PERENCANAAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH MENUJU EKONOMI KREATIF Henny Puspitasari Faculty of Administrative Science, University of Brawijaya, Jl. MT. Haryono 163 Malang e-mail:
[email protected]
Abstract: Development Planning for Small and Medium Industry Towards a Creative Economy. The development planning of small and medium industry towards creative economy becomes the solution of the lack of creativity and innovation in developing ceramics and earthenware products in Malang Municipality. The purpose of this research are to describe and analyse ceramics and earthenware industry subsector mapping in Malang Municipality, and strategies that can be used in development planning for this subsector. Data analysis techniques used are Miles and Hubberman’s interactive analysis model and SWOT analysis. Research findings show that strategic decision that can be used is turnaround strategy (minimize weakness, utilise opportunities) with 10 strategy choices. Intensive coordination and collaboration among government agencies, university’s research institution (LPPM), and business actors are needed to enhance craftspeople’s creativity in producing more creative and innovative products. Keywords: ceramics and earthenware industry subsector, creative economy, mapping, strategy. Abstrak: Perencanaan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Menuju Ekonomi Kreatif. Perencanaan pengembangan industri kecil dan menengah menuju ekonomi kreatif merupakan solusi atas kurangnya kreativitas dan inovasi dalam pengembangan produk kerajinan keramik dan gerabah Kota Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pemetaan (mapping) subsektor industri kerajinan keramik dan gerabah Kota Malang serta strategi yang bisa digunakan untuk perencanaan pengembangan subsektor ini ke depannya. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data dianalisis menggunakan model analisis interaktif (Miles dan Hubberman) dan analisis SWOT. Hasil temuan di lapang menunujukkan bahwa keputusan strategi yang bisa digunakan adalah strategi trun around (meminimalkan kelemahan memanfaatkan peluang) dengan 10 pilihan strategi yang bisa digunakan. Untuk meningkatkan kreativitas pengrajin diperlukan koordinasi dan kolaborasi secara intensif antara pemerintah, lembaga riset universitas (LPPM), dan pelaku usaha agar produk yang dihasilkan lebih kreatif dan inovatif. Kata kunci : subsektor industri kerajinan keramik dan gerabah, ekonomi kreatif, pemetaan, strategi.
menggerakkan roda perekonomian, maka
PENDAHULUAN Industri kecil dan menengah merupakan
perlu upaya untuk menumbuhkan iklim
salah satu sendi perekonomian di Indonesia.
kondusif bagi perkembangan IKM agar
Sektor ini memegang peranan penting dalam
semakin
peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional.
mengembangkan
Cukup
mempercepat pembangunan daerah.
besarnya
peranan
IKM
dalam 522
tangguh
dan potensi
mandiri
dalam
lokal
serta
Heny P., Perencanaan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Menuju Ekonomi Kreatif 523
Keberadaan IKM di Kota Malang juga
maka kualitas desain dan kualitas produk
merupakan salah satu tumpuan utama dalam
yang dihasilkan harus diagendakan sebagai
menggerakkan ekonomi lokal. Jumlah IKM
bagian penting dalam kerangka menghadapi
yang tumbuh lebih mendominasi dari pada
kompetisi global. Salah satu cara yang bisa
industri besar. Pertumbuhan IKM dari tahun
ditempuh agar industri kerajinan keramik
ke tahun juga menunjukkan hasil yang
dan gerabah Kota Malang dapat ikut
menggembirakan. Tren positif pertumbuhan
berkompetisi pada era globalisasi adalah
IKM di Kota Malang menunjukkan bahwa
dengan lebih mengandalkan sumber daya
sektor ini memang sangat berpotensi untuk
manusia yang kreatif. Pemanfaatan sumber
dikembangkan.
daya manusia yang berbasis kreatifitas
Dalam upaya mengembangkan IKM, pelaku usaha kerap kali dihadapkan pada
merupakan
konsep
yang
ditawarkan
ekonomi kreatif.
permasalahan klasik antara lain keterbatasan
Dalam mengembangkan industri kecil
kualitas dan kuantitas sumber daya manusia
dan menengah menuju ekonomi kreatif,
serta kurangnya pengembangan teknologi.
Pemerintah Kota Malang membutuhkan
Keterbatasan ini berdampak pada kurangnya
perencanaan dengan melihat potensi yang
kreativitas dan inovasi dalam pengembangan
dimiliki
produk. Kondisi ini juga dialami oleh
mengembangkan
pengrajin
menentukan
keramik
dan
gerabah
Kota
sehingga
diharapkan
langkah-langkah
arah
dan
dapat untuk
dinamika
Malang. Permasalahan yang dihadapi ini
pembangunan sektor industri ke depannya.
merupakan tugas yang harus diselesaikan
Pemerintah Kota Malang melalui Dinas
pemerintah
Perindustrian dan Perdagangan Kota Malang
daerah
dalam
rangka
pengembangan ekonomi lokal.
