KEPEMIMPINAN (Setiadi) Bacalah topik kepemimpinan ini dengan seksama secara individu, dan setelah itu selesaiakan tugas di bawah modul dengan seksama pula secara kelompok DENGAN TULIS TANGAN dan setiap kelompok berjumlah maksimal 3 orang dan dikumpulkan tepat selesai kuliah (jam masuk manajemen)
Setelah mempelajari bagian ini diharapkan mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan pengertian disiplin kerja dengan benar 2. Menjelaskan nilai-nilai dalam disiplin kerja dengan benar 3. Menjelaskan macam-macam disiplin kerja dengan benar 4. Menjelaskan factor-faktor disiplin kerja dalam manajemen keperawatan dengan benar 5. Menjelaskan disiplin kerja dalam manajemen keperawatan dengan benar
A. Pendahuluan Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Para pemimpin merupakan manusia-manusia yang jumlahnya sedikit, namun perannya dalam organisasi merupakan penentu keberhasilan dan suksesnya tujuan yang hendak dicapai. Berangkat dari ide-ide pemikiran, visi para pemimpin akan menentukan arah perjalanan suatu organisasi. Walaupun bukan satu-satunya ukuran keberhasilan dari tingkat kinerja organisasi, akan tetapi kenyataan membuktikan tanpa kehadiran pemimpin, suatu organisasi akan bersifat statis dan cenderung berjalan tanpa arah. Dalam sejarah peradaban manusia, dinamika organisasi banyak tergantung pada sekelompok kecil manusia penyelenggara organisasi. Bahkan dapat dikatakan kemajuan umat manusia datangnya dari sejumlah kecil orang-orang istimewa yang tampil kedepan. orang-orang ini adalah perintis, pelopor, ahli-ahli pikir, pencipta dan ahli organisasi. Para pemimpin dalam menjalankan tugasnya tidak hanya bertanggungjawab kepada atasannya, pemilik, dan tercapainya tujuan organisasi, mereka juga bertanggungjawab terhadap masalah-masalah internal organisasi termasuk didalamnya tanggungjawab terhadap pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia. Secara eksternal, para pemimpin memiliki tanggungjawab sosial kemasyarakatan atau akuntabilitas publik. B. Pengertian Kepemimpinan Banyak sekali definisi mengenai kepemimpinan antara lain Stogdill & Swansburg (1995), yang menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas suatu kelompok yang terorganisasi dalam usahanya mencapai penetapan dan pencapaian tujuan. Harsey, Blanchard, & Jhonson, (1999) dalam Huber, (2000) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas individu
atau kelompok dalam upaya mencapai tujuan pada suatu situasi. Menurut George Terry (1986), Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerja dengan suka rela untuk mencapai tujuan kelompok. Lebih lanjut menurut Cyriel O'Donnell, menyatakan kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum. Dari semua definisi
pengertian kepemimpinan diatas maka kepemimpinan
dipandang sebagai suatu proses interaktif yang dinamis yang mencakup tiga dimensi yaitu dimensi pimpinan, bawahan dan situasi. Masing-masing dari dimensi ini saling mempengaruhi misalnya pencapaian tujuan bukan hanya tergantung dari sifat pribadi tetapi juga tergantung dari kebutuhan bawahan dan bentuk dari suatu kedaan. Menurut Hersey dan Blanchard, pimpinan (p) adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan unjuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi. Organisasi akan berjalan dengan baik jika pimpinan mempunyai kecakapan dalam bidangnya, dan setiap pimpinan mempunyai keterampilan yang berbeda, seperti keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual. Sedangkan bawahan adalah seorang atau sekelompok orang yang merupakan anggota dari suatu perkumpulan atau pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau tugas yang telah disepakati bersama guna mencapai tujuan. Dalam suatu organisasi, bawahan mempunyai peranan yang sangat strategis, karena sukses tidaknya seseorang pimpinan bergantung kepada para pengikutnya ini. Oleh sebab itu, seorang pemimpinan dituntut untuk memilih bawahan dengan secermat mungkin. Adapun situasi menurut Hersey dan Blanchard adalah suatu keadaan yang kondusif, di mana seorang pimpinan berusaha pada saat-saat tertentu mempengaruhi perilaku orang lain agar dapat mengikuti kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam satu situasi misalnya, tindakan pimpinan pada beberapa tahun yang lalu tentunya tidak sama dengan yang dilakukan pada saat sekarang, karena memang situasinya telah berlainan. Dengan demikian, ketiga unsur yang mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut, yaitu pimpinan, bawahan dan situasi merupakan unsur yang saling terkait satu dengan lainnya, dan akan menentukan tingkat keberhasilan kepemimpinan. Pemimpin memerlukan penggunaan keterampilan khusus dalam mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, sehingga dalam proses lebih lanjut diperlukan kemampuan interaksi antara manusia dalam rangka mempengaruhi. Menurut Blake dan Moutons (1964), kepemimpinan meliputi leaders, situasi, followers dan komunikasi, empat hal inilah yang akan digunakan sebagai dasar dalam penyelesaian masalah kepemimpinan dalam keperawatan. Secara bahasa teori kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang memuat dua hal pokok yaitu pemimpin sebagai subjek, dan yang dipimpin sebagai objek. Kata pimpin mengandung pengertian mengatur, mengarahkan, mengirganisir, mengendalikan,
membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi orang lain melalui suatu kekuasaanatau oposisi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin. Kadang-kadang ada kecenderungan menggunakan istilah kepemimpinan dan manajemen untuk pengertian yang sama. Sebenarnya kedua istilah ini mempunyai pengetian yang berbeda. Manajemen merupakan pengkoordinasian dan pengintegrasian semua sumber yang ada melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pencapaian tujuan. Sebaliknya konsep kepemimpinan menekankan pada proses perilaku yang berfungsi di dalam dan di luar sutu organisasi. Dalam konteks organisasi, kepemimpinan terutama menekankan pada fungsi pengarahan yang meliputi memberitahu, menunjukkan dan memotivasi bawahan. Berbeda dengan manajer yang hanya memiliki fungsi controlling saja untuk mendorong orang lain agar mencapai tujuan, tetapi seorang pemimpin harus dapat memotivasi dan member inspirasi orang lain secara individu maupun secara kelompok. Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan penggunaan keterampilan seorang manajer perawat dalam mempengaruhi perawat lain dibawah pengawasannya untuk pembagian tugas dan tanggung-jawabnya dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai.
C. Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Gaya kepemimpinan seseorang akan mempengaruhi proses dan kinerja bagi para karyawannya sehingga pemilihan gaya kepemimpinan harus sesuai dengan kondisi dan situasi tempat ia bekerja. Menurut para ahli, terdapat beberapa gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam suatu organisasi. 1. Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepemimpinan demokratis menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting
dalam
setiap
kelompok/organisasi.
