PERSPE
TIF
eadilan
Volume XII No. 3 Tahun 2007 Edisi September
KETERBUKAAN DAN AKUNTABILITAS PEJABAT PUBLIK (Kerangka Pemikiran dan Analisa Kasus Kepegawaian Kota Batu) Oleh : Himawan Estu Bagijo (e-mail:
[email protected]) dosen UWKS Jl. Dukuh Kupang XXXV/ 54 Surabaya 60225 Telp./Fax : (031) 5674186.
Abstrac Public servant have an abligation to transparent on public policy relatid to citizen interest. This value is one of the important point in the Democratic Government and Good Governance principles. To apply the principle of transparent and public accountability if's need General principle law of administration (government). The “Batu” case is “maldministration of public servant”. The problem is the period and requirement of the promotion is caontradictive with regulation. But for all of the problem the Mayor of Kota Batu and Cief of Regional Adminitration of Public Servant Regional II East Java should be responsible. Keywords: Transparent, and Accountability of the Public Servant.
Dalam
penyelenggaraan
bantuan kelembambagaan
menjadi
pemerintahan yang modern dewasa ini
bantuan mandiri; g. Dari demokrasi
tuntutan akan adanya peneyelenggaraan
perwakilan ke demokrasi partisipatif; h.
pemerintahan yang terbuka sudah tak
Dari hubungan herarkhi ke hubungan
terbendung. Terjadinya tuntuan besar ini
jaringan kerjasama; i. Dari Utara (negara
di indikasikan tidak hanya terjadi di
maju) ke Selatan (negara berkembang); j.
Indonesia tetapi sudah menjadi ke-
Dari pilihan alternatif ke opsi berganda.
cendrungan global.
(Megatren 2000 : 37).
Era globalisasi ini oleh John
Kesepuluh kecendrungan tersebt
Naisbitt digambarkan adanya sepuluh
secara langsung sudah mempengaruhi
kecendrungan, yaitu: a. Dari Masyarakat
sendi-sendi kehidupan bernegara di
Industri ke masyarakat informasi; b. Dari
Indonesia. Tuntutan dibukanya pasar
tehnologi buatan ke tehnologi canggih; c.
bebas AFTA tahun 2003 telah memaksa
Dari ekonomi nasional ke ekonomi dunia;
pemerintah Indonesia untuk menyusun
d. Dari pandangan jangka pendek ke
kebijakan ekonomi yang lebih terbuka.
pandangan jangka panjang; e. Dari
Dibukanya kran demokrasi melalui
sentralisasi ke desentralisasi; f. Dari
kebebasan membentuk partai politik juga Himawan Estu Bagijo
Keterbukaan Dan Akuntabilitas Pejabat Publik (Kerangka Pemikiran Dan Analisa Kasus Kepegawaian Kota Batu)
257
PERSPE
TIF
eadilan
Volume XII No. 3 Tahun 2007 Edisi September
tak dapat dibendung dalam menjawab
(PNS) yang bertentangan dengan
kebutuhan partisipasi publik dalam bidan
peraturan perundang-undangan?. Penyelenggaraan pemerintahan
politik. Dalam rangka menghadapi
yang berdasar pada negara hukum akan
tantangan globalisasi ini maka diperlukan
berwujud pada adanya: prinsip keabsahan
sebuah struktur pemerintahan yang kuat
pemerintahan (Rechtsmatig berstuur),
untuk menghadapi hubungan antar
adanya pembagian kekuasaan; per-
bangsa guna menciptakan keamanan dan
lindungan hak asasi; dan peradilan yang
perdamaian. Namun demikian, suatu
bebas. Prinsip negara hukum ini, di satu
pemerintahan yang kuat tidak berarti
sisi akan bermuara pada penggunaan
suatu pemerintahan yang diktator, tetapi
kekuasaan pemerintah yang berdasar
adalah suatu pemerintahan yang berdiri di
pada hukum sehigga terwujud prinsip
atas landasan negara hukum dan
“Memerintah itu ada hukumnya”, disisi lain,
demokrasi (Philipus M. Hadjon, 1996: 2).
akan tercipta adanya perlindungan hak
Salah satu wujud demokratisasi dalam penyelenggaraan negara adalah
asasi manusia dari kesewenangwenangan penguasa.
kewajiban bagi penyelenggara negara
Dalam rangka memantapkan dasar
untuk bertindak transparan dalam
demokrasi dalam penyelenggaraan
pengambilan keputusan dan wajib
pemerintahan, di samping memantapkan
bertanggungjawab atas setiap keputusan/
sistem perwakilan juga membangun
kebijakan yang telah ditetapkan.
sistem partisipasi rakyat dalam
Mekanisme ini akan bermuara
penyelenggaraan pemerintahan. Sistem
pada peluang terjadinya control
perwakilan mempersyaratkan adanya
penggunaan kekuasaan langwsung oleh
Badan Perwakilan; Partai Politik dan
rakyat dan mencegah terjadinya
Penyelenggaraan Pemilihan Umum yang
penyimpangan kekuasaan.
didahului dengan proses kampanye.
