ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENDIRIAN RUMAH MAKAN ” IBU SRI” Radityo Kusumo Hikmah Adi Nugroho Jurusan Teknik Industri Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100, Pondok Cina, Depok E-mail :
[email protected] Dosen Pembimbing : 1. Dr. rer. pol. Sudaryanto, MSc 2. Ir. Ina Siti Hasanah, MT ABSTRAKSI Penulisan tugas akhir ini tentang analisis kelayakan usaha pendirian rumah makan “Ibu Sri” di Jln. Keadilan, Depok Timur. Karena studi kelayakan merupakan aspek yang sangat penting dalam hal pendirian atau pengembangan suatu usaha. Studi kelayakan adalah suatu studi yang mempelajari tentang layak atau tidaknya suatu usaha dapat didirikan atau dikembangkan. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, penulis ingin mengetahui berbagai aspek studi kelayakan pada pendirian rumah makan “Ibu Sri” serta layak atau tidaknya usaha dilaksanakan. Aspek-aspek tersebut adalah aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek keuangan, aspek sosial dan ekonomi, aspek manajemen dan sumber daya manusia, aspek hukum, aspek dampak lingkungan. Dalam hal ini alat analisa data yang digunakan adalah metode payback period (PP), yaitu suatu metode yang mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Metode net present value (NPV), yaitu metode yang menghitung selisih nilai dengan penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang. Metode Internal rate of return (IRR), yaitu untuk mencari tingkat bunga. Metode profitability index (PI), yaitu untuk mencari nilai keuntungan dan metode average rate of return (ARR), yaitu cara untuk mengukur rata-rata pengembalian bunga dengan cara membandingkan antara rrta-rata laba sebelum pajakdengan rata-rata investasi. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode PP memperoleh hasil, yaitu 3 tahun 8 bulan, lebih cepat dari umur ekonomis usaha selama 5 tahun. NPV bernilai positif, yaitu Rp. 264.791.967. IRR bernilai 28,730% lebih besar dari tingkat bunga yang telah ditetapkan yaitu 28%. PI lebih besar dari 1,00 yaitu 1,67 menyatakan bahwa setiap Rp. 1 yang di investasikan menghasilkan RP 1,67 dan ARR bernilai 6,8%. Kata Kunci : Kelayakan Usaha. 1.
PENDAHULUAN Ditengah-tengah kondisi perekonomian yang serba sulit ini, peluang untuk
mendapatkan pekerjaan menjadi tambah sulit. Berbagai cara ditempuh orang agar mereka tidak menjadi pengangguran. Salah satu alternatifnya adalah memulai sebuah bisnis baru. Ada banyak peluang yang bisa dilakukan dan semuanya ada di depan mata
kita, tetapi masalahnya adalah cara kita memaksimalkannya peluang bisnis tersebut. Mungkin modal merupakan salah satu alasan utama untuk memulai sebuah bisnis baru. Rumah makan merupakan bisnis usaha yang menjanjikan. Bisnis usaha seperti ini bila dikembangkan dengan teknik dan pendekatan pasar yang benar akan mendatangkan keuntungan yang besar bagi pemiliknya, oleh sebab itu tidak sedikit para pengusaha yang melirik bisnis ini, termasuk salah satu perusahaan atau jenis usaha yang baru akan didirikan, yaitu Rumah Makan Ibu Sri yang akan mencoba memulai usaha bisnis rumah makan. Berdasarkan hal-hal tersebut maka dilakukan penelitian tentang studi kelayakan bisnis terhadap Rumah Makan Ibu Sri yang bergerak di bidang usaha bisnis rumah makan yang ditinjau dari aspek-aspek yang terkait dengan studi kelayakan. Rumah Makan Ibu Sri adalah suatu jenis usaha yang bergerak dalam bidang bisnis makanan atau kuliner yang akan direncanakan berada di daerah Depok Timur. Sebelum jenis usaha ini berdiri perlu dilakukan suatu studi kelayakan mengenai jenis usaha yang akan dijalankan. Maksud dilakukannya studi kelayakan ini, yaitu apa yang menyebabkan usaha itu semakin lama semakin berkembang, apakah investasi pada pendirian “Rumah Makan Ibu Sri” layak untuk dilaksanakan dan dalam jangka waktu berapa lama usaha Rumah Makan ini dapat mengembalikan investasinya Untuk itu perlu dilakukannya suatu penelitian tentang studi kelayakan bisnis yang akan ditinjau dari berbagai aspek yang terkait. Studi kelayakan ini untuk mengetahui besarnya dana investasi yang dibutuhkan, market pasar yang ada, dan kendala apa saja yang mungkin terjadi dalam proses mendirikan jenis usaha rumah makan Adapun tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah untuk melakukan analisa kelayakan usaha pendirian rumah makan “Ibu Sri” ditinjau dari berbagai aspek, yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek keuangan, aspek sosial dan ekonomi, aspek manajemen dan sumber daya manusia, aspek hukum, aspek dampak lingkungan.
2.
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Ada beberapa definisi dari pengertian Studi Kelayakan Bisnis menurut
beberapa ahli. Berikut ini definisi dari pengertian studi kelayakan bisnis, yaitu kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha atau proyek.
Maksud dari sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh disini adalah pada akhir-akhir ini telah banyak dikenal oleh masyarakat, terutama masyarakat yang bergerak dalam bidang dunia usaha. Bermacam-macam peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan dunia usaha, telah menuntut perlu adanya penilaian sejauh mana kegiatan atau kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat bila diusahakan. Dengan demikian studi kelayakan yang juga sering disebut dengan feasibility study merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha atau proyek yang direncanakan. Pengertian layak dalam penilaian ini adalah kemungkinan dari gagasan usaha atau proyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat, baik dalam arti manfaat finansial maupun dalam arti manfaat sosial. Layaknya suatu gagasan usaha atau proyek dalam arti manfaat sosial tidak selalu menggambarkan layak dalam arti manfaat finansial, hal ini tergantung dari segi penilaian yang dilakukan (Ibrahim, 2003).
2.2
Fungsi Studi Kelayakan Bisnis Dilihat dari segi perbankan dan lembaga keuangan lainnya, peranan studi
kelayakan bisnis menjadi lebih penting lagi untuk mengadakan penilaian terhadap gagasan usaha atau proyek yang mempunyai sumber dana dari lembaga tersebut. Dengan adanya studi kelayakan dalam berbagai kegiatan usaha atau proyek dapat diketahui sampai seberapa jauh gagasan usaha yang dilaksakan mampu menutupi segala kewajiban-kewajiban serta prospeknya di masa yang akan datang. Berdasarkan pada hasil penilaian ini pula, para pihak perbankan akan menyetujui atau tidak terhadap permintaan kredit dari usaha atau proyek yang diusulkan. Perlu juga diketahui, penentuan kredit bukan hanya tergantung pada studi kelayakan yang diajukan, tapi juga tergantung pada jaminan kredit, koneksi, atau hubungan antara pihak pengusaha dengan pihak perbankan disamping bonafide tidaknya pengusaha tersebut namun demikian peranan studi kelayakan mempunyai andil yang cukup besar dalam mendapatkan kredit. Bagi penanam modal, studi kelayakan merupakan gambaran tentang usaha atau proyek yang akan dikerjakan dan melalui studi kelayakan mereka akan dapat mengetahui prospek perusahaan dan kemungkinan-kemungkinan keuntungan yang diterima. Dengan studi kelayakan mereka akan dapat mengetahui jaminan keselamatan dari modal yang ditanam dan berdasarkan studi kelayakan ini pula mereka akan mengambil keputusan terhadap investasi.
Berdasarkan pada uraian ini, peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan cukup besar dalam mengadakan penilaian terhadap kegiatan usaha atau proyek yang akan dilaksanakan. Demikian pula terhadap para pengusaha ekonomi lemah, pada umumnya masalah yang dihadapi para pengusaha, selain keterbatasan modal, juga keterbatasan sumber daya dalam melihat prospek usaha atau proyek yang dikembangkan. Hal ini merupakan masalah baru yang memerlukan pemecahan secara terpadu untuk pengembangan usaha. Bertitik tolak pada permasalahan di atas, untuk meningkatkan peranan para pengusaha ekonomi lemah dalam perekonomian nasional, selain mengatasi masalah permodalan juga diperlukan peningkatan sumber daya melalui penataran, terutama dalam hal studi kelayakan bisnis (Ibrahim, 2003).
2.3
Tujuan Studi Kelayakan Bisnis Tujuan dilakukan studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran
penanaman
modal
yang terlalu besar untuk kegiatan
yang ternyata tidak
menguntungkan, untuk menghindari resiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah besar (Husnan dan Suwarsono, 2000).
2.4
Aspek-aspek Studi Kelayakan Usaha Aspek-aspek yang dinilai dalam studi kelayakan bisnis meliputi aspek pasar
dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek keuangan, aspek sosial ekonomi, aspek manajemen dan sumber daya manusia, aspek hukum, dan aspek dampak lingkungan (Ibrahim, 2003).
2.4.1
Aspek Pasar dan Pemasaran Aspek pasar dan pemasaran adalah inti dari penyusunan studi kelayakan .
