Dari Redaksi Di tengah hiruk-pikuk pesta demokrasi, Fokuss hadir menyapa para pembaca dengan artikel menarik tentang lahirnya produk baru di pasar modal Indonesia, bernama Efek Beragun Aset Danareksa SMF I-KPR BTN. KSEI sebagai Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian tentu sangat mendukung lahirnya produk baru ini dan mempersiapkan sistem pencatatan dan peyelesaian transaksinya. Kami hadirkan pula tulisan seputar Sukuk Ritel pertama yang penjualannya mengalami kelebih an permintaan hingga 314%. Di tengah kondisi perekonomian global yang masih memprihatin kan, kita patut bersyukur karena pemodal di Tanah Air masih berminat pada produk investasi besutan pemerintah ini. Pembaca bisa menyimak pula artikel Sosialisasi Fasilitas Investor Area, Penandatanganan MoU KSEI - TSD serta profil Gusrinaldi Akhyar, Kepala Divisi Jasa Kustodian Sentral KSEI. Selamat membaca!
Redaksi
������������� ��������������
daftar
Kik Eba, Produk Teranyar
Satu lagi produk baru lahir di industri pasar modal. Bagaimana mekanisme transaksi dan penyelesaian produk KIK EBA ini?
K
risis keuangan global membuat ta hun 2009 ini tidak diwarnai optimis me setinggi tahun-tahun sebelum nya. Namun, kondisi ini tak menyurutkan semangat pelaku pasar modal Indonesia dalam mengembangkan produk-produk baru. Awal Februari lalu, instrumen Kontrak
��������������� ����������������� ������������������ isi
1
Kik Eba, Produk Teranyar
3 5
Sukuk Ritel, Memperluas Basis Pemodal Individu
6
MOU KSEI - TSD: Tingkatkan Layanan Jasa Kustodian Sentral di Level Regional
7 8
Gusrinaldi Akhyar: Bersahabat dengan Para Pemakai Jasa
Fasilitas Investor Area: Menanti Kesiapan Semua Pihak
aktivitas & Statistik
Investasi Kolektif - Efek Beragun Aset (KIK EBA) yang lama dinantikan akhirnya dilun curkan. Produk gres pertama ini bernama Efek Beragun Aset Danareksa SMF I - KPR BTN (DSMF01) yang diluncurkan bersama oleh PT Danareksa Investment Management (DIM),
02 Edisi
Tahun 2009
������������� ����������
Edisi 02, 2009
Priyo Santoso, Direktur Utama DIM
Fokuss
2
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) dan PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) yang bertindak sebagai global koordi nator dan pembeli siaga. KIK EBA ini dapat diperdagangkan melalui PT Bursa Efek Indo nesia sejak tanggal 12 Februari 2009. Itu artinya, KSEI sebagai Lembaga Pe nyimpanan dan Penyelesaian mulai men jalankan fungsinya untuk menyimpan dan melakukan penyelesaian transaksi DSMF01 sejak periode Efek tersebut tercatat dan di
“KIK EBA yang dikelola DIM sebagai Manajer Investasi dan BRI sebagai Bank Kustodian ini mendapat peringkat triple A dari Moody’s Indonesia, dan akan jatuh tempo pada 10 Maret 2018.”