Berdasar uraian di atas akan di
Sistem partisipasi rakyat pada
paparkan prinsip-prinsip umum tentang
dasarnya adalah sebuah sistem partisipasi
keterbukaan
konteks
dalam penyelenggaraan pemerintahan
pemerintahan dan pola pertanggung-
yang harus didahului oleh adanya
jawaban kekuasaan dalam format
keterbukaan pemerintah. Dalam pemikiran
“accountability” khususnya berhubungan
M.C. Burkens. Yang dituangkan dalam
dengan “kasus Kota Batu” tentang
bukunya
kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil
democratische rechtstaat” dinyatakan
dalam
van
de
Himawan Estu Bagijo
Keterbukaan Dan Akuntabilitas Pejabat Publik (Kerangka Pemikiran Dan Analisa Kasus Kepegawaian Kota Batu)
“Beginselen
258
PERSPE
TIF
eadilan
Volume XII No. 3 Tahun 2007 Edisi September
bahwa keterbukaan sebagai salah satu
(Pertanggungjawaban); Transparancy
syarat minimu demokrasi. Secara lengkap
( Tr a n s p a r a n ) ; d a n P a r t i c i p a t i o n
tentang syarat minimum demokrasi
(Partisipasi). (Ann Seidman, 2000: 8).
adalah: a. Pada dasarnya setiap orang
Dari kedua pendapat dapat
mempunyai hak yang sama dalam
disimpulkan bahwa keterbukaan
pemeihan yang bebas dan rahasia; b.
pemerintah dan partisipasi adalah syarat
Pada dasarnya setiap orang mempunyai
mutlak terjadinya sistem pemerintahan
hak untuk dipilih; c. Setiap orang
yang demokratis. Dan hal itu sudah
mempunyai hak-hak politik berupa hak
seharusnya juga menjadi pola dalam
atas kebebasan berpendapat dan
penyusunan kebikan publik dan tindkan
berkumpul; d. Badan perwakilan rakyat
pejabat publik di Indonesia.
berpengaruh dalam pengambilan
Keterbukaan pemerintahan me-
keputusan melalui sarana (model)
rupakan salah satu syarat dari pelaksana-
berslissingsrecht (hak untuk memutus)
an asas demokrasi. Untuk itu maka harus
dan atau melalui wewenang pengawasan;
diwujudkan adanya ketentuan yang
e. Asas keterbukaan dalam pengambilan
mengatur tentang hak rakyat untuk turut
keputusan dan sifat keputusan yang
serta dalam proses pengambilan
terbuka; f. Dihormatinya hak-hak
keputusan yang ditetapkan pemerintah.
minoritas. (Philipus M. Hadjon, 1996 : 1)
Bentuk demokratisasi ini dalam praktik
Berdasar pada pemikiran
bernegara seringkali hanya diberi bentuk
Burkens, maka keterbukaan adalah
“representative democracy” (demokrasi
sebuah conditio sine quanon bagi
perwakilan). Dalam pelaksanaan pola
penyelenggaraan pemerintahan yang
demokrasi seperti ini, hak rakyat diwakili
demokratis. Tidak adanya pemerintah
oleh anggota-anggota parlemen (di
yang terbuka, maka tidak ada
Indonesia oleh DPR dan DPRD) dengan
pemerintahan yang demokratis. Sejalan
bentuk pemberian persetujuan atas
dengan pemikiran tersebut, Ibrahim F.I.
keputusan yang dibuat oleh pemerintah.
Shihata (saat menjabat sebagi General
Dalam perkembangan hubungan
Counsel dari Bank Dunia) meng-
rakyat dengan pemerintah, telah
umukakan empat unsur pemerintah-an
diperkenalkan bentuk “partisipative
yang dalam proses pembuatan keputusan
democracy” (demokrasi partisipasi) dalam
tidak sewenang-wenang, yaitu:
pengambilan keputusan pemerintahan.
Governance by rule (Pemerintahan
Untuk dapat mewujudkan partisipasi
berdasar hukum); Accountability
tersebut, diperlukan pengaturan yang Himawan Estu Bagijo
Keterbukaan Dan Akuntabilitas Pejabat Publik (Kerangka Pemikiran Dan Analisa Kasus Kepegawaian Kota Batu)
259
PERSPE
TIF
eadilan
Volume XII No. 3 Tahun 2007 Edisi September
mewajibkan pada pemerintah untuk
akhir dari pola pengambilan keputusan
bersifat terbuka (openbaarheids van
yang demikian adalah kolusi dan korupsi
berstuur). Konsekwensi dari adanya
oleh penyelenggaraan pemerintahan dan
pengaturan tentang keterbukaan
pada akhirnya adalah sikap-sikap
pemerintahan ini adalah keterbukaan
resistensi dari pihak yang dirugikan.
