PENGARUH SUHU UDARA RUANG KERJA TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH BEKERJA PADA PEKERJA UNIT HOT PRES PT. PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE.TBK BANDUNG TAHUN 2012 Eviana Dewi, Lia Novita, Ari Susanti ABSTRAK Pekerja di sektor industri tidaklah lepas dari bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan dari sekitar tempat lingkungan kerja. Salah satunya adalah bahaya fisik. Bahaya fisik ini seperti ruangan yang terlalu panas. Data poliklonik PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk memperlihatkan angka kejadian pingsan pekerjanya dalam satu bulan ratarata5-6 orang. Keadaan tempat kerja yang terlalu panas mengakibatkan pekerja cepat lelah, karena kehilangan cairan dan garam, serta perubahan tanda-tanda vital. Bila panas dilingkungan kerja ini berlebihan suhu tubuh akan meningkat, metabolisme akan meningkat, sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan, diantara gejaladan tanda yang terlihat jelas yaitu dengan pengukuran tekanan darah terjadi perubahan yang sangat signifikan, pada keadaan berat suhu tubuh sangat tinggi yang mengakibatkan pingsan, bahkan dapat juga mengganggu psikologis dan produktifitas kerja pekerja itu sendiri (Suma’mur : 2006). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh suhu udara ruang kerja terhadap perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja pada pekerja di unit Hot Pres PT. Primarindo Asia Infrastructure. Tbk. Populasi dan sampel di ambil berdasarkan karakteristik tertentu yang diseleksi berdasarkan kriteria eklusi dan inklusi yang kesemua sampelnya berjumlah 51 orang laki-laki. Data yang telah dikumpulkan diolah dengan program satistik SPSS dengan analisis univariat serta analisis bivariat. Berdasarkan hasil pengukuran rata-rata suhu udara di ruang Hot Press adalah 33˚C, hal ini melebihi standar yang diperkenankan, dan berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah responden diketahui diketahui adanya perubahantekanan darah sebesar 58,9 % dengan asumsi sesudah bekerja sebagian besar responden bertekanan darah rendah. Sedangkan dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji wilcoxson diketahui bahwa ada pengaruhsuhu udara ruang kerja terhadap perubahan tekanan darah dengan nilai ( p – value < 0,05). Hubungan ini dapat dilihat dengan adanya perbedaan tekanan darah rata-rata pekerja sebelum dan sesudah bekerja sistole dengan nilai negativemean rank 26,00 dan perbedaan tekanan darah rata- rata pekerja sebelum dan sesudah bekerjadiastole dengan nilai negative mean rank 25,50. aran yang dapat diajukan bagi pihak perusahaan yaitu rencanakanpengendalianadministratif, penyediaan air minum di ruang kerja, penyediaan fan atau blower, penambahanventilasi,penataan letak mesin agar tidak terlalu dekat, sosialisasi dan informasi bahaya bekerja dan penggulanganpertama bila ada korban. Bagi tenaga kerja sebaiknya minum banyak air putih, dan sebaiknya menggunakanpakaian yang mudah menyerap keringat, sebelum bekerja sebaiknya pekerja makan dan minum yang cukup agar metabolisme seimbang. Serta agar bisa dilakukan penelitian selanjutnya agar bisa meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja. Kata Kunci: suhu udara dan tekanan darah ABSTRACT Workers of the industrial sector face many dangers in their work environments, one of them being physical danger. An example of physical danger faced by the workers is overheating. Data published by Primarindo Asia Infrastructure, Inc.’s polyclinic shows that five to six people per month experience overheating/hypothermia which results in fainting. Working conditions with overly high temperatures causes workers to become easily tired and dehydrated; lose important bodily minerals; and they also cause