PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA-BIOLOGI MELALUI SNOWBALL THROWING DENGAN PEMANFAATAN MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS KOMPUTER DI KKG PRAMBANAN Singgih Trihastuti
[email protected]
Abstract: This research aims to improve the quality of learning of natural science (Biology) through the use of computer based interactive multimedia on Snowball Throwing in in KKG Prambanan. This research is also aims to find out the response of the teachers towards the implementation of learning model that involves the implementation of intellectual-emotional experience of learners through experience, analysis, action, and attitude formation. This research was conducted in KKG on the fifth and sixth-grade teachers in Prambanan. The data collected were qualitative directly based on the findings. The stages in this research include 1). Preparation, 2) Implementation of action, 3) observation and 4) reflection, about the learning model Snowboll Throwing in deepening of natural science (biology) learning of human blood circulation system in KKG. The technique of data collection used is the observation that is carried out by collaborators (peers/Widyaiswara) and teachers as participants. Data analysis technique used is qualitative descriptions. This research was conducted in two cycles. And the result of this research is that the improvement of the quality of learning of natural science (Biology) through the use of computer based interactive multimedia on Snowball Throwing can be viewed on the implementation of cycle I and cycle II. Percentage of learning outcomes on the first cycle: 36%, while in the second cycle an increase in the percentage to 51%. And the implementation of the learning model of snowball throwing gets positive responses from the teachers in KKG in Prambanan. Thus they have an example in implementing the learning in this case could involve an intellectual-emotional experience of learners through activities, analysis, action, and attitude formation. Keywords: snowball, interactive multimedia, human blood circulation system.
Pendahuluan Latar Belakang Pencapaian kompetensi suatu mata pelajaran memerlukan pembelajaran yang menyenangkan, menantang, bermakna, dialogis, dan dinamis. Pembelajaran berlangsung menyenangkan apabila ada media yang beraneka ragam serta berorientasi pada siswa/subyek belajar. Upaya-upaya menghadirkan berbagai media dan penggunaannya pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan pencapaian hasil belajar yang ditunjukkan dengan tercapainya kompetensi belajar. Penggunaan media perlu disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari, sehingga terjadi komunikasi berkualitas dalam belajar. Proses komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Proses
Singgih Trihastuti, Widyaiswara, PTS, Jurnal - ilmiah LPMP DIY
Page 1
komunikasi dapat dilakukan dengan suara, gerakan, gerakan tangan, komunikasi tertulis sampai ke komunikasi elektronik. Dewasa ini perkembangan alat-alat komunikasi sudah sedemikian maju, sehingga tidak pada tempatnya jika penyampaian pengajaran, penerangan, dan pesan masih dilakukan secara verbalis atau hanya dengan kata-kata dan berorientasi pada ”teacher centered”. Apabila kondisi ini dibiarkan, pembelajaran tidak akan dapat mencapai hasil yang optimal sesuai amanat Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Mukminan (2003: 3) menyatakan bahwa pelaksanaan KBK memerlukan kerja keras dari pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan, kemauan yang tinggi, serta komitmen terhadap tugas yang berat namun mulia. Dalam pelaksanaan KBK seyogyanya banyak inovasi yang diciptakan, kreativitas ditumbuhkembangkan dengan segala resiko dan keuntungan-keuntungannya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dengan memahami paradigma pembelajaran diharapkan para guru akan menjadi lebih siap dalam memecahkan persoalan-persoalan pembelajaran yang dihadapi, serta menjalankan pembelajaran sesuai KBK dengan mantap. Pengalaman belajar merupakan aktivitas penting bagi subyek belajar dalam pencapaian kompetensi. Berbagai bentuk informasi harus diperoleh siswa sebagai pengalaman belajar baik melalui pendengaran, sentuhan, penglihatan, dan sebagainya. Prinsip dalam pencapaian kompetensi adalah semakin banyak informasi yang dapat digali dengan proses yang mengaktifkan subyek belajar, maka akan
semakin
banyak
kompetensi
yang
berkembang.