Kendatipun secara teknis telah menunjukkan hasil yang feasible untuk dilaksanakan, tapi tidak ada artinya apabila tidak dibarengi dengan adanya pemasaran dari produk yang dihasilkan. Oleh karenanya, dalam membicarakan aspek pemasaran harus benarbenar diuraikan secara baik dan realitis baik mengenai masa lalu maupun prospeknya di masa yang akan datang, serta melihat bermacam-macam peluang dan kendala yang akan dihadapi. Pasar dan pemasaran merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Pasar dan pemasaran memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi dan
saling mempengaruhi satu sama lainnya. Dengan kata lain, setiap ada kegiatan pasar selalu diikuti oleh pemasaran dan setiap kegiatan pemasaran adalah untuk mencari atau menciptakan pasar. Pengertian pasar dapat diartikan sebagai suatu mekanisme yang terjadi antara pembeli dan penjual atau tempat pertemuan antara kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran (Kasmir dan Jakfar, 2003). Pemasaran dapat diartikan sebagai upaya untuk menciptakan dan menjual produk kepada berbagai pihak dengan maksud tertentu. Pemasaran berusaha menciptakan dan mempertukarkan produk baik barang maupun jasa kepada konsumen di pasar (Kasmir dan Jakfar , 2003).
2.4.1.1
Strategi Lokasi dan Distribusi Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan dan penentuan lokasi adalah
dengan pertimbangan sebagai berikut, yaitu dekat dengan kawasan industri, dekat dengan lokasi perkantoran, dekat dengan lokasi pasar, dekat dengan pusat pemerintahan, dekat dengan lokasi perumahan atau masyarakat, mempertimbangkan jumlah pesaing yang ada di suatu lokasi, sarana dan prasarana, seperti jalan, pelabuhan, listrik, dan lain-lain (Kasmir dan Jakfar, 2003).
2.4.1.2
Tujuan Kegiatan Pemasaran Suatu Produk atau Jasa Tujuan kegiatan pemasaran suatu produk atau jasa secara umum adalah
sebagai berikut memaksimalkan konsumsi atau dengan kata lain memudahkan dan merangsang konsumsi, memaksimalkan kepuasan konsumen, memaksimalkan pilihan (ragam produk), memaksimalkan mutu hidup (kualitas, kuantitas, ketersediaan, harga pokok barang, mutu lingkungan kultur), meningkatkan penjualan barang dan jasa, ingin menguasai pasar dan menghadapi pesaing, memenuhi kebutuhan akan suatu produk maupun jasa, memenuhi keinginan para pelanggan akan suatu produk atau jasa (Ibrahim, 2003).
2.4.2
Aspek Teknis dan Teknologis Aspek teknis dan teknologis dibahas setelah usaha atau proyek tersebut dinilai
layak dari aspek pemasaran. Aspek teknis atau operasi juga dikenal sebagai aspek produksi. Penilaian kelayakan terhadap aspek ini sangat penting dilakukan sebelum perusahaan dijalankan. Faktor-faktor yang perlu diuraikan adalah yang menyangkut
lokasi usaha atau proyek yang direncanakan, sumber bahan baku, jenis teknologi yang digunakan, kapasitas produksi, jenis dan jumlah investasi yang diperlukan di samping membuat rencana produksi selama umur ekonomis proyek. Jadi, analisis dari aspek teknis dan teknologi adalah untuk menilai kesiapan perusahaan dalam menjalankan usahanya dengan menilai ketetapan lokasi, luas produksi dan tata letak serta kesiagaan mesin-mesin yang akan digunakan. Secara keseluruhan aspek teknis dan teknologi ini dinilai bekerja secara efisien atau tidak, karena pada akhirnya efisiensilah yang akan menentukan salah satu faktor besar kecilnya laba yang akan diperoleh perusahaan (Kasmir dan Jakfar, 2003).
2.4.2.1
Tujuan Aspek Teknis dan Teknologis Secara umum ada beberapa hal yang hendak dicapai dalam penilaian aspek
teknis dan teknologis, yaitu agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat, baik untuk lokasi pabrik, gudang, cabang, maupun kantor pusat, agar perusahaan dapat menentukan tata letak yang sesuai dengan proses produksi yang dipilih, sehingga dapat memberikan efisiensi, agar perusahaan bisa menentukan teknologi yang paling tepat dalam menjalankan produksinya, agar perusahaan bisa menentukan metode persediaan yang paling baik untuk dijalankan sesuai dengan bidang usahanya, agar dapat menentukan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan sekarang dan di masa yang akan datang (Kasmir dan Jakfar, 2003).
2.4.2.2 Strategi Lokasi Usaha Prioritas utama aspek teknis dan teknologis adalah menganalisis masalah penentuan lokasi. Pemilihan lokasi
sangat penting mengingat apabila salah dalam
menganalisis akan berakibat meningkatnya biaya yang akan dikeluarkan nantinya. Secara umum pertimbangan dalam menentukan letak suatu lokasi adalah sebagai berikut jenis usaha yang dijalankan, apakah dekat dengan pasar atau konsumen, apakah dekat dengan bahan baku, apakah tersedia tenaga kerja, tersedia sarana dan prasarana (tranportasi, listrik, dan air), apakah dekat dengan pusat pemerintahan, apakah dekat dengan lembaga keuangan, apakah berada di kawasan industri, kemudahan untuk melakukan ekspansi atau perluasan, kondisi adat istiadat atau budaya dan sikap masyarakat setempat, hukum yang berlaku di wilayah setempat (Kasmir dan Jakfar, 2003).
2.4.2.3 Metode Pemilihan Lokasi Penentuan suatu lokasi bukanlah pekerjaan yang mudah. Untuk menilai lokasi yang sesuai dengan keinginan perusahaan dapat digunakan berbagai metode sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Paling tidak ada tiga metode yang dapat digunakan dalam menilai suatu lokasi sebelum diputuskan, yakni metode penilaian hasil, metode perbandingan biaya, metode analisis ekonomi. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam metode penilaian hasil antara lain adalah pasar, bahan baku, transportasi, tenaga kerja, dan pertimbangan lainnya. Sedangkan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam metode perbandingan biaya adalah bahan baku, bahan bakar, listrik, biaya operasi, biaya umum, dan biaya lainnya. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam metode analisis ekonomi adalah biaya sewa, biaya tenaga kerja, biaya pengangkutan, biaya bahan bakar, biaya listrik, pajak, perumahan, sikap masyarakat, dan lainnya. (Kasmir dan Jakfar, 2003)
2.4.2.4
Pemilihan Teknologi Yang menjadi perhatian disini adalah seberapa jauh derajat mekanisasi yang
diinginkan dan manfaat ekonomi yang dikerjakan. Jadi yang perlu diperhatikan dalam pemilihan teknologi adalah ketepatan teknologi dengan bahan bakunya, keberhasilan teknologi di tempat ini, pertimbangan teknologi lanjutan, besarnya biaya investasi, biaya pemeliharaan, kemampuan tenaga kerja dan kemungkinan pengembangan, pertimbangan pemerintah dalam hal tenaga kerja, dan sebagainya (Kasmir dan Jakfar, 2003).
2.4.3
Aspek Keuangan Investasi yang dilakukan dalam berbagai bidang bisnis (usaha), sudah barang
tentu memerlukan sejumlah modal (uang), disamping keahlian lainnya. Modal yang digunakan untuk membiayai suatu bisnis, mulai dari biaya pra-investasi, biaya investasi dalam aktiva tetap, hingga modal kerja. Untuk pertama kali modal digunakan untuk membiayai pra-investasi dan seperti pengurusan izin-izin dan pembuatan studi usaha. Kemudian selanjutnya yang harus dikeluarkan adalah untuk pembelian aktiva tetap seperti pembelian tanah, pendirian bangunan atau gedung, pembelian mesin-mesin, dan aktiva tetap lainnya.
Modalnya juga digunakan pada saat bisnis tersebut dijalankan, misalnya untuk biaya bahan baku, gaji, dan biaya operasi lainnya. Besarnya modal untuk investasi yang diperlukan tergantung dari jenis bisnis (usaha) yang akan digarap. Perhitungan terhadap besarnya kebutuhan investasi perlu dilakukan sebelum investasi dilaksanakan. Semua ini tentunya menggunakan asumsi-asumsi tertentu yang akhirnya akan dituangkan dalam aliran kas perusahaan selama periode usaha. Dengan dibuatnya aliran kas perusahaan, kemudian dinilai kelayakan investasi tersebut melalui kriteria kelayakan investasi. Tujuannya adalah untuk menilai apakah investasi ini layak atau tidak dijalankan dilihat dari aspek keuangan. Alat ukur untuk menentukan kelayakan suatu usaha berdasarkan kriteria investasi dapat dilakukan melalui pendekatan periode pengembalian investasi (PP), nilai bersih sekarang (NPV), tingkat pengembalian hasil internal (IRR), rata-rata pengembalian bunga (ARR), indeks keuntungan (PI). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek ini sama pentingnya dengan aspek lainnya, bahkan ada beberapa pengusaha menganggap justru aspek inilah yang paling utama untuk dianalisis karena dari aspek ini tergambar jelas hal-hal yang berkaitan dengan keuntungan perusahaan, sehingga merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk diteliti kelayakannya (Kasmir dan Jakfar, 2003).
