Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
Keterkaitan Karakteristik, Strategi Pengembangan, dan Pengukuran Kinerja dalam Pengembangan Industri Kecil Menengah Agro Totok Pujianto Email :
[email protected] ABSTRAK Industri Kecil Menengah (IKM) yang memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu negara banyak menghadapi kendala dan tantangan. IKM perlu menjadi industri yang kokoh dan berkembang karena peranannya itu. Adanya keragaman kendala dan tantangan di antara IKM disebabkan oleh keragaman karakteristik IKM. Dalam pengembangan IKM, diperlukan strategi pengembangan IKM yang sesuai dengan karakteristik IKM tersebut. Untuk mengetahui keberhasilan strategi pengembangan IKM memerlukan suatu sistem pengukuran kinerja sesuai strategi pengembangannya. Subsektor IKM agro di Indonesia merupakan subsektor prioritas karena berperan penting dalam menghadapi peningkatan kebutuhan pangan. Banyak perusahaan yang tergolong dalam subsektor IKM agro dan memiliki karakteristik khusus karena kendala dan tantangannya yang lebih spesifik. Di dalam subsektor IKM agro di Indonesia pun ditemukan perbedaan karakteristik antara satu dengan yang lain karena keberagaman IKM agro. Oleh karena itu kajian strategi pengembangan IKM agro di Indonesia dan pengukuran kinerjanya dikaitkan dengan karakteristik IKM agro, perlu dilakukan sehingga tersusun sebagai suatu kerangka pengembangan IKM agro. Kata Kunci : Subsektor IKM agro, karaktersitik IKM agro, strategi pengembangan IKM, sistem pengukuran kinerja IKM
PENDAHULUAN Peranan Industri Kecil Menengah
Di sejumlah negara, Industri Kecil Menengah1 (IKM) berperan dalam perekonomian suatu negara karena IKM: (1) menjadi pelaku mayoritas dalam pasar, (2) berkontribusi dalam penyediaan kesempatan kerja, (3) mampu memobilisasi sumberdaya, dan (4) mampu mendistribusikan pendapatan nasional suatu negara (Jasra dkk., 2011; Singh, dkk., 2012). Peran IKM di Indonesia dalam perekonomian ditunjukkan oleh keberadaan IKM: (1) yang jumlahnya mencapai lebih dari 90 % dan jumlah tenaga kerja yang terserap mencapai 96 % (Tambunan, 2011; Anggadwita dan Mustafid, 2013), dan (2) yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat(Widjajani, 2008; Pawitan, 2012). Peranan IKM tersebut bisa sebagai IKM penghasil produk akhir yang dibutuhkan oleh konsumen, dan bisa pula sebagai IKM penghasil produk yang digunakan sebagai bahan baku oleh industri lain. Peranan sebagai penyedia bahan baku ini penting dalam menjaga keberlangsungan sektor industri secara menyeluruh (Mejstrik dkk., 2001) sehingga posisi IKM dapat melengkapi dalam struktur industri dan disebut sebagai supporting industries. Di Indonesia berkembang berbagai jenis industri yang dapat digolongkan menjadi 33 subsektor industri berdasarkan 2 digit Klasifikasi Besar Lapangan usaha di Indonesia (KBLI), dimana sekurang-kurangnya ada tujuh kelompok yang berhubungan dengan agro (pertanian). Diantara industri kecil (IK) seluruh subsektor, IK kelompok makanan dan minuman (termasuk kelompok agro) saja menunjukkan kontribusi nyata dalam perekonomian. Pada tahun 2014, IK kelompok makanan dan minuman dipandang dari sisi 1
Pengertian Industri Kecil Menengah (IKM) dalam makalah ini adalah golongan perusahaan skala kecil dan skala menengah yang mengolah bahan baku melalui serangkaian proses manufaktur menjadi produk akhir sehingga diperoleh nilai tambah.
