Kolaborasi Barisan Kesatria Penantang Api Perbaikan Pemberian Pelayanan Kepada Masyarakat 12 Aug 2014 Memperkenalkan Pendekatan Baru Meningkatkan Efisiensi Meminta Umpan Balik dari Warga Keadilan dan Kemudahan akses pelayanan bagi kelompok rentan Membangun Kemitraan Ringkasan Pontianak adalah salah satu kota rawan kebakaran di Indonesia. Beruntung Pontianak memiliki banyak pemadam kebakaran swasta yang menyebar di setiap Kecamatan. Pemadam kebakaran ini terbentuk berawal dari rasa kemanusiaan yang berasal dari berbagai etnis yang terbentuk secara swadaya. Mereka bekerja tanpa bayaran dengan dana operasional diperoleh dari bantuan masyarakat atau sumbangan swasta dan donator lainnya. Kekuatan dalam banyaknya jumlah pemadam kebakaran swasta ini namun memiliki kekurangan. Antara belum lemahnya koordinasi dan komunikasi ketika terjadi kebakaran, belum adanya perangkat regulasi/pedoman dan belum terwujudnya SDM damkar yang profesional. sebelum program ini berjalan. Melihat permasalahan tersebut di atas, BPBD Kota Pontianak yang salah satu fungsinya untuk penanggulangan Bencana Kebakaran, sejak tahun 2014 melakukan inovasi membangun system penanganan kebakaran secara efektif efektif dan tepat sasaran. Serangkaiandimensi inovasi ini merupakandaya ungkit (leverage) bagi peningkatan pamor BPBD dimata stakeholder maupun masyarakat, sehingga koordinasi penanggulangan kebakaran yang sebelumnya statis dapat berjalan semakin baik dengan adanya panduan dan sistem yang baku sehingga inovasi ini bisa direplikasi untuk kota/kabupaten lain di Indonesia. Proposal Analisis Masalah Apa masalah yang dihadapi sebelum dilaksanakannya inisiatif ini? Kota Pontianak adalah salah satu kota rawan kebakaran di Indonesia. Kota ini mempunyai kawasan perkotaan yang cukup padat, baik dari segi penduduk maupun bangunan. Kondisi ini meningkatkan risiko terjadinya bencana kebakaran. Jumlah kebakaran di kota Pontianak 2010 – 2015 mencapai 473 kali.
Beruntung Pontianak memiliki banyak pemadam kebakaran swasta yang menyebar di setiap Kecamatan. Bayangkan, saat ini ada 25 yayasan pemadam kebakaran swasta dengan jumlah kendaraan pemadam mencapai 86 unit. Tak hanya itu, jumlah relawan mencapai 1757 orang yang berasal dari berbagai etnis, mulai dari Tionghoa, Dayak, Melayu, Jawa, hingga Batak. Mereka bergotong royong membentuk pasukan pemadam kebakaran secara swadaya. Disamping itu terdapat 10 yayasan Damkar swasta disekitar Kota Pontianak (Kabupaten Kubu Raya) yang aktif bahu membahu apabila terjadi kebakaran antar kawasan.
Pemadam kebakaran swasta yang pertama terbentuk di Pontianak adalah Badan Pemadam Api Siantan (BPAS). Tercatat, BPAS merupakan pemadam swasta tertua di Indonesia. Adapun pemadam kebakaran ini terbentuk berawal dari rasa kemanusiaan yang dari para buruh pekerja pabrik di daerah Siantan, di mana pada masa itu apabila terjadi kebakaran belum bisa tertangani dengan cepat akibat dari kondisi geografi Kota Pontianak yang terpecah oleh tiga jalur sungai yang menghambat ruang gerak mobil pemadam untuk mobilisasi ke lokasi kebakaran.
Setelah BPAS, satu demi satu pemadam kebakaran lain mulai bermunculan. Hingga saat ini mencapai 25 pemadam kebakaran swasta. Pemadam kebakaran swasta murni berdiri atas dasar kemanusiaan dan kesadaran sosial, tidak bertujuan mencari keuntungan.
Saat bekerja mereka tidak meminta bayaran. Dana operasional lembaga diperoleh dari bantuan masyarakat atau sumbangan swasta dan donator lainnya. Damkar swasta tidak mengambil keuntungan atau pungutan biaya untuk setiap membantu proses pemadaman kebakaran di masyarakat.