changes in the workers’ vital signs. When the temperature of an environment is too high, one’s body temperature and metabolic rate increases; these conditions may cause health problems, one of them being,as observations of symptoms have shown to have a significant correlation with overly hot work environments, low blood pressure—which can lead to fainting and sometimes even psychological and productivity problems (Suma’mur, 2006). The purpose of this study is to determine the effect the temperature of a work environment has on its worker’s blood pressureby measuring the blood pressure of the workers before and after they enter the hot press at Primarindo Asia Infrastructure, Inc. Population and samples were determined by certain characteristics chosen through exclusive and inclusive criteria. The samples totaled at 51 male workers. The data gathered was analyzed with SPSS (a statistics software) and univariate and bivariate analysis. The average room temperature of the hot press was measured at 33º C, which exceeds the proper temperature. The workers’ blood pressures experienced a 58.9% drop after working in the hot press. Statistical analysis of the data showed using Wilcoxson’s test showed that a room’s temperature correlated with the blood pressures of those working in it with a p-value of < 0.05. This relationship is reflected by the difference between the workers’ systolic blood pressures before and after working in the hot press which had a negative mean rank of 26.00 and the workers’ diastolic blood pressures which had a negative mean rank of 25.50. With this study, we would like to advise the company to plan administrative action regarding the working conditions shown through acts such as providing water, fans, and ventilation; placing machines at a good distance from workers; spreading information regarding work hazards; and giving special attention to victims of work-related injuries or harm. Employees are advised to drink a lot of water, wear proper clothing, and to keep their metabolism balanced by eating and drinking nutritious foods and drinks before heading out to work. We hope that further studies will be conducted to increase the safety and well-being of the workers. Keywords: temperature and blood pressure
285
Bhakti Kencana Medika, Volume 2, No. 6, September 2012. Hal. 285-290
PENDAHULUAN Pekerja di sektor industri tidaklah lepas dari bahaya yang dapat ditimbulkan dari sekitar tempat lingkungan kerja. Salah satunya adalah bahaya fisik, bahaya fisik ini seperti ruangan yang terlalu panas, terlalu dingin, bising, kurang penerangan,getaran yang berlebihan, radiasi dan sebagainya. Keadaan tempat kerja yang terlalu panas mengakibatkan pekerja cepat lelah, karena kehilangan cairan dan garam,sertaperubahan tanda-tanda vital. Bila panas di lingkungankerja ini berlebihan suhu tubuh akan meningkat, metabolismemeningkat, sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan,diantara gejala dan tanda yang terlihat jelas yaitu dengan pengukuran tekanan darah, terjadi perubahanyang sangat signifikan, pada keadaan berat suhu tubuh sangat tinggi yang mengakibatkan pingsan, bahkan dapat juga menggangu psikologis dan produktifitas kerja pekerja itu sendiri (Suma’mur: 2006). Di unit hot press kegiatan produksinya adalah membuat alas dasar sepatu, yang pekerjaanya dilakukan dalam ruangantertutup, tidak dilengkapi dengan fentilasi udara yang cukup, atau bahkan pendingin udara, dimana setiap harinya selama 8 jam waktu kerja secara terus-menerus, pekerja selalumenggunakan mesin-mesin hot pres karet yang jumlah mesinnya setiap shif kerjanya beroperasional sebanyak 40-50 mesin hot pres, dimana masing-masing mesinhot pres panas mesinnya hingga mencapai 180– 190 ˚C. Sehingga menimbulkan efek panas yang sangat luar biasa, sedangkan jumlah karyawan dalam ruangan yang berkerja cukup banyak, sehingga dimungkinkan munculnyaberbagaikeluhan, diantaranya yaitu mengenai kondisi kesehatan dan psikologis para pekerja yang berkerja didalamnya. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada unit hot pres pada saat magang bulan maret 2012, setelah dilakukan pengukuran suhu ruangan kerja unit hot pres berkisar 32,8˚C, berdasarkan data poliklinik perusahaan didapatkandiantara 50 orang pekerja pada unit hot pres, didapatkan kejadian pingsan dalam 1 bulan rata-rata 5-6 orang, rata-rata pekerja mengeluhkan rasa lemas dan cepat sekali merasa lelah, haus, berkeringat banyak, pusing, mual dan terasa ingin muntah, cepat sekali hilang konsentrasi, setelah dilakukan pemeriksaan fisik, terlihat dimana tandatandavital setelah melakukan pekerjaan khususnya di unit hot pres, data menunjukkanadanya perubahan tekanan darah10 - 25 mmHg, nadi meningkat dan suhu badan meningkat. Atas dasar itulah peneliti sangat tertarik meneliti tentang “Pengaruh suhu udara ruang kerja terhadap perubahan tekanandarah sebelum dan sesudah berkerja pada pekerja unit hot pres PT Primarindo Asia Infrastructure,Tbk. Bandung.” METODE PENELITIAN Rancangan penelitian merupakan desain yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat menuntun peneliti untuk dapat memperolah jawaban terhadap pertanyaan penelitian. Rancangan penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalahmetode deskriptif korelasi yaitu suatu metode atau rancangan penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama
untuk membuat deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif,metode ini digunakan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi pada situasi sekarang variabel yang diteliti ( Elfindri: 2011). Kerangka Konsep Pengaruh Suhu Ruang Kerja Terhadap Perubahan TekananDarah Sebelum Dan Sesudah Bekerja Pada Pekerja Unit Hot Pres PT. Primarindo Asia Infrastructure,Tbk. : Suhu Udara Ruang Kerja
Perubahan Tekanan Darah
Beban kerja, masa kerja, gizi, kondisi jasmani, riwayat penyakit
Keterangan : = Variabel yang Diteliti = Variabel yang tidak diteliti Sumber: Suma’mur (2006) dan Soehatman Ramli (2009)
Variabel Variabel independen dalam penelitian ini yaitu suhu udara ruang kerja unit Hot pres PT. Primarindo Asia Infrastructure,Tbk. Variabel dependennya yaitu Tekanan darah pekerja. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja yang bertugas di unit Hot Pres PT Primarindo Asia Infrastructure,Tbk sebanyak52 orang pekerja yang berjenis kelamin laki-laki. Karena jumlah populasi kurang dari 100 orang maka sempel dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh atau total sampling. Dimana semua populasi terdapat 52 orang yang semuanya berjenis kelamin laki-laki. Dan 52 orang pekerja berjenis kelamin laki-laki tersebut hanya 51 orang pekerja yang diikutkan menjadi sampel dalam penelitianini, karena yang satu orang tidak masuk dalam kriteria karenapekerja sudah memiliki riwayat penyakit hipertensidan pada saat pemeriksaan fisik tekanan darahnya tinggi Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara melakukan pemeriksaan fisik responden dan suhu ruangan selama tiga hari berturut-turut, yang dilakukan pada respondenyang berkerja pada shif pagi, pada tanggal 16, 17, 18 Juli 2012. Analisa Univariat Analisa Univariat dilakukan dengan menghitung presentaseskor rata-rata dari setiap variabel dependen dan variabel independen. Cara ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan umum untuk jawaban-jawaban responden terhadap setiap variabel penelitian dengan formula (Sugiyono,2004:204). Analisa univariat perubahan tekanan darah responden dapat dicari dengan menggunakan rumus: P = f x 100 % n Keterangan: P = Presentase f = Prekuensi distribusi n = Jumlah responsen