2.4.3.1
Sumber-sumber Dana Untuk mendanai suatu kegiatan investasi maka biasanya diperlukan dana yang
relatif cukup besar. Perolehan dana dapat dicari dari berbagai sumber dana yang ada seperti modal sendiri atau dari modal pinjaman atau keduanya. Pilihan apakah menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman atau gabungan dari keduanya tergantung dari jumlah modal yang dibutuhkan dan kebijakan pemilik usaha. Pertimbangannya tidak lain adalah untung ruginya jika menggunakan salah satu modal atau dengan modal gabungan (Kasmir dan Jakfar, 2003).
2.4.3.2 Biaya Kebutuhan Investasi Investasi merupakan penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalan berbagai bidang usaha. Jangka waktu investasi biasanya lebih dari satu tahun, terutama digunakan untuk pembelian aktiva tetap. Komponen yang terkandung dalam biaya kebutuhan investasi biasanya disesuaikan dengan jenis usaha yang akan dijalankan. Secara garis besar biaya kebutuhan investasi meliputi sebagai berikut biaya pra-investasi, yang terdiri dari biaya pembuatan studi, biaya pengurusan izin-izin. Biaya aktiva tetap dibagi menjadi dua, yaitu aktiva tetap berwujud antara lain tanah, mesin-mesin,bangunan, peralatan, investasi kantor. Aktiva tetap tidak berwujud antara lain good will, hak cipta, lisensi, dan merek dagang. Biaya Operasional, yang terdiri dari upah atau gaji karyawan, biaya listrik, biaya telepon, biaya air, biaya pemeliharaan, pajak, premi asuransi, biaya pemasaran dan biaya lain-lainnya (Kasmir dan Jakfar, 2003).
2.4.3.3
Arus Kas Arus kas adalah jumlah uang yang masuk dan keluar dalam suatu perusahaan
atau usaha mulai dari investasi dilakukan sampai dengan berakhirnya investasi tersebut. Dalam hal ini bagi investor yang terpenting adalah berapa kas bersih yang diterima dari uang yang diinvestasikan di suatu usaha. Pentingnya kas akhir bagi investor jika dibandingkan dengan laba yang diterima perusahaan dikarenakan kas diperlukan untuk memenuhi kebutuhan uang tunai sehari-hari, kas digunakan untuk membayar semua kewajiban yang jatuh tempo, kas juga digunakan untuk investasi kembali. Jenis-jenis arus kas yang dikaitkan dengan suatu usaha terdiri dari kas awal yang merupakan pengeluaran-pengeluaran pada awal periode untuk investasi. Contoh biaya pra-investasi adalah pembelian tanah, gedung, mesin peralatan dan modal kerja, operasional arus kas merupakan kas yang diterima atau dikeluarkan pada saat operasi usaha, seperti penghasilan yang diterima dan pengeluaran yang dikeluarkan pada suatu periode. Terminal cash flow merupakan uang kas yang diterima pada saat usaha tersebut berakhir (Kasmir dan Jakfar, 2003).
2.4.3.4
Pengertian Investasi Investasi merupakan penanaman modal atau dana dalam investasi, piutang dan
lainnya dengan harapan bahwa investasi ini akan dapat memperoleh kembali dana yang telah diinvestasikan dalam aktiva-aktiva tersebut.
Pada dasarnya kriteria penilaian investasi dapat digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut pertama kriteria yang didasarkan pada konsep keuntungan pemasukan tingkat rata-rata pengembalian bunga (ARR) dan kedua kriteria investasi yang mendasarkan pada konsep aliran kas dapat dirinci sebagai berikut konsep aliran kas tidak memperhatikan nilai waktu uang dan uang faktor diskonto yaitu metode periode pengembalian investasi (PP) dan konsep aliran kas yang memperhatikan nilai sekarang bersih (NPV), indeks keuntungan (PI), tingkat pengembalian hasil internal (IRR) (Riyanto, 1997).
2.4.3.5 Periode Pengembalian Investasi (PP) Metode periode pengembalian investasi (PP) merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitungan kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun. Nilai kas bersih merupakan penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan yaitu dengan catatan jika investasi 100% menggunakan modal sendiri (Kasmir dan Jakfar, 2003). Periode pembayaran kembali adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas bersih (Riyanto, 1997). Periode pembayaran kembali adalah menghitung seberapa cepat investasi yang dilakukan bisa kembali (Husnan dan Pudjiastuti, 1994). Kriteria dalam menerima atau menolak, melibatkan apakah periode pembayaran kembali dari proyek kurang dari atau sama dengan periode pembayaran maksimum yang diinginkan perusahaan. Kriteria menerima atau menolak proyek, yaitu menerima jika pembayaran kurang dari periode pembayaran kembali maksimal yang diterima dan menolak jika pembayaran kembali lebih besar dari periode pembayaran kembali maksimal yang diterima atau
jika periode pembayaran kembali tersebut lebih cepat dari nilai
maksimum, berarti proyek tersebut diterima.
Rumus : PP
JumlahInvestasi x12bulan ..........................................................(1) JumlahAliranKasBersih
Untuk menilai apakah usaha layak diterima atau tidak dari segi PP, maka hasil perhitungan tersebut harus sebagai berikut PP sekarang lebih kecil dari umur investasi, dengan membandingkan rata-rata industri unit usaha sejenis, sesuai dengan target perusahaan (Kasmir dan Jakfar, 2003).
2.4.3.6 Tingkat Rata-rata Pengembalian Bunga (ARR) Tingkat rata-rata pengembalian bunga (ARR) merupakan cara untuk mengukur rata-rata pengembalian bunga dengan cara membandingkan antara rata-rata laba sebelum pajak (EAT) dengan rata-rata investasi. Rumus untuk menghitung ARR adalah sebagai berikut : Rata rataEAT
Total EAT ...…………………………………...…(2) UmurEkonomis (n)
Rata rataInvestasi ARR
Investasi ..........……………………………………….(3) 2
Rata rata EAT …..........………………………………………..(4) Rata rata Investasi
Jadi dari rumus diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut, pertama dengan mencari rata-rata EAT-nya terlebih dahulu kemudian dapat dicari ARR-nya (Kasmir dan Jakfar, 2003).
2.4.3.7 Nilai Bersih Sekarang (NPV) Nilai bersih sekarang (NPV) merupakan perbandingan antara nilai sekarang kas bersih dengan nilai sekarang investasi selama umur investasi. Selisih antara nilai kedua tersebutlah yang kita kenal dengan nilai bersih sekarang (NPV). Untuk menghitung NPV, terlebih dahulu kita harus tahu berapa PV kas bersihnya. PV kas bersih dapat dicari dengan jalan membuat dan menghitung dari arus kas perusahaan selama umur investasi tertentu (Kasmir dan Jakfar, 2003). Nilai bersih sekarang menunjukkan berapa nilai uang pada saat ini untuk nilai tertentu dimasa yang akan datang (Riyanto, 1997).
Rumusan yang biasa digunakan dalam menghitung NPV adalah sebagai berikut : NPV PVAliranKasBersih PVInvestasi .......................................................(5)
Setelah memperoleh hasil-hasil yang dengan NPV positif, maka investasi diterima, dan jika NPV negatif, sebaliknya investasi ditolak dan jika nilai bersih sekarang nol, maka proyek tersebut memberikan pengembalian yang sama dengan tingkat yang disyaratkan dan harus diterima.
2.4.3.8
Tingkat Pengembalian Hasil Internal (IRR) Tingkat pengembalian hasil internal (IRR) merupakan alat untuk mengukur
tingkat pengembalian hasil internal.Ada dua cara yang digunakan untuk mencari IRR, yaitu : Cara pertama untuk mencari IRR adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut
IRR i1
NPV1 x(i2 i1 ) ……………………………………………(6) NPV1 NPV2
Dimana : i1 = tingkat bunga tahun 1 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1) i2 = tingkat bunga tahun 2 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2) NPV1 = Net Present Value tahun ke 1 NPV2 = Net Present Value tahun ke 2 Cara yang kedua adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut : IRR P1 C1 x
P2 P1 ………………………………………………………...(7) C2 C1
Dimana : P1 = tingkat bunga tahun ke 1 P2 = tingkat bunga tahun ke 2 C1 = NPV ke 1 C2 = NPV ke 2 Jika perhitungan dengan cara TRIAL and ERROR, maka IRR dapat dicari sebagai berikut : Mencari NPV positif dan NPV negatif terlebih dahulu, sampai diperoleh dengan menggunakan tingkat suku bunga tertentu. Kesimpulan : Jika IRR lebih besar (>) dari bunga pinjaman, maka diterima. Jika IRR lebih kecil (<) dari bunga pinjaman, maka ditolak.
2.4.3.9 Indeks Keuntungan (PI) Indeks keuntungan (PI) merupakan rasio aktivitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan bersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi.
Rumus yang digunakan untuk mencari PI adalah sebagai berikut :
PI
PVArusKasBersih ...............................................................................(8) PVInvestasi
Keputusan : Apabila PI lebih besar (>) dari 1 maka diterima dan apabila PI lebih kecil (<) dari 1 maka ditolak (Kasmir dan Jakfar, 2003).
