Berk. Penel. Hayati Edisi Khusus: 7A (51-58),2011
KETERGANTUNGAN MASYARAKAT PADA HASIL HUTAN NON KAYU DI MALINAU, KALIMANTAN TIMUR: SUATU ANALISIS ETNOBOTANI DAN IMPLIKASINYA BAGI KONSERVASI HUTAN Esti munawaroh*, Rachmini Saparita dan Y. Purwanto PKT-LlPI, Bogor; BB-TTG-LlPI, Subang; and Research Center for Biology-LlPI, *Jalan Ir.H.Juanda 13 bogor *Corresponding author:
[email protected].
ABSTRACT
This current study describes the factors that determinate the indigenous people dependence on the non-timber forest products (NTFPs) in Malinau, East Kalimentan. This one year study was started in 2008 and conducted in three sub districts: Malinau Utara, Malinau Selatan, and Mentarang respectively. The qualitative and quantitative data were collected using the standard methods in Ethnobotany. The study ofNTFPs economic valuation implementing three methods: Direct-approach market price, indirect market price, and non-market estimation. The results ofthis study indicate that 350 species ofNTFPs are recognised by the local communities. Based on the calculation ofthe Index of Cultural Significance (ICS) and Peddle Distribution Method (PDM) 15 NTFPs species are selected and regarded important for the community livelihood. The results of transect analysis conducted on 1 hectare forest show that more than 320 plant species are renownedfor food, building materials,jirewood, medicine, handicraji, technological, toxic, colouring materials, and many other purposes. 8 NTFPs species are selected for their important economic potentiality that are eaglewood (Aquilaria malaccensis, Aquilaria beccariana), segarattan (Calamus caesius), illipe nuts (Shorea macrophylla, Shorea pinanga, Shorea beccariana, Shorea stenoptera), and ulin (Eusideroxylon zwageri). Economically, NTFPs contributes more than 25% revenues of the total household income of local communities in surrounding forest. The dependence of local communities on NTFPs is strongly influenced by their socio-cultural, residential location, market demand, and needs. Therefore, effort in ensuring afair share between commercial ventures and the local communities is essential. Key words: Conservation, East Kalimantan, Ethnobotany, Local Community, Malinau, NTFPs
PENGANTAR Studi ini ingin mengekplor faktor-faktor yang menentukan ketergantungan masyarakat lokal pada kawasan hutan berdasarkan analisis ethnobotani di Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Munawaroh dan Purwanto (2009) menunjukkan bahwa terdapatnya sumber pendapatan altematif bagi masyarakat lokal di sekitar kawasan hutan dapat mengurangi ketergantungan mereka terhadap sumber daya hasil hutan dan dapat mengurangi konflik antara kepentingan masyarakat lokal dan pengelolaan hutan dalam kegiatan konservasi. Penelitian ini ingin mengangkat aspek-aspek penting dalam mekanisme pengelolaan hasil hutan non-kayu di Kabupaten Malinau. Untuk itu dibahas mengenai keanekaragaman j enis hasil hutan non kayu yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat di lokasi studio Selanjutnya dilakukan valuasi ekonomi hasil hutan non kayu berpotensi dan memastikan perannya bagi kehidupan masyarakat lokal dan hubungannya dengan
pengelolaan kawasan hutan di lokasi studio Selain itu dilakukan identifikasi aspek-aspek penting pengetahuan tradisional yang memiliki nilai dalam pengembanganjenisjenis NTFPs penting di kawasan tersebut. Upaya valuasi terhadap hasil hutan non kayu berpotensi diharapkan dapat memberikan dukungan upaya kegiatan konservasi sumber daya hayati di kawasan ini. Interaksi antara masyarakat yang tinggal di sekitar hutan dengan pemanfaatan sumber daya hasil hutan telah mendapat perhatian besar dari para ilmuwan dan pembuat kebijakan karena signifikansi dari titik pandang kesejahteraan masyarakat dan pengelolaan hutan berkelanjutan. Hal ini terutama berlaku dalam hal manfaat dari hasil hutan nonkayu (HHBK). Oleh karena itu pengelolaan NTFPs secara berkelanjutan adalah sangat penting untuk meningkatkan tarafkehidupan masyarakat pedesaan di sekitar hutan. Pada umumnya masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap hasil hutan. Selain itu kondisi sosial ekonomi masyarakat yang dapat dikategorikan lemah, lokasinya sangat terisolasi dan