prosedur. Dengan terbukanya prosedur,
Menurut Burkens keterbukaan
maka dimunkinkan terjadinya partisipasi
memberikan makna bahwa dalam banyak
dari rakyat dalam bentuk: ikut mengetahui
bidang kegiatan pemerintahan warga
(meeweten);
memikirkan
masyarakat ikut serta langsung dalam
(meedenken); ikut bermusyawarah
proses persiapan kebijaksanaan dan
(meespreeken); ikut memutuskan
pembentukan keputusan. Keterbukaan
(meeberslissinggen) (Philipus M. Hadjon,
pemerintahan memungkinkan peran serta
1997: 5).
masyarakat dalam pengambilan ke-
ikut
Tentang prinsip demokrasi dan
putusan. Peran serta merupakan bentuk
keterbukaan pemerintahan, terdapat
jaminan bagi warga masyarakat atau pihak
unsure-unsur yakni, keterbukaan dan
yang pada umumnya juga dapat
partisipasi publik. Partisipasi Publik
mengajukan keberatan melawan
melalui (inspraak) yang unsurnya:
keputusan itu jika mereka tidak setuju,
institusional, diskusi/tukar pikiran dengan
sebagaimana dikemukakan oleh Van Wijk.
pemerintah, dan pengaruh. Adapun
“Een belangrijke waarborg voor het
bentuk partisipasi publik dapat melalui:
serieus nemen van de inspraak is het freit
sarana keberatan, dengar pendapat,
dat de insprekers veelaal ook in beroep
komisi pertimbangan, angket, per-
kunnen gaan tegen het beluit, als ze het er
timbangan LSM, hak bicara komisi
niet mee een zijn. (terjemahan bebas :
pertimbangan dan lain-lain. (Philipus M.
suatu jaminan yang penting untui
Hadjon, 1997: 6)
memberlakukan peranserta itu adalah
Dalam praktik pemerintah, ke-
bahwa para pihak secara nyata dapat
terbukaan pemerintah dalam prosedur
berperan serta pada umumnya juga dapat
pengambilan keputusan belum menjadi
naik banding melawan keputusan itu, jka
salah satu prinsip dalam penyelenggara-
mereka tidak setuju)” (Van Wijk, 1990: 83)
an pemerintahan. Akibatnya, banyak
Di samping itu hal tersebut
pengambilan keputusan pemerintahan
berkenaan juga dengan kewajiban
yang hanya menguntungkan pihak-pihak
pemerintah atas dasar asas kecermatan
yang dekat dengan kekuasaan. Muara
hukum untuk melibatkan para warga Himawan Estu Bagijo
Keterbukaan Dan Akuntabilitas Pejabat Publik (Kerangka Pemikiran Dan Analisa Kasus Kepegawaian Kota Batu)
260
PERSPE
TIF
eadilan
Volume XII No. 3 Tahun 2007 Edisi September
dalam pengambilan keputusan. Peran
penyelenggaraan pemerintah. Akan tetapi,
serta merupakan suatu bentuk
pengaturan sebagaimana dikemukakan di
perlingungan hukum preventif, seperti
atas belum ada di Indonesia. Hal ini sangat
dinyatakan oleh Philipus M. Hadjon
ironis, karena dengan mengedepankan
“……mekanisme perlindungan preventif
perlindungan hukum preventif maka
meliputi : pertama kewajiban organ
seharusnya undang-undang sebagaimana
administrasi negara untuk memberikan
tersebut di atas mendapat prioritas yang
informasi, kedua hak (rakyat) untuk
lebih besar dalam penyelenggaraan
didengar”. (Philipus M. Hadjon, 1997:
pemerintahan yang berdasarkan Negara
216).
Hukum Pancasila.
Idealnya harus diikuti dengan
membentuk peraturan perundang-
Dalam kerangka pelaksanaan
undangan yang memberikan jaminan-
pemerintahan yang demokratis maka
jaminan kepada rakyat bahwa tindakan-
diperlukan pembentukan perundang-
tindakan pemerintah dilakukan dengan
undangan yang menata penggunaan
tepat dan demokratis.
wewenang negara. Ketentuan perundang-
Untuk mencapai kondisi edeal
undangan ini setidaknya akan menjadi
dalam penyelenggaraan negara yang
dasar hukum penggunaan wewenang
transparan/terbuka sekurang-kurangnya
(asas keabsahan); landasan prosedur
diperlukan undang-undang berikut:
(mencegah tindakan sewenang-wenang)
undang-undang tentang Kebebasan
dan konformitas (alat ukur untuk menilai
Memperoleh Inforamsi Publik; undang-
benar-salahnya) tindakan pemerintah.