Dengan
demikian,
dalam
pengembangan pengalaman belajar sangat diperlukan media pembelajaran dan penggunaan dalam pembelajaran yang dapat memberikan banyak informasi akurat dan dapat diterima siswa baik secara visual atau auditif dan dalam bentuk melakukan kerja. Usaha peningkatan kompetensi pembelajaran sangat terkait dengan media pembelajaran yang digunakan. Penggunaan media yang memadai akan mengoptimalkan pencapaian kompetensi. Akan tetapi satu sisi media pembelajaran sangat diperlukan guna pencapaian kompetensi, sementara ketersediaan media pembelajaran di lapangan masih sangat terbatas. Dalam situasi ini dapat dikatakan bahwa: Subyek belajar atau peserta didik sebagian belum memperoleh perhatian berupa sarana pembelajaran yang cukup untuk mencapai kompetensinya. Disamping itu banyak masalah dilapangan yang peneliti temukan sebagai berikut. 1) Belum banyak contoh model –model pembelajaran efektif di KKG (Snowball Throwing, dan lain-lain), 2) Belum banyak ditemukan model pembelajaran kooperatif di KKG yang bermakna; 3) Kegiatan KKG kurang variatif ; 4) minat guru mengikuti KKG rendah; 5) Pendampingkan kegiatan KKG belum optimal oleh LPMP; 6) Diperlukan pendalaman materi IPA. Terkait masalah tersebut maka perlu segera dicarikan Singgih Trihastuti, Widyaiswara, PTS, Jurnal - ilmiah LPMP DIY
Page 2
pemecahannya karena dengan adanya kegiatan untuk mengkaji model-model pembelajaran yang efektif dapat mengurangi kesenjangan yang ada yaitu untuk mewujudkan contoh model pengembangan pembelajaran yang dapat mengantarkan kompetensi melalui penerapan suatu model agar bisa dianalogikan oleh guru dalam menata kegiatan pembelajaraannya di sekolah masing-masing. Berdasarkan pernyataan adanya kesenjangan di atas, maka perlu segera mewujudkan adanya model-model pembelajaran yang dapat mengantarkan kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotor) di KKG. Sebagai alternatif kegiatan penelitian untuk mengatasi masalah di atas diperlukan usaha untuk melakukan penerapan model pembelajaran yang memanfaatkan media pembelajaran dalam bentuk multimedia (media interaktif) melalui Penelitian Tindakan Sekolah. Setelah melakukan pengkajian lingkungan dan analisis didapatkan solusi sementara bahwa perlu PTS (Penelitian Tindakan Sekolah) dengan pemanfaatan multimedia. Multimedia yang dimaksud disini adalah multimedia yang telah dihasilkan oleh peneliti melalui penelitian pengembangan. Jadi penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian pengembangan produk multimedia interaktif (berbasis komputer) yang dikembangkan oleh peneliti melalui penelitian dan engembangan, sehingga dapat dikatakan penelitian ini merupakan penelitian lanjutan. Penelitian Tindakan Sekolah di KKG ini merupakan suatu upaya peningkatan kualitas pembelajaran pendalaman materi biologi melalui snowballt throwing dengan pemanfaatan multimedia interaktif berbasis komputer dalam di KKG Kelas Lima dan Enam Prambanan. Dengan demikian judul penelitian ini adalah Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA-Biologi melalui Snowball Throwing dengan Pemanfaatan Multimedia Interaktif Berbasis Komputer di KKG Prambanan.
Rumusan Masalah dan Pemecahannya Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian tindakan di Kelompok Kerja Guru (KKG) ini adalah: (1) Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran Snowball Throwing dalam peningkatan kualitas hasil pembelajaran IPA Biologi sebagai pendalaman materi tentang Sistem Peredaran Darah di KKG? (2) Bagaimana respon para Guru terhadap penerapan pelaksanaan model pembelajaran Snowball Throwing dalam upaya peningkatan kualitas hasil pembelajaran IPA Biologi di KKG sebagai contoh model pembelajaran untuk mengantarkan kompetensi? (dalam arti guru sebagai
Singgih Trihastuti, Widyaiswara, PTS, Jurnal - ilmiah LPMP DIY
Page 3
fasilitator pembelajaran yang melibatkan intelektual–emosional peserta didik melalui kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat, dan pembentukan sikap). Faktor-faktor penyebab munculnya masalah yang dirumuskan di atas adalah: 1) Guru memerlukan contoh model –model pembelajaran yang melibatkan intelektual – emosional peserta didik. 2) Diperlukan identifikasi melalui praktik menghayati model pembelajaran melibatkan intelektual–emosional peserta didik melalui kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat, dan pembentukan sikap 3) Diperlukan implementasi pembelajaran yang memerankan peserta didik secara aktif dan kreatif selama pelaksanaan model pembelajaran 4) Diperlukan sosialisasi pembelajaran dengan berbagai metode, alat dan media pembelajaran 5) Diperlukan contoh implementasi model pembelajaran dengan kondisi guru bertindak sebagai fasilitator, koordinator, mediator dan motivator kegiatan belajar peserta didik pada suatu bidang studi dengan penghayatan sehingga bisa digunakan untuk analogi menciptakan model pembelajaran efektif yang lainnya. PTS ini bertujuan untuk 1) Peningkatan kualitas pembelajaran dengan Snowball Throwing memanfaakan multimedia interaktif dalam upaya peningkatan kualitas hasil pembelajaran pendalaman materi Biologi di KKG, 2) Mengetahui respon para guru terhadap penerapan pelaksanaan Model Pembelajaran Snowball Throwing dalam upaya peningkatan kualitas hasil pembelajaran IPA Biologi di KKG. Ini sebagai contoh model pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif dan kreatif selama pelaksanaan model pembelajaran diterapkan. Hasil penelitian tindakan ini dapat dimanfaatkan sebagai contoh implementasi model pembelajaran yang difasilitasi guru agar subyek belajar/peserta didik terlibat dalam kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat, dan pembentukan sikap intelektual–emosional yang pada akhirnya terantarkan kompetensinya pada bidang studi biologi sehingga bisa digunakan untuk analogi menciptakan model pembelajaran yang mengantarkan kompetensi (meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor) dengan melibatkan peserta didik secara aktif dan kreatif selama pelaksanaan model pembelajaran diterapkan.
Singgih Trihastuti, Widyaiswara, PTS, Jurnal - ilmiah LPMP DIY
Page 4
Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) Biologi “Pendidikan IPA” dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Standar Isi (Permen No. 22 Tahun 2006) mengutarakan bahwa pendekatan yang diterapkan dalam penyajian pembelajaran sains perlu memadukan antara pengalaman proses sains dan pemahaman produk sains, mengembangkan keterampilan proses dan sikap ilmiah dengan tujuan agar siswa memahami konsep–konsep dan mampu memecahkan masalah. Keterampilan proses sains yang perlu dilatih antara lain: mengamati, menggolongkan, mengukur, menggunakan alat, mengkomunikasikan hasil melalui berbagai cara seperti lisan, tertulis, diagram, menaksir, memprediksikan, menganalisis, mensintesis, melakukan percobaan. Peserta didik perlu mengembangkan sikap-sikap ilmiah agar mampu bekerja ilmiah. Beberapa contoh sikap ilmiah adalah rasa ingin, tahu, jujur, mau bekerja serta bekerja sama, saling menerima dan memberi, keterbukaan pikiran dan kritis, tekun dan tidak mudah menyerah. Pendekatan tersebut harus berorientasi pada peserta didik dan munculnya kecakapan hidup. Kecakapan hidup merupakan kecakapan
yang menggambarkan
kemampuan seseorang untuk berani menghadapi, mau mencari jawaban, serta mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari hari dengan menggunakan pengetahuan dan teknologi serta mengambil keputusan secara bertanggung jawab (Alit Mariana, 2004:1). Peran guru bergeser dari menentukan apa yang akan dipelajari ke bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa.
Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran Sains-Biologi Pembelajaran Sains seharusnya melibatkan siswa secara aktif untuk berinteraksi dengan objek konkrit. Berkaitan dengan hal ini maka untuk Kompetensi Dasar Mendiskripsikan Sistem Peredaran Darah pada Manusia dan Hubungannya dengan Kesehatan perlu dipikirkan medianya. Penelitian Tindakan Sekolah ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian dan pengembangan multimedia pembelajaran sains berupa software yang dikemas dalam bentuk CD. Produk tersebut memberi penjelasan materi biologi tentang sistem
Singgih Trihastuti, Widyaiswara, PTS, Jurnal - ilmiah LPMP DIY
Page 5
peredaran darah manusia. Materi bentuk CD ini memiliki ciri dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang mengkombinasikan teks, grafik, animasi,
audio, dan
gambar video. Ada empat komponen penting multimedia, yaitu: (1) ada komputer yang mengkoordinasikan apa yang dilihat dan didengar yang berinteraksi dengan kita, (2) ada link yang menghubungkan kita dengan informasi, (3) ada alat navigasi yang memandu kita, menjelajah jaringan informasi yang saling tergabung, (4) multimedia menyediakan tempat kepada kita untuk mengumpulkan, memproses, dan mengkomunikasikan informasi dan ide kita sendiri (Suyanto, 2003: 21). Multimedia yang dimaksud pada penelitian ini berbasis komputer yang memuat materi darah dan sistem peredaran manusia. Snowball Throwing Departemen Pendidikan Nasional menganjurkan untuk menciptakan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan/Belajar Aktif. Belajar adalah proses membangun makna atau pemahaman oleh si pembelajar terhadap pengalaman, informasi yang disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan yang dimiliki), dan perasaan. Belajar adalah memproduksi gagasan bukan mengkonsumsi gagasan. Kodisi ini dapat diciptakan oleh guru dengan berbagai variasi kegiatan dari subyek belajar. Pada kajian ini peneliti memilih dengan snowball throwing
yang merupakan alternatif belajar efektif, dalam arti dapat
mengembangkan tiga ranah (psikomotor, kognitif, dan afektif). Snowball throwing merupakan pembelajaran Efektif yang memiliki langkah-langkah sebagai berikut: 1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan; 2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi; 3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya; 4) Masing-masing siswa kemudian diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok; 5) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit; 6) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian; 7) Evaluasi; 8) Penutup (Depdiknas, 2006 : 22). Kualitas Pembelajaran IPA
Singgih Trihastuti, Widyaiswara, PTS, Jurnal - ilmiah LPMP DIY
Page 6
Depdiknas (2007: 34), menyatakan bahwa pengalaman belajar siswa adalah salah satu faktor penentu yang sangat berpengaruh dalam mencapai keberhasilan belajarnya. Oleh karena itu, guru hendaknya berusaha menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menarik. Salah satu modus pembelajaran yang dianggap dapat memenuhi hal tersebut adalah dengan memanfaatkan komputer sebagai media pembelajaran di kelas atau sebagai self-access learning resource. TIK yang dapat menunjang efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar (Dediknas, 2007:31). Memungkinkan komputer menyimpan dan menampilkan lebih dari sekedar teks, tapi juga suara, gambar, grafik, animasi, dan video. Bahwa TIK memungkinkan terjadinya model pembelajaran baru yang dapat mengubah peran tradisional guru secara signifikan. Dengan kelebihan TIK, diidentifikasi bahwa ada beberapa peran baru guru, yakni perancang instruksional, pelatih, kolaborator, koordinator tim, penasihat, dan ahli monitoring dan assesmen. Kualitas berarti: (1) tingkat baik atau buruknya sesuatu; (2) tingkat kepandaian, kecakapan dan sebagainya; (3) mutu. Berkualitas berarti mempunyai mutu yang baik. Kualitas Pembelajaran IPA memiliki maksud bahwa kegiatan pembelajaran ilmu pengetahuan alam khususnya biologi dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menarik dengan memanfaatkan multimedia interaktif berbasis komputer tentang sistem peredaran darah manusia yang dikemas dengan model pembelajaran snow ball. Dalam arti pembelajaran yang melibatkan intelektual–emosional peserta didik melalui kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat, dan pembentukan sikap sehingga kompetensi tercapai. KKG (Kelompok Kerja Guru) Keputusan Dirjen Dikdasmen No. 079/C/Kep./I/1993 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Pembinaan Profesional Guru melalui Pembentukan Gugus Sekolah di Sekolah Dasar menerangkan bahwa salah satu wadah atau tempat yang dapat digunakan untuk membina dan meningkatkan profesional guru sekolah dasar di antaranya adalah melalui kelompok kerja guru (KKG), selain juga peningkatan profesional melalui jenjang akademik berupa sekolah atau pendidikan formal. KKG sebagai kelompok kerja seluruh guru dalam satu gugus, pada tahap pelaksanaannya dapat dibagi ke dalam kelompok kerja guru yang lebih kecil, yaitu kelompok kerja guru berdasarkan jenjang kelas dan kelompok kerja guru berdasarkan atas mata pelajaran. Untuk itu KKG memiliki tujuan sebagai berikut: (1) memfasilitasi kegiatan yang dilakukan di pusat kegiatan guru berdasarkan masalah dan kesulitan yang dihadapi guru, (2) memberikan bantuan profesional kepada para guru kelas dan mata pelajaran di Singgih Trihastuti, Widyaiswara, PTS, Jurnal - ilmiah LPMP DIY
