http://www.bisnis.com
KETAHANAN PANGAN: KKP Bekali Aparatur Daerah Dengan Pelatihan Perikanan BISNIS.COM, JAKARTA--Kementerian Kelautan dan Perikanan memberi pelatihan budidaya perikanan dan pengolahan hasil perikanan di Pare-Pare, Makassar. Adapun pelatihan tersebut diperuntukan bagi Bintara Pembina Desa (Babinsa), Persit Kartika Chandra Kirana KODAM VII Wirabuana, Bintara Pembina Keamanan dan Ketertiban (Babinkamtib), Kelompok Tani, dan mahasiswa Universitas Hasanudin. Kepala Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan Suseno mengungkapkan pelatihan dilaksanakan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan melalui industrialisasi kelautan dan perikanan dengan penerapan prinsip ekonomi biru. "Ini merupakan upaya peningkatan produksi, produktivitas, nilai tambah, dan daya saing komoditas dan produk kelautan dan perikanan dengan pendekatan integrasi hulu dan hilir dan konektivitas bisnis," ujarnya dalam siaran pers yang diterima Bisnis, Rabu (13/03). Menurutnya, ekonomi biru merupakan konsep yang tidak terpisahkan dari program minapolitan dan industrialisasi yang bertujuan efisiensi Sumber Daya Alam (SDA), peningkatan nilai tambah, dan diversifikasi produk. Selain itu, diharapkan juga program tersebut dapat meningkatkan pendapatan masyarakat serta memperluas lapangan kerja melalui metode pendekatan integrasi sistem produksi lintas bisnis utama. (if) Sumber : Rika Novianti
KKP DORONG INDUSTRIALISASI PERIKANAN Jakarta-Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong terwujudnya ketahanan pangan melalui industrialisasi kelautan dan perikanan dengan penerapan prinsip – prinsip blue economy. Kepala Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan Suseno mengatakan, program industrialisasi tersebut adalah upaya peningkatan produksi, produktivitas, nilai tambah, dan daya saing komoditas dan produk KP. “Itu dilakukan dengan pendekatan integrasi hulu dan hilir serta konektivitas bisnis, serta infrastruktur terintegrasi, “kata Suseno dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin. (dedi supriyadi)
www.inilah.com
KKP Latih TNI & Masyarakat Soal Budidaya Perikanan
INILAH.COM, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan (BPSDM KP), menggelar Pelatihan Budidaya Perikanan dan Pengolahan Hasil Perikanan bagi Bintara Pembina Desa (Babinsa), Persit Kartika Chandra Kirana KODAM VII Wirabuana, Bintara Pembina Keamanan dan Ketertiban (Babinkamtib), Kelompok Tani, dan mahasiswa UNHAS di Sulawesi Selatan. Kegiatan ini diselenggarakan pada 13-14 Maret di Makassar dan 14-16 Maret di Pare Pare. Menurut Kepala BPSDM KP, Suseno, saat membuka pelatihan, Rabu (13/3), dalam rangka meningkatkan kapasitas SDM pelaku utama/usaha perikanan dan prajurit TNI AD di wilayah kerja Kodam VII Wirabuana, maka diperlukan penyelenggaraan pelatihan dibidang perikanan guna mewujudkan ketahanan pangan melalui industrialisasi kelautan dan perikanan dengan penerapan prinsip-prinsip blue economy. Tujuan program industrialisasi tersebut, menurutnya, adalah upaya peningkatan produksi, produktivitas, nilai tambah, dan daya saing komoditas dan produk kelautan dan perikanan dengan pendekatan integrasi hulu dan hilir dan konektivitas bisnis, berupa rantai nilai dan rantai pasok, serta infrastruktur terintegrasi dengan menjaga keseimbangan produksi bahan baku dan produk akhir, penguatan pengolahan dan pemasaran yang berwawasan lingkungan. Adapun konsep blue economy, lanjutnya, merupakan konsep yang tidak terpisahkan atau sinergi dari program minapolitan dan industrialisasi kelautan dan perikanan. Tujuan blue economy adalah peningkatan efisiensi Sumber Daya Alam (SDA), peningkatan nilai tambah dan diversifikasi produk dengan prinsip efisiensi SDA tanpa limbah, peningkatan pendapatan masyarakat dan perluasan lapangan kerja melalui metode pendekatan integrasi sistem produksi lintas bisnis utama, konektivitas bisnis berupa rantai nilai dan rantai pasok dan infrastruktur terintegrasi.