undang tentang Administrasi Umum
Wewenang merupakan sebuah
(Pemerintahan Umum/di Belanda ada
istilah hukum yang sepadan dengan
General Act Law Of Administration; dan
“authority”, “legal power”, “bevoegheid”.
undang-undang tentang Pelayanan
Dalam konsep hukum “wewenang”
Publik (Public Service).
mempunyai karakteristik sebagai
Undang-undang tersebut me-
“tindakan hukum publik”.
rupakan instrumen perlindungan hukum
F.A.Stroink menyatakan; “Dalam
baik bagi pemerintah dan rakyat. Makna
konsep hukum publik, wewenang
penting bagi pemerintah adalah
merupakan suatu konsep inti dalam hukum
meerupakan dasar dalam pembentukan
tata negara dan hukum administrasi”.
keputusan, sedangkan bagi masyarakat
Sedangkan Henc Van Maarseveen
pengaturan tersebut memberikan
menyatakan, “dalam hukum tata negara,
kemungkinan untuk berpartisipasi dalam
wewenang (bevoegheid) dideskripsikan Himawan Estu Bagijo
Keterbukaan Dan Akuntabilitas Pejabat Publik (Kerangka Pemikiran Dan Analisa Kasus Kepegawaian Kota Batu)
261
PERSPE
TIF
eadilan
Volume XII No. 3 Tahun 2007 Edisi September
sebagai kekuasaan hukum (rechtsmacht).
terjadi di Jawa Timur yaitu keputusan
Jadi dalam konsep hukum publik,
(beschikking) tentang pengumuman Hasil
wewenang berkaitan dengan kekuasaan
Test CPNS (wewenang) dan Akta PPAT
(Philipus M. Hadjon, 1999 : 2).
yang ditetapkan oleh Notaris (bukan
Sementara itu, tentang tindakan
wewenang).
Berge
Unsur pernyataan kehendak/
mengemukakan pendapatnya sebagai
pembentukan kehendak (beslissing/
beriktu:
“Publiekrechtelijk
wilsuiting) dari sebuah beschikking secara
rechtshandeligen kunnen slecht
jelas dinyatakan oleh Ten Berge sebagai
voorvloeien uit publiekrechtelijk
berikut : “Een besluit impliceert een
bevoegheiden. Een overheidsorgaan
beslissing, dat wilzeggen een wilsuiting die
moet voor het nemen van publiekrechtelijk
gericht is op toegevoegde waarde. Die
beslissing beschikken over expliciet
toegevoegde waarde bij een besluit stukje
toegekende, dan wel door het recht
extra normstelling dat er zonder die
veronderstelde bevoegheiden (Tindakan
beslissing niet zou zijn. Een besluit is
hukum publik dapat dilakukan melalui
begen tussenschakel van de “gelede
penggunaan wewenang publik. Penetap-
normstelling (suatu keputusan tertulis
an keputusan pemerintahan oleh organ
termasuk keputusan pemerintah, dapat
yang berwenang harus didasarkan pada
dikatakan pembentukan kehendak untuk
wewenang yang secara jelas telah diatur,
nilai tambah melalui penambahan norma.
dimana wewenang tersebut telah
Tanpa adanya penambahan norma suatu
ditetapkan dalam aturan hukum yang
keputusan tidak ada artinya. Sebuah
terlebih dulu ada). (Philipus M. Hadjon,
keputusan pemerintah adalah sebuah
1998: 2).
mata rantai dari norma sebelumnya).
hukum
publik
i n i , Te n
Hal lain yang sangat khas dari
(Philipus M. Hadjon 1997 : 140).
penggunaan wewenang adalah pem-
Pemikiran tersebut mengungkap-
bentukan kehendak “wilsvorming” yang
kan, bahwa suatu keptusan pemerintah
ada pada pejabat. Dalam hal ini, pejabat
sangat erat kaitannya dengan “kehendak
yang berwenang diberi kebebasan untuk
untuk menetapkan kelaukan atas dasar
mempertimbangkan seluruh keadaan
aturan hukum yang telah ada”. Pertanyaan
untuk sampai pada keputusan tertentu.
hukum yang dapat diajukan, apa yang
Berikut dicontohkan dua jenis keputusan
dimaksud dengan aturan hukum yang
publik yang berbasis wewenang dan
telah ada?. Dalam hal ini tidak ada yang
bukan wewenang. Peristiwa penting yang
lain, bahwa yang dimaksudkan adalah Himawan Estu Bagijo
Keterbukaan Dan Akuntabilitas Pejabat Publik (Kerangka Pemikiran Dan Analisa Kasus Kepegawaian Kota Batu)
262
PERSPE
TIF
eadilan
Volume XII No. 3 Tahun 2007 Edisi September
“dasar wewenang”. Aspek wewenang
isi/substansi dari “beschikking” haruslah
yang dimiliki oleh organ pemerintahan
berasal dari pejabat yang berwenang.
