KETERLIBATAN DAN PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PENINGKATAN PERAN WANITA KELUARGA SEHAT SEJAHTERA DI KOTA TANGERANG SELATAN–BANTEN
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh: NURUL MUTMAINAH NIM. 1 1 1 0 0 5 2 0 0 0 0 0 3
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/1435 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 14 September 2014
Nurul Mutmainah
ABSTRAK Nurul Mutmainah. 1110052000003. Keterlibatan dan Partisipasi Perempuan dalam Program Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera di Kota Tangerang Selatan – Banten. Di bawah bimbingan Dra. Rini Laili Prihatini, M. Si. Pentingnya keterlibatan dan partisipasi perempuan tercantum dalam perwujudan kesetaraan dan keadilan gender dalam pembangunan di Indonesia yaitu dalam Inpres No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. Sejalan dengan itu upaya peningkatan peran perempuan dalam pembangunan diarahkan pada upaya pengentasan kemiskinan, peningkatan kualitas dan kemandirian, serta kemajuan SDM, mendorong dan meningkatkan peran swadaya masyarakat secara aktif. Salah satu upaya pemerintah bersama masyarakat untuk penanggulangan kemiskinan yaitu melalui program terpadu Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) tujuannya untuk mengembangkan SDM dan mewujudkan keluarga sehat sejahtera dengan perempuan sebagai penggeraknya. Teori gender dan pembangunan merupakan suatu pendekatan terhadap perempuan dalam pembangunan dalam semua aspek kehidupan. Pendekatan ini tidak hanya menekankan pada pertumbuhan ekonomi namun juga pada peningkatan kualitas diri perempuan. Dengan teori ini peneliti mencoba untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana keterlibatan dan partisipasi perempuan pada pelaksanaan pembangunan melalui program terpadu P2WKSS. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan desain deskriptif. Informan dalam penelitian ini terdiri dari lembaga BPMPPKB bidang pemberdayaan perempuan, koordinator P2WKSS serta warga binaan P2WKSS. Adapun teknik pengambilan informan untuk dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik bola salju. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan Teknik Analisis Domain (Domain Analysis) yang digunakan untuk menganalisis gambaran objek penelitian secara umum atau ditingkat permukaan, namun relatif utuh tentang obyek penelitian tersebut atau yang biasa disebut juga dengan eksplorasi. Hasil observasi dan wawancara menunjukan bahwa keterlibatan pada perencanaan program P2WKSS masih belum maksimal, masih kurangnya informasi yang didapatkan oleh warga binaan tentang arti dan tujuan program P2WKSS. Sedangkan untuk partisipasi perempuan pada pelaksanaan pembangunan melalui program P2WKSS sudah terlaksana dengan baik, terlihat dari sudah banyaknya perempuan warga binaan yang berpartisipasi mengikuti kegiatan-kegiatan pelatihan keterampilan, seperti pelatihan keterampilan menjahit, menyulam, tata boga, dan lain-lain. Hal tersebut menimbulkan adanya motivasi dalam diri perempuan untuk lebih maju, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perempuan, meningkatkan peran aktif perempuan, dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi perempuan, sesuai dengan tujuan program terpadu P2WKSS. Kata kunci: Keterlibatan dan Partisipasi Perempuan, serta Program Pembangunan Nasional
i
KATA PENGANTAR Bismillahirahmannirrahiim Alhamdulillah segala puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya. Skripsi ini berjudul “Keterlibatan dan Partisipasi Perempuan dalam Program Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera di Kota Tangerang Selatan – Banten”. Dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan yang ditemui penulis, namun tidak sedikit pula bantuan, perhatian dan dorongan berupa saran dan kritikan hingga terselesaikannya skripsi ini, untuk itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda H. Hilman Azhari dan Ibunda Hj. Nurlaeli, yang senantiasa mendokan penulis agar menjadi anak yang sukses dan berbakti pada kedua orang tua. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga penulis ucapkan pula kepada yang terhormat: 1.
Dekan Fakultas Ilmu Dakwah Ilmu Komunikasi Dr. H. Arief Subhan, MA., Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Suparto, M.Ed. Ph.D., Wakil Dekan II Bidang Administrasi dan Keuangan, Drs. Jumroni, M.Si., Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Dr. H. Sunandar Ibnu Nur, MA.
ii
2.
Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus Dosen Pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, masukan dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3.
Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Drs. Helmi Rustandi, M.Si selaku Dosen Penasehat Akademik, serta segenap Dosen Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dengan tulus dan ikhlas bagi penulis selama ini.
5.
Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB), serta Ibu Hj. Listya Windyarti, MKM, selaku Ketua Sub Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Ibu Drg. Mercy Apriyanti, M.Si selaku Kasubid Pengarusutamaan Gender dan Kualitas Hidup Perempuan, yang telah membantu penulis dalam pemberian informasi dan data pada pelaksanaan penelitian.
6.
Kepala Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN Syarif HidayatullahJakarta Ibu Dr. Sururin., Ibu Miftachur Rosyidah, M.Pd., Ibu Siti Nurul Azkiyah, Ph.D, Ibu Zulfa Indira Wahyuni, M.Psi., Ibu Dr. Fahriany., Pak Alimin Mesra, Mas Ali dan Ka Uspan atas ilmunya di Kelas
iii
Gender, bantuan-bantuan, dukungan serta motivasi yang membangun untuk penulis. 7.
Kakak-kakakku Nadrotun Nufus., M. Pd., Ahmad Khotib, Aminatus Sa’adah., S.S., dan Ismawati., S. Pd., serta adikku Abdul Hamid Alfi. Juga
keponakan-keponakan
tersayang
(Nadya
Safira,
Agnia
Khairunnisa, M. Bintang Fauzi Hasan dan Qisya Aqila) yang selalu memberikan doa, dorongan dan motivasi yang luar biasa bagi penulis. 8.
Ka Ahmad Jauharuddin, M. Psi, terimakasih atas bimbingan, dorongan dan motivasinya yang membangun dan sangat berharga bagi penulis.
9.
Kosan Kece Semanggi 2 Pondok Mawar Kamar 2B (Tri Isniarti Putri dan Nurfajria). Kenangan indah di kosan pasti tidak akan pernah terlupakan, baik suka dan duka pernah kita lalui bersama. Kalian sudah seperti saudara dan sahabat yang tak pernah tergantikan.
10. Temanku Ii Suryani dan Nuraman, terimakasih atas kebaikan dan bantuannya yang sangat berarti sekali bagi penulis. 11. Keluarga BPI 2010 teman-teman seperjuangan (Ali, Islam, Ayu, Janah, Annisa, Haula, Deuis, Sajida, Husein, Haris, Sri, Mela, Fitri, Najmul, Heri, Rif’ah, Putri, St. Nurlaila, Nurul Fatimah, Ria, Amini, Sefti, Yeni, Titi, Arfiana, Icha Choirunisa, Muis, Yudha, Mukhtar, Ridwan, Syarif, Ismail). Beserta kakak-kakak dan adik-adik kelas BPI (Jamal, Rahmi, Yashinta, Ananda Putri, dll). Kebersamaan suka dan duka dengan kalian sungguh sesuatu yang sangat dirindukan. 12. Keluarga LAPMI HMI Cabang Ciputat (Ka Akmal, Ka Khuluk, Ka Icha, Ka BL, Tanto Fadli, Choir, Ahmad Firdaus, M. Thoha, Haeriyah,
iv
Destri Lantika, Putri, Khariroh Maknunah, Faiz, Rahma, Irfan Makruf, Melki, Agita, Ajeng Eka, Rendy, Dara, Deny, Alfa, Zikri, dll). Mengenal kalian sungguh suatu keberuntungan dan kenangan akan kebersamaan di LAPMI tidak akan pernah terlupakan. 13. Keluarga Mahasiswa Cilegon (KMC) Jakarta (Teh Iim, Teh Nisa, Kang Miftah, Umam, Saiful, Sayuti, Anis, dll). Semoga tali shilaturahmi kita tetap terjaga dan semoga kita dapat membangun daerah kita tercinta. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah turut memberikan bantuannya, baik secara moril maupun spiritual. Semoga menjadi amal ibadah dan Allah yang akan membalasnya. Aamiin. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu peneliti mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya. . Ciputat, Agustus 2014
Nurul Mutmainah
v
DAFTAR ISI ABSTRAK ............................................................................................. i KATA PENGANTAR ............................................................................ ii DAFTAR ISI ......................................................................................... vi BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1 A. B. C. D. E.
Latar Belakang Masalah .............................................................. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................... Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... Tinjauan Pustaka ......................................................................... Sistematika Penulisan ..................................................................
1 8 8 9 15
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................ 16 A. Teori Gender ............................................................................... a. Pengertian Sex dan Gender ..................................................... b. Indikator Kesenjangan Gender ................................................ c. Kesetaraan Gender.................................................................. B. Keterlibatan .................................................................................. a. Pengertian Keterlibatan........................................................... b. Aspek Keterlibatan Perempuan ............................................... C. Partisipasi ..................................................................................... a. Pengertian Partisipasi ............................................................. b. Macam-macam Partisipasi ...................................................... D. Perempuan Dalam Pembangunan ................................................. a. Pendekatan Perempuan Dalam Pembangunan ......................... b. Pembangunan Masa Orde Baru ............................................... c. Pembangunan Masa Reformasi ............................................... d. Pemberdayaan Ekonomi Perempuan .......................................
16 16 18 21 28 28 29 32 32 32 35 35 39 41 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................ 47 1. Model Penelitian ......................................................................... 2. Desain Penelitian ......................................................................... 3. Lokasi Penelitian ......................................................................... 4. Subjek dan Objek Penelitian ........................................................ 5. Teknik Pengantar Sampel ............................................................. 6. Teknik Pengambilan Data............................................................. 7. Fokus Analisis ............................................................................. 8. Indikator Fokus Gender ................................................................ 9. Asumsi Peneliti ............................................................................ 10. Teknik Analisis Data ...................................................................
vi
47 48 49 51 51 53 55 56 57 58
BAB IV HASIL DAN ANALISA PENELITIAN ................................. 60 A. Gambaran Umum Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB)........................ 60 1. Profil Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) .................. 60 2. Visi, Misi, Tugas Pokok dan Fungsi........................................ 61 a. Visi dan Misi .................................................................... 61 b. Tugas Pokok dan Fungsi ................................................... 62 3. Program P2WKSS .................................................................. 70 a. Latar Belakang .................................................................. 70 b. Ruang Lingkup ................................................................. 71 c. Landasan Hukum .............................................................. 72 d. Tujuan .............................................................................. 73 e. Kebijakan.......................................................................... 74 f. Jenis Kegiatan ................................................................... 74 4. Profil Lokasi Binaan ............................................................... 77 a. Profil Kelurahan Jombang ................................................. 77 b. Profil Kelurahan Sawah Baru ............................................ 78 B. Hasil Penelitian ............................................................................ 79 1. Program P2WKSS di Kota Tangerang Selatan ........................ 79 2. Program P2WKSS di Lokasi Binaan ....................................... 99 3. Analisis Keterlibatan dan Partisipasi Perempuan pada Program P2WKSS .................................................................. 118 BAB V PENUTUP ................................................................................. 145 A. Kesimpulan ................................................................................. 145 B. Saran ........................................................................................... 146 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 147 LAMPIRAN
vii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Ketimpangan relasi dan peran gender antara laki-laki dan perempuan
terjadi karena adanya aturan, tradisi dan hubungan sosial timbal balik yang menentukan batas antara feminitas dan maskulinitas. Semua ini mengakibatkan adanya pembagian kekuasaan antara perempuan dan laki-laki, yang selanjutnya berimbas dalam kehidupan sosial.1 Dalam kehidupan sosial, berkembang mitos bahwa laki-laki lebih tinggi kedudukannya daripada perempuan karena laki-laki dipandang lebih cerdas, kuat dan tidak emosional. Mitos tersebut mempengaruhi perilaku orang tua dalam mendidik anak. Selain itu penafsiran ayat-ayat agama yang menafsirkan perempuan secara tradisional dan subjektif, serta budaya patriarki yang memandang kekuasaan berada di tangan laki-laki juga menyebabkan kerugian terhadap perempuan.2 Nilai-nilai pembagian kerja yang menekankan bahwa dunia rumah tangga sepenuhnya milik perempuan menyebabkan tugas-tugas perempuan hanya terfokus pada sumur, dapur dan kasur. Kondisi ini menyebabkan kiprah perempuan di dunia publik tertinggal dari laki-laki. Keterlibatan perempuan dalam dunia publik diminimalisir. Peran perempuan hanya sebatas merawat rumah,
1
Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. vii 2 Ibid, h. viii
1
2
sementara dunia publik sepenuhnya milik laki-laki.3 Dominasi laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan menyebabkan perempuan mengalami beragam diskriminasi baik dalam aspek pendidikan, ekonomi, politik, maupun keagamaan. Data BPS tahun 2010 menunjukan angka melek huruf laki-laki adalah 95,65 persen sedangkan perempuan 90,52 persen. Jumlah tersebut menunjukan bahwa jumlah laki-laki yang melek huruf lebih tinggi dibandingkan perempuan. Selain itu, di tahun 2010 rata-rata lama sekolah laki-laki adalah 8,34 tahun sementara perempuan yaitu 7,5 tahun, yang artinya laki-laki menikmati pendidikan lebih lama dibandingkan perempuan.4 Sama halnya dengan kelompok usia tertentu, data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2011 menunjukan bahwa angka melek huruf bagi lakilaki berumur 18 tahun ke atas sekitar 95,31 persen sedangkan perempuan mencapai 89,36 persen pada umur yang sama. Angka melek huruf tersebut lebih rendah bila dibandingkan laki-laki pada umur 18 tahun ke atas (Profil Perempuan Indonesia, 2012:43). Dengan rendahnya tingkat pendidikan perempuan bisa berimplikasi pada rendahnya kapasitas perempuan untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan.5 Pada bulan September 2013, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan) di Indonesia mencapai 28.55 juta orang (11,47 persen), bertambah sebanyak 0,48 juta orang
3 Ida Rosyidah dan Hermawati, Relasi Gender dalam Agama-agama, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013), h. 16. 4 Ibid., h. 16. 5 Ibid., h. 17.
3
dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2013 yang sebanyak 28.07 juta orang (11,37 persen).6 Selama periode Maret-September 2013, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 0,30 juta orang (dari 10,33 juta orang pada Maret 2013 menjadi 10,63 juta orang pada September 2013). Sementara di daerah pedesaan naik sebanyak 0,18 juta orang (dari 17,74 juta orang pada Maret 2013 menjadi 17.92 juta orang pada September 2013). Selama periode MaretSeptember 2013 tersebut, presentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2013 sebesar 8,39 persen, naik menjadi 8,52 persen pada September 2013. Sementara presentase penduduk miskin di daerah pedesaan meningkat dari 14,32 persen pada bulan Maret 2013 menjadi 14,42 persen pada September 2013.7 Keterangan di atas menunjukan bahwa diperlukan adanya pembangunan nasional bagi masyarakat Indonesia. Pembangunan nasional tersebut merupakan serangkaian proses perubahan yang diupayakan pemerintah Indonesia bersama seluruh warga atau masyarakat negara Indonesia, dengan mengharapkan terwujudnya masyarakat Indonesia menuju kualitas hidup yang lebih baik. Pembangunan tersebut harus ditopang oleh seluruh anggota masyarakat, baik pria dan wanita, yang meliputi seluruh bidang kehidupan.8 Sejalan dengan itu upaya peningkatan peran wanita juga diarahkan antara lain pada upaya pengentasan kemiskinan, peningkatan kualitas dan kemandirian serta kemajuan sumberdaya manusia, masyarakat dan bangsa Indonesia, serta
6
BPS Indonesia, “Kemiskinan”, diakses pada tanggal 6 Mei 2014 dari www.bps.go.id Ibid., BPS Indonesia www.bps.go.id. 8 Menteri Negara Urusan Peranan Wanita, Modul Latihan Manajemen dan Kepemimpinan Wanita dalam Pembangunan, Potensi dan Peranan Wanita dalam Pembangunan, (Jakarta: Menteri Negara Urusan Peranan Wanita, 1991), h. 6. 7
4
mendorong dan meningkatkan peran secara aktif dan swadaya seluruh masyarakat.9 Perwujudan kesetaraan dan keadilan gender dalam pembangunan di Indonesia tecantum dalam Inpres No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. Inpres No. 9 Tahun 2000 dengan jelas menginstruksikan pelaksanaan pengarusutamaan gender kedalam seluruh proses pembangunan dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat pusat dan daerah. 10 Indonesia juga telah menyepakati Komitmen Internasional seperti CEDAW (Convention on the Elimination of All Forms of Discriminations Against Women) dan Landasan Aksi Beijing, maka pembangunan
pemberdayaan
perempuan merupakan komitmen nasional yang dijadikan sebagai bagian integral dari pembangunan sumber daya manusia, dimaksudkan untuk meningkatkan status, posisi dan kondisi perempuan agar dapat mencapai kemajuan yang setara dengan laki-laki.11 Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004–2009 mengamanatkan, bahwa untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan perlu dibentuk satu lembaga yang mampu mengemban kebijakan nasional dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender.12
9
Menteri Negara Urusan Peranan Wanita, Peningkatan Peranan Wanita dalam Pembangunan Bangsan Berwawasan Kemitrasejajaran yang Harmonis antara Pria dan Wanita dengan Pendekatan Jender. (Jakarta: Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita, 1996), h. 12. 10 Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, Panduan Pelatihan Regional Pengarusutamaan Gender Di Bidang Kesehatan Reproduksi dan Kependudukan, (Jakarta: Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, 2001), h. 1. 11 Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, “Pedoman P2WKSS”, diakses tanggal 08 Maret 2014 dari http://menegpp.go.id. 12 Ibid., Pedoman P2WKSS. http://menegpp.go.id.
5
Program pemberdayaan perempuan merupakan program lintas bidang, maka diperlukan koordinasi mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan sampai dengan evaluasi. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2005, Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan mempunyai tugas membantu Presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang pemberdayaan perempuan.13 Salah satu upaya pemerintah bersama masyrakat untuk penanggulangan kemiskinan melalui peningkatan peran perempuan dalam pembangunan adalah melalui Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS). Program ini merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia dan sumber daya alam serta lingkungan untuk mewujudkan dan mengembangkan keluarga sehat sejahtera dan bahagia untuk pembangunan masyarakat dengan perempuan sebagai penggeraknya.14 Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah daerah di Kota Tangerang Selatan dalam rangka pembangunan nasional, tercantum pada Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Organisasi Perangkat Daerah Kota Tangerang Selatan15. Melalui PERDA tersebut, maka dibuatlah badan-badan yang berhubungan langsung dengan masyarakat sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah daerah untuk menangani permasalahan sosial kemasyarakatan di Kota Tangerang Selatan.
13
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, “Pedoman P2WKSS”, diakses tanggal 08 Maret 2014 dari http://menegpp.go.id. 14 Ibid, Pedoman P2WKSS, www.menegpp.go.id 15 Faisal Rizal, Kota Tangerang Selatan Out Look 2013 Pencapaian Pembangunan 20112013. (Tangerang Selatan: Smart Ide Indonesia, 2013) h. 63.
6
Pemberdayaan masyarakat tersebut dalam proses perencanaannya dilakukan oleh unit kerja pemerintah atau satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Kota Tangerang Selatan. Dalam kaitannya dengan pemberdayaan perempuan, maka dibuatlah sebuah lembaga yang bernama Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB). BPMPPKB memiliki tiga jenis bidang. Masing-masing mengenai Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Bidang Pemberdayaan Perempuan, dan Bidang Keluarga Berencana.16 Dalam pelaksanaan pemberdayaan tersebut maka dibuatlah daerah-daerah binaan program Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) yang berada di kelurahan-kelurahan Kota Tangerang Selatan. Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) adalah program peningkatan peran perempuan yang mempergunakan pola pendekatan lintas bidang pembangunan, secara terkoordinasi, dengan upaya yang diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga guna mencapai tingkat hidup yang berkualitas.17 Pada tahun 2014 lokasi binaan P2WKSS di Kota Tangerang Selatan bertempat di 14 lokasi yaitu di Kelurahan Cipayung, Serua, Sawah Baru, Cempaka Putih, Pamulang Barat, Pondok Cabe Ilir, Pondok Aren, Jurangmangu Barat, Pondok Betung, Serpong, Jelupang, Kranggan, Muncul, Jombang. Dengan dua prioritas yaitu di Kelurahan Jombang dan Kelurahan Sawah Baru. Lokasi
16
BPMPPKB Kota Tangerang Selatan, “Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana”, diakses pada 16 September 2013 dari http://bpmppkb.tangerangselatankota.go.id 17 Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, “Pedoman P2WKSS”, diakses tanggal 08 Maret 2014 dari http://menegpp.go.id
7
tersebut dipilih berdasarkan daerah termiskin di Kota Tangerang Selatan.18 Perempuan-perempuan yang berada di lokasi binaan P2WKSS tersebut dibina dan diberikan pelatihan-pelatihan, seperti pelatihan edukasi pangan lokal, pelatihan tataboga, pelatihan daur ulang sampah, pelatihan menjahit, menyulam dan lainlain. Dengan dibentuknya Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) Kota Tangerang Selatan tersebut, diharapakan adanya peningkatan produktifitas atau kemandirian yang dilakukan oleh masyarakat Kota Tangerang Selatan khususnya kaum perempuan. Peningkatan peran serta partisipasi perempuan dalam pelaksanaan pembangunan sangat dibutuhkan untuk menanggulangi masalah-masalah sosial seperti kemiskinan, membantu meningkatkan kesejahteraan sosial keluarga dan lain sebagainya. Maka selanjutnya berdasarkan uraian di atas penulis merasa tertarik untuk menulis sebuah karya ilmiah dan menuangkannya ke dalam sebuah skripsi berjudul: “Keterlibatan dan Partisipasi Perempuan dalam Program Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera di Kota Tangerang Selatan - Banten”.
18
Wawancara Pribadi dengan Ibu Hj. Listya Windyarti, MKM., selaku ketua bidang Pemberdayaan Perempuan di BPMPPKB. (Tanggal, 21 Maret 2014).
8
B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Untuk mempermudah penulis agar lebih fokus dalam melakukan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas yaitu: Batasan pada keterlibatan dan partisipasi perempuan dalam program Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) di Kota Tangerang Selatan – Banten, dilihat dari aspek reproduksi, produksi dan kemasyarakatan. Selanjutnya, batasan pada program Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) meliputi program pelatihan menjahit, menyulam,
tataboga,
yang
berhubungan
dengan
pemberdayaan
perempuan. 2. Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Bagaimana keterlibatan dan partisipasi perempuan pada program Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS)? b. Apa indikator keberhasilan dari program Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS)? C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kerterlibatan dan partisipasi perempuan pada pelaksanaan pembangunan melalui Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) di Kota Tangerang Selatan – Banten.
9
b. Untuk mengetahui apa saja indikator keberhasilan dari program Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS). 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian sebagai berikut: a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya teori bimbingan dan penyuluhan serta kajian gender dan pembangunan. b. Sebagai kontribusi yang dapat dijadikan bahan acuan penelitian bagi Universitas dan Prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam. c. Sebagai konstribusi yang dapat dijadikan sebagai bahan acuan tambahan bagi praktisi yang melakukan penelitian masalah pembangunan. d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi tambahan bagi pengambil kebijakan, lembaga atau instansi terkait dalam
upaya
pemberdayaan
perempuan
pada
pelaksanaan
pembangunan. D.
Tinjauan Pustaka Dalam melakukan penyusunan skripsi ini, penulis perlu melakukan
tinjauan pustaka untuk memastikan tidak ada tulisan karya ilmiah yang sama dengan skripsi yang penulis susun. Tinjauan pustaka penulis lakukan di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah-Jakarta, dengan mengambil beberapa referensi skripsi: 1. Skrispsi karya Dhany Permadi, Jurusan Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang diberi judul:
10
“Analisis Perencanaan Kebijakan Sosial Terhadap Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Kota Tangerang Selatan”. Pembahasan dalam skripsi tersebut mengenai perencanaan kebijakan dan program pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat di Kota Tangerang Selatan. Di dalamnya meliputi SKPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas Sosial, Ketenagakerjaan
dan
Transmigrasi
(Dinsosnakertrans),
Badan
Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB), dan Pemerintahan Kota Tangerang Selatan Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kabag Kesra). Kelebihan dari skripsi tersebut yaitu mengungkapkan kebijakankebijakan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di
Kota
Tangerang Selatan. Kekurangan dalam pembahasan skripsi tersebut, penulisnya hanya menguraikan program-program pemerintah daerah (SKPD) Kota Tangerang Selatan serta siapa yang mempengaruhi kebijakan dari program tersebut, tanpa menjelaskan secara rinci pelaksanaan program satuan kerja perangkat daerah (SKPD) bagi masyarakat Kota Tangerang Selatan sendiri. 2. Skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Melalui Wirausaha Daur Ulang Sampah Kering Di Kelurahan Pasar
Minggu”
oleh
Siti
Habibah,
Jurusan
Pengembangan
Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Skripsi
tersebut
membahas
tentang
pemberdayaan ekonomi perempuan yang dilakukan oleh Ibu-ibu
11
Kelompok Lingkungan (I2KL) yang berdomisili di Kelurahan Pasar Minggu, Kecamatan Pasar Minggu. Kegiatan dari pemberdayaan tersebut adalah pengolahan daur ulang sampah dengan cara mengumpulkan sampah yang dibuang oleh warga pada bank sampah, setelah itu dipilah oleh warga dan pemulung berdasarkan jenisnya, lalu dijual kembali kepada warga untuk di daur ulang untuk dijadikan barang kerajinan seperti payung, tas dan lain-lain. Selanjutnya akan dijual kembali pada konsumen seperti perusahaan atau warga setempat. Kelebihan dari skripsi tersebut mengungkapkan adanya: a) Penciptaan lapangan pekerjaan bagi ibu-ibu rumah tangga dengan membuat keterampilan dari bahan-bahan daur ulang sampah. b) Peningkatan penghasilan pada masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kesejahteraan sosial di dalam keluarga maupun di lingkungan sosial. c) Peningkatan pengetahuan dan pemahaman
dalam
menjaga
lingkungan agar terlihat indah, bersih dan rapi. Kekurangan dari skripsi tersebut adalah: a) Kurangnya melibatkan peran serta laki-laki untuk mencapai kemitrasejajaran karna penyelenggara kegiatan tersebut adalah Ibuibu Kelompok Lingkungan (I2KL) yang tergabung dalam ibu-ibu PKK. b) Kurang bervariasinya program pemberdayaan.
12
3. Skripsi yang berjudul “Evaluasi Hasil Program Pemberdayaan Masyarakat
Kelurahan
Terhadap
Pengembangan
Ekonomi
Keluarga Melalui Pelatihan Tata Boga (Pembuatan Kue Kering) Di Kelurahan Manggarai Selatan” oleh Hafiz Kurnia, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi tersebut membahas tentang Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK), PPMK adalah suatu model pembangunan Kelurahan yang menggunakan pendekatan pemberdayaan ditingkat Rukun Warga (RW), dimana masyarakat diberi kepercayaan untuk mengelola dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk merencanakan, melaksanakan dan mengawasi sendiri program pembangunan yang ada di kelurahan masing-masing. Program ini meliputi pembinaan tiga bidang pembangunan, yakni bina ekonomi berupa pinjaman bergulir, bina sosial berupa pelatihan keterampilan masyarakat dan bina fisik lingkungan berupa pembangunan sarana
dan prasarana
yang
bermanfaat bagi masyarakat. Kelebihan dari skripsi tersebut mengungkapkan: a) PPMK merupakan sebuah sistem dan pola proses perubahan yang dikehendaki dan direncanakan secara konseptual untuk memberdayakan masyarakat dalam rangka meningkatkan daya saing anggota masyarakat, meningkatkan peran serta lembaga
13
kemasyarakatan,
meninkatkan
kesetiakawanan
sosial,
kepedulian sosial dan kerja sama antar unsur masyarakat. b) Program
tersebut
dapat
meningkatkan
ekonomi
serta
pendapatan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sosial masyarakat. Kekurangan skripsi tersebut mengungkapkan: a) Bantuan pemberdayaan masyarakat dari Pemerintah DKI langsung diarahkan pada masyarakat (RW) tanpa melalui unit kesatuan atau lembaga SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) milik Pemerintah. b) Program pemberdayaan masih belum variatif. 4. Skripsi
yang
berjudul
“Implementasi
Kebijakan
Menteri
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (Studi Terhadap Tap Meneg KPP&PA No 08/2010 Tentang Pedoman Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Ketenaga Kerjaan dan Ketransmigrasian)”, oleh Endang Tri Santi, Program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi tersebut membahas
tentang
kebijakan
dan
implementasi
Kementrian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP & PA) dalam Perencanaan Dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Ketenaga Kerjaan dan Ketransmigrasian. Kelebihan skripsi tersebut yaitu:
14
a) Membahas tentang teori gender dalam rangka mewujudkan kesetaraan gender. b) Mengungkapkan permasalahan gender. c) Membahas Program Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak
dalam
setiap
periode
Kabinet
dan
Kepemimpinan. d) Membahas tugas Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP & PA) yang berkaitan dengan Pemberdayaan Perempuan. Kekurangan: a) Pada tahap analisis, hanya membahas kebijakan dalam tataran bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian. Berbeda dengan keempat penulis sebelumnya, penulis lebih menfokuskan pada keterlibatan dan partisipasi perempuan pada pelaksanaan pembangunan melalui program terpadu Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) yang merupakan sebuah program peningkatan peran perempuan yang mempergunakan
pola
pendekatan
lintas
bidang
pembangunan,
secara
terkoordinasi. Dalam pelaksanaannya di Kota Tangerang Selatan, dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) sebagai satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Kota Tangerang Selatan. Kajian yang penulis gunakan dalam penelitian tersebut adalah teori gender dan pembangunan (Gender and Development) dengan menggunakan metode kualitatif prespektif gender analisis deskriptif.
15
E.
Sistematika Penulisan Untuk mencapai pembahasan skripsi yang sistematis, penulisannya dibagi
kedalam V BAB yang terdiri dari sub-sub bab, sehingga menjadi kesatuan utuh. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN: Isi dari Bab Pendahuluan ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II
Landasan Teori: Dalam bab ini, penulis membahas tentang teori gender, pengertian keterlibatan, pengertian partisipasi, dan perempuan dalam pembangunan.
BAB III
Metodologi Penelitian: Berisi model penelitian, desain penelitian, lokasi penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik pengantar sampel, fokus analisis, indikator fokus gender subjek, asumsi penelitian, dan teknik analisis data.
BAB IV
Temuan dan Analisa Data yang terdiri dari: a. Gambaran umum lembaga, profil lembaga, sejarah singkat lembaga, struktur, visi misi, program BPMPPKB dan P2WKSS b. Temuan dan Analisa tentang deskripsi masyarakat di lokasi binaan P2WKSS, metode dan materi program P2WKSS, analisis data, temuan lapangan.
BAB V
Penutup: Berisi kesimpulan penelitian dan saran.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
16
BAB II LANDASAN TEORI
A. Teori Gender a. Pengertian Sex dan Gender Kata seks berasal dari bahasa inggris sex, yang berarti jenis kelamin (John M. Echols dan Hassan Shadily, 1983). Pemahaman ini diperjelas dalam kamus lainnya bahwa “sex is the characteristics which distinguish the male from the female”, yakni ciri-ciri yang membedakan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang bersifat biologis. Menurut bahasa, kata gender diartikan sebagai “the grouping of words into masculine, feminine and neuter, according as they are regarded as male, female or without sex”; artinya, gender adalah kelompok kata yang mempunyai sifat maskulin, feminin, atau tanpa keduanya, netral. (Hornby, 1965).1 Di dalam Encyclopedia of Feminism dikatakan untuk seks dan gender bahwa2: Gender is a term for the socially imposed division between the sexes. Whereas sex refers to the biological, anatomical, differences between male and female. Gender refers to the emotional and psychological attributes wich a given culture exspects to coincide with physical maleness or femaleness. Gender adalah sebuah istilah yang menunjukan pembagian peran sosial antara laki-laki dan perempuan dan ini mengacu kepada pemberian ciri emosional dan psikologis yang diharapkan oleh budaya tertentu yang disesuaikan dengan fisik laki-laki dan perempuan. Adapun istilah seks mengacu kepada perbedaan secara biologis dan anatomis antara laki-laki dan perempuan (Tuttle, 1987).
1
Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 53. 2 Ibid., h. 54.
16
17
Mosse (1993) mengemukakan bahwa konsep gender secara mendasar berbeda dari jenis kelamin biologis. Jenis kelamin biologis; laki-laki atau perempuan merupakan pemberian dari Tuhan. Akan tetapi, jalan yang menjadikan maskulin atau feminin adalah gabungan antara blok-blok bangunan biologis dasar dan interpretasi biologis oleh kultur sosial. Gender adalah seperangkat peran yang dimainkan laki-laki dan perempuan agar tampak dari diri mereka dan dilihat oleh orang lain bahwa seseorang itu adalah feminin atau maskulin.3 Perbedaan antara sex dan gender adalah: Sex
Gender
1. Bersifat Kodrati
1. Bukan kodrat
2. Tidak dapat dipertukarkan
2. Dapat dipertukarkan
3. Berlaku sepanjang masa
3. Tergantung musim atau masa
4. Berlaku dimana-mana
4. Tergantung budaya
Arief
Budiman
(1981)
menyebutkan
bahwa
faktor-faktor
yang
mempertahankan pembagian peran atau kerja laki-laki dan perempuan yakni pertama, faktor sosial ekonomi yang didasarkan pada kebutuhan nyata dari sistem masyarakat itu. Kedua, faktor ideologi atau sistem patriarki yang bukan hanya sebuah sistem kepercayaan abstrak belaka akan tetapi didukung oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan yang menyebarkan, mengembangbiakan dan melestarikan.4
3
Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 54. 4 Ibid., h. 58.