ISBN: 978-602-7998-92-6
B233
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
jumlah perusahaan, jumlah tenaga kerja, dan besarnya nilai tambah industri masing masing sebesar 35,47%, 34,77% , dan 25,87% (Badan Pusat Statistik RI, 2015). Hal ini menunjukkan bahwa IKM Agro berperanan dalam sektor industri di Indonesia. Pengembangan IKM
Sehubungan dengan peranan yang relatif besar maka IKM mendapat perhatian dari pemerintah di suatu negara untuk dikembangkan. Di negara maju pengembangan IKM lebih difokuskan pada pembentukan iklim usaha yang melibatkan seluruh stakeholder, dimana pemerintah berperan sebagai regulator yang mendorong terbentuknya iklim usaha tersebut (Kameyama dkk., 2001; Rahnama dkk., 2011). Di sejumlah negara maju pemerintahannya melakukan pengembangan IKM melalui penerapan kebijakan sebagai berikut (Kameyama dkk., 2001): (1) menggunakan produk dalam negeri, (2) mengutamakan ekspor produk jadi daripada ekspor bahan mentah, (3) mengintegrasikan beberapa sub-industri spesifik dalam satu kawasan industri, (4) mendukung tumbuhnya IKM di sekitar pabrik atau industri besar, dan (5) memantapkan jaringan IKM berteknologi tinggi dan mengembangkan industri dalam jaringan tersebut. Di sejumlah negara sedang berkembang, pemerintahannya yang lebih berperan melakukan usaha pengembangan IKM seperti India (Gupta dkk., 2013), Nigeria (Adegbite dkk., 2006), Malaysia (Nawi dkk., 2012). Sebagai pengatur utama pengelolaan sumberdaya, Pemerintah memiliki kapasitas dan kemampuan mempengaruhi semua lembaga di bawah yurisdiksinya untuk mengembangkan IKM (Adegbite dkk., 2006), sehingga Pemerintah mempunyai peranan penting (Garg, 1996; Ogechukwu, 2011). Pemerintahan sejumlah negara berkembang pada umumnya menjalankan program pengembangan IKM berkaitan dengan (Chittithaworn dkk., 2011): (1) penyediaan bahan baku dan modal, (2) penerapan teknologi, (3) peningkatan kemampuan sumberdaya manusia, (4) perlindungan menghadapi persaingan, dan (5) promosi dan internasionalisasi produk. Di Indonesia, kebijakan afirmatif industri kecil dan industri menengah adalah salah satu yang termuat di dalam Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN) 20152035. Pengembangan IKM termasuk bagian dari strategi pembangunan industri, melalui (1) perumusan kebijakan, (2) penguatan kapasitas kelembagaan, dan (3) pemberian fasilitas. Hal ini dimaksud agar terwujud IKM yang (1) berdaya saing, (2) berperan signifikan dalam penguatan struktur Industri nasional, (3) berperan dalam pengentasan kemiskinan melalui perluasan kesempatan kerja, dan (4) menghasilkan barang dan/atau Jasa Industri untuk diekspor (Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2014). Dalam Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035, sasaran program pengembangan IKM adalah terwujudnya peningkatan kontribusi IKM terhadap pertumbuhan industri nasional (Peraturan Pemerintah RI No 14 Tahun 2015). Sedangkan program pengembangan industri pangan jangka menengah (2015 – 2020) disebutkan sebagai berikut: (1) menjamin ketersediaan bahan baku, (2) menyiapkan SDM yang ahli dan berkompeten, (3) meningkatkan kemampuan penguasaan dan pengembangan inovasi teknologi, (4) meningkatkan efisiensi proses pengolahan dan penjaminan mutu produk, (5) mengkoordinasikan pengembangan sistem logistik, (6) memfasilitasi pembebasan PPN atas proses pengolahan pangan, (7) memfasilitasi akses terhadap pembiayaan yang kompetitif bagi IKM pangan, dan (8) meningkatkan kerjasama. Peran agro-industri
Di sisi lain, agro-industri, dipahami secara luas sebagai kegiatan pasca panen yang meliputi kegiatan transformasi, pengawetan dan persiapan produksi bahan antara atau produk akhir, sehingga memiliki nilai tambah (Henson dan Cranfield, 2009). Disebutkan pula bahwa di
ISBN: 978-602-7998-92-6
B234
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
