1
PERBEDAAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS TOGETHER DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW Oleh : Helga Fitriyani1, Dadang Kurnia2, Saur M Tampubolon3 ABSTRAK Perbedaan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together dan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw. Skripsi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.Universitas Pakuan, Bogor. 2013. Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together dan model pembelajaran kooperatif Jigsaw. Subyek penelitian adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Kaumpandak 04 yang terdiri dari 96 siswa. Sebelum melakukan penelitian,dilakukan ujicoba instrumen pada 37 orang siswa yang pernah menerima materi pembelajaran sesuai dengan yang akan diujikan. Setelah dilakukan ujicoba tersebut, data dihitung menggunakan Software anates, dari 40 soal diperoleh 25 soal yang valid dan memiliki reliabilitas yang tinggi. Soal tersebut digunakan untuk penelitian dikelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah dilakukan penelitian dengan melakukan pretes dan post tes pada jumlah sampel yang sama sebanyak 32 orang pada kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2 dan kelas kontrol, setelah mendapatkan hasil dilakukan analisis uji normalitas, uji homogenitas dan uji t.Pada uji normalitas hasil belajar kelas eksperimen 1 menunjukan harga Xhitung = 0.89, dan pada kelas eksperimen 2 harga Xhitung= 3,2, sedangkan pada kelas kontrol menunjukkan harga Xhitung= 2,42. adapun harga Xtabel pada taraf signifikasi α=0,05 dengan n= 32 adalah 7,81. Karena ketiga harga Xhitung hasil pengujian normalitas kurang dari Xtabel, kesimpulannya adalah data ketiga kelas berdistribusi normal. Uji homogenitas menunjukan harga Xhitung sebesar 2,31 sedangkan harga Xtabel pada taraf signifikasi α=0,05 dan dk = 31 adalah 5,99. Karena Xhitung kurang dari Xtabel (2,31,<5,99) sehingga ketiga kelas tersebut homogen.Uji hipotesis dilakukan pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 dengan menggunakan uji-t dan diperoleh harga thitung sebesar 2,88 sedangkan harga ttabel pada taraf signifikasi 5% dan dk = 62 adalah 2,00. Karena thitung lebih besar dari ttabel, (2,88>2,00) maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan hasil belajar ilmu pengetahuan alam yang signifikasi antara siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together dan Jigsaw. Kata Kunci : Hasil Belajar IPA, Numbered Heads Together dan Jigsaw
ABSTRACT The research is aimed at finding out the difference of students’ learning outcomes on science subject was resulted in the teaching-learning process using the techniques of Number Head Together and Jigsaw. The subjects of the research were students of an elementary school, which was SDN Kaumpandak 04 consisted of 96 students. Before doing the research, the instrument of test items was administered to 37 students who had learned the material being tested. After the test, the result was tested using Anatest to find out its validity. From the test, there were 25 items valid out of 40 and the reliability was so high. The test items were then used in the experimental and control classes. After conducting the pre test, there were three classes used with the same number of students in each class. After carrying out the research, the students were given post test and from the post test, the results were tested again to find out the normality, homogeneity, and t-test. From the normality test, the learning outcome of
2
experimental class 1 shows Xcalculated= 0.89, and from the class experiment 2, the Xcalculated is 3,2 while the control class shows Xcalculated = 2,42 with the Xtable of significant level of α = 0.05 with n = 32 is 7.81. Since the three values of Xcalculated are less than the Xtable, than the conclusion is the data of the three classes is normally distributed. The homogeneity test shows that the Xcalculated is 2,31 while Xtable in the significant level of α = 0.05 and dk of 31 is 5.99. Since Xcalculated is less than the Xtable (2.31<5.99). So, the three classes are homogenous. Hypothesis test was done to experimental class 1 and 2 by using t-test and the value of tcalculated is then gotten which was 2.88 while the value of ttable with the significant level of 5% and dk of 62 is 2.00. Since tcalculated is higher than ttable (2.88>2.00) then Ho is rejected and H1 is accepted. It means that there is a difference of learning outcomes on science subject among classes using Number Head Together and Jigsaw.