18
Ada dua sistem budaya yang selama ini dianggap menyudutkan posisi perempuan di dalam masyakat, yakni budaya patrilinial dan patriarki. Budaya patrilinial adalah budaya di mana masyarakatnya mengikuti garis laki-laki seperti anak bergaris keturunan ayah. Sedangkan patriarki dipahami secara harfiah yang berarti “kekuasaan bapak” (role of the father) atau “patriarkh” (patriarch) yang digunakan untuk menyebut “keluarga yang dikuasai kaum laki-laki”. Secara istilah kata patriarki digunakan untuk menyebutkan kekuasaan laki-laki, hubungan kekuasaan dengan apa laki-laki menguasai perempuan, serta sistem yang membuat perempuan tetap dikuasai melalui bermacam-macam cara (Bashin, 1996).5 Patriarki cendrung pada penerapan pandangan hidup yang didominasi oleh laki-laki (male-dominated), ditentukan oleh laki-laki (male-identified), dan berpusat pada laki-laki (male-centered).
Ciri khas dari budaya tersebut
ditopang dan dilembagakan, sehingga menjadi landasan dan pandangan hidup secara umum (Johnson, 1997).6 b. Indikator Kesenjangan Gender Peran gender (gender role) yang tidak seimbang menyebabkan ketimpangan sosial atau ketidakadilan gender yang bersumber dari perbedaan peran gender antara laki-laki dan perempuan dan ini sangat merugikan posisi perempuan dalam berbagai komunitas sosial. Adanya ketidakadilan gender ini menurut Mansour Faqih (1997) disebabkan oleh perilaku dan perlakuan sosial sebagai berikut7:
5 Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 58. 6 Ibid., h. 60. 7 Ibid., h 73.
19
1. Marginalisasi perempuan Marginalisasi secara umum berarti proses penyingkiran. Alison Scott, seorang ahli sosiologi Inggris melihat berbagai macam bentuk marginalisasi yakni 1). Proses pengucilan, 2). Proses pergeseran perempuan ke pinggiran (margins), 3). Proses feminisasi atau segregasi, pemusatan perempuan pada jenis pekerjaan tertentu (feminisasi pekerjaan), atau pemisahan yang sematamata dilakukan oleh perempuan saja atau laki-laki saja, 4). Proses ketimpangan ekonomi yang mulai meningkat yang merujuk di antaranya perbedaan upah (Saptari dan Holzner, 1997).8 Marginalisasi ini merupakan proses pemiskinan perempuan terutama pada masyarakat lapisan bawah yang sangat memperihatinkan kesejahteraan keluarga mereka. Demikian pula marginalisasi dalam lingkungan keluarga biasa terjadi dilingkungan kita. Misalnya, anak laki-laki memperoleh fasilitas dan kesempatan pendidikan, sedangkan saudara perempuannya tidak.9 2. Subordinasi Subordinasi pada dasarnya adalah keyakinan dianggap lebih penting dan lebih utama dibanding jenis kelamin lainnya. Pandangan yang menempatkan kedudukan dan peran perempuan lebih rendah dari pada laki-laki. Sebuah pandangan yang tidak adil terhadap perempuan dan dasar anggapan bahwa perempuan itu irasional, emosional dan lemah, menyebabkan penempatan
8
Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 73-74. 9 Ibid., h. 74.
20
perempuan dalam peran-peran yang dianggap
kurang penting atau
subordinat. 10 3. Stereotipe perempuan Stereotipe adalah pelabelan terhadap kelompok, suku, bangsa tertentu yang selalu berkonotasi negatif, sehingga sering merugikan dan menimbulkan ketidakadilan. Misalnya label perempuan sebagai ibu rumah tangga (domestik) dan laki-laki sebagai pencari nafkah (publik), perempuan lemah, laki-laki kuat dan lain-lain.11 4. Kekerasan/Violence Salah satu bentuk ketidakadilan gender adalah tindak kekerasan terhadap perempuan, baik yang berbentuk kekerasan fisik maupun psikis. Kekerasan tersebut timbul akibat adanya faktor-faktor di atas, termasuk anggapan bahwa laki-laki pemegang supermasi dan dominasi terhadap berbagai sektor kehidupan.12 5. Beban kerja yang tidak proporsional Pekerjaan domestik yang dibebankan kepada perempuan, menyebabkan posisi perempuan sarat dengan pekerjaan yang beragam, dalam waktu yang tidak terbatas dan dengan beban yang cukup berat. Misalnya; memasak, mencuci, menyetrika, menjaga kebersihan dan kerapihan rumah, mengurus anak dan sebagainya. Pekerjaan domestik yang berat tersebut dilakukan bersama-sama dengan fungsi reproduksi, haid, hamil, melahirkan, menyusui. Belum lagi jika perempuan harus bekerja pada peran publik untuk
10 Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 76. 11 Ibid., h. 76-78. 12 Ibid., h. 78.
21
meningkatkan penghasilan ekonomi keluarga, maka semakin berat beban yang ditanggung.13 c. Kesetaraan Gender Untuk mengikis konstruksi budaya yang tidak berkeadilan gender, tentu saja memahami dahulu konsep kesetaraan. Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan lebih dimaknai dengan berkeadilan, berkeseimbangan dan lahir keharmonisan akibat dari eksistensi kedua belah pihak. 14 Prinsip kesetaraan dan keadilan gender diungkap dalam Profil Gender dan Anak 201-yakni, antara lain: 1) Menghargai hak setiap individu namun mengakui adanya perbedaan (unity and equal in diversity). Hak-hak perempuan dan anak perempuan dijamin dalam Hak-hak Asasi Manusia Universal, 2) Kesamaan tanggung jawab (shared responsibility) antara lakilaki dan perempuan, 3) Kemitraan yang harmonis (harmonious partnership) dalam pengambilan keputusan mulai dari keluarga, 4) Pelaksanaan gender harus bersifat menyeluruh dan terpadu (holistic and integrity), karena itu diperlukan adanya pendekatan yang multidisipliner untuk perubahan sosial, budaya dan ekonomi yang lebih setara gender.15 Kesetaraan dan keadilan gender di Indonesia tecantum dalam Inpres No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional, yang menginstruksikan pelaksanaan pengarusutamaan gender kedalam seluruh
13
Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 80. 14 Ibid., h. 81. 15 Ida Rosyidah dan Hermawati, Pengantar Kajian Gender dalam Agama-Agama, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013), h. 29-30.
22
proses pembangunan. 16 Kesetaraan yang berkeadilan gender adalah kondisi yang dinamis, di mana laki-laki dan perempuan memiliki kesamaan hak, kewajiban, kedudukan, peranan, dan kesempatan yang dilandasi sikap dan perilaku yang saling menghormati, saling menghargai, saling membantu, dan saling mengisi di berbagai sektor.17 Prinsip Kesetaraan Gender dalam Al-Qur’an antara lain: 1. Laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai Hamba. Salah satu tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah kepada Tuhan, sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Al- Zariyat/51: 56.18
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (Q.S Al-Zaariyat/51:56). Dalam kapasitas manusia sebagai hamba, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Keduanya mempunyai potensi dan peluang yang sama dan yang membedakan diantara keduanya adalah ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana yang disebutkan dalam Q.S. AlHujurat/49:1319.
16
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, Panduan Pelatihan Regional Pengarusutamaan Gender Di Bidang Kesehatan Reproduksi dan Kependudukan, (Jakarta: Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, 2001), h. 1. 17 Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 82. 18 Umar, Nasaruddin, DR. MA. Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Paramadina, 2001), h. 248. 19 Ibid., h. 248.
23
“Hai manusia, Kami telah menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersukusuku, supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling takwa”. (Q.S AlHujurat/49: 13). Dalam kapasitas sebagai hamba Allah, laki-laki dan perempuan akan mendapat penghargaan dari Tuhan sesuai dengan kadar pengabdiannya masing-masing, sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Al-Nahl/16: 97.20
“Barangsiapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. Al-Nahl16/: 97). 2. Laki-laki dan perempuan keduanya sebagai khalifah di muka bumi (khalifah fi al-ardl). Maksud dan tujuan penciptaan manusia di muka bumi ini adalah, di samping penciptaan sebagai hamba (a’bid) yang tunduk dan patuh serta mengabdi kepada Allah SWT., juga untuk menjadi khalifah di bumi ditegaskan di dalam Q.S. Al-An’am/6: 16521.
20
Umar, Nasaruddin, DR. MA. Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Paramadina, 2001), h. 249. 21 Ibid., h. 252.
24
“Dan Dialah yang menjadikan kalian penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian kalian atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepada kalian.” (QS 6/Al-An’aam:165). Dalam ayat lain disebutkan dalam Q.S. Al-Baqarah/2: 3022.
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui”. (Q.S. Al-Baqarah/2: 30). Kata khalifah dalam kedua ayat di atas tidak menunjuk kepada salah satu jenis kelamin atau kelompok etnis tertentu. Laki-laki dan perempuan mempunyai fungsi yang sama sebagai khalifah, yang akan mempertanggung jawabkan tugas-tugas kekhalifahannya di bumi, sebagaimana halnya mereka harus bertanggung jawab sebagai hamba Tuhan.
22
Umar, Nasaruddin, DR. MA. Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Paramadina, 2001), h. 253.
25
3. Laki-laki dan perempuan sama-sama menerima perjanjian primordial dari Tuhan. Laki-laki dan perempuan sama-sama mengemban amanah dan menerima perjanjian primordial dengan Tuhan. Seperti diketahui, menjelang seorang anak manusia lahir, ia terlebih dahulu harus menerima perjanjian dengan Tuhannya, sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Al-A’raf/7: 17223.
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anakanak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab: betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (QS 7/Al-A’raaf:172). Menurut Fakhr al-Razi, tidak ada seorang pun anak manusia lahir di muka bumi ini yang tidak berikrar akan keberadaan Tuhan, dan ikrar mereka disaksikan oleh para malaikat. 4. Laki-laki dan perempuan memiliki berpotensi meraih prestasi. Peluang untuk meraih prestasi maksimum tidak ada pembedaan antara laki-laki dan perempuan, ditegaskan secara khusus di dalam empat ayat, yaitu:
23
Umar, Nasaruddin, DR. MA. Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Paramadina, 2001), h. 254.
26
a. Q.S. Ali-Imran/3: 19524
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), “sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orangorang yang beramal di antara kalian, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kalian adalah keturunan bagi sebagian yang lain” (QS 3/Ali Imran:195). b. Q.S. An-Nisa/4:124.25
“Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.” c. QS. an-Nahl/16: 97.26
24 Umar, Nasaruddin, DR. MA. Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Paramadina, 2001), h. 263. 25 Ibid., h. 264. 26 Ibid., h. 264.
27
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” d. QS. 40/Gaafir:40. 27
“Barang siapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barang siapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab.” Ayat-ayat tersebut di atas mengisyaratkan konsep kesetaraan gender yang ideal dan memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik dalam bidang spiritual maupun urusan karier profesional, tidak mesti dikuasai oleh salah satu jenis kelamin saja. Laki-laki dan perempuan memperoleh kesempatan yang sama meraih prestasi optimal. Salah satu obsesi Al-Qur’an ialah terwujudnya keadilan di dalam masyarakat. Keadilan dalam Al-Qur’an mencakup segala segi kehidupan umat manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.28
27
Umar, Nasaruddin, DR. MA. Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Paramadina, 2001), h. 264. 28 Ibid., h. 265.
28
B. Keterlibatan a. Pengertian Keterlibatan Keterlibatan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti keadaan terlibat. Terlibat sendiri berarti adanya keikutsertaan individu atau berperannya sikap ataupun emosi individu dalam situasi tertentu.29 Memperluas penegasan
cakrawala
kondisi
keterlibatan
perempuan
yang
sosial
perempuan
mengalami
merupakan
peningkatan
dalam
masyarakat. Hal tersebut didorong oleh kesadaran mendalam terhadap peran perempuan dalam upaya membangun dan mengembangkan masyarakat.30 Perlunya perluasan cakrawala keterlibatan sosial perempuan, yaitu dengan menggabungkan urgensi keterlibatan politik perempuan ke dalam aspek kehidupan sosial, sehingga tidak hanya membatasinya dalam hal-hal yang berhubungan dengan politik, namun bisa mencakup bidang-bidang yang lebih luas. Artinya, keterlibatan tersebut merambat kepada kehidupan umum dan perhatian terhadap masalah-masalah nasional secara menyeluruh. 31 Keterlibatan perempuan tersebut berarti ikut memberikan solusi bagi masalah-masalah sosial, ekonomi dan politik, juga memperluas peran perempuan di berbagai asosiasi dan organisasi nasional serta berbagai bentuk kerjasama, di samping lembaga-lembaga kemasyarakatan yang lepas dari sisisisi aktivitas politik.32
29
Pusat Bahasa Pendidikan Nasional, KBBI edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h.
668. 30 Dr. Jaber Asfour, Membela Perempuan, Antara Hak, Peran & Tanggung Jawab, (Depok: NOHA Publishing House, 2008), h. 131. 31 Ibid., h. 131. 32 Ibid., h. 131.
29
b. Aspek Keterlibatan Perempuan Moser
framework
menganggap
bahwa
dikebanyakan
masyarakat,
perempuan yang berpendapatan rendah memiliki tiga peran: perempuan mengurusi
kegiatan-kegiatan
reproduktif,
produktif
dan
pengaturan
masyarakat; sedangkan laki-laki terutama mengurusi kegiatan-kegiatan produktif dan politik dalam masyarakat.33 1. Kerja Reproduktif Melibatkan kepedulian dan pelestarian rumah tangga dan keluarganya termasuk melahirkan dan merawat anak-anak, mempersiapkan makanan, mengambil air dan bahan bakar, berbelanja, merawat rumah dan kesehatan keluarga. Kerja reproduktif sangatlah penting bagi kelangsungan hidup manusia dan pelestarian reproduksi angkatan kerja, tetapi hal itu jarang dianggap sebagai “pekerjaan yang benar-benar pekerjaan”. Di masyarakat miskin, pekerjaan reproduktifnya adalah – dibanyak wilayah – kerja kasar yang intensif dan menyita waktu. Hal-hal tersebut hampir selalu menjadi kewajiban para perempuan dan anak-anak perempuan.34 2. Kerja Produktif Melibatkan produksi barang dan jasa untuk dikonsumsi dan diperdagangkan/dijual
(pertanian,
perikanan,
ketenagakerjaan
dan
mempekerjakan diri sendiri). Ketika orang ditanya apa pekerjaan mereka, jawaban yang diberikan paling sering mengacu pada kerja-kerja produktif, terutama pekerjaan yang mendapatkan bayaran dan menghasilkan pendapatan. Baik perempuan maupun laki-laki dapat terlibat dalam 33
Tati Hatima dkk, Analisis Gender. Work shop 13 November – 19 November 2000. (Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2000), h. 19. 34 Ibid., h. 19.
30
kegiatan-kegiatan produktif, tetapi seringkali fungsi dan tanggung jawab mereka berbeda. Pekerjaan produktif perempuan seringkali lebih tidak terlihat dan lebih tidak dihargai dibandingkan pekerjaan produktif lakilaki35. 3. Pekerjaan kemasyarakatan Melibatkan pengorganisasian kegiatan-kegiatan dan tugas-tugas sosial secara bersama: upacara-upacara dan peringatan-peringatan, kegiatankegiatan peningkatan masyarakat, partisipasi dalam kelompok dan organisasi, kegiatan-kegiatan politik lokal dan sebagainya. Jenis pekerjaan ini jarang dipertimbangkan atau dilihat dalam analisis ekonomi suatu masyarakat. Tetapi jenis pekerjaan ini melibatkan jumlah waktu yang cukup besar yang diberikan secara suka rela dan penting bagi perkembangan spiritual dan budaya masyarakat dan merupakan suatu kendaraan untuk pengaturan dan penentuan nasib masyarakat. Baik perempuan maupun laki-laki terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan, meskipun suatu pembagian kerja berdasar gender juga berlaku disana.36 Moser membagi pekerjaan kemasyarakatan menjadi dua jenis pekerjaan yang berbeda.37
35 Tati Hatima dkk, Analisis Gender. Work shop 13 November – 19 November 2000. (Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2000), h. 19. 36 Ibid., h. 20. 37 Ibid., h. 20.
31
a. Pekerjaan pengaturan masyarakat: Kegiatan-kegiatannya ditangani terutama oleh perempuan di tingkat masyarakat, sebagai perluasan dari peran reproduktif mereka untuk menjamin ketersediaan dan pelestarian sumber-sumberdaya konsumsi kolektif yang jarang, seperti air, perawatan kesehatan dan pendidikan. Ini adalah pekerjaan sukarela yang tak dibayar, dijalankan di “waktu senggang”. b. Politik kemasyarakatan Kegiatan-kegiatan ini ditangani terutama oleh laki-laki pada tingkat masyarakat, pengaturan pada tingkat politik formal yang seringkali berada dalam suatu kerangka politik nasional. Pekerjaan seperti ini biasanya dibayar, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui pemberian status atau kekuasaan. Wanita, laki-laki, anak-anak laki-laki dan peremuan sepertinya terlibat dalam ketiga bidang pekerjaan. Laki-laki terlihat lebih sedikit terlibat dalam
pekerjaan
reproduktif.
Dibanyak
masyarakat,
perempuan
mengerjakan hampir semua pekerjaan reproduktif dan banyak pekerjaan produktif.
32
C. Partisipasi a. Pengertian Partisipasi Partisipasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu, perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan; keikutsertaan; peran serta. Sedangkan berpartisipasi yaitu, melakukan partisipasi; berperan serta (dalam suatu kegiatan), ikut serta.38 b. Macam-macam Partisipasi Macam-macam partisipasi menurut Jules, 1996, yaitu 39: 1. Partisipasi manipulatif Adalah suatu kondisi dimana masyarakat atau wakil masyarakat terlibat dalam suatu kegiatan atau lembaga, namun keberadaan mereka terjadi tanpa proses pemilihan dan tidak memiliki kekuatan berupa dukungan warga atau keabsahan. 2. Partisipasi Pasif Adalah suatu kondisi dimana masyarakat diperintah untuk melakukan sesuatu hal yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam kondisi ini keputusan dilakukan searah oleh pemerintah atau administrator kegiatan tanpa memperdulikan pendapat masyarakat. Informasi hanya milik para ahli yang berasal dari luar masyarakat.
38
Pusat Bahasa Pendidikan Nasional, KBBI edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007),
hal. 831. 39 Makalah Pungky Sumadi. Perencanaan Partisipatif. Gender Mainstreaming dalam Perencanaan Partisipatif. Kumpulan Makalah Hasil Workshop Instruktur Gender dalam Rangka Perencanaan Partisipatif di Aceh, (Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005), h. 2-5.
33
3. Partisipasi berdasarkan konsultasi Adalah suatu kondisi dimana masyarakat ikut serta melalui proses konsultasi, atau dengan menjawab pertanyaan yang diajukan. Para ahli (pihak luar) mendefinisikan masalah dan proses pengumpulan informasi, dan dengan demikian mengendalikan analisa masalah. Proses konsultatif seperti ini tidak memungkinkan terjadinya keikutsertaan masyarakat dalam pengambilan keputusan, dan para ahli tidak berkewajiban untuk mengajukan/membela pandangan masyarakat. 4. Partisipasi untuk intensif material Adalah suatu kondisi dimana masyarakat berpartisipasi melalui imbalan berupa makanan, uang atau insentif material lainnya. Warga dapat menyumbangkan lahan dan tenaga dalam suatu kegiatan, namun tidak terlibat dalam proses eksperimen/pembelajaran/pengambilan keputusan. Dalam kondisi ini masyarakat tidak punya kepentingan lagi untuk mempertahankan partisipasi/keahliannya pada saat insentif tersebut tidak lagi tersedia. 5. Partisipasi Fungsional Adalah suatu kondisi dimana pihak luar memandang partisipasi sebagai alat untuk mencapai tujuan proyek, terutama penghematan biaya proyek. Masyarakat berpartisipasi dengan membentuk kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya yang berkaitan dengan tujuan proyek. Keterlibatan masyarakat dapat berbentuk interaktif (timbal balik) dan umumnya melibatkan proses pengambilan keputusan secara bersama, yang cenderung dilakukan setelah arahan keputusan
34
ditentukan oleh ahli dari pihak luar. Ada kemungkinan masyarakat masih terkooptasi demi pencapaian tujuan yang ditentukan oleh pihak luar. 6. Partisipasi Interaktif Adalah suatu kondisi dimana masyarakat ikut serta dalam analisa secara
bersama,
pengembangan
langkah-langkah
kegiatan
dan
pembentukan atau penguatan kelembagaan lokal. Partisipasi dipandang sebagai hak, bukan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Proses ini melibatkan berbagai pendekatan untuk mencari keragaman pandangan, dan menggunakan proses pembelajaran yang sistematis dan terstruktur. Pada saat kelompok masyarakat mengambil alih keputusan lokal akan dimanfaatkan, mereka berkepentingan untuk mempertahankan struktur kelembagaan dan praktek-praktek pelaksanaan pembangunan yang baik. 7. Mobilisasi diri Adalah suatu kondisi dimana masyarakat berpartisipasi dalam berinisiatif secara mandiri untuk melakukan perubahan sistem. Mereka menjalin hubungan dengan pihak luar untuk memperoleh sumber daya dan pendapat teknis yang mereka butuhkan, tetapi tetap memegang kendali atas bagaimana sumber daya itu akan digunakan. Mobilisasi diri dapat berkembang luas jika pemerintah dan LSM memberikan dukungan konstruktif.
35
D. Perempuan dalam Pembangunan Konferensi internasional pertama perempuan, puncak dari Tahun Perempuan Internasional, yang diadakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (1975) di Mexico City, bertajuk “Konferensi Sedunia Tahun Perempuan Internasional” (World Conference of the International Women’s Year), berhasil mengidentifikasikan tiga isu pokok, yaitu: penyetaraan gender dan penghapusan diskriminasi gender, pengintegrasian dan partisipasi penuh kaum perempuan dalam pembangunan, serta peningkatan kontribusi perempuan dalam perdamaian dunia. 40 Partisipasi perempuan dalam pembangunan mensyaratkan restrukturisasi di setiap institusi. Kesetaraan gender hanya bisa diraih melalui perubahan struktural di seluruh institusi masyarakat, termasuk relasi perempuan dan laki-laki dalam ranah privat. Dikotomi ranah publik dan privat adalah pokok analisis cukup signifikan, terutama bila dikaitkan dengan proses pembangunan ekonomi yang dijalankan suatu negara. Negara menyusun dan mengembangkan ideologi gender yang dipakai untuk mendukung dan menjalankan model-model pembangunan ekonomi dan politik. Bila sistem ekonomi dan politik berubah maka peran-peran gender yang selama itu diidealkan akan turut bergeser seiring dengan terjadinya perubahan pada ideologi gender.41 a. Pendekatan Perempuan dalam Pembangunan 1. Pendekatan Antikemiskinan Pendekatan antikemiskinan terhadap perempuan dalam pembangunan lebih mengambil kemiskinan sebagai pangkal tolaknya dan dibangun untuk memperbaiki pendapatan kaum perempuan miskin. Pendekatan ini 40
Liza Hadiz., dkk, Jurnal Perempuan dalam Wacana Politik Orde Baru: pilihan artikel Prisma, (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2004), h. x. 41 Ibid., h. xi-xii.
36
mencerminkan prioritas Bank Dunia ILO maupun “strategi kebutuhan pokok”, dengan tujuan utamanya memenuhi kebutuhan pokok berupa makanan, pakaian, tempat berteduh dan lain-lain. Perempuan yang berpendapatan rendah diidentifikasi sebagai kelompok sasaran khusus, setidaknya bukan dikarenakan peran sentralnya dalam menyediakan kebutuhan pokok ini bagi keluarganya. Pendekatan antikemiskinan menitikberatkan perhatian guna menghasilkan pendapatan bagi perempuan melalui akses yang lebih baik terhadap sumberdaya produktif, seperti tanah dan kredit.42 2. Perempuan dalam Pembangunan (WID) WID (Perempuan dalam Pembangunan) diciptakan pada awal 1970-an oleh Women’s Committee of the Washington DC Chater of the Society for International Development sebagai bagian dari strategi cermat untuk membawa pemikiran baru Boscrup dan lain-lainnya agar menjadi perhatian para pembuat kebijakan di Amerika. WID digunakan sebagai steno bagi pendekatan terhadap isu perempuan dan pembangunan yang sebagian besar di dasarkan pada paradigma modernisasi. Pendekatan WID difokuskan kepada inisiatif seperti pengembangan teknologi yang lebih baik, yang tepat, yang akan meringankan beban kerja perempuan. WID bertujuan untuk benar-benar menekankan sisi produktif kerja dan tenaga perempuan-khususnya penghasil pendapatan- dengan mengabaikan sisi reproduktifnya.43
42
Julia Cleves Mosse, Gender dan Pembangunan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1992), h. 202-203. 43 Ibid., h. 205.
37
3. Pendekatan Efisiensi Pendekatan efisiensi terhadap
perempuan dalam
pembangunan
digambarkan dengan baik oleh Bank Dunia dan ODA Inggris. Kepala unit Women And Development, Barbara Herz menulis sebagai berikut44: “Kami ingin memperlihatkan apa yang sebenarnya bisa dilakukan untuk memasukan perempuan dalam program-program pembangunan dan bagaimana hal itu bisa memberikan sumbangan kepada kinerja ekonomi, mengurangi kemiskinan dan tujuan-tujuan pembangunan lainnya… pendekatan yang lebih operasional, terhadap perempuan dalam pembangunan… pendekatan ini menekankan hasil dalam produktivitas ekonomi yang bisa diperoleh melalui keterlibatan perempuan secara lebih efektif dan menitik beratkan kepada cara-cara praktis untuk melibatkan perempuan dalam operasi-operasi normal di bidang pertanian, pendidikan dan PHN (Primary Health and Nutrition) (Rathgeber, 490).” Pernyataan kebijakan ODA tercatat tahun 1989 dan berbunyi45: “Untuk mencapai perlakuan yang lebih baik bagi perempuan, sekaligus dan pada saat yang sama, merupakan langkah utama menuju kearah penghapusan kemiskinan, perluasan kesempatan sosial dan rangsangan bagi pembangunan ekonomi. Perempuan merupakan bagian yang lebih besar dari kelompok termiskin dari yang miskin. Membantu mereka bisa memberi sumbangan besar guna mengurangi kemiskinan. Perempuan memegang kunci bagi masyarakat yang lebih produktif dan dinamis. Jika mereka sendiri sehat dan berpengetahuan, keterampilan dan kredit, mereka akan lebih produktif secara ekonomis. Selain itu, perempuan memiliki pengaruh dominan terhadap generasi yang akan datang melalui sikap, pendidikan, dan kesehatan mereka. Persamaan dan pertumbuhan ekonomi berjalan bersama. Jika tantangan terhadap keberanian berusaha ini cukup hebat, maka akan menumbuhkan keberhasilan.” Kedua pernyataan ini mengandung satu hal penting: keyakinan bahwa pembangunan hanya akan efisien bila perempuan dilibatkan. Pengakuan bahwa “50 persen sumber daya manusia bagi pembangunan disia-siakan atau tidak dimanfaatkan sepenuhnya”. Oleh karenanya 44
Julia Cleves Mosse, Gender dan Pembangunan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1992),
45
Ibid,. h. 206.
h. 205.
38
pendekatan efisien oleh MOSER dengan cepat diambil sebagai model bagi WAD (Women and Development). Secara historis pendekatan efisiensi muncul dari kemunduran perekonomian dunia sejak pertengahan tahun 1970-an yang berimplikasi bagi perempuan tidak hanya sebagai penghasil keturunan, tetapi juga semakin meningkat menjadi manajer komunitas. 46 Pendekatan efisiensi bekerja pada dua tingkat yang berbeda. Pertama, memastikan efisiensi dalam projek pembangunan menuntut keterlibatan perempuan karena mereka sering lebih efisien dan setia dibanding laki-laki. Kedua, kebijakan pembangunan pada tingkat makro yang dikejar oleh pemerintah, yang didukung oleh organisasi seperti Bank Dunia dan IMF, yang juga menuntut efisiensi dan produktivitas dalam program penyesuaian struktural.47 4. Perempuan dan Pembangunan (WAD) Merupakan satu pendekatan feminis neo-Marxis, yang muncul dalam paruh terakhir 1970-an yang berasal dari suatu kepedulian terhadap keterbatasan teori modernisasi. Bukannya menitik beratkan pada strategi untuk mengintegrasikan perempuan dalam pembangunan, pendekatan ini justru menunjukan bahwa perempuan selalu penting secara ekonomi, dan kerja yang dilakukannya dalam rumah tangga dan komunitasnya sangat mendasar untuk mempertahankan masyarakat mereka. WAD mengakui bahwa laki-laki miskin juga menjadi korban dari proses pembangunan yang mengabaikan mereka, tetapi proses itu cenderung mengelompokkan
46
Julia Cleves Mosse, Gender dan Pembangunan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1992),
47
Ibid., h. 207.
h. 206.
39
perempuan tanpa menganalisis pembagian kelas, ras dan etnis di antara mereka secara memadai.48 5. Pendekatan Pemberdayaan atau Gender dan Pembangunan (GAD) GAD (Gender and Development) merupakan satu-satunya pendekatan terhadap perempuan dalam pembangunan yang melihat semua aspek kehidupan perempuan dan semua kerja yang dilakukan perempuan meliputi kerja produktif, reproduktif, privat dan publik. Pendekatan ini menegaskan bahwa ada nilai lebih dalam pembangunan daripada sekedar pertumbuhan ekonomi. Pemberdayaan lebih terkait dengan pendekatan dari bawah ke atas (bottom-up) ketimbang pendekatan dari atas ke bawah (top-down). Pendekatan ini memahami tujuan pembangunan bagi perempuan dalam pengertian kemandirian dan kekuatan internal, dan sedikit banyak lebih menekankan pada pembuatan undang-undang yang berkenaan dengan kesamaan antara laki-laki dan perempuan ketimbang pemberdayaan perempuan itu sendiri.49 b. Pembangunan Masa Orde Baru Kebijakan pembangunan di Indonesia di awali pada masa Orde Baru dengan menggunakan
teori pembangunan yang
menekankan proses
industrialisasi dan bertumpu pada modernisasi. Rezim Orde Baru memandang perempuan
sebagai
sumberdaya
(resources)
potensial
yang
dapat
dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Konsep tersebut menggambarkan ideologi gender yang dipakai negara, yakni perluasan peran perempuan dari hanya berorientasi rumah tangga dan keluarga (tradisional) ke 48
Julia Cleves Mosse, Gender dan Pembangunan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1992), h. 208-209. 49 Ibid., h. 209-210.
40
bidang lain di luar rumah tangga (modern) yang memberi sumbangan besar pada ekonomi keluarga dan negara tanpa harus menanggalkan peran alamiah sebagai ibu dan istri. Nilai-nilai tradisional dipandang sebagai faktor yang menghambat perempuan untuk ikut berpartisipasi secara optimal; kemajuan diukur berdasarkan partisipasi perempuan dalam proses pembangunan. Model pembangunan ini juga memisahkan secara ketat ranah privat dan ranah publik.50 Orde Baru menjadikan keluarga sebagai unit yang juga menjalankan fungsi reproduksi sosial. Keluarga menjadi lokus utama pelestarian nilai-nilai gender, termasuk pembagian kerja berdasar jenis kelamin dan persiapan tenaga kerja untuk diterjunkan dalam dunia ekonomi. Pembagian kerja dan sosialisasi gender di dalam keluarga tersebut mempengaruhi presepsi masyarakat tentang hal yang pantas atau tidak pantas dikerjakan perempuan dan laki-laki di ranah publik. 51 Dalam catatan Medelina K. Hendytio, data akhir 1990-an menjelang akhir rezim Orde Baru memperlihatkan bahwa segregasi jenis kelamin masih terjadi di berbagai jenis lapangan pekerjaan, khususnya di perkotaan. Kaum perempuan cenderung bekerja di sektor yang memberi upah relatif rendah dan jaminan kerja tidak memadai, peluang mengembangkan karir sangat kecil, dan jam kerja jauh lebih panjang.52 International Labour Organization (ILO) menunjukan bahwa tingkat penghasilan perempuan di sektor manufaktur jauh lebih rendah ketimbang laki-laki pada tahun 1998. Imbalan yang sama untuk
50
Liza Hadiz., dkk, Jurnal Perempuan dalam Wacana Politik Orde Baru: pilihan artikel Prisma, (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2004), h. xiv. 51 Ibid., h. xvi. 52 Ibid., h. xvi.