harus
merencanakan
dan
menyusun
Di era perdagangan bebas, apabila
program-program pengembangan subsektor
produk lokal tidak mempunyai keunggulan
industri kerajinan keramik dan gerabah yang
kompetitif maka produk tersebut akan kalah
mengarah pada pengembangan ekonomi
bersaing di pasar global. Contoh nyata
kreatif.
kurang bisa bersaingnya produk kerajinan
Perindustrian
keramik Kota Malang adalah menurunnya
Malang Tahun 2009-2013 belum terdapat
omzet hingga mencapai 10 persen pada
program yang berkaitan dengan kebijakan
tahun 2011 dikarenakan keramik China yang
pengembangan ekonomi kreatif. Dengan
membanjiri Indonesia termasuk di Kota
demikian sangatlah penting untuk menyusun
Malang. Ini menunjukkan bahwa dalam
program
usaha meningkatkan daya saing produk,
pengembangan subsektor industri kerajinan
Namun dan
yang
dalam
Renstra
Perdagangan
berkaitan
Dinas Kota
dengan
524 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, Volume 14, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 522-536
keramik dan gerabah yang mengarah pada pengembangan ekonomi kreatif. Sebelum kegiatan
menyusun yang
pengembangan
yang dapat digunakan dalam melakukan
program
mengarah
ekonomi
Pemetaan merupakan salah satu teknik
kreatif,
dan
perencanaan
pembangunan
daerah.
pada
Sebagaimana dikemukakan oleh Riyadi dan
maka
Bratakusumah
(2004,
h.129)
bahwa
langkah awal yang harus dilakukan adalah
pemetaan (mapping) adalah suatu proses
melakukan pemetaan subsektor industri
atau
kerajinan keramik dan gerabah
daerah
di Kota
teknik
perencanaan
dengan
pembangunan
memetakan
Malang. Setelah diketahui gambaran riil di
menggambarkan
lapang maka langkah selanjutnya adalah
masalah yang ada dalam suatu wilayah
menganalisis hasil pemetaannya. Pemetaan
pembangunan.
yang merupakan bagian dari perencanaan
berbagai
potensi
atau dan
Perencanaan Strategis
akan semakin bagus apabila dianalisis
Perencanaan strategik adalah common
dengan metode analisis SWOT. Dengan
sense, bersifat visioner namun realistik,
analisis
SWOT,
mengantisipasi keadaan masa depan yang
strategi
yang
maka bisa
akan
diketahui
digunakan
dalam
diinginkan dan dapat dicapai. Menurut
pengembangan subsektor industri kerajinan
Kuncoro (2004, h.48), perencanaan strategik
keramik dan gerabah Kota Malang.
pada dasarnya adalah perencanaan proaktif dan membentuk sistem masyarakat yang
TINJAUAN PUSTAKA
responsif dalam jangka panjang terhadap
Perencanaan Pembangunan Daerah Perecanaan pembangunan daerah adalah
kondisi
yang
dihadapi
daerah.
Ini
suatu proses perencanaan pembangunan
merupakan perencanaan yang berorientasi
yang
ke
dimaksudkan
untuk
melakukan
depan
dan
berupaya
membangun
perubahan menuju arah perkembangan yang
masyarakat berbasis perspektif kebutuhan
lebih baik bagi suatu komunitas masyarakat,
daerah.
pemerintah,
dan
lingkungannya
dalam
Perencanaan
Strategis
mencakup
wilayah tertentu, dengan memanfaatkan atau
seluruh komponen di lingkungan sebuah
mendayagunakan berbagai sumber daya
organisasi yang dituangkan dalam bentuk
yang ada, dan harus memiliki orientasi yang
Rencana Strategis (Renstra) yang dijabarkan
bersifat menyeluruh, lengkap, tapi tetap
menjadi Rencana Operasional (Renop) yang
berpegang pada azas prioritas (Riyadi dan
antara
Bratakusumah 2004, h.7).
operasional
lain
berisi termasuk
program-program proyek-proyek,
dengan sasaran jangka pendek. Analisis
Heny P., Perencanaan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Menuju Ekonomi Kreatif 525
kualitatif yang sering dipergunakan untuk
kreativitas. Ada 5 pilar yang perlu terus
perencanaan strategis adalah analisis SWOT
diperkuat sehingga industri kreatif dapat
(Nawawi, 2005, h.150-153).
tumbuh dan berkembang. Kelima pilar ekonomi kreatif dapat dijabarkan sebagai
Ekonomi Kreatif Konsep Ekonomi Kreatif merupakan
berikut: (1) industri; (2) teknologi; (3)
sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru
sumber daya; (4) institusi; dan (5) lembaga
yang
intermediasi
mengintensifkan
informasi
dan
kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari Sumber Daya
Indonesia melihat ada 14 sektor industri kreatif
yang
memiliki
peluang
pengembangan dan bisa dimainkan oleh pelaku
bisnis
lokal,
yaitu:
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Analisis
1.
landasan, pilar dan atap sebagai elemenelemen bangunan tersebut. Pondasi industri kreatif adalah sumber daya insani yang
Model analisis interaktif seperti yang oleh
Miles
kesimpulan dan verifikasi. 2.