Mereka korps berbaju multi warna-warni, para kesatria penantang api. Bekerja selama 24 jam, senjata mereka berpeluru air, dengan baju dan helm tahan api. Menjinakkan amuk si jago merah adalah pekerjaan mereka. Jangankan di tengah kota, kebakaran di pojok-pojok perkampungan pun mereka ada. Bahkan mereka juga terlibat dalam upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan gambut. Slogan mereka tegas, Yakni :"Pantang Pulang Sebelum Api Padam".
Kekuatan dalam banyaknya jumlah pemadam kebakaran swasta ini namun memiliki kekurangan. Salah satunya dalam koordinasi dan komunikasi ketika terjadi kebakaran. sebelum program ini berjalan, belum terbentuk pola koordinasi yang solid antara BPBD dan damkar swasta.
Di lain pihak ada ego masing-masing damkar untuk menunjukkan eksistensinya dalam penanganan kebakaran.Kurang koordinasi baik dengan sesama pemadam kebakaran maupun dengan instansi ini membuat penanganan kebakaran menjadi kurang maksimal. Hal lain adalah kurangnya keterampilan para pemadam swasta, terutama untuk penyelamatan korban kebakaran dengan peralatannya seperti baju tahan api, masker oksigen dan lainnya.
Selain itu, standar penanganan kebakaran di Kota Pontianak sebagian besar belum memenuhi syarat. Sporadisnya peletakan alat-alat di pos-pos pemadam kebakaran serta
WMK belum berperan optimal karena masih sering tumpang tindih pemadam di lokasi kebakaran.
Karena itulah BPBD merasa perlu merancang satu inovasi kebijakanmemecahkan persoalan tersebut. Inovasi yang dimaksud membangun system komunikasi yang bisa digunakan secara bersama-sama semua yayasan pemadam kebakaran. System ini dirancang untuk memaksimalkan potensi para pemadam kebakaran swasta. Selain itu untuk meningkatkan soliditas dan profesionalisme para pemadam kebakaran swasta di Kota Pontianak. Pendekatan Strategis Siapa saja yang telah mengusulkan pemecahannya dan bagaimana inisiatif ini telah memecahkan masalah tersebut? Melihat permasalahan tersebut di atas, Kepala Pelaksana BPBD Kota Pontianak termotivasi untuk melakukan inovasi dengan memanfaatkan sistem informasi dan komunikasi dalam penanggulangan bencana kebakaran di Kota Pontianak. BPBD telah menerima banyak masukan dari pengurus yayasan pemadam kebakaran swasta melalui sejumlah pertemuan. Terutama masukan mengenai inovasi dalam prosedur penanganan bencana kebakaran.
Sebelum program ini berjalan, system penanganganan kebakaran banyak yang tidak efektif atau bahkan salah sasaran. Semua itu disebabkan informasi yang terlambat masuk dan kerap tidak akurat.
Peran teknologi informasi dan komunikasi pada permasalahan ini sangat penting dan menjadi sarana yang vital untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan. Teknologi Informasi tidak mampu mencegah terjadinya bencana kebakaran, namun dengan teknologi informasi kita dapat meminimalkan segala bentuk kerugian, korban jiwa, dan memberikan tindakan-tindakan yang efektif dan efisien.
Hal ini yang membuat sebuah pemikiran untuk melakukan pengembangan konsep pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di dalam perannya terhadap penanggulangan bencana kebakaran.
Pengelolaan manajemen penanggulangan kebakaran saat ini tidak bisa lagi dijalankan dengan cara-cara tradisional seperti yang dilakukan pada masa lampau. BPBD Kota Pontianak sebagai simpul (node) dalam jaringan pelayanan penanggulangan kebakaran, dituntut untuk bisa menjalin komunikasi dan interaksi yang baik dengan simpul-simpul di sekitarnya khususnya damkar swasta, dan senantiasa meningkatkan proses-proses internalnya agar bisa menghasilkan produk yang berkualitas.
Inovasi pengembangan sistim informasi dan komunikasi di BPBD telah menjadi driver untuk membuat lompatan-lompatan strategis dalam menuju kecepatan dalam penanggulangan kebakaran dalam kolaborasinya dengan barian pemadam kebakaran swasta.
Proses-proses kolaborasi selanjutnya dengan barisan pemadam kebakaran swasta, dengan melakukan komunikasi yang efektif melalui kunjungan lapangan, rapat koordinasi bersama, pelatihan bersama, menyusun pedoman regulasi bersama, telah mampu mempertkuat kesetiakawanan dan mempererat hubungan antara barisan pemadam kebakaran pemerintah dan swasta.