tersebut akan menjadi batas ruang
Jika kondisi hukum dari wewenang
lingkup isi keputusan yang dapat
mempunyai keistimewaan-keistimewaan
dibentuk. Dengan demikian, keptusan
seperti terurai, apa konsekwensi dari
pengumuman hasi tes CPNS itu hanya
penggunaan wewenang?. Secara
dapat diumumkan berdasarkan
konseptual tentang konsekwensi tersebut
mekanisme dan prosedur yang berlaku.
dapat digambarkan sebagai beriktu:
Sebagai bahan bandingan, berikut
right–duty (hak-kewajiban) authority-
dikemukakan pemikiran Philipus M.
responsiblility (wewenang-tanggung
Hadjon tentang “beslissing” berkaitan
jawab). Tentang tanggungjawab, dalam
dengan karakter hukum akta PPAT. Suatu
konsep hukum terdapat tiga istilah:
“beslissing” mengandung suatu
Accountabilty, Responsibolity dan Liability.
wilsvorming (pernyataan kehendak dari
Deskripsi lengkapnya sebagai berikut:
pejabat yang bersangkutan). Akta dalam
“Accountabilty “state of being responsible
pengertian surat yang digunakan sebagai
or answerable” Responsibility “The state of
alat bukti tidak mengandung suatu
being answerble for an obligation, and
beslissing, yang ada adalah wilsvorming
include judgment, skill, ability, and capacity
dari para pihak yang mengikatkan diri dan
Liability “it has been defined to mean: all
bukan wilsvorming dari PPAT yang dapat
character of debts and obligation” (Blacks
dituangkan dalam suatu “beslissing”.
Law Dictionary).
Dengan demikian, kesimpulan pertama
Mengacu pada konsep yang ada
dapat ditegaskan bahwa akta PPAT bukan
dalam kamus hukum di atas, dapat
merupakan suatu “besluit”. Dengan
disimpulkan bahwa dalam konsep
demikian pula berarti bahwa akta PPAT
“responsibility (pertanggungjawaban
bukan keputusan TUN karena Keputsan
hukum) terdapat unsur accountability
TUN adalah salah satu “besluit”. (Philipus
(pertanggungjawaban moral)” sedangkan
M. hadjon 1997 : 4).
Liability lebih mendekati persoalan
Mengacu pada kedua keadaan di
besaran “rupaih” atau “ganti rugi”.
atas, maka sangatlah jelas bahwa
Jika demikian, maka makna
karakter hukum wewenang akan
akuntabilitas dalam penggunaan
bermanifestasi
adanya
wewenang akan mewajibkan pada pejabat
“wilsvorming” (pernyataan kehendak),
publik (penggunan wewenang) untuk
maka kehendak yang mewarnai
mampu menjawab setiap pertanyaan yang
pada
Himawan Estu Bagijo
Keterbukaan Dan Akuntabilitas Pejabat Publik (Kerangka Pemikiran Dan Analisa Kasus Kepegawaian Kota Batu)
263
PERSPE
TIF
eadilan
Volume XII No. 3 Tahun 2007 Edisi September
862.3/004/422.024/2006, tentang
yang dicabut. Exnunc bermakna bahwa
Pembatalan Kenaikan Pangkat PNS di
pembatalan/penarikan kembali keputusan
Lingkungan Pemerintah Batu, tanggal 28
pemerintahan diberlakukan saat
Pebruari 2006. g. Surat Keputusan
keputusan pembatalan itu ditetapkan.
Walikota Batu No. 821.2/009/SK/
Bagaimana pemberlakuan extunc atau
422.024/2006, tentang Pemberhentian
exninc harus didasarkan pada sebuah
Dari Jabatan Struktural, tanggal 21 Maret
pertimbangan nyata atas akibat hukum
2006. h. Berita Acara Penyetoran Kembali
yang telah timbul dari terbitnya keptusan
Atas Kelebihan Gaji Dari PNS Kota Batu
pemerintahan, terhadap permasalahan
Kepada Kas Daerah, No. 951/066/
wewenang penarikan kembali suatu
422.023/2006 tanggal 28 Maret 2006.
keputusan oleh organ yang membentuk,
Pertanyaan Hukum: bagaimana
dikemukakan enam buah asas (kecuali
karakteristik keputusan pembatalan
akalu undang-undang degan tegas
kenaikan pangkat terhadap PNS yang
melarang penarikan kembali itu) oleh
bukan karena kesalahannya dan
Prins sebagai berikut: Suatu ketetapan
bagaimana akibat hukumnya?; siapa
yang dibuat karena yang berkepentingan
yang berhak memperoleh tembusan/
menggunakan tipuan, senantiasa dapat
tindakan atas surat resmi yang diterbitkan
ditiakan ab ovo. Suatu ketetapan yang
oleh Pemerintah?; siapa yang harus
isinya belum diberitahukan kepada yang
bertanggungjawab atas terjadinya
bersangkutan jadi, suatu ketetapan yang
peristiwa kanaikan pangkat PNS yang
belum menjadi suatu perbuatan yang
“dianggap” menyalahi perundang-
sungguh-sungguh dalam pergaulan
undangan?.
hukum dapat ditiadakan (ab ovo).