41
pekerjaan bernilai sama antara laki-laki dan perempuan tampak belum bisa diwujudkan.53 c. Pembangunan Masa Refomasi Pembangunan pada Masa Reformasi berlangsung dari era 1999 sampai dengan sekarang. Memunculkan berbagai kebijakan pembangunan yang mendorong kemitrasejajaran antara laki-laki dan perempuan. Dalam Deklarasi Millenium menggarisbawahi kepentingan absolut untuk pemajuan Hak Asasi Manusia (HAM) bagi semua orang. Delapan target pembangunan millenium (Millenium Development Goals-MDGs) yang harus dicapai pada tahun 2015 meliputi target untuk: menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar
untuk semua,
mendorong
kesetaraan
gender
dan
pemberdayaan perempuan, menurunkan Angka Kematian Bayi, Anak dan Ibu Bersalin, memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan Penyakit Menular lainnya, memastikan kelestarian lingkungan hidup, dan mengembangkan kemitraan global.54 Arah pembangunan Indonesia sudah sejalan dan dapat menjawab tantangan MDGs pada tahun 2015. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Pembangunan Nasional sudah menjawab tantangan Deklarasi Millenium tentang kesetaraan gender. Indonesia juga telah menyepakati Komitmen Internasional seperti CEDAW (Convention on the Elimination of All Forms of Discriminations Against Women) dan Landasan Aksi Beijing, maka pembangunan pemberdayaan
53 Liza Hadiz., dkk, Jurnal Perempuan dalam Wacana Politik Orde Baru: pilihan artikel Prisma, (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2004), h. xvii. 54 Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, “Pedoman P2WKSS”, diakses tanggal 08 Maret 2014 dari http://menegpp.go.id
42
perempuan merupakan komitmen nasional yang dijadikan sebagai bagian integral dari pembangunan sumberdaya manusia, dimaksudkan untuk meningkatkan status, posisi dan kondisi perempuan agar dapat mencapai kemajuan yang setara dengan laki-laki.55 Keberadaan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mencoba mengurangi permasalahan-permasalahan gender yang ada di masyarakat. Beberapa kegiatan utama yang telah dilakukan Kementerian Pemberdayaan Perempuan antara lain: Bidang pendidikan, tujuannya mempercepat pemberantasan
buta aksara perempuan, melalui Gerakan
Nasional Pemberantasan Buta Aksara Perempuan (GN-PBAP) bekerja sama dengan tiga Kementerian, yaitu Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pendidikan Nasional. Bidang Kesehatan, melalui kegiatan kesehatan yang dilakukan antara lain; pembentukan jejaring kerja
dan revitalisasi GSI,
review
model kecamatan
sayang
Ibu,
penyelenggaraan pekan ASI, peningkatan pemberian ASI esklusif, sosialisasi pencegahan penyalahgunaan HIV/AIDS, perlindungan hukum dan pelayanan kesehatan reproduksi, serta peningkatan kepedulian masyarakat dalam pelayanan kesehatan. 56 Bidang Ekonomi, tujuannya untuk menumbuhkan modal kemandirian ekonomi sebagai modal kesetaraan, untuk mewujudkan keadilan gender, antara lain membentuk forum Peningkatan Produktivitas Ekonomi Perempuan (PPEP), pembentukan model desa PRIMA (Perempuan Indonesia Maju Mandiri). Bidang Partisipasi Politik Perempuan, dengan cara meningkatkan 55
Ibid., http://menegpp.go.id Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Potret Pembangunan Pemberdayaan Perempuan Dan Kesejahteraan Serta Perlindungan Anak 2005-2006, (Jakarta: 2006), h. 6-8. 56
43
partisipasi politik perempuan sebagai salah satu upaya strategis untuk memperjuangkan berbagai isu perempuan dan gender melalui penyusunan draf rencana aksi di lembaga pengambilan keputusan, penyusunan strategi keterwakilan perempuan di lembaga legislatif, serta melakukan identifikasi peraturan perundang-undangan politik (UU No 31 Tahun 2002 tentang Parpol, UU No 22 Tahun 2003 tentang susunan dan kedudukan anggota MPR, DPR, DPRD, dan DPD). Bidang Sosial Budaya dan Lingkungan, keberhasilan upaya peningkatan kualitas hidup perempuan dan terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender perlu didukung oleh nilai-nilai sosial budaya serta lingkungan yang kondusif.57 d. Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Menurut
Kartasasmita
(1997),
proses
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat, dapat diterapkan berbagai pendekatan, salah satu diantaranya adalah pemberdayaan masyarakat. Memberdayakan masyarakat adalah upaya memperkuat unsur-unsur keberdayaan itu untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang berada dalam kondisi tidak mampu dengan mengandalkan kekuatannya sendiri sehingga dapat keluar dari perangkap kemiskinan
dan
keterbelakangan,
atau
proses
memampukan
dan
memandirikan masyarakat.58 Human Capital Theory, menekankan bahwa manusia merupakan sumberdaya utama, berperan sebagai subjek baik dalam upaya meningkatkan taraf hidup dirinya maupun dalam melestarikan dan memanfaatkan
57 Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Potret Pembangunan Pemberdayaan Perempuan Dan Kesejahteraan Serta Perlindungan Anak 2005-2006, (Jakarta: 2006), h. 12. 58 Dr. Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan (Perubahan Sosial Melalui Pembelajaran Vocational Skill Pada Keluarga Nelayan), (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 1.
44
lingkungannya. Dalam rangka meningkatkan peran perempuan, maka pemberdayaan perempuan dilakukan melalui peningkatan life skills, sehingga dapat meningkatkan peran dalam kehidupan dan pembangunan melalui peningkatan keterampilan yang bersifat produktif. 59 Menurut SEAFDA dalam buku Manajemen Pemberdayaan Perempuan, menawarkan suatu model pemberdayaan masyarakat yang disebutnya selfpropelling growth concept atau self help. Konsep ini merupakan keswadayaan, yaitu kegiatan menolong diri sendiri sebagai suatu strategi dalam rangka pemberdayaan masyarakat miskin. Kegiatan produktif mereka umumnya tergantung pada kegiatan mikro-ekonomi dengan pemanfaatan potensi sumber daya lokal.60 Jika potensi mereka dapat dikelola secara optimal, baik potensi sosial budaya maupun potensi alam, maka kaum perempuan dapat meningkatkan kesejahteraannya melalui peningkatan pendapatan dari proses peningkatan pengetahuan dan life-skils, baik keterampilan pengolahan, pemasaran maupun keterampilan manajemen hasil usaha atau manajemen keluarga. Sudjana (1995: 59) mengungkapkan hal yang menunjukan terjadinya perubahan dalam pengembangan sumberdaya
perempuan berupa: a)
meningkatnya pengetahuan dan kesadaran tentang peranan perempuan dalam pembentukan SDM yang produktif, b) meningkatnya keterampilan untuk meningkatkan kondisi kesehatan dan kesejahteraan ekonomi keluarga, c) meningkatnya kesadaran mengenai peranan pendidikan dalam peningkatan
59
Dr. Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan (Perubahan Sosial Melalui Pembelajaran Vocational Skill Pada Keluarga Nelayan), (Bandung: Alfabeta, 2007),. h. 7. 60 Ibid., h. 11.
45
kualitas dan produktivitas tenaga kerja, dan d) meningkatnya kesadaran dan kemampuan untuk saling belajar dalam suatu wadah kegiatan belajar.61 Salah satu upaya pemerintah bersama masyarakat untuk penanggulangan kemiskinan melalui peningkatan peran perempuan dalam pembangunan adalah melalui program terpadu Peningkatan Peran Wanita Menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS). Program ini merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan
sumberdaya
manusia
dan
sumberdaya
alam
serta
lingkungan, untuk mewujudkan dan mengembangkan keluarga sehat sejahtera dan bahagia dengan perempuan sebagai penggeraknya. 62 Kementerian
Negara
Pemberdayaan
Perempuan
melalui
forum
Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan (PKPH) telah melakukan koordinasi dalam rangka upaya menyelaraskan program-program yang ada di instansi terkait khususnya dalam peningkatan kualitas hidup perempuan.63 Kehadiran program Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) sebagai program pembangunan masyarakat merupakan peluang yang berharga bagi masyarakat perempuan untuk aktif membangun dirinya sendiri dan lingkungannya dalam upaya untuk mencapai dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Kondisi dan situasi ini memungkinkan mereka melakukan tindakan transformasi
dalam
upaya
pencapaian
kesejahteraan
keluarga
yang
menyangkut dimensi fisik, ekonomi, sosial, moral dan kultural di dalam perannya dalam kegiatan reproduktif, produktif dan kemasyarakatan, mereka 61
Dr. Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan (Perubahan Sosial Melalui Pembelajaran Vocational Skill Pada Keluarga Nelayan), (Bandung: Alfabeta, 2007),. h. 91. 62 Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, “Pedoman P2WKSS”, diakses tanggal 08 Maret 2014 dari http://menegpp.go.id 63 Ibid., “Pedoman P2WKSS”, www.menegpp.go.id
46
mampu mengubah lingkungannya dari lingkungan kehidupan sosial yang positif ke suasana kehidupan bermasyarakat yang aktif, dinamis dan produktif.64
64
Dr. Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan (Perubahan Sosial Melalui Pembelajaran Vocational Skill Pada Keluarga Nelayan), (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 90.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Model Penelitian Model penelitian dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Denzin dan Licoln 1987 menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.1 Sedangkan Bodgan dan Taylor (1975: 5) mendefinisikan
metodologi
kualitatif
sebagai
prosedur
penelitian
yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).2 Metode kualitatif lebih popular sebagai cara untuk menganalisis realitas sosial secara lebih mendalam dibandingkan metode kuantitatif. Alasannya adalah karena data kualitatif dapat dianalisis dengan konsep yang diambil dari lapangan dan bukan dari data skunder. Pengumpulan data dalam metode kualitatif seperti wawancara open-ended dan observasi partisipatif mempunyai kemampuan untuk mempelajari proses, mekanisme dan latar belakang. Metode kualitatif dapat digunakan untuk mempelajari, membuka dan mengerti apa yang terjadi di belakang setiap fenomena yang hanya sedikit diketahui (Strauss & Corbin, 1990).3
1
Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A. Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi, (Bandung: PT. Rosda Karya, 2007), h. 5. 2 Ibid., h. 4. 3 Pusat Studi Wanita, Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita, 2003), hal. 137.
47
48
Pendekatan kualitatif mencoba menerjemahkan pandangan-pandangan dasar interpretif dan fenomenologis antara lain: 1) realitas sosial adalah sesuatu yang subjektif dan diinterpretasikan, bukan sesuatu yang lepas di luar individuindividu; 2) manusia tidak secara sederhana disimpulkan mengikuti hukumhukum alam di luar diri, melainkan menciptakan rangkaian makna menjalani hidupnya; 3) ilmu didasarkan pada pengetahuan sehari-hari, bersifat induktif, idiografis dan tidak bebas nilai, serta 4) penelitian bertujuan untuk memahami kehidupan sosial (Sarantakos, 1993).4 Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif karena penelitian
kualitatif merupakan sebuah metode
yang digunakan untuk
menganalisis realitas sosial secara mendalam. Pada penelitian kualitatif, peneliti memiliki keluwesan dalam menyusun dan menganalisis hasil temuan di lapangan, selain itu, penelitian kualitatif memungkinkan peneliti menggunakan kedekatan emosional dengan yang diteliti agar mempermudah peneliti memperoleh informasi dan mempelajari setiap fenomena yang terjadi. B.
Desain Penelitian Pada penelitian ini, peneliti menggunakan desain deskriptif. Deskriptif
yaitu, metode yang bertujuan untuk membuat gambaran, lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang diteliti. Istilah deskriptif itu menyarankan bahwa penelitian dilakukan sematamata hanya berdasarkan fakta yang ada atau fenomena-fenomena yang secara empiris untuk memecahkan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat 4
E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia, (Jakarta: LPSP3 UI, cet ke 2013), hal. 31.
49
dan lain-lain).5 Dengan kata lain, penelitian deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat untuk mengenal fenomenafenomena, selanjutnya melukiskan secara akurat sifat-sifat dari beberapa fenomena, kelompok atau individu, lalu menentukan frekuensi terjadinya suatu keadaan untuk meminimisasikan bias dan memaksimumkan reliabilitas. 6 Desain deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk mengungkapkan fakta dan fenomena yang terjadi. Peneliti menyampaikan fakta atau fenomenafenomena tersebut melalui teks narasi deskriptif atau kata-kata, dengan tujuan memberikan gambaran tentang kondisi yang terjadi saat ini di lapangan. Pendeskripsian tersebut didasarkan pada data-data atau informasi yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, catatan lapangan dan lain-lain. C.
Lokasi Penelitian Peneliti melakukan penelitian dengan judul Keterlibatan dan Partisipasi
Perempuan dalam Program Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera di Kota Tangerang Selatan-Banten. Peneliti melakukan penelitian tersebut di Kota Tangerang Selatan karena Kota Tangerang Selatan merupakan Kota rintisan, Kota termuda di Provinsi Banten yang lahir tanggal 26 Nopember 2008. Walaupun masih tergolong muda, Kota Tangerang Selatan sangat pro-aktif terhadap pembangunan-pembangunan baik di bidang sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan lain-lain. Pembangunan tersebut merupakan upaya untuk membangun dan mengembangkan masyarakatnya menuju masyarakat yang cerdas, modern dan religius, sesuai dengan slogan Kota Tangerang Selatan.
5
Sandjaja dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian, (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2006), h. 110. 6 Moh. Nazir, Ph.D., Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), cet-ke 8., h. 89.
50
Program Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) merupakan program terpadu dari pemerintah pusat untuk meningkatkan peran perempuan yang mempergunakan pola pendekatan lintas bidang pembangunan, secara terkoordinasi, dengan upaya yang diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga guna mencapai tingkat hidup yang berkualitas. Pada pelaksanaannya di Kota Tangerang Selatan, dilakukan oleh Lembaga Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) selaku Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Tangerang Selatan yang menangani masalah pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana, yang bertempat di: Jl. Raya Serpong Km. 12 BSD City, Kota Tangerang Selatan. Program P2WKSS di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2014 berada di 14 lokasi antara lain di: Kelurahan Cipayung, Kelurahan Serua, Kelurahan Sawah Baru, Kelurahan Cempaka Putih, Kelurahan Pamulang Barat, Kelurahan Pondok Cabe Ilir, Kelurahan Pondok Aren, Kelurahan Jurangmangu Barat, Kelurahan Pondok Betung, Kelurahan Serpong, Kelurahan Jelupang, Kelurahan Kranggan, Kelurahan Muncul, Kelurahan Jombang. Dengan dua lokasi prioritas yaitu di Kelurahan Sawah Baru dan di Kelurahan Jombang.7 Adapun pemilihan titik lokasi binaan sudah melalui proses identifikasi meliputi: 1. Jumlah penduduk termiskin 2. Keterbelakangan pendidikan 3. Masalah kesehatan 7
Wawancara pribadi dengan Ibu Hj. Listya Windyarti, MKM., selaku Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan di BPMPPKB., pada tanggal 21 Maret 2014 di BPMPPKB.
51
4. Masalah ekonomi 5. Keadaan lingkungan. 8 Peneliti akan melakukan penelitian di dua lokasi prioritas, yaitu di Kelurahan Sawah Baru dan Kelurahan Jombang. Waktu penelitian dimulai dari tanggal 21 Maret sampai dengan tanggal 24 Juni 2014. D.
Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah perempuan, perempuan yang dimaksud adalah
perempuan masyarakat Kota Tangerang Selatan yang mengikuti program Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) di Kelurahan Sawah Baru dan Kelurahan Jombang. Penelitian ini melihat bagaimana keterlibatan dan partisipasi perempuan tersebut dalam pelaksanaan program P2WKSS. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah program Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) di Kota Tangerang Selatan, dengan melihat apakah program tersebut sudah berhasil atau belum dalam meningkatkan kesejahteraan perempuan. E.
Teknik Pengantar Sampel Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik bola salju. Dalam teknik ini, pengumpulan data dimulai dari beberapa orang yang memenuhi kriteria untuk dijadikan anggota sampel. Mereka kemudian menjadi sumber informasi tentang orang-orang lain yang juga dapat dijadikan anggota sampel. Orang-orang yang ditunjukan ini kemudian dijadikan anggota sampel dan selanjutnya diminta menunjukan orang lain lagi yang
8
Wawancara pribadi dengan Ibu Hj. Listya Windyarti, MKM., selaku Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan di BPMPPKB., pada tanggal 21 Maret 2014 di BPMPPKB.
52
memenuhi kriteria menjadi anggota sampel. Demikian prosedur ini dilanjutkan sampai jumlah anggota sampel yang diinginkan terpenuhi. 9 Umumya terdapat tiga tahap pemilihan sampel dalam penelitian kualitatif menggunakan teknik bola salju, yakni: a) pemilihan sampel awal, apakah itu informan (untuk diwawancarai) atau situasi sosial (untuk diobservasi) yang terkait dengan fokus penelitian, b) pemilihan sampel lanjutan guna memperluas deskripsi informasi dan melacak variasi informasi yang mungkin ada, dan c) menghentikan pemilihan sampel lanjutan bilamana dianggap sudah tidak ditemukan lagi variasi informasi (sudah terjadi replikasi perolehan informasi).10 Dengan demikian berdasarkan pemilihan informan di atas, peneliti melakukan penelitian dan penggalian informasi pertama pada lembaga BPMPPKB melalui bidang Pemberdayaan Perempuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh peneliti mengenai program P2WKSS dan kelompok binaan P2WKSS di Kota Tangerang Selatan. Kemudian peneliti menganalisis dan mengembangkan informasi atas data yang diberikan oleh lembaga tersebut. Selanjutnya peneliti melanjutkan penggalian informasi kepada subjek sasaran yang akan diteliti yaitu, perempuan masyarakat Kota Tangerang Selatan yang mengikuti program P2WKSS. Peneliti mencari data dan informasi tersebut dengan melakukan observasi dan wawancara secara langsung. Informasi terus dilanjutkan oleh peneliti dalam mengumpulkan data-data untuk dianalisis sampai data dan informasi menurut peneliti sudah mencukupi, sehingga peneliti dapat memberikan kesimpulan 9
Irawan Sohartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), cet ke-enam, h. 63. 10 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), cet ke-8, h. 54.
53
terhadap kajian yang diteliti. Teknik informan sendiri tertuju kepada orang yang dianggap paling mengetahui dan terlibat secara langsung dalam aktivitas dan kegiatan program P2WKSS di Kota Tangerang Selatan. F.
Teknik Pengambilan Data Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi Observasi adalah berusaha untuk memperoleh dan mengumpulkan data
dengan melakukan pengamatan terhadap sesuatu kegiatan secara akurat, serta mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam fenomena tersebut.11 Peneliti melakukan observasi di dua lokasi binaan prioritas program P2WKSS Kota Tangerang Selatan tahun 2014 yaitu, di Kelurahan Sawah Baru dan Kelurahan Jombang. Peneliti mengamati secara langsung bagaimana proses pelaksanaan program P2WKSS di lokasi binaan. Peneliti juga dapat melihat secara langsung bagaimana keadaan dan pola kehidupan masyarakat di lokasi binaan tersebut. 2. Wawancara Mendalam Wawancara mendalam adalah percakapan yang dilakukan secara mendalam yang diarahkan pada masalah tertentu, dengan tujuan tertentu dan dengan bertanya secara langsung kepada sejumlah responden.12 Peneliti melakukan wawancara mendalam pertama kali di lembaga BPMPPKB melalui bidang Pemberdayaan Perempuan untuk menggali data dan informasi mengenai program P2WKSS dan kelompok binaan P2WKSS di Kota 11
Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Edisi Revisi, h. 37. 12 Ibid., h. 38.
54
Tangerang Selatan. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara mendalam pada subjek penelitian yaitu, perempuan-perempuan yang berada di dua lokasi binaan prioritas P2WKSS, serta melakukan wawancara mendalam terhadap pihak-pihak terkait yang dirasa tahu dan terlibat langsung dalam pelaksanaan program P2WKSS. 3. Dokumentasi Peneliti mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai macam data seperti data tertulis, pengambilan foto, data statistik dan data-data di perpustakaan atau instansi terkait lainnya yang dapat dijadikan analisa untuk hasil dalam penelitian ini.13 Peneliti mengumpulkan data dari berbagai macam informasi seperti bukubuku, artikel melalui website, jurnal-jurnal dan data lainnya mengenai program P2WKSS dan pemberdayaan perempuan. Selanjutnya peneliti melakukan observasi dan wawancara di lembaga BPMPPKB di Kota Tangerang Selatan, lalu peneliti melakukan observasi dan wawancara secara langsung pada subjek penelitian. Dalam mendokumentasikan data, peneliti menggunakan seperangkat alat untuk menyimpan dan merekam hasil wawancara dan hasil dari observasi, seperti kamera, recorder, buku cacatan, pena, serta seperangkat alat pendukung lainnya. 4. Catatan Lapangan Catatan yang berisi tentang hal-hal yang diamati, yang oleh peneliti dianggap penting. Catatan lapangan harus dibuat secara lengkap dan deskriptif dengan keterangan tanggal dan waktu, dan menyertakan informasi-informasi 13
Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Edisi Revisi h. 39.
55
dasar seperti dimana observasi dilakukan, siapa saja yang hadir, bagaimana fisik lingkungan, interaksi sosial, aktifitas apa saja yang sedang berlangsung dan lain sebagainya.14 Selain menggunakan alat dokumentasi seperti recorder dan kamera, peneliti juga mencatat atau menulis secara langsung apa yang sedang diamati oleh peneliti dalam kegiatan program P2WKSS. Peneliti mencatat tentang bagaimana kegiatan dilaksanakan, berapa peserta yang hadir, siapa yang memberikan penyuluhan dan lain-lain, agar data dan informasi dalam penelitian semakin terperinci. G.
Fokus Analisis Pada penelitian ini, peneliti melakukan fokus analisis pada: 1. Keterlibatan dan partisipasi perempuan: a. Keterlibatan -
Reproduksi
-
Produksi
-
Kemasyrakatan
b. Partisipasi -
Pendidikan
-
Pelatihan
2. Program Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) meliputi program pemberdayaan perempuan seperti pelatihan menjahit, pelatihan menyulam, pelatihan tataboga, dan lainlain. 14
Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Edisi Revisi., h. 40.
56
H.
Indikator Fokus Gender Indikator masukan adalah indikator yang dapat mengindikasikan
ketersediaan sumberdaya yang tersedia seperti sumberdaya manusia, sumberdaya alam, anggaran yang resposif gender; indikator luaran adalah indikator yang mengindikasikan apakah tujuan mengurangi atau menghapus kesenjangan gender disemua bidang pembangunan telah tercapai atau belum; dan indikator gender hasil adalah indikator yang mengindikasikan apakah tujuan akhir dari pembangunan yang responsif gender yaitu kesetaraan gender telah dicapai atau belum15. 1. Indikator Masukan dalam penelitian ini adalah: a. SDM meliputi; perempuan-perempuan dalam masyarakat binaan program P2WKSS. b. SDA meliputi; seluruh potensi alam yang dapat diakses dalam pelaksanaan program P2WKSS. c. Anggaran meliputi; alokasi dana pada pelaksanaan program P2WKSS di lokasi binaan. 2. Indikator Luaran dalam penelitian ini adalah: a. Adanya
keterlibatan
perempuan
dalam
perencanaan
program
P2WKSS. b. Meningkatnya angka partisipasi perempuan dalam kegiatan P2WKSS. 3. Indikator Gender Hasil dalam penelitian ini adalah: a. Adanya kemitrasejajaran antara laki-laki dan perempuan. b. Meningkatnya kemandirian perempuan. 15
hal. 244.
Pusat Studi Wanita, Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita, 2003),
57
c. Meningkatnya kesejahteraan ekonomi keluarga. I.
Asumsi Peneliti Badan Pemberdayaan Masyarakat,
Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana (BPMPPKB) merupakan salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Tangerang Selatan yang merupakan leading sector dalam program pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat yang bekerjasama dengan SKPD lainnya di Kota Tangerang Selatan. Pemerintah Kota Tangerang Selatan secara rutin terus menggulirkan program terpadu Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) di berbagai lokasi binaan. Program ini merupakan salah satu upaya pemerintah bekerjasama dengan masyarakat untuk menanggulangi masalah kemiskinan melalui peningkatan peran perempuan dalam pembangunan. Program terpadu P2WKSS adalah program peningkatan peran perempuan yang mempergunakan pola pendekatan lintas bidang pembangunan, secara terkoordinasi, untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga guna mencapai tingkat hidup yang berkualitas. Pada tahun 2014 ada 14 titik lokasi binaan program P2WKSS di Kota Tangerang Selatan dengan dua lokasi prioritas yaitu di Kelurahan Sawah Baru dan Kelurahan Jombang. Dengan dilaksanakannya program P2WKSS tersebut, peneliti menduga akan adanya peningkatan kemandirian pada perempuan, peningkatan kualitas hidup, peningkatan kesejahteraan ekonomi keluarga, yang dapat menimbulkan berkurangnya jumlah penduduk miskin di Kota Tangerang Selatan, dan mewujudkan terciptanya kemitrasejajaran antara laki-laki dan perempuan.
58
J.
Teknik Analisis Data Setelah penulis mendapatkan data-data dan informasi yang dibutuhkan,
maka dalam analisisnya teknik yang dilakukan adalah sebagai berikut: Teknik Analisis Domain (Domain Analysis) digunakan untuk menganalisis gambaran objek penelitian secara umum atau ditingkat permukaan, namun relatif utuh tentang obyek penelitian tersebut. Teknik Analisis Domain ini amat terkenal sebagai teknik yang dipakai dalam penelitian yang bertujuan eksplorasi. Artinya, analisis hasil penelitian ini hanya ditargetkan untuk memperoleh gambaran seutuhnya dari objek yang diteliti, tanpa harus diperincikan secara detail unsurunsur yang ada dalam keutuhan obyek penelitian tersebut.16 Sehubungan dengan kemungkinan bervariasinya domain, maka Spradley menyarankan Hubungan Sematik (Sematic Relationship) yang bersifat universal dalam Analisis Domain sebagai berikut17: 1. Jenis (Strict Inclution) 2. Ruang (Spatial) 3. Sebab-Akibat (Cause-Effect) 4. Rasional (Rationale) 5. Lokasi Kegiatan (Location for Action) 6. Cara ke Tujuan (Means-End) 7. Fungsi (Function) 8. Urutan (Sequence) 9. Atribut (Atribution).
16 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), cet ke-8, h. 85. 17 Ibid., h. 86.
59
Dalam hubungan bagaimana peneliti menggunakan Teknik Analisis Domain, maka Spradley membuat enam langkah yang saling berhubungan, sebagai berikut18: 1. Memilih pola hubungan sematik tertentu atas dasar informasi atau fakta yang tersedia dalam catatan harian peneliti di lapangan. 2. Menyiapkan kerja analisis domain. 3. Memilih kesamaan-kesamaan data dari catatan harian peneliti di lapangan. 4. Mencari konsep-konsep induk dan kategori-kategori simbolis dari domain tertentu yang sesuai dengan suatu pola hubungan sematik. 5. Menyusun pertanyaan-pertanyaan struktural untuk masing-masing domain. 6. Membuat daftar keseluruhan domain dari seluruh data yang ada. Teknik Analisis Domain akan peneliti gunakan dalam menganalisis penelitian ini. Dengan menggunakan teknik-teknik di atas, peneliti akan menganalisis objek penelitian untuk memperoleh gambaran seutuhnya dari objek yang diteliti, selanjutnya peneliti dapat memberikan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan buku panduan pedoman penulisan karya ilmiah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta atau CeQDA tahun 2007.
18
Sanapiah Faisal, Penelitian Kualitatif, (Malang: YA3 Malang, 1990), h. 97.
BAB IV HASIL DAN ANALISA PENELITIAN A. Gambaran Umum Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) 1. Profil Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Organisasi Perangkat Daerah Kota Tangerang Selatan, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kota Tangerang Selatan terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Sekretariat Dewan Pengurus KORPRI, Inspektorat, Satuan Polisi Pamong Praja, 7 badan, 13 dinas, 5 kantor, 7 kecamatan, dan 1 Rumah Sakit Umum Daerah. 1 Badan Pemberdayaan Masyarakat,
Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana (BPMPPKB) merupakan salah satu badan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) milik Pemerintah Kota Tangerang Selatan dengan tiga program bidang yaitu, bidang Pemberdayaan Masyarakat, bidang Pemberdayaan Perempuan dan bidang Keluarga Berencana. Tujuan terbentuknya BPMPPKB ini sebagai satuan tugas perlindungan anak, realisasi kota layak anak dan pemberdayaan perempuan di Kota Tangerang Selatan.
1
Faisal Rizal, Kota Tangerang Selatan Out Look 2013. (Tangerang Selatan: Smart Ide Indonesia, 2013), h. 63.
60
61
2. Visi, Misi, Tugas Pokok dan Fungsi BPMPPKB a. Visi dan Misi2 Visi: “Terwujudnya Masyarakat Kota Tangerang Selatan yang Mandiri, Responsif Gender dan Tumbuh Seimbang” Misi: Untuk mewujudkan visi tersebut diatas, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) Kota Tangerang Selatan menetapkan 5 (lima) misi pembangunan masyarakat yang meliputi: a. Mewujudkan
kemandirian
dan
partisipasi
masyarakat
dalam
pembangunan b. Mengembangkan
sumberdaya
ekonomi
masyarakat
melalui
pemanfaatan dan pendayagunaan Teknologi Tepat Guna (TTG) berwawasan lingkungan c. Meningkatkan kualitas hidup perempuan melalui kesetaraan dan keadilan gender d. Mewujudkan kota layak anak e. Mewujudkan pembangunan yang berwawasan kependudukan dan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
2
bpmppkb.tangerangselatankota.go.id., Profil BPMPPKB (Diunduh tanggal 08 maret
2014).
62
b. Tugas Pokok dan Fungsi3 a) Tugas Pokok dan Fungsi Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana adalah: 1. Perencanaan dan perumusan bahan kebijakan program kerja Badan Pemberdayaan Masyarakat,
Pemberdayaan Perempuaan dan
Keluarga Berencana 2. Pelaksanaan persiapan fasilitasi program kerja Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuaan dan Keluarga Berencana 3. Pelaksanaan
kegiatan
bidang
Pemberdayaan
Masyarakat,
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana 4. Pembinaan pelaksanaan pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuaan dan Keluarga Berencana 5. Pengembangan
sitem
informasi
Pemberdayaan
Masyarakat,
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana 6. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian kebijakan program Pemberdayaan Masyarakat,
Pemberdayaan Perempuaan dan
Keluarga Berencana 7. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi atau lembaga lainnya terkait dengan kegiatan bidang Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuaan dan Keluarga Berencana 8. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
3
bpmppkb.tangerangselatankota.go.id., Profil BPMPPKB (Diunduh tanggal 08 maret
2014).