Inovasi BPBD Kota Pontianak, telah mampu membuat jajaran barisan pemadam kebakaran dan masyarakat lebih siap dalam merespon bencana kebakaran. Bagi BPBD, perwujudan dari koordinasi penanggulangan bencana kebakaran yang dilakukan adalah telah meningkatkan kapasitas stakeholder damkar antara lain:
1. Pemahaman bersama barisan pemadam kebakaran terhadap kondisi kota Pontianak terkait dengan ancaman, kerentanan dan kapasitas dalam konteks bencana. 2. Tumbuhnya kesadaran individual dan kolektif tentang kondisi dan bagaimana mulai melakukan perencanaan terkait penanggulangan bencana kebakaran. 3. Terjadinya perubahan sikap dan perilaku segenap stakeholder damkar agar mampu secara profesional melakukan tindakan-tindakan penanggulangan kebakaran. 4. Meningkatnya jumlah damkar dari 19 damkar tahun 2014 menjadi 25 damkar tahun 2015. Dalam hal apa inisiatif ini kreatif dan inovatif Inovasi yang dibuat oleh BPBD Pontianak ini dipastikan tidak terdapat di tempat lain di Indonesia. Pertama dari sisi jumlah pemadam kebakaran swasta yang ada dan bagaimana semangat pemadam swasta tersebut bekerja tanpa ada bayaran. Kedua, bagaimana inovasi ini mampu menyatukan dan mensolidkan puluhan yayasan pemadam kebakaran untuk bekerja secara maksimal dalam memadamkan kebakaran. Dengan adanya inovasi ini, kecepatan dalam proses pemadaman kebakaran bisa ditingkatkan. Tanpa adanya inovasi ini, koordinasi antara pemadam kebakaran saat terjadi kebakaran kerap tidak berlangsung dengan baik. Sebagai contoh saat terjadi kebakaran di suatu tempat, tidak adanya sistem komunikasi bersama sering membuat kurangnya koordinasi antar pemadam. Sistem ini juga membuat peristiwa kebakaran yang terjadi di suatu tempat bisa segera diketahui sehingga para pemadam bisa segera cepat turun ke lokasi kebarakan untuk memadamkan api. Demikian pula jika terjadi korban jiwa, maka dengan sistem komunikasi ini bisa membuat penyelamatan korban bisa lebih cepat,
Tentu saja mengkoordinasikan pemadam kebakaran dalam jumlah banyak tersebut bukan hal mudah, namun dengan komunikasi yang baik hal ini bisa terlaksana dengan sangat baik. Di sinilah peran pemerintah/BPBD sebagai regulator dan service provider. BPBD sebagai regulator dan service provider berkolaborasi dengan 25 damkar swasta dalam penanganan kejadian kebakaran. Pelaksanaan dan Penerapan Bagaimana strategi ini dilaksanakan? 1. Strategi Komunikasi Dalam pelaksanaan inovasi ini dilakukan komunikasi intensif dengan berbagai pihak terkait. Untuk mempermudah komunikasi telah diterapkan strategi komunikasi. Adapun strategi komunikasi tersebut adalah: a. Komunikasi efektif BPBD telah melakukan banyak pertemuan dengan para pengurus yayasan Damkar swasta untuk menyamakan menggali berbagai persoalan yang selama ini dihadapi. Selanjutnya mencari solusi untuk mengatasi persoalan yang ada. Dari hasil komunikasi tersebut kemudian dirumuskan apa saja langkah-langkah yang dilakukan. Baik BPBD maupun yayasan pemadam kebakaran swasta sama-sama sepakat untuk membangun satu sistem komunikasi bersama dalam penanganan kebakaran. b. Partisipasi Perubahan birokrasi dalam konteks partisipasi adalah bagaimana para pemangku kepentingan khususnya barisan pemadam kebakaran kota Pontianak bertindak secara profesional untuk meningkatkan pelayanan publik. c. Fasilitasi BPBD Kota Pontianak terus meningkatkan kapasitas baik secara individu, kelompok maupun lembaga melalui berbagai pelatihan, pertemuan, seminar, workshop. Peningkatan kapasitas ini dilakukan secara berkala. d. Negosiasi Dimaksudkan mempertemukan perbedaan, mengelola konflik, menyelesaikan sengketa, menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang resisten agar tercapai perubahan yang diharapkan secara sinergis. Setiap unit organisasi mutlak memiliki orang-orang yang memiliki kemampuan bernegosiasi secara efektif dengan pihakpihak yang resisten. Negosiasi efektif lebih dari sekedar mendapatkan apa yang diharapkan, akan tetapi juga memperoleh solusi yang memuaskan bagi semua kelompok dan menciptakan peluang di masa yang akan datang. 1. Rencana aksi dan langkah-langkah kunci Rencana Aksi Pengembangan Inovasi BPBD Kota Pontianak secara ringkas meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
a. Kolaborasi dengan Stakeholder
Kunjungan lapangan ke Koordinator Pemadam Kebakaran Kota Pontianak Kunjungan lapangan ke Damkar swasta sekota pontianak. Kunjungan lapangan ke Basarnas Kunjungan lapangan ke Poltabes Rapat Koordinasi Pemadam Kebakaran se kota Pontianak Peringatan Hari Damkar bersama dan pemberian penghartgaan kepada seluruh damkar se kota Pontianak Pemerintah Kota Pontianak setiap tahun memberi bantuan dana APBD kepada Asosiasi Pemadam Kebakaran. BPBD membentuk 30 Relawan yang anggotanya terdiri dari yayasan Damkar swasta ditiap kecamatan dalam rang meningkatkan waktu tanggap.