negara berkembang agro-industri dominan di bidang manufaktur digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Di samping itu adanya pertumbuhan penduduk yang menimbulkan fenomena urban, meningkatkan peran agro-industri dalam menyediakan produk pangan. Industri pangan sebagai bagian agro-industri perlu dikembangkan dalam kapasitas, diversifikasi dan mutu produknya sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, serta daya beli, tingkat pendidikan konsumen, pertumbuhan kelas menengah yang cukup cepat. (Peraturan Pemerintah RI Nomor 14 Tahun 2015). Berdasarkan uraian di atas, ada tiga hal utama yang saling terkait yaitu, komitmen pemerintah dalam mengembangkan IKM karena peranan IKM, pentingnya sektor agroindustri dalam mencukupi kebutuhan pangan, dan tingkat keberadaan IKM agro diantara IKM dan sektor lainnya. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa mengembangkan IKM agro merupakan hal penting. PEMBAHASAN Karakteristik dan Permasalahan pada IKM Agro
IKM agro memiliki karakteristik tertentu yang berbeda dengan IKM subsektor lainnya. IKM agro di negara berkembang memiliki karakteristik umum yang berkaitan dengan (Lambert, 2001; Henson dan Cranfield, 2009; dan Jouili, 2011): (1) bahan baku industri (memiliki sifat digunakan cepat rusak, ketersediaan dari sisi jumlah berfluktuasi, kualitas bahan berubah ubah), (2) sumberdaya manusia (rendahnya keterampilan, pengetahuan, dan keahlian), (3) proses produksi (terbatasnya rentang teknologi, rendahnya manajemen, sanitasi dan higienitas), dan (4) produk (kurangnya konsistensi kualitas, kemasan, diversifikasi). Selain karakteristik di atas, ditambahkan karakteristik lain yaitu proses pengolahan bisa dalam bentuk artisan atau kerajinan tangan hingga proses industri manufaktur, baik pada sektor informal maupun formal. Perusahaan skala kecil dan skala menengah yang bergerak di bidang agroindustri bermacam-macam, sekurang-kurangnya karena perbedaan komoditas, proses dalam industri, produk akhir, dan lokasi. Dengan demikian jumlah macam IKM agro bisa banyak menurut kombinasi komoditas, proses dalam industri, produk akhir dan lokasi (Pramuka dkk., 2013).. Hal tersebut menjadikan setiap macam IKM memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang lain. Dengan demikian meskipun dikatakan memiliki karakteristik umum yang sama, maka dimungkinkan ada perbedaan karakteristik antar sesama IKM agro. Karakteristik agroindustri bisa menimbulkan permasalahan dalam menjalankan aktivitasnya. Berkenaan dengan sejumlah karakteristik umum yang telah disebutkan, IKM agro mengalami kendala di dalam: (1) proses perencanaan produksi, (2) proses tranformasi (jika menyangkut tuntutan kualitas produk), (3) pencapaian skala ekonomi, dan (4) menjalin hubungan antar industri (IKM agro berteknologi rendah umumnya informal dengan perusahaan berteknologi tinggi yang biasanya formal). Selain kendala dan tantangan karena karakteristik IKM agro, tidak menutup kemungkinan bahwa IKM agro juga bisa menghadapi kendala dan tantangan pada IKM pada umumnya. Faktor kendala bagi IKM dapat dirunut mulai dari masukan, proses, dan luaran industri yang diuraikan sebagai berikut: Dari sisi masukan, IKM bisa mengalami kendala karena kesulitan: (1) memperoleh modal (Jasra dkk., 2011; Pawitan, 2012), (2) mendapatkan bahan baku (Edusah, 2011; Pramuka dkk., 2013), (3) mendapatkan sumberdaya manusia berkualitas khususnya dari segi tingkat keterampilan dan penguasaan teknologi (Poznanska dan Kalowski, 2009; Chittithaworn dkk.,
ISBN: 978-602-7998-92-6
B235
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
2011), dan (4) melakukan kreasi dan inovasi baik pada proses maupun produk (Mahemba, 2003; Kahkha dkk., 2014; Rosli dan Sidek, 2013; Nugroho dan Andadari, 2014). Dari sisi proses IKM terkendala oleh: (1) pengadaan dan penerapan teknologi (Dalota dan Grigore, 2010; Evangelista dkk., 2013), (2) kemampuan kewira- usahaan (Adegbite dkk., 2006; Nurhayati dkk., 2014), (3) lemahnya mana- jemen strategi, dan operasional (Jasra dkk., 2011; Chittithaworn dkk., 2011; Fening, 2012), (4) lemahnya penerapan pengetahuan ataupun teknologi informasi (Sharma dan Bhagwat, 2006; Pawitan, 2012; de Vera, 2012), dan (5) kelemahan membangun jaringan kerjasama (networking) dengan semua pihak dalam usaha khususnya pemasok dan pelanggan (Poznanska dan Kalowski, 2009; de Vera, 2012). Dari sisi luaran industri, IKM memiliki kendala berupa (1) kualitas produk yang kurang sesuai dengan kebutuhan pasar (de Vera, 2012; Muntonyi dan Gyau, 2013), dan (2) kualitas produk yang kurang berdaya saing (Bigliardi dkk., 2011).