63
b) Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Pemberdayaan Masyarakat 1. Menyusunan rencana program bidang pemberdayaan masyarakat; 2. Merencanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan kebijakan sub bidang Penguatan Kelembagaan dan Partisipasi Masyarakat, sub bidang Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat; 3. Melaksanakan pengumpulan data bahan perumusan kebijakan Sub Bidang Penguatan Kelembagaan dan Partisipasi Masyarakat serta Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat; 4. Melaksanakan
Kegiatan
terkait
Sub
Bidang
Penguatan
Kelembagaan dan Partisipasi Masyarakat serta Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat; 5. Melaksanakan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan Sub Bidang Penguatan Kelembagaan dan Partisipasi Masyarakat serta Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat; 6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai bidang tugasnya. c) Tugas dan Fungsi sub Bidang Penguatan Kelembagaan dan Partisipasi Masyarakat 1. Membuat usulan rencana kerja, kinerja dan anggaran tahunan Sub Bidang Kelembagaan dan Partisipasi Masyarakat; 2. Merencanakan kegiatan pengumpulan data desa dan kelurahan, lembaga
kemasyarakatan,
lembaga
adat,
potensi-potensi
desa/kelurahan, partisipasi masyarakat dan kearifan lokal; 3. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan, penganalisaan data desa/kelurahan, partisipasi masyarakat dan kearifan lokal;
64
4. Melaksanakan
kegiatan
pengembangan
dan
pemberdayaan
lembaga kemasyarakatan, lembaga adat dan pengembangan kehidupan
sosial
budaya
masyarakat,
potensi-potensi
desa/kelurahan, partisipasi masyarakat dan kearifan lokal; 5. Melaksanaan
kegiatan
pelatihan
manajemen
pembangunan
partisipatif masyarakat; 6. Melaksanakan kebijakan standarisasi penyelenggaraan pelatihan berbasis kompetensi dan berbasis masyarakat; 7. Melaksanakan
kegiatan
terkait
Sub
Bidang
Penguatan
Kelembagaan dan Partisipasi Masyarakat; 8. Pembinaan fasilitasi pengolahan data profil desa dan kelurahan; 9. Pelaksanaan penyusunan data bahan profil desa dan kelurahan; 10. Fasilitasi program kegiatan pemberdayaan masyarakat dari pemerintah pusat dan provinsi; 11. Pelaksanaan
Monitoring
dan
evaluasi
kegiatan
penguatan
kelembagaan, peningkatan peran serta masyarakat dalam penataan dan pendayagunaan ruang kawasan perdesaaan/perkotaan; 12. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan Sub Bidang Penguatan Kelembagaan dan Partisipasi Masyarakat; 13. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai bidang tugasnya. d) Tugas dan Masyarakat
Fungsi
Sub
Bidang
Pemberdayaan
Ekonomi
1. Penyusunan usulan rencana kerja, kinerja dan anggaran tahunan Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat;
65
2. Merencanakan kegiatan pengumpulan data ekonomi penduduk miskin, usaha ekonomi keluarga serta produksi pemasaran hasil usaha masyarakat sebagai bahan perumusan kebijakan Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat; 3. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan, penganalisaan data ekonomi penduduk miskin, usaha ekonomi keluarga dan kelompok masyarakat, lembaga keuangan mikro serta produksi pemasaran usaha masyarakat; 4. Melaksanakan
kegiatan
pengembangan
dan
pemberdayaan
ekonomi penduduk miskin, usaha ekonomi keluarga dan kelompok masyarakat, lembaga keuangan mikro serta produksi pemasaran hasil usaha masyarakat; 5. Penyusunan pedoman petunjuk teknis pengawasan Badan Usaha Milik Desa dan Pasar Desa; 6. Melaksanakan kegiatan pengembangan ekonomi masyarakat melalui identifikasi, pengkajian, penerapan, pemanfaatan dan pendayagunaan teknologi tepat guna; 7. Memfasilitasi pelaksanaan gelar teknologi tepat guna; 8. Pelaksanaan pengevaluasian data penyelenggaraan pemberdayaan ekonomi masyarakat; 9. Melaksanakan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan Sub Bidang Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat; 10. Melakukan kerja sama dan koordinasi dengan instansi/lembaga terkait;
66
11. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang tugasnya. e) Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Pemberdayaan Perempuan 1. Menyusun rencana kerja sub bidang; 2. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan pengarusutamaan gender dan kualitas hidup perempuan serta perlindungan perempuan dan anak; 3. Menyiapkan bahan pengolahan data dan informasi gender dan kualitas hidup perempuan; 4. Menyiapkan bahan kebijakan perlindungan perempuan dan anak; 5. Mengelola data dan informasi mengenai pengarusutamaan gender kualitas hidup perempuan serta perlindungan perempuan dan anak; 6. Melaksanakan koordinasi, intergrasi, sinkronisasi dan simplifikasi dalam pelaksanaan tugas; 7. Melaksanakan pembuatan laporan tugas dan fungsinya; 8. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai bidang tugasnya. f) Tugas dan Fungsi sub Bidang Pengarusutamaan Gender dan Kualitas Hidup Perempuan 1. Menyusun rencana kerja sub bidang; 2. Melaksanakan
penyiapan
bahan
perumusan
kebijakan
pengarusutamaan gender dan kualitas hidup perempuan; 3. Melaksanakan koordinasi, fasilitasi dan mediasi pelaksanaan kebijakan Pengarustamaan Gender (PUG) dan kualitas hidup perempuan;
67
4. Melaksanakan koordinasi dan fasilitasi pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan yang responsif gender dan kualitas hidup perempuan; 5. Melaksanakan Fasilitasi pelaksanaan Pengarusutamaan Gender (PUG) meliputi; analisis gender, perencanaan anggaran yang responsif gender, dan pengembangan materi Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) skala kota; 6. Melaksanakan koordinasi pelaksanaan dan fasilitasi sistem informasi gender; 7. Melaksanakan fasilitasi penyediaan dan kompilasi data terpilah menurut jenis kelamin, khusus perempuan skala kota; 8. Melakukan pemanfaatan dan penyebarluasan, pendokumentasian data terpilah, menurut jenis kelamin khusus perempuan; 9. Melaksanakan fasilitasi pelaksanaan pedoman dan pengelolaan pengembangan informasi serta data mikro keluarga; 10. Mengevaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan kegiatan tahunan sub bidang; 11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan fungsi. g) Tugas dan Fungsi sub Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak 1. Menyiapkan bahan rencana kerja tahunan sub bidang; 2. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan perlindungan perempuan dan anak;
68
3. Memfasilitasi pengintegrasian kebijakan perlindungan perempuan dan anak terutama perlindungan terhadap kekerasan, tenaga kerja perempuan, perempuan lanjut usia dan penyandang cacat serta perempuan didaerah yang terkena bencana skala kota; 4. Melakukan
koordinasi
pelaksanaan
kebijakan
perlindungan
perempuan dan anak; 5. Mengembangkan sarana perlindungan perempuan dan anak korban kekerasan; 6. Mengintegrasian hak-hak anak dalam kebijakan dan program pembangunan skala kota; 7. Mengevaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan kegiatan tahunan sub bidang; 8. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan fungsi. h) Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Keluarga Berencana 1. Menyusun rencana kerja sub bidang; 2. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan Keluarga Berencana; 3. Menyiapkan bahan pengolahan data Keluarga Berencana; 4. Menyiapkan bahan kebijakan keluarga berencana; 5. Mengelola data dan informasi mengenai keluarga berencana; 6. Melaksanakan koordinasi, integrasi, singkronisasi dan simplifikasi dalam pelaksanaan tugas; 7. Melaksanakan Monitoring & Evaluasi Keluarga Berencana; 8. Melaksanakan pembuatan laporan tugas dan fungsinya;
69
9. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan. i) Tugas dan Fungsi sub Bidang Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi 1. Menyiapkan bahan rencana kerja tahunan sub bidang; 2. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi; 3. Melakukan koordinasi pelaksanaan kebijakan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi; 4. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan data bidang pelayanan KB dan kesehatan reproduksi; 5. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait bidang pelayanan KB dan kesehatan reproduksi; 6. Pelaksanaan kegiatan terkait bidang pelayanan KB dan kesehatan reproduksi; 7. Melaksanakan Kegiatan Revitalisasi Program Nasional Keluarga Berencana; 8. Pelaksanaan penyusunan jaminan dan pelayanan KB, kesehatan reproduksi remaja dan perlindungan hak-hak reproduksi dan peningkatan partisipasi pria dalam program KB; 9. Mengevaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan kegiatan tahunan sub bidang; 10. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan fungsi.
70
j) Tugas dan Fungsi sub Bidang Informasi, Analisa program dan Ketahanan Keluarga adalah: 1. Menyiapkan bahan rencana kerja tahunan sub bidang; 2. Menyiapkan bahan perumusan analisa program kebijakan dan ketahanan keluarga; 3. Memfasilitasi pengintegrasian kebijakan analisa program dan ketahanan keluarga; 4. Melakukan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait pelaksanaan informasi data ketahanan keluarga dan analisa program; 5. Mengevaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan kegiatan bulanan sub bidang; 6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan fungsi. 3. Program P2WKSS a. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009 mengamanatkan bahwa untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan perlu dibentuk satu lembaga yang mampu mengemban kebijakan nasional dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender, dan anak.4Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2005, Kementerian NegaraPemberdayaan Perempuan mempunyai tugas membantu Presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang pemberdayaan perempuan.5
4
http://menegpp.go.id.,Pedoman P2WKSS (diunduh tanggal 08 Maret 2014)., h. 1. Ibid.,Pedoman P2WKSS (diunduh tanggal 08 Maret 2014)., h. 1.
5
71
Salah satu upaya pemerintah bersama masyarakat untuk penanggulangan kemiskinan melalui peningkatan peran perempuan dalam pembangunan adalah melalui Program Terpadu Peningkatan Peran Wanita menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS). Program ini merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia dan sumber daya alam serta lingkungan untuk mewujudkan dan mengembangkan keluarga sehat sejahtera dengan perempuan sebagai penggeraknya. Sejak mulai dicanangkannya pada tahun 1979, program ini tercantum dalam program kerja di Departemen/LPND, di berbagai departemen dan lembaga non-departemen yang menangani program peningkatan peranan wanita (P2W) dalam pembangunan sesuai dengan bidang, tugas dan fungsi masing-masing, serta peran aktif dari gerakan PKK dengan partisipasi berbagai potensi swasta dan LSM lainnya. 6 b. Ruang lingkup7 1. Sasaran Program Terpadu P2WKSS adalah perempuan dengan tingkat kesejahteraan tergolong rendah atau yang masuk dalam kategori keluarga miskin, keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera Tahap 1, dan menurut hasil pendapatan Badan Pusat Statistik (BPS). 2. Jangkauan Program Terpadu P2WKSS meliputi semua desa atau kelurahan dengan prioritas rawan sosial ekonomi, kesehatan dan pendidikan. 3. Desa atau kelurahan lainnya yang ditetapkan oleh Bupati atau Walikota
setempat,
berdasarkan
atas
asas
kemandirian
keswadayaan. 6
http://menegpp.go.id.,Pedoman P2WKSS (diunduh tanggal 08 Maret 2014)., h. 4. Ibid.,Pedoman P2WKSS (diunduh tanggal 08 Maret 2014)., h. 6.
7
dan
72
c. Landasan Hukum Dalam melaksanakan program terpadu P2WKSS dilandasi dengan peraturan perundang-undangan, sebagai berikut8: 1. Undang-Undang Dasar RI 1945 pasal 28, pasal 33 ayat (1) dan ayat (4); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera; 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan; 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak; 5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga; 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; 9. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights; 10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on Civil and Political Rights; 11. Peraturan Pemerintah RI Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Propinsi sebagai Daerah Otonom;
8
http://menegpp.go.id.,Pedoman P2WKSS (diunduh tanggal 08 Maret 2014)., h. 6.
73
12. Peraturan Presiden RI Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2004-2009; 13. Peraturan Presiden RI Nomor 52 Tahun 2005 tentang Penanggulangan Kemiskinan; 14. Instruksi Presiden RI Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional; 15. Instruksi Presiden RI Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun. d. Tujuan9 1. Tujuan Umum Program Terpadu P2WKSS adalah meningkatkan peran perempuan dalam pembangunan dalam rangka mewujudkan keluarga berkualitas. 2. Tujuan Khusus a) Meningkatkan status kesehatan perempuan. b) Meningkatkan status pendidikan perempuan. c) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perempuan dalam usaha ekonomi produktif. d) Meningkatkan partisipasi perempuan dalam pelestarian lingkungan hidup. e) Meningkatkan peran aktif perempuan dalam pengembangan masyarakat. f) Meningkatkan peran aktif perempuan dalam pemahaman wawasan kebangsaan.
9
http://menegpp.go.id.,Pedoman P2WKSS (diunduh tanggal 08 Maret 2014)., h. 8.
74
e. Kebijakan Kebijakan program terpadu P2WKSS dilaksanakan dengan acuan sebagai berikut10; 1. P2WKSS
dilaksanakan
melalui
pendekatan
lintas
bidang
pembangunan yang terkait dan lintas program secara terintegrasi baik pemerintah Pusat dan Daerah serta partisipasi penuh masyarakat. 2. P2WKSS dilaksanakan dengan memanfaatkan pedoman umum atau petunjuk yang relevan dengan tetap mempertimbangkan potensi dan karakteristik daerah masing-masing. 3. P2WKSS dilaksanakan dengan menggunakan dan mengoptimalkan berbagai sumber daya yang tersedia baik dari pemerintah, dunia usaha, gerakan, LSM dan masyarakat. f. Jenis Kegiatan Program terpadu P2WKSS memiliki tiga kelompok kegiatan yaitu Kelompok Kegiatan Dasar (KKD); Kelompok Kegiatan Lanjutan (KKL); dan Kelompok Kegiatan Pendukung (KKP)11 1. Kelompok Kegiatan Dasar (KKD) KKD merupakan paket kegiatan yang mencakup: a. Pengumpulan data dasar dari masing-masing sektor yang terkait dalam kegiatan P2WKSS b. Penyusunan Rencana Kerja Kelompok c. Kegiatan Penyuluhan; 10
http://menegpp.go.id.,Pedoman P2WKSS (diunduh tanggal 08 Maret 2014)., h. 8. Ibid., Pedoman P2WKSS (diunduh tanggal 08 Maret 2014)., h. 10-12.
11
75
-
Penyuluhan kesehatan dasar dan gizi ibu dan anak, termasuk didalamnya Posyandu;
-
Peningkatan pemasyarakatan Dasa Wisma;
-
Pengelolaan keuangan keluarga dan kewirausahaan;
-
Penyuluhan Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG);
-
Penyuluhan tentang pemenuhan hak dan kesehatan reproduksi termasuk HIV/AIDS;
-
Pemantapan 10 program pokok PKK;
-
Penyuluhan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan;
-
Pemantapan wawasan kebangsaan
d. Percepatan pemberantasan buta aksara; e. Pendidikan karakter dan pekerti bangsa. 2. Kelompok Kegiatan Lanjutan (KKL) a. Pelayanan
Peningkatan
pendapatan
keluarga
antara
lain:
Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K), Kejar Usaha, penumbuhan lingkungan usaha yang kondusif, fasilitasi pembiayaan;
Pemantapan pelayanan kesehatan ibu dan anak, Keluarga Berencana, Bina Keluarga Balita, Kesehatan Reproduksi Remaja, Kesehatan Reproduksi Lansia;
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan oleh berbagai instansi terkait;
Kegiatan 10 Program Pokok PKK.
76
b. Pendampingan
Perluasan kesempatan kerja dan berusaha bagi perempuan untuk meningkatkan penghasilan bagi diri dan keluarganya antara lain usaha Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS), Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K), (P4K), Kelompok Usaha Bersama Ekonomi (KUBE), Pemberdayaan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP).
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan perempuan dalam lingkup pembinaan anak dan remaja, termasuk pelaksanaan Program Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Bina Keluarga Lansia (BKL).
3. Kelompok Kegiatan Pendukung (KKP) KKP adalah kegiatan yang bertujuan menciptakan kondisi lingkungan sosial budaya
serta meningkatkan motivasi membangun dari
masyarakat di desa/kelurahan binaan Program Terpadu P2WKSS khususnya dan meningkatkan peran perempuan dalam pembangunan bangsa secara keseluruhan, meliputi: a. Pemantauan dan Evaluasi b. Kegiatan yang berkelanjutan Pemantapan forum koordinasi dan konsultasi yang telah ada di Propinsi, Kabupaten dan Kota; Kursus atau pelatihan P2WKSS desa/kelurahan;
77
Penyuluhan keluarga bahagia sejahtera di pondok-pondok pesantren putri dan kelompok kerohanian putri lainnya yang ada di wilayah binaan program terpadu P2WKSS; Kegiatan penyuluhan dan pengembangan kesadaran hukum (Kadarkum) bagi perempuan-perempuan di desa atau kelurahan binaan Program Terpadu P2WKSS. c. Tindak lanjut seluruh aktivitas Kelompok Kegiatan. 4. Profil Lokasi Binaan a) Profil Kelurahan Jombang12 Status hukum Kelurahan Jombang melalui PERDA Kabupaten Tangerang No. 3 Tahun 2005. Dengan luas wilayah 356.865 Ha, berbatasan dengan beberapa Kelurahan, sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Perigi atau Kelurahan Pondok Pucung, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Serua, sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Lengkong Gudang, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Sawah Baru. Jumlah penduduk di Kelurahan Jombang yaitu 30.875 jiwa, dengan 9.560 kepala keluarga. Jumlah penduduk laki-laki berjumlah 15.790 jiwa, sedangkan jumlah penduduk perempuan berjumlah 15.085 jiwa, dengan kepadatan penduduk 11,558 jiwa. Di Kelurahan Jombang terdapat berbagaimacam sarana dan prasarana, yaitu 1 Kantor Desa, 13 unit TK/PAUD, 14 unit SD/MI, 6 unit SLTP/SMP, dan 4 Unit SLTA/MA. Sarana ibadah terdapat 18 unit Masjid dan 1 unit Gereja. Sarana kesehatan yang terdapat di Kelurahan Jombang antara lain 1 unit Puskesmas, 18 unit Posyandu, 4 unit Klinik, 5 unit Rumah Bersalin, 2 unit Apotek.Sarana dan 12
Banten.
Profil Kelurahan Jombang Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan Propinsi
78
prasarana transportasi di Kelurahan Jombang antara lain, stasiun kereta Api 1 unit, Terminal 1 unit, Jalan Propinsi 5km, Jalan Desa, 23 km. dengan sarana ekonomi perdagangan 1 unit Pasar dan 12 unit Mini Market. b) Profil Kelurahan Sawah Baru13 Kelurahan Sawah Baru dengan luas wilayah sebesar 298,153 Ha, Kelurahan Sawah Baru berbatasan dengan beberapa wilayah antara lain, sebelah utara berbatasan langsung dengan Kelurahan Pondok Pucung dan Pondok Aren, sebelah selatan berbatasan langsung dengan Kelurahan Serua Indah, sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Jombang dan sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Sawah. Jumlah penduduk di Kelurahan Sawah Baru berjumlah 27.7630 jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga sebesar 6885 kk. Jumlah penduduk lakilaki sebesar 14.110 jiwa sedangkan jumlah penduduk perempuan sebesar 13.620 jiwa. Sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan Sawah Baru meliputi, 1 unit Puskesmas Pembantu, 2 unit Klinik Umum, 3 unit Rumah Bersalin, 5 unit Praktek Dokter, 8 unit Praktek Bidan, dan 20 unit Posyandu. Sarana peribadatan di Kelurahan Sawah Baru yaitu 10 unit Masjid dan 27 unit Mushola. Sarana pendidikan yang ada di Kelurahan Sawah Baru meliputi 8 unit Kelompok Bermain, 10 unit Taman Kanak-kanak, 5 unit SD, 3 unit SMP, dan 3 unit Pondok Pesantren. Sarana pedagangan yang ada di Kelurahan Sawah Baru meliputi, 5 unit Pertokoan/Ruko, 4 unit Swalayan, 5 unit Restoran atau Rumah Makan, dan 160 unit Warung. Sarana jalan yang berada di Kelurahan Sawah Baru antara lain, jalan 13
Profil Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan Propinsi BantenTahun 2012.
79
Negara dengan panjang 1,45 KM, Jalan Provinsi sepanjang 2.03 KM, Jalan Kabupaten 2,6 KM, Jalan Desa 14,84 KM, dan Jalan Pengembang 2,8 KM.
B. Hasil Penelitian Gender dan pembangunan atau Gender and Development (GAD) merupakan satu-satunya pendekatan terhadap perempuan dalam pembangunan yang melihat semua aspek kehidupan perempuan. Pendekatan ini menegaskan bahwa ada nilai lebih dalam pembangunan daripada sekedar pertumbuhan ekonomi, namun juga pada peningkatan peran dan kualitas diri perempuan.14 Salah satu upaya pemerintah bersama masyarakat untuk penanggulangan kemiskinan melalui peningkatan perempuan dalam pembangunan yaitu melalui program terpadu Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS). 1. Program P2WKSS di Kota Tangerang Selatan a. Program Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) merupakan konsep pembangunan terpadu yang melibatkan seluruh unsur pemerintahan, masyarakat dan dunia usaha, seperti diungkapkan oleh ibu Listya bahwa: “Program P2WKSS itu konsep program pembangunan yang melibatkan ah, seluruh partisipasi dari seluruh unsur baik itu pemerintah, masyarakat, maupun dunia usaha, yah jadi kita disana ada keterlibatan dengan menitik beratkan kepada peran perempuan atau kesejahteraan perempuan…”15 Program terpadu P2WKSS merupakan salah satu upaya pemerintah bersama masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan melalui peningkatan peran
14 Julia Cleves Mosse, Gender dan Pembangunan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1992), h. 209-210. 15 Wawancara pribadi dengan ibu Hj. Listya Windyarti, MKM., selaku Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan di BPMPPKB., pada tanggal 21 Maret 2014 di BPMPPKB.
80
perempuan dalam pembangunan. Program ini tercantum dalam program kerja di Departemen/LPND, di berbagai departemen dan lembaga non-departemen yang menangani program peningkatan peranan wanita (P2W) dalam pembangunan sesuai dengan bidang, tugas dan fungsi masing-masing, serta peran aktif dari gerakan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dengan partisipasi berbagai potensi swasta dan LSM lainnya.16 Program P2WKSS di Kota Tangerang Selatan dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Tangerang Selatan yang menangani masalah pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan perempuan dan KB. Program P2WKSS di Kota Tangerang Selatan dilaksanakan atas kerja sama dengan SKPD-SKPD dan beberapa instansi lainnya, mereka membantu program pembangunan di Kota Tangerang Selatan melalui program P2WKSS sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. b. Tujuan dari program P2WKSS yaitu untuk meningkatkan peran perempuan dalam rangka menuju keluarga berkualitas. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Listya yaitu: “…menitik beratkan kepada peran perempuan atau kesejahteraan perempuan, karna kita tahu perempuan itu apalagi ibu rumah tangga ah itu adalah yang paling dekat dengan keluarga, jadi kita harapkan kalau ibu-ibunya itu atau kaum perempuannya itu lebih sehat, lebih, pendidikannya lebih bagus, keterampilannya lebih bagus, dia akan bisa meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Jadi P2WKSS itukan peningkatan peranan wanita menuju keluarga sehat sejahtera, jadi memang kita yang dituju ialah terutama peran perempuannya…”17
16
http://menegpp.go.id. Pedoman P2WKSS (diakses tanggal 08 Maret 2014)., h. 4. Wawancara pribadi dengan ibu Hj. Listya Windyarti, MKM., selaku Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan di BPMPPKB., pada tanggal 21 Maret 2014 di BPMPPKB. 17
81
Tujuan lain dari program P2WKSS yaitu untuk penanggulangan kemiskinan melalui peningkatan ekonomi keluarga, seperti yang disampaikan oleh ibu Mercy bahwa: “…kegiatan-kegiatan yang gunanya tetep untuk percepatan penanggulangan kemiskinan, cuma bagaimana perempuan ini bisa ikut serta gitu heeh melalui ekonomi keluarga, gitu.”18 Tujuan umum dalam program terpadu P2WKSS adalah meningkatkan peran perempuan dalam pembangunan dalam rangka mewujudkan keluarga berkualitas. Sedangkan tujuan khusus dari program terpadu P2WKSS yaitu meningkatkan status kesehatan perempuan, meningkatkan status pendidikan perempuan, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perempuan dalam usaha ekonomi produktif, meningkatkan partisipasi perempuan dalam pelestarian lingkungan hidup, meningkatkan peran aktif perempuan dalam pengembangan masyarakat, serta meningkatkan peran aktif perempuan dalam pemahaman wawasan kebangsaan.19 Tujuan program P2WKSS tersebut sudah sesuai dengan harapan dan citacita masyarakat, bahwa masyarakat ingin hidup sejahtera dengan meningkatkan pengetahuan dan kemandiriannya di berbagai bidang atau aspek kehidupan. Program P2WKSS adalah program pembangunan yang menitik beratkan pada peran perempuan. Diharapkan dengan berperannya perempuan, bertambahnya pengetahuan perempuan, bertambahnya kreatifitas dan kemandirian perempuan, maka akan meningkatkan kesejahteraan keluarga, karena perempuan adalah yang paling dekat dengan keluarga.
18 Wawancara pribadi dengan ibu Drg. Mercy Apriyanti, M.Si., selaku Kasubid Pengarusutamaan Gender dan Kualitas Hidup Perempuan., pada tanggal 5 Juli 2013 di BPMPPKB. 19 http://menegpp.go.id. Pedoman P2WKSS (diakses tanggal 08 Maret 2014)., h. 8.
82
c. Konsep pembangunan terpadu P2WKSS terlaksana atas kerjasama BPMPPKB dengan SKPD-SKPD lainnya yang ada di Kota Tangerang Selatan. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Listya bahwa: “Jadi P2WKSS itukan peningkatan peranan wanita menuju keluarga sehat sejahtera…itu konsep pembangunan yang terpadu, jadi semua program seluruh instansi yang ada di pemkot itu membangun disana.” “Programnya eh program-program yang kita laksanakan disana itu karna kita dari pemerintah kita melibatkan seluruh SKPD yang ada yah jadi bukan hanya disini saja, bukan hanya di bidang PP aja atau BPMPPKB saja tapi semua…”20 BPMPPKB menfasilitasi kegiatan-kegiatan di lokasi binaan P2WKSS dan seluruh SKPD membantu pelaksanaan program pembangunan tersebut di lokasi binaan. Seperti yang disampaikan oleh ibu Mercy bahwa: “…kita badan hanya memfasilitasi kegiatan-kegiatan, di BPMPPKB ini misalnya P2WKSS ya, itukan artinya memfasilitasi pengentasan kemiskinan, nah itu seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada, itu diupayakan untuk membantu pembangunan yang ada di lokasi binaan itu….misalnya dari Bina Marga, jalanan yang ada di lokasi P2WKSS itu di benerin…”21 Program P2WKSS dilaksanakan melalui pendekatan lintas bidang pembangunan yang terkait dan lintas program secara terintegrasi baik Pemerintah Pusat dan Daerah serta partisipasi penuh masyarakat. P2WKSS dilaksanakan dengan menggunakan dan mengoptimalkan berbagai sumber daya yang tersedia baik dari pemerintah, dunia usaha, gerakan, LSM dan masyarakat.22
20
Wawancara pribadi dengan ibu Hj. Listya Windyarti, MKM., selaku Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan di BPMPPKB., pada tanggal 21 Maret 2014 di BPMPPKB. 21 Wawancara pribadi dengan ibu Drg. Mercy Apriyanti, M.Si., selaku Kasubid Pengarusutamaan Gender dan Kualitas Hidup Perempuan., pada tanggal 5 Juli 2013 di BPMPPKB. 22 http://menegpp.go.id. Pedoman P2WKSS (diakses tanggal 08 Maret 2014)., h. 8.
83
Di Kota Tangerang Selatan, program P2WKSS dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat,
Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana (BPMPPKB) selaku Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
yang
menangani
masalah
pemberdayaan
masyarakat,
pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, peneliti mengetahui bahwa program P2WKSS di Kota Tangerang Selatan dilaksanakan dengan adanya kerjasama seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan lembaga non-formal lainnya untuk bersama-sama membangun masyarakat sesuai dengan bidang dan fungsinya masing-masing. d. Tempat atau lokasi binaan program P2WKSS tersebut terlokalisir, lokasinya antaralain yang disebutkan oleh ibu Listya yaitu: “Eh memang kalo Kota Tangerang Selatan ini program P2WKSSnya sudah mulai kita menerapkan di satu lokasi di tahun 2010 itu di kampung Sari Mulya, Kecamatan Setu, terus di tahun 2011 kita di dua lokasi yaitu di, eh 2010 yah 2011 itu di dua lokasi itu di Kelurahan Pondok Jagung Timur dengan Kelurahan Paku Jaya, terus di 2012 itu di Kelurahan Ciater dan Kelurahan Lengkong Gudang Timur atau trus di 2013 kemaren itu di Kelurahan Babakan dan Kelurahan Kranggan, Kecamatan Setu, yah”.23 Pada tahun 2014, lokasi binaan P2WKSS di Kota Tangerang Selatan bertambah menjadi 14 lokasi dengan dua lokasi prioritas yaitu di Kelurahan Jombang dan Kelurahan Sawah Baru, seperti yang disebutkan oleh ibu Listya yaitu: “…2014 kita ada 14 lokasi atau 14 titik ya dengan 2 prioritas, prioritasnya kita di Kelurahan Jombang dan Kelurahan Sawah Baru, itu prioritasnya yang prioritas yah jadi yang lainnya itu ada di Sawah, Sarua, Cipayung, itu untuk Ciputat Timur itu di Cempaka Putih, Pamulang itu Pamulang Barat dengan Pondok 23
Wawancara pribadi dengan ibu Hj. Listya Windyarti, MKM., selaku Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan di BPMPPKB., pada tanggal 21 Maret 2014 di BPMPPKB.
84
Cabe Ilir, Pondok Aren (direkamkan) kemaren itu Jurang Mangu Barat, Pondok Betung Serpong itu di Serpong, Serpong Utara itu di Cilupang, Setu itu di Keranggan dan Muncul”.24 Di setiap Kelurahan di lokasi binaan tersebut kemudian dikerucutkan kembali pada RW dan RT binaan, seperti di dua kelompok binaan prioritas di Kelurahan Jombang dan Kelurahan Sawah Baru yang diungkapkan oleh ibu Listya bahwa: “2014 itu ini lokasinya di RW 04 yah kalo tidak salah RW 04 dengan di RW 02 untuk Jombang di RW 04 untuk Sawah Baru di RW 02. RTnya kalo enggak salah RW-RT 01 juga 1, 2, 3, 4, itu di RW 04 Jombang, kalo di RW 02 Sawah Baru itu di RT 07 yah kalo gak salah yah, RT 02, eh bener RT 7, 5, 4, kalo yang Sawah Baru.”25 Jangkauan P2WKSS tersebut meliputi semua desa atau kelurahan dengan prioritas rawan sosial ekonomi, kesehatan dan pendidikan. Atau desa yang ditetapkan oleh Bupati atau Walikota setempat berdasarkan asas kemandirian dan keswadayaan. 26 Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, terlihat bahwa jangkauan program P2WKSS tersebut memang masyarakat dengan prioritas rawan sosial, ekonomi dan kesehatan. Pelaksanaan program P2WKSS di Kota Tangerang Selatan berpindahpindah dari Kelurahan satu ke Kelurahan lainnya. Kelompok binaan P2WKSS juga semakin bertambah dari tahun ke tahun. Hal tersebut terjadi dikarenakan program P2WKSS dapat diterima dan memberikan out put atau dampak positif bagi masyarakat, khususnya masyarakat Kota Tangerang Selatan.
24
Ibid., Wawancara dengan ibu Hj. Listya., pada tanggal 21 Maret 2014 di BPMPPKB. Wawancara pribadi dengan ibu Hj. Listya Windyarti, MKM., selaku Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan di BPMPPKB., pada tanggal 21 Maret 2014 di BPMPPKB. 26 http://menegpp.go.id. Pedoman P2WKSS (diakses tanggal 08 Maret 2014)., h. 6. 25
85
e. Pemilihan lokasi binaan P2WKSS dipilih berdasarkan pada lokasi atau daerah termiskin di Kota Tangerang Selatan, seperti yang disebutkan oleh ibu Mercy bahwa: “…P2WKSS jadi Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) lokasinya itu kita pilih kita pilih berdasarkan daerah mana yang termiskin di Tangsel…”27 Sedangkan ibu Listya menyatakan bahwa lokasi kelompok binaan P2WKSS tersebut dipilih berdasarkan jumlah penduduk miskin, keterbelakangan pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan lebih rendah dibandingkan dengan wilayah lain di Kota Tangerang Selatan: “Nah pemilihannya kita menitik me..milih lokasi tempat P2WKSS adalah lokasi yang jelas karna jumlah penduduk miskinnya, ah banyak jadi satu dari jumlah penduduk miskin, dua dari ah pendidikan ah keterbelakangan pendidikan dibandingkan dengan wilayah lain yah di Tangerang Selatan tentunya, jadi perbandingannya enggak ke wilayah lain tapi ke wilayah Kota Tangerang Selatan, trus dari pendidikan, kesehatan, ekonomi, lingkungan, itu yang kita pilih untuk menentukan lokasi-lokasi ini.”28 Jangkauan P2WKSS tersebut meliputi semua desa atau kelurahan dengan prioritas rawan sosial ekonomi, kesehatan dan pendidikan. Atau desa yang ditetapkan oleh Bupati atau Walikota setempat berdasarkan asas kemandirian dan keswadayaan. Sasaran Program Terpadu P2WKSS adalah perempuan dengan tingkat kesejahteraan tergolong rendah atau yang masuk dalam kategori keluarga miskin, keluarga Pra-Sejahtera dan
27
Wawancara pribadi dengan ibu Drg. Mercy Apriyanti, M.Si., selaku Kasubid Pengarusutamaan Gender dan Kualitas Hidup Perempuan., pada tanggal 5 Juli 2013 di BPMPPKB. 28 Wawancara pribadi dengan ibu Hj. Listya Windyarti, MKM., selaku Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan di BPMPPKB., pada tanggal 21 Maret 2014 di BPMPPKB.