a. Pengembangan Infrastruktur dan perangkat keras o Tower dan Repeiter (penguat sinyal radio komunikasi) o Pengadaan Handy Talky untuk pasukan Damkar BPBD o Peningkatan kapasitas koneksi Internet o Fasilitas TV Smart b. Sistem informasi, aplikasi, dan layanan elektronis o Pembuatan Website BPBD Kota Pontianak dengan aplikasi-aplikasi untuk penanggulangan bencana. o Pembuatan Aplikasi SMS Gateway (2 arah) o Layanan-layanan TIK (radio komunikasi, email, WA, BBM dan sebagainya) c. Pembuatan Pedoman/Regulasi o Protap Radio Komunikasi Penanggulangan Kebakaran Kota Pontianak. Protap ini merupakan modifikasi dari Protap RAPI dan Protap ini belum pernah ada di BPBD maupun Dinas Kebakaran di Indonesia. o Protap Komunikasi Penanggulangan Bencana Kota Pontianak yang merupakan modifikasi dari Protap Komunikasi Bencana BNPB dan belum pernah ada dilingkungan BPBD di Indonesia. o Pedoman Penanggulangan Kebakaran di Kota Pontianak merupakan modifikasi dari buku pedoman Dinas kebakaran DKI Jakarta. o Buku Panduan Penggunaan Radio Komunikasi Penanggulangan Kebakaran belum pernah ada di Dinas Kebakaran maupun BPBD. Buku panduan ini merupakan modifikasi dari sistim Radio Komunikasi yang digunakan POLRI. d. Pelatihan dan simulasi o Pelatihan untuk relawan pemadam kebakaran se kpta Pontianak sejumlah 70 orang dengan insruktur Diklat Damkar DKI Jakarta. o Pelatihan Radio Komunikasi bagi pasukan damkar//relawan Kota Pontianak sebanyak 30 orang. o Pelatihan penggunaan Website & SMS Gateway, khusus diperuntukkan bagi personil Tim Reaksi Cepat (TRC) di lingkungan BPBD Kota Pontianak sebanyak 12 orang. Relawan BPBD 15 orang, Relawan Tagana 10 orang, Anggota RAPI 5 orang dan Relawan Indonesia Wilayah Kota Pontianak sebanyak 5 orang. Terlaksananya Pembangunan Karakter melalui kegiatan di alam terbuka (outdoor) bagi seluruh pegawai di lingkungan BPBD Kota Pontianak (46 orang) guna terbentuknya motivasi, inovasi, kepedulian, kebersamaan, tanggung jawab serta terbentuknya Mental Models TANGGUH BPBD dengan Nilai dan Norma yang mempengaruhi bagaimana jajaran BPBD bersikap, berperilaku, serta bertindak
Siapa saja pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan? Sebelum membangun sistem ini, BPBD melakukan pemetaan siapa saja pemangku kepentingan yang terlibat. Pemetaan stakeholder akan membantu BPBD Kota Pontianak bagaimana melibatkan stakeholder tersebut dalam pencapaian tujuan. Hasil pemetaan stakeholder yang didasarkan kepentingan (interest) dan pengaruh (power) setiap stakeholder
Berdasarkan hasil pemetaan stakeholder dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Stakeholder dengan tingkat kepentingan (interest) yang tinggi tetapi memiliki pengaruh (power) yang rendah. Mereka adalah akademisi, Kepolisian, Media Cetak & Elektronik, Bapeldalda dan BPBD Prop Kalbar, Dinas Perhubungan. Asosiasi Pemadam Kebakaran. Stakeholder ini memiliki kapasitas yang rendah dalam pencapaian tujuan, akan tetapi dapat menjadi berpengaruh dengan membentuk aliansi dengan stakeholder lainnya. Stakeholder ini sering bisa sangat membantu sehingga hubungan dengan stakeholder ini harus tetap dijaga dengan baik dan sedapat mungkin dapat berkontribusi sesuai dengan kepentingan/manfaat yang diperoleh. b. Stakeholder dengan tingkat kepentingan (interest) dan pengaruh (power) yang tinggi. Stakeholder ini harus lebih aktif dilibatkan secara penuh termasuk dalam mengevaluasi strategi