Page 7
sekolah, (3) meningkatkan pemahaman, keilmuan, keterampilan, serta pengembangan sikap profesional berdasarkan kekeluargaan dan saling mengisi (sharing), (4) meningkatkan pengelolaan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan pada PTS ini adalah: 1) Pelaksanaan model pembelajaran Snowball Throwing dapat peningkatan kualitas hasil pembelajaran IPA Biologi sebagai pendalaman materi tentang Sistem Peredaran Darah di KKG; 2) Ditanggapi positif oleh guru peserta KKG terhadap pendalaman materi melalui penerapan model snowball throwing dengan memanfaatkan Multimedia Interaktif Sistem Peredaran Darah Manusia. Metode Penelitian Setting dan Subyek Penelitian. Penelitian tindakan ini dilaksanakan di KKG Prambanan. Subyek penelitian adalah guru kelas V dan VI pada KKG Prambanan. Kegiatan yang dilaksanakan pada masingmasing siklus adalah: 1) Persiapan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi, 4) Refleksi tentang Model Pembelajaran Snowboll Throwing pada Pembelajaran IPA Biologi Sistem Peredaran Darah Manusia di KKG. Untuk mengetahui peningkatan kualitas pembelajaran dengan snowball throwing memanfaakan multimedia interaktif pada subyek belajar dapat dilihat pada siklus-siklus yang dilaksanakan. Sasaran Penelitian Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah terjadi peningkatan kualitas hasil belajar pada subyek belajar yaitu ada/terjadi tanggapan para guru terhadap proses pembelajaran dengan model snowball throwing dengan memanfaatkan multimedia interaktif dalam pembelajaran pendalaman materi sistem peredaran darah manusia. Model ini merupakan upaya peningkatan kualitas pembelajaran pada subyek belajar, sebagai salah satu contoh pembelajaran yang melibatkan intelektual–emosional peserta didik melalui kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat, dan pembentukan sikap bagi peneliti maupun subyek belajar.
Singgih Trihastuti, Widyaiswara, PTS, Jurnal - ilmiah LPMP DIY
Page 8
Teknik Analisis Data Perolehan data yang utama adalah pengamatan yang dilakukan kolaborator yang dilaksanakan oleh teman sejawat (widyaiswara) dan guru sebagai partisipan serta peneliti sendiri. Disamping itu data diperoleh melalui wawancara. Data selanjutnya di analisis secara kualitatif. Instrumen untuk pengumpulan data adalah: (1) instrumen untuk menilai pesiapan pembelajaran; (2) lembar observasi pelaksanaan penelitian kegiatan guru/fasilitator dalam snowball throwing ; (3) lembar observasi pelaksanaan pembelajaran pada kegiatan siswa; (4) partisipasi subyek belajar dalam diskusi kelompok; (5) partisipasi dalam diskusi kelompok; (6) wawancara; (7) instrumen pre test dan post test. Hasil Penelitian dan Pembahasan Lokasi penelitian adalah di KKG Guru Kelas V dan VI Prambanan, yang terdiri dari 17 orang guru SD KKG Gugus Prambanan. Ruang kelas cukup aman, dapat digunkan untuk pembelajaran dengan memanfaatkan komputer dan jauh dari kebisingan dan keramaian. Subyek belajar guru-guru peserta KKG gugus Prambanan ini merupakan subyek belajar yang memiliki minat yang tinggi untuk melaksanakan program-program KKG, namun para guru ini rata-rata belum memiliki pengalaman pemanfaatan komputer dalam pembelajaran dan belum pernah mengembangkan model pembelajaran snowball. Berdasarkan observasi awal, program yang telah dilakukan di KKG masih kurang memenuhi keinginan guru dalam hal pengembangan model-model pembelajaran. Dari hasil perenungan hasil observasi awal guru– guru ingin memenuhi kebutuhan tersebut, maka diadakanlah kegiatan penelitian ini. Penelitian tindakan ini. telah dilaksanakan dengan dua siklus yaitu siklus I, dan siklus II (semula direncanakan beberapa siklus). Pada siklus I tatap muka pertama subyek belajar masih belum begitu menguasai penggunaan komputer dan Program Multimedia Interaktif Sistem Peredaran Darah Sub Materi Darah. Pada tatap muka kedua siklus I subyek belajar lebih terampil dalam pemakaian komputer dan Program Multimedia Interaktif Sub Materi Jantung. Namun nampak keraguan dan belum mantap, sehingga perlu di perbaiki untuk pemanfaatan multimedia interaktif dengan snowball dengan materi lanjutannya. Siklus II pelaksanaan pembelajaran dengan snowball menggunakan Multimedia Interaktif Sub Materi Sistem Perdaran Darah dan Sistem Pertahanan pada Darah. Peningkatan kualitas pembelajaran dengan snowball throwing memanfaakan multimedia interaktif pada subyek belajar dapat dilihat pada pelaksanaan siklus I dan siklus II.