86
Keluarga Sejahtera Tahap 1, dan menurut hasil pendapatan Badan Pusat Statistik (BPS).29 Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di lokasi binaan P2WKSS di Kota Tangerang Selatan, di dua lokasi prioritas yaitu di Kelurahan Jombang dan Kelurahan Sawah Baru, terlihat bahwa sasaran dari program terpadu P2WKSS ini memang masyarakat yang terbelakang, masyarakat yang berlatarbelakang pendidikan rendah, berpendapatan ekonomi rendah, juga lingkungan sosial yang tidak memadai. Maka, dengan adanya program pembangunan terpadu P2WKSS ini diharapkan dapat membantu masyarakat menuju kualitas hidup yang lebih baik. f. Proses kegiatan dalam program P2WKSS dimulai dengan mencari data atau mengidentifikasi masalah di kelompok binaan, setelah itu diadakan rembug desa atau rembug kelurahan. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Listya antaralain: “Kegiatan yang dilaksanakan disana pertama adalah kita mencari dulu data atau bahasa kami itu mengidentifikasi permasalahan yang ada, dari berbagai bidang tadi yah kita cari eh itu sudah by name by adres misalkan nama nurul, alamat misalnya di RT 01 RW sekian nah gitu sudah sampai ke arah sana. Yah itu, itu pertama identifikasi permasalahan, nah jadi kita tau persis apa-apa saja yang ada masalah disana…”30 Program kegiatan P2WKSS di atas merupakan Kelompok Kegiatan Dasar (KKD) yaitu, kegiatan yang mencangkup pengumpulan data dasar dari masing-masing sektor yang terkait dalam kegiatan P2WKSS, Penyusunan Rencana Kerja Kelompok dan Kegiatan Penyuluhan.31
29
http://menegpp.go.id. Pedoman P2WKSS (diakses tanggal 08 Maret 2014)., h. 6. Wawancara pribadi dengan ibu Hj. Listya Windyarti, MKM., selaku Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan di BPMPPKB., pada tanggal 21 Maret 2014 di BPMPPKB. 31 http://menegpp.go.id. Pedoman P2WKSS (diakses tanggal 08 Maret 2014)., h. 10. 30
87
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, peneliti melihat bahwa kegiatan awal P2WKSS dimulai dari analisis data dasar atau identifikasi masalah. Dimulai dari pengumpulan data KK (Kartu Keluarga) warga binaan yaitu, 100 KK binaan yang akan dibina dan mendapatkan pelatihan keterampilan melalui program P2WKSS. Pada tahap selanjutnya yaitu diadakan rembug desa atau rembug Kelurahan, seperti yang disampaikan oleh ibu Listya bahwa: “Pertama tadi awali yah setelah identifikasi itu sudah melibatkan masyarakat, jadi kita ah, ketok pintu ke Kecamatan, Kelurahan, mengumpulkan kader-kadernya mereka, yah dan nanti juga kita lanjutkan dengan mereka memfasilitasi mereka untuk bisa rembug desa, rembug kelurahan yah kalo kita jadi biar warga membiasakan untuk eh agar berbicara bersama walaupun kita sudah ada musrembang nah ini khusus untuk P2WKSS nanti kita akan coba begitu, jadi kita lebih mendekatkan mereka, itu kegiatan awalnya nanti baru kita tentukan kebutuhan-kebutuhan keterampilan apa yang mereka butuhkan, nah itu.”32 Setelah melakukan kegiatan identifikasi, maka selanjutnya melakukan kegiatan rembug desa atau rembug kelurahan. Kegiatan tersebut terlaksana atas kerjasama BPMPPKB dengan masyarakat binaan, kader-kader PKK, RT, RW, Kelurahan, Kecamatan serta instansi lainnya. Kegiatan rembug desa tersebut gunanya sebagai tahap perencanaan kegiatan dan untuk mengetahui kebutuhan apa saja yang diperlukan oleh masyarakat kelompok binaan P2WKSS. Setelah diadakan rembug warga atau rembug kelurahan maka selanjutnya diadakan penyuluhan dan pelatihan-pelatihan keterampilan, seperti yang sampaikan oleh ibu Mercy bahwa proses kegiatan dalam program P2WKSS selanjutnya yaitu: 32
Wawancara pribadi dengan ibu Hj. Listya Windyarti, MKM., selaku Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan di BPMPPKB., pada tanggal 21 Maret 2014 di BPMPPKB.
88
“Nah perempuan-perempuan di lokasi binaan itu eh kita adakan pelatihan, pelatihannya kita adakan pelatihan edukasi pangan lokal, jadi eh mereka eh di ajarin untuk bisa mengolah pangan dari bahanbahan lokal misalnya, tepung ganyong, irul, timpul, dan lain-lain itu.”33 Kegiatan selanjutnya dalam program P2WKSS yaitu kegiatan penyuluhan dan pelatihan keterampilan. Kegiatan tersebut merupakan Kelompok Kegiatan Lanjutan (KKL), diantaranya pelayanan, peningkatan pengetahuan dan keterampilan oleh berbagai instansi terkait.34 Kegiatan yang dilakukan
yaitu
mengadakan pelatihan-pelatihan keterampilan seperti
pelatihan ketahanan pangan, pelatihan menjahit, pelatihan menyulam, pelatihan tata boga, pelatihan tata rias pengantin dan lain sebagainya. Dan ada pula kegiatan penyuluhan-penyuluhan, seperti penyuluhan tentang Gerakan Sayang Ibu (GSI), penyuluhan tentang Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), penyuluhan BPJS dan lain-lain. Pelatihan dan penyuluhan tersebut dilaksanakan oleh SKPD atau instansi terkait yang membidangi tugas dan fungsi kegiatan. Misalnya, penyuluhan PHBS, BPJS dilakukan oleh Dinas Kesehatan. g. Macam-macam program P2WKSS yang dilaksanakan di Kota Tangerang Selatan antara lain merenovasi rumah atau bedah rumah, perbaikan sanitasi lingkungan, perbaikan fasilitas sosial seperti posyandu, paud dll, seperti yang disebutkan oleh ibu Listya sebagai berikut: “…pertama adalah kita ah merenovasi atau ya eh merehab untuk rumah tidak layak huni menjadi rumah yang layak huni, yah, terus untuk perbaikan sanitasi lingkungan, terus perbaikan mck, yah mck ah 33 Wawancara pribadi dengan ibu Drg. Mercy Apriyanti, M.Si., selaku Kasubid Pengarusutamaan Gender dan Kualitas Hidup Perempuan., pada tanggal 5 Juli 2013 di BPMPPKB. 34 http://menegpp.go.id. Pedoman P2WKSS (diakses tanggal 08 Maret 2014)., h. 11.
89
terus jalan lingkungan, trus sarana prasarana, ah fasilitas sosial, yah kayak posiandu, paud gitu, itu yang fasilitas-fasilitas sosial, ini kita bantu perbaiki, dan juga kita lengkapi sarana prasarananya yah, terus juga kebersihan lingkungan,….peningkatan kegiatan posyandu, ah bina keluarga balita, bina keluarga remaja, bina keluarga lansia, terus paudnya, mungkin nanti forum anak…terus eh apa peningkatan kesehatan, terus KB,….. terus apalagi yah, untuk ah untuk sarana bermain eh sarana olahraga, yah disini kita kan perbaiki, yah kita akan perbaiki, ah fasilitasnya yang ada….”35 Kegiatan tersebut mendasar pada Kelompok Kegiatan Lanjutan (KKL) yaitu pelayanan fasilitasi pembiayaan. 36 Renovasi atau Merehab rumah dilaksanakan oleh Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air. Selain itu Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air juga melakukan perbaikan jalan lingkungan, sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD. Selanjutnya untuk kegiatan KKL pada pemantapan pelayanan kesehatan ibu dan anak, Keluarga Berencana, Bina Keluarga Balita, Kesehatan Reproduksi Remaja dan Kesehatan Reproduksi Lansia. Dilaksanakan dengan melengkapi sarana dan prasarana fasilitas sosial seperti posyandu, posbindu, paud dan lain-lain, jika belum ada, maka akan dibentuk dan dibuat kepegurusannya. Selanjutnya untuk kegiatan pendidikan, seperti yang disampaikan oleh ibu Listya bahwa: “….pendidikan nah, pendidikan kita adakan tidak ada lagi yang usia sekolah itu tidak bisa membaca…sekolah kita kan gratis kalo yang di negeri yah, SD sampai SMA gratis ah nanti mungkin bagaimana memotivasi mereka agar anak-anaknya bisa sekolah, mau sekolah dan bisa sekolah, yah itu pendidikan….”37
35
Wawancara pribadi dengan ibu Hj. Listya Windyarti, MKM., selaku Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan di BPMPPKB., pada tanggal 21 Maret 2014 di BPMPPKB. 36 http://menegpp.go.id.,Pedoman P2WKSS (diakses tanggal 08 Maret 2014)., h. 11. 37 Wawancara pribadi dengan ibu Hj. Listya Windyarti, MKM., selaku Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan di BPMPPKB., pada tanggal 21 Maret 2014 di BPMPPKB.
90
Hal tersebut sesuai dengan program Kelompok Kegiatan Dasar (KKD) yaitu kegiatan penyuluhan percepatan pemberantasan buta aksara dan pemantapan wawasan kebangsaan.38 Diharapkan bahwa dengan adanya program P2WKSS dapat mendorong dan memotivasi anak-anak serta remaja agar mau bersekolah atau wajib belajar 9 tahun. Apalagi ditunjang dengan adanya sekolah gratis dari SD sampai dengan SMA di Kota Tangerang Selatan, dapat menambah semangat para peserta didik agar mau bersekolah. Sedangkan untuk program selanjutnya yaitu kegiatan pelatihanpelatihan keterampilan seperti yang disampaikan oleh ibu Listya bahwa: “terus untuk pemudanya mungkin, kalo dia banyak pengangguran, mungkin kita berikan pelatihan-pelatihan keterampilan, itu bukan dari kami, dari SKPD terkait yah terus ah pemanfaatan lahan pekarangan itu untuk eh biar mereka khususnya adalah yang tentunya tanaman yang bisa di pergunakan jadi kita inikan memang tidak punya lahan tapi bisa memanfaatkan eh mungkin tabulator, gitu yah, yang kreatif lah yah…Ah KWT, Kebun Kelompok Wanita Tani, yah disana ada sedikit tanah lahan yang kosong yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakatnya, itu yang coba kita dorong terus, eh usaha ekonomi produktif dari perempuan yah jadi yang dagang-dagang kecil-kecilan ini kita dorong kita latih kita bina, terus rumah sehatnya kita nanti berikan bagaimana mem…membuat suatu rumah itu menjadi rumah sehat, yah terus..UKM yah, Usaha Mikro Kecil, usaha kecil mikro itu untuk pendapatan nanti dengan pelatihan-pelatihan eh kita sentuhnya eh jadi mereka diberikan penyuluhan, mereka dididik, mereka diajari untuk eh, usahanya bisa berkembang, yah diberikan modal, nah itu disana, terus, PKK, kita kan tentunya karna PKK ini ibu-ibunya itu biasanya tergabung di PKK kita dorong agar mereka punya aktivitas tentunya dengan tidak meninggalkan ah kewajiban dia sebagai ibu rumah tangga…”39
38
http://menegpp.go.id.,Pedoman P2WKSS (diakses tanggal 08 Maret 2014)., h. 11. Wawancara pribadi dengan ibu Hj. Listya Windyarti, MKM., selaku Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan di BPMPPKB., pada tanggal 21 Maret 2014 di BPMPPKB. 39
91
Kegiatan diatas merupakan bentuk kegiatan Kelompok Kegiatan Lanjutan (KKL) yaitu pada pelayanan peningkatan pendapatan keluarga antara lain dengan Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K), Kejar Usaha, penumbuhan lingkungan usaha yang kondusif.40 Juga kegiatan pendampingan antaralain, perluasan kesempatan kerja, Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS), Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K), (P4K), Kelompok Usaha Bersama (KUBE), Pemberdayaan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP).41 Berdasarkan hasil observasi, peneliti mengamati bahwa tujuan dari terlaksananya program P2WKSS ini untuk menciptakan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan perempuan sebagai penggeraknya. Dengan itu diperlukan adanya pelayanan dan pendampingan pada kegiatan pelatihan untuk meningkatkan kreatifitas dan kemandirian masyarakat binaan. Maka dari itu kegiatan yang dilaksanakan dalam program P2WKSS
ini
antaralain
dengan
memberikan
pelatihan-pelatihan
keterampilan, lalu penumbuhan usaha ekonomi produktif perempuan, yaitu perempuan yang memiliki usaha kecil-kecilan didorong, dilatih dan dibina agar mereka menghasilkan pendapatan, mereka diberikan pelatihanpelatihan keterampilan, diberikan penyuluhan, mereka dididik, diajari agar usahanya dapat berkembang, lalu diberikan modal lewat Usaha Kredit Mikro (UKM).
40
http://menegpp.go.id.,Pedoman P2WKSS (diakses pada tanggal 08 Maret 2014)., h. 11. Ibid.,Pedoman P2WKSS (diakses pada tanggal 08 Maret 2014)., h.11.
41
92
Ada juga Kelompok Wanita Tani (KWT) untuk pemanfaatan lahan pekarangan jadi pekarangan atau lahan kosong ditanami tanaman-tanaman toga atau tanaman obat-obatan, membuat rumah sehat, juga mendorong dan memotivasi ibu-ibunya agar mau aktif dalam kegiatan PKK. h. Narasumber dalam kegiatan pelatihan di kelompok binaan melalui program P2WKSS dipilih berdasarkan orang yang ahli dalam bidangnya, seperti yang diungkapkan oleh ibu Mercy bahwa: “jadi biasanya kalo kita mengadakan pelatihan, kita jugakan harus cari narasumbernya juga yang baik, kayak misalnya narasumber edukasi pangan lokal itu saya pilih bu Ambar, peraih adi karya 2011, jadi yang kira-kira mendapatkan output yang saya, kita inginkan yah outputnya, jadi misalnya yang daur ulang sampah yah misalnya jadi yang sudah biasa bergerak disitu, mereka mau dan mampulah melakukan pelatihan, jadi dari masyarakat-masyarakat Tangsel juga.”42 Hal senada juga disampaikan oleh ibu Listya bahwa narasumber dalam kegiatan pelatihan dipilih berdasarkan orang yang ahli dalam bidangnya. “…kalau masalah narasumbernya itu nanti kita cari orang yang memang pintar dibidangnya, Ya kalau kita bisa mampu dari BPMPPKB kita sendiri yang melaksanakan, kayak misalnya misalnya eh untuk sosialisasi eh peraturan perundangan, saya sudah bisa, jadi saya tidak perlu lagi mengundang orang lain, karna saya juga dipanggil di tempat orang lain malah, kan gitu misal contohnya. Jadi kalau misalnya untuk pelatihan, tataboga, untuk tataboga misalnya bikin donat, kami kan disini enggak ada yang bisa, berarti memanggil orang.”43
42
Wawancara pribadi dengan ibu Drg. Mercy Apriyanti, M.Si., selaku Kasubid Pengarusutamaan Gender dan Kualitas Hidup Perempuan., pada tanggal 5 Juli 2013 di BPMPPKB. 43 Wawancara pribadi dengan ibu Hj. Listya Windyarti, MKM., selaku Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan di BPMPPKB., pada tanggal 21 Maret 2014 di BPMPPKB.
93
Program P2WKSS dilaksanakan dengan menggunakan dan mengoptimalkan berbagai sumber daya
yang tersedia baik dari
pemerintah, dunia usaha, gerakan, LSM dan masyarakat. Narasumber pada pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pelatihan-pelatihan keterampilan dalam program P2WKSS ini adalah orang yang mampu atau ahli di bidangnya, sesuai dengan bidang, tugas dan fungsi masing-masing dari pemerintahan, dunia usaha, gerakan, LSM dan masyarakat sendiri. i. Indikator keberhasilan dari program P2WKSS yaitu terlaksananya kegiatan program P2WKSS dengan baik, seperti yang disampaikan oleh ibu Listya sebagai berikut: “Ya indikator keberhasilannya, itu tadi ibu bilang dari bidang kesehatan, bidang pendidikan, bidang ekonomi, bidang lingkungan, infrastuktur, itu indikator, indikatornya, perubahannya nanti dilihat dari yah, ah kita kan sudah identifikasi nih, apa saja permasalahan yang ada, dari yang tadinya kurang baik, menjadi nanti kita lihat akhir tahun, ada perubahan enggak, misal jalan rusak, nanti dibetulin enggak, nah itu yang menjadi indikator…”44 Indikator keberhasilan dari program P2WKSS yaitu terlaksananya semua jenis kegiatan program terpadu P2WKSS antaralain; Kelompok Kegiatan Dasar (KKD), Kelompok Kegiatan Lanjutan (KKL); dan Kelompok Kegiatan Pendukung (KKP). 45 Terlaksananya program kegiatan P2WKSS merupakan indikator keberhasilan dari pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah bersama dengan seluruh masyarakat sebagai upaya pengentasan kemiskinan, peningkatan kualitas dan
44
Wawancara pribadi dengan ibu Hj. Listya Windyarti, MKM., selaku Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan di BPMPPKB., pada tanggal 21 Maret 2014 di BPMPPKB. 45 http://menegpp.go.id.,Pedoman P2WKSS (diakses tanggal 08 Maret 2014)., h. 8.
94
kemandirian serta kemajuan sumber daya manusia, serta mendorong dan meningkatkan partisipasi aktif peran swadaya masayrakat. Hal tersebut selaras dengan tujuan dari program P2WKSS antaralain: Tujuan umum yaitu, meningkatkan peran perempuan dalam pembangunan dalam rangka mewujudkan keluarga berkualitas. Tujuan khusus; a) Meningkatkan status kesehatan perempuan; b) Meningkatkan status pendidikan perempuan; c) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perempuan dalam usaha ekonomi produktif; d) Meningkatkan partisipasi perempuan dalam pelestarian lingkungan hidup; e) Meningkatkan peran aktif perempuan dalam pengembangan masyarakat; f) Meningkatkan peran aktif perempuan dalam pemahaman wawasan kebangsaan. 46 Peningkatan status kesehatan perempuan didapatkan dalam kegiatankegiatan program P2WKSS seperti pada Kelompok Kegiatan Dasar (KKD) yaitu pada kegiatan penyuluhan, meliputi penyuluhan kesehatan dasar dan gizi ibu dan anak, termasuk didalamnya posyandu. Pada Kelompok Kegiatan Lanjutan (KKL) yaitu terdapat kegiatan pelayanan, pemantapan pelayanan kesehatan ibu dan anak, Keluarga Berencana (KB), Bina Keluarga Balita (BKB), Kesehatan Reproduksi Remaja dan Kesehatan Reproduksi Lansia. Juga kegiatan pendampingan dalam Kelompok Kegiatan Lanjutan (KKL) seperti peningkatan pengetahuan dan keterampilan perempuan dalam lingkup pembinaan anak dan remaja, termasuk pelaksanaan program Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), dan Bina Keluarga Lansia (BKL). Di mana di 46
http://menegpp.go.id.,Pedoman P2WKSS (diakses tanggal 08 Maret 2014)., h. 8.
95
masyarakat kelompok binaan P2WKSS di Kota Tangerang Selatan sudah ada dan sudah terlaksana kegiatan-kegiatan tersebut di atas. Peningkatan status pendidikan perempuan, tujuan tersebut terwujud atas terselenggara Kelompok Kegiatan Dasar (KKD), yaitu pada kegiatan penyuluhan percepatan pemberantasan buta aksara dan pemantapan wawasan kebangsaan. Dengan adanya program P2WKSS diharapkan dapat mendorong dan memotivasi anak-anak serta remaja agar mereka mendapatkan pendidikan yang lebih baik juga sebagai aksi memberantas buta aksara dengan membuat sebuah taman baca bagi masyarakat di lokasi binaan P2WKSS. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perempuan dalam usaha ekonomi produktif, tujuan tersebut sesuai dengan tujuan Kelompok Kegiatan Lanjutan (KKL) yaitu pada pelayanan peningkatan pendapatan keluarga antara lain dengan Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K), Kejar Usaha, penumbuhan lingkungan usaha yang kondusif. Juga pada kegiatan pendampingan antaralain, perluasan kesempatan kerja, Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS), Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K), (P4K), Kelompok Usaha Bersama (KUBE), Pemberdayaan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP).47
47
http://menegpp.go.id.,Pedoman P2WKSS (diakses tanggal 08 Maret 2014)., h. 11.
96
Dalam masyarakat kelompok binaan P2WKSS di Kota Tangerang Selatan sudah terlaksana kegiatan-kegiatan peningkatan pengetahuan dan keterampilan seperti pelatihan keterampilan menjahit, menyulam, tata boga, pelatihan ketahanan pangan dan lain-lain. Untuk pelatihan keterampilan tata boga atau ketahanan pangan, masyarakat diajarkan untuk membuat makanan sehat. Mereka nantinya bisa memproduksi makanan hasil buatannya, namun mereka tidak hanya membuat makanan tetapi juga mengetahui nilai gizi dari makanan yang akan dijual atau diproduksi. Meningkatkan
peran
aktif
perempuan
dalam
pengembangan
masyarakat dapat dilihat dari bagaimana partisipasi aktif masyarakat terutama perempuan dalam program Kelompok Kegiatan Dasar (KKD), Kelompok Kegiatan Lanjutan (KKL), dan Kelompok Kegiatan Pendukung (KKP). Masyarakat kelompok binaan P2WKSS di Kota Tangerang Selatan sedikit demi sedikit sudah mengalami peningkatan dalam partisipasi di kegiatan program P2WKSS. Hal tersebut dapat menimbulkan adanya motivasi dalam diri perempuan untuk lebih maju, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, serta meningkatkan peran aktif perempuan dalam pengembangan masyarakat. Meningkatkan peran aktif perempuan dalam pemahaman wawasan kebangsaan. Tujuan tersebut sesuai dengan program Kelompok Kegiatan Dasar (KKD) yaitu pada kegiatan penyuluhan untuk pemantapan wawasan kebangsaan. Serta dalam Kelompok Kegiatan Pendukung (KKP) pada kegiatan yang berkelanjutan, salah satunya yaitu kegiatan penyuluhan dan pengembangan kesadaran hukum (Kadarkum) bagi perempuan-perempuan
97
di kelurahan binaan program terpadu P2WKSS. Hal tersebut dilaksanakan agar perempuan-perempuan di lokasi binaan juga mengetahui dan memahami tentang perlunya wawasan kebangsaan dan kesadaran hukum dalam kehidupan sosial di masyarakat. j. Jangka waktu pelaksanaan program P2WKSS di Kota Tangerang Selatan yaitu selama satu tahun, seperti yang diungkapkan oleh ibu Listya sebagai berikut: “Satu tahun dari mulai januari sampai dengan nanti oktobernovemberlah.”48 Menurut modul P2WKSS dari Kementerian Perlindungan Perempuan dan Anak, tidak ada jangka waktu atau lamanya program dilaksanakan. Namun berdasarkan hasil observasi dan pengamatan peneliti, pelaksanaan program P2WKSS di Kota Tangerang Selatan yaitu selama satu tahun, terbilang dari bulan Januari sampai dengan Nopember. Namun ada proses keberlanjutan atau tindak lanjut dari program P2WKSS yaitu Kelompok Kegiatan Pendukung (KKP), di antaranya pemantauan dan evaluasi, kegiatan yang berkelanjutan seperti pemantapan forum koordinasi yang telah ada di Propinsi, Kabupaten dan Kota; Kursus atau pelatihan P2WKSS desa/kelurahan dan lain-lain, juga tindak lanjut seluruh aktivitas Kelompok Kegiatan.49 Jadi walaupun pelaksanaan program P2WKSS sudah selesai, namun tetap ada pemantauan dari BPMPPKB di lokasi binaan, sehingga tidak dilepaskan begitu saja. Jadi ada tahap evaluasi dan keberlanjutan dari kegiatan program P2WKSS. 48
Wawancara pribadi dengan ibu Hj. Listya Windyarti, MKM., selaku Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan di BPMPPKB., pada tanggal 21 Maret 2014 di BPMPPKB. 49 http://menegpp.go.id.,Pedoman P2WKSS (diakses tanggal 08 Maret 2014)., h. 12.
98
k. Pendukung terlaksananya kegiatan program P2WKSS di lokasi binaan yaitu seluruh masyarakat dan pemerintahan, seperti yang disampaikan oleh ibu Listya bahwa: “Identifikasi itu sudah melibatkan masyarakat, jadi kita ah, ketok pintu ke Kecamatan, Kelurahan…Semuanya tadi ibu bilang, kecamatan berarti pak Camat, kasi-kasi kecamatan, sekcamnya, ah kader PKK kecamatan, yah, terus, eh tingkat kelurahan juga sama, pak lurahnya, pak seklurnya, kasi-kasinya, yah terutama kasi kesosnya, eh terus eh ditingkat masyarakat kader-kadernya RT/RW, kelurahan, eh kelurahan. Tokoh masyarakat, tokoh agama.”50 P2WKSS
dilaksanakan
melalui
pendekatan
lintas
bidang
pembangunan yang terkait dan lintas program secara terintegrasi baik Pemerintah Pusat dan Daerah serta partisipasi penuh masyarakat. 51 Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan peneliti di kelompok binaan P2WKSS bahwa seluruh sektor pemerintah baik pusat maupun daerah dan masyarakat bekerjasama dalam pelaksanaan program P2WKSS. Mereka bekerjasama, saling membantu dan saling melakukaan koordinasi agar pelaksanaan P2WKSS dapat berjalan dengan baik dan mendapatkan hasil dari tujuan yang ingin dicapai. l. Faktor
penghambat
keberlangsungan
atau
pada
pelaksanaan
kesinambungan
program dari
P2WKSS
masyarakat
yaitu
kelompok
binaannya sendiri, seperti yang diungkapkan oleh ibu Listya bahwa: “Kalau semua kegiatan itu pasti ada faktor penghambatnya yah, terutama itu adalah ah keberlangsungan, kesinambungan, itu yang kita paling masih ada menjadi kendala, tapi kalau untuk motivasi dari eh masyarakat untuk mengikuti apa yang kita adakan, dari pelatihan itu mereka antusias, hanya mereka kita berharap mereka itu ini bisa 50
Wawancara pribadi dengan ibu Hj. Listya Windyarti, MKM., selaku Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan di BPMPPKB., pada tanggal 21 Maret 2014 di BPMPPKB. 51 http://menegpp.go.id.,Pedoman P2WKSS (diakses tanggal 08 Maret 2014)., h. 12.
99
meningkatkan pendapatan mereka secara ekonomi nah itu yang kita harapkan, nah itu yang kadang-kadang membuat sulit kita adalah kesinambungan mereka itu. Masih, masih kita evaluasi nah tapi kita juga memang tidak akan mungkin berharap dari misalnya 25 orang atau janganlah sosialisasi saja, sosialisasi dari 100 orang yang kita berikan sosialisasi itu hanya beberapa.”52 Dari hasil wawancara dan observasi, peneliti melihat faktor penghambat dari kegiatan P2WKSS ini yaitu totalitas para peserta atau kelompok binaan P2WKSS sendiri. Ada yang tidak bisa membagi waktu dengan kesibukannya di rumah atau kegiatan lainnya, ada juga yang masih kurang memiliki motivasi untuk berpikir lebih maju sehingga masih perlu didorong dan diberikan motivasi. Misalnya dari 20 orang yang mengikuti kegiatan pelatihan tata boga, mungkin hanya 5 orang yang bisa menekuni kegiatan tersebut hingga membuka lapangan pekerjaan dan menghasilkan pendapatan dari kegiatan pelatihan tata boga. 2. Program P2WKSS di lokasi binaan. a. Program P2WKSS yang sudah dilakukan atau terlaksana di Kelurahan Jombang antara lain bedah rumah, seperti yang diungkapkan oleh ibu Triyani atau ibu Agus sebagai berikut: “Bedah rumah kebetulan kita di RW 04 ada eh 10 sasaran yang eh rumah tidak layak huni tapi mungkin yang disetujuin itu ada 5 adapun lokasinya ada di RT 02 ada dua rumah, di RT 03 ada tiga rumah salah satunya adalah nanti dijadikan rumah percontohan atau rumah percontohan itu yang dimaksud bukan berarti rumah itu bagus tapi rumah itu sehat, sehat dalam artian eh manfaat pekarangan, halaman pekarangan rumah dengan toga, fentilasinya dirumah, jamban keluarganya, itu jadi rumah sehat itu kategorinya bukan rumah mewah tapi rumah yang sehat. Itu untuk bedah rumah kami memang belum ada peninjauan aja, mungkin itu dari tata kota yah, dari tata kota itu untuk bedah rumah….”53 52 Wawancara pribadi dengan ibu Hj. Listya Windyarti, MKM., selaku Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan di BPMPPKB., pada tanggal 21 Maret 2014 di BPMPPKB. 53 Wawancara pribadi dengan ibu Triyani atau ibu Agus., selaku koordinator program P2WKSS di Kelurahan Jombang., tanggal 10 Juni 2014., di Kelurahan Jombang.
100
Kegiatan tersebut mendasar pada Kelompok Kegiatan Lanjutan (KKL) yaitu pelayanan, fasilitasi pembiayaan. Renovasi atau merehab rumah dilaksanakan oleh Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (BMSDA). Selain itu Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air juga melakukan perbaikan jalan lingkungan sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD. Dari hasil observasi peneliti mengetahui bahwa sebelum dilakukan pembedahan di lokasi binaan P2WKSS maka akan dilakukan survey atau peninjauan dan pengukuran terlebih dahulu. Rumah yang direnovasi nantinya akan dijadikan sebagai rumah percontohan atau rumah sehat. Rumah sehat yaitu rumah yang memanfaatkan perkarangan dengan ditanami tanaman toga, lalu fetilasi udara yang baik, dan jamban keluarga. Intinya adalah rumah yang menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Selanjutnya yaitu kegiatan pelatihan-pelatihan keterampilan, seperti yang disampaikan oleh ibu Triyani bahwa kegiatan-kegiatan pelatihan yang pernah dilakukan antaralain: “…terus adapun pelatihan-pelatihannya yang udah kami ikuti atau yang udah ada di RW 04 yang udah jalan salah satunya KWT, KWT itu Kelompok Wanita Tani kebetulan disitu saya sendiri ketuanya, terdiri anggota 30, 30 anggota ibu-ibu yang dibentuk dari PKK, PKK RW itu kita punya tiga lokal atau tiga tempat KWT, KWT 1 eh kami berinama KWT Merpati 1 itu khusus untuk sayur mayur kalo misalnya ditanemin dan juga bisa beberapa kali panen, untuk KWT 2 Merpati 2 kita tanemin dengan berbagai macem Toga yaitu tanaman obat itu ada berbagai macam dari eh kencur, kunyit, temu kunci, temu mangga, semua sampai ke daruju pokoknya ke yang Toga lah sejenis toga itu untuk yang di Merpati 2, untuk merpati tiga kita baru menyiapkan lahan memang belum diolah yah Insya Allah.”54 54
Wawancara pribadi dengan ibu Triyani atau ibu Agus., selaku koordinator program P2WKSS di Kelurahan Jombang., tanggal 10 Juni 2014., di Kelurahan Jombang.
101
Kegiatan di atas merupakan Kelompok Kegiatan Dasar (KKD) yaitu pada penyuluhan, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Penyuluhan Kelompok Wanita Tani (KWT) dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan. Kegiatan KWT dilaksanakan dengan menggunakan sebidang tanah kosong yang digunakan untuk menanam macam-macam tanaman, khususnya tanaman toga atau tanaman obatobatan seperti tanaman kencur, kunyit, temu kunci, temu mangga dan lainlain. Kegiatan selanjutnya dalam program P2WKSS di kelompok binaan Kelurahan Jombang yaitu membangun dan memperbaiki fasilitas sosial yang ada, seperti yang diungkapkan oleh ibu Triyani yaitu: “PAUD udah ada, Paud Pelangi namanya adanya di RT 01 karna saya selaku koordinator di RW 04 saya udah pilah-pilah untuk pembagian pemetaan pembagian dimana harus ada kegiatan itu biar gak tumpang tindih sebagai pengurus gitu, jadi setelah saya rapatkan dengan rembug warga beberapa kali yang diadakan di kelurahan Jombang itu kita, saya sendiri sudah memutuskan untuk PAUD, BKB, dan Dasa Wisma saya taro d RT 01 kepengurusannya, untuk BKL, BKR, karna BKL dan BKR itu BKL kan Bina Keluarga Lansia hubungannya dengan POSBINDU sedangkan di RW kami POSBINDU itu adanya di RT 02 jadi untuk BKL, BKR dan POSBINDU eh di RT 02 dan RT 03. Terus selanjutnya selain PAUD udah yah, posyandu ada di RT 01 karna Posyandu membawahi PAUD dan BKB itu adanya di RT 01 Dasawisma ada di RT 01 dan untuk 100 KK binaan saya juga taro di RT 01 karna RT 01 itu lokasinya strategis menurut saya untuk jalan, untuk rumahnya mungkin lebih gampang kalau di tinjau gitu yah…”55
Program di atas termasuk dalam program Kelompok Kegiatan Dasar (KKD) yaitu pada kegiatan penyuluhan kesehatan dasar dan gizi ibu dan anak, termasuk didalamnya posyandu, peningkatan pemasyarakatan Dasa Wisma. Serta program Kelompok Kegiatan Lanjutan (KKL) yaitu pada 55
Wawancara pribadi dengan ibu Triyani atau ibu Agus., selaku koordinator program P2WKSS di Kelurahan Jombang., tanggal 10 Juni 2014., di Kelurahan Jombang.