Komoditas dan produk unggulan dalam konsep blue economy adalah multiple commodities and products, penciptaan pasar baru dengan tetap memperhatikan lingkungan. Suseno juga mengatakan, pelatihan ini merupakan wujud nyata sinergitas antara KKP dan TNI AD guna menyukseskan pembangunan kelautan dan perikanan yang berdaya saing dan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Kegiatan ini merupakan salah satu tindak lanjut dari penandatanganan Nota Kesepahaman antara KKP dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD) tentang Kerja Sama Mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional Melalui Industrialisasi Perikanan serta Kesepakatan Kerja Sama BPSDM KP dengan TNI AD tentang Penyelenggaraan Pelatihan dan Penyuluhan KP, yang ditandatangani 26 Februari lalu di Jakarta. Pada kesempatan tersebut, Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C Sutardjo, mengatakan, untuk memastikan kebijakan percepatan industrialisasi dapat berjalan sesuai yang diharapkan, KKP pada 2012 menyediakan 8.000 tenaga penyuluh yang ditempatkan di berbagai wilayah, utamanya di daerah yang menjadi sentra-sentra industri perikanan. Namun demikian, jumlah tersebut belum mencukupi untuk mendukung program industrialisasi perikanan. “Oleh karena itu, kami memandang perlu untuk menjalin kerja sama dengan TNI-AD. Kami berharap Babinsa TNI-AD dapat ikut berperan dalam membina masyarakat di pedesaan, khususnya bagi nelayan dan masyarakat pesisir terkait program-program KKP yang berkaitan dengan ketahanan pangan, termasuk peran penyuluh sebagai pendampingan di masyarakat dalam mewujudkan program-program tersebut,” ujar Sharif. Peran penyuluh di Provinsi Sulawesi Selatan sudah terbina sejak lama, terbukti dengan adanya pendampingan kelompok usaha yang dilakukan Babinsa telah menumbuhkan kembali usaha budidaya bawal air tawar dan lele di Kabupaten Bone, sehingga menjadi kelompok usaha yang mandiri, seperti yang dilakukan Dr. Lukman, penyuluh PNS alumni lembaga pendidikan KKP. Hal ini tidak lepas dari peran Bakorluh melalui koordinasi yang intensif kepada para penyuluh di lapangan dan instansi terkait lainnya. Sementara itu, Kepala Pusat Kelautan dan Perikanan, Balok Budiyanto, dalam laporannya pada pembukaan pelatihan, mengatakan, pelatihan ini diberikan bagi 150 orang peserta di kedua kota tersebut. Sebanyak 100 orang mengikuti pelatihan pengolahan hasil perikanan di Makassar. Adapun sisanya sebanyak 50 orang mengikuti Pelatihan Budidaya Perikanan di Pare Pare. Menurut Balok, tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada para Babinsa, Babinkamtib, Persit Wirabuana tentang bagaimana melakukan budidaya perikanan secara benar serta memberikan keterampilan kepada ibu-ibu Dharma Wanita Persit Wirabuana untuk memanfaatkan ikan untuk diolah agar dapat mempunyai nilai tambah. Proses pelatihan, lanjut Balok, dilaksanakan dengan perbandingan teori sebesar 30% dan praktek70%, dan sepenuhnya menerapkan pendekatan pembelajaran bagi orang dewasa atau andragogi. Dengan demikian, menurutnya, tercipta suatu hubungan interaktif antara pengajar dan peserta dan antar peserta secara efektif, dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, tanya jawab, dan praktek langsung.
Tenaga pelatih berasal dari Pusat Pelatihan Mandiri Kelautandan Perikanan (P2MKP) dengan didampingi oleh widyaiswara dari Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan Aertembaga, Bitung, Sulawesi Utara. Dari 13 P2MKP di Sulawesi Selatan, 4 di antaranya yang dilibatkan untuk melatih pada kegiatan ini di Makassar adalah P2MKP Tegar Mandiri dan P2MKP Awanindo dari Kabupaten Maros, sedangkan P2MKP Fatimah Az Zahra dan P2MKP Eltisyah dari Kota makassar. Adapun P2MKP yang melatih di Pare Pare adalah P2MKP Paraikate dan P2MKP Sejahtera dari Kabupaten Pangkep. Sejak ditetapkan tahun 2012 sampai Februari 2013, 6 P2MKP tersebut telah melatih 440 orang. Menurut Suseno, P2MKP merupakan lembaga pelatihan kelautan dan perikanan mandiri yang dibentuk dan dikelola oleh pelaku utama dan atau pelaku usaha dibidang kelautan dan perikanan, baik perorangan maupun kelompok. Suseno berharap realisasi kerjasamaantara BPSDM KP dengan TNI AD dapat terus berlanjut dan saling bersinergi demi tercapainya tujuan yang diharapkan dari masing-masing intitusi tersebut. Ia juga berharap, nantinya peserta pelatihan ini dapat mengimplementasikan ilmunya, sehingga dapat memberikan kontribusi dalam menciptakan lapangan kerja dan menyiapkan wirausaha-wirausaha baru di bidang perikanan dan dalam wadah P2MKP serta menjadi pendamping sebagai perpanjangan penyuluh di masyarakat. [*]