Singgih Trihastuti, Widyaiswara, PTS, Jurnal - ilmiah LPMP DIY
Page 9
Pada bagian ini dipaparkan hasil penelitian siklus I dan siklus II. Hasil penelitian siklus I memaparkan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan angket siswa, serta refleksi siklus I. Hasil penelitian siklus II memaparkan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan angket siswa, serta refleksi siklus II. Seperti diungkapkan di atas bahwa kegiatan pada masing-masing siklus adalah: 1) Persiapan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi, 4) Refleksi, tentang Model Pembelajaran Snowboll Throwing pada Pembelajaran IPA Biologi Sistem Peredaran Darah Manusia di KKG. Data hasil pengamatan tertera berikut ini. Data Hasil Penelitian 1. Nilai RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Snowball Throwing dengan Memanfaatkan Multimedia Interaktif pada KKG. Data diambil menggunakam instrumen penilaian RPP dengan snowball throwing memanfaatkan multimedia interaktif. Pada siklus I diperoleh hasil 4,5 (kriteria baik); sedang siklus II diperoleh hasil 5,0 (sangat baik). Dari hasil ini didapatkan kenaikan nilai RPP dari siklus I empat koma lima (4,5) ke lima koma nol (5,0). Dengan perubahan ini berarti RPP pada siklus satu terdapat kekurangan. Setelah diperbaiki sesuai saran dan hasil refleksi (belum terumuskan tujuan pembelajaran dengan baik dan tidak tampak kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi), maka nilai hasil perbaikan berangka lima koma nol. Ini berarti saran dan solusi hasil refleksi pada siklus satu digunakan untuk perbaikan siklus II (dua). 2. Hasil Tes (Pre tes dan Post Tes) Siklus I dan Siklus II Data ini diambil dengan menggunakan instrument tes untuk masing-masing siklus sebagai berikut. Siklus I Sub Materi Darah dan siklus II, Sub Materi Peredaran dan Pembuluh Darah. Hasil siklus I menunjukkan Rerata Pre tes 5,00; Rerata Post tes 8,58; Kenaikan Nilai : 3,58 atau 36 %,. Sedangkan hasil siklus II : Rerata Pre tes 3,00; Rerata Post tes 8,10; Kenaikan Nilai : 5,10 atau 51%. Bahwa pada siklus satu kenaikan nilai pre tes dengan post tes adalah 3,6 %, sedang siklus II selisih post tes dan pre tes adalah kenaikan 51% , berarti ada kenaikan hasil belajar. 3. Hasil Pengamatan Aktifitas Guru dalam Pembelajaran Model Snowball Siklus I dan Siklus II Dilakukan Kolaborator Data ini menggunakan instrumen observasi kegiatan nowball throwing penyampaian materi yang diisi oleh kolaborator pada pembelajaran. Aktivitas guru dalam Pembelajaran Snowball Throwing, yaitu pada penyampaian materi diamati oleh kolaborator pada Sub
Singgih Trihastuti, Widyaiswara, PTS, Jurnal - ilmiah LPMP DIY
Page 10
Materi Darah (siklus I) Sub Materi Peredaran Darah dan Pembuluh Darah (siklus II). Terungkap gambaran aktifitas penyaji dalam pembelajaran
Snowball Throwing pada
penelitian ini. Gambaran tersebut mengungkapkan bahwa penyaji: 1) Mengutarakan tujuan pembelajaran yang akan diproseskan dalam pembelajaran 2) Membentuk kelompok dan mempersilahkan masing-masing ketua kelompok maju kedepan berhimpun dalam satu kelompok untuk diberi penjelasan tentang pemakaian komputer dan materi yang termuat dalam multimedia interaktif, sementara itu anggota kelompok mengerjakan soal pre tes yang sudah dipersiapkan. 3) Mempersilahkan ketua kelompok kembali ke kelompoknya (dengan pesan masin masing ketua kelompok menjelaskan materi yang disampaikan guru kepada temannya). 4) Memberi waktu kepada ketua kelompok untuk menjelaskan materi sesuai dengan bahan penjelasan guru yaitu yang termuat di dalam multi media interaktif. 5) Masing masing subyek belajar diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok (beracuan materi yang termuat di multimedia interaktif yang sedang dikaji) dan meminta subyek belajar untuk membuat bola. 6) Menginstruksikan pada subyek belajar untuk melempar bola kertas kepada subyek belajar ke subyek belajar lain (selama kurang lebih lima menit, diusahakan satu subyek belajar dapat satu bola/satu pertanyaan kemudian diberi waktu secukupnya untuk menjawabnya). 7) Memberi kesempatan kepada subyek belajar untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas dalam bentuk bola tersebut secara bergantian. 8) Memberi
tanggapan dan penguatan (beracuan pada materi yang sedang dikaji dan
termuat dalam multimedia interaktif yang sedang dikaji). 9) Melakukan evaluasi post tes. 10) Menutup pelajaran dengan melakukan bimbingan seperlunya tentang pesan moral. Dari proses di atas kolaborator menyarankan kegiatan berikut: 1) Perlu penertiban aturan pelemparan supaya subyek belajar memperoleh bola pertanyaan, sebab nampak ada beberapa subyek belajar yang kurang muncul sikap tanggung jawab. Di sini guru penyaji membimbing dan memfasilitasi diskusi kelas untuk membahas jawaban, 2) Pelemparan dilakukan sambil menyanyikan lagu (dengan lebih semangat), 3) Lagu yang dilantunkan nampak belum serempak, pilihan lagu disarankan melalui kesepakatan dan disiapkan beberapa lagu sebagai alternatif. Tiga saran ini telah digunakan untuk menyempurnaan pelaksanaan snowball throwing siklus II. Singgih Trihastuti, Widyaiswara, PTS, Jurnal - ilmiah LPMP DIY
Page 11
4. Hasil Pengamatan pada Subyek Belajar Siklus I & Siklus II oleh Kolaborator Data dari instrumen lembar observasi keaktifan kegiatan subyek belajar dalam pembelajaran dengan Model Snowball Throwing dalam pembelajaran pendalaman materi subyek belajar yang diisi oleh kolaborator (keaktifan siswa /subyek belajar) Siklus I dan Siklus II menghasilkan kondisi keaktifan subyek belajar sebagai berikut.