Diskusi: Karakteristik keberlaku-
Suatu ketetapn yang bermanfaat
an keputusan pemerintahan yang berisi
bagi yang dikenainya dan yang diberi
pencabutan secara konseptual dapat
kepada yang dikenai itu dengan beberapa
bersifat extunc (batal demi hukum)
syarat tertentu, dapat ditarik kembali pada
exnunc (dapat dibatalkan) (Philipus M.
waktu yang dikenai tersebut tidak
Hadjon dan Tatiek Sri Djatmiati, 2004: 69)
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
(Soeprato Wijoyo, 1997: 60). Extunc
itu. Suatu ketetapan yang bermanfaat bagi
bermakna bahwa pembatalan/penarikan
yang dikenainya tidak boleh ditarik kembali
kembali atas sebuah produk keptusan
setelah sesuatu jangka tertentu (sudah)
pemerintah diberlakukan surut kepada
lewat, bilamana oleh karena menarik
keadaan saat ditetapkannya keptusan
kembali tersebut, suatu keadaan yang Himawan Estu Bagijo
Keterbukaan Dan Akuntabilitas Pejabat Publik (Kerangka Pemikiran Dan Analisa Kasus Kepegawaian Kota Batu)
264
PERSPE
TIF
eadilan
Volume XII No. 3 Tahun 2007 Edisi September
diajukan sehubungan dengan kebijakan
wewenang dapat dimintakan kepada
yang ditetapkan. Implementasi dalam
“pemberi perintah”. Praktik tentang
penyelenggaraan pemerintahan adalah
pertanggungjawaban atasan dapat dilihat
jika rakyat bertanya, aka “pejabat publik”
dalam beberapa putusan Mahkamah
wajib menjawab bahkan memper-
Agung dalam kaitannya dengan
tanggungjawabkan penggunaan
pelanggaran HAM. (Eddy Djunaidi K,
wewenangnya.
2004: 12).
Berdasar uraina di atas, maka
Analisa Kasus Kepegawaian Kota
siapa-pun yang kepadanya diberi
Batu: Fakta Hukum: a. Surat Badan
“wewenang” dengan sumpah jabatannya,
Kepegawaian Negara Kantor Regional II
konweksi logisnya adalah adanya
Nol 016a/KP.II/I/2006, tanggal 27 Januari
akuntabilitas. Jika terdapat pelanggaran
2006, tentang Pembatalan Nota Per-
hukum dalam penggunaan wewenang,
timbangan Kepala Kanreg II BKN, dan
misalnya “korupsi”, “bertindak sewenang-
Pembatalan SK Walikota Batu; b.
wenang”, maka timbul “responsibility,
Keputusan Kepala Kantor Regional II
lebih jauh jika penggunaan wewenang
Badan Kepegawaian Negara No.
yang melanggar yang melanggar hukum
01/KR.II/KEP/I/2006, tentang Pembatalan
tersebut menimbulkan “kerugian” maka
Nota Pertimbangan Kepala Kantor
timbul “liability”. Mekanisme dan prosedur
Regional II Badan Kepegawaian Negara,
dari proses pertanggungjawabkan ini,
tanggal 27 Januari 2006. c. Surat kepala
tunduk pada ketentuan hukum berbeda-
Kantor Regional II Badan Kepegawaian
beda berdasarkan ketentuan per-
Nrgara No. 50/KR.II.K/I/2006, PweihL :
perundang-undangan yang mengaturnya.
Pembatalan SK Walikota Batu. d. Surat
Perkembangan pemikiran tentang
Kepala Kantor Regional II Badan
konsepsi “responsibility” dalam
Kepegawaian Negara No. 51/KR.II.K/
penggunaan kekuasaan telah memasuki
I/2006, Perihal: Pembatalan Nota
babagan baru yaitu “superior respondea”
Pertimbangan Kepala Kanreg II BKN, dan
dan “responsibility by omission”. Konsep
Pembatalan SK Walikota Batu. e.
superior respondea ditujukan pada
Keputusan Kepala Kantor Regional II
kejelasan subyek yang harus ber-
Badan Kepegawaian Negara No. 14
tanggungjawaban dalam hubungannya
/KR.II.K/KEP/I/2006, tentang Pembatalan
dengan penggunaan kekuasaan yang
Nota Pertimbangan Kepala Kantor
melalui struktur hirarkhi. Pertanggung-
Regional II BKN, tanggal 27 Januari 2006.