Sedangkan jenis tantangan yang dihadapi IKM yaitu: (1) perubahan lingkungan yang cepat (Jena, 2007), (2) semakin terintegrasi dan sistem perekonomian, (3) sulitnya memperoleh pendanaan dari lembaga keuangan dan pemerintah meskipun tersedia banyak dan murah, dan (4) persaingan dalam global supply chain (Chittithaworn dkk., 2011; Sarah dkk., 2009; IDS Policy Briefings, 1997). Strategi Pengembangan IKM
Strategi pengembangan IKM berbeda dengan strategi pengembangan yang diterapkan pada industri besar (IB) karena adanya perbedaan karakteristik IKM dengan industri besar antara lain dari segi ukuran, struktur, budaya, kompetisi, praktek manajemen, dan ketersediaan sumberdaya (Ahmed dan Sun, 2012). Lebih dari itu, dalam pengembangan IKM ditemukan kerumitan karena karakteristik IKM yang beragam yang juga menyebabkan adanya perbedaan kendala dan tantangan antar IKM, sehingga IKM tidak tepat dianggap homogen (Pett dan Wolff, 2011), karena ada perbedaan yang signifikan antar IKM dipandang dari dimensi tertentu. Oleh karena itu penyusunan strategi pengembangan IKM perlu memperhatikan
perbedaan karakteristik (Sarah dkk., 2009). Sejumlah kajian tentang strategi tertentu dalam pengembangan IKM mengemukakan permasalahan dan keragaman bahasan yang dapat dikelompokkan dengan fokus seperti tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Kajian-kajian mengenai Strategi Pengembangan IKM No. 1 2
3 4
5 6
Fokus dan Penulis Adopsi teknologi baru Dalota dan Grigore, 2010 Adopsi teknologi informasi (TI) Evangelista dkk., 2013; Ghobakhloo, dkk., 2011; Ali dkk., 2013
Aliansi dan TI Chao dan Chandra, 2012 Fleksibilitas dan TI Callaway dkk., 2009 Fleksibilitas dan Orientasi Kewirausahaan Yu, 2012 Inovasi Mahemba, 2003; Bigliardi, dkk., 2011
ISBN: 978-602-7998-92-6
Permasalahan dan Bahasan IKM perlu memahami: 1) kapasitas teknologi, 2) manfaat adopsi teknologi, dan 3) usaha perbaikan kinerja manajemen IKM perlu meningkatkan keterampilan staff tentang TI dan kemampuan memilih aplikasi TI IKM perlu menyusun proses adopsi TI, mendapat bantuan eksternal, dan mempertimbangkan dampak adopsi TI IKM perlu komitmen serta keterlibatan pimpinan karena terbatasnya sumberdaya IKM IKM perlu pemilik yang mengetahui TI, mencari cara meningkatkannya, dan mengintegrasikan penggunaan TI TI membuat IKM mampu reaktif pada kondisi dinamika lingkungan yang rendah dan proaktif pada kondisi dinamika lingkungan yang tinggi Pada IKM berteknologi tinggi, strategi fleksibilitas dan orientasi kewirausahaan berinteraksi positif mempengaruhi kinerja IKM IKM berinovasi tergantung pada: 1) ketersediaan dan kelengkapan informasi serta pengetahuan teknologi, 2) keterampilan dan pengetahuan, 3) karakteristik dan kapabilitas IKM, dan 4) hubungan eksternal IKM dan pasar
B236
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
No.