Pemimpin
memandang
dan
menempatkan orang-orang yang dipimpinnya sebagai subjek, yang memiliki kepribadian dengan berbagai aspeknya, seperti dirinya juga. Kemauan, kehendak, kemampuan, buah pikiran, pendapat, minat/perhatian, kreativitas, inisiatif, dan lainlain yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain selalu dihargai dan disalurkan secara wajar. Ciri khas dalam gaya kepemimpinan demokratis adalah adanya usaha untuk memanfaatkan kemampuan setiap orang yang ada dalam organisasi untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Partisipasi itu disesuaikan dengan posisi/jabatan
masing-masing, di samping memperhatikan pula tingkat dan jenis kemampuan setiap anggota kelompok/organisasi. Para pemimpin pelaksana sebagai pembantu pucuk pimpinan, memperoleh pelimpahan wewenang dan tanggung jawab, yang sama atau seimbang pentingnya bagi pencapaian tujuan bersama. Bagi para anggota partisipasi dilaksanakan dan dikembangkan di berbagai kegiatan di lingkungan unit masingmasing, dengan mendorong terwujudnya kerja sama, baik antara anggota dalam satu maupun unit yang berbeda. Dengan demikian berarti setiap anggota tidak saja diberi kesempatan untuk aktif, tetapi juga dibantu dalam mengembangkan sikap dan kemampuannya memimpin. Kondisi itu memungkinkan setiap orang siap untuk dipromosikan menduduki posisi/jabatan pemimpin secara berjenjang, bilamana terjadi kekosongan karena pensiun, pindah, meninggal dunia, atau sebab-sebab lain. Kepemimpinan dengan gaya demokratis dalam mengambil keputusan sangat mementingkan diskusi dan musyawarah, yang diwujudkan pada setiap jenjang dan unit masing-masing. Dengan demikian dalam pelaksanaan setiap keputusan tidak dirasakan sebagai kegiatan yang dipaksakan, justru sebaliknya semua merasa terdorong mensukseskannya sebagai tanggung jawab bersama. Aktivitas dirasakan sebagai kebutuhan dalam mewujudkan partisipasi, yang berdampak pada perkembangan dan kemajuan kelompok/organisasi secara keseluruhan. Tidak ada perasaan tertekan dan takut, namun pemimpin selalu dihormati dan disegani secara wajar. Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia; selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya; senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya; selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan; ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain; selalu berusaha untuk
menjadikan
bawahannya
lebih
sukses
daripadanya;
dan
berusaha
mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin. Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah hal yang mudah. Namun, karena pemimpin yang demikian adalah yang paling ideal, alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin yang demokratis.
2. Gaya Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan otoriter merupakan gaya kepemimpinan yang paling tua dikenal manusia. Oleh karena itu gaya kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di tangan satu orang atau sekelompok kecil orang yang di antara mereka tetap ada seorang yang paling berkuasa. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Orang-orang yang dipimpin yang jumlahnya lebih banyak, merupakan pihak yang dikuasai, yang disebut bawahan atau anak buah. Kedudukan bawahan semata-mata sebagai pelaksana keputusan, perintah, dan bahkan kehendak pimpinan. Pemimpin memandang dirinya lebih, dalam segala hal dibandingkan dengan bawahannya. Kemampuan bawahan selalu dipandang rendah, sehingga dianggap tidak mampu berbuat sesuatu tanpa perintah. Perintah pemimpin sebagai atasan tidak boleh dibantah, karena dipandang sebagai satu-satunya yang paling benar. Pemimpin sebagai penguasa merupakan penentu nasib bawahannya. Oleh karena itu tidak ada pilihan lain, selain harus tunduk dan patuh di bawah kekuasaan sang pemimpin. Kekuasaan pimpinan digunakan untuk menekan bawahan, dengan mempergunakan sanksi atau hukuman sebagai alat utama. Pemimpin menilai kesuksesannya dari segi timbulnya rasa takut dan kepatuhan yang bersifat kaku. Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi; Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi; Menganggap bawahan sebagai alat sematamata; Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat; terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya; Dalam tindakan penggerakkannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
3. Gaya Kepemimpinan Bebas Kepemimpinan bebas merupakan kebalikan dari tipe atau gaya kepemimpinan otoriter. Dilihat dari segi perilaku ternyata gaya kepemimpinan ini cenderung didominasi oleh perilaku kepemimpinan kompromi (compromiser) dan perilaku kepemimpinan pembelot (deserter). Dalam prosesnya ternyata sebenarnya tidak dilaksanakan kepemimpinan dalam arti sebagai rangkaian kegiatan menggerakkan dan memotivasi anggota kelompok/organisasinya dengan cara apa pun juga. Pemimpin berkedudukan sebagai symbol dan kepemimpinannya dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan (berbuat) menurut kehendak dan kepentingan masing-masing, baik secara perseorangan maupun berupa kelompok-kelompok kecil. Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahannya dan keputusan lebih banyak dibuat oleh para bawahan, pimpinan hanya berkomunikasi bila diperlukan dengan memfungsikan dirinya sebagai penasihat, yang dilakukan dengan memberi kesempatan untuk berkompromi atau bertanya bagi anggota kelompok yang memerlukannya.
Kesempatan itu diberikan baik sebelum maupun sesudah anggota yang bersangkutan menetapkan keputusan atau melaksanakan suatu kegiatan. Kepemimpinan dijalankan tanpa berbuat sesuatu, karena untuk bertanya atau tidak (kompromi) tentang sesuatu rencana keputusan atau kegiatan, tergantung sepenuhnya pada orang-orang yang dipimpin. Dalam keadaan seperti itu setiap terjadi kekeliruan atau kesalahan, maka pemimpin selalu berlepas tangan karena merasa tidak ikut serta menetapkannya menjadi keputusan atau kegiatan yang dilaksanakan kelompok/organisasinya. Pemimpin melepaskan diri dari tanggung jawab (deserter), dengan menuding bahwa yang salah adalah anggota kelompok/organisasinya yang menetapkan atau melaksanakan keputusan dan kegiatan tersebut. Oleh karena itu bukan dirinya yang harus dan perlu diminta pertanggungjawaban telah berbuat kekeliruan atau kesalahan.