52
Ketergantungan 1 asyarakat pada Hasil Hutan Non Kayu di Malinau
minim sarana serta prasarana. Peran hasil hutan non-kayu (NTFPs) dalam pengembangan ekonomi masyarakat lokal dan pengelolaan hutan lestari telah didokumentasikan oleh banyak peneliti (Arnold dan Perez, 2001; Panayotou dan Ashton 1992). Negara berkembang bergantung pada hasil hutan non kayu (NTFPs) untuk kebutuhan primer dan gizi mereka. Di Indonesia memanfaatkan jenis hasil hutan non kayu (NTFPs) untuk memenuhi kebutuhan konsumsi subsisten dan menambah pendapatan mereka. Studi ini dititikberatkan pada analisis mengenai keanekaragamanjenis hasil hutan non kayu yang memiliki peran penting bagi masyarakat di Kabupaten Malinau yaitu peran sosial budaya dan peran sosial ekonomi bagi pendapatan rumah tangga masyarakat di lokasi studio Seluruh jenis hasil hutan non kayu dianalisis nilai kegunaannya dan nilai ekonominya. Secara umum hasil hut an non kayu memberikan berbagai manfaat bagi masyarakat diantaran),a adalah nilai guna langsung, nilai guna tidak langsung, dan nilai pilihan. Kesulitan dalam analisis nilai ekonomi hasil hutan non kayu adalah pada jenis NTFPs yang tidak memiliki nilai pasar. Untuk itu perhitungan nilai didasarkan pada nilai barang yang setara yang memiliki nilai pasar (berdasarkan penilaian masyarakat lokal). Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) untuk mengetahui jumlah jenis hasil hut an non kayu dan perannya bagi pendapatan rumah tangga masyarakat lokal; (b) untuk mengetahui seberapa besar ketergantungan masyarakat pada hasil hutan non kayu dan faktor-faktor yang mempengaruhi ketergantungan tersebut; (c) untuk menghitung nilai ekonomi jenis-jenis hasil hutan berpotensi ekonomi; dan (d) untuk mendapatkan alternatif cara pengelolaan hasil hutan non kayu yang lebih menguntungkan dan berkelanjutan.
-
wawancara yaitu (a) dengan menggunakan metode walk in the wood yaitu untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan apa saja yang terdapat di hutan yc"'gdimanfaatkan oleh masyarakat; (b) teknik wawancara open-ended; dan (c) teknik pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui secara langsung kegiatan masyarakat dalam rangka ekstraktivisme hasil hutan non kayu. Studi nilai guna dan valuasi ekonomi beberapa hasil hutan non kayu berpotensi dan terpilih yang memanfaatkan responden masyarakat peramu, pengguna dan masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada hasil hutan non kayu. Studi ini mengamati pula peran sosial ekonomi hasil hutan non kayu bagi masyarakat dan sistem pemasarannya baik ditingkat lo)cal maupun regional. Studi valuasi ekonomi NTFPs menggunakan beberapa pendekatan yaitu: (i) Penc>katan langsung dengan menggunakan nilai pasar (market price): menghitung nilai ekonomi hasil hutan non kayu (NTFPs) dari hasil perkalian jumlah volume hasil hutan yang diambil dengan rata-rata harga pasar; (ii) Metode nilai relatif: menghitung nilai hasil hutan yang belum dikenal nilai pasarnya, tetapi dipertukarkan at au dibandingkan dengan nilai barang ataujasa yang telah ada nilain:v.a. Nilainya dihitung dari hasil perkalian jumlah volume hasil hutan tertentu dengan harga relatifnya (harga relatif barang tersebut terhadap harga barang lain yang sudah diketahui harga pasarnya); (iii) Metode biaya pengadaan: menghitung hasil hutan non kayu yang tidak dikenal nilai pasarnya dan tidak termasuk sistem pertukaran. Dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
BAHAN DAN CARA KERJA Studi yang dilakukan meliputi beberapa aspek pengamatan yang didasarkan pada macam dan karakteristik data, diantaranya adalah: - Studi keanekaragaman jenis tumbuhan berguna di kawasan hutan alam di Kecamatan Malinau Selatan, Malinau Utara dan Mentarang, Kabupaten Malinau, dilakukan dengan cara menghitung jumlah jenis tumbuhan berguna. Teknik ini juga digunakan untuk mengetahui pengaruh kegiatan ekstraktivisme hasil hutan terhadap jumlah j enis dan kondisi populasi j enisjenis tumbuhan berguna yang diekstrakldiramu oleh masyarakat. - Studi etnobotani yaitu dengan teknik pengambilan data sistem pengetahuan masyarakat lokal, jenis-jenis tumbuhan berguna dilakukan dengan beberapa teknik
.
