancangan Penelitian Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test Eksperimen I Test I X Test II Eksperimen II Test I Y Test II Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan model pembelajaran Numbered Heads Together termodifikasi dan Think-Pair-Share terhadap hasil belajar kimia pada pokok bahasan sistem koloid. Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini meliputi: observasi awal, penyusunan instrumen dan perangkat pembelajaran, ujicoba instrumen, analisis hasil instrumen ujicoba soal, pre test kepada kedua kelas eksperimen, analisis tahap awal, pelaksanaan penelitian, post test kepada siswa setelah pemberian perlakuan, analisis data tahap akhir, kesimpulan yang merupakan jawaban dari hipotesis penelitian Sampel yang diambil adalah dua kelas, sebagai kelas eksperimen I adalah kelas XI IPA 1 yang berjumlah 35 siswa diberikan model pembelajaran Numbered Heads Together termodifikasi dan kelas eksperimen II adalah kelas XI IPA 2 dengan jumlah 36 siswa diberikan model pembelajaran Think-Pair-Share. Penelitian ini berlokasi di SMA Negeri 1 Ciwaringin Kabupaten Cirebon. Instrumen yang digunakan adalah tes objektif, lembar observasi dan angket. Tes objektif yang dibuat perlu diujicoba untuk menentukan baik tidaknya soal tersebut. Adapun lembar observasi dan angket diambil dari beberapa sumber dan dikonsultasikan kepada ahlinya. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah metode dokumentasi yang dilakukan pada tahap observasi awal, metode tes digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif yang 64
Vol.VII No.4 Nov 2016
ISSN 1693-7945
dibandingkan setelah diberikan perlakuan. Untuk hasil belajar afektif dan psikomotorik diambil dengan metode observasi melalui lembar observasi. Adapun respon belajar siswa terhadap kedua model pembelajaran yang dicobakan diambil dengan metode angket melalui lembar angket. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Hasil Analisis Tahap Awal Analisis ini bertujuan untuk mengetahui adanya kesamaan kondisi awal populasi pada umumnya dan kondisi awal sampel pada khususnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok sampel berangkat dari titik tolak yang sama. Data yang digunakan adalah nilai pre-test siswa kelas eksperimen I dan II. Pada tahap ini dilakukan tiga uji, yaitu uji normalitas, homogenitas dan uji kesamaan rata-rata. Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh bahwa data berdistribusi normal, sehingga dalam analisis selanjutnya dilakukan menggunakan statistika parametrik. Berdasarkan hasil uji kesamaan rata-rata menunjukkan bahwa kedua kelompok mempunyai kesamaan dua rata-rata sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan. 2. Hasil Analisis Tahap Awal Analisis pada tahap ini dilakukan untuk menjawab hipotesis yang telah diajukan. Data yang digunakan adalah data nilai post-test siswa baik kelas eksperimen I maupun eksperimen II. Setelah dilakukan analisis uji hipotesis satu pihak diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 2. Hasil Uji Hipotesis Satu Pihak Data thitung ttabel Kriteria Nilai Post-test 2.134 1.67 Ho ditolak Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas, menunjukkan bahwa hipotesis kerja diterima. Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kimia siswa kelas eksperimen I dan II. Dan hasil belajar kelas eksperimen II yang diberi model pembelajaran Think-Pair-Share lebih baik dari kelas eksperimen I yang diberi model pembelajaran Numbered Heads Together termodifikasi. Gambaran umum dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Gambaran Umum Hasil Penelitian Kelas Kelas Perhitungan Eksperimen I Eksperimen II
x Sd Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rentang
70.74
73.89
5.44 84 64 20
6.88 92 64 28
3. Analisis Data Hasil Belajar Afektif Hasil belajar afektif meliputi kehadiran, keseriusan dan partisipasi siswa dalam pembelajaran, keaktifan dalam bertanya dan menjawab, keterampilan menyampaikan pendapat, kerjasama dalam kelompok serta kelengkapan sumber belajar. Adapun aspek kecakapan sosial yang diharapkan ada tiga yaitu kemampuan menyampaikan pendapat, kerjasama dalam kelompok dan etika dalam berkomunikasi. Dari hasil analisis deskriptif, pada kelas eksperimen I ratarata nilai ketiga aspek secara berurutan adalah 3.5; 4.1; 4.5. Secara keseluruhan siswa kelas eksperimen I dinyatakan lulus, karena sudah melebihi atau sama dengan batas kriteria kelulusan minimal yaitu 70. Nilai terendah 71.11 dan nilai tertinggi 95.56 dengan rata-rata kelas 79.24. Sedangkan hasil analisis kelas eksperimen II diperoleh nilai untuk ketiga aspek yang mencakup kecakapan sosial adalah 3.9; 4.1; 4.6. Nilai terendah 72 dan nilai tertinggi 65
ISSN 1693-7945
Vol.VII No.4 Nov 2016