perdagangkan di bursa. Sebagai landasan hukum penyelenggaraan layanan jasa tersebut, KSEI telah menyiapkan perang kat hukum yaitu Peraturan Jasa Kustodian Sentral yang tertuang dalam Keputusan Direksi KSEI nomor KEP-022/DIR/KSEI/1208 tanggal 1 Desember 2008. Menurut Gusrinaldi Akhyar, Kepala Di visi Jasa Kustodian Sentral KSEI, pencatatan DSMF01 menambah jenis Efek baru yang ada di sistem penyimpanan KSEI. “Produk ini menarik, karena karakternya ber beda dengan Efek lainnya. Efek ini juga mendapat dukungan penuh Bapepam-LK dan SRO untuk persiapan penerbitannya, dan menunggu kesiapan berbagai pihak yang terlibat dalam penerbitan instrumen ini,” ungkapnya. Efek baru ini disimpan dalam kelompok aset KIK EBA. Penyelesai an transaksi produk ini juga tak berbeda dengan Efek lainnya. Setiap Pemegang Rekening KSEI bisa mentransaksikan ins trumen ini melalui pemindahbukuan. Portofolio DSMF01 terdiri atas Efek portofolio Kredit Pemilikan Rumah (KPR) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk yang terdiri atas tagihan KPR milik 5.060 debitur BTN. Jumlah emisi Efek ini pada saat diluncurk an di pasar perdana bernilai Rp 100 miliar. Investor yang membeli KIK EBA DSMF01, baik di pasar perdana maupun di pasar sekunder akan menjadi EBA holder yang memiliki hak atas pokok tagihan dan bunga sebesar 13% per tahun yang dibayar setiap kuartal. EBA holder akan memiliki EBA hingga saat jatuh temponya,
Erica Soeroto, Direktur Utama SMF
sesuai yang tertera dalam prospektus. Efek ini dijamin dengan kumpulan KPR berkualitas dari BTN. Tidak seperti mortgage back securities yang terjadi di Amerika Serikat, kumpulan tagihan ini su dah melewati 32 kriteria seleksi sehingga digolongkan ke dalam KPR prime mortgage. ”Secara keseluruhan ada 32 kriteria yang digunakan untuk melakukan seleksi, diantaranya yang terpenting adalah setiap KPR didukung dokumentasi hukum yang memadai, umur KPR minimum 18 bulan, tidak pernah ada tunggakan lebih dari 30 hari, nasabah KPR berumur tidak lebih dari 55 sampai dengan jatuh tempo KPR serta setiap KPR dilindungi asuransi jiwa dan kebakaran,” papar Erica Soeroto, Direktur Utama SMF. Kondisi ini yang membedakannya dengan sekuritisasi sub-prime mortgage yang terjadi di Amerika. ”Kita sudah lihat dan belajar dari kesalahan yang terjadi dan kita tidak boleh terjebak dalam permasala han yang sama,” ungkapnya. KIK EBA yang dikelola DIM sebagai Ma najer Investasi dan BRI sebagai Bank Kus todian ini mendapat peringkat triple A dari Moody’s Indonesia, dan akan jatuh tempo pada 10 Maret 2018. Sebagai Manajer In vestasi, DIM bertindak sebagai pengatur kontrak investasi. Menurut Priyo Santoso, Direktur Utama DIM, terdapat 3 (tiga) investor yang membeli DSMF01 ini di pasar perdana, yaitu: Dana Pensiun BTN, Dana Pensiun BRI dan Sarana Multigriya Finansial. Sebagai institusi yang dibentuk peme
Penerbit: PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) • Penasihat: Direksi KSEI • Dewan Redaksi: Zylvia Thirda, Dharma Setyadi, Susiyanti, Novian Harry Wibowo, Rachmat Irfan, Regina Natalia, Annisa Indri Hapsari • Penanggung Jawab: Bagian Komunikasi Perusahaan KSEI • Alamat Redaksi: Gedung Bursa Efek Indonesia, Tower I Lt. 5, Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53, Jakarta 12190, Telp. 52991099, Fax. 52991199 • Sirkulasi: Bagian Komunikasi Perusahaan KSEI
Sukuk Ritel, Memperluas Basis Pemodal Individu
Edisi 02, 2009
Pemerintah baru saja menerbitkan Surat Berharga Syariah Negara Ritel (Sukuk Ritel) sebagai diversifikasi instrumen dengan memperluas basis investor individu. Produk zero risk ini lahir di saat yang tepat saat perekonomian dunia berada di tengah gejolak.