Ni
=
BPi JVi
dimana: Ni = nilai ekonomi hasil hutan non kayu (Rp/unit volume); BP = biaya pengadaan hasil hutan (Rp/pengambilan); N = jumlah volume hasil hutan non kayu (unit volume/pengambilan); dan 1= jenis hasil hutan yang diambil. (iv) Analisis lain dalam menghitung nilai ekonomi hasil hutan non kayu (1) Pendugaan fungsi permintaan sumber daya NTFPs di lokasi studi, melalui analisis seperti berikut:
Q = .fJr/
53
Munawaroh, Saparita dan Purwanto
TEV = (DUV + IUV + OV) + (XV + BV) Perolehan nilai: (a) UV = Nilai pemanfaatan aktual lingkungan berarti nilai karen a responden memanfaatkannya, atau berharap memanfaatkannya yang akan datang; (b) DUV = Nilai yang ditentukan oleh kontribusi lingkungan pada aliran produksi dan konsumsi ; berkaitan dengan output yang langsung dapat dikonsumsi atau dijual untuk kebutuhan hidup; (c) IUV = Nilai yang ditentukan oleh manfaat yang berasal dari j asa-j asa lingkungan (environment services) dalam mendukung aliran produksi dan konsumsi; (d) OV = Nilai pilihan (option value) berkaitan dengan pilihan pemanfaatan lingkungan di mas a datang. Pemyataan preferensi (kesediaan membayar) untuk konservasi system lingkungan atau komponen sistem berhadapan dengan beberapa kemungkinan pemanfaatan oleh individu di hari kemudian. Ketidakpastian penggunaan di masa datang berhubungan dengan ketidakpastian penawaran lingkungan, teori ekonomi mengindikasikan bahwa nilai pilihan adalah kemungkinan positif; dan (e) NUV = Nilai intrinsik berhubungan dengan kesediaan membayar positif, jika responden tidak bermaksud memanfaatkannya dan tidak ada keinginan untuk memanfaatkannya dikelompokan menjadi dua, yaitu: nilai warisan (bequest value) dan nilai keberadaan (existence value).
Untuk satu sumber daya: i = 1, n), misal: i = 1 untuk gaharu; i = 2 untuk ketipai, dan lainlainnya (2) Maka persamaan (1) menjadi:
. _ .fJ '!(Pi".PZ,.Ptl Q . i - PO">',it '&i2 ' .'itin. ........... (2) atau:
In Qi = flo
+ Pilii + PZ Xf2 + .". , + P'n~1;in; + Ei ....... (3) Qj= jumlah sumber daya (i) yang diambill diminta (unit volume); Xil= Harga (atau biaya pengadaan bisajuga) sumber daya (i) (Rp/unit volume); Xi2 = Pendapatan rumah tangga (Rp); Xi3 = Umur kepala rumah-tangga (th); Xi4 = Pendidikan (th); Xi5 = lumlah anggota rumah-tangga (orang); ~O = Intersep (titik perpotongan dengan slimbu Y) ~1, ... , ~n = Parameter yang diduga dari data; dan c: = Error observasi.
