PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MENGGUNAKAN HANDOUT TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI1 SMK ANALIS KESEHATAN PEKANBARU TAHUN AJARAN 2012/2013 (Using Numbered Heads Together (NHT) Model In Handout To Improve Biology Learning Achievement Of The Second Year Students at SMK Analis Kesehatan Pekanbaru Academic Year 2012/ 2013) Suryanti*) *)
Dosen FKIP Universitas Islam Riau ABSTRACT The aim of this research was to improve biology learning achievement of the second year students at SMK Analis Kesehatan Pekanbaru academic year 2012/ 2013 by using Numbered Heads Together (NHT) Model, handout. This was a Classroom Action Research. This research was conducted in two cycles from August until September 2012. This research used test and observation. The research data was analyzed by using descriptive qualitative method, which consisted of PPK scores and KI. Before applying action research, the students’ PPK scores were 67.5%. After applying action research cycle I the students’ PPK scores were 74.43%, there was progressing 6.93%. In cycle II the students’ PPK scores were 79.02%, there was progressing 4.59%. Before applying action research, the students’ KI scores were 69.4%. After applying action research cycle I the students’ PPK scores were 77.79%, there was progressing 8.57%. In cycle II the students’ PPK scores were 81.08%, there was progressing 3.26%. It concluded that that Numbered Heads Together (NHT) Model, handout improved biology learning achievement of the second year students at SMK Analis Kesehatan Pekanbaru academic year 2012/ 2013. Key Words: Numbered Heads Together (NHT) Model, Biology Learning Achievement
PENDAHULUAN Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat
perkembangan. Perubahan dan perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa
mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang akan dijalani (Trianto, 2010:1). Dikemukakan juga oleh Pidarta (2007: 1), bahwa hampir semua orang dikenai pendidikan dan melaksanakan pendidikan, karena pendidikan tidak pernah terpisah dari kehidupan manusia. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala dewasa dan berkeluarga mereka juga akan mendidik anakanaknya, begitu pula di sekolah dan di perguruan tinggi, para siswa dididik oleh guru dan dosen dalam proses belajar. Djamarah dan Zain (2010:1) memaparkan bahwa proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara pendidik dan peserta didik. Interaksi bernilai edukatif karena kegiatan belajar mengajar yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pelajaran dilakukan. Menurut Trianto (2007:1), salah satu permasalahan pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik yang senantiasa memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang subtansial, bahwa proses
pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominansi guru dan tidak memberikan akses kepada peserta didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya. Senada dengan pendapat Trianto (2007:1), peneliti menemukan permasalahan pembelajaran yang tidak jauh berbeda. Hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru Biologi SMK Analisis Kesehatan Pekanbaru, peneliti dapat menyimpulkan berbagai permasalahan yang muncul dari proses pembelajaran yaitu: (a) guru jarang menerapkan model-model pembelajaran modern yang memicu motivasi siswa untuk mempelajari sesuatu dengan aktif, (b) pencapaian kriteria ketuntasan (KKM) sebesar 70 sulit tercapai, hal ini umumnya ditunjukkan dengan ketuntasan klasikal rata-rata 47,61%. Pada umumnya Pendidik kurang memperhatikan atau kurang memahami pentingnya metode dan bahan ajar dalam proses pembelajaran sehingga pendidik cenderung memakai metode caramah atau diskusi yang biasanya pendidik manjadi pusat pembelajaran. Banyak metode pembelajaran yang bisa dipakai dalam proses belajar diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif. Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Model ini menurut Trianto (2010:82) merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi dan meningkatkan daya berpikir peserta didik. Secara tidak langsung model ini menuntut siswa 134
untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran sehingga guru tidak lagi menjadi pusat pembelajaran. Pembelajaran dengan mengunakan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) juga bisa dilaksanakan dengan penggunaan bahan ajar berupa handout. Menurut Elfis (2010), bahan ajar merupakan seperangkat materi atau substansi pembelajaran yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau KD secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Handout merupakan pernyataan yang telah disiapkan oleh pembicara, handout biasanya diambilkan dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan/ KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik. Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan pada paragraf sebelumnya, peneliti berkeinginan untuk membantu dalam pencarian solusi dari permasalahan dengan mengadakan penelitian yang berjudul: Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dengan Menggunakan Handout Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI1 SMK Analis Kesehatan Pekanbaru Tahun Ajaran 2012/2013.