http://www.rri.co.id
KKP Latih TNI dan Masyarakat Budidaya dan Pengolahan Perikanan KBRN, Makassar: Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan (BPSDM KP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), menggelar pelatihan budidaya perikanan dan pengolahan hasil perikanan bagi masyarakat. Pelatihan diselenggarakan didua tempat 13-14 Maret di Makassar dan 14-16 Maret di Pare Pare. Pelatihan diikuti oleh Bintara Pembina Desa (Babinsa), Persit Kartika Chandra Kirana KODAM VII Wirabuana, Bintara Pembina Keamanan dan Ketertiban (Babinkamtib), Kelompok Tani serta mahasiswa Universitas Hasanuddin (UNHAS). Kepala BPSDM KP, Suseno, menjelaskan pelatihan yang dilakukan BPSDM KP merupakan wujud nyata sinergitas antara KKP dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD) guna menyukseskan pembangunan kelautan dan perikanan yang berdaya saing dan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Kegiatan ini merupakan salah satu tindak lanjut dari penandatanganan nota Kesepahaman antara KKP dengan TNI-AD tentang kerja sama mewujudkan ketahanan pangan Nasional melalui industrialisasi perikanan pada 26 Februari 2013 di Jakarta. “Kegiatan pelatihan ini juga tindak lanjut dari Kesepakatan Kerja Sama BPSDM KP dengan TNI-AD tentang Penyelenggaraan Pelatihan dan Penyuluhan KP,” kata Suseno, di Makassar, Kamis (14/3/2013). Ditambahkan, pelatihan ini juga untuk meningkatkan kapasitas SDM pelaku usaha perikanan dan prajurit TNI AD di wilayah kerja Kodam VII Wirabuana. Program ini sekaligus untuk mewujudkan ketahanan pangan melalui industrialisasi kelautan dan perikanan dengan penerapan prinsip-prinsip blue economy. Sementara program industrialisasi tersebut sebagai upaya peningkatan produksi, produktivitas, nilai tambah, daya saing komoditas dan produk KP. Adapun pendekatannya melalui integrasi hulu hilir dan konektivitas bisnis berupa rantai nilai dan rantai pasok. “Pendekatan juga melalui infrastruktur terintegrasi dengan menjaga keseimbangan produksi bahan baku dan produk akhir serta penguatan pengolahan dan pemasaran yang berwawasan lingkungan,”jelasnya. (Sgd/Rini/AKS)
http://www.indonesiafinancetoday.com Thursday, 28 March 2013
KKP Latih TNI dan Masyarakat Budi Daya dan Pengolahan Perikanan MAKASSAR – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan (BPSDM KP), menggelar pelatihan budi daya perikanan dan pengolahan hasil perikanan. Pelatihan diberikan bagi Bintara Pembina Desa (Babinsa), Persit Kartika Chandra Kirana KODAM VII Wirabuana, Bintara Pembina Keamanan dan Ketertiban (Babinkamtib), Kelompok Tani, dan mahasiswa Universitas Hasanuddin di Sulawesi Selatan. Suseono, Kepala BPSDM KP, mengatakan, kegiatan itu dilakukan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) pelaku usaha perikanan dan prajurit TNI AD di wilayah kerja Kodam VII Wirabuana. Penyelenggaraan pelatihan juga dilakukan guna mewujudkan ketahanan pangan melalui industrialisasi kelautan dan perikanan dengan penerapan prinsip-prinsip blue economy. BY Sopia Siregar
http://www.eksponews.com
KKP Latih TNI Budidaya dan Pengolahan Ikan Makasar,-- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan (BPSDM KP), akan menggelar Pelatihan Budidaya Perikanan dan Pengolahan Hasil Perikanan di Pare-pare, pada 14-16 Maret. Kegiatan ini ditujukan bagi Bintara Pembina Desa (Babinsa), Persit Kartika Chandra Kirana KODAM VII Wirabuana, Bintara Pembina Keamanan dan Ketertiban (Babinkamtib), Kelompok Tani, mahasiswa UNHAS di Sulawesi Selatan. Menurut Kepala BPSDM KP, Suseno, saat membuka pelatihan, Rabu (13/3), dalam rangka meningkatkan kapasitas SDM pelaku utama/usaha perikanan dan prajurit TNI AD di wilayah kerja Kodam VII Wirabuana, maka diperlukan penyelenggaraan pelatihan di bidang perikanan guna mewujudkan ketahanan pangan melalui industrialisasi kelautan dan perikanan dengan penerapan prinsip-prinsip