Keywords: the learning outcomes of science subject, Number Heads Together, and Jigsaw. PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadardan terencana untuk mewujudkansuasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia merupakan masalah yang harus dihadapi oleh bangsa Indonesia. Pendidikan yang berkualitas sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas serta mampu bersaing di era globalisasi. Dalam kegiatan belajar mengajar, sangat diperlukan suatu interaksi antara guru dan siswa maupun siswa dengan siswa. Kebutuhan seorang siswa akan bimbingan yang lebih sangat diharapkan, serta bantuan dan perhatian yang dapat menimbulkan kemandirian siswa dalam belajar, bukan ketergantungan terhadap guru, tetapi untuk merangsang semangat siswa dalam belajar serta meningkatkan prestasi belajar dengan baik. Rendahnya hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA disebabkan oleh beberapa faktor, seperti keaktifan, pengetahuan dan metode yang digunakan. Pembelajaran yang aktif dan menyenangkan akan berdampak positif bagi siswa karena akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman akan semakin berkesan jika dalam pembelajaran siswa dapat mengalami dan melakukan sendiri, sehingga proses pembelajaran yang diperoleh merupakan hasil pemahaman siswa sendiri. Dalam hal
ini guru bukan sebagai sumber utama, tapi sebagai fasilitator. Belajar merupakan proses kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran. Proses tersebut harus dilandaskan pada suatu sistem yang baik dengan memilih metode yang sesuai agar dapat menentukan keberhasilan siswa. Cara pandang yang salah mengenai konsepkonsep dalam mata pelajaran IPA, cara guru menyampaikan pembelajaran yang membosankan, metode dalam proses pembelajaran yang kurang bervariatif, serta proses pembelajaran tidak kooperatif, hal ini mengakibatkan siswa menganggap pelajaran IPA tersebut membosankan, kemudian efek yang ditimbulkan setelah itu adalah mereka menganggap sulit, merasa malas, dan pada akhirnya bisa menimbulkan ketidak tertarikan terhadap mata pelajaran tersebut. Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar. Metode dan model pembelajaran yang kurang menarik juga dapat mempengaruhi siswa dalam menerima pembelajaran sehingga nilai yang diperoleh tidak maksimal. Masalah seperti ini banyak dirasakan pada saat kegiatan proses pembelajaran berlangsung, oleh karena itu diperlukan suatu kreatifitas dari pendidik, salah satunya dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik dalam memahami materi ajar dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu ilmu pengetahuan, hal ini
3
dibuktikan dalam mempelajari IPA siswa harus mempelajari gejala alam melalui proses dan sikap ilmiah tertentu. Proses dan sikap ilmiah akan diperoleh oleh siswa berupa fakta atau teori dan penemuanpenemuan yang disebut produk IPA. Secara garis besar IPA dapat didefinisikan yang terdiri atas tiga komponen, yaitu sikap ilmiah, proses ilmiah dan produk ilmiah. Pembelajaran kooperatif adalah suatu variasi pembelajaran dimana siswa belajar, bekerja dan berinteraksi dalam kelompokkelompok kecil. Didalam kelompokkelompok tersebut siswa saling bekerja sama, membantu, berdiskusi dan berargumentasi dalam memahami suatu pokok bahasan serta kerjasama dalam mengerjakan tugas kelompok, baik dalam tutorial sebaya, latihan maupun koreksi teman sebaya. Model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA yang dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar bertanggung jawab baik secara individu maupun adanya komunikasi antar kelompok adalah pembelajaran kooperatif Numbered Heads Togetherdan Jigsaw. Kedua model ini dipilih karena memiliki beberapa kesamaan, diantaranya membagi siswa kedalam beberapa kelompok heterogen, masingmasing ketua kelompok dituntut untuk menguasai materi serta melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap kelompoknya masing-masing. Selain itu, kedua model pembelajaran ini menekankan kepada tanggung jawab perorangan, kerja sama kelompok, keaktifan siswa dalam kelompok serta komunikasi antar kelompok. Adanya tanggung jawab setiap siswa dan kerja sama adalah hal yang paling penting ketika pembelajaran berlangsung. Hal yang membedakan kedua model pembelajaran tersebut adalah pada model Numbered Heads Together, setelah pembagian kelompok siswa mendapat pertanyaan dari guru, sedangkan pada model pembelajaran Jigsaw, menekankan pada kerjasama siswa dalam kelompok untuk lebih memahami materi pelajaran yang guru berikan dalam kelompok ahliuntuk kemudian menjelaskannya kembali dalam kelompok asal dan mempresentasikannya di depan kelas. Model pembelajaran ini dipilih karena dapat memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk berbagi dengan yang lain untuk mewujudkan sosialisasi secara berkesinambungan dan yang terpenting adalah terjadinya proses belajar dimana peserta didik mengajar serta diajar oleh sesama peserta didik, serta merangsang dan melatih agar pembelajaran lebih aktif. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mencoba membandingkan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Togetherdan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dalam penyampaian materi sistem pencernaan manusia pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SDN Kaumpandak 04 Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor Tahun Ajaran 2013/2014. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadi masalah rendahnya hasil belajar ilmu pengetahuan alam pada siswa kelas V semester 1 tahun pelajaran 2013/2014, antara lain: 1.