Analisis SWOT. Menurut Rangkuti (2008, h.19), analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan. Selanjutnya untuk mengetahui hasil analisis berada pada posisi mana, dapat digunakan diagram analisis SWOT.
merupakan elemen terpenting dalam industri kreatif. Pembangunan industri kreatif yang kompetitif
harus
dilandasi
Berbagai Peluang
oleh
pembangunan SDM yang terampil, terlatih dan
terberdayakan
untuk
menumbuhkembangkan pengetahuan dan
dan
reduksi data; (2) penyajian data; (3)
pertunjukkan, penerbitan dan percetakan,
menguatkan ekonomi Indonesia dengan
dalam
dari tiga komponen analisis, yakni: (1)
fotografi, permainan interaktif, musik, seni,
layaknya sebuah bangunan yang akan
digunakan
Hubberman (2007, h.16-21) yang terdiri
kerajinan, desain, fashion, film/video dan
Model pengembangan ekonomi kreatif
yang
dikembangkan
arsitektur, pasar seni dan barang antik,
dan televisi, serta riset dan pengembangan.
data
penelitian ini yaitu:
periklanan,
layanan komputer dan piranti lunak, radio
(Departemen
Perdagangan RI 2008, h.52-53).
Manusia sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Pemerintah
keuangan
Kelemahan Internal
Kuadran III Mendukung Strategi Kuadran IV Mendukung Strategi
Kuadran I Mendukung Strategi
Kuadran II Mendukung Strategi
Berbagai Ancaman
Kekuatan Internal
526 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, Volume 14, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 522-536
atau menggambarkan berbagai potensi dan masalah yang ada dalam suatu wilayah pembangunan. Gambar 4.1 Diagram Analisis SWOT Sumber : Rangkuti (2008, h. 19-20)
Dari hasil pemetaan industri kreatif di Kota Malang yang mengacu pada 14
PEMBAHASAN
subsektor industri yang berbasis kreativitas,
Potensi Ekonomi Kreatif di Kota Malang Dalam
menyusun
perencanaan
pengembangan industri kecil dan menengah menuju ekonomi kreatif di Kota Malang, maka tahap awal yang bisa dilakukan adalah melihat potensi sumberdaya yang ada, baik sumber
daya
alam
maupun
manusia.
Sebagaimana dikemukakan oleh Kunarjo (2002, h.71) bahwa tahap awal proses perencanaan adalah melakukan penelitian tentang potensi sumber daya alam dan manusia serta kelembagaan yang tersedia pada saat akan dimulai perencanaan. Terkait dengan upaya mengembangkan industri kecil dan
menengah
menuju
ekonomi
kreatif, maka dengan perencanaan yang didasarkan pada potensi ekonomi lokal (daerah)
dapat
dikembangkan
langkah
untuk
menentukan
langkaharah
dan
dinamika pembangungan sektor industri terutama industri kreatif ke depannya.
yang dapat digunakan dalam melakukan perencanaan pembangunan daerah. Riyadi Bratakusumah
(2004,
h.129)
menjelaskan bahwa pemetaan adalah suatu proses
atau
teknik
sangat berkembang di Kota Malang antara lain: subsektor industri kerajinan; fesyen, serta penerbitan dan percetakan. Tujuh subsektor yang cukup berpotensi untuk lebih dikembangkan antara lain subsektor industri periklanan, arsitektur, desain, video,film dan fotografi, musik, layanan komputer dan piranti lunak, serta subsektor industri televisi dan radio. Sedangkan subsektor industri yang
kurang
berkembang
dan
kurang
menonjol di Kota Malang ada 4 (empat), yaitu subsektor industri pasar barang seni dan
barang
antik,
subsektor
industri
permainan interaktif, seni pertunjukkan, serta riset dan pengembangan. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Malang memiliki potensi ekonomi kreatif yang melimpah untuk dapat ditumbuhkembangkan. Potensi ekonomi kreatif tersebut pada gilirannya akan berkorelasi erat dengan pengembangan
Pemetaan merupakan salah satu teknik
dan
maka terdapat 3 subsektor industri yang
perencanaan
pembangunan daerah dengan memetakan
dan
pertumbuhan
ekonomi
maupun
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kota Malang. Potensi ekonomi kreatif yang dimiliki Kota Malang merupakan kekuatan lokal yang harus dimanfaatkan secara optimal untuk mengembangkan perekonomian lokal.