3 Fokuss
rintah untuk menangani perumahan, SMF bertindak sebagai standby buyer, koordi nator global dan pendukung kredit. SMF menjamin tersedianya dana pembayaran pokok dan bunga KIK EBA selama 3 (tiga) bulan dan akan diisi kembali dalam escrow account di Bank Kustodian apabila jumlah nya berkurang. Dengan beralihnya tagihan KPR BTN tersebut kepada KIK EBA, maka secara oto matis setiap bulan, BTN sebagai kreditur akan menyetor cicilan KPR yang ada dalam portofolio DSMF01 kepada Bank Kustodi an, yang secara otomatis akan membayar kan setiap kuartal kepada KIK holder yang tertera di data KSEI. Priyo menambahkan, KIK EBA ini me rupakan salah satu alternatif instrumen investasi baru yang aman. “Ini kesempatan investor di Indonesia mencari produk in vestasi yang transparan dan dari sisi risiko juga rendah karena termasuk peringkat triple A,” imbuhnya. Namun, Priyo meng ingatkan, investor harus tetap memahami Efek ini secara lebih mendalam sebelum mengambil keputusan berinvestasi. Produk KIK EBA pertama ini, menurut Priyo Santoso, menggunakan struktur KIK yang regulasinya diatur Bapepam - LK dan didukung regulasi perpajakan. “Mungkin ini bukan struktur transaksi yang sem purna, tetapi melalui transaksi ini kita bisa banyak belajar dan mengetahui apa saja kebutuhan pasar modal di masa menda tang,” jelas Priyo yang menyatakan ke siapannya untuk melaksanakan transaksi sekuritisasi dari sektor riil lainnya. Menurut Erica Soeroto, Direktur Utama SMF, penerbitan produk ini adalah awal dari era baru di pasar modal Indonesia. “Sekuritisasi atas aset keuangan mulai dapat dilakukan untuk menciptakan kelaskelas aset dan Efek yang dapat disesuaikan dengan karakter investasi investor,” urainya. Hadirnya KIK EBA, lanjut Erica, juga men jadi bukti komitmen pemerintah untuk mendorong sektor riil melalui penciptaan mekanisme pendanaan yang berorientasi pada pasar dan kebutuhan pasar. Melalui KIK EBA, BTN sebagai kredi tur awal memiliki alternatif pendanaan di tengah kompetisi pengumpulan dana pihak ketiga yang semakin ketat. Bentuk pendanaan ini juga menjawab persoalan maturity mismatch yang selama ini dialami perbankan dalam membiayai kredit pe rumahan. Rencananya, setelah meluncurkan KIK EBA pertama, DIM akan menerbitkan KIK EBA jilid kedua. Penerbitan KIK EBA ini akan dipasarkan tahun ini juga, tergantung perkembangan KIK EBA pertama. l
D
i tengah krisis ekonomi global, Pemerintah meluncurkan instru men baru dalam dunia investasi, yaitu Sukuk Ritel (SR-001). Surat Utang Negara berbasis syariah ini merupakan pilihan investasi yang aman dan tepat un tuk saat ini, terutama dengan adanya be berapa peristiwa buruk di dunia investasi. Terbukti, hasil penawaran produk baru ini di pasar perdana mengalami permintaan yang tinggi. Pemerintah yang awalnya hanya menargetkan penjualan sebesar Rp 1,7 triliun dikagetkan dengan mem beludaknya pesanan dari 14.295 investor yang mencapai Rp 5,5 triliun atau mele bihi target hingga 313,9%. Untuk mendukung penerbitan Sukuk Ritel, Pemerintah menunjuk 13 (tiga be las) Agen Penjual yang meliputi 4 (empat) Bank Umum Konvensional, 1 (satu) Bank