1) ada subyek
belajar yang tidak memperhatikan proses pembelajaran (Siklus I: 33%; Siklus II: 0%); 2) subyek belajar mengajukan pertanyaan kepada guru atau subyek belajar lain (Siklus I: 33%; Siklus II:66%); 3) subyek belajar bekerja sama secara positif dengan subyek belajar lain untuk menyelesaikan pesoalan (Siklus I: 33%; Siklus II:66%); 4) subyek belajar tertekan dalam mengikuti pelajaran (Siklus I: 33%; Siklus II:0%); 5) subyek belajar nampak senang dalam mengikuti pelajaran (Siklus I: 66%; Siklus II:100%); 6) materi yang sulit dipahami subyek belajar menyebabkan subyek belajar tertekan (Siklus I: 100%; Siklus II:0%); 7) subyek belajar aktif mengikuti pelajaran (Siklus I: 66%; Siklus II:100%); 8) widyaiswara sudah melakukan perannya sesuai perencanaan
guru/
(Siklus I: 100%; Siklus
II:100%); 9) strategi snowball yang diteraplan penyaji (guru) sudah tepat (Siklus I: 100%; Siklus II:100%); 10)
secara keseluruhan tujuan pembelajaran tercapai sesuai dengan
pekerjaan (Siklus I:66%; Siklus II: 100%) Gambaran dari hasil di atas adalah sebagai berikut. 1)
Pada siklus satu ada subyek belajar yang tidak memperhatikan proses pembelajaran, sedang kondisi siklus II subyek belajar aktif semua.
2)
Ada
subyek
mengajukan
pertanyaan
kepada
guru/penyaji
dan
ada
yang
berkomunikasi dengan siswa lain dengan santun. 3)
Subyek belajar bekerja sama secara positif dengan teman kelompoknya untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi.
4)
Subyek belajar tertekan dalam mengikuti pelajaran pada siklus I tatap muka satu. Kemudian pada siklus II sudah mulai ada kejelasan pemakain alat (komputer dan kelengkapannya) sehingga kecemasan hilang, dan nampak termotivasi ingin mempelajari lebih dalam lagi.
5)
Subyek belajar sebagian aktif mengikuti proses pembelajaran pada siklus I.
6)
Model snowball yang diterapkan pada pembelajaran sudah tepat, namun tujuan pembelajaran terlihat pada siklus I belum memuaskan dan dalam pelemparan bola tampak kurang santun. Kondisi ini tidak terjadi lagi pada siklus II.
Singgih Trihastuti, Widyaiswara, PTS, Jurnal - ilmiah LPMP DIY
Page 12
5. Hasil Wawancara Data hasil wawancara diambil dengan instrumen wawancara (berisi tanggapan terhadap model snowball throwing dalam pembelajaran materi sistem peredaran darah manusia yang meliputi sub materi 1) darah, 2) peredaran dan pembuluh darah. Data hasil wawancara berisi tentang tanggapan terhadap snowball dalam pembelajaran pendalaman materi dengan Multimedia Interaktif Sistem Peredaran Darah Manusia tersebut. Hasil wawancara adalah sebagai berikut: 1) Pandangan tentang pelaksanaan pembelajaran model snowball pada siklus I: Tepat dan mengarah ke topik; sedangkan pada Siklus II menarik dan menyenangkan. Ada variasi, dan saling mengisi antar peserta satu dengan yang lain. Hal ini sangat menarik karena ada unsur permainan serta diskusi yang berjalan dengan baik . 2) Pembelajaran ini menyenangkan, menjadikan pembelajar aktif dan kreatif. Siklus I: Ya, sangat menyenangkan dan suasana belajar aktif. Siklus II: Sangat menyenangkan dan memunculkan kreativitas dan inovasi berpikir. 3) Jika jawaban nomor 2):”TIDAK” menyenangkan, Sebutkan apa penyebabnya? (siklus I dan II:- /tidak ada jawaban) 4) Pembelajaran Snow Ball Throwing dengan multimedia interaktif berjudul ”Sistem Peredaran Darah pada Manusia” ini secara umum digambarkan berikut ini. Siklus I: Menarik menyenangkan, cukup bagus; Siklus II: Menarik, menumbuhkan motivasi belajar, tidak membosankan, subyek belajar aktif, materi sulit dimengerti teratasi.