2.4.4
Aspek Sosial dan Ekonomi Setiap usaha yang dijalankan, tentunya akan memberikan dampak positif dan
negatif. Dampak positif dan negatif ini akan dapat dirasakan oleh berbagai pihak, baik bagi pengusaha itu sendiri, pemerintah, ataupun masyarakat luas. Dalam aspek sosial dan ekonomi dampak positif yang diberikan dengan adanya investasi lebih ditekankan kepada masyarakat khususnya dan pemerintah pada umumnya. Dampak positif dari aspek sosial bagi masyarakat secara umum adalah tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, seperti pembangunan jalan, jembatan, listrik, dan sarana lainnya. Sedangkan dampak negatifnya yaitu terjadinya perubahan gaya hidup, budaya, adat istiadat dan struktur sosial lainnya. Kemudian bagi pemerintah dampak negatifnya adalah adanya perubahan demografi di suatu wilayah, perubahan budaya dan kesehatan masyarakat. Jadi, secara garis besar apabila aspek ekonomi dan sosial dijalankan berdasarkan usaha atau proyek akan memberikan manfaat secara ekonomi dan sosial kepada berbagai pihak atau sebaliknya. Oleh karena itu, aspek ekonomi dan sosial ini perlu dipertimbangkan, karena dampak yang akan ditimbulkan nantinya sangat luas apabila salah dalam melakukan penilaian. Diharapkan dari aspek ekonomi dan sosial, yang akan dijalankan akan memberikan dampak yang positif lebih banyak. Artinya, dengan berdirinya usaha atau proyek secara ekonomi dan sosial lebih banyak memberikan manfaat dibandingkan kerugiannya (Kasmir dan Jakfaar, 2003).
2.4.4.1 Peningkatan Pendapatan Nasional Ditinjau dari aspek ekonomi salah satu kelayakan usaha atau dapat dilihat dari kemampuan investasi tersebut dalam meningkatkan pendapatan nasional atau daerah melalui peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Artinya, dengan adanya usaha atau investasi akan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan secara nasional dan pendapatan daerah di mana investasi tersebut dilakukan. Kemudian kelayakan lainnya adalah naiknya income per capita masyarakat melalui peningkatan pendapatan seiring dengan tumbuhnya sektor ekonomi demikian sebaliknya. Dengan metode perhitungan seperti yang telah dikemukakan, maka kegiatan proyek atau investasi yang dilaksanakan dapat diketahui sumbangan atau perannya dalam pendapatan nasional, seperti meningkatnya produksi atau output diberbagai sektor, dimana investasi tersebut ditanam pada khususnya dan sektor lain pada umunya. Dari segi pendapatan, dengan adanya investasi tersebut dapat dihitung seberapa besar peningkatan pendapatan yang diterima oleh berbagai golongan masyarakat, sehingga dapat meningkatkan tingkat kesejahteraannya. Begitu juga disisi pengeluaran yang dilakukan oleh berbagai golongan masyarakat, sehingga dapat mendongkrak kegiatan perekonomian lainnya (Kasmir dan Jakfar, 2003).
2.4.5
Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia Aspek manajemen merupakan aspek yang cukup penting dianalisis untuk
kelayakan suatu usaha. Karena walaupun suatu usaha telah dinyatakan layak untuk dilaksanakan tanpa didukung dengan manajemen dan organisasi yang baik, bukan tidak mungkin akan mengalami kegagalan. Baik menyangkut masalah SDM maupun menyangkut rencana suatu usaha secara keseluruhan haruslah disusun dengan tujuan suatu usaha. Tujuan suatu usaha akan lebih mudah tercapai jika kaidah-kaidah atau tahapan dalam proses manajemen. Proses manajemen atau kaidah ini akan tergambar dari masing-masing fungsi yang ada dalam manajemen. Masing-masing fungsi tidak dapat berjalan sendiri-sendiri, akan tetapi harus dilaksanakan secara berkesinambungan, karena kaitan antara satu fungsi dengan fungsi lainnya sangat erat. Apabila salah satu fungsi tidak dijalankan secara baik, maka jangan diharapkan tujuan suatu usaha dapat tercapai. Untuk keperluan studi kelayakan bisnis yang perlu di analisis adalah bagaimana fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan diterapkan secara benar.
2.4.5.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu konsep yang bertalian dengan kebijaksanaan, prosedur dan praktik bagaimana mengelola atau mengatur orang dalam suatu usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen sumber daya manusia dapat dijabarkan dalam fungsi manajerial yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan fungsi operatif yang meliputi pengadaan, kompensasi, pengembangan, integrasi, pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja (Kasmir dan Jakfar,2003).
2.4.5.2 Pengadaan Sumber Daya Manusia Setelah struktur organisasi terbentuk, uraian jabatan dan persyaratan jabatan tersedia, serta jumlah sumber daya manusia telah direncanakan, maka langkah selanjutnya adalah mencari tenaga kerja untuk mengisi jabatan yang tersedia sesuai dengan rencana atau kebutuhan suatu usaha tersebut. Pengadaan tenaga kerja merupakan upaya untuk memperoleh jumlah dan jenis tenaga kerja yang tepat untuk memenuhi kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pengadaan tenaga kerja meliputi penarikan, seleksi dan penempatan.
2.4.5.3 Kompensasi Program kompensasi penting diperhatikan oleh pemilik usaha dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kompensasi adalah penghargaan atau imbalan yang diterima para tenaga kerja atas kontribusinya dalam mewujudkan tujuan perusahaan. Pada umumnya kompensasi dapat berupa kompensasi dan non finansial. Kompensasi finansial terdiri dari upah, gaji, komisi, bonus dan asuransi. Kompensasi non finansial berupa rasa aman, pengembangan diri, fleksibilitas karier, peluang kenaikan penghasilan, simbol status, pujian dan pengakuan, kenyamanan tugas dan persahabatan (Kasmir dan Jakfar, 2003).
2.4.5.4 Pemeliharaan Pihak manajemen harus terus berupaya memelihara karyawannya dengan berbagai upaya nyata agar mereka tetap betah dan merasa dihargai dalam organisasi. Hal itu dapat dilakukan dengan melakukan pembinaan bagi karyawan yang tidak disiplin melalui saluran komunikasi yang efektif. Selain itu, juga perlu memerhatikan masalah keselamatan dan kesehatan kerja mereka. Keselamatan dan kesehatan kerja menunjuk kepada kondisi-kondisi fisik dan mental karyawan yang diakibatkan oleh lingkungan kerja. Kondisi fisik meliputi penyakit dan kecelakaan kerja seperti kehilangan nyawa, cacat anggota tubuh, kanker paru-paru. Sedangkan kondisi psikologis atau mental meliputi penyakit yang diakibatkan oleh stres dan kehidupan kerja yang berkualitas rendah, contohnya ketidakpuasan, sikap apatis, bimbang, dan lain-lain. Manfaat yang diperoleh perusahaan dari lingkungan kerja yang aman dan sehat adalah meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang, meningkatnya efisiensi, kualitas kerja, menurunnya biaya-biaya kesehatan, asuransi, fleksibilitas yang besar (Kasmir dan Jakfar, 2003).
2.4.5.5 Pemutusan Hubungan Kerja Pemutusan hubungan kerja bisa disebabkan oleh berbagai alasan atau sebab yang alamiah seperti tibanya masa pensiun, permintaan pengunduran diri karena alasan pribadi dan pemecatan karena melakukan kesalahan. (Kasmir dan Jakfar, 2003)
2.4.6
Aspek Hukum Bagi penilai studi kelayakan bisnis, dokumen yang perlu diteliti adalah
mengenai keabsahan, kesempurnaan dan keasliannya meliputi badan hukum, izin-izin yang dimiliki, sertifikat tanah atau dokumen lainnya yang mendukung kegiatan usaha tersebut. Kegagalan dalam penelitian aspek ini akan berakibat tidak sempurnanya hasil penelitian, dengan kata lain apabila ada dokumen yang tidak sah atau tidak sempurna pasti akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Tujuan dari aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki (Kasmir dan Jakfar, 2003).
2.4.6.1 Jenis-jenis Izin Usaha Kegiatan usaha dimana pun selalu memerlukan berbagai dokumen penunjang usaha beserta izin-izin yang diperlukan sebelum menjalankan kegiatannya. Dokumen dan izin-izin ini diperlukan bertujuan guna melindungi kepentingan perusahaan itu sendiri dari berbagai hal. Kemudian dokumen dan izin-izin ini juga diperlukan bagi instansi tertentu sebagai data untuk melakukan berbagai penyimpangan yang mungkin terjadi. Oleh karena itu bagi pembuat studi kelayakan bisnis, masalah izin-izin perlu segera diurus sebelum usaha dijalankan. Dalam praktiknya terdapat beragam izin. Banyaknya izin dan jenis-jenis izin yang dibutuhkan tergantung dari jenis usaha yang dijalankan. Adapun izin-izin yang dimaksud adalah Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Izin-izin Usaha, Sertifikat Tanah atau surat-surat berharga yang dimiliki. Izin-izin perusahaan lainnya yang harus segera diurus bagi pemilik usaha dan yang harus dinilai oleh penilai adalah yang sesuai dengan jenis bidang usaha perusahaan tersebut. Izin-izin tersebut antara lainnya Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Izin Usaha Industri (SIUI), Izin Usaha Tambang, Izin Usaha Perhotelan dan Pariwisata, Izin Usaha Farmasi dan Rumah Sakit, Izin Domisili dimana perusahaan atau lokasi proyek berada, Izin Gangguan, Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Izin Tenaga Kerja Asing jika perusahaan menggunakan tenaga kerja asing. Disamping keabsahan dokumen diatas yang tidak kalah pentingnya adalah penelitian dokumen lainnya, yaitu Bukti Diri (KTP atau SIM), Sertifikat Tanah, Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB), serta Surat-surat atau sertifikat lainnya yang dianggap perlu (Kasmir dan Jakfar, 2003).