baru. Stakeholder yang diklasifikasikan sebagai key players dalam penelitian ini adalah Walikota, Wakil Walikota, Sekda, Asisten I, Asisten II, Bappeda, Satpol PP, Dinas Sosial, Koordinator Forum Komunikasi Yayasan Damkar Swasta, Media Cetak & Elektronik, Camat, Lurah, Bag Hukum, c. Stakeholder dengan tingkat kepentingan (interest) dan pengaruh (power) yang rendah. Diperlukan sedikit dipertimbangkan untuk melibatkan stakeholder ini lebih jauh karena kepentingan dan pengaruh yang dimiliki biasanya berubah seiring berjalannya waktu. Stakeholder ini harus tetap dimonitor dan dijalin komunikasi dengan baik. Stakeholder yang diklasifikasikan sebagai crowd ini adalah Relawan Indonesia, LSM, masyarkat, d. Stakeholder dengan tingkat kepentingan (interest) yang rendah tetapi memiliki pengaruh (power) yang tinggi diklasifikasikan sebagai Context setters. Stakeholder ini dapat mendatangkan risiko sehingga keberadaannya perlu dipantau dan dikelola dengan baik. Stakeholder yang diklasifikasikan sebagai context setters ini adalah RAPI, Sekretaris BPBD, Kabid Kebakaran, Kabid, Bencana, Kasi Pencegahan dan Pemadam Kebakaran, Kasi Sarana dan Peralatan Kebakaran, Relawan BPBD, Relawan Tagana, dll. Sumber daya apa saja yang digunakan untuk inisiatif ini dan bagaimana sumber daya itu dimobilisasi? Sumber daya yang dimobilisasi
Personel BPBD Relawan BPBD Relawan penaggulangan bencana RAPI
Damkar swasta se kota Pontianak Konsultan & Event Organizer RKA BPBD Kota Pontianak tahun anggaran 2014-2015 & APBD Kota Pontianak untuk bantuan kepada Asosiasi Pemadam Kebakaran.
Apa saja keluaran(output) yang paling berhasil?
Personel BPBD Relawan BPBD Relawan penaggulangan bencana RAPI Damkar swasta se kota Pontianak Konsultan & Event Organizer RKA BPBD Kota Pontianak tahun anggaran 2014-2015 & APBD Kota Pontianak untuk bantuan kepada Asosiasi Pemadam Kebakaran. Koordinasi BPBD dan damkar swasta semakin meningkat. Hal ini terlihat saat kebakaran terjadi, proses pemadaman bisa berlangsung dengan cepat. Para pemadam kebakaran bisa mendapatkan informasi dengan cepat sehingga bisa memadamkan api dengan cepat pula. Procurement atau pengadaan sesuai rencana dan spesifikasi Human resource atau sumber daya manusia sudah tersedia dan terlatih sesuai spesifikasi Adanya minat personil BPBD dan Stakeholder pemadam kebakaran Komunikasi internal dan eksternal berjalan baik Peningkatan jumlah damkar Peningkatan standar alat pemadam kebakaran
Sistem apa saja yang diterapkan untuk memantau kemajuan dan mengevaluasi kegiatan? Sistem untuk memantau kemajuan dan evaluasi
Buku laporan bulanan kebakaran di kota Pontianak Laporan waktu tanggap (respon time 15 menit sampai kelokasi kejadian) o Waktu tanggap 2013 = 72,66 % o Waktu tanggap 2014 = 83,96 % o Waktu tanggap 2025 = 93%
Apa saja kendala utama yang dihadapi dan bagaimana kendala tersebut dapat diatasi? Kendala utama 1. Berbasis Analisis yang dilakukan maka jenis kendala dapat dikelompokkan dalam 2 jenis, yaitu : 2. Kendala Internal, merupakan kendala yang bersumber dari Internal BPBD. Resistensi internal BPBD untuk mencapai pemahaman bersama dalam melakukan inovasi. 3. Kendala Eksternal, merupakan kendala yang bersumber dari luar BPBD baik yang bersifat langsung & tidak langsung. Banyaknya damkar swasta memerlukan p[endekatan terus menerus untuk membangun rasa kebersamamaan dalam menanggulangi kebakaran dengan membentuk kolaborasi yang handal.