Gillies (1994), dalam keperawatan juga menegenal tiga gaya kepemimpinan, yaitu deokratik, otoriter dan kebebasan. Gaya kepemimpinan demokratis digunakan dalam membimbing perawat dalam mejalankan tugasnya dalam membuat melakukan asuhan keperawatan. Kepala ruang memotivasi, mengarahkan , dan memberikan bimbingan kepada perawat pelaksana dan memberikan penghargaan atas kemampuan para perawat yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam kepemimpinan otoriter dirauang rawat berguna dalam menolong klien gawat darurat dimana diperlukan tindakan yang cepat dan tepat. Dismaping itu juga bermanfaat bila pemimpin adalah satu-satunya orang yang mempunyai informasi dan ketrampilan penting dan juga apabila bawahan tidak percaya diri dalam menyelesaikan suatu tugas. Gaya kepemimpinan kebebasan dikeperawatan akan efektif jika bawahan mempunyai kemampuan dan tanggung jawab yang tinggi. Gaya kepemimpinan ini akan menimbulkan keresahan bila bawahan kurang mempunyai kemampuan dan kurang tanggung jawab karena mereka tidak dapat menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Dari beberapa gaya kepemimpinan yang disebutkan Gillies (1994) menyimpulkan
bahwa tidak ada gaya kepemimpinan yang jelek dan tidak ada
kepemimpinan yang selalu tepat untuk semua situasi.
D. Teori munculnya kepemimpinan Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin, pada dasarnya dapat diterangkan melalui tiga aliran teori berikut ini. 1. Teori Genetis (Keturunan). Inti dari teori ini menyatakan bahwa “Leader are born and nor made” artinya bahwa pemimpin itu dilahirkan (bakat lahir bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini menyatakan pendapatnya, bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan yang
bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai pemimpin. Teori ini berbahaya bagi perkembangan regenerasi pemimpin karena yang dipandang pantas menjadi pemimpin adalah orang yang memang dari sananya dilahirkan sebagai pemimpin, sehingga yang bukan dilahirkan sebagai pemimpin tidak memiliki kesempatan menjadi pemimpin. Disebutkan pula bahwa gen sifat kepemimpinan diturunkan oleh orang tuanya yang juga seorang pemimpin. 2. Teori Sosial. Inti dari teori sosial ini ialah bahwa “Leader are made and not born” artinya pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya lahir secara kodrati. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup. 3. Teori Ekologis Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga yaitu teori ekologis Teori ini pada intinya menanggap bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran.
E. Model Kepemimpinan. Model kepemimpinan didasarkan pada pendekatan yang mengacu kepada hakikat kepemimpinan yang berlandaskan pada perilaku dan keterampilan seseorang yang berbaur kemudian membentuk gaya kepemimpinan yang berbeda. Beberapa model yang menganut pendekatan ini, di antaranya adalah sebagai berikut. 1. Model Kepemimpinan Kontinum (Otokratis-Demokratis). Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994) berpendapat bahwa pemimpin mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis. Perilaku otokratis, pada umumnya dinilai bersifat negatif, di mana sumber kuasa atau wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan. Jadi otoritas berada di tangan pemimpin, karena pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada dirinya serta memegang tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya dipengaruhi melalui ancaman dan hukuman. Selain bersifat negatif, gaya kepemimpinan ini mempunyai manfaat antara lain, pengambilan keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan pada
pimpinan serta memberikan rasa aman dan keteraturan bagi bawahan. Selain itu, orientasi utama dari perilaku otokratis ini adalah pada tugas. Perilaku demokratis; perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau wewenang yang berawal dari bawahan. Hal ini terjadi jika bawahan dimotivasi dengan tepat dan pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya berusaha mengutamakan kerjasama dan team work untuk mencapai tujuan, di mana si pemimpin senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya. Kebijakan di sini terbuka bagi diskusi dan keputusan kelompok. Namun, kenyataannya perilaku kepemimpinan ini tidak mengacu pada dua model perilaku kepemimpinan yang ekstrim di atas, melainkan memiliki kecenderungan yang terdapat di antara dua sisi ekstrim tersebut. 2. Model Kepemimpinan Ohio. Dalam penelitiannya, Universitas Ohio melahirkan teori dua faktor tentang gaya kepemimpinan yaitu struktur inisiasi dan konsiderasi (Hersey dan Blanchard, 1992). Struktur inisiasi mengacu kepada perilaku pemimpin dalam menggambarkan hubungan antara dirinya dengan anggota kelompok kerja dalam upaya membentuk pola organisasi, saluran komunikasi, dan metode atau prosedur yang ditetapkan dengan baik. Adapun konsiderasi mengacu kepada perilaku yang menunjukkan persahabatan, kepercayaan timbal-balik, rasa hormat dan kehangatan dalam hubungan antara pemimpin dengan anggota stafnya (bawahan). Adapun contoh dari faktor konsiderasi misalnya pemimpin menyediakan waktu untuk menyimak anggota kelompok, pemimpin mau mengadakan perubahan, dan pemimpin bersikap bersahabat dan dapat didekati. Sedangkan contoh untuk faktor struktur inisiasi misalnya pemimpin menugaskan tugas tertentu kepada anggota kelompok, pemimpin meminta anggota kelompok mematuhi tata tertib dan peraturan standar, dan pemimpin memberitahu anggota kelompok tentang hal-hal yang diharapkan dari mereka. Kedua faktor dalam model kepemimpinan Ohio tersebut dalam implementasinya mengacu pada empat kuadran, yaitu : (a) model kepemimpinan yang rendah konsiderasi maupun struktur inisiasinya, (b) model kepemimpinan yang tinggi konsiderasi maupun struktur inisiasinya, (c) model kepemimpinan yang tinggi konsiderasinya tetapi rendah struktur inisiasinya, dan (d) model kepemimpinan yang rendah konsiderasinya tetapi tinggi struktur inisiasinya.
3. Model Kepemimpinan Likert (Likert’s Management System). Likert dalam Stoner (1978) menyatakan bahwa dalam model kepemimpinan dapat dikelompokkan dalam empat sistem, yaitu sistem otoriter, otoriter yang bijaksana, konsultatif, dan partisipatif. Penjelasan dari keempat sistem tersebut adalah seperti yang disajikan pada bagian berikut ini.