(v) Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value): analisnya adalah sebagai berikut: TEV = UV + NUV (TEV = Total Economic Value (Nilai Ekonomi Total = NET); V = Use Value (Nilai Pengguna); dan NUV = Non Use Values (Nilai Instrinsik) UV = DUV + IUV + OV (DUV = Direct UV (Nilai Pengguna Langsung); IUV = Indirect UV (Nilai Pengguna Tidak Langsung); dan OV = Option Value (Nilai pilihan) NUV = XV + BV (XV = Existence Valu e (Nilai Keberadaan); BV = Bequest Value (Nilai Kebanggaanlwarisan)
HASIL Hasil pengamatan terhadap jumlah jenis tumbuhan berguna dan macam pemanfaatannya secara rinci disajikan dalam tabel 1 berikut:
Tabel 1, Kategori pemanfaatan keanekaragaman jenis tumbuhan oleh masyarakat Dayak di 3 Kecamatan (Malinau Selatan, Malinau Utara dan Mentarang) Kategori Pemanfaatan Tumbuh-Tumbuhan
A. Tanaman budidaya (domesticated plants) 1. Makanan pokok 2. Makanan tambahan 2.1. Sayuran dan kacang-kacangan 2.2. Tanaman penghasil minyak 2.3. Ubi-ubian 2.4. Rempah-rempah 2.5. Bahan minuman 2.6. Buah-buahan dan biji-bijian 3. Makanan ternak
Jumlah Jenis Malinau Selatan
Mentarang
Malinau Utara
46
46-50
46-50
24
22
> 20
4
4
03-Mei
7 4 20
6
4
5
5 20-25
1
1 01-Feb
> 20
54
Ketergantungan Masyarakat pada Hasil Hutan Non Kayu di Malinau
Lanjutan Tabel 1. Kategori Pemanfaatan Tumbuh-Tumbuhan
Jumlah Jenis Mentarang
Mallnau Utara
1
1
4
>6
>4
3
3 01-Mar
3 02-Apr
> 250
> 270 108
Malinau Selatan
4. Penghasil latex dan resin 5. Penghasil serat atau karet 6. Stimulan 7. Kayu bakar 8. Tanaman hias 9. Tanaman aromatika dan kosmetika 10. Pewarna 11 . Bahan adat dan ritual 12. Pupuk hijau 13. Bahan alat 14. Racun 15. Miscellaneous B. Tumbuhan liar 1. Bahan pang an bukan tumbuhan obat 1.1. Oaun, batang dan tunas 1.2. Bunga, buah dan biji-bijian 1.3. Ubi, rhizoma, akar 1.4. Bumbu atau rempah-rempah 1.5. Bahan minuman 2. Penghasil latex dan resin 3. Bahan tali 3.1. Canes 3.2. Binding/weaving 4. Bahan pewarna 5. Tanaman hias 6. Bahan serat (pakaian dan wadah) 7. Bahan alat (rumah tangga, pertanian, perang) 8. Bahan alat musik dan permainan 9. Tanaman aromatika dan kesmetika 10. Stimulan 11. Bahan bangunan rumah dan pondok 11.1. Rangka 11.2. Tiang 11.3. Atap 11.4. Oinding 11.5. Perahu 12. Kayu bakar 13. Kayu komersial
> 300 118
112
06-Agust 70-80
25
6
88 06-0kt
> 70 04-Jun
02-Apr
>4
3 4
3 02-Apr
12
12
10-0es
5
4
4
8
8
8
>5 6 Okt-15
>5 05-Jul 08-0es
>5 5 Okt-14
04-Jun >4 02-Mar >2
2
02-Apr
02-Jun
>2 4
02-Apr 03-Mei
>3 03-Jun
40-60
50
50-55
41 09-0kt
40 05-0kt
40-60 18
> 50 16-18
> 30 05-0es 30-45
> 80 > 20
> 100 > 20
> 100
12 23
04-Agust
04-Agust
23
23
9 14
9 14
9 14
36 175
>25 170
>30 180
>4
>6
>3
18 > 20
14. Indikator ekologi 15. Bahan adat dan ritual 16. Jamur 17. Racun 17.1. Racun ikan 17.2. Racun lainnya 18. Miscellaneous C. Tumbuhan obat .1. Tanaman budidaya 2. Tumbuhan liar O. Tumbuhan mempunyai karakter khusus E. Tumbuhan semi-domestikasi Sumber data: Munawaroh dan Purwanto (2009)