Heny P., Perencanaan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Menuju Ekonomi Kreatif 527
Blakely
dalam
Anggriani
h.5)
temurun. Ketrampilan dasar yang dimiliki
penekanan
ini merupakan modal dasar yang harus
pengembangan ekonomi lokal terletak pada
diasah dan dikembangkan untuk untuk
pembangunan
yang
menghasilkan produk-produk yang lebih
didasarkan pada kebijakan pengembangan
kreatif dan inovatif. Ketrampilan dasar yang
endogen (endogenous development) yang
diperoleh secara turun menurun menurut
menggunakan kekuatan lokal sumberdaya
Wechkama (2011, h.92) merupakan warisan
manusia, kelembagaan dan fisik.
dari
menjelaskan
(2005,
bahwa
kearifan
lokal
leluhur
konsepnya) Potensi Industri Kreatif yang Bergerak pada
Subsektor
Industri
Kerajinan
Keramik dan Gerabah
kreatif subsektor industri kerajinan keramik dan gerabah menuju ekonomi kreatif maka hasil penilaian kondisi pondasi dan pilar dari pengembangan
desain
sehingga
maupun
diperlukan
suatu
kebijakan pengembangan dari pemerintah untuk
mendukung
dan
meningkatkan
pengetahuan.
Dalam upaya pengembangan industri
model
(baik
ekonomi
kreatif
adalah sebagai berikut:
Berdasarkan hasil pemetaan tingkat kreativitas pengrajin keramik dan gerabah di Kota Malang maka tingkat kreativitasnya dapat
dikategorikan
masih
kurang.
Kurangnya kreativitas pengrajin keramik dan gerabah Kota Malang dikarenakan
A. Sumber Daya Insani Sumber daya insani yang ada pada subsektor industri kerajinan keramik dan gerabah di Kota Malang tergolong kurang secara kualitas dan kuantitasnya. Secara kuantitas jumlah tenaga kerja yang bekerja di bidang keramik dan gerabah hanya berkisar 0,2% dari total penduduk Kota Malang yang bekerja di industri pengolahan. Secara kualitas, tingkat pendidikan tenaga kerja di bidang keramik dan gerabah didominasi oleh pendidikan dasar yaitu SD
kurangnya motivasi
untuk berkreasi dan
berinovasi
diri
dalam
masing-masing
pengrajin. Kurangnya kreativitas pengrajin keramik
dan
gerabah
Kota
Malang
membutuhkan peran pemerintah daerah. Selama
ini
pemerintah
upaya Kota
yang
dilakukan
Malang
dalam
meningkatkan kreativitas pengrajin adalah dengan melakukan pelatihan yang berkaitan dengan desain produk melakukan studi banding ke daerah-daerah penghasil keramik dan gerabah yang lebih maju dan unggul.
sampai dengan SMA. Ketrampilan
yang
dimiliki
oleh
pengrajin keramik dan gerabah Kota Malang sebagian besar diperoleh secara turun-
B. Industri Potensi pasar untuk subsektor industri kerajinan
keramik
dan
gerabah
lebih
528 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, Volume 14, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 522-536
didominasi oleh pasar domestik. Hal ini bisa
membantu
terlihat dari jangkauan pemasaran produk
pemasaran produk keramik dan gerabah
yang rata-rata hanya sampai di tingkat
diantaranya memfasilitasi keikutsertaan ikm
nasional. Bahkan untuk pemasaran produk
keramik dan gerabah untuk mengikuti
gerabah
didominasi di
pameran baik di tingkat lokal, regional,
tingkat lokal. Selama ini, pasar internasional
nasional, maupun internasional maupun
masih belum bisa ditembus sendiri oleh
menyelenggarakan
pengrajin
seperti
sebagian
keramik
besar
dan
gerabah
Kota
Malang. Sebenarnya potensi pasar luar negeri
untuk
meningkatkan
jangkauan
memperluas
Festival
jangkauan
event-event Tahunan
festival
Malang
dan
Festival Keramik. C. Tehnologi
pemasaran produk kreatif keramik dan
Teknologi informasi dan komunikasi
gerabah cukup besar. Hal ini didukung oleh
merupakan infrasturktur yang vital bagi
besarnya apresiasi pasar luar negeri baik
pengembangan ekonomi kreatif. Pengrajin
dalam hal originalitas seni, budaya dan
keramik
dan
gerabah
desain yang dimiliki oleh pekerja-pekerja
memanfaatkan
teknologi
kreatif.
komunikasi
Arsyad (2004, h. 375) mengaskan
sebagai
pengembangan
usaha
sudah
mulai
informasi
salah
satu
mereka
dan unsur
terutama
bahwa langkah pokok yang perlu dilakukan
dalam hal pemasaran produk dan menggali
untuk mengembangkan industri kecil adalah
ide
pemecahan masalah pemasaran. Kurang
terbukanya
luasnya
produk
peluang yang harus dimanfaatkan terutama
kerajinan keramik dan gerabah Kota Malang
dalam memperluas jangkauan pemasaran
merupakan
lewat dunia maya.
jangkauan
pemasaran
tantangan
yang
harus
dalam
desain akses
produk.
teknologi
Semakin merupakan
diupayakan penyelesaiannya secara efektif, efisien dan optimal. Salah satu cara yang dapat
digunakan
untuk
memperluas
jangkauan pemasaran dengan memberbesar frekuensi promosi baik melalui event-event pameran, pembuatan brosur maupun leaflet, serta pemasaran online melalui dunia maya (e-commerce). Dari penjelasan para informan dapat diketahui bahwa Pemerintah Kota Malang telah melakukan beberapa upaya untuk
D. Sumber Daya Berdasarkan
informasi
dari
para
informan maka diketahui bahwa bahan baku yang digunakan untuk membuat produk kerajinan keramik dan gerabah mudah didapat. Bahan baku yang dibutuhkan tersedia secara melimpah di alam, bahkan dalam
pembuatan
produk
keramik,
ketersediaan bahan baku dijamin oleh UPT LIK.