a. Sistem Otoriter (Sangat Otokratis). Dalam sistem ini, pimpinan menentukan semua keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan, dan memerintahkan semua bawahan untuk menjalankannya. Untuk itu, pemimpin juga menentukan standar pekerjaan yang harus dijalankan oleh bawahan. Dalam menjalankan pekerjaannya, pimpinan cenderung menerapkan ancaman dan hukuman. Oleh karena itu, hubungan antara pimpinan dan bawahan dalam sistem adalah saling curiga satu dengan lainnya. b. Sistem Otoriter Bijak (Otokratis Paternalistik). Perbedaan dengan sistem sebelumnya adalah terletak kepada adanya fleksibilitas pimpinan dalam menetapkan standar yang ditandai dengan meminta pendapat kepada bawahan. Selain itu, pimpinan dalam sistem ini juga sering memberikan pujian dan bahkan hadiah ketika bawahan berhasil bekerja dengan baik. Namun demikian, pada sistem inipun, sikap pemimpin yang selalu memerintah tetap dominan. c. Sistem Konsultatif. Kondisi lingkungan kerja pada sistem ini dicirikan adanya pola komunikasi dua arah antara pemimpin dan bawahan. Pemimpin dalam menerapkan kepemimpinannya cenderung lebih bersifat menudukung. Selain itu sistem kepemimpinan ini juga tergambar pada pola penetapan target atau sasaran organisasi yang cenderung bersifat konsultatif dan memungkinkan diberikannya wewenang pada bawahan pada tingkatan tertentu. d. Sistem Partisipatif. Pada sistem ini, pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang lebih menekankan pada kerja kelompok sampai di tingkat bawah. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemimpin biasanya menunjukkan keterbukaan dan memberikan kepercayaan yang tinggi pada bawahan. Sehingga dalam proses pengambilan keputusan dan penentuan target pemimpin selalu melibatkan bawahan. Dalam sistem inipun, pola komunikasi yang terjadi adalah pola dua arah dengan memberikan kebebasan kepada bawahan untuk mengungkapkan seluruh ide ataupun permasalahannya yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan. Dengan demikian, model kepemimpinan yang disampaikan oleh Likert ini pada dasarnya merupakan pengembangan dari model-model yang dikembangkan oleh Universitasi Ohio, yaitu dari sudut pandang struktur inisasi dan konsiderasi.
4. Model Kepemimpinan Managerial Grid. Jika dalam model Ohio, kepemimpinan ditinjau dari sisi struktur inisiasi dan konsideransinya, maka dalam model manajerial grid yang disampaikan oleh Blake dan Mouton dalam Robbins (1996) memperkenalkan model kepemimpinan yang ditinjau dari perhatiannya terhadap tugas dan perhatian pada orang. Kedua sisi tinjauan model kepemimpinan ini kemudian diformulasikan dalam tingkatan-tingkatan, yaitu antara 0 sampai dengan 9. Dalam pemikiran model managerial grid adalah seorang pemimpin selain harus lebih memikirkan mengenai tugas-tugas yang akan dicapainya juga
dituntut untuk memiliki orientasi yang baik terhadap hubungan kerja dengan manusia sebagai bawahannya, artinya bahwa seorang pemimpin tidak dapat hanya memikirkan pencapaian tugas saja tanpa memperhitungkan faktor hubungan dengan bawahannya, sehingga seorang pemimpin dalam mengambil suatu sikap terhadap tugas, kebijakankebijakan yang harus diambil, proses dan prosedur penyelesaian tugas, maka saat itu juga pemimpin harus memperhatikan pola hubungan dengan staf atau bawahannya secara baik. Menurut Blake dan Mouton ini, kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi empat kecenderungan yang ekstrim dan satu kecenderungan yang terletak di tengah-tengah keempat gaya ekstrim tersebut. Gaya kepemimpinan tersebut adalah : a. Grid 1.1 disebut Impoverished leadership (Model Kepemimpinan yang Tandus), dalam kepemimpinan ini si pemimpin selalu menghidar dari segala bentuk tanggung jawab dan perhatian terhadap bawahannya. b. Grid 9.9 disebut Team leadership (Model Kepemimpinan Tim), pimpinan menaruh perhatian besar terhadap hasil maupun hubungan kerja, sehingga mendorong bawahan untuk berfikir dan bekerja (bertugas) serta terciptanya hubungan yang serasi antara pimpinan dan bawahan. c. Grid 1.9 disebut Country Club leadership (Model Kepemimpinan Perkumpulan), pimpinan lebih mementingkan hubungan kerja atau kepentingan bawahan, sehingga hasil/tugas kurang diperhatikan. d. Grid 9.1 disebut Task leadership (Model Kepemimpinan Tugas), kepemimpinan ini bersifat otoriter karena sangat mementingkan tugas/hasil dan bawahan dianggap tidak penting karena sewaktu-waktu dapat diganti. e. Grid 5.5 disebut Middle of the road (Model Kepemimpinan Jalan Tengah), di mana si pemimpin cukup memperhatikan dan mempertahankan serta menyeimbangkan antara moral bawahan dengan keharusan penyelesaian pekerjaan pada tingkat yang memuaskan, di mana hubungan antara pimpinan dan bawahan bersifat kebapakan. Berdasakan uraian di atas, pada dasarnya model kepemimpinan manajerial grid ini relatif lebih rinci dalam menggambarkan kecenderungan kepemimpinan. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwasanya model ini merupakan pandangan yang berawal dari pemikiran yang relatif sama dengan model sebelumnya, yaitu seberapa otokratis dan demokratisnya kepemimpinan dari sudut pandang perhatiannya pada orang dan tugas.
5. Model Kepemimpinan Kontingensi. Model kepemimpinan kontingensi dikembang-kan oleh Fielder. Fielder dalam Gibson, Ivancevich dan Donnelly (1995) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan yang paling sesuai bagi sebuah organisasi bergantung pada situasi di mana pemimpin bekerja. Menurut model kepemimpinan ini, terdapat tiga variabel utama yang
cenderung menentukan apakah situasi menguntukang bagi pemimpin atau tidak. Ketiga variabel utama tersebut adalah : hubungan pribadi pemimpin dengan para anggota kelompok (hubungan pemimpin-anggota); kadar struktur tugas yang ditugaskan kepada kelompok untuk dilaksanakan (struktur tugas); dan kekuasaan dan kewenangan posisi yang dimiliki (kuasa posisi). Berdasar ketiga variabel utama tersebut, Fiedler menyimpulkan bahwa : para pemimpin yang berorientasi pada tugas cenderung berprestasi terbaik dalam situasi kelompok yang sangat menguntungkan maupun tidak menguntungkan sekalipun; para pemimpin yang berorientasi pada hubungan cenderung berprestasi terbaik dalam situasi-situasi yang cukup menguntungkan.Dari kesimpulan model kepemimpinan tersebut, pendapat Fiedler cenderung kembali pada konsep kontinum perilaku pemimpin. Namun perbedaannya di sini adalah bahwa situasi yang cenderung menguntungkan dan yang cenderung tidak menguntungkan dipisahkan dalam dua kontinum yang berbeda.