Umum Syariah dan 8 (delapan) Perusa haan Efek. Sukuk Ritel ini diterbitkan berdasar kan akad Ijarah yang bisa dikatakan seba gai perjanjian Sale and Lease Back (Jual dan Sewa kembali). Untuk menerbitkan Sukuk Ritel ini, Pemerintah menyediakan sejumlah aset. Aset Sukuk yang disewakan merupakan Barang Milik Negara (BMN) yang memiliki nilai ekonomis seperti tanah dan bangunan. Kemudian aset ini diang gap ‘dijual‘ kepada para pembeli Sukuk, se hingga Pemerintah kemudian menerima uang dari hasil penjualan tersebut. Inilah yang dinamakan komponen Sale dari per janjian Sale and Lease Back. Sebagai kelanjutan transaksi di atas, setelah menjual aset tersebut kepada para pembeli Sukuk, Pemerintah lang sung menyewa kembali aset tersebut dari
Obligasi Ritel Yang Diterbitkan Pemerintah Instrumen
Nominal
Tersimpan di KSEI
Kupon
Jatuh Tempo
ORI-001
Rp 3,3 triliun
Rp 1,66 triliun (51%)
12.05 %
9 Agustus 2009
ORI-002
Rp 6,2 triliun
Rp 2,26 triliun (36%)
9.28 %
28 Maret 2010
ORI-003
Rp 9,4 triliun
Rp 3,50 triliun (37%)
9.40 %
12 September 2011
ORI-004
Rp 13,4 triliun
Rp 5,49 triliun (40%)
9.50 %
12 Maret 2012
ORI-005
Rp 2,7 triliun
Rp 1,09 triliun (40%)
11.45 %
15 September 2013
SR-001
Rp 5,5 triliun
Rp 3,32 triliun (60%)
12.00%
25 Februari 2012
Edisi 02, 2009
* Data per 2 Maret 2009
Fokuss
4
para pembeli Sukuk. Pemerintah akan membayar uang sewa atas aset tersebut. Hal ini yang dinamakan komponen Lease Back dari perjanjian Sale and Lease Back. Bagaimana dengan modal awal para pembeli Sukuk? Saat tanggal jatuh tempo Sukuk tiba, Pemerintah akan membeli kembali aset tersebut dari mereka de ngan harga yang sama sewaktu mereka menjualnya (par). Sebagai ilustrasi tambahan, misalkan jika pemerintah adalah A, dan investor sebagai Z, penawaran Sukuk itu dapat di ilustrasikan seperti ini: “A sedang membutuhkan uang. A menjual asetnya berupa TV kepada Z de ngan harga Rp 5 juta. Tetapi setelah dijual, A langsung menyewa TV tersebut dari Z. Uang sewa sebesar Rp 600 ribu per tahun. Setelah 3 (tiga) tahun, A akan membeli kembali TV tersebut dari Z, dengan harga Rp 5 juta.“ Seperti contoh di atas, secara teknis, tidak disebutkan kata bunga karena yang
“Sebagai bentuk komitmen KSEI untuk melindungi aset investor, investor (nasabah) dapat melihat portofolio Efek miliknya, termasuk Sukuk Ritel melalui fasilitas Investor Area.”
Karakteristik Sukuk Ritel yang diterbitkan pada Februari 2009: l Tenor 3 (tiga) tahun (25 Februari
2009 hingga 25 Februari 2012). l Nilai nominal per unit Rp 1 juta. l Minimum pembelian sebesar
Rp 5 juta dan kelipatannya serta tidak ada batas maksimum pembelian. l Imbalan atau kupon sebesar
12% per tahun bersifat tetap (fixed-coupon). l Pencatatan di bursa mulai tang-
gal 26 Februari 2009. l Imbal hasil akan dibayarkan
setiap bulan pada tanggal 25.
Agen Penjual Sukuk Ritel: l Bank Umum:
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Citibank N.A, HSBC dan PT Bank International Indonesia Tbk. l Bank Syariah:
PT Bank Syariah Mandiri. l Perusahaan Efek:
PT Danareksa Sekuritas, PT Trimegah Securities Tbk, PT CIMB-GK Securities, PT AAA Sekuritas, PT Reliance Securities, PT Anugerah Securindo Indah, PT Bahana Securities dan PT BNI Securities.