Apakah terdapat pengaruh hasil belajar siswa pada penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together dalam pembelajaran IPA? 2. Apakah terdapat pengaruh hasil belajar siswa pada penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dalam pembelajaran IPA? 3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika melalui model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together dan model pembelajaran kooperatifJigsaw? Berdasarkan permasalahan diatas dapat dirumuskan masalah penelitian: “Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam dengan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Togetherdan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw ? Hasil belajar merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan tingkat keberhasilan yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan usaha tertentu. Dalam hal ini hasil belajar yang dicapai siswa dalam bidang studi tertentu setelah mengikuti proses belajar. Hal ini didefinisikan oleh Nana Sudjana (1989:22) bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
4
belajarnya dengan alat ukur berupa evaluasi yang dinyatakan dalam bentuk huruf. Hasil belajar dijelaskan pula oleh Daradjat (2011:197) bahwa hasil belajar selalu dinyatakan dalam bentuk perubahan tingkah laku. bagaimana bentuk tingkah laku yang diharapkan berubah itu dinyatakan dalam perumusan tujuan instruksional. Hasil belajar atau bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan itu, meliputi tiga aspek, yaitu : aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor. Anitah (2009:2.19) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang menetap, fungsional, positif, dan disadari. Pendapat lain dikemukakan oleh Suprijono (2009:5) bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Selain itu dalam bukunya Dimyati dan Mudjiono (2006:3) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggalaman dan puncak proses belajar. Berdasarkan teori-teori dapat disimpulkan yang dimaksud dengan hasil belajar adalah suatu kemampuan yang diperoleh seorang siswa setelah ia mendapatkan pelajaran dari proses belajar yang pada hakekatnya terdapat proses interaksi terhadap lingkungan sekitarnya. Agar hasil belajar siswa dapat meningkat, guru dapat menggunakan modelmodel pembelajaran kooperatif dalam proses pembelajaran, seperti model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together dan model pembelajaran kooperatif Jigsaw. Pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya (2009:24) merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara tiga sampai enam orang yang mempunyai latar belakang keberagaman akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika
kelompoknya menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Trianto (2010:82) menjelaskan bahwa Numbered Heads Together atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Selain Trianto, Suprijono (2009:92) menjelaskan bahwa pembelajaran Numbered Heads Together adalah pembelajaran yang diawali dnegan Numbering, serta mempertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari. Adapun menurut Heriawan (2012:113) mengungkapkan Numbered Heads Togetheradalah suatu model belajar dengan cara setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok dan selanjutnya secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Sedangkan menurut Majid (2013:192) mengungkapakan Numbered Heads Togetheradalah suatu model yang dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran, dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disintesiskan bahwa model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together adalah Model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together adalah suatu model belajar dengan cara setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok dan selanjutnya secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Selanjutnya, Menurut Hamzah (2011:110)Jigsaw adalah salah satu pendekatan dalam pembelajaran kooperatif di mana dalam penerapannya siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok, tiap kelompok terdiri atas tim ahli sesuai dengan pertanyaan yang disiapkan oleh guru maksimal lima pertanyaan sesuai dengan jumlah tim ahli. Lain halnya,Lie (2008:69) mengemukakan bahwa Jigsaw yang dikembangkan oleh Aronson et al. guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana
5
gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Adapun menurut Aronson et al. dalam Isjoni (2009:79) bahwa Jigsaw adalah strategi belajar kooperatif dimana setiap siswa menjadi seorang anggota dalam bidang tertentu. Kemudian membagi pengetahuannya kepada anggota lain dari kelompoknya agar setiap orang pada akhirnya dapat mempelajari konsepkonsep.Trianto (2009: 68) menyatakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini merupakan salah satu tipe dari model kooperatif dengan menggunakan kelompokkelompok kecil dengan jumkah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Rusman (2012:217) menjelaskan pembelajaran kooperatif model jigsaw mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama. beberapa langkah yang harus dilaksanakan dalam penerapan pembelajaran kooperatif model Jigsaw menurut Priyanto dalamWena (2011:194) yaitu Pembentukan Kelompok Asal, Diskusi kelompok Asal (Induk), Diskusi Kelas,Pemberian Kuis, danPemberian Penghargaan Kelompok. Berdasarkan berbagai pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah model pembelajaran yang membuat siswa aktif dan bekerja sama, dalam menguasai materi pelajaran serta menjadikan siswasebagai pengajar bagi teman dalam kelompoknya untuk mencapai tujuan bersama. METODE PENELITIAN Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui: perbedaan hasil belajar ilmu pengetahuan alam dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together dan pembelajaran kooperatif Jigsaw di SDN Kaumpandak 04 Tahun ajaran 2013/2014. Penelitiandilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kaumpandak 04tahun ajaran 2013/2014 Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor.Penelitian dilakukan pada siswa kelas V (lima) semester I (satu) tahun pelajaran 2013/2014. Waktu kegiatan penelitian di
lapangan dilaksanakan pada tanggal 26 September s.d 2 Oktober 2013. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuasi dengan desain penelitian sebagai berikut: Sampel E1 E2 E3
Pretest O1 O3 O5
Treatment X1 X2 X3
Postest O2 O4 O6
Hasil µ1 µ2 µ3
Dalam desain ini siswa diberi pretest dan posttest yang sama. Ketiga kelas diberi perlakuan yang berbeda, kelas V-A dengan perlakuan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together, kelas V-B dengan perlakuan model pembelajaran kooperatif Jigsawdan kelas IV-C dengan perlakuan model pembelajaran konvensional. Teknik pengumpulan data mengenai hasil belajar berupa tes objektif yang sebelumnya diuji cobakan untuk menguji validitas dan reliabilitas butir soal.Hasil belajar diukur dengan skor melalui tes awal (pretest) dan tes akhir (post test) pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Data yang dianalisis adalah skor tes yang merupakan hasil belajar yaitu dengan menghitung skor N-Gain, Menghitung skor rata-rata dan standar deviasi, melakukan uji prasyarat dengan uji normalitas dan homogenitas dan Melakukan uji hipotesis dengan uji-t. HASIL PENELITIAN Perbedaan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Kelompok kelas yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together dengan Pembelajaran Konvensional dapat dilihat pada tabel dan gambar di bawah ini.