6. Model Kepemimpinan Tiga Dimensi. Model kepemimpinan ini dikembangkan oleh Redin. Model tiga dimensi ini, pada dasarnya merupakan pengembangan dari model yang dikembangkan oleh Universitas Ohio dan model Managerial Grid. Perbedaan utama dari dua model ini adalah adanya penambahan satu dimensi pada model tiga dimensi, yaitu dimensi efektivitas, sedangkan dua dimensi lainnya yaitu dimensi perilaku hubungan dan dimensi perilaku tugas tetap sama. Intisari dari model ini terletak pada pemikiran bahwa kepemimpinan dengan kombinasi perilaku hubungan dan perilaku tugas dapat saja sama, namun hal tersebut tidak menjamin memiliki efektivitas yang sama pula. Hal ini terjadi karena perbedaan kondisi lingkungan yang terjadi dan dihadapi oleh sosok pemimpin dengan kombinasi perilaku hubungan dan tugas yang sama tersebut memiliki perbedaan. Secara umum, dimensi efektivitas lingkungan terdiri dari dua bagian, yaitu dimensi lingkungan yang tidak efektif dan efektif. Masing-masing bagian dimensi lingkungan ini memiliki skala yang sama 1 sampai dengan 4, dimana untuk lingkungan tidak efektif skalanya bertanda negatif dan untuk lingkungan yang efektif skalanya bertanda positif.
F. Kompetensi Kepemimpinan Suatu persyaratan penting bagi efektivitas atau kesuksesan pemimpin dalam mengemban peran, tugas, fungsi, atau pun tanggung jawabnya masing-masing adalah kompetensi mereka dalam bekerja. Konsep mengenai kompetensi untuk pertama kalinya dipopulerkan oleh Boyatzis (1982) yang didefinisikan kompetensi sebagai
“kemampuan yang dimiliki seseorang yang nampak pada sikapnya yang sesuai dengan kebutuhan kerja dalam parameter lingkungan organisasi dan memberikan hasil yang diinginkan”. Dalam hubungan ini Kouzes dan Posner (1995) meyakini bahwa suatu kinerja yang memiliki kualitas unggul berupa barang atau pun jasa, hanya dapat dihasilkan oleh para pemimpin yang memiliki kualitas prima. Berdasarkan penelitiannya, ditemukan bahwa terdapat 5 (lima) praktek mendasar pemimpin yang memiliki kualitas kepemimpinan unggul, yaitu; (1) pemimpin yang menantang proses, (2) memberikan inspirasi wawasan bersama, (3) memungkinkan orang lain dapat bertindak dan berpartisipasi, (4) mampu menjadi penunjuk jalan, dan (5) memotivasi bawahan. Sedangkan
Burwash
(1996)
menyatakan
bahwa,
beberapa
kriteria
kualitas
kepemimpinan manajer yang baik antara lain, memiliki komitmen organisasional yang kuat, visionary, disiplin diri yang tinggi, tidak melakukan kesalahan yang sama, antusias, berwawasan luas, kemampuan komunikasi yang tinggi, manajemen waktu, mampu menangani setiap tekanan, mampu sebagai pendidik atau guru bagi bawahannya, empati, berpikir positif, memiliki dasar spiritual yang kuat, dan selalu siap melayani.
Berikut ini merupakan penjelasan dari 10 ketrampilan untuk menjadi seorang pemimpin yang sukses 1. Tentukan Visi Anda Visi adalah sesuatu hal yang sederhana tetapi idealistis. Visi merupakan idealisme dari suatu organisasi, harus menantang tapi tetap realistis.Visi dapat berupa harapan atau nilai yang ingin dicapai. Seorang pemimpin harus mempunyai visi yang jelas. Ini yang membedakan pemimpin dengan manajer. Pemimpin bekerja berdasarkan visi, sedang manajer bekerja berdasarkan visi orang lain. Harold Geneen seorang pendiri ITT mengatakan “ Jika Anda membaca buku, bacalah dari awal sampai akhir. Jika Anda memimpin organisasi, laukan dengan cara yang berbeda dengan merenencanakan tujuan akhir, dan lakukan sebisa Anda meraihnya” 2. Jelaskan Visi Anda Pemimpin harus dapat menggunakan imajinasinya untuk dapat menjelaskan visinya kepada orang lain. Jelaskan visi Anda pada semua lini dalam organisasi. Penyebaran visi ini dapat dilakukan secara formal ataupun informal, lewat diskusi perorangan atau saat makan diruang makan. Jika visi ini dapat disosialisasikan dengan baik, akan lebih mudah menjalankan organisasi sampai ke tujuan yang diinginkan 3. Kenali Gaya Kepemimpinan Anda Setiap pemimpin mempunyai gaya natural yang berbeda. Seperti tipe fasilitatif yang dimiliki Bill Clinton, atau autocratic seperti Margaret Thatcher, dan atau tipe karismatik
seperti J.F Kennedy. Pemimpin yang sukses, dapat menggunakan berbagai gaya kepemimpinan sesuai situasi yang ada. 4. Bedakan Kepemimpinan dengan Manajemen Tugas pemimpin dan manajer berbeda. Pemimpin yang sukses dapat membedakan kedua tugas ini dengan baik. Kepemimpinan termasuk didalamnya bagaimana mengkomunikasikan visinya, sedang manajemen bertugas mengimplementasikan visi. Cara membedakannya juga dengan melihat bagaimana mereka menilai resiko dari pekerjaan
dan
organisasi.