Eviana Dewi, Pengaruh Suhu Udara Ruangan Kerja....287
Analisa Bivariat Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui kemaknaan pengaruh variabel bebas dan variabel terikat. Pengaruh suhu udara ruang kerja terhadap perubahan tekanandarah pekerja di unit hot pres PT. Primarindo Asia infrastructure,Tbk tahun 2012. Pada penelitian ini menggunakanuji wilcoxon. Uji wilcoxson digunakan untuk menganalisis hasil-hasil pengamatan yang berpasangan dari dua data apakah ada perbedaan dan ada pengaruhnya atau tidak. Rumus Uji Wilcoxson : Z=
Tabel 4.3 Analisa Pengaruh Suhu Udara Ruang Kerja Terhadap Perubahan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Berkerja Pada Pekerja Unit Hot Pres PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk Bandung Tahun 2012
T - {1} 4N ( N – 1 )
1 24 N (N - 1) ( 2N – 1 )
Keterangan : N = Banyak data yang berubah setelah diberi perlakuanbeda T = Jumlah renking dari nilai selisih yang negatif (apabilabanyaknya selisih yang positif lebih > selisih yang negatif ) Z = Jumlah ranking dari nilai selisih yang positif (apabilabanyaknya selisih yang negatif > selisih yang positif )
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab IV ini menjelaskan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pengaruh suhu udara ruang kerja terhadap perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah berkerja pada pekerja unit Hot Pres PT. Primarindo Asia Infrastructure,Tbk Bandung tahun 2012. Hasil Penelitian Distribusi Frekuensi Gambaran Suhu Ruangan kerja unit Hot Pres PT Primarindo Asia Infrastructure,Tbk. Bandung tahun 2012. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Gambaran Suhu Ruangan Kerja Unit Hot Pres PT Primarindo Asia Infrastructure,Tbk. Bandung tahun 2012 Kategori
Suhu udara unit Hot Press
Sebelum bekerja
Normal (29˚C)
Sesudah bekerja
Panas (33˚C)
Berdasarkan tabel 4.1 Suhu udara unit hot press sebelum berkerja normal dan suhu udara unit hot press setelah berkerja panas. Distribusi Frekuensi Perubahan Tekanan Darah Pekerja Unit Hot Pres PT. Primarindo Asia Infrastructure,Tbk. Bandung tahun 2012 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Perubahan Tekanan Darah Pekerja Unit Hot Pres PT Primarindo Asia Infrastructure,Tbk. Bandung tahun 2012 Frekuensi Kategori Tekanan Darah
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa tekanan darah responden unit hot pres, sebelum bekerja seluruhnya yaitu 51 orang (100 %) bertekanan darah normal. Kemudian setelahbekerja sebagian besar 30 orang (58,9 %) bertekanan darah rendah. Pengaruh suhu udara ruang kerja terhadap perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah berkerja pada pekerja unit Hot Pres PT. Primarindo Asia Infrastructure,Tbk Bandung Tahun 2012
Tekanan Darah Sebelum Bekerja
Tekanan Darah Sesudah Bekerja
F
%
F
%
Normal
51
100
21
41,1
Rendah
0
0
30
58,9
Jumlah
51
100
51
100
Suhu Udara dengan tekanan rendah
Negative mean rank
Negative sun of rank
Sebelum
Sistole
26,00
1326,00
Sesudah
Diastole
25,50
1275,00
Menurut tabel 4.3: Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Wilcoxon Signed ranks Test, diketahui bahwanilai negative mean rank sebelum dan sesudah sistol = 26,00 dengan jumlah negative rank 1326,00. Sedangkan nilai negative mean rank sebelum dan sesudah diastol = 25,50 dengan jumlah negative rank 1275,00. Sedangkan untuk variabel perubahan suhu udara ruang kerja terhadap perubahan tekanan darah didapatkan hasil: oleh karena nilai asymp sig = 0,000 < nilai α = 0,05, Ho ditolak. Ini berarti bahwa ada perbedaan antara rata-rata tekanandarah sistole dan diastole sebelum dan sesudah bekerja.Maka dapat dikatakan ada pengaruh suhu udara ruang kerja terhadap perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja. Gambaran suhu ruang kerja Unit Hot Press Berdasarkan hasil dari pengukuran suhu ruang iklim kerja dengan menggunakan Temperatur lingkungan umumnya dengan indeks Wet Bulb Globe Temperature (WBGT) atau dikenal juga dengan Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB), didapat rata-rata suhu udara ruang kerja unit Hot Press sebelum berkerja adalah normal ( 29˚C), dan sedangkanrata-rata suhu udara sesudah berkerja panas (33˚C). Menurut Suma’mur (2006) Nilai Ambang Batas (NAB) iklim kerja untuk bekerja 8 jam kerja sehari yaitu : Suhu normal jika sama dengan dari NAB ( = 21 - 30˚C), Suhu panas jika lebih besar dari NAB 30˚C, dan Suhu dingin jika lebih kecil dari NAB 21˚C. Keadaan tempat kerja yang terlalu panas mengakibatkan karyawan cepat lelah karena kehilangan cairan dan garam. Bila panas dari lingkungan ini berlebihan suhu tubuh akan meningkat yang menimbulkan gangguan kesehatan, ketidak mantapan peredaran darah dan vasomotor, bahkan sering terjadi pada keadaan berat mengakibatkan pingsan (Suma’mur : 2006) Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan, bahwa suhu ruang kerja yang panas dapat menyebabkan gangguan kesehatan karyawan yang bekerja didalamnya, apalagi apabilakaryawan terpapar panas dalam jangka waktu terus- menerusselama 8 jam kerja, serta pekerjaan dilakukansetiap
Bhakti Kencana Medika, Volume 2, No. 6, September 2012. Hal. 285-290
hari tanpa ada pengaturan roling kerja. Dikaitkandengan hasil penelitian ternyata setelah dilakukanpengukuran suhu udara unit Hot Press sesudah bekerja 33˚C, dapat diketahuisuhu udara unit hot Press sangat panas,hal ini sudah melebihidari pada standar iklim kerja (NAB) yang sudah yang diperkenankan. Hal ini dapat dirasakanoleh karyawan dengan munculnya bermacam-macamkeluhan seperti dalam bekerja kepala sering terasa pusing, badan cepatterasa lemas, rasa haus yang berlebihan, keluar keringatsampai dengan membasahi pakaian, dan sering terjadinyakejadian pingsan. Gambaran Tekanan Darah Pekerja Unit Hot Press Berdasarkan dari hasil pengukuran tekanan darah respondendiketahui adanya perubahan tekanan darah sebelumdan sesudah bekerja diketahui bahwa: sebelum bekerja (bekerja diruangan bersuhu normal) seluruhnya yaitu51 orang (100 %) bertekanan darah normal. Kemudian setelah bekerja (bekerja diruangan bersuhu panas) sebagian besar 30 orang (58,9 %) bertekanan darah rendah. Tekanan darah adalah tekanan yang dialami pembuluh darah arteri ketika darah dipompa oleh jantung keseluruh tubuh manusia (Jan Tambayong: 2000). Menurut World Health Organization, batas normal untuk tekana darah adalah100-140 mmHg sistolik, dan 70-90 mmHg diastolik. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darahseperti : Kekuatan jantung, keadaan pembuluh darah nadi, volume serta kepekatan darah, keadaan sistem saraf vegetatif, keadaan ginjal, gizi/ makanan sehari-hari, adanyakelainan dalam rongga tengkorak kepala, obesitas, umur dan kelamin, pada keadaan olah raga, usia lanjut, suku bangsa, Iklim/ iklim kerja, stress, kelelahan, serata penyakit jantung dan pembuluh darah ( Evelyn: 2008). Berdasarkan pengukuran tekanan darah kepada 51 responden di unit hot press, sebelum bekerja seluruh respondenbertekanan darah normal namun setelah mereka bekerja sebagian besar tekanan darah responden berubah menjadi rendah. Hal ini dapat dikatakan bahwa hasil dari pada penelitian sesuai dengan teori yang telah dijabarkan, karena beberapa faktor pencetus muncul, yang kesemuanya itu dapat mempengaruhi perubahan tekanan darah sesuai dengan relita yang dialami pekerja seperti: iklim kerja yang panas serta lamanya terpapar panas dalam satu hari 8 jam kerja, umur dan jenis kelamin, stress dan kelelahan dalam bekerja, semua