terjadi adalah Sale and Lease Back (Jual dan Sewa Kembali). Hasil yang diterima oleh para pembeli Sukuk, secara teknis, adalah uang sewa, bukan bunga. Dengan terbitnya Sukuk Ritel ini, Pemerintah telah menerbitkan 6 (enam) instrumen investasi bersifat utang yang ditujukan untuk investor ritel, dengan jumlah dana yang dikumpulkan Pemerin tah mencapai Rp 40,6 triliun. ORI 001 se bagai Obligasi Ritel pertama kali dengan tingkat imbal hasil yang tinggi sebesar 12,05% mampu menyerap Rp 3,3 triliun. SR 001 sebagai Sukuk Ritel perdana de ngan imbal hasil sebesar 12% mampu menyerap Rp 5,5 triliun. Hasil penjualan ini dapat dikatakan ‘fantastis’ mengingat gejolak ekonomi global yang sedang ber langsung. Salah satu daya tarik utama Sukuk Ritel perdana ini adalah imbal hasil yang ditawarkan sebesar 12%. Tidak sedikit masyarakat yang memindahkan depo sitonya ke Sukuk Ritel karena imbal hasil nya cukup kompetitif jika dibandingkan dengan suku bunga deposito. Terlebih lagi mengingat suku bunga penjaminan LPS semakin turun (7,75% untuk peri ode 15 April 2009 - 14 Mei 2009). Dengan tingkat jaminan tersebut, berarti imbal hasil Sukuk Ritel 4,25% lebih tinggi diban dingkan dengan deposito yang dijamin oleh Pemerintah. Faktor lain yang membuat Sukuk Ri tel semakin menarik adalah Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 2009 tentang pajak penghasilan atas penghasilan bu nga obligasi yang menyatakan bahwa pajak penghasilan untuk bunga obligasi turun menjadi 15% (sebelumnya sebesar 20%). Dengan adanya peraturan baru ini, imbal hasil bersih/netto Sukuk Ritel men jadi 10,2% setelah dipotong pajak (ber beda dengan peraturan lama yang hanya sebesar 9,6%). Berdasarkan data per 2 Maret 2009, Sukuk Ritel perdana yang tersimpan di KSEI sebesar Rp 3,32 triliun (60%). Be sarnya proporsi penyimpanan Sukuk Ritel ini di KSEI tidak lepas dari kemudah an proses administrasi dan kepercayaan Agen Penjual terhadap KSEI. Sebagai bentuk komitmen KSEI untuk melindungi aset investor, investor (nasabah) dapat melihat portofolio Efek miliknya, ter masuk Sukuk Ritel melalui fasilitas Investor Area. Diharapkan, fasilitas Investor Area ini akan meningkatkan kepercayaan pelaku pasar modal, termasuk investor ritel untuk berinvestasi di pasar modal, yang pada akhirnya akan semakin mengembangkan pasar modal Indonesia. l [Aditya Kresna Priambudi]
Fasilitas Investor Area
Menanti Kesiapan Semua Pihak
dalam modul Investor Area. Berbeda dengan kegiatan sebelum nya, dalam kegiatan sosialisasi kedua ini KSEI melakukan survei yang dikhususkan kepada Anggota Bursa (AB) untuk menge tahui seberapa jauh kesiapan dan kendala atas implementasi fasilitas Investor Area. Melalui survei ini, KSEI dapat mengidenti fikasi hal-hal yang memerlukan perhatian KSEI sebelum meluncurkan fasilitas Investor Area sehingga implementasi fasilitas ini dapat memenuhi standar kriteria yang diharapkan oleh AB. Berdasarkan data hasil kuesioner yang dikembalikan pada KSEI, diperoleh hasil bahwa mayoritas AB menyatakan kesiapannya apabila implementasi fasili tas ini dijadwalkan pada bulan April 2009. Hal ini dilatarbelakangi oleh tingginya ke sadaran AB atas manfaat fasilitas Investor Area bagi nasabah, juga AB sendiri. Bagi nasabah, fasilitas ini akan memungkinkan nasabah sebagai end client memonitor data posisi kepemilikan Efek dan mutasi nya secara real time, sehingga perlindung an dan transparansi atas portofolio nasa bah terjamin. Bagi AB, fasilitas ini juga akan memberikan manfaat, yaitu mening katkan efisiensi dan akurasi pelaporan
“Implementasi fasilitas ini akan berjalan lancar apabila semua pihak, terutama Pemegang Rekening KSEI yang berhubungan langsung dengan investor memiliki pemahaman mengenai fasilitas dimaksud.”