Fokus dan Penulis
7
Networking Roy, 2012 ; Kolakovic dan Milovanovic, 2010; Gilmore dkk., 2006
8
Human resources management (HRM) dan partnership Ijose, 2010 Finansial Rahnama dkk., 2011; Nawi, dkk., 2012
9
Permasalahan dan Bahasan IKM berinovasi untuk mengantisipasi kebutuhan pasar kualitas dan keunikan produk, serta inovasi menjadi bagian dari strategi melalui pengembangan cara baru dalam bekerja Keaktifan IKM dalam asosiasi industri formal menjadi sumberdaya eksternal yang menguntungkan bagi IKM IKM berjejaring mendapat manfaat berupa: 1) optimalisasi sumberdaya, 2) kemudahan akses pada proses produksi dan peralatan, 3) perbaikan kualitas produk/jasa, dan 4) kemudahan akses ke pelanggan ataupun pemasok baru Peran manajer-pemilik IKM masih dominan dan ada kesulitan dalam mendorong manajer dan para staff untuk terlibat networking dan memperluas network Pada perubahan kondisi persaingan, IKM perlu mampu menerapkan dan menginternalisasikan strategi HRM dan pada kasus aliansi dengan industri besar diperlukan dukungan strategi partnership IKM perlu mendapat insentif finansial, insentif pajak, dan bantuan mesin dan bahan baku IKM perlu mendapat komitmen pemerintah untuk membuat kebijakan finansial yang meringankan IKM bisa memperoleh dan menggunakan bantuan finansial
Dari tabel di atas, teridentifikasi bahwa pada setiap strategi pengembangan IKM berhubungan permasalahan yang berbeda-beda. Sedangkan pada penjelasan di awal disebutkan setiap permasalahan pada IKM terkait dengan karakteristik yang dimiliki oleh IKM. Oleh karena itu strategi pengembangan IKM selain ditentukan oleh tujuan pengembangannya maka perlu memperhatikan karakteristik IKM. Hal ini tentu berlaku pula pada IKM agro. Strategi pengembangan IKM agro akan juga beragam sesuai dengan keragaman IKM agro karena karakteristiknya. Oleh karena itu terbuka peluang untuk melakukan kajian strategi pengembangan IKM pada suatu kondisi tertentu dalam hal ini IKM agro di Indonesia. Pengukuran Kinerja IKM
Untuk mengetahui keberhasilan strategi pengembangan IKM memerlukan suatu pengukuran kinerja yang dapat memperlihatkan adanya perbedaan antara kondisi IKM sebelum dan sesudah implementasi strategi pengembangan IKM. Pengukuran kinerja industri diperlukan antara lain untuk: (1) memformulasikan strategi yaitu bagaimana mencapai tujuan industri; (2) mengelola proses implementasi strategi; dan (3) mengetahui posisinya sejauh mana pencapaian tujuan (The Centre for Business Performance, Cranfield School of Management, 2004). Sistem pengukuran kinerja terkait dengan strategi pengembangan IKM sehingga dalam mengembangkan sistem pengukuran kinerja IKM perlu disusun sejumlah kerangka kerja yang memperhatikan strategi pengembangan IKM (Hudson dkk., 2001; Swee Lin Tan dan Smyrnios, 2009; Gupta dkk., 2013). Pengukuran kinerja merupakan proses mengukur efisiensi dan efektivitas yang dilakukan secara ketat terhadap suatu tindakan (Neely dkk., 2000). Pengukuran kinerja adalah tindakan penyelidikan yang bersifat multi-disiplin yang dilakukan secara ekstensif dan efektif (Franceschini, dkk. 2012). Pendekatan pengukuran kinerja umumnya dirancang untuk industri besar (IB), dan sering tidak dapat diterapkan untuk IKM khususnya di negara berkembang, karena: (1) IKM tidak terstruktur dengan baik dan benar, dan (2) IKM sering tidak mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk pengukuran kinerja yang kompleks (Muntonyi dan Gyau, 2013). Oleh karena itu mengukur kinerja IKM perlu disesuaikan dengan karakteristik IKM.
ISBN: 978-602-7998-92-6
B237
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
Hasil penelitian tentang pengukuran kinerja IKM dapat dikelompokkan berdasarkan aspek berikut: (1) finansial, bahan baku, dan energi (Sousa dkk., 2006; Chelliah dkk., 2010; Rosli dan Sidek,
2013), (2) sumberdaya manusia (Wu, 2009), (3) manajemen (Hudson dkk., 2001; Shah dan Shrivastava, 2012; Fening, 2012), (4) teknologi dan inovasi (Wiratmadja dan Govindaraju, 2010; Farooquie dkk., 2012), (5) sistem informasi (Sharma dan Bhagwat, 2006), dan (6) pemasaran (Muntonyi dan Gyau, 2013).Aspek-aspek pengukuran kinerja IKM sebagaimana dijelaskan sesuai dengan bentuk-bentuk strategi yang telah dikembangkan) Keterkaitan Karakteristik, Strategi Pengembangan dan Pengukuran Kinerja dalam Pengembangan IKM Agro
Dari uraian pada seluruh subbab sebelumnya, dapat diidentifikasi adanya sejumlah hal yang saling terkait yaitu: (1) karakteristik IKM, (2) strategi pengembangan IKM yang dipengaruhi oleh karakteristik IKM, dan (3) pengukuran kinerja IKM yang tergantung pada strategi pengembangan IKM. Namun kajian strategi pengembangan IKM dan pengukuran kinerja yang dikaitkan dengan karakteristik IKM belum dilakukan sehingga masih terbuka peluang untuk mengelaborasi lebih jauh mengenai pengembangan IKM pada subsektor tertentu dalam hal ini IKM agro. Adanya keterkaitan antara karakteristik spesifik IKM agro, strategi pengembangan IKM agro, dan pengukuran kinerja IKM maka muncul peluang tersusun suatu model pengembangan IKM agro dengan keterkaitan ketiga aspek tersebut.