6
Skor
skor
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
pre test post test
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
pre test post test N-Gain
N-Gain
NHT Jigsaw kelompok kelas
kelompok kelas
Skor
Perbedaan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Kelompok kelas yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dengan Pembelajaran Konvensional dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Analisis data penelitian dilakukan pengujian normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi data berasal dari populasi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan pada tiga kelompok yaitu kelompok kelas NHT, kelompok kelas Jigsaw, dan kelompok kelas konvensional. Hasil perhitungan uji normalitas ketiga kelas dapat dilihat dari tabel berikut. No
pre test post test N-Gain
kelompok kelas
Dari histogram di atas dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan antara kelompok kelas yang menggunakan modelpembelajaran dan kelompok kelas yangtidak menggunakan model pembelajaran. Perbedaan hasil belajar IPA dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif NHT dan Jigsaw dapat dilihat pada tabel dan grafik histogram berikut: Kelompok Kelas NHT Jigsaw
N
32 32
Skor Rata-rata Pretest Posttest
37 38
78 74
Distribusi kelompok perlakuan 1. Hasil belajar IPA Model Pembelajaran Koperatif Numbered Heads Together 2. Hasil belajar IPA Model Pembelajaran Koperatif Jigsaw 3. Hasil belajar IPA Model Pembelajaran Konvensional
hi
ta
Kesimpul an
tung
bel
0,89
7,81
Distribusi normal
3,2
7,81
Distribusi normal
2,42
7,81
Distribusi normal
Uji prasyarat berikutnya adalah uji homogenitas. Pengujian homogenitas dilakukan dengan uji Chi kuadrat.Perhitungan homogenitas hasil belajar IPA diperoleh data seperti pada tabel berikut ini. Kelompok kelas
db
1/db
Si2
Log Si2
db. Log S2
NHT
31
0,032
76,60
1,884
58,411
Jigsaw
31
0,032
52,80
1,722
53,382
Konvensional
31
0,032
68,18
1,833
56,823
N-Gain
66 60
7
jumlah
93
168,616
Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas terhadap hasil belajar ilmu pengetahuan alam diperoleh hitung sebesar 2,31 dan tabel sebesar 5,99 dengan taraf signifikan = 0,05 , dengan demkian dapat disimpulkan bahwa hitung < tabel , maka ketiga kelompok data tersebut berasal dari populasi yang sama atau homogen. Setelah uji prasyarat dilakukan, selanjutnya yaitu pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis nol (H0) yang diajukan diterima atau ditolak. Dalam melakukan uji hipotesis nol (H0) dilakukan dengan menggunakan uji t. Berdasarkan data di atas dapat diketahui nilai N-Gain pada kelompok Numbered Heads Together sebesar 66 dan 60 untuk kelompok kelas Jigsaw. Selanjutnya dilakukan perhitungan uji t dengan taraf signifikasi = 0,05 dan diperoleh nilai thitung sebesar 2,88 sedangkan dalam tabel harga t(0,05) = 2,00, maka thitung > ttabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif diterima, dan Hipotesis nol ditolak atau terdapat perbedaan hasil belajar ilmu pengetahuan alam dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together dan pembelajaran kooperatif Jigsaw. PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di sekolah yang setiap kelasnya memiliki kemampuan yang sama (homogen), artinya tidak ada pengklasifikasian khusus terhadap siswa tertentu. Hal ini dimaksudkan agar semua anak mampu mengikuti pembelajaran dengan baik. Pada saat pembelajaran pertama semua siswa diberikan pretest, kemudian masing-masing kelas eksperimen diberikan model tertentu, yaitu model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together untuk kelas VA dan VB diberikan penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw. Model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together adalah suatu model belajar dengan cara setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok dan selanjutnya secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Adapun
langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam menerapkan model Numbered Heads Together, Pertama Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor, kemudian guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya. Setelah itu kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka. Model pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah model pembelajaran yang membuat siswa aktif dan bekerja sama, dalam menguasai materi pelajaran serta menjadikan siswa sebagai pengajar bagi teman dalam kelompoknya untuk mencapai tujuan bersama. Adapun beberapa langkah yang harus dilaksanakan dalam penerapan pembelajaran kooperatif model Jigsaw dimulai dari pembentukan kelompok asal, pembelajaran pada kelompok asal, pembentukan kelompok ahli, diskusi kelompok ahli, diskusi kelompok asal (induk), diskusi kelas, pemberian kuis, dan pemberian penghargaan kelompok. Teknik pembelajaran Jigsaw dalam teknik ini guru memperlihatkan skemata atau latar belakang pemahaman siswa dan membantu siswa mengaktifkannya. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi (Anita,2008). Hasil penelitian Hayat (2012) menunjukkan bahwa ada peningkatan pada keaktifan, kerjasama dan motivasi sebesar 90 dengan persentase 92,30% pada siklus II sedangkan pada siklus I sebesar 70 dengan persentase 69,23% pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Hal ini sependapat dengan peneliti bahwa pada model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together terdapat keterlibatan siswa secara aktif, karena masing-masing siswa memiliki tanggung jawab untuk mampu menjawab pertanyaan. Selain itu, kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dengan adanya pembagian nomor kepala kepada masing-masing siswa sehingga terlihat adanya kerja sama yang baik dalam sebuah