Dampak Inovasi Apa saja manfaat utama yang dihasilkan inisiatif ini? 1. Manfaat BPBD kota Pontianak o Tersedianya Sistem Informasi dan komunikasi sebagai sarana komando dan pelaksanaan koordinasi penanggulangan bencana kebakaran kepada seluruh staf BPBD, SKPD terkait, Yayasan Damkar swasta, Relawan Bencana. Sebelum ada sistem ini, koordinasi antara pemadam kebakaran tidak berjalan dengan baik. o Meningkatkan pelayanan pemadaman kebakaran kepada masyarakat yang cepat dan tepat, dengan meningkatnya respon time o Meningkatnya semangat kerja 2. Manfaat bagi Stakeholder o Kemudahan untuk mengakses Informasi dalam penanggulangan bencana kebakaran o Kemudahan untuk mengirim Informasi dalam penanggulangan bencana kebakaran o Meningkatnya pelayanan pemadaman kebakaran yang cepat dan tepat; o Meningkatnya koordinasi penanggulangan bencana kebakaran antara BPBD damkar swasta’ o Mempermudah pola penanganan kebakaran o Memperkuat kemitraan.
1. Manfaat bagi Masyarakat o Tersedianya media informasi dalam penanggulangan bencana kebakaran o Informasi yang tersedia dapat menjadi media pembelajaran bagi masyarakat dalam pencegahan dini dan penanggulangan kebakaran. o Media interaksi antara masyarakat dan BPBD Apa bedanya sebelum dan sesudah Inovasi? Sebelum Inovasi
Kebersamaan dan kekompakan antara BPBD dan Damkar swasta belum berjalan dengan baik. Ego masing-masing pemadam juga masih tinggi. Kerjasama belum berjalan dengan baik. Waktu Tanggap (response time rate) daerah layanan wilayah manajemen kebakaran (WMK) masih tergolong lama. Belum terbangun TIK Penanggulangan Kebakaran di BPBD Kota Pontianak Belum adanya Pedoman/Panduan penanggulangan kebakaran antara pemadam kebakaran swasta dan pemerintah Belum begitu terlatihnya SDM Penanggulangan Kebakaran
Sesudah inovasi
Terbangunnya kebersamaan dan kekompakan antara BPBD dan Damkar swsata Meningkatnya Waktu Tanggap (response time rate) daerah layanan wilayah manajemen kebakaran (WMK) 15 Tahun 2014 - 2015 Terbangunnya Teknologi Informasi dan Komunikasi Penanggulangan Kebakaran di BPBD Kota Pontianak (daya jangkau HT sebelumnya 2 km menjadi 40 km)
Tersedianya perangkat Regulasi dan Pedoman/Panduan penanggulangan kebakaran Terlatihnya SDM Penanggulangan Kebakaran Meningkatnya jumlah damkar swasta yang sebelumnya 22 yayasan damkar tahun 2015 menjadi 25 yayasan damkar tahun 2015
Keberlanjutan Apakah inisiatif ini berkelanjutan dan direplikasi? Sebelum Inovasi
Kebersamaan dan kekompakan antara BPBD dan Damkar swasta belum berjalan dengan baik. Ego masing-masing pemadam juga masih tinggi. Kerjasama belum berjalan dengan baik. Waktu Tanggap (response time rate) daerah layanan wilayah manajemen kebakaran (WMK) masih tergolong lama. Belum terbangun TIK Penanggulangan Kebakaran di BPBD Kota Pontianak Belum adanya Pedoman/Panduan penanggulangan kebakaran antara pemadam kebakaran swasta dan pemerintah Belum begitu terlatihnya SDM Penanggulangan Kebakaran
Sesudah inovasi
Terbangunnya kebersamaan dan kekompakan antara BPBD dan Damkar swsata Meningkatnya Waktu Tanggap (response time rate) daerah layanan wilayah manajemen kebakaran (WMK) 15 Tahun 2014 - 2015 Terbangunnya Teknologi Informasi dan Komunikasi Penanggulangan Kebakaran di BPBD Kota Pontianak (daya jangkau HT sebelumnya 2 km menjadi 40 km) Tersedianya perangkat Regulasi dan Pedoman/Panduan penanggulangan kebakaran Terlatihnya SDM Penanggulangan Kebakaran Meningkatnya jumlah damkar swasta yang sebelumnya 22 yayasan damkar tahun 2015 menjadi 25 yayasan damkar tahun 2015