5 Fokuss
M
enyadari pentingnya perlin dungan dan transparansi ter hadap portofolio investor, KSEI melanjutkan sosialisasi fasilitas Investor Area. Program sosialisasi ini merupakan salah satu langkah persiapan implemen tasi fasilitas Investor Area yang dijad walkan dalam waktu dekat ini. KSEI me nyadari, implementasi fasilitas ini akan berjalan lancar apabila semua pihak, terutama Pemegang Rekening KSEI yang berhubungan langsung dengan investor memiliki pemahaman mengenai fasilitas dimaksud, selain penyempurnaan sistem yang sudah selesai. KSEI kembali menyelenggarakan program sosialisasi lanjutan fasilitas In vestor Area pada 19 Maret 2009 lalu di Hotel Mulia, Jakarta. Kegiatan ini dihadiri 209 peserta yang terdiri dari Pemegang Rekening, BEI, KPEI dan Bapepam-LK. Se belumnya, kegiatan sosialisasi fasilitas Investor Area sempat diadakan di Financial Club - Graha Niaga, Jakarta pada 9 Feb ruari 2009. Agenda ��������������������������� acara yaitu melapor kan kepada peserta mengenai kesiapan KSEI untuk implementasi fasilitas Investor Area, tanya jawab serta demonstrasi penggunaan fitur-fitur yang terdapat
kepada nasabah serta mengurangi biaya komunikasi dan pengiriman. KSEI juga menemukan data, sebagian AB masih mempunyai kendala dalam implementasi Investor Area ini. Mereka menyatakan, belum mensosialisasikan fasilitas ini kepada para nasabah. Padahal nasabah merupakan end client yang pa ling berkepentingan dalam implementa si fasilitas Investor Area ini. Oleh karena itu, dalam rangka menumbuhkan dan meningkatkan kesiapan berbagai pihak, termasuk nasabahnya secara merata, KSEI masih membuka kesempatan bagi Pemegang Rekening untuk mengikuti pelatihan hands-on penggunaan fasilitas Investor Area. Kegiatan sosialisasi ini akan menjadi perhatian KSEI dalam mempersiapkan implementasi fasilitas Investor Area in se suai tujuan penyediaan fasilitas ini, yaitu untuk meningkatkan perlindungan dan transparansi atas portofolio nasabah, se kaligus mengantisipasi penyalahgunaan atau penyelewengan Efek atau dana na sabah oleh pihak-pihak tertentu.l
Edisi 02, 2009
Program sosialisasi Investor Area kembali diselenggarakan KSEI untuk meningkatkan pemahaman Pemegang Rekening KSEI dalam menyiapkan implementasi fasilitas tersebut.
: : MOU KSEI - TSD
Tingkatkan Layanan Jasa Kustodian Sentral di Level Regional
Edisi 02, 2009
Untuk meningkatkan layanan jasanya di industri pasar modal, KSEI menandatangani Memorandum of Understanding dengan Thailand Securities Depository Co., Ltd.
Fokuss
6
D
alam rangka meningkatkan kerja sama saling menguntungkan di industri pasar modal Indonesia dan Thailand serta meningkatkan layanan jasa depository dan settlement agar sesuai dengan standar internasional, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan Thailand Securities Depository Co., Ltd (TSD) menan datangani Memorandum of Understanding (MoU) pada 23 Maret 2009 lalu. Penanda tanganan kerja sama bilateral ini dilang sungkan di The Stock Exchange of Thailand Building, Bangkok, Thailand. Kerja sama ini dilakukan untuk memper mudah pertukaran informasi dan berbagi pengalaman antar Central Securities Depository (CSD), sehingga KSEI dan TSD mampu menjadi kustodian sentral yang andal dan berdaya saing di tingkat regional dan inter nasional. Penandatanganan MoU dilaksanakan oleh Direktur Utama KSEI Ananta Wiyogo, dan Chief Marketing Officer - Markets and Post-Trade Services, The Stock Exchange of Thailand (SET) Sopawadee Lertmanaschai, selaku Authorized Director of TSD. Acara ini