Heny P., Perencanaan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Menuju Ekonomi Kreatif 529
jamkrida
E. Institusi
sebagai
penjamin.
Skema
Dalam pengembangan ekonomi kreatif,
pembiayaan yang dapat digunakan oleh
institusi lebih mengarah pada bagaimana
industri kecil dan menengah seperti industri
peranan hukum dalam memproteksi ide-ide
kerajinan keramik dan gerabah adalah
yang sangat penting. Berdasarkan informasi
program Kredit Usaha Rakyat. Salah satu
dari berbagai sumber diketahui bahwa
bentuk skema pembiayaan lainnya yang
perlindungan terhadap karya seni termasuk
dapat dimanfaatkan oleh industri kreatif
produk kerajinan keramik dan gerabah itu
adalah CSR.
sangat sulit karena harus benar-benar detail Strategi
baik desain, motif, maupun dimensinya.
perencanaan
pengembangan
industri kecil dan menengah menuju F. Lembaga Intermediasi Keuangan Berdasarkan informasi dari berbagai
ekonomi kreatif pada subsektor industri kerajinan keramik dan gerabah
sumber diketahui bahwa hampir sebagian pengrajin
keramik
mempergunakan memanfaatkan
dan
modal bantuan
sendiri dari
gerabah tanpa lembaga
keuangan. Penggunaan modal sendiri untuk mepertahankan
kelangsungan
hidup
usahanya menyebabkan keterbatasan modal untuk
perputaran
usahanya.
Selain
keterbatasan permodalan, sebagian besar pengrajin tidak mempunyai kemampuan untuk mengelola pembukuan dengan baik. Terkait dengan masalah permodalan, Pemerintah Kota Malang tidak pernah memberikan bantuan modal secara tunai. Pemerintah fasilitator
daerah agar
berperan
pelaku
usaha
sebagai dapat
memperoleh pinjaman dengan bunga lunak. Pemerintah membantu memfasilitasi dengan mengadakan mempertemukan
sosialisasi pelaku
usaha
yang dengan
perbankan sebagai lembaga keuangan dan
Dalam
menyusun
perencanaan
pengembangan industri kecil dan menengah menuju ekonomi kreatif pada subsektor industri
keramik
diperlukan
dan
perencanaan
bersifat
visioner
gerabah,
maka
strategis
yang
namun
realistik,
mengantisipasi keadaan masa depan yang diinginkan dan dapat dicapai. Menurut Kuncoro (2004, h.48), perencanaan strategik pada dasarnya adalah perencanaan proaktif dan membentuk sistem masyarakat yang responsif dalam jangka panjang terhadap kondisi
yang
dihadapi
daerah.
Ini
merupakan perencanaan yang berorientasi ke
depan
dan
berupaya
membangun
masyarakat berbasis perspektif kebutuhan daerah. Pengembangan
industri
kecil
dan
menengah menuju ekonomi kreatif pada subsektor industri kerajinan keramik dan gerabah dapat dilakukan dengan melihat
530 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, Volume 14, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 522-536
kekuatan,
kelemahan,
peluang
dan
ancaman. Dengan melihat kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, maka strategi pengembangannya adalah
dengan memilih dan menetapkan strategi dan sasaran dengan analisis SWOT. Analisis SWOT dapat dilakukan dengan
memanfaatkan
cara sebagai berikut: (1) menganalisis faktor
peluang dan menyelesaikan tantangan yang
strategis internal dan eksternal; (2) membuat
dihadapi dalam dunia usaha. Peluang akan
matriks faktor strategi internal dan matriks
berdampak positif bagi kemajuan dan
faktor strategi eksternal; (3) membuat
tumbuh
ini,
diagram analisa SWOT dan matrik SWOT;
sementara tantangan yang dihadapi harus
(4) Menyusun keputusan strategis. Adapun
diupayakan
matriks faktor strategi internal dan eksternal
kembangnya
subsektor
penyelesaiannya
secara
sistematis, efektif, efisien, dan optimal.
dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2
Persiapan suatu perencanaan dapat diawali Tabel 4.1 Faktor Strategi Internal (IFAS) Subsektor Industri Kerajinan Keramik dan Gerabah Kota Malang Bobot x Faktor-faktor Strategi Internal Bobot Rating Rating KEKUATAN 1. Ketrampilan dasar diperoleh secara turun temurun 0.066 2 0,132 2. Kemudahan dalam mendapatkan bahan baku 0,088 3 0,264 3. Memiliki keahlian untuk mengajarkan pada orang lain 0,066 2 0,132 (karyawan maupun anak-anak sekolah) 4. Kemampuan mempertahankan hubungan baik dengan 0,115 4 0,46 pelanggan terutama di pasar domestik 5. Bahan baku yang digunakan ramah lingkungan 0,088 2 0,176 TOTAL 0,423 1,164 KELEMAHAN 0,115 2 0,230 1. SDM kurang baik secara kuantitas maupun kualitas (kurang kreatif) 0,088 2 0,176 2. Regenerasi dari keluarga pengrajin tidak ada 0,088 2 0,176 3. Modal terbatas pada modal sendiri 0,066 4 0,264 4. Kemampuan pengelolaan pembukuan masih belum baik 5. Keunikan budaya dan warisan budaya belum dijadikan salah satu sumber inspirasi pengembangan produk (yang tertuang dalam motif, warna, dan corak produk) 6. Kepercayaan diri dalam berekspresi masih rendah karena takut gagal sehingga mereka lebih senang memproduksi barang yang telah terbukti laris di pasar
0,088
3
0,264
0,066
2
0,132
Heny P., Perencanaan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Menuju Ekonomi Kreatif 531
7. Keterbatasan akses pasar untuk menembus pasar internasional TOTAL Sumber : Hasil Analisis, 2012
0,066 0,577
2
0,132 1,374
Tabel 4.2 Faktor Strategi Eksternal (EFAS) Subsektor Industri Kerajinan Keramik dan Gerabah Kota Malang Bobot x Faktor-faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Rating PELUANG 1. Semakin terbukanya akses terhadap teknologi terutama 0.098 3 0,294 teknologi informasi 2. Apresiasi pasar luar negeri lebih baik dalam hal 0,077 2 0,154 originalitas seni, budaya, dan desain 3. Dukungan pemerintah daerah dalam memfasilitasi 0,098 4 0,392 promosi produk-produk kreatif baik melalui pameran maupun event-event seperti Malang Tempo Doeloe dan Festival Keramik 4. Dukungan pemerintah daerah dalam memfasilitasi 0,077 3 0,231 promosi produk-produk kreatif baik melalui pameran maupun event-event seperti Malang Tempo Doeloe dan Festival Keramik 5. Adanya koordinasi dan kerjasama antara pemerintah 0,077 2 0,154 daerah dan pemerintah pusat dalam pengembangan ekonomi kreatif 6. Adanya institusi pendidikan (SMKN 5 Malang) yang 0,077 3 0,231 bisa mencetak kader-kader penerus yang diharapkan bisa melestarikan kerajinan keramik dan gerabah Kota Malang 7. Adanya bantuan dari lembaga keuangan berupa 0,057 3 0,171 pinjaman dengan bunga yang cukup rendah seperti program KUR; 8. Adanya lembaga KKMB yang menjembatani 0,057 1 0,057 hubungan antara pelaku usaha dan perbankan 9. Maraknya CSR yang dapat dijadikan alternatif sebagai 0,057 1 0,057 bentuk bantuan pembiayaan bagi industri kreatif TOTAL 0,675 1,741 ANCAMAN 1. Potensi pariwisata di Kota Malang 0,077 2 0,154 2. Perlindungan terhadap karya seni termasuk produk 0,057 3 0,171 kerajinan keramik dan gerabah itu sangat sulit 3. Dukungan sarana dan prasarana di wilayah sentra yang 0,077 3 0,154 kurang memadai 4. Secara posisi, gerabah dan keramik Kota Malang kalah 0,057 3 0,171 bersaing dengan produk dari wilayah lain seperti Jogja, Bali, dan Lombok 5. Membanjirnya produk dari luar terutama produk dari 0,057 3 0,171 Cina yang kuat dalam segi desain dan harga
532 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, Volume 14, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 522-536
TOTAL Sumber : Hasil Analisis, 2012
0,325
0,821
Dari penilaian faktor strategi internal dan
eksternal,
maka
diketahui
posisi
subsektor industri kerajinan keramik dan gerabah Kota Malang (Gambar 4.1). Adapun matriks SWOT pengembangan industri kecil dan menengah menuju ekonomi kreatif pada
Berbagai
Gambar 4.1
I KerajinanIII Keramik 0,92 dan Gerabah Kota
Malang
Kelemahan Internal
subsektor industri kerajinan keramik dan gerabah Kota Malang dapat dilihat pada
Kelemahan Internal
-0,21 IV
II
Sumber : Hasil Analisis, 2012 Berbagai Ancaman
Gambar 4.2
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Peluang Subsektor Industri Posisi
Kekuatan 1. Ketrampilan dasar diperoleh secara turun temurun; 2. Kemudahan dalam mendapatkan bahan baku; 3. Memiliki keahlian untuk mengajarkan pada orang lain (karyawan maupun anak-anak sekolah); 4. Kemampuan mempertahankan hubungan baik dengan pelanggan terutama di pasar domestik; 5. Bahan baku yang digunakan ramah lingkungan.