Apa saja pembelajaran yang dapat dipetik? Inovasi ini berkelanjutan dan direplikasi 1. Inovasi yang dilakukan BPBD Kota Pontianak dengan kehadiran teknologi informasi dan komunikasi mendorong adanya perubahan manajemen organisasi secara keseluruhan dan mengubah pendekatan organisasi dalam berhubungan dengan stakeholder dan masyarakat. Fakta menunjukkan bahwa layanan berbasis teknologi informasi dan komunikasi memudahkan masyarakat dalam mengakses beragam jenis layanan, baik dengan perangkat komputer, jaringan seluler atau telepon bergerak. sejalan dengan konteks pelayanan informasi publik, diperlukan sistem layanan informasi publik yang memadai. Penggunaan komunikasi radio, dan SMS gateway, WhatsApp,BBM sehingga total waktu tanggap penanganan kebakaran kebakaran di kota Pontianak dapat diminimalisi 2. Keberhasilan penanganan kebakaran di Kota Pontianak, yang menjadi landasan utama adalah penguatan atau pemberdayaaan kolaborasi (collaboration empowerment) yang dilakukan secara intensif oleh BPBD dengan elemen-elemen stakeholder (pemangku kepentingan) penanggulanganan kebakaran. Stakeholder
utama yang terlibat dalam penanganan kebakaran di kota Pontianak adalah Forum Komunikasi Pemadam Kebakaran (Damkar) Swasta. Kenyataannya peranan Damkar Swasta yang lebih dominan dalam penanganan kebakaran saat ini. Elemen utama dalam koordinasi seperti Radio komunikasi yang belum dimilki BPBD menjadi penyebab lemahnya koordinasi. Upaya yang telah dilakukan adalah pembangunan Tehnologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan mendorong partisipasi semua pihak mulai bagaimana menginformasikan kejadian kebakaran, melakukan koordinasi, kolaborasi yang pemberdayaan masyarakat dalam penanganan kebakaran serta mensinkronkan kegiatan yang terkait antar stakeholder. 3. Adanya regulasi, Perwa dan pedoman-pedoman sebagai acuan dalam penanganan kebakaran,merupakan inovasi untuk menyamakan persepsi dan mempermudah pola kerja dalam penanggulangan kebakaran. Serangkaian dimensi inovasi ini merupakan daya ungkit (leverage) bagi peningkatan pamor BPBD dimata stakeholder maupun masyarakat, sehingga koordinasi penanggulangan kebakaran yang selama ini statis dapat berjalan semakin baik. Sudah adanya panduan dan sistem yang baku sehingga inovasi ini bisa terus berjalan di masa mendatang. Inovasi ini juga bisa digunakan pada daerah-daerah lain di Indonesia
LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI INOVASI KOTA PONTIANAK 1 2
Lab. Inovasi Nama Instansi/SKPD
: :
3
Judul Inovasi
:
4 5 6 7
Telp. Instansi E-Mail Instasi Penanggung Jawab Inovasi Deskripsi Inovasi
: : : :
KOTA PONTIANAK BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KOTA PONTIANAK PENANGGULAGAN PREVEKTIF TERHADAP ANCAMAN BAHAYA KEBAKARAN (0561) 747261
[email protected] KEPALA PELAKSANA BPBD KOTA PONTIANAK Latar Belakang Sebagaimana kita ketahui bahwa kebakaran merupakan kejadian yang disebabkan oleh berbagai hal, atara lain karena arus pendek listrik / konsleting listrik, kebakaran lahan atau kejadian-kejadian lainnya. oleh karena itu Pemerintah Kota Pontianak telah mempersiapkan regu pemadam kebakaran yang bertugas setiap waktu utuk melayani segala bentuk kejadian kebakaran maupun hal-hal yang mendesak untuk kepetingan umum di Wilayah Kota Pontianak. BPBD Bidang Pemadam Kebakaran melalui berbagai macam kegiatan telah mensosialisasikan tatacara penanggulangan kebakaran, baik yang diakibatkan oleh arus pendek / konsleting listrik, kompor