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan untuk memperbaiki mutu proses dan hasil pembelajaran. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI1 SMK Analis Kesehatan Pekanbaru Tahun Ajaran 2012/2013 yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 35 siswa perempuan. Pengambilan data penelitian dimulai dari bulan Agustus sampai September 2012. Kelas ini dijadikan sebagai kelas penelitian karena memperoleh nilai kuis dan ujian blok terendah dari kelas paralel lainnya, motivasi belajar rendah dan jarang memperhatikan penjelasan guru pada saat menyampaikan materi pembelajaran, dan terdapat beberapa siswa yang tinggal kelas. Instrumen dalam penelitian ini berupa perangkat pembelajaran( Silabus, RPP, LTPD, Buku Panduan Siswa dan Soal Ujian tertulis ) dan instrumen pengumpul data (Penilaian tes tertulis dan unjuk kerja). Analisis data yang digunakan dalam peneitian ini adalah teknik analisis data deskriptif yang bertujuan untuk mendeskriptifkan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran numbered heads together (NHT) dengan menggunakan handout. Data yang diolah ialah nilai pengetahuan dan pemahaman konsep (PPK) dan nilai kinerja ilmiah (KI).
135
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan dari hasil penelitian diperoleh data perbandingan daya serap siswa dari nilai kuis pada siklus I dan ke 2 sebagaimana Tabel 1 di bawah ini:
Berdasarkan Tabel 1, nilai kuis pada pertemuan pertama ratarata daya serap yaitu 70,38% (kategori cukup).
Tabel 1. Daya Serap Nilai PPK Berdasarkan Nilai Kuis pada Siklus 1 dan siklus 2 Siklus 1 Siklus 2 Interval Kategori Kuis 1(N) Kuis 2 (N) Kuis 3(N) Kuis 5(N) Kuis 6 Kuis 7 90 – 100 Amat Baik 3 1 5 14 11 14 80 – 89 Baik 5 8 14 9 18 8 70 – 79 Cukup 17 15 20 11 7 16 60 – 69 Kurang 16 12 3 4 4 ≤ 59 Kurang Sekali 2 2 Jumlah siswa 41 42 40 41 40 42 Rata-rata 70,38 71,19 78,78 78,53 80,24 84,31 Kategori Cukup Cukup Cukup Cukup Baik Baik
Hal ini disebabkan karena peserta didik masih merasa kesulitan dalam memahami materi dan model yang diterapkan sehingga nilai kuis yang diperoleh belum memadai. Penghargaan kelompok pada pertemuan 1 hanya pada kategori tim hebat dan tim baik. Pada kuis 2 daya serap meningkat menjadi 71,19 dengan (kategori cukup) dan meningkat lagi pada kuis 3 menjadi 78,78 dengan (kategori cukup). Nilai rata-rata kuis pada siklus 2 kuis pertemuan 5 yaitu 78,53 dengan (katagori cukup), selanjutnya meningkat lagi pada pertemuan 6 menjadi 80,24 dengan ( kategori baik ), demikian pula pada pertemuan ke 7 terjadi peningkatan menjadi 84,31dengan (kategori baik). Hal ini disebabkan karena daya serap peserta didik semakin baik dan di samping materi pembelajarannya tidak begitu sulit. Penghargaan kelompok untuk pertemuan 5 ada ketiga kategori penghargaan yaitu baik,hebat dan super. Pada pertemuan 7 dimana penghargaan
Peningkatan ini disebabkan karena peserta didik sudah mulai memahami materi dan langkah-langkah pembelajaran dengan baik walaupun peningkatan yang terjadi belum maksimal. Penghargaan kelompok pada pertemuan 3 berada pada kategori tim hebat dan super. Selanjutnya rata-rata nilai UB peserta didik siklus 1 yaitu sebesar 76,19 dengan (kategori cukup ). sudah pada kategori tim hebat dan tim super. Hal ini disebabkan perolehan nilai kuis peserta didik kenaikannya rendah sehingga nilai perkembangan yang diperoleh kecil. Nilai rata-rata UB siklus 2 meningkat menjadi 78,14 dengan (kategori cukup), Peningkatan ini terjadi karena peneliti menggunakan metode pembelajaran yang menekankan pada pengalaman belajar sehigga materi mudah untuk dipahami oleh peserta didik. Peningkatan nilai kinerja ilmiah dari sebelum PTK 69,4% menjadi 77,79% sehingga terjadi 136
penigkatan sebesar 8,57%, kemudia terjadi peningkatan lagi setelah :
pelaksanaan siklus 2 sebesar 81,08% besar peningkatannyayaitu 3,26%.