102
pelayanan, pelayanan kesehatan ibu dan anak, Keluarga Berencana, Bina Keluarga Balita, Kesehatan Reproduksi Remaja, Kesehatan Reproduksi Lansia. Serta kegiatan KKL pendampingan, peningkatan pengetahuan dan keterampilan perempuan dalam lingkup pembinaan anak dan remaja, termasuk pelaksanaan program Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Bina Keluarga Lansia (BKL).56 Fasilitas-fasilitas sosial yang ada di lokasi binaan Kelurahan Jombang tersebut diperbaiki, dipilih dan ditempatkan sesuai dengan tugas dan kesepakatan dalam rembug desa, agar tidak terjadi tumpang tindih dalam kepengurusan dan supaya memudahkan masyarakat atau warga binaan dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan. Untuk kegiatan pelatihan keterampilan-keterampilan ibu Triyani menyatakan bahwa kegiatan yang sudah dilaksanakan di Kelurahan Jombang yaitu: “Selanjutnya yang eh pelatihan-pelatihan yang udah eh kami dapetin dari dinas pertanian kemaren ada eh pelatihan pembuatan eh selai dari belimbing wuluh kami udah peraktekan terus bikin nata dekoko dibikin dari lidah buaya yah, dari lidah buaya, pembuatan kapsul dari sambiloto dan temu eh temu putih waktu itu sambiloto dan temu putih untuk di buatkan kapsul karna sambiloto itukan sangat baik, banyak manfaatnya dan sangat pahit gitu kan, mungkin bisa aja kita minum dengan cara diseduh atau direbus seperti kita-kita nih orang awam tau, tapi kan untuk eh berapa itunya gak pasti tapi kalo pakek kapsulkan pasti yah jadi ternyata bisa dibikin kapsul gitu…”57 Kegiatan di atas termasuk dalam Kelompok Kegiatan Dasar (KKD) yaitu pada kegiatan penyuluhan, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Dan Kelompok Kegiatan Lanjutan (KKL) yaitu pada 56
http://menegpp.go.id.,Pedoman P2WKSS (diakses tanggal 08 Maret 2014)., h. 10-11. Wawancara pribadi dengan ibu Triyani atau ibu Agus., selaku koordinator program P2WKSS di Kelurahan Jombang., tanggal 10 Juni 2014., di Kelurahan Jombang. 57
103
peningkatan pengetahuan dan keterampilan. Penyuluhan dan pelatihanpelatihan keterampilan tersebut didapatkan dari SKPD-SKPD terkait sesuai dengan fungsi tugas dan bidangnya masing-masing. Pelatihan di atas dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, masyarakat diajarkan untuk bagaimana membuat makanan dari hal-hal yang tidak biasa, misalnya membuat selai dari belimbing wuluh, membuat nata dekoko dari lidah buaya, masyarakat juga diajarkan tentang bagaimana cara membuat kapsul dari obat sambiloto yang pahit, karna khasiat sambiloto sangat banyak jadi dibuatkan kapsul agar lebih mudah mengkonsumsinya. Selain itu ada juga pelatihan-pelatihan keterampilan lainnya yaitu seperti pelatihan tatarias pengantin, membuat bakso, menyulam dan lainlain. seperti yang disebutkan oleh ibu Triyani bahwa: “Pelatihan yang udah kita dapetin selain itu juga eh pada tanggal berapa ada sih semua disini kalo mbaknya mau ngecek nanti ada udah mendapat pelatihan kecantikan tatarias yah, tatarias yang terdiri dari kelurahan jombang khususnya di RW saya RW 04 saya kirim 10 orang eh tambah kelurahan sawah baru 10 orang itu dari BPMPPKB atau dari dokter Mercy itu dokter Mercy terus ada juga kemaren dari Dinas Perikanan dan Kelautan kita ada pembuatan bakso rumput laut dan mie rumput laut itu saya bawa dari warga RW 04 kurang lebih 20 orang, itu di campur dengan sawah baru yah itu 10 orang, 10 dari sawah baru jombang 20 orang….nanti terakhir kami dapat pelatihan kan sulam pita, yang masih berjalan Insya Allah nanti akan masih dilaksanakan Tiga kali pertemuan lagi yang kemaren udah diputuskan mungkin untuk sabtu depan he eh, gitu aja untuk sementara. Nanti untuk kurang-kurangnya memang kita belum berjalan yah sedang berjalan jadi belum-belum semua gitu.”58 Kegiatan di atas termasuk dalam Kelompok Kegiatan Lanjutan (KKL) yaitu pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan. Pelatihan 58
Wawancara pribadi dengan ibu Triyani atau ibu Agus., selaku koordinator program P2WKSS di Kelurahan Jombang., tanggal 10 Juni 2014., di Kelurahan Jombang.
104
keterampilan tata rias dan sulam pita diselenggarakan oleh BPMPPKB bekerjasama dengan instansi lainnya yang ahli dalam bidang tata rias dan menyulam, sebagai narasumber dalam kegiatan. Peserta pelatihan tata rias yaitu 10 orang dari Kelurahan Jombang dan 10 orang dari Kelurahan Sawah Baru. Ada juga pelatihan membuat bakso ikan dan mie dari rumut laut yang dilaksanakan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi dengan jumlah peserta 20 orang warga binaan dari Kelurahan Jombang dan 10 orang dari warga binaan Kelurahan Sawah Baru. Untuk program P2WKSS yang sudah terlaksana di Kelurahan Sawah Baru, seperti yang diungkapkan oleh ibu Marmilah atau ibu Asep yaitu: “Programnya itu antara lain Bedah rumah untuk rumah tidak layak pakai, terus kelembagaan-kelembagaan yang ada di situ yang mau di bangun memangkan semuanya itu belum ada yah di organisasiorganisasi sama sekali belum ada jadi mau di mulai seperti BKB, BKR, BKL, Posyandu, Posbindu, kalo posyandu sudah ada, terus taman bacaan terus bank sampah, PAUD, eh terus UB Koprasi, UP2K, KWT, TPA, programnya rencana akan dibikin semuanya ada termasuk eh apa masalah lingkungan dan infrastruktur itu akan dibangun juga got-got ah saluran air limbah nah itu akan dibangun…”59
Kegiatan bedah rumah merupakan kegiatan pelayanan pada Kelompok Kegiatan Lanjutan (KKL) yaitu fasilitasi pembiayaan. Bedah rumah dilakukan oleh Dins Bina Marga dan Sumber Daya Air. Sedangkan untuk perbaikan fasilitas-fasilitas sosial termasuk dalam Program Kelompok Kegiatan Dasar (KKD) yaitu, kegiatan penyuluhan kesehatan dasar dan gizi ibu dan anak, termasuk didalamnya posyandu, peningkatan pemasyarakatan Dasa Wisma. Serta program Kelompok Kegiatan 59
Wawancara pribadi dengan ibu Marmilah atau ibu Asep., selaku koordinator program P2WKSS di Kelurahan Sawah Baru., tanggal 10 Juni 2014., di Kelurahan Sawah Baru.
105
Lanjutan (KKL) yaitu pelayanan, pelayanan kesehatan ibu dan anak, Keluarga Berencana, Bina Keluarga Balita, Kesehatan Reproduksi Remaja, Kesehatan Reproduksi Lansia. Dan pendampingan, pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan perempuan dalam lingkup pembinaan anak dan remaja, termasuk pelaksanaan program Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Bina Keluarga Lansia (BKL).60 Kegiatan KKD dan KKL di atas dilaksanakan dengan melengkapi sarana dan prasarana fasilitas sosial yang ada seperti posyandu, posbindu, paud dan lain-lain, agar penyuluhan, pelayanan dan pendampingan dapat berjalan dengan baik. Jika fasilitas sosial tersebut belum ada, maka akan dibentuk dan dibuat kepegurusannya yang baru agar memudahkan penyuluhan, pelayanan dan pendampingan bagi masyarakat di kelompok binaan P2WKSS. Lalu untuk kegiatan pelatihan-pelatihan yang sudah dilaksanakan di Kelurahan Sawah Baru seperti yang diungkapkan oleh ibu Asep yaitu : “….Terus dari BPMPPKB banyak pelatihan-pelatihan untuk apa keluarga binaan di RW binaan itu sudah ada dan sudah banyak seperti keterampila-keterampilan, tataboga, menjahit, terus apa menyulam, segala udah-udah banyak.” “…keterampilan bikin hantaran pengantin, di kecamatan, terus di bale ratu tata boga, memasak, kuliner….”61 Kegiatan di atas termasuk dalam Kelompok Kegiatan Lanjutan (KKL) yaitu peningkatan pengetahuan dan keterampilan. Penyuluhan dan pelatihan-pelatihan keterampilan tersebut didapatkan dari SKPD-SKPD 60
http://menegpp.go.id.,Pedoman P2WKSS (diakses tanggal 08 Maret 2014)., h. 10-11. Wawancara pribadi dengan ibu Marmilah atau ibu Asep., selaku koordinator program P2WKSS di Kelurahan Sawah Baru., tanggal 10 Juni 2014., di Kelurahan Sawah Baru. 61
106
terkait sesuai dengan fungsi tugas dan bidangnya masing-masing. Dari hasil wawancara dan observasi diketahui bahwa keterampilan menjahit dilaksanakan oleh Dinas Sosial di masing-masing daerah binaan, sedangkan untuk pelatihan menyulam dilaksanakan oleh BPMPPKB. b. Pelaksanaan Kegiatan Program P2WKSS tergantung dari undangan BPMPPKB atau SKPD terkait, seperti yang disampaikan oleh ibu Triyani atau Ibu Agus: “Eh kita pelatihan bukan kita yang mengatur dan bukan kita yang minta jadi bagaimana ada undangan dari BPMPPKB atau SKPD lain itu mereka sendiri yang menjadwalkan, he eh jadi kita tinggal ngikutin aja diminta berapa orang pokoknya kami selalu siap aja gitu, jadi untuk jadwal bukan kami yang bikin.”62 Program P2WKSS dilaksanakan melalui pendekatan lintas bidang pembangunan yang terkait dan lintas program secara terintegrasi baik Pemerintah Pusat dan Daerah serta partisipasi penuh masyarakat.63 Menurut hasil observasi dan wawancara, peneliti melihat bahwa jadwal kegiatan P2WKSS di kelompok binaan tidak menentu, karena program P2WKSS merupakan program lintas bidang, semua sektor pemerintahan dan non pemerintah membangun di sana. Jadi pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pelatihan keterampilan dilaksanakan dengan memberikan undangan atau pemberitahuan terlebih dahulu kepada koordinator P2WKSS, bahwa dari dinas atau lembaga akan melaksanakan kegiatan penyuluhan atau pelatihan pada tanggal dan hari sekian. Undangan biasanya diberikan satu minggu atau dua hari sebelum
62
Wawancara pribadi dengan ibu Triyani atau ibu Agus., selaku koordinator program P2WKSS di Kelurahan Jombang., tanggal 10 Juni 2014., di Kelurahan Jombang. 63 http://menegpp.go.id. Pedoman P2WKSS (diakses tanggal 08 Maret 2014)., h. 8.
107
pelaksanaan kegiatan dan masyarakat kelompok binaan program P2WKSS hanya mengikuti saja program kegiatan yang dilaksanakan. Hal lain diungkapkan oleh ibu Marmilah atau ibu Asep bahwa, pelaksanaan kegiatan program P2WKSS di Kelurahan Sawah Baru dilaksanakan pada: “Ya, sudah mulai awal eh desember akhir desember nah akhir desermber itu udah ada pertama kita ada pertemuan kecamatan ini yang di tuju Kelurahan Jombang dan Kelurahan Sawah Baru, itu sudah mulai ada penyuluhan-penyuluhan, sosialisasi tentang P2WKSS, kalo untuk lanjutan tahun 2014 ini sudah ada sosialisasi pelatihan-pelatihan.”64 Jadwal kegiatan P2WKSS di lokasi binaan sudah dimulai sejak akhir bulan desember tahun 2013. Kegiatan yang dilaksanakan yaitu, mengadakan pertemuan antara masyarakat dengan Kecamatan dan Kelurahan, yaitu Kecamatan Ciputat, Kelurahan Jombang dan Kelurahan Sawah Baru atau biasa disebut dengan rembug desa atau rembug kelurahan. Dalam kegiatan pertemuan tersebut sudah dilaksanakan penyuluhan-penyuluhan atau sosialisasi tentang P2WKSS. Sedangkan untuk pelaksanaan kegiatan pelatihan-pelatihan keterampilan sudah mulai dilaksanakan sejak awal tahun 2014. c. Tempat pelaksanaan pelatihan program P2WKSS berbeda-beda, ada yang di Aula Kelurahan Jombang, di rumah warga dan lainnya, seperti yang diungkapkan oleh ibu Triani atau ibu Agus yaitu: “Kalo yang menyangkut yang bukan dari kelurahan Jombang aja, kita sering adakan di aula kelurahan tapi kalau untuk cuma sebatas di RW saya, RW binaan saya adakan di rumah warga, gitu karna lebih dekat dengan warga gitu yah, atau di PAUD setempat kebetulan kita ada PAUD kantor RW itu kalo untuk ya jadi kalo untuk ke RWan ya di RW 64
Wawancara pribadi dengan ibu Marmilah atau ibu Asep., selaku koordinator program P2WKSS di Kelurahan Sawah Baru., tanggal 10 Juni 2014., di Kelurahan Sawah Baru.
108
saya karna di masyarakat untuk pembinaan tapi kalau undangannya itu ada campuran sama sawah baru kami lokasikan di AULA kelurahan .”65 Begitu juga dengan yang disampaikan oleh ibu Marmilah atau ibu Asep bahwa tempat pelaksanaan pelatihan program P2WKSS berbedabeda, antara lain: “Dilaksanakannya pertama di tempat yang agak luas yah, seperti waktu itu di kecamatan, keterampilan bikin hantaran pengantin, di kecamatan, terus di bale ratu tata boga, memasak, kuliner, terus di anyer, di anyer juga pernah dari Dinas Sosial Propinsi, yaitu mengadakan pelatihan tataboga, dengan menjahit, he eh selama tiga hari terus masih banyak lagi dari dinas-dinas lain. Di kecamatan juga pernah tata boga, sekarang ini sudah di data lagi mau ada pelatihan menjahit untuk 15 orang…kita kesana, karna tempatnya, peralatannya lengkap disana jadi ya kita datang kesana, pesertanya satu kelurahan kemarin ada dua kelompok dan sudah dibikin SK, lima-lima, itu khusus untuk tataboga…pelatihan yang lainnya dapet seperti pelatihan tatarias di kelurahan Jombang kita kumpulnya disana itu juga dua kelompok lima-lima, berarti di gabung ya bu ya? iya tapi orangnya beda-beda. Nanti kalo terbentuk satu kelompok di kelompok ini gak bareng sama kelompok ini, gak dobel job…kayak tata boga kita dapet dari eh ibu ambar eh tempatnya di toko kue Arum Ayu.”66 Pelaksanaan program P2WKSS dilakukan di tempat yang berbedabeda, tergantung pada pelaksana kegiatan dan kegiatan apa yang akan dilakukan, sesuai dengan undangan dari SKPD, lembaga atau instansi terkait lainnya. Misalnya pada pelaksanaan pelatihan keterampilan tata boga yang dilaksanakan oleh BPMPPKB bekerjasama dengan ibu Ambar pemilik toko kue Arum Ayu, warga binaan melakukan pelatihan di toko karena peralatan di sana lebih lengkap. d. Narasumber yang memberikan pelatihan dalam program P2WKSS tergantung dari lembaga atau SKPD yang mengundang dan seseorang 65 Wawancara pribadi dengan ibu Triyani atau ibu Agus., selaku koordinator program P2WKSS di Kelurahan Jombang., tanggal 10 Juni 2014., di Kelurahan Jombang. 66 Wawancara pribadi dengan ibu Marmilah atau ibu Asep., selaku koordinator program P2WKSS di Kelurahan Sawah Baru., tanggal 10 Juni 2014., di Kelurahan Sawah Baru.
109
yang ahli dalam bidangnya. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Triyani atau ibu Agus bahwa: “Yang memberikan penyuluhan eh tergantung, eh tergantung yang mengundang, kalo dari eh BPMPPKB itu ya dokter Mercy, tapi beliau juga kan gak selalu beliau jadi eh apa itunya mengundang lagi narasumbernya iya umpamanya kecantikan ya dia panggilkan dari kecantikan gitu tatariasnya, terus dari dinas kelautan dan perikanan waktu itu bu hajah Neni dari Provinsi, selalu berganti kemaren dari dinas kesehatan ada pak Anton dari dinas kesehatan gitu, tadi pak Ruli juga dari dinas kesehatan jadi eh bukan kita juga yang menentukan kan jadi dari sana gitu, kita hanya sekedar mengikuti ajah.”67 Begitu juga dengan yang dikatakan oleh ibu Marmilah bahwa penyuluh atau pelatih dalam program P2WKSS itu berbeda-beda. “Yang memberikan pelatihan itu pilihan dari BPMPPKB, dari Dinas sosial, dari Dinas Kesehatan, kayak tata boga kita dapet dari eh ibu Ambar eh tempatnya di toko kue Arum Ayu.”68 Program
P2WKSS
dilaksanakan
dengan
mengoptimalkan berbagai sumber daya
menggunakan
dan
yang tersedia baik dari
pemerintah, dunia usaha, gerakan, LSM dan masyarakat. Narasumber pada pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pelatihan-pelatihan keterampilan dalam program P2WKSS ini adalah orang yang mampu atau ahli di bidangnya, sesuai dengan bidang, tugas dan fungsi masing-masing dari pemerintahan, dunia usaha, gerakan, LSM dan masyarakat sendiri. e. Peserta atau kelompok binaan yang menerima kegiatan pelatihan atau penyuluhan pada program P2WKSS hanya dipilih 100 kelompok binaan. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Triyani atau ibu Agus antara lain:
67 Wawancara pribadi dengan ibu Triyani atau ibu Agus., selaku koordinator program P2WKSS di Kelurahan Jombang., tanggal 10 Juni 2014., di Kelurahan Jombang. 68 Wawancara pribadi dengan ibu Marmilah atau ibu Asep., selaku koordinator program P2WKSS di Kelurahan Sawah Baru., tanggal 10 Juni 2014., di Kelurahan Sawah Baru.
110
“…untuk 100 KK binaan saya juga taro di RT 01 karna RT 01 itu lokasinya strategis menurut saya untuk jalan, untuk rumahnya mungkin lebih gampang kalau di tinjau gitu yah,…kalo yang dibina itukan 1 RW yah seluruh warga RW 04 terdiri dari 03 RT eh tapi yang saya ambil tentunya yang aktif yah, yang mau bekerja dan mau maju khususnya ibu-ibu atau perempuan yang mau untuk maju, kan sekarang banyak yang satu RW itu kan ada beberapa ibu-ibu tentunya tapi yang saya harus pilih yang bener-bener ibu-ibu itu yang memang mau memajukan dirinya untuk menjadi maju gitu, oh gitu…”69 Hal serupa disampaikan oleh Ibu Marmilah bahwa peserta atau kelompok binaan yang mengikuti program P2WKSS dipilih hanya 100 KK binaan antaralain: “Kita pilih karena yang kita utamakan adalah yang diamanatkan itu di RT 07 RT 02 yah, di Lokasi P2WKSS itu he eh jadi untuk di bentuk keluarga binaan ada 100 keluarga binaan, KK binaan, itu merekamereka kita anjurkan dari anak-anak remajanya juga. 100 keluarga binaan, di keluarga binaan itu juga kan mereka keluarga yang masih kurang pengetahuannya, kurang ekonominya, kita angkat supaya dapat keterampilan, segalanya.”70 Jangkauan P2WKSS tersebut meliputi semua desa atau kelurahan dengan prioritas rawan sosial ekonomi, kesehatan dan pendidikan. Atau desa yang ditetapkan oleh Bupati atau Walikota setempat berdasarkan asas kemandirian dan keswadayaan. Sasaran Program Terpadu P2WKSS adalah perempuan dengan tingkat kesejahteraan tergolong rendah atau yang masuk dalam kategori keluarga miskin, keluarga Pra-Sejahtera dan Keluarga Sejahtera Tahap 1 dan menurut hasil pendapatan Badan Pusat Statistik (BPS).71
69
Wawancara pribadi dengan ibu Triyani atau ibu Agus., selaku koordinator program P2WKSS di Kelurahan Jombang., tanggal 10 Juni 2014., di Kelurahan Jombang. 70 Wawancara pribadi dengan ibu Marmilah atau ibu Asep., selaku koordinator program P2WKSS di Kelurahan Sawah Baru., tanggal 10 Juni 2014., di Kelurahan Sawah Baru. 71 http://menegpp.go.id. Pedoman P2WKSS (diakses tanggal 08 Maret 2014)., h. 6.
111
Sasaran dari kelompok binaan P2WKSS yaitu daerah rawan sosial ekonomi, kesehatan dan pendidikan. Subjek pembangunannya yaitu perempuan dengan tingkat kesejahteraan rendah. Di Kota Tangerang Selatan, kelompok yang dibina di daerah binaan dalam program P2WKSS berjumlah 100 KK (Kelompok Keluarga) binaan. Tidak hanya ibu-ibunya namun anak-anaknyapun dibina dalam Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR) dan ibu-ibu lansia juga dibina dalam Bina Keluarga Lansia (BKL). f. Antusiasme peserta atau kelompok binaan P2WKSS sudah cukup baik dan ibu-ibu sekarang sudah pintar, hal tersebut disampaikan oleh ibu Triyani atau ibu Agus yang menyatakan bahwa: “Antusias Alhamdulillah di RW saya mula-mula memang begitulah ibu-ibu ya ada yang suka ada yang gak suka tapi setelah tahu karna saya gak bosan-bosannya tuh memberitahu kepada ibu-ibu bahwa tidak ada ruginya kita itu diundang untuk mendapatkan ilmu gitu loh selain gratis yah tambah wawasan, tambah pengetahuan, bertambah silaturahmi, dan lainnya tambah kenal gitu akhirnya mula-mula satu kelompok mau, akhirnya malah berebut, kadang-kadang bahkan kelebihan apa yang di undang 20 dateng 30 gitu, karna udah ternyata ibu-ibu itu sekarang juga udah pinter bahwa dengan adanya P2WKSS ini sangat menambah wawasan, menambah pengetahuan terutama menambah ilmu atau bahkan mungkin nanti bisa menambah pendapatan keluarga.”72 Hal berbeda disampaikan oleh ibu Marmilah atau ibu Asep yang menyatakan bahwa antusiasme peserta atau kelompok binaan P2WKSS di Kelurahan Sawah Baru masih sulit: “itu yang harus kita gerakin, yang harus kita kasih semangat support yah, masih susah-susah (sambil tertawa) gak mau, aku lagi sibuk, eh enggak ah, gak berani, macem-macem alasennya….Itu karna apa yah, mereka kurang pengetahunnya tadi yah, heeh jadi kita mesti rayu, kita mesti kasih pengertian, kita kasih bujuk rayu, heeh, masih susah 72
Wawancara pribadi dengan ibu Triyani atau ibu Agus., selaku koordinator program P2WKSS di Kelurahan Jombang., tanggal 10 Juni 2014., di Kelurahan Jombang.
112
banget di ajak gitu, padahal itu kesempatan untuk program ini kesempatan dia dididik, dilatih, gratis lagi, gitu perlu di dorong.”73 Antusiasme warga binaan P2WKSS di Kelurahan Jombang sudah sangat baik, mereka sudah mengerti dan mengetahui akan pentingnya peningkatan kualitas diri, sehingga mereka antusias untuk belajar dan mengikuti berbagai kegiatan pelatihan keterampilan dan penyuluhan. Namun pada awal kegiatan memang masih sulit untuk diajak, namun setelah di dorong dan diberikan motivasi, mereka akhirnya mulai mau mengikuti kegiatan dan mulai mengerti akan pentingnya kegiatan program P2WKSS tersebut. Berbeda dengan kelompok binaan di Kelurahan Sawah baru, mereka masih perlu didorong dan diberikan motivasi. Karna banyak warga yang tidak tahu dan tidak mengerti akan pentingnya peningkatan kulitas diri. Banyak juga warga binaan yang masih malu-malu dan ada juga yang karena malas mengikuti kegiatan jadi tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan P2WKSS. g. Hambatan yang terjadi dalam proses pelaksanaan kegiatan P2WKSS yaitu dari undangan yang berbarengan dan dari warga binaan sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Triyani atau ibu Agus antara lain: “Kendalanya itu atau hambatannya ya itu di warga yang memang kadang-kadang undangannya kadang-kadang berbarengan dengan kegiatan saya di RW atau di Kelurahan, kan gitu karna mereka kadang-kadang gak konfirmasi tiba-tiba ada undangan dari sini gitu tapi Alhamdulillah sih saya bisa bagi-bagi mana yang harus kesana mana yang harus kesini gitu. Ya untuk hambatan mungkin dari warga
73
Wawancara pribadi dengan ibu Marmilah atau ibu Asep., selaku koordinator program P2WKSS di Kelurahan Sawah Baru., tanggal 10 Juni 2014., di Kelurahan Sawah Baru.
113
ke saya juga banyaknya menanyakan ada bantuan apa atau modal atau alat gitu, paling disitu aja, ya.”74 Sedangkan hambatan lain dari proses kegiatan P2WKSS yaitu tidak adanya lahan untuk sarana dan prasarana kegiatan. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Marmilah atau ibu Asep: “Hem kayaknya itu aja deh, he eh klo hambatannya kita mau bikin apa seperti posyandu, yang sekarang sudah dikasih ini yah kalo ada lahan, dikasih bangunan yah, di sini dibikin bangunan dari dinas kesehatan juga cuma gak ada. Untuk KWT tempat lahannya pertanian, itu tadi kita gak punya lahan pinjemkan. Pinjam kan kita gak tau kapan orangnya mau ngambil, jadi kita udah bikin bagus, nanti di ambil sama yang punya kan gak enak yah. Itu lahan. Terus sama orangnya juga harus dikasih semangat yah itu, terus eh kasih ini yah pengertiannya kadang-kadang di daerah situ masih kalo saya bantu apa organisasi, apa imbalan buat saya, gitu padahal ini nanti juga kan buat mereka yah, mau ngerjainnya itu mau minta ini minta itu.”75 Hambatan yang dirasakan oleh koordinator P2WKSS di Kelurahan Jombang yaitu pada undangan yang berbarengan dan ada juga dari SKPD, lembaga atau instansi terkait yang tidak memberikan informasi atau pemberitahuan
terlebih
dahulu
sebelum
melaksanakan
kegiatan
penyuluhan dan pelatihan. Hambatan lain yang dirasakan oleh koordinator P2WKSS di Kelurahan Jombang yaitu adanya warga atau kelompok binaan yang menanyakan tentang bantuan berupa materi, modal atau financial. Sedangkan hambatan yang dirasakan oleh koordinator P2WKSS di Kelurahan Sawah Baru yaitu tidak adanya lahan untuk kegiatan KWT dan lahan untuk fasilitas sosial yang ada, karna lahan yang digunakan adalah lahan milik orang lain maka dikhawatirkan suatu saat akan diminta 74 Wawancara pribadi dengan ibu Triyani atau ibu Agus., selaku koordinator program P2WKSS di Kelurahan Jombang., tanggal 10 Juni 2014., di Kelurahan Jombang. 75 Wawancara pribadi dengan ibu Marmilah atau ibu Asep., selaku koordinator program P2WKSS di Kelurahan Sawah Baru., tanggal 10 Juni 2014., di Kelurahan Sawah Baru.
114
dikembalikan. Dan hambatan lain yang dirasakan oleh koordinator P2WKSS Kelurahan Sawah Baru yaitu ada pada masyarakat kelompok binaan sendiri. Mereka masih perlu diberikan arahan, didorong dan dimotivasi agar mau mengikuti kegiatan. Ada juga warga binaan yang menanyakan dan meminta imbalan jika sudah melakukan kegiatan. h. Tindak lanjut atau rencana setelah mengikuti kegiatan program P2WKSS yaitu menggunakan keahlian yang didapat dan dipelajari dengan baik untuk menambah penghasilan atau pendapatan keluarga. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Triyani atau ibu Agus antara lain: “Eh untuk tindak lanjutnya, sesuai bidangnya masing-masing kalo memang yang dikecantikan ya Alhamdulillah, ada yang udah niat buka salonlah seperti potong-potong rambut tetangga gitu, menyewakan eh mendandani anak-anak kecil pas waktu hari Kartinian, menyewakan baju gitu, udah-udah sampe sejauh itu, kalo untuk yang UKM atau pertahanan pangan itu juga sebagian memang saya ambil dari ibu-ibu yang pada dasarnya udah mempunyai kegiatan atau punya usaha dagang kue, yang tadinya dagangnya cuma gitu-gitu aja jadi sekarang dengan pengetahuan dari bu Ambar itukan kita dapat ngerti bahwa manfaat makanan sehat itu sangat-sangat berguna yah, ya khususnya bagi pedagang makanan nomer 1 tentunya sehat dan kebersihan, itu Alhamdulillah sih memang udah banyak ibu-ibu di RW kami yang menjajakan makanan seperti membuat kue, membuat roti, salah satunya saya sendiri juga saya sendiri memproduksi dodol rumput laut.”76 Hal serupa disampaikan oleh ibu Marmilah atau ibu Asep antara lain: “Kebetulan saya juga ikut di mana keterampilan tataboga, eh untuk UP2K dan UB (kelompok Usaha Bersama itu tadi) dibikin satu kelompok terdiri dari beberapa eh usaha, nanti dari situ kita bisa bikin koperasi, nanti dari usaha ini itu dikumpulkan jadi satu nah itu baru rencana kepinginnya seperti itu, supaya nanti juga bisa ada jalan keluarnya seandainya gak bisa memasarkan kan kita bisa tanya dari 76
Wawancara pribadi dengan ibu Triyani atau ibu Agus., selaku koordinator program P2WKSS di Kelurahan Jombang., tanggal 10 Juni 2014., di Kelurahan Jombang.
115
BPMPPKB atau dari lembaga bisa membantu untuk memasarkan, mereka sudah punya keterampilan tatarias kayak rias wajah untuk orang hajatan seperti itu, ya mudah-mudahan dari kecil dulu, karna kan pelatihannya gak sekali dua kali doangkan, masih harus berlanjut nah ini baru sekali makanya Alhamdulillah dari dua kelompok tadi, sudah apa masuk yah, jadi udah bisa ngerias, tinggal dapet job orang hajatan, masih bisa. Insya Allah sedikit bisa membantu perekonomian keluarga begitu sih tujuannya.”77 Rencana setelah mengikuti kegiatan program P2WKSS yaitu menggunakan keahlian yang didapatkan tersebut dengan baik untuk menambah penghasilan keluarga sesuai dengan tujuan P2WKSS yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perempuan dalam usaha ekonomi produktif agar perempuan mampu meningkatkan penghasilan bagi diri dan keluarganya untuk mencapai kesejahteraan. Bidang pekerjaan menyesuaikan dengan bidang pelatihan yang pernah didapat. Misalnya pelatihan keterampilan tata rias wajah, ibu-ibu yang sudah mendapatkan pelatihan tata rias dapat memperaktekannya dengan mendandani anak-anak pada saat acara Kartinian atau pada saat acara hajatan atau pernikahan. Untuk pelatihan keterampilan tata boga atau pelatihan ketahanan pangan, ibu-ibu yang sudah diajarkan cara membuat makanan sehat juga bisa mencoba untuk menjual makanan yang dibuatnya. Tidak hanya menjual, ibu-ibu itu pun tahu akan nilai gizi dan kesehatan makanan yang dijual. Kegiatan tersebut dilakukan untuk menambah pendapatan atau ekonomi keluarga.
77
Wawancara pribadi dengan ibu Marmilah atau ibu Asep., selaku koordinator program P2WKSS di Kelurahan Sawah Baru., tanggal 10 Juni 2014., di Kelurahan Sawah Baru.
116
i.
Sebagian kelompok binaan juga ikut terlibat dalam kegiatan rembug desa, seperti yang diungkapkan oleh ibu Triyani atau ibu Agus yaitu: “Ikut aktif yah, kalo rembug warga itu memang sih sebagian eh warga ya kalo yang udah cerdas udah pinter ya otomatis akan ikut yah akan ikut menyumbangkan apa kepinteran dia atau kebisaan dia ya masukan untuk berjalannya P2WKSS ini tapi sebagian orang yang hanya ngikutin alur aja atau mengikuti aja apa yang di undang kita undang, kita ajak, ada juga yang memang ikut berpartisipasi atau memberikan masukan ada beberapa di antaranya ya ibu darso itu kebetulan beliau adalah pensiunan dari pertanian jadi dia banyak memberi masukan tentang tanaman toga serta manfaatnya.”78 Kegiatan rembug desa atau rembug kelurahan dilaksanakan di masingmasing daerah binaan. Setiap warga diharapkan ikut terlibat dan berperan aktif dalam kegiatan perencanaan program P2WKSS ini. Di Kelurahan Jombang menurut ibu Triyani ada sebagian warga ada yang berperan aktif dan ikut memberikan masukan atau pendapat bagi pelaksanaan kegiatan P2WKSS, namun tidak sedikit juga warga binaan yang hanya mengikuti alur dari kegiatan P2WKSS. Berbeda dengan ibu Triyani, Ibu Marmilah menyatakan bahwa yang ikut terlibat dalam kegiatan perencanaan program P2WKSS yaitu dari pokja 1 sampai dengan pokja 4 dari kepengurusan PKK, pak RW dan pak RT atau aparatur desa: “Rembug warga juga kemarin sudah dilaksanakan waktu hari jum’at itu dengan BPMPPKB, nah itu pembentukan, satu ingin membentuk apa kepengurusan yah eh jadi supaya mereka bisa bertanggung jawab dengan kepengurusannya, terus dibina, untuk selanjutnya itu dibina kepengurusannya dulu, kemudian dari KWT nanti dibina, dikasih pelatihan….Inti maksud saya intinya dari kelurahan, terus dari pokja 1 sampe pokja 4, pokja satu di bidang keagamaan gotong royong, itu 78
Wawancara pribadi dengan ibu Triyani atau ibu Agus., selaku koordinator program P2WKSS di Kelurahan Jombang., tanggal 10 Juni 2014., di Kelurahan Jombang.
117
harus bisa kasih support juga kesana he eh begitu, dengan pokja duanya sampai pokja empatnya ada bidangnya masing-masing itu juga harus ada kesinambungan disana. Nah itu, kita juga masih susah gerakin. Ya kemarin kita di anterin undangan dari BPMPPKB saya juga undang dari pokja 1 sampe pokja 4 dari kepengurusan yang ikut rapat tadi sekitar 60 orang yang datang, eh, termasuk ada dari pak RW, Pak RT nya juga ada.”79 Kegiatan dalam rembug desa atau rembug kelurahan di Kelurahan Sawah Baru yaitu membahas tentang pembentukan kepengurusan. Peserta yang hadir dalam kegiatan rembug desa yaitu anggota PKK dari Pokja 1 sampai dengan Pokja 4 juga RT dan RW hadir dalam kegiatan perencanaan tersebut, namun warga binaan tidak begitu berperan aktif dalam jalannya kegiatan perencanaan program P2WKSS di Kelurahan Sawah Baru. j.
