KEWIRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS Modul ke:
MODUL 6 ETHICS DAN DECISION MAKING
Fakultas
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi
Magister Akuntasi www.mercubuana.ac.id
Dosen Pengampu: Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethos” yang berarti watak atau kebiasaan. Aristoteles mendefinisikan bahwa etika digunakan untuk menunjukkan filsafat moral yang menjelaskan fakta moral tentang nilai dan norma moral, perintah, tindakan kebajikan dan suara hati. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika merupakan: ¾ Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak); ¾ Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; dan ¾ Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan/ masyarakat.
Definisi pengambilan keputusan menurut para ahli: George R. Terry Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternative perilaku (kelakukan) tertentu dari dua atau lebih alternative yang ada. Sondang P. Siagian Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternative yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling cepat. James A. F. Stoner Pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan dengan cara pemecahan masalah.
A. TEORI DASAR DAN PRINSIP-PRINSIP ETIKA Teori Dasar 1. Teleologi (berasal dari bahasa yunani telos, berarti akhir). Istilah teleologi dan utilitarisme sering di gunakan saling bergantian. Teleologi merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan atau konsekuensi yang dapat terjadi. Pendekatan ini sering disebut dengan ungkapan The End Justifice The Means atau makna dari suatu tindakan ditentukan oleh hasil yang terjadi. Teori ini menekankan pada pencapaian hasil dengan kebaikan maksimal dan ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia (Kelly, 1987) 2. Deontologi (berasal dari bahasa yunani deon, berarti tugas) berprinsip pada aksi atau tindakan. Dalam teori dentologi menurut kant bahwa: a. Pertama, manusa harus selalu bertindak sehingga aturan yang merupakan dasar berperilaku dapat menjadi suatu hukum moral universal. b. Kedua, manusia harus tidak memperlakukan orang lain secara sederhana sebagai suatu makna,tetapi selaku sebagai hasil akhir terhadap dirinya sendiri (Frell, 1990;lih Closkey, 1990).
PINSIP-PRINSIP TEORI DENTOLOGI 1.
Beneficence Apakah keputusan yang anda ambil benar-benar membawa manfaat? Manfaat yang anda ambil melalui keputusan harus dapat menjadi solusi bagi masalah dan merupakan solusi terbaik yang bisa diambil.
2.
Justice Prinsip dari keadilan menurut Beauchamp dan Childres menyatakan bahwa mereka yang sederajat harus diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat diperlakukan secara tidak sederajat, sesuai sengan kebutuhan mereka. Ini berarti bahwa kebutuhan kesehatan dalam jumlah sebanding.
3. Otonomi Prinsip otonomi menyatakan bahwa setiap individu mempunyai kebebasan menentukan tindakan atau keputusan berdasarkan rencana yang mereka pilih (Veatch dan Fry, 1987 ; Lih. Creasia, 1991).
4. Kejujuran (veracity) Prinsip kejujuran menurut Veatch dan Fry (1987) didefinisikan sebagai menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak berbohong. 5. Ketaatan Prinsip ketaatan didefinisikan oleh Veacth Dan Fry sebagai tanggung jawab untuk tetap setia pada suatu kesepakatan. 6. Autonomy Isu ini berkaitan dengan apakah keputusan Anda melakukan eksploitasi terhadap orang lain dan mempengaruhi kebebasan mereka? Setiap keputusan yang Anda ambil tentunya akan mempengaruhi banyak orang. 7. Non-malfeasance Apakah keputusan Anda akan mencederai pihak lain? Di kepemerintahan, nyaris setiap peraturan tentunya akan menguntungkan bagi satu pihak sementara itu mencederai bagi pihak lain . 8. Fidelity Fidelity berkaitan dengan kesesuaian keputusan dengan definisi peran yang kita mainkan.
B.KERANGKA PEMBUATAN KEPUTUSAN ETIS Dalam membuat keputusan etis, ada beberapa unsur yang mempengaruhi seperti nilai dan kepercayaan pribadi, kode etik, konsep moral dan prinsip-prinsip etis. Berbagai kerangka model perbuatan keputusan etis telah dirancang oleh banyak ahli etika, di mana semua kerangka tersebut berupaya menjawab pertanyaan dasar tentang etika, yang menurut Fry meliputi: 1. Hal apakah yang membuat tindakan benar adakah benar? 2. Jenis tindakan apa yang benar? 3. Bagaimana aturan-aturan dpat diterapkan pada situasi tertentu? 4. Apakah yang harus dilaakukan pada situasi tertentu?
C. PENDEKATAN-PENDEKATAN ETIKA BISNIS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN Berikut ini beberapa pendekatanyang digunakan dalam pengambilan keputusan yang etis diantaranya adalah: 1.
Pendekatan bermanfaat (utilitarian approach) Pendekatan bermanfaat (utilitarian approach) merupakan pendekatan yang dudukung oleh filsafat abad kesembilan belas ,pendekatan bermanfaat itu sendiri adalah konsep tentang etika bahwa prilaku moral menghasilkan kebaikan terbesar bagi jumlah terbesar.
2.
Pendekatan individualisme Pendekatan individualisme adalah konsep tentang etika bahwa suatu tindakan dianggap pantas ketika tindakan tersebut mengusung kepentingan terbaik jangka panjang seorang indivudu.
3.
Pendekatan yang menyatakan bahwa konsep tentang etika bahwa keputusan yang dengan sangat baik menjaga hak-hak yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
4.
Pendekatan standar moral Pendekatan standar moral untuk analisis dampak stakeholder yang dibangun langsung pada tiga kepentingan mendasar dari stakeholder.