Peningkatan ini diperjelas oleh grafik di bawah ini
Grafik 5 . Perbandingan Nilai KI Sebelum PTK dan Setelah PTK
Penigkatan yang terjadi pada nilai KI karena adanya kerjasama dalam kelompok dan dibantu dengan penggunakaan bahan ajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijono (2010: 57-59), kelompok bukanlah semata-mata sekumpulan orang. Kumpulan disebut kelompok apabila ada interaksi, dan berstruktur saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan. Struktur kelompok menunjukkan bahwa ada peran dari anggota kelompok yang merupakan satu kesatuan, artinya setelah mengikuti kelompok belajar bersama anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas bersama sehingga akan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Peningkatan nilai hasil belajar setelah pelaksanaan PTK
terutama nilai kognitif maupun nilai KI tidak terlepas dari penerapan model pembelajaran numbered head together yang digunakan, karena penerapan model pembelajaran ini siswa diberi kesempatan untuk saling bertukar pikiran dalam menentukan jawaban yang paling benar dan melatih keterampilan sosial berupa kerjasama diantara mereka. Pendapa ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lie (2010:59) bahwa teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ideide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Ibrahim dalam Herdian (2009) juga menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT 137
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Peningkatan hasil belajar yang terjadi pada siklus ke 2 di samping karena pengaruh penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)yang digunakan juga tentu tidak terlepas dari pengaruh bahan ajar yang digunakan yakni berupa handout. Menurut Uno (2008: 45) bahwa
proses belajar dapat ditingkatkan apabila bahan ajar atau tata cara yang akan dipelajari tersusun dalam urutan yang bermakna. Kemudian, bahan tersebut harus disajikan pada siswa dalam beberapa bagian tergantung urutan dan kerumitan, dan kesulitanya. Susunan dan tatacara ini dapat membantu siswa dalam menggabungkan dan memadukan pengetahuan atau proses secara pribadi. Dijelaskan pula oleh Majid (2011: 175) handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik.
KESIMPULAN DAN SARAN
numbered heads together (NHT) dengan menggunakan handout ada baiknya membuat handout dengan banyak gambar yang menarik. 3) Untuk peneliti berikutnya yang melaksanakan PTK dengan menerapkan numbered heads together (NHT) atau model lain ada baiknya melaksanakan praktikum walaupun hanya sekali pada setiap siklus, karena praktikum akan membangkitkan semangat peserta didik dalam belajar. 4) Sebaiknya jumlah soal yang diberikan kepada peserta didik perlu dipertimbangkan, di samping itu soalnya menarik untuk diketahui jawabannya dan bisa menjadi bahan diskusi kelompok yang memicu motivasi peserta didik untuk mempelajarinya.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil data yang diperoleh dan deskriptif hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran numbered heads together (NHT) dengan menggunakan Handout dapat meningkatkan hasil belajar biologi Siswa Kelas XI1 SMK Analis Kesehatan Pekanbaru Tahun Ajaran 2012/2013. SARAN 1) Untuk para guru khususnya guru biologi pembelajaran model numbered heads together (NHT) dengan menggunakan handuot dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dan variasi dalam pelaksanaan pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar biologi. 2) Untuk peneliti selanjutnya, yang menerapkan pembelajaran model
138
DAFTAR PUSTAKA Djamarah, S.B dan Zain A. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Elfis. 2010. Konstruktivistik dalam Pembelajaran Biologi. Available at: http:// elfisuir/.blogspot.com/2010/01/ konstruktivistik - dalam pembelajaran. Html. Sabtu, 23 Januari 2010. (Diakses, 17 November 2010) Herdian. 2009. Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together). Available at: http://herdy07.wordpress.com/ 2009/04/22/modelpembelajaran-nht-numberedhead-together/ (Diakses 20 September 2011) Lie, A.2010. Cooperative Learning. Gramedia : Jakarta Majid, A. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Pidarta, M. 2007. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia.Jakarta: Rineka Cipta Slavin, R.E. 2010. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media Trianto. 2007. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progesif. Jakarta: Kencana Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif konsep landasan dan implementasinya pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Uno.B. Hamzah. 2008. Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Reforrmasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT. Bumi aksara
139
141