6. Hasil Pengamatan Peneliti sebagai Guru model Hasil Pengamatan Aktifitas Guru/Subyek Belajar dalam Pembelajaran Snowball Siklus I dan II Data siklus I dan II merupakan hasil observasi yang dan penilaian diri oleh peneliti (sebagai guru model), menggunakan instrumen observasi kegiatan snowball dan penyampaian materi dilaksanakan pada pembelajaran pada kegiatan KKG guru kelas lima dan enam di Kecamatan Prambanan. Aktivitas widyaiswara dalam pembelajaran sesuai urutan snowball throwing (hasil refleksi: siklus I merasa belum luwes dan penuh keraguan; siklus II merasa lebih mantap) Hasil Pengamatan pada Subyek Belajar Siklus I dan Siklus II
Singgih Trihastuti, Widyaiswara, PTS, Jurnal - ilmiah LPMP DIY
Page 13
Data hasil pengamatan keaktifan subyek belajar dalam pembelajaran dengan model Snowball throwing dalam Pembelajaran Pendalaman Materi Sistem Peredaran Darah Manusia Sub Materi Darah adalah sebagai berikut: 1) Siklus I Keaktifan subyek belajar dalam Pembelajaran Snowball Throwing dengan Multimedia Interaktif Sub Materi Darah diperoleh hasil bahwa 33% subyek belajar tidak memperhatikan proses pembelajaran; 100 % subyek belajar mengajukan pertanyaan kepada guru atau subyek belajar lain; 100 % subyek belajar bekerja sama secara positif dengan subyek belajar lain untuk menyelesaikan persoalan; Tidak ada subyek belajar tertekan dalam mengikuti pelajaran; 100% subyek belajar tampak senang dalam mengikuti pelajaran; 66 % meteri yang sulit dipahami subyek belajar; 100% subyek belajar aktif mengikuti pelajaran; 100% subyek belajar mendapat fasilitas sesuai snowball ; 66% tujuan pembelajaran tercapai. 2) Siklus II Keaktifan subyek belajar dalam pembelajaran Snowball throwing dengan Multimedia Interakif Sub Materi Darah dengan instrumen yang sama mengalami perubahan pada subyek belajar yang tidak memperhatikan proses pembelajaran 0 %; meteri yang sulit dipahami subyek belajar 0%, tujuan pembelajaran tercapai 100%. Pembahasan Langkah pembelajaran snowball throwing dengan memanfaatkan multimedia interaktif pada KKG dilaksanakan oleh widyaiswara sebagai penyaji. Pada siklus I dan II ada peningkatan (siklus I dari pre tes 5,0 ke post tes 8,6 ; kenaikan 36 %, sedang siklus II dan pre tes 3,0 ke post tes 8,1; kenaikan 51 %). (Langkah pretes dan postes sudah masuk dalam siklus karena menurut urutan / sintaknya snowball throwing memang ada pre tes dan postes). Hal ini menunjukkan kualitas pembelajaran dengan snowball throwing yang dilakukan pada penelitian ini adalah bahwa keaktifan subyek belajar sangat terlibat aktif menggali informasi yang termuat dalam multimedia interaktif sub materi darah pada siklus I maupun sistem peredaran darah pada siklus II. Subyek belajar aktif dalam proses pembelajaran, mengajukan pertanyaan kepada guru, atau subyek belajar lain, bekerja sama secara positif dengan subyek belajar lain untuk menyelesaikan persoalan, subyek belajar tidak tertekan dalam mengikuti pelajaran, senang dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus I ada subyek belajar yang tidak Singgih Trihastuti, Widyaiswara, PTS, Jurnal - ilmiah LPMP DIY
Page 14
memperlihatkan keaktifan proses pembelajaran, namun pada siklus II subyek belajar semua aktif. Data hasil pengamatan pada siklus I dari pre tes 5,0 ke post tes 8,6 (kenaikan 36 %), sedang siklus II dari pre tes 3,0 ke post tes 8,1 (kenaikan 51 %). Kenaikan hasil belajar ini sangat dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang baik yang dipersiapkan dengan RPP Snowball yang baik dalam arti efektif (sesuai dengan Standar Proses dan PP Nomor 19 tahun 2005). Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenengkan, manantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bahan, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (PP Nomor 19 tahun 2005: Standar Nasional Pendidikan pasal 19 ayat 1). Disain pembelajaran dalam RPP ini setelah diterapkan pada proses pembelajaran menghasilkan nilai hasil belajar yang baik. Hal ini juga dibuktikan dari hasil pengamatan pada penelitian ini, yaitu meliputi : 1) Dari hasil penelitian dengan instrument penilaian rencana pembelajaran dengan snowball throwing dengan memanfaatkan multimedia interaktif pada KKG; 2) Observasi kegiatan snowball throwing penyampaian materi dilakukan oleh kolaborator; 3) Pengamatan krativitas subyek belajar pada pembelajaran dengan model snowball throwing dalam pembelajaran pendalaman materi sub materi peredaran darah dan pembuluh darah; 4) Data hasil wawancara diambil dengan instrumen wawancara (berisi tanggapan terhadap Model Snowball Throwing dalam Pembelajaran Pendalaman Materi Sistem Peredaran Darah Manusia yang meliputi Sub Materi Darah dan Sistem Peredaran Darah. Proses penelitian ini dapat menjawab permasalahan “bagaimana pelaksanaan model pembelajaran snowball throwing dalam upaya peningkatan kualitas hasil pembelajaran IPA Biologi sebagai pendalaman materi tentang sistem peredaran darah di KKG”, karena dalam penelitian ini dikembangkan model pembelajaran snowball throwing dalam rangka peningkatan kualitas hasil pembelajaran IPA Biologi sebagai pendalaman materi tentang sistem peredaran darah di KKG. Melalui penelitian ini diperoleh hasil belajar yang baik dan efektif, terbukti dari data-data penelitian yang dihimpun. Penelitian ini menghasilkan penilaian RPP sebagai berikut. Siklus I 4,5 (amat baik), siklus II 5 (amat baik). Dari 4,5 diperbaiki menjadi 5 dengan perbaikan pada indikator “kesesuaian prinsip-prinsip penyusunan dan komponen RPP”. Pada indikator ini diperoleh nilai rata-rata 4 (empat). Selain itu pada penentuan “bahan pelajaran dan merumuskan tujuan