Ada keterlibatan laki-laki dalam program P2WKSS di lokasi binaan seperti yang disampaikan oleh ibu Triyani atau ibu Agus yaitu: “Ada, di antaranya di POSBINDU saya kebetulan ketua POSBINDUnya terdiri dari bapak-bapak yaitu bapak Mimit namanya, beliau ketua RT di RT 02 memang beliau ketua Posbindu, jadi dia juga kemarin saya tunjuk untuk menjadi ketua UKM (Usaha Kecil Menengah) ya, beliau memang sangat rajin dan antusias untuk membantu”80 Hal serupa juga disampaikan oleh ibu Marmilah atau ibu Asep yaitu: “Ada, eh kalo peran laki-laki ada di karang taruna, ada disitu kepengurusnnya, terus di Bina Keluarga Remaja, terus bank sampah, itu melibatkan laki-laki. Karang taruna itu kebetulan karna kemaren tukan eh, belum yah, belum ketemu pengurusnya terus ada seperti pak
79 Wawancara pribadi dengan ibu Marmilah atau ibu Asep., selaku koordinator program P2WKSS di Kelurahan Sawah Baru., tanggal 10 Juni 2014., di Kelurahan Sawah Baru. 80 Wawancara pribadi dengan ibu Triyani atau ibu Agus., selaku koordinator program P2WKSS di Kelurahan Jombang., tanggal 10 Juni 2014., di Kelurahan Jombang.
118
Rosadi tadi itu ketua karang taruna di Sawah Baru, kita minta bantuan dia juga.”81 Program P2WKSS juga dibentuk untuk menciptakan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Kesetaraan yang berkeadilan gender adalah kondisi yang dinamis, di mana laki-laki dan perempuan memiliki kesamaan hak, kewajiban, kedudukan, peranan, dan kesempatan yang dilandasi sikap dan perilaku yang saling menghormati, saling menghargai, saling membantu, dan saling mengisi di berbagai sektor.82 Dalam program P2WKSS, laki-laki juga turut serta, ikut berperan membantu dalam pelaksaan program kegiatan. Misalnya dalam lingkup rumah tangga, suami dapat mendorong dan memotivasi istrinya agar mau ikut terlibat dan berpartisipasi dalam kegiatan P2WKSS. Dalam lingkup kemasyarakatan, laki-laki juga dapat ikut berpartisipasi pada kegiatan Karang Taruna, Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Lansia (BKL), Bank Sampah, juga kegiatan-kegiatan lainnya agar pelaksanaan kegiatan P2WKSS dapat berjalan dengan baik. 3. Analisis Keterlibatan dan Partisipasi Perempuan pada Program P2WKSS Analisis
keterlibatan
dan
partisipasi
perempuan
pada
pelaksanaan
pembangunan melalui program Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) di Kota Tangerang Selatan meliputi:
81 Wawancara pribadi dengan ibu Marmilah atau ibu Asep., selaku koordinator program P2WKSS di Kelurahan Sawah Baru., tanggal 10 Juni 2014., di Kelurahan Sawah Baru. 82 Fadilah Suralaga, dkk.,Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 82.
119
A. Keterlibatan Keterlibatan berarti keadaan terlibat. Terlibat sendiri berarti adanya keikutsertaan individu atau berperannya sikap ataupun emosi individu dalam situasi tertentu.83 Keterlibatan sosial perempuan merupakan penegasan kondisi perempuan yang mengalami peningkatan dalam masyarakat. Hal tersebut didorong oleh kesadaran mendalam terhadap peran perempuan dalam upaya membangun dan mengembangkan masyarakat. Keterlibatan perempuan tersebut berarti ikut memberikan solusi bagi masalah-masalah sosial, ekonomi, politik, juga memperluas peran perempuan di berbagai asosiasi dan organisasi nasional serta berbagai bentuk kerjasama, di samping lembaga-lembaga kemasyarakatan.84 Mosser framework membagi keterlibatan ke dalam tiga bagian, yaitu keterlibatan
reproduktif,
keterlibatan
produktif
dan
keterlibatan
kemasyarakatan.85 a) Keterlibatan Reproduktif Kegiatan reproduktif melibatkan kepedulian dan pelestarian rumah tangga dan keluarga termasuk melahirkan, merawat anak-anak, mempersiapkan makanan, berbelanja, merawat rumah dll. Kerja reproduktif sangatlah penting bagi keberlangsungan hidup manusia dan pelestarian reproduksi angkatan
83
Pusat Bahasa Pendidikan Nasional, KBBI edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h.
668. 84 Dr. Jaber Asfour, Membela Perempuan, Antara Hak, Peran & Tanggung Jawab, (Depok: NOHA Publishing House, 2008), h. 131. 85 Tati Hatima, dkk, Analisis Gender. Work shop 13 November – 19 November 2000. (Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2000), h. 19.
120
kerja, tetapi hal tersebut jarang dianggap sebagai “pekerjaan yang benarbenar pekerjaan”.86 Dalam masyarakat kelompok binaan P2WKSS, ada yang menyatakan bahwa: a. Kegiatan reproduktif atau melakukan pekerjaan rumah tangga dilakukan seorang diri seperti yang diungkapkan oleh ibu Mardiyah dan Ibu Supiah. “…merawat rumah ya saya sendiri, gak ada pembagian kerja, saya sendiri semua-mua, he eh ya itu semua-mua di rumah namanya rumah tangga he eh nyuci….”87 “…saya sendiri yang mengurus rumah, ya itu kemauan saya sendiri, dilakukannya kalo untuk rumah setiap hari yah…”88 b. Ada yang melakukan pembagian kerja dengan anggota keluarga lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Rina Lisnawati, ibu Sufiyati, ibu Fatimah, ibu Fitrawati dan ibu Nuriyah. “…Merawat rumah saya melakukan sendiri, anak saya dua, saya sendiri yang merawatnya. Kegiatan di rumah, paling juga kalo pagi memang saya yang mengerjakan semua pekerjaan saya yah, pekerjaan rumah tangga kalo siang anak saya pulang sekolah ya anak saya, untuk sorelah gitu yah, nyapu, ngepel yah…”89 “… tapi kadang yang nyuci saya, anak saya yang laki juga ada yah, yang satu isi botol kulkas, ya kamu ngepel misalnya, yang satu yang punya anak entar aku masak deh mah, nanti anakku yang nyuci kadang mamah yang nyuci gitu ajah.”90
86
Tati Hartima, dkk. Analisis Gender. Workshop 13 November - 19 November2000, (Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2000), h.19. 87 Wawancara pribadi dengan ibu Mardiyah., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014. 88 Wawancara pribadi dengan ibu Supiah., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014. 89 Wawancara pribadi dengan ibu Rina Lisnawati., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., tanggal 14 Juni 2014. 90 Wawancara pribadi dengan ibu Sufiyati., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., tanggal 14 Juni 2014.
121
“…kalo sekarang sih ya kalo anak saya sekarang nih yang satu nyetrika, terus yang satu nyuci gitu, ya paling ibu masak, ya, udah lama sih, ya tiap hari gitulah, kalo masak emang tiap hari juga buat anak-anak kecuali di luar masak itu juga benenah-bebenah itu anakanak.”91 “…Pembagian kerja ada, ya kalau ngepel aja bantu gimana apa nyuci piring heeh paling itu, iyakan anak masih pada sekolah masih pada belajar,…”92 “…ada, he eh ya kalo untuk nyuci, apa namanya ya kalo ngurus rumah tangga ibu kalo bantu-bantu nyapu apalah anaknya gitu, ya enggak dia sendiri udah tugas rutin, jadi tiap pagi kan harusnya nyapu, eh gitu terus ngepel…”93 c. Ada yang menyatakan bahwa pembagian kerja dalam kegiatan reproduktif dilakukan dengan pembantu rumah tangga seperti yang diungkapkan oleh ibu Kusmiati. “Ada juga sih, ya seperti nyuci, nyuci ya apa ya, nyetrika gitu, ya tiap hari, sama pembantu.”94 d. Dan ada juga yang beranggapan bahwa kegiatan reproduktif yang dilakukan tersebut merupakan suatu kewajiban, seperti yang diungkapkan oleh ibu Nursehati dan Ibu Wainem. “…Ngurus rumah saya, karna tanggung jawab ya, he eh, anaknya masih kecil-kecil….”95 “Yo biasa ibu rumah tangga yo biasa itu nyuci ngepel ya biasalah ya ibu rumah tangga di rumah, ya itukan kewajiban, namanya ibu rumah tangga. Namanya Kewajiban ya dikerjakan setiap pagi, kalo pagi iya
91
Wawancara pribadi dengan ibu Fatimah., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., tanggal 14 Juni 2014. 92 Wawancara pribadi dengan ibu Fitrawati., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014. 93 Wawancara pribadi dengan ibu Nuriyah., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014. 94 Wawancara pribadi dengan ibu Kusmiati., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., tanggal 14 Juni 2014. 95 Wawancara pribadi dengan ibu Nursehati., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., tanggal 14 Juni 2014.
122
bangun tidur abis sholat shubuh langsung ngerjain pekerjaan rumah….”96 Nilai-nilai pembagian kerja yang menekankan bahwa dunia rumah tangga sepenuhnya milik perempuan menyebabkan tugas-tugas perempuan hanya terfokus pada sumur, dapur dan kasur. Kondisi ini menyebabkan kiprah perempuan di dunia publik tertinggal dari laki-laki. Keterlibatan perempuan dalam dunia publik diminimalisir. Peran perempuan hanya sebatas merawat rumah sementara dunia publik sepenuhnya milik lakilaki.97 Keterlibatan reproduksi kelompok binaan P2WKSS masih dalam lingkup kegiatan mengurus pekerjaan rumah tangga, pemeliharaan rumah, dan mengurus anak. Ada yang melakukannya seorang diri, ada juga yang melakukan pembagian kerja dengan anggota keluarga atau pembantu rumah tangga. Dan ada juga yang menyatakan bahwa pekerjaan mengurus rumah tangga adalah sebuah kewajiban atau tugas seorang perempuan. Keterangan di atas menandakan bahwa adanya marginalisasi terhadap perempuan, salah satu bentuknya yaitu proses feminisasi atau segregasi, pemusatan perempuan pada jenis pekerjaan tertentu (feminisasi pekerjaan) atau pemisahan yang semata-mata dilakukan oleh perempuan saja atau laki-laki saja.98 Selain itu ada juga stereotipe terhadap perempuan, yaitu pelabelan perempuan sebagai ibu rumah tangga (domestik) dan laki-laki
96
Wawancara pribadi dengan ibu Wainem., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014. 97 Ida Rosyidah dan Hermawati, Relasi Gender dalam Agama-agama, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013), h. 16. 98 Fadilah Suralaga, dkk.,Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 73-74.
123
sebagai pencari nafkah (publik), perempuan lemah, laki-laki kuat dan lainlain.99 Dalam kegiatan program P2WKSS ada kegiatan penyuluhan tentang tingkahlaku Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dari Dinas Kesehatan, namun dalam kegiatan keseharian warga binaan P2WKSS, masih belum nampak penerapan PHBS dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pada peningkatan kesehatan perempuan sudah cukup baik, terlihat dari terselenggaranya program kegiatan Keluarga Berencana (KB), Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Bina Keluarga Lansia (BKL). Termasuk didalamnya penyuluhan tentang Reproduksi Remaja dan Reproduksi Lansia. b) Keterlibatan Produktif Kegiatan Produktif, melibatkan produksi barang dan jasa untuk dikonsumsi dan diperdagangkan atau dijual. Baik perempuan maupun lakilaki dapat terlibat dalam kegiatan-kegiatan produktif, tetapi seringkali fungsi dan tanggung jawab mereka berbeda. Pekerjaan produktif perempuan seringkali lebih tidak terlihat dan lebih tidak dihargai dibandingkan pekerjaan produktif laki-laki.100 Dalam masyarakat kelompok binaan P2WKSS, ada yang menyatakan bahwa: a. Ada yang bekerja atau melakukan kegiatan produktif seperti melakukan kegiatan mengajar dan wirausaha, seperti yang diungkapkan oleh ibu Rina
99
Ibid.,h. 76-78. Tati Hartima, dkk. Analisis Gender. Workshop 13 November - 19 November2000, (Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2000), h. 19. 100
124
Lisnawati, ibu Fitrawati, ibu Nuriyah, ibu Mardiyah, ibu Wainem dan ibu Sufiah. “Sehari-hari saya itu guru ya, ngajar pagi setiap hari dari senin sampai sabtu, mengajar disini di SD, SD Jombang 2.”101 “Sayakan di rumah saya usahanya warung. Jual pulsa sama itu warung sembako, yang kecil, yang kecil-kecil aja.”102 “Ehm, kadang-kadang ya suka bikin kue gitu, heeh ada pesenan kue kan gitu. Buatnya malam, malam hari. kalo ada pesenan gitu, eh ya untuk menambah keuangan kita, buat kuenya di rumah saja, kue basah, ya misalnya kayak lemper, terus karamel, gitu terus bolu-bolu gitu, pokonya kue basahlah, heeh…”103 “…jualan ini bikin sendiri, jual ya itu lontong, bakwan itu seperti saya meh bagian nasi uduk aja heeh, terus nasi uduk aja enggak yang lain, jualannya dari pagi ampe gini hari, kadang-kadang kalo lagi laris yah jam 10 udah abis gitu kalo masih banyak begini ni bisa sampe siang, ya karna ya kebutuhan hidup heeh, penghasilan heeh,…”104 “Saya dagang, heeh dagang yo gorengan, kopi, es, bukanya habis dzuhur, jadi kan udah rapih pekerjaan rumah baru buka warung. Apa namanya, inilah cari tambahan bantu suami, suami tadinya kerja di bangunan heeh. Dagangnya di samping rumah ini…”105 “Ya ke kebun, bertanam, lalu di jual, tanaman eh papaya, heeh daun singkong, timun, jagung, kan ada tanah kereta api gak terpakai, luas di deket kereta yang tidak terpakai kan sayang jadi ditanemin itu bukan milik pribadi kan emang panjang jadi sayang kalo gak di pake gitu jadi ditanemin pisang. Masak untuk kegiatan pesta aja hajatan itu di panggil masak apa ya tergantung permintaannya aja masak rendang, sop kaki, apa aja dah apa gudeg, rendang apa semur apa asinan. bahan bahan dari yang punya hajat.”106
101
Wawancara pribadi dengan ibu Rina Lisnawati., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., tanggal 14 Juni 2014. 102 Wawancara pribadi dengan ibu Fitrawati., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014. 103 Wawancara pribadi dengan ibu Nuriyah., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014. 104 Wawancara pribadi dengan ibu Mardiyah., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014. 105 Wawancara pribadi dengan ibu Wainem., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014. 106 Wawancara pribadi dengan ibu Sufiah, warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014.
125
b. Ada yang menyatakan sebagai ibu rumah tangga saja seperti yang diungkapkan oleh ibu Supiati “Produksi gak ada yah, kegiatan sehari-hari hanya rutinitas begitu aja, gitu.”107 c. Ada yang tidak membedakan antara kegiatan produktif dengan kegiatan kemasyarakatan seperti yang diungkapkan oleh ibu Nursehati, ibu Fatimah dan ibu Kusmiati. “…majlis taklim paling, kesini ikut PKK. Kalo ke Majlis taklim meh hampir tiap hari, eh biasanya abis lohor, setiap hari habis dzuhur. Kadang seharian kamis itu full dari pagi sebelum lohor trus jam satu pulang sebelum ashar trus abis maghrib sampe setengah Sembilan, itu padet kalo kamis.”108 “Di luar rumah, ya seperti bu Aguskan PKK gitu, berkebun gitukan, pengajian, ya posyandu, nimbang-nimbang. Eh kalo Posyandu, kemis ke tiga eh senen ke tiga, kalo pengajian hari jum’at sama rabu, sama selasa, tiga kali.”109 “Oh arisan, pengajian, PKK. Pengajian seminggu dua kali, kalo PKK kan sebulan sekali, rutin, kadang-kadang kalo ada panggilan dari bu lurah ya datang gitu, kegiatannya ada dari pensiunan sebulan eh dua bulan sekali iyah, di kantor, di sana di Kementrian Pertanian.”110 Pekerjaan
domestik
yang
dibebankan
kepada
perempuan,
menyebabkan posisi perempuan sarat dengan pekerjaan yang beragam, dalam waktu yang tidak terbatas dan dengan beban yang cukup berat. Misalnya memasak, mencuci, menyetrika, menjaga kebersihan, dan kerapihan rumah, mengurus anak dan sebagainya. Pekerjaan domestik yang berat tersebut dilakukan bersama-sama dengan fungsi reproduksi, 107
Wawancara tanggal 14 Juni 2014. 108 Wawancara tanggal 14 Juni 2014. 109 Wawancara tanggal 14 Juni 2014. 110 Wawancara tanggal 14 Juni 2014.
pribadi dengan ibuSufiyati., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., pribadi dengan ibu Nursehati., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., pribadi dengan ibu Fatimah., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., pribadi dengan ibu Kusmiati., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang.,
126
haid, hamil, melahirkan, menyusui. Belum lagi jika perempuan harus bekerja pada peran publik untuk meningkatkan penghasilan ekonomi keluarga, maka semakin berat beban yang ditanggung.111 Dalam kegiatan produktif masyarakat kelompok binaan P2WKSS terlihat bahwa, masih sedikit perempuan yang melakukan kegiatan ekonomi produktif atau kegiatan yang menghasilkan pendapatan untuk mendukung perekonomian keluarga. Masih banyak perempuan-perempuan di kelompok binaan yang pekerjaan sehari-harinya hanya mengurus kegiatan pelestarian rumah tangga atau pekerjaan domestik. Setelah mengikuti kegiatan pelatihan keterampilan melalui program P2WKSS, diharapkan agar masyarakat kelompok binaan dapat menerapkan ilmu yang dipelajari untuk digunakan sebagai ladang usaha atau pengembangan ekonomi produktif bagi diri dan keluarganya. c) Keterlibatan Kemasyarakatan Kegiatan
kemasyarakatan,
melibatkan
pengorganisasian
kegiatan-
kegiatan dan tugas-tugas sosial secara bersama: upacara-upacara dan peringatan-peringatan, kegiatan-kegiatan peningkatan masyarakat, partisipasi dalam kelompok dan organisasi, kegiatan-kegiatan politik lokal dan sebagainya. Jenis pekerjaan ini jarang dipertimbangkan atau dilihat dalam analisis ekonomi masyarakat. Tetapi jenis pekerjaan ini melibatkan jumlah waktu yang cukup besar yang diberikan secara sukarela dan penting bagi perkembangan spiritual dan budaya masyarakat dan merupakan suatu kendaraan untuk pengaturan dan penentuan nasib masyarakat. Baik 111
Fadilah Suralaga, dkk.,Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 80.
127
perempuan maupun laki-laki terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan, meskipun suatu pembagian kerja berdasarkan gender juga berlaku disana. 112 Dalam masyarakat kelompok binaan P2WKSS, ada yang menyatakan bahwa: a. Ada yang mengikuti kegiatan kemasyarakatan PKK seperti yang diungkapkan oleh ibu Rina Lisnawati, ibu Fatimah, ibu Kusmiati dan ibu Nuriyah. “Paling ikut kerja bakti ya, posyandu, ya itu juga tapi gak tiap gak selalu dateng gitu, kalo posyandukan sebulan sekali di RW 04 ada lokasi Posyandunya…”113 “Yang itu yang tadi, terus sama arisan RT sebulan sekali setiap tanggal 5 kalo arisan RW setiap bulan kedua, Posyandu setiap sebulan senen ketiga sebulan sekali…”114 “Iya kayak gini PKK, itu kayak KWT, masyarakat kan ini juga, ya, kalo ini meh sebulan sekali, kalo itukan untuk masyarakat yah...”115 “Ya itu Posyandu, ngaji, heeh, terus apa yah ya kalo misalnya ada kegiatan kumpul-kumpul sih saya seneng yah gitu arisan heeh, gitu paling itu aja rutin ngaji, arisan, posyandu, kalo Posyandu sih sebulan sekali, arisan RT sebulan sekali, arisan RW juga ibu ikut sebulan sekali, terus itu rakor PKK juga termasuk kegiatan yah, Rakor Des sama Rakor Cam, Kalo Rakor des kan rakor desa, kalo rakor cam kan kecamatan. Gitu. Itu kegiatan PKK…”116 b. Ada yang mengikuti kegiatan pengajian seperti yang dilakukan oleh ibu Nursehati, Ibu Supiati, Ibu Mardiyah, ibu Wainem dan ibu Sufiah.
112
Tati Hartima, dkk. Analisis Gender. Workshop 13 November - 19 November2000, (Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2000), h. 20. 113 Wawancara pribadi dengan ibu Rina Lisnawati., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., tanggal 14 Juni 2014. 114 Wawancara pribadi dengan ibu Fatimah., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., tanggal 14 Juni 2014. 115 Wawancara pribadi dengan ibu Kusmiati., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., tanggal 14 Juni 2014. 116 Wawancara pribadi dengan ibu Nuriyah., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014.
128
“Apa sih, aku sih ngumpulin anak kecil aja kalo habis maghrib, diajarin ngaji di rumah gitu-gitu doank heeh, habis maghrib…”117 “Kalo ada kegiatan pengajian ya kita ikuti, seperti ibu-ibu yang lain. Kalo pengajian setiap Selasa, rabu dan jum’at. Ngaji baca Al-Qur’an, tentang fikih, kalo yang hari rabu pengajian ya biasalah kita Yasinan di sini Mesjid sini eh Nurul Ikhlas…”118 “Iya pengajian-pengajian aja udah itu, ya selain dari itu yang enggak paling ya ngerjain ini aja yang ada di rumah itu aja…”119 “Pengajian, ia ngaji tiap minggu, selain ngaji gak ada kegiatan apaapa ya kalo lagi ada kerja bakti ya kerja bakti, ikut gitu. Untuk BKL Posbindu yo itukan adanya di yo ikut sih kalo ini di pengajian ikut. Pengajian hari minggu abis dzuhur di mushola Al-Irsyad…”120 “Kegiatannya apa aja ya orang yang lagi mungkin kalo ada pengajian ya bantu-bantu ada misalnya orang yang meninggal bantu-bantu kadang sampe tujuh harilah ya kadang-kadang bantu-bantu kegiatan kemasyarakatanlah…”121 Keterlibatan kelompok binaan dalam kegiatan kemasyarakatan sudah cukup baik, ada yang mengikuti kegiatan PKK, ada juga yang mengikuti kegiatan pengajian. Ketika perempuan di kelompok binaan mengikuti kegiatan kemasyarakatan berarti ia juga sudah ikut berpartisipasi dalam membangun masyarakat. Misalnya ada yang mengikuti kegiatan PKK, seperti posyandu, posbindu, mereka secara tidak langsung juga ikut berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan, pelayanan dan pembinaan di P2WKSS. Ada pula yang mengikuti kegiatan pengajian, dalam kegiatan pengajian berarti warga binaan aktif dalam kegiatan belajar-mengajar, baik
117
Wawancara pribadi dengan ibu Nursehati., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., tanggal 14 Juni 2014. 118 Wawancara pribadi dengan ibu Supiyati., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., tanggal 14 Juni 2014. 119 Wawancara pribadi dengan ibu Mardiyah., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014. 120 Wawancara pribadi dengan ibu Wainem., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014. 121 Wawancara pribadi dengan ibu Sufiah., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014.
129
itu dengan mendengarkan ceramah agama, mengaji kitab atau membaca Al-Qur’an, hal tersebut sangat baik bagi perkembangan spiritual dan budaya masyarakat. d) Keterlibatan dalam proses perencanaan P2WKSS atau Rembug Desa Dalam masyarakat kelompok binaan P2WKSS, ada yang menyatakan bahwa: a. Ada yang hadir dalam proses perencanaan atau rembug desa seperti ibu Kusmiati, ibu Fitrawati, ibu Nuriyah dan ibu Mardiyah. “Ikut, ada pak lurah ada eh PKK, PKK, iya kader-kader, RT, RW, iya pak Lurah, aparat desalah. Aparatur desa. Aparat kelurahan. Ada, eh enggak tau yah lupa, bu Agus kemaren suruh jadi ketua koordinator P2WKSS, heeh, ibu Triyani kalo bu Agus tuh.”122 “Rembug warga, ikut kemaren berapa kali ke kelurahan. Ya ada kunjungan itu, apa yah dari pemerintahan tangsel sendiri itu dari Dinas Sosial, dari Propinsi untuk P2WKSS kemaren di Kelurahan…”123 “Iya ikut juga karna disini semua apa yah semua yang ada di RT 07 RW 02 itu harus bergerak semua gitu heeh, mendukunglah gitu semua warga,ada ibu-ibu dan ada laki-laki juga ada, heeh, RT, RW turun semua. itu di Mushola Al-Irsyad.”124 “…ikut yang kemaren itu ya yang ada acara ya itu doank udah, tapi ngejelasin gak jelasin macem-macem di Kelurahan, tapi belum di kerjain sih baru rapat aja. Ya berencana, yang kata panitia, terus apa, mau dibentuk apa sih, bentuk apa sih, saya gak nyatet soalnya, cuma lihat dan denger di luar jadi gak begitu paham.”125
122
Wawancara pribadi dengan ibu Kusmiati., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., tanggal 14 Juni 2014. 123 Wawancara pribadi dengan ibu Fitrawati., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014. 124 Wawancara pribadi dengan ibu Nuriyah., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014. 125 Wawancara pribadi dengan ibu Mardiyah., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014.
130
b. Ada yang tidak hadir dalam proses perencanaan P2WKSS atau Rembug Desa seperti yang diungkapkan oleh ibu Rina Lisnawati, ibu Nursehati, ibu Supiati, ibu Fatimah, ibu Wainem dan ibu Sufiah. “Rembug Warga, enggak juga sih, paling suami saya, suami saya kan RT gitu, paling mungkin kalo disini itu biasanya bapak-bapak. Iya mungkin biasanya kader-kader ini, kader-kader PKK.”126 “Enggak sih, cuma sering ngadain apa yah, eh penyuluhan gitu-gitu d kelurahan, penyuluhan kesehatan gitu…”127 “Enggak, rencana ini, sayakan kemaren hanya inikan ada rembug warga. Ikut sih kalo ada acara-acara ikut. Yang ikut terlibat banyak sih, paling yang disini aja yang bu papat, bu embay, bu eneng, ibu-ibu dari PKK, ya seperti bu Agus tadi..”128 “Enggak tau yah, enggak ikut kurang tau juga yah cuma kalo ibu kan biasanya suka rakor, gitu doank, iya gitu, paling bu agus kayaknya yang semua, kita kan cuma kader-kadernya bagian ini bagian itu apa perintah dia lah gitu, biasanya yang ini sih bu Agus sama bu darso…”129 “Rembug warga kayaknya gak ikut deh, saya cuma anggota terus dari ketua belum dikasih tau, belum ada penyuluhan lagi.”130 “Enggak ikut rembug warga, biasanya yang ikut kader-kader aja. Tim penggeraknya ya itu cuma itu aja satu ibu Nur aja…”131 c. Yang turut hadir dalam kegiatan rembug desa seperti yang diungkapkan oleh ibu Kusmiati, ibu Fitrawati dan ibu Nuriyah “Ikut, ada pak lurah ada eh PKK, PKK, iya kader-kader, RT, RW, iya pak Lurah, aparat desalah. Aparatur desa. Aparat kelurahan. Ada, eh
126
Wawancara pribadi dengan ibu Rina Lisnawati., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., tanggal 14 Juni 2014. 127 Wawancara pribadi dengan ibu Nursehati., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., tanggal 14 Juni 2014. 128 Wawancara pribadi dengan ibu Supiyati., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., tanggal 14 Juni 2014. 129 Wawancara pribadi dengan ibu Fatimah., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., tanggal 14 Juni 2014. 130 Wawancara pribadi dengan ibuWainem., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014. 131 Wawancara pribadi dengan ibu Sufiyah., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014.
131
enggak tau yah lupa, bu Agus kemaren suruh jadi ketua koordinator P2WKSS, heeh, ibu Triyani kalo bu Agus tuh.”132 “…ada bapak Devin selaku camat Ciputat, beliau membahas tentang P2WKSS, terus ada dari Dra. Supiah dari Pemberdayaan Perempuan, terus dari ada dari Dinas Kesehatan Propinsi Ibu Dewi, membahas tentang P2WKSS jadi masyarakat keseluruhannya ya…”133 “…semua warga, ada ibu-ibu dan ada laki-laki juga ada, heeh, RT, RW turun semua. itu di Mushola Al-Irsyad. Datang ya, eh dari PKK itu ya yang jelas POKJA 1 sampe POKJA 4 dateng semua terus bu bu Lurah juga dateng, kebetulan kemaren juga ada dari Dinas BPMPPKB, heeh. Dari propinsi kemaren datang untuk peninjauan langsung kesiapanya udah gimana gitu…”134 Keterlibatan masyarakat kelompok binaan P2WKSS pada kegiatan perencanaan program P2WKSS, rembug desa atau rembug kelurahan masih sangat minim. Sosialisasi tentang program P2WKSS masih kurang, masyarakat masih banyak yang tidak mengetahui arti dan tujuan dari program P2WKSS. Kegiatan rembug desa atau rembug kelurahan biasanya dihadiri oleh masyarakat kelompok binaan, anggota PKK, Aparatur Desa seperti Kelurahan, RT dan RW serta dari sektor pemerintahan, BPMPPKB dan SKPD lainnya. e) Keterlibatan dalam Program P2WKSS Dalam masyarakat kelompok binaan P2WKSS, ada yang menyatakan bahwa: a. Warga Binaan yang ikut terlibat dalam kegiatan pelatihan-pelatihan keterampilan yaitu Ibu Rina Lisnawati, Ibu Nursehati dan ibu Fitrawati.
132
Wawancara pribadi dengan ibu Kusmiati., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., tanggal 14 Juni 2014. 133 Wawancara pribadi dengan ibu Fitrawati., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014. 134 Wawancara pribadi dengan ibu Nuriyah., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014.
132
“Keterampilan ini (menyulam), terus KWT, terus ada BKB juga ya itu, ya semuanya pokoknya kalo untuk mencangkup ini semua kita ikut bekerja sama gitu. Heeh, ya karna memang kegiatannya ada disini, lagi di RW 04 ini ya di RT 01. Saya sendiri ikut, dari kemauan saya sendiri.”135 “Baru menyulam. Heeh, nanti mau menjahit katanya. Biar bisa ngembangin, maksudnya bisa, gimana ya, bisa menambah ilmu lah…”136 “Pelatihan membuat bakso dari apa Dinas Perikanan dan Kelautan, pembuatan bakso ikan sama mie dari rumput laut, gitu terus juga ada, eh pembuatan pangan lokal, heeh di itu di lokasi soalnya lain-lain sih beda daerahnya juga…”137 b. Kelompok binaan yang mengikuti kegiatan KWT yaitu ibu Kusmiati, ibu Wainem dan ibu Sufiah. “Ikut banget. Ya kayak obat (KWT) banyak lah PKK yang terutama di pokja 3 nya yah ibu, ini juga kan kayak gini-gini.”138 “Ini ikut apa itu kelompok tani, KWT dia ketuanya (menunjuk seseorang) itu tempatnya di sana seberang rel sana. Itu kalo kegiatannya ya dia udah mulai udah lama dia (menunjuk) kalo saya belum lama.”139 “…tapi ya yang di pegang yang itu aja ya yang Tani. Kalo tenaga sih yang semuanya pengennya meh pengen diikutin gitu. Kalo tani sih mungkin setiap hari yah, kalo KWT bu muji berapa ya kemaren ya 10 apa 12, tani 20 orang heeh kalo kelompok tani, KWT nya 10 apa 16 orang gitu. ada dua KWT cuma yang diiniin satu, saya anggota aja ketua KWT siapa ya bang Tamrin ya, (bertanya kepada yang lain)”140
135
Wawancara pribadi dengan ibu Rina Lisnawati., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014. 136 Wawancara pribadi dengan ibu Nursehati., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., tanggal 14 Juni 2014. 137 Wawancara pribadi dengan ibu Fitrawati., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014. 138 Wawancara pribadi dengan ibu Kusmiati., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., tanggal 14 Juni 2014. 139 Wawancara pribadi dengan ibu Wainem., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014. 140 Wawancara pribadi dengan ibu Sufiyah., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014.
133
c. Warga binaan yang mengikuti kegiatan Posyandu, BKB dll yaitu ibu Fatimah dan ibu Nuriyah. “Ibu gini sih kecuali ya mengenai di posyandu aja gitu selain itu enggak, paling ini ya baru nih menyulam, masak-masak ada juga gitukan, udah selain itu di posyandu aja, ya di lingkungan ini yah kadang di RT setiap bulan…”141 “Saya posyandu itu sudah meliputi masyarakat semuanya warga sini gitukan posyandu kan kita yang bikin dasawisma kan apa namanya satu kelompok 20 rumah seharusnyakan 10 yah tapikan kayaknya kalo 10 terlalu kita tenaganya kurang jadi dibikin aja 20 keluarga kita satu kelompok dibina gitu terus liat nanti kalo misalnya ada yang mereka punya sakit apa itu di catet gitu ada yang cacat gitu”142 Kegiatan pelatihan keterampilan termasuk dalam Kelompok Kegiatan Lanjutan
(KKL)
pada
pelayanan,
peningkatan
pengetahuan
dan
keterampilan oleh berbagai instansi terkait.143 Setiap lembaga atau instansi baik pemerintah maupun non pemerintah di Kota Tangerang Selatan membangun masyarakat melalui program P2WKSS. Mereka memberikan pelatihan keterampilan dan penyuluhan sesuai dengan bidang dan fungsi masing-masing lembaga. Di dalamnya ada kegiatan pelatihan keterampilan tata boga, keterampilan tata rias, keterampilan menjahit, menyulam dan lain sebagainya. Ada juga penyuluhan-penyuluhan, penyuluhan tentang PHBS, penyuluhan Gerakan Sayang Ibu (GSI), penyuluhan KB dan lain sebagainya.