79.52 dengan rata-rata kels 83.52. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar afektif yang mencakup kecakapan sosial kels eksperimen II lebih baik dari kelas eksperimen I. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh depdiknas, hasil belajar afektif baik kelas eksperimen I maupun eksperimen II termasuk ke dalam kriteria sangat baik. 4. Analisis Data Hasil Belajar Psikomotorik Dalam penelitian ini dilakukan satu kali praktikum yaitu pada sub pokok bahasan sifat-sifat koloid, sehingga penilaiannya juga dilakukan satu kali. Berdasarkan hasil analisis deskriptif, nilai terendah hasil belajar psikomotorik pada kelas eksperimen I adalah 70 dan nilai tertinggi 90 dengan rata-rata kelas 74.36. Sedangkan pada kelas eksperimen II, nilai terendah adalah 71 dan nilai tertinggi 92.5 dengan rata-rata kelas 82.08. berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh depdiknas, hasil belajar psikomotorik kelas eksperimen II masuk dalam kriteria sangat baik, sedangkan kelas eksperimen I termasuk dalam kriteria baik. 5. Analisis Data Angket Analisis angket dilakukan dengan persentase deskriptif kualitatif, selanjutnya dibuat frekuensi untuk setiap pernyataan. Dengan demikian hasilnya bisa dilihat secara langsung sejauh mana tanggapan siswa terhadap kedua model pembelajaran yang diterapkan di kelas. Berikut tabel frekuensi dari tiap pernyataan: Tabel 4. Frekuensi Angket Respon Siswa kelas Eksperimen I dan II Frekuensi No. Pernyataan Eksperimen I Eksperimen II 1 2 3 4 1 2 3 4 Anda selalu hadir dalam kegiatan 1. 0 0 12 23 0 0 10 26 pembelajaran 2. Anda menjawab pertanyaan guru 1 16 17 0 14 10 12 1 3. Anda mengajukan pertanyaan 15 13 5 3 24 5 2 4 Anda mengerjakan tugas yang 4. 1 6 24 0 2 18 16 4 diberikan oleh guru Anda tertarik dengan model 5. 1 12 16 3 5 12 16 6 pembelajaran yang digunakan Model pembelajaran yang diterapkan membantu 6. 2 11 15 3 2 22 7 9 pemahaman anda terhadap materi sistem koloid Anda menyenangi materi sistem koloid yang disampaikan dengan 7. 0 9 24 0 4 26 2 6 model pembelajaran yang diterapkan di kelas Anda berminat untuk menerapkan 8. model pembelajaran tersebut pada 6 12 11 1 8 11 16 6 pokok bahasan yang lain Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa secara umum frekuensi respon siswa pada kelas eksperimen II lebih besar daripada siswa kelas eksperimen I. Dengan demikian, model pembelajaran Think-Pair-Share memiliki respon lebih baik daripada model pembelajaran Numbered Heads Together termodifikasi. PEMBAHASAN Model pembelajaran Numbered Heads Together Termodifikasi terdiri atas lima tahap yaitu, (1)tahap penomoran, (2)pengajuan pertanyaan, (3)berfikir bersama dengan anggota kelompok sendiri, (4)berfikir bersama dengan anggota kelompok lain, (5)pemberian jawaban. Banyaknya langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pembelajaran ini dapat menjadikan hambatan, terlebih lagi jika siswa tidak cekatan dan belum terbiasa dengan metode diskusi. 66
ISSN 1693-7945
Vol.VII No.4 Nov 2016
Keunggulan dari model ini adalah siswa dapat saling bertukar fikiran dan informasi selama pembelajaran berlangsung serta mengasah kecakapan sosial siswa. Sedangkan keunggulan dari model pembelajaran Think-Pair-Share adalah optimalisasi partisipasi siswa. Langkahlangkah pembelajarannya juga cukup sederhana, hanya mencakup tiga tahap yaitu, berfikir, berpasangan dan berbagi. Perbedaan dalam jumlah anggota kelompok memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran Numbered Heads Together termodifikasi terdiri atas lima orang anggota dalam setiap kelompoknya, sehingga partisipasi siswa dalam pembelajaran kurang optimal. Siswa cenderung untuk saling bergantung, dan gurupun menjadi lebih sulit dalam mengetahui kemampuan masing-masing siswa. Sedangkan pada model pembelajaran Think-Pair-Share hanya terdiri atas dua orang, partisipasi siswa lebih optimal dan memudahkan guru dalam pemantauan.Disamping itu juga, rumitnya langkah-langkah pembelajaran dapat menjadi hambatan bagi siswa dalam kelancaran pembelajaran. Kendala lain yang dapat mempengaruhi adalah terbatasnya referensi yang dimiliki oleh siswa maupun sekolah. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk menemukan dan memahami konsep-konsep yang dipelajari dengan cara salaing mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya. Guru hanya menjadi fasilitator dan motivator dalam pembelajaran. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada perbedaan hasil belajar kimia pokok bahasan sistem koloid antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran Numbered Heads Together termodifikasi dan Think-PairShare kelas XI Semester II SMA Negeri 1 Ciwaringin. 2. Hasil belajar kimia dengan model pembelajaran Think-Pair-Share lebih baik dari model pembelajaran Numbered Heads Together termodifikasi pokok bahasan sistem koloid siswa kelas XI Semester II SMA Negeri 1 Ciwaringin. DAFTAR PUSTAKA Agustini, Ferina. 2005. Evektivitas Model Pembelajaran Think-Pair-Share Terhadap Hasil Belajar Kimia Pada Materi Redoks. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Binadja, Achmad. 2005. Pengembangan Multimedia Interaktif Pembelajaran Kecakapan Hidup Bebasis Kimia Hijau Kaitannya dengan Pendidikan Bervisi SETS. Semarang: Jurusan Kimia FMIPA UNNES Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rinek Cipta Ekowati. 2005. Komparasi Model Pembelajaran Numbered Heads Together termodifikasi dan Metode Konvensional Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sistem Koloid SMA Negeri 1 Slawi. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning:Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruangruang Kelas. Jakarta : Grasindo Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran kontekstual(Contextual Teaching and Learning) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Sugiyo, Warlan, Sri Muryati dkk. 2005. Keterampilan Hidup Berbasis Kimia Hijau Dalam Kaitannya dengan Pendidikan Kecakapan Hidup (life skill) dan Pendidikan Berbasis Luas (Broad Based Education) dalam Seminar Lokakarya Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif dan Kecakapan Hidup Berbasis Kimia Hijau dalam KBK SMA Berorientasi CTL. Semarang: Jurusan Kimia FMIPA UNNES.
67