"
55
Munawaroh, Saparita dan Purwanto
Tabel 2 berikut mengetengahkan jenis-jenis NTFPs penting dan berpotensi yang memiliki nilai ICS tinggi. Tabel2. Hasil perhitungan ICS dan jenis-jenis NTFP terpenting Nama IImiah
No
Nama Lokal
Rlncl Perhitungan
Aquilaria beccariana
Gaharu
(4 x 4 x 2)
2
Calamus caesius
Rotan sega
(4 x 3 x 2)
3
Calamus javensis
Rotan liIin
(4 x 3 x 2)
4
Daemonorop sa but
Rotan sabut, rotan cincin
(4 x 3 x 2)
5
Dyera costulata
Jelutung
(4 x 4 x 1)
6
Eurycoma longifolia
Tongkat ali atau pasak bumi (4 x 4 x 1)
7
Eusideroxylon zwageri
Kayu ulin
(4 x 5 x 2)
8
Shorea beccariana
Tengkawang burung
(4 x 3 x 1)
9
Shorea macrophyl/a, Shorea pinanga
Tengkawang
(4 x 3 x 1)
NiialleS 32
+ + + + + + + +
(3 x 3 x 2)
+ (4 x 2 x 1) + (4 x 2 x 1) (3 x 3 x 2) + (4 x 2 x 1)
50
(3 x 3 x 2)
50
(4 x 3 x 1)
28
(3 x 3 x 1)
25
+ (3 x 3 x 1) (3 x 3 x 1) + (3 x 2 x 1) (3 x 3 x 1) + (3 x 2 x 1)
65
(4 x 4 x 1)
50
27 27
Berikut merupakan hasil evaluasi ekonomi jenis NTFPs ~
Tabel3. Hasil valuasi ekonomi jenis NTFPs Malinau Selatan
Mallnau Utara
Mentarang
Desa/Kecamatan Jumlah KK Nilai guna langsung binatang buruan/tahun Uuta Rp/tahun) Nilai guna langsung tangkapan Ikan/tahun Uuta Rp/tahun) Nilai guna langsung rotan/tahun Uuta Rp/tahun) Nilai guna langsung gaharu/tahun Uuta Rp/tahun) Nilai guna langsung kayu bakar/tahun Uuta Rp/tahun) Nilai guna langsung tengkawang/tahun Uuta Rp/tahun) data tahun 1996 Nilai guna langsung TOTAL/tahun Uuta Rp/tahun) Nilai guna langsung/tahun/KK Uuta Rp/tahun/KK) Nilai guna langsung/bulan/KK Uuta Rp/tahun/KK)
a
Setulang
Long Adul
Luso
Belayan
Long Blsai
237 422,33
30 427,68
65 463,32
158 1.126,22
104 252,272
12,96
135
81
86,4
64,8
4,74
0,48
0,26
1,26
0,384
48
20
56
30
63
136,5
331,8
218,4
497,7
468
746.,5 937,73
674,16
701,08
1.601,69
565.856
3,96
22,47
10,79
10,14
5,44
0,33
1,87
0,9
0,84
0,45
Berikut merupakan hasil perhitungan secara rinci ditampilkan pada tabel4: Tabel 4. Nilai ekonomi total hasil hutan non kayu t;filal Ekonomi (Juta Rp/Tahun) Guna
Langsung
Mallnau Selatan
Malinau Utara
Mentarang
Setulang
Log Adul
Luso
Belayan
Long Bisal
937,73
674,16
701,08
1.601,69
18.200,90
Tidak langsung Non Guna
Pilihan
142,2
Pilihan
34,128
7,02
17,55
45,504
27,54
938
337
421
721
819
Kebanggaan Keberadaan
56
Ketergantungan Masyarakat pada Hasil Hutan Non Kayu di Malinau
Lanjutan label 4 Nilai Ekonomi (Juta Rp/Tahun) Total
Ekonomi Rumah Tangga
Nilai Ekonomi/KK/tahun
Malinau Selatan
Malinau Utara
Mentarang
Setulang
Log Adui
Luso
Belayan
Long Bisai
2.052,06
1.018,18
1.139,63
2.368,19
2.666,62
237
30
65
158
104
8,66
33,94
17,53
14,99
26,14
Berikut merupakan kontribusi hasil hutan non kayu label 5.