2.4.7
Aspek Analisis Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) Sebelum suatu usaha atau proyek dijalankan maka sebaiknya dilakukan
terlebih dahulu studi tentang dampak lingkungan yang bakal timbul, baik dampak sekarang maupun di masa datang. Studi ini di samping untuk mengetahui dampak yang bakal timbul, juga mencarikan jalan keluar untuk mengatasi dampak tersebut. Studi inilah yang kita kenal dengan nama Analisis Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Pengertian Analisis Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) menurut
PP
No. 27 Tahun 1999 Pasal 1 adalah telaah secara cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting suatu rencana usaha dan kegiatan. Arti lain analisis dampak lingkungan hidup adalah teknik untuk menganalisis apakah proyek yang akan
dijalankan, akan mencemarkan lingkungan atau tidak dan jika ya, maka diberikan jalan alternatif pencegahannya. Dewasa ini penelitian terhadap AMDAL suatu usaha sebelum dijalankan sangat penting. Masyarakat semakin sadar akan pentingnya lingkungan yang sehat, baik terhadap manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Pada akhirnya jika aspek lingkungan dinyatakan tidak layak untuk dijalankan, maka sebaliknya dibatalkan karena akan memperoleh kerugian lebih besar daripada manfaatnya. Bahkan analisis mengenai dampak lingkungan hidup sudah merupakan bagian kegiatan studi kelayakan rencana usaha dan kegiatan yang harus dijalankan. Hasil studi kelayakan ini nantinya akan sangat berguna untuk para perencana, serta juga bagi pengambilan keputusan (Kasmir dan Jakfar, 2003).
3.
Metodologi Penelitian
3.1
Diagram Alir Metode Penelitian Diagram alir metode penelitian merupakan kerangka berpikir yang terdiri
langkah-langkah penelitian yang disusun sebagai acuan penelitian. Diagram alir diperlukan agar penyusunan laporan mempunyai alur yang terarah dan sistematis. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut langkah awal dengan menentukan arah tujuan penelitian, adapun tujuan dari penelitian adalah menilai kelayakan usaha pendirian rumah makan terutama dari segi aspek finansial (keuangan). Setelah penulis menentukan arah tujuan penelitian, langkah yang kedua adalah menetapkan masalah yang akan dipecahkan. Ini dilakukan untuk menghilangkan keragu-raguan, sehingga masalah harus didefinisikan secara jelas. Adapun permasalahan yang terdapat pada penelitian ini adalah sebagai berikut bagaimana prospek kedepan dari usaha rumah makan ini, menentukan aspek-aspek apa saja yang terkait langsung dengan studi kelayakan, menganalisa investasi yang harus dikeluarkan untuk memulai usaha pendirian rumah makan. Langkah ketiga, yaitu tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini. Penelitian ini dilakukan dengan mempelajari buku-buku atau literatur-literatur yang berkaitan dalam penelitian ini.
Isi dari tinjauan pustaka pada penelitian ini adalah teori studi kelayakan dan aspek-aspeknya, analisis mengenai perencanaan pendirian rumah makan serta permasalahan yang berkaitan. Langkah keempat, yaitu pengumpulan data terkait aspek yang dibahas. Pada langkah ini penulis menyiapkan dan mengumpulkan data-data ini menyangkut aspek yang akan dibahas, yaitu Aspek Pasar dan Pemasaran meliputi perkiraan permintaan, penawaran, peluang pasar serta program pemasaran yang tergabung dalam bauran pemasaran. Aspek Teknis dan Teknologis meliputi penentuan dan pemilihan lokasi usaha, tata letak bangunan serta peralatan yang digunakan. Aspek keuangan meliputi kebutuhan modal atau investasi, aliran kas, pemilihan investasi. Aspek manajemen dan sumber daya manusia meliputi perkiraan jumlah tenaga kerja, serta struktur organisasi yang digunakan. Aspek sosial dan ekonomi pengaruh usaha terhadap masyarakat sekitar, pengaruh terhadap pendapatan Negara dan pengaruh terhadap sektor usaha lain. Aspek hukum meliputi izin dari pemerintah daerah setempat serta perjanjian sewa lokasi. Aspek amdal meliputi limbah apa saja yang dihasilkan dan dampak bagi lingkungan sekitar dan cara mengatasinya. Langkah kelima, yaitu pengolahan data terkait aspek yang dibahas. Pada tahap pengolahan data terkait aspek yang dibahas dari data yang telah diperoleh pada langkah sebelumnya dan akan diolah pada tahap ini. Adapun proses pada tahap ini adalah analisis pasar meliputi permintaan, penawaran, peluang pasar dan program pemasaran Penentuan peralatan produksi dan teknologi menggunakan analisis kebutuhan peralatan dan analisis teknologi tepat guna. Sedangkan penentuan lokasi usaha menggunakan metode pembobotan kriteria lokasi usaha yang mungkin. Kebutuhan modal atau investasi menggunakan analisis kebutuhan investasi. Untuk aliran kas digunakan metode akutansi biaya. Pemilihan investasi digunakan metode perhitungan periode pengembalian investasi (PP), metode perhitungan nilai bersih sekarang (NPV), metode perhitungan tingkat pengembalian hasil internal (IRR), metode perhitungan tingkat rata-rata pengembalian bunga (ARR), metode indeks keuntungan (PI). Pada tahap ini, peneliti sudah menyelesaikan proses pengolahan data. Maka pada tahap ini akan dilakukan proses penganalisaan berdasarkan masing-masing aspek yang dikaji.
Langkah terakhir atau langkah penulis menarik kesimpulan dari permasalahan yang dibahas dengan menjawab tujuan dilakukannya penelitian ini, serta memberi saran untuk penelitian berikutnya.
4.
Hasil dan Pembahasan
4.1
Analisis Aspek Teknis dan Teknologis Dalam aspek teknis dan teknologi ini membahas mengenai penentuan dan
pemilihan lokasi usaha rumah makan, desain interior rumah makan, konsep rumah makan serta peralatan-peralatan yang dibutuhkan dengan tujuan untuk menarik minat konsumen.
4.1.1
Penentuan dan Pemilihan Lokasi Usaha Untuk menentukan lokasi usaha yang strategis banyak faktor yang harus
dipertimbangkan. Paling tidak ada tiga metode yang dapat digunakan dalam menilai suatu lokasi sebelum diputuskan, yakni metode penilaian hasil, metode perbandingan biaya, metode analisis ekonomi. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam metode penilaian hasil antara lain adalah pasar, bahan baku, transportasi, tenaga kerja, dan pertimbangan lainnya. Sedangkan
faktor-faktor
yang
menjadi
pertimbangan
dalam
metode
perbandingan biaya adalah bahan baku, bahan bakar, listrik, biaya operasi, biaya umum, dan biaya lainnya. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam metode analisis ekonomi adalah biaya sewa, biaya tenaga kerja, biaya pengangkutan, biaya bahan bakar, biaya listrik, pajak, perumahan, sikap masyarakat, dan lainnya (Kasmir dan Jakfar, 2003). Dalam pemilihan lokasi usaha yang cocok untuk usaha rumah makan, yaitu dengan menggunakan metode penilaian hasil dan faktor-faktor yang dipertimbangkan adalah harga sewa lahan, letak pasar yang dituju, bahan baku, sarana transportasi, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan tenaga listrik, air dan telepon, serta fasilitas pendukung lainnya. Dalam melakukan pembobotan nilai, penulis memberikan bobot tertinggi pada biaya sewa lahan yaitu sebesar 35 point, faktor yang kedua yaitu letak pasar yang dituju sebesar 20 point, faktor ketiga adalah ketersediaan bahan baku sebesar 10 point, faktor keempat adalah sarana transportasi sebesar 10 point, faktor kelima adalah ketersediaan tenaga kerja sebesar 10 point, faktor keenam adalah tenaga listrik, air dan telepon
sebesar 5 point, faktor ketujuh mengenai segi lingkungan sosial sebesar 5 point, dan faktor kedelapan adalah fasilitas pendukung lainnya sebesar 5 point. Berikut beberapa pertimbangan penentuan lokasi usaha berdasarkan metode penilaian hasil yang dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini : Tabel 4.1 Pemilihan Lokasi dengan Metode Penilaian Hasil
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Faktor-faktor yang Dipertimbangkan Biaya sewa lahan Letak pasar yang dituju Ketersediaan bahan baku Sarana transportasi Ketersediaan tenaga kerja Tenaga listrik, air Lingkungan sosial Fasilitas pendukung lainnya Total
Nilai Lokasi Depok Margonda yang Ideal Timur 35 30 20 20 20 17 10 10 8 10 9 10 10 10 10 5 5 5 5 5 5 5 4 5 100 93 80
Kelapa Dua 25 18 9 9 9 5 5 5 85
Sumber : Pengolahan Data Aspek Teknis dan Teknologis Rumah Makan “Ibu Sri”, 2009.