disaksikan pula oleh Direktur KSEI Risbadi Purbowo, Chairman of SET Pakorn Mala kul Na Ayudhya, Chief Executive Officer of SET Patareeya Benjapolchai, Chief Operation Office of SET Nongram Wongvanich, dan Group Head - Post Trade Services of SET KongKeaw Piamduaytham. Dengan adanya penandatanganan MoU ini, KSEI dan TSD sepakat untuk sa ling bekerjasama dalam mengeksplorasi layanan jasa baru, pengembangan sistem baru dan aktivitas operasional di kedua CSD. Sebagai bentuk kerja sama, kedua CSD ini sepakat untuk melakukan pro gram pertukaran karyawan serta training bersama. KSEI dan TSD nantinya dapat saling bertukar data statistik dan ber bagi informasi mengenai perkembang an kondisi pasar modal masing-masing negara, dimana data dan informasi terse but dapat digunakan untuk kepentingan evaluasi dan pengembangan lebih lanjut di masing-masing CSD. l [Dian Kurniasarie]
S
etiap tahun KSEI menyelenggarakan Customer Survey untuk mengukur kepuasan para pemakai jasa KSEI. Walaupun selalu berusaha menjaga komit men untuk memenuhi berbagai kebutuh an para pemakai jasa, Gusrinaldi Akhyar dan timnya kerap ketar-ketir juga saat menanti hasil survei tersebut. Bagaimana tidak, divisi yang dipimpinnya adalah divi si utama alias core business perusahaan se bagai Lembaga Penyimpanan dan Penye lesaian di pasar modal Indonesia. Untunglah, meski belum terlalu signi fikan, setiap tahun selalu ada peningkatan tingkat kepuasan pemakai jasa KSEI. Itu berarti, Gus, demikian ia biasa disapa, bisa tersenyum. Adalah sebuah kebahagiaan yang tak ternilai buatnya, jika para pe makai jasa KSEI merasa puas atas layanan yang diberikan timnya yang berjumlah 21 (dua puluh satu) orang. Gus yang bergabung dengan KSEI (dulu masih bernama KDEI singkatan dari PT Kliring Deposit Efek Indonesia) sejak tahun 1995, membawahi Divisi Jasa Kus todian Sentral sejak Agustus 2007. Ada 3 (tiga) bagian yang dipimpinnya, yaitu: Ba gian Hubungan Pemakai Jasa, Bagian Pe nyelesaian Transaksi dan Bagian Tindakan Korporasi. Karena menyangkut aktivitas harian para pemakai jasa, divisi ini harus selalu menjaga performanya antara lain memoni tor seluruh proses penyelesaian transaksi dan distribusi Corporate Action agar dapat berjalan dengan baik dan lancar, proses registrasi Emiten, memberikan laporan secara tepat waktu terkait transaksi Efek dan tindakan korporasi, serta selalu siap memberikan penjelasan yang tepat dan memuaskan kepada pemakai jasa. Sarjana Matematika lulusan Fakultas MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahu an Alam) - Universitas Indonesia ini pun senantiasa berupaya agar semua tim yang bekerja di bawah payung divisinya memiliki informasi yang ter-update setiap saat. “Intinya, semua orang harus memiliki informasi yang sama, sehingga kepada siapapun pemakai jasa menanyakan in formasi baik seputar transaksi maupun layanan lain, dapat terlayani dengan baik,” ungkap Gus yang baru mulai menggemari fotografi. Saat ini, yang tengah menjadi prioritas divisinya, menurut Gus, fokus memperke
Gusrinaldi Akhyar, Kepala Divisi Jasa Kustodian Sentral
Bersahabat dengan Para Pemakai Jasa
tama investor mulai menyadari pentingnya pembukaan Sub Rekening Efek sehingga dapat memperoleh akses langsung untuk memantau asetnya melalui fasilitas Investor Area. Tidak hanya berguna untuk investor, Perusahaan Efek pun dimudahkan melalui fasilitas ini. Perusahaan Efek tidak perlu lagi memberikan laporan manual kepada nasabahnya. Investor Area membantu Pe rusahaan Efek mengantisipasi penyalahgu naan aset nasabah oleh oknum perusahaan. “Melalui fasilitas Investor Area, aktivitas transaksi Efek semakin transparan. Dan ini akan meningkatkan kepercayaan investor di pasar modal Indonesia,” lanjutnya. Ayah dari 3 (tiga) orang anak, Azlia Quintania (12), Ashila Quenadhifa (9), dan M. Azka Haqqani (4) ini melihat industri pa sar modal tempatnya berkarier selama 14 (empat belas) tahun sebagai industri yang sangat dinamis karena terus berkembang,
“Ketenangan dinilainya sebagai kunci sukses karena berhubungan dengan data yang menyangkut aset nasabah bukanlah pekerjaan mudah.”