5.
Pendekatan Pastin Pastin menggunakan konsep etika aturan dasar untuk apture gagasan bahwa individu dan organisasi memiliki aturan-aturan dasar atau nilainilai fundamental yang mengatur perilaku mereka atau perilaku yang diinginkan. Jika keputusan dipandang menyinggung nilai-nilai ini, ada kemungkinan bahwa disenchamtment atau relatiation akan terjadi.
D.
1.
2. 3. 4. 5. 6.
FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN Hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional maupun rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan; Setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi; Setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan kepentingan orang lain; Jarang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan; Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan mental ini kemudian harus diubah menjadi tindakan fisik; Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama;
7. Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang baik; 8. Setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui apakah keputusan yang diambil itu betul; dan 9. Setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan berikutnya.
E. FACTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG ETIS Berikut ini merupakan Factor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan yang etis, yaitu: 1. Tahap penilaian (assessment) Tahap ini merupakan suatu tahap penilaian (assessment) dari kapasitas seseorang untuk menimbang nimbang apakah secara moral benar, makin tinggi perkembangan moral seorang berarti makin kurang ketergantungannya pada pengaruh- pengaruh luar sehingga ia akan makin cenderung berperilaku 2. Lingkungan Organisasi Dalam lingkungan organisasional merujuk pada persepsi karyawan mengenai pengharapan (ekspetasi) organisasional. Apakah organisasi itu mendorong dan mendukung perilaku etis dengan meberi ganjaran atau menghalangi perilaku tak-etis dengan memberikan hukuman/sangsi.
3. Tempat kedudukan kendali Tempat kedudukan kendali tidak lepas dengan struktur organisasi, pada umumnya individu-individu yang memiliki moral kuat akan jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mengambil keputusan yang tak-etis, namun jika mereka dikendalai oleh lingkungan organisasi sebagai tempat kedudukannya yang sedikit banyak tidak menyukai pengambilan keputusan etis, ada kemungkinan individuindividu yang telah mempunyai moral yang kuatpun dapat tercemari oleh suatu lingkaungan organisasi sebagai tempat kedudukannya yang mengizinkan atau mendorong praktikpraktik pengambilan keputusan tak-etis.
F. LANGKAH PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG BERETIKA Langkah-langkah untuk mengambil keputusan yang beretika yaitu: 1. Langkah pertama dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab secara etis adalah menentukan faktafakta dalam situasi tersebut, membedakan fakta-fakta dari opini belaka, adalah hal yang sangat penting. 2. Mengidentifikasi fakta dan seluruh kelompok pemangku kepentingan serta kepentingannya yang terpengaruh. 3. Mempertimbangkan alternatif-alternatif yang tersedia juga disebut dengan “imajinasi moral. 4. Merangking pemangku kepentingan dan kepentingannya, mengidentifikasi yang terpenting dan memberikan bobot terhadapnya lebih dari isu yang lain dalam analisis.
5. Mempertimbangkan bagaimana sebuah keputusan dapat memengaruhi para pemegang kepentingan, membandingkan dan mempertimbangkan alternatif-alternatif. 6. Menilai dampak tindakan yang ditawarkan pada masingmasing kepentingan kelompok pemangku kepentingan dengan memperhatikan keberadaan mereka, perlakuan adil, dan hak lainnya, termasuk harapan kebajikan, menggunakan kerangka kerja pertanyaan secara menyeluruh dan meyakinkan bahwa perangkap umum yang dibicarakan kemudian tidak masuk dalam analisis
G. ANALISIS DAMPAK PEMANGKU KEPENTINGAN-PERANGKAT KOMPREHENSIF UNTUK MENILAI KEPUTUSAN DAN TINDAKAN Bagi kebanyakan pengusaha, evaluasi ini sebelumnya didasarkan pada dampak keputusan itu terhadap kepentingan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Biasanya dampak tersebut telah diukur dalam bentuk keuntungan atau kerugian yang timbul, karena laba telah menjadi ukuran tingkat kebaikan yang ingin di maksimalkan oleh para pemegang saham. Berikut ini merupakan hal-hal yang memfokuskan analisis dan pengambilan keputusan pada dimensi etika: 1. Kepentingan dasar pemangku kepentingan harus menjadi lebih baik sebagai akibat dari keputusan tersebut. 2. Keputusan akan menghasilkan distribusi yang adil antara manfaat dan beban. Keputusan seharusnya tidak menyinggung salah satu hak setiap
2. Keputusan akan menghasilkan distribusi yang adil antara manfaat dan beban. 3. Keputusan seharusnya tidak menyinggung salah satu hak setiap pemangku kepentingan, termasuk hak pengambilan keputusan. 4. Perilaku yang dihasilkan harus menunjukkan tugas yang diterima sebaik-baiknya.
http://juprilumbantoruan.blogspot.co.id/2013/10/pendekatan-dalampengambilan-keputusan.html http://www.potretakuntansi.xyz/2015/10/pengambilan-keputusanberetika.html http://www.slideshare.net/levana412y/etika-bisnis-28982556 http://januarsutrisnoyayan.wordpress.com/2008/10/27/apa-itu-etika Anoraga, Pandji, 1998. Psikologi Kerja. Rineka Cipta. Jakarta. Arens, Alvin A., dan J. K. Loebbecke, 1995. Auditing. 6 th Edition. Prentice Hall. Inc. Englewood. Clift. Covey, Stephen R. (1991). The 7 Habbits of Highly Effective People New York: A Fireside Book.Salemba Empat.