4.1.2
Desain dan Konsep Rumah Makan “Ibu Sri” Desain interior pada rumah makan ini direncanakan sederhana saja mengingat
luas ruangan hanya 20 m2, maka rumah makan ini hanya menyiapkan 6 meja yang masing-masing meja berukuran 1,5m x 1,5m. Untuk dekorasi rumah makan ini memakai konsep tradisional atau natural dengan memasang atau menempelkan bilikbilik bambu di setiap dinding yang dibuat dengan bahan-bahan alami. Rumah makan ini sangat sederhana karena tidak dilengkapi dengan peralatan elektronik yang modern seperti AC melainkan kipas-kipas yang tergantung di atap tepat diatas masing-masing meja agar terlihat tradisional selain itu rumah makan ini berkonsep lesehan sehingga para pengunjung atau konsumen benar-benar dimanjakan dengan situasi seperti berada dirumah sendiri. Secara teknik dalam pembuatan semua masakan ini tidak menggunakan mesinmesin atau peralatan yang modern karena proses pembuatannya lebih banyak menggunakan mesin-mesin atau peralatan yang sederhana agar mendapat cita rasa yang khas dari setiap masakan itu sendiri. Untuk menu utama rumah makan ini adalah gudeg, dan sambal goreng krecek. Selain menu utama tersebut, disajikan menu masakan lain yaitu opor ayam dan rawon serta minuman utama yang menyehatkan yaitu wedang jahe dan kelapa bakar dan
minuman lainnya seperti jeruk panas maupun memakai es dan teh panas maupun memakai es.
4.2
Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran Rumah makan “Ibu Sri” adalah contoh dari salah satu usaha yang akan
didirikan di daerah Depok Timur yang menjual makanan khas Jawa, yaitu gudeg Jogja. Berdasarkan survey yang dilakukan pihak rumah makan “Ibu Sri” saat ini di Depok Timur baru ada satu rumah makan yang menjual gudeg, yaitu rumah makan “Mas Arie”, yang mempunyai segmen menengah keatas karena rumah makan tersebut menjual gudeg dengan harga Rp. 18.000,- sampai Rp 30.000,-. Jadi menurut konsumen yang berada di Depok Timur dan sekitarnya dengan harga tersebut teerbilang cukup mahal. Model masakan atau makanan yang dijual di rumah makan “Mas Arie” hampir sama dengan masakan yang akan dijual di rumah makan “Ibu Sri” hanya saja rumah makan “Ibu Sri” tidak hanya menyediakan gudeg lengkap tetapi gudeg dapat di jual secara terpisah. Untuk mengatasi persaingan dengan rumah makan di sekitar Depok Timur maka rumah makan “Ibu Sri” mempunyai strategi seperti yang telah disebutkan diatas, yaitu gudeg bisa dijual secara terpisah dan rasa yang lezat dengan harga hemat dan minuman yang menyehatkan yaitu wedang jahe, kelapa bakar, teh manis panas maupun memakai es serta jeruk panas maupun memakai es selain itu ada rawon dan opor ayam yang membedakan antara rumah makan “Ibu Sri” dengan rumah makan “Mas Arie”. Untuk itu pihak rumah makan “Ibu Sri” mengadakan survey ke berbagai rumah makan yang berada di sekitar Depok dan sekitarnya, dengan tujuan melakukan survey harga, rasa, desain tempat, dan lain-lain. Mengenai harga, rumah makan “Ibu Sri” tidak menetapkan harga terlalu tinggi karena tidak menutup kemungkinan harga tersebut dapat berubah sesuai dengan harga bahan baku dan banyaknya permintaan atau pemesanan. Dikarenakan harga yang cukup terjangkau, pihak rumah makan “Ibu Sri” menginginkan semua kalangan baik dari kalangan menengah ke bawah sampai menengah atas dapat menikmati semua masakan dan minuman. Rumah makan ini akan melayani konsumen mulai pukul 11.00 s/d 21.30 WIB. Pemilihan lokasi yang cukup strategis dan jauh dari pesaing yaitu di jalan Keadilan dekat dengan pemukiman penduduk serta letak lokasi usaha berada di pinggir
jalan sehingga banyak dilalui oleh warga sekitar yang tentunya diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi pihak rumah makan “Ibu Sri”.
4.3
Analisis Aspek Hukum Rumah makan “Ibu Sri” adalah usaha perorangan yang akan dibuka di daerah
Depok Timur, yang tentunya sudah memiliki izin dari pemerintah daerah setempat sehingga rumah makan ini hanya melakukan kesepakatan untuk menyewa kios setiap bulannya dengan harga yang telah ditentukan. Selain itu pemilik rumah makan “Ibu Sri” telah mendapatkan SIUP dari Pemerintah daerah setempat.
4.4
Analisis Aspek Ekonomi dan Sosial Pengaruh aspek ekonomi rumah makan ini terhadap peningkatan penghasilan
Negara yaitu adanya pembayaran pajak, walaupun tidak secara tidak langsung dibayar oleh pihak “Rumah Makan Ibu Sri” tetap setidaknya rumah makan ini sudah membayar sewa kepada pihak penyewa yang harus membayar kepada pemerintah. Selain itu rumah makan ini dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi orang-orang yang memiliki kemampuan yang sesuai dengan usaha bidang masakan atau makanan, apalagi jika usaha ini berkembang sehingga dapat melakukan ekspansi ke daerah lain.
4.5
Analisis Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia Karena usaha rumah makan ini masih skala kecil dengan satu toko dan
operasional toko dilakukan secara kekeluargaan maka, struktur organisasinya masih sangat sederhana yaitu terdiri dari 5 orang karyawan yang akan bertugas sebagai koki dan pelayan yang melayani pembeli dan pembayaran secara bergantian. Berikut adalah struktur organisasi dari “Rumah Makan Ibu Sri” :
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Rumah Makan “Ibu Sri” Sumber : Pengolahan Data Aspek Manajemen dan SDM, 2009
Berikut ini adalah uraian mengenai tugas dari struktur organisasi rumah makan “Ibu Sri” pemilik dari rumah makan “Ibu Sri” ini adalah Ibu Sri dan Ibu Sri sebagai pembuat masakan yang dibantu oleh 5 orang karyawannya yang juga bekerja dan tinggal dirumahnya sehingga memudahkan untuk membuat masakan apalagi jika sedang banyak pesanan. Koki 1 bertugas membantu Ibu Sri membuat masakan sedangkan koki 2 dan koki 3 bertugas merajang bahan-bahan masakan baik bumbu maupun sayurmayur. Pelayan 1 dan pelayan 2 bertugas melayani pembeli serta bergantian bertugas melayani pembayaran yang bekerja dari pukul 11.00 WIB sampai 21.30 WIB. Untuk biaya upah para pekerja disini penulis menggunakan asumsi dan dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu upah untuk koki dan upah untuk pelayan. Biaya upah untuk semua para pekerja pada tahun 0 sampai tahun ke-2 sebesar Rp 4.784.000,dan dirasa cukup modal pihak rumah makan “Ibu Sri” akan menaikkan upah tenaga kerja sebesar 10% pada tahun ke-3. Perincian mengenai jenis tenaga kerja, tenaga kerja, waktu, dan biaya upah tenaga kerja dari tahun 0 sampai tahun ke-2 dapat dilihat pada tabel 4.7 : Tabel 4.7 Perincian Tenaga Kerja dan Upah Tahun 0 sampai dengan Tahun ke-2 di Rumah Makan "Ibu Sri" No
Jenis Pekerjaan
1
Koki
2
Pelayan
Jumlah Tenaga Kerja 3
Lama Kerja (hari) 26
2
26
Biaya (Rp) (per orang/hari) 40.000
Total Biaya (Rp) 3.120.000
32.000
1.664.000
Total biaya tenaga kerja tahun 0 - tahun ke-2
Sumber : Pengolahan data Aspek Manajemen dan SDM, 2009.
4.784.000
Pada tahun ke-3 biaya upah tenaga kerja menggunakan asumsi kenaikan sebesar 10% dari tahun 0 sampai tahun ke-2, yaitu sebesar Rp 5.262.400,-. Perincian kenaikan upah pada tahun ke-3 dapat di lihat pada tabel 4.8 : Tabel 4.8 Perincian Tenaga Kerja dan Upah Tahun 3 Mengalami Kenaikan 10% di Rumah Makan "Ibu Sri" No
Jenis Pekerjaan
1
Koki
2
Pelayan
Jumlah Tenaga Kerja 3
Lama Kerja (hari) 26
2
26
Biaya (Rp) (per orang/hari) 44.000
Total Biaya (Rp) 3.432.000
35.200
1.830.400
Total biaya tenaga kerja tahun 3
5.262.400
Sumber : Pengolahan data Aspek Manajemen dan SDM, 2009.
Biaya upah tenaga kerja pada tahun ke-4 dan tahun ke-5 tidak mengalami perubahan dari tahun ke-3, yaitu sebesar Rp 5.262.400,-.