8
kelompok. Adanya interaksi antar siswa dengan siswa, maupun siswa dengan guru mampu memberikan semangat dan motivasi bagi siswa. Hal ini terlihat ketika diskusi dilakukan sampai dengan pemberian pertanyaan pada nomor yang ditunjuk. Masing-masing kelompok sangat berantusias untuk membantu anggotanya agar mampu menjawab pertanyaan. Berbeda dengan pembelajaran kooperatif Jigsaw, kondisi pembelajaran saat pertemuan pertama belum mampu dilaksanakan dengan baik. Hal ini dikarenakan, model pembelajaran yang terasa masih asing bagi siswa sekolah dasar. Selain itu, dalam model pembelajaran kooperatif Jigsaw siswa dituntut untuk bertanggungjawab menguasai setiap materi untuk di presentasikan kepada temannya. Tak Jarang, masing-masing siswa memiliki kesulitan terutama dalam memahami teks yang diberikan, serta terbenturnya dengan alokasi waktu dalam jam pelajaran, sehingga dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif Jigsaw diperlukan waktu yang cukup banyak dan kemampuan memahami dan menghapal materi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar ilmu pengetahuan alam dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together dan model pembelajaran kooperatif Jigsaw. Hal ini dapat diketahui dari hasil tes belajar yang diberikan sebelum dan sesudah eksperimen. Pada eksperimen pertama yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together diperoleh nilai rata-rata pretest sebesar 37 dan nilai rata-rata posttest sebesar 78, sedangkan pada kelas eksperimen kedua, yaitu dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw diperoleh nilai rata-rata pretest sebesar 38 dan nilai rata-rata posttest sebesar 74, serta diperoleh N-Gain kelas eksperimen pertama sebesar 66 dan kelas eksperimen kedua sebesar 60. Dari perolehan data tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together memberikan dampak yang lebih baik dan efektif diterapkan dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam, khususnya materi tentang sistem pencernaan dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw .
KESIMPULAN Hasil perhitungan menunjukan bahwa thitung sebesar 2,88 sedangkan harga ttabel pada taraf signifikasi α = 0,05 adalah 2,00. Oleh karena harga thitung lebih besar dari pada ttabel (2,88>2,00), maka artinya hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis kerja (H1) diterima. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: 1. Hasil belajar ilmu pengetahuan alam yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together lebih tinggi dari hasil belajar ilmu pengetahuan alam yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw maupun model pembelajaran konvensional pada materi sistem pencernaan. 2. Terlihat dari ditolak H0 dan diterimanya H1 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together dengan hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw . Keberhasilan siswa dalam mempelajari materi tidak terlepas dari kemampuan guru dalam merencanakan dan menyampaikan materi pelajaran serta memilih model dan media pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa sehingga meningkatkan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran ilmu pengetahuan alam. DAFTAR PUSTAKA Anitah, Sri. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Daradjat, Zakiah. 2011. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hayat H ,Dina. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Skripsi PGSD pada Universitas Pakuan Bogor: tidak diterbitkan. Heriawan, Adang. 2012. Metodologi Pembelajaran. Serang: Lembaga
9
Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru. Isjoni, 2011. Cooperatif Learning, Efektifitas Pembelajaran kelompok. Bandung: Alfabeta. Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.. Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Bandung: Raja Grafindo Persada. Sanjaya, Wina. 2009. Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group. Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Remaja Rosdakarya. Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning-Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Prenada Media Group. Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara. BIODATA PENULIS 1. Helga Fitriyani, Lahir di Bogor, 20 April 1991, anak kedua pasangan dari Bapak Kusnadi, danIbu Mintarsih Puspitasari. Pendidikan formal yang ditempuh di Sekolah Dasar Negeri Cangkrang Bogor tahun 1997-2003, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 14 Bogor tahun 2003-2006, Sekolah Menengah Atas Negeri 9 tahun, 2006-2009, kemudian melanjutkan pendidikan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Pakuan Bogor. 2. Dadang Kurnia,Dosen Program Studi Pendidikan Gurus Sekolah Dasar (PGSD), FKIP Universitas Pakuan. 3. Saur M Tampubolon, Dosen Program Studi Pendidikan Gurus Sekolah Dasar (PGSD), FKIP Universitas Pakuan.