Kontribusi hasil hutan non kayu
Oesa Rata-rata Kebutuhan Hidup/bulan/KK (Rp/bulan/KK) Ekowisata (Rp/bulan/KK)
Malinau Selatan
Malinau Utara
Mentarang
Setulang
Long Adui
Luso
Belayan
Long Bisai
1.500.000
2.000.000
1.500.000
1.500.000
2.000.000
50.000
Hasil Hutan Langsung (Rp/bulan/KK)
333.000
1.870.000
900.000
800.000
1.487.000
Kontribusi hasil hutan (%)
25,53%
93,50%
60,00%
53,33%
74,00%
PEMBAHASAN Keanekaragaman jenis tumbuhan berguna dan jenis hasil hutan non kayu Hasil studi tahun 2008-2009 (Munawaroh dan Purwanto, 2009) menunjukkan bahwa kawasan hutan di daerah ini mempunyai potensi besar selain berpotensi sebagai sumber kayu bahan bangunan (timber) juga berpotensi menghasilkan berbagai produk hasil hutan non kayu (Non Timber Forest Products, NTFPs). Hasil identifikasi hasil hutan non ayu tereatat > 300 jenis hasil hutan yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan (118 jenis), bahan bangunan (> 60 jenis), bahan kerajinan, seni dan teknologi lokal (> 15 jenis), bahan obat tradisional (211 jenis), bahan raeun dan anti rae un (16 jenis), bahan pewarna (8 jenis), bahan aromatika dan kosmetika (> 4 jenis), bahan kayu bakar (> 80 jenis), stimulant (3-6 jenis), bahan serat (5-7 jenis) dan lain-Iainnya. Hasil identifikasi dan karakterisasi jenis-jenis hasil hutan non kayu (Non Timber Forst Product, NTFPs) penting dan berpotensi di Keeamatan Malinau Selatan tereatat berjumlah 15 jenis, Malinau Utara 14 jenis, dan Mentarang 13 jenis. Jenis-jenis hasil hutan non k
pinanga), anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum), payang (Pangium edule), dan pasak bumi (Eurycoma longifolia). Pemanfaatan jenis tumbuhan dalam kehidupannya sehari-hari masyarakat Dayak di Malinau dapat dikategorikan eukup tinggi. Hal ini terlihat hampir di segala segi kehidupan masyarakat dalam memanfaatkan keanekaragaman j enis tumbuhan. Hasil analisis sementara tidak kurang dari 10% jumlah jenis tumbuhan berguna dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya mereka mengenallebih dari 60 jenis kayu bahan bangunan, tetapi mereka memanfaatkannya untuk membangun rumah tidak lebih dari 7 jenis saja. Demikian juga dalam membuat perahu, mereka mengenal 18 jenis kayu yang dapat digunakan sebagai bahan membuat perahu, tetapi bila mereka membuat perahu maka hanya sekitar 3-6 jenis saja yang mereka gunakan. Demikian juga untuk maeam pemanfaatan lainnya.
• Turnbuhan Be
pemanfaatan
Gambar 1. Jenis tumbuhan berg una secara keseluruhan dan jumlah jenis hasil hutan non kayu
Munawaroh, Saparita dan Purwanto
Sedangkan jumlah j enis tumbuhan berguna hasil pencuplikan data ekologi menunjukkan bahwa setiap 1 ha hutan tercatat lebih dari 320 jenis tumbuhan yang diketahui kegunaannya. Dari hasil studi ini nampak bahwa betapa pentingnya hutan bagi kehidupan masyarakat Dayak yang tinggal di sekitar hutan di Kabupaten Malinau. Hutan memberikan kontribusi besar bagi kehidupan masyarakat terutama dalam pemenuhan sebagai bahan pangan (15 Jenis), bahan obat-obatan (37 jenis), bahan pewama (2 jenis), bahan racun (4 jenis), bahan untuk peralatan dan teknologi local (18 jenis), bahan tali (16 jenis), kayu bakar (80 j enis), bahan ritual (2 j enis) dan bahan bangunan (> 60 jenis). Gambar 2 berikut menunjukkanjumlahjenis tumbuhan berguna dan macam penggunaannya. Jumlah jenis tumbuhiln berguna 90 I 80 !
ro ~-
~
-.--
~~-_=HJ-l Gambar 2. 1 ha
a Juml.h jenis lumbuhan berguna
Jumlah jenis tumbuhan berguna dalam 1 plot seluas
Nilai Kepentingan Budaya (Index of Cultural Significance,leS) Dalam rangka mengetahui secara mendalam sistem pemanfaatan keanekaragaman jenis tumbuhan dilakukan analisis tingkat kepentingan suatu jenis tumbuhan bagi masyarakat yaitu dengan mengukur Index of Cultural Significance (ICS). Indek kepentingan budaya (Index of cultural significance) adalah merupakan hasil analisis etnobotani kuantitatifyang menunjukkan nilai kepentingan tiap-tiap jenis tumbuhan berguna yang didasarkan pada keperluan masyarakat. Angka hasil perhitungan ICS menunjukkan tingkat kepentingan setiap jenis tumbuhan berguna oleh masyarakat. (TabeI2). Nilai ICS tersebut di atas hanya menunjukkan nilai yang didasarkan pada skor yang diadaptasikan dengan nilai kegunaan, intensitas dan esklusifitasnya. Sehingga nilai atau skomya tidak similar dengan tingkat kesukaan masyarakat yang sebenarnya. Hal ini karena nilai ICS dihitung berdasarkan jumlah kegunaan yang selanjutnya masingmasing kegunaan dihitung sesuai dengan nilai kuantitas, intensitas dan esklusivitas dari setiap jenis. Sedangkan nilai ekonominya tidak terwakili dalam perhitungan ini.