Singgih Trihastuti, Widyaiswara, PTS, Jurnal - ilmiah LPMP DIY
Page 15
pembelajaran” diperoleh rata-rata nilai 3 (tiga). Hal ini dipergunakan untuk dasar pembenahan RPP siklus I. RPP diperbaiki sesuai saran yaitu mengenai kesesuaian dengan prinsip penyusunan RPP. Adapun prinsip penyusunan RPP (BSNP, 2008 hal: 5) diantaranya : 1) mendorong partisipasi aktif peserta didik, 2) memuat rancangan umpan balik, 3) menerapkan teknologi dan informasi secara terintegrasi, sistematis, dan 4)mengembangkan budaya membaca dan menulis. Sedangkan kekurangan pada indikator komponen RPP, meliputi 1) identitas mata pelajaran, 2) standar kompetensi, 3) kompetensi dasar, 4) indikator pencapaian kompetensi, 5) tujuan pembelajaran, 6) materi ajar, 7) alokasi waktu, 8) metode pembelajaran, 9) kegiatan pembelajaran, 10) penilaian hasil belajar, dan 11) sumber belajar. Sebelas unsur ini wajib ada pada pada RPP, tetapi hanya ada 10 unsur yang ada. Unsur yang tidak ditemukan pada komponan RPP pada penelitian ini adalah tujuan pembelajaran. Semula peneliti tidak merumuskan karena beranggapan sudah diwakili indikator, namun setelah mempelajari beberapa sumber saran dari temuan ini ternyata cukup sesuai. Setelah mengkaji PP No. 19 tahun 2005 pasal 20 yang menyatakan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan RPP yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar, serta komponen RPP di atas maka dirumuskan tujuan pembelajaran. Penjelasan tentang pengertian tujuan pembelajaran yang terdapat pada standar proses yaitu Permendiknas No. 41 tahun 2007. Menurut Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, dinyatakan bahwa tujuan pembelajaran mengambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi. Sesuai saran perbaikan di atas maka RPP lebih sesuai dan memiliki warna perencanaan pembelajaran sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik. Selain itu perencanaan yang dikembangkan dan didisain untuk membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan anjuran (UU No. 20/2003 : Sisdiknas pasal 4 ayat 4), karena RPP ditata dengan model pembelajaran snowball throwing dengan memanfaatkan multimedia interaktif, dalam upaya peningkatan kualitas hasil pembelajaran IPA Biologi sebagai pendalaman materi tentang sistem peredaran darah di KKG. Maka dari data hasil penelitian dapat terungkap pembelajaran yang terkemas dengan melaksanakan RPP yang dikembangkan peneliti tersebut dinyatakan baik (ada kenaikan pre dan post tes siklus 1 dan 2 dari 36 % ke 51 %). Kondisi ini didukung oleh hasil observasi, wawancara - penilaian diri yang dinyatakan pada data hasil penelitian di atas. Singgih Trihastuti, Widyaiswara, PTS, Jurnal - ilmiah LPMP DIY
Page 16
Kesimpulan Dan Saran Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) pada KKG Kecamatan Prambanan berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Pendalaman Materi Biologi dengan Pemanfaatan Multimedia Interaktif dalam Snowball throwing di KKG kelas Lima dan Enam Prambanan” ini telah dilaksanakan dalam beberapa siklus dengan subyek penelitian guru kelas 5 dan 6. Pada kegiatan masing-masing siklus dilakukan: 1) persiapan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi tentang model pembelajaran snowball throwing pada pembelajaran IPA Biologi Sistem Peredaran Darah di KKG. PTS pada KKG Kecamatan Prambanan ini dilaksanakan dengan pembelajaran andragogi di KKG, yang diwujudkan dalam model pembelajaran snowball throwing pada pembelajaran IPA Biologi dengan memanfaatkan multimedia interaktif. Dari pembahasan data hasil PTS ini dinyatakan bahwa perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dalam RPP dengan model pembelajaran snowball throwing mengkriteriakan pelaksanaannya efektif (kenaikan nilaian antara pre-tes dan pos-tes siklus satu 36 % dan siklus dua 51%.) PTS dengan Peningkatan Kualitas Pembelajaran Pendalaman Materi Biologi dengan Pemanfaatan Multimedia Interaktif dalam snowball throwing di KKG Kelas Lima–Enam Prambanan dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas pembelajaran dengan snowball throwing dengan memanfaatkan multimedia interaktif dalam upaya peningkatan kualitas hasil pembelajaran pendalaman materi Biologi di KKG. Dalam pelaksanaannya model ini mendapat respon positif dari para guru peserta KKG, sebagai contoh model pembelajaran yang dapat memfasilitasi pembelajaran yang melibatkan intelektual–emosional peserta didik melalui kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat, dan pembentukan sikap serta nilai-nilai (afektif), dalam upaya peningkatan kualitas hasil pembelajaran IPA Biologi di KKG Prambanan.
Singgih Trihastuti, Widyaiswara, PTS, Jurnal - ilmiah LPMP DIY
Page 17
Daftar Rujukan Alit Mariana. 2004.Pendidikan Kecakapan Hidup. Bandung: Pusat Pengembangan Penataran Guru Ilmu Pengetahuan Alam. Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta. Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta. Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses. Jakarta. Depdiknas. 2007. Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran dan Manajemen. Jakarta. Depdiknas. 2008. Petunjuk Pengembangan RPP. Jakarta. Mukminan. 2003. Sistem pembelajaran melalui internet. Makalah disampaikan dalam dalam Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran di Universitas Negeri Yogyakarata. Peraturan Pemerintah. 2005. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta. Suyanto. 2003. Multimedia Alat Untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing. Yogyakarta: Andi Undang-Undang. 2003. Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.
Singgih Trihastuti, Widyaiswara, PTS, Jurnal - ilmiah LPMP DIY
Page 18