jawaban atas suatu penggunaan
f. Keputusan Walikota Batu No. Himawan Estu Bagijo
Keterbukaan Dan Akuntabilitas Pejabat Publik (Kerangka Pemikiran Dan Analisa Kasus Kepegawaian Kota Batu)
265
PERSPE
TIF
eadilan
Volume XII No. 3 Tahun 2007 Edisi September
layak di bawah kekuasaan ketetapn yang
1986: 180), yaitu dengan mem-
bermanfaat itu (setelah adanya menarik
pertimbangkan keuntungan dan kerugian
kembali tersebut) menjadi keadaan yang
baik bagi individu yang telah menerima
tidak layak (lihatlah dibawah ini tentang
manfaat maupun kepentingan negara. Jika
“bouwergunning”). Oleh karena suatu
ini dipertimbangkan, maka kasus
ketetapan yang tidak benar, diadakan
Kepegawaian Kota Batu setidaknya akan
suatu keadaan yang tidak layak. Keadaan
diperoleh jalan keluar yang bijaksana baik
ini tidak boleh ditiadakan, bilamana
bagi pegawai maupun bagi Pemkot Batu.
manarik ketetapn yang bersangkutan
Terlebih jika dikaitkan dengan kebutuhan
membawa kepada yang dikenainya suatu
jabatan kepegawaian yang harus dipenuhi
kerugian yang sangat lebih besar
untuk kepentingan pemerintah Kota Batu
daripada kerugian yang oleh Negara
dan pelayanan pada masyarakat. Terhadap kemungkinan pen-
diderita oleh karena keadaan yang tidak
cabutan atas keputusan tersebut, maka
layak tersebut. Menarik kembali atau mengubah
seharusnya diberlakukan prinsip “Exnunc”
suatu ketetapn, harus diadakan menurut
(batal) bukan “bukan batal demi hukum”
acara (formaliteit), yang sama sebagai
(Extunc), karena kenaikan pangkat itu
yang ditentukan bagi membuat ketetapn
sudah terjadi 3-4 tahun yang lalu dan telah
itu (asas: contrarius actus) (Utrech, 1986:
disetujui dan diproses oleh institusi yang
179).
berwenang. Dengan demikian tidak ada Berdasarkan pemikiran di atas,
kewajiban hukum apapun bagi PNS yang
maka pencabutan suatu keputusan itu
kenaikan pangkatnya dibatalkan. Jika
tetap dimungkinkan jika ada alasan yang
dimungkinkan justru dilakukan penyesuai-
cukup. Dalam kasus di Kota Batu, maka
an atas prestasi dan kinerja yang telah
harus ada suatu berita acara pemeriksaan
dilakukan dalam mendukung pe-
ulang atas peristiwa kenaikan pangkat
nyelenggaraan pemerintahan di Kota
yang dianggap “tidak sah” atau
Batu.
“direkayasa”. Namun demikian, harus
Surat Keputusan merupakan
juga dilihat, apakah dengan pencabutan
bentuk administrasi publik yang
tersebut dapat menimbulkan kerugian
didasarkan pada prinsip-prinsip
yang lebih besar buat negara?. Dalam hal
administrasi pemerintahan yang limitatif.
ini, dikemukakan oleh Prins, bahwa
Terlebih jika keputusan itu berisi sebuah
kewenangan pencabutan didasarkan
“pernyataan kehendak” (wilsvorming)
pada prinsip “freies Ermessen” (Utrech,
yang mengekspresikan pelaksanaan Himawan Estu Bagijo
Keterbukaan Dan Akuntabilitas Pejabat Publik (Kerangka Pemikiran Dan Analisa Kasus Kepegawaian Kota Batu)
266
PERSPE
TIF
eadilan
Volume XII No. 3 Tahun 2007 Edisi September
wewenang maka surat keputusan itu
Kepegawaian Negara yang telah
harus disampaikan kepada pihak yang
memberikan persetujuan atas proses
berkepentingan. Tentang pihak yang
tersebut. Bagaimana dengan para
berkepentingan dikaitkan dengan isi
pegawai yang Sknya dibatalkan? Secara
keputusan. Dalam hal isi keputusan
perinsip para pegawai tidak dapat dimintai
terdapat pihak ke III (tiga) yang dapat
pertanggungjawaban karena inisiatip
menderita kerugian, maka keptusan wajib
kenaikan pangkat yang sifatnya “istimewa”
disampaikan juga kepada mereka.
(tidak regular) jelas dilakukan oleh
Dalam kasus kepegawaian di Kota
pemerintah bukan kehendak pegawai.