57
Sehingga jenis gaharu yang memiliki nilai ekonomi tinggi mempunyai nilai ICS-nya lebih rendah dari rotan. Hal ini wajar karena penilaian didasarkan pada aspek pemanfaatan dan nilai-nilai budaya. Gaharu tidak digunakan masyarakat setiap waktu, tetapi jenis ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Sebaliknya jenis-jenis rotan merupakan bahan pokok bagi kepentingan pembuatan berbagai peralatan dan teknologi lokal (kerajinan) yang diperlukan setiap saat. Demikian juga kayu ulin (Eusideroxylon zwageri), selain mempunyai nilai yang tinggi secara ekonomi, jenis ini mempunyai nilai manfaat bagi masyarakat juga cukup tinggi. Selain sebagai kayu bahan bangunan, jenis kayu ulinjuga digunakan untuk kepentingan budaya yaitu ritual yang berhubungan dengan pengantaran roh bagi leluhumya. Namun apabila penilaian didasarkan pada tingkat kesukaan, maka gaharu dan kayu ulin mempunyai nilai tertinggi dan paliIlg disukai masyarakat. Hal ini berhubungan dengan nilai ekonomi kedua jenis hasil hutan terseb~t. Berdasarkan hasil perhitunganPDM (Pebble Distribution Method) di beberapa kelompok masyarakat (Malinau Utara, Malinau Selatan dan Mentarang), jenis gaharu merupakan pilihan utama dibandingkan dengan jenis-jenis NTFPs penting lainnya. Nilai rata-ratajenis NTFPs penting tersebut adalah: (1) gaharu atau Aquilaria beccariana (skor 21); (2)ulinatauEusideroxylon ~ ageri(skor 12); (3)tengkawang (Shorea beccariana, S. macrophy lla, S. pinanga) dengan skor 11; (4) rotan (Calamus caesius) skor 9; (5) kemp as (Koompasia excelsa) dengan skor 9; (6) ketipai (Palaquiurn gutta) dengan skor 7; (7) payang (Pangium edule) dengan skor 8; (8) jelutung (Dyera costulata) dengan skor 8; dan (9) pasak bumi (Eurycoma longifolia) dengan skor 8.
Valuasi Ekonomi Hasil Hutan Non Kayu Hasil Valuasi Ekonomi Jenis NTFPs Nilai ekonomi sumberdaya hasil hutan non kay u dihitung dengan menggunakan pendekatan "nilai guna langsung (direct use value)" dan metode valuasi berdasarkan nilai pasar (market price). Sedangkan sumber data yang digunakan sebagian besar adalah berasal dari data primer yang dikumpulkan dari hasil wawancara dengan masyarakat peramu, ahli lokal (tokoh lokal), pengguna dan pedagang pengumpul. Data pendukung diperoleh dari data sekunder dan studi pustaka. Sebagian besar jenis-jenis hasil hutan yang dimanfaatkan masyarakat desa sekitar kawasan hutan (termasuk hutan Sekunder) di wilayah Malinau meliputi: binatang buruan, penangkapan ikan di sungai wilayah hutan, kayu bakar, rotan, gaharu, madu, sayuran hutan (pakis). Hasil pengolahan data wawancara terhadap responden terpilih untuk parameter yang meliputi jumlah yang diambil, frekuensi pengambilan,
58
Ketergantungan Masyarakat pada Hasil Hutan Non Kayu di Malinau
jumlah pemungut, total pengambilan per-jenis, total pengambilan per tahun, persentase frekuensi pengambilan, dan persentase pemungut sangat sulit didapatkan, sehingga beberapa komoditi mengaeu pada data sekunder, baik data yang dilaporkan BPS Kabupaten Malinau, maupun data penelitian lainnya yang relevan dengan penelitian ini. Hasil perhitungan nilai guna hasil hutan non kayu disajikan dalam tabel 3. Hasil studi valuasi ekonomijenis NTFPs menunjukkan bahwa masyarakat yang tinggal berdekatan dengan hutan mempunyai ketergantungan terhadap hasil hut an sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh hasil perhitungan valuasi ekonomi NTFPs di desa Long Adui dan Luso yang letaknya berdekatan dengan kawasan hutan dan sarana transportasi masih sangat terbatas. Di Kedua desa tersebut nilai guna langsung hasil hutan non kayu rata-rat~ meneapai Rp 1,87 Juta dan RpO,9 juta setiap bulannya (Tabel :3). Dari hasil perhitungan nilai guna langsung hasil hutan non kayu (NTFPs) terbesar ditunjukkan oleh desa Belayan diikuti desa Setulang. Hal ini wajar karen a masyarakat di kedua desa tersebut dalam memenuhi kebutuhan hidupnya masih bergantung pada hasil hutan khususnya hasil hutan non kayu. Disamping itu kedua desa tersebut terletak di sekitar kawasan hutan dan memiliki hak ulayat hutan, misalnya masyarakat Setulang mempunyai tanah ulen seluas lebih dari 5.000 ha. Kawasan ini digunakan sebagai kawasan konservasi dan hanya diambil hasilnya pada saatsaat kekurangan atau hanya digunakan seeara terbatas. N amun bila melihat dari-rata-rata hasil hutan setiap keluarga, maka desa setulang mempunyai rata-rata pendapatan yang berasal dari hasil hutan non kayu terendah dibanding dengan pendapatan keluarga di ketiga desa lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena masyarakat di Setulang tidak lagi melakukan kegiatan ekstraksi jenis gaharu, karena gaharu sudah sangat sulit ditemukan di hutan alam di sekitar kawasan mereka.
Nilai Ekonomi Total Nilai ekonomi total adalah jumlah nilai ekonomi dari nilai guna dan non guna. Dimana nilai tersebut dapat dilihat pada Tabel4. Dari Tabel4, terlihat bahwa besarnya nilai ekonomi masyarakat desa sangat bergantung pada keberadaan hasil hutan non kayu. Meskipun sangat bervariasi, masyarakat di Desa Long Adui, adalah masyarakat yang paling bergantung
pada hasil hutan non kayu, mengingat jauhnya jarak ke kota dan masyarakat tidak mempunyai keterampilan lain selain mengambil sumber daya hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Masih sulitnya akses ke wilayah lain (hanya melalui jalan air (sungai), membuat masyarakat di Long Adui juga mempunyai biaya hidup jauh lebih tinggi j ika dibandingkan dengan ke tiga desa lainnya yang sudah dapat diakses melalui jalan darat. Biaya hidup mereka dipenuhi dari hasil hutan, dan sebagian keeil hasil hutan yang mereka dapatkan dijual untuk mendapatkan uang tunai untuk biaya keperluan sehari-hari seperti membeli membeli gula, solar, rokok dan kebutuhan lainnya.
Kontribusi hasil hutan non kayu Dari hasil wawaneara, kebutuhan hidup sehari-hari mereka sangat tinggi dan bervarasi. Uang yang dibelanjakan untuk kebutuhan lain-lain di luar makan dan asupan protein serta energi kayu bakar untuk memasak berkisar Rp500.000. Dari besarnya upah buruh (setengah hari Rp30.000), atau minimal satu hari Rp50.000, maka besarnya kebutuhan hidup diprediksi berkisar Rp 1,5 juta sampai Rp2 juta, tergantung akses mereka ke 'pusat' kota sebagai pusat ekonomi 'desa'. Dari kondisi tersebut dapat dihitung besarnya kontribusi hasil hutan non kayu dalam menopang kehidupan mereka, seperti terlihat p ada Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil hutan non kayu memberikan kontribusi sebesar 25-93% kebutuhan masyarakat Malinau yang tinggal di sekitar kawasan hutan. Masyarakat Long Adui memiliki ketergantungan terhadap hasil hutan non kayu sangat tinggi, karena sebagian besar masyarakat di desa ini melakukan kegiatan ekstraktivisme hasil hutan non kayu untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangganya.
KEPUSTAKAAN Arnold JEM and MR Perez. 2001. Can Non-timber Forest Products match Tropical Forest Conservation and Development Objectives? Ecological Economics 39: 437-447. MunawarohEdan YPurwanto. 2009. StudiHasilHutanNonKayu di Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur. In Setyawan et al. 2009. Proceeding Basic Science Seminar Nasional. Brawijaya University: 53-63 Panayotou T and P Ashton. 1992. Not by Timber Alone: Economy and Ecology for Sustaining Tropical Forests, Island Press, Washington DC.