Kelemahan 1. SDM kurang baik secara kuantitas maupun kualitas (kurang kreatif); 2. Regenerasi dari keluarga pengrajin tidak ada; 3. Modal terbatas pada modal sendiri; 4. Kemampuan pengelolaan pembukuan masih belum baik; 5. Keunikan budaya dan warisan budaya belum dijadikan salah satu sumber inspirasi pengembangan produk (yang tertuang dalam motif, warna, dan corak produk) 6. Kepercayaan diri dalam berekspresi masih rendah karena takut gagal sehingga mereka lebih senang memproduksi barang yang telah terbukti laris di pasar; 7. Keterbatasan akses pasar untuk
Heny P., Perencanaan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Menuju Ekonomi Kreatif 533
menembus pasar internasional. Peluang Strategi memakai Strategi menanggulangi 1. Semakin terbukanya kekuatan untuk kelemahan akses terhadap memanfaatkan peluang memanfaatkan peluang teknologi terutama Membangun database Melakukan kajian teknologi informasi; potensi pasar dalam tentang kurikulum 2. Apresiasi pasar luar negeri untuk produk berorientasi negeri lebih baik kreatif kerajinan, kreativitas dan dalam hal khususnya keramik pembentukan originalitas seni, dan gerabah enterpreneurship budaya, dan desain; Memperluas terhadap tumbuhnya 3. Dukungan jangkauan distribusi kreativitas anak pemerintah daerah dengan memperluas didik; dalam memfasilitasi saluran distribusi Membangun promosi produk- Sosialisasi ekonomi mekanisme publicproduk kreatif baik kreatif melalui media private partnership melalui pameran cetak secara kontinyu antara pemerintah maupun event-event Memfasilitasi dan subsektor industri seperti Malang koordinasi dan kerajinan keramik Tempo Doeloe dan kolaborasi secara dan gerabah untuk Festival Keramik; intensif antara mengembangkan 4. Adanya programpemerintah dengan pendidikan program pelatihan lembaga riset berkualitas yang difasilitasi oleh universitas (LPPM) Mendukung para pemerintah yang Melakukan enterpreneur kreatif bekerjasama dengan intensifikasi yang membutuhkan akademisi; pelatihan teknologi kemudahan dalam 5. Adanya koordinasi material tepat guna memulai dan dan kerjasama antara dan ramah menjalankan usaha pemerintah daerah lingkungan baik dari aspek dan pemerintah pusat Memberikan bantuan permodalan, dalam dukungan mesin perijinan, maupun pengembangan pengolahan bahan pemasaran ekonomi kreatif; baku khusunya untuk Sosialisasi dan 6. Adanya institusi IKM gerabah koordinasi pendidikan (SMKN pengembangan 5 Malang) yang bisa industri kreatif antara mencetak kadertriple helix; kader penerus yang Mengembangkan diharapkan bisa internet goes to sentra melestarikan industri keramik dan kerajinan keramik gerabah dan gerabah Kota Melakukan promosi Malang. dalam dan luar negeri 7. Adanya bantuan dari agar produk lebih lembaga keuangan dikenal oleh pasar berupa pinjaman domestik dan pasar dengan bunga yang luar negeri cukup rendah seperti Mengkaji identitas
534 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, Volume 14, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 522-536
program KUR; 8. Adanya lembaga KKMB yang menjembatani hubungan antara pelaku usaha dan perbankan; 9. Maraknya CSR yang dapat dijadikan alternatif sebagai bentuk bantuan pembiayaan bagi industri kreatif.
Ancaman Strategi memakai 1. Pemerintah daerah kekuatan untuk belum mengatasi tantangan mengoptimalkan Memberikan potensi pariwisata di dukungan fasilitasi Kota Malang; berupa sarana dan 2. Perlindungan prasarana melalui terhadap karya seni penyediaan lahan termasuk produk parkir yang memadai kerajinan keramik di wilayah sentra dan gerabah itu industri dan penunjuk sangat sulit; arah di setiap pintu 3. Dukungan sarana masuk Kota Malang. dan prasarana di Menyelenggarakan wilayah sentra yang secara periodik acara kurang memadai; dan program yang 4. Secara posisi, menggali , gerabah dan keramik mengangkat dan Kota Malang kalah mempromosikan bersaing dengan talenta kreatif yang produk dari wilayah ada di masyarakat lain seperti Jogja, Memberikan layanan Bali, dan Lombok; pengabdian 5. Membanjirnya masyarakat berupa produk dari luar edukasi dan advokasi terutama produk dari HKI bagi masyarakat
lokal daerah dengan menjalin kerjasama antara pemerintah daerah dan universitas Menggabungkan muatan lokal dan trend pasar untuk menghasilkan produk kreatif yang membawa ciri khas budaya lokal Mengembangkan lembaga pembiayaan di sentra-sentra industri kreatif Memberikan prioritas bantuan pembiayaan pada subsektor industri kerajinan keramik dan gerabah yang sudah feasible tetapi belum bankable Strategi memperkecil kelemahan dan mengatasi tantangan Menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat dan fair untuk menjamin setiap pelaku usaha memiliki akses pasar yang sangat besar Menciptakan komunitas kreatif (melalui paguyupan) sebagai wadah bertukar pikiran dan kemitraan bagi pelaku usaha di industri kerajinan keramik dan gerabah Mensosialisasikan pentingnya kreativitas dan HKI sebagai modal utama keunggulan bersaing di era ekonomi kreatif
Heny P., Perencanaan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Menuju Ekonomi Kreatif 535
luas, misalnya Mengembangkan kegunaan desain produk kepengurusan dan kerajinan keramik penyelesaian masalah dan gerabah agar yang terkait dengan berdaya saing di HKI pasar internasional
Cina yang kuat dalam segi desain dan harga.