Pemimpin
yang
sukses
mempunyai
kemampuan
memperhitungkan semua resiko dari setiap kebijakan yang akan berimplikasi pada organisasi dan jika diperlukan harus mengambil resiko demi tujuan organisasi. Manajer yang sukses mempunyai kompetensi untuk meminimalisir semua resiko yang ada. Pemimpin yang sukses harus dapat menjaga keseimbangan antara keduanya. Mereka harus dapat mengkonsep organisasi ke arah yang lebih baik dan tidak perlu mengerjakan pekerjaan yang sifatnya harian atau rutinitas. Mereka harus dapat memahami visi dalam konteks organisasi, mengarahkan organisasi agar dapat mencapai visi. 5. Pelajari dan Taati Aturan Pemimpin yang sukses harus mengetahui semua peraturan yang ada. Peraturan peraturan ini dapat digunakan untuk mengetahui batasan kekuasaan, pengambilan keputusan. Mengetahui peraturan organisasi dan menghormatinya adalah salah satu cara pemimpin membangun kepercayaan terhadap bawahan. Tanpa kepercayaan, kesuksesaan pemimpin adalah sebuah hal yang mustahil. 6. Jaga Kepercayaan Kolega Anda Pemimpin yang sukses selalu membangun kepercayaan baik dengan bawahan maupun dengan kolega atau pihak eksternal. Mereka adalah pendengar yang baik, sedikit berbicara dan selalu konsisten dengan nilai-nilai yang ada. 7. Pahami Aturan Kekuasaan Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dan pastikan semua ide-ide kita sudah dimasukan dalam suatu keputusan kita. Kekuasaan itu berasal dari persetujuan dari yang dipimpin (bawahan). 8. Bertindaklah seperti Seorang Pemimpinng Semua yang dilakukan oleh seorang pemimpin selalu diamati oleh bawahannya. Mereka menentukan apa yang akan terjadi dengan melihat perilaku pemimpin mereka. Maka sebagai seorang pemimpin, mereka harus selalu mengingat setiap saat atas peranperannya karena semua orang melihatnya. Seorang pemimpin harus menentukan contoh-contoh tentang nilai, pola kerja dan tindakan-tindakan individu. Pemimpin yang baik datang lebih awal, bekerjasama dengan baik, tanggap terhadap opini kolega dan selalu membawa ide-ide baru dalam organisasi. Mereka adalah sebagai model yang baik
yang ingin dilihat dalam suatu organisasi. Pemimpin harus berada dimanapun. Mereka harus menghadiri pertemuan-pertemuan yang penting baik yang bersifat internal maupun ekstrenal. Disisi lain, pemimpin adalah seseorang yang membawa pesan-pesan organisasi kepada pihak luar. Disisi internal pemimpin sebagai pembuat keputuan penting dan dia harus bisa menjadi seorang pembimbing. 9. Kaderisasi kepemimpinan Salah satu tugas penting pemimpin adalah bagaimana dia menjadikan bawahannya kelak dapat menjadi pemimpin juga. Dalam hal ini, merekrut personal dengan potensi yang baik dapat membantu proses kaderisasi ini. 10. Jaga Keseimbangan Hidup Anda Pemimpin yang baik dapat menjaga keseimbangan dalam hidup mereka. Mereka harus belajar mengatakan ‘tidak’.Mereka mempunyai waktu untuk keluarga dan organisasi. William A Cohen, penulis Seni dalam Kepemimpinan, “ Kesuksesan tidak datang dari bekerja keras. Sukses datang dari ‘playing hard’.Jika ingin sukses harus dapat memposisikan dirimu pada tugas, tidak peduli pada kesulitan atau tantangan, anggap sebagai permainan, bukan sebagai pekerjaan. Jika anda melakukan ini, tidak hanya sukses yang datang, tetapi juga kesenangan dalam melakukannya. Menjadi Pemimpin yang Sukses Kepemimpinan yang sukses bukanlah suatu misteri, yang hanya bisa didapat oleh orang-orang yang sudah ditakdirkan memiliki karisma dan kekuasaan seperti Napoleon.
Adapun 5 Dimensi kepercayaan tersebut adalah: a. Integritas: merujuk pada kejujuran dan kebenaran. Merupakan dimensi terpenting dalam seseorang menilai sifat dapat dipercaya atas pihak lain. b. Kompetensi: mencakup pengetahuan dan ketrampilan tehnis dan interpersonal. c. Konsistensi terkait dengan kehandalan, prediktabilitas dan pertimbangan baik seseorang dalam menangani situasi-situasi. Ketidak sesuaian antara kata-kata dan tindakan mengikis kepercayaan. d. Loyalitas adalah keinginan untuk melindungi dan menyelamatkan wajah untuk orang lain. Kepercayaan menuntut bahwa anda dapat bergantung pada seseorang untuk tidak bertindak oportunis. e. Keterbukaan: Anda mengandalkan orang untuk memberikan ke anda kebenaan senyatanya.
Referensi
Robert B. Taylor, MD http://www.medscape.com/viewarticle/463194 Gary
Yukl, Leadership in Organization, Prentice Hall, 2001 http://charlybuchari.wordpress.com/2006/08/25/sepuluh-10-kepribadian-orangsukses/
Gustiarti, 2002. Stress dan Kepuasan Kerja. http library.usu.ac.id, diperoleh tanggal 28 Oktober 2007, pada pukul 11.41 Huber, D (2000). Leadership and Nursing Care Management , 2 Ed, Philadelpia. WB Saunders Company Houston, (2000). Leadership roles and management function in nursing; theory and application. Third edition. Philadelphia: Lippincott Hidayat, AAA. 2004. Pengantar Konsep Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Irwan (2004). Dinamika kelompok. Diambil tanggal 24 Sept 2007 http://www.unsoed.ac.id/cmsfak/userfiles/file/PSKp/Dinamikakelompok.doc
dari
Luthans F. (2006). Perilaku Organisasi Edisi 10. Penerbit : Andi Yogyakarta. Marriner-Tomey, (2003). Guide to nursing management and leadership. Sixth edition. Philipines: Elsevier science (Singapore) PTE LTD under special arrangement with Mosby
Soal essay 1. Jelaskan pengertian kepemimpinan menurut Stogdill & Swansburg (1995) : 2. Jelaskan pengertian kepemimpinan menurut Blake dan Moutons (1964), 3. Jelaaskan perbedaan kepemimpinan dengan manajemen 4. Jelaskan 5 (lima) praktek mendasar pemimpin yang memiliki kualitas kepemimpinan unggul, menurut Kouzes dan Posner (1995) yaitu;: 5. Dimensi kepercayaan dimana keinginan untuk melindungi dan menyelamatkan wajah untuk orang lain. Kepercayaan menuntut bahwa anda dapat bergantung pada seseorang untuk tidak bertindak oportunis disebut : Soal MC: Pertanyaan: Kasus Di sebuah bangsal perawatan RS daerah didapatkan 60% perawatnya lulusan SPK, sedangkan 40% sisanya lulusan D3. Kepala ruangan di sini memiliki pengaruh besar terhadap kinerja perawat di ruangan dan sebagai sumber informasi utama, baik mengenai masalah intervensi keperawatan di ruangan maupun masalah kebijakan di rumah sakit. Hampir semua kebijakan, dan keputusan ditentukan langsung oleh Kepala ruangan. 1.
Dari ilustrasi di atas, gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan oleh Kepala Ruangan di ruang tersebut adalah ….. a. Demokratis b. Otokratis c. Bebas d. Partisipatif e. Kontingensi
2.
Pemilihan gaya kepemimpinan dari ilustrasi di atas lebih ditekankan pada factor …..
a. b. c. d. e.
Pinpinan Bawahan Situasi Jawaban a dan b benar Jawaban a, b dan c benar
3.
Berikut ini alasan pemilihan gaya kepemimpinan pada ilustrasi di atas adalah ….. 1. Kemampuan bawahan yang terbatas 2. Karu yang memiliki kepribadian otoriter 3. Karu sebagai satu-satunya sumber informasi 4. Kondisi/situasi yang gawat/darurat
4.
Jika kepala ruangan tidak berhati-hati dalam mengintruksikan dan mengambil keputusan, maka dampak negative tersering dari gaya kepemimpinan ini adalah ….. a. Bawahan akan mutung (putus asa) karena tidak diberi kesempatan untuk aktualisasi diri b. Bawahan akan mengungguli pimpinan dalam hal kemampuan dan kemandirian pengambilan keputusan c. Pemimpin sering menjadi pembelot (deserter) yang lepas dari tanggung jawab d. Jawaban a dan b benar e. Semua jawaban benar
5.