141
Wawancara pribadi dengan ibu Fatimah., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., tanggal 14 Juni 2014. 142 Wawancara pribadi dengan ibu Nuriyah., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014. 143 http://menegpp.go.id. Pedoman P2WKSS (diakses tanggal 08 Maret 2014)., h. 10.
134
Kegiatan Kelompok Wanita Tani (KWT) termasuk dalam Kelompok Kegiatan
Dasar
(KKD)
pada
kegiatan
penyuluhan,
penyuluhan
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. 144 Kegiatan KWT diselenggarakan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan. Kegiatan KWT yaitu mengelola sebidang tanah yang tidak terpakai dengan menanam berbagai macam tanaman, khususnya tanaman obat-obatan atau toga, seperti kunyit, kencur, jahe, dan lain-lain. Dalam kegiatan tersebut, masyarakat kelompok binaan juga diajarkan untuk membuat obat dalam kemasan kapsul, contohnya adalah obat sambiloto yang pahit, dijadikan kapsul agar mudah dikonsumsi. Kegiatan posyandu, posbindu, dasa wisma termasuk dalam Kelompok Kegiatan Dasar (KKD) pada kegiatan penyuluhan, penyuluhan kesehatan dasar dan gizi ibu dan anak, termasuk didalamnya posyandu, peningkatan pemasyarakatan dasa wisma. Dan Kelompok Kegiatan Lanjutan (KKL) pada pelayanan dan pendampingan. Pelayanan, pemantapan pelayanan kesehatan ibu dan anak, Keluarga Berencana, Bina Keluarga Balita, Kesehatan
Reproduksi
Remaja,
Kesehatan
Reproduksi
Lansia.
Pendampingan, peningkatan pengetahuan dan keterampilan perempuan dalam lingkup pembinaan anak dan remaja, termasuk pelaksanaan Program Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Bina Keluarga Lansia (BKL).145 Di dalamnya terdapat kegiatan pelayanan, penyuluhan dan pendampingan bagi masyarakat kelompok binaan.
144
http://menegpp.go.id Pedoman P2WKSS (diakses tanggal 08 Maret 2014)., h. 10. Ibid.,Pedoman P2WKSS, h. 10.
145
135
B. Partisipasi Pengertian partisipasi yaitu, perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan; keikutsertaan; peran serta. Sedangkan berpartisipasi yaitu, melakukan partisipasi; berperan serta (dalam suatu kegiatan), ikut serta.146 Menurut Jules, manupulatif,
ada berbagai macam partisipasi yaitu, partisipasi
partisipasi
pasif,
partisipasi
berdasarkan
konsultasi,
partisipasi untuk intensif material, partisipasi fungsional, partisipasi interaktif, dan mobilisasi diri.147 a) Partisipasi Pendidikan Dalam masyarakat kelompok binaan P2WKSS, ada yang menyatakan bahwa: a. Dalam partisipasi pendidikan ada yang berpendidikan S1 antara lain ibu Rina dan ibu Kusmiati “…S1 nya belum selesai. Sekarang lagi meneruskan di STKIP Kusuma Negara setiap hari minggu.”148 “S1 di Jogja, dari S1 nya sih disini, S setengahnya di Jogja. Sarjana muda, tahun berapa lagi udah lama.”149 b. Ada yang berpendidikan SMA atau sederajat antara lain ibu Nursehati, ibu Supiati, ibu Fitrawati dan ibu Nuriyah. “SMK di Pekalongan.”150
146
Pusat Bahasa Pendidikan Nasional, KBBI edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007),
h. 831. 147
Makalah Pungky Sumadi. Perencanaan Partisipatif, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005), h. 2-5. 148 Wawancara pribadi dengan ibu Rina Lisnawati., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., tanggal 14 Juni 2014. 149 Wawancara pribadi dengan ibu Kusmiati., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., tanggal 14 Juni 2014. 150 Wawancara pribadi dengan ibu Nursehati., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., tanggal 14 Juni 2014.
136
“SMA di blok A”151 “SMEA, kalo sekarangkan SMK dulu tahun 1992. di Sumatra sana. ya karna kejuruan itukan walaupun kita enggak kuliah kita bisa terjun di masyarakat, bisa usaha sendiri ya kaya sekarang gitu.”152 “Saya, saya sih dari SMEA. Di jawa, kalo jaman sekarangkan di kategorikan apa Akuntansi yah, kalo dulukan pembukuan saya, tatabuku. Kalo sekarangkan akuntansi. Karna seneng ngitung-ngitung, kayak gitu, seneng ngitung-ngitung…”153 c. Ada yang berpendidikan SMP seperti yang diungkapkan oleh ibu Mardiyah “SMP di Jombang. ya karnakan keinginan orang tuakan, kita disuruh, cuma karna saya gak ada uang ya jadi berhenti gitu, heeh gak sampe ngelanjutin sekolahnya, smp juga lulus juga enggak…”154 d. Ada pula yang berpendidikan hanya SD seperti ibu Wainem dan ibu Sufiah “SD, di kampung sana di Jawa Timur sayakan asli Jawa Timur. Ya namanya apa yah pengen ini pengen maju jangan buta huruf gitu, kalo jaman saya dulu memang jarang yang mau kalo saya mau saya pengen istilahnya maulah jangan sampe buta huruf gitu…”155 “Kalo ibu sih lulusan SD ya SD nya di Rangkas Bitung sudah lupa keadaan memang orang kurang mampu ya gitu sekolah gak pake sandal sekola gak pake alas kali jadi gak pede jadi males…”156 Data BPS tahun 2010 menunjukan angka melek huruf laki-laki adalah 95,65 persen sedangkan perempuan 90,52 persen. Jumlah tersebut menujukan bahwa jumlah laki-laki yang melek huruf lebih tinggi 151
Wawancara pribadi dengan ibu Sufiyati., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., tanggal 14 Juni 2014. 152 Wawancara pribadi dengan ibu Fitrawati., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014. 153 Wawancara pribadi dengan ibu Nuriyah., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014. 154 Wawancara pribadi dengan ibu Mardiyah., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014. 155 Wawancara pribadi dengan ibu Wainem., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014. 156 Wawancara pribadi dengan ibu Sufiyah., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014.
137
dibandingkan perempuan. Selain itu, di tahun 2010 rata-rata lama sekolah laki-laki adalah 8,34 tahun sementara perempuan yaitu 7,5 tahun yang artinya laki-laki menikmati pendidikan lebih lama dibandingkan perempuan. Dengan rendahnya tingkat pendidikan perempuan bisa berimplikasi pada rendahnya kapasitas perempuan untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan.157 Mendorong partisipasi perempuan dalam pembangunan dapat melalui kesempatan pendidikan, pelatihan dan memberi kesempatan kerja.158 Dari wawancara di atas terlihat bahwa partisipasi pendidikan yang di tempuh oleh perempuan-perempuan di kelompok binaan itu beragam. Ada yang berpendidikan sarjana atau Starata 1, ada yang berpendidikan SMA sederajat, ada yang berpendidikan SMP, SD, bahkan ada pula yang tidak lulus sekolah dasar (SD). Di dalam program P2WKSS terdapat program Kelompok Kegiatan Dasar (KKD), yaitu pada kegiatan penyuluhan, percepatan pemberantasan buta aksara, penyuluhan pendidikan karakter dan pekerti bangsa. Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan memotivasi anak-anak dan remajanya agar mau bersekolah, apalagi dengan didukung sekolah gratis dari pemerintah daerah, jadi diharapkan agar masyarakat mau mendorong anak-anak dan remaja untuk bersekolah, sehingga tidak ada masyarakat yang buta huruf nantinya.
157 Ida Rosyidah dan Hermawati, Relasi Gender dalam Agama-agama, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013), h. 16-17. 158 Fadilah Suralaga, dkk.,Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 181.
138
b) Partisipasi Kegiatan Pelatihan Keterampilan Dalam masyarakat kelompok binaan P2WKSS, ada yang menyatakan bahwa: a. Ada yang sebelumnya belum pernah berpartisipasi dalam kegiatan pelatihan keterampilan seperti yang diungkapkan oleh ibu Rina Lisnawati, ibu Nursehati, ibu Fitrawati dan Ibu Mardiyah. “Justru itu P2WKSS ini kebetulan kan saya juga baru mengerti sekarang yah ada P2WKSS itu yah sebelumnya sih memang belum ngerti yah..”159 “Eh ngeliat sih sering, tapi kalo ikut baru kali ini, enggak tau, paling cuma liat-liat aja gitu.”160 “Oh dulu, kalo dulu sih jarang sih kalo tahun dulu. Jadi belum pernah ikut.”161 “Enggak, ya belum adakan kegiatan disini, sekarang baru ada nanti ya baru ngikut gitu, heeh..”162 b. Ada yang sudah pernah mengikuti kegiatan pelatihan keterampilan sebelumnya seperti ibu Supiati, ibu Fatimah, ibu Kusmiati, ibu Nuriyah, ibu Wainem dan ibu Sufiah. “Pernah dulu waktu saya jadi kader dulu di Serang, itu pelatihan tentang inian ikan yah, tentang budidaya ikan…”163 “Suka ikut juga sih, kalo di Puskesmas tukan ada pelatihan-pelatihan dari Dinas tentang penimbangan, ibukan bagian penimbangan, dilihat begini hasilnya, umpamanya ini harus eh dari rumah ke rumah
159
Wawancara pribadi dengan ibu Rina Lisnawati., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., tanggal 14 Juni 2014. 160 Wawancara pribadi dengan ibu Nursehati., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., tanggal 14 Juni 2014. 161 Wawancara pribadi dengan ibu Fitrawati., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014. 162 Wawancara pribadi dengan ibu Mardiyah., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014. 163 Wawancara pribadi dengan ibu Supiyati., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., tanggal 14 Juni 2014.
139
bersihin ya nyamuk-nyamuk, teruskan itu sama saja pelatihan terutama di kesmasnya juga kan diadakan gitukan.”164 “Ini (sedang menyulam), ikut-ikut pernah, keterampilan masak, ya macem-macem ada mengenai tanaman gitu, tanaman toga dari sini dari ibu-ibu pokja juga di tunjuk, iyah, sesuai dengan bidangnya.”165 “Pelatihan bikin kue di Bale Ratu Permai gitu, itu di sawah baru juga terus di anyer kemarin tanggal 21 april dari BPMPPKB, terus pelatihan jahit di kelurahan, di anyer ada yang bikin kue ada yang tata busana, kalau saya yang tata busana gitu. Di Bale Ratu bikin kue khusus.”166 “…baru sekali waktu itu bikin kue di tempat bu Nur itu, baru sekali ikut. Kuenya kemaren baru pastel yang kecil-kecil pastel yang gede, kalo pastel yang kesil-kecilkan diisinya ini abon, kalo yang gede kayak ini diisinya kentang sama wortel…”167 “Dari kelurahan ada bikin kue bikin brownies. dari kelurahan jombang bikin bakso dari rumput laut, bikin mie dari rumput laut. Apa lagi ya ya tani juga kalo yang lain sih saya sudah biasa cuma kemaren di praktekin bikin jamur itu tempatnya susah..”168 Dari hasil wawancara di atas terlihat bahwa ada masyarakat kelompok binaan yang sudah pernah mengikuti kegiatan pelatihan keterampilan, namun ada pula yang belum pernah mengikuti kegiatan pelatihan keterampilan sebelumnya. Dengan adanya program P2WKSS diharapkan agar masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan dan pelatihan-pelatihan keterampilan yang gunanya untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup.
164
Wawancara pribadi dengan ibu Fatimah., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., tanggal 14 Juni 2014. 165 Wawancara pribadi dengan ibu Kusmiati., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., tanggal 14 Juni 2014. 166 Wawancara pribadi dengan ibu Nuriyah., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014. 167 Wawancara pribadi dengan ibu Wainem., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014. 168 Wawancara pribadi dengan ibu Sufiah., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014.
140
Program P2WKSS di kelompok binaan menurut peneliti termasuk kedalam kegiatan partisipasi fungsional yaitu, suatu kondisi dimana pihak luar memandang partisipasi sebagai alat untuk mencapai tujuan proyek, terutama penghematan biaya proyek. Masyarakat berpartisipasi dengan membentuk kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya
yang
berkaitan
dengan
tujuan
proyek.
Keterlibatan
masyarakat dapat berbentuk interaktif (timbal balik) dan umumnya melibatkan proses pengambilan keputusan secara bersama,
yang
cenderung dilakukan setelah arahan keputusan ditentukan oleh ahli dari pihak luar. Ada kemungkinan masyarakat masih terkooptasi demi pencapaian tujuan yang ditentukan oleh pihak luar.169 Partisipasi masyarakat kelompok binaan dalam program P2WKSS yaitu termasuk dalam partisipasi fungsional, karena dalam program kegiatan P2WKSS memiliki sebuah tujuan yaitu, untuk meningkatkan peran perempuan dalam pembangunan dalam rangka mewujudkan keluarga berkualitas. Dan tujuan khususnya yaitu meningkatkan kesehatan perempuan, meningkatkan status pendidikan perempuan, meningkatkan peran serta perempuan dalam masyarakat dan lain-lain. Masyarakat di lokasi binaan dipilih dan dilokalisir, sasarannya adalah masyarakat dengan tingkat
kesejahteraan
rendah.
Keterlibatan
masyarakat
berbentuk
interaktif, seperti dalam kegiatan penyuluhan dan pelatihan-pelatihan keterampilan. Program P2WKSS juga melibatkan proses pengambilan keputusan secara bersama dalam rembug desa atau rembug kelurahan. Jadi 169
Makalah Pungky Sumadi. Perencanaan Partisipatif, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005), h. 2-5.
141
partisipasi masyarakat binaan P2WKSS termasuk dalam kegiatan partisipasi fungsional. C. Hasil dari kegiatan program P2WKSS Dalam masyarakat kelompok binaan P2WKSS, ada yang menyatakan bahwa: a. Belum tahu menjadi tahu dan menambah shilaturahmi seperti yang diungkapkan oleh ibu Rina Lisnawati “Apa ya, menambah ilmu mungkin, yah menambah ilmu terus eh menjalin shilaturahmi, terus yang gak tau kita jadi tau…”170 b. Bisa menerapkan dan mengembangkan ilmu yang diperoleh dari pelatihan seperti yang diungkapkan oleh ibu Fatimah, ibu Winem dan ibu Sufiah. “Kalo nyulamkan baru yah, kalo posyandu jadi tau seumpamanya bekal untuk anak-anak di rumahkan ada cucu ya. Ibu-ibu aturan begini ya gak boleh yang bersih makan ini maksudnya kesehatan gitu terus rumah juga ada sodara jadi kita tau gitu, kita taulah kalo gak di posyandukan kita gak tau mana yang penyakit mana yang tidak gitu.”171 “Kalo hasilnya selama ini apa baru nanemnya-nanemnya baru nanem gituan, ya kalo bisa hasilnya itu bisa di kembangkan gitu kalo obat bisa dibikin kapsul gitu kalo bisa bikin obat sendiri gitu biarpun herbal tanaman-tanaman sendiri gitu. Saya baru sekali ikut pelatihan masak baru heeh baru tahu. Belum ada pelatihan lain baru itu aja.”172 “…rencana sih mudah-mudahan Insya Allah misalnya tahun depan yah berjalan dan dapet dukungan terus dari pemerintah gitu, ya kayak bank sampah baru aja langsung berjalan yang mengelola sampah…”173 170
Wawancara pribadi dengan ibu Rina Lisnawati., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., tanggal 14 Juni 2014. 171 Wawancara pribadi dengan ibu Fatimah., warga binaan P2WKSS Kel. Jombang., tanggal 14 Juni 2014. 172 Wawancara pribadi dengan ibu Wainem., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014. 173 Wawancara pribadi dengan ibu Sufiyah., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014.
142
c.
Dapat
memproduksi
dan
menambah
penghasilan
atau
kesejahteraan ekonomi keluarga seperti yang diungkapkan oleh ibu Fitrawati dan ibu Nuriyah. “…memotivasi diri kita agar lebih maju, masih mengharapkan lagi kedepannya, kan ada pelatihan-pelatihan gitu inikan baru, baru-baru gitu jadi belum banyak mendapatkan ilmulah. oh ada, Insya Allah. Berproduksi ibu-ibu yang itu jadi kita ingin kelompok pembinaan apa yah ya bikin kue, kalo jahit itu seperti konfeksi tapi gak muluk-muluk sih tapi dijahitnya seperti masing-masing di rumah gitu. Tapi ada yang mandu nantinya gitu, kedepannya pinginnya begitu.”174 “Ya kita jual dapet duit kan dapet untungnya kan gitu heeh jadi sangat bermanfaat sekali membantu kita juga untuk kehidupan sehari-harilah gitu, terus ada rencana untuk memproduksi juga .”175 Hasil yang didapatkan dari kegiatan program P2WKSS menurut kelompok binaan P2WKSS di Kelurahan Jombang dan Kelurahan Sawah Baru yaitu, masyarakat dari yang belum tahu menjadi tahu dan dapat menjalin shilaturahmi, artinya peserta atau warga binaan baru mengetahui kegiatan setelah diberikan pendidikan, penyuluhan dan pelatihan. Warga binaan juga dapat menjalin shilaturahmi karena saling bertemu dan berkumpul antar warga binaan. Lalu
ada
yang
menyatakan
bahwa
ingin
menerapkan
dan
mengembangkan ilmu yang didapatkan dari kegiatan penyuluhan dan pelatihan keterampilan di P2WKSS. Hal tersebut adalah tahap kedua setelah mengetahui yaitu mau, mau menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah diperoleh dari kegiatan P2WKSS. Selanjutnya yaitu ada yang menyatakan ingin memproduksi, yaitu tahap ketiga mampu, yaitu 174 Wawancara pribadi dengan ibu Fitrawati., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014. 175 Wawancara pribadi dengan ibu Nuriyah., warga binaan P2WKSS Kel. Sawah baru., tanggal 24 Juni 2014.
143
mampu mengembangkan ilmu yang di dapat sehingga membuahkan hasil atau produksi yang nantinya menjadi kegiatan ekonomi produktif yang dapat menambah penghasilan dan pendapatan keluarga. Ungkapan warga binaan P2WKSS diatas sesuai dengan tujuan dari program P2WKSS antaralain: Tujuan umum yaitu, meningkatkan peran perempuan dalam pembangunan dalam rangka mewujudkan keluarga berkualitas. Tujuan khusus; a) Meningkatkan status kesehatan perempuan; b) Meningkatkan status pendidikan perempuan; c) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perempuan dalam usaha ekonomi produktif; d) Meningkatkan partisipasi perempuan dalam pelestarian lingkungan hidup; e) Meningkatkan peran aktif perempuan dalam pengembangan masyarakat; f) Meningkatkan peran aktif perempuan dalam pemahaman wawasan kebangsaan.176 Program P2WKSS merupakan program top down dari pemerintah kepada masyarakat, dengan mekanisme yang sudah terintegrasi dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dengan partisipasi penuh seluruh anggota masyarakat. Program tersebut merupakan program pembangunan nasional dalam upaya peningkatan peran wanita yang juga di arahkan pada upaya pengentasan kemiskinan, peningkatan kualitas dan kemandirian serta kemajuan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Upaya tersebut tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa adanya arahan,
penyuluhan
dan
pendampingan
dari
pemerintah
kepada
masyarakat, karna program ini adalah program pembangunan nasional 176
http://menegpp.go.id.,Pedoman P2WKSS (diakses tanggal 08 Maret 2014)., h. 8.
144
dengan
sasarannya
adalah
perempuan-perempuan
dengan
tingkat
kesejahteraan rendah atau tergolong keluarga miskin atau daerah dengan prioritas rawan sosial ekonomi, kesehatan dan pendidikan. Maka dari itu masih diperlukan sekali adanya arahan, penyuluhan dan pendampingan dari pemerintah kepada masyarakat dan kerja sama secara terintegrasi dari pemerintah pusat pada pemerintah daerah dengan mengoptimalkan partisipasi aktif peran swadaya masyarakat. Jika masyarakat kelompok binaan P2WKSS sudah mandiri maka diharapkan dapat dilakukannya program bottom up yang menekankan adanya mobilisasi diri dimana masyarakat berpartisipasi dan berinisiatif secara mandiri untuk melakukan sebuah perubahan. Mereka dapat menjalin hubungan baik dengan pihak luar untuk memperoleh sumberdaya dan pendapat teknis yang mereka butuhkan, tetapi tetap memegang kendali atas bagaimana sumber daya itu akan digunakan.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di kelompok binaan P2WKSS di Kelurahan Jombang dan Kelurahan Sawah Baru tentang keterlibatan dan partisipasi perempuan dalam program Peningkatan Peran Wanita Keluarga Sehat Sejahtera di Kota Tangerang Selatan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Keterlibatan perempuan dalam proses perencanaan program P2WKSS masih belum maksimal, terlihat dari masih sedikitnya keterlibatan perempuan warga binaan dalam mengikuti kegiatan rembug desa atau rembug kelurahan, sehingga masih banyak warga binaan yang belum mengerti tentang arti dan tujuan program P2WKSS. Sedangkan untuk partisipasi perempuan dalam kegiatan program P2WKSS sudah cukup baik. Terlihat dari sudah banyaknya perempuan warga binaan yang berpartisipasi mengikuti kegiatan pelatihan-pelatihan keterampilan. 2. Indikator keberhasilan dari program P2WKSS yaitu terlaksananya semua jenis kegiatan program terpadu P2WKSS antaralain; Kelompok Kegiatan Dasar (KKD), Kelompok Kegiatan Lanjutan (KKL); dan Kelompok Kegiatan Pendukung (KKP). Serta terwujudnya tujuan dari program P2WKSS antaralain: Tujuan umum yaitu, meningkatkan peran perempuan dalam pembangunan dalam rangka mewujudkan keluarga berkualitas. Tujuan khusus; a) Meningkatkan status kesehatan perempuan; b) Meningkatkan
status
pendidikan
perempuan;
c)
Meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan perempuan dalam usaha ekonomi
145
146
produktif; d) Meningkatkan partisipasi perempuan dalam pelestarian lingkungan hidup; e) Meningkatkan peran aktif perempuan dalam pengembangan masyarakat; f) Meningkatkan peran aktif perempuan dalam pemahaman wawasan kebangsaan. B. Saran Dari hasil pengamatan penulis mengenai keterlibatan dan partisipasi perempuan pada pelaksanaan pembangunan melalui program P2WKSS di Kota Tangerang Selatan, penulis memberikan saran sebagai berikut: a. Saran Akademisi 1. Memberikan
kontribusi
dalam
pelaksanaan
kegiatan
program
P2WKSS di lokasi binaan. 2. Memperkaya teori bimbingan dan penyuluhan berprespektif gender. b. Saran Praktisi 1. Memperluas jangkauan informasi tentang program dan kegiatan P2WKSS, serta memperluas sasaran atau kelompok binaan P2WKSS. 2. Memperbanyak program pemberdayaan atau kegiatan pelatihanpelatihan keterampilan. 3. Terus melakukan pendampingan dan pemantauan pada kelompok binaan sampai terwujudnya kelompok binaan yang mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Dr. Manajemen Pemberdayaan Perempuan (Perubahan Sosial Melalui Pembelajaran Vocational Skill Pada Keluarga Nelayan). Bandung: Alfabeta, 2007. Asfour, Jaber. Membela Perempuan, Antara Hak, Peran & Tanggung Jawab. Depok: NOHA Publishing House, 2008. Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif (Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012. Faisal, Sanapiah. Penelitian Kualitatif. Malang: YA3 Malang, 1990. Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia. Panduan Pelatihan Regional Pengarusutamaan Gender Di Bidang Kesehatan Reproduksi dan Kependudukan. Jakarta: Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, 2001. Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan. Potret Pembangunan Pemberdayaan Perempuan Dan Kesejahteraan Serta Perlindungan Anak 2005-2006. Jakarta: Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, 2006. Menteri Negara Urusan Peranan Wanita. Modul Latihan Manajemen dan Kepemimpinan Wanita dalam Pembangunan, Potensi dan Peranan Wanita dalam Pembangunan. Jakarta: Menteri Negara Urusan Peranan Wanita, 1991. Menteri Negara Urusan Peranan Wanita. Peningkatan Peranan Wanita Dalam Pembangunan Bangsa Berwawasan Kemitrasejajaran Yang Harmonis Antara Pria dan Wanita Dengan Pendekatan Jender. Jakarta: Menteri Negara Urusan Peranan Wanita, 1996. Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi. Bandung: PT. Rosda Karya, 2007. Mosse, Julia Cleves. Gender dan Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1992. Nazir, Moh. Ph.D. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia, 2013.
147
148
Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Petunjuk Pelaksanaan Penanganan Peningkatan Peran Wanita dalam Pembangunan Bangsa di Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Jakarta: Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, 1993. Poerwandari, E. Kristi. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: LPSP3 UI, 2013. Pusat Bahasa Pendidikan Nasional. KBBI edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2007. Rizal, Faisal. Kota Tangerang Selatan Out Look 2013, Pencapaian Pembangunan 2011-2013. Kota Tangerang Selatan: Smart Ide Indonesia, 2013. Rosyidah, Ida dan Hermawati. Relasi Gender dalam Agama-agama. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013. Sandjaja dan Heriyanto, Albertus. Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2006. Sohartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004. Suralaga, Fadilah. dkk. Pengantar Kajian Gender. Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003. Umar, Nasaruddin. Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: Paramadina, 2001.
149
Internet: BPS Indonesia. “Kemiskinan”. Artikel diakses pada 06 Mei 2014 dari http://www.bps.go.id BPMPPKB. “(Profil Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB)”. Artikel diakses pada 08 Maret 2014 dari http://bpmppkb.tangerangselatankota.go.id Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. “Pedoman P2WKSS”. Artikel diakses pada 08 Maret 2014 dari http://menegpp.go.id Jurnal dan Makalah: Hadiz, Liza. dkk. Jurnal Perempuan dalam Wacana Politik Orde Baru: pilihan artikel Prisma. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2004. Hatima, Tati. dkk. Analisis Gender. Work shop 13 November – 19 November 2000. Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2000. Profil Kelurahan Jombang Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan Propinsi Banten. Profil Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan Propinsi Banten Tahun 2012. Sumadi, Pungky. Makalah: Perencanaan Partisipatif. Gender Mainstreaming dalam Perencanaan Partisipatif. Kumpulan Makalah Hasil Workshop Instruktur Gender dalam Rangka Perencanaan Partisipatif di Aceh. Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005.
Daftar Pertanyaan A. Fokus Analisis 1. Keterlibatan dan partisipasi perempuan (masyarakat binaan) Keterlibatan a. Reproduksi -
Pekerjaan apa yang biasa dilakukan (ibu) di rumah?
-
Siapa yang menjaga pelestarian rumah tangga, seperti mendidik, merawat rumah dan menjaga kesehatan keluarga?
-
Mengapa melakukan pekerjaan tersebut?
-
Kapan dilakukannya pembagian kerja di antara anggota keluarga?
-
Bagaimana pembagian kerja tersebut dilakukan?
b. Produksi -
Apa kegiatan yang dilakukan di luar pekerjaan rumah tangga?
-
Kapan kegiatan tersebut dilakukan?
-
Mengapa kegiatan tersebut dilakukan?
-
Dimana kegiatan tersebut dilakukan?
-
Bagaimana kegiatan tersebut dilakukan?
-
Siapa yang memberikan dukungan terhadap kegiatan tersebut?
c. Kemasyarakatan -
Kegiatan apa yang biasa dilakukan untuk kemasyarakatan?
-
Kapan kegiatan tersebut dilaksanakan?
-
Bagaimana kegiatan tersebut dilaksanakan?
-
Dimana kegiatan tersebut dilaksanakan?
-
Siapa saja yang bekerjasama membantu melaksanakan kegiatan tersebut?
Partisipasi a. Pendidikan -
Latar belakang pendidikan formal ibu apa?
-
Dimana ibu mengenyam pendidikan formal tersebut?
-
Kapan pendidikan tersebut dilaksanakan?
-
Mengapa pendidikan tersebut dilaksanakan? b. Pelatihan
-
Apakah ibu pernah mengikuti pelatihan-pelatihan keterampilan?
-
Mengapa? (Ya/Tidak)
-
Kapan? (Ya)
-
Dimana? (Ya)
-
Bagaimana/Seperti apa? (Ya)
2. Keterlibatan dan Partisipasi Perempuan dalam Program P2WKSS a. Keterlibatan -
Apa itu program P2WKSS menurut ibu (pendapat)?
-
Apakah ibu ikut terlibat dalam proses perencanaan program P2WKSS?
-
Siapa saja yang ikut terlibat dalam proses perencanaan tersebut?
-
Apakah ada peserta perempuan yang ikut memberikan saran?
-
Apakah ada perempuan yang diberikan wewenang atau tanggung jawab dalam proses perencanaan? b. Partisipasi
-
Apakah ibu ikut berpartisipasi dalam kegiatan P2WKSS?
-
Kegiatan apa saja yang ibu ikuti?
-
Mengapa ibu berpartisipasi dalam kegiatan tersebut?
-
Adakah yang mendorong ibu untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut?
-
Apa yang membuat ibu tertarik mengikuti kegiatan tersebut?
-
Kapan kegiatan tersebut dilaksanakan?
-
Apa hasil yang ibu dapatkan dari kegiatan tersebut?
3. Program P2WKSS untuk pemberdayaan perempuan? (Lembaga atau Penyuluh) -
Apa saja program P2WKSS untuk pemberdayaan perempuan?
-
Kapan kegiatan tersebut dilaksanakan?
-
Bagaimana kegiatan tersebut dilaksanakan?
-
Dimana kegiatan tersebut dilaksanakan?
-
Siapa yang memberikan pelatihan penyuluhan pada program tersebut?
-
Mengapa kegiatan tersebut dilaksanakan?
-
Ada berapa peserta yang mengikuti kegiatan?
-
Bagaimana antusiasme peserta perempuan dalam mengikuti kegiatan?
-
Hambatan apa yang terjadi dalam kegiatan?
1. Struktur Organisasi
2. Foto-foto
Wawancara dengan Ibu Rina Lisnawati (Kanan)
Wawancara dengan Ibu Fitrawati (Tengah)
Wawancara dengan Ibu Nuriyah Kantor BPMPPKB
Wawancara dengan Ibu Mardiyah Wawancara dengan Ibu Supiyati
Wawancara dengan Ibu Wainem Wawancara dengan Ibu Fatimah
Wawancara dengan Ibu Sufiyah Wawancara dengan Ibu Kusmiati atau Ibu Darso
Kiri Ibu Kusmiati (Ibu Darso), Kanan Ibu Triyani (Ibu Agus) Koordinator P2WKSS Kelurahan Jombang
Kegiatan menyulam
Kegiatan Pelatihan Menyulam bertempat di Rumah Ibu Darso Kelompok Binaan P2WKSS Kelurahan Jombang
Ibu Marmilah (Ibu Asep) Koordinator P2WKSS Kelurahan Sawah Baru
Hasil pelatihan menyulam minggu sebelumnya
Instruktur atau pelatih sedang memberikan pengarahan
Contoh hasil jadi sulaman Contoh hasil jadi sulaman
Bahan Dasar dan Pola Menyulam
Ibu-ibu Kelompok Binaan Memperhatikan Instruktur Menyulam
Ibu-ibu Kelompok Binaan Sedang Menyulam dan Instruktur Memperhatikan kelompok binaan
Ibu-ibu Kelompok Binaan Sedang Mengerjakan Sulaman
Tabel Posyandu
Ibu-ibu PKK pengurus Posyandu Kelurahan Jombang
Ibu-ibu PKK sedang melakukan rapat
Seorang ibu sedang menuliskan contoh penulisan data Posyandu
Rapat PKK di Kelurahan Jombang Rapat PKK di Kelurahan Jombang
Rapat PKK di Kelurahan Jombang Sekaligus Penyuluhan dari Dinas Kesehatan
Dr. Rully dari Dinas Kesehatan sedang memberikan penyuluhan tentang BPJS
Rumah yang akan di Renovasi atau bedah rumah tampak belakang
Rapat PKK di Kelurahan Sawah Baru Sekaligus Penyuluhan dari Dinas Kesehatan
Seorang ibu PKK sedang bertanya tentang kegunaan BPJS
Rumah ibu Mardiyah yang akan di Renovasi atau bedah rumah tampak depan
Mesin untuk menggiling sampah dan membuat pupuk kompos di lokasi binaan Kelurahan Sawah Baru
Petugas kebersihan sedang memperlihatkan pisau mesin untuk menggiling sampah yang akan dijadikan pupuk
Pembakaran sampah-sampah
Tempat pemisahan antara sampah plastik dan sampah untuk pupuk
Alamat Kantor BPMPPKB Kendaraan angkutan sampah di lokasi binaan Kelurahan Sawah Baru