Batu, maka hanya tedapat 2 (dua) pihak,
Sementara itu, secara praktikal para PNS
yaitu pemerintah dan pegawai. Oleh
lebih bersifat pasif (kecuali yang
sebab itu, terbitnya surat keputusan, baik
penyesuaian ijazah).
itu yang berisi pengangkatan maupun
Dalam rangka mencapai tujuan
pencabutan atas keptusan pengangkatan
penyelenggaraan pemerintahan yang
yang berhak menerima adalah institusi
demokratis baik di pusat maupun di
pemerintah (Pemkot Batu, Kas Negara)
daerah, maka perlu disusun sebuah aturan
dan Pegawai yang bersangkutan, jika
hukum (UU atau Perda) tentang
pembuat keputusan juga menyampaikan
keterbukaan pemerintah yang memungkin
isi surat kepada pihak lain yang tidak
terjadinya partisipasi publik. Dalam aturan
berkepentingan, maka pertanggung-
tersebut diatur kewajiban bagi pemerintah
jawabannya ada pada diri pribadi pejabat
untuk menyampaikan informasi atas
tersebut. Jika penyampaian surat itu
kebijakan yang akan ditetapkan terhadap
terkandung “maksud lain” dan hal itu
rakyat. Kebijakan yang wajib diiformasikan
dapat merugikan “pihak yang ber-
adalah kebijakan “publik”, yang didanai
kepentingan”, maka timbul pertanggung-
oleh “uang Publik”. Agar aturan hukum ini
jawaban bagi pejabat yang bersangkutan
menjadi efektif, maka perlu ditetapkan
baik dari segi perdata maupun pidana.
rumusan sanksi baik atas penetapn
Pertanggungjawaban atas
kebijakan yang tertutup maupun terhadap
peristiwa kepegawaian “Pemkot Batu”,
pejabat yang sengaja melakukan
sudah selayaknya harus menjadi
pelanggaran atas aturan ini.
tanggungjawab negara. Dalam hal ini baik
Dalam upaya menciptakan sistem
“bagian kepegawaian Pemkot Batu” yang
penyelenggaraan negara yang pejabat-
mengusulkan kenaikan pangkat tersebut,
nya dapat memberikan akuntabilitas publi,
maupun Kepala Kantor Regional II Badan
diperlukan instrumen hukum yang secara Himawan Estu Bagijo
Keterbukaan Dan Akuntabilitas Pejabat Publik (Kerangka Pemikiran Dan Analisa Kasus Kepegawaian Kota Batu)
267
PERSPE
TIF
eadilan
Volume XII No. 3 Tahun 2007 Edisi September
jelas dapat menilai “kapabilitas” dan “integritas” pejabat. Keonsekwensi logis dari pola ini adalah profesionalisme dalam penyelenggara-an pemerintahan dengan sistem reward dan punishment yang jelas.
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat, PT. Bina Ilmu, Surabaya, 1987. -------------, Prospek Hukum dalam Era Globalisasi, Makalah, Surabaya, 20 April 1996.
Jika terjadi kasus-kasus kepegawaian seperti di Kota Batu, sudah selayaknya dilakukan penyelesaian yang tidak boleh merugikan pegawai yang menjalankan perintah atasannya. Justru pihak pejabat yang berwenang harus melakukan tindakan yang bijaksana untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dengan mengedepankan kepentingan masyarakat yang lebih luas. Terlebih jika hal itu telah terjadi beberapa tahun yang lalu, dan telah menimbulkan akibat hukum yang memberi manfaat bagi banyak orang. Sudah selayaknya dilakukan “penyesuaian” berdasarkan ketentuan perundang-undangan, yang hal ini sangat dimungkinkan dalam ketentuan kepegawaian. DAFTAR PUSTAKA Ann Seidman et. Al, Legislative Drafting for Democratic Social Change, Kluwer Law International, London, 2000. Eddy Djunaide Karmasudiradja, Penerapan Dokrin Superior Responsibility dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, Lembaga Penelitian dan Pengembangan Hukum Administrasi Negara (LPPHAN), Jakarta, 2004.
-------------, Keterbukaan Pemerintah dalam Mewujudkan Pemerintahan yang Demokratis Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, Surabaya, 25 Mei 1996. -------------, Akta PPAT Bukan Keputusan Tata Usaha Negara, Makalah, Diskusi Ilmiah oleh Fakultas Hukum UNAIR dan Ikatan Notaris Indonesia Daerah Jawa Timur, Surabaya 1 Juni 1996. -------------, Keterbukaan Pemerintahan dalam Mewujdukan Pemerintahan yang Demokratis, Pidato Ilmiah, Lustrum UBHARA, Surabaya, 1997. -------------, Tentang Wewenang, Makalah, disampaikan dalam Penataran Nasional Hukum Administrasi, UNAIR, Surabaya, 9-14 Pebruari 1998. -------------, dan Tatik Sri Djatmiati, Argumentasi Hukum, Gajah Mada University Press, Cet. I, 2005. Suparto Wijoyo, Karakteristik Hukum Acara Peradilan Administrasi, Cet I, Airlangga University Press, Surabaya, 1997. Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Pustaka Tinta Emas, Surabaya, 1986.
Himawan Estu Bagijo
Keterbukaan Dan Akuntabilitas Pejabat Publik (Kerangka Pemikiran Dan Analisa Kasus Kepegawaian Kota Batu)
268