faktor tersebut dapat mempengaruhi kekuatanjantung dan pembuluh darah. Pengaruh suhu udara ruang kerja terhadap perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah bekeja pada pekerja di unit hot press PT.Primarindo Asia InfrastructureTbk. Berdasarkan hasil dari pengukuran suhu ruang iklim kerja, didapat rata-rata suhu udara ruang kerja unit Hot Press sebelum berkerja normal (29˚C), dan sedangkan ratarata suhu udara sesudah bekerja panas (33˚C). Sedangkan berdasarkan dari hasil pengukuran tekanan darahresponden diketahui adanya perubahan tekanan darahsebelum dan sesudah bekerja dengan hasil : sebelum bekerja seluruhnya yaitu 51 orang (100 %) bertekanan darah normal. Kemudian
setelah bekerja sebagian besar 30 orang (58,9 %) bertekanan darah rendah. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan WilcoxonSigned ranks Test, Diketahui bahwa negative mean ranksebelum dan sesudah sistol = 26,00 dengan jumlahnegative rank 1326,00. Sedangkan negative mean rank sebelum dan sesudah diastol = 25,50 dengan jumlah negative rank 1275,00. Sedangkan untuk variabel pengaruh suhu udara ruang kerja terhadap perubahan tekanan darah didapatkan hasil : oleh karena nilai asymp sig = 0,000 < nilai α = 0,05. Maka Ho ditolak yang berarti bahwa ada perbedaanantara rata-rata tekanan darah sistole dan diastole sebelum dan sesudah bekerja. Maka dapat dikatakan ada pengaruh suhu udara ruang kerja terhadap perubahan tekanandarah sebelum dan sesudah bekerja. Menurut teori yang ada, temperatur lingkungan kerja merupakan salah satu faktor fisik yang berpotensi untuk menimbulkan gangguan kesehatan bagi pekerja bila berada pada kondisi yang ekstrim. Kondisi temperatur lingkungan kerja yang ekstrim seperti panas dan berada di luar nilai ambang batas kemampuan manusia untuk beradaptasi. Persoalan tentang bagaimana menentukan bahwa kondisi temperatur lingkungan adalah ekstrim menjadi penting, mengingat kemampuan manusia untuk beradaptasi sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti gizi, pola dan kebiasaan, kesehatan jasmani, seberapa lama terpapar,beban kerja, serta iklim dan kondisi lingkungan kerja (Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja: 2012). Hilangnya cairan dan garam dalam pembuluh darah dapatmenyebabkan turunnya tekanan dalam darah, untuk membangkitkan suatu tekanan diperlukan pemberian cairan seperti palasma atau garam yang akan menyebabkan tekanannaik/ stabil kembali. Visoksitas (kekentalan darah) disebabkan oleh protein plasma dan oleh jumlah sel darah yang berada didalam aliran darah. Setiap perubahan pada kedua faktor ini akan merubah tekanan darah, misalnya dalam anemi jumlah sel dalam darah berkurang dan dengan sendirinya tekanan menjadi lebih rendah, sehingga jantung dan sistem vasomotorik tidak berkerja lebih giat untuk mengimbanginya (Evelyn C.2008). Berdasarkan teori dikatakan bahwa Nilai Ambang Batas (NAB) iklim kerja untuk bekerja 8 jam kerja sehari yaitu : Suhu normal jika sama dengan dari NAB ( = 21 - 30˚C), Suhu panas jika lebih besar dari NAB 30˚C, dan Suhu dingin jika lebih kecil dari NAB 21˚C Suma’mur (2006). Dan Menurut WHO ( World Health Organization) batas normal untuk tekana darah adalah 100-140 mmHg sistolik, dan 70-90mmHg diastolik. Dikaitkan dengan penelitian ini, dapat dilihat bahwa Setelah dianalisa suhu udara ruang kerja unit Hot Press sangatlahpanas (33˚C) dimana keadaan ini terbukti sudah sangat melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan. Dan setelah dilakukan pengukuran tekanan darah setelah bekerja didapatkan hasil ternyata sebagian besar pekerja mengalami penurunan tekanan darah menjadi rendah. Sehinggahasil dari pada penelitian tersebut sesuai dengan teori yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya.