4.6
Analisis Aspek Lingkungan Hidup (AMDAL) Untuk aspek dampak lingkungan hidup, rumah makan “Ibu Sri” sangat peduli
sekali terhadap keadaan lingkungan sekitar. Oleh karena itu setiap selesai mengolah semua masakannya dan toko tutup, pihak rumah makan “Ibu Sri” langsung membuang sampah atau limbah dari hasil olahan masakannya ke tempat pembuangan sampah (TPS) sehingga kebersihan dapur dan rumah makan terjaga dari bau sampah yang menumpuk.
4.7
Analisis Aspek Keuangan Dalam analisis aspek keuangan ini, untuk memperoleh nilai dari kebutuhan
biaya investasi, penentuan nilai bersih sekarang (NPV), tingkat pengembalian internal (IRR), periode pengembalian (Payback Period), indeks keuntungan (Profitability Index), tingkat pengembalian rata-rata bunga (ARR), analisis rugi-laba, aliran kas, terlebih dahulu harus menentukan asumsi kebutuhan biaya investasi.
4.7.1
Penentuan Kebutuhan Biaya Investasi Biaya investasi usaha rumah makan “Ibu Sri” ini dapat dilihat pada tabel 4.7
yang rencananya akan menggunakan 3 pola dalam pembiayaan investasi. Berikut penjelasan dari 3 pola pembiayaan investasi : Pola investasi 1, menggunakan modal pinjaman sebesar 50% dan modal sendiri sebesar 50%, pola ini dianggap memungkin kan oleh pihak bank. Pola investasi 2, yaitu modal pinjaman sebesar 25% dan modal
sendiri sebesar 75%, pola investasi 2 ini untuk mengantisipasi apabila pihak bank tidak sanggup memberi pinjaman yang lebih besar. Pola investasi 3, yaitu investasi dengan menggunakan 100% modal pribadi. Tiga pilihan pola investasi ini dimaksudkan untuk melihat keterkaitan antara persentase modal pribadi dengan tingkat keuntungan yang akan diperoleh, mengatasi masalah kekurangan modal pribadi, dan dapat memilih dengan benar investasi yang dikeluarkan dari kantong pribadi. Modal pinjaman diperoleh dari bank dengan 3 pilihan bunga pinjaman sebesar 12%, 15%, dan 18% per tahun dari masing-masing pola investasi, kecuali untuk pola investasi 3 karena pola investasi ini tidak meminjam pada bank. Bunga 12% adalah bunga pinjaman terendah pada saat penulis menyusun analisis kelayakan usaha ini, untuk bunga 18% adalah bunga pinjaman tertinggi yang mungkin dikeluarkan oleh pihak bank saat penulis menyusun analisis kelayakan usaha ini. Sedangkan untuk bunga 15% adalah bunga rata-rata antara bunga terendah dan tertinggi. Nilai penyusutan pertahun aktiva tetap diperoleh dari nilai ekonomis dibagi dengan umur proyek dari aktiva tetap tersebut. Syarat aktiva yang harus disusutkan adalah yang bernilai jual tinggi dan sangat memerlukan penggantian aktiva jika umur nilai ekonomisnya habis, perincian aktiva tetap dapat dilihat pada tabel 4.9.
Tabel 4.9 Investasi Dalam Aktiva Tetap Rumah Makan "Ibu Sri" No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Investasi Etalase Meja makan Meja kasir Papan panggung Kompor gas Tabung gas (12 kg) Tabung gas (10 kg) Motor niaga Rice cooker Lemari es
11
Kalkulator
12
Jumlah 1 6 1 6 4 4 3 2 2 2
Umur 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Harga/Unit (Rp) 2.500.000 350.000 450.000 275.000 250.000 450.000 250.000 11.800.000 550.000 1.500.000
Nilai (Rp) 2.500.000 2.100.000 450.000 1.650.000 1.000.000 1.800.000 750.000 23.600.000 1.100.000 3.000.000
Susut/th (Rp) 500.000 420.000 90.000 330.000 200.000 360.000 150.000 4.720.000 220.000 600.000 35.000
1
5
175.000
175.000
Sendok
100
-
2.000
200.000
-
13
Garpu
100
-
2.000
200.000
-
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Gelas Piring Pisau daging Pisau Sodet Talenan besar dan kecil Frypan besar Frypan kecil Panci besar dan kecil Rice box Piring oval besar Kipas angin Blender Baskom/ember besar dan kecil Sapu
100 100 3 10 7 10 3 3 10 3 5 3 3
5 5
3.000 5.000 75.000 20.000 25.000 80.000 250.000 150.000 350.000 250.000 25.000 275.000 250.000
300.000 500.000 225.000 200.000 175.000 400.000 750.000 450.000 1.750.000 750.000 125.000 825.000 750.000
-
12
-
57.500
332.500
-
4
-
15.000
60.000
-
2
-
15.000
30.000 46.147.500
27 28 29
Alat pembersih lantai Total biaya (Rp)
165.000 150.000
7.940.000
Pola Investasi 1 (50% : 50%) 23.073.750 23.073.750
Modal pinjam 50% (Rp) Modal pribadi 50% (Rp) Pola Investasi 2 (25% : 75%) Modal pinjam 25% (Rp) Modal pribadi 75% (Rp)
11.536.875 34.610.625 Pola Investasi 3 (0%:100%)
Modal pinjam 0% (Rp) Modal pribadi 100% (Rp)
46.147.500
Sumber : Pengolahan Data Aspek Keuangan Rumah Makan “Ibu Sri”, 2009.
Total biaya modal kerja pada tabel 4.9 diperoleh dari total biaya tetap tahun 0 ditambah total biaya variabel tahun 0. Untuk menentukan besarnya pinjaman dalam membayar modal kerja juga digunakan 3 pola investasi dengan alasan yang sama. Peminjaman biaya tetap dan modal kerja kepada bank hanya dilakukan pada tahun 0 saja, tujuannya untuk mengurangi biaya bunga yang tinggi.
Dikarenakan proyek ini adalah usaha rumah makan yang pastinya harga di pasar tak menentu sehingga penulis membuat asumsi pada biaya variabel tahun 1 sampai dengan tahun ke 5 mengalami kenaikan sebesar 10%. Perincian proyeksi biaya variabel dan biaya tetap dapat dilihat pada tabel 4.10.
Untuk modal kerja tahun-tahun berikutnya diperoleh dari keuntungan penjualan dari semua jenis makanan dan minuman. Untuk memperkirakan hasil penjualan gudeg, dilakukan dengan meneliti data dari pesaing yang telah buka lebih dulu sekitar 2 tahun. Berikut adalah proyeksi hasil penjualan gudeg tahun 1 (tabel 4.11) dan pada tahun 2 mengalami kenaikan sebesar 10% dan pada tahun ke 3 sampai dengan tahun ke 5 mengalami kenaikan sebesar 20% (tabel 4.12) untuk rumah makan “Ibu Sri” berdasarkan data dari pesaing, yaitu rumah makan “Mas Arie” : Tabel 4.11 Proyeksi Penjualan Gudeg Rumah Makan "Ibu Sri" Periode Bulan Desember 2009 sampai dengan Nopember 2010
Periode Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Total
Pendapatan (Rp) 27.953.500 29.952.200 31.685.800 33.945.500 35.547.600 37.782.500 39.872.400 41.998.600 43.798.500 45.856.200 46.898.900 48.489.500 463.781.200
Sumber : Pengolahan Data Aspek Keuangan Rumah Makan “Ibu Sri”, 2009. Tabel 4.12 Proyeksi Hasil Penjualan Gudeg (Rp)/ Tahun
Tahun 1 2 3 4 5
Pendapatan (Rp) 463.781.200 510.159.320 612.191.184 734.629.421 881.555.305
Sumber : Pengolahan Data Aspek Keuangan Rumah Makan “Ibu Sri”, 2009.
Asumsi : Pendapatan tahun ke 2 mengalami kenaikan 10% dan pada tahun 3 sampai dengan tahun ke 5, mengalami kenaikan sebesar 20%.
4.7.2
Penentuan Aliran Kas Usaha
4.7.2.1 Aliran Kas Pola Investasi 1, Bunga 12% Setiap pola investasi dan bunganya harus diketahui aliran kasnya agar dapat menghitung NPV, IRR, periode pengembalian, indeks keuntungan dan tingkat pengembalian rata-rata bunga. Dari perhitungan aliran kas kas awal pola investasi 1 dengan bunga 12 %. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut :
4.7.3
Penilaian Pola Investasi Berdasarkan Pada tabel 4.9 dan tabel 4.10 bisa dilihat pilihan pola investasi,
bunga, serta nilai penjualan mana yang paling menguntungkan untuk usaha rumah makan ini. Periode pengembalian dikatakan layak jika pengembalian modal berada dalam masa proyek, nilai bersih sekarang (NPV) dikatakan layak jika bernilai positif. Untuk tingkat pengembalian internal (IRR) jika nilainya lebih besar dari tingkat suku bunganya, maka investasinya dapat dikatakan layak dan untuk indeks keuntungan biasanya mengikuti nilai NPV, jika nilai NPV negatif maka nilai indeks keuntungannya di bawah satu sebaliknya jika nilai indeks keuntungannya bernilai di atas satu maka nilai NPV akan bernilai positif.