7 Fokuss
nalkan produk-produk baru dan mem berikan layanan tambahan untuk mem permudah para pemakai jasa bertransaksi. Salah satunya adalah fungsi otomasi un tuk aktivitas Pre-matching Over The Counter Transaction, yaitu mencocokkan lebih awal (pre-matching) atas instruksi pemin dahbukuan Efek yang dibuat sendiri atau status instruksi yang telah dibuat oleh pihak lawan. Sudah cukup banyak yang menggunakan fasilitas ini, namun ingin ditingkatkan lagi. Sebagian besar masih tetap melakukan pre-matching secara ma nual dengan telepon atau faksimili. “Target ke depan, sejalan dengan tar get perusahaan, yaitu mengupayakan real time settlement,” paparnya. Ia juga menye but proyek besar KSEI lainya, yaitu imple mentasi fasilitas Investor Area. Munculnya kasus-kasus penyalahgunaan rekening nasabah oleh oknum Perusahaan Efek menyebabkan para pelaku pasar teru
baik dari jenis instrumennya yang disim pan, volume transaksi maupun produk. Serta bisnis di Central Securities Depository terus berkembang sesuai dengan trend yang ada di regional. Setiap saat berhubungan dengan para pemakai jasa, mencakup Perusaha an Efek, Bank Kustodian, Emiten, BAE, Manajer Investasi dan lainnya, membuat Gus mampu memahami berbagai karakter nasabah. ”Ini membuat saya lebih terbuka akan berbagai masukan, kritik, saran, se kaligus membuka peluang munculnya berbagai ide untuk membantu aktivitas nasabah,” ungkap pengagum Nabi Mu hammad SAW, yang selalu tenang dalam menghadapi berbagai masalah ini. Ketenangan dinilainya sebagai kunci sukses karena berhubungan dengan data dan informasi yang menyangkut aset na sabah bukanlah pekerjaan mudah. ”Apa bila ada masalah, saya berdo’a saja dan berusaha. Segala sesuatu pasti ada jalan keluarnya,” urai pria yang hobi membaca buku-buku elektronik dan jogging di wak tu senggang itu sambil tersenyum. l
Edisi 02, 2009
Berada di divisi yang menjadi core business KSEI membuat ia dan timnya harus senantiasa berhati-hati menjaga kepercayaan para pemakai jasa. Berusaha memberikan layanan terbaik dan memenuhi berbagai kebutuhan seputar penyimpanan dan penyelesaian transaksi Efek menjadi kunci utamanya.
aktivitas
Sekolah Pasar Modal Sebagai salah satu bentuk komitmen untuk pe ngembangan pasar modal Indonesia, kembali KSEI bersama BEI, KPEI dan PT Danareksa (Persero) untuk keempat kalinya menyelenggarakan Sekolah Pasar Modal untuk masyarakat. Kegiatan yang diresmikan pembukaannya pada tanggal 25 Februari 2009 ini memiliki 3 (tiga) program kelas, yaitu kelas Basic, Intermediate dan Advance. Diharapkan, program edukasi ini akan meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat mengenai apa dan bagaimana berinvestasi di pasar modal. l
KSEI Riders Community Dalam rangka meningkatkan rasa kebersamaan antar karyawan, pada hari Minggu, 8 Maret 2008 KSEI mengadakan acara Fun Touring untuk ketiga kalinya dengan KSEI Riders Community; komunitas pengendara sepeda motor KSEI. Kegiatan yang diikuti oleh sekitar 60 (enam puluh) peserta ini menempuh perjalanan melewati Depok, Cibinong, Bogor, Cicurug, kaki Gunung Salak dan berakhir di kediam an Bapak Sukarman, salah satu karyawan KSEI di Kampung Petir, Dermaga - Bogor. Berkumpulnya para pengendara motor KSEI dalam acara tersebut mampu mempererat kekerabatan antar karyawan yang setiap harinya sibuk dengan rutinitas kerja masing-masing. l
Nonton Bareng
Edisi 02, 2009
KSEI kembali mengadakan acara nonton film bersama antar karyawan KSEI. Diadakan pada hari Rabu malam, 8 April 2009 di Blitz Megaplex - Pacific Place. Kali ini film yang menjadi pilihan adalah film action ”Fast and Furious 4” yang dibintangi Vin Diesel dan Paul Walker. Acara yang diikuti oleh hampir seluruh karyawan ini diadakan untuk mempererat rasa kekerabatan dan kebersamaan di kalangan karyawan KSEI. l
Fokuss
8
statistik
Total Distribusi “Corporate Action” Periode Januari - Maret 2009 ����������������������������������������������� ������������������������������
Januari - Maret 2009
Dana
Rp (miliar)
USD (juta)
Equity (Dividen dan Exercise)
1.304,63
-
Debt (Bunga dan Pokok)
6.102,23
-
Total Dana
7.406,86
-
Efek
�������
(Jumlah/Unit Efek)
�������
�������
647.405.581
Saham
-
Waran
532.079.512
HMETD
������
���
���
���
���������������������������������� ������������������������������ ����������������������
����������������������������������������� ������������������������������
���
������
���
������
���
������
������ ������ ������
������
���
���
���
������