Karakterisitik gaya kepemimpinan demokratis adalah…..kecuali ….. 1. Kemampuan staf dihargai oleh pimpinan 2. Kekuasaan dan posisi pimpinan digunakan untuk memotivasi bawahan 3. Adanya kesempatan bagi bawahan untuk dipromosikan jabatan 4. Pemimpin hanya sebagai sumber informasi dan pengendali minimal
6.
“Tidak ada gaya kepemimpinan yang jelek dan tidak ada kepemimpinan yang selalu tepat untuk semua situasi” adalah pernyataan dari salah satu tokoh dalam manajemen kepemimpinan, yaitu…. a. Willam C. Miller b. Hersey c. Gillies d. Likert e. Blake
7. Kecakapan memimpin atau sering dikenal dengan managerial skill, perlu dikuasai. Untuk itu agar seorang pemimpin dapat menjadi efektif dalam kepemimpiannya , perlu memiliki skill dari: 1) Conceptual skill 2) Human sklii 3) Technical skill 4) managerial sill 8. Gaya kepemimpinan seseorang dipengaruhi oleh beberapa factor utama, yaitu: 1) Bersumber pada dirinya sendiri sebagai pemimpin 2) Bersumber pada kelompok yang dipimpin.. 3) Tergantung pada situasi. 4) Tergantung sumberdaya 9. kehandalan, prediktabilitas dan pertimbangan baik seseorang dalam menangani situasisituasi. Ketidak sesuaian antara kata-kata dan tindakan mengikis kepercayaan dalam dimensi kepercayaan disebut sebagai: i. integritas ii. kompetensi iii. konsistensi iv. loyaitas v. keterbukaan
10. merujuk pada kejujuran dan kebenaran. Merupakan dimensi terpenting dalam seseorang menilai sifat dapat dipercaya atas pihak lain, diemnsi ini disebut: a. integritas b. kompetensi c. konsistensi d. loyaitas e. keterbukaan 11. Model kepemimpinan tiga dimensi, pada dasarnya merupakan pengembangan dari model yang dikembangkan oleh Universitas Ohio dan model Managerial Grid. Perbedaan utama dari dua model ini adalah adanya penambahan satu dimensi pada model tiga dimensi, yaitu dimensi efektivitas, sedangkan dua dimensi lainnya yaitu dimensi perilaku hubungan dan dimensi perilaku tugas tetap sama. Model ini dikembangkan oleh: a) Redin. b) Swanburg c) Gillis d) Fielder e) Blake dan Mouton
12. model kepemimpinan yang ditinjau dari perhatiannya terhadap tugas dan perhatian pada orang dimana kegiatan diformulasikan dalam tingkatan-tingkatan, yaitu antara 0 sampai dengan 9, model ini dikembangkan oleh : a) Redin. b) Swanburg c) Gillis d) Fielder e) Blake dan Mouton
13. Gaya dimana pemimpin fleksibilitas dalam menetapkan standar yang ditandai dengan meminta pendapat kepada bawahan. Selain itu, pimpinan dalam sistem ini juga sering memberikan pujian dan bahkan hadiah ketika bawahan berhasil bekerja dengan baik. Namun demikian, pada sistem inipun, sikap pemimpin yang selalu memerintah tetap dominan. Kondisi ini menurut teori kepemimpinan likert adalah disebut: a) Otoriter b) Otokratis Paternalistik c) Sistem Konsultatif d) Sistem Partisipatif e) Demokratis terpimpin 14. pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang lebih menekankan pada kerja kelompok sampai di tingkat bawah. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemimpin biasanya menunjukkan keterbukaan dan memberikan kepercayaan yang tinggi pada bawahan. Sehingga dalam proses pengambilan keputusan dan penentuan target pemimpin selalu melibatkan bawahan. Dalam sistem inipun, pola komunikasi yang terjadi adalah pola dua arah dengan memberikan kebebasan kepada bawahan untuk mengungkapkan seluruh ide ataupun permasalahannya yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan. Kondisi ini menurut teori kepemimpinan likert adalah disebut: a) Otoriter b) Otokratis Paternalistik c) Sistem Konsultatif d) Sistem Partisipatif e) Demokratis terpimpin 15. Kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan adalah definisi dari ….. a. Gaya Kepemimpinan b. Kepemimpinan c. Model kepemimpinan
d. Manajemen e. Manajer
16. pemimpin mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis. Model kepemimpinan ini adalah : a) Otoriter b) Otokratis Paternalistik c) Sistem Konsultatif d) Sistem Partisipatif e) Otokratis demokratis 17. Gaya kepemimpinan yang menempatkan kekuasaan di tangan satu orang atau sekelompok kecil , Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal dan kedudukan bawahan semata-mata sebagai pelaksana keputusan, perintah, dan bahkan kehendak pimpinan, disebut gaya kepemimpinan : a. Demokrasi b. Otoriter (otokratik) c. Partisipatif d. Bebas tindak (Laisser-faire) e. Bukan salah satu diatas 18. Bahwa pemimpin itu dilahirkan (bakat lahir bukannya dibuat), sehingga dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, paham ini adalah Teori munculnya kepemimpinan dalam kasus ini disebut : a. Teori Genetis b. Teori Sosial c. Teori Ekologis d. Teori kepemimpinan e. Teori manajemen 19. Seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut sehingga seseorang akan layak menjadi pemimpin. Teori munculnya kepemimpinan model ini disebut : a. Teori Genetis b. Teori Sosial c. Teori Ekologis d. Teori kepemimpinan e. Teori manajemen 20. Pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya lahir secara kodrati. bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup. Penganut teori ini disebut : a. Teori Genetis b. Teori Sosial c. Teori Ekologis d. Teori kepemimpinan e. Teori manajemen 21. Tingkatan manajemen paling rendah dalam suatu organisasi yang memimpin dan mengawasi tenaga-tenaga operasional dalam suatu organisasi disebut : a. Manajer lini garis-pertama (first line) b. Manajer menengah (Middle Manager) c. Manajer Puncak (Top Manager)
d. Manajer staf e. Manajer lini
22. Perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin disebut ….. a. Gaya Kepemimpinan b. Kepemimpinan c. Model kepemimpinan d. Manajemen e. Manajer
1. 2. 3. 4.
Pernyataan berikut ini yang benar tentang “kepemimpinan” adalah…. Kemampuan menggerakkan dan membimbing orang lain Proses interaktif yang dinamis Proses yang mencakup 3 dimensi Berfokus pada pencapaian tujuan pribadi/individu
a. b. c. d. e.