Kondisi awal masing masing IKM agro berbeda-beda oleh karena sejumlah faktor internal dan eksternal dimana IKM agro berada. Dalam rangka mencapai suatu kondisi menurut tujuan akhir pengembangan suatu IKM agro tentu diperlukan langkah-langkah pengembangan IKM agro yang berbeda-beda. Oleh karena itu model pengembangan IKM agro ini akan tersusun dari sejumlah skema pengembangan dari masing-masing karakteristik IKM dan kemungkinan tahapan atau langkah-langkah pengembangan. KESIMPULAN Sehubungan dengan hal-hal yang telah diuraikan maka sangat penting melakukan kajian tentang: (1) strategi pengembangan IKM agro, dan (2) sistem pengukuran kinerja IKM agro, dimana kedua kajian tersebut dikaitkan dengan karakteristik IKM agro. Keterpaduan ketiga kajian ini memunculkan peluang tersusunnya model pengembangan IKM pangan dengan langkah-langkah yang tepat hingga sampai kepada validasi model yang menjamin keabsahannya untuk diimplementasikan.
Model pengembangan IKM pangan di Indonesia yang tersusun diharapkan memberikan kontribusi berupa adanya pemahaman baru didalam usaha mengembangkan IKM pangan dan langkah-langkah pengembangan IKM pangan yang dilakukan oleh pihak yang berkepentingan menjadi semakin efektif. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Bapak Dradjad Irianto, Bapak Iwan Inrawan Wiratmadja, dan Ibu Lucia Diawati yang telah memberikan kritikan, saran, dan masukan dalam penyusunan makalah ini. DAFTAR PUSTAKA Ahmed, S., dan Sun, H., (2012): Developing a model for managing production performance of small and medium enterprises in Sweden, Thesis Work, Linnaeus University, 71p. Anggadwita, G., dan Mustafid, Q.Y., (2013): Identification of factors influencing the performance of small and medium enterprises (SME’s., Procedia - Social and Behavioral Sciences, Published by Elsevier Ltd., 115 (2014), 415 – 423.
ISBN: 978-602-7998-92-6
B238
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015 Badan Pusat Statistik RI, (2015) Data Statistik Industri Kecil Menengah Tahun 2010 – 2014. Diperoleh melalui situs internet: http://bps.go.id/index.php/ linkTabelStatis/1072 diunduh pada tanggal 22 Agustus 2015. Bigliardi, B., Colacino, P., dan Dormio, A.I., (2011): Innovative characteristics of small and medium enterprises, Journal of Technology Management & Innovation, 6 (2), 83 – 93. Callaway, S.K., Celuch, K., dan Murphy, G.B., (2009): Strategic flexibility and SMEs: the role of information technology for managing internal and external relations, New England Journal of Entrepreneurship, 12 (1), 9 – 17. Chao, C. (2009): IT use and strategic alignment in financial services and small manufacturing businesses: organizational characteristics of aligned and unaligned businesses, Information Technology, Learning, and Performance Journal, 25 (2), 42 – 54. Chelliah, S., Sulaiman, M., dan Yusoff, Y.M., (2010): Internationalization and performance: small and medium enterprises (SMEs. in Malaysia, International Journal of Business and Management, 5(6), 27 – 37. Chittithaworn, C., Islam, M.A., Keawchana, T., dan Yusuf, D.H.M., (2011): Factors affecting business success of small & medium enterprises (SMEs. in Thailand. Journal of Asian Social Science, 7(5), 180 – 190. Dalota, M., dan Grigore, S. (2010): Small and medium enterprise's growth and new technologies implementation, 50 – 54. Edusah, S.E., (2011): Management and growth paradox of rural small-scale industrial sector in Ghana, Journal of Science and Technology, 31 (2), 57 – 67. Evangelista, P., McKinnon, A.,dan Sweeney, E., (2013): Technology adoption in small and medium-sized logistics providers,Journal of Industrial Management & Data Systems, 113 (7), 967 – 989. Farooquie, P., Gani, A., Zuberi, A.K., dan Hashmi, I., (2012): An empirical study of innovationperformance linkage in the paper industry,Journal of Industrial Engineering International, 8 (23), 6p. Fening, F.A., (2012): Impact of quality management practices on the performance and growth of small and medium sized enterprises (SMEs) in Ghana, International