gas /tabung gas LPG, maupun sebab lainnya kepada masyarakat. Tujuan Melaksanakan pencegahan kebakaran dengan mengedepankan profesional sebagai upaya pengurangan resiko kebakaran melalui Informasi Potensi Rawan Kebakaran di tempat pemukiman dan lahan. Melaksanakan Pelayanan Pemadam Kebakaran dengan respon time maksimal 15 menit telah tiba di lokasi kejadian kebakaran terhitung setelah menerima laporan kejadian kebakaran untuk wilayah Kecamatan Pontianak Barat, Kecamatan Pontianak Kota, Kecamatan Pontianak Selatan dan Kecamatan Pontianak Tenggara. Manfaat Terciptanya masyarakat Kota Pontianak yang dapat memahami dan mampu menjaga lingkungan dari bahaya kebakaran yang disebabkan oleh kelalaian manusia atau kejadian dan fenomena alam serta terwujudnya rasa aman dan nyaman. Sasaran 1. Untuk meminimalisir kerugian harta benda yang di akibatkan bencana kebakaran. 2. masyarak sudah mampu melakukan penangan awal
8
Indikator Keberhasilan
:
pada saat terjadi bencana kebakaran. 1. Masyarakat sudah bisa menggunakan pemadam kebakaran secara tradisonal, APAR dan mesin pemadam pompa pemadam api. 2. kesadaran masyarakat tidak yang memilki lahan perkebunan untuk tidak membakar lahan untuk berkebunan. 3. Tersedianya SOP dalam pencegahan dan penangan bencana kebaran lahan.
Milestone Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang Membuat SK atau SE Walikota Pemerintah Kota Pemerintah Kota Pontianak yang isinya antara Pontianak melalui Pontianak melalui BPBD lain : BPBD Kota Pontianak Kota Pontianak a. Setiap bangunan (Kantor memberikan bantuan menyediakan fasilitas Pemerintah, Swasta, pengisian APAR tiap station pengisian APAR. Gudang, Rumah Makan, tahunnya (Masa exp Hotel, Pasar Tradisional, APAR adalah satu Pasar Modern, Sekolahan, tahun) dan Industri Rumah Tangga) Pemerintah Kota harus memiliki Proteksi Pontianak memberikan Kebakaran (APAR) bantuan pemahaman b. Memberikan pelatihan teknis dalam kepada kader pemadam pelaksanaan kebakaran tingkat kelurahan penanangan dini c. Melakukan koordinasi terhadap bahaya kepada pihak PLN, Satpol PP, kebakaran. Disperindag untuk Mengadakan mementau penggunaan pemantaun dan listrik yang tidak sesuai evaluasi. dengan prosedur pada PKL di lingkungan pasar tradisional dan di lingkungan wilayah Pemerintah Kota Pontianak. d. Tersedianya informasi pengaduan masyarakat melalui telpon 113 (TELKOMSEL). Pemkot melalui BPBD mensosialisasikan inovasi ini pada perusahaan-perusahaan dan masyarakat RT/RW dalam wilayah Kota Pontianak. 10 Daftar Bukti : (Dokumentasi, Foto, Daftar Hadir, Penugasan, dan Dokumen Lainnya) 9
RINCIAN OPERASIONAL KEGIATAN INOVASI No 1
2
Fokus Kegiatan Perencanaan Inovasi
Pelaksanaan Inovasi
Waktu
Rincian Kegiatan
November 2016 Pembuatan Perwa tentang Kewajiban Bangunan (Kantor Pemerintah, Swasta, Sekolahan, Rumah makan, Gudang, Hotel, Pasar tradisional dan indutri Rumahan) untuk memiliki Proteksi Kebakaran Alat Pemadam Api Ringan. Desember 2016 1. Pemantauan Bangunan Pasar Tradisional, PKL yang menggunakan instalasi listrik yang tidak sesuai dengan ketentuan. 2. Pelatihan penggunaan proteksi pemadam kebakaran pada bangunan kantor. Januari 2017 Sosialisasi Peraturan Walikota Pontianak tentang kewajiban bagi pemilik bangunan atau penyewa bangunan untuk memiliki proteksi kebakaran.
Kendala dan Solusi
-
- Biaya Operasional
-
Pontianak, 14 Oktober 2016 Badan Penangulangan Becana Daerah Kota Pontianak Kepala Bidang Pemadam Kebakaran
Edy Haryanto, S.Sos NIP. 19672208 199403 1 004