Berikut ini yang termasuk dalam dimensi kepemimpinan adalah….., kecuali …… Pimpinan Situasi Lingkungan Bawahan Semua jawaban benar
23.
24.
Situasi : Arman adalah kepala ruang F rumah sakit husada. Dalam proses kepemimpinan arman mengganggap para perawat yang dipimpinnya sebagai subjek yang setiap kali diikutsertakan dalam proses pembuatan kebijakan. Dalam etos kerjanya arman selalu mendaya gunakan teamwork 25. Dilihat dari gaya kepemimpinan arman menggunakan gaya kepemimpinan : a. Demokrasi b. Otoriter (otokratik) c. Partisipatif d. Bebas tindak (Laisser-faire) e. Bukan salah satu diatas
KASUS Suster R adalah Kepala Ruangan ruang rawat Inap Dahlia di RSUD Bangkalan, Madura. Suster R lulusan S1 Keperawatan salah satu perguruan tinggi negeri di Jakarta. Dia memiliki kedisiplinan dan tanggung jawab yang tinggi terhadap peran dan tugasnya, termasuk dalam memberikan contoh bagi bawahannya. Suster R membawahi 5 orang perawat pelaksana, dimana kelima perawat tersebut lulusan D3 Keperawatan yang memiliki dengan skill rata-rata yang bagus.
1. 2. 3. 4.
Dari ilustrasi di atas, yang termasuk dalam dimensi pimpinan adalah ….. Pribadi yang disiplin dan tanggung jawab Pendidikan terakhir D3 Keperawatan dengan skill yang bagus Pendidikan terakhir S1 Keperawatan Ruang rawat inap RSUD
1. 2. 3. 4.
Sedangkan yang termasuk dimensi situasi yaitu ….. Pribadi yang disiplin dan tanggung jawab Pendidikan terakhir D3 Keperawatan dengan skill yang bagus Pendidikan terakhir S1 Keperawatan Ruang rawat inap RSUD
26.
27.
28. Pada suatu ruangan didapatkan 2 perawat sedang berselisih pendapat terhadap intervensi yang diberikan kepada pasien G. Saat itu Suster K selaku Kepala Ruangan datang menghampiri kedua perawat tadi dan menengahi perselisihan mereka berdua. Maka peranpemimpin (Kepala Ruangan) dari contoh kasus di atas adalah ….. a. Advokat b. Instruktur c. Evaluator d. Diplomat e. Buffer 29. a. b. c. d. e.
Gaya kepemimpinan tertua di dunia adalah …. Demokratis Kontingens Bebas Otokratis Partisipatif
30. Untuk membangkitkan semangat dan regenerasi jiwa kepemimpinan pada generasi muda terutama yang berasal dari kalangan rakyat kecil, maka aliran teori kepemimpinan yang dapat ditanamkan adalah ….. a. Teori genetis b. Teori Ekologis c. Teori Praktis d. Teori keturunan e. Teori Sosial 31. 1. 2. 3. 4.
“Leader are born and nor made” adalah inti dari teori kepemimpinan ….. Teori genetis Teori Ekologis Teori keturunan Teori Sosial
32. Adanya usaha untuk memanfaatkan kemampuan setiap orang yang ada dalam organisasi untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan merupakan ciri khas dari gaya kepemimpinan ….. a. Demokratis b. Kontingens c. Bebas d. Otokratis e. Partisipatif
33. Di ruang ICCU terdapat 6 perawat pelaksana lulusan D3 Keperawatan, 2 Katim lulusan D4 Keperawatan dan 1 Kepala ruangan lulusan S1 Keperawatan. Hampir semua perawat di ruang ini pernah mengikuti pelatihan penanganan pasien kritis di Intensive Care Unite dan memiliki skill yang mumpuni. Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi intervensi, maka pemilihan gaya kepemimpinan yang sesuai untuk situasi di atas adalah ….. a. Partisipatif b. Bebas c. Otokrat d. Demokratis e. Kontingens 34.
Alasan utama pemilihan gaya kepemimpinan untuk situasi di atas adalah ….. 1. Pendidikan akademis perawat hampir merata
2. Jumlah perawat yang banyak dalam satu ruangan 3. Skill perawat hamper merata 4. Ruangan ICCU yang perlu penanganan cepat dan tepat 35. Menurut Willam C. Miller “Kita perlu membuat suatu keputusan bersama” adalah salah satu kalimat yang digunakan dalam model kepemimpinan ….. a. Participative b. Tell c. Sell d. Delegate e. DEMOKRATIF 36. Berdasarkan gaya kepepmimpinan William C. Miller, jika si X adalah pegawai yang dapat memberikan masukan-masukan yang bermakna kepada pimpinan, maka model kepemimpinan yang dapat digunakan adalah ….. a. Participative b. Tell c. Sell d. Delegate e. DEMOKRATIF 37. ….. a. b. c. d. e.
Gaya kepemimpinan yang merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis adalah Bebas Partisipatif Laissez faire Liberal Direktif
Kasus Di ruang CVCU (Cardiovascular Care Unite) RS umum daerah didapatkan 6 perawat pelaksana sekaligus Katim dengan pendidikan D4 Keperawatan Kardiovaskuler. Rata-rata dari mereka telah memiliki kemandirian dalam melakukan intervensi keperawatan dan knowlage tentang kardiovaskuler yang mumpuni, sehingga tidak jarang dokter-dokter PPDS konsul kepada mereka. Dan tiap 1 bulan sekali diadakan diskusi kasus dan pertemuan ilmiah di ruangan tersebut yang terdiri atas dokter spesialis jantung dan seluruh perawat CVCU. Partisipasi perawat dalam acara ini oleh dokter diakui sangat luar biasa, walaupun Karu di ruang ini memiliki kesibukan yang cukup tinggi. Sehingga di saat ada atau tidak ada Karu, perawat di sini mampu menjalankan fungsinya dengan penuh kesadaran dan kemandirian. 38. Dari ilustrasi di atas, gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan oleh Kepala Ruangan di ruang tersebut adalah ….. a. Demokratis b. Otokratis c. Bebas d. Partisipatif e. Kontingensi 39. a. b. c. d. e. 40.
Pemilihan gaya kepemimpinan dari ilustrasi di atas lebih ditekankan pada factor ….. Pinpinan Bawahan Situasi Jawaban a dan c benar Jawaban a, b dan c benar
Karakteristik bawahan yang paling menonjol dari ilustrasi di atas adalah ….. a. Jumlah anggota kelompok b. Bentuk kelompok
c. Kemampuan dan pengalaman individu anggota kelompok d. Pola komunikasi dalam kelompok e. Informasi serta prestasi