Journal of Business and Social Science, 3 (13), 14p. Franceschini, F., Galetto, M., dan Turina, E., (2012): Techniques for impact evaluation of performance measurement systems, International Journal of Quality & Reliability Management, Emerald Group Publishing Limited 0265-671X, 30 (2), 197 – 220. Garg, C.C., (1996): Growth of small scale industries in india: some policy issues,(10), 26p. Ghobakhloo, M., Tang Sai Hong, Mohammad S.S., dan Norzima Z., (2012): Strategies for successful information technology adoption in small and medium-sized enterprises, Journal of Information, 3, 36 – 67. Gilmore, A., Carson, D., Grant, K., O'Donnell, A., dan Al, E., (2006): Networking in SMEs: findings from Australia and Ireland, Irish Marketing Review,18(1), 21 – 28. Gupta, P.D., Guha, S., dan Krishnaswami, S.S., (2013): Firm growth and its determinants, Journal of Innovation and Entrepreneurship, 2:15, doi:10.1186/2192-5372-2-15 Henson, S., dan Cranfield, J., (2009): Building the political case for agro-industries and agribusiness in developing countries,10 – 45, dalam da Silva, M., Baker, D., Shepherd, A.W. , Jenane, C., dan da Cruz, S.M., Agro-Industries for Development, 290p., FAOUN and UNIDO, Rome – Italy. Hudson, M., Andi, S., dan Mike, B., (2001): Theory and practice in SME performance measurement systems, International Journal of Operations & Production Management, 21 (8), 1096 – 1115.
ISBN: 978-602-7998-92-6
B239
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
IDS Policy Briefings, (1997): Collective efficiency: a way forward for small firms, The Institute of Development Studies at the University of Sussex, Brighton BN1 9RE – UK,10, 6p. Ijose, O., (2010): Strategic human resource management, small and medium sized enterprises and strategic partnership capability, Journal of Management and Marketing Research, 5, 1– 13. Jasra, J.M., Khan, M.A., Huna, A.I., Rana Aziz, U.R., dan Azam R.I., (2011): Determinants of business success of small and medium enterprises, International Journal of Business and Social Science, 2(20), 274 – 280. Jena, R. K., (2007): Small scale industries in the path of growth and promoting exports, Paper work, 15p. Jouili, M., (2011): Agro-industrial investment promotion in Tunisia, dalam da Silva, C.A., dan Mhlanga, N., Innovative policies and institutions to support agro-industries development, 398p., FAO-UN, Rome – Italy. Kahkha, A.O., Kahrazeh,A., dan Aramesh, H., (2014): Corporate entrepreneurship and firm performance important role of small and medium enterprise, International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, 4(6), 8 – 25. Kameyama, S., Kobayashi, H., Suetake, T, dan Andersen, A., (2001): Model for SME sector development, Paper Work, Faculty of Commerce, and Faculty of Policy Studies, Chuo University – Japan, 15p. Kolakovic, M., dan Milovanovic, B. M., (2010): Strategic networking as a driver of competitiveness of Croatian small and medium enterprises.Paper work, 15p. Lambert, I., (2001): Problems and Constraints to the Development of the Agro-Processing Sector, diperoleh melalui situs internet: http://www.uwichill. edu.bb/bnccde/dominica/conference/papers/Lambert.html. Diunduh pada tanggal 14 Juni 2015. Mahemba, C.M., (2003): Innovation Management Practices Of Small and Medium Enterprises In Tanzania, PhD Thesis University of Twente, Enschede. Faculty of Commerce and Mangement University of Dar es Salaam, 254p. Mejstrik, M., Dvořák,V., dan Bracháček, D., (2001): Threats and opportunities for smes of joining the single european market: Czech republic country report, Paper Prepared For The Phare Ace Project P97-8178r: The Adjustment Process of SMEs in Poland and the Czech Republic to the Single European Market, Institute of Economic Studies of Charles University FSV Prague - Czech, 27p. Nawi, A.S., Ismail, I.B., Zakaria, Z., Noor, J.M.M., Ahmad, B.A.B.S., Hazri, N.F., dan Sallem, N.R.M., (2012): The roles of government funding in enhancing the competitiveness of small and medium-sized enterprise in Sabah – Malaysia, Journal of Asian Social Science, 8 (15), 24 – 30. Nugroho, O., dan Andadari, R.K., (2014): The innovation of micro, small, and medium enterprises: case study of Laweyan batik village – Indonesia, Indian Journal of Commerce & Management Studies, ISSN : 2240-0310 EISSN : 2229-5674, 5 (2), 37 – 46. Ogechukwu, A.D., (2011): The role of small scale industry in national development in Nigeria, Universal Journal of Management and Social Sciences, 1 (1), 19p. Pawitan, G.,(2012): Characteristics of small medium manufacturing industries in the era of ACFTA: case study from West Java, International Conference on Small and Medium Enterppprises Development with a Theme “Innovation and Sustainability in SME Development” (ICSMED 2012.- Procedia Economics and Finance, 4,130 – 139. Peraturan Pemerintah RI, (2015): Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia: Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035, 104p. Poznanska, K.,dan Kalowski, A., (2009): Key factors for success of the Polish small and medium sized enterprises.Paper presented, 1 – 18.
ISBN: 978-602-7998-92-6
B240
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015
Pramuka, B. A., Mustofa, R. M., Sujono, dan Putri, N. K. (2013): Analysis of factors affecting the real sector growth of small and medium - Post Bank Indonesia level rate reduction, Journal of Economy Transdisciplinarity Cognition, 16 (1), 110 – 121. Rahnama, A., Mousavian, S.J., Eshghi, D.,dan Alaei, A., (2011): The role of industrial incentives in development of small and medium industries, International Journal of Business Administration, 2 (4), 25p. Roy, M., (2012): Impact of formal networking on smes: a study of sampled small firms in West Bengal. Globsyn Management Journal, 6 (1), 19 – 29. Sarah, S., Arokiasamy, L., dan Ismail, M., (2009): The background and challenges faced by the small medium enterprises: a human resource development perspective, International Journal of Business and Management, 4 (10), 8p. Singh, R., Verma, O.P., dan Anjum, V., (2012): Small scale industry: an engine of growth, Zenith International Journal Of Business Economics & Management Research, ISSN 2249 8826, 2 (5), 210 – 221. Sousa, S., Aspinwall, E.M.,dan Guimarães, R., (2006): Performance measures in English small and medium enterprises: survey results, Journal of Bench-marking, 13 (1), 120 – 134. Swee Lin Tan, C., dan Smyrnios, K.X., (2009): Firm performance measurement in fast growth small-to-medium enterprises, Paper presented, 18p. Tambunan, T.T., (2011): Development of small and medium enterprises in a developing country, Journal of Enterprising Communities, 5(1), 68 – 82. The Centre for Business Performance,(2004): Literature review on performance measurement and management.for the idea and audit commission performance management, Measurement and Information (PMMI. Project. Cranfield School of Management, 39p. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, Jakarta – Indonesia. Widjajani, dan Yudoko, G., (2008): Keunggulan kompetitif industri kecil di klaster industri kecil tradisional dengan pendekatan berbasis sumber daya: studi kasus pengusaha industri kecil logam Kiara Condong - Bandung, Jurnal Teknik Industri, Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra, 10 (1), 50 – 64. Wiratmadja, I.I., Rajesri, G., dan Evy S., (2010): Analysis of the influence of technology on the business performance of rattan processing SME’s in South Kalimantan, Proceedings of The 11th Asia Pacific Industrial Engineering and Management Systems Conference, 6p. Wu, D., (2009): Measuring performance in small and medium enterprises in the information and communication technology industries, A thesis for the degree of Doctrate of Philosophy, School of Management College of Business RMIT University, 225p. Yu, F., (2012): Strategic flexibility, entrepreneurial orientation and firm performance: evidence from small and medium-sized business (SMB. in China. African Journal of Business Management, 6 (4), 1711 – 1720.
ISBN: 978-602-7998-92-6
B241