4.7.3.1
Penilaian Pola Investasi 1 Tabel 4.27 Penilaian Pola Investasi 1 (50 % : 50 %) Keterangan Analisis
12%
Bunga 15%
18%
Perkiraan modal kembali (tahun & bulan) 3,8 3,8 3,8 NPV (Rp) 203.443.855 150.842.716 264.791.967 IRR (%) 28,730 28,944 29,176 Indeks Keuntungan (%) 1,67 1,51 1,40 ARR (%) 6,8 6,6 6,5 Sumber : Pengolahan Data Aspek Keuangan Rumah Makan “Ibu Sri”, 2009.
Perkiraan modal kembali pada semua tingkat bunga dalam pola investasi 1 sama, yaitu sekitar 3 tahun 8 bulan, dikarenakan nilai kas operasional dari tahun 1 sampai dengan tahun ke-5 sama pada semua tingkat bunga. Nilai NPV positif pada semua tingkat bunga, maka investasi ini dapat dikatakan layak. Besarnya tingkat bunga mempengaruhi nilai NPV karena semakin besar tingkat bunga semakin kecil nilai NPVnya. Nilai IRR yang terbesar dihasilkan pada tingkat bunga 18 % sebesar 29,176 % berarti investasi ini layak karena nilai IRR lebih besar dari tingkat bunga yang di syaratkan. Dikarenakan nilai IRR lebih besar pada tingkat bunga 18 %, yaitu sebesar 29,176 % berarti pemilik rumah makan dalam meminjam bunga tidak boleh menerima bunga melebihi 29,176 % jika tidak ingin merugi. Dilihat dari indeks keuntungan (PI),
nilai PI terbesar dihasilkan oleh bunga 12% dan semua tingkat bunga dalam pola investasi ini memberikan hasil yang layak, karena nilai indeks keuntungan di atas satu pada semua tingkat bunga. Perhitungan ARR pada semua tingkat bunga memberikan hasil yang layak dan ARR terbesar dihasilkan pada tingkat bunga 12 % sebesar 6,8.
4.7.3.2 Penilaian Pola Investasi 2 Tabel 4.28 Penilaian Pola Investasi 2 (25 % : 75 %) Bunga 12% 15% 18% Perkiraan modal kembali (tahun & bulan) 3,10 3,10 3,10 NPV (Rp) 241.955.804 179.873.797 126.015.585 IRR (%) 23,174 23,180 23,185 Indeks Keuntungan (%) 1,62 1,46 1,34 ARR (%) 7,1 7,0 6,9 Sumber : Pengolahan Data Aspek Keuangan Rumah Makan “Ibu Sri”, 2009. Keterangan Analisis
Perkiraan modal kembali pada semua tingkat bunga dalam pola investasi 2 sama, yaitu sekitar 3 tahun 10 bulan, dikarenakan nilai kas operasional dari tahun 1 sampai dengan tahun ke-5 sama pada semua tingkat semua tingkat bunga. Nilai NPV positif pada semua tingkat bunga, maka investasi ini dapat dikatakan layak. Nilai IRR yang terbesar dihasilkan pada tingkat bunga 18 % sebesar 23,185 % berarti investasi ini layak karena nilai IRR lebih besar dari tingkat bunga yang di syaratkan. Dikarenakan nilai IRR lebih besar pada tingkat bunga 18 %, yaitu sebesar 23,185 % berarti pemilik rumah makan dalam meminjam bunga tidak boleh menerima bunga melebihi 23,185 % jika tidak ingin merugi. Dilihat dari indeks keuntungan (PI), semua tingkat bunga dalam pola investasi ini memberikan hasil yang layak dan PI yang terbesar terdapat pada bunga 12%, karena nilai indeks keuntungan di atas satu pada semua tingkat bunga. Perhitungan ARR pada semua tingkat bunga memberikan hasil yang layak dan ARR terbesar pada tingkat bunga 12 % sebesar 7,1 %.
4.7.3.3
Penilaian Pola Investasi 3 Tabel 4.29 Penilaian Pola Investasi 3 (100 %) Keterangan Analisis Bunga 0 % Perkiraan modal kembali (tahun & bulan) 4 579.322.537 NPV (Rp) 22,911 IRR (%) 2,47 Indeks Keuntungan (%) ARR (%) 7,4
Sumber : Pengolahan Data Aspek Keuangan Rumah Makan “Ibu Sri”, 2009.
Untuk pola investasi 3 (menggunakan 100% modal sendiri) sama, yaitu sekitar 4 tahunan. Nilai NPV sebesar Rp. 579.322.537. IRR yang dihasilkan, yaitu sebesar 22,911 %, nilai indeks keuntungannya (PI) sebesar 2,47 dan nilai ARR sebesar 7,4 %. Pada ketiga pola investasi ini, semua parameter penilaian investasi memberikan hasil yang menyatakan bahwa investasi layak Dari ketiga pola investasi dengan tingkat bunga yang berbeda pada setiap pola investasi, kecuali pada pola investasi 3 diketahui bahwa semakin besar tingkat bunga semakin kecil nilai NPV dan nilai indeks keuntungannya. Untuk nilai IRR semakin besar tingkat pinjaman ke bank, nilai IRR-nya semakin besar pula. Untuk periode pengembalian modal, semakin besar tingkat pinjaman akan semakin cepat waktu pengembalian investasinya. Sedangkan untuk ARR semakin besar tingkat pinjaman ke bank, nilai ARR-nya semakin kecil.
5
Kesimpulan dan Saran
5.1
Kesimpulan Dari hasil analisis terhadap kelayakan usaha penjualan gudeg pada rumah
makan “Ibu Sri” di Depok Timur, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut Aspek pasar dan pemasaran, dilihat dari lokasi usaha cukup strategis mengingat di sepanjang jalan Keadilan hingga jalan Bahagia baru ada 1 usaha yang sama jadi belum banyak pesaing. Aspek teknis dan teknologis, dipertimbangkan dari harga sewa lahan, bahan baku, sarana transportasi, ketersediaan tenaga kerja, sarana dan pra sarana serta fasilitas pendukung lainnya telah memenuhi syarat yang telah ditentukan. Aspek manajemen dan SDM, dilihat dari segi usaha, usaha ini masih skala kecil atau menengah dan operasional dilakukan secara kekeluargaan, sehingga tidak masalah jika karyawannya hanya 5 orang dan struktur organisasinya masih sederhana. Aspek hukum, karena usaha ini adalah usaha perorangan yang tidak berbadan hukum, maka memudahkan pihak rumah makan “Ibu Sri” untuk mengambil keputusan dalam menjalankan kegiatan operasional rumah makan. Aspek ekonomi dan sosial, usaha ini dapat menciptakan lapangan pekerjaan terutama bagi mereka yang memiliki kemampuan yang sesuai dengan usaha gudeg ini. Aspek amdal, cara mengatasi masalah ini yaitu dengan membuang langsung sampah atau limbah hasil dari olahan masakan ke tempat pembuangan sampah (TPS) sehingga kebersihan rumah makan tetap terjaga dan tidak bau sampah. Aspek Keuangan, dari semua perhitungan dapat diketahui bahwa nilai NPV terbesar dihasilkan oleh pola investasi 3, yaitu Rp. 579.322.537. Dengan indeks keuntungan sebesar 2,47 dan lama modal kembali sekitar 48 bulan. Pemilihan pola investasi bukan berdasarkan nilai NPV tetapi berdasarkan total aliran kas yang masuk dalam waktu 5 tahun. Berdasarkan total kas yang masuk, maka investasi yang sebaiknya dipilih adalah pola investasi 1. Karena pola investasi ini memberikan hasil operasional kas atau kas masuk yang terbesar selama 5 tahun, yaitu sebesar Rp. 695.268.815. Jika dilihat dari total keuntungan juga sebaiknya memilih pola investasi 1 (bunga 12%), yang menghasilkan total keuntungan sebesar Rp. 595.204.599.
5.2
Saran
Dari beberapa saran yang penulis ajukan ini semoga dapat memberikan manfaat bagi rumah makan “Ibu Sri” maupun bagi pihak lain yang membutuhkannya, yaitu sebagai berikut : Karena usaha ini menjual makanan maka kebersihannya lebih di jaga dan di perhatikan agar dapat menarik minat pembeli. Sebaiknya dilakukan promosi yang lebih efektif mengingat rumah makan ini masih baru, agar lebih dikenal masyarakat dan untuk mencapai proyeksi yang sudah direncanakan. Pelayan yang ramah dan cepat merupakan salah satu cara untuk menarik pembeli, hal ini sebaiknya diterapkan oleh pihak rumah makan “Ibu Sri”.
DAFTAR PUSTAKA Endah, P, Lucia., P. Syari., Sukses Mengelola Usaha Warung Makan, Cetakan Pertama, Transmedia, Jakarta, 2007. Ibrahim, Yacob, Studi Kelayakan Bisnis Edisi Revisi, Rineka Cipta, 2003. Husnan, Suad dan Pudjiastuti, Studi Kelayakan Proyek, 1994. Husnan, Suad dan Suwarsono, Studi Kelayakan Proyek : Konsep, Teknik dan Penyusunan Laporan, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2000. Kasmir dan Jakfar, Studi Kelayakan Bisnis Edisi Kedua, Cetakan ke-4, Kencana Prenada Media Group, 2003. Riyanto, Bambang, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi 4, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 1997. http://www.bi.go.id/Suku+bunga/Suku+Bunga+SBI.html, 19 November 2008 http://library.gunadarma.ac.id.html 29 September 2009