blue economy. Tujuan program industrialisasi tersebut, menurutnya, adalah sutau upaya peningkatan produksi, produktivitas, nilai tambah, dan daya saing komoditas dan produk KP dengan pendekatan integrasi hulu dan hilir dan konektivitas bisnis, berupa rantai nilai dan rantai pasok, serta infrastruktur terintegrasi dengan menjaga keseimbangan produksi bahan baku dan produk akhir, penguatan pengolahan dan pemasaran yang berwawasan lingkungan. Adapun konsep blue economy, lanjutnya, merupakan konsep yang tidak terpisahkan atau sinergi dari program minapolitan dan industrialisasi KP. Tujuan blue economy peningkatan efisiensi Sumber Daya Alam (SDA), peningkatan nilai tambah dan diversifikasi produk dengan prinsip efisiensi SDA tanpa limbah, peningkatan pendapatan masyarakat dan perluasan lapangan kerja melalui metode pendekatan integrasi sistem produksi lintas bisnis utama, konektivitas bisnis berupa rantai nilai dan rantai pasok dan infrastruktur terintegrasi. Komoditas dan produk unggulan dalam konsep blue economy adalah multiple commodities and products, penciptaan pasar baru dengan tetap memperhatikan lingkungan. Suseno juga mengatakan, pelatihan ini merupakan wujud nyata sinergitas antara KKP dan TNI AD guna menyukseskan pembangunan kelautan dan perikanan yang berdaya saing dan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Kegiatan ini merupakan salah satu tindak lanjut dari penandatanganan Nota Kesepahaman antara KKP dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD) tentang Kerja Sama Mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional Melalui Industrialisasi Perikanan serta Kesepakatan Kerja Sama BPSDM KP dengan TNI AD tentang Penyelenggaraan Pelatihan dan Penyuluhan KP, yang ditandatangani tanggal 26 Februari lalu di Jakarta. Pada kesempatan tersebut, Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C. Sutardjo, mengatakan, untuk memastikan kebijakan percepatan industrialisasi dapat berjalan sesuai yang diharapkan, KKP pada 2012 menyediakan 8.000 tenaga penyuluh yang ditempatkan di berbagai wilayah, utamanya di daerah yang menjadi sentra-sentra industri perikanan. Namun demikian, jumlah tersebut belum mencukupi untuk mendukung program industrialisasi perikanan.
“Oleh karena itu, kami memandang perlu untuk menjalin kerja sama dengan TNI-AD. Kami berharap Babinsa TNI-AD dapat ikut berperan dalam membina masyarakat di pedesaan, khususnya bagi nelayan dan masyarakat pesisir terkait program-program KKP yang berkaitan dengan ketahanan pangan, termasuk peran penyuluh sebagai pendampingan di masyarakat dalam mewujudkan program-program tersebut” ujar Sharif. Peran penyuluh di Provinsi Sulawesi Selatan sudah terbina sejak lama, terbukti dengan adanya pendampingan kelompok usaha yang dilakukan oleh Babinsa yang telah menumbuhkan kembali usaha budidaya bawal air tawar dan lele di Kabupaten Bone, sehingga menjadi kelompok usaha yang mandiri, seperti yang dilakukan oleh Dr. Lukman, penyuluh PNS alumni lembaga pendidikan KKP. Hal ini tidak lepas dari peran Bakorluh melalui koordinasi yang intensif kepada para penyuluh di lapangan dan instansi terkait lainnya. Sementara itu, Kepala Pusat Kelautan dan Perikanan, Balok Budiyanto, dalam laporannya pada pembukaan pelatihan, mengatakan, pelatihan ini diberikan bagi 150 orang peserta di kedua kota tersebut. Sebanyak 100 orang mengikuti pelatihan pengolahan hasil perikanan di Makassar. Adapun sisanya sebanyak 50 orang mengikuti Pelatihan Budidaya Perikanan di Pare Pare. Menurut Balok, tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada para Babinsa, Babinkamtib, Persit Wirabuana tentang bagaimana melakukan budidaya perikanan secara benar serta memberikan keterampilan kepada ibu-ibu Dharma Wanita Persit Wirabuana untuk memanfaatkan ikan untuk diolah agar dapat mempunyai nilai tambah. Proses pelatihan, lanjut Balok, dilaksanakan dengan perbandingan teori sebesar 30% dan praktek 70%, dan sepenuhnya menerapkan pendekatan pembelajaran bagi orang dewasa atau andragogi. Dengan demikian, menurutnya, tercipta suatu hubungan interaktif antara pengajar dan peserta dan antar peserta secara efektif, dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, tanya jawab, dan praktek langsung.