Gambar 4.2 Matrik SWOT Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Menuju Ekonomi Kreatif pada Subsektor Industri Kerajinan Keramik dan Gerabah Kota Malang Sumber : Hasil Analisis, 2012
dari
Berdasarkan hasil yang diperoleh
secara optimal untuk mengembangkan
diagram
perekonomian lokal.
analisis
SWOT,
maka
diketahui bahwa strategi yang digunakan
2.
Keputusan strategis (strategic decision)
adalah strategi yang berada di kuadran 3
yang
yaitu
Dengan
SWOT yang didasarkan hasil pemetaan
mengkombinasikan hasil yang diperoleh dari
potensi subsektor industri keramik dan
diagram analisis SWOT dan Matriks SWOT,
gerabah Kota Malang menghasilkan
maka
strategi
turn
pilihan
dipergunakan
around.
strategi
adalah 10
meminimalkan
diperoleh
dari
hasil
analisis
yang
dapat
pilihan strategi sebagai berikut: (1)
strategi
yang
melakukan kajian tentang kurikulum
kelemahan
dan
memanfaatkan peluang (strategi WO).
berorientasi
kreativitas
dan
pembentukan enterpreneurship terhadap tumbuhnya kreativitas anak didik; (2)
KESIMPULAN
membangun mekanisme public-private
Beberapa kesimpulan dari penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1.
Kota Malang yang mengacu pada 14 industri
kreativitas,
maka
subsektor
industri
mendominasi
antara
pemerintah
dan
subsektor industri kerajinan keramik
Dari hasil pemetaan industri kreatif di
subsektor
partnership
yang
berbasis
diketahui kerajinan
daripada
bahwa lebih
subsektor
lainnya, dan sangat potensial untuk dikembangkan. Potensi ini merupakan kekuatan lokal yang harus dimanfaatkan
dan gerabah untuk mengembangkan pendidikan berkualitas; (3) mendukung para
enterpreneur
membutuhkan
kreatif
yang
kemudahan
dalam
memulai dan menjalankan usaha baik dari
aspek
permodalan,
perijinan,
maupun pemasaran; (4) sosialisasi dan koordinasi kreatif
pengembangan
antara
triple
industri
helix;
(5)
mengembangkan internet goes to sentra
536 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, Volume 14, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 522-536
industri keramik dan gerabah; (6) melakukan promosi dalam dan luar negeri agar produk lebih dikenal oleh pasar domestik dan pasa luar negeri; (7) mengkaji identitas lokal daerah dengan menjalin kerjasama antara pemerintah daerah
dan
universitas;
(8)
menggabungkan muatan lokal dan trend pasar
untuk
menghasilkan
produk
kreatif yang membawa ciri khas budaya lokal; (9) mengembangkan lembaga pembiayaan di sentra-sentra industri kreatif;
(10)
memberikan
prioritas
bantuan pembiayaan pada subsektor industri kerajinan keramik dan gerabah yang
sudah
feasible
tetapi
belum
bankable. DAFTAR PUSTAKA Anggriani, Niniek, 2005, ‘Perkembangan Ekonomi Lokal Rungkut dan Pengaruhnya pada Perumahan Non Formal’, Jurnal Rekayasa Perencanaan, Vol. 1, No. 3, h.1-15 Arsyad, Lincolin, 2004, Pembangunan, BPSTIE Yogyakarta.
Ekonomi YKPN,
Departemen Perdaganan Republik Indonesia, 2008, Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025, Jakarta. Kunarjo, 2002, Perencanaan dan Pengendalian Program Pembangunan, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Kuncoro, Mudrajad, 2004, Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan Peluang, Erlangga, Jakarta.
Miles, Matthew B & Huberman. AM, 1992, Analisis Data Kualitatif, Diterjemahkan Tjejep Rohendi Rohidi. UI Press, Jakarta. Nawawi, Hadari, 2005, Manajemen Strategik: Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan Dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan. UGM Press, Yogyakarta. Rangkuti, Freddy, 2008, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis: Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis Untuk mencapai Abad 21, PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Riady dan Deddy S. Bratakusumah, 2004, Perencanaan Pembangunan Daerah: Strategi Menggalli Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Wechkama, Thitisak, 2011, ‘Folk Art and Handicraft: Integrating Creative Economy for Business Community Development in Northeast Thailand’, European Journal of Social Science.Vol. 27 No. 1, pp 82-95.