Eviana Dewi, Pengaruh Suhu Udara Ruangan Kerja....289
Berdasarkan hasil penelitian bahwa responden yang bekerjadengan keadaan tempat kerja yang terlalu panas denganjam kerja yang relatif lama yaitu 8 jam kerja aktif dan secara terus-menerus, yang pastinya akan menyebabkan karyawan cepat lelah karena kehilangan cairan, mineraldan garam. Bila panas di temapt kerja berlebihansuhu tubuh akan meningkat, yang menimbulkan gangguankesehatan,ketidak mantapan peredaran darah dan vasomotorikdalam medulaoblongata, sehingga tekanandarah sedikit mengalamiperubahan bersamaan dengan gerakan yang fisiologik yang dialami pekerja saat itu seperti:setres,kelelahan,emosi, bebankerja yang dirasakan,serat kurangnyakasupancairan dan makanan. Karena suhu yang tinggi dapatmengakibatkangangguan kesehatan,akibat gangguan kesehatan yang ditimbulkan tersebut diantarannya masing-masing memiliki tanda-tanda atau gejalagejala pendahulu, diantaranyakeluarkeringat yang berlebihan, rasa haus yang berlebihan, jelas sekali terlihatpada tanda-tanda vital tekanan darah mengalami penurunan,suhu tubuh meningkat,dan nadi lebih cepat, kulit kering dan panas, enek dan muntah-muntah,pekerja mengalami kelemahan otot dan bahkan pingsan. Penyakitpenyakitakibat suhu yang tinggi biasanya memerlukan pertolongan mendadak bahkan sering harus segera harus dibawa kerumah sakit. Namun penangan pertama yang harus dilakukan apabila ada penderita terkena penyakit akibat panas yang tinggi yaitu: Minum banyak air, Pakaian harus dilonggarkan, dipindahkan keruangan yang bersuhu normal, serta penggantian cairan dan elektrolit. Hasil penelitian ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Euis Yulia dari Universitas Sebelas Maretsemarangpada tahun 1998, yang meneliti pekerja pada ruangpengecoran. Rata-rata suhu udara di ruang pengecoranadalah 32˚ C, hal ini juga telah melebihi standar yang diperkenankan Pada tinjauan teori terdapat banyak faktor yang berpengaruhterhadap beberapa kejadian beberapa akibat penyakit, yang disebabkan oleh perkerjaan, dalam penelitian ini tidak semua faktor yang berpengaruh terhadappenyakit dan akibatnya dipilih untuk diteliti. Untuk menghindari terjadinyabias informasi, peneliti berusaha membuat pernyataan-pernyataan yang mengarah pada faktor yang diteliti, yaitu faktor tingginya suhu udara ruang kerja yang akan berpengaruh terhadap perubahan tekanan darah pekerjanya.Sehingga dapat dikatakan hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang telah dijabarkan dalam bab-bab sebelumnya. Penelitian dilaksanakan tidak terlepas dari keterbatasan yang muncul, walaupun peneliti telah berupaya semaksimal mungkin dengan berbagai usaha membuat hasil penelitian ini bisa jadi sempurna. Peneliti menyadari keterbatasan yang muncul dalam penelitian ini adalah : 1. Sebelum melakukan penelitian penulis melakukan serangkaian uji coba untuk mendapatkan instrumen yang valid dan realibel. Namun dalam mendapatkan data primer yaitu dalam mendapatkan data suhu ruangan peneliti mendapati kesulitan yaitu karena keterbatasan waktu serta biaya yang tinggi, sehingga data untuk
pengukuransuhu ruangan peneliti hanya melakukan pengukuran dalam satu hari kerja yang dialkukan secara beratahap dan kontinyu selama 8 jam kerja. 2. Selama pendapatkan data primer yaitu data pemeriksaan fisik responden, peneliti tidak mempunyai cukup waktu untuk melakukan pemeriksaan fisik selengkap mungkin,sehingga peneliti hanya mengutamakan data primer yang berhubungan dengan penelitian, hal ini dikarenakanketerbatasanwaktu peneliti yang diberikanoleh pihak manajemen perusahaan agar tidak mengganggujam kerjakaryawan karena pekerjaannya ini tidak bisa digangguterlalau lama dan karyawan tidak bisa meninggalkanmesin hot pres, karena mesinhot press tidak boleh mati ketika sudah beoperasisehingga pekerjaanini sangat berbahaya sehingga karyawan memerlukankonsentrasiyang tinggi untuk menjalankan mesin hot press, sehinggasaat peneliti melakukan pemeriksaan fisik, pengukurantekanan darah responden dilakukan denganposisi respondenberdiri didekat mesinhot pres dan udara panas ini sangatdirasakan oleh peneliti. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan pada karyawan yang bekerja di unit hot press PT. Primarindo Asia Infrastructure,Tbk Bandung dengan jumlah responden 51 orang, yang dilakukan pada minggu ke tiga pada bulan Juli tahun 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruhsuhu udara ruang kerja terhadap perubahan tekanandarah sebelum dan sesudah berkerja pada pekerja unit hot pres PT. Primarindo Asia Infrastructure,Tbk. Bandungtahun2012. Peneliti mengambil kesimpulan sebagaiberikut : 1. Suhu udara unit hot press sebelum berkerja normal dan suhu udara unit hot press setelah berkerja panas. 2. Responden yang berkerja pada ruang kerja bersuhu normal,seluruhnya bertekanan darah normal. Sedangkan responden yang berkerja pada ruang kerja bersuhu panas sebagian besar bertekanan darah rendah. 3. Ada pengaruh suhu udara ruang kerja terhadap perubahantekanan darah sebelum dan sesudah berkerja pada pekerja di unit hot press PT. Primarindo Asia Infrastructure,Tbk Bandung. Saran 1. Perusahaan disarankan untuk merencanakan pengendalian administratif terhadap kondisi ruangan kerja agar menjadi nyaman untuk bekerja. Kemudian lakukan roling atau kerja shif terhadap pekerja di unit hot press dengan bagian lain agar menghindari sering terpaparnya panas, kemudian sediakan sarana dan prasarana seperti penyediaan air minum untuk karyawan dengan layak dan cukup memadai untuk kebutuhan semua pekerja yang ada didalamnya, penyediaan fan atau blower pada ruangan kerja, penambahan fentilasi atau lubang angin, penataan lay out atau penataan letak mesin hot press agar menjaga jarak agar letak mesin satu dengan yang lain tidak terlalu dekat, atau mengupayaakan
Bhakti Kencana Medika, Volume 2, No. 6, September 2012. Hal. 285-290
penempatanmesin pada ruangan terbuka, merencanakan sosialisasi dan informasi tentang bahaya berkerja serta penenggulanganpertama ketika terjadi korban. 2. Untuk meningkatkan kenyamanan gunakan pakaian yang longgar, gunakan bahan pakaian yang menyerap keringat dan nyaman, banyak minum air putih selama berkerja, sadari tanda-tanda apabila tubuh sudahmerasa pusing dan lemah, sehingga pekerja dapat mengatuk mengistirahatkan tubunya sesaat, kenali dan pelajari penanganan dan penanggulangan pertama bila terjadi cidera atau adanya korban, hendaknya sebelum berkerja pekerja makan dan minum yang cukup agar metabolisme seimbang. 3. Agar bisa dilanjutkan dan dilakukan penelitian selanjutnyaagar dapat meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja pekerja yang terlibat di dalamnya. DAFTAR PUSTAKA Agus Priyana. 2003. Hiperkes aspek fisik. Semarang: Hiperkes Jawa Tengah. Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 2012. Bandung Beever. 2002. Tekanan Darah. Jakarta. Dian Rakyat. Dwi Priyatno. 2010. Paham Analisa Statistik dengan SPSS. Yogyakarta MediaCom Eko Budiarto. 2002. Biostatistika untuk kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta : EGC. Elfendri, Rizanda Machmud, 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Padang baduose Media. Evelyn C. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk paramedis. Jakarta.PT Gramedia Pustaka Utama Jan Tambayong. Dr, 2000. Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan. Jakarta. EGC Kepmenaker Nomor KEP. 51/MEN/1999 Tentang Standar pajanan bahaya fisik di tempat kerja. Kemenskestras. 2011. Data Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Jawa barat. Mary Worral. 2002. Oxford ensiklopedi University Press. Jakarta. PT Widyadaras Soehatman Ramli. 2009